PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN PERMOHONAN (II) J A K A R T A SENIN, 26 JULI 2010

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VIII/2010 PERIHAL Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun PEMOHON - Hj. Aisyah Mochtar ACARA Pemeriksaan Perbaikan Permohonan (II) Senin, 26 Juli 2010 Pukul WIB Ruang Sidang Panel Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Maria Farida Indrati (Ketua) 2) Harjono (Anggota) 3) Ahmad Fadlil Sumadi (Anggota) Mardian Wibowo Panitera Pengganti 1

3 Pihak yang Hadir: Pemohon: - H. Aisyah Mochtar Kuasa Hukum Pemohon: - Rusdianto - Oktryan Makta - Miftachul Ikhwan Al-Annur - Eko Hari Harsono (Staf) 2

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Sidang Perkara Nomor 46/PUU-VIII/2010 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Selamat siang para Pemohon. Sidang hari ini adalah sidang untuk memeriksa permohonan Pemohon dan karena ini baru pertama kali hadir maka saya minta mohon memperkenalkan diri. 2. KUASA HUKUM DARI PEMOHON: RUSDIANTO Terima kasih Majelis Hakim mungkin akan saya mulai dari Pemohon langsung, silakan. 3. PEMOHON: AISYAH MOCHTAR Bismillahirohmanirrohim, Assalamualaikum wr. wb. Nama saya Hj. Aisyah Mochtar, usia 40 tahun, memiliki 2 orang putra yang sekarang, yang saya ajukan adalah permohonan untuk ananda Muhammad Ikbal Ramadhan usia 14 tahun. Terima kasih. 4. KUASA HUKUM DARI PEMOHON: RUSDIANTO Terima kasih atas kesempatannya Majelis. Nama saya Rusdianto, pekerjaan saya adalah pengacara, yang mana dalam hal ini kami bertugas, saya bertugas atas kuasa daripada Ibu Hj. Aisyah Mochtar. Saya pikir seperti itu, terima kasih Majelis. 5. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, yang lainnya. 6. STAF KUASA HUKUM DARI PEMOHON: EKO HARI HARSONO Nama saya Eko Hari Harsono, saya sebagai staf dari kantornya Bang Rusdi. 3

5 7. KUASA HUKUM PEMOHON: OKTRYAN MAKTA Nama saya Oktryan Makta, saya selaku advokat dan Kuasa Pemohon, terima kasih. 8. KUASA HUKUM DARI PEMOHON: MIFTACHUL IKHWAN AL- ANNUR Nama saya Miftachul Ikhwan Al-Annur, pekerjaan Advokat, selaku Kuasa Hukum dari Pemohon, terima kasih. 9. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, terima kasih karena sidang pertama adalah merupakan sidang untuk memeriksa permohonan ini maka saya mohon supaya Pemohon menjelaskan apa yang dimohonkan dalam persidangan ini, silakan. 10. KUASA HUKUM PEMOHON: OKTRYAN MAKTA Terima kasih Majelis. Dalam Permohonan ini kami akan menjelaskan bahwa apa yang kami ajukan ini merupakan satu keinginan dari Bu Aisyah selaku klien kami yang merasa hak-haknya telah dirugikan berkaitan dengan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan dan Pasal 43 ayat (1) undang-undang terkait juga karena sampai sejauh ini anak dari klien kami tidak dapat mengajukan atau tidak bisa memiliki akte kelahiran, karena berdasarkan Pasal 2 ayat (2) undang-undang tersebut bahwa yang diakui sebagai..., 11. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Bisa lebih keras, karena ini direkam ya. 12. KUASA HUKUM PEMOHON: OKTRYAN MAKTA Bahwa Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan menyatakan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nah karena harus berdasarkan perundang-undangan yang berlaku klien kami ini yang berupaya mencatatkan perkawinannya tidak bisa Bu, mengakibatkan anaknya pun tidak bisa memiliki akte kelahiran karena akte kelahiran itu diajukan dengan persyaratan adanya buku nikah, akte pernikahan itu dasarnya karena kami juga berdasarkan hak konstitusi, berdasarkan ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Lalu juga Pasal 2 ayat (2) nya menyatakan setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi dan 28D ayat 4

