MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 66/PUU-X/2012

Transkripsi

1

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 66/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan [Pasal 113 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), serta Pasal 116 ] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Suyanto 2. Iteng Achmad Surowi 3. Akhmad 4. Galih Aji Prasongko ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Senin, 16 Juli 2012, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) M. Akil Mochtar (Ketua) 2) Achmad Sodiki (Anggota) 3) Maria Farida Indrati (Anggota) Sunardi Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Galih Aji Prasongko B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Pradnanda Berbudy

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Sidang dalam Perkara Nomor 66/PUU-X/2012 Pengujian Undang-Undang tentang Kesehatan, saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. Saudara Pemohon atau Kuasanya, sebagaimana lazimnya di Mahkamah, saya persilakan terlebih dahulu, Saudara memperkenalkan diri dalam sidang ini. Silakan, siapa yang hadir? 2. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Terima kasih, Majelis. Assalamualaikum wr. wb. Siang hari ini, saya Pradnanda Berbudy untuk kuasa hukumnya yang lain, temanteman belum bisa hadir karena berbenturan jadwal ada beberapa sidang di yang lainnya. Kemudian, Pemohon juga yang bisa hadir hanya Galih Aji Prasongko, kebetulan di belakang saya ini. Yang lain juga, belum bisa hadir, Majelis, mungkin nanti di sidang Panel kedua. Terima kasih, Majelis. 3. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Baik, jadi yang hadir Saudara Aji, ya? Kan Pemohonnya Suyanto, Iteng Achmad Surowi, Akhmad, Galih Aji Prasongko? 4. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY 5. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Itu prinsipalnya. 6. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY 7. KETUA: M. AKIL MOCHTAR KETUK PALU 3X Kuasa hukumnya tadi siapa?

5 8. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Kuasa hukumnya ada ( ) 9. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Ndak, Saudara siapa? 10. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Saya Pradnanda Berbudy. 11. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Pradnanda Pram ( ) 12. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Berbudy. Yang ini nomor 4, Majelis. 13. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Ya, ya, oke, oke. Agak susah nyebutnya, Pradnanda. Panggilnya Nanda atau Budi boleh, Prad juga boleh, ya? Baiklah, ini sidang Panel yang pertama, dimana dalam sidang ini diberikan kesempatan kepada Saudara untuk menjelaskan pokok-pokok permohonan yang Saudara uji dalam sidang kali ini. Jadi, secara keseluruhan permohonan ini sudah dibaca oleh Majelis, tetapi pokok-pokoknya paling tidak apa namanya kewenangan Mahkamah, legal standing kenapa memohonkan? Lalu alasan-alasanya sedikit, kemudian petitumnya, ya? 14. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY 15. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Silakan. 16. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Ya, terima kasih, Majelis. Kami mengajukan permohonan pengujian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yakin Pasal 113 dan Pasal 116. Adapun pertama, kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah berdasarkan Pasal 20 berdasarkan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, kemudian juncto pasal ayat Pasal 10 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003

6 tentang Mahkamah Konstitusi, kemudian Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, kemudian Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 6 PMK Tahun 2005, dan Pasal 51 ayat (3) huruf a dan b. Itu dasar -dasar kewenangan Mahkamah Konstitusi. Kemudian ( ) 17. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Oke, terus? Soal legal standing-nya? 18. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Kedudukan hukum Para Pemohon atau legal standing. Bahwa menurut Pasal 51 ayat (1) Undang -Undang Mahkamah Konstitusi, Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangannya ( ) 19. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Ya, itu enggak usah dibaca lagi. Tapi, intinya itu apa misalnya, apakah Para Pemohon ini warga negara Indonesia. 20. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY 21. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Profesinya apa, ya tho? 22. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY 23. KETUA: M. AKIL MOCHTAR He em, dirugikan itu apa masalahnya? Kan gitu? 24. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Pemohon I dan Pemohon II adalah petani tembakau, Pemohon III adalah pemilik industri pelinting rokok, sedangkan Pemohon IV adalah perokok, yang dengan berlakunya Pasal 113 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), serta Pasal 116 Undang -Undang Kesehatan, maka Para Pemohon melihat tidak adanya jaminan akan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan tekhnologi terhadap tembakau dan produk tembakau atau rokok, serta berbuat atau tidak berbuat asesuatu yang merupakan hak asasi dengan menjadi petani tembakau, serta

7 berwiraswasta di bidang industri rokok, dan melakukan kegiatan merokok tidak mempunyai kepastian hukum di Indonesia. 25. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Oke, itu alasan legal standing-nya? 26. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY 27. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Pasal yang diuji? 28. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Pasal yang diuji Pasal 113 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), serta Pasal 116 Undang-Undang Kesehatan. 29. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Oke. Lalu, batu uji Saudara? 30. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Batu uji yang pertama, kami mengajukan secara formal dan meteriil. 31. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Oh, ya. Jadi formal dan meteriil? 32. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Formil dan meteriil, Majelis. 33. KETUA: M. AKIL MOCHTAR He em. 34. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Yang formal, pertama bahwa pembentukan Pasal 113 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Undang-Undang Nomor 36 Tahun Pertama, melanggar asas kejelasan tujuan. Apabila diperhatikan ