Karakterisasi Kanal Radio Sistem Komunikasi High Frequency (HF) pada Lintasan Surabaya - Merauke

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Karakterisasi Kanal Radio Sistem Komunikasi High Frequency (HF) pada Lintasan Surabaya - Merauke"

Transkripsi

1 JURNL TEKNIK POMITS Vol., No., (4-6 Karaterisasi Kanal Radio Sistem Komuniasi High Frequency (HF pada Lintasan Surabaya - Meraue Nisa waliyah, Prasetiyono Hari Muti, dan Gamantyo Hendrantoro Jurusan Teni Eletro, Faultas Tenologi Industri, Institut Tenologi Sepuluh Nopember (ITS Jl. rief Rahman Haim, Surabaya 6 gamantyo@ee.its.ac.id, prasetiyono@elect-eng.its.ac.id Sistem omuniasi HF yang beerja pada rentang freuensi 3-3 MHz mampu mencapai jara ribuan ilometer dengan menggunaan lapisan ionosfer sebagai media propagasi. Namun sistem omuniasi dipengaruhi oleh variasi ondisi lapisan ionosfer sepanjang hari selama siang dan malam serta gangguan pada lapisan ionosfer hususnya di daerah hatulistiwa yang disebut Equatorial Spread-F (ESF. Fenomena ini berpotensi menyebaban delay spread dan variasi watu yang lebih besar dibanding dengan daerah-daerah pada garis lintang yang lebih tinggi. Oleh arena itu, dilauan implementasi sistem penguuran respon impuls untu menganalisis arateristi anal HF pada lintasan Surabaya Meraue. Parameter yang digunaan dalam araterisasi anal HF yaitu power delay profile untu mengetahui nilai statisti delay spread dari daya terima. Pengolahan data dilauan denga proses orelasi silang antara sinyal yang diirim berupa Pseudo Random Binary Sequence (PRBS dengan sinyal yang diterima berupa sinyal omples Inphase dan Quadrature I+jQ. Probabilitas daya noise yang berada di atas level threshold ditentuan sebesar 5%. Nilai threshold digunaan untu mitigasi noise sehingga diharapan respon impuls yang diperoleh sama dengan sinyal terima. Berdasaran hasil pengolahan data, didapatan nilai rata-rata rms delay pada rentang penguuran malam hingga dini hari lebih besar dibandingan rms delay pada siang hingga sore hari. Berdasaran uji distribusi, sinyal yang telah melewati anal HF diasumsian terdistribusi rayleigh. Kata Kunci delay spread, araterisasi anal, respon impuls, power delay profile, sistem penguuran HF. S I. PENDHULUN istem omuniasi High Frequency (HF telah diembangan seja tahun sebagai tulang punggung sistem omuniasi jara jauh []. Di samping sebagai solusi alternatif sistem omuniasi satelit yang mahal, sistem omuniasi HF memilii emampuan untu mengases daerah terpencil atau pulau-pulau yang sulit dijangau oleh sistem omuniasi abel. Sistem omuniasi HF dengan menggunaan pita lebar dapat dimanfaatan sebagai penduung infrastrutur sistem omuniasi berualitas tinggi yang handal seperti omuniasi darurat (misalnya peringatan bencana dini, search and rescue, dan lain-lain, penyampaian informasi medis untu jasa pelayanan esehatan, e-learning,dan sebagainya []. Sistem omuniasi HF yang beerja pada rentang freuensi 3-3 MHz sangat dipengaruhi oleh ondisi ionosfer arena fungsi dari lapisan ionosfer sebagai refletor gelombang radio HF. Namun terdapat variasi ondisi lapisan ionosfer dalam satu hari selama siang dan malam seperti yang ditunjuan pada gambar. serta gangguan pada lapisan ionosfer hususnya di daerah hatulistiwa yang disebut Equatorial Spread-F (ESF. Fenomena ini berpotensi menyebaban delay spread dan variasi watu yang lebih besar dibanding dengan daerahdaerah pada garis lintang yang lebih tinggi. Gambar. Lapisan ionosfer [3] Berdasaran literatur, terdapat banya pendeatan yang dapat dilauan untu menggambaran arateristi anal HF pita lebar. Pada penelitian sebelumnya, pada lintang tengah meria, dipelajari arateristi anal omuniasi HF yang dilauan melalui penguuran pada lintasan sejauh 3 m [4]. Pada lintang tengah meria dan sia Barat Daya diteliti parameter arateristi anal yaitu delay spread dan doppler spread, emudian dipelajari juga fungsi autoorelasi dan fungsi distribusi dari parameter-parameter tersebut [4],[5]. Sayangnya, penelitian arateristi anal HF di garis hatulistiwa seperti Indonesia masih belum banya disebutan. Di dalam maalah ini, dilaporan penguuran respon impuls anal HF pada lintasan Surabaya Meraue sejauh 336 m untu mengetahui arateristi anal HF. Pada bab selanjutnya aan dijelasan mengenai perancangan sistem penguuran termasu parameter-parameter yang diperluan pada sistem penguuran. Selanjutnya, menentuan pengolahan data penguuran untu mendapatan parameter model anal seperti power delay profile dari daya terima. Dalam perancangan sistem omuniasi HF, pengetahuan mengenai arateristi anal HF menjadi sangat penting. Dengan mengetahui arateristi anal HF yang tepat, ita dapat mencapai inerja sistem omuniasi yang lebih bai.