6 (1) menyatakan setiap orang berhak atas pengakuan jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Karena anak dari klien kami ini tidak bisa mendapatkan akte kelahiran yang dimana di negara ini sangat merupakan hak yang sangat penting sekali untuk kepentingan hukumnya maka kami mengajukan permohonan uji materil ini terhadap apa yang kami sampaikan tadi, terima kasih. 13. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, jadi yang dimohonkan tadi Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 43 ayat (1) ya. Tapi dalam pengajuan Permohonan ini yang di uji di Mahkamah Konsitusi ini adalah pengujian norma antara 2 pasal ini terhadap Undang-Undang Dasar. Sehingga kita bisa melihat nanti kita akan melihat apakah ini merupakan implemetasi hukumnya atau karena norma di dalam pasal tersebut. Nah karena persidangan pertama ini selalu diberikan kewenangan oleh undang-undang untuk memberikan nasehat pada Para Pemohon maka akan saya mohon kepada Hakim- Hakim wakil ini memberi nasehat bagaimana permohonan ini apakah sudah cocok atau belum. Kalau kita lihat di sini maka secara jelas kita melihat pada sistematikanya sudah tidak begitu masalah, tetapi kemudian ada hal-hal yang banyak berkaitan dengan implementasi dari undang-undang ini. Tapi saya akan memberikan pada Para Hakim yang lain untuk memberikan Bapak Fadlil. Silakan Bapak Harjono dulu. 14. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Baik terima kasih Bu Ketua, jadi Saudara Pemohon ini sudah panggilan ke dua kalinya. Panggilan pertama Mahkamah membuka sidang, sebelum membuka sidang memanggil Anda dengan patut setelah diundang lalu ditunggu di persidangan ini dipanggil Anda tidak hadir kenapa itu? 15. KUASA HUKUM PEMOHON: OKTRYAN MAKTA Terima kasih Majelis atas kesempatannya, jadi alasan yang saya berikan mengapa kami datang pada panggilan kedua ini, panggilan pertama itu terjadi perubahan nomor telepon berserta fax di kantor kami Majelis yang mana nomor yang di fax pada waktu itu masuk ke., sudah masuk keruangan yang lain di kantor kami Majelis, dan pada waktu itu ketika hari persidangan akan dimulai staf dari Mahkamah Konsitusi telepon ke saya secara langsung mengatakan bahwa ada Persidangan jam WIB ini tapi karena teleponnya sudah jam WIB saya katakan bahwa tidak mungkin saya untuk menghadiri karena juga posisi saya sudah sangat jauh dari sini Majelis. Kami mohon maaf atas 5

7 panggilan pertama kami, untuk memperbaikinya dengan panggilan ke dua ini dari jam WIB kami sudah di sini Majelis. Terimakasih Majelis. 16. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Untuk Saudara ketahui saja persidangan di Mahkamah Konsitusi taat waktu jadi untuk berikutnya Anda supaya disiplin waktu mungkin Anda pengalaman di pengadilan-pengadilan tidak di Mahkamah Konsitusi yang tidak bisa menunda persidangan menunda kedatangan untuk di sini harap diperhatikan persoalan waktu itu ya, itu yang saya minta kan kepada Anda. Baik jadi Permohonan ini pada intinya adalah mempermasalahkan bunyi Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan yang bunyinya adalah tiap-tiap perkawinan yang dicatat menurut peraturan perundangundangan yang berlaku, itu bunyi Pasal yang anda masalahkan. Kalau kemudian ini dianggap bertentangan dengan hak-hak seseorang, maka Anda harus menkonstruksi bagaimana ketentuan Pasal 2 ayat (2) yang bunyinya. Tiap-tiap peraturan perundang-undangan yang berlaku menjadi sebuah pasal yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Masa ketentuan bahwa perkawinan itu dicatat kok menjadikan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Ini kan masalahnya pengujian norma, kalau kemudian itu ada masalah dengan secara individual dengan Prinsipal apakah itu memang lahir karena ketentuan Pasal ini. Apakah lahir ketentuan ada keharusan untuk dicatat menurut peraturan perundang-undangan. Apakah kemudian itu tidak diakhirkan karena tidak timbul karena pejabat pencatatnya yang menolak, bukan bunyi undang-undangnya. Saya sudah klien sudah terikat dalam perkawianan lalu akan mencatatkan ternyata pejabat pencatatnya yang menolak, kalau itu yang terjadi maka tidak ada persoalan dengan pasal ini yang Anda persoalkan adalah penolakan yang dilakukan Pejabat Pencatat Perkawinan. Ini harus runtut seperti itu dimana persoalannya, itu tidak mengatakan bahwa itulah satu-satunya hal yang terjadi, Anda bisa tetap mendalilkan bahwa inilah menjadikan tapi harus dengan argumentasi-argumentasi yang jelas, apalagi Anda menyebutkan hal tersebut bertentangan dengan 28B setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan dengan perkawinan yang sah. Pasal 2 ayat (2) tidak melarang perkawinan kenapa pencatatan lalu Anda hadapkan, berhadap-hadapan langsung dengan setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan dengan perkawinan yang sah ini hal-hal yang mungkin harus dibuat demikian komprehensif pasal ini memang benar-benar secara konstitusional bertentangan atau mungkin pasalnya tidak berdiri sendiri yang menyebabkan itu, ini hal yang Anda perlukan di dalam konstruksi bagaimana sebuah undangundang itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Setiap orang beratas pengakuan jaminan perlindungan kepastian hukum yang disetiap 6

