MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-X/2012

Transkripsi

1

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah [Pasal 58 huruf c] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Mosez Kallem ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Jumat, 30 Maret 2012, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Maria Farida Indrati (Ketua) 2) Harjono (Anggota) 3) Muhammad Alim (Anggota) Wiwik Budi Wasito Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Habel Rumbiak

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Sidang dalam Perkara 26/PUU-X/2012 dinyatakan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. Selamat pagi Saudara, hari ini kita akan memulai dengan pemeriksaan pendahuluan terhadap Pengujian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya Pasal 58 huruf c. Untuk pertama kali saya mohon kepada Pemohon untuk memperkenalkan diri. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Yang Mulia, Ketua dan Anggota Majelis Mahkamah Konstitusi yang memeriksa perkara ini. Saya Habel Rumbiak, Kuasa dari Bapak Mosez Kallem, S.H., Pemohon Prinsipal yang sekarang tidak hadir. Saya sendiri yang hadir dalam persidangan ini. Selanjutnya saya sampaikan bahwa mohon maaf untuk persidangan yang lalu karena ada halangan yang tidak bisa ditinggalkan. 3. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya. 4. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Oleh karena itu, sidang yang lalu saya tidak hadir. 5. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, kami sudah menerima suratnya. 6. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Terima kasih. KETUK PALU 3X 7. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, saya mohon Bapak untuk menjelaskan lebih apa jelas, apa yang dimohonkan dalam permohonan pengujian undang-undnag ini. Silakan.

5 8. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Ya, Yang Mulia. Perkenankanlah saya untuk menyampaikan pokok-pokok permohonan dalam permohonan uji materiil terhadap Pasal 58 huruf c Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Berkenan dengan kewenangan Mahkamah dan kedudukan hukum, ser ya, kedudukan hukum atau legal standing kami tidak sampaikan. Kami langsung kepada pokok permohonan. Berdasarkan kuasa yang diberikan kepada kami pertanggal 21 Februari 2012, kami ajukan permohonan ini untuk menguji Pasal 58 huruf c Undang-Undang 32 Tahun 2004 yang yang berbunyi bahwa calon kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah warga negara republik Indonesia yang memenuihi syarat, antara lain, huruf c, berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas dan/atau sederajat. Nah, berkenan dengan kalimat, dan/atau sederajat, inilah yang menurut Pemohon tidak dijelaskan secara terperinci, baik dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, maupun dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengangkatan, Pengesahan, dan Pemberhentian Kepala Daerah, serta dalam Peraturan KPU Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pecalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Permasalahannya adalah apakah seseorang yang menamatkan pendidikan secara nonformal atau dengan kata lain yang ijazah persamaan Paket C atau Paket B. Apakah itu yang dimaksudkan juga dengan yang sederajat itu dalam Pasal 58 ayat (c)? Nah, dalam penjelasan Undang-Undang 32 tidak dijelaskan tentang itu. Namun demikian, ini menimbulkan ketidakjelasan. Oleh karena itu, dengan permohonan ini kami mohon kepada Mahkamah untuk memberikan satu ketegasan berkenan dengan yang dimaksud dengan berpendidikan lanjutan atas, Dan/atau sederajat. Itu. Apakah itu sama dengan seseorang yang berpendidikan Paket C ataukah persamaan? Ataukah secara seorang yang secara formal mengikuti pendidikan secara formal di tingkat SMA, misalnya? Itulah sebabnya, kami sengaja mengutip apa yang disebutkan dengan pendidikan formal dan pendidikan nonformal yang berkenan dengan sistem pendidikan nasional dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 angka 11. Di situlah memberikan definisi tentang apa yang dimaksud dengan nonformal dan apakah yang dimaksud dengan formal? Berdasarkan hal-hal semacam yang diuraikan di atas, kami Pemohon merasa dirugikan, Pemohon Prinsipal merasa dirugikan bilamana berkaitan dengan Pemohon pendaftaran Pemohon juga