2 JURNL TEKNIK POMITS Vol., No., (4-6 II. IMPLEMENTSI SISTEM PENGUKURN. Prosedur Implementasi Penguuran Secara garis besar, langah-langah implementasi sistem penguuran terdiri dari penentuan parameter penguuran termasu menentuan freuensi erja dan perhitungan lin budget. Setelah parameter penguuran ditentuan, dilauan perancangan sistem dengan mengintegrasian seluruh perangat bai software maupun hardware. Setelah itu, dilauan validasi sistem dan alibrasi sistem untu memastian bahwa sistem penguuran beerja dengan bai dan sesuai dengan yang diharapan. Setelah implementasi dilauan, data hasil penguuran diolah untu mendapatan respon impuls dari anal. Hal selanjutnya yang dilauan untu melauan analisis arateristi anal yaitu menentuan parameter araterisasi anal seperti power delay profile untu mendapatan nilai statisti dari delay spread dan uji distribusi sinyal hasil penguuran. Diagram alir pengerjaan tugas ahir ini ditunjuan pada gambar. STRT Menentuan Parameter dan Set-up Penguuran Kalibrasi Sistem & Validasi Program Implementasi Sistem Penguuran Mengolah Data Hasil Penguuran Gambar. Diagram alir pengerjaan tugas ahir B. Parameter Sistem Penguuran Menentuan Parameter Karaterisasi Kanal nalisa Karateristi Kanal Sistem Penguuran HF Penarian Kesimpulan Dalam perancangan sistem penguuran, diperluan pemilihan band freuensi erja dimana freuensi erja yang figunaan adalah freuensi non-omersial dan dapat digunaan oleh umum. Berdasaran Peraturan Menteri Komuniasi dan Informatia No.9 Tahun 9 dan Radio and Space Services ustralia Goverment [6], periraan band freuensi pada watu penguuran ini adalah 7, 4 dan MHz. Berdasaran perhitungan lin budget, freuensi erja tersebut menunjuan bahwa perancangan sistem penguuran memilii perhitungan lin budget yang berbeda untu setiap freuensi. Dari hasil perhitungan lin budget menunjuan bahwa daya pancar yang dibutuhan untu sistem omuniasi radio HF lin Meraue-Surabaya yang dioperasian adalah sebesar dbm atau.3 Watt. Dengan demiian, lin budget ini menjadi pertimbangan dalam implementasi sistem END penguuran agar memilii daya transmisi sesuai dengan yang dibutuhan. Sebelum implementasi penguuran, diperluan beberapa senario pada perancangan sistem penguuran dimulai dengan menentuan spesifiasi sistem penguuran seperti panjang PN-sequence, symbol rate, sampling rate seperti yang ditunjuan pada tabel. Tabel. Diagram alir pengerjaan tugas ahir Parameter Value PN Sequence Stage (m = Symbol rate 5 KBps Sampling rate MHz Modulasi BPSK Demodulasi IQ-Demodulator Sinyal dibangitan menggunaan sinyal Pseudorandom Binary Sequence (PRBS. Pseudorandom Binary Sequence (PRBS adalah sinyal biner yang memilii pola tertentu dan periodi tetapi mempunyai sifat sebagai sinyal aca. Jumlah sequence yang dibangitan sebesar (M= atau periode yang euivalen dengan jumlah 495 bit. Deretan bit diirim dengan laju bit rate 5 b/s. Sistem penguuran diintegrasian dengan perangat Universal Software Radio Peripherals (USRP N dan perangat luna LabVIEW. Kemudian sinyal tersebut dimodulasi dengan menggunaan modulator BPSK. Sebelum sinyal dipancaran, sinyal diuatan dengan menggunaan power amplifier. Sistem pemancar maupun sistem penerima menggunaan antena HF yang terpolarisasi dipole ½ λ. Pada sistem penerima, sinyal yang diterima oleh antena berupa sinyal bandpass. ntena diintegrasian dengan LN agar level sinyal bandpass yang diterima diperbesar untu memudahan proses auisisi data. Setelah itu, sinyal aan didemodulasi menggunaan IQ demodulator untu memisahan sinyal Inphase dan Quadrature. Sesuai dengan teorema Nyquist, sinyal IQ di sampling dua ali sinyal informasi menjadi MS/s sehingga jumlah periode berjumlah 89 sampel. Untu dapat melihat respon anal maa dilauan orelasi silang antara sinyal yang diirim dan diterima, oleh arena itu dibutuhan sub-sistem auisisi data. Sub sistem ini didefinisian sebagai suatu sistem yang berfungsi untu mengambil, mengumpulan data, serta memprosesnya untu menghasilan data yang diehendai. Pada penelitian ini, sistem auisisi data melauan penyimpanan sinyal hasil demodulasi yang berupa sinyal Inphase dan Quadrature. C. Validasi Sistem Sebelum mengimplementasian penguuran dalam ondisi real, sistem penguuran harus divalidasi untu memastian bahwa sistem penguuran beerja dengan bai dan inerja sistem sesuai dengan yang diharapan [7]. Validasi dilauan untu beberapa tujuan sebagai beriut:. Mendapatan easlian dari sinyal yang ditransmisian. Untu memastian bahwa sistem mentransmisian PNsequence dengan benar, sinyal yang ditransmisian harus berauto-orelasi. Dengan melauan auto-orelasi maa dapat

3 JURNL TEKNIK POMITS Vol., No., (4-6 3 dibutian bahwa PN sequence yang ditransmisian memilii urutan yang sama dengan dengan sinyal yang dihasilan.. Kemampuan untu mendapatan respon impuls anal. Hal ini dapat dilauan dengan melauan proses orelasi silang antara sinyal yang diterima dengan sinyal yang ditransmisian. 3. Respon freuensi amplifier. Sistem penguuran dirancang dengan mengintegrasian amplifier untu meningatan gain, oleh arena itu dilauan validasi untu menguji respon freuensi sebagai arateristi dari amplifier yang digunaan, D. Kalibrasi Sistem Proses alibrasi berbeda dengan penguuran secara actual arena sistem di set-up secara bac-to-bac antara transmitter dan receiver, tanpa mengintegrasian antena dengan menggunaan variable attenuator. Konfigurasi alibrasi sistem dijelasan pada gambar. Kalibrasi dilauan untu mengetahui rentang operasi linear sistem untu menentuan daya pancar yang tepat etia anal mengalami fading. Selain itu, alibrasi bertujuan untu mengetahui hubungan antara sinyal terima secara actual yang terbaca di spectrum analyzer dan daya di bagian baseband yang diterima di sistem penerima. Proses alibrasi berbeda dengan penguuran secara actual arena sistem di set-up secara bac-to-bac antara transmitter dan receiver, tanpa mengintegrasian antena dengan menggunaan variable attenuator. Konfigurasi alibrasi sistem dijelasan pada gambar 3. Kalibrasi dilauan untu mengetahui rentang operasi linear sistem untu menentuan daya pancar yang tepat etia anal mengalami fading. Selain itu, alibrasi bertujuan untu mengetahui hubungan antara sinyal terima secara actual yang terbaca di spectrum analyzer dan daya di bagian baseband yang diterima di sistem penerima. Tx-laptop Tx-laptop Measured power Tx-USRP Rx-USRP Spetrum nalyzer E. Perancangan Sistem Penguuran Power mplifier watt LN ctual Power Gambar 3. Konfigurasi alibrasi sistem penguuran Power mplifier 3 watt fix attenuator Variable attenuator Untu melauan araterisasi anal HF, sistem penguuran respon impuls anal HF ini dilauan pada lintasan Surabaya Meraue dengan jara lintasan sepanjang 336 m. Ilustrasi lintasan Surabaya Meraue ditunjuan pada gambar 4. Pada penelitian ini, sistem penguuran dilauan dengan meletaan sistem pemancar di atas Gedung B Jurusan Teni Eletro ITS, Surabaya yang terleta pada garis lintang dan garis bujur (7º5 S º45 E dan sistem penerima di samping Gedung Teni Eletro, Universitas Musamus, Meraue pada garis lintang dan garis bujur (8º3 S 4º7 E. Gambar 4. Peta loasi sistem penguuran anal HF Pada implementasi sistem penguuran anal HF ini aan dibagi menjadi 3 sub sistem, yaitu pemancar (transmitter, penerima (receiver, dan data auisisi (aquitition data. Perancangan diagram blo sub-sistem penguuran diilustrasian seperti pada gambar 5. Dalam upaya menganalisis pengaruh ESF, dirancang senario penguuran meliputi pengambilan data pada saat ondisi lapisan ionosfer paling optimal hingga ondisi terburu yang ada pada propagasi gelombang radio HF. Periode penguuran dilauan pada watu pagi, siang, sore, hingga malam hari. Implementasi sistem penguuran telah berlangsung selama 3 hari pada tanggal -5 Februari 4. Masing-masing USRP teronesi dengan PC melalui Gigabit Ethernet Interface. Sinyal diiriman dengan nilai daya tertentu untu masing-masing freuensi erja oleh sistem pemancar selama 6 deti sementara pada sistem penerima dilauan penyimpanan data selama 5 deti. Personal Computer Personal Computer Gigabit Ethernet Interface Gigabit Ethernet Interface Up-Converter (I Up-Converter (Q Down-Convert (I Down-Convert (Q DC DC DC DC Pada USRP sistem penerima, data hasil penguuran disimpan dalam bentu file.tdms sehingga sinyal dapat dilihat embali secara eseluruhan dengan menggunaan software DIdem. Bentu sinyal hasil penguuran dapat dilihat pada gambar 6. Dapat dilihat antara sinyal Inphase (I berwarna biru dan Quadrature (Q berwarna merah. sinyal IQ merupaan inisialisasi data yang diamati untu melauan araterisasi anal. 4 MHz 4 MHz 4 MHz 4 MHz Gambar 5. Diagram blo Sistem Penguuran [7] RF mplifier USRP Low Noise mplifier USRP Tx ntena Rx ntena Transmitter Receiver

4 JURNL TEKNIK POMITS Vol., No., (4-6 4 mplitudo Sample Gambar 5. Sampel Sinyal IQ [7] III. PENGOLHN DT DN NLISIS HSIL PENGUKURN. Prosedur Pengolahan Data Sinyal Inphase dan Quadrature yang diterima merupaan bilangan omples yang terdiri dari nilai real dan imajiner. Sinyal ini diubah menjadi bentu polar sehingga didapatan nilai magnitude dan phase. Pada pengolahan sinyal, respon impuls atau disebut juga h(t yang mempunyai nilai input t dan memilii nilai output y(t dimana h(t adalah onvolusi dari t dan y (t seperti tunjuan pada gambar 6. KNL HF Inphase Quadrature t sedemiian rupa didapatan (t dimana (t merupaan hasil proses autoorelasi sehingga diperoleh respon impuls dari anal HF dari persamaan (3: t t ( ( t. h( t (3 yx Setelah melauan fungsi orelasi silang, dilauan pengolahan data untu menghilangan efe noise dan mendapatan sinyal asli yang diterima dengan menentuan nilai threshold. Dalam upaya melauan mitigasi noise probability daya noise secara husus ditentuan sebesar 5%. [8].Setelah mendapatan respon impuls yang telah mengalami filter, dilauan peralian sampel antar periode. Dengan demiian didapatan respon impuls yang merupaan lintasan jama dari nilai yang secara onsisten selalu ada pada setiap periode sampel. Diagram alir pengolahan data ditunjuan pada gambar 7. start Menentuan Parameter araterisasi anal Pengolahan autoorelasi dan cross-orelasi thresholding Pengolahan Power delay profile mengolah data penguuran dengan parameter delay spread nalisa arateristi anal HF & esimpulan Plot Cummulative distribution function (CDF & Probabilty Distribution Function (PDF nalisa distribusi anal HF Gambar 6. Pemodelan sistem anal HF Untu mendapatan respon impuls anal, digunaan metode fungsi auto-orelasi dari sinyal yang diiriman. Menghitung fungsi auto-orelasi sinyal t dilauan dengan menggunaan persamaan: t t ( x ( t. t ( Sinyal t yang dipropagasian melalui anal HF memilii respon impuls yang belum dietahui. Selanjutnya, dalam upaya mencari h(t dilauan perhitungan fungsi orelasi silang antara sinyal t dan y (t. Sinyal yang diterima atau dapat disebut y (t merupaan orelasi silang antara y(t dan t pada rata-rata watu seperti yang ditunjuan pada persamaan beriut. ( yx ( yx t t t t t. y( t t. t. h( t Dari persamaan ( menunjuan bahwa untu mendapatan respon impuls anal dapat dilauan dengan proses orelasi silang antara sinyal y (t berupa IQ dan sinyal input t berupa PN sequence. Dengan mengatur sinyal input ( Gambar 7. Diagram alir pengolahan data hasil penguuran B. Parameter Karaterisasi Kanal Lintasan Jama end Parameter lintasan jama yang diamati dalam analisis arateristi anal HF, diantaranya maximum excess delay, mean excess delay dan rms delay dari delay spread. Fator utama yang dapat digunaan untu menentuan statisti delay adalah respon impuls dari sinyal hasil penguuran. Delay spread merupaan parameter anal multipath yang berasal dari power delay profile (PDP. Power delay profile (PDP hasil penguuran merupaan daya terima rata-rata selama rentang delay satu periode sampel sinyal yang ditransmisian direpresentasian pada gambar 8. Total daya yang diterima pada penguuran sinyal merupaan penjumlahan setiap omponen lintasan jama dimana setiap omponen memilii amplitudo yang aca pada setiap watu (t, sehingga power delay profile rata-rata untu suatu periode tertentu dinyataan pada persamaan beriut: N pulse a i i P (4 dimana excess delay merupaan peralian total sampel PN sequence yaitu 89 sampel dengan watu sampling ms excess delay dalam periode sampel sebesar 8,9 ms.

5 JURNL TEKNIK POMITS Vol., No., (4-6 5 Relative power Gambar 8. Power delay profile periode penguuran maximum excess delay adalah rentang delay, yaitu watu antara munculnya impuls pertama sampai impuls terahir pada sebuah power delay profile, ditulisan secara matematis pada persamaan (4: maximum ecess delay (max (4 ( l Sementara mean excess delay (τ adalah momen pertama dari PDP yang dinormalisasi dengan daya sinyal ratarata. Dengan menghitung rata-rata omponen lintasan jama pertama hingga omponen terahir dialian daya sinyal yang diterima. ditulisan secara matematis pada persamaan [9]: a P( (5 a P( rms delay spread dimana root mean square merupaan momen edua dari mean delay dapat dihitung berdasaran persamaan (6: dimana ( (6 a a P( P( Dengan demiian, dapat dietahui nilai statisti delay spread hasil penguuran yang ditunjuan pada tabel. Untu membandingan besar nilai rms delay spread antara penguuran malam hingga pagi hari, data dielompoan e dalam dua varians data. Tabel. Nilai statisti delay spread penguuran anal HF Periode fc mean excess rms delay maximum excess Penguuran (MHz delay (ms (ms delay (ms Delay (sec x (7 Varians pertama yaitu rms delay spread siang hari antara puul.-7. dan rms delay spread malam hari hingga dini hari antara puul.-4.. Berdasaran hasil uji statisti (T-test, dapat disimpulan bahwa rata-rata rms delay pada rentang penguuran malam hingga dini hari memii nilai yang lebih besar daripada rms delay pada rentang penguuran siang hingga sore hari. C. Distribusi Delay Spread Seperti yang telah ditemuan dan dipelajari pada penelitian sebelumnya, bahwa delay spread dari sebuah anal radio diwaili oleh nilai root-mean-square-nya. Fator pada delay spread ini merupaan parameter penting untu dapat menentuan ecepatan bit transmisi agar tida terjadi Inter Symbol Interference (ISI yang disebaban oleh arateristi dispersi anal pada inerja sistem omuniasi. Untu itu, delay spread hasil penguuran perlu dihitung sebelum merancang sebuah sistem omuniasi digital. Pengamatan rms delay pada setiap periode penguuran direpresentasian oleh urva cumulative distribution function (CDF pada gambar 9. Berdasaran pengamatan, urva CDF menunjuan nilai umulatif rms delay paling rendah pada periode penguuran siang hari. Sementara, pada penguuran sore dan malam hari nilai rms delay menunjuan nilai umulatif yang sama besar dan mencapai nilai masimum pada penguuran malam hari. Cummulative Distribution Function rms delay spread (ms D. Pengolahan Distribusi Sinyal Gambar 9. CDF rms delay untu aumulasi tiga freuensi pada periode penguuran pagi, siang, sore, dan malam hari. Salah satunya pengetahuan tentang arateristi statisti dari sinyal terima yang diperluan dalam mempredisi inerja sistem omuniasi adalah dengan mengetahui distribusi sinyal sebagai pemahaman tentang variabilitas pada eseluruhan sinyal terima. Pengolahan distribusi sinyal dilauan dengan cara menggabungan dua jenis variabel antara data hasil penguuran dengan data yang didapatan melalui pendeatan secara teoritis. Pengujian dilauan dengan uji distribusi rayleigh. Jia diasumsian sebuah variansi untu untu setiap omponen Inphase dan Quadrature, maa magnitudo sebagai data yang digunaan untu membentu distribusi ini adalah [9]: r( t ri ( t rq ( t (8

6 JURNL TEKNIK POMITS Vol., No., (4-6 6 Bin frecuencies Gambar. Perbandingan Probability Distribution Function antara data empiris dan teoritis Nilai magnitudo yang didapatan emudian dicari bentu probability distribution function (PDF seperti yang ditunjuan pada gamba sesuai dengan persamaan beriut [9] r r f ( r exp untu r (9 dengan atau r r dimana dan r adalah mean dan standar deviasi hasil penguuran. Selain r itu, diperoleh Cummulative Distribution Function (CDF antara data hasil penguuran dan distribusi rayleigh ditunjuan pada gambar didapatan dari persamaan beriut[9]: R R CDF( R Prob( r R f ( r. dr exp ( Setelah mengetahui arateristi statisti suatu parameter yang diperoleh dari hasil penguuran diperluan pengujian ebenaran dengan model distribusi teoritis yang mampu merepresentasian distribusi data. Berdasaran uji distribusi olmogorov-smirnov-test, dengan taraf signifian sebesar.5 dihasilan p_value sebesar.3 sehingga dapat disimpulan bahwa sinyal yang terima pada sistem penerima berdistribusi rayleigh. Hal ini dapat disebaban oleh arateristi anal HF lintasan Surabaya - Meraue Cummulative Distribution Function x Normalized signal level Sample Theoretical Theoretical Sample normalized signal level Gambar. Perbandingan Cummulative Distribution Function antara data empiris dan teoritis menggunaan mode propagasi gelombang dengan mode pantul lebih dari satu pantulan atau disebut dengan mode pantulan double-hop antara 3-45 m. Dengan demiian, maa ondisi ini dapat direpresentasian sebagai distribusi rayleigh arena diasumsian tida ada lintasan langsung sehingga sinyal terima merupaan sinyal dari lintasan jama yang berasal dari pantulan pada lapisan ionosfer. IV. KESIMPULN Setelah melauan implementasi sistem penguuran dan analisis statisti parameter araterisasi anal maa diperoleh esimpulan sebagai beriut:. Untu melauan araterisasi anal, implementasi sistem penguuran menggunaan sinyal PRBS. Dengan menggunaan sinyal PRBS, analisis arateristi anal HF dapat dilauan dengan proses auto-orelasi dan crossorelasi.. Berdasaran implementasi sistem penguuran dapat dietahui bahwa arateristi anal HF pada lintasan Surabaya-Meraue memilii ondisi lapisan ionosfer yang berubah-ubah terhadap watu. Hal itu mengaibatan terganggunya sistem omuniasi HF sehingga ualitas sinyal yang diterima berbeda antara siang, sore, malam dan pagi hari. 3. Dari power delay profile antara penguuran pagi, siang, sore dan malam hari dietahui delay spread berupa mean excess delay, masimum excess delay dan rms delay. Delay spread mencapai masimum pada malam hari pada puul. dengan mean excess delay yaitu 4,33 ms, masimum excess delay yaitu 7, ms dan rms delay yaitu,4 ms. Sedangan delay spread mencapai nilai minimum pada penguuran siang hari puul. dengan nilai mean excess delay sebesar,9 ms, masimum excess delay 3,5 ms dan rms delay sebesar,3 ms. 4. Berdasaran uji olmogorov-smirnov test, distribusi rayleigh sesuai dengan bentu statisti dari arateristi anal HF pada lintasan Surabaya-Meraue. V. DFTR PUSTK [] L. F. McNamara. "The Ionosphere: Communication, Surveillance, and Direction Finder". Krieger Publishing Company. 99. [] Hendrantoro, G. Sistem Komuniasi Radio HF Pita Lebar untu Komuniasi Jara Jauh yang Murah dan Handal di Daerah Euatorial". Penelitian Strategis Nasional. Surabaya, 3. [3] ustralian Goverment. IPS Radio and Space Services, Introduction to HF Radio Propagation.pdf Sidney, ustralia. 7. [4] B.D. Perry dan R Rifin. "Measured Wideband HF Mid Latitude Channel Characteristics". IEEE Military Communication, pp [5] M.. Wallace. HF Radio in South West sia. IEEE Communication Magazine January (99, pp [6] ORRI. Pembagian dan Penggunaan Segmen Band Freuensi matir Radio (BNDPLN. Kep-65/Op/Ku/9. [7] H.M. Prasetiyono. Software-Defined Radio Based Channel Measurement System of Wideband HF Communication System in Low-Latitude Region. ICCIT. 4. [8] Sousa, E.S., Jovanovic, V.M., Daigneault, C. Delay Spread Measurement for The Cellular Channel in Toronto. IEEE Trans. On Vehicular Technology Vol. 43, no. 4: [9] Rappaport, Theodore S. Wireless Communication Principles and Practice. Prential Hall, US..

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan Statisti Respon Kanal Radio Dalam Ruang Pada Freuensi,6 GHz Christophorus Triaji I, Gamantyo Hendrantoro, Puji Handayani Institut Tenologi Sepuluh opember, Faultas Tenologi Industri, Jurusan Teni Eletro

Lebih terperinci

Sub Sistem Pemancar Pada Sistem Pengukuran Kanal HF Pada Lintasan Merauke-Surabaya

Sub Sistem Pemancar Pada Sistem Pengukuran Kanal HF Pada Lintasan Merauke-Surabaya Presentasi Tugas Akhir Sub Sistem Pemancar Pada Sistem Pengukuran Kanal HF Pada Lintasan Merauke-Surabaya Nisa Rachmadina 2211106073 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M.Eng, Ph.D. Prasetiyono

Lebih terperinci

BAB III MODEL KANAL WIRELESS

BAB III MODEL KANAL WIRELESS BAB III MODEL KANAL WIRELESS Pemahaman mengenai anal wireless merupaan bagian poo dari pemahaman tentang operasi, desain dan analisis dari setiap sistem wireless secara eseluruhan, seperti pada sistem

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference Cancellation Multi Pengguna aktif Detection

Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference Cancellation Multi Pengguna aktif Detection Analisa Kinerja Kode Konvolusi pada Sistem Parallel Interference Cancellation Multi Pengguna atif Detection CDMA dengan Modulasi Quadrature Phase Shift Keying Berbasis Perangat Luna Saretta Nathaniatasha

Lebih terperinci

Sub-Sistem Penerima Pada Sistem Pengukuran Kanal HF Pada Lintasan Merauke-Surabaya

Sub-Sistem Penerima Pada Sistem Pengukuran Kanal HF Pada Lintasan Merauke-Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-116 Sub-Sistem Penerima Pada Sistem Pengukuran Kanal HF Pada Lintasan Merauke-Surabaya Aryo Darma Adhitya, Gamantyo Hendrantoro,

Lebih terperinci

Sub-Sistem Pemancar Pada Sistem Pengukuran Kanal HF Pada Lintasan Merauke-Surabaya

Sub-Sistem Pemancar Pada Sistem Pengukuran Kanal HF Pada Lintasan Merauke-Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-98 Sub-Sistem Pemancar Pada Sistem Pengukuran Kanal HF Pada Lintasan Merauke-Surabaya Nisa Rachmadina, Gamantyo Hendrantoro,

Lebih terperinci

Sub-Sistem Akusisi Data pada Sistem Pengukuran Kanal HF pada Lintasan Merauke- Surabaya

Sub-Sistem Akusisi Data pada Sistem Pengukuran Kanal HF pada Lintasan Merauke- Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-110 Sub-Sistem Akusisi Data pada Sistem Pengukuran Kanal HF pada Lintasan Merauke- Surabaya Fredy Indra Oktaviansyah, Gamantyo

Lebih terperinci

Sub-Sistem Pemancar Pada Sistem Pengukuran Kanal HF Pada Lintasan Merauke-Surabaya

Sub-Sistem Pemancar Pada Sistem Pengukuran Kanal HF Pada Lintasan Merauke-Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Sub-Sistem Pemancar Pada Sistem Pengukuran Kanal HF Pada Lintasan Merauke-Surabaya Nisa Rachmadina, Gamantyo Hendrantoro, dan Prasetiyono Hari Mukti. Teknik

Lebih terperinci

BAB II POWER CONTROL PADA SISTEM SELULER CDMA DAN DIVERSITAS ANTENA

BAB II POWER CONTROL PADA SISTEM SELULER CDMA DAN DIVERSITAS ANTENA BAB II POWER CONTROL PADA SISTEM SELULER CDMA DAN DIVERSITAS ANTENA. Karateristi Kanal Wireless Pada sistem omuniasi mobile, sinyal yang ditransmisian melalui anal wireless aan mengalami proses propagasi

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 1 Otober 17 ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING BOARD)

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

Sistem Pengukuran Kanal MIMO 2x2 Pada Domain Waktu Menggunakan USRP NI2922

Sistem Pengukuran Kanal MIMO 2x2 Pada Domain Waktu Menggunakan USRP NI2922 Sistem Pengukuran Kanal MIMO 2x2 Pada Domain Waktu Menggunakan USRP NI2922 Martianda Erste Anggraeni, Puji Handayani 2 Institut Teknologi Sepuluh Nopember martianda3@mhs.ee.its.ac.id Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutahir Penelitian dalam Sripsi ini merupaan pengembangan dari beberapa penelitian yang telah dilauan sebelumnya, yaitu mengenai inerja ombinasi

Lebih terperinci

Pemodelan Markov untuk kanal HF Availability pada Link Malang-Surabaya

Pemodelan Markov untuk kanal HF Availability pada Link Malang-Surabaya Pemodelan Markov untuk kanal HF Availability pada Link Malang-Surabaya Arif Fathoni #1, Wismanu Susetyo #2, Gamantyo Hendrantoro #3 Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus

Lebih terperinci

KONTROL MOTOR PID DENGAN KOEFISIEN ADAPTIF MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULTANEOUS PERTURBATION

KONTROL MOTOR PID DENGAN KOEFISIEN ADAPTIF MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULTANEOUS PERTURBATION Konferensi Nasional Sistem dan Informatia 29; Bali, November 14, 29 KONTROL MOTOR PID DENGAN KOEFISIEN ADAPTIF MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULTANEOUS PERTURBATION Sofyan Tan, Lie Hian Universitas Pelita Harapan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar Tugas Ahir PENDETEKSI POSISI MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER MMA7260Q BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 Muhammad Riyadi Wahyudi, ST., MT. Iwan Setiawan, ST., MT. Abstract Currently, determining

Lebih terperinci

Modul 4 Small Scale Fading : Doppler Effect

Modul 4 Small Scale Fading : Doppler Effect Wireless Communication System Modul 4 Small Scale Fading : Doppler Effect Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015 1 Modul 4 Small Scale Fading : Doppler Effect 2 Subject a. Doppler Effect Small

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan

Lebih terperinci

Neural Network menyerupai otak manusia dalam dua hal, yaitu:

Neural Network menyerupai otak manusia dalam dua hal, yaitu: 2.4 Artificial Neural Networ 2.4.1 Konsep dasar Neural Networ Neural Networ (Jaringan Saraf Tiruan) merupaan prosesor yang sangat besar dan memilii ecenderungan untu menyimpan pengetahuan yang bersifat

Lebih terperinci

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL DESAIN SENSOR KECEPAAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILER KALMAN UNUK ESIMASI KECEPAAN DAN POSISI KAPAL Alrijadjis, Bambang Siswanto Program Pascasarjana, Jurusan eni Eletro, Faultas enologi Industri Institut

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No., (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) Implementasi Algoritma Pencarian Jalur Sederhana Terpende dalam Graf Anggaara Hendra N., Yudhi Purwananto, dan Rully Soelaiman Jurusan

Lebih terperinci

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming JURAL TEKIK POMITS Vol. 2, o. 2, (2013) ISS: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming Yunan Helmy Amrulloh, Rony Seto Wibowo, dan Sjamsjul

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Pengolahan Citra Digital Kode : IES 6323 Semester : VI Watu : 1x 3x 50 Menit Pertemuan : 7 A. Kompetensi 1. Utama Mahasiswa dapat memahami tentang sistem

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713

IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713 IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713 Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Email: aryobaskoro@mail.unnes.ac.id Abstrak. Karakteristik kanal wireless ditentukan

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau

Lebih terperinci

PROGRAM SIMULASI UNTUK REALISASI STRUKTUR TAPIS INFINITE IMPULSE RESPONSE UNTUK MEDIA PEMBELAJARAN DIGITAL SIGNAL PROCESSING

PROGRAM SIMULASI UNTUK REALISASI STRUKTUR TAPIS INFINITE IMPULSE RESPONSE UNTUK MEDIA PEMBELAJARAN DIGITAL SIGNAL PROCESSING Konferensi asional Sistem dan Informatia 28; Bali, ovember 15, 28 KS&I8-44 PROGRAM SIMULASI UTUK REALISASI STRUKTUR TAPIS IFIITE IMPULSE RESPOSE UTUK MEDIA PEMBELAJARA DIGITAL SIGAL PROCESSIG Damar Widjaja

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Relasi Dispersi Pada bagian ini aan dibahas relasi dispersi untu gelombang internal pada fluida dua-lapisan.tinjau lapisan fluida dengan ρ a dan ρ b berturut-turut merupaan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERFORMANSI CONVOLUTIONAL CODE DENGAN CONVOLUTIONAL TURBO CODE

PERBANDINGAN PERFORMANSI CONVOLUTIONAL CODE DENGAN CONVOLUTIONAL TURBO CODE TUGAS AKHIR PERBANDINGAN PERFORMANSI CONVOLUTIONAL CODE DENGAN CONVOLUTIONAL TURBO CODE Diajuan Guna Melengapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Eo Kuncoro

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway Rea Racana Jurnal Online Institut Tenologi Nasional Teni Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Penentuan Nilai Eivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perotaan Menggunaan Metode Time Headway ENDI WIRYANA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Fuzzy 2.1.1 Dasar-Dasar Teori Fuzzy Secara prinsip, di dalam teori fuzzy set dapat dianggap sebagai estension dari teori onvensional atau crisp set. Di dalam teori crisp

Lebih terperinci

Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading Komunikasi Bergerak

Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading Komunikasi Bergerak 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading Revisi Juli 003 Modul 5 EE 471 Sistem Komuniasi Bergera Propagasi Sinyal Pada Kanal Fading Komuniasi Bergera Oleh : Nachwan Mufti A, ST 5. Propagasi Sinyal Pada Kanal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT Jurnal Teni Eletro Vol. 3 No.1 Januari - Juni 1 6 ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoo Sumaryono ABSTRACT Noise is inevitable in communication

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Wahyudi, Sorihi, dan Iwan Setiawan. Jurusan Teni Eletro Faultas Teni Universitas Diponegoro Semarang e-mail : wahyuditinom@yahoo.com.

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler Penggunaan Indusi Matematia untu Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Espresi Reguler Husni Munaya - 353022 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY)

BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) 7.1 Pendahuluan. Rele jara merespon terhadap banya inputsebagai fungsi dari rangaian listri yang panjang (jauh) antara loasi rele dengan titi gangguan. Karena impedansi

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak KORELASI ANARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISEM ADAPIF Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1 Abstra Masud pembahasan tentang orelasi dua sinyal adalah orelasi dua sinyal yang sama aan tetapi

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT

KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT Putri Kusuma Ningtyas 2206100144 1) 1) Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-6011

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Departemen

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR)

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR) Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self uning Regulator (SR) Oleh : Muhammad Fitriyanto e-mail : D_3_N2@yahoo.com Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi yang sangat pesat telah memberikan kemudahan dan kemajuan dalam berbagai bidang khususnya dalam bidang telekomunikasi. Ini dapat dibuktikan dengan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY Tedy Rismawan dan Sri Kusumadewi Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas, Jurusan Teni

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar ugas Ahir Simulasi Penapisan Kalman Dengan Kendala Persamaan Keadaan Pada Kasus Penelusuran Posisi Kendaraan (Vehicle racing Problem Iput Kasiyanto [], Budi Setiyono, S., M. [], Darjat,

