UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDDIN NO.1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ADITHA PUSPO WIJAYANTI, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDDIN NO.1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker ADITHA PUSPO WIJAYANTI, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012 ii

3 iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat dan hidayah-nya, sehingga dapat terselesaikannya Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No.42 Jalan Sultan Hasanuddin No.1 Jakarta Selatan. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kurikulum Program Profesi Apoteker di Departeman Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Bapak Drs. Kasman Marsuan, MM, Apt., selaku pembimbing di Apotek Kimia Farma No. 42 yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama PKPA. 2. Ibu Dra. Sabarijah WittoEng, SKM, Apt., selaku pembimbing dari Program Profesi Apoteker - Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atas segala bimbingan dan arahan selama penyusunan laporan PKPA. 3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap M.S., selaku ketua Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 4. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku ketua Program Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. 5. Seluruh karyawan Apotek Kimia Farma No. 42 dan BM Jaya 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang telah meberikan bantuan, kerjasama, saran dan kesempatan yang telah diberikan selama PKPA. 6. Seluruh dosen dan karyawan Departemen Farmasi FMIPA UI yang telah memberikan ilmu yang berharga dan bantuan yang sangat berarti bagi penulis. iv

5 7. Semua teman-teman Apoteker angkatan 74 dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan PKPA ini. 8. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani PKPA ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan. Depok, 2012 Penulis v

6 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN UMUM APOTEK Definisi Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Peran Apoteker Pengelola Apotek (APA) Sumber Daya Manusia Lainnya di Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Pelayanan Obat Wajib Apotek Pengelolaan Resep BAB 3. TINJAUAN UMUM PT KIMIA FARMA APOTEK Sejarah Singkat PT.Kimia Farma Apotek Visi dan Misi Budaya Perusahaan Struktur Organisasi Perusahaan Kegiatan PT. Kimia Farma Apotek Manajemen Apotek Kimia Farma Bisnis Manager Jaya I BAB 4. TINJAUAN KHUSUS Apotek Kimia Farma No Kegiatan Apotek Kimia Farma No Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika BAB 5. PEMBAHASAN BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN vi

7 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur organisasi PT. Kimia Farma Apotek.. 59 Lampiran 2. Struktur organisasi unit bisnis manajer Lampiran 3. Alur penerimaan resep tunai/kredit di Apotek Kimia Farma Lampiran 4. No Bon permintaan barang apotek (BPBA) pada Apotek Kimia Farma No Dokumen dropping barang dari BM... Lampiran 5. Lampiran 6. Kartu stok obat Lampiran 7. Surat pemesanan narkotika Lampiran 8. Surat pemesanan psikotropika.. 66 Lampiran 9. Etiket dan Plastik Obat Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Salinan resep... Kartu nomor resep... Kwitansi pembayaran resep tunai... Petunjuk penandaan kadaluwarsa dan anjuran waktu minum obat Lampiran 14. Laporan penggunaan narkotika Lampiran 15. Laporan penggunaan psikotropika Lampiran 16. Laporan narkotika bulan Februari Lampiran 17. Laporan psikotropika bulan Februari vii

8 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 36 Tahun 2009, Tentang Kesehatan, Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) oleh pemerintah dan atau masyarakat. Pembangunan di bidang kesehatan dapat dilakukan dengan pelayanan kesehatan yang didukung oleh sarana kesehatan yang mencukupi, bermutu baik, serta dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas. Salah satu pendukung dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat adalah apotek. Definisi apotek menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Konsep pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) atau asuhan kefarmasian lebih berorientasi kepada pasien (patient oriented) dibandingkan obat (drug oriented). Kegiatan pelayanan yang sebelumnya berfokus kepada pengelolaan obat sebagai komoditi berubah menjadi pelayanan yang komprehensif dimana pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi 1

9 2 dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Dengan adanya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 42 Jl. Sultan Hasanuddin No. 1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang berlangsung pada periode 1 Mei - 8 Juni 2012, diharapkan agar seorang calon apoteker tidak cukup hanya belajar teori akan tetapi perlu mengenal, mengerti serta menghayati peran dan tanggung jawab seorang apoteker, serta dapat melihat gambaran secara nyata tentang peran seorang apoteker, selain itu juga dapat menambah dan meningkatkan keterampilan serta pengetahuannya dalam pelayanan kesehatan dan pekerjaan kefarmasian di bidang perapotekan. 1.2 Tujuan Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 42 adalah: a. Dapat memahami tentang fungsi dan peranan apoteker pengelola apotek (APA) di apotek. b. Dapat memahami penerapan aspek managemen pengelolaan apotek dan aspek pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma No.42.

10 BAB 2 TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Definisi Apotek Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengelolaan obat, pelayanan obat atau resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek menyatakan bahwa apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu mengutamakan kepentingan dan mendukung peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat Pembangunan apotek dapat dilaksanakan oleh lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik Negara yang ditunjuk oleh pemerintah dan apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta memperoleh izin dari Dinas Kesehatan setempat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). 2.2 Landasan Hukum Apotek Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang apotek dan kegiatannya adalah : a. Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek. b. Peraturan Menteri Kesehatan No.28/MENKES/PER/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. c. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tanggal 14 Juli 1980 sebagai Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. 3

11 4 d. Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. e. Undang-undang Republik Indonesia No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika. f. Peraturan Menteri Kesehatan No.688/MENKES/PER/VII/1997 tentang Psikotropika. g. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/ MENKES/ SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. h. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. i. Undang-undang Republik Indonesia No.35 tahun 2009 tentang Narkotika. j. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah: a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. b. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian. c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika. d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. 2.4 Tata Cara Perizinan Apotek Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek (SIA). Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek di suatu tempat

12 5 tertentu. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332, 2002). Jika Apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana tersebut harus berdasarkan perjanjian kerjasama antara Apoteker dan pemilik sarana dengan persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundangan-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah: a. Tempat atau lokasi Persyaratan jarak minimum antar apotek tidak dipermasalahkan lagi, sehingga tempat atau lokasi dapat dipilih dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, jumlah praktek dokter atau pelayanan kesehatan, kemudahan untuk mencapai apotek, dan faktor lainnya. b. Bangunan Apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi persyaratan teknis, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan, ruang administrasi dan kamar kerja apoteker serta ruang tempat pencucian alat dan kamar kecil. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, ventilasi dan sanitasi yang baik serta papan nama apotek. c. Perlengkapan Apotek Perlengkapan apotek yang harus dimiliki antara lain: 1) Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, alu dan lain-lain. 2) Perlengkapan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari obat, lemari pendingin dan lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika. 3) Wadah pengemas dan pembungkus. 4) Alat administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep dan kuitansi.

13 6 5) Buku standar yang diwajibkan dan kumpulan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, tata cara pemberian izin apotek adalah sebagai berikut: a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1. b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh formulir model APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir model APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir model APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi

14 7 selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan apotek dan pengelolaan apotek atau lokasi apotek yang tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasan-alasannya dengan menggunakan contoh formulir model APT Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian seorang apoteker di apotek merupakan bentuk hakiki dari profesi Apoteker, oleh karena itu Apoteker Pengelola Apotek (APA) berkewajiban mencurahkan waktu, pemikiran dan tenaganya untuk menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan apotek yang didasarkan pada kepentingan masyarakat. Hal ini dikarenakan Apoteker merupakan motor penggerak kemajuan suatu apotek. Apoteker Pengelola Apotek adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Untuk menjadi Apoteker Pengelola Apotek, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993) : a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan. b. Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai apoteker. c. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, setiap tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi. Surat tanda registrasi yang dimaksud tersebut berupa Surat Tanda Registrasi Apoteker

15 8 (STRA) bagi apoteker. STRA berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Registrasi ulang harus dilakukan minimal 6 (enam) bulan sebelum STRA habis masa berlakunya. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus melampirkan: a. Fotokopi ijazah Apoteker. b. Fotokopi surat sumpah atau janji Apoteker. c. Fotokopi sertifikat kompetensi profesi yang masih berlaku. d. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik. e. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. f. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran 2x3 cm sebanyak 2 (dua) lembar. Sertifikat kompetensi profesi sebagaimana dimaksud dalam persyaratan memperoleh STRA dikeluarkan oleh organisasi profesi setelah lulus uji kompetensi. Sertifikat kompetensi profesi tersebut berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat dilakukan uji kompetensi kembali setelah habis masa berlakunya. Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi dianggap telah lulus uji kompetensi dan dapat memperoleh sertifikat kompetensi profesi secara langsung. STRA dapat dicabut karena: a. Permohonan yang bersangkutan. b. Pemilik STRA tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan surat keterangan dokter. c. Melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian. d. Melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yang dibuktikan dengan putusan pengadilan. Pencabutan STRA disampaikan kepada pemilik STRA dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan organisasi profesi. Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja, yaitu berupa Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) bagi Apoteker penanggung jawab dan Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian. SIPA bagi Apoteker

16 9 penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian. SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. Untuk memperoleh SIPA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota harus menerbitkan SIPA paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. Permohonan SIPA harus melampirkan: a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN (Komite Farmasi Nasional). b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/ penyaluran. c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi. d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut SIPA karena: a. Atas permintaan yang bersangkutan. b. STRA tidak berlaku lagi. c. Yang bersangkutan tidak bekerja pada tempat yang tercantum dalam surat izin. d. Yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan pembinaan dan pengawasan dan ditetapkan dengan surat keterangan dokter. e. Melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian berdasarkan rekomendasi KFN. f. Melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yang dibuktikan dengan putusan pengadilan. 2.6 Peran Apoteker Pengelola Apotek (APA) Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker (Umar, 2011). Dalam perannya sebagai Apoteker Pengelola

17 10 Apoteker (APA), apoteker memiliki tiga peran utama dalam menjalankan roda kehidupan di apotek, yaitu: a. Profesional: terkait pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) b. Manager: terkait pengelolaan sumber daya manusia, sarana prasarana, dan keuangan. c. Retailer: terkait penjualan perbekalan kesehatan yang ada di apotek dan bagaimana mendapatkan omzet maksimal Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi farmasis dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian diimplementasikan dengan Good Pharmacy Practice (Cara Praktek di Apotek yang Baik). Dengan demikian Good Pharmacy Practice merupakan suatu pedoman yang digunakan untuk menjamin bahwa layanan yang diberikan Apoteker kepada setiap pasien telah memenuhi kualitas yang tepat. Pedoman tersebut perlu disusun secara nasional dengan inisiatif dari organisasi profesi Apoteker dan pemerintah. Dengan adanya pedoman tersebut diharapkan bahwa masyarakat dapat menggunakan obat-obatan dan produk serta jasa kesehatan dengan lebih tepat sehingga tercapai tujuan terapi yang diinginkan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi pelayanan resep, promosi dan edukasi, serta pelayanan residensial Pelayanan Resep a. Skrining Resep Skrining resep merupakan tahap awal dalam pelayanan resep, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses skrining resep yaitu: 1) Persyaratan administratif, yaitu nama dokter, nomor ijin praktek, alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter serta nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien, nama obat, potensi, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas dan informasi lainnya.