8 lakukan yang sama di hadapan hukum. Dalam kasus apa pencatatan menurut Pasal 2 ayat (2) itu kemudian bertentangan dengan pengakuan jaminan perlindungan. Atas pengakuan apakah dengan dicatatnya itu lalu terjadi bertentangan dengan persoalan atas pengakuan jaminan perlindungan hukum. Jadi itulah hal-hal yang perlu untuk disampaikan dalam persidangan ini karena itu semua menjadi alasan-alasan yang Hakim akan menguji, menilai alasan-alasan anda itu apakah cukup dasar bagi kalau sampai katakan saja kententuan yang Anda maksud dan itu oleh Mahkamah harus dikatakan sebagai ketentuan yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Jadi jangan menyampaikan secara umum tapi dalil-dalil yang secara spesifik bisa menghubungkan antara ketentuan pasal itu dengan hak-hak yang ada di Undang-Undang Dasar, secara umum itu yang saya sampaikan tentu saja itu menimbulkan konsekuensi lebih dari yang ada di sini yaitu menajamkan kembali alasan-alasan Anda terhadap pasal-pasal dimana Anda dalilkan sebagai pertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Saya kira itu Pak, Bu. Terima kasih. 17. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Terima kasih, Pak Fadlil. 18. HAKIM ANGGOTA: AHMAD FADLIL SUMADI Saudara Kuasa ya terutama di sini saya ingin memastikan kembali apakah kuasa ini terdiri atas Saudara Rusdianto, mana yang Rusdianto, lalu Saudara Oktryan, mana Oktryan, ini Oktryan Makta ya, lalu Miftachul, lalu yang ini berarti bukan Kuasa, staf-staf Bapak begitu ya. Lalu yang berikutnya lagi ingin saya beritahukan bahwa yang menandatangani permohonan itu hanya Rusdianto, ya Oktryan tidak, Miftachul tidak. Saya khawatir nanti Saudara Oktryan dan Miftachul tidak bisa bicara di MK. Oleh karena itu, karena ini sekarang ini adalah persidangan yang dilaksanakan berdasarkan Pasal 39 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, Pasal 39 itu memberikan hak kepada Pemohon di sini tentunya termasuk Kuasanya ya. Untuk memperolah nasihat dari Hakim, nasihat itu dalam rangka penyempurnaan atau menjadikan permohonan ini menjadi jelas dan yang kedua menjadikan permohonan ini menjadi lengkap. Ini yang perlu dipahami, ini hak Saudara untuk itu supaya Saudara nanti dapat mempertimbangkan nasihat-nasihat Hakim ini untuk menjadikan permohonan ini lengkap dan jelas, itu satu. Oleh karena itu Hakim berkewajiban berdasarkan pasal itu untuk memberikan nasihat. Nah, namun karena ini hak buat Saudara, Saudara bebas untuk meresponnya apakah nasihat Hakim ini akan bahan pertimbangan untuk Saudara dalam rangka memperbaiki ini melengkapi permohonan ini atau 7