Lebih terperinci

Pendeteksi Rotasi Menggunakan Gyroscope Berbasis Mikrokontroler ATmega8535

Pendeteksi Rotasi Menggunakan Gyroscope Berbasis Mikrokontroler ATmega8535 Maalah Seminar Tugas Ahir Pendetesi Rotasi Menggunaan Gyroscope Berbasis Miroontroler ATmega8535 Asep Mubaro [1], Wahyudi, S.T, M.T [2], Iwan Setiawan, S.T, M.T [2] Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas

Lebih terperinci

KENDALI LOGIKA FUZZY DENGAN METODA DEFUZZIFIKASI CENTER OF AREA DAN MEAN OF MAXIMA. Thiang, Resmana, Wahyudi

KENDALI LOGIKA FUZZY DENGAN METODA DEFUZZIFIKASI CENTER OF AREA DAN MEAN OF MAXIMA. Thiang, Resmana, Wahyudi KENDALI LOGIKA FUZZY DENGAN METODA DEFUZZIFIKASI CENTER OF AREA DAN MEAN OF MAXIMA Thiang, Resmana, Wahyudi Jurusan Teni Eletro, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalanerto 121-131 Surabaya Email : thiang@petra.ac.id,

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI TEKNIK ALOKASI KANAL DDCA/PC DALAM MENEKAN PROBABILITAS KEGAGALAN PANGGILAN DAN MENINGKATKAN KAPASITAS SISTEM PADA CDMA

ANALISIS KONTRIBUSI TEKNIK ALOKASI KANAL DDCA/PC DALAM MENEKAN PROBABILITAS KEGAGALAN PANGGILAN DAN MENINGKATKAN KAPASITAS SISTEM PADA CDMA 1 ANALISIS KONTRIBUSI TEKNIK ALOKASI KANAL DDCA/PC DALAM MENEKAN PROBABILITAS KEGAGALAN PANGGILAN DAN MENINGKATKAN KAPASITAS SISTEM PADA CDMA Yuni Mariana, L2F099654 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni,

Lebih terperinci

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 16 Juni 2007 PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT I ing Mutahiroh, Indrato, Taufiq Hidayat Laboratorium

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Program

Lebih terperinci

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi Tanggapan Watu Alih Orde Tinggi Sistem Orde-3 : C(s) R(s) ω P ( < ζ (s + ζω s + ω )(s + p) Respons unit stepnya: c(t) βζ n n < n ζωn t e ( β ) + βζ [ ζ + { βζ ( β ) cos ( β ) + ] sin ζ ) ζ ζ ω ω n n t

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE Warih Maharani Faultas Teni Informatia, Institut Tenologi Telom Jl. Teleomuniasi No.1 Bandung 40286 Telp. (022) 7564108

Lebih terperinci

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Jadwal Secara Umum Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jadwal adalah pembagian watu berdasaran rencana pengaturan urutan erja, daftar atau tabel egiatan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT

Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT Respati Loy Amanda, Eko Setijadi, dan Suwadi Teknik Elektro,

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU Wahyudi 1, Adhi Susanto 2, Sasongo P. Hadi 2, Wahyu Widada 3 1 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Tembalang,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam (Anara) Untu menguji esamaan dari beberapa nilai tengah secara sealigus diperluan sebuah teni yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

Lebih terperinci

Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak Winda Aulia Dewi 1, Yoedy moegiharto 2, 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Telekomunikasi, 2 Dosen Jurusan Teknik Telekomunikasi Politeknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1].

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Multicarrier Code Divison Multiple Access (MC-CDMA) MC-CDMA merupakan teknik meletakkan isyarat yang akan dikirimkan dengan menggunakan beberapa frekuensi pembawa (subpembawa).

Lebih terperinci

PEMISAHAN BANYAK SUMBER SUARA MESIN MENGGUNAKAN ANALISIS KOMPONEN INDEPENDEN (ICA) UNTUK DETEKSI KERUSAKAN. B.T. Atmaja, A.S. Aisyah, dan D.

PEMISAHAN BANYAK SUMBER SUARA MESIN MENGGUNAKAN ANALISIS KOMPONEN INDEPENDEN (ICA) UNTUK DETEKSI KERUSAKAN. B.T. Atmaja, A.S. Aisyah, dan D. PEMISAHAN BANYAK SUMBER SUARA MESIN MENGGUNAKAN ANALISIS KOMPONEN INDEPENDEN (ICA) UNUK DEEKSI KERUSAKAN B.. Atmaja, A.S. Aisyah, dan D. Arifianto Jurusan eni Fisia,Faultas enologi Industri, Institut enologi

Lebih terperinci

Modifikasi ACO untuk Penentuan Rute Terpendek ke Kabupaten/Kota di Jawa

Modifikasi ACO untuk Penentuan Rute Terpendek ke Kabupaten/Kota di Jawa 187 Modifiasi ACO untu Penentuan Rute Terpende e Kabupaten/Kota di Jawa Ahmad Jufri, Sunaryo, dan Purnomo Budi Santoso Abstract This research focused on modification ACO algorithm. The purpose of this

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu, Tempat dan Tahapan Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu, Tempat dan Tahapan Penelitian 36 BAHAN DAN METODE Watu, Tempat dan Tahapan Penelitian Penelitian dilasanaan seitar awal bulan Januari 2004 hingga bulan Maret 2005, dengan loasi utama di Laboratorium Karet Balai Penelitian Tenologi

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM 1,2 Faultas MIPA, Universitas Tanjungpura e-mail: csuhery@sisom.untan.ac.id, email: dedi.triyanto@sisom.untan.ac.id Abstract

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Widya Teknika Vol.19 No. 1 Maret 2011 ISSN 1411 0660 : 34 39 PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Dedi Usman Effendy 1) Abstrak Dalam

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Elektroteknika Dasar

Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Elektroteknika Dasar 3 Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Eletrotenia Dasar Jamhir slami Pranata Laboratorium Pendidian (PLP) Ahli Muda Laboratorium Eletrotenia Dasar Faaultas

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar Email: nanni.cliq@gmail.com Abstra. Pada artiel ini dibahas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup [1] Sistem endali dapat diataan sebagai hubungan antara omponen yang membentu sebuah onfigurasi sistem, yang aan menghasilan tanggapan sistem yang diharapan.

