BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutahir Penelitian dalam Sripsi ini merupaan pengembangan dari beberapa penelitian yang telah dilauan sebelumnya, yaitu mengenai inerja ombinasi sistem OFDM-MIMO dan inerja sistem Spread Spectrum. Refrensi yang dipilih dan digunaan sebagai acuan dari penelitian OFDM-MIMO dan Spread Spectrum untu menduung penelitian ini adalah mengenai pemodelan dari ombinasi sistem OFDM-MIMO dan pemodelan Spread Spectrum agar dapat memodelan ombinasi sistem Multi Carrier-Spread Spectrum (MC-SS) MIMO. Selanjutnya ombinasi sistem MC-SS MIMO ini diteliti unju erjanya berdasaran pada penggunaan anal yang berbeda dan variasi panjang spreading factor. Beriut adalah uraian singat yang menjadi refrensi penelitian sealigus yang menjadi tinjauan mutahir (state of the art) dalam penelitian ini. 1. Penelitian dengan berjudul Analisis Unju Kerja Teni MIMO STBC dan V-BLAST Pada Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing dimana penelitian ini mengangat pemodelan sistem OFDM yang diombinasian dengan MIMO STBC dan V-BLAST pada anal AWGN dan flat fading. Dari penelitian ini dietahu bahwa ombinasi sistem OFDM-MIMO dengan menggunaan MIMO STBC memberian performansi terbai. Kanal flat fading memberian performansi yang lebih buru dibandingan anal AWGN (Teguh Bayu Purwanto, Teni Eletro Universitas Udayana, 2015) 2. Penelitan yang berjudul Performance Analysis of Spread Spectrum Techniques dimana dalam penelitian ini mengangat tentang analisis performansi dari teni spread spectrum ditinjau dari teni spreading yaitu Direct Sequence Spread Spectrum dan Frequency Hopping Spread Spectrum. Dari penelitian ini menunjuan teni spread spectrum berupa direct sequence memberian hasil terbai. (Astha Singh, Faculty 8

3 9 Electronics Engg. Dept. Dr. Ambedar Institute Of Technology For Handicapped Kanpur (UP), India, 2013) 4. Penelitian yang berjudul Performance Comparison of OFDM, MC- CDMA, and OFCDM for 4G Wireless Broadband Access Beyond dimana penelitian ini meninjau perbandingan nilai BER pada sistem OFDM, MC-CDMA, dan OFCDM (Syed M. Zafi, Institute of Information and Communication Technologies, 2011) 2.2 Spread Spectrum Prinsip Dasar Sistem Spread Spectrum Direct Sequence Spread Spectrum Sebuah pseudo noise sequence pnt dibuat pada modulator, yang digunaan sebagai onjungsi dengan sebuah modulasi PSK M-ary untu menggeser fase dari PSK secara psudorandom pada chipping rate Rc (=1/Tc), yaitu sebuah freuensi yang berupa peralian integer dari Rs (=1/Ts). Bandwidth yang ditransmisian ditentuan oleh chip rate dan baseband filtering. Modulasi PSK memerluan demodulasi yang oheren. Untu modulasi BPSK, building bloc dari sistem DSSS sebagai beriut, (Meel, 1999): Gambar 2.1 Building Bloc Sistem DSSS dengan Modulasi BPSK (Meel, 1999)

4 10 Keterangan dari building bloc sistem DSSS pada Gambar 2.1 tersebut adalah sebagai beriut. 1. Input Binary data dt dengan symbol rate Rs = 1/Ts (= bitrate Rb untu BPSK). Pseudo-noise code pnt dengan chip rate Rc = 1/Tc, (Meel, 1999). 2. Spreading Pada transmitter, binary data dt (untu BPSK, I dan Q untu QPSK) secara langsung dialian dengan PN sequence pnt yang terpisah dari baseband yang binary data, untu memprodusi sinyal baseband yang ditransmisian txb, (Meel, 1999). txb = dt. pnt (2.1) Efe dari peralian dt dengan PN sequence adalah untu menyebaran baseband bandwidth Rb dari dt e baseband bandwidth Rc, (Meel, 1999). 3. Despreading Sinyal Spread Spectrum tida bisa didetesi dengan penerima narrowband onvensional. Pada receiver, sinyal baseband rxb yang diterima dialian dengan PN sequence pnt, (Meel, 1999). Jia pnr = pnt dan disinronisasi e PN sequence pada data yang diterima, emudian binary data yang dipulihan diprodusi pada dr aibat peralian dari sinyal spread spectrum rxb dengan PN sequence pnt digunaan pada transmitter adalah untu despread bandwidth rx b e Rs, (Meel, 1999). Jia pn r pn t, emudian tida terjadi despread. Sinyal d r memilii spread spectrum. Penerima tida mengetahui PN sequence dari transmitter sehingga tida bisa memprodusi embali data yang telah diirim, (Meel, 1999). 4. Modulasi Spread spectrum system menyebaran sinyal informasi dt yang memilii BWinfo, pada bandwidth BWss yang lebih besar, (Meel, 1999). BWinfo Rs << BWss Rc (2.2)

5 11 Spetrum sinyal seperti white noise. Amplitudo dan daya pada sinyal txb sama seperti sinyal informasi asal dt. Karena peningatan bandwidth sinyal, power spectral density harus lebih rendah. Bandwidth expansion factor, menjadi rasio dari chip rate Rc dan data simbol rate Rs, pada pratinya, biasanya dipilih menjadi sebuah integer, (Meel, 1999). 5. Demoduasi A. pnr = pnt Untu mendemodulasi, sinyal yang diterima dialian dengan pnr, (ini PN sequence yang sama seperti pnt) disinronisasian dengan PN sequence pada sinyal rxb yang diterima. Operasi ini disebut despreading, arena aibatnya adalah membalian operasi spreading pada transmitter, (Meel, 1999). Keluaran multiplier pada penerima selama pnr = pnt adalah: dr = rxb. pnr = (dt. pnt). pnt (2.3) B. pnr pnt Jia sinyal yang diterima dialian dengan PN sequence pnr, berbeda dengan PN sequence yang digunaan pada modulator, hasil peraliannya menjadi: dr = rxb. pnr = (dt. pnt). pnr (2.4) Pada receiver, detesi sinyal yang diharapan didapat dengan orelasi terhadap sequence referensi loal. Untu omuniasi yang aman dalam penggunaan multi user, data yang ditransmisian dt, mungin tida bisa di embalian oleh user yang tida tahu PN sequence pnt yang digunaan. Maa: crosscorrelation R c (τ) = average (pn t. pn r ) << 1 untu semua nilai τ, dimana τ adalah jumlah user, (Meel, 1999) Frequency Hopping Spread Spectrum Sebuah pseudo noise sequence pnt dibuat pada modulator, yang digunaan sebagai onjungsi dengan sebuah modulasi FSK M-ary untu menggeser freuensi pembawa dari PSK secara psudorandom pada hopping rate Rh. Sinyal yang ditransmisian melingupi beberapa freuensi dalam satu watu, masingmasing untu satu periode Th (=1/Rh), disebut sebagai dwell time. FHSS membagi

6 12 bandwidth yang ada e dalam N anal dan hop diantara anal-anal tersebut menurut PN sequence. Transmitter dan receiver mengiuti pola freuensi hop yang sama, (Meel, 1999) Spreading Code Hadamard-Walsh Codes Kode Hadamard-Walsh dibangitan dalam aturan ode N = 2 n dengan panjang N = 2 n. Pembangitan algoritmanya sangat sederhana yaitu dengan persamaan 2.5, (Meel, 1999).: H N/2 H 2 = [ H N/2 ] dengan H1 = [1] (2.5) H N/2 H N/2 Baris atau olom dari matris HN adalah ode Hadamard-Walsh seperti yang ditunjuan beriut ini, (Meel, 1999). 1 1 H 2 = [ ] H 4 = [ ] H 1 8 = [ ] Jara atau jumlah elemen yang berbeda antar sepasang baris sebesar N/2. Pada ondisi H8 jara antar dua baris adalah 4, sehingga jara Hamming dari ode Hadamard adalah 4. Kode Hadamard-Walsh dapat digunaan sebagai bloc code pada anal encoder, dimana setiap urutan dari n bit mengidentifiasian satu baris dari matris. Semua baris saling orthogonal satu sama lain untu semua baris i dan j, hal ini ditunjuan dengan persamaan 2.6, (Meel, 1999): N 1 =0 h i. h j = 0 (2.6) Cross-Correlation dan Autocorrelation Kode Hadamard-Walsh Cross-Correlation adalah membandingan ode Hadamard-Walsh pada sisi pengirim dan penerima untu sistem dengan Multi-User. Cara ini digunaan untu melihat esalahan pendetesian ode pada masing-masing user atau ode

