LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 282 JL. AIPDA KS TUBUN NO. 84 B-C, JAKARTA BARAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 282 JL. AIPDA KS TUBUN NO. 84 B-C, JAKARTA BARAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2014"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 282 JL. AIPDA KS TUBUN NO. 84 B-C, JAKARTA BARAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MASTIN SIBARANI ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 282 JL. AIPDA KS TUBUN NO. 84 B-C, JAKARTA BARAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker MASTIN SIBARANI ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014

3

4

5

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 282, Jl. Aipda K.S. Tubun No. 84 B-C, Jakarta Barat Periode 1April-10 Mei Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Pada penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia 2. Dr. Hayun, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia 3. Nugraha Pramana, S.Si., Apt. selaku Apoteker Pengelola Apotek Kimia Farma No. 282 dan pembimbing penulis atas saran dan ilmu pengetahuan yang diberikan selama pelaksanaan hingga penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 4. Dr. Silvia Surini, M.Pharm.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker berlangsung hingga penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker 5. Seluruh karyawan di Apotek Kimia Farma No. 282, yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas pengarahan, ilmu pengetahuan, dan dukungan selama pelaksanaan hingga penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 6. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi Universitas Indonesia 7. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa serta dukungan moral dan finansial kepada penulis 8. Seluruh teman-teman Apoteker UI angkatan 78 yang telah mendukung dan bekerja sama selama perkuliahan hingga pelaksanaan PKPA.

7 Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dan dapat memacu penulis untuk berkarya lebih baik dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan bagi semua pihak. Penulis 2014

8

9 ABSTRAK Nama : Mastin Sibarani, S.Farm NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 282 Jl Aipda KS Tubun No. 84 B-C, Jakarta Barat Periode 1 April 10 Mei 2014 Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 282 bertujuan untuk mengetahui dan memahami peran Apoteker di apotek, khususnya dalam bidang menejemen apotek dan juga pelayanan kefarmasian. Peran Apoteker dalam menejemen apotek meliputi pengadaan, pembelian, penyimpanan, penjualan barang, serta administrasi. Tugas khusus yang diberikan adalah skrining resep yang bertujuan untuk menilai kelengkapan resep, keabsahan serta kerasionalan pengobatan berdasarkan resep tersebut. Berdasarkan hasil skrining terhadap 50 resep yang dilayani pada periode 1 April 10 Mei 2014 di Apotek Kimia Farma No. 282 tidak satu pun resep yang lengkap secara administrasi. Kata Kunci : Apotek Kimia Farma No. 282, Skrining resep Tugas Umum : xiii + 95 halaman; 28 lampiran Daftar Acuan : 13 ( ) Tugas Khusus : iii + 32 halaman; 7 lampiran Daftar Acuan : 3 ( )

10 ABSTRACT Name : Mastin Sibarani, S.Farm NPM : Program Study : Apothecary Profession Title : Report of Apothecary Profession Internship at Apotek Kimia Farma No. 282 Jl Aipda KS Tubun No. 84 B-C, West Jakarta Period April 1 st May 10 th 2014 Apothecary Internship Program at Apotek Kimia Farma No. 282 aims to learn and understand the roles of pharmacists in Pharmacy, especially how to manage of Pharmacy as well as how to deliver pharmaceutical care. The pharmacist at Apotek Kimia Farma had responsible for procurement, purchasing, storage, sale and administration. Specific assignment given was screening of prescription aims to assess and evaluate completeness, validity and then rationality of prescription. Based on the results of the screening of 50 prescription are served during the period April 1 st May 10 th 2014 at Apotek Kimia Farma No. 282 then it can be concluded that none of the prescription are complete in the administration. Keyword : Apotek Kimia Farma, Screening of prescription General Assignment : xiii + 95 pages; 28 attachments References : 13 ( ) Specific Assignment : iii + 32 pages; 7 attachment References : 3 ( )

11 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME...iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...iv LEMBAR PENGESAHAN...v KATA PENGANTAR...vi HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...viii ABSTRAK...ix ABSTRACT...x DAFTAR ISI...xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN UMUM APOTEK Definisi Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Landasan Hukum Apotek Persyaratan Apotek Apoteker Pengelola Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek Pengelolaan Apotek Pelayanan Apotek Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Pelanggaran Apotek Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Swamedikasi Pelayanan (Service) BAB 3 TINJAUAN UMUM PT KIMIA FARMA (Persero), Tbk Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk PT. Kimia Farma Apotek BAB 4 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA NO. 282, JAKARTA BARAT Business Manager (BM) Wilayah Jaya I Lokasi Apotek Desain dan Tata Ruang Apotek Ruang Tunggu Area Pelayanan Swalayan Farmasi Ruang Penyimpanan dan Peracikan Obat... 35

12 4.3.5 Ruang Apoteker Pengelola Apotek (APA) Ruang Administrasi Struktur organisasi dan personalia di apotek Apoteker Pengelola Apotek (APA) Asisten Apoteker (AA) Kasir Juru Resep Kegiatan Apotek Kegiatan Teknis Kefarmasian BAB 5 PEMBAHASAN Lokasi dan Tata Ruang Apotek Personalia Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotek Kegiatan Perencanaan dan Pengadaan Kegiatan Penerimaan Kegiatan Penyimpanan Kegiatan Pelayanan Apotek Pelayanan Resep Pelayanan Non Resep Kegiatan Pengarsipan dan Pelaporan Kegiatan Administrasi dan Keuangan BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN... 58

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Contoh formulir APT Lampiran 2. Contoh formulir APT Lampiran 3. Contoh formulir APT Lampiran 4. Contoh formulir APT Lampiran 5. Contoh formulir APT Lampiran 6. Contoh formulir APT Lampiran 7. Contoh formulir APT Lampiran 8. Contoh formulir APT Lampiran 9. Contoh formulir APT Lampiran 10. Contoh formulir APT Lampiran 11. Contoh formulir APT Lampiran 12. Contoh formulir APT Lampiran 13. BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek) Lampiran 14. Surat pesanan barang Lampiran 15. Form dropping barang dari gudang ke Apotek Lampiran 16. LIPH (Laporan Ikhtisar Penjualan Harian) Lampiran 17. Surat pesanan narkotika Lampiran 18. Surat pesanan psikotropika Lampiran 19. SIPNAP Lampiran 20. Kartu stok Lampiran 21. Form skrining resep Lampiran 22. Salinan resep Lampiran 23. Kwitansi pembayaran resep Lampiran 24. Etiket dan label Lampiran 25. Nomor urut resep kredit Lampiran 26. Nomor urut resep BPJS Lampiran 27. Penataan lemari obat Lampiran 28. Display swalayan apotek... 95

14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fasilitas pelayanan kesehatan menurut Undang-undang Republik Indonesia tahun 2009 tentang Kesehatan adalah suatu alat atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) maupun pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang menyalurkan obat dan perbekalan farmasi, mempunyai peran dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk memperoleh perbekalan farmasi yang bermutu dan terjamin serta terjangkau harganya. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 yang merupakan perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, definisi apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Perbekalan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia (obat tradisional), alat kesehatan, dan kosmetika. Apotek juga dituntut untuk dapat memberikan pelayanan terbaik dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat dan alat kesehatan. Terlebih lagi, pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mengalami pergeseran orientasi, dari semula yang berorientasi pada pengelolaan obat (drug oriented) sebagai komoditi, telah beralih menjadi berorientasi pada pasien, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (patient oriented). Oleh karena itu, Apoteker Pengelola Apotek harus memiliki pengetahuan dan kompetensi yang baik (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Selain ilmu kefarmasian, seorang Apoteker Pengelola Apotek juga dituntut untuk dapat menguasai ilmu-ilmu ekonomi, seperti ilmu manajemen dan ilmu akuntansi, sehingga seluruh kegiatan di apotek

15 dapat memberi keuntungan yang optimal tanpa harus menghilangkan fungsi sosialnya di masyarakat. Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia telah bekerja sama dengan Apotek Kimia Farma dalam penyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung selama 6 minggu sejak tanggal 01 April 10 Mei 2014 di Apotek Kimia Farma No. 282 Jl. Aipda KS Tubun No. 84 B-C, Jakarta Barat. PKPA ini dilaksanakan dengan harapan agar calon apoteker dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh selama pendidikan profesi dan membandingkannya dengan kenyataan yang terjadi di apotek Tujuan Mempelajari kegiatan teknis kefarmasian dan kegiatan non-teknis kefarmasian yang menjadi tanggung jawab Apoteker secara langsung di Apotek Kimia Farma No. 282 Jakarta Barat.

16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Apotek Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004, apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas dasar resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat,obat tradisional dan kosmetika. Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan perlu mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi. Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik Negara yang ditunjuk oleh pemerintah dan apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta memperoleh izin dari Dinas Kesehatan setempat Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980, tugas dan fungsi apotek adalah : 1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. 2. Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau bahan obat. 3. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

17 4. Sarana pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam : 1. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika. 3. Undang-undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 4. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek. 5. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.84/MENKES/PER/II/ Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 149 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 184 Tahun 1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Izin Kerja Apoteker. 8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2 002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MENKES/PE R/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/MENKES/SK/IX/ 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Persyaratan Apotek Suatau apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek (SIA). Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Mneteri Kesehatan Republik Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek disuatu tempat tertentu. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

18 1332/MENKES/SK/X/2002, disebutkan bahwa persyaratan-persyaratan apotek adalah sebgai berikut : 1. Untuk mendapat izin apotek, apoteker atau apoteker ynag bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan pebekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. 2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi yang lain diluar sediaan farmasi. 3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain diluar sediaan farmasi. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indosesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 adalah : 1. Sarana dan Prasarana Apotek berlokasi pada daerah yang mudah dikenali oleh masyarakat. Pada bagian depan terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata Apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan, serta apoteker mudah memberikan informasi obat dan konseling. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewan pengerat dan serangga. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin, dan apotek harus memiliki : a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien. b. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi. c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien. d. Ruang racikan. e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.

19 Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembapan, dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan. 2. Tenaga Kerja atau Personalia Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004, personil apotek terdiri dari : a. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Apotek (SIA). b. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di apotek disamping Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. c. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. d. Asisten Apoteker adalah mereka yang bedasarkan peraturan perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari : a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker. b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat dan pengeluaran uang. c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek. 3. Perbekalan Farmasi/Komoditi Sesuai paket deregulasi 23 Oktober 1993, apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar perbekalan farmasi.

20 2.5. Apoteker Pengelola Apotek Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian seorang apoteker di apotek adalah bentuk hakiki dari profesi apoteker. Oleh karena itu Apoteker Pengelola Apotek (APA) berkewajiban menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) secara efektif, selalu belajar sepanjang karier, dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan. Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Sesuai dengan Permenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993, untuk menjadi Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Ijasahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan. 2. Telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker. 3. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri Kesehatan. 4. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker. 5. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apoteker di apotek lain. Seorang APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek. Tugas dan kewajiban Apoteker di apotek adalah sebagai berikut : 1. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. 2. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi.

21 3. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omzet, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin. 4. Melakukan pengembangan usaha apotek. Pengelolaan apotek oleh APA ada dua bentuk, yaitu pengelolaan bisnis (non teknis kefarmasian) dan pengelolaan di bidang pelayanan/teknis kefarmasian. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan sukses seorang APA harus melakukan kegiatan sebagai berikut : 1. Memastikan bahwa jumlah dan jenis produk yang dibutuhkan senantiasa tersedia dan diserahkan kapada yang membutuhkan. 2. Menata apotek sedemikian rupa sehingga berkesan bahwa apotek menyediakan berbagai obat dan perbekalan kesehatan lain secara lengkap. 3. Menetapkan harga produknya dengan harga bersaing. 4. Mempromosikan usaha apoteknya melalui berbagai upaya. 5. Mengelola apotek sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan. 6. Mengupayakan agar pelayanan di apotek dapat berkembang dengan cepat, nyaman dan ekonomis. Wewenang dan tanggung jawab APA meliputi : 1. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan. 2. Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan. 3. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan. 4. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai Tata Cara Perizinan Apotek Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selanjutnya Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri Kesehatan dan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Selanjutnya Kepala Dinas Kesehatan wajib melaporkan kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

22 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 Apotek tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut : 1. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT Dengan menggunakan formulir APT-2, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan (Balai POM) untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan. 3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh formulir model APT Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir APT Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan.

23 8. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan APA dan atau persyaratan apotek, atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangaka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasan-alasannya, dengan mempergunakan contoh formulir model APT-7. Apabila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain, yaitu mengadakan kerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek maka harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1. Pengguna saran yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana. 2. Pemilik sarana yang dimaksud, harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang bersangkutan Pencabutan Surat Izin Apotek Apotek harus berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila : 1. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola Apotek dan atau, 2. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin keabsahannya serta tidak memenuhi kewajiban dalam memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan (pasal 12) dan mengganti obat generic yang ditulis dalam resep dengan obat paten (pasal 15 ayat 2) dan atau, 3. Apoteker Pengelola Apoteker berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus-menerus dan atau, 4. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang Obat Keras No. St No. 541, Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-undang

24 No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Undang-undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. 5. Surat Izin Kerja (SIK) Apoteker Pengelola Apotek tersebut di cabut dan atau, 6. Pemilik sarana apotek terbukti dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat dan, 7. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek. Pelaksanaan pencabutan izin apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada apoteker pengelola apotek sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan. Pembekuan izin apotek ditetapkan untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkan penetapan pembekuan kegiatan apotek. Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila Syarat Izin Apotek dicabut, APA atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasinya. Pengamanan dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotik, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek. 2. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. 3. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau petugas yang diberi wewenang tentang penghentian kegiatan disertai laporan invertarisasi yang dimaksud di atas Pengelolaan Apotek Pengelolaan apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengelolaan teknis farmasi dan pengelolaan non teknis farmasi. 1. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya, meliputi kegiatan :

25 a. Perencanaan Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu memperhatikan : Pola penyakit, kemampuan dan budaya masyarakat. b. Pengadaan Pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-undangan. c. Penyimpanan - Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor bets, dan tanggal kadaluarsa. - Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan. 2. Pengelolaan non teknis kefarmasian, meliputi kegiatan : a. Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Administrasi pelayanan c. Pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat Pelayanan Apotek Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/2004 meliputi: 1. Pelayanan resep a. Skrining resep 1) Persyaratan administratif, seperti nama, SIK, dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, nama, alamat umur, jenis kelamin. Dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas, informasi lainnya. 2) Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas, informasi lainnya.

26 3) Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain). b. Penyiapan obat 1) Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan memberikan etiket pada wadah. 2) Etiket harus jelas dan dapat dibaca. 3) Kemasan obat yang diserahkan harus rapi dan cocok sehingga terjaga kualitasnya. 4) Penyerahan obat pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep dan penyerahan obat dilakukan apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. 5) Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. 6) Apoteker harus memberikan konseling kepada pasien sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien. Konseling terutama ditujukkan untuk pasien penyakit kronis (hipertensi, diabetes melitus, TBC, asma, dan lainlain). 7) Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat. 2. Promosi dan edukasi Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang ingin melakukan upaya pengobatan diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit yang ringan dengan memilihkan obat ynag sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ini. 3. Pelayanan residensial (home care) Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan penyakit kronis. Untuk kegiatan ini, apoteker harus membuat catatan pengobatan pasien (medication record).

27 2.10. Pengelolaan Narkotika Menurut Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta pengembangan ilmu pengetahuan, namun dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika, maka diadakan pengawasan terhadap penggunaan narkotika yang meliputi pembelian, penyimpanan, penjualan, administrasi serta penyampaian laporannya. Untuk mempermudah pengawasan tersebut maka Pemerintah menetapkan PT. Kimia Farma sebagai satu-satunya perusahaan yang diizinkan untuk memproduksi, mengimpor dan mendistribusikan narkotika di Indonesia. Pengelolaan narkotika meliputi kegiatan: 1. Pemesanan narkotika Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan oleh Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma. Pesanan narkotika bagi apotek ditandatangani oleh APA dengan menggunakan surat pesanan rangkap empat, dimana tiap jenis pemesanan narkotika menggunakan satu surat pesanan yang dilengkapi dengan nomor SIK apoteker dan stempel apotek. 2. Penyimpanan narkotika Narkotika yang berada di apotek wajib disimpan secara khusus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam UU No. 35 tahun 2009 pasal 14 ayat (1). Adapun tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/per/1978 pasal 5 yaitu apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat khusus tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Harus seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat.

28 b. Harus mempunyai kunci ganda yang kuat. c. Dibagi menjadi 2 bagian, masing-masing bagian dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat tersebut berukuran 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok dan lantai. Selain itu pada pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 dinyatakan bahwa: a. Apotek harus menyimpan narkotika dalam lemari khusus sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/1978. b. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. c. Anak kunci lemari khusus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang diberi kuasa. d. Lemari khusus diletakkan di tempat yang aman dan tidak boleh terlihat oleh umum. 3. Pelaporan narkotika Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan narkotika setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Dalam lapran tersebut diuraikan mengenai pembelian/pemasukan dan penjualan/pengeluaran narkotika yang ada dalam tanggung jawabnya, dan ditandatangani oleh APA. Laporan tersebut ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan : a. Dinas Kesehatan Propinsi b. Balai Besar POM Propinsi c. Penanggungjawab narkotika PT. Kimia Farma (persero) Tbk. d. Arsip Laporan penggunaan narkotika tersebut terdiri dari : a. Laporan penggunaan bahan baku narkotika b. Laporan penggunaan sediaan jadi narkotika

29 c. Laporan khusus penggunaan injeksi morfin dan petidin. 4. Pelayanan resep yang mengandung narkotika Dalam Undang-undang No. 9 tahun 1976 tentang narkotika disebutkan : a. Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pengobatan dan atau ilmu pengetahuan. b. Narkotika dapat digunakan untuk kepentingan pengobatan hanya berdasarkan resep dokter. Untuk salinan resep yang mengandung narkotika dan resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali, berdasarkan surat edaran Badan Pengawas Obat dan Makanan no. 366/E/SE/1977 antara lain disebutkan : a. Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat (2) undang-undang No. 9 tahun 1976 tentang narkotika, maka apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli. b. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep yang mengandung narkotika. 5. Pemusnahan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat Pada pasal 9, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/MENKES/PER/1978 disebutkan bahwa APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat. Pelaksanaan pemusnahan narkotika di apotek, yang rusak atau tidak memenuhi syarat harus disaksikan oleh petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. APA yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan narkotika yang memuat : a. Hari, tanggal, bukan, dan tahun pemusnahan. b. Nama Apoteker Pengelola Apotek. c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek tersebut. d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan.