9 tidak selanjutnya terserah Anda gitu. Namun karena kewajiban, saya ingin memberikan beberapa nasihat sebagai kewajiban Hakim kepada Saudara. Yang pertama, tadi mengenai tanda tangan tadi. Kemudian yang kedua mengenai struktur tidak ada masalah, yang ada masalah justru konten dari struktur misalnya sruktur yang pertama tentang kewenangan Mahkamah Konstitusi Anda menulisnya a di sini a besar a huruf kapital, itu Saudara mengutip norma yang memberikan kepada MK kewenangan menguji undang-undang, tapi Saudara tidak mengaitkan norma itu dengan konteksnya dalam hal ini Pemohon, coba Saudara cari pasti enggak ada di situ. Seharusnya MK berwenang berdasarkan Undang-Undang Dasar, Undang-Undang MK, Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman dan seterusnya. Pemohon ini mengajukan apa yang menjadi kewenangan MK sehingga antara norma dan konteks itu lalu simpulnya Mahkamah Konstitusi menjadi berwenang kan mestinya begitu ini tidak ada. Misalnya katakan saja Pemohon dalam hal ini Aisyah atau Machica Muchtar mengajukan permohonan pengujian sebagaimana ditentukan dalam norma itu. Sehingga Pemohon, sehingga Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara yang diajukan ini itu satu. Ini yang kedua lagi-lagi sama kontennya, Anda baru secara normatif mengajukan norma sedikit sekali menceritakan tentang konteksnya kalau toh ada itu hanya di point b angka 5, yang pertama justru Pemohon adalah Warga Negara Indonesia dan seorang ibu dari anak. Di dalam Undang-Undang Dasar maupun dalam Undang-Undang Mahkamah Konstitusi tidak ada cerita seorang warga negara kemudian kualifikasinya sebagai ibu dan kualifikasinya punya anak nggak ada. Mestinya ini begini ya secara teknis yang paling mudah itu Saudara bisa baca di dalam Putusan MK itu pertama begini bahwa berdasarkan Pasal 51 itu Pemohon itu mesti punya 2 hal, yang pertama kualifikasi yang kemudian yang kedua kerugian. Kualifikasinya itu ada 4 lah itu coba ini normanya norma mengkualifikasinya 4 perorangan kemudian masyarakat hukum adat misalnya dan seterusnya kemudian badan hukum dan lembaga negara ini kualifikasi Pemohon masuk kualifikasi yang mana yang pertama kan tentunya misalnya Anda memilih yang pertama tapi pasal berikutnya menyatakan kualifikasi Pemohon yang demikian itu harus mengalami kerugian dengan berlakunya suatu undang-undang katakan saja berlakunya Pasal 2 ayat (2) dan berlakunya Pasal 43 ayat (1) itu merugikan Pemohon yang Warga Negara Indonesia ini oleh karena dia seorang ibu yang mempunyai anak tapi anaknya dia itu tidak bisa bla..bla..bla.. itu bertentangan dengan hak konstitusional dia itu dirugikan karena berlakunya itu. Oleh karena itu disela-sela itu Anda harus menyebutkan hak konstitusional dia itu apa? Hak konstitusional yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar kepada Machica Mochtar itu apa? Lalu berlakunya undang-undang ini merugikan hak dia yang diberikan Undang-Undang Dasar itu yang harus diuraikan inilah yang nantinya Saudara bisa 8

10 buktikan bahwa dia rugi, pembuktiannya itu bisa melalui surat bisa dengan keterangan Saksi bisa dengan keterangan Ahli dan seterusnya. Pertama apakah benar dia punya hak konstitusional kalau punya haknya itu apa? Akan diuji berdasarkan keahlian atau berdasarkan fakta ini soalnya in between ini diantara 2 hal ini bisa norma dan bisa juga fakta dalam hal fakta pembuktiannya dengan Saksi pasti, tapi dalam hal pengertian norma Ahli yang bisa menceritakan tentang hal itu karena nggak mungkin Saksi fakta bisa menjelaskan. Oke, itu tentang kedudukan hukum, baru tadi yang ke-3 struktur yang ke-3 kan Saudara alasan permohonan gitu kan. Ini tadi sedikit sudah disampaikan oleh Pak Hakim yang sebelum saya, saya ingin menambahkan meskipun maaf saya salah ngomong sudah banyak diberikan nasehat oleh Bapak Hakim sebelum saya namun demikian saya ingin menambahkan itu begini ya, konstruksinya masih sama dengan yang tadi, yang pertama adalah mengenai kaitan Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 43 ayat (1) itu Saudara dalilkan bertentangan dengan Undang- Undang Dasar itu pasal berapa? Tadi kan pasalnya berapa, tadi sudah sedikit ada disebut di situ ada 28D ada Pasal 28B ayat (1) dan (2), ini saya ketemu di sini ini baru ada konstruksi yang intinya pasal itu bertentangan, tapi belum ada argumentasi pertentangannya itu kaya apa, baru hanya, baru ada hanya statement bahwa pasal ini bertentangan dengan ini, selebihnya Saudara menceritakan kasus konkrit. Makanya Ibu Ketua tadi bilang ini pengujian undang-undang bukan soal pengadilan mengenai kasus konkrit. Pengujian undangundang itu pengadilan yang mengadili norma, norma ini karena bertentangan harus dinyatakan tidak mengikat secara hukum, mengapa? Ini yang harus di-breakdown adalah mengapa Saudara berpendapat bahwa ini bertentangan. Ini yang lebih penting kalau tidak mengikat secara hukum itu sebenarnya akibat dari bertentangan itu saja sebenarnya, tapi yang paling penting itu bertentangannya itu, apakah bertentangan dengan Konstitusi itu kan mengandung norma-norma yang terkait dengan keadilan, dengan hak asasi, dengan kepastian hukum, dengan macam-macam kan konstitusi itu. Apakah undang-undang ini tidak memberikan itu, Saudara harus mencari tema dari Pasal 28D itu apa, kepastian hukum, keadilan atau apa?, 28D itu apa? Sehingga norma itu dianggap kalau Pasal 28D itu katakan saja setiap, 28D ya, misalnya yang di sini ini setiap orang berhak atas pengakuan jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Ini dielaborasi, undang-undang itu apakah benar tidak memberikan pengakuan, apakah benar undang-undang itu tidak memberikan jaminan, apakah benar undang-undang ini tidak memberikan perlindungan dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang tidak sama di hadapan hukum terhadap Pemohon ini. Inilah yang harus diuraikan, di sini lebih banyak kasus konkritnya. Oleh karena itu alasan konstitusionalitas itu sebenarnya fokus pada norma tapi kalau legal standing itu memang ada normanya juga ada faktanya 9

11 kalau ini sepenuhnya, begitu ya. Kalau petitumnya saya kira sudah oke itu hanya mengenai positanya yang mesti Saudara pertajam lagi, tapi sekali lagi ini kewajiban kami sebagai Hakim, Saudara punya hak untuk mencari atau menggunakan yang sudah kami sampaikan ini kepada Saudara dalam rangka perbaikan ini supaya nanti pada saat saat misalnya itu diputuskan untuk dipleno dengan mendengarkan Presiden dan mendengarkan eh DPR, itu Anda sudah siap untuk menghadapi mereka karena mereka yang membuat undang-undang ini, gitu lho ini masalahnya Saudara berhadapan dengan mereka itu meskipun mereka itu tidak bisa disebut sebagai Termohon oleh karena itu kalau argumentasi Saudara dibawa mereka ya bagaimana Saudara bisa dikabulkan permohonannya, kan nggak mungkin kan, kami menilai saja tergantung Anda. Oleh karena itu sekali lagi selanjutnya terserah Anda. Demikian Ibu Ketua. 19. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Terima Kasih, Pak Harjono mau menambahkan? 20. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Sekali lagi ini karena dalam rangka untuk memberi nasihat ya. Nasihat itu tujuannya adalah agar supaya permohonan Anda itu cukup memenuhi persyaratan, maka nasihat-nasihat itu diberikan. Belum berarti kalau Anda memperhatikan nasihat hukum kemudian pasti nanti dikabulkan dimenangkan, belum. Karena ini persyaratan untuk memeriksa kelengkapan, kejelasan dari permohonan dulu. Anda juga nanti di samping Pasal 2 ayat (2) juga memasalahkan adanya Pasal 43 ayat (1). Pasal 43 ayat (1) itu bunyinya anak yang lahir di luar perkawinan hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Itu Anda nyatakan bertentangan dengan Pasal Undang-Undang Dasar Sekarang ini pasal ini kan mengatur hubungan anak dengan pada timbulnya hubungan anak hubungan perdata antara anak, ibu, dan keluarganya. Yang Anda masalahkan pertentangannya dimana? Karena kalau tidak jelas, nanti jangan-jangan yang dijadikan bertentangan itu karena dia mempunyai hubungan perdata, yang tidak bertentangan kalau dia tidak memiliki hubungan perdata. Kan bisa seperti itu. Kok pasal yang bunyinya seperti ini bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Supaya tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 seharusnya bagaimana? Ini hanya mengatur hubungan antara anak dan ibu. Yang diberi status punya hubungan perdata adalah, ini nggak bener ini bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Yang benernya bagaimana? Apa seharusnya tidak ada hubungan ibu dan anak itu dalam hubugan perdata? Yang Anda maksudkan kan sebetulnya dia tidak mempunyai hubungan dengan, mungkin ayahnya. Nah, itu yang 10