7 13 yang tertuar antar user. Jia pada single-user hal ini disebut dengan autocorrelation. Autocorrelation menunjuan orelasi atau hubungan antar ode yang diirim dan ode yang diterima oleh satu user. Perbedaan analisa dari crosscorrelation dan autocorrelation adalah, hasil cross-correlation yang semain ecil menunjuan performansi yang bai, sedangan pada autocorrelation hasil yang semain besar menunjuan performansi yang bai. Fungsi dari orelasi ini untu menunjuan performansi yang diberian pada spreading code. Cross-correlation antara dua ode Hadamard-Walsh pada matris yang sama adalah nol, etia disinronisasi sempurna. Pada sinronus sistem CDMA ini memastian tida ada interferensi selama sinyal ditransmisian pada stasiun yang sama. Hanya etia disinronisasi, ode tersebut memilii sifat orthogonal yang bai. Kode Hadamard-Walsh bersifat periodi, yang menghasilan efisiensi spreading urang dan masalah dengan sinronisasi berdasaran autoorelasi, (Meel, 1999) Spreading Factor Spreading factor atau yang disingat dengan SF memberian gambaran mengenai banyanya chip yang digunaan untu mentransmisian satu simbol. SF dirumusan dengan membagi chip rate dan symbol rate. SF juga berhubungan dengan spreading code. Panjang spreading code didentifiasian sebagai spreading factor. Sehingga banyanya SF dapat digunaan untu mengetahui banyanya user yang dapat ditangani oleh sistem multi-user spread spectrum atau CDMA. 2.3 Orthogonal Frequency Division Multiplexing Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) merupaan teni transmisi yang menggunaan beberapa buah freuensi yang saling tega lurus (orthogonal). OFDM adalah bentu husus dari multicarrier modulation yang membagi aliran data dengan ecepatan tinggi e dalam sejumlah aliran data ecepatan rendah emudian diiriman melalui beberapa subcarrier. Pada OFDM, data masuan dialiran e beberapa subcarrier paralel yang saling orthogonal

8 14 dengan laju data yang lebih rendah. Subcarrier tida ditempatan berdasaran bandwidth yang ada, tetapi disusun untu saling overlapping dan diatur jara antara subcarrier agar memilii sifat yang orthogonal (Purwanto, 2015). Dengan sifat orthogonalitas ini maa antar subcarrier dapat dibuat overlap tanpa menimbulan efe Inter Carrier Interference (ICI). Dengan multiplexing subcarrier yang dilauan secara overlap tersebut tentu saja dapat menghemat bandwidth. Proses yang dilauan sama dengan teni modulasi multicarrier, yang membedaan hanya pada penggunaan subcarrier yang saling orthogonal pada masing-masing subanal (Purwanto, 2015). Gambar 2.2 Efisiensi Bandwidth Pada Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (Purwanto, 2015) Dengan pembagian aliran data dengan ecepatan tinggi e dalam sejumlah aliran data ecepatan rendah emudian diiriman secara simultan melalui beberapa subcarrier. Sistem OFDM sederhana ditunjuan dapat dilihat pada Gambar 2.3 (Purwanto, 2015). Gambar 2.3 Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Sederhana (Purwanto, 2015)

9 15 Prinsip erja dari sistem OFDM pada Gambar 2.3 dapat dijelasan sebagai beriut. 1. Konversi Serial e Paralel Data masuan masu menuju blo serial e paralel. Blo serial e paralel berfungsi untu mengubah aliran data yang terdiri dari satu baris menjadi beberapa baris dan beberapa olom. Data hasil onversi serial e paralel berbentu matris bit-bit dimana jumlah subcarrier yang digunaan dinyataan dengan jumlah baris dan jumlah simbol data yang diiriman pada masing-masing subcarrier dinyataan dengan jumlah olom (Purwanto, 2015). 2. Modulasi Sinyal yang telah dionversi e paralel emudian aan dimodulasi, proses modulasi diperluan untu merubah sinyal yang diirim menjadi simbol dengan proses modulasi. Modulasi yang dapat digunaan berupa BPSK, QPSK, QAM, atau teni modulasi yang lain (Purwanto, 2015). 3. Inverse Fast Fourier Transform (IFFT) Blo IFFT pada sistem OFDM bertujuan untu menghasilan freuensi carrier yang saling orthogonal dan mengubah dari domain freuensi e domain watu (Purwanto, 2015). 4. Penambahan Cyclic Prefix (CP) Penambahan Cyclic Prefix (CP) ditempatan atau disisipan di depan simbol data masuan yang aan ditrasmisian. Tujuan dari penambahan CP adalah untu mencegah terjadinya Inter Symbol Interference (ISI) dan Inter Carrier Interference (ICI) sehingga simulasi dapat berjalan dengan bai (Purwanto, 2015). 5. Konversi Paralel e Serial Sebelum masu e dalam anal transmisi, simbol OFDM yang masih dalam bentu stream paralel dionversi e bentu stream serial sinyal baseband OFDM (Purwanto, 2015).

10 16 6. Kanal Transmisi Kanal transmisi dapat berupa anal derau (noise) AWGN dan anal Fading (Purwanto, 2015). 7. Konversi Serial e Paralel Pada blo penerima sistem OFDM, sinyal yang telah melalui anal transmisi emudian dionversi embali dari bentu stream serial e bentu stream paralel sehingga proses simbol-simbol yang diterima dapat diolah embali pada blo sistem penerima OFDM selanjutnya (Purwanto, 2015). 8. Penghilangan Cyclic Prefix (CP) Pada blo ini, simbol CP yang telah disisipan pada data masuan dipisahan dan dibuang embali sehingga hanya diperoleh data masuan yang sesuai dengan data masuan sebelum pengiriman. Proses ini merupaan ebalian dari proses penambahan Cyclic Prefix pada blo pengirim (Purwanto, 2015). 9. Fast Fourier Transform (FFT) Pada blo FFT ini, simbol-simbol OFDM aan dipisahan dari freuensi carrier-nya. Proses ini juga merupaan ebalian dari blo Inverse Fast Fourier Transform (IFFT) pada blo pengirim (Purwanto, 2015). 10. Demodulasi Pada proses demodulasi dilauan proses demapping untu mengembalian simbol menjadi bit yang merupaan data masuan sesuai data yang diirim (Purwanto, 2015). 11. Konversi Paralel e Serial Pada blo ini, bit-bit yang masih berbentu matris (paralel) berupa matris jumlah sub-carrier x jumlah simbol data diubah embali menjadi e bentu

11 17 semula yaitu bentu serial dengan cara dionversi dari bentu paralel e serial sesuai dengan data yang diirim (Purwanto, 2015). 2.4 Multiple Input Multi Output Munculnya teni MIMO yang dapat memberian apasitas yang lebih signifian dari pada SISO, yang dilihat sangat menjanjian dalam omuniasi nirabel. Peningatan efisiensi spetrum dan perbaian ualitas saluran oleh sistem MIMO dapat dicapai dengan menggunaan multi antena pada sisi pengirim 13 dan penerima. Prinsip erja MIMO adalah memperbanya sinyal informasi yang dipancaran untu meningatan emampuan omuniasi dan mengurangi error yang dapat terjadi aibat anal transmisi (Purwanto, 2015). Gambar 2.4 Teni MIMO (Purwanto, 2015) Adapun persamaan dari sistem MIMO diberian sebagai beriut (Purwanto, 2015): y = H.x + n (2.7) dimana, y merupaan vetor sinyal yang diterima, H merupaan matrix respon impuls anal dari N jumlah antena pemancar dan M jumlah antena penerima (NxM), s menyataan vetor sinyal yang ditransmisian, dan n menyataan vetor noise AWGN (Purwanto, 2015).. Selain itu MIMO menggunaan teni diversitas, yaitu spatial multiplexing dan transmit diversity, dimana penggunaan teni diversitas dapat mengurangi fading dan interferensi dari user lain, meningatan data rate serta efisiensi bandwidth maupun daya transmit (Purwanto, 2015).