30 f. Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi. Kemudian berita acara tersebut dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan, dengan tembusan : a. Dinas Kesehatan Propinsi. b. Balai besar POM Propinsi. c. Penanggung jawab narkotika PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. d. Arsip Pengelolaan Psikotropika Menurut Undang-undang no. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku. Psikotropika dibagi menjadi beberapa golongan : 1. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : lisergida dan meskalina. 2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : amfetamin dan metamfetamin. 3. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banmyak digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : amobarbital, pentobarbital dan pentazonia. 4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : barbital, alprazolam dan diazepam. Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam Undang-undang No. 5 tahun 1997 adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat

31 mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan narkotika, yaitu : 1. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan. 2. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika. 3. Memberantas peredaran gelap psikotropika. Pengelolaan psikotropika di apotek meliputi kegiatan-kegiatan (10) : 1. Pemesanan Psikotropika Obat golongan psikotropika dipesan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK. Surat pesanan tersebut dibuat rangkap dua dan setiap surat dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika. 2. Penyerahan Psikotropika Obat golongan psikotropika diserahkan oleh apotek, hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan dan dokter kepada pengguna/pasien berdasarkan resep dokter. 3. Penyimpanan Psikotropika Obat golongan psikotropika disimpan terpisah dengan obat-obat lain dalam suatu rak atau lemari khusus dan tidak harus dikunci. Pemasukan dan pengeluaran psikotropika dicatat dalam kartu stok psikotropika. 4. Pemusnahan Psikotropika Tata cara pemusnahan psikotropika yang dilaksanakan adalah sama dengan tata cara pemusnahan narkotika. 5. Pelaporan Psikotropika Laporan penggunaan psikotropika dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan setempat setiap bulan. Laporan psikotropika memuat nama apotek, nomor SIA, nama obat, nama distributor, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran, tujuan pemakaian, stok akhir, bulan dan tahun, nomor urut, kode, nama bahan/sediaan, dan satuan. Laporan ditanda tangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA), dilengkapi dengan nama dan nomor SIK, serta stampel apotek yang kemudian ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan setempat dengan tembusan kepada :

32 a. Kepala Balai Besar POM Provinsi b. Arsip apotek Pelanggaran Apotek Berdasarkan berat dan ringannya pelanggaran, maka pelanggaran di apotek dapat dikategorikan dalam dua macam. Kegiatan yang termasuk pelanggaran berat di apotek meliputi : 1. Melakukan kegiatan tanpa ada tenaga teknis farmasi. 2. Terlibat dalam penyaluran atau penyimpanan obat palsu atau gelap. 3. Pindah alamat apotek tanpa izin. 4. Menjual narkotika tanpa resep dokter. 5. Kerjasama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada pihak yang tidak berhak dalam jumlah besar. 6. Tidak menunjuk apoteker pendamping atau apoteker pengganti pada waktu APA keluar daerah. Kegiatan yang termasuk pelanggaran ringan apotek meliputi : 1. Tidak menunjuk apoteker pendamping pada waktu APA tidak bisa hadir pada jam buka apotek (apotek yang buka 24 jam). 2. Mengubah denah apotek tanpa izin. 3. Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak. 4. Melayani resep yang tidak jelas dokternya. 5. Menyimpan obat rusak, tidak mempunyai penandaan atau belum dimusnahkan. 6. Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada. 7. Salinan resep yang tidak ditandatangani oleh apoteker. 8. Melayani salinan resep narkotika dari apotek lain. 9. Lemari narkotika tidak memenuhi syarat. 10. Resep narkotika tidak dipisahkan. 11. Buku narkotika tidak diisi atau tidak bisa dilihat atau diperiksa. 12. Tidak mempunyai atau mengisi kartu stok hingga tidak dapat diketahui dengan jelas asal usul obat tersebut.

33 Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat dikenakan sanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administratif yang diberikan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 dan Permenkes No. 922/MENKES/PER/X/1993 adalah : 1. Peringatan secara tertulis kepada APA secara 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan. 2. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan izin apotek. Keputusan pencabutan SIA disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat. 3. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut dapat membuktikan bahwa seluruh persayaratan yang ditentukan dalam keputusan Menteri Kesehatan RI dan Permenkes tersebut telah dipenuhi. Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman penjara diberikan bila terdapat pelanggaran terhadap : 1. Undang-Undang Obat Keras (St.1937 No.541) 2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika 4. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari pemikiran, perasaan, dan perilaku pengirim (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan) dimana selanjutnya komunikan memberikan umpan balik (feedback) atau respon dari pesan yang disampaikan. Komunikasi yang efektif tercapai apabila dalam proses komunikasi ada komunikator, komunikan dan umpan balik yang disampaikan oleh komunikan sesuai dengan harapan/maksud dari komunikator. Untuk kemudahan dalam berkomunikasi dapat digunakan beberapa alat bantu yang disebut juga dengan media. Media juga akan mempengaruhi

34 penyampaian suatu informasi atau pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator. Tipe-tipe komunikasi antara lain : 1. Komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication) 2. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) 3. Komunikasi publik (public communication) 4. Komunikasi massa (mass communication) Tipe komunikasi yang sering digunakan dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian dalah komunikasi antar pribadi (interpersonal communication). Farmasis mengeluarkan proporsi yang besar pada setiap hari kerjanya untuk berkomunikasi dengan orang lain, pasien, dokter, tenaga kesehatan yang lain, staf dan lainnya. Oleh karena itu diperlukan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif bagi farmasis. Untuk mencapai komunikasi yang sukses dan efektif, komunikasi dapat dilakukan melalui dua cara paling mendasar, yaitu : a. Komunikasi verbal Komunikasi secara lisan yang terjadi apabila dua orang atau lebih bertemu baik secara langsung maupun tidak langsung dengan bahasa penghubung (paralanguage). Ciri-ciri komunikasi verbal yaitu: karakteristik vokal, kualitas suara yang dijelaskan dengan nada, puncak, volume dan kecepatan, kelancaran bicara harus tetap diperhatikan agar dapat dimengerti oleh pendengarnya dan volume suara harus diatur sesuai keaadaan dan dapat menegaskan kata kuncinya. b. Komunikasi non verbal Semua tingkah laku yang bukan lisan dan secara tidak tertulis, penghubungnya dalah bahasa tubuh (body language). Bahasa tubuh dapat terbagi atas beberapa bagian seperti penampilan, sikap tubuh dan cara berjalan, kontak fisik, kontak mata, ekspresi wajah dan isyarat tangan. Salah satu implementasi dari KIE dalah kegiatan konseling. Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat. Tujuan dilakukkannya konseling yaitu untuk mengoptimalkan hasil terapi obat dan tercapainya tujuan medis dari terapi obat dengan cara

35 membina hubungan dan menumbuhkan kepercayaan, menunjukkan perhatian dan kepedulian terhadap pasien serta mencegah dan mengurangi efek samping obat, toksisitas, resistensi antibiotika dan ketidak patuhan pasien. Kepatuhan pasien ditentukan oleh beberapa hal antara lain : 1. Pengalaman mengobati sendiri. 2. Pengalaman dari terapi sebelumnya. 3. Lingkungan (teman dan keluarga) 4. Efek samping obat. 5. Keadaan ekonomi. 6. Interaksi dengan tenaga kesehatan (Dokter, Apoteker, dan Perawat). Komunikasi diperlukan untuk memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan pasien dan keluarganya dalam suasana kemitraan untuk menyelesaikan masalah terapi obat pasien. Komunikasi antara farmasis dengan tenaga kesehatan lainnya juga penting dalam rangka mencapai keluaran terapi yang optimal khususnya dalam aspek obat. Kegiatan komunikasi yang dilakukan antara farmasis dengan pasien adalah: 1. Merancang, melengkapi, mengumpulkan, dan menganalisis informasi pasien yang relevan dengan penyakit dan tujuan pengobatan untuk mencapai keluaran yang optimal. 2. Menjelaskan maksud dan tujuan komunikasi kepada pasien dan/atau keluarganya secara jelas dan mudah dipahami sesuai keadaan tingkat pemahaman psien dan/atau keluarganya. 3. Memilih metode dan media komunikasi yang mendukung pemahaman pasien dan keluarganya. 4. Memotivasi pasien dan keluarganya agar berpartisipasi aktif dalam rangka pencapaian tujuan terapi dengan mengungkapkan kebenaran dan kelengkapan informasi serta agar pasien mematuhi rencana pengobatan. 5. Memberi kesempatan pasien dan/atau keluarganya untuk menyampaikan keluhan yang dialami berkaitan dengan penggunaan obat. 6. Memberikan solusi sesuai norma, etika, keilmuan dan tata hubungan antara profesi.

36 7. Memastikan pemahaman pasien dan/atau keluarganya atas informasi yang telah diberikan, bila perlu informasi disampaikan dalam bentuk peragaan gambar. 8. Mencatat dan mendokumentasikan hasil komunikasi. 9. Menghormati keputusan pasien dan keluarganya jika ternyata bertentangan dengan anjuran yang telah diberikan Swamedikasi Saat ini masyarakat telah menyadari betapa pentingnya kesehatan bagi diri mereka pribadi dan keluarganmya dengan melakukan berbagai cara untuk menjaga kesehatan tubuh dan mencegahnya dari serangan penyakit. Hal ini diupayakan melalui berbagai upaya untuk mencegahnya. Self care merupakan tindakan individu yang dilakukan untuk diri mereka sendiri dalam rangka menjaga dan memelihara kesehatan, mencegah maupun berhadapan dengan penyakit. Berolahraga, mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi dan rendah kalori serta membiasakan meminum air putih 8 gelas sehari merupakan contoh dari self care. Salah satu unsur dari self care adalah self medication yang lebih dikenal dengan istilah swamedikasi atau Upaya Pengobatan Diri Sendir (UPDS). Swamedikasi adalah upaya yang dilakukan oleh individu yang bertujuan untuk mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obatan yang dapat dibeli bebas di apotek atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter. Dalam hal ini masyarakat merasa butuh akan penyuluhan yang jelas dan tepat mengenai penggunaan secara aman dai obat-obatan yang dapat mereka beli secara bebas tanpa resep dokter di apotek. Biasanya swamedikasi ini dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan ringan mulai dari batuk pilek, demam, sakit kepala, maag, gatal-gatal hingga iritasi ringan pada mata. Salah satu upaya yang baru-baru ini dilakukan sebagai wujud dari self medication dalah mengkonsumsi suplemen makanan (food suplement). Konsep modern swamediaksi untuk saat ini lebih dimaksudkan sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit dengan mengkonsumsi vitamin dan food suplement untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Konseling swamedikasi sebaiknya dilakukan untuk penyakit ringan dan yang sangat penting sebelum melakukan swamedikasi harus mempelajari segala

37 sesuatu yang berhubungan dengan penyakit yang diderita serta obat yang sesuai untuk mengobati penyakit tersebtu dan juga bagi kondisi fisik pasien. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam swamedikasi adalah : 1. Baca secara teliti informasi yang tertera pada kemasan atau brosur yang disisipkan di dalam kemasan meliputi : komposisi zat aktif, indikasi, kontraindikasi, dosisi, efek samping dan cara penggunaan. 2. Pilih obat dengan jenis kandungan zat aktif sesuai keperluan, seperti jika gejala penyakitnya hanya batuk maka pilih obat yang digunakan untuk mengatasi batuknya saja dan tidak perlu obat penurun demam. 3. Penggunaan obat swamedikasi hanya jangka pendek (seminggu), jika gejala menetap atau memburuk maka segera konsultasikan ke dokter. 4. Perhatikan aturan pakai, bagaimana cara memakainya, berapa jumlahnya, dipakai sebelum atau sesudah makan serta berapa lama pemakaiannya. Untuk lebih mengarahkan ketepatan pemilihan obat pada saat melakukan pelayanan swamedikasi, konseling pra layanan swamedikasi dapat dilakukan kepada apsien dengan arahan 5 pertanyaan penuntun sebagai berikut : W = Who Untuk siapa obat tersebut? W = What Symptoms Gejala apa yang dirasakan? H = How Long Sudah berapa lama gejala tersebut berlangsung? A = Action Tindakan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut? M = Medicine Obat-obat apa saja yang sedang digunakan oleh pasien? Dalam melakukan kegiatan swamedikasi tidak selalu berjalan dengan lancar. Ada berbagai hambatan yang dapat terjadi pada proses pengobatan dan pemberian konseling, diantaranya yaitu : 1. Hambatan yang berasal dari pasien antara lain adalah perasaan malu, marah, takut, ragu-ragu. Hal ini dapat diatasi dengan bersikap empati, mencari sumber timbulnya masalah tersebut, tetap bersikap terbuka dan siap membantu. 2. Hambatan yang berasal dari latar belakang pendidikan, budaya dan bahasa. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan istilah sederhana yang dapat dipahami. Berhati-hati dalam menyampaikan hal yang sensitif.

38 3. Hambatan yang berasal dari fisik dan mental. Ini dapat diatasi dengan menggunakan alat bantu yang sesuai atau melibatkan orang yang merawatnya. 4. Hambatan yang berasal dari tenaga farmasi, dapat berupa mendominasi percakapan, menunjukkan yang tidak memberikan perhatian, tidak mendengarkan apa yang pasien sampaikan, menggunakan istilah medis yang tidak dipahami oleh pasien. Upaya yang diberikan yaitu dengan memberikan kesempatan kepada pasien untuk menyampaikan masalahnya dengan bebas dan menunjukkan kepada pasien bahwa apa yang disampaikannya didengarkan dan diperhatikan. 5. Hambatan lain adalah kurangnya tempat khusus dalam memberikan konseling guna memberikan rasa privasi dan kenyamanan kepada pasien Pelayanan (Service) Menghadapi era globalisasi dan pasar bebas serta situasi persaingan yang semakin tajam, maka sebagai pelaku usaha kita tidak bisa hanya bersaing dalam soal harga. Agar tetap eksis dalam dunia usaha kita harus mengembangkan strategi baru yang memfokuskan perhatian pada pelanggan, yang dapat diwujudkan melalui pelayanan yang bermutu tinggi. Hal yang sama juga berlaku bagi apotek, selain bersaing soal harga kita juga harus memberikan pelayanan yang baik pada konsumen. Kegiatan komunikasi, informasi, edukasi dan swamedikasi ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang memadai bagi masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok, dimana pelayanan kesehatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kefarmasian yang utuh dan terpadu. Praktek pelayanan kefarmasian adalah upaya penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian dalam rangka pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit bagi perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat. Pelayanan dapat diartikan sebagai kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain. Setiap orang menginginkan pelayanan yang baik, yaitu pelayanan yang diberikan harus melebihi dari apa yang diharapkan, baik pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) maupun pada pelayanan lain seperti fasilitas antar obat ke rumah, pelayanan yang cepat, tepat dan ramah, kelengkapan

39 produk dan layanan penunjang, seperti tempat parkir, keamanan, kenyamanan, penampilan petugas, dan lain-lain. Menurut A. Parasuraman, V.A. Zethami dan L.L. Berry ada lima dimensi yang digunakan oleh pelanggan dalam menilai suatu kualitas pelayanan: 1. Reliabilty (kehandalan) Suatu kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya, kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan seperti ketepatan waktu dan tanpa kesalahan. 2. Assurance (jaminan/kepastian) Pengetahuan dan keramahan karyawan serta kemampuan melaksanakan tugas secara spontan yang dapat menjamin kinerja yang baik sehingga menimbulkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan. 3. Tangibles (berwujud) Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik harus dapat diandalkan, keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Seperti : gedung yang bagus, peralatan komputer yang canggih dan seragam karyawan-karyawati yang menarik. 4. Empathy (empati) Memberikan perhatian yang bersifat individual atau pribadi kepada pelanggan dan berusaha memahami keinginan pelanggan. 5. Responsiveness (ketanggapan) Suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsive) kepada pelanggan, membiarkan pelanggan menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan, kemampuan untuk mengatasi hal tersebut secara profesional dapat memberikan persepsi yang positif terhadap kualitas pelayanan. Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan, ada beberapa aspek pelayanan yang harus dievaluasi, antara lain : 1. Tangibles (kasat mata) a. Penampilan apotek, tampak muka, lay out, furniture. b. Penataan obat, kebersihan.