Lebih terperinci

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem Dalam pembahasan terdahulu ita telah mempelajari penerapan onsep dasar probabilitas untu menggambaran sistem dengan jumlah partiel ang cuup besar (N). Pada bab ini, ita aan menggabungan antara statisti

Lebih terperinci

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D Variasi Spline Kubi untu Animasi Model Wajah 3D Rachmansyah Budi Setiawan (13507014 1 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya Studi dan Analisis mengenai Hill ipher, Teni Kriptanalisis dan Upaya enanggulangannya Arya Widyanaro rogram Studi Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung Email: if14030@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman

Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (16) 337-35 (31-98X Print) A-1 Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunaan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman Popy Febritasari, Erna Apriliani

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii

Lebih terperinci

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Latar Belaang Terdapat banya permasalahan atau ejadian dalam ehidupan sehari hari yang dapat dimodelan dengan suatu proses stoasti Proses stoasti merupaan permasalahan yang beraitan dengan suatu aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi komunikasi digital saat ini dituntut untuk dapat mentransmisikan suara maupun data berkecepatan tinggi. Berbagai penelitian sedang dikembangkan

Lebih terperinci

mungkin muncul adalah GA, GG, AG atau AA dengan peluang masing-masing

mungkin muncul adalah GA, GG, AG atau AA dengan peluang masing-masing . DISTRIUSI INOMIL pabila sebuah oin mata uang yang memilii dua sisi bertulisan ambar () dan nga () dilempar satu ali, maa peluang untu mendapatan sisi ambar adalah,5 atau. pabila oin tersebut dilempar

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012 KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB Konsep Kinetia/ Laju Reasi Laju reasi menyataan laju perubahan onsentrasi zat-zat omponen reasi setiap satuan watu: V [ M ] t Laju pengurangan onsentrasi

Lebih terperinci

VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice)

VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice) VI. PEMILIHAN MODA (Modal Split/Choice) 6.. UMUM Tujuan: Mengetahui proporsi pengaloasian perjalanan e berbagai moda transportasi. Ada dua emunginan situasi yang dihadapi dalam meramal pemilihan moda:

Lebih terperinci

ESTIMASI TRAJECTORY MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER SQUARE ROOT (ENKF-SR)

ESTIMASI TRAJECTORY MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER SQUARE ROOT (ENKF-SR) SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA SAL ESIMASI RAJECORY MOBILE ROBO MENGGUNAKAN MEODE ENSEMBLE KALMAN FILER SQUARE ROO (ENKF-SR) eguh Herlambang Zainatul Mufarrioh Firman Yudianto Program Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB 2 TEORI PENUNJANG BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan

Lebih terperinci

DETEKSI MULTI-KERUSAKAN PADA POMPA MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ARRAY

DETEKSI MULTI-KERUSAKAN PADA POMPA MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ARRAY DETEKSI MULTI-KERUSAKAN PADA POMPA MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ARRAY 1 Anisatul auziyah 1, dan Dr. Dhany Arifianto, ST., M.Eng Jurusan Teni isia, aultas Tenologi Industri, Institut Tenologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN MATLAB

PENGENALAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN MATLAB PENGENALAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN MATLAB Wirda Ayu Utari Universitas Gunadarma utari.hiaru@gmail.com ABSTRAK Program pengenalan pola ini merupaan program yang dibuat

Lebih terperinci

OSN 2014 Matematika SMA/MA

OSN 2014 Matematika SMA/MA Soal 5. Suatu barisan bilangan asli a 1, a 2, a 3,... memenuhi a + a l = a m + a n untu setiap bilangan asli, l, m, n dengan l = mn. Jia m membagi n, butian bahwa a m a n. Solusi. Andaian terdapat bilangan

Lebih terperinci

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( )

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( ) PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursati (13507065) Program Studi Teni Informatia, Seolah Teni Eletro dan Informatia, Institut Tenologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung, 40132

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FPGA UNTUK SISTEM SPREAD-SPECTRUM DAN ANALISA SIMULASI KANAL MULTIPATH MENGGUNAKAN CODE PN GOLD

IMPLEMENTASI FPGA UNTUK SISTEM SPREAD-SPECTRUM DAN ANALISA SIMULASI KANAL MULTIPATH MENGGUNAKAN CODE PN GOLD 58, Inovte, Volume 4, omor, April 4, hlm. 58-66 IMPLEMETASI FPGA UTUK SISTEM SPREAD-SPECTRUM DA AALISA SIMULASI KAAL MULTIPATH MEGGUAKA CODE P GOLD Anang Budiarso, Arifin Jurusan Teni Teleomuniasi Politeni

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus Jurnal Teni Industri, Vol.1, No., Juni 013, pp.96-101 ISSN 30-495X Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus Apriyani 1, Shanti Kirana Anggaraeni,

Lebih terperinci

Perlindungan Hak Cipta Pada Data Audio Menggunakan Teknik Watermarking Phase Coding.

Perlindungan Hak Cipta Pada Data Audio Menggunakan Teknik Watermarking Phase Coding. Perlindungan Ha Cipta Pada Data Audio Menggunaan Teni Watermaring Phase Coding Abstra Martharany Rumondang Departemen Teni Informatia Institut Tenologi Bandung Jalan Ganesha 10 Bandung 40132 E-mail : if12062@students.if.itb.ac.id,

Lebih terperinci

Sistem Komunikasi II (Digital Communication Systems)

Sistem Komunikasi II (Digital Communication Systems) Sistem Komunikasi II (Digital Communication Systems) Lecture #1: Stochastic Random Process Topik: 1.1 Pengenalan Sistem Komunikasi Digital. 1.2 Pendahuluan Stochastic Random Process. 1.3 Random Variable

Lebih terperinci

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis Nezya Nabillah Permata dan Endroyono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP JURNAL TEKNIK ITS Vol., No. 1, (215) ISSN: 2337539 (231-9271 Print) A Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP Desrina Elvia,

Lebih terperinci

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai Pemodelan Dan Esperimen Untu enentuan Parameter Tumbuan Non Elasti Antara Benda Dengan Lantai Puspa onalisa,a), eda Cahya Fitriani,b), Ela Aliyani,c), Rizy aiza,d), Fii Taufi Abar 2,e) agister Pengajaran

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA Linda Nurmalia, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Blind Adaptive Multi-User Detection pada Sistem Komunikasi DS-CDMA dengan Kanal AWGN

Blind Adaptive Multi-User Detection pada Sistem Komunikasi DS-CDMA dengan Kanal AWGN Proceeding of Seminar on Intelligent echnology and Its Applications (SIIA ) Institut enologi Sepuluh Nopember, Surabaya, May 7 th, Blind Adaptive Multi-User Detection pada Sistem omuniasi DS-CDMA dengan

Lebih terperinci

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Sear Wulandari, Nur Salam, dan Dewi Anggraini Program Studi Matematia Universitas Lambung Mangurat

Lebih terperinci