12 Sistem Space Time Bloc Code (STBC) Sema tramsisi dari Space Time Bloc Code (STBC) ini merupaan sema transmisi yang pertama ali diperenalan oleh Siavash Alamouti pada tahun STBC adalah sema yang digunaan dalam teni transmit diversity untu mencapai diversity gain pada sistem MIMO tersebut (Purwanto, 2015). Pada sistem STBC yang digunaan Alamouti, aliran data yang sama dipancaran melalui edua antena pemancar. Sebelum dipancaran, aliran data terlebih dahulu mendapatan perlauan yang berbeda. Setiap dua simbol data aan tetap diirim dalam dua periode simbol, namun pada antena edua urutan simbolnya dibali, dionjugasi, dan salah satunya dinegatifan. Adapun tujuan dari perlauan tersebut adalah untu memudahan pemisahan edua simbol pada sisi penerima sehingga detesi dua simbol dapat dipecah menjadi dua proses detesi simbol yang terpisah (Purwanto, 2015). Sistem STBC ini aan mengiriman dua simbol yang berbeda secara bersamaan. Pada saat watu t, antena pertama (Tx1) aan mengiriman sinyal S0 dan antena edua (Tx2) mengiriman sinyal S1. Diasumsian bahwa S0 dan S1 merupaan simbol yang telah dimodulasi. Kemudian pada saat watu t + T, simbol dari masing-masing antena pemancar dionjugat sehingga pada antena pertama (Tx1) aan mengiriman sinyal dan pada antena (Tx2) mengiriman sinyal, seperti Gambar 2.5 beriut (Purwanto, 2015). Gambar 2.5 Sema Transmisi STBC Alamouti (Purwanto, 2015) Kemudian pada proses encoding sinyal yang dipancaran aan dipengaruhi oleh fading dan noise pada saat proses transmisi. Setelah sinyal diterima oleh antena penerima selanjutnya sinyal masu edalam combiner. Pada combiner terdapat anal estimate yang memilii fungsi untu mengestimasi sinyal yang diterima. Setelah mengalami estimasi emudian sinyal tersebut masu

13 19 edalam blo Maximum Liehood Detector untu melauan proses pengambilan eputusan, yang ditunjuan pada Gambar 2.6 beriut (Purwanto, 2015). Gambar 2.6 Sema STBC Alamouti dengan Dua Antena Pemancar dan Dua Antena Penerima (Purwanto, 2015) Terdapat proses pada sisi penerima untu pendetesian sinyal yang terjadi pada sema ini yaitu : 1. Sinyal yang diterima Pada sistem MIMO, sinyal yang diterima pada receiver merupaan penjumlahan dari sinyal yang diterima dari masing-masing antena. Sinyal yang diterima dalam dua interval simbol yang berdeatan dengan notasi yang diperlihatan seperti Tabel 2.1 dan 2.2 (Purwanto, 2015). Tabel 2.1 Notasi Kanal Pada Penerima (Purwanto, 2015) Rx Antena 1 Rx Antena 2 Tx Antena 1 h0 h2 Tx Antena 2 h 1 h 3

14 20 Tabel 2.2 Notasi Sinyal Pada Penerima (Purwanto, 2015) Rx Antena 1 Rx Antena 2 Watu t r 0 r 2 Watu t+t r1 r3 Sehingga didapatan persamaan 2.8 sebagai beriut (Purwanto, 2015). r 0 = h 0 s 0 + h 1 s 1 + n 0 r 1 = h 0 s 1 + h 1 s 0 + n 1 r 0 = h 2 s 0 + h 3 s 1 + n 3 r 3 = h 2 s 1 + h 3 s 0 + n 3 (2.8) Dimana n0, n1, n2, dan n3 merupaan variabel aca omples yang memperlihatan noise thermal dan interferens receiver (Purwanto, 2015). 2. Sinyal Combiner Combiner dibuat mengiuti dua sinyal yang selanjutnya diirim menuju Maximum Liehood Detector. Aturan dari combiner ditunjuan oleh persmaan 2.9 sebagai beriut (Purwanto, 2015). S 0 = h 0 r 0 + h 1 r 1 + h 2 r 2 + h 3 r 3 S 1 = h 1 r 0 h 0 r 1 + h 3 r 2 h 2 r 3 (2.9a) (2.9b) Dengan mensubstitusi persamaan yang tepat maa (Purwanto, 2015): S 0 = (a a a 2 + a 2 3 )s 0 + h 0 n 0 h 1 n 1 + h 2 n 2 h 3 n 3 (2.10a) S 1 = (a a a 2 + a 2 3 )s 0 h 0 n 1 + h 1 n 2 h 2 n 3 + h 3 n 2 (2.10b) 3. Maximum Liehood Detector Pada Maximum Liehood (ML) deoder aan beroperasi sebagai beriut. Untu sinyal S0 digunaan riteria eputusan seperti persamaan 2.11 beriut (Purwanto, 2015). (a a a 2 + a 2 3 1) s d 2 (s 0, s 1 ) (a a a 2 + a 2 3 1) s d 2 (s 0, s ) (2.11)

15 21 Jia untu sinyal S1, digunaan persamaan 2.12 sebagai beriut (Purwanto, 2015). (a a a 2 + a 2 3 1) s i 2 + d 2 (s 1, s ) i (a a a 2 + a 2 3 1) s 2 + d 2 (s 1, s ) (2.12) 2.5 Modulasi QPSK PSK (Phase Shift Keying) merupaan salah satu teni modulasi digital dimana sinyal informasi digital (bit) yang aan diirim ditumpangan pada sinyal pembawa dengan mengubah fasa dari sinyal pembawa. Modulasi QPSK merupaan bentu lain dari modulasi digital (PSK). QPSK merupaan teni pengodean M- ary dimana M = 4 (quaternary). Dalam modulasi QPSK terdapat empat fase eluaran dari sinyal pembawa untu menyataan empat simbol. Satu simbol QPSK terdiri dari 2 buah bit yaitu 00, 01, 10, dan 11. Setiap satu simbol aan mengalami perubahan fasa sebesar 90 o (π/2) (Purwanto, 2015). Pada gambar 2.7 dapat dilihat untu onstelasi 00, pada Re channel (I) = +1 dan Im channel (Q) = +1. Untu onstelasi 01, Re (I) = -1, dan Im (Q) = +1. Untu onstelasi 11, untu saluran Re (I) = -1 dan Im (Q) = -1. Untu onstelasi 10, untu Re (I) = +1 dan Im (Q) = -1. Setiap nilai onstelasi 1 dan -1 disimbolan dengan dan (Purwanto, 2015). Gambar 2.7 Diagram Konstelasi QPSK (Purwanto, 2015)

16 Addiptive White Gaussian Noise Additive White Gaussian Noise merupaan noise yang berada dan terjadi pada anal range spetrum freuensi dan merupaan noise thermal yang sifatnya menjumlah. Additive artinya ditambahan, Gaussian berarti mengiuti distribusi Gaussian atau adang disebut juga distribusi normal. Sedangan noise ini disebut white arena terdiri dari seluruh freuensi dalam spetralnya dianalogian sebagai cahaya putih yang erapatan spetralnya lebar dan pada range freuensi yang lebar (Purwanto, 2015). AWGN mempunyai arateristi respon freuensi yang sama disepanjang freuensi dan variannya sama dengan satu. Pada anal transmisi selalu terdapat penambahan noise yang timbul arena aumulasi noise termal dari perangat pemancar, anal transmisi, dan perangat penerima. AWGN merupaan model anal sederhana dan umum dalam suatu sistem omuniasi. Model anal ini dapat digambaran seperti Gambar 2.8 beriut (Purwanto, 2015). Gambar 2.8 Model Kanal AWGN (Purwanto, 2015) Pada Gambar 2.8 dapat dilihat, jia sinyal yang irim Sm(t), pada anal aan dipengaruhi oleh derau (noise) n(t) sehingga sinyal yang diterima adalah penjumlahan sinyal asli dengan noise, ondisi tersebut dapat dirumusan dengan persamaan 2.13 beriut (Purwanto, 2015). r(t) = Sm(t)+n(t) (2.13) dimana r(t) adalah sinyal yang diterima, emudian Sm(t) adalah sinyal informasi dan n(t) adalah noise AWGN (Purwanto, 2015).

17 Kanal Flat Fadding Flat Fading (Fading Rata) dapat terjadi apabila anal mempunyai penguatan yang onstan dan tanggapan fase linier dengan bandwidth yang lebih lebar dibandingan dengan bandwidth sinyal yang ditransmisian. Pada ondisi ini, level sinyal yang diterima berubah terhadap watu yang disebaban oleh multipath. Karateristi anal flat fading dapat dilihat pada Gambar 2.9 (Purwanto, 2015).. Gambar 2.9 Karateristi Kanal Flat Fadding (Purwanto, 2015) Pada Gambar 2.9 dapat dilihat bahwa sinyal yang diirim s(t) apabila dilewatan pada anal h(τ,t) yang memilii penguatan yang berubah terhadap watu, maa terjadi perubahan amplitudo muncul pada sinyal terima r(t), tetapi memilii spectrum sinyal transmisi yang tida berubah. Kanal flat fading dienal juga sebagai anal variasi amplitudo (amplitude varying channel) (Purwanto, 2015). Pada umumnya distribusi amplitudo pada flat fading mengiuti distribusi Rayleigh. Model anal flat fading Rayleigh mengasumsian bahwa amplitudo dari anal bervariasi terhadap watu sesuai dengan distribusi Rayleigh. Dari penjelasan diatas dapat disimpulan bahwa sinyal yang melalui anal flat fading mempunyai riteria seprti persamaan 2.14 dan 2.15 beriut (Purwanto, 2015). B s B c (2.14) T s σ c (2.15)

