ANALISIS TEGANGAN BAUT PENGUNCI GIRTH-GEAR KILN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TEGANGAN BAUT PENGUNCI GIRTH-GEAR KILN"

Transkripsi

1 No.33 Vol.1 Thn.XVII April 010 ISSN : ANALISIS TEGANGAN BAUT PENGUNCI GIRTH-GEAR KILN Devi Chandra 1, Gunawarman 1, M. Fadli 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas Alumni Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas ABSTRAK Girth-gear merupakan penggerak utama kiln pada parik semen yang terpasang pada shell kiln Konstruksinya terdiri dari dua agian setengah lingkaran yang dihuungkan dengan menggunakan aut dan pin. Apaila salah satu dari aut atau pin mengalami kegagalan maka fungsi driver akan terganggu. Baut pengunci kiln driver sering mengalami kegagalan/patah sehingga perlu dilakukan analisa tegangan yang ekerja pada aut untuk mengetahui penyea kegagalannya. Dari hasil pengujian tarik diketahui ahwa tegangan ultimate aut seesar 891 Mpa dan Tegangan Yield 744 Mpa. Perhitungan tegangan secara teoritik dilakukan pada lima kondisi pemeanan erdasarkan pada posisi titik tangkap gaya tekan roda gigi penggerak kiln terhadap aut pengunci kiln yaitu 1800, 1350, 900, 450 dan 00. Dari hasil perhitungan didapatkan tegangan teresar terjadi ketika aut pengunci girth-gear tepat erada pada titik kerja gaya tekan roda gigi penggerak kiln dengan esar tegangan 63 MPa. Tegangan ini jauh leih kecil dari Tegangan Yield aut sehingga tidak mungkin terjadi gagal statik pada aut. Dengan demikian perlu dilakukan analisis dinamik dengan menggunakan Diagram Goodman. Dari analisis dengan diagram Goodman diketahui ahwa kegagalan yang terjadi pada aut adalah gagal fatique (lelah). 1. PENDAHULUAN Kiln merupakan agian yang sangat penting dari seuah parik semen, dimana kiln sangat mempengaruhi produksi dari seluruh elemen parik. Kiln digunakan seagai tempat pemakaran rawmix menjadi klinker. Konstruksi dari kiln erentuk taung (silinder) yang teruat dari pelat aja, agian dalamnya dieri lapisan atu tahan api, dan mempunyai saluran inlet dan outlet. Dalam operasinya kiln erputar diatas tumpuan dengan menggunakan dua uah motor penggerak. Kiln dipasang dengan kemiringan 4% dari panjang kiln atau sekitar 0 sampai dengan 50. Kiln erputar dengan kecepatan sekitar,5 sampai dengan 3,1 rpm dan digerakkan oleh uah motor penggerak dengan daya masing-masing motor adalah 600 kw. Dari motor penggerak putaran diteruskan ke girthgear yang terpasang pada shell kiln dengan menggunakan roda gigi pinion. Konstruksi girth-gear terdiri dari dua agian setengah lingkaran yang dihuungkan dengan menggunakan aut dan pin. Tiap sisi dari masingmasing ujung setengah lingkaran girth-gear dikunci oleh 3 uah aut dan satu pin. Dengan demikian, seluruh perangkat pengunci girth-gear ini terdiri dari 1 uah aut dengan 4 uah pin. Jika salah satu dari aut/pin dari sistem pengunci ini mengalami kegagalan maka fungsi girth-gear terganggu dan putaran/operasi kiln harus dihentikan untuk proses penggantian aut/pin. Penghentian operasi kiln akan mengganggu proses produksi semen dan ini tentu saja sangat merugikan perusahaan, penurunan kapasitas produksi, peningkatan iaya pemeliharaan, dan kesulitan koordinasi. Baut pengunci girth-gear kiln sering mengalami kegagalan/patah. Untuk mengetahui penyea kegagalan terseut maka diperlukan analisis tegangan dan analisis metalurgi terhadap perangkat aut pengunci girth-gear kiln ini. Analisis tegangan diperlukan terutama untuk mengetahui jenis dan kondisi tegangan yang ekerja serta esar tegangan yang dialami oleh aut/pin. Sementara, analisis metalurgi diperlukan untuk mengetahui penyea patahnya aut/pin, dan selanjutnya dapat menentukan material yang leih cocok untuk kondisi kerja girth-gear kiln.. GAMBARAN UMUM KILN Kiln pada parik semen didukung oleh komponen komponen penunjang s : a. Tyre / Live Ring Tyre atau Live Ring merupakan alat yang dipasang pada shell kiln dan erputar ersama dengan kiln. Tyre atau Live Ring. Supporting Roller Supporting roller erfungsi untuk menumpu dan seagai penahan kiln, selain itu supporting roller juga erfungsi untuk mempermudah kiln erputar. c. Trust Roller Berfungsi untuk menahan sekaligus untuk mendorong kiln yang sedang erputar tidak turun dari posisinya d. Fan Kiln merupakan tempat terjadinya pemakaran Raw Mix. Pemakaran dilakukan dalam temperatur tinggi yang erkisar antara C. Oleh sea itu dipasanglah fan untuk menarik gas panas yang ercampur dengan material. e. Burner Burner merupakan salah satu sistem pemakaran yang dilakukan didalam kiln. Cara kerjanya adalah dengan sistem penyemprotan TeknikA 1