40 c. Penampilan karyawan apotek. 2. Pemahaman terhadap pelanggan a. Memberikan perhatian. b. Mengenal pelanggan. 3. Keamanan a. Perasaan aman di area parkir b. Terjaganya rahasia transaksi 4. Kredibilitas a. Reputasi menjalankan komitmen b. Dipercaya karyawan c. Garansi yang diberikan d. Kebijakan pengambilan barang 5. Informasi yang diberika ke pelanggan a. Menjelaskan pelayanan dan biaya b. Jaminan penyelesaian masalah 6. Perilaku yang sopan a. Karyawan yang ramah b. Penuh penghargaan c. Menunjukkan sikap perhatian 7. Akses a. Kemudahan dalam bertransaksi b. Waktu buka apotek yang sesuai c. Keberadaan manager untuk menyelesaikan masalah 8. Kompetensi/kecakapan a. Pengetahuan dan keterampilan dari karyawan b. Terjawabnya setiap pertanyaan pelanggan 9. Responsiveness atau cara menanggapi a. Memenuhi panggilan pelanggan b. Memberikan pelayanan yang tepat waktu 10. Reliability/dapat diandalkan a. Keakuratan dalam pelayanan b. Keakuratan bon pembelian

41 c. Melayani dengan cepat Perusahaan yang selalu fokus dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada pelanggan akan banyak memetik manfaat antara lain sebagai berikut : 1. Menjadikan berbeda dari pesaing 2. Memperbaiki citra di mata pelanggan 3. Meminimalkan faktor sensitivitas harga 4. Meningkatkan keuntungan 5. Meningkatkan kepuasan dan mempertahankan pelanggan 6. Menghasilkan dukungan yang maksimal untuk perusahaan 7. Meningkatkan reputasi 8. Memastikan produk dan jasa yang ditawarkan tepat sasaran 9. Meningkatkan semangat karyawan 10. Meningkatkan kepuasan dan mempertahankan karyawan 11. Meningkatkan produktivitas 12. Mengurangi biaya 13. Menciptakan reputasi sebagai perusahaan yang peduli dan berorientasi kepada pelanggan 14. Memperbesar hubungan dengan pemasok 15. Menyebabkan terjadinya perbaikan pada boperasional perusahaan secara berkesinambungan.

42 BAB 3 TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA APOTEK 3.1. Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. Sejarah Kimia Farma (KF) dimulai sekitar tahun 1957, pada saat pengambilalihan perusahaan milik Belanda yang bergerak di bidang farmasi oleh Pemerintah Republik Indonesia (Pengenalan Perusahaan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk., 2010). Perusahaan- perusahaan yang mengalami nasionalisasi antara lain N.V. Pharmaceutische Hendel vereneging J. Van Gorkom (Jakarta), N.V. Chemicalier Handle Rathcamp & Co., (Jakarta), N.V. Bavosta (Jakarta), N.V. Bandoengsche Kinine Fabriek (Bandung) dan N.V Jodium Onderneming Watoedakon (Mojokerto). Berdasarkan Undang-Undang No. 19/Prp/tahun 1960 tentang Perusahaan Negara dan PP No. 69 tahun 1961 Kementerian Kesehatan mengganti Bapphar menjadi BPU (Badan Pimpinan Umum) Farmasi Negara dan membentuk Perusahaan Negara Farmasi (PNF). Perusahaan Negara Farmasi tersebut adalah PNF Radja Farma, PNF Nurani Farma, PNF Nakula Farma, PNF Bio Farma, PNF Bhinneka Kimia Farma, PNF Kasa Husada dan PNF Sari Husada. Pada tanggal 23 Januari 1969, berdasarkan PP No. 3 Tahun 1969 perusahaan-perusahaan negara tersebut digabung menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma dengan tujuan penertiban dan penyederhanaan perusahaan-perusahaan negara. Selanjutnya pada tanggal 16 agustus 1971, Perusahaan Negara Farmasi Kimia Farma mengalami peralihan bentuk hukum menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan status sebagai Perseroan Terbatas, sehingga selanjutnya disebut PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. Pada tahun 1998, terjadi krisis ekonomi di ASEAN yang mengakibatkan APBN mengalami defisit anggaran, dan hutang negara semakin besar. Untuk mengurangi beban hutang, Pemerintah mengeluarkan kebijakan privatisasi BUMN. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. S-59/M-PM. BUMN/2000 tanggal 7 Maret 2000, PT. Kimia Farma (Persero), Tbk., diprivatisasi. Pada tanggal 4 Juli tahun 2000 PT. Kimia Farma

43 (Persero), Tbk. resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) sebagai perusahaan publik. Pada tanggal 4 Januari 2002 didirikan 2 anak perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading & Distribution untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan cepat PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek (KFA) merupakan anak perusahaan dari PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. yang didirikan pada tanggal 4 Januari PT. Kimia Farma Apotek adalah bagian dari bidang usaha farmasi yang bergerak di bidang ritel produk-produk farmasi. PT. Kimia Farma Apotek telah memiliki kurang lebih 512 apotek yang terbagi atas 37 unit bisnis yang tersebar di seluruh Indonesia Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek a. Visi Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia. b. Misi Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui : 1. Jaringan layangan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya 2. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal 3. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee Based Income) Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek PT Kimia Farma dipimpin oleh seorang Managing Director yang membawahi dua direktur, yaitu Direktur Operasional dan Direktur Keuangan. Direktur Operasional membawahi Business Manager (BM). BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam satu wilayah dan bertugas melaksanakan kegiatan administrasi yang mengkoordinasikan aktifitas administrasi beberapa Apotek Pelayanan dalam satu grup wilayah. Selain itu, BM juga melaksanakan kegiatan pengadaan dan penyimpanan barang, pendistribusian barang serta pengumpulan data kegiatan untuk semua Apotek dalam grup

44 daerahnya. Sedangkan Apotek Pelayanan hanya melaksanakan fungsi pelayanan, tidak melakukan pengadaan dan penyimpanan barang sendiri, namun barang diperoleh dari BM sehingga kegiatannya hanya terfokus pada pelayanan. Dengan adanya konsep unit BM, diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam suatu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan- keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah: a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah. b. Apotek pelayanan akan lebih fokus kepada kualitas pelayanan, sehingga mutu pelayanan akan meningkat dan diharapkan akan berdampak pada peningkatan penjualan. c. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi d. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumber barang dagangan yang lebih murah, dengan maksud agar dapat memperbesar range margin atau HPP rendah Untuk wilayah Jadebotabek terdapat 7 Unit BM, yakni: a. Business Manager Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru. b. Business Manager Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara dan Jakarta Timur dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48, di Matraman. c. Business Manager Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok dan Sukabumi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 7, Bogor. d. Business Manager Tanggerang, membawahi wilayah Provinsi Banten dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tanggerang. e. Business Manager Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo f. Business Manager Bekasi, membawahi wilayah Bekasi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 284 Jl. Siliwangi No. 86 A, Bekasi. g. Business Manager Sukabumi, membawahi wilayah Sukabumi dan Cianjur dengan BM di Jl Veteran II/2, Sukabumi

45 BM secara struktur organisasi langsung membawahi para manager apotek pelayanan dan membawahi supervisor akutansi dan keuangan serta supervisor inventory. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari fungsi-fungsi yang menjalankan perannya masing-masing.

46 BAB 4 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA NO. 282, JAKARTA BARAT Apotek Kimia Farma No. 282 merupakan salah satu Apotek pelayanan dari Business Manager (BM) Jaya I. Terletak Jl. Aipda KS Tubun No. 84 B-C, Jakarta Barat. Apotek ini melakukan kegiatan penjualan dan pelayanan keprofesian, sedangkan kegiatan administrasinya dilakukan oleh BM. BM Jaya I berada di Apotek Kimia Farma No. 42 Kebayoran Baru. BM mengelola administrasi, pengadaan/ pembelian, piutang dagang, hutang dagang, pajak, kas, personalia, dan kasir besar untuk kepentingan seluruh Apotek pelayanan yang berada di bawah BM Jaya I, yang meliputi APP daerah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat Business Manager (BM) Wilayah Jaya I Business Manager (BM) wilayah Jaya I membawahi 17 Apotek pelayanan yang tersebar di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan termasuk Apotek Kimia Farma No BM wilayah jaya I berlokasi di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru. BM bertanggung jawab terhadap kegiatan pengadaan dan administrasi dari apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. Struktur organisasi BM terdiri dari seorang Manajer Bisnis yang langsung membawahi para Pharmacy Manager (PhM) dan membawahi supervisor akuntasi dan keuangan serta supervisor inventory. Masing-masing dari bagian tersebut memiliki peran dan fungsinya masing-masing Lokasi Apotek Apotek Kimia Farma No. 282 berlokasi di jalan KS Tubun No. 84 B-C. Jakarta Barat. Ditinjau dari lokasinya, apotek ini cukup strategis karena berada tepat di pinggir jalan. Selain itu, lokasi ini dekat dengan tempat-tempat umum seperti RS PELNI, Pasar Tanah Abang, pemukiman penduduk, dan beberapa perusahaan yang dapat dijadikan mitra untuk pembelian resep kredit.

47 4.3. Desain dan Tata Ruang Apotek Penataan ruang apotek bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pelanggan dan karyawan apotek. Tata ruang Apotek Kimia Farma No. 282 memiliki konsep semi terbuka sehingga pasien dapat melihat langsung apa yang sedang dilakukan oleh pegawai apotek, kecuali ruangan peracikan dan administrasi. Desain bangunan apotek yang menggunakan kaca di sekelilingnya dimaksudkan agar menarik perhatian pengguna jalan yang melewati apotek untuk berkunjung dan juga bertujuan agar mempermudah masyarakat untuk melihat kondisi di dalam apotek. Adapun pembagian ruangan yang terdapat di apotek antara lain ruang tunggu, tempat penyerahan resep dan pengambilan obat, swalayan farmasi, ruang peracikan, ruang apoteker, ruang administrasi, dan ruang penunjang lain seperti toilet untuk dan pengunjung. Apotek Kimia Farma No. 282 mempunyai halaman parkir yang luas berada di depan apotek Ruang Tunggu Ruang tunggu di apotek ini terdapat di sebelah kanan dari arah masuk pintu depan, yaitu tepat di depan gondola apotek swalayan. Terdapat pendingin ruangan untuk memberikan kenyamanan pada pelanggan yang sedang menunggu penyiapan obat. Ruang tunggu juga dilengkapi koran yang disediakan oleh apotek yang dapat dibaca oleh pasien/ pelanggan ketika menunggu penyerahan obat. Selain bahan bacaan, terdapat juga televisi dan dua lemari pendingin berisi minuman ringan yang dapat dibeli oleh pelanggan Area Pelayanan Area pelayanan terdiri dari tempat penerimaan resep sekaligus kasir, tempat penyiapan obat, tempat penyerahan obat, dan tempat pembelian HV (hand verkoop) atau obat-obat OTC (over the counter). Antara pelanggan dengan bagian dalam area pelayanan dibatasi oleh meja dengan tinggi setara dada orang dewasa Swalayan Farmasi Area ini berada di sebelah kanan dan kiri dari arah masuk pintu depan apotek. Swalayan berada di dekat ruang tunggu sehingga mudah dilihat oleh pengunjung, baik pengunjung yang bertujuan langsung membeli obat di swalayan farmasi, maupun pengunjung yang sedang menunggu pelayanan resep. Area ini

48 terdiri atas lima island gondola, dua wall gondola, dan satu lemari kaca. Pengelompokkan produk disusun berdasarkan fungsi/ kategori yang saling berhubungan. Penyusunan barang di rak memperhatikan kemasan, ukuran, serta bentuk sediaan. Kemasan botol ditata dari kemasan besar ke kecil dari kiri ke kanan. Sediaan sirup dan tablet/kapsul serta sediaan salep/cream ditempatkan pada rak yang terpisah. Adapun pemajangan produk di swalayan farmasi Apotek Kimia Farma No. 282 adalah sebagai berikut: a. Gondola 1. Produk yang dipajang merupakan produk dengan kategori minuman ringan, vitamin dan mineral (liquid). b. Gondola 2. Produk yang dipajang merupakan produk dengan kategori vitamin dan mineral (solid), medicine (liquid). c. Gondola 3. Produk yang dipajang merupakan produk dengan kategori medicine (solid), traditional medicine dan obat-obatan topikal. d. Gondola 4. Produk yang dipajang merupakan produk dengan kategori skin care, soap and body wash e. Gondola 5. Produk yang dipajang merupakan produk dengan kategori oral care dan hair care. f. Wall 1. Diletakkan merapat pada dinding sebelah kiri apotek, diisi oleh produk dengan kategori baby diapers dan baby & child care. g. Wall 2. Diletakkan merapat pada dinding sebelah kanan apotek, diisi oleh produk dengan kategori milk and nutrition h. Lemari kaca. Lemari kaca terletak pada depan pintu masuk untuk memajang suplemen makanan atau multivitamin dengan merk dan ukuran yang bervariasi Ruang Penyimpanan dan Peracikan Obat Ruangan ini berada di bagian belakang tempat penerimaan resep. Di ruangan ini dilakukan proses penyiapan obat, dan pembuatan etiket. Ruangan ini dilengkapi dengan lemari obat-obat ethical, meja serta kursi untuk menulis etiket, kemasan, label, lembar copy resep, kuitansi, dan buku-buku panduan yang diperlukan seperti ISO, MIMS, dan buku yang berisi daftar obat untuk resep-resep kredit. Di ruangan ini terdapat juga dispenser dan kulkas penyimpanan obat.

49 Tempat peracikan obat terletak di belakang meja penyiapan dan penulisan etiket. Di tempat ini dilakukan penimbangan, peracikan, dan pengemasan obatobat racikan. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperi timbangan, lumpang, dan alu, bahan baku, cangkang kapsul dan kertas perkamen. Di area ini juga terdapat 11 lemari obat sebagai tempat penyimpanan obat yang disusun di rak obat dengan dua bagian tempat penyimpanan. Penempatan obat di rak berdasarkan efek farmakologi, abjad, dan bentuk sediaan. Obat-obat golongan narkotika disimpan di lemari terpisah yang terbuat dari kayu yang memiliki dua pintu dan terkunci, sedangkan obat-obat psikotropika disimpan di rak bersama dengan obat lain. Lemari penyimpanan obat di apotek ini dikelompokkan berdasarkan kategori sebagai berikut: a. Lemari 1. Berisi obat sesuai dengan efek farmakologinya sebagai obat Antibiotik dan generik. b. Lemari 2. Berisi obat sesuai dengan efek farmakologinya sebagai obat analgesik dan askes. c. Lemari 3. Berisi obat sesuai dengan efek farmakologinya sebagai hipertensi dan kolesterol d. Lemari 4 Berisi obat sesuai dengan efek farmakologinya sebagai obat vitamin. e. Lemari 5. Berisi obat sesuai dengan efek farmakologinya sebagai obat antihistamin dan psikotropik. f. Lemari 6. Berisi obat sesuai dengan efek farmakologinya sebagai obat golongan hormon g. Lemari 7. Berisi obat sesuai dalam bentuk sediaan salep h. Lemari 8. Berisi obat sesuai dalam bentuk sediaan sirup dan drops i. Lemari 9. Berisi obat sesuai dengan efek farmakologinya sebagai obat saluran cerna dan obat tetes dan salep mata. j. Lemari 10. Lemari yang khusus digunakan untuk menyimpan obat-obat golongan narkotika k. Lemari 11. Merupakan lemari tempat menyimpan obat-obat dengan harga mahal seperti inhaler, vitamin, sediaan farmasi untuk perawatan rambut, dll Ruang Apoteker Pengelola Apotek (APA)

50 Ruangan ini digunakan oleh APA untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya, baik dalam hal teknis kefarmasian (fungsi kontrol) dan nonteknis kefarmasian (fungsi manajerial). Ruangan ini terletak di lantai dua apotek Ruang Administrasi Ruangan ini berfungsi untuk melakukan pengolahan data dan keperluan administrasi apotek. Dilengkapi dengan dua perangkat komputer dan satu printer. Ruangan ini terletak di atas, di samping ruang apoteker dan tidak terlihat oleh pasien. Terdapat dua lemari besar yang digunakan untuk menyimpan surat-surat atau data administrasi dan juga brangkas yang digunakan untuk menyimpan uang peti kas juga terdapat di ruangan ini Struktur Organisasi dan Personalia di Apotek Apotek Kimia Farma No. 282 dipimpin oleh seorang apoteker pengelola apotek (APA) yang di dalam managemen Apotek Kimia Farma disebut sebagai Pharmacy Manager (PhM). Dalam melakukan layanan kefarmasian, APA dibantu oleh asisten apoteker (AA) dan tenaga non farmasis (juru resep dan kasir). Adapun personalia apotek ini berdasarkan tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut: a. Apoteker pengelola apotek (APA) berjumlah 1 orang. b. Asisten apoteker (AA) berjumlah 6 orang. c. Juru resep berjumlah 4 orang Apoteker Pengelola Apotek (APA) Pimpinan apotek atau APA bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan teknis dan nonteknis kefarmasian dan manajerial di apoteknya serta bertanggung jawab langsung kepada BM Jaya I PT Kimia Farma Apotek. APA mengoordinasikan dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan di apotek untuk meningkatkan nilai tambah pelayanan apotek dan memastikan terpenuhinya kepuasan pelanggan. Tugas dan tanggung jawab pimpinan apotek adalah: a. Mengoordinasikan pelaksanaan fungsi profesi kefarmasian di apotek dengan memberikan bimbingan bagi seluruh sumber daya sesuai dengan profesinya, untuk memastikan bahwa APA dapat bekerja mengelola apotek sesuai profesinya sebagai apoteker.