18 24 Dengan, BS adalah lebar pita (bandwidth) freuensi sinyal, BC adalah coherence bandwidth, TS adalah periode simbol, dan σr adalah rms delay spread (Purwanto, 2015). 2.8 Kanal Frequency Selective Fading Suatu sinyal diataan melalui frequency selective fading, jia sinyal yang ditransmisian itu memilii lebarpita (bandwidth) lebih besar dari bandwidth anal radio dan tanggapan impuls anal yang memilii delay spread lebih besar dari periode simbol. Sinyal yang diterima terdiri dari beberapa sinyal yang ditransmisian, yang sudah teredam dan terjadi watu tunda sehingga sinyal yang diterima aan terdistorsi. Frequency selective fading menyebaban terjadi dispersi watu dari simbol yang ditransmisian. Kanal seperti ini menyebaban interferensi antar symbol (ISI) (Rapaport, 2002). Gambar 2.10 menunjuan arateristi dari anal frequency selective fading. s(t) h(t,) r(t) s(t) h(t,) r(t) 0 Ts S(f) t t t 0 0 Ts Ts+ H(f R(f) fc f fc f fc f Gambar 2.10 Karateristi Kanal frequency selective fading (Rapaport, 2002) Pada Gambar 2.10, bandwidth freuensi sinyal s(t) lebih lebar dari bandwidth tanggapan impuls anal h ( t, ), maa tampa bahwa sinyal terima r (t) mengalami distorsi. Oleh arena itu sinyal mengalami frequency selective fading jia memenuhi persamaan 2.16 dan 2.17.

19 25 dan, BS B C T S (2.16) (2.17) 2.9 Distribusi Rayleigh Dalam anal omuniasi bergera, distribusi Rayleigh biasa digunaan untu menjelasan perubahan watu dari selubung sinyal fading rata (flat fading) yang diterima, atau selubung dari satu omponen multipath telah diasumsian sebelumnya menjadi distribusi Rayleigh. Distribusi Rayleigh digunaan untu mendesripsian eadaan pada suatu anal. Distribusi Rayleigh memilii fungsi erapatan probabilitas atau probability density function (pdf) pada persamaan 2.18 (Purwanto, 2015): dimana p(r) = { T σ 2 exp ( r2 0 2σ 2) (0 r ) (r < 0) σ adalah nilai rms dari level sinyal yang diterima sebelum detetor, σ 2 adalah daya rata-rata watu dari sinyal yang diterima sebelum detetor. (2.18) Probabilitas yang menunjuan selubung dari sinyal yang diterima tida melebihi dari suatu harga R tertentu, yang ditunjuan dengan cumulative distribution function (CDF) atau fungsi distribusi omulatif persamaan 2.19 beriut (Purwanto, 2015). R P(R) = Pr(r R) = p(r)dr = 1 exp ( R2 (2.19) 0 2a 2) Nilai rata-rata rmean dari distribusi Rayleigh adalah (Purwanto, 2015): r mean = E(r) = r, p(r)dr = σ π = 1,2533σ (2.20) 0 2 Variance dari distribusi Rayleigh dinotasian dengan, yang merepresentasian daya pada sinyal selubung (Purwanto, 2015).

20 26 σ 2 r = E[r 2 ] E 2 [r] = r 2 p(r)dr σ2 π (2.21) 0 2 Gambar 2.11 Fungsi Kerapatan Probabilitas Rayleigh (Purwanto, 2015) 2.10 Tanggapan Impuls dari Kanal Multipath Suatu gelombang eletromagneti yang dipancaran dari pemancar e penerima aan mengalami bermacam-macam perlauan yang disebaban oleh media perambatan (anal radio). Gelombang yang dipancaran tersebut ada yang diterima secara langsung, ada pula yang mengalami reflesi,refrasi dan penghamburan yang dipengaruhi oleh benda-benda diseitarnya. Jadi sinyal yang diterima di penerima merupaan pejumlahan dari beberapa sinyal yang melalui beberapa lintasan sehingga menyebaban tejadinya perubahan penguatan dan pergeseran fase (Rapaport, 2002). Berdasaran uraian tersebut, maa anal radio bergera dapat dimodelan dengan filter linear dengan tanggapan impuls yang berubah terhadap watu. Tanggapan impuls ini merupaan arateristi anal yang dapat digunaan untu membandingan beberapa sistem omuniasi bergera untu ondisi anal radio tertentu (Rapaport, 2002). Dalam sistem diversitas pemancar, mengasumsian bahwa anal tida bervariasi watu,sehingga persamaan tanggapan impuls dari pemancar e-m e penerima e-n diberian persamaan (Nejib, 2010).

21 27 dengan 6 h ( t) h ( t t ) (2.22) nm 1 nm h nmadalah proses aca Gaussian omples dengan rata-rata nol dan tida berorelasi, t adalah excess delay dari lintasan yang e-. h nm 2.11 Power Delay Profile Beberapa parameter anal multipath dapat diperoleh dari Power Delay Profile nya. Secara umum Power Delay Profile (PDP) merupaan hubungan antara daya yang diterima dengan excess delay. Excess delay adalah delay relatif dari suatu omponen multipath yang dibandingan dengan omponen lintasan yang pertama diterima. Dalam penelitian ini menggunaan dua Power Delay Profile yaitu PDP di luar ruangan (outdoor) dan PDP di dalam ruangan (indoor). PDP di luar ruangan merupaan PDP pada anal typical urban (TU) yang stationary (tanpa ada Dopler). PDP pada anal typical urban dapat dilihat dalam Tabel 2.3 (Fazel, 2008),. Tabel 2.3. PDP pada anal Typical Urban (Fazel, 2008) Path, Path delay, t [s] p(t) [db] Parameter Delay Spread Gelombang yang merambat pada lintasan yang berbeda-beda mengaibatan sinyal-sinyal multipath sampai pada penerima dengan variasi watu tunda. Sebuah sinyal yang diiriman oleh pemancar, aan mengalami pelebaran di penerima yang disebut dengan delay spread. Delay spread ini dapat menimbulan interferensi antar simbol, arena setiap simbol aan saling bertumbuan antara simbol sebelum dan sesudahnya. Parameter delay spread yang

22 28 sering ditulis dalam bentu root mean square (rms) adalah rms delay spread yang diberian persamaan (Rapaport, 2002): dengan dan 2.25 dan _ 2 2 () (2.23) merupaan mean excess delay yang dinyataan dengan persamaan P( ) P( ) P( ) P( ) 2 (2.24) (2.25) 2.13 Teni Pembentuan Pulsa Sebuah pulsa yang dilewatan melalui anal band yang terbatas, aan mengalami pelebaran dalam satuan watu dan pulsa dari tiap simbol aan interferensi dengan simbol yang lain. Hal ini menyebaban interferensi antar simbol (ISI) dan pada penerima aan terjadi esalahan detesi simbol. Salah satu teni pembentuan pulsa untu mengurangi pengaruh interferensi antar simbol, yaitu tanggapan freuensi raised-cosine dinyataan dengan persamaan 2.26 (Rapaport, 2002) dan gambar spetrumnya dapat dilihat pada Gambar (1 ) T, 0 f 2T T 1 (1 ) (1 ) X RC ( f ) T 1 cos f, f 2T (2.26) 2T 2T (1 ) 0, f 2T dimana adalah fator roll-off yang ada diantara 0 dan 1

23 29 Gambar 2.12 (a) Tanggapan Freuensi Raised-Cosine (b) Pembentuan Pulsa untu Tanggapan Freuensi Raised-Cosine (Rapaport, 2002) Tanggapan freuensi raised cosine Xrc(f) dapat dilihat pada Gambar 2.12 untu =0, =0,5 dan =1. Hubungan tanggapan freuensi raised cosine Xrc(f) dengan pulsa sinyal xrc(t) diperoleh dengan cara invers transfromasi Fourier, sehingga diperoleh persamaan: x RC cos t / T sin( t / T () t 2 1 (2 t / T) t / T (2.27) 2.14 Energy Bit per Noise Eb/No (energy per bit to noise power spectral density ratio) adalah parameter yang biasa digunaan dalam omuniasi digital. Hal ini sangat berguna saat membandingan performa bit error rate (BER) untu modulasi digital yang berbeda-beda tanpa menyertaan parameter pita freuensi. Parameter lain yang sering digunaan adalah Es/N0 (energy per symbol to noise power spectral density ratio) (Awirya, 2010) Bit Error Rate Dalam teleomuniasi, rasio error adalah rasio jumlah bit, elemen, arater, atau blo yang diterima dengan salah dibanding jumlah total bit, elemen,

24 30 arater, ataupun blo yang diirim sepanjang interval watu tertentu. Rasio yang paling sering ditemui adalah bit error ratio (BER). Contoh BER adalah jumlah esalahan bit yang diterima dibagi dengan jumlah total bit yang diiriman. Biasanya urva BER digambaran dalam hubungan BER (db) dengan SNR (db) atau BER (db) dengan Eb/No (db) (Awirya, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan wireless menjadi salah satu sarana yang paling banyak dimanfaatkan dalam sistem komunikasi. Untuk menciptakan jaringan wireless yang mampu

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING T.B. Purwanto 1, N.M.A.E.D. Wirastuti 2, I.G.A.K.D.D. Hartawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1].

