MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PUU-XI/2013

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PERBAIKAN PERMOHONAN (II) J A K A R T A SENIN, 22 APRIL 2013

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian [Pasal 7 ayat (3)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Jaka Irwanta 2. Siti Rohmah 3. Freddy Gurning 4. Yana Peradiana ACARA Perbaikan Permohonan (II) Senin, 22 April 2013, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Maria Farida Indrati (Ketua) 2) Anwar Usman (Anggota) 3) Arief Hidayat (Anggota) Achmad Edi Subiyato Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Jaka Irwanta 2. Yana Peradiana B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Zairin Harahap 2. Nurjihad ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, sidang Perkara Nomor 32/PUU-XI/2013, dinyatakan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Ya, selamat siang Saudara-Saudara, pagi hari ini kita akan memulai sidang pemeriksaan perbaikan permohonan, tapi saya untuk pengujian Undang-Undang Nomor 2 Tahun tentang Usaha Perasuransian, khususnya Pasal 7 ayat (3). Untuk pertama kali saya mohon kepada Pemohon siapa yang hadir di sini? 2. KUASA HUKUM PEMOHON: ZAIRIN HARAHAP Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Selamat siang, yang hadir pada kesempatan pengujian Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Nomor Perkara 32/PUU- XI/2013. Sebagai Kuasa Hukum, saya Zairin Harahap dan Bapak Nurjihad. Sedangkan dari Pemohon yang hadir adalah Bapak Jaka Irwanta dan Bapak Yana Peradiana. Demikian, Yang Mulia. Terima kasih. 3. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, terima kasih. Jadi, Pemohon Prinsipalnya Pak Jaka dan Pak Yana ya? Oke. Ya, kami telah menerima perbaikan permohonan Anda melalui dan kami sudah baca, kami mohon tapi secara sekilas dijelaskan perbaikan-perbaikan mana yang dilakukan. 4. KUASA HUKUM PEMOHON: ZAIRIN HARAHAP Terima kasih, Yang Mulia. Yang pertama dari, jadi perbaikan ini berdasarkan masukan-masukan yang diberikan oleh Majelis Hakim Konstitusi pada sidang hari Rabu, tanggal 3 April Ada lima hal saya kira yang perlu mendapat perhatian. Yang pertama adalah kerugian konstitusional Para Pemohon. Yang kedua, usaha bersama tidak mungkin menjadi PT. Kemudian, inkonstitusional Pasal 7 ayat (3), sepanjang tidak dimaknai mencantumkan batas waktu, kemudian masalah PT.TUN dan kemudian penambahan alat bukti yang kami masukkan ke dalam P-5. Baik, yang pertama Yang Mulia. Bahwa kerugian konstitusional Para Pemohon dapat kami kelompokan ini ada yang bersifat kelembagaan, ada yang bersifat person, dalam hal ini Para Pemohon pemegang polis. Tetapi, kerugian yang bersifat kelembagaan 1

