PERENCANAAN PEMELIHARAAN JALAN RELDAOP VI YOGYAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN PEMELIHARAAN JALAN RELDAOP VI YOGYAKARTA"

Transkripsi

1 PERENCANAAN PEMELIHARAAN JALAN RELDAOP VI YOGYAKARTA Ayi Rayhana Aulia 1, and Danang Parikesit 1 1 Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, akultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ayi.rayhana.a@mail.ugm.ac.id dparikesit@ugm.ac.id Astrak. PT. Kereta Api Indonesia menempatkan keselamatan pada misi utamanya dalam melayani pelanggan dengan cara melakukan pemeliharaan pada seluruh daerah operasionalnya, termasuk Daerah Operasional VI Yogyakarta yang terdiri atas 12 koridor dengan panjang total sekitar 385 km. Pelaksanaan pemeliharaan akan menggunakan IMO (Infrastructure Maintenance and Operation) seagai iaya pemeliharaan dan operasi, namun IMO yang dierikan oleh pemerintah seringkali tidak cukup karena adanya kendala dalam anggaran. Daerah pemeliharaan yang panjang, dana pemeliharaan yang teratas, dan pentingnya pemeliharaan memuat pemeliharaan dilakukan erdasarkan urutan prioritas koridor atau urutan koridor yang memutuhkan pemeliharaan terleih dahulu, sehingga dana yang teratas dapat dialokasikan dengan tepat. Perencanaan pemeliharaan dilakukan dengan mencari anyaknya kuantitas pemeliharaan erdasarkan umur layan masing-masing komponen atas penyusun jalan rel, kemudian menetapkan koridor prioritas dengan menggunakan penilaian kekritisan dan penilaian kondisi. Hasil perhitungan menunjukkan ahwa koridor Yogyakarta- Lempuyangan menjadi prioritas utama dengan nilai kekritisan seesar 18, dan 17 untuk penilaian erdasarkan kondisi. Kuantitas pemeliharaan untuk koridor Yogyakarta- Lempuyangan adalah penggantian rel R-54 seanyak 187 m/tahun, 87 penggantian antalan kayu dan 76 penggantian antalan eton, penggantian alas seanyak 23 m3/tahun, dan frekuensi pemecokan yang dilakukan 2 ulan sekali sepanjang 1,517 m. Kata kunci: IMO, komponen jalan rel, nilai kekritisan, pemecokan, umur layan I. PENDAHULUAN Struktur jalan rel merupakan salah satu agian yang erperan mempengaruhi kinerja operasional kereta api yang terdiri atas eerapa indikator, seperti keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan, serta kenyamanan. Kinerja operasional kereta api yang terganggu akan menyeakan kerugian, aik dari segi waktu, materiil, ahkan mengancam keselamatan penumpang. Hal terseut sangat mungkin terjadi ila struktur jalan rel yang lamat laun mengalami penurunan kualitas tidak dilakukan tindakan. Oleh karena itu, dilakukanlah pemeliharaan untuk mengontrol kinerja operasional kereta api terseut. Namun menurut Muthohar (21), pelaksanaan pemeliharaan sering terpentok dengan masalah iaya yang teratas maupun terlamat dalam pencairannya, sehingga dana yang ada harus digunakan dengan ijak agar pengalokasiannya tepat sasaran. Tujuan perencanaan ini adalah mencari kuantitas yang diutuhkan erdasarkan umur layannya agar isa diketahui iaya pemeliharaan yang diutuhkan, kemudian dari seluruh koridor yang ada akan dilakukan pengurutan prioritas, koridor mana yang memutuhkan prioritas pengerjaan pemeliharaan terleih dahulu agar dana yang teratas dapat dialokasikan dengan ijak. Para peneliti terdahulu terkait pemeliharaan jalan rel adalah Hamdani (26) yang menentukan model pengamilan keputusan pemeliharaan dan perawatan adan jalan rel pada stasiun Tugu Yogyakarta dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process). Rais (28) melakukan perhitungan keutuhan volume pemeliharaan tahunan jalan rel erdasarkan passing tonnage dan klasifikasi jalan kereta api, serta menentukan prioritas petak/koridor yang memerlukan peraikan geometri rel erdasarkan nilai Track Quality Index pada lintas Yogyakarta Solo. Setio (29) menggunakan metode RCM (Reliaility Centered Maintenance) yang penerapannya dipermudah dengan perangkat lunak Sistem Informasi Manajemen Perawatan pada koridor Cikampek Bandung Tasikmalaya dan koridor Sukaumi Cianjur Padalarang, dimana analisis dilakukan dengan tahapan inventarisasi, perhitungan nilai dan prioritas perawatan, serta analisis mode kegagalan dan dampaknya. Palemang, 19-2 Septemer

2 II. METODOLOGI Perencanaan pemeliharaan dilakukan dengan tahapan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari DAOP VI Yogyakarta Unit Operasi serta Jalan Rel dan Jematan, perhitungan daya angkut lalu lintas, perhitungan kuantitas pemeliharaan komponen, kemudian penyusunan prioritas erdasarkan nilai kekritisan dan nilai kondisi per koridor. Perencanaan ini tanpa memperhitungkan iaya yang diutuhkan. A. Daya Angkut Lalu Lintas Besarnya daya angkut lalu lintas digunakan untukmengetahui lamanya umur layan rel dan menetapkan kelas jalan rel erdasarkan klasifikasi jalan rel pada Peraturan Menteri No. 6 Tahun 212. Persamaan (1) dan (2) adalah persamaan untuk mencari esarnya daya angkut lalu lintas yang digunakan oleh PT. KAI sesuai dengan Buku Saku Perawatan Jalan Rel (212). To 36 STs (1) Ts Tp (K T ) (K 1 T 1 ) dengan, T o = ean lalu lintas (ton/tahun) TE = ean ekivalen (ton/hari) T p = ean penumpang dan kereta harian (ton/hari) T = ean arang dan gerong harian (ton/hari) T 1 = ean lokomotif harian S = koefisien yang esarnya tergantung pada kualitas lintas = 1,1 untuk lintas dengan kereta penumpang dengan kecepatan maksimum 12 km/jam = 1, untuk lintas tanpa kereta penumpang K 1 = koefisien yang esarnya 1,4 K = koefisien yang esarnya tergantung kepada ean gandar = 1,5 untuk ean gandar < 18 ton = 1,3 untuk ean gandar > 18 ton B. Kuantitas Keutuhan Pemeliharaan (2) Pemeliharaan yang dilakukan adalah erupa penggantian pada komponen rel, antalan, dan alas serta erupa pemecokan pada alas. a. Kuantitas Penggantian Komponen Perencanaan pemeliharaan dimulai dengan mengetahui anyaknya volume keutuhan penggantian pada komponenrel, antalan, dan alas dengan menggunakan metode garis lurus, yakni jumlah komponen yang diganti adalah sama setiap tahunnya, sehingga persamaannya seperti pada Persamaan 3. Jumlah komponen dinyatakan dalam meter untuk rel, atang untuk antalan dan meterx kuik untuk alas. Umur layan masing-masing komponen adalah ereda-eda. Balas memiliki umur layan selama 15 tahun (Peraturan Menteri No. 32 Tahun 211), antalan kayu, esi dan eton masing-masing memiliki umur layan selama 1, 4 dan 5 tahun (PT. KAI dalam Rais, 28), sedangkan lamanya umur layan rel ditentukan dari persamaan yang dikemukakan Ward, L. E., dkk (1957) seperti pada Persamaan 4. Jumlah Komponen Volume Pemeliharaan (3) Umur Komponen T KWD,565 (4) Dengan T adalah umur re (MGT), D adalah ean lalu lintas (MGT/tahun), W adalaherat rel (l/yd), dan K merupakan konstanta rel yang ergantung dengan kondisinya. Nilai K seesar,981 untuk rel dengan erat rel leih dari 123, nilai 1,3544 1,393 untuk rel panjang menerus, nilai 1,421 1,4616 untuk High Silicon Rail, untuk jalan aru dengan nilai K seesar,938, dan rel dengan data lain menggunakan K seesar,545. Pada kondisi geometrik alinemen horizontal dapat digunakan perandingan nilai K terhadap jalan lurus seperti pada Tael 1. Tael 1. Nilai K erdasarkan perandingan dengan umur jalan lurus Perandingan dengan umur jalan Jari-jari lurus lengkung (m) Tanpa Pelumasan Dengan Pelumasan , ,74,88 7-5,61, ,49, ,38, ,3, ,22, ,16, ,12,4 <185,1,37 (Sumer: Rosyidi, 215). Pemecokan Balas Keutuhan pemecokan suatu koridor yang terdiri dari frekuensi pemecokan dalam satu tahun dan panjang daerah yang akan dipecok. Pada PERJANA 2C Tahun 212 diseutkan persamaan-persamaan untuk menentukan frekuensi dan panjang pemecokan yang dilakukan setiap tahun ditunjukkan pada Persamaan (5), (6), dan (7).,3,23T S,5 o (1 p ) I I p I s K t Kp PL r (5) (6) (7) Palemang, 19-2 Septemer