12 menjadikan persoalan. Tapi Anda ndak mendalilkan di sini. Nah, apakah itu yang Anda maksudkan adalah bahwa ini tidak cukup hanya dengan ibunya saja. Itu seharusnya. Bukan ini, secara begini, lalu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Ini harus jelas ya. Harus jelas. Karena itu semua nanti akan dipertimbangkan di dalam rapat Hakim mengenai dalil dalil Anda itu semua. Satu hal, ini ada anak, yang kemudian anak itu adalah termasuk juga sebagai orang, manusia. Dan orang manusia itu dijamin haknya di dalam Pasal 28, karena namanya Hak Asasi Manusia. Permohonannya ini saja, ibunya saja. Padahal kepentingan ibu dan anak beda. Oleh karena itu mungkin persoalan Pasal 43 ada juga kepentingan anak yang diwakilkan, atau kalau dia sudah bisa berbuat hukum sendiri, ya anaknya saja untuk sebagai Pemohon langsung. Tentu ini dipengaruhi, putuskan oleh, ditentukan oleh bikuam head [Sic!] anak itu. Kapan anak itu bisa bikuam [Sic!]. Anda faham kan bikuam itu? Bikuam [Sic!] dan bifoke [Sic!] kan beda. Dia punya, apa cakap berbuat, dan cakap hak. Cakap hak itu, setiap orang cakap hak. Sejak dia bahkan masih di kandungan pun kalau perlu dia sudah cakap hak. Hanya saja karena umur maka dia cakap bertindaknya belum. Persoalan, dan lain sebagainya. Kepentingan anaknya ada di sini. Jadi ini kalau perlu dipertimbangkan juga sebagai Pemohon. Meskipun nanti Pemohonnya adalah bertindak atas nama anak itu. Karena yang di pan [Sic!], hanya 1 saja yang memohon. Sebenarnya yang berkaitan dengan penyempurnaan permohonan itu, dan saya harap tentunya Anda bisa menuangkan dalam permohonan ini agar supaya lebih jelas alasanalasan yang Anda dalilkan. Saya kira itu sudah. 21. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, terima kasih. Jadi di sini apa yang telah diungkapkan oleh Hakim-Hakim Panel, kalau kita melihat nanti Pemohon mohon diperbaiki, legal standing-nya juga, sehingga bisa menjelaskan dengan pasti bahwa Pemohon adalah seseorang yang hak konsionalnya dilanggar oleh adanya norma-norma dalam Pasal 2 ayat (2) dan 43 ayat (1). Tapi tadi juga dikatakan lagi bahwa kalau 43 ayat (1) itu nanti dinyatakan oleh Hakim bertentangan dengan konstitusi, nanti lebih kasihan lagi anak ini, dengan ibunya juga nggak ada hubungan perdata, begitu kan. Nah, ini harus dilihat. Mungkin ada pasal-pasal yang lain yang kemudian justru mendukung apa yang dimohonkan. Karena ini ada pengujian norma, jadi norma ini biasanya tidak hanya berdiri sendiri. Tapi ada kaitannya dengan norma-norma yang lain. Nah, itu mohon utuk kemudian diperbaiki lagi. Dan juga di sini ada saya melihat di dalam permohonan ini, huruf c nomor 20 ya. Bahwa sesuai dengan tuntutan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan yang menyatakan perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Tapi di sini, Pemohon mendalilkan di sini, sehingga 11