18 11 2) Kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, frekuensi, kekuatan, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat. 3) Pertimbangan klinis, yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dan kondisi khusus lainnya). 4) Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan serta membuat catatan pengobatan pasien (medication record). b. Penyiapan dan Penyerahan Obat Penyiapan dan penyerahan obat dilakukan sesuai standar pelayanan kefarmasian, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain: 1) Menyiapkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan permintaan pada resep. 2) Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum. 3) Mengambil obat dengan menggunakan sarung tangan atau alat atau spatula atau sendok. 4) Menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan mengembalikan ke tempat semula. 5) Meracik obat (kegiatan menimbang, mencampur, mengemas). 6) Menyiapkan etiket (warna putih untuk obat dalam dan warna biru untuk obat luar) dengan tulisan yang harus jelas dan dapat dibaca. 7) Mengemas obat dengan kemasan yang sesuai dan rapi sehingga terjaga kualitasnya. 8) Melakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep dan penyerahan obat dilakukan oleh apoteker. 9) Memberikan copy resep kepada pasien apabila diperlukan. Copy resep merupakan salinan tertulis dari suatu resep yang dibuat oleh apotek. Di dalam copy resep harus memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli, nama dan alamat apotek, nama dan nomor surat izin pengelolaan apotek, tanda tangan atau paraf APA, tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan; tanda nedet atau nedetur untuk obat yang belum diserahkan, serta nomor dan tanggal peresepan. 10) Menyerahkan obat kepada pasien disertai dengan pemberian informasi obat dan konseling

19 12 11) Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat Pelayanan Informasi Obat Kegiatan pelayanan yang harus dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi dan konsultasi secara akurat, tidak bias, faktual, terkini, mudah dimengerti, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Adapun prosedur dalam pelayanan informasi obat yaitu: a. Memberikan informasi obat kepada pasien berdasarkan resep atau kartu pengobatan pasien (medication record) atau kondisi kesehatan pasien baik lisan maupun tertulis b. Melakukan penelusuran literatur bila diperlukan, secara sistematis untuk memberikan informasi c. Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana baik secara lisan maupun tertulis d. Mendisplai brosur, leaflet, poster atau majalah kesehatan untuk informasi pasien e. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat Promosi dan Edukasi Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang ingin melakukan upaya pengobatan diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit yang ringan dengan memilihkan obat yang sesuai. Promosi adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memberikan inspirasi kepada masyarakat sehingga termotivasi untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri. Sedangkan edukasi adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memberikan pengetahuan tentang obat dan pengobatan serta mengambil keputusan bersama pasien setelah mendapatkan informasi, untuk tercapainya hasil pengobatan yang optimal Konseling Konseling merupakan suatu proses yang sistematis untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat. Konseling dapat dilakukan pada:

20 13 a. Pasien dengan penyakit kronik seperti diabetes, TB, dan asma b. Pasien dengan sejarah ketidakpatuhan dalam pengobatan c. Pasien yang menerima obat dengan indeks terapi sempit yang memerlukan pemantauan. d. Pasien dengan multirejimen obat e. Pasien lansia f. Pasien pediatrik melalui orang tua atau pengasuhnya g. Pasien yang mengalami Drug Related Problems Pelayanan Residensial (Home Care) Pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien yang dilakukan di rumah khususnya untuk kelompok lanjut usia dan pasien dengan penyakit kronis. Untuk kegiatan ini, apoteker harus membuat catatan pengobatan pasien (medication record). Pelayanan residensial dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kunjungan langsung ke rumah dan melalui telepon Manajemen Sumber Daya di Apotek Manajemen merupakan serangkaian aktivitas yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Apoteker turut berperan sebagai manager di apotek dalam mengkoordinasikan sumber daya manusia, fisik dan uang. Salah satu hal mendasar namun kerap terlupakan adalah manajemen keuangan. APA sebagai pengelola apotek harus dapat mengerti dan memahami serta dapat menjelaskan kondisi kekayaan apotek melalui indikator keuangan. Indikator-indikator keuangan tersebut tertuang dalam laporan akuntansi keuangan yang berfungsi sebagai pemberi informasi kepada pengelola atau pemilik apotek mengenai perubahan yang terjadi pada unsur kekayaan yang dimiliki apotek sebagai akibat adanya kegiatan transaksi jual-beli barang atau jasa selama kurun waktu tertentu. Bentuk laporan akuntansi keuangan terbagi atas tiga jenis, yaitu (Umar, 2011): a. Laporan laba-rugi (income statement): adalah laporan yang menggambarkan tentang jumlah penjualan, biaya variabel, biaya tetap, dan laba yang diperoleh dalam satu periode tertentu.

21 14 b. Laporan neraca (balance sheet): adalah laporan yang menggambarkan kondisi harta (aktiva), hutang (pasiva) dan modal sendiri yang dimiliki apotek pada tanggal tertentu. Neraca disebut juga sebagai potret kekayaan suatu perusahaan. c. Laporan aliran kas (cash flow): adalah laporan yang dibuat untuk menggambarkan estimasi rencana jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran uang kas apotek selama periode waktu tertentu 2.7 Sumber Daya Manusia Lainnya di Apotek Selain Apoteker Pengelola Apotek terdapat pula tenaga kerja lain yang menunjang berjalannya suatu apotek, yaitu : a. Apoteker Pendamping (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2008). Apoteker yang bekerja di apotek di samping APA dan atau bertugas menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek bila APA yang bersangkutan berhalangan. b. Apoteker Pengganti (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2008). Apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. c. Asisten Apoteker (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2008). Asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku, berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. d. Juru Resep Juru Resep bertugas untuk membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan obat dan perbekalan farmasi lainnya. Juru Resep menjalankan tugasnya dibawah pengawasan langsung Asisten Apoteker. e. Petugas Kasir Secara umum petugas kasir bertsnggung jawab dalam menangani pembayaran atas obat dan perbekalan farmasi lainnya dari pasien.

22 15 f. Petugas Administrasi. Bagian administrasi melakukan pencatatan setiap kegiatan di bagian pelayanan untuk kemudian dilaporkan kepada Manajer Bisnis. 2.8 Pencabutan Izin Apotek (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002) Kriteria Pencabutan Izin Apotek Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pencabutan Surat Izin Apotek (SIA) apabila : a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang tercantum dalam persyaratan sebagai Apoteker Pengelola Apotek. b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban sebagai Apoteker Pengelola Apotek. c. Apoteker Pengelola Apotek tidak melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan di apotek. e. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut. f. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan, baik dalam hal tempat atau lokasi, perlengkapan, serta kegiatan pelayanan di apotek Ketentuan Pencabutan Izin Apotek Ketentuan mengenai pencabutan izin apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1322/MENKES/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah : a. Pelaksanaan pencabutan izin apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan menggunakan Formulir Model APT-12 dan pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek dengan

23 16 menggunakan contoh Formulir Model APT-13. b. Pembekuan izin apotek dapat dicairkan apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-14. c. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. d. Keputusan pencabutan Surat Izin Apotek oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota disampaikan langsung kepada apotek yang bersangkutan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-15 dan tembusan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat serta Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat Kewajiban Apoteker Pengelola Apotek setelah Pencabutan Surat Izin Apotek Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan dilakukan dengan mengikuti tata cara sebagai berikut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002): a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi seluruh perbekalan farmasi di apotek Apoteker Pengelola Apotek Meninggal Dunia Berdasarkan Permenkes No. 1332/MENKES/PER/X/2002 tentang perubahan Permenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Tata Cara Pemberian Izin Apotek pada pasal 24 dinyatakan bahwa (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2008) :

24 17 a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. b. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker Pendamping, pada pelaporan yang dimaksud pada ayat (a) wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. c. Pada penyerahan yang dimaksud pada ayat (a) dan (b), dibuat Berita Acara Serah Terima kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan Kepala Balai POM setempat. 2.9 Pengelolaan Narkotika (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan ke dalam tiga golongan yaitu: a. Narkotika golongan I, yang dapat digunakan untuk kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk menimbulkan ketergantungan. Contohnya tanaman Papaver somniferum (kecuali biji), Erythroxylon coca, Cannabis sativa. b. Narkotika golongan II, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi untuk menimbulkan ketergantungan. Contohnya adalah morfin dan petidin. c. Narkotika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan ketergantungan, contohnya yaitu Codein.

25 18 Tujuan dari undang-undang tentang narkotika yaitu : a. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. b. Mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika. c. Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalah guna dan pecandu narkotika. Kegiatan pengelolaan narkotika yang dilakukan di apotek meliput pemesanan narkotika, penyimpanan narkotika, pelayanan resep yang mengandung narkotika, pelaporan narkotika dan pemusnahan narkotika Pemesanan Narkotika Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pemesanan tertulis melalui Surat Pesanan (SP) narkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Surat Pesanan narkotika harus ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, SIA dan stempel apotek. Satu Surat Pesanan narkotika terdiri dari rangkap empat dan hanya dapat digunakan untuk memesan satu jenis obat narkotika Penyimpanan Narkotika Penyimpanan narkotika perlu diamankan dari kemungkinan terjadinya pencurian, penyelewengan, pembongkaran atau perampokan. Apotek harus memiliki tempat khusus untuk penyimpanan narkotika. Lemari khusus yang digunakan untuk menyimpan narkotika tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika dan anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang ditunjuk. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum. Persyaratan untuk lemari atau tempat khusus penyimpanan narkotika harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat.

26 19 c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta bagian kedua untuk persediaan narkotika lainnya yang dipakai seharihari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan dan atau ilmu pengetahuan serta dapat digunakan untuk kepentingan pengobatan hanya berdasarkan resep dokter. Penyerahan narkotika dari apotek kepada pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dari dokter. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh membuat salinan resep, tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu, dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep yang mengandung narkotika Pelaporan Narkotika Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan narkotika setiap bulan mengenai pembelian/pemasukan dan penjualan/pengeluaran narkotika dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Pelaporan tersebut dilakukan paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya. Laporan narkotika ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Balai / Balai Besar POM setempat, dan arsip apotek. Laporan penggunaan narkotika terdiri dari laporan pemakaian bahan baku narkotika, penggunaan sediaan jadi narkotika, dan pelaporan penggunaan morfin dan petidin..

27 Pemusnahan Narkotika Pemusnahan narkotika dilakukan terhadap narkotika yang rusak, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat lagi. Pemusnahan tersebut harus disaksikan oleh petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apoteker Pengelola Apotek membuat berita acara pemusnahan paling sedikit rangkap 3 (tiga) yang memuat : a. Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan. b. Nama pemegang izin khusus, Apoteker Pengelola Apotek. c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek tersebut. d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tanda tangan penanggung jawab apotek/pemegang izin khusus dan saksisaksi. Berita acara pemusnahan narkotika harus dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Propinsi Kepala Balai Besar POM setempat, dan untuk arsip apotek Pengelolaan Psikotropika Berdasarkan Undang-undang No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku. Psikotropika dibagi menjadi beberapa golongan : a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contohnya adalah ekstasi. b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan digunakan dalam terapi, dan/atau atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah amfetamin.

28 21 c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi, dan/atau atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah fenobarbital. d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan/atau atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contohnya adalah diazepam, nitrazepam. Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1997 adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika yaitu untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, dan memberantas peredaran gelap psikotropika Pemesanan Psikotropika Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIA. Surat pesanan tersebut dibuat rangkap tiga dan setiap surat dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan obat psikotropika sampai dengan saat ini belum diatur dengan peraturan perundang-undangan. Namun untuk mencegah penyalahgunaan obat-obat psikotropika, maka sebaiknya obat-obat tersebut disimpan di dalam rak atau lemari yang terpisah dengan obat lain Penyerahan Psikotropika a. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada apotek lainnya diberikan berdasarkan surat permintaan tertulis yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. b. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada rumah sakit diberikan

29 22 berdasarkan surat permintaan tertulis yang ditandatangani oleh direktur rumah sakit. c. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada puskesmas diberikan berdasarkan surat permintaan tertulis dari kepala puskesmas. d. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada balai pengobatan diberikan berdasarkan surat permintaan tertulis dari dokter penanggung jawab balai pengobatan. e. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada dokter diberikan berdasarkan resep dokter. f. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada pasien diberikan berdasarkan resep dokter Pelaporan Psikotropika Penggunaan obat-obat psikotropika dilaporkan secara berkala kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Balai POM setempat dan arsip Pemusnahan Psikotropika Pemusnahan psikotropika dilakukan dengan membuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk. Pemusnahan psikotropika tersebut dilakukan apabila kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan, atau berkaitan dengan tindak pidana Pelayanan Obat Wajib Apotek (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1990) Pelayanan obat wajib apotek (OWA) merupakan pelayanan penjualan atau penyerahan obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker Pengelola Apotek. Daftar OWA yang sudah dikeluarkan terdiri dari tiga daftar. Kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter, yaitu: a. Tidak dikontraindikasikan untuk pengguna pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

30 23 b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit. c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Apoteker di apotek dalam melayani pasien yang memerlukan obat wajib apotek diwajibkan : a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam Obat Wajib Apotek yang bersangkutan. b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan. c. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien. Peraturan tentang OWA di Indonesia terdiri dari: 1) KepMenKes No.347 Tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotek (OWA) No.1, berisi daftar obat yang dapat diserahkan tanpa resep oleh apoteker di apotek, mencakup oral kontrasepsi maksimal 1 siklus, obat saluran cerna (antasida, anti-spasmodik, anti-spasmodik analgetik, anti mual, laksan) maksimal 20 tablet, obat mulut dan tenggorokan maksimal 1 botol, obat saluran napas (obat asma, sekretolitik/mukolitik), obat sistem neuromuskular (analgetik antipiretik, antihistamin) maksimal 20 tablet dan 1 botol untuk sediaan sirup, antiparasit (obat cacing) maksimal 6 tablet dan 1 botol untuk sediaan sirup, obat kulit topikal (antibiotik topikal, kortikosteroid topikal, antiseptik lokal, antifungi lokal, anestesi lokal, enzim antiradang topikal, pemucat kulit) maksimal 1 tube. 2) PerMenKes No.919 Tahun 1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep. 3) PerMenKes No.924 Tahun 1993 tentang OWA No.2, peraturan ini memuat tambahan daftar OWA yang dapat diserahkan apoteker.

31 24 4) PerMenKes No.925 Tahun 1993 tentang perubahan golongan OWA No.1, memuat perubahan golongan obat terhadap daftar OWA No. 1, beberapa obat yang semula OWA berubah menjadi obat bebas terbatas atau obat bebas, selain itu juga ada keterangan pembatasannya. 5) KepMenKes No Tahun 1999 tentang OWA No Pengelolaan resep Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.280/Menkes/V/1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotek pasal 7 ayat 1 5, disebutkan bahwa penyimpanan resep dilakukan berdasarkan urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep, dipisahkan antara resep narkotika, psikotropika, dan non narkotika-psikotropika serta disimpan dan diarsipkan sekurang-kurangnya 3 tahun. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 3 tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dapat dilakukan dengan cara dibakar atau cara lain oleh Apoteker Pengelola Apotek bersama dengan sekurang kurangnya petugas apotek. Berita acara pemusnahan dikirimkan ke Dinas Kesehatan.

32 BAB 3 TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA APOTEK 3.1 Sejarah Singkat PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek (KFA) adalah anak perusahaan PT Kimia Farma (Persero) Tbk. yang didirikan berdasarkan akta pendirian No. 6 tanggal 4 Januari 2003 yang dibuat dihadapan notaris yang telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. Pendirian dua anak perusahaan, yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) dilakukan direksi PT. Kimia Farma Tbk. (KFA) untuk dapat mengelola perusahaan agar lebih terarah dan berkembang dengan cepat. Selain itu, kedua anak perusahaan tersebut ditujukan sebagai suatu upaya perluasan, penyebaran, pemerataan, dan pendekatan pelayanan kefarmasian pada masyarakat yang masing-masing berperan dalam penyaluran sediaan farmasi, baik distribusi melalui PBF (KFTD) maupun pelayanan kefarmasian melalui apotek (KFA). Saat ini PT. Kimia Farma Apotek memiliki 34 unit bisnis (business manager) dan sekitar 400 Apotek yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan PT. Kimia Farma Trading & Distribution saat ini memiliki 3 wilayah pasar (Sumatra, DKI & Jateng, dan Jatim & Indonesia wilayah timur), dan 43 kantor cabang PBF (Pedagang Besar Farmasi). PT. Kimia Farma terus mengembangkan bisnis apoteknya hingga ke negeri jiran. Di tahun 2010, PT. Kimia Farma Apotek telah menandatangani MoU dengan perusahaan Malaysia, Averroes Sdn Bhd terkait pembukaan apotek bersama dan medical clinic dan telah berjalan sejak tahun 2011 (Rusdianto, 2011). 3.2 Visi dan Misi Visi Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia. 24

33 Misi Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui: a. Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek klinik, laboratorium klinik, dan layanan kesehatan lainnya. b. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk principal. c. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (fee-based income). 3.3 Budaya Perusahaan Perusahaan ini mengacu pada nilai-nilai perusahaan dengan moto I-CARE yang menjadi pedoman dalam berkarya demi meningkatkan kualitas kehidupan dengan penjabaran sebagai berikut (PT. Kimia Farma Tbk., 1999): I : Innovative Memiliki budaya berpikir out of the box dan membangun produk unggulan. C : Customer First Mengutamakan pelanggan sebagai rekan kerja atau mitra. A : Accountability Bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh perusahaan dengan memegang teguh profesionalisme, integritas dan kerja sama. R : Responsibility

34 26 Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran dan dapat diandalkan. E : Eco Friendly Menciptakan dan menyediakan produk maupun jasa layanan yang ramah lingkungan. 3.4 Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi PT. Kimia Farma Apotek terdiri dari dewan komisaris dan direktur utama sebagai pimpinan yang membawahi tiga direktorat, yaitu direktorat operasi, direktorat SDM & umum, serta direktorat keuangan (Rusdianto, 2011). Business Manager bertanggungjawab langsung terhadap direktur keuangan. PT. Kimia Farma Apotek membawahi Apotek Kimia Farma (KF) dimana wilayah usahanya terbagi menjadi 33 wilayah Unit Bisnis yang menaungi sekitar 400 Apotek di seluruh Indonesia. Tiap-tiap Unit Bisnis (Business Manager) membawahi sejumlah apotek pelayanan yang berada di wilayah usahanya. Untuk wilayah Jabotabek dibagi menjadi lima Unit Bisnis, yaitu: a. Unit Bisnis Jaya I (Jakarta Selatan & Jakarta Barat). b. Unit Bisnis Jaya II (Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Utara). c. Unit Bisnis Rumah Sakit (RSCM, RSPAL, dsb). d. Unit Bisnis Bogor (Bogor dan sekitarnya). e. Unit Bisnis Tangerang (Tangerang, Cilegon, Banten, Serang, dan sekitarnya). Berbagai produk yang telah dihasilkan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. dan dipasarkan melalui Kimia Farma Apotek, antara lain: a. Produk ethical, dijual melalui apotek dan rumah sakit. b. Produk OTC (Over The Counter), dijual bebas di apotek, supermarket dan sebagainya. c. Produk generik berlogo. d. Produk lisensi, merupakan hasil kerja sama dengan beberapa pabrik farmasi terkemuka di luar negeri.

35 27 e. Produk bahan baku, misalnya Kalium Iodat (untuk menanggulangi kekurangan yodium) dan garam-garam kimia (komoditi ekspor). f. Produk kontrasepsi Keluarga Berencana, contohnya Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). g. Produk-produk yang merupakan penugasan dari Pemerintah, contohnya narkotika, dan obat-obat Inpres. 3.5 Kegiatan PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek (KFA) yang dahulu terkoordinasi dalam Unit Apotek Daerah (UAD) sejak bulan Juli tahun 2004 dibuat dalam orientasi bisnis manajer dan apotek pelayanan sebagai hasil restrukturisasi organisasi yang dilakukan. Kegiatan operasional apotek di bawahi oleh Business Manager (BM). BM ini membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah. BM bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang, dan administrasi apotek pelayanan yang berada di bawahnya. Dengan adanya konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang didapat melalui konsep BM adalah: a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah. b. Apotek-apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan, sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan berdampak pada peningkatan penjualan. c. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi. d. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumber barang dagangan yang lebih murah, dengan maksud agar dapat memperbesar range margin atau HPP rendah. Fokus dari apotek pelayanan adalah pelayanan perbekalan farmasi dan informasi obat pasien, sehingga layanan apotek yang berkualitas dan berdaya saing

36 28 mendukung dalam pencapaian laba melalui penjualan setinggi-tingginya. Struktur Organisasi PT.Kimia Farma Apotek dapat dilihat pada lampiran Manajemen Apotek Kimia Farma Jumlah jaringan apotek yang dimiliki KFA saat ini mencapai sekitar 400 apotek. Secara bertahap jaringan apotek ini akan diperbanyak, baik melalui pola kepemilikian sendiri, sewa, kerja sama operasional (KSO), maupun waralaba (franchise). KFA juga telah melakukan kerjasama dengan beberapa instansi untuk menggarap pasar institusi, termasuk perusahaan asuransi, seperti Jamsostek dan InHealth (Rusdianto, 2011). 3.7 Bisnis Manager Jaya I Bisnis Manager (BM) Jaya I yang terletak di Kimia Farma No. 42 membawahi 15 Apotek Pelayanan (APP) di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat, meliputi: a. Apotek Kimia Farma No. 42 (sebagai kantor Manager Bisnis dan juga Apotek Pelayanan) di Jl. Sultan Hasanudin No. 1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. b. Apotek Kimia Farma No. 55 di Jl. Kebayoran Lama No. 50, Jakarta Selatan. c. Apotek Kimia Farma No. 96 Slipi di Jl. Jend. S. Parman, Blok G 12, Jakarta Barat. d. Apotek Kimia Farma No. 282 RS Pelni di Jl. KS. Tubun No. 34 BC, Jakarta Barat. e. Apotek Kimia Farma No. 47 di Jl. Radio Dalam No. 1 S, Jakarta Selatan. f. Apotek Kimia Farma No. 6 di Jl. Danau Tondano No. 1 Pejompongan, Jakarta Pusat. g. Apotek Kimia Farma No. 152 di Jl. Pasar Minggu Raya Km. 18, Jakarta Selatan. h. Apotek Kimia Farma No. 254 di Jl. Raya Pos Pengumben No. 11, Jakarta Barat. i. Apotek Kimia Farma No. 267 di Raya Bintaro Sektor V Blok EB No. 83 Bintaro Jaya, Jakarta Selatan. j. Apotek Kimia Farma No. 219 di Jl. Ir. H. Juanda No. 109 Situgintung, Ciputat.

37 29 k. Apotek Kimia Farma No. 342 Tanjung Duren di Jl. Tanjung Duren Raya Blok Z III No. 681, Jakarta Barat. l. Apotek Kimia Farma No. 102 Margonda di Jl. Margonda Raya No. 326, Depok. m. Apotek Kimia Farma Kemang di Jl. Kemang Utara Raya No. 1, Jakarta Selatan. n. Apotek Kimia Farma Santa di Jl. Wolter Monginsidi No. 76, Jakarta Selatan. o. Apotek Kimia Farma No. 394 di Jl. Siliwangi, Depok.

38 BAB 4 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA NO Apotek Kimia Farma No. 42 Apotek Kimia Farma No. 42 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang didampingi Apoteker Pendamping dan kegiatan teknisnya dilaksanakan oleh Supervisor Pelayanan. Setiap kegiatan pelayanan di Apotek Kimia Farma No. 42 dan apotek lainnya yang berada di wilayah Jaya I dilaporkan ke Business Manager (struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 2) Lokasi dan Tata Ruang Umar (2009) mengemukakan bahwa terdapat dua kriteria yang harus dipenuhi dalam membuat standar layout, yaitu layout harus dapat menarik perhatian konsumen untuk berkeliling menjelajahi banyak rak dan membeli barang lebih banyak dari yang dibutuhkan dan layout harus memberikan kemudahan kepada konsumen untuk menemukan lokasi barang yang dibutuhkan. Lokasi dan tata ruang merupakan unsur yang sangat mendukung kegiatan pelayanan apotek. Letak yang strategis, tata ruang yang baik, rapi, bersih, dan nyaman akan menjadi nilai tambah (added value) dan merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan Lokasi Apotek Kimia Farma No. 42 yang dipimpin oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) Bapak Drs. Kasman Marsuan, M.M., Apt. dengan jabatan Manager Apotek Pelayanan (MAP) dan sekaligus sebagai Business Manager BM Jaya I terletak di Jl. Sultan Hasanuddin No.1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang berbatasan dengan Jalan Panglima Polim dan Jalan Melawai Raya. Ditinjau dari segi lokasinya, letak apotek ini cukup strategis di antara pusat perbelanjaan dan kawasan bisnis Blok M serta terletak di jalan utama dengan lalu lintas yang cukup ramai sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Hal ini merupakan suatu keuntungan tersendiri bagi Apotek Kimia Farma No. 42 dan merupakan faktor pendukung bagi perkembangan usaha apotek. 30

39 Tata Ruang Tata ruang Apotek Kimia Farma No. 42 dibuat sedemikian rupa untuk menjamin kelancaran pelayanan serta pengawasan kegiatan di apotek. Ruang operasional Apotek Kimia Farma No. 42 terbagi atas ruang tunggu, swalayan farmasi, ruang transaksi, ruang peracikan dan penyimpanan obat, ruang administrasi, ruang dapur dan mencuci alat serta meja kerja supervisor. Ruang operasional apotek dilengkapi dengan penerangan, AC, ventilasi dan peralatan penunjang lainnya, seperti alat promosi berupa standing banner, floor vision, sticker, dan billboard. Ruangan peracikan dipisahkan dari bagian penerimaan resep, penyerahan obat, serta meja pemberian etiket dan pengecekan obat. Di dalam ruang peracikan terdapat lemari penyimpanan obat yang terdiri dari sekat-sekat dimana obat-obat disusun secara alfabetis, dan dikelompokkan berdasarkan fungsi farmakologis dan bentuk sediaannya. Penyimpanan obat berdasarkan fungsi farmakologis terdiri dari kelompok Hipertensi, Antihistamin, Kolesterol, Diabetes, Saluran Pencernaan, Antiinflamasi, Vitamin & Mineral, Antibiotika & Kemoterapi (Antimikroba, Antifungi), Saluran Pernafasan, dan Hormon & Kontrasepsi Oral. Penyimpanan obat berdasarkan sediaan terdiri dari sediaan padat (tablet, kapsul, kaplet), cair (suspensi, larutan, sirup, eliksir), semisolid (supositoria, ovula, krim, salep), obat tetes mata dan telinga, obat inhaler, dan injeksi. Penyimpanan obat juga dibedakan atas obat generik, obat produksi PT. Kimia Farma Tbk., antibiotika, narkotika, psikotropika, dan obat yang memerlukan suhu penyimpanan khusus (2-8 o C). Ruang pelayanan terdiri dari counter penerima resep, counter swalayan serta alat kesehatan. Swalayan farmasi merupakan tempat penjualan obat bebas, alat kesehatan, alat laboratorium, alat kedokteran, kosmetika, obat tradisional dan perawatan tubuh sehari-hari. Ruang optik Kimia Farma terletak di salah satu sudut ruang apotek yang dilengkapi etalase sebagai tempat display kacamata. Ruang pembelian merupakan tempat kasir di salah satu sudut ruang apotek Kimia Farma yang dilengkapi dengan komputer dan sebuah meja tempat dilaksanakannya transaksi dengan distributor. Ruang praktek dokter terdiri dari 4 kamar dokter dengan ruang tunggu pasien yang terpisah dari ruang tunggu apotek.

40 Struktur Organisasi Struktur organisasi apotek menggambarkan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas sehingga dapat memudahkan pengawasan, koordinasi, dan pertanggungjawaban tugas. Struktur organisasi Apotek Kimia Farma No. 42 berpedoman pada struktur organisasi yang telah ditetapkan oleh Direksi PT. Kimia Farma Apotek yang disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang tersedia. Setiap kegiatan pelayanan di Apotek KF No. 42 dan apotek lainnya di wilayah Jaya I dilaporkan ke Manajer Bisnis Jaya I. Apotek Kimia Farma No. 42 sebagai Apotek Pelayanan (APP) dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang menjabat Manager Apotek Pelayanan (MAP) dan didampingi Apoteker Pendamping. Kegiatan teknis Apotek Kimia Farma No. 42 dilaksanakan oleh Supervisor Pelayanan. Kegiatan apotek juga didukung oleh bagian pembelian, gudang, penjualan, dan supervisor keuangan atau akuntansi. Apotek Kimia Farma No. 42 mempunyai struktur organisasi tersendiri yang terdiri dari APA yang dibantu supervisor, petugas perencanaan atau pengadaan, Asisten Apoteker (AA), juru resep, petugas penjualan obat bebas, petugas kasir, dan petugas administrasi Tugas dan Tanggung jawab Personalia Apotek Kimia Farma No. 42 a. Apoteker Pengelola Apotek Pimpinan Apotek Kimia Farma No. 42 adalah seorang Apoteker yang telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan Surat Izin Apotek (SIA). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 memberlakukan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) sebagai bentuk baru dari surat izin dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian sebagai ganti dari SIK. Tugas dan tanggung jawab seorang APA adalah: 1) Memimpin seluruh kegiatan apotek sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2) Mengusahakan agar kebijakan dan strategi perusahaan termasuk program kerja dan anggaran belanja.

41 33 3) Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal. 4) Membuat laporan pertanggungjawaban tentang perkembangan apotek kepada Manager Bisnis Jaya I secara berkala. 5) Mengawasi pelayanan resep, mutu obat yang dijual, dan pelaksanaan administrasi. 6) Membuat laporan narkotika setiap bulan dan laporan psikotropika. b. Supervisor Pelayanan Supervisor Pelayanan bertanggungjawab langsung kepada APA. Supervisor Pelayanan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam: 1) Mengkoordinasi, menyusun, dan mengawasi pelaksanaan kegiatan kerja karyawan, termasuk giliran dinas dan pembagian tugas. 2) Mengatur dan mengawasi penyediaan dan kelengkapan obat sesuai dengan syarat teknis farmasi terutama di ruang peracikan termasuk narkotika, psikotropika, dan obat keras lainnya serta mengawasi kelancaran pelayanan resep termasuk kegiatan administrasi. 3) Mengkoordinasi pelaksanaan stock opname setiap 3 bulan sekali. 4) Memeriksa dan mengirim Bon Penerimaan Barang Apotek (BPBA) yang telah dibuat olah petugas perencanaan berdasarkan permintaan dari masing-masing penanggungjawab lemari obat ke bagian pembelian di Business Manager (BM). 5) Memeriksa kesesuaian Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) dengan setoran kasir dan mengirim LIPH yang telah diperiksa ke BM. 6) Memeriksa kesesuaian barang yang di-dropping dengan faktur dan BPBA yang dibuat. c. Petugas perencanaan atau pengadaan Bagian perencanaan di Apotek Kimia Farma No. 42 ditangani oleh seorang Asisten Apoteker yang langsung bertanggung jawab kepada APA. Tugas dan tanggung jawab perencanaan adalah: 1) Melakukan perencanaan pengadaan kebutuhan apotek berdasarkan defekta. 2) Membuat BPBA dan kemudian diberikan ke gudang BM.

42 34 3) Memeriksa kebenaran faktur pembelian yang meliputi nama, jenis, jumlah barang, nama distributor, dan harga obat. 4) Mengirim obat yang sudah hampir habis tanggal kadaluarsanya ke bagian pembelian. d. Asisten Apoteker Dalam melaksanakan kegiatan di apotek, Asisten Apoteker (AA) bertanggung jawab langsung kepada Supervisor Pelayanan. Tugas dan tanggung jawab Asisten Apoteker yaitu: 1) Mengatur dan menyusun penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lainnya di ruang peracikan serta mencatat keluar masuknya barang di kartu stok. 2) Membuat faktur penjualan resep tunai dan resep kredit, serta mencatat obat janji untuk obat resep kredit yang belum ada dan akan dikirim ke instansi terkait. 3) Menerima, memeriksa keabsahan dan kelengkapan, serta memberi harga resep, selanjutnya obat diserahkan ke pasien. 4) Melakukan defekta 2 kali seminggu untuk mengontrol persediaan obat, kemudian mengisi BPBA yang dibutuhkan. 5) Menghitung bon penjualan kredit untuk resep kredit dari perusahaan atau instansi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. e. Juru resep Juru resep bertugas membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan obat dan perbekalan farmasi lainnya di bawah pengawasan Asisten Apoteker. Tugas juru resep, yaitu: 1) Membantu menyiapkan dan meracik obat baik obat racikan maupun obat jadi, kemudian menyerahkan hasil racik ke Asisten Apoteker. 2) Membuat obat anmaak (obat yang diproduksi oleh Apotek Kimia Farma) yang telah disiapkan, misalnya Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ). 3) Mengarsipkan resep sesuai nomor urut, tanggal, dan penyerahan kepada petugas administrasi penjualan di apotek. f. Petugas kasir Petugas kasir bertanggung jawab kepada Supervisor pelayanan dan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam:

43 35 1) Menerima uang pembayaran atas hasil penjualan tunai, yaitu resep tunai dan dari swalayan farmasi, data di-entry ke komputer serta melaporkan dan menyerahkan hasil penerimaan pada Supervisor Pelayanan sebagai penanggungjawab. Petugas kasir juga dapat mengeluarkan uang atau surat berharga sesuai dengan fisiknya atau bukti dokumen yang telah disetujui oleh APA. 2) Menyerahkan uang hasil penjualan tunai kepada kasir besar disertai bukti penyetoran. 3) Memberi nomor urut terhadap resep yang diterima. 4) Memelihara dan menjaga keamanan dari risiko kehilangan dan kerusakan uang atau surat berharga. 5) Mencatat semua hasil penjualan setiap hari pada Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH). g. Petugas administrasi Setiap kegiatan di bagian pelayanan dicatat oleh bagian administrasi dan dilaporkan ke Manager Bisnis. Adapun tugas administrasi adalah: 1) Membuat administrasi penjualan. 2) Mengumpulkan, mencatat, melaporkan dan mengarsipkan laporan dengan benar dan tepat waktu berdasarkan dokumen yang sah dari seluruh kegiatan yang ada di apotek. 3) Mengkoreksi dan membuat laporan harian yaitu buku kas, buku pembelian, buku penjualan, buku bank, dan Buku Pembelian Khusus Pajak (BPKP). 4) Membuat laporan harian, mingguan, bulanan, triwulan, berdasarkan kinerja untuk keperluan evaluasi. 5) Mengumpulkan, mencatat, melaporkan, dan mengarsipkan laporan dengan benar dan tepat waktu berdasarkan dokumen yang sah dari seluruh kegiatan yang ada di apotek. Bentuk kartu stok Apotek Kimia Farma No. 42 dapat dilihat pada lampiran Kegiatan Apotek Kimia Farma No. 42 Sebagai Apotek Pelayanan (APP) maka kegiatan utama yang dilakukan di Apotek Kimia farma No. 42 ini adalah kegiatan pelayanan farmasi. Kegiatan