3 Dengan, = frekuensi pemencokan per tahun (kali/tahun) T o = daya angkut lintas (juta ton/tahun) S = kecepatan maksimum (km/jam) p = faktor penentu I = (fi kayu) + (fi esi) + (fi eton) I p = (fi kaku) + (fi elastis) I s = (fi RPM) + (fi fish plate) K t = (fi tanah aik) + (fi tanah sedang) + (fi tanah jelek) K p = keutuhan pemencokan (m/tahun) P = frekuensi pemencokan per tahun (kali/tahun) Lr = panjang rel (m) Variael fi atau faktor indeks yang digunakan untuk Persamaan (6) didapat dengan menggunakan Tael 2. Tael 2. aktor penentu frekuensi pemecokan aktor Penentu (p) Komponen Jenis Beton Bantalan Besi Kayu Elastis Penamat Kaku Rel panjang menerus Samungan rel (RPM) Samungan fish plate Baik Tanah dasar Sedang Jelek (Sumer : PERJANA 2C, 212) C. Penetapan Prioritas Koridor aktor Indeks (fi),1,2,25,5,75 1,5 Prioritas koridor didapat dengan cara melakukan penilaian pada masing-masing koridor dengan menjumlahkan nilai-nilai pada faktor kekritisan dan faktor kondisinya, kemudian dari seluruh koridor diurutkan. a. Nilai Kekritisan Menurut Carretero, dkk (23), kekritisan adalah seuah pengukur kepentingan seuah sistem secara fungsional. aktor-faktor ditetapkan untuk menghitung nilai kekritisan yang merupakan penjumlahan dari semua nilai faktor (Persamaan (8)). c n l 1 Dengan c seagai nilai kekritisan, merupakan nilai oot faktor kekritisan, dan n jumlah parameter. aktor-faktor terseut akan dieri nilai skala 1 4, seperti yang terlihat pada Tael 3. Penilaian faktor perawatan (E) yang memiliki 3 aspek adalah dengan menilai masing-masing aspek kemudian dirata-rata.. Nilai Kondisi Penetapan prioritas dapat dikatakan seagai peramalan kondisi prasana yang penting dijadikan pertimangan kegiatan pemeliharaan, karena pada dasarnya PT. KAI melakukan tindakan pemeliharaan atas laporan yang terjadi di lapangan. Koridor yang menjadi prioritas pertama dalam perawatan adalah koridor yang dianggap akan mengalami kerusakan terdini, aik karena kondisinya saat ini maupun kondisi pendukung penyea kerusakan. Oleh karena itu, penetapan prioritas harus erkaitan pula dengan kerusakan yang umum terjadi pada prasarana. Prioritas erdasarkan kondisi juga akan dieri nilai skala 1 4 seperti pada Tael 4, yang nantinya akan dijumlahkan dari tiap-tiap faktor. Penetapan prioritas erdasarkan nilai kekritisan maupun nilai kondisi, keduanya terdapat 2 jenis metode, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif akan mudah dilakukan penilaiannya, karena sifatnya numeris, sedangkan sealiknya penilaian secara kualitatif akan leih sulit karena sifatnya relatif. Penilaian secara kualitatif akan menggunakan metode fraktil, khususnya pada perencanaan ini fraktil yang digunakan adalah kuartil. (8) Tael 3. aktor-faktor nilai kekritisan Kode aktor Perhitungan Deskripsi A B C D E G Teknologi Kepadatan Lalu Lintas Operasional Kereta Api Pengguna Perawatan Dampak Lingkungan Keselamatan Jenis dari teknologi yang akan dipergunakan Jumlah sirkulasi kereta api dalam 1 harinya Lamanya waktu eroperasi kereta api Banyaknya penumpang yang melalui jalur terseut Kerumitan dalam melakukan perawatan dari 3 aspek ; Panjang lengkung, panjang koridor, waktu operasi Dampak lingkungan yang terjadi apaila kegagalan terjadi Resiko terjadi kecelakaan yang memahayakan penumpang Klasifikasi Kekritisan Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4 Mekanik Elektromekanik Elektrik Elektronik > 2 6 jam 12 jam 18 jam 24 jam Palemang, 19-2 Septemer