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Multicarrier Code Divison Multiple Access (MC-CDMA) MC-CDMA merupakan teknik meletakkan isyarat yang akan dikirimkan dengan menggunakan beberapa frekuensi pembawa (subpembawa).

Lebih terperinci

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan Statisti Respon Kanal Radio Dalam Ruang Pada Freuensi,6 GHz Christophorus Triaji I, Gamantyo Hendrantoro, Puji Handayani Institut Tenologi Sepuluh opember, Faultas Tenologi Industri, Jurusan Teni Eletro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Layanan komunikasi dimasa mendatang akan semakin pesat dan membutuhkan data rate yang semakin tinggi. Setiap kenaikan laju data informasi, bandwith yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference Cancellation Multi Pengguna aktif Detection

Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference Cancellation Multi Pengguna aktif Detection Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference Cancellation Multi Pengguna atif Detection CDMA dengan Modulasi Quadrature Phase Shift Keying Berbasis Perangat Luna Saretta Nathaniatasha

Lebih terperinci

Analisis Unjuk Kerja Convolutional Code pada Sistem MIMO MC-DSSS Melalui Kanal Rayleigh Fading

Analisis Unjuk Kerja Convolutional Code pada Sistem MIMO MC-DSSS Melalui Kanal Rayleigh Fading 66 Teknologi Elektro, Vol. 16, No. 02, Mei - Agustus 2017 Analisis Unjuk Kerja Convolutional Code pada Sistem MIMO MC-DSSS Melalui Kanal Rayleigh Fading Kadek Agus Mahabojana Dwi Prayoga 1, N.M. Ary Esta

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak ABSTRAK Nur Hidayati Hadiningrum 1, Yoedy Moegiharto 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak

Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak Kusuma Abdillah, dan Ir Yoedy Moegiharto, MT Politeknik Elektro Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh November

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING

ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING F. L. H. Utomo, 1 N.M.A.E.D. Wirastuti, 2 IG.A.K.D.D. Hartawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Modulasi Modulasi (mapping) adalah proses perubahan karakteristik dari sebuah gelombang carrier atau pembawa aliran bit informasi menjadi simbol-simbol. Proses

Lebih terperinci

BAB II POWER CONTROL PADA SISTEM SELULER CDMA DAN DIVERSITAS ANTENA

BAB II POWER CONTROL PADA SISTEM SELULER CDMA DAN DIVERSITAS ANTENA BAB II POWER CONTROL PADA SISTEM SELULER CDMA DAN DIVERSITAS ANTENA. Karateristi Kanal Wireless Pada sistem omuniasi mobile, sinyal yang ditransmisian melalui anal wireless aan mengalami proses propagasi

Lebih terperinci

Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri /

Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri / Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN Warta Qudri / 0122140 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH 65, Bandung, Indonesia, Email : jo_sakato@yahoo.com ABSTRAK Kombinasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan hasil simulasi pengaruh K - factor pada kondisi kanal yang terpengaruh Delay spread maupun kondisi kanal yang dipengaruhi oleh frekuensi

Lebih terperinci

BAB III MODEL KANAL WIRELESS

BAB III MODEL KANAL WIRELESS BAB III MODEL KANAL WIRELESS Pemahaman mengenai anal wireless merupaan bagian poo dari pemahaman tentang operasi, desain dan analisis dari setiap sistem wireless secara eseluruhan, seperti pada sistem

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA REED SOLOMON DAN CONVOLUTIONAL CODING PADA KOMBINASI SISTEM MULTIPLE INPUT MULTIPLE OUTPUT MULTI CARRIER SPREAD SPECTRUM

ANALISIS UNJUK KERJA REED SOLOMON DAN CONVOLUTIONAL CODING PADA KOMBINASI SISTEM MULTIPLE INPUT MULTIPLE OUTPUT MULTI CARRIER SPREAD SPECTRUM SKRIPSI ANALISIS UNJUK KERJA REED SOLOMON DAN CONVOLUTIONAL CODING PADA KOMBINASI SISTEM MULTIPLE INPUT MULTIPLE OUTPUT MULTI CARRIER SPREAD SPECTRUM KADEK AGUS MAHABOJANA DWI PRAYOGA 1204405006 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC 3.1 Pemodelan Sistem Gambar 13.1 Sistem transmisi MIMO-OFDM dengan AMC Dalam skripsi ini, pembuatan simulasi dilakukan pada sistem end-to-end sederhana yang dikhususkan

Lebih terperinci

Kata kunci : Spread spectrum, MIMO, kode penebar. vii

Kata kunci : Spread spectrum, MIMO, kode penebar. vii ABSTRAK Direct Sequence - code Division Multiple Acces (DS-CDMA) merupakan teknik CDMA yang berbasis teknik Direct Sequence Spread Spectrum (DS-SS). DS-CDMA adalah salah satu teknik akses spread spectrum

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERFORMANSI SISTEM MC-SS MIMO DENGAN OFDM MIMO

PERBANDINGAN PERFORMANSI SISTEM MC-SS MIMO DENGAN OFDM MIMO Teknologi Elektro, Vol. 5, No. 2, Juli - Desember 206 7 PERBANDINGAN PERFORMANSI SISTEM MC-SS MIMO DENGAN OFDM MIMO N.P.E.A. Yuniari, N.M.A.E.D. Wirastuti 2, I.G.A.K.D.D. Hartawan 3 Abstract The combination

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori Teknologi Radio Over Fiber

BAB II DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori Teknologi Radio Over Fiber BAB II DASAR TEORI 2. 1 Teknologi Radio Over Fiber Teknologi ROF adalah sebuah teknologi dimana sinyal microwave (elektrik) didistribusikan oleh komponen dan teknik optik [8]. Sistem ROF terdiri dari CU

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada pengerjaan Tugas Akhir ini penelitian dilakukan menggunakan bahasa pemograman matlab R2008b. Untuk mendapatkan koefisien respon impuls kanal harus mengikuti metodologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LADASA TEORI Pada Bab ini akan menjelaskan tentang teori-teori penunjang penelitian, dan rumus-rumus yang akan digunakan untuk pemodelan estimasi kanal mobile-to-mobile rician fading sebagai berikut..1

Lebih terperinci

Gambar 1. Blok SIC Detektor untuk Pengguna ke-1 [4]

Gambar 1. Blok SIC Detektor untuk Pengguna ke-1 [4] Analisa Kinerja Space Time Block Coding pada Sistem Successive Interference Cancellation Multiuser Detection CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak Andhini Dwitasari, Yoedy Moegiharto Jurusan

Lebih terperinci

KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM :

KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM : KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM : 132 03 017 Program Studi : Teknik Elektro SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1654

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1654 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1654 ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN ALGORITMA MAXIMAL RATIO COMBINING PADA KANAL RAYLEIGH DAN RICIAN

Lebih terperinci

BAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH

BAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH BAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH 2.1 Multipath fading pada kanal nirkabel Sinyal yang ditransmisikan pada sistem komunikasi bergerak nirkabel akan mengalami banyak gangguan akibat pengaruh

Lebih terperinci

Simulasi Dan Analisa Efek Doppler Terhadap OFDM Dan MC-CDMA

Simulasi Dan Analisa Efek Doppler Terhadap OFDM Dan MC-CDMA Simulasi Dan Analisa Efek Doppler Terhadap OFDM Dan MC-CDMA Ruliyanto, Rianto ugroho Program Studi Teknik Elektro, Fakukultas Teknik dan Sains, Universitas asional Jakarta Korespondensi: Rully_33@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi wireless saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat penting dalam banyak aspek di kehidupan sehari-hari. Semakin banyak komputer yang menggunakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERFORMANSI CONVOLUTIONAL CODE DENGAN CONVOLUTIONAL TURBO CODE

PERBANDINGAN PERFORMANSI CONVOLUTIONAL CODE DENGAN CONVOLUTIONAL TURBO CODE TUGAS AKHIR PERBANDINGAN PERFORMANSI CONVOLUTIONAL CODE DENGAN CONVOLUTIONAL TURBO CODE Diajuan Guna Melengapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Eo Kuncoro