2 No.33 Vol.1 Thn.XVII April 010 ISSN : atu ara erentuk tepung dan disemprotkan menggunkan rotari lower ke ruang pemakaran. f. Grate Cooler Merupakan tempat pendinginan klinker yang keluar dari kiln dan sekaligus seagai alat transpor klinker menuju ke rooller crusher. g. Girth-gear Merupakan penggerak utama kiln. Cara kerjanya adalah dengan menggunakan sistem roda gigi. Roda gigi terseut dipasang pada shell kiln dan erfungsi seagai penggerak dari kiln. Arus listrik yang memutar motor penggerak diteruskan ke transmisi roda gigi dan terus memutar roda gigi pinion yang erhuungan langsung dengan girth-gear kiln. Gamar -1. Girth-gear Kiln Gamar - Girth-gear kiln dan aut pengunci 3 MODUS KEGAGALAN LOGAM a. Distorsi Kegagalan jenis ini akan terjadi jika komponen atau struktur terseut tidak mampu lagi memikul ean yang seharusnya, tidak dapat erfungsi seagaimana mestinya atau mengganggu operasi komponen lainnya. Jenis-jenis distorsi adalah : Distorsi ukuran Distorsi entuk Penyea utama kegagalan ini adalah pemeanan yang erleihan (overloading) yang diseakan oleh : Spesifikasi material yang tidak sesuai Kegagalan dalam memenuhi spesifikasi. Patah Ulet Permukaan patahannya memiliki deformasi plastis yang cukup esar. Patah ulet memiliki ciri-ciri antara lain permukaan patah yang rata, iir geser (shear lip) yang mementuk sudut 45o terhadap permukaan patah, dan selalu diawali dengan proses pengecilan penampang setempat (necking) ila mendapat ean tarik. Penyea kegagalan komponen dengan modus patah ulet murni adalah adanya ean yang erleihan (overloading), kesalahan dalam proses perlakuan panas (heat treatment), kesalahan pemuatan, cacat material, pengaruh lingkungan dan operasi. c. Patah Getas Patah getas peramatan retakannya sangat cepat, tidak terjadi deformasi plastis, permukaan patahannya rata, dan tidak didahului dengan pengecilan penampang setempat. Penyea patah getas antara lain: Cacat yang sudah ada dalam material Cacat yang timul karena proses pemuatan Cacat yang terjadi karena kondisi operasi d. Patah Lelah Patah lelah pada elemen mesin yang diuat dari aja adalah patah yang terjadi secara tia-tia setelah elemen mesin terseut eroperasi untuk eerapa waktu. Istilah tia-tia perlu segera dieri keterangan tamahan, sea sumer patah lelah yang erupa retak mikro atau micro crack yang tidak dapat terlihat oleh mata, seenarnya terjadi lama seelum patah lelah terjadi. Bereda dengan patah akiat dilampauinya tegangan tarik yang menunjukan patah ulet, yaitu terjadinya deformasi plastis yang cukup esar disekitar potongan patah, maka pada patah lelah tidak terjadi deformasi plastis yang cukup esar terseut sehingga kelihatan seperti patah getas atau rittle fracture seperti patahnya ahan getas. Padahal elemen mesin diuat dari aja yang ulet atau ductile dan ukan diuat dari ahan getas. Pada patah lelah dengan jelas terlihat adanya dua daerah yang dinamakan daerah patah lelah dan daerah patah tia-tia. Daerah patah lelah pada umumnya rata dan halus hampir seperti jaringan Pada daerah patah lelah tidak terjadi deformasi plastis. Jika diamati dengan teliti, maka titik asal patah lelah yang erupa retak mikro didaerah konsentrasi tegangan iasanya dapat dilihat dengan jelas. Patah pada daerah tia-tia adalah akiat dilampauinya tegangan atas tarik, yaitu karena luas potongan yang elum retak tinggal kecil saja sehingga tegangan yang terjadi akiat ean melampaui tegangan atas tarik. Pada daerah tia-tia terjadi akiat adanya deformasi plastis seperti pada patah ulet. Dari eerapa penelitian dan pengamatan patah lelah, dapat diamil kesimpulan ahwa patah lelah diseakan deformasi plastis yang diulangulang. Deformasi plastis terseut tidak perlu erupa deformasi plastis makro yang tampak oleh mata, tetapi deformasi plastis mikro yang terjadi pada retak mikro yang sekaligus menjadi konsentrasi tegangan dan menjadi titik asal patah lelah.

3 No.33 Vol.1 Thn.XVII April 010 ISSN : Analisis kegagalan karena ean olak-alik suatu material dapat dilakukan dengan menggunakan diagram Goodman (Gamar 3). Diagram Goodman merupakan diagram yang menggamarkan tegangan yang terjadi pada elemen yang mengalami ean dinamik seperti ean erulang. Diagram ini menghuungkan antara tegangan ultimate, tegangan luluh (yield) dan tegangan lelah (endurance limit) dengan tegangan yang ekerja (working stress) sehingga dapat diketahui apakah material/elemen gagal atau tidak. Pengamilan Sampel Uji Pengujian Tarik Mulai Studi Lapangan Studi Literatur Perhitungan Secara Teoritik σu (Tegangan ultimate) Tegangan σe 0,7 σu Diagram Goodman Analisis Kesimpulan Gamar -3 Diagram Goodman 4. METODOLOGI 4.1. Data Penelitian Data-data untuk penelitian adalah s : Kiln Putaran Kiln (n) : 3 rpm Daya motor penggerak : x 600 kw Kecepatan tangensial : 0,4 m/s Girth-gear kiln Jumlah gigi girth-gear : 8 uah Sudut kemiringan gigi : 9 30 Diameter pitch girth-gear : 491,8 mm Baut Pengunci girth-gear Diameter aut pengunci : 48 mm 4. Diagram Alir Penelitian Skema lengkap penelitian dapat dilihat pada Gamar 4. Gamar -4 Diagram Alir Penelitian 4.3 PerhitunganTegangan pada Baut Pada aut akan terjadi dua entuk gaya yaitu gaya langsung (direct force) dan gaya momen (moment force). Untuk mendapatkan esar tegangan yang ekerja pada aut maka terleih dahulu dihitung gaya resultan yang merupakan jumlah dari direct force dan moment force. Perhitungan Direct Force Direct Force pada aut adalah gaya luar yang ekerja diagi dengan jumlah aut yang menahan ean. F F d N (1) F adalah gaya luar pada sistem aut N jumlah aut yang menahan ean Perhitungan Momen Force Momen Force merupakan gaya akiat adanya momen yang dipengaruhi oleh jarak tempat gaya ekerja terhadap titik pusat enda (lengan moment). Momen force dapat dihitung dengan menggunakan rumus : F i C. r i Dimana : Fi moment force aut ke i ri jarak aut ke i ke pusat massa aut C konstanta proporsional () Moment luar yang ekerja pada sistem aut akan sama dengan jumlah dari moment force seluruh aut : F. e. F i ri Selesai (3) TeknikA 3

4 No.33 Vol.1 Thn.XVII April 010 ISSN : F. e C( r + r...) Dimana : F adalah gaya luar yang ekerja e adalah lengan moment gaya luar ke pusat massa aut (4) Perhitungan Resultan Gaya Resultan gaya dihitung pada 5 kondisi pemeanan erdasarkan pada posisi titik tangkap gaya tekan roda gigi penggerak kiln terhadap aut pengunci kiln yang akan ditentukan tegangannya yaitu 1800, 1350, 900, 450 dan 00. Resultan gaya pada aut pengunci merupakan jumlah dari direct force dan moment force yang terjadi pada aut pengunci girth-kiln. Gaya Tekan Roda Gigi Penggerak Kiln Gaya tekan roda gigi atau gaya tangensial Ft dihitung dengan menggunakan rumus : Daya Ft v (5) Dimana v adalah kecepatan tangensial dari girthgear yang dihitung dengan persamaan : π d n v 60 (6) d merupakan diameter pitch dari girth-gear dihitung menggunakan rumus : N d Pdn cosψ (7) Dimana N merupakan jumlah gigi dari girth-gear, ψ sudut helik roda gigi miring, dan Pdn diameter pitch normal. Diameter pitch normal dapat dihitung dengan persamaan : P dn π π Pn P.cosψ (8) 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perhitungan Gaya dan Tegangan Baut Gaya Tangensial Roda gigi P P cosψ n π Pdn P d n π 33,87 0,098 N P cosψ dn 8 0 ι 0,098 cos ,8 mm π d n v 60 π x 491,8 x3 60 0, 4 m s Daya F t v 100 kw 0,4 m / s 3000 kn Direct force (Fd) Ft 3000 kn Fd Jumlah Baut Perhitungan Koefisien Momen C t kn {( ) 4 4 } { 3( ) 4 4 } { ( ) ( ) ( )} {( ) ( ) ( )} { } F Jarak c r + r + r + r + r c r + r + r c knmm c knmm c mm knmm c mm c 0,07 kn mm Momen Force F Momen force dihitung untuk menentukan resultan gaya yang ekerja pada aut pengunci kiln. F c Jarak Terjauh 0, 07 kn 3715 mm mm 60 kn Resultan Gaya dan Tegangan pada aut Kondisi I Kondisi II F F F R kn Tegangan pada aut : 46 kn σ 5555 kn m aut 5,5 MPa F F Sin 45 y 14 0, kn F F Cos 45 x 14 0, kn ( ) ( ) F F F + F R y x ( ) ( ) kn TeknikA 4

5 No.33 Vol.1 Thn.XVII April 010 ISSN : Tegangan pada aut : 186 kn σ aut 103 MPa Kondisi III kn m ( F sσ a v e, k σ r ) F F + F R Kondisi IV Kondisi V ( 60) ( 14) kn Tegangan pada aut : 336 kn σ kn m aut 186,6 MPa F F Sin 45 y 14 0, kn F F Cos 45 x 14 0, kn ( ) ( ) F F + F + F R y x ( ) ( 151) kn Tegangan pada aut : 437 kn σ 4777 kn m aut 4,7 MPa F F + F R kn Tegangan pada aut : 474 kn σ kn m aut 63 MPa 5. Diagram Goodman Untuk menggamarkan diagram Goodman diperlukan faktor konsentrasi tegangan aut (K) dan faktor keamanan Fs. Dari pengujian kekerasan didapatkan kekerasan rata-rata aut seesar 9,7 HRC atau 84 BHN. Dengan faktor konsentrasi tegangan ulir aut adalah 3. Diagram Goodman dapat digamarkan seperti diawah ini Gamar -5 Diagram Goodman Hasil Perhitungan 5.3 Analisa dan Pemahasan Pada kondisi V gaya tangensial yang ekerja pada girth-gear terletak tepat di ujung dekat aut pengunci dan tegak lurus dengan samungan dua agian main gear. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan tegangan teresar pada saat ean erada pada kondisi V yaitu seesar 63 MPa, ini erarti aut pada agian kanan gamar mengalami tegangan tekan seesar 63 MPa dan disaat yang sama aut pada agian kiri mengalami tegangan tarik seesar 63 MPa juga. Dengan demikian aut mengalami tegangan olak-alik dengan tegangan maksimum 63 MPa, seperti Gamar 6. σ ( M P a ) Gamar -6 Tegangan Bolak-alik yang ekerja pada Baut Berdasarkan diagram Goodman dapat dilihat ahwa tegangan yang ekerja pada aut erada diluar garis failure line, dengan demikian aut mengalami kegagalan lelah akiat ean olak alik. Gamar -7 Bentuk permukaan patah aut Dari Gamar 6 dapat dilihat entuk permukaan patah dari aut pengunci girth-gear kiln, agian A adalah entuk patahan akiat ean olak-alik yaitu patah lelah dan pada agian B merupakan patah getas. Patah getas ini terjadi karena aut tidak lagi mampu menahan ean yang ekerja setelah t TeknikA 5