4 Kode aktor Perhitungan Deskripsi a c d e Kelas Jalan Panjang Lengkung Radius Kecil Kecepatan TQI rekuensi Pemecokan Tael 4. aktor-faktor nilai kondisi Besarnya kapasitas yang diangkut per tahun Klasifikasi Kondisi Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4 IV V III II I Panjang tikungan erjari-jari < 8 m Kondisi jalan rel dilihat dari peredaan kecepatan erdasarkan kelas jalan dan kecepatan lapangan Penilaian secara geometrik menggunakan kereta ukur Seerapa sering dilakukan pemecokan dalam setahun -25% 25-5% 5-75% 75-1% > 6 f Samungan Rel Banyaknya samungan fishplate III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan daya angkut lalu lintas dan keutuhan pemeliharaan komponen jalan rel terdapat pada Tael 5. Banyaknya volume penggantian komponen yang dicari dengan metode garis lurus dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu jumlah komponen yang terpasang dan umur layannya. Bantalan dan alas pada perencanaan ini sudah memiliki ketetapan umur layan pada masing-masing jenisnya. Banyaknya penggantian komponen ergantung dengan jumlah komponen yang terpasang di lapangan. Bereda dengan rel yang meskipun dengan jenis rel yang sama, umur layannya elum tentu sama. Hal ini dikarenakan oleh lamanya umur layan rel yang dipengaruhi eerapa faktor, yaitu nilai K yang erhuungan dengan lengkung tempat dimana kerap terjadi keausan, daya angkut lalu lintas yang menggamarkan frekuensi gesekan antar roda kereta api dengan rel, dan jenis rel itu sendiri yang erkaitan dengan dimensinya. Keutuhan pemecokan pada setiap koridor dimana semakin esar nilai frekuensinya, maka akan leih sering dilakukan, egitu pun sealiknya. Kegiatan pemecokan dengan frekuensi yang memiliki artian ahwa koridor terseut memiliki alas yang rentan mengalami deformasi akiat ean yang terjadi di atasnya. Deformasi yang terjadi dipengaruhi eerapa hal, yaitu daya angkut lalu lintas, kecepatan maksimum yang erkaitan dengan gaya dinamis yang akan terjadi, serta faktor-faktor penentu yang terdiri atas jenis antalan, penamat, samungan, dan jenis tanah, dimana jenis tanah selaku penopang utama struktur jalan rel memiliki nilai-nilai faktor indeks yang leih esar di antara 3 komponen lainnya. Semakin anyak pemeliharaan yang diutuhkan pada kelas jalan yang suatu koridor, maka akan menimulkan tantangan tersendiri dalam pengerjaannya. Seelum dilakukan penilaian skala 1-4, data lapangan haruns diinput ke dalam masing-masing faktor penyusun penilaian kekritisan dan kondisi. Tael 6 adalah pendataan untuk menentukan kekritisan suatu koridor. Koridor dianggap kritis ketika memiliki resiko yang mengancam keselamatan penumpang, memiliki dampak yang esar terhadap lingkungan, tingkat kerumitan perawatan yang, melayani anyak penumpang dan perjalanan, serta kecanggihan teknologi yang dimilikinya. Semua ini merajuk akan esarnya dampak yang timul ketika adanya gangguan operasional kereta api. Tael 7 merupakan pendataan erdasarkan penilaian kondisi yang akan mempengaruhi dan menggamarkan performa struktur jalan rel di lapangan. Tael 5. Hasil perhitungan daya angkut lalu lintas dan volume keutuhan pemeliharaan Koridor T (1 6 Volume Penggantian (per tahun) Pemecokan (per tahun) Kelas ton/tah Rel (m) Bantalan (atang) Balas rekuensi Panjang Jalan un) R-54 R-42 R-33 K Bs Bt (m 3 ) (ulan sekali) (km) KTA-WT 26,64 I ,27 WT-RWL 26,64 I ,39 RWL-YK 28,97 I ,644 YK-LPN 3,25 I ,517 LPN-KT 29,41 I ,584 KT-SLO 27,6 II ,693 SLO-SK 12,23 II ,65 SK-PI 12,23 II ,644 PI-MSR 12,23 II ,483 MSR-WK 12,23 II ,931 SLO-GDH 9,14 III ,33 PWS-WNG,16 V ,967 Keterangan: K = Kayu, Bs =Besi, Bt= Beton Palemang, 19-2 Septemer

5 Tael 6. Input data koridor pada masing-masing faktor kekritisan B (perjalanan) C (jam) D (orang/km) Prosiding Simposium II UNIID 217 E G (uah) Koridor A E1 (km) E2(km) E3(jam) KTA-WT Elektrik , Rendah 48 WT-RWL Elektrik ,239 38, Rendah 23 RWL-YK Elektrik , Rendah 18 YK-LPN Elektrik , Rendah 4 LPN-KT Mekanik , Rendah 42 KT-SLO Mekanik ,135 86,85 24 Rendah 42 SLO-SK Mekanik , ,86 24 Rendah 7 SK-PI Mekanik ,15 24 Rendah 4 PI-MSR Mekanik , Rendah 8 MSR-MN Mekanik ,26 24 Rendah 24 SLO-GDH Mekanik ,28 39,359 2 Rendah 72 PWS-WNG Mekanik , ,884 8 Rendah 172 Presentase kecepatan, nilai TQI dan freuensi pemecokan merupakan faktor yang merepresntasikan kondisi struktur jalan rel saat ini. Presentase kecepatan yang kecil memiliki artian ahwa kecepatan realita yang erada pada lapangan memiliki kecepatan jauh leih rendah dari yang ditetapkan oleh kelas jalannya karena kondisinya tidak memungkinkan untuk dilalui dengan kecepatan yang sesuai dengan kelasnya. Kondisi koridor juga dapat diketahui dari nilai TQI yang didapat dari pengukuran geometri menggunakan kereta ukur dan juga seerapa sering koridor terseut harus dilakukan pemecokan. Dua hal ini erkaitan dengan kondisi sugrade seagai penyokong suatu struktur jalan rel. Sedangkan kelas jalan, panjang lengkung radius kecil serta samungan rel merupakan faktor-faktor yang menggamarkan kondisi struktur jalan rel ke depannya. Semakin esar nilai-nilai faktor ini maka akan semakin esar pula potensi dalam menyeakan kerusakan pada struktur jalan rel, khususnya rel. Kelas jalan menunjukkan daya angkut dalam kurun waktu setahun, panjang lengkung radius kecil yang erpotensi menyeakan terjadinya keausan pada rel agian luar suatu lengkung akiat adanya kontak antara roda kereta api dengan sisi rel agian dalam, serta samungan rel erupa fishplate yang dapat menimulkan kerusakan pada ujung-ujung rel akiat adanya kontak ujung rel dengan roda dan akan menimulkan gaya dinamis yang esar terutama saat rangkaian kereta api melaju dengan kencang. Koridor-koridor dengan volume keutuhan pemeliharaan yang telah diketahui selanjutnya dieri penilaian dengan skala 1-4 pada masing-masing faktor nilai kekritisan dan nilai kondisi, kemudian dijumlahkan lalu diurutkan. Hasilnya terdapat pada Tael 9. Nilai total pada suatu koridor yang semakin akan menjadikan pemeliharaan koridor terseut diprioritaskan, seperti koridor Yogyakarta Lempuyangan yang memiliki nilai total ter dari seluruh koridor-koridor yang ada pada DAOP VI Yogyakarta, pelaksanaan pemeliharaan koridor ini harus disegerakan dan tidak dapat ditunda. Adapun pemeliharaan yang dilakukan adalah erupa penggantian komponen rel, antalan, alas serta pemecokan. Tael 7.Input data koridor pada masing-masing faktor kondisi Koridor a (km) c (%) d e (ulan sekali) f (uah/km) KTA-WT I,636 83,33 14, WT-RWL I 9,488 83,33 16, RWL-YK I,383 83,33 14, YK-LPN I,247 54,17 23, LPN-KT I 1, ,17 17, KT-SLO I 1,7 87,5 18, SLO-SK II, ,73 24, SK-PI II 9,91 25, PI-MSR II 9,91 18, MSR-MN II 9,91 21, SLO-GDH III 3,68 63,64 33, PWS-WNG V 6, , Palemang, 19-2 Septemer