44 36 Apotek Kimia Farmasi No. 42 dibagi menjadi 3 shift, yaitu shift 1 (pagi) mulai pukul WIB, shift 2 (siang) pukul WIB dan shift 3 (malam) mulai pukul WIB. Masing-masing shift mempunyai penanggungjawab yaitu koordinator shift 1, koordinator shift 2 dan koordinator shift 3 yang dipercayakan kepada Asisten Apoteker senior. Kegiatan praktek kerja kefarmasian di Apotek Kimia Farma No. 42 meliputi kegiatan teknis dan kegiatan non teknis. Alur pelayanan resep di Apotek Kimia Farma No. 42 dapat dilihat pada Lampiran Kegiatan Teknis Pengadaan Barang Bagian pengadaan barang di Apotek Kimia Farma No. 42 ditangani oleh seorang AA sebagai petugas perencanaan atau pengadaan dengan tugas dan tanggung jawab yang telah diuraikan sebelumnya pada bagian Tugas dan Tanggung jawab Personalia Apotek Pelayanan (APP). Khusus untuk pengadaan obat narkotika, pemesanan dilakukan oleh APP melalui Surat Pemesanan (SP). Prosedur dan administrasi pengadaan barang dilakukan sebagai berikut: a. Bagian pengadaan di APP memesan barang kepada bagian pembelian BM dengan membuat daftar kebutuhan barang dalam bentuk BPBA berdasarkan buku defekta. b. Bagian pembelian BM, mengirimkan BPBA ke bagian gudang untuk mengecek ketersediaan barang. Barang yang tersedia di gudang disiapkan untuk dibawa oleh petugas APP. c. Bagian pembelian BM melakukan pemesanan menggunakan SP yang telah disetujui dan mengirimkannya kepada distributor atau PBF. Surat pesanan berisi tanggal pemesanan, nama distributor, nama, kemasan, dan jumlah barang, serta diskon bila ada, kemudian ditandatangani oleh bagian pembelian dan APA. Surat pesanan dibuat rangkap 2 untuk dikirim ke distributor dan sebagai arsip bagian pembelian, dibuat laporan sebagai hutang dagang. d. Setelah membuat SP, bagian pembelian langsung memesan barang ke distributor. Apabila pemesanan dilakukan mendadak, maka bagian pembelian

45 37 akan melakukan pemesanan via telepon dan SP akan diberikan kepada pangantar barang saat mengantarkan barang yang sudah dipesan. e. Pihak distributor atau PBF yang bersangkutan mengantar langsung barang yang dipesan ke APP disertai dengan SP dan dokumen faktur. f. Supervisor pelayanan APP menerima, memeriksa, dan mencocokkan barang yang datang dengan faktur dan salinan SP. Selanjutnya memeriksa kesesuaian barang yang diterima berdasarkan nama, kemasan, jumlah, spesifikasi barang yang dipesan, keadaan fisik barang, dan tanggal kadaluarsa. g. Bila barang memenuhi syarat, supervisor pelayanan APP menandatangani, memberi tanggal, nomor urut penerimaan barang pada kolom yang tersedia dan stempel apotek pada faktur asli dan copy faktur. Selanjutnya Faktur asli dikembalikan pada distributor dan salinan faktur disimpan oleh supervisor pelayanan APP. Salinan faktur umumnya rangkap 3, yaitu 1 lembar disimpan oleh APP sebagai arsip, sedangkan 2 lembar disimpan oleh BM untuk kepentingan administrasi dan pembayaran hutang dagang. h. Barang yang datang tersebut disimpan dan dicatat dalam kartu stok. Secara garis besar, terdapat 3 pola pengadaan barang di Apotek KF No. 42, yaitu: a. Pemesanan barang kepada unit BM Jaya I dengan menggunakan BPBA. Barang yang ada di gudang di-dropping langsung dari gudang, sedangkan barang yang tidak tersedia dilakukan pemesanan ke PBF atau distributor. b. Pengadaan barang dapat dilakukan antara Apotek KF No. 42 dengan Apotek KF lain yang masih termasuk dalam APP unit BM Jaya I, kemudian dari apotek tersebut akan mengeluarkan surat pengeluaran barang (dropping), sedangkan dari apotek yang memesan memberi tanda terima. c. Untuk keadaan cito atau keperluan mendesak dan barang yang dibutuhkan sedikit, maka pemesanan dan pembelian dapat dilakukan di apotek lain (apotek di luar Kimia Farma) yang terdekat, kemudian pembuatan BPBA dan laporan menyusul ke BM Penyimpanan Barang Barang yang datang setelah diperiksa kelengkapannya langsung disimpan di ruang peracikan dan di swalayan farmasi. Penyimpanan dilakukan dalam skala

46 38 kecil untuk keperluan peracikan dan pelayanan resep. Jika jumlah barang berlebih, maka sebagian diletakkan di dalam gudang apotek. Sistem penyimpanan yang digunakan adalah sistem FIFO (first in first out) dan FEFO (first expired first out). Untuk melakukan pengawasan dan kontrol terhadap persediaan barang maka tiap 3 bulan sekali dilakukan stock opname yaitu mencocokkan jumlah barang yang ada dengan catatan pada kartu stok (contoh kartu stok dapat dilihat pada Lampiran 6). a. Penyimpanan barang di ruang peracikan Penyimpanan disusun secara alfabetis dan berdasarkan jenis perbekalan farmasi, jenis dan bentuk sediaan, kondisi penyimpanan, obat generik, obat psikotropika, obat narkotika, dan obat KB. Setiap barang yang masuk dan keluar harus di-entry ke komputer dan dicatat pada kartu stok meliputi data tanggal, jenis barang, nomor dokumen, jumlah barang yang diisi atau diambil, sisa barang, dan paraf petugas. b. Penyimpanan barang di swalayan farmasi Setiap barang yang masuk atau keluar dicatat pada kartu stok sama seperti pada penyimpanan barang di ruang peracikan. Penjelasan mengenai penyimpanan di swalayan farmasi telah diuraikan pada bagian tata ruang swalayan farmasi Pembuatan Obat Anmaak Obat anmaak adalah obat yang diproduksi sendiri oleh apotek ataupun obat yang dikemas ulang dalam takaran kecil. Pembuatan obat tersebut dilakukan berdasarkan resep, permintaan poliklinik, dan pasien. Pembuatannya dilakukan dalam jumlah yang disesuaikan dengan permintaan dan dibuat untuk keperluan stok apotek. Prosesnya dilakukan oleh seorang Asisten Apoteker di bawah pengawasan Apoteker. Contoh obat anmaak adalah Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ) Penjualan Kegiatan penjualan yang dilakukan oleh Apotek KF No. 42 meliputi penjualan resep dokter baik tunai maupun kredit, penjualan obat bebas (OTC) atau swalayan farmasi, Obat Wajib Apotek (OWA), dan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri).

47 39 a. Penjualan Tunai Penjualan tunai dilakukan terhadap pasien baik yang langsung datang ke apotek maupun melalui via telepon, faksimile untuk menebus obat yang dibutuhkan dan pembayaran dilakukan secara tunai. Pada setiap tahapannya, petugas apotek wajib menulis paraf atas kegiatan yang dikerjakan pada resep tersebut, untuk menelusuri apabila ada kesalahan yang terjadi. Prosedur pelayanan resep tunai adalah sebagai berikut: 1) Asisten Apoteker pada bagian penerimaan resep menerima resep dari pasien. Setiap pasien yang datang dicatat nama, alamat, dan nomor telepon pasien di komputer. Resep yang diterima diperiksa kelengkapan dan keabsahan resep (nama dokter, alamat, No. Surat Izin Praktek (SIP), tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, nama obat, dosis, jumlah, aturan pakai, nama pasien, umur, berat badan (jika ada), alamat, dan nomor telepon pasien). 2) Asisten apoteker akan memeriksa ketersediaan obat dalam persediaan. Bila obat yang dibutuhkan tersedia, dilakukan pemberian harga dan diberitahu kepada pasien. Setelah pasien setuju segera dilakukan pembayaran pada bagian kasir. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas membuat salinan resep untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien yang memerlukan kuitansi, dibuat kuitansi dan salinan resep di belakang kuitansi tersebut. 3) Resep diberi nomor urut resep, kemudian AA akan meracik atau menyiapkan obat sesuai dengan resep dibantu oleh juru resep. 4) Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan dikemas. 5) Sebelum obat diberikan dilakukan pemeriksaan kembali (nomor resep, nama pasien, umur, alamat, nomor telepon pasien, tanggal resep, kebenaran dan kelengkapan nama obat, jumlah, bentuk dan jenis sediaan, dosis, etiket, serta aturan pakai). Salinan resep juga dilakukan pemeriksaan sesuai resep aslinya serta kebenaran kuitansi. 6) Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep, kemudian pasien diberikan informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan pasien.

48 40 7) Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep dan disimpan sekurang-kurangnya 3 tahun. Etiket dan Copy Resep dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10. b. Penjualan kredit Resep kredit adalah resep yang ditulis dokter yang bertugas pada suatu instansi atau perusahaan untuk pasien dari instansi yang telah mengadakan kerja sama dengan apotek yang sering disebut Ikatan Kerja Sama (IKS). Pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian yang telah disepakati bersama. Pelayanan resep kredit dapat diajukan melalui faximile dan telepon, selanjutnya AA akan membuat salinan resep atau pasien datang sendiri membawa resep yang telah diberikan oleh dokter perusahaan. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai, hanya terdapat beberapa perbedaan pada pelayanan resep kredit seperti: 1) Setelah resep kredit diterima dan diperiksa kelengkapannya resep langsung dikerjakan oleh petugas apotek. 2) Diberi nomor resep dan dicatat pada buku resep kredit. 3) Pada saat penyerahan obat, petugas akan meminta tandatangan pasien pada bukti penerimaan obat. 4) Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep tunai kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan masing-masing instansi atau perusahaan. Dibuat alat tagih sesuai dengan format yang diminta untuk dilakukan penagihan pada saat jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati bersama. c. Penjualan obat bebas atau swalayan farmasi Penjualan bebas yang dimaksud adalah penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat OTC (over the counter) baik obat bebas maupun obat bebas terbatas. Prosedur pelayanan penjualan obat bebas yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Petugas swalayan farmasi menerima permintaan barang dari pasien dan langsung menginformasikan harga. 2) Setelah disetujui oleh pembeli, pembeli langsung membayar ke kasir.

49 41 3) Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti penyerahan nota penjualan bebas. 4) Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada pasien. 5) Bukti penyerahan OTC dikumpulkan dan diurutkan berdasarkan nomor urut, kemudian dicatat pada laporan penjualan harian. d. Penjualan Obat Wajib Apotek. Penjualan obat wajib apotek merupakan penjualan atau penyerahan obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker Pengelola Apotek. Daftar OWA yang sudah dikeluarkan terdiri dari tiga daftar. Apoteker harus mengisi formulir pengobatan diri sendiri yang biasa disebut Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS) berdasarkan keterangan dari pasien serta ditandatangani oleh Apoteker dan pasien. Pada saat penyerahan disertai dengan informasi mengenai cara pakai, aturan pakai dan efek samping obat Pengelolaan dan Pemusnahan Resep Tata cara pengelolaan resep Apotek Kimia Farma No. 42 sesuai dengan tata cara pemusnahan resep yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.280/Menkes/V/1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotek pasal 7 ayat (1)-(5). Pengarsipan resep dan salinan resep dilakukan menurut aturan yang berlaku, yakni dilakukan pemisahan antara resep biasa dengan resep yang mengandung psikotropika dan narkotika. Semua resep yang masuk baik asli maupun salinan resep melalui penjualan tunai atau penjualan kredit harus diatur dan disusun oleh APA atau petugas yang ditunjuk untuk disimpan dan diarsipkan sekurang-kurangnya selama 3 tahun menurut tanggal dan nomor urutan penerimaan resep. Hal ini dimaksudkan apabila terjadi kekeliruan maka dapat ditelusuri kesalahan yang terjadi. Setelah 3 tahun maka resep dapat dimusnahkan. Tata cara pemusnahan resep: a. Setelah ditimbang, dihancurkan menjadi potongan halus. b. Setelah dipotong halus dibakar agar tidak disalahgunakan. c. Pemusnahan resep dilakukan oleh APA bersama dengan sekurang- kurangnya 2 petugas apotek sebagai saksi. Berita Acara Pemusnahan (BAP) ditandatangani oleh petugas yang memusnahkan dan 2 orang saksi, kemudian dikirim ke Kepala Kantor Dinas Kesehatan DKI Jakarta dengan tembusan