13 oleh karenanya pernikahan yang dilakukan oleh Pemohon adalah sah dan hal itu telah dikuatkan dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Kalau saya melihat dalam bukti yang diajukan, ini justru ditolak oleh pengadilan, tetapi ada pernyataan dari Pemohon di sini dalam Putusan ini Nomor 5 menimbang bahwa berdasarkan pengakuan Pemohon bukti-bukti P-1 sampai dengan P-5 serta keterangan Saksi-Saksi di bawah sumpahnya telah terungakap di persidangan adanya peristiwa atau fakta hukum yang pada pokoknya sebagai berikut. Fakta hukumnya, ya, sudah diungkapkan di sini dalam persidangan ini oleh Saksi-Saksi. Tapi bahwa kemudian putusan ini, putusannya kan justru ditolak, ini dijelaskan bahwa nanti akan dijelaskan oleh Saksi-Saksi Anda ajukan di Sidang ini, mungkin juga kalau ada pengujian norma nanti ahli yang menjelaskan di sini tapi untuk ini Anda diberikan kesempatan untuk memperbaiki permohonan ini supaya legal standing-nya juga jelas sehingga nanti putusan petitumnya juga tepat. Mengacu kepada apa yang diminta atau dalam posita tersebut. Anda diberikan waktu 14 hari, tolong digunakan sebelum batas terakhir sehingga nanti kalau ada dalam persidangan yang kedua kalau ada sesuatu yang diperbaiki masih bisa diperbaiki. Ya saya rasa ini yang bisa disampaikan apakah Pemohon masih akan mengemukakan sesuatu? Silakan. 22. KUASA HUKUM PEMOHON: RUSDIANTO Terima kasih Majelis. Pertama tadi yang menyangkut soal ada di dalam permohonan kami yang tanda tangannya kurang lengkap Para Pihaknya, kami sudah menyiapkannya Majelis, tadi pagi kami sudah lapor ke bawah, akan tetapi orang dari bawah itu mengatakan langsung saja disampaikan di depan persidangan, kami sudah siapkan 14 lembar untuk kami sisipkan. Saya pikir kalau umpamanya dikasih kesempatan untuk menyerahkan sekarang kami akan serahkan sekarang Majelis. Nanti saja sekalian diperbaikan. Dan kami ucapkan terima kasih Majelis atas nasihat-nasihatnya, kami menganggap bahwa saran dan nasihat Majelis itu akan membuat kami berjalan lebih lancar tentunya di persidangan ke depan tanpa hambatan. Terima kasih Majelis. 23. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, nanti perbaikan permohonannya diserahkan ya langsung ke Panitera. Nanti kemudian Anda menunggu panggilan sidang setelah ada perbaikan permohonan tersebut. Dan kalau tidak ada permasalahan, waktunya 14 hari tadi ya, dan kalau tidak ada hal-hal yang perlu disampaikan Prinsipal mungkin Ibu mau menjelaskan sesuatu? 12

14 24. PEMOHON: AISYAH MOCHTAR Terima kasih Ibu pada intinya di sini saya mengajukan permohonan ini untuk kepentingan anak saya, bukan untuk kepentingan diri saya pribadi, tapi semata-mata untuk kepentingan anak saya dan masa depan anak saya nantinya. Terima kasih. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI 14 hari berarti tanggal 27, nanti tangal 2 paling akhir permohonan perbaikan diserahkan tanggal 2 ya. Nah, kalau tidak ada permasalahan maka saya akhiri sidang ini dan saya nyatakan sidang ini ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 26 Juli 2010 Kepala Biro Administrasi Perkara dan Persidangan, Kasianur Sidauruk NIP