6 Tael 8. Penilaian nilai kekritisan dan nilai kondisi Prosiding Simposium II UNIID 217 Nilai Kekritisan Nilai Kondisi Koridor E A B C D E1 E2 E3 G Total a c d e f Total KTA-WT WT-RWL , RWL-YK , YK-LPN LPN-KT KT-SLO , SLO-SK , SK-PI PI-MSR , MSR-MN , SLO-GDH , PWS-WNG Tael 9. Total nilai kekritisan dan nilai kondisi koridor Urutan Koridor Nilai Nilai Kekritisan Kondisi Total 2 KTA-WT WT-RWL 18, ,67 4 RWL-YK 18, ,33 1 YK-LPN LPN-KT KT-SLO 17, ,33 9 SLO-SK 15, ,67 1 SK-PI PI-MSR 14, ,33 8 MSR-WK 17, ,33 6 SLO-GDH 15, ,67 12 PWS-WNG IV. KESIMPULAN A. Keutuhan Pemeliharaan per Koridor Hasil perencanaan dari data-data sekunder yang didapat, keutuhan pemeliharaan per koridor per tahunnya agar dapat diketahui erapa esar dana yang diperlukan adalah seagai erikut: a. Kutoarjo Wates (KTA WT) Penggantian rel R-54 : m Penggantian antalan kayu : 257 atang Penggantian antalan eton : atang Penggantian alas : 6.76 m 3 rekuensi pemecokan : 19 ulan sekali Panjang daerah pecok : 42,27 km. Wates Rewulu (WT RWL) Penggantian rel R-54 : m Penggantian antalan kayu : 28 atang Penggantian antalan eton : 1.25 atang Penggantian alas : m 3 rekuensi pemecokan : 19 ulan sekali Panjang daerah pecok : 24,39 km c. Rewulu Yogyakarta (RWL YK) Penggantian rel R-54 : 1.27 m Penggantian antalan kayu : 124 atang Penggantian antalan eton : 573 atang Penggantian alas : m 3 rekuensi pemecokan : 18 ulan sekali Panjang daerah pecok : 11,644 km d. Yogyakarta Lempuyangan (YK LPN) Penggantian rel R-54 : 187 m Penggantian antalan kayu : 87 atang Penggantian antalan eton : 76 atang Penggantian alas : 23 m 3 rekuensi pemecokan : 2 ulan sekali Panjang daerah pecok : 1,517 km e. Lempuyangan Klaten (LPN KT) Penggantian rel R-54 : m Penggantian antalan kayu : 264 atang Penggantian antalan eton : atang Penggantian alas : m 3 rekuensi pemecokan : 22 ulan sekali Panjang daerah pecok : 28,584 km f. Klaten Solo Balapan (KT SLO) Penggantian rel R-54 : 6.24 m Penggantian antalan kayu : 38 atang Penggantian antalan eton : atang Penggantian alas : 5.67 m 3 rekuensi pemecokan : 18 ulan sekali Panjang daerah pecok : 55,693 km g. Solo Balapan - Solojeres (SLO SK) Penggantian rel R-54 : 123 m Penggantian antalan kayu : 25 atang Penggantian antalan eton : 66 atang Penggantian alas : 94 m 3 rekuensi pemecokan : 15 ulan sekali Panjang daerah pecok : 1,65 km h. Solojeres - Palur (SK PI) Penggantian rel R-54 : 219 m Penggantian antalan kayu : 51 atang Penggantian antalan eton : 129 atang Penggantian alas : 218 m 3 rekuensi pemecokan : 13 ulan sekali Panjang daerah pecok : 3,644 km i. Palur Masaran (PI MSR) Penggantian rel R-54 : m Penggantian antalan kayu : 125 atang Palemang, 19-2 Septemer

7 Penggantian antalan eton : 85 atang Penggantian alas : m 3 rekuensi pemecokan : 13 ulan sekali Panjang daerah pecok : 22,483 km j. Masaran Walikukun (MSR WK) Penggantian rel R-54 : 463 m Penggantian antalan kayu : 44 atang Penggantian antalan eton : 295 atang Penggantian alas : 58 m 3 rekuensi pemecokan 13 ulan sekali Panjang daerah pecok : 7,931 km k. Solo Balapan Gundih (SLO GDH) Penggantian rel R-54 : m Penggantian rel R-42 : 574 m Penggantian rel R-33 : 39 m Penggantian antalan kayu : 167 atang Penggantian antalan eton : 1.3 atang Penggantian alas : 3.23 m 3 rekuensi pemecokan : 31 ulan sekali Panjang daerah pecok : 15,33 km l. Purwosari Wonogiri (PWS WNG) Penggantian rel R-42 : 314 m Penggantian rel R-33 : 79 m Penggantian antalan kayu : 139 atang Penggantian antalan esi : atang Penggantian antalan eton : 39 atang Penggantian alas : m 3 rekuensi pemecokan : 149 ulan sekali Panjang daerah pecok : 2,967 km B. Prioritas Pemeliharaan Koridor Berdasarkan penilaian kekritisan dan kondisi, didapat ahwa urutan-urutan prioritas dilaksanakannya pemeliharaan koridor adalah, 1. Yogyakarta Lempuyangan 2. Kutoarjo Wates 3. Wates Rewulu 4. Rewulu Yogyakarta 5. Lempuyangan Klaten 6. Solo Balapan Gundih 7. Klaten Solo Balapan 8. Masaran Walikukun 9. Solo Balapan Solojeres 1. Solojeres Palur 11. Palur Masaran 12. Purwosari Wonogiri Urutan ini akan memantu menentukan lokasi dilakukannya pemeliharaan pada DAOP VI Yogyakarta, sehingga meskipun cakupan wilayahnya luas dan dana yang dimiliki teratas, dana terseut akan dapat terpakai secara ijak di lokasi yang tepat. DATAR PUSTAKA Carretero, J., dkk, 23, Applying RCM in Large System: A Case Study with Railway Network, Reliaility Engineering and System Safety, Vol. 82, hlm Hamdani,.., 26, Model Pengamilan Keputusan Pemeliharaan Jalan Rel Stasiun: Studi Kasus Jalan Rel Stasiun Yogyakarta, Tesis tidak dipulikasikan, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Muthohar, I.; Sumi, T.;& Sutomo, H., 21, The Implementation and Impacts of PSO, IMO, and TAC Schemes on National Railways Reform in Indonesia, Journal of the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol. 8, hlm Menteri Perhuungan Repulik Indonesia, 211, Peraturan Menteri Perhuungan Nomor 32 Tahun 211 tentang Tata Cara Perawatan Prasarana Perkeretaapian, Jakarta: Menteri Perhuungan Repulik Indonesia. Menteri Perhuungan Repulik Indonesia, 212, Peraturan Menteri Perhuungan Nomor 6 Tahun 212 tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api, Jakarta: Menteri Perhuungan Repulik Indonesia. PT. KAI, 212, Buku Saku Perawatan Jalan Rel, Bandung: PT. KAI. Rais, M. Q. N., 28, Analisis Volume Pemeliharaan Tahunan Jalan Rel Berdasarkan Passing Tonnage dan Klasifikasi Jalan Rel Kereta Api: Studi Kasus Lintas Yogyakarta Solo, Tesis tidak dipulikasikan, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Rosyidi, S. A. P., 215, BAB III Struktur Jalan Rel, Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Rosyidi, S. A. P., 215, BAB V Komponen Rel, Yogyakarta: Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Setio H. D., Bawono D. A.;& Setio S., 29, Studi Perawatan Jaringan Jalan Rel Kereta Berasis Kehandalan (RCM), Dinamika Teknik Sipil, Vol. 9, hlm Sumowo, H. P., 211, Evaluasi Sistem Perawatan Jalan Rel Lintas Stasiun Kutoarjo-Stasiun Tugu, Tesis tidak dipulikasikan, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Utomo, S. H. T., 29, Jalan Rel, Yogyakarta: Beta Offset. Ward, L. E., dkk, 1957, Economics of Railway Location and Operation : Life of Rail, dalam American Railway Engineering Association, Proceedings of the ifty-sixth Annual Convention of the American Railway Engineering Association, hlm. 36, Chicago: American Railway Engineering Association. Palemang, 19-2 Septemer

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat dapat dikatakan baik apabila transportasi tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat dapat dikatakan baik apabila transportasi tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Transportasi memiliki hubungan yang erat dengan jangkauan dan lokasi kegiatan manusia, barang-barang,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, Menimang: a ahwa seagai pelaksanaan Pasal 19

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW Silviana 1, Nova Risdiyanto Ismail 2 1 Universitas Widyagama Malang/ Dosen Teknik Industri, Kota Malang 2 Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi C. Tujuan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi C. Tujuan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernahkah anda menjadi seorang pasien yang datang ke dokter dan menolak dirawat? Biasanya penolakan muncul jika sang dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian dan pemahasan serius dari pemerintah dan ahli kependudukan. Bila para ahli

Lebih terperinci

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN Ba ini akan memahas kapasitas samungan rangka aja ringan terhadap gaya-gaya dalam yang merupakan hasil analisis struktur rangka aja ringan pada pemodelan a seelumnya.