5 itu, pada akhirnya juga berimbas kepada kerugian yang bersifat individual para pemegang polis itu. Nah, yang pertama kerugian yang bersifat kelembagaan itu adalah bahwa karena belum adanya undangundang yang mengatur tentang usaha bersama mutual itu sebagaimana yang diamanatkan oleh ketentuan Pasal 7 ayat (3), ini mengakibatkan khususnya AJB Bumiputera 1912 ini tidak mendapatkan berbagai fasilitas dari negara atau pemerintah, sebagaimana yang diperoleh oleh PT karena dia tidak memiliki badan hukum yang disahkan. Kemudian yang kedua, AJB Bumiputera 1912 karena tidak memiliki undang-undang sebagaimana yang diamanatkan oleh Pasal 7 ayat (3) itu tidak dapat mengikuti tender yang diadakan oleh pemerintah. Karena persyaratan pengesahan sebagai badan hukum dari instansi atau kementerian terkait tidak ada. Ini yang bersifat kelembagaan. Kemudian, yang bersifat person pemegang polis. Pertama adalah karena belum adanya perundang-undangan sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (3) telah mengakibatkan hak-hak pemegang polis sebagai pemilik kurang terlindungi. Baik yang terkait dengan keterlibatanya, dalam pengambilan keputusan maupun yang berkaitan dengan pembagian keuntungan atau laba, yang seharusnya diperoleh para pemegang polis itu sendiri. Kemudian, yang kedua adalah dalam praktiknya para pemegang polis sering diposisikan sebagai hak tertanggung. Sebagaimana pemegang polis pada perusaahaan asuransi, yang diselenggarakan oleh PT. Sehingga haknya hanya sebatas pada pengajuan klaim. Kira-kira itulah antara lain kerugiankerugian konstitusional yang dialami oleh Para Pemohon. Kemudian, mengenai batu uji. Sebagaimana yang disarankan oleh Majelis pada sidang yang pertama, maka di sini kami ada perubahan sedikit jika pada pada permohonan yang pertama itu kami cantumkan Pasal 28I ayat (2), maka dalam perbaikan ini, ketentuan Pasal 28I ayat (2) sudah tidak kami masukkan lagi tapi kami ganti dengan ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, kemudian Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Sementara Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 tetap kami pertahankan sebagai batu uji. Semua sudah kami sampaikan argumentasinya di dalam surat permohonan ini, saya kira tidak perlu kami bacakan, Yang Mulia, ya karena nanti akan banyak waktu. Kemudian mengenai... langsung saja mengenai usaha bersama tidak mungkin menjadi PP, ini ada dua argumentasi yang kami bangun di sini, yang pertama dari aspek filosofisnya. Bahwa dari aspek filosofis pendirian usaha bersama mutual dalam konteks ini adalah AJB Bumi Putera 1912 berbeda dengan perusahaan terbatas pada umumnya karena usaha bersama mutual didirikan adalah untuk kesejahteraan para anggotanya, pemegang polis. Hal ini merupakan penjabaran atau implementasi dari ketentuan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Sementara PT adalah untuk keuntungan para pemodal atau pemegang saham saja, dalam PT pemegang polis bukanlah pemilik melainkan semacam nasabah atau konsumen yang hanya mempunyai 2

6 hak atas klaim. Jadi secara filosofis sangat berbeda kalau dia mau dijadikan PT. Kemudian yang kedua, baik secara de jure... jadi secara de jure itu berdasarkan AD/ART pemilik perusahaan adalah pemegang polis. Sementara secara de facto bahwa usaha bersama mutual AJB Bumi Putera jumlah pemegangnya dewasa ini sekitar hampir tujuh juta, sehingga ini untuk mengumpulkan pemegang polis bukanlah persoalan yang mudah kalau itu mau diubah menjadi PT. Nah, ini kami lampirkan, ini dalam P sebagaimana yang tersebut di dalam anggaran dasar kami cantumkan dalam P-2, kemudian jumlah pemegang polis yang sekitar tujuh juta itu... tujuh juta orang itu kami masukkan buktinya sebagai P-5. Kemudian mengenai bahwa Pasal 7 ayat (3) inkonstusional sepanjang tidak dimaknai mencantumkan batas waktu penetapan undang-undang a quo. Nah, ini kami melihat bahwa apabila Pasal 7 ayat (3) ini tidak dimaknai mencantumkan batas waktu undangundang sebagaimana yang dimaksud itu, itu adalah inkonstitusional karena sebagaimana batu uji yang kami sampaikan baik itu mengenai... mengenai asas kepastian hukum, kemudian mengenai asas negara hukum, dan sebagainya. Kemudian juga ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 yang memang di sana juga mengharuskan setiap suatu peraturan perundang-undangan itu harus mencantumkan suatu peraturan pelaksananya. Kemudian juga di sini kami mengatakan bahwa dapat dikatakan bahwa selama 21 tahun ini, itu sesungguhnya sudah terjadi kekosongan hukum terkait dengan usaha perasuransian yang berbentuk usaha bersama, meskipun pemerintah mengeluarkan aturan perundang-undangan yang terakhir diatur dengan PMK Nomor 53/PMK/2012, saya kira ini terkait dengan masukkan dari Majelis pada sidang yang pertama, yang mengatakan bahwa untuk mempelajari, untuk memahami secara utuh ketentuan Pasal 7 ayat (3) ini juga harus dibaca penjelasannya, yang di sana disebutkan bahwa sementara sebelum ada undang-undangnya maka dikeluarkannya PP terlebih dahulu. Tapi sampai saat ini PP-nya juga belum ada, bahkan yang dikeluarkan adalah PMK (Peraturan Menteri Keuangan) Nomor 53 Tahun Saya kira ini adalah yang mencabut PMK-PMK sebelumnya, jadi terakhir berdasarkan ini, Yang Mulia. 5. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya. 6. KUASA HUKUM PEMOHON: ZAIRIN HARAHAP Nah karena itu kami kaitkan tadi dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 itu tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Bahwa di dalam lampiran II Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 itu disebutkan bahwa setiap pembentukan 3