50 42 Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan untuk arsip apotek Pelayanan Purna Jual Pelayanan setelah penjualan dilakukan agar pasien yang berkunjung dapat menjadi pelanggan tetap di apotek. Apoteker secara khusus berperan dalam melakukan pelayanan purna penjualan seperti pembuatan medication record untuk pasien dengan kondisi penyakit degeneratif, kronis, atau pasien lanjut usia. Selain itu, dapat pula dilakukan monitoring penggunaan dan kepatuhan obat melalui sms farma atau telefarma setiap harinya kepada 5 pasien langganan secara acak yang menderita penyakit tersebut Kegiatan Non Teknis Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No. 42 hanya berupa pencatatan atau administrasi harian dalam bentuk pembuatan laporan harian baik penjualan tunai maupun kredit, laporan piutang, dan hutang dagang, serta penyerahan bukti administrasi ke BM. Tugas dan tanggung jawab petugas administrasi dan petugas kasir APP telah diuraikan pada bagian Tugas dan Tanggung jawab Personalia APP. Petugas administrasi dan petugas kasir bekerjasama dalam hal administrasi, pembukuan, dan laporan. a. Kegiatan administrasi Pembelian hanya dilakukan oleh bagian pembelian BM, maka dokumen dari bagian pembelian dibukukan oleh petugas admnistrasi sebagai hutang dagang apotek. Untuk penjualan tunai maupun kredit, hasil penjualan tunai dan kasir kecil masing-masing APP diserahkan ke kasir besar di BM untuk dibukukan pada buku kas. Untuk penjualan kredit dari masing-masing APP diserahkan copy kuitansi kepada petugas administrasi dan dibukukan sebagai piutang dagang. Laporan yang ada di bagian administrasi dibuat secara harian, kemudian direkap dan diolah lebih lanjut dalam bentuk laporan rugi laba, neraca, dan aliran kas (cash flow). Kegiatan administrasi yang ditangani di APP berupa administrasi umum dan administrasi pelayanan. Kegiatan administrasi umum meliputi pencatatan stok, pengarsipan data penjualan dan pembelian, pelaporan narkotika dan psikotropika, serta dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan administrasi

51 43 pelayanan meliputi pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, dan sebagainya. b. Kegiatan keuangan Kegiatan keuangan ditangani oleh petugas kasir. Kegiatan keuangan termasuk penerimaan, pengeluaran uang, dan surat berharga. 4.3 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika Pengelolaan Narkotika di Apotek Kimia Farma No. 42 Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 42, meliputi: a. Pemesanan narkotika Pemesanan sediaan narkotika dilakukan oleh masing-masing APP dan harus dilakukan secara tertulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemesanan dan pembayaran dilakukan oleh administrasi pembelian BM Jaya I ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma selaku distributor tunggal dengan membuat SP khusus narkotika yang dibuat rangkap 4, yaitu 3 lembar SP asli dikirim ke PBF yang bersangkutan dan 1 lembar sebagai arsip apotek. SP narkotika harus mencantumkan nama, alamat apotek, nama dan tanda tangan APA, nomor SIK, nomor SIA, serta nama dan alamat distributor. Satu lembar SP hanya berlaku untuk 1 jenis narkotika. Surat Pesanan Narkotika dapat dilihat pada Lampiran 7. b. Penerimaan narkotika Penerimaan narkotik dari PBF wajib dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Kemudian APA akan menandatangani faktur tersebut setelah dilakukan kesesuaian dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotik yang dipesan. c. Penyimpanan narkotika Obat-obat yang termasuk golongan narkotika disimpan dalam lemari khusus yang terkunci dengan baik. Lemari khusus yang digunakan terbuat dari bahan dasar kayu. Lemari khusus tersebut mempunyai kunci yang dipegang oleh asisten apoteker yang telah diberi kuasa. Lemari khusus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak digunakan untuk menyimpan sediaan lain selain narkotika.

52 44 d. Pelayanan narkotika Apotek Kimia Farma No. 42 melayani resep narkotika sesuai ketentuan yang berlaku yaitu hanya melayani resep narkotika dari resep asli dokter atau salinan resep dari resep asli yang masih disimpan di Apotek Kimia Farma No.42. Resep yang terdapat penandaan iter didalamnya tidak boleh dilayani. e. Pelaporan narkotika Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 42 dibuat setiap bulan dan selambat-lambatnya tanggal 10, meliputi laporan penggunaan sediaan jadi narkotika dan laporan penggunaan bahan baku narkotika. Laporan tersebut harus ditandatangani oleh APA. Laporan dibuat rangkap 4 dengan mencantumkan nama jelas, alamat, dan stempel apotek, kemudian dikirimkan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan tembusan kepada: 1) Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta 2) Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta 3) Penanggung jawab obat narkotika PT. Kimia Farma Tbk. 4) Arsip apotek Laporan penggunaan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 14 dan laporan penggunaan narkotika per bulan dapat dilihat pada Lampiran 16. f. Pemusnahan narkotika Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut: 1) APA membuat dan menandatangani surat permohonan untuk pemusnahan narkotika yang berisi antara lain jenis dan jumlah narkotika yang rusak dan atau tidak memenuhi syarat. 2) Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirim ke Balai Pengawas Obat dan Makanan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Balai POM akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan. 3) Setelah izin pemusnahan keluar, kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA, AA, Petugas Balai POM DKI Jakarta. 4) Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara Pemusnahan (BAP) yang berisi:

53 45 a) Hari, tanggal, bulan, tahun, alasan, dan tempat dilakukan pemusnahan. b) Identitas lengkap APA. c) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari apotek. d) Nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e) Cara pemusnahan. f) Nama dan tanda tangan APA dan saksi. Selanjutnya berita acara tersebut dikirim kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan dengan tembusan kepada: 1) Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2) Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta 3) Penanggung jawab obat narkotika PT. Kimia Farma Tbk. 4) Arsip apotek Pengelolaan Psikotropika di Apotek Kimia Farma No. 42 a. Pemesanan psikotropika Pemesanan psikotropika dilakukan ke PBF Kimia Farma atau PBF lain dengan menggunakan SP psikotropika yang telah ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, dan stempel apotek. Surat pesanan psikotropika selanjutnya dikirim ke BM Jaya I. Setiap SP dapat berlaku untuk lebih dari 1 item psikotropika dan dibuat 2 rangkap untuk PBF yang bersangkutan dan sebagai arsip apotek. Surat Pesanan Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 8. b. Penyimpanan psikotropika Seperti halnya narkotika, obat golongan psikotropik juga disimpan di lemari khusus yang terpisah dari sediaan lain. c. Pelayanan psikotropika Apotek Kimia Farma No.42 melayani resep psikotropika dari resep asli atau salinan resep. Berbeda dengan resep narkotika, resep psikotropika yang ada tulisan iter boleh dilayani.

54 46 d. Pelaporan psikotropika Tata cara pelaporan menggunakan psikotropika sama dengan tata cara pelaporan narkotika, namun pelaporannya dilakukan setiap tiga bulan sekali. Laporan penggunaan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 15 dan laporan penggunaan psikotropika per bulan dapat dilihat pada Lampiran 17. e. Pemusnahan psikotropika Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan narkotika. Pelaksanaan pemusnahan psikotropika dapat dilakukan bersamaan dengan pemusnahan narkotika.

55 BAB 5 PEMBAHASAN PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga memiliki apotek sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan upaya kesehatan masyarakat dengan cara pengadaan obat-obatan yang bermutu, berkhasiat, aman dan rasional. Apotek Kimia Farma memiliki cabang sekitar kurang lebih 400 apotek di seluruh Indonesia, salah satunya adalah Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Apotek merupakan tempat pengabdian profesi apoteker yang telah memenuhi syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan atas pengelolaan apotek. Oleh karena itu, seorang apoteker selain mampu menjalankan tugas kefarmasian secara profesional dalam menjalankan praktik kefarmasian dengan baik juga harus memiliki kemampuan manajerial yang baik. Pergeseran paradigma baru dalam kefarmasian dari drugs oriented menjadi patient oriented yang mengacu pada Pharmaceutical Care dapat diterapkan sebagai peranan apoteker dalam memberikan informasi kepada pasien, namun dapat juga dimanfaatkan sebagai strategi untuk meningkatkan pelayanan dan penjualan obat di apotek. Pelayanan merupakan kunci sukses sebuah apotek, oleh karena itu kualitas pelayanan harus menjadi fokus perhatian manajemen perusahaan dalam menjalankan usaha. Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian Apotek Kimia Farma No. 42 memberikan pelayanan selama 24 jam dalam 7 hari dan memiliki satu orang apoteker penanggung jawab apotek (APA). Namun pada pelaksanaan setiap hari, APA tidak mampu meberikan pelayanan dan melakukan pekerjaan kefarmasian secara menyeluruh karena adanya kegiatan lain, sebab selain menjadi APA beliau juga bekerja sebagai penanggung jawab Bisnis Manajer yang membawahi sekitar 15 apotek pelayanan. Oleh sebab itu, APA di Apotek Kimia Farma No. 42 dibantu oleh dua orang apoteker pendamping yang menjadi penanggung jawab seluruh kegiatan apotek sehari-harinya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah 47

56 48 Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, yang menyebutkan bahwa dalam menjalankan praktek kefarmasian apoteker dapat dibantu apoteker pendamping dan/atau tenaga teknis kefarmasian. Apotek Kimia Farma No. 42 memberikan pelayanan farmasi yang terdiri dari pelayanan resep, Upaya Pelayanan Diri Sendiri (UPDS) atau biasa yang dikenal dengan istilah swamedikasi, dan barang swalayan. Pelayanan tunai meliputi pelayanan resep tunai, UPDS (termasuk di dalamnya OTC), dan barang swalayan. Pada kegiatan UPDS atau pelayanan swamedikasi, pasien dapat menyampaikan keluhannya kepada petugas apotek kemudian petugas akan menanggapi keluhan pasien dengan mencarikan obat yang sesuai dengan kondisi pasien. Hal ini menguntungkan pasien sebab pasien tidak perlu berobat ke dokter, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya. Namun dalam pelaksanaannya, peran apoteker dalam memberikan pelayanan swamedikasi masih dirasa kurang. Informasi yang digali dari pasien belum terlalu mendalam, terkadang pasien tidak ditanya mengenai penyebab dan sudah berapa gejala yang dialaminya itu timbul. Petugas terkadang hanya mendengarkan keluhan dan bertanya untuk siapa obat itu digunakan sebagai acuan dalam merekomendasikan obat yang digunakan. Apotek Kimia Farma No. 42 memberikan pelayanan resep, baik resep tunai maupun resep kredit. Resep tunai merupakan resep yang berasal dari rumah sakit atau poliklinik di luar jaminan, seperti ASKES. Pelayanan resep kredit berasal dari instansi/perusahaan seperti Pensiunan Bank Mandiri dan Bank Indonesia, Askes/InHealth, PLN, Jamsostek, Aqua, dan Perusahaan Perkebunan dan perusahaan lain. Perusahaan ini menjalin kerjasama dengan Apotek Kimia Farma No. 42 dengan sistem pembayaran berdasarkan perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak. Pada pelaksanaannya Apotek Kimia Farma No. 42 lebih banyak menerima resep kredit dibandingkan tunai, hal ini mungkin lebih banyak disebabkan lokasi apotek yang terletak bukan di daerah pemukiman penduduk, melainkan di daerah pusat perbelanjaan, sehingga lebih banyak terjadi penjualan obat bebas, kosmetik dan alat kesehatan yang ada di swalayan apotek. Dalam rangka meningkatkan omzet yang dimiliknya, Apotek Kimia Farma No. 42 memiliki 4 depo yang tersebar di beberapa tempat yaitu di