Lebih terperinci

STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA

STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA Oloni Togu Simanjuntak, Ir. Syamsul Amien, MS Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan mikro di dalam rumah tanaman khususnya di daerah tropika asah perlu mendapat perhatian khusus, mengingat iri iklim tropika asah dengan suhu udara yang relatif panas,

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1. TINJAUAN UMUM Pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang dewasa ini cukup tinggi menyebabkan mobilitas massa meningkat, sehingga kebutuhan pergerakannya pun meningkat

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 13

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 13 Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Samungan Baut Pertemuan - 13 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur aja eserta alat samungnya TIK : Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Distriusi Distriusi dapat diartikan seagai kegiatan pemasaran untuk memperlancar dan mempermudah penyampaian arang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya

Lebih terperinci

STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM

STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM A COMPARATIVE STUDY OF PLATE STRUCTURE ANALYSIS USING STRIP METHOD, PBI 71, AND FEM Guntara M.

Lebih terperinci

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik VII. BALOK KOLOM Komponen struktur seringkali menderita kominasi eerapa macam gaya secara ersama-sama, salah satu contohnya adalah komponen struktur alok-kolom. Pada alok-kolom, dua macam gaya ekerja secara

Lebih terperinci

Konstruksi Rangka Batang

Konstruksi Rangka Batang Konstruksi Rangka atang Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka atang merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari sejumlah atang atang

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH BUS YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi Kasus Di Trayek B 35 Jurusan Terboyo - Cangkiran Semarang)

PENENTUAN JUMLAH BUS YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi Kasus Di Trayek B 35 Jurusan Terboyo - Cangkiran Semarang) PENENTUAN JUMLAH BUS YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi Kasus Di Trayek B 35 Jurusan Teroyo Cangkiran Semarang) Arfan Bakhtiar, Diana Puspita Sari, Hendy Tantono Industrial

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM MANAJEMEN PEMELIHARAAN JALAN REL DAERAH OPERASI 2 BANDUNG: STUDI KASUS DISTRIK 23C KIARACONDONG

KAJIAN SISTEM MANAJEMEN PEMELIHARAAN JALAN REL DAERAH OPERASI 2 BANDUNG: STUDI KASUS DISTRIK 23C KIARACONDONG KAJIAN SISTEM MANAJEMEN PEMELIHARAAN JALAN REL DAERAH OPERASI 2 BANDUNG: STUDI KASUS DISTRIK 23C KIARACONDONG Cahyo Adityadharma Alumni Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN B VALUE DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DAN MAGNITUDO GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SULAWESI TENGAH PERIODE

HUBUNGAN B VALUE DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DAN MAGNITUDO GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SULAWESI TENGAH PERIODE Jurnal Fisika. Volume 03 omor 02 Tahun 2014, hal 84-88 HUBUGA B VALUE DEGA FREKUESI KEJADIA DA MAGITUDO GEMPA BUMI MEGGUAKA METODE GUTEBERG-RICHTER DI SULAWESI TEGAH PERIODE 2008-2014 or Hidaya Rachmawati,

Lebih terperinci

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF Jamiatul Akmal 1, a *, Ofik Taufik Purwadi 2,, Joko Pransytio 3, c 1,3) Jurusan Teknik Mesin, UNILA, Bandar

Lebih terperinci

Diketahui laporan realisasi cash flow (dalam 000), bulan DESEMBER 2014 adalah

Diketahui laporan realisasi cash flow (dalam 000), bulan DESEMBER 2014 adalah LATIHAN CASH FLOW Diketahui laporan realisasi cash flow (dalam 000), ulan DESEMBER 2014 adalah seagai erikut : Saldo awal kas 54.373,- saldo awal ank 102.414,- penerimaan piutang dari pihak ke 3 seesar

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari NRP Dosen Pembimbing : Tri Tiyasmihadi, ST. MT

Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari NRP Dosen Pembimbing : Tri Tiyasmihadi, ST. MT STUDI PENGARUH BENTANGAN(SPAN) PADA SINGLE GIRDER OVERHEAD CRANE DENGAN KAPASITAS 5 TON TYPE EKKE DAN ELKE DAN KAPASITAS 10 TON TYPE EKKE TERHADAP BERAT KONSTRUKSI GIRDERNYA Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari

Lebih terperinci

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang ahan jar Statika Mulyati, ST., MT ertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka atang VI. endahuluan Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka

Lebih terperinci

6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat

6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Sumer: Art and Gallery Standar Kompetensi 6. Memecahkan masalah yang erkaitan dengan fungsi, persamaan fungsi linier dan fungsi kuadrat Kompetensi Dasar 6. Mendeskripsikan peredaan konsep relasi dan fungsi

Lebih terperinci

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv BAB II PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv 2.1. Transformator Daya Transformator adalah suatu alat listrik statis yang erfungsi meruah tegangan guna penyaluran daya listrik dari suatu rangkaian

Lebih terperinci

b. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0

b. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0 B.3 Fungsi Kuadrat a. Tujuan Setelah mempelajari uraian kompetensi dasar ini, anda dapat: Menentukan titik potong grafik fungsi dengan sumu koordinat, sumu simetri dan nilai ekstrim suatu fungsi Menggamar

Lebih terperinci

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN Sumer: Art & Gallery 44 Matematika X SMK Kelompok: Penjualan dan Akuntansi Standar kompetensi persamaan dan pertidaksamaan linier dan kuadrat terdiri atas tiga kompetensi dasar.

Lebih terperinci

BAB VI DEFLEKSI BALOK

BAB VI DEFLEKSI BALOK VI DEFEKSI OK.. Pendahuluan Semua alok akan terdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya apaila tereani. Dalam struktur angunan, seperti : alok dan plat lantai tidak oleh melentur terlalu erleihan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang go pulic di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diamil diatasi pada perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN

HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 10, No. 2, Juli 2006 HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN I Made Alit Karyawan Salain 1 dan I.B.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalur Kereta Api

BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalur Kereta Api BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalur Kereta Api Perencanaan jalan rel merupakan suatu konstruksi yang direncanakan sebagai prasarana atau infrastruktur perjalanan kereta api. Struktur jalan rel merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON

PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON Wiratman Wangsadinata 1, Hamdi 2 1. Pendahuluan Dalam analisis struktur eton, pengaruh peretakan eton terhadap kekakuan unsurunsurnya menurut SNI

Lebih terperinci

Perencanaan hidraulik bendung dan pelimpah bendungan tipe gergaji

Perencanaan hidraulik bendung dan pelimpah bendungan tipe gergaji Konstruksi dan Bangunan Perencanaan hidraulik endung dan pelimpah endungan tipe gergaji Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktoer 2004 DEPARTEMEN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Tabita R.

PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Tabita R. PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Taita R. Matana ABSTRACT The purpose of this study was to determine the pereptions

Lebih terperinci

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Ba 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Model kinematika diperlukan dalam menganalisis pergerakan suatu root moil. Model kinematik merupakan analisis pergerakan sistem yang direpresentasikan secara matematis

Lebih terperinci

EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWER SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150kV TRANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT

EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWER SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150kV TRANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWE SALUAN UDAA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 5kV TANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT Arif Putra Utama (), Ir. Arnita, M.T (), Ir. Yani idal, M.T (3) () Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN KAS SEBAGAI TOLOK UKUR PENGENDALIAN BIAYA PADA PDAM KOTA BLITAR. Desi Apriani Retno Murni Sari. STIE Kesuma Negara Blitar

ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN KAS SEBAGAI TOLOK UKUR PENGENDALIAN BIAYA PADA PDAM KOTA BLITAR. Desi Apriani Retno Murni Sari. STIE Kesuma Negara Blitar ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN KAS SEBAGAI TOLOK UKUR PENGENDALIAN BIAYA PADA PDAM KOTA BLITAR Desi Apriani Retno Murni Sari STIE Kesuma Negara Blitar Astrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

PAKAN: PERTUMBUHAN PIYIK DENGAN PAKAN BERBEDA SERTA POLA MAKAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF

PAKAN: PERTUMBUHAN PIYIK DENGAN PAKAN BERBEDA SERTA POLA MAKAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF 49 PAKAN: PERTUMBUHAN PIYIK DENGAN PAKAN BERBEDA SERTA POLA MAKAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF Pendahuluan Pakan diutuhkan ternak untuk memenuhi keutuhan untuk hidup pokok, produksi

Lebih terperinci

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR a 6 TRIGONOMETRI A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN ELAJAR Kompetensi Dasar 1. Menghayati pola hidup disiplin, kritis, ertanggungjawa, konsisten dan jujur serta menerapkannya dalam kehidupan sehari hari..

Lebih terperinci

KULIAH PRASARANA TRANSPORTASI PERTEMUAN KE-8 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL

KULIAH PRASARANA TRANSPORTASI PERTEMUAN KE-8 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL KULIAH PASAANA TANSPOTASI PETEMUAN KE-8 PEENCANAAN GEOMETIK JALAN EL 1. Standar Jalan el A. KETENTUAN UMUM Segala ketentuan yang berkaitan dengan jenis komponen jalan rel di dalam perencanaan geometrik

Lebih terperinci

MODIFIKASI JUMLAH KUTUB PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA 36 ALUR

MODIFIKASI JUMLAH KUTUB PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA 36 ALUR MODIFIKASI JUMLAH KUTUB PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA 36 ALUR Muhammad Naim Staf Pengajar Teknik Mesin, Akademi Teknik Soroako, Sorowako *Email: mnaim@ats-sorowako.ac.id Astrak Kecepatan motor induksi 3 fasa

Lebih terperinci

UPAYA KECIL BERKELANJUTAN MENGURANGI PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL MELALUI PEMBELAJARAN PEMBUATAN ALAT PERAGA DALAM PERKULIAHAN FLUIDA

UPAYA KECIL BERKELANJUTAN MENGURANGI PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL MELALUI PEMBELAJARAN PEMBUATAN ALAT PERAGA DALAM PERKULIAHAN FLUIDA 180 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang 10 April 2010 hal. 180-185 UPAYA KECIL BERKELANJUTAN MENGURANGI PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL MELALUI PEMBELAJARAN PEMBUATAN ALAT PERAGA DALAM

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 8 ketentuan umum jalan rel OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan persyaratan umum dalam desain jalan rel Mahasiswa dapat menjelaskan beberapa pengertian kecepatan kereta api terkait

Lebih terperinci

ANALISIS KONSENTRASI TEGANGAN PADA GELAGAR BERLUBANG MENGGUNAKAN PEMODELAN DAN EKSPERIMEN

ANALISIS KONSENTRASI TEGANGAN PADA GELAGAR BERLUBANG MENGGUNAKAN PEMODELAN DAN EKSPERIMEN NLISIS KONSENTRSI TEGNGN PD GELGR BERLUBNG MENGGUNKN PEMODELN DN EKSPERIMEN khmad aizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang E-mail: faizin_poltek@yahoo.com strak Belum diketahuinya

Lebih terperinci

PERENCANAAN JALUR LINTASAN KERETA API DENGAN WESEL TIPE R54 PADA EMPLASEMEN STASIUN ANTARA PASURUAN - JEMBER ( KM KM ) TUGAS AKHIR

PERENCANAAN JALUR LINTASAN KERETA API DENGAN WESEL TIPE R54 PADA EMPLASEMEN STASIUN ANTARA PASURUAN - JEMBER ( KM KM ) TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALUR LINTASAN KERETA API DENGAN WESEL TIPE R54 PADA EMPLASEMEN STASIUN ANTARA PASURUAN - JEMBER ( KM 62+976 KM 197+285 ) TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB X PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL

BAB X PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL BAB X PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL 1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mengetahui kriteria yang perlu diperhatikan untuk merencanakan

Lebih terperinci

BAB XII GAYA DAN TEKANAN

BAB XII GAYA DAN TEKANAN BAB XII GAYA DAN TEKANAN 1. Bagaimanakah huungan antara gaya dan tekanan?. Faktor apakah yang mempengaruhi tekanan di dalam zat cair? 3. Apakah yang dimaksud dengan hukum Pascal? 4. Apakah yang dimasudkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA Umum. Komponen dan struktur Jalan rel yang telah dibangun dan sudah digunakan untuk

BAB IV ANALISA DATA Umum. Komponen dan struktur Jalan rel yang telah dibangun dan sudah digunakan untuk BAB IV ANALISA DATA 4.1. Umum Komponen dan struktur Jalan rel yang telah dibangun dan sudah digunakan untuk lalu lintas kereta api baik itu kereta penumpang ataupun barang, dapat rusak akibat beban dan

Lebih terperinci

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B.

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B. Bayangkan suatu fungsi seagai seuah mesin, misalnya mesin hitung. Ia mengamil suatu ilangan (masukan), maka fungsi memproses ilangan yang masuk dan hasil produksinya diseut keluaran. x Masukan Fungsi f

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Silika Hasil Isolasi dari Sekam Padi Analisis kuantitatif dengan metode X-Ray Fluorescence dilakukan untuk mengetahui kandungan silika au sekam dan oksida-oksida lainnya aik logam

Lebih terperinci

Implementasi Penggunaan Bilangan Fuzzy Trapezoidal untuk Mencari Jalur Kritis pada Jaringan Proyek Fuzzy

Implementasi Penggunaan Bilangan Fuzzy Trapezoidal untuk Mencari Jalur Kritis pada Jaringan Proyek Fuzzy JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Implementasi Penggunaan Bilangan Fuzzy Trapezoidal untuk Mencari Jalur Kritis pada Jaringan Proyek Fuzzy Farah Nurul Ilma,

Lebih terperinci

PENGUJIAN BANTALAN BETON UNTUK TRACK JALAN KERETA API SEPUR 1435 MM MENGGUNAKAN STANDAR UJI AREMA

PENGUJIAN BANTALAN BETON UNTUK TRACK JALAN KERETA API SEPUR 1435 MM MENGGUNAKAN STANDAR UJI AREMA Pengujian Bantalan Beton untuk Track Jalan Kereta Api (Dwi Purwanto) PENGUJIAN BANTALAN BETON UNTUK TRACK JALAN KERETA API SEPUR 1435 MM MENGGUNAKAN STANDAR UJI AREMA Dwi Purwanto Abstract This paper discuss