7 peraturan perundang-undangan itu harus ada dasar hukumnya, dasar hukum itu mencakup tentang dasar kewenangan dan peraturan perundang-undangan yang memerintahkan peraturan perundangundangan itu dibuat. Jadi kalau kita berangkat dari lampiran II Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 itu jelas PM Nomor 53 Tahun 2011 ini adalah tidak sah karena kenapa? Karena Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 itu tidak pernah memerintahkan agar badan usaha mutual ini diatur dengan, dengan PMK. Tetapi harus diatur dengan undang-undang. Sehingga kehadiran PMK ini, ini sesungguhnya kalau kita berangkat dari ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 itu adalah tidak sah. Nah, untuk mengisi kekosongan tersebut di sini kami mengutipkan sebagaimana juga yang pernah kami sampaikan, kami mengutip putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 48 Tahun 2011 yang menguji Pasal 57 ayat (2a) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Saya kira ini argumentasinya juga sudah pernah kami sampaikan, Yang Mulia. Saya kira tidak perlu lagi kami ulangi. Tetapi kami menganggap bahwa ini terjadi kekosongan hukum, sehingga MK memiliki kewenangan karena ketentuan Pasal 57 ayat (2a) ini sudah dihapus. Bahwa dulu ketika ada undang-undang ini memang Mahkamah Konstitusi tidak berwenang untuk membuat norma hukum baru. Kemudian juga kami mengutipkan juga di sini Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46 Tahun 2010 yang menguji Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun Nah, di sini juga kami melihat bahwasanya untuk mengisi kekosongan hukum itu, lalu Mahkamah Konstitusi melakukan terobosan hukum. Kemudian terakhir, Yang Mulia. Mengenai Petitum ini juga sudah kami sempurnakan sesuai dengan saran-saran pada sidang yang pertama. Saya kira demikian Yang Mulia yang bisa kami sampaikan. Mungkin dari rekan yang lain ada yang sekiranya Yang Mulia memberikan izin, mungkin dari teman-teman lain mungkin ada yang menambahkan. Terima kasih. 7. KETUA: MARIA FARIDA INDARTI Ya, terima kasih. Ya, saya rasa cukup di sini karena kita sudah menerima semua sebelumnya, ya. Tanggal 16 April kita sudah menerima ini ya. Saya akan mengesahkan alat bukti yang Pemohon sampaikan. Di sini disampaikan, Pemo P-1 sampai dengan P-5, ya. P-5 itu, kopi tentang policy AJB Bumi Putera yang 7 juta jiwa, ya. Saya sahkan. KETUK PALU 1X Ya, saya akan mengajukan permohonan Anda di dalam rapat permusyawaratan hakim ya, sesudah ini maka kemudian saya akan menjelaskan bagaimana kedudukan permohonan ini kepada rapat 4

8 permusyawaratan hakim dan nanti akan ditentukan bagaimana kelajutan dari permohonan ini, ya. Oleh karena itu, nanti Bapak-Bapak menunggu putusan dari Mahkamah Konstitusi dan akan diberitahukan sesudah ini, ya. Tentunya setelah rapat. Dan nanti Bapak, Ibu tinggal menunggu panggilan dari MK apakah ini dilanjutkan sampai Putusan Pleno atau tidak. Kami akan membawa itu terlebih dahulu ke rapat permusyawaratan hakim, ya. Ada yang masih ingin disampaikan di sini? Ya, kalau sudah tidak ada yang ingin disampaikan maka sidang ini saya nyatakan selesai dan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 22 April 2013 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d. Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 5