57 49 Cilandak Commersial Estate (CCE), Gelora di Bulungan, Senayan, Jasa Tenaga Kelistrikan (JTK) di PLN, dan Poliklinik Gigi. Proses pelayanan resep dimulai dari skrining resep, yang meliputi persyaratan administratif (seperti nama dokter, SIK dokter, alamat dokter, tanggal penulisan resep dan nama pasien), kesesuaian farmasetik (seperti bentuk sediaan, cara dan lama pemakaian), dan pertimbangan klinis (seperti adanya alergi, efek samping dan interaksi antar obat). Setelah dilakukan skrinning resep, kemudian dilakukan pemeriksaan ketersediaan obat dan pemberian harga. Petugas kemudian menginformasikan harga yang harus dikeluarkan oleh pasien dan meminta persetujuan pasien mengenai harga obat tersebut. Jika pasien setuju dengan harga yang harus dibayar, maka pasien membayar dan obat disiapkan dan/atau diracik (untuk obat racikan). Jika pasien tidak mampu untuk membayar keseluruhan maka petugas akan memberikan saran untuk mengambil terlebih dahulu setengah dari jumlah obat atau sesuai dengan kemampuan membayar pasien. Setelah obat disiapkan/diracik kemudian diberi etiket dan diserahkan kepada pasien dengan memberikan informasi mengenai obat yang diberikan. Jika obat yang dibutuhkan tidak tersedia maka dilakukan konfirmasi kepada dokter atau pasien apakah bersedia diganti dengan obat lain yang mempunyai khasiat dan komposisi yang sama. Jika pasien tidak bersedia maka untuk resep tunai biasanya dibuatkan salinan resep, sedangkan untuk resep kredit akan menjadi obat yang dijanjikan dan dicatat pada buku utang yang jika obat tersebut sudah tersedia dapat diambil sewaktu-waktu oleh pasien yang bersangkutan atau diantar ke rumah pasien tersebut. Untuk pelayanan resep narkotika, Apotek Kimia Farma No. 42 hanya menerima jika disertai resep. Kegiatan pelayanan resep dilakukan oleh petugas yang berbeda di setiap tahap pelaksanaannya. Untuk skrinning resep, memeriksa ketersediaan obat dan memberikan harga dapat dilakukan oleh satu petugas yang sama. Penyiapan/peracikan obat, penulisan etiket dan pengemasan, serta penyerahan obat masing-masing dilakukan oleh petugas yang berbeda. Hal ini ditujukan untuk meminimalisasi kesalahan pemberian obat karena adanya pemeriksaan berlapis. Proses pengerjaan resep di Apotek Kimia Farma No.42 dipantau dengan lembar HTKP (Harga Timbang Kemas Penyerahan). Lembar ini memuat paraf setiap

58 50 petugas yang mengerjakan tahap demi tahap pembuatan obat dalam resep, sehingga dapat meminimalkan terjadinya kesalahan dan mempermudah pengawasan. Penyerahan obat kepada pasien dilakukan oleh Apoteker yang disertai dengan pemberian informasi mengenai obat secara lisan. Selain lisan, informasi obat kepada pasien juga disampaikan dalam bentuk tulisan yaitu berupa etiket dalam bentruk kertas dan plastik obat khusus dengan tujuan membantu pasien untuk mengingat nama, cara dan waktu penggunaan obat ketika di rumah. Dalam etiket tertulis jelas nama pasien, nama obat, jumlah obat, cara pemakaian, waktu juga dosis penggunaan obat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian informasi obat ketika obat diserahkan kepada pasien. Selama ini, jika apotek sedang ramai, informasi yang diberikan hanya mengenai aturan dan cara pakai obat (rejimen dosis dan waktu penggunaan). Peran apoteker dalam memotivasi pasien untuk meminum obat secara rutin dan teratur masih belum terlihat dengan jelas. Pelayanan kefarmasian di apotek Kimia Farma No.42 sudah baik dan memuaskan pelanggan yang datang, hanya saja pelayanan seperti konseling dan home care belum berjalan dengan optimal, sebab lokasi Apotek yang tidak di tengah pemukiman penduduk menyebabkan kedua hal tersebut sulit untuk dilaksanakan karena tidak adanya pasien tetap yang selalu datang menebus ke Apotek sehingga monitoring pengobatan tidak dapat dilakukan. Kecepatan pelayanan obat yang diberikan juga terjamin yaitu dengan menerapkan sistem diskon 5% jika resep tunai non racikan dilayani lebih dari 15 menit. Hal ini dilakukan agar petugas apotek dapat meningkatkan mutu pelayanan apotek kepada pasien sehingga pasien merasa puas dengan pelayanan yang kita berikan. Pelatihan terhadap setiap karyawan perlu ditingkatkan agar dapat melayani kebutuhan konsumen dengan baik, sehingga bila konsumen merasa puas maka omzet apotek dapat meningkat. Mutu pelayanan Apotek Kimia Farma No. 42 sudah terlihat baik jika dilihat dari sisi petugas pemberi pelayanan. Petugas yang bekerja di bagian pelayanan/penjualan telah melayani dengan ramah, biasanya dimulai dengan sapaan dan tawaran bantuan serta diakhiri dengan ucapan terima kasih sebagai penutup. Petugas menunjukkan sikap santun dan informatif dengan

59 51 selalu berbicara dengan bahasa yang baik dan selalu tanggap serta cepat menangani keluhan serta membantu mengatasi kesulitan konsumen. Salah satu kelebihan yang ditunjukkan oleh apotek Kimia Farma adalah Swalayan Farmasi. Swalayan ini membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan seperti kosmetik, minuman, alat kesehatan, majalah kesehatan, perlengkapan bayi dan lain-lain dengan lebih leluasa dan nyaman. Ditambah dengan adanya Sales Promotion Girl yang dapat memberikan informasi obat yang dibutuhkan oleh pelanggan. Untuk ketersediaan perbekalan farmasi, Apotek Kimia Farma No. 42 terkadang masih mengalami kekosongan barang sehingga harus menolak pelayanan obat. Kekosongan ini mungkin disebabkan karena perencanaan yang kurang baik, terkadang petugas tidak menyadari bahwa stok persediaan sudah melewati buffer stock yang harus tersedia sehingga barang benar-benar kosong. Jika hal ini terus terjadi maka dapat menyebabkan kerugian bagi Apotek karena kehilangan omzet. Untuk meningkatkan mutu pelayanan dari segi ketersediaan barang, Apotek Kimia Farma No. 42 telah menerapkan sistem pencatatan terhadap resep yang ditolak agar dapat diketahui kemampuan Apotek dalam memenuhi permintaan resep. Selain mutu pelayanan yang baik, keberhasilan dari suatu apotek ditunjang oleh sistem manajemen atau pengaturan yang baik. Sistem manajemen yang dimaksud bukan hanya menyangkut manajemen keuangan, tetapi juga seluruh aspek yang dapat memajukan apotek yang bersangkutan. Salah satu aspek yang dapat menunjang keberhasilan penjualan dari apotek adalah lokasi apotek. Lokasi Apotek Kimia Farma No. 42 sudah cukup strategis karena terletak di dekat pusat perbelanjaan besar serta terminal yang selalu ramai dilewati masyarakat. Selain itu lokasi apotek yang berada tepat di pinggir jalan raya juga memudahkan orang yang ingin membeli obat menemukan apotek ini. Tata ruang juga memainkan peranan yang cukup penting dalam usaha perapotekan. Tata ruang atau desain interior yang nyaman, dapat membuat pasien menjadi nyaman dan tidak mudah bosan apabila harus menunggu petugas menyelesaikan resep. Seringkali pasien yang merasa tidak nyaman dengan tata ruang dari suatu apotek lebih memilih untuk membeli obatnya di apotek lain yang

60 52 memiliki tata ruang yang lebih baik. Tata ruang Apotek Kimia Farma No. 42 cukup baik, hal ini dapat dilihat dari tersedianya bangku untuk pasien yang harus menunggu resep obatnya dilayani, selain itu ruang tunggu juga dilengkapi dengan pendingin ruangan yang dapat menambah kenyamanan pasien. Ruang tunggu Apotek Kimia Farma No. 42 juga memiliki lampu sebagai penerangan di malam hari yang sangat memadai sehingga apotek tidak terlihat suram. Apotek juga dilengkapi dengan timbangan dan pengukur tinggi badan, keduanya dapat bermanfaat bagi pasien yang memerlukan pengukuran berat dan tinggi badan, misalnya pada pasien obesitas. Apotek Kimia Farma No. 42 dilengkapi dengan fasilitas praktek dokter umum, dokter gigi, dan klinik perawatan kecantikan yang dapat memberikan kontribusi pemasukan omzet, sebab obat-obat yang diresepkan oleh dokter tersebut dapat langsung ditebus. Selain itu juga terdapat layanan optik yang merupakan bagian dari pelayanan yang diberikan oleh Apotek Kimia Farma No. 42 selain pelayanan dalam sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Desain Apotek Kimia Farma No. 42 dibagi dalam dua bagian yaitu : 1. Obat Over The Counter (OTC) dan swalayan yang terletak di bagian depan dekat dengan ruang tunggu. Barang dan obat dikelompokkan berdasarkan jenisnya sehingga mempermudah pencarian oleh pelanggan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Selain itu desain seperti ini akan memudahkan petugas apotek dalam melakukan pengawasan terhadap barang dan obat yang dijual. 2. Obat resep yang terletak di bagian dalam. Obat-obat ini disusun berdasarkan abjad, efek farmakologi, jenis obat (generik dan non-generik), undang-undang (bebas, terbatas, narkotika, dan psikotropik), harga dan bentuk sediaan. Penyusunan ini akan memudahkan pencarian dan pengambilan obat oleh petugas sehingga pasien tidak perlu menunggu terlalu lama. Petugas mempunyai tanggung jawab untuk mengontrol stok obat-obatan yang ada di lemari. Setiap petugas apotek diberikan tugas untuk bertanggung jawab terhadap beberapa rak obat-obatan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi ketidaksesuaian stok, memeriksa tanggal kadaluarsa obat, serta untuk mengetahui obat-obat yang slow moving maupun fast moving. Setiap item obat yang masuk

61 53 maupun keluar dicatat secara akurat di kartu stok obat dan dalam bentuk data komputer untuk menjaga agar stok obat terkontrol dengan baik serta sesuai antara jumlah fisik obat dengan jumlah pada kartu stok, namun hal ini sering dilupakan terutama pada jam-jam sibuk apotek. Sering ditemukan adanya ketidaksesuaian antara jumlah fisik obat dengan jumlah yang tertera dalam kartu stok juga data computer, hal ini mungkin disebabkan karena masih kurangnya rasa tanggung jawab dan kedisiplinan petugas sehingga terkadang petugas suka lupa untuk mencatat jumlah obat, baik yang masuk ataupun yang keluar. Selain pengawasan melaui kartu stok juga dilakukan kegiatan stock opname untuk memastikan jumlah sediaan yang masih dimiliki oleh apotek sesuai dengan data yang ada. Selain aspek-aspek tersebut di atas aspek lain yang sangat penting dalam pengoperasian suatu apotek adalah Bisnis Manajer (BM), sebab BM melakukan sebagian besar dari kegiatan operasional apotek seperti pembelian barang-barang yang dibutuhkan oleh apotek, penyimpanan barang, pengaturan sistem administasi dan manajemen keuangan. Bisnis Manajer membawahi beberapa apotek yang terletak di suatu wilayah yang sama, oleh karena itu BM tidak hanya mengatur semua hal yang berkaitan dengan apotek tempat BM tersebut berada, tetapi juga apotek-apotek lain yang di bawahinya. Apotek Kimia Farma No. 42 yang terletak di Jalan Sultan Hasanuddin No. 1 Kebayoran Baru Jakarta Selatan merupakan salah satu apotek pelayanan yang berada di bawah Bisnis Manajer (BM) Jaya I yang kantornya terletak satu gedung dengan Apotek Kimia Farma No. 42. Permintaan barang Apotek Kimia Farma No. 42 dilakukan berdasarkan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) yang disusun setiap hari Sabtu. BPBA disusun oleh petugas apotek dengan melihat sisa stok yang dibutuhkan untuk keperluan pelayanan selama 1 minggu ke depan. Barang-barang yang akan diminta dicatat di buku defekta untuk dibuatkan BPBA dan disampaikan melalui sitem pengiriman online ke gudang BM Jaya I. Buku defekta adalah buku yang berisi barang-barang yang harus dibeli karena jumlahnya hamper melewati jumlah pengaman yang harus tersedia. Untuk narkotika, pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) khusus dengan persyaratan satu SP hanya untuk satu jenis narkotika, yang kemudian disampaikan langsung ke distributor utama narkotika yaitu PBF Kimia Farma. Sedangkan untuk psikotropika, pemesanannya