51 b. Mengelola dan mengawasi kegiatan operasional layanan farmasi di apotek yang menjadi tanggung jawab dalam hal pelayanan, untuk memastikan pencapaian kinerja apotek dalam hal pelayanan (tidak ada kesalahan obat dan komplain pelanggan). c. Memberikan pengarahan dan mengidentifikasi potensi seluruh sumber daya manusia dalam kegiatan operasional apotek pelayanan di bawah tanggung jawabnya, untuk memastikan seluruh karyawan dapat bekerja secara optimal sesuai potensi dan tugasnya masing-masing sehingga target apotek pelayanan bisa tercapai. d. Melakukan dan mengawasi pelaksanaan pemberian layanan swamedikasi sesuai dengan profesinya, untuk mempertahankan citra baik perusahaan dan loyalitas pelanggan. e. Memberikan pelatihan kepada seluruh sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan di apotek, untuk mendukung terciptanya sumber daya manusia yang memiliki kualitas baik. f. Melakukan validasi penjualan dan stock opname untuk memastikan sistem informasi berjalan dengan baik Asisten Apoteker (AA) Asisten apoteker bertanggung jawab langsung kepada pimpinan apotek dalam menjalankan tugasnya. Adapun tugas dan tanggung jawab AA adalah sebagai berikut: a. Memberikan pelayanan kepada pasien, mulai dari penerimaan resep (sebelum diberikan kepada kasir), perhitungan harga resep (apabila diperlukan), pengambilan obat dari bagian persiapan, dan penyerahan obat kepada pasien (disertai pencatatan informasi penting), untuk memastikan pelayanan terintegrasi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. b. Melakukan konfirmasi kepada dokter penulis resep bila ditemukan kejanggalan pada resep dan melakukan koreksi dengan persetujuan dokter penulis resep, untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam penulisan resep. c. Melakukan proses analisa resep obat racikan untuk memastikan bahwa jumlah dan dosis obat yang telah tertulis di dalam resep tepat.

52 d. Memberikan pelayanan untuk penjualan obat bebas, untuk memastikan proses penjualan bebas dilakukan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku. e. Mengentri BPBA yang akan dipesan berdasarkan pareto (penjualan) f. Memeriksa kesesuaian barang yang datang dengan faktur dari PBF dengan BPBA yang dibuat di apotek Kasir Kasir bertanggung jawab kepada APA dan mempunyai tugas antara lain: a. Menerima uang pembayaran atas hasil penjualan tunai, yaitu resep tunai, penjualan bebas dan penjualan alat-alat kesehatan. b. Mencatat semua hasil penjualan tunai setiap harian pada laporan penjualan harian dengan membuat laporan ikhtisar penjualan harian (LIPH) c. Menghitung dan menyetorkan semua hasil penjualan tunai harian selama bertugas pada kasir besar melalui supervisor peracikan sebagai penanggung jawab Juru Resep Juru resep mempunyai tugas sebagai berikut: a. Membantu tugas AA untuk menyiapakan obat, yaitu dengan mengerjakan obatobat racikan yang bahannya telah disiapkan oleh AA sesuai dengan bentuk sediaan yang diminta. b. Membuat obat-obat racikan di bawah pengawasan AA. c. Menjaga kebersihan di lingkungan apotek 4.5. Kegiatan Apotek Apotek Kimia Farma No. 282 melaksanakan kegiatan pelayanan setiap hari yang terbagi dalam 3 shift, yaitu shift pagi pukul ( WIB), shift siang pukul ( WIB), dan shift malam ( ) dan setiap karyawan wajib datang setengah jam sebelum jam masuk. Kegiatan utama yang dilakukan di apotek ini meliputi kegiatan teknis kefarmasian (pengadaan barang, penerimaan barang, penyimpanan barang, pembuatan obat racikan, dan penjualan) serta kegiatan nonteknis kefarmasian.

53 Kegiatan Teknis Kefarmasian a. Pengadaan barang Apotek Kimia Farma No. 282 merupakan salah satu apotek pelayanan yang berdasarkan wilayahnya berada dibawah koordinasi dari BM Jaya I. Pengadaan barang-barang reguler (selain narkotika dan obat-obat BPJS) dilakukan secara terpusat di BM dengan menggunakan sistem pembelian sentralized purchasing. Sistem pengadaan barang di apotek Kimia Farma No. 282 menggunakan Form BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek). Masing-masing penanggungjawab lemari akan memasukkan data BPBA berdasarkan pareto (penjualan) ke data BPBA setiap hari Jumat. Data BPBA tersebut akan dievaluasi dan divalidasi oleh APA atau supervisor pada hari sabtu. BPBA yang telah divalidasi akan dikirimkan ke BM Jaya I bagian pengadaan melalui . Semua BPBA yang telah divalidasi kemudian diprint dan disimpan sebagai arsip di apotek. Selanjutnya bagian pengadaan atau pembelian di BM Jaya I akan berkoordinasi dengan bagian gudang dalam melakukan pengadaan barang sesuai BPBA. BM Jaya I akan melakukan pengantaran barang ke apotek setiap hari rabu untuk pengantaran tahap 1 dan hari jumat untuk pengantaran tahap 2 ( khusus barang-barang yang membutuhkan pemesanan ke PBF terlebih dahulu). Untuk pengadaan narkotika, pemesanan dilakukan oleh Apoteker dengan membuat surat pemesanan (SP). SP narkotik selanjutnya akan diserahkan ke distributor melalui sales distributor. Selain pengadaan obat - obatan reguler, narkotik dan psikotropik, apotek juga melakukan pengadaan obat-obatan BPJS dan inhealth. Khusus untuk pengadaan obat-obatan BPJS, SP harus dilegalisasi terlebih dahulu oleh pihak BPJS. Setelah di legalisasi, SP tersebut diserahkan ke distributor melalui sales distributor. Untuk inhealth, pemesanan dapat dilakukan melalui internet. Selain sistem BPBA, apotek dapat melakukan permintaan cito kepada BM atau melakukan dropping dari apotek kimia farma terdekat. Permintaan cito yaitu permintaan mendesak, jika obat atau perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan segera, tetapi tidak ada persediaan. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan agar pelanggan tidak kecewa akibat persediaan yang kosong. b. Penerimaan barang

54 Ketika barang yang datang dari BM, maka akan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi nama, kemasan, jumlah, potensi, tanggal kadaluarsa, dan kondisi barang. Jika terdapat ketidaksesuaian dengan BPBA, akan dilakukan pencatatan dan selanjutnya dikonfirmasi ke BM. Khusus untuk narkotika yang dipesan sendiri oleh apotek Kimia Farma No. 282, maka akan dikirim langsung oleh distributor ke apotek tanpa melalui BM. Pada saat penerimaan juga dilakukan proses pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan nama, kemasan, jumlah, tanggal kadaluarsa, dan kondisi barang, serta dilakukan pencocokan antara faktur dan salinan faktur dengan surat pesanan yang meliputi nama, kemasan, jumlah, harga barang, serta nama distributor. Kemudian faktur ditandatangani dan diberi stempel apotek. Selanjutnya faktur asli akan diserahkan ke BM untuk dilakukan pembayaran. Penerimaan narkotik dilakukan oleh apoteker atau petugas lain yang diberi kuasa. c. Penyimpanan barang 1. Penyimpanan obat ethical Sistem yang digunakan dalam penyimpanan barang adalah sistem FIFO (First In First Out) dan sistem FEFO (Fist Expired Fist Out). Penyimpanan obat disusun secara alfabetis dan dikelompokkan sesuai dengan efek farmakologis (antibiotik, jantung dan hipertensi, antidiebetik, analgetik-antiinflamasi, susunan saraf pusat, pencernaan, antialergi, hormon, psikotropika, vitamin dan suplemen), bentuk sediaan obat (padat, semisolid, cairan, dan obat tetes mata), dan tempat khusus lemari pendingin untuk menyimpan obat yang harus disimpan pada suhu rendah seperti suppositoria, ovula dan insulin. Selain itu, penyimpanan obat juga dibedakan atas obat generik, narkotika, psikotropika, dan obat Asuransi Kesehatan (BPJS). Sediaan oral dalam bentuk larutan diletakkan pada rak tersendiri yang berada di bawah rak obat sediaan padat. Obat tetes, sediaan semisolid, dan sediaan injeksi juga diletakkan di tempat yang terpisah. Obat semisolid terletak di rak di ruang peracikan. Obat-obat dalam bentuk bahan baku diletakkan di rak tersendiri di dekat timbangan. Setiap pengeluaran dan pemasukan barang dicatat dalam kartu stok. Kartu stok tersebut diletakkan di dalam kotak masing-masing obat. Untuk mencegah obat kadaluarsa yang tidak terkontrol, selain diterapkan sistem

55 FEFO, di apotek Kimia Farma No. 282 juga dibuat stiker kertas berwarna yang menandakan tahun kadaluarsa obat yaitu warna merah untuk obat yang akan kadaluarsa di tahun 2014, warna kuning untuk obat yang akan kadaluarsa di tahun 2015 dan warna hijau untuk obat yang akan kadaluarsa diatas tahun Penyimpanan di swalayan farmasi Produk-produk seperti vitamin, suplemen makanan, obat bebas, obat bebas terbatas, produk bayi, kosmetik, dan perbekalan kesehatan rumah tangga disusun pada rak (gondola) swalayan farmasi. Rak disusun sejajar dengan kemiringan sekitar 30 0 agar mudah dilihat dan tampak menarik oleh konsumen. Rak rak tersebut dikelompokkan menjadi produk beauty care, personal care, baby and child care, first aid, medicine (tablet), medicine (syrup), vitamin dan mineral, oral care serta poduk topikal lainnya. d. Penjualan barang Kegiatan penjualan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 282 meliputi pelayanan resep, penjualan obat bebas, dan penjualan alat kesehatan. Pelayanan resep dokter terdiri dari resep tunai dan resep kredit. 1. Pelayanan resep tunai Resep tunai merupakan resep permintaan obat tertulis dari dokter untuk pasien dan dibayar secara tunai oleh pasien. 2. Penjualan resep kredit Untuk resep kredit, pembayaran menggunakan jasa perusahaan asuransi yang pembayarannya secara berjangka. Apotek Kimia Farma No.282 mengadakan kerjasama dengan Bank Mandiri, PLN, Star Energy, Pespampres, BPJS dan Asuransi Kesehatan Inhealth. 3. Penjualan swalayan farmasi Penjualan swalayan farmasi adalah barang yang dibeli tanpa resep dokter seperti obat bebas dan obat bebas terbatas, obat tradisional, kosmetika, perlengkapan bayi, dan alat kesehatan. Apotek Kimia Farma No. 282 menyediakan alat-alat kesehatan seperti kursi roda, termometer digital, tongkat penyangga, tabung oksigen, tensimeter digital, alat pengecek kadar glukosa darah, dan lain sebagainya. Pelayanan penjualan alat-alat kesehatan

56 diberikan penjelasan tentang cara penggunaan alat-alat kesehatan tersebut oleh apoteker atau asisten apoteker. 4. Penjualan Obat Wajib Apotek (OWA) Pasien yang membeli OWA digolongkan sebagai pasien upaya pengobatan diri sendiri (UPDS). Prosedur OWA adalah sebagai berikut. Pasien menyebutkan OWA yang diinginkan. Kemudian AA memeriksa apakah obat yang diminta pasien termasuk dalam Daftar Obat Wajib Apotik (DOWA) atau tidak. Setelah itu, pasien membayar harga obat dikasir, kemudian AA memberikan obat disertai dengan informasi tentang obat tersebut. AA wajib mencatat nama, nomor telepon, dan alamat pasien di kartu UPDS. Setiap penjualan OWA wajib dicatat dalam laporan penjualan harian. e. Kegiatan nonteknis kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian mencakup kegiatan yang dilakukan bagian keuangan dan bagian administrasi, seperti pencatatan atau administrasi harian dalam bentuk pembuatan laporan harian yang biasa disebut LIPH (Laporan Ikhtisar Penjualan Harian), baik penjualan tunai ataupun kredit.

57 BAB 5 PEMBAHASAN Apotek Kimia Farma No. 282 merupakan Apotek pelayanan 24 jam yang berada di bawah Business Manager Wilayah Jaya I. Apotek Kimia Farma No. 282 dipimpin oleh Apoteker Pengelola Apotek yang bertindak sebagai Pharmacy Manager (PhM) yang bertugas mengelola seluruh kegiatan di Apotek meliputi operasional Apotek dan SDM, memastikan pencapaian target penjualan, laba, dan pembiayaan kebutuhan operasional sesuai yang telah ditetapkan. Selain menjadi sarana dalam melakukan pelayanan kefarmasian, Apotek juga merupakan unit bisnis retail yang melakukan pengelolaan perbekalan farmasi dan menjalankan standar pelayanan farmasi. Oleh karena itu, diperlukan sistem manajerial yang baik agar bisnis berjalan dengan lancar. Namun, pengelolaan apotek juga tidak lepas dari pelayanan farmasi yang berorientasi kepada pasien (patient oriented). Konsep pengelolaan bisnis dan pelayanan farmasi ini harus berjalan beriringan agar apotek dapat mendatangkan keuntungan dan menyediakan pelayanan farmasi yang memuaskan bagi pelanggan Lokasi dan Tata Ruang Apotek Apotek Kimia Farma No. 282 berlokasi di Jalan K. S. Tubun No. 84 B-C, Jakarta Barat. Apotek ini memiliki letak yang sangat strategis yakni terletak di daerah padat penduduk yaitu di Kecamatan Palmerah dan lokasinya dekat dengan pusat perbelanjaan Tanah Abang, Rumah Sakit Budi Mulya, Rumah Sakit Pelni, dan praktek dokter sehingga potensi pasar Apotek ini sangat tinggi. Hal tersebut juga ditunjang oleh akses jalan Apotek yang mudah, yaitu dilalui oleh lalu lintas dua arah yang cukup padat sehingga mempermudah pelanggan dan meningkatkan kenyamanan pelanggan untuk datang ke Apotek. Desain eksterior dan interior Apotek ini cukup baik, bangunan Apotek memiliki ciri khusus yaitu adanya logo Kimia Farma Apotek di depan Apotek sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengenali bahwa di lokasi tersebut terdapat Apotek Kimia Farma. Ruang parkir yang tersedia cukup luas sehingga memudahkan masyarakat yang datang dengan kendaraan pribadi. Display apotek

58 menarik karena bagian depan Apotek terbuat kaca transparan sehingga dari luar pengunjung dapat melihat barang-barang yang dijual di dalam Apotek. Hal ini mampu meningkatkan interest pengunjung untuk datang ke Apotek. Tata ruang Apotek terdiri dari ruang tunggu, swalayan, tempat penerimaan resep dan kasir, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan, ruang Apoteker, ruang administrasi, gudang dan toilet. Ruang tunggu apotek dilengkapi dengan pendingin ruangan, televisi dan disediakan koran sehingga meningkatkan kenyamanan pengunjung baik saat berbelanja di swalayan maupun saat menunggu resep. Penyimpanan obat dilakukan di dalam kotak-kotak obat yang diberi label penanda nama obat, bentuk sediaan, potensi obat dan penanda tahun kadaluarsa. Adapun tata letak obat di area penyimpanan obat dilakukan berdasarkan: 1. Obat-obat khusus untuk asuransi (BPJS/ Inhealth) 2. Obat-obat generik. 3. Farmakologi obat, meliputi obat-obat hipertensi, Kolesterol, golongan anti infeksi/antibiotik, golongan otot, persendian dan asam urat, golongan sistem pernafasan, golongan vitamin, mineral dan nutrisi, golongan anti alergi, golongan anti inflamasi, golongan sistem saluran cerna, golongan diabetes, golongan sistem kemih, golongan kontrasepsi dan golongan hormon. 4. Sediaan farmasi, meliputi sediaan oral padat (tablet, kapsul, kaplet), sediaan oral cair (sirup, suspensi, emulsi), sediaan semi padat (gel, krim, pasta), sediaan obat mata, sediaan tetes hidung dan telinga, sediaan inhalasi, sediaan injeksi, sediaan suppositoria dan ovula. 5. Sediaan termolabil yang membutuhkan penyimpanan dengan suhu tertentu (umumnya di lemari pendingin). 6. Obat narkotika dan psikotropika tersimpan dalam lemari khusus dan terpisah. Penyusunan obat berdasarkan efek farmakologis dinilai baik karena memudahkan asisten apoteker dan tenaga kefarmasian lainnya untuk mengetahui obat-obat yang termasuk ke dalam efek farmakologis tertentu. Selain itu, hal tersebut juga memudahkan tenaga kefarmasian untuk menginformasikan kepada pasien tentang obat tersebut.