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing (MISO OFDM) Menggunakan WARP

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing (MISO OFDM) Menggunakan WARP A342 Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing ( OFDM) Menggunakan WARP Galih Permana Putra, Titiek Suryani, dan Suwadi Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI ORTHOGONAL FREQUENCY AND CODE DIVISION MULTIPLEXING (OFCDM) PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS OLEH

TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI ORTHOGONAL FREQUENCY AND CODE DIVISION MULTIPLEXING (OFCDM) PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS OLEH TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI ORTHOGONAL FREQUENCY AND CODE DIVISION MULTIPLEXING (OFCDM) PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

KINERJA TEKNIK SINKRONISASI FREKUENSI PADA SISTEM ALAMOUTI-OFDM

KINERJA TEKNIK SINKRONISASI FREKUENSI PADA SISTEM ALAMOUTI-OFDM 111, Inovtek, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2014, hlm. 111-115 KINERJA TEKNIK SINKRONISASI FREKUENSI PADA SISTEM ALAMOUTI-OFDM Arifin, Yoedy Moegiharto, Dhina Chandra Puspita Prodi Studi D4 Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD Anjar Prasetya - 2207 100 0655 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB II ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) (multicarrier) yang saling tegak lurus (orthogonal). Pada prinsipnya, teknik OFDM

BAB II ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) (multicarrier) yang saling tegak lurus (orthogonal). Pada prinsipnya, teknik OFDM BAB II ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEING (OFDM) 21 Umum OFDM merupakan sebuah teknik transmisi dengan beberapa frekuensi (multicarrier) yang saling tegak lurus (orthogonal) Pada prinsipnya, teknik

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM

BAB III PEMODELAN SISTEM BAB III PEMODELAN SISTEM Untuk mengetahui unjuk kerja sistem MIMO MC-CDMA, dilakukan perbandingan dengan sistem MC-CDMA. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sistem MIMO MC-CDMA merupakan

Lebih terperinci

PENGUJIAN TEKNIK FAST CHANNEL SHORTENING PADA MULTICARRIER MODULATION DENGAN METODA POLYNOMIAL WEIGHTING FUNCTIONS ABSTRAK

PENGUJIAN TEKNIK FAST CHANNEL SHORTENING PADA MULTICARRIER MODULATION DENGAN METODA POLYNOMIAL WEIGHTING FUNCTIONS ABSTRAK Abstrak PENGUJIAN TEKNIK FAST CHANNEL SHORTENING PADA MULTICARRIER MODULATION DENGAN METODA POLYNOMIAL WEIGHTING FUNCTIONS Jongguran David/ 0322136 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof. Drg.

Lebih terperinci

Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya, Amin. Bandung, Januari 2007

Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya, Amin. Bandung, Januari 2007 ABSTRAK Sistem MC-CDMA (MultiCarrier CDMA), merupakan teknik akses jamak varian dari sistem CDMA (Code Division Multiple Access). MC-CDMA ini merupakan teknologi yang mendukung generasi 3G, yang sangat

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM MIMO-OFDM PADA KANAL RAYLEIGH DAN AWGN DENGAN MODULASI QPSK

ANALISIS KINERJA SISTEM MIMO-OFDM PADA KANAL RAYLEIGH DAN AWGN DENGAN MODULASI QPSK ANALISIS KINERJA SISTEM MIMO-OFDM PADA KANAL RAYLEIGH DAN AWGN DENGAN MODULASI QPSK M Lukmanul Hakim 1), Sukiswo 2), Imam Santoso 2) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln.

Lebih terperinci

SPREAD SPECTRUM. Muh. Wicaksono A TE Erick Kristanto G TE Muh. Fitrah Sugita TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

SPREAD SPECTRUM. Muh. Wicaksono A TE Erick Kristanto G TE Muh. Fitrah Sugita TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta 1 SPREAD SPECTRUM Muh. Wicaksono A. 31163-TE Erick Kristanto G. 32131-TE Muh. Fitrah Sugita 30376-TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta 1. DEFINISI SPREAD SPECTRUM Sebuah teknik transmisi dimana

Lebih terperinci

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak Abstrak Ayu Node Nawwarah 1, Yoedy Moegiharto 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC- CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

ANALISA KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC- CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD ANALISA KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS M- DMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD Oleh: Anjar Prasetya Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M.Eng. Ph.D. Ir. Titiek

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI MULTICARRIER ORTHOGONAL CDMA Sigit Kusmaryanto

SISTEM TRANSMISI MULTICARRIER ORTHOGONAL CDMA Sigit Kusmaryanto SISTEM TRANSMISI MULTICARRIER ORTHOGONAL CDMA Sigit Kusmaryanto http://sigitkus.lecture.ub.ac.id Multicarrier CDMA adalah merupakan suatu kombinasi antara CDMA dengan Orthogonal Frequency Division Multiplexing

Lebih terperinci

Bit Error Rate pada Sistem MIMO MC-CDMA dengan Teknik Alamouti-STBC

Bit Error Rate pada Sistem MIMO MC-CDMA dengan Teknik Alamouti-STBC Bit Error Rate pada Sistem MIMO MC-CDMA dengan Teknik Alamouti-STBC Sekar Harlen 1, Eva Yovita Dwi Utami 2, Andreas A. Febrianto 3 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer,

Lebih terperinci

SIMULASI PERBANDINGAN KINERJA MODULASI M-PSK DAN M-QAM TERHADAP LAJU KESALAHAN DATA PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM)

SIMULASI PERBANDINGAN KINERJA MODULASI M-PSK DAN M-QAM TERHADAP LAJU KESALAHAN DATA PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) SIMULASI PERBANDINGAN KINERJA MODULASI M-PSK DAN M-QAM TERHADAP LAJU KESALAHAN DATA PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) Aditya Ananta 1), Imam Santoso 2), Ajub Ajulian Zahra 2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang 1.2. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang Dengan semakin berkembangnya kebutuhan akses data berkecepatan tinggi, diperlukan suatu layanan broadband dimana memiliki pita frekuensi yang lebar. Layanan broadband

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Pertumbuhan global pelanggan mobile dan wireline [1].

Gambar 1.1 Pertumbuhan global pelanggan mobile dan wireline [1]. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keinginan manusia untuk mendapatkan berbagai macam kemudahan dalam setiap aktifitasnya mendorong berbagai macam perubahan, salah satunya pada teknologi komunikasi.

Lebih terperinci

ABSTRAK (1) Dimana : Gambar 1. Blok SIC Detektor untuk Pengguna ke-1 [4] Sinyal yang diterima berdasarkan gambar 1. dapat ditulis:

ABSTRAK (1) Dimana : Gambar 1. Blok SIC Detektor untuk Pengguna ke-1 [4] Sinyal yang diterima berdasarkan gambar 1. dapat ditulis: Analisa Kinerja Alamouti Codes pada sistem Succesive Interference Cancellation (SIC) Multiuser Detection (MUD) Code Division Multiple Access (CDMA) dengan Modulasi Binary Phase Shift Keying (BPSK) Berbasis

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Kombinasi Sistem CDMA-OFDM dengan MIMO

Analisis Kinerja Kombinasi Sistem CDMA-OFDM dengan MIMO Available online at TRANSMISI Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/transmisi TRANSMISI, 12 (2), 2010, 50-56 Analisis Kinerja Kombinasi Sistem CDMA-OFDM dengan MIMO Valen Awirya 1, Sukiswo 2, Ajub

Lebih terperinci

ABSTRAK. 2. PERENCANAAN SISTEM DAN TEORI PENUNJANG Perencanaan sistem secara sederhana dalam tugas akhir ini dibuat berdasarkan blok diagram berikut:

ABSTRAK. 2. PERENCANAAN SISTEM DAN TEORI PENUNJANG Perencanaan sistem secara sederhana dalam tugas akhir ini dibuat berdasarkan blok diagram berikut: Kinerja Parallel Interference Cancellation Multiuser Detection Multicarrier dengan Modulasi m-qam Dwi Darmi Sa diyahti 1, Yoedy Moegiharto 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Dosen Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang di mulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Layanan 3G komersial telah diluncurkan sejak tahun 2001 dengan menggunakan teknologi WCDMA. Kecepatan data maksimum yang dapat dicapai sebesar 2 Mbps. Walaupun demikian,

Lebih terperinci

PENGARUH ERROR SINKRONISASI TRANSMISI PADA KINERJA BER SISTEM MIMO KOOPERATIF

PENGARUH ERROR SINKRONISASI TRANSMISI PADA KINERJA BER SISTEM MIMO KOOPERATIF PENGARUH ERROR SINKRONISASI TRANSMISI PADA KINERJA BER SISTEM MIMO KOOPERATIF Yuwanto Dwi Saputro 0600007 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-60

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI DAN UNJUK KERJA MODULASI WIMAX