6 sebagai calon kepala daerah dan dalam Pemilukada Kabupaten Jayapura, merasa tidak adil bilamana dalam pendaftaran calon-calon lainnya juga diterima atau diloloskan, Pemohon yang misalnya berpendidikan nonformal atau berpendidikan Paket C, yang yang juga mendaftarkan diri sebagai calon kepala daerah. Berdasarkan keseluruhan uraian di atas, kami mohon kepada Mahkamah Hakim Mahkamah Konstitusi Yang Mulia, untuk menerima permohonan kami, mengabulkan permohonan kami untuk seluruhnya, menyatakan bahwa Pasal 58 huruf c Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah tentang Pemerintahan Daerah tidak bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, menyatakan bahwa Pasal 58 Undang-Undang Nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan maksudnya huruf c tadi, Kepala daerah dan wakil kepala derah adalah warga negara republik Indonesia yang memenuhi syarat, c, berpendidikan sekurangkurangnya sekolah lanjutan tingkat atas dan/atau sederajat, harus ditafsirkan dalam ruang lingkup pendidikan formal. Dan/atau bila Majelis Mahkamah berpendapat lain, mohon putusan yang seadiladilnya. Terima kasih. 9. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya. Cukup singkat permohonan ini dan tapi jelas, apa yang dimohonkan. Tetapi di sini belum terlihat kerugian konstitusional apa yang diderita oleh Pemohon, ya? Jadi di sini hanya dikatakan, Sebagai salah satu calon kepala daerah, tapi kerugiannya di... dia di mana? Karena untuk mengajukan permohonan ke sini, maka harus ada konstitusional Pemohon yang dirumuskan dalam konstitusi dan hak itu terlanggar oleh rumusan dalam undang-undang tersebut. Dan juga ada sesuatu hubungan ya, sebab akibat antara undang-undang tersebut dengan kedudukan Pemohon atau hak konstitusional Pemohon yang kemungkinan itu terlanggar. Anda menjelaskan cukup ini, tapi yang... apa kerugian itu, belum jelas, ya. Nah, kemudian itu yang perlu di... diperbaiki, tapi kemudian saya melihat di dalam petitum. Petitum nomor 1 itu, Menerima permohonan Pemohon, kemudian nomor 2 mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya, nomor 3 menyatakan ketentuan Pasal 58C Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tidak bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang..., kalau tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, itu enggak bisa dimasukan dalam pengujian undang-undang. Menurut Undang- Undang MK, yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi adalah undangundang, pasal, ayat, atau frasa dalam undang-undang itu yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Dan di sini dikatakan tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.

7 Nah kalau ini tidak bertentangan, kemudian mengapa ada petitum nomor 4, Menyatakan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah warga negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat, c, berpendidikan sekurangkurangnya sekolah lanjutan tingkat atas dan/atau sederajat harus ditafsirkan dalam ruang lingkup pendidikan formal. Kalau yang petitum nomor 3 itu sudah tidak bertentangan, mestinya enggak ada petitum yang nomor 4, ya kan? Nah, ini harus diperbaiki dalam petitum ya dan juga tentunya kalau petitum itu kemudian kalau ini dikabulkan, maka harus diletakan dalam Berita Negara, ya. Saya rasa dari saya itu. Pak Harjono? 10. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Baik, Saudara Pemohon, ya. Ini pemeriksaan pendahuluan adalah pemeriksaan untuk memberikan nasihat pada Anda. Alur berpikir secara garis besar saya kira sudah memenuhi persyaratan, cuma kemudian yang berhubungan dengan bagaimana Anda membuat satu reasoning atau alasan apa yang Anda pikirkan itu. Pertama adalah persoalan bagaimana Mahkamah memberikan kedudukan hukum. Anda sudah benar, di dalam halaman 3, yaitu mengutip apa yang sudah menjadi (suara tidak terdengar jelas) pada Mahkamah bahwa untuk memberikan legal standing tidak hanya sekedar dia mempunyai kualifikasi sebagaimana disebut Pasal 51, tapi kualifikasi itu harus ditambahkan dengan adanya lima hal, adanya hak dan dukungan konstitusional Pemohon yang diberikan oleh Undang- Undang Dasar Anda sudah merujuk Pasal 28D ayat (1), Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Kalau itu yang Anda gunakan, persoalannya adalah apakah hak Anda yang ada pada 28D itu diganggu oleh ketentuan yang Anda masalahkan? Terganggunya apakah pengakuan itu kemudian hilang, apa jaminan dan perlindungan itu kemudian hilang juga, atau menimbulkan ketidakpastian yang adi tidak yang kepastian hukum yang adil dan perlakuan sama di hadapan hukum, ya? Itu yang Anda harus lakukan. Karena kalau itu yang Anda gunakan, maka berikutnya adalah harus dijelas harus dibuktikan hak menurut kewenangan konstitusional tersebut dianggap telah dirugikan oleh berlakunya undang-undang yang dimohonkan pengujian. Itu tadi yang saya katakan. Apakah hakhak Anda yang ada atau Pemohon yang ada pada 28D itu dirugikan oleh adanya ketentuan? Hak dan kewenangan tersebut harus bersifat spesifik khusus, aktual, atau setidaknya potensial menurut ( suara tidak terdengar jelas) dapat dipastikan akan terjadi, ya. Kalau kemudian itu