59 Semua obat sediaan padat dan cair yang tidak memerlukan kondisi penyimpanan khusus diletakkan di tempat yang sejuk dan kering serta tidak terkena sinar matahari langsung. Obat-obatan yang memerlukan kondisi khusus seperti obat narkotika, suppositoria, ovula, hormon, dan probiotik diletakkan dalam tempat yang terpisah. Obat-obatan narkotika terletak di dalam lemari khusus narkotika, lemari tersebut memiliki 2 daun pintu serta memiliki kunci yang kuat. Penyimpanan obat narkotik di Apotek Kimia Farma No. 282 telah memenuhi ketentuan yang telah diatur oleh Pemerintah. Sementara obat-obat psikotropika ditempatkan di rak bersama dengan obat yang lain, hal ini belum memenuhi persyaratan karena seharusnya obat-obat psikotropika ditempatkan terpisah dari obat lainnya. Obat-obatan suppositoria, ovula, hormon, dan probiotik ditempatkan di lemari pendingin untuk menjaga stabilitas dari obat-obatan tersebut. Setiap obat diletakkan dalam kotak disertai label nama obat, kekuatannya (jika obat tersebut tersedia dalam dua kekuatan atau lebih), logo Kimia Farma, serta terdapat kartu stok untuk mencatat sisa stok obat. Tetapi, penyimpanan obatobat ini juga memiliki kekurangan seperti label kadaluarsa dari obat-obatan yang tidak diupdate, sehingga penandaan warna yang diberikan tidak sesuai dengan tahun kadaluarsa obat. Hal tersebut dapat menyebabkan waktu kadaluarsa dari obat tidak terpantau dengan baik. Ruang peracikan merupakan ruangan tempat menyiapkan obat menjadi sediaan tertentu sesuai yang diresepkan dokter, seperti puyer, kapsul, salep, krim, cairan, dll. Ruang peracikan dilengkapi dengan meja peracikan yang terdapat alatalat (neraca, mortir, stamper, gelas ukur, kertas perkamen, pot, botol, dll) dan bahan-bahan (bahan obat, alkohol, kapsul kosong dll) untuk meracik sediaan obat. Pada area peracikan juga terdapat wastafel untuk mencuci peralatan yang digunakan saat peracikan. Penataan swalayan farmasi sudah tertata dengan baik dan rapi. Swalayan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 282 cukup lengkap dengan penataan obat dan barang berdasarkan jenisnya, seperti baby and child care, paper product, milk and nutritoin, oral care, haircare, medicine, vitamin, makanan, obat-obat topikal, serta di dekat pintu masuk terdapat display produk vitamin dan supplemen. Penataan obat-obatan dan vitamin juga sangat baik, dimana obat-obatan dan

60 vitamin disusun berdasarkan jenisnya dan berdasarkan abjad sehingga mempermudah pelanggan untuk mencari obat-obatan dan vitamin yang diinginkan. Selain itu, Apotek ini juga menerapkan sistem Destination Buying dimana barang-barang yang menjadi tujuan pengunjung untuk datang (seperti obat dan vitamin) diletakkan di belakang sementara barang-barang yang tidak diduga ada di Apotek (seperti susu, kosmetik, dan makanan) diletakkan di dekat ruang tunggu. Hal tersebut dapat meningkatkan interest dari pengunjung dan secara bertahap dapat meningkatkan penjualan dari barang bebas (HV). Akan tetapi, pelanggan mendapat kesulitan dalam memperoleh informasi terkait harga barangbarang swalayan karena tidak dicantumkan label harga. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan label harga di masing-masing kotak barang atau obat yang di-display di Apotek. Area pelayanan apotek terbagi menjadi tiga bagian yaitu tempat penerimaan resep, kasir (pembayaran), dan penyerahan obat. Kasir dilengkapi dengan dua buah mesin pencatat penjualan yang dihubungkan dengan komputer, printer, kalkulator, dan mesin kartu kredit. Di apotek Kimia Farma No. 282 tidak dilakukan pemisahan antara kasir OTC dan kasir pelayanan resep. Seharusnya perlu dilakukan pemisahan kasir seperti yang telah diterapkan di apotek Kimia Farma yang lain. Pembagian ini ditujukan untuk efektifitas dalam pelayanan Dilantai 2 terdapat gudang tempat penyimpanan obat-obatan yang penyusunannya sesuai abjad untuk memudahkan karyawan menemukan obat yang dibutuhkan. Secara keseluruhan Apotek Kimia Farma No. 282 memiliki lokasi dan tata ruang yang sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perizinan Apotek kecuali pada penyimpanan Narkotika dan Psikotropika karena belum memenuhi secara keseluruhan standar yang telah ditetapkan Personalia PhM Kimia Farma No. 282 dibantu oleh 1 orang supervisor, 5 orang asisten apoteker, 4 orang non asisten apoteker, 2 orang pegawai magang, serta 1 orang satpam. Apotek ini menggunakan sistem kerja 3 shift, dimana masing-

61 masing shift selama 7 jam kerja yaitu pagi (jam ), siang (jam ), dan malam (jam ). Untuk dapat mengelola Apotek, seorang Apoteker tidak cukup hanya berbekal ilmu teknis kefarmasian saja, karena mengelola sebuah apotek sama seperti mengelola sebuah perusahaan, dibutuhkan kemampuan manajerial yang meliputi pengelolaan administrasi, persediaan, sarana, keuangan dan pengelolaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, di Apotek Kimia Farma seorang Apoteker selain menjadi seorang profesional dibidang farmasi dituntut juga dapat berperan sebagai manajer dan retailer. Retailing adalah semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan berang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan untuk penggunaan bisnis. Apotek merupakan tempat pengabdian profesi kefarmasian. Namun tidak dapat dipungkiri di sisi lain bahwa apotek adalah salah satu model badan usaha retail, yang tidak jauh berbeda dengan badan usaha retail lainnya. Apotek sebagai badan usaha retail bertujuan untuk menjual komoditinya, dalam hal ini obat dan alat kesehatan untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan memang bukanlah tujuan utama dari tugas keprofesian Apoteker, akan tetapi tanpa keuntungan Apotek tidak dapat maju. Dalam melaksanakan sistem pengelolaan Apotek, petugas AA merangkap sebagai sebagai kasir dan administrasi. Selain petugas Apotek, terdapat 5 orang Sales Promotion Girl (SPG) yang ditugaskan di Apotek Kimia Farma No Selain untuk meningkatkan penjualan produk, SPG juga membantu petugas Apotek dalam menyusun produkproduk di area swalayan farmasi dan mengambilkan produk-produk yang ditempatkan di area swalayan farmasi. Hal ini sangat membantu petugas Apotek untuk memberikan pelayanan yang cepat. Tenaga Kefarmasian Apotek Kimia Farmasi No. 282 telah memiliki surat izin kerja, SIPA bagi Apoteker Pengelola Apotek dan STRTTK bagi asisten apoteker. Secara keseluruhan petugas Apotek telah melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

62 5.3. Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotek Kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 282 meliputi kegiatan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, dan penyerahan obat kepada pasien Kegiatan Perencanaan dan Pengadaan Pengadaan merupakan suatu proses kegiatan yang bertujuan agar tersedia sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai denga kebutuhan pelayanan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan dalam jenis dan jumlah yang tepat dengan harga yang ekonomis dan memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan. Oleh karena itu, kegiatan pengadaan barang di Apotek Kimia Farma dilakukan secara terpusat oleh bagian pembelian di Business Manager (BM). Selain itu juga bertujuan agar Apotek Pelayanan berkonsentrasi terhadap pelayanan farmasi di masyarakat. Sistem ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain pembelian barang lebih ekonomis karena dilakukan dalam jumlah besar sehingga potongan harga yang diperoleh lebih besar. Selain itu juga dapat menghemat faktur pembelian dan kemungkinan memperoleh potongan harga harga dari PBF cukup besar karena pembelian dalam jumlah yang besar. Dasar perencanaan pengadaan sistem ini dibuat berdasarkan stok level seluruh Apotek pelayanan berdasarkan rata-rata penjualan per hari yang diperoleh dari data penjualan 3 bulan ke belakang dari masing-masing Apotek. Dengan sistem informasi manajemen yang terintegrasi maka dapat diketahui stock level mulai dari pareto A hingga C, buffer stock, serta lead time untuk masing-masing Apotek. Analisis sistem pareto digunakan karena jumlah jenis obat yang sangat banyak, sedangkan yang banyak digunakan serta memberikan kontribusi besar terhadap omset jumlahnya sedikit sehingga perlu dilakukan prioritas dalam pengendaliannya. Adapun keuntungan sistem pareto ialah perputaran barang yang lebih cepat sehingga modal dan keuntungan tidak terlalu lama dalam bentuk barang, namun dapat segera berwujud uang, mengurangi resiko penumpukkan barang serta obat kadaluarsa, mencegah terjadinya kekosongan barang yang bersifat fast moving dan meminimalisir penolakan resep yang terjadi. Dengan demikian perencanaan persediaan dapat ditentukan dengan cepat. Selain itu, administrasi pemesanan/ pembelian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

63 lainnya lebih efisien. Namun terdapat kelemahan dalam penggunaan analisa ABC (Pareto) ini terhadap stok barang di Apotek yaitu apabila terjadi perubahan pola permintaan barang dapat terjadi kekosongan/ kelebihan persediaan. Penyebab lain yang juga menyebabkan kekosongan/kelebihan persediaan, yaitu perencanaan persediaan yang tidak akurat dan kurangnya disiplin dari petugas dalam menjaga stok obat dilemari penyimpanan (penyimpanan yang tidak rapi, tercecer ditempat lain, persediaan rusak atau hilang). Kekosongan persediaan akan menyebabkan kehilangan penjualan atau tertundanya penjualan apabila pelanggan mau menunggu. Selain itu juga dapat menyebabkan terjadinya pembelian mendesak, bila pasien memerlukan obat tersebut dengan segera. Pembelian ini dapat dilakukan kepada sesama Apotek Kimia Farma atau Apotek lainnya. Apabila pembelian dilakukan di Apotek lain, maka akan memperbesar nilai HPP dari obat tersebut karena harga obat yang lebih mahal ditambah biaya transportasi petugas. Sedangkan kelebihan persediaan akan menyebabkan penumpukan persediaan, sehingga aliran uang kas tidak berputar yang dapat mengakibatkan kerugian bila obat mendekati masa kadaluarsa. Perencanaan yang baik dapat mencegah kekosongan maupun kelebihan persediaan. Oleh karena itu, jumlah stok barang di komputer (sistem informasi manajemen) diharapkan dapat sama dengan stok fisiknya. Keberhasilan fungsi pengadaan suatu Apotek akan menentukan keberhasilan Apotek secara keseluruhan karena fungsi pengadaan yang baik dapat menjamin persediaan barang di Apotek. Indikator keberhasilan dari fungsi pengadaan adalah Harga Pokok Penjualan (HPP) yang rendah dan service level yang tinggi dimana jumlah resep yang ditolak sangat kecil. Untuk obat dalam golongan narkotika, pengadaan dilakukan dengan cara melakukan pemesanan langsung ke PBF dengan lembar Surat Pemesanan (SP) khusus. SP Narkotika yang telah dibuat harus dibuat dengan mencantumkan nama dan SIPA Apoteker Pengelola Apotek (APA). Untuk pemesanan narkotika, pemesanan dilakukan ke PBF Kimia Farma selaku distributor tunggal Kegiatan Penerimaan Kegiatan penerimaan perbekalan farmasi yang telah diadakan melalui sistem DCs akan diantar dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Rabu dan

64 Jum at. Petugas Apotek akan melakukan verifikasi penerimaan/penolakkan dengan memeriksa kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, dan waktu penyerahan. Hanya saja, waktu kadaluarsa dan nomor batch tidak diperiksa saat menerima barang sehingga dapat menyebabkan barang-barang yang kadaluarsa masuk dalam Apotek. Apabila ditemukan ketidaksesuaian, maka petugas apotek akan memisahkan barang tersebut untuk dikembalikan. Selama pemeriksaan sering sekali ditemukan ketidaksesuaian barang seperti barang sudah rusak, jumlah barang yang dipesan tidak sesuai dengan barang yang datang, barang yang dipesan tidak ada, dan sebagainya. Hal tersebut menunjukkan pengaturan dan control barang di gudang pusat masih kurang maksimal Kegiatan Penyimpanan Pada dasarnya sistem gudang Apotek tidak ditetapkan oleh Apotek Kimia Farma No. 35/282 karena untuk meminimalisasi penyimpanan barang dalam jumlah besar dengan tujuan mengurangi cost inventory investment serta meminimalisir kehilangan atau kerusakan barang karena kadaluarsa sehingga barang-barang yang baru datang langsung diletakan di kotak obat. Tetapi terkadang untuk barang-barang fast moving, pemesanannya dilakukan dalam jumlah besar sehingga tidak cukup dalam kotak obat. Oleh karena itu, Apotek ini menyediakan satu rungan khusus yang berfungsi untuk menyimpan obat-obatan atau peralatan lain seperti etiket, kwitanasi, botol obat, dll. Pada area apotek, obat disimpan dalam rak-rak obat dan disetiap barisnya obat dimasukkan ke dalam kotak obat. Obat-obatan dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun di rak penyimpanan berdasarkan efek farmakologis kemudian ditata sesuai abjadnya sehingga mempermudah karyawan Apotek untuk menemukan obat. Semua obat sediaan padat dan cair yang tidak memerlukan kondisi penyimpanan khusus diletakkan di tempat yang sejuk dan kering serta tidak terkena sinar matahari langsung. Obat-obatan yang memerlukan kondisi khusus seperti obat narkotika, psikotropika, suppositoria, ovula, hormon, dan probiotik diletakkan dalam tempat yang terpisah. Penyimpanan obat sebaiknya menerapkan prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO) serta didukung dengan catatan penyimpanan untuk mengontrol sediaan farmasi baik secara manual maupun

65 komputerisasi (Depkes RI, 2008). Prinsip FIFO dan FEFO masih kurang diterapkan secara baik di Apotek ini, karena barang-barang yang datang langsung dimasukkan ke kotak obat tanpa dilakukan pengecekan terlebih dahulu di gudang apakah masih terdapat barang yang lama atau tidak. Selain itu, di gudang obatobat tidak disusun berdasarkan kadaluarsanya sehingga sering kali barang-barang yang sebenarnya sudah lama tidak keluar karena didahului oleh barang yang baru. Untuk penyimpanan obat cair juga masih kurang dari perhatian karena begitu barang datang barang tersebut tidak diberi label kadaluarsa serta diletakkan didepan barang yang lama. Padahal obat-obatan cair memiliki waktu kadaluarsa yang lebih singkat dibanding obat padat. Akibatnya barang yang keluar lebih dahulu adalah barang yang baru datang, jika hal ini berlangsung terus menerus maka barang yang lama tidak akan pernah keluar dan kadaluarsa sehingga menyebabkan kerugian pada apotek. Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah hal tersebut adalah dengan memberi label warna yang menunjukkan tahun kadaluarsa pada setiap kotak obat yang dilakukan secara berkala selama dua minggu atau satu bulan sekali. Pencatatan kartu stok juga sebaiknya diisi dengan rapi, lengkap, dan benar. Hal ini penting untuk menjaga agar stok obat terkontrol dengan baik serta sesuai antara jumlah fisik obat dengan jumlah pada kartu stok. 5.4 Kegiatan Pelayanan Apotek Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, Apotek Kimia Farma selalu membuka dengan ucapan Selamat datang di Kimia Farma dan ditutup dengan ucapan Terima Kasih, semoga sehat selalu. Salam pembuka dan salam tertutup tersebut merupakan hal yang sangat baik, karena menjadi suatu ciri khas yang tidak ada di apotek lain sehingga memberikan kesan tersendiri bagi pasien serta menimbulkan rasa dihormati dan dihargai bagi pasien saat berbelanja sehingga pasien senang untuk datang kembali ke Apotek. Hal yang diutamakan dalam pelayanan di Apotek Kimia Farma adalah ketepatan dan kecepatan dalam memberikan layanan. Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 282 adalah melakukan pelayanan resep dokter, penjualan obat bebas dan bebas

66 terbatas/otc (Over the Counter) dan perbekalan farmasi lainnya yang dikenal sebagai pelayanan obat-obat HV (Hand Verkoop), serta penjualan Obat Wajib Apotek (OWA) yang dikenal sebagai pelayanan Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS) Pelayanan Resep Pelayanan resep yang dilayani oleh Apotek Kimia Farma No. 282 dibagi dua, yaitu pelayanan resep kredit dan tunai. Untuk resep tunai setelah dilakukan skrining akan langsung dihargai, sementara untuk resep kredit akan ditempelkan bon berwarna kuning dan untuk pasien asuransi (BPJS dan In Health) akan ditempelkan bon berwarna merah. Dalam melakukan pelayanan resep, hal yang harus dilakukan oleh petugas ketika menerima resep adalah melakukan skrining terhadap resep, meliputi pemeriksaan kelengkapan administrasi (nama dokter, alamat, SIP, nama pasien, dan lain-lain), kesesuaian farmasetik (sediaan, jumlah, dosis, dan lain-lain), dan kesesuaian klinis (efek samping, interaksi obat, dan lain-lain). Hanya saja, pemeriksaan skrining yang dilakukan hanya terbatas pada skrining administratif dan farmasetik. Untuk skrining kesesuaian klinik sulit dilakukan karena keterbatasan waktu. Setelah itu, obat-obat yang ada di dalam resep di cek stoknya apakah tersedia atau tidak. Jika tersedia maka resep dapat langsung dihargai, tetapi jika tidak maka akan ditanyakan kepada pasien apakah bersedia diganti dengan obat merek lain atau tidak. Setelah dihargai dan pasien setuju untuk membayar, maka obat akan disiapkan (dispensing). Langkah selanjutnya setelah kegiatan dispensing obat adalah pembuatan etiket obat. Etiket obat harus mencantumkan nama obat, jumlah obat, aturan pakai obat, dan tanggal kadaluarsa. Hal ini sesuai dengan Good Pharmaceutical Practice (GPP) dan bertujuan untuk menjamin keamanan dan memastikan pasien menggunakan obat secara benar. Dalam penulisan etiket, terkadang dokter tidak menulis waktu pemakaian obat (sebelum/sesudah makan, pagi/siang/sore/malam), sehingga Apoteker tidak mencantumkannya dalam etiket. Namun, sebaiknya Apoteker dan AA dapat mengetahui dan memberikan informasi waktu pemakaian obat yang lebih efektif dan menuliskannya di etiket. Seperti penggunaan antibiotik yang harus dituliskan HABISKAN, penggunaan obat kolesterol di malam hari,

67 penggunaan asam mefenamat atau asetosal setelah makan, dan sebagainya. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah timbulnya efek samping yang dapat timbul serta meningkatkan efektifitas terapi bagi pasien. Penyerahan obat dilakukan oleh Apoteker disertai dengan pemberian informasi obat. Sebelum obat diserahkan, petugas melakukan pemeriksaan akhir untuk memastikan kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep. Pengecekan dilakukan oleh Apoteker yang menyerahkan obat. Pelayanan Informasi Obat (PIO) diberikan oleh Apoteker kepada pasien pada saat penyerahan obat. Informasi obat yang diberikan meliputi nama obat, bentuk sediaan dan indikasi, cara pakai, aturan pakai, waktu minum obat, dan informasi penting lainnya seperti yang tertera pada label untuk antibiotik, yaitu obat harus dihabiskan, dan lain-lain. Konseling diberikan pada pasien yang membutuhkan konseling terkait dengan pengobatan yang diberikan oleh dokter atau karena permintaan pasien sendiri. Pengawasan dalam penyiapan obat dilakukan dengan mengisi kolom EATRPS pada lembar struk resep. EATRPS adalah singkatan dari Etiket, Ambil, Timbang, Racik, Periksa, dan Serah. Setiap petugas yang melaksanakan masingmasing pekerjaan tersebut menandatangani atau memberikan paraf pada kolom yang tersedia. Hal ini untuk memudahkan dalam monitoring kerja petugas dan untuk menghindari kesalahan dalam melakukan penyiapan obat Pelayanan Non Resep Dalam memberikan pelayanan non resep, baik obat OTC dan UPDS, pelayanan yang dapat diberikan berupa rekomendasi obat yang tepat untuk pasien. Konsep pelayanan yang dijalankan adalah konsep WWHAM (Who, What, How, Action so far, dan Medicine taken). Konsep tersebut dilakukan untuk memastikan obat yang akan dibeli untuk siapa, gejala apa yang dirasakan, sudah berapa lama, pengobatan apa saja yang sudah dilakukan, dan obat-obat apa saja yang sudah digunakan sehingga Apoteker dapat menentukan pengobatan apa yang tepat untuk pasien. Dalam memberikan pelayanan non-resep ini menjadi sebuah dilema tersendiri karena terkadang terdapat pasien yang meminta penggunaan obat tidak rasional (seperti obat antibiotik dan obat keras non OWA) yang sebenernya dapat membahayakan pasien tetapi di sisi lain hal tersebut merupakan sumber pendapatan Apotek.