Lebih terperinci

Materi Bahasan. Analisis Sensitivitas (Sensitivity Analysis) Analisis Sensitivitas. 1 Pengertian Analisis Sensitivitas

Materi Bahasan. Analisis Sensitivitas (Sensitivity Analysis) Analisis Sensitivitas. 1 Pengertian Analisis Sensitivitas Materi ahasan nalisis Sensitivitas (Sensitivity nalysis) Pengertian analisis sensitivitas nalisis sensitivitas dengan metode grafis nalisis sensitivitas dengan metode simpleks Kuliah 7 TI Penelitian Operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat. Banyak perangkatperangkat yang dibuat maupun dikembangkan sesuai bidangnya masing-masing. Perangkat tersebut digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038)

ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038) ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038) Wilton Wahab 1 * dan Sicilia Afriyani 2 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat

Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2018 Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat MUHAMMAD FAISHAL, SOFYAN TRIANA Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANASAN EORI. Masalah ersediaan alam Sistem Manufaktur Biasanya suatu perusahaan memagi milik perusahaannya menjadi dua agian.. engaturan persediaan atau inventaris dierikan untuk meningkatkan pengurusan

Lebih terperinci

dlp2usaha - - USAHA DAN ENERGI - - Usaha dan Eenergi 8105 Fisika 1 mv

dlp2usaha - - USAHA DAN ENERGI - - Usaha dan Eenergi 8105 Fisika 1 mv - - USAHA DAN ENERGI - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp2usaha Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor agaimana cara downloadnya.

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN BAUT PONDASI REL CARRIER PADA IRADIATOR GAMMA UNTUK STERILISASI HASIL PERTANIAN

ANALISIS KEKUATAN BAUT PONDASI REL CARRIER PADA IRADIATOR GAMMA UNTUK STERILISASI HASIL PERTANIAN ANALISIS KEKUATAN BAUT PONDASI REL CARRIER PADA IRADIATOR GAMMA UNTUK STERILISASI HASIL PERTANIAN ABSTRAK Sanda Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional ANALISIS KEKUATAN BAUT PONDASI

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN BAUT PENGUNCI GIRTH-GEAR KILN

ANALISIS TEGANGAN BAUT PENGUNCI GIRTH-GEAR KILN No.33 Vol.1 Thn.XVII April 010 ISSN : 0854-8471 ANALISIS TEGANGAN BAUT PENGUNCI GIRTH-GEAR KILN Devi Chandra 1, Gunawarman 1, M. Fadli 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas

Lebih terperinci

KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM SAMPAI DENGAN KM ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA

KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM SAMPAI DENGAN KM ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM 109+635 SAMPAI DENGAN KM 116+871 ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA DOUBLE TRACK GEOMETRIC INVESTIGATION FROM KM 109+635 UNTIL KM 116+870 BETWEEN CIGANEA

Lebih terperinci

Perancangan Alat Pembuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis

Perancangan Alat Pembuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 206 ISSN : 2085-428 Perancangan Alat Pemuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis Mujiono,*, Erni Junita Dosen Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional Malang *E-mail :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Khusus Pembangunan jalur dan stasiun Light Rail Transit akan dilaksanakan menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan jalur layang (Elevated) dengan

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 6 No 3, 118-177, Desemer 2003, ISSN : 1410-8518 METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS Sunarsih dan Ahmad Khairul Ramdani Jurusan Matematika FMIPA UNDIP ABSTRAK

Lebih terperinci

PENINJAUAN TINGKAT KEHANDALAN LINTAS KERETA API MEDAN - RANTAU PARAPAT

PENINJAUAN TINGKAT KEHANDALAN LINTAS KERETA API MEDAN - RANTAU PARAPAT Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 22 PENINJAUAN TINGKAT KEHANDALAN LINTAS KERETA API MEDAN - RANTAU PARAPAT Husny 1) Rika Deni Susanti 2) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT

ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL Handali, S 1), Gea, O 2) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi biaya produksi bagi kepentingan manajemen perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. informasi biaya produksi bagi kepentingan manajemen perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan akuntansi iaya yang semula ditujukan untuk menyediakan informasi iaya produksi agi kepentingan manajemen pusahaan, dipluas ke arah penyediaan informasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API SURABAYA - KRIAN

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API SURABAYA - KRIAN JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (014) 1-5 1 PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API SURABAYA - KRIAN Aria Dwipa Sukmana, Budi Rahardjo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta

Lebih terperinci

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya -Krian

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya -Krian Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya - Krian DISUSUN OLEH ARIA DWIPA SUKMANA 3109100012 DOSEN PEMBIMBING BUDI RAHARDJO, ST, MT. JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API SURABAYA - KRIAN

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik pergerakan lokomotif Mahasiswa dapat menjelaskan keterkaitan gaya tarik lokomotif dengan kelandaian

Lebih terperinci

MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT

MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT 1. TUJUAN - Memahami hukum dan prinsip fisika yang mendasari metode gaya erat - Mengetahui serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhi nilai variasi gaya erat di

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun Menurut (Utomo 2009), pada tata letak jalur stasiun (emplasemen) yang terdiri dari jalan jalan rel yang tersusun dari sedemikian

Lebih terperinci

Biltek Vol. 4, No. 014 Tahun 2015 Sekolah Tinggi Teknik Harapan 1

Biltek Vol. 4, No. 014 Tahun 2015 Sekolah Tinggi Teknik Harapan 1 ANALISA DAN EVALUASI JABATAN DENGAN METODE ANGKA PADA PD ANEKA INDUSTRI DAN JASA MEDAN Djaka Prasetya 1, Eddy, Rini Halila Nasution 3 1,,3 Jurusan Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan Jl.

Lebih terperinci

Diajukan Guna Memenuhi Salah satu syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi NPM :

Diajukan Guna Memenuhi Salah satu syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi NPM : Jurusan Akuntansi NPM : 000517058 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Defenisi Operasional Untuk mengarahkan penelitian ini penulis mengamil defenisi operasional dari variael penelitian yaitu : 1. Variael

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PERAIRAN PERAK SURABAYA. Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo

KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PERAIRAN PERAK SURABAYA. Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo KARAKTERISTIK GELOMBANG PECA DI PERAIRAN PERAK SURABAYA Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo Astract The ojectives of this study were to examine the height and period of sea

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 dan 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI

PERTEMUAN 3 dan 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI PERTEMUAN an 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI MOMEN INERSIA? ILMU FISIKA Momen inersia aalah suatu ukuran kelemaman seuah partikel terhaap peruahan keuukan alam gerak lintasan rotasi Momen inersia aalah

Lebih terperinci

E-LEARNING MATEMATIKA

E-LEARNING MATEMATIKA MODUL E-LEARNING E-LEARNING MATEMATIKA Oleh : NURYADIN EKO RAHARJO, M.PD. NIP. 9705 00 00 Penulisan Modul e Learning ini diiayai oleh dana DIPA BLU UNY TA 00 Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan

Lebih terperinci

NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN

NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN Menimang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. ahwa upaya untuk mewujudkan kesejahtaeraan umum

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS

METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 6 No 3, 167-178, Desemer 2003, ISSN : 1410-8518 METODE SIMPLEKS PRIMAL MENGGUNAKAN WORKING BASIS Sunarsih dan Ahmad Khairul Ramdani Jurusan Matematika FMIPA UNDIP ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I. 1 Data Kecelakaan Kereta Api