6 No.33 Vol.1 Thn.XVII April 010 ISSN : terjadinya awal patahan (patah lelah). Garis erwarna kuning merupakan atas antara patah lelah dengan patah getas. Semakin esar daerah B erarti material yang digunakan adalah material yang semakin getas dan semakin tidak mampu menahan ean olak-alik yang ekerja. Dan egitu juga sealiknya, semakin esar daerah A maka material terseut akan semakin mampu untuk menahan ean olak-alik yang ekerja. 6. KESIMPULAN Dari penelitian dapat diamil eerapa kesimpulan seagai erikut: Dari hasil perhitungan teoritik, tegangan teresar yang ekerja pada aut adalah pada kondisi pemeanan V yaitu seesar 63 MPa, dimana ean yang ekerja adalah ean olak alik tarik tekan dan tepat erada dekat dengan samungan girth-gear kiln. Tegangan hasil perhitungan jauh leih kecil dari tegangan yield ahan, karena itu tidak mungkin terjadi gagal statik pada aut. Dari analisis dinamik dengan diagram Godman dapat dilihat ahwa kegagalan yang terjadi adalah karena lelah (patah fatique) karena tegangan yang ekerja erada diluar grafik, ini sesuai dengan entuk patahan yang terjadi pada aut. DAFTAR PUSTAKA Gasni. Dedison, Kriteria Patah Lelah Untuk Bean Dinamik, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Andalas, Padang, 00. J.A. Collins, Failure of Materials in Mechanical Design, John Wiley & Sons, The Ohio State University, Juvinnall, Roert. C, and Kurt, M. Marshek, Fundamentals of Machine Component Design second Edition, John Wiley & Sons, Inc. Canada Niemann,G., Elemen Mesin, Jilid 1, Edisi kedua, Penerit Erlangga, Jakarta, Spotts, M.F., Design of Machine Elements, 6th ed, Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, Sularso., dan Suga, Kiyokatsu., Dasar Perancanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Edisi kedelapan, PT Pradnya Paramita, Jakarta, TeknikA 6

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 13

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 13 Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Samungan Baut Pertemuan - 13 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur aja eserta alat samungnya TIK : Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang ahan jar Statika Mulyati, ST., MT ertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka atang VI. endahuluan Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan mikro di dalam rumah tanaman khususnya di daerah tropika asah perlu mendapat perhatian khusus, mengingat iri iklim tropika asah dengan suhu udara yang relatif panas,

Lebih terperinci

BAB VI DEFLEKSI BALOK

BAB VI DEFLEKSI BALOK VI DEFEKSI OK.. Pendahuluan Semua alok akan terdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya apaila tereani. Dalam struktur angunan, seperti : alok dan plat lantai tidak oleh melentur terlalu erleihan untuk

Lebih terperinci

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN Ba ini akan memahas kapasitas samungan rangka aja ringan terhadap gaya-gaya dalam yang merupakan hasil analisis struktur rangka aja ringan pada pemodelan a seelumnya.

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMEN PENINGKATAN UMUR LELAH POROS BERALUR DENGAN PENAMBAHAN ALUR BANTU

KAJI EKSPERIMEN PENINGKATAN UMUR LELAH POROS BERALUR DENGAN PENAMBAHAN ALUR BANTU AJI ESPERIMEN PENINGATAN UMUR LELAH POROS BERALUR DENGAN PENAMBAHAN ALUR BANTU Devi Chandra Sta Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas ABSTRA Poros merupakan elemen mesin yang

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BAUT GALVANIS DAN STAINLESS STEEL DITINJAU DARI FRACTURE SURFACE PADA SAMBUNGAN PLAT. Nofriady Handra 1 dan Brazi 2.

PENGARUH POSISI BAUT GALVANIS DAN STAINLESS STEEL DITINJAU DARI FRACTURE SURFACE PADA SAMBUNGAN PLAT. Nofriady Handra 1 dan Brazi 2. PENGARUH POSISI BAUT GALVANIS DAN STAINLESS STEEL DITINJAU DARI FRACTURE SURFACE PADA SAMBUNGAN PLAT Oleh : Nofriady Handra 1 dan Brazi 1 Dosen Teknik Mesin - Institut Teknologi Padang Alumni Teknik Mesin

Lebih terperinci

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik VII. BALOK KOLOM Komponen struktur seringkali menderita kominasi eerapa macam gaya secara ersama-sama, salah satu contohnya adalah komponen struktur alok-kolom. Pada alok-kolom, dua macam gaya ekerja secara

Lebih terperinci

V. DEFLEKSI BALOK ELASTIS: METODE-LUAS MOMEN

V. DEFLEKSI BALOK ELASTIS: METODE-LUAS MOMEN V. DEFEKSI BOK ESTIS: METODE-US MOMEN Defleksi alok diperoleh dengan memanfaatkan sifat diagram luas momen lentur. Cara ini cocok untuk lendutan dan putaran sudut pada suatu titik sudut saja, karena kita

Lebih terperinci

ANALISA PERPATAHAN RODA GIGI TERHADAP MISSLIGNMENT GEAR BOX KILN INDARUNG V PT. SEMEN PADANG

ANALISA PERPATAHAN RODA GIGI TERHADAP MISSLIGNMENT GEAR BOX KILN INDARUNG V PT. SEMEN PADANG ANALISA PERPATAHAN RODA GIGI TERHADAP MISSLIGNMENT GEAR BOX KILN INDARUNG V PT. SEMEN PADANG Nusyirwan Jurusan Teknik Mesin Universitas Andalas ABSTRAK Gear box merupakan suatu peralatan yang diperlukan

Lebih terperinci

STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM

STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM A COMPARATIVE STUDY OF PLATE STRUCTURE ANALYSIS USING STRIP METHOD, PBI 71, AND FEM Guntara M.