62 54 juga menggunakan surat pesanan khusus namun dapat lebih dari satu jenis psikotropik dalam satu lembar surat pesanan tersebut. Setelah BPBA selesai diisi, BPBA harus divalidasi terlebih dahulu sebelum dikirim ke bagian pembelian di BM secara online. Validasi ini untuk menghindari pembelian barang yang tidak perlu seperti barang slow moving sehingga tidak terjadi penumpukan atau pembelian barang yang tidak perlu. BPBA yang telah divalidasi akan dikirimkan ke bagian pembelian untuk diproses. Barang yang tersedia di gudang BM akan dikirim ke Apotek Pelayanan (APP) disertai dengan dokumen dropping. Sedangkan jika barang tidak tersedia di gudang maka bagian pembelian akan membuat Surat Pesanan (SP) untuk distributor. Surat Pesanan dibuat rangkap 4 yang terdiri dari : 1. SP asli dan salinan SP ke-1 untuk distributor 2. Salinan SP ke-2 untuk bagian pembelian 3. Salinan SP ke-3 untuk bagian gudang. Kemudian distributor akan mengirimkan barang beserta dengan faktur ke gudang BM atau langsung ke Apotek Pelayanan. Petugas apotek yang menerima barang harus memeriksa kesesuaian antara barang yang dipesan dalam BPBA dengan faktur yang dikirimkan oleh distributor agar dapat mencegah masuknya barang yang tidak dipesan ke dalam stok di apotek. Setelah pemeriksaan selesai dilakukan, barang-barang dimasukkan ke dalam tempatnya masing-masing dan dicatat secara manual di kartu stok atau dalam bentuk data komputer dengan sistem yang telah dimiliki. Obat-obat narkotika dan psikotropika obat disimpan di lemari khusus yang terpisah, dan untuk lemari narkotika memiliki kunci ganda. Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma No. 42 sesuai dengan huruf abjad, dipisahkan berdasarkan benduk sediaan, undang-undang, dan efek farmakologi. Di simpan di dalam lemari kayu dan dipisahkan antara satu obat dengan obat yang lain dengan menggunakan kotak obat berbahan arklik yang kokh dan diberi nama di depannya. Hal ini akan mempermudah petugas dalam mencari dan menyiapkan obat sehingga proses pengerjaan resep tidak lama. Apotek Kimia Farma No. 42, telah menetapkan praktek kefarmasian yang baik (Good Pharmacy Practice), salah satunya yaitu dengan cara menempelkan label

63 55 berwarna, yaitu merah, kuning, dan hijau, di setiap kotak obat yang menandakan tahun kadaluarsa obat tersebut. Waktu kadaluarsa yang kurang dari setahun atau yang mendekati waktu kadaluarsanya (tahun 2012) diberikan tanda dengan label merah di dalam kotak obatnya. Label berwarna kuning ditempelkan pada kotak obat dengan waktu kadaluarsa di tahun 2013 dan label warna hijau untuk obat dengan waktu kadaluarsa di atas tahun Sistem pengeluaran obat pada Apotek Kimia Farma No. 42 menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Semua ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penumpukan obat yang tidak laku terjual karena sudah rusak ataupun sudah melewati waktu kadaluarsanya. Dalam pelaksanaannya masih banyak ditemukan obat-obat yang melewati waktu kadaluarsa. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya pengawasan petugas dalam menerima obat dari distributor dan selama penyimpanan obat tersebut di Apotek. Terkadang petugas kurang teliti dalam memeriksa obat yang dikirimkan oleh distributor sehingga petugas tidak menyadari bahwa obat yang diterima sudah mendekati waktu kadaluarsa atau petugas tidak memeriksa kembali waktu kadaluarsa setiap obat yang disimpan di lemari pelayanan. Obatobat yang sudah melewati waktu kadaluarsa dikumpulkan menjadi satu kemudian akan dilakukan pemusnahan obat yang dapat dilakukan dengan cara dihancurkan, ditimbun, dibakar atau dibuang ke saluran pembuangan air.

64 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Apoteker yang melakukan pekerjaan Kefarmasian di Apotek sebagai Apoteker Pengelola Apotek, memiliki tiga peran yaitu: a. Apoteker bertindak sebagai profesional yang melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). b. Apoteker bertindak sebagai manager yang mengelola sumber daya manusia, fisik dan keuangan. c. Apoteker bertindak sebagai retailer yang menerapkan dasar-dasar bisnis dan prinsip ekonomi di dalam menjalankan apotek. Apotek Kimia Farma No. 42 merupakan Apotek pelayanan yang menggunakan sistem administrasi yang dilakukan secara terpusat (grouping system), melakukan manajemen pengelolaan yang terdiri atas pengelolaan teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian, dengan pembelian perbekalan farmasi yang terkoordinir di bawah Bisnis Manajer Jaya 1 Blok M. Pelayanan yang diberikan oleh Apotek Kimia Farma No. 42 dapat dikatakan cukup memenuhi standar pelayanan kefarmasian di apotek sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004, meskipun belum sempurna. 6.2 Saran Berdasarkan pengamatan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dilaksanaan di Apotek Kimia Farma No. 42 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan maka penulis memberikan beberapa masukkan dalam hal berikut : a. Tempat peracikan obat agar ditempatkan terpisah, tertutup dan tidak dilalui banyak orang. b. Perlu diterapkannya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di setiap melakukan peracikan dan perlun ditingkatannya kesadaran atau juru racik untuk menggunakan APD sesuai dengan persyaratan. 56

65 57 c. Pemeriksaan ED (Expired Date) barang agar dilakukan secara berkala untuk mencegah kerugian yang terjadi. d. Pemeriksaan stok agar dilakukan secara berkala dan intensif baik pemeriksaan fisik barang, yang dibandingkan dengan kartu stok yang ada dan stok di komputer guna menghindari terjadinya selisih barang.

66 57 DAFTAR ACUAN Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Undang-undang No. 9 tahun 1976 tentang Pelayanan Resep yang mengandung narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28/MenKes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 280/MenKes/V/1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotek, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.992/MenKes/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Undang-undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/Kep/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. PeraturanPemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: HDW Hartono. Manajemen Apotek Jakarta: Depot Informasi Obat PT. Kimia Farma, Tbk. (1999). Company Profile PT. Kimia Farma Tbk. Jakarta: PT. Kimia Farma Tbk.

67 58 Rusdianto, D. (2011). 40 Tahun Kimia Farma Melayani Sepenuh Hati. Jakarta: PT. Kimia Farma Tbk. Umar, M. (2009). Manajemen Praktis Apotek Jaringan. Jakarta: Nyoboka Brother s.

68 59 Lampiran 1. Struktur organisasi PT. Kimia Farma Apotek

69 60 Lampiran 2. Struktur organisasi unit bisnis manajer

70 61 Lampiran 3. Alur penerimaan resep tunai/kredit di Apotek Kimia Farma No.42

71 62 Lampiran 4. Bon permintaan barang apotek (BPBA) pada Apotek Kimia Farma No.42

72 63 Lampiran 5. Dokumen dropping barang dari BM

73 64 Lampiran 6. Kartu stok obat Jl. St. Hasanuddin No.1 Jakarta Selatan 12160

74 65 Lampiran 7. Surat pesanan narkotika

75 66 Lampiran 8. Surat pesanan psikotropika

76 67 Lampiran 9. Etiket dan plastik obat Etiket Obat Minum (Putih) Etiket Obat Luar (Biru) Etiket Plastik Obat

77 68 Lampiran 10. Salinan resep (Copy Resep) Lampiran 9.

78 69 Lampiran 11. Kartu nomor resep Kartu Nomor Resep Kredit Kartu Nomor Resep Kredit Aqua

79 70 Lampiran 12. Kwitansi pembayaran resep tunai

80 71 Lampiran 13. Petunjuk penandaan kadaluwarsa dan anjuran waktu minum obat

81 72 Lampiran 14. Laporan penggunaan narkotika

82 73 Lampiran 15. Laporan Penggunaan Psikotropika

83 74 Lampiran 16. Laporan narkotika bulan Februari 2012 Lampiran 17. Laporan psikotropika bulan Februari 2012

84 UNIVERSITAS INDONESIA PELAYANAN SWAMEDIKASI DI APOTEK TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ADITHA PUSPO WIJAYANTI, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan citacita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu tujuan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Pada penelitian sebelumnya dengan judul pengaruh keberadaan apoteker terhadap mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas wilayah Kabupaten Banyumas berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya zaman, pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan juga meningkat. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan setiap umat manusia karena aktivitasnya dapat terhambat apabila kondisi kesehatan tidak baik.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas kehidupan manusia. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan kebutuhan hidup yang diwujudkan dan dilaksanakan dalam mencapai kesejahteraan kehidupan dalam masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya perkembangan dan perubahan pola hidup pada manusia (lifestyle) dapat berdampak langsung salah satunya pada kesehatan, sehingga kesehatan menjadi salah satu hal

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha untuk mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan merupakan visi dari Kementerian Kesehatan RI dan telah dirumuskan dalam UU RI No. 36 tahun 2009

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern, menyebabkan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat pada umumnya semakin sadar akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu kunci utama bagi seseorang dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak paling mendasar yang harus dipenuhi setiap orang dalam mencapai kesejahteraan sosial dalam masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam melakukan kegiatan perlu memperhatikan masalah kesehatan. Kesehatan merupakan keadaan dimana tubuh dan mampu melakukan kegiatan yang produktif, oleh

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia dalam melakukan segala aktivitas dengan baik dan maksimal yang harus diperhatikan salah satu hal yaitu kesehatan. Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap masyarakat berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan terbaik bagi dirinya. Pengertian kesehatan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang sangat penting bagi setiap orang. Tanpa adanya kesehatan yang baik, setiap orang akan mengalami kesulitan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak asasi yang diatur dalam perundang-undangan, salah satunya yaitu hak mengenai kesehatan, sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 bahwa kesehatan

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 No.206, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang esensial dari setiap individu, keluarga, dan masyarakat. Kesehatan juga merupakan perwujudan dari tingkat kesejahteraan suatu masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: WAHID BEKTI FITRIANTO K 100 040 146 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung dan mempengaruhi pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan penting dari setiap manusia. Hidup sehat bukan hanya tujuan dari setiap individu melainkan juga tanggung jawab dan tujuan dari setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia yang tidak dapat ditunda. Menurut Undang - Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. APOTEK Apotek adalah tempat tertentu untuk melakukan pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Fungsi apotek adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Draft 07 Januari 2016 RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sumber daya manusia yang baik dan berkualitas diperoleh dari tubuh yang sehat. Kesehatan sendiri merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 24 JL. DHARMAWANGSA NO. 24 SURABAYA 16 JANUARI FEBRUARI 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 24 JL. DHARMAWANGSA NO. 24 SURABAYA 16 JANUARI FEBRUARI 2017 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 24 JL. DHARMAWANGSA NO. 24 SURABAYA 16 JANUARI 2017 17 FEBRUARI 2017 PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH : CYNTHIA ZAIN DERMAYATI, S.Farm. NPM. 2448716018

Lebih terperinci