68 5.5 Kegiatan Pengarsipan dan Pelaporan Pengelolaan resep di Apotek Kimia Farma No. 282 sudah berjalan dengan baik. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai nomor resep kecuali resep dengan pembayaran kredit. Resep yang berisi obat narkotika dipisahkan, kemudian resep dijadikan satu dengan kelompoknya. Setiap kelompok resep ditulis keterangan resep seperti, resep umum atau narkotika, tanggal, bulan dan tahun. Selanjutnya setiap kelompok resep disimpan pada tempat yang telah ditentukan dan disusun secara berurutan berdasarkan tanggal dan bulan. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan petugas jika sewaktu-waktu diperlukan penelusuran resep. Resep narkotika disimpan terpisah untuk memudahkan penyusunan laporan ke Dinas Kesehatan wilayah setempat. Penyimpanan disatukan bersama dengan arsip laporan bulanan narkotika. Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan sebulan sekali menggunakan Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat. Penyusunan laporan dilakukkan oleh AA yang diberikan tanggung jawab oleh APA. Semua resep disimpan selama 3 tahun sebelum dimusnahkan, sedangkan laporan untuk barang rusak dan kadaluarsa dilakukan 3 bulan sekali. Pada laporan tersebut dirinci nama obat, jumlah, dan tanggal kadaluarsa. 5.6 Kegiatan Administrasi dan Keuangan Kegiatan administrasi dan keuangan di Apotek Kimia Farma dilakukan menggunakan Kimia Farma Information System (KIS). Sistem tersebut berlaku untuk seluruh Apotek Kimia Farma yang ada di Indonsia untuk mempermudah pengelolaan administrasi dan keuangan. Dengan adanya KIS maka kegiatan yang berhubungan dengan administrasi Apotek dapat dilakukan dengan cepat dan terkontrol. Petugas kasir kecil (kasir di Apotek) akan menyetorkan uang hasil penjualan setiap shift dengan menyertakan bukti setoran kasir. Bukti setoran kasir akan dicocokkan terlebih dahulu jumlahnya dengan Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) sebelum diserahkan kepada kasir besar di BM, jumlah fisik uang dengan jumlah penjualan yang ada di LIPH harus sama, jika terjadi

69 ketidakcocokan maka harus dicari penyebabnya apakah ada transaksi yang belum dimasukkan atau ada penyebab lainnya. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penyimpanan uang, kasir kecil tidak bisa membuka LIPH. LIPH hanya dapat dibuka oleh petugas-petugas tertentu seperti supervisor dan PhM sehingga mekanisme pengontrolan uang dapat dilakukan dengan baik untuk mencegah kehilangan uang. Secara umum, fungsi keuangan di Apotek ini telah berjalan dengan baik sesuai dengan SOP yang ditetapkan.

70 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 282 Jakarta Barat antara lain pelayanan obat atas resep dokter, pemberian informasi obat, Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), pelayanan swamedikasi dan konseling. Sedangkan kegiatan non teknis kefarmasian meliputi kegiatan manajerial apotek, promosi, pengelolaan perbekalean farmasi yakni perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pencatatan, pelaporan, administrasi dan keuangan Saran Apotek Kimia Farma No. 282 perlu melakukan pembenahan dan peningkatan pada sarana dan prasarana di Apotek seperti menyediakan tablet crusher dan alat laminating puyer supaya proses peracikan obat khususnya puyer atau kapsul dapat lebih cepat serta menyediakan ruang khusus konseling.

71 DAFTAR ACUAN Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002,Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 919/Menkes/Per/X/1993 tentang Kriteria Obat yang dapat Diserahkan Tanpa Resep, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004,Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek,Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1990, Surat Keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 2401/A/SK/X/1990 Tentang Tata Cara Penyesuaian dan Perubahan Izin Apotek, Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

72 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Quick, Jonathan D. (1997). Managing Drug Supply: The Selection, Procurement, Distribution, and Use of Pharmaceuticals. 2nd ed. Connecticut: Kumarian Press. Hal

73 Lampiran 1. Contoh laporan APT-1

74 Lampiran 2. Contoh Formulir APT-2

75 Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3

76 (Lanjutan)

77 (Lanjutan)

78 (Lanjutan)

79 Lampiran 4. Contoh Formulir APT-4

80 Lampiran 5. Contoh Formulir APT-5

81 (Lanjutan)

82 (Lanjutan)

83 Lampiran 6. Contoh Formulir APT-6

84 Lampiran 7. Contoh Formulir APT-7

85 Lampiran 8. Contoh Formulir APT-9

86 Lampiran 9. Contoh Formulir APT-11

87 (Lanjutan)

88 (Lanjutan)

89 Lampiran 10. Contoh Formulir APT-12

90 Lampiran 11. Contoh Formulir APT-13

91 Lampiran 12. Contoh formulir APT-14

92 (Lanjutan)

93 Lampiran 13. BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek) PT. Kimia Farma Apotek Apotek KF No. 35/282 BON PERMINTAAN BARANG APOTEK NOMOR BPBA: TANGGAL: No Nama Obat Ktgr Stock Avg. Jual Jum lah Kem asan Jml Beri Harga Satuan Jml Permintaan Askes Pembuat Penerima Pimpinan

94 Lampiran 14. Surat pesanan barang

95 Lampiran 15. Form dropping barang dari gudang ke Apotek

96 Lampiran 16. LIPH (Laporan Ikhtisar Penjualan Harian) PT. KIMIA FARMA APOTEK APOTEK KIMIA FARMA NO. 35/282 LAPORAN IKHTISAR PENJUALAN HARIAN Shift : Tanggal : No Nama Pelayanan L / R Nomor Kd Tanggal Tunai Kredit Jumlah Disc PENJUALAN KREDIT 1. Resep kredit / UK SUB TOTAL PENJUALAN TUNAI Alat Kesehatan / Obat Bebas / Retur Tunai / Resep Tunai / Resep UPDS / SUB TOTAL TOTAL AL HV RT UM UP Tunai : Setoran : Kartu Kredit :

97 Lampiran 17. Surat pesanan narkotika

98 Lampiran 18. Surat pesanan psikotropika

99 Lampiran 19. SIPNAP

100 Lampiran 20. Kartu stok

101 Lampiran 21. Form skrinning resep

102 Lampiran 22. Salinan resep

103 Lampiran 23. Kuitansi pembayaran resep

104 Lampiran 24. Etiket dan label

105 Lampiran 25. Nomor urut resep kredit

106 Lampiran 26. Nomor urut resep BPJS

107 Lampiran 27. Penataan lemari obat

108 Lampiran 28. Display swalayan apotek

109 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 282 JL. AIPDA KS TUBUN NO. 84 B-C, JAKARTA BARAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2014 SKRINING RESEP DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 282 PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2014 MASTIN SIBARANI ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014

110 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR LAMPIRAN... iii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Peran Apoteker dalam Mewujudkan Keselamatan Pasien Penggunaan Obat Rasional (POR) Pelayanan Apotek Pelayanan Resep Promosi dan Edukasi Pelayanan Residensial (home care)... 8 BAB 3 METODE PELAKSANAAN Waktu dan Tempat Populasi dan Sampel Metode Pengkajian Pengolahan Data... 9 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pelayanan Resep Dokter di Apotek Kimia Farma No Kegiatan Skrining Resep di Apotek Kimia Farma No Pembahasan Hasil Skrining Persyaratan Administratif Kesesuaian Farmasetik Pertimbangan Klinis Three Prime Question BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN... 19

111 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Resep Pasien Lampiran 2. Hasil Skrining 50 Resep Tunai Lampiran 3. Three Prime Question Lampiran 4. Alur Pelayanan Resep Tunai Lampiran 5. Alur Pelayanan Resep Non Tunai Lampiran 6. Form Skrining Resep Lampiran 7. Form Skrining Resep

112 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang baik berperan strategis dalam perbaikan kesehatan masyarakat. Kualitas layanan farmasi dan pelayanan kefarmasian yang lebih baik dan berorientasi pada konsumen (pasien) harus terus dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang senantiasa berubah dan meningkat, disamping dapat mengurangi resiko pengobatan. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (PP 51, 2009). Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien. Kegiatan pelayanan kefarmasiaan yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditas menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Kepmenkes 1027, 2004). Untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, maka pemerintah menetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dengan tujuan untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional. Untuk itu, semua tenaga kefarmasian dalam melaksanakan tugas profesinya di apotek harus mengacu pada standar yang telah ditetapkan ini. Salah satu bentuk pelayanan yang harus diberikan Apotek kepada masyarakat adalah pelayanan resep. Pelayanan resep terdiri dari 2 kategori yaitu skrining resep dan penyiapan obat. Skrining resep adalah kegiatan pemeriksaan kelengkapan resep yang dilakukan pada saat menerima resep dari pasien. Dalam melakukan skrining resep ada 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Skrining resep merupakan hal penting yang harus dilakukan di Apotek ketika menerima resep dari pasien. Tujuannya untuk melihat kelengkapan resep, keabsahan resep dan

113 untuk tinjauan kerasionalan resep. Pengobatan dikatakan rasional apabila tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan tepat pasien Tujuan Untuk menilai kelengkapan, keabsahan serta kerasional pengobatan berdasarkan skrining 50 resep yang dilayani di Apotek Kimia Farma No. 282, Jakarta Barat pada periode 1 April 10 Mei 2014

114 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Apoteker dalam Mewujudkan Keselamatan Pasien Penggunaan obat rasional merupakan hal utama dari pelayanan kefarmasian. Dalam mewujudkan pengobatan rasional, keselamatan pasien menjadi masalah yang perlu di perhatikan termasuk mencegah terjadinya medication error. Di rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, kejadian medication error dapat dicegah jika melibatkan pelayanan farmasi klinik dari apoteker yang sudah terlatih. Saat ini di negara-negara maju sudah ada apoteker dengan spesialisasi khusus menangani medication safety. Peran Apoteker Keselamatan Pengobatan (Medication Safety Pharmacist) meliputi : 1. Mengelola laporan medication error Membuat kajian terhadap laporan insiden yang masuk Mencari akar permasalahan dari error yang terjadi 2. Mengidentifikasi pelaksanaan praktek profesi terbaik untuk menjamin medication safety Menganalisis pelaksanaan praktek yang menyebabkan medication error Mengambil langkah proaktif untuk pencegahan Memfasilitasi perubahan proses dan sistem untuk menurunkan insiden yang sering terjadi atau berulangnya insiden sejenis 3. Mendidik staf dan klinisi terkait lainnya untuk menggalakkan praktek pengobatan yang aman Mengembangkan program pendidikan untuk meningkatkan medication safety dan kepatuhan terhadap aturan/sop yang ada 4. Berpartisipasi dalam Komite/tim yang berhubungan dengan medication safety Komite Keselamatan Pasien Dan komite terkait lainnya 5. Terlibat didalam pengembangan dan pengkajian kebijakan penggunaan obat 6. Memonitor kepatuhan terhadap standar pelaksanaan Keselamatan Pasien diperlukan

115 7. Kembangkan Sistem Pelaporan Pastikan semua staf Instalasi Farmasi/Apotek dengan mudah dapat melaporkan insiden kepada atasan langsung tanpa rasa takut Beri penghargaan pada staf yang melaporkan 8. Libatkan dan Komunikasi Dengan Pasien dengan mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien Pastikan setiap penyerahan obat diikuti dengan pemberian Informasi yang jelas dan tepat Dorong pasien untuk berani bertanya dan mendiskusikan dengan apoteker tentang obat yang diterima Lakukan komunikasi kepada pasien dan keluarga bila ada insiden serta berikan solusi tentang insiden yang dilaporkan 9. Belajar dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien Dorong staf untuk melakukan analisis penyebab masalah Lakukan kajian insiden dan sampaikan kepada staf lainnya untuk menghindari berulangnya insiden 10. Cegah KTD dan Kejadian Sentinel dengan cara : Gunakan informasi dengan benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden dan audit serta analisis untuk menentukan solusi Buat solusi yang mencakup penjabaran ulang sistem (re-design system), penyesuaian SOP yang menjamin keselamatan pasien Sosialisasikan solusi kepada seluruh staf Instalasi Farmasi/Apotek 2.2. Penggunaan Obat Rasional (POR) Menurut World Health Organization (2010), definisi penggunaan obat rasional (rational use of medicine) adalah kondisi dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis mereka, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan individual, untuk jangka waktu yang tepat, dan dalam biaya terapi yang rendah, bagi pasien maupun komunitas mereka. Lebih detil lagi, penjabaran definisi ini dirangkum dalam satu slogan, yaitu 8 Tepat dan 1 Waspada yang berisi:

116 a. Tepat Diagnosis Penggunaan obat harus berdasarkan penegakan diagnosis yang tepat. Ketepatan diagnosis menjadi langkah awal dalam sebuah proses pengobatan karena ketepatan pemilihan obat dan indikasi akan tergantung pada diagnosis penyakit pasien. Contohnya misalnya pasien diare yang disebabkan ameobiasis maka akan diberikan metronidazol. Jika dalam proses penegakkan diagnosisnya tidak dikemukakan penyebabnya adalah amoebiasis, terapi tidak akan menggunakan metronidazol. Pada pengobatan oleh tenaga kesehatan, diagnosis merupakan wilayah kerja dokter. Sedangkan pada swamedikasi oleh pasien, apoteker mempunyai peran sebagai second opinion untuk pasien yang telah memiliki self-diagnosis. b. Tepat pemilihan obat Berdasarkan diagnosis yang tepat maka harus dilakukan pemilihan obat yang tepat. Pemilihan obat yang tepat dapat ditimbang dari ketepatan kelas terapi dan jenis obat yang sesuai dengan diagnosis. Selain itu, Obat juga harus terbukti manfaat dan keamanannya. Obat juga harus merupakan jenis yang paling mudah didapatkan. Jenis obat yang akan digunakan pasien juga seharusnya jumlahnya seminimal mungkin. c. Tepat indikasi Pasien diberikan obat dengan indikasi yang benar sesuai diagnosa Dokter. Misalnya Antibiotik hanya diberikan kepada pasien yang terbukti terkena penyakit akibat bakteri. d. Tepat pasien Obat yang akan digunakan oleh pasien mempertimbangkan kondisi individu yang bersangkutan. Riwayat alergi, adanya penyakit penyerta seperti kelainan ginjal atau kerusakan hati, serta kondisi khusus misalnya hamil, laktasi, balita, dan lansia harus dipertimbangkan dalam pemilihan obat. Misalnya Pemberian obat golongan Aminoglikosida pada pasien dengan gagal ginjal akan meningkatkan resiko nefrotoksik sehingga harus dihindari. e. Tepat dosis

117 Dosis obat yang digunakan harus sesuai range terapi obat tersebut. Obat mempunyai karakteristik farmakodinamik maupun farmakokinetik yang akan mempengaruhi kadar obat di dalam darah dan efek terapi obat. Dosis juga harus disesuaikan dengan kondisi pasien dari segi usia, bobot badan, maupun kelainan tertentu. f. Tepat cara dan lama pemberian Cara pemberian yang tepat harus mempertimbangkan mempertimbangkan keamanan dan kondisi pasien. Hal ini juga akan berpengaruh pada bentuk sediaan dan saat pemberian obat. Misalnya pasien anak yang tidak mampu menelan tablet parasetamol dapat diganti dengan sirup. Lama pemberian meliputi frekuensi dan lama pemberian yang harus sesuai karakteristik obat dan penyakit. Frekuensi pemberian akan berkaitan dengan kadar obat dalam darah yang menghasilkan efek terapi. Contohnya penggunaan antibiotika Amoxicillin 500 mg dalam penggunaannya diberikan tiga kali sehari selama 3-5 hari akan membunuh bakteri patogen yang ada. Agar terapi berhasil dan tidak terjadi resistensi maka frekuensi dan lama pemberian harus tepat. g. Tepat harga Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas atau untuk keadaan yang sama sekali tidak memerlukan terapi obat merupakan pemborosan dan sangat membebani pasien, termasuk peresepan obat yang mahal. Contoh Pemberian antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik yang sebenarnya tidak diperlukan hanya merupakan pemborosan serta dapat menyebabkan efek samping yang tidak dikehendaki. h. Tepat informasi Kejelasan informasi tentang obat yang harus diminum atau digunakan pasien akan sangat mempengaruhi ketaatan pasien dan keberhasilan pengobatan. Misalnya pada peresepan Rifampisin harus diberi informasi bahwa urin dapat berubah menjadi berwarna merah sehingga pasien tidak akan berhenti minum obat walaupun urinnya berwarna merah.