BAB IV SIMULASI DAN UNJUK KERJA MODULASI WIMAX BAB IV SIMULASI DAN UNJUK KERJA MODULASI WIMAX Sebelum pembuatan perangkat lunak simulator, maka terlebih dahulu dilakukan pemodelan terhadap sistem yang akan disimulasikan. Pemodelan ini dilakukan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi yang sangat pesat, maka sistem komunikasi wireless digital dituntut untuk menyediakan layanan data

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema CDMA

Gambar 2.1 Skema CDMA ANALISA SPACE TIME BLOCK CODING PADA SISTEM PARALLEL INTERFERENCE CANCELLATION MULTI PENGGUNA DETECTION CDMA DENGAN MENGGUNAKAN MODULASI BPSK BERBASIS PERANGKAT LUNAK Violetta Wailisahalong, Ir. Yoedy

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Sistem MIMO-OFDM pada Kanal Rayleigh dan AWGN dengan Modulasi QPSK

Analisis Kinerja Sistem MIMO-OFDM pada Kanal Rayleigh dan AWGN dengan Modulasi QPSK Available online at TRANSMISI Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/transmisi TRANSMISI, 12 (4), 2010, 150-154 Analisis Kinerja Sistem MIMO- pada Kanal Rayleigh dan AWGN dengan Modulasi QPSK M

Lebih terperinci

Analisis Kinerja SISO dan MIMO pada Mobile WiMAX e

Analisis Kinerja SISO dan MIMO pada Mobile WiMAX e Analisis Kinerja SISO dan MIMO pada Mobile WiMAX 80.6e Mustofa Agung Prasetya, Wirawan Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS Abstrak Perkembangan teknologi Mobile WiMAX yang mengarah kepada pemenuhan akan kebutuhan

Lebih terperinci

KINERJA AKSES JAMAK OFDM-CDMA

KINERJA AKSES JAMAK OFDM-CDMA KINERJA AKSES JAMAK OFDM-CDMA Sukiswo 1, Ajub Ajulian Zahra 2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Sudharto, SH, Tembalang, Semarang, 50275 E-mail: 1 sukiswok@yahoo.com,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR UNJUK KERJA MIMO-OFDM DENGAN ADAPTIVE MODULATION AND CODING (AMC) PADA SISTEM KOMUNIKASI NIRKABEL DIAM DAN BERGERAK

TUGAS AKHIR UNJUK KERJA MIMO-OFDM DENGAN ADAPTIVE MODULATION AND CODING (AMC) PADA SISTEM KOMUNIKASI NIRKABEL DIAM DAN BERGERAK TUGAS AKHIR UNJUK KERJA MIMO-OFDM DENGAN ADAPTIVE MODULATION AND CODING (AMC) PADA SISTEM KOMUNIKASI NIRKABEL DIAM DAN BERGERAK Diajukan Guna Melengkapi Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi komunikasi digital saat ini dituntut untuk dapat mentransmisikan suara maupun data berkecepatan tinggi. Berbagai penelitian sedang dikembangkan

Lebih terperinci

KINERJA SISTEM MULTIUSER DETECTION SUCCESSIVE INTERFERENCE CANCELLATION MULTICARRIER CDMA DENGAN MODULASI M-QAM

KINERJA SISTEM MULTIUSER DETECTION SUCCESSIVE INTERFERENCE CANCELLATION MULTICARRIER CDMA DENGAN MODULASI M-QAM KINERJA SISTEM MULTIUSER DETECTION SUCCESSIVE INTERFERENCE CANCELLATION MULTICARRIER CDMA DENGAN MODULASI M-QAM Furi Diah Ayu Hapsari 1, Yoedy Moegiharto 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,Dosen

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

Jurnal JARTEL (ISSN (print): ISSN (online): ) Vol: 3, Nomor: 2, November 2016

Jurnal JARTEL (ISSN (print): ISSN (online): ) Vol: 3, Nomor: 2, November 2016 ANALISIS MULTIUSERORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) BASIS PERANGKAT LUNAK Widya Catur Kristanti Putri 1, Rachmad Saptono 2, Aad Hariyadi 3 123 Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital,

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN SIMULASI

BAB IV PEMODELAN SIMULASI BAB IV PEMODELAN SIMULASI Pada tugas akhir ini akan dilakukan beberapa jenis simulasi yang bertujuan untuk mengetahui kinerja dari sebagian sistem Mobile WiMAX dengan menggunakan model kanal SUI. Parameter-parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Latar Belakang 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Teknik pengkodean Low-Density Parity-Check Code (LDPCC) pertama kali diperkenalkan oleh Gallager, PhD pada tahun 1960. LDPC merupakan salah satu kelas dari pengkodean

Lebih terperinci

STUDI BIT ERROR RATE UNTUK SISTEM MC-CDMA PADA KANAL FADING NAKAGAMI-m MENGGUNAKAN EGC

STUDI BIT ERROR RATE UNTUK SISTEM MC-CDMA PADA KANAL FADING NAKAGAMI-m MENGGUNAKAN EGC S TUGAS AKHIR RE 1599 STUDI BIT ERROR RATE UNTUK SISTEM MC-CDMA PADA KANAL FADING NAKAGAMI-m MENGGUNAKAN EGC IFTITAH ANGGRAINI NRP 2202 100 009 Dosen Pembimbing Ir.Titiek Suryani, MT JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak Mamiek Rizka Rohmah 1, Yoedy Moegiharto 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

KINERJA SISTEM MUD-PIC MULTICARRIER CDMA DENGAN MODULASI QPSK

KINERJA SISTEM MUD-PIC MULTICARRIER CDMA DENGAN MODULASI QPSK KINERJA SISTEM MUD-PIC MULTICARRIER CDMA DENGAN MODULASI QPSK Oktavia Ayu Permata 1, Yoedy Moegiharto 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,Dosen Teknik Telekomunikasi 2 Teknik Telekomunikasi,Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan akan komunikasi nirkabel sangat pesat. Gedung-gedung perkantoran, perumahan-perumahan, daerah-daerah pusat perbelanjaan menuntut akan

Lebih terperinci

BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS

BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS.1 Karakteristik Kanal Nirkabel Perambatan sinyal pada kanal yang dipakai dalam komunikasi terjadi di atmosfer dan dekat dengan permukaan tanah, sehingga model perambatan

Lebih terperinci

PENGARUH FREQUENCY SELECTIVITY PADA SINGLE CARRIER FREQUENCY DIVISION MULTIPLE ACCESS (SC-FDMA) Endah Budi Purnomowati, Rudy Yuwono, Muthia Rahma 1

PENGARUH FREQUENCY SELECTIVITY PADA SINGLE CARRIER FREQUENCY DIVISION MULTIPLE ACCESS (SC-FDMA) Endah Budi Purnomowati, Rudy Yuwono, Muthia Rahma 1 PENGARUH FREQUENCY SELECTIVITY PADA SINGLE CARRIER FREQUENCY DIVISION MULTIPLE ACCESS (SC-FDMA) Endah Budi Purnomowati, Rudy Yuwono, Muthia Rahma 1 Abstrak: Single Carrier Frequency Division Multiple Access

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Teknologi Long Term Evolution (LTE) 2.1.1 Umum Layanan mobile broadband terus berkembang seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat dalam beraktivitas serta kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM AKSES JAMAK PADA ORTHOGONAL FREKUENSI DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) MENGGUNAKAN TEKNIK CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA)

ANALISIS KINERJA SISTEM AKSES JAMAK PADA ORTHOGONAL FREKUENSI DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) MENGGUNAKAN TEKNIK CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) ANALISIS KINERJA SISTEM AKSES JAMAK PADA ORTHOGONAL FREKUENSI DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) MENGGUNAKAN TEKNIK CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) Very Senopati Abdillah 1), Sukiswo 2), Ajub Ajulian Zahra

Lebih terperinci

Analisis Estimasi Kanal Dengan Menggunakan Metode Invers Matrik Pada Sistem MIMO-OFDM

Analisis Estimasi Kanal Dengan Menggunakan Metode Invers Matrik Pada Sistem MIMO-OFDM Analisis Estimasi Kanal Dengan Menggunakan Metode Invers Matrik Pada Sistem MIMO-OFDM Kukuh Nugroho 1, Riski Utami 2 1,2 Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto 1,2 Jl. D.I Panjaitan No.128

Lebih terperinci

SIMULASI TEKNIK MODULASI OFDM QPSK DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB

SIMULASI TEKNIK MODULASI OFDM QPSK DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB SIMULASI TEKNIK MODULASI OFDM QPSK DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB Rosalia H. Subrata & Ferrianto Gozali Jurusan Teknik Elektro, Universitas Trisakti Jalan Kiai Tapa No. 1, Grogol, Jakarta Barat E-mail: rosalia@trisakti.ac.id,

Lebih terperinci

Pengaruh Modulasi M-Psk Pada Unjuk Kerja Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (Ofdm)

Pengaruh Modulasi M-Psk Pada Unjuk Kerja Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (Ofdm) Pengaruh Modulasi M-Psk Pada Unjuk rja Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (Ofdm) Ajub Ajulian Zahra Imam Santoso Wike Septi Fadhila Abstract: OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat, waktu, dan kondisi (statis dan bergerak) menyebabkan telekomunikasi nirkabel (wireless) berkembang

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA ESTMASI KANAL DENGAN INVERS MATRIK PADA SISTEM MIMO. Kukuh Nugroho 1.