Lebih terperinci

Konstruksi Rangka Batang

Konstruksi Rangka Batang Konstruksi Rangka atang Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka atang merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari sejumlah atang atang

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN BAUT PONDASI REL CARRIER PADA IRADIATOR GAMMA UNTUK STERILISASI HASIL PERTANIAN

ANALISIS KEKUATAN BAUT PONDASI REL CARRIER PADA IRADIATOR GAMMA UNTUK STERILISASI HASIL PERTANIAN ANALISIS KEKUATAN BAUT PONDASI REL CARRIER PADA IRADIATOR GAMMA UNTUK STERILISASI HASIL PERTANIAN ABSTRAK Sanda Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional ANALISIS KEKUATAN BAUT PONDASI

Lebih terperinci

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF Jamiatul Akmal 1, a *, Ofik Taufik Purwadi 2,, Joko Pransytio 3, c 1,3) Jurusan Teknik Mesin, UNILA, Bandar

Lebih terperinci

ANALISIS KONSENTRASI TEGANGAN PADA GELAGAR BERLUBANG MENGGUNAKAN PEMODELAN DAN EKSPERIMEN

ANALISIS KONSENTRASI TEGANGAN PADA GELAGAR BERLUBANG MENGGUNAKAN PEMODELAN DAN EKSPERIMEN NLISIS KONSENTRSI TEGNGN PD GELGR BERLUBNG MENGGUNKN PEMODELN DN EKSPERIMEN khmad aizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang E-mail: faizin_poltek@yahoo.com strak Belum diketahuinya

Lebih terperinci

4. Mononom dan Polinom

4. Mononom dan Polinom Darpulic www.darpulic.com 4. Mononom dan Polinom Sudaratno Sudirham Mononom adalah pernataan tunggal ang erentuk k n, dengan k adalah tetapan dan n adalah ilangan ulat termasuk nol. Fungsi polinom merupakan

Lebih terperinci

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Ba 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Model kinematika diperlukan dalam menganalisis pergerakan suatu root moil. Model kinematik merupakan analisis pergerakan sistem yang direpresentasikan secara matematis

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Terminologi Baut.

Gambar 4.1 Terminologi Baut. BAB 4 SAMBUNGAN BAUT 4. Sambungan Baut (Bolt ) dan Ulir Pengangkat (Screw) Untuk memasang mesin, berbagai bagian harus disambung atau di ikat untuk menghindari gerakan terhadap sesamanya. Baut, pena, pasak

Lebih terperinci

PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON

PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON Wiratman Wangsadinata 1, Hamdi 2 1. Pendahuluan Dalam analisis struktur eton, pengaruh peretakan eton terhadap kekakuan unsurunsurnya menurut SNI

Lebih terperinci

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv BAB II PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv 2.1. Transformator Daya Transformator adalah suatu alat listrik statis yang erfungsi meruah tegangan guna penyaluran daya listrik dari suatu rangkaian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia () 3. Hutomo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian dan pemahasan serius dari pemerintah dan ahli kependudukan. Bila para ahli

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, Menimang: a ahwa seagai pelaksanaan Pasal 19

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia

Lebih terperinci

ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT

ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL Handali, S 1), Gea, O 2) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW Silviana 1, Nova Risdiyanto Ismail 2 1 Universitas Widyagama Malang/ Dosen Teknik Industri, Kota Malang 2 Universitas

Lebih terperinci

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN Sumer: Art & Gallery 44 Matematika X SMK Kelompok: Penjualan dan Akuntansi Standar kompetensi persamaan dan pertidaksamaan linier dan kuadrat terdiri atas tiga kompetensi dasar.

Lebih terperinci

6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat

6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Sumer: Art and Gallery Standar Kompetensi 6. Memecahkan masalah yang erkaitan dengan fungsi, persamaan fungsi linier dan fungsi kuadrat Kompetensi Dasar 6. Mendeskripsikan peredaan konsep relasi dan fungsi

Lebih terperinci

MODIFIKASI JUMLAH KUTUB PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA 36 ALUR

MODIFIKASI JUMLAH KUTUB PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA 36 ALUR MODIFIKASI JUMLAH KUTUB PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA 36 ALUR Muhammad Naim Staf Pengajar Teknik Mesin, Akademi Teknik Soroako, Sorowako *Email: mnaim@ats-sorowako.ac.id Astrak Kecepatan motor induksi 3 fasa

Lebih terperinci

Bab II STUDI PUSTAKA

Bab II STUDI PUSTAKA Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan

Lebih terperinci

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B.