118 i. Waspada efek samping Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi. Contohnya Penggunaan Teofilin menyebabkan jantung berdebar. Prinsip 8 Tepat dan 1 Waspada diharapkan dapat menjadi indikator untuk menganalisis rasionalitas dalam penggunaan Obat. Kampanye POR diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja obat dan mempermudah akses masyarakat untuk memperoleh obat dengan harga terjangkau. POR juga dapat mencegah dampak penggunaan obat yang tidak tepat sehingga menjaga keselamatan pasien. Pada akhirnya, POR akan meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien) terhadap mutu pelayanan kesehatan Pelayanan Apotek Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/2004 meliputi: Pelayanan Resep c. Skrining resep 4) Persyaratan administratif, seperti nama, SIK, dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, nama, alamat umur, jenis kelamin. Dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas, informasi lainnya. 5) Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas, informasi lainnya. 6) Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain). d. Penyiapan obat 8) Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan memberikan etiket pada wadah. 9) Etiket harus jelas dan dapat dibaca. 10) Kemasan obat yang diserahkan harus rapi dan cocok sehingga terjaga kulaitasnya. 11) Penterahan obat pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep dan penyerahan obat

119 dilakukan apoteker disertai pemberian in formasi obat dan konseling kepada pasien. 12) Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jnagka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. 13) Apoteker harus memberikan konseling kepada pasien sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien. Konseling terutama ditujukkan untuk pasien penyakit kronis (hipertensi, diabetes mellitus, TBC, asma, dan lain-lain). 14) Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat Promosi dan Edukasi Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang ingin melakukan upaya pengobatan diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit yang ringan dengan memilihkan obat ynag sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ini Pelayanan Residensial (home care) Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan penyakit kronis. Untuk kegiatan ini, apoteker harus membuat catatan pengobatan pasien (medication record).

120 BAB 3 METODE PELAKSANAAN 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan data untuk tugas khusus ini dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 282 Jalan Aipda KS Tubun No. 84 B-C, Jakarta Barat pada tanggal 1 April 10 Mei Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah Apotek Kimia Farma No. 282 Jakarta Barat. Sampel yang digunakan adalah resep pasien reguler yang dilayani pada periode 1 April 10 Mei 2014 (pelayanan resep tunai). 3.3 Metode Pengkajian Metode pengkajian dilakukan berdasarkan skrining langsung pada 50 resep tunai yang dilayani di Apotek Kimia Farma No. 282 Jakarta Barat dan studi literatur pada berbagai referensi terkait. 3.4 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menganalisis hasil skrining resep tunai yang dilayani pada periode 1 April Mei 2014.

121 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini penulis mendapatkan tugas khusus untuk melakukan analisis pada hasil skrining 50 resep yang dilayani secara tunai di Apotek Kimia Farma No. 282 pada periode 1 April 10 Mei Resep tunai yang berjumlah 50 resep tersebut terdiri dari 10 resep pasien anakanak dan 40 resep pasien dewasa. Dari 50 resep yang telah diskrining, tidak satu pun resep yang lengkap secara administratif. Informasi yang paling sering tidak dicantumkan oleh dokter ketika menulis resep yaitu alamat pasien, tanda tangan/paraf dokter dan berat badan pasien (khususnya pasien anak-anak) Pelayanan Resep Dokter di Apotek Kimia Farma No. 282 Pelayanan resep Dokter terdiri dari resep tunai dan resep kredit. 2. Pelayanan resep tunai Resep tunai merupakan resep permintaan obat tertulis dari Dokter untuk pasien dan dibayar secara tunai oleh pasien. 3. Penjualan resep kredit Resep kredit merupakan resep dimana pembayarannya dilakukan menggunakan jasa perusahaan asuransi secara berjangka. Apotek Kimia Farma No. 282 mengadakan kerjasama dengan Bank Mandiri, PLN, Star Energy, Pespampres, BPJS dan Asuransi Kesehatan Inhealth. Untuk resep tunai setelah dilakukan skrining akan langsung diberi harga, sementara untuk resep kredit akan ditempelkan bon berwarna kuning dan untuk pasien asuransi (BPJS dan In Health) akan ditempelkan bon berwarna merah. Dalam melakukan pelayanan resep, salah satu hal penting yang harus dilakukan oleh petugas ketika menerima resep adalah melakukan skrining terhadap resep, meliputi pemeriksaan kelengkapan administratif (nama Dokter, alamat, Nomor SIP, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf Dokter, nama pasien, alamat pasien, nama obat, dosis dan potensi obat, jumlah obat dan lainlain), kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, potensi, dosis, cara dan lama pemberian, dan lain-lain), dan kesesuaian klinis (efek samping, interaksi obat, dan

122 lain-lain). Hanya saja pelaksanaannya di Apotek, skrining resep yang dilakukan hanya sebatas skrining administratif dan farmasetik. Sedangkan skrining kesesuaian klinis belum dilakukan secara maksimal karena keterbatasan waktu. Setelah resep selesai di skrining, selanjutnya petugas apotek akan memeriksa ketersediaan obat dan memberi harga. Apabila pasien setuju dengan harga obat dan telah membayar di kasir, maka petugas akan menyiapkan obat sesuai dengan yang diresepkan. Untuk obat yang tidak tersedia, maka akan ditawarkan substitusi yaitu dengan mengganti dengan obat lain dengan komposisi dan indikasi yang sama seperti menawarkan obat generiknya atau menawarkan kepada pasien untuk mengambil sebagian obat dalam resep dengan membuatkan salinan resep. Obat yang telah disiapkan dan diberi etiket, selanjutnya diperiksa oleh Apoteker sebelum diserahkan kepada pasien. Alur pelayanan resep tunai di Apotek Kimia Farma No. 282 dapat dilihat pada lampiran 4 dan alur pelayanan resep non tunai dapat dilihat pada lampiran Kegiatan Skrining Resep di Apotek Kimia Farma No. 282 Skrining resep telah dikerjakan di Apotek Kimia Farma No. 282 meliputi pemeriksaan administratif, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Tujuannya adalah untuk menilai kelengkapan resep, keabsahan resep dan juga kerasionalan obat yang diresepkan. Hal ini sangat penting untuk dilakukan mengingat kemungkinan terjadi medication error yang berkaitan dengan penulisan resep oleh Dokter. Dalam hal ini seorang farmasis sebagai mitra Dokter bersama-sama untuk menghindari terjadinya ketidakrasionalan pengobatan pada pasien melalui skrining resep. Form Skrining Resep dapat dilihat pada lampiran 6. Selain cek list pada persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis, pada form skrining juga terdapat cek list three prime question yaitu tiga pertanyaan yang diajukan kepada pasien oleh Apoteker pada saat menyerahkan obat, seperti pada lampiran 7. Tiga pertanyaan yang harus diajukan tersebut adalah : 1. Informasi apa yang diperoleh dari Dokter terkait manfaat obat yang diresepkan?

123 2. Informasi apa yang diperoleh dari Dokter terkait cara pakai obat yang diresepkan? 3. Informasi apa yang diperoleh dari Dokter terkait harapan atau tujuan pengobatan? Tujuan pentingnya seorang Apoteker menanyakan hal tersebut pada saat penyerahan obat adalah untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan informasi yang sama atau sejalan antara Dokter dan Apoteker, karena apabila informasi yang diterima oleh pasien dari Dokter berbeda dengan informasi yang disampaikan oleh Apoteker, maka dapat menimbulkan keraguan akan kebenaran informasi yang diterima. Namun pada pelaksanaannya, pasien cenderung menjawab bahwa mereka tidak mengetahui tentang manfaat obat, cara pakai dan tujuan pengobatan. Hal ini bisa terjadi karena Dokter tidak menjelaskan kepada pasien, sehingga pasien tidak mendapatkan informasi tentang pengobatan tersebut. Namun hal lain yang mungkin menjadi penyebab pasien menjawab tidak mendapat informasi tentang pengobatan tersebut adalah karena mereka lupa akan informasi yang sebenarnya sudah disampaikan oleh Dokter. Selain menanyakan three prime question, pada form skrining resep juga terdapat cek list informasi apa yang diberikan Apoteker pada saat penyerahan obat, meliputi: 1. Cara pakai obat 2. Kegunaan obat 3. Interaksi obat 4. Penyimpanan obat Pada pelaksanaannya di Apotek, informasi yang diberikan kepada pasien ketika penyerahan obat baik oleh Apoteker maupun asisten Apoteker adalah cara pakai dan kegunaan obat dan penyimpanan obat, sedangkan interaksi obat sangat jarang disampaikan, hal ini karena keterbatasan waktu untuk mencari di literatur serta masih kurangnya pengetahuan tentang interaksi obat-obatan. Form skrining yang telah diisi selanjutnya disatukan dengan resepnya untuk disimpan.

124 4.3. Pembahasan Hasil Skrining Dari 50 resep yang diskrining, terdiri dari 10 resep untuk pasien anakanak dan 40 resep untuk pasien dewasa Persyaratan Administratif a. Informasi tentang penulis resep (Dokter) Informasi penulis resep (Dokter) yang harus dicantumkan dalam resep yaitu nama Dokter, nomor SIP, alamat praktek/rs, tanggal penulisan resep dan tanda tangan/paraf Dokter. Dari 50 resep terdapat satu resep yang tidak mencantumkan nama Dokter pada resep, 27 resep yang tidak mencantumkan nomor SIP, delapan resep yang tidak mencantumkan alamat, satu resep yang tidak mencantumkan tanggal penulisan resep dan 37 resep yang tidak mencantumkan tanda tangan/paraf Dokter. Nama Dokter merupakan salah satu persyaratan administratif yang harus dicantumkan ketika Dokter menuliskan resep. Karena resep merupakan permintaan obat dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh orang yang berwenang seperti Dokter spesialis, umum atau Dokter hewan. Untuk itu, mencantumkan nama penulis resep sangatlah penting karena merupakan salah satu persyaratan administratif yang vital dalam menilai keabsahan resep. Berhubung resep tersebut berasal dari RS, maka ketika memasukkan data resep ke sistem komputer, petugas Apotek mencantumkan nama RS untuk melengkapi nama Dokter pasien. Resep yang tidak mencantumkan nomor SIP Dokter umumnya berasal dari RS. Untuk resep yang berasal dari RS, nomor SIP memang bukanlah suatu persyaratan mutlak yang harus dipenuhi mengingat Dokter tersebut telah bernaung dibawah instansi RS terkait. Resep yang tidak mencantumkan alamat sangat tidak dibenarkan, karena apabila terdapat ketidakjelasan pada resep seperti tulisan kurang jelas atau resep tidak lengkap, maka petugas Apotek akan kesulitan untuk melakukan konfirmasi. Selain itu tanda tangan/paraf Dokter juga sangat penting dalam menilai keabsahan resep, namun pada kenyataanya Dokter sering tidak membubuhkan tanda tangan/paraf pada resep.

125 b. Informasi tentang pasien Informasi pasien yang harus dicantumkan dalam resep yaitu nama pasien, alamat, umur, berat badan (anak-anak) dan jenis kelamin. Dari 50 resep tidak satupun resep yang tidak mencantumkan nama pasien, 49 resep yang tidak mencantumkan alamat pasien, enam resep yang tidak mencantumkan umur pasien, 49 resep yang tidak mencantumkan berat badan pasien (dari 10 resep anak hanya satu resep yang mencantumkan berat badan pasien) dan 13 resep yang tidak mencantumkan jenis kelamin. Mencantumkan alamat pasien pada resep sangatlah penting, karena apabila terjadi kesalahan seperti kesalahan penyerahan obat, kesalahan informasi obat/ penulisan etiket atau ketika ingin melakukan pelayanan purna jual maka petugas Apotek dapat dengan mudah menghubungi pasien. Karena alamat pasien sangat penting, maka ketika Dokter tidak mencantumkannya dalam resep, petugas Apotek akan menanyakan langsung kepada pasien ketika melayani resep tersebut, sehingga ketika diperlukan penelusuran alamat pasien, Apotek telah memiliki data alamat pasien dalam sistem komputer. Selain itu, informasi berat badan pasien khususnya untuk pasien anak-anak sangat diperlukan karena berhubungan dengan perhitungan dosis sehingga ketika resep tersebut dibawa ke Apotek, maka petugas Apotek dapat melakukan penilaian apakah obat yang diserepkan rasional atau tidak. c. Informasi tentang obat yang diresepkan Informasi obat yang harus dicantumkan dalam resep adalah nama obat, potensi, dosis, jumlah dan aturan pakai/cara pakai. Dari 50 resep, tidak satu pun resep yang tidak mencantumkan nama, jumlah dan aturan pakai. Sedangkan untuk informasi potensi terdapat delapan resep yang tidak mencantumkannya. Potensi obat sangatlah penting untuk dicantumkan dalam resep, untuk menilai kerasional pengobatan dan untuk menilai apakah obat yang diresepkan tersebut akan efektif atau tidak. Pada pelaksanaannya di Apotek, apabila Dokter tidak mencantumkan potensi obat pada resep, maka pada saat dispensing obat, petugas akan memilih obat dengan potensi yang paling kecil. Disatu sisi tindakan ini baik, yaitu untuk menghindari terjadi efek toksis atau over dosis, namun disisi lain memilih obat dengan potensi paling kecil, beresiko pada tidak tercapainya tujuan pengobatan.

126 Karena itu, untuk memaksimalkan pengobatan pada pasien, seharusnya Dokter menuliskan informasi yang diperlukan dengan jelas dan lengkap pada resep Kesesuaian Farmasetik Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait obat yang diresepkan pada pasien untuk menilai apakah resep tersebut telah sesuai atau tidak secara farmasetik yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara pemberian dan lama pemberian. Untuk menilai hal tersebut, maka dibutuhkan informasi yang lengkap dan jelas dari Dokter ketika menuliskan resep. Jika terdapat ketidaksesuaian, petugas Apotek harus mengkonfirmasi kembali ke Dokter. Karena apabila resep tersebut tidak sesuai dari segi farmasetik, maka tujuan pengobatan tidak akan tercapai. Misalnya jika potensi atau dosis yang diberikan terlalu kecil atau terlalu tinggi, tentu tujuan pengobatan tidak akan tercapai. Begitu juga dengan cara dan lama pemberian, cara dan lama pemberian yang salah akan berdampak pada tidak tercapainya tujuan pengobatan pada pasien Pertimbangan klinis Hal-hal yang perlu dipertimbangkan terkait obat yang diresepkan yaitu adanya alergi, efek samping obat, interaksi dan kesesuaian dosis, durasi dan jumlah obat. Hampir pada semua resep, terdapat obat yang memiliki efek samping. Dalam hal ini peran Apoteker atau asisten Apoteker sangat penting untuk menyampaikannya informasi ke pasien ketika menyerahkan obat. Misalnya ketika menyerahkan obat yang mengandung CTM, maka perlu disampaikan kepada pasien bahwa efek samping obat tersebut adalah mengantuk sehingga disarankan untuk tidak menyetir/berkendara ketika menggunakan obat tersebut. Pada pelaksanaanya di Apotek skrining kesesuaian klinis belum dilakukan secara maksimal karena keterbatasan waktu. Misalnya untuk mengetahui apakah obat-obat dalam resep tersebut saling berinteraksi, maka dibutuhkan waktu untuk mencarinya di buku referensi sehingga pada saat penyerahan obat, pemberian informasi tentang interaksi obat kepada pasien belum dilaksanakan dengan maksimal di Apotek. Dari 50 resep terdapat tujuh resep yang memiliki interaksi antara obat yang satu dengan yang lain, seperti interaksi dimana obat yang satu mengurangi

127 metabolisme obat yang lain sehingga dapat memungkinkan terjadinya efek toksik apabila diberikan bersama-sama. Dalam hal ini dibutuhkan peran Apoteker atau petugas Apotek untuk memberikan informasi kepada pasien agar memberi jarak k/l 2 jam antara obat yang satu dengan yang lain supaya tidak terjadi interaksi. Seperti pada Resep ke-7, antibiotik Erythromycin dapat menurunkan metabolisme dari Claritin karena itu pasien harus memberi jeda waktu untuk kedua obat tersebut. Namun ada juga interaksi yang terjadi antara obat yang satu dengan yang lain justru sangat diharapkan untuk tujuan yang baik. Seperti pada Resep ke-17, dimana Methotrexate memiliki interaksi antagonis dengan Asam Folat. Namun kombinasi ini sangat penting dimana tujuan penambahan asam folat adalah untuk mengurangi efek samping dari Methotrexate seperti depresi tulang belakang dan fungsi hati yang abnormal. Dalam hal ini, penting bagi seorang Apoteker atau petugas Apotek untuk memberi penjelasan kepada pasien, agar pasien tidak lupa untuk mengkonsumsi kedua-duanya sesuai dengan aturan pakainya Three Prime Question Sebelum menyerahkan obat ke pasien, Apoteker atau petugas Apotek seharusnya menanyakan tiga pertanyaan utama (three prime question) yaitu informasi apa yang diberikan Dokter tentang kegunaan obat yang diresepkan, bagaimana cara pakainya dan apa tujuan/ harapan pengobatan tersebut. Hal ini penting untuk dilaksanakan supaya informasi obat yang akan diberikan oleh Apoteker atau petugas Apotek tidak bertentangan dengan informasi yang telah pasien terima sebelumnya dari Dokter. Dari 50 resep terdapat 11 resep dimana pasien tidak menerima informasi tentang kegunaan obat dari Dokter yang menuliskan resep, 23 resep dimana pasien tidak menerima informasi tentang cara pakai obat dari Dokter yang menuliskan resep dan 35 resep dimana pasien tidak menerima informasi tentang tujuan/harapan pengobatan dari Dokter yang menuliskan resep. Ketika pasien tidak menerima informasi tentang kegunaan obat, cara pakai dan tujuan pengobatan, maka disini peran seorang Apoteker di Apotek atau petugas Apotek sangat penting, karena hal ini berpengaruh pada keberhasilan pengobatan.