8 yang sederajat itu ikut ya, maka wujud kerugiannya apa? Apakah Anda kemudian dieliminasi, lalu tidak bisa menikmati Pasal 28D? Sepintas menurut saya itu enggak terjadi, tapi kalau Anda bisa memberikan satu alasan bahwa itu terjadi, itu yang kita perlukan. Terjadinya bagaimana, ya? Kemudian ada causal verband antara kerugian dengan berlakunya undang-undang dimohonkan pengujian. causal verbandnya itu adalah berhubungan juga pada yang terakhir adalah kalau itu kemudian itu dikabulkan, maka Anda akan dipulihkan haknya ya, dipulihkan haknya. Padahal Anda ini secara formal sudah memenuhi syarat ya, enggak akan dirugikan. Yang jadi masalah yang saya lihat adalah di sini adalah bertambahnya pesaing, ya kan, bertambahnya pesaing. Bahwa bertambah pesaing itu kansnya tidak bisa disebut sebagai suatu kans yang berkaitan dengan hubungan causal verband. Anda bisa menang, Anda bisa kalah, ya. Kalau itu mesti kalah itu semua karena ketentuan hukum, maka hukumnya yang menyebabkan Anda kalah, itu persoalan. Oleh karena itu, kembali kepada hal-hal fokuskan. Pertanyaan-pertanyaan saya ajukan tadi adalah tantangan Anda untuk membuat suatu reasoning, ya, membuat suatu reasoning. Sehingga nanti kita bisa mempertimbangkan apa yang Anda maksud. Saya kita itu fokusnya, ya. Kemudian tadi sudah di ingatkan oleh Ibu Maria, sebagai Hakim Ketua tadi menyatakan, Apa betul petitumnya nomor 3 itu tidak bertentangan. Kalau tidak bertentangan, pengujian undangundang itu dibuka untuk pengujian yang bertentangan, ya. Kalau tidak bertentangan kok mau diuji, ya. Ini yang harus diperhatikan kembali, saya kira itu yang saya berikan pada Anda. Terima kasih. 11. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Terima kasih. Pak Alim? Oh, ya. Saya rasa Pak Alim sudah tidak memberikan nasihat di sini. Tapi, saya ingatkan bahwa permohonan ini belum ada daftar alat buktinya dan alat buktinya di sini kok adanya nomor 1, nomor 3, nomor 5, nanti diperbaiki, ya. Dan setelah pemeriksaan ini, maka Anda diberikan waktu empat belas hari untuk memperbaikinya atau kalau sebelum empat belas hari sudah dimasukan, itu lebih bagus, ya. Ada yang perlu disampaikan sebelum saya tutup? 12. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Tidak ada, Yang Mulia. Jelas, terima kasih.

9 13. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya karena sudah tidak ada yang disampaikan, maka saya akhiri sidang ini. Mohon kalau perbaikan, itu daftar alat bukti dan alat buktinya dilengkapi sekalian, ya. Sidang saya nyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 30 Maret 2012 Kepala Sub Bagian Pelayanan Risalah, t.t.d Paiyo NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.