ANALISA KINERJA ESTMASI KANAL DENGAN INVERS MATRIK PADA SISTEM MIMO. Kukuh Nugroho 1. ANALISA KINERJA ESTMASI KANAL DENGAN INVERS MATRIK PADA SISTEM MIMO Kukuh Nugroho 1 1 Jurusan Teknik Telekomunikasi, Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto e-mail :kukuh@st3telkom.ac.id

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING PADA SISTEM DVB-T (DIGITAL VIDEO BROADCASTING TERRESTRIAL)

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING PADA SISTEM DVB-T (DIGITAL VIDEO BROADCASTING TERRESTRIAL) TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING PADA SISTEM DVB-T (DIGITAL VIDEO BROADCASTING TERRESTRIAL) Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI DAN ANALISA KINERJA SISTEM MIMO OFDM-FDMA BERDASARKAN ALOKASI SUBCARRIER SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI DAN ANALISA KINERJA SISTEM MIMO OFDM-FDMA BERDASARKAN ALOKASI SUBCARRIER SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI DAN ANALISA KINERJA SISTEM MIMO OFDM-FDMA BERDASARKAN ALOKASI SUBCARRIER SKRIPSI KIKI SYAHGUSTINA 0706199514 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPOK DESEMBER 2009

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI Pada Tugas Akhir ini akan dianalisis sistem Direct Sequence CDMA dengan menggunakan kode penebar yang berbeda-beda dengan simulasi menggunakan program Matlab. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi hingga ke distribusi televisi telah dilakukan secara digital, namun mata rantai terakhir

Lebih terperinci

BAB III MODEL SISTEM MIMO OFDM DENGAN SPATIAL MULTIPLEXING

BAB III MODEL SISTEM MIMO OFDM DENGAN SPATIAL MULTIPLEXING BAB III MODEL SISTEM MIMO OFDM DENGAN SPATIAL MULTIPLEXING 3.1 Sisi Transmitter (Pengirim) Skema transmitter dari sistem yang disimulasikan dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1 mengilustrasikan tahap-tahap

Lebih terperinci

HAND OUT EK. 462 SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL

HAND OUT EK. 462 SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL HAND OUT EK. 462 SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL Dosen: Ir. Arjuni BP, MT Dr. Enjang A. Juanda, M.Pd., MT PENDIDIKAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIT ERROR RATE PADA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE MONTE CARLO DAN MOMENT GENERATING FUNCTION.

PERHITUNGAN BIT ERROR RATE PADA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE MONTE CARLO DAN MOMENT GENERATING FUNCTION. PERHITUNGAN BIT ERROR RATE PADA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE MONTE CARLO DAN MOMENT GENERATING FUNCTION Disusun Oleh: Nama : Christ F.D. Saragih Nrp : 0422057 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Jenis Modulasi pada Sistem SC-FDMA

Analisis Kinerja Jenis Modulasi pada Sistem SC-FDMA Analisis Kinerja Jenis Modulasi pada Sistem SC-FDMA Fitri Amillia 1, Mulyono 2, Jumarwan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau Jl. HR. Soebrantas No.

Lebih terperinci

ANALISIS MODEM AKUSTIK OFDM MENGGUNAKAN TMS320C6416 PADA LINGKUNGAN KANAL BAWAH AIR

ANALISIS MODEM AKUSTIK OFDM MENGGUNAKAN TMS320C6416 PADA LINGKUNGAN KANAL BAWAH AIR JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-170 ANALISIS MODEM AKUSTIK OFDM MENGGUNAKAN TMS320C6416 PADA LINGKUNGAN KANAL BAWAH AIR Johanna Aprilia, Wirawan, dan Titiek

Lebih terperinci

Analisis Nilai Bit Error Rate pada Sistem MIMO MC-CDMA. dengan Teknik Alamouti-STBC. Oleh Sekar Harlen NIM:

Analisis Nilai Bit Error Rate pada Sistem MIMO MC-CDMA. dengan Teknik Alamouti-STBC. Oleh Sekar Harlen NIM: Analisis Nilai Bit Error Rate pada Sistem MIMO MC-CDMA dengan Teknik Alamouti-STBC Oleh Sekar Harlen NIM: 612010009 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. 2.1 Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM)

BAB II KONSEP DASAR. 2.1 Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) BAB II KONSEP DASAR 2.1 Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) OFDM merupakan sebuah teknik transmisi dengan beberapa frekuensi (multicarrier) yang saling tegak lurus (orthogonal). Pada prinsipnya,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA OSTBC (Orthogonal Space Time Block Code) DENGAN RATE ½ DAN ¾ MENGGUNAKAN 4 DAN 3 ANTENA MODULASI M-PSK BERBASIS PERANGKAT LUNAK

ANALISIS KINERJA OSTBC (Orthogonal Space Time Block Code) DENGAN RATE ½ DAN ¾ MENGGUNAKAN 4 DAN 3 ANTENA MODULASI M-PSK BERBASIS PERANGKAT LUNAK ANALISIS KINERJA OSTBC (Orthogonal Space Time Block Code) DENGAN RATE ½ DAN ¾ MENGGUNAKAN 4 DAN 3 ANTENA MODULASI M-PSK BASIS PERANGKAT LUNAK Nizal Fanani, Yoedy Moegiharto 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2] 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan komunikasi suara, data, dan multimedia melalui Internet dan perangkat-perangkat bergerak semakin bertambah pesat [1-2]. Penelitian dan pengembangan teknologi

Lebih terperinci

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis Nezya Nabillah Permata dan Endroyono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

OFDM : Orthogonal Frequency Division Multiplexing

OFDM : Orthogonal Frequency Division Multiplexing OFDM : Orthogonal Frequency Division Multiplexing I. Pendahuluan OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah sebuah teknik transmisi yang menggunakan beberapa buah frekuensi yang saling tegak

Lebih terperinci

BAB III DISCRETE FOURIER TRANSFORM SPREAD OFDM

BAB III DISCRETE FOURIER TRANSFORM SPREAD OFDM BAB III DISCRETE FOURIER TRANSFORM SPREAD OFDM Pada bab tiga ini akan membahas mengenai seluk beluk DFTS-OFDM baik dalam hal dasar-dasar DFTS-OFDM hingga DFTS-OFDM sebagai suatu sistem yang digunakan pada

Lebih terperinci

Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading Komunikasi Bergerak

Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading Komunikasi Bergerak 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading Revisi Juli 003 Modul 5 EE 471 Sistem Komuniasi Bergera Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading Komuniasi Bergera Oleh : Nachwan Mufti A, ST 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal

Lebih terperinci

PENGARUH MODULASI M-PSK PADA UNJUK KERJA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM)

PENGARUH MODULASI M-PSK PADA UNJUK KERJA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) PENGARUH MODULASI M-PSK PADA UNJUK KERJA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) Wike Septi Fadhila 1), Imam Santoso, ST, MT 2) ; Ajub Ajulian Zahra, ST, MT 2) Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Implementasi Encoder dan decoder Hamming pada TMS320C6416T

Implementasi Encoder dan decoder Hamming pada TMS320C6416T Implementasi Encoder dan decoder Hamming pada TMS320C6416T oleh : ANGGY KUSUMA DEWI WISMAL (2211105016) Pembimbing 1 Dr. Ir. Suwadi, MT Pembimbing 2 Titiek Suryani, MT Latar Belakang Pada pengiriman data,

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA Linda Nurmalia, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Widya Teknika Vol.19 No. 1 Maret 2011 ISSN 1411 0660 : 34 39 PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Dedi Usman Effendy 1) Abstrak Dalam

Lebih terperinci

ESTIMASI KANAL MIMO 2x2 DAN 2x3 MENGGUNAKAN FILTER ADAPTIF KALMAN

ESTIMASI KANAL MIMO 2x2 DAN 2x3 MENGGUNAKAN FILTER ADAPTIF KALMAN ESTIMASI KANAL MIMO 2x2 DAN 2x3 MENGGUNAKAN FILTER ADAPTIF KALMAN Imelda Uli Vistalina Simanjuntak 1 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jakarta Email: imelda.simanjuntak0110@gmail.com;

Lebih terperinci