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B. Bayangkan suatu fungsi seagai seuah mesin, misalnya mesin hitung. Ia mengamil suatu ilangan (masukan), maka fungsi memproses ilangan yang masuk dan hasil produksinya diseut keluaran. x Masukan Fungsi f

Lebih terperinci

Pengaruh Posisi Terhadap Kekuatan Baut dan Gaya Geser Ditinjau dari Morfologi Fracture Surface pada Sambungan Plat

Pengaruh Posisi Terhadap Kekuatan Baut dan Gaya Geser Ditinjau dari Morfologi Fracture Surface pada Sambungan Plat Jurnal Mechanical, Volume, Nomor, September 0 Pengaruh Posisi Terhadap Kekuatan Baut dan Gaya Geser Ditinjau dari Morfologi Fracture Surface pada Sambungan Plat Nofriady Handra Jurusan Teknik Mesin Institut

Lebih terperinci

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT AMPAS EMPULUR SAGU TERHADAP KEKUATAN BENDING DAN IMPAK PADA KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT AMPAS EMPULUR SAGU TERHADAP KEKUATAN BENDING DAN IMPAK PADA KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT AMPAS EMPULUR SAGU TERHADAP KEKUATAN BENDING DAN IMPAK PADA KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER Arthur Yanny Leiwakaessy 1) FakultasTeknik Universitas Pattimura Amon Email : arthur.leiwakaessy@gmail.com

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM

ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM Desinta Nur Lailasari *1, Sri Murni Dewi 2, Devi Nuralinah 2 1 Mahasiswa / Program Studi Magister / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik

Lebih terperinci

dlp2usaha - - USAHA DAN ENERGI - - Usaha dan Eenergi 8105 Fisika 1 mv

dlp2usaha - - USAHA DAN ENERGI - - Usaha dan Eenergi 8105 Fisika 1 mv - - USAHA DAN ENERGI - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp2usaha Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor agaimana cara downloadnya.

Lebih terperinci

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH Fatique Testing (Pengujian Lelah) Fatique Testing (Pengujian Lelah) Definisi : Pengujian kelelahan adalah suatu proses pengujian dimana material tersebut menerima pembebanan

Lebih terperinci

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban F68 Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban Asia, Lukman Noerochim, dan Rochman Rochiem Departemen Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS, Kampus ITS-Keputih Sukolilo,

Lebih terperinci

b. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0

b. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0 B.3 Fungsi Kuadrat a. Tujuan Setelah mempelajari uraian kompetensi dasar ini, anda dapat: Menentukan titik potong grafik fungsi dengan sumu koordinat, sumu simetri dan nilai ekstrim suatu fungsi Menggamar

Lebih terperinci

MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT

MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT 1. TUJUAN - Memahami hukum dan prinsip fisika yang mendasari metode gaya erat - Mengetahui serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhi nilai variasi gaya erat di

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN

HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 10, No. 2, Juli 2006 HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN I Made Alit Karyawan Salain 1 dan I.B.

Lebih terperinci

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z)

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z) Ba 7 Residu dan Penggunaannya BAB 7 RESIDU DAN PENGGUNAAN 7 Residu dan kutu Pada agian seelumnya telah kita pelajari ahwa suatu titik diseut titik singular dari f () ila f () gagal analitik di tetapi analitik

Lebih terperinci

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS Judul : PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS ANALISA KEKUATAN PUNTIR DAN KEKUATAN LENTUR PUTAR POROS BAJA ST 60 SEBAGAI APLIKASI PERANCANGAN BAHAN POROS BALING-BALING KAPAL Pengarang

Lebih terperinci

Volume 1, Nomor 2, Desember 2007

Volume 1, Nomor 2, Desember 2007 Volume Nomor 2 Desemer 27 Barekeng Desemer 27 hal3-35 Vol No 2 TITIK-ANTARA DI DALAM RUANG METRIK DAN RUANG INTERVAL METRIK (Between-Points In Metric Space And Metric Interval Space MOZART W TALAKUA Jurusan

Lebih terperinci

7. FLUIDA FLUIDA STATIK FENOMENA FLUIDA DINAMIK

7. FLUIDA FLUIDA STATIK FENOMENA FLUIDA DINAMIK 7. FLUID Materi Kuliah: - Fluida dan Fenomena - Massa Jenis - Tekanan - Prinsip Pascal - Prinsip rchimedes FLUID Fluida merupakan sesuatu yang dapat mengalir sehingga sering diseut seagai zat alir. Fasa

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM. Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2. Abstrak

PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM. Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2. Abstrak PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM Oleh : Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2 1 Dosen Teknik Mesin - Institut Teknologi Padang 2 Alumni Teknik Mesin Institut Teknologi Padang Abstrak

Lebih terperinci

PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT-1

PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT-1 PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT- Mata Pelajaran K e l a s Nomor Modul : Matematika : X (Sepuluh) : MAT.X.0 Penulis Pengkaji Materi Pengkaji Media : Drs. Suyanto : Dra.Wardani Rahayu, M.Si. : Drs. Soekiman DAFTAR

Lebih terperinci

Perancangan Alat Pembuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis

Perancangan Alat Pembuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 206 ISSN : 2085-428 Perancangan Alat Pemuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis Mujiono,*, Erni Junita Dosen Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional Malang *E-mail :

Lebih terperinci

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z)

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z) BAB 7 RESIDU DAN PENGGUNAAN 7 idu dan kutu Pada agian seelumnya telah kita pelajari ahwa suatu titik diseut titik singular dari f () ila f () gagal analitik di tetapi analitik pada suatu titik dari setiap