128 Berdasarkan hasil skrining 50 resep yang dipilih secara acak, tidak ada satu pun resep yang lengkap secara administrasi. Informasi yang paling sering tidak dicantumkan dalam resep adalah alamat pasien, dimana dari 50 resep hanya satu resep yang mencantumkan alamat pasien. Selain itu masih terdapat beberapa resep yang tidak mencantumkan potensi obat, sehingga pada pelaksanaanya di Apotek, petugas Apotek akan memilih potensi yang paling kecil dari obat tersebut. Tindakan ini di satu sisi baik yaitu untuk menghindari terjadinya efek toksik, sementara di sisi lain efek yang diinginkan bisa saja tidak tercapai. Oleh karena itu kelengkapan informasi yang dituliskan oleh Dokter dalam resep sangat menentukan keberhasilan pengobatan pasien.

129 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil skrining 50 resep tunai yang dilayani di Apotek Kimia Farma No. 282 periode 1 April 10 Mei 2014, diperoleh kesimpulan bahwa 50 resep tersebut tidak lengkap secara administrasi Saran 1. Apotek Kimia Farma No. 282 sebaiknya melaksanakan kegiatan skrining resep segera ketika petugas apotek menerima resep dari pasien, dan skrining yang dilakukan tidak hanya skrining administrasi dan farmasetik saja, tetapi juga melakukan skrining pertimbangan klinis. 2. Perlu melakukan peningkatan pada kegiatan Pemberian Informasi Obat (PIO) di Apotek Kimia Farma No. 282 yaitu tidak sebatas pada pemberian informasi tentang kegunaan dan cara pakai obat, tetapi juga informasi tentang interaksi obat.

130 DAFTAR ACUAN Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2008, Tanggung Jawab Apoteker terhadap Keselamatan Pasien (Patient Safety), Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

131 Lampiran Resep Pasien R1 R/ Histrine tab No X S1dd1 (malam) R/ Methyl Prednisolon 8 mg No X S2dd1 (pagi-sore/pc) R/ Acid salycilicum 1% Anestesin 1% Forderm Cr 20 gr m.f salep (gatal/ 2 x sehari) Pro : Ny X Umur : Dws R6 R/ Codipront Exp Syr No II S2dd2 Cth Pro : Ny X Umur : Dws R2 R/ Acidum Salycylic 1% Bactoderm Cr 5 gr Forderm Cr 5 gr m.f da in pot sue 2dd applic Pro : Tn X Umur : Dws R3 R4 R5 R/ Paracetamol 75 mg CTM 0,5 mg m.f.pulv dtd XV S3dd1 pulv (obat panas) R/ Amoxsan 150 mg m.f.pulv dtd XV S3dd1 pulv R/ Calsametin Syr Fl I S3dd 1 Cth Pro : An X Umur : 10 bulan 20 hari BB : 9,1 kg R/ Lanakeloid E Cr No II S2-3dd sue R/ Lanakeloid Tab No XX S2dd 1 tab Pro : Tn X Umur : 26 tahun R/ Rifampicin 450 mg No XV S1dd1 R/ INH 400 mg No XV S1dd1 R/ Ethambutol 500 mg No XXX S2dd1 R/ Pyrazinamide 500 mg No XXX R7 R8 R/ Erythromicin 250 mg No LX S2dd1 (pc) R/ Claritin No VII S1dd1 (malam) R/ HCl Codein 0,300 mg CTM 0,300 mg Potio nigra 200 ml S3dd1C Pro : Ny X Umur : Dws R/ HCl Codein 10 mg No XX S3dd1 R/ Rhinos SR No X S2ddi Pro : Ny X Umur : Dws R9 R/ Letonal 20 Combes ¾ tab m.f. da in caps dtd No XXX S1dd1 (siang) Pro : Ny X R10 Umur : Dws R/ Lincocin 500 mg No X S3dd1 (pc) R/ Rhinos SR No X S2dd1 (pc) R/ Aerius 5 mg No V S1dd1 (pc) Pro : Ny X

132 (Lanjutan) R11 R12 R13 R14 R15 S2dd1 Pro : Ny X Umur : Dws R/ Ciprofloxacin 500 mg No XV S3dd1 R/ Ranitidin 150 mg No XV S2dd1 R/ As. Mefenamat 500 mg No XV S3dd1 Pro : Tn X Umur : 27 tahun R/ Theofilin 20 mg Ventolin 0,7 mg Kenacort 1,25 mg m.f.pulv dtd XV S3dd1 pulv (batuk) R/ Abbotic Fl No I S2dd 4 ml Pro : An X Umur : - R/ Alprazolam 0,25 mg No XXX S1dd1 Pro : Tn X Umur : Dws R/ Zollocid No XII S2dd1 (ac) R/ Musin Syr Fl No I S3dd 10 cc R/ Mycostatin Fl drops No I S4dd 2cc R/ Doloneurobion No X S3dd1 (pc) R/ Methyl prednisolon 4 mg No X S2dd1 (pc0 R/ Vometa No XV S3dd1 (ac) Pro : Tn X Umur : Dws R/ Ambroxol 30 mg No XV S3dd1 Pro : Tn X Umur : Dws R16 R17 R18 R19 R20 Umur : Dws R/ Trobosone ED No I S6dd gtt I (OS) Pro : Ny X Umur : Dws R/ MXT 2,5 mg No XXV 5 tab/minggu R/ asam folat 5 mg No IV 1 tab/minggu R/ Azythromicin No II S1dd1 Pro : Tn X Umur : 42 tahun R/ Patral No X S2dd1 Pro : Ny X Umur : 27 tahun R/ Folamil No XXX S1dd1 (pc) R/ Cavit D3 No XXX S1dd1 (pc) R/ Nulacta No XXX S1dd1 (pc) R/ Narfoz 4 mg No X S2dd1 Pro : Ny X Umur : 31 tahun R/ Spironolakton 50 mg Aspar K 1 tab m.f.cap dtd VI S1dd1 cap (pagi) Pro : Ny X Umur : Dws

133 (Lanjutan) R21 R/ Harnal Ocas No III S1dd1 (malam) Pro : Ny X Umur : Dws R26 R/ Hepamax No X S2dd1 Pro : Tn X Umur : 28 tahun R22 R23 R/ Diamicron MR No XXX S1-0-0 (ac) R/ Metformin 500 mg No LX S1-0-1 (pc) R/ Simvastatin 10 mg No XXX S0-0-1 R/ Candesartan 16 mg No XXX S1dd1 R/ Letonal 25 mg S1dd1 Pro : Ny X Umur : Dws R/ Amoxsan 500 mg No XII S3dd1 caps R/ Mefinal 250 mg No IX S3dd1 caps Pro : Ny X Umur : 31 tahun R27 R28 R/ Fluimucil Fl I S3dd1 C Pro : Ny X Umur : Dws R/ Betasone No I S2dd oleskan Pro : Tn X Umur : 40 tahun R24 R/ Biocream No I Sue (pelembab) R/ Acid Salycil 1% Anestesin 1% Dermavote Cr 20 gr m.f. sue (gatal) Pro : Tn X Umur : Dws R29 R/ Lactafar tab No XXX S1dd1 R/ Cavit D3 No XXX S1dd1 R/ Azythromicin 500 mg No III S1dd1 R/ Duvadilan No X S2dd ½ Pro : Ny X Umur : 28 tahun R25 R/ Zincare 20 mg No X S1dd1 (sampai habis) R/ Ondasetron 4 mg No X S3dd2 Pro : Tn X Umur : 11 tahun R30 R/ Asam folat No LX S2dd1 R/ ATP tab No XXX S1dd1 R/ Simvastatin No XXX S1dd1 (malam) Pro : Tn X Umur : Dws

134 (Lanjutan) R31 R32 R33 R/ Ketesse No XXX S2dd1 R/ Asthin force No XXX S2dd1 Pro : Ny X Umur : Dws R/Zegase tab No V S1dd1 Pro : Tn X Umur : 26 tahun R/ Cetirizine Syr No I S1dd 5 ml (pagi) Pro : An X Umur : - R38 R39 R40 R/ Lutenyl tab No XIV S1dd2 R/ Glucophage No XV S1dd ½ Pro : Tn X Umur : Dws R/ Otolin ear drop S3dd gtt I (AS) Pro : An X Umur : - R/ Neurobion 5000 No X S1dd1 Pro : X Umur : - R34 R/ Cefixime 30 mg Equal qs m.f. pulv No XV S3dd1 (habiskan) Pro : An X Umur : 2 tahun 10 bulan R41 R/ Codipront XII S2dd1 Pro : X Umur : - R35 R/ Pumpitor No X S1dd1 R/ Antacid Fl No I S3dd 1C (ac) R/ New Diatabs No X S3dd2 R/ Oralit Suc Pro : Ny X Umur : 38 tahun R42 R/ Xanax 1 mg No XX S2dd1 Pro : Ny X Umur : Dws R36 R37 R/ Ultraproct N supp No III S1dd1 (malam) Pro : Tn X Umur : Dws R/ Transpulin BB No I Sue R/ Candistin drop No I S3dd 0,25 ml R/ Mucopect Drop I S3dd 1 tetes Pro : An X Umur : 1,5 tahun R43 R44 R/ Duvadilan 20 mg No X S3dd ½ tab Pro : Ny X Umur : Dws R/ Codipront cum exp Fl I S2dd 2 cth R/ Xidane Cap No X S1dd1 Pro : Tn X Umur : Dws

135 (Lanjutan) R45 R/ Elkana Syr Fl I S1dd 1cth Pro : An X Umur : 18 bulan R48 R/ Proneuron No XX S1dd1 Pro : X Umur : - R46 R47 R/ Rhinos drop No I S3dd 0,3 cc R/ Elocon Cr No I Sue Pro : An X Umur : 1 bulan R/ Cefat 500 mg No XX S3dd1 R/ Acid Salycil 1% Anestesin 1% Digenta Cr 10 gr My cospor Cr 10 gr Sagestan Cr 10 gr m.f.sue Pro : Tn X Umur : Dws R49 R50 R/ Bisolvon elix kid I S3dd cth ½ R/ Paracetamol Syr Fl I S3dd cth II R/ Erysanbe 250 MG S2dd1 Pro : An X Umur : 3 tahun R/ Myconal 50 mg No XV S3dd1 (pc) R/ Arcoxia 120 mg No V S1dd1 (pc) R/ Mucosta No V S1dd1 (ac) Pro : Tn X Umur : Dws

136 Lampiran 2. Hasil Skrining 50 Resep Tunai Universitas Indoensia Persyaratan Administrasi R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 Jlh 1. Dokter 1.1 Nama Nomor SP Alamat Tgl Penulisan Resep Tanda tangan/paraf Pasien 4.1 Nama Alamat Umur Berat Badan Jenis Kelamin Obat 5.1 Nama Obat Potensi Dosis Jumlah Cara Pakai Kesesuaian Farmasetik 1. Bentuk sediaan Dosis Potensi Stabilitas Inkompatibilitas Cara pemberian lama pemberian Pertimbangan Klinis 1. Adanya alergi Efek samping interaksi kesesuaian 4.1 Dosis Durasi Jumlah

137 (Lanjutan) Universitas Indoensia Persyaratan Administrasi R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 Jlh 1. Dokter 1.1 Nama Nomor SP Alamat Tgl Penulisan Resep Tanda tangan/paraf Pasien 4.1 Nama Alamat Umur Berat Badan Jenis Kelamin Obat 5.1 Nama Obat Potensi Dosis Jumlah Cara Pakai Kesesuaian Farmasetik 1. Bentuk sediaan Dosis Potensi Stabilitas Inkompatibilitas Cara pemberian lama pemberian Pertimbangan Klinis 1. Adanya alergi Efek samping interaksi kesesuaian 4.1 Dosis Durasi Jumlah

138 Universitas Indonesia (Lanjutan) Persyaratan Administrasi Grand Total Persentase 1. Dokter 1.1 Nama % 1.2 Nomor SP % 1.3 Alamat % 2. Tgl Penulisan Resep % 3. Tanda tangan/paraf % 4. Pasien 4.1 Nama % 4.2 Alamat 1 2 % 4.3 Umur % 4.4 Berat Badan 1 2 % 4.5 Jenis Kelamin % 5. Obat 5.1 Nama Obat % 5.2 Potensi % 5.3 Dosis % 5.4 Jumlah % 6. Cara Pakai % Kesesuaian Farmasetik 1. Bentuk sediaan % 2. Dosis % 3. Potensi % 4. Stabilitas % 5. Inkompatibilitas 2 4 % 6. Cara pemberian % 7. lama pemberian % Pertimbangan Klinis 1. Adanya alergi 0 0 % 2. Efek samping % 3. interaksi 7 14 % 4. kesesuaian 4.1 Dosis % 4.2 Durasi % 4.3 Jumlah % 2 7

139 Lampiran 3. Three Prime Question Informasi yang diberikan Dokter R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 Jlh 1. Obat/ Kegunaan Obat Cara Pakai Obat Harapan Pengobatan (lanjutan) Informasi yang diberikan Dokter R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 Jlh 1. Obat/ Kegunaan Obat Cara Pakai Obat Harapan Pengobatan (Lanjutan) Informasi yang diberikan Dokter Grand Total 1. Obat/ Kegunaan Obat Cara Pakai Obat Harapan Pengobatan Universitas Indoensia

140 Lampiran 4. Alur Pelayanan Resep Tunai 1. Skrining resep, 2. Pemeriksaan Ketersediaan Obat 3. Pemberian Harga Konfirmasi pada pasien tentang ketersediaan obat & harga Obat tersedia Obat tidak tersedia Harga tidak disetujui 1. Penawaran obat generik yang memiliki komposisi yang sama dengan harga yang lebih murah 2. Penawaran resep diambil setengan dan diberikan copy/ salinan resep Harga tidak disetujui Harga disetujui Harga disetujui 1. Pasien membayar di Kasir & resep diberi nomor urut 2. Permintaan data pasien & input data pasien 1. Pemberitahuan kepada pasien bahwa obat tidak tersedia, 2. Penawaran subtitusi obat dengan obat generik yang memiliki komposisi sama, 3. Pencarian obat pada Apotek kimia farma lain/ permintaan CITO ke BM, jika obat ada dilakukan penawaran pengantaran obat pada pasien saat obat sudah tersedia/ pasien dihubungi saat obat sudah tersedia. Resep gagal dilayani Persiapan obat / peracikan obat Pemberian etiket Pemeriksaan kesesuaian obat Obat tidak tersedia Resep gagal dilayani Penyerahan obat & pemberian informasi obat Obat diterima pasien Resep disimpan petugas

141 Lampiran 5. Alur Pelayanan Resep Non Tunai Penerimaan Resep 1. Skrining resep, 2. Pemberian nomor resep 3. Pemeriksaan Ketersediaan Obat Obat tersedia Obat tidak tersedia Persiapan obat / peracikan obat Pemberian etiket Pemeriksaan kesesuaian obat Obat tersedia 1. Pemberitahuan kepada pasien bahwa obat tidak tersedia, 2. Penawaran subtitusi obat dengan obat generik yang memiliki komposisi sama, 3. Pencarian obat pada Apotek kimia farma lain/ permintaan CITO ke BM, jika obat ada dilakukan penawaran pengantaran obat pada pasien saat obat sudah tersedia/ pasien dihubungi saat obat sudah tersedia. Penyerahan obat & pemberian informasi obat Obat diterima pasien Resep disimpan petugas Penagihan & pembayaran

142 Lampiran 6. Form Skrining Resep 1

143 Lampiran 7. Form Skrining Resep 2

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: WAHID BEKTI FITRIANTO K 100 040 146 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: ASRI MUHTAR WIJIYANTI K 100 040 150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55, JAKARTA TIMUR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Definisi apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 yaitu sebagai suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang esensial dari setiap individu, keluarga, dan masyarakat. Kesehatan juga merupakan perwujudan dari tingkat kesejahteraan suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan setiap umat manusia karena aktivitasnya dapat terhambat apabila kondisi kesehatan tidak baik.

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya perkembangan dan perubahan pola hidup pada manusia (lifestyle) dapat berdampak langsung salah satunya pada kesehatan, sehingga kesehatan menjadi salah satu hal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha untuk mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan merupakan visi dari Kementerian Kesehatan RI dan telah dirumuskan dalam UU RI No. 36 tahun 2009

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak asasi yang diatur dalam perundang-undangan, salah satunya yaitu hak mengenai kesehatan, sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 bahwa kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu tujuan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 1 JL. GARUDA NO. 47 KEMAYORAN JAKARTA PUSAT PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DYAH AYUWATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan status kesehatan yang masih tergolong rendah. Hal ini dapat disebabkan kurangnya kepedulian dan pemahaman masyrakat Indonesia akan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan dan pemantauan

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. Mengingat b. 1. 2. 3. 4. bahwa persyaratan tentang pedagang besar farmasi seperti

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDDIN NO.1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung dan mempengaruhi pekerjaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya zaman, pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan juga meningkat. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana untuk memperoleh generasi yang baik perlu adanya peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kefarmasian Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian

Lebih terperinci