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I. 1 Data Kecelakaan Kereta Api BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem Transportasi nasional memiliki peranan penting dalam mendukung pembangunan nasional. Besarnya jumlah penduduk Indonesia menjadikan kebutuhan akan sistem transportasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KERETA API SEBAGAI ANGKUTAN PENUMPANG DI SUMATERA UTARA

PENGEMBANGAN KERETA API SEBAGAI ANGKUTAN PENUMPANG DI SUMATERA UTARA ENGEMBANGAN KERETA AI SEBAGAI ANGKUTAN ENUMANG DI SUMATERA UTARA Novrial *), N. Vinky Rahman **), Yusar ***) *) Staf engajar rogram Studi Arsitektur, Fakultas Teknik USU **) Staf engajar rogram Studi Arsitektur,

Lebih terperinci

Faktor yang mempengaruhi ketidaklengkapan DRM : 1. Aspek sumber daya manusia 2. Aspek pendukung

Faktor yang mempengaruhi ketidaklengkapan DRM : 1. Aspek sumber daya manusia 2. Aspek pendukung BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Tael 3.1 Kerangka Konsep Faktor yang mempengaruhi ketidaklengkapan DRM : 1. Aspek sumer daya manusia 2. Aspek pendukung Assemling Lengkap Tidak Lengkap Klaim

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN PASAR GEDE KOTA SURAKARTA

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN PASAR GEDE KOTA SURAKARTA ANALISIS KARAKTERISTIK DAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN PASAR GEDE KOTA SURAKARTA Benny Irawan 1) Amirotul MHM 2) Slamet Jauhari Legowo 3) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik, Program Studi

Lebih terperinci

4. Mononom dan Polinom

4. Mononom dan Polinom Darpulic www.darpulic.com 4. Mononom dan Polinom Sudaratno Sudirham Mononom adalah pernataan tunggal ang erentuk k n, dengan k adalah tetapan dan n adalah ilangan ulat termasuk nol. Fungsi polinom merupakan

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TUNJANGAN DAERAH BAGI JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJAR.

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TUNJANGAN DAERAH BAGI JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJAR. BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN DAERAH BAGI JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Moch Faoezy Magister Manajemen, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Yogyakarta, Indonesia

Moch Faoezy Magister Manajemen, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Yogyakarta, Indonesia ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS IKLAN INTERNET DAN KELOMPOK REFERENSI TERHADAP PERSEPSI KUALITAS DAN DAMPAKNYA TERHADAP NIAT MENGGUNAKAN APLIKASI GAME CLASH OF CLANS Moch Faoezy Magister Manajemen, Program

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Kereta api yang beroperasi pada track Klaten-Maguwo Jumlah kereta api yang beroperasi berdasarkan GAPEKA 2015 pada track Klaten-Srowot sebesar 93 KA/hari,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan 1. Analisis kapasitas lintas Dari hasil analisis Grafik perjalanan kereta api (Gapeka) 2015 didapatkan kesimpulan mengenai persentase jenis kereta api pada jalur Rewulu-Wojo.

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL, AUDIOTORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL, AUDIOTORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL, AUDIOTORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Inti Anif Fujiati 1, Sri Utami 2 FPMIPA IKIP PGRI MADIUN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melalui tahapan tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. melalui tahapan tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikut : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Metodologi yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini akan dipaparkan melalui tahapan tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikut : MULAI DATA KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BAB 2. RANDOMISASI DALAM PENELITIAN

BAB 2. RANDOMISASI DALAM PENELITIAN 16 BAB 2. RANDOMISASI DALAM PENELITIAN Randomisasi merupakan langkah peting dalam penelitian yang tidak dilakukan secara sensus. Dengan randomisasi yang aik maka akan dapat diperoleh sampel yang representatif

Lebih terperinci

KEHANDALAN KERETA API ANTAR KOTA PADA DAOP V PURWOKERTO DAN DAOP VI YOGYAKARTA

KEHANDALAN KERETA API ANTAR KOTA PADA DAOP V PURWOKERTO DAN DAOP VI YOGYAKARTA KEHANDALAN KERETA API ANTAR KOTA PADA DAOP V PURWOKERTO DAN DAOP VI YOGYARTA Yuwono Wiarco 1, Siti Malkhamah,. 2, Imam Muthohar,. 3 1) Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISA TRAFIK PADA JARINGAN CDMA

ANALISA TRAFIK PADA JARINGAN CDMA BAB V AALSA TRAFK PADA JARGA CDMA Analisa trafik pada suatu sistem seluler sangat terkait dengan kapasitas aringan dari sistem terseut. Yang terkait erat dengan kapasitas aringan ini adalah intensitas

Lebih terperinci

Metode Simpleks Diperbaiki (Revised Simplex Method) Materi Bahasan

Metode Simpleks Diperbaiki (Revised Simplex Method) Materi Bahasan /7/ Metode Simpleks Diperaiki (Revised Simple Method) Kuliah TI Penelitian Operasional I Materi ahasan Dasar-dasar aljaar dari metode simpleks Metode simpleks yang diperaiki TI Penelitian Operasional I

Lebih terperinci

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Lintas Cirebon Kroya Koridor Prupuk Purwokerto BAB I PENDAHULUAN

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Lintas Cirebon Kroya Koridor Prupuk Purwokerto BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan perkembangan penduduk maka semakin banyak diperlukan penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang baik untuk melancarkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JALUR KERETA API ANTARA STASIUN DUKU DENGAN BANDARA INTERNASIONAL MINANG KABAU

PERENCANAAN JALUR KERETA API ANTARA STASIUN DUKU DENGAN BANDARA INTERNASIONAL MINANG KABAU PERENCANAAN JALUR KERETA API ANTARA STASIUN DUKU DENGAN BANDARA INTERNASIONAL MINANG KABAU Devi Cita Harminda,Hendri Warman, Lusi Utama. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NO. 10 TH 2005 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NO. 10 TH 2005 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NO. 10 TH 2005 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER -10/MEN/V/2005 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KONSILIATOR SERTA TATA KERJA KONSILIASI

Lebih terperinci

ganjil di DAOP VI ) menginginkan lama waktu crossing dan

ganjil di DAOP VI ) menginginkan lama waktu crossing dan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis-analisis diatas dan mengingat tujuan penulisan tugas akhir ini, maka kami menyimpulkan hal - hal sebagai berikut ini: 1. Analisis Kuisioner

Lebih terperinci

7. FLUIDA FLUIDA STATIK FENOMENA FLUIDA DINAMIK

7. FLUIDA FLUIDA STATIK FENOMENA FLUIDA DINAMIK 7. FLUID Materi Kuliah: - Fluida dan Fenomena - Massa Jenis - Tekanan - Prinsip Pascal - Prinsip rchimedes FLUID Fluida merupakan sesuatu yang dapat mengalir sehingga sering diseut seagai zat alir. Fasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rencana Jaringan Kereta Api di Pulau Sumatera Tahun 2030 (sumber: RIPNAS, Kemenhub, 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rencana Jaringan Kereta Api di Pulau Sumatera Tahun 2030 (sumber: RIPNAS, Kemenhub, 2011) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS) 2030 telah direncanakan program jangka panjang pembangunan Trans Sumatera Railways yang membentang dari Provinsi

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta api adalah salah satu moda transportasi darat disamping angkutan umum pada jalan raya yang diharapkan dapat meningkatkan mobilitas dan melancarkan distribusi

Lebih terperinci