Lebih terperinci

Waktu Tempering BHN HRC. 1 jam. Tanpa perlakuan ,7. 3 jam ,7. 5 jam

Waktu Tempering BHN HRC. 1 jam. Tanpa perlakuan ,7. 3 jam ,7. 5 jam Waktu Tempering 1 jam 3 jam 5 jam Angka Kekerasan di setiap Titik temperatur (HRC) 200⁰C 300⁰C 400⁰C 1 53 50 47 2 53 50 46 3 53 50 47 4 54 50 47 1 52 49 46 2 52 49 46 3 52 48 46 4 53 49 47 1 49 48 44 2

Lebih terperinci

BAB XII GAYA DAN TEKANAN

BAB XII GAYA DAN TEKANAN BAB XII GAYA DAN TEKANAN 1. Bagaimanakah huungan antara gaya dan tekanan?. Faktor apakah yang mempengaruhi tekanan di dalam zat cair? 3. Apakah yang dimaksud dengan hukum Pascal? 4. Apakah yang dimasudkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORI ... (2) k x ... (3) 3... (1)

PENDEKATAN TEORI ... (2) k x ... (3) 3... (1) PENDEKATAN TEORI A. Perpindahan Panas Perpindahan panas didefinisikan seagai ilmu umtuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya peredaan suhu diantara enda atau material (Holman,1986).

Lebih terperinci

STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA

STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA Oloni Togu Simanjuntak, Ir. Syamsul Amien, MS Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya

Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya Vol. 5, No.1, 52-57, Juli 2008 Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya Amir Kamal Amir Astrak Sifat-sifat gelanggang evaluasi eserta pemuktiannya sudah ada dieerapa literatur seperti misalnya pada McConnel

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG KABEL ROBOTIK TIPE WORM GEAR

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG KABEL ROBOTIK TIPE WORM GEAR RANCAN BANUN ALAT PEMOTON KABEL ROBOTIK TIPE WORM EAR Estiko Rijanto Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (Telimek) LIPI Kompleks LIPI edung 0, Jl. Cisitu No.1/154D, Bandung 40135, Tel: 0-50-3055;

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 4, No. 4, Tahun 2015 Online:

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 4, No. 4, Tahun 2015 Online: ANALISIS KEGAGALAN CLAMP U PADA SEPEDA MOTOR 200 CC *M.Aziz Fauzi 1, Sri Nugroho 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2 Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR a 6 TRIGONOMETRI A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN ELAJAR Kompetensi Dasar 1. Menghayati pola hidup disiplin, kritis, ertanggungjawa, konsisten dan jujur serta menerapkannya dalam kehidupan sehari hari..

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. II.1.2. Mekanisme Proses Terjadinya Sedimentasi

BAB II TEORI DASAR. II.1.2. Mekanisme Proses Terjadinya Sedimentasi BAB II TEORI DASAR II. 1. Sedimentasi II.1.1. Pengertian Sedimentasi Sedimentasi merupakan proses penghancuran, pengikisan, dan pengendapan material pada suatu tempat melalui media air laut, air tawar,

Lebih terperinci

Perencanaan hidraulik bendung dan pelimpah bendungan tipe gergaji

Perencanaan hidraulik bendung dan pelimpah bendungan tipe gergaji Konstruksi dan Bangunan Perencanaan hidraulik endung dan pelimpah endungan tipe gergaji Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktoer 2004 DEPARTEMEN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN GRANULA BOBOT TEPUNG JAGUNG TERHADAP PROFIL GELATINISASI DAN MI JAGUNG

PENGARUH UKURAN GRANULA BOBOT TEPUNG JAGUNG TERHADAP PROFIL GELATINISASI DAN MI JAGUNG PEMBAHASAN UMUM PENGARUH UKURAN GRANULA BOBOT TEPUNG JAGUNG TERHADAP PROFIL GELATINISASI DAN MI JAGUNG Pada penelitian tahap pertama diperoleh hasil ahwa ukuran partikel tepung sangat erpengaruh terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya, poros menerima beban yang terkombinasi berupa beban puntir dan beban lentur yang berulangulang (fatik). Kegagalan

Lebih terperinci

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan Imam Basori Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Jl. Rawamangun Muka,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Perkuatan struktur umumnya dilakukan apaila angunan terseut mengalami kegagalan desain, peruahan desain, peruahan fungsi angunan, kegagalan pada saat pelaksanaan

Lebih terperinci

DAKTILITAS KOLOM BERDASARKAN RAGAM KERUNTUHAN KOLOM BETON BERTULANG

DAKTILITAS KOLOM BERDASARKAN RAGAM KERUNTUHAN KOLOM BETON BERTULANG Media Teknik Sipil, Volume XII, Januari 2012 ISSN 1412-0976 DAKTILITAS KOLOM BERDASARKAN RAGAM KERUNTUHAN KOLOM BETON BERTULANG Endah Safitri 1) 1) Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Uiversitas Seelas

Lebih terperinci

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. Model Gravitasi

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. Model Gravitasi MEODE ANALISIS ERENCANAAN 2 Materi 1 : L 311 Oleh : Ken Martina Kasikoen Model Gravitasi Model gravitasi adalah model yang paling sering digunakan dalam studi-studi perencanaan dan transportasi, karenanya

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Lebih terperinci

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin Oleh: Rahardian Faizal Zuhdi 0220120068 Mekatronika Politeknik Manufaktur Astra Jl. Gaya Motor Raya No 8, Sunter II, Jakarta Utara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial 2.1. Umum Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi perletakan tegangan dan regangan maupun terjadinya perubahan bentuk.

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO Cahya Sutowo 1.,ST.MT., Bayu Agung Susilo 2 Lecture 1,College student 2,Departement

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486 TUGAS AKHIR TM091486 STUDI EKSPERIMENTAL UMUR LELAH BAJA AISI 1045 AKIBAT PERLAKUAN PANAS HASIL FULL ANNEALING DAN NORMALIZING DENGAN BEBAN LENTUR PUTAR PADA HIGH CYCLE FATIGUE Oleh: Adrian Maulana 2104.100.106

Lebih terperinci

BAB 2. PENGUJIAN TARIK

BAB 2. PENGUJIAN TARIK BAB 2. PENGUJIAN TARIK Kompetensi : Menguasai prosedur dan trampil dalam proses pengujian tarik pada material logam. Sub Kompetensi : Menguasai dan mengetahui proses pengujian tarik pada baja karbon rendah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal BAB 1 PENDAHULUAN Perencanaan Merencana, berarti merumuskan suatu rancangan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Pada mulanya, suatu kebutuhan tertentu mungkin dengan mudah dapat diutarakan secara jelas,

Lebih terperinci

Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: ISSN

Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: ISSN Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: 366 375 ISSN 2086-3403 OPTIMASI SIFAT MEKANIS KEKUATAN TARIK BAJA ST 50 DENGAN PERLAKUAN GAS CARBURIZING VARIASI HOLDING TIME UNTUK PENINGKATAN MUTU BAJA STANDAR

Lebih terperinci

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Oleh : Nama : SOMAWARDI NIM : 23107012 Kelompok : 13 Tanggal Praktikum : November 2007 Nama Asisten (Nim) : Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

Distribusi dan Interaksi Tegangan Sisa antar Lubang Setelah Proses Cold Expansion Hole

Distribusi dan Interaksi Tegangan Sisa antar Lubang Setelah Proses Cold Expansion Hole Jurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 3 Tahun 212 : 372-379 ISSN 216-468X Distriusi dan Interaksi Tegangan Sisa antar Luang Setelah Proses Cold Expansion Hole Ari W. 1), Anindito P. 1), Andika H P. 2) Jurusan

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

Sidang Tugas Akhir (TM091486) Sidang Tugas Akhir (TM091486) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Soeharto, DEA Oleh : Budi Darmawan NRP 2105 100 160 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 dan 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI

PERTEMUAN 3 dan 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI PERTEMUAN an 4 MOMEN INERSIA & RADIUS GIRASI MOMEN INERSIA? ILMU FISIKA Momen inersia aalah suatu ukuran kelemaman seuah partikel terhaap peruahan keuukan alam gerak lintasan rotasi Momen inersia aalah

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Amud Jumadi 1, Budi Hartono 1, Gatot Eka Pramono 1 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Corresponding author : Amudjumadi91@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Poros Poros merupakan bagian yang terpenting dari suatu mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga dan putarannya melalui poros. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti roda

Lebih terperinci

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk.

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Oleh : Ilham Khoirul

Lebih terperinci

ENERGY SAVER ALAT PENGHEMAT LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA Tinjauan Terhadap Kemampuan Menghemat

ENERGY SAVER ALAT PENGHEMAT LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA Tinjauan Terhadap Kemampuan Menghemat ENERGY SAVER ALAT PENGHEMAT LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA Tinjauan Terhadap Kemampuan Menghemat Pranyoto Peneliti Bidang Listrik PT PLN (Persero) Litang Astract There have een eing availale in the market

Lebih terperinci

BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT

BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT Standar kompetensi:. Memecahkan masalah yang erkaitan dengan fungsi, persamaan dan pertidaksamaan kuadrat Kompetensi Dasar:. Memahami konsep fungsi.

Lebih terperinci

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah: PEGAS Ketika fleksibilitas atau defleksi diperlukan dalam suatu system mekanik, beberapa bentuk pegas dapat digunakan. Dalam keadaan lain, kadang-kadang deformasi elastis dalam suatu bodi mesin merugikan.

Lebih terperinci

KAPASITAS LENTUR LANTAI GRID DENGAN MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH. Naskah Publikasi

KAPASITAS LENTUR LANTAI GRID DENGAN MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH. Naskah Publikasi KAPASITAS LENTUR LANTAI GRID DENGAN MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH Naskah Pulikasi untuk memenuhi seagian persyaratan menapai derajat sarjana S- Teknik Sipil diajukan oleh : Fahrudin Setiawan NIM : D 00

Lebih terperinci

Session 1 Konsep Tegangan. Mekanika Teknik III

Session 1 Konsep Tegangan. Mekanika Teknik III Session 1 Konsep Tegangan Mekanika Teknik III Review Statika Struktur didesain untuk menerima beban sebesar 30 kn Struktur tersebut terdiri atas rod dan boom, dihubungkan dengan sendi (tidak ada momen)

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

Sifat Sifat Material

Sifat Sifat Material Sifat Sifat Material Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat. Sifat sifat itu akan mendasari dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL Pengukuran Beban Tujuan awal dibuatnya cruise control adalah membuat alat yang dapat menahan gaya yang dihasilkan pegas throttle. Untuk itu perlu diketahui

Lebih terperinci

ANALISIS PLASTIS STRUKTUR

ANALISIS PLASTIS STRUKTUR NISIS PSTIS STRUKTUR Tingka laku struktur ila ean yang ekerja pada struktur terseut terus ertama secara linier, maka pada saat struktur dengan ean relatif kecil, esarnya momen-momen yang ada disetiap penampangnya

Lebih terperinci

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. No. 1, Januari 2017 ISSN : 2502-2040 PERHITUNGAN DIAMETER MINIMUM DAN MAKSIMUM POROS MOBIL LISTRIK TARSIUS X BERDASARKAN ANALISA TEGANGAN GESER DAN FAKTOR KEAMANAN Firlya

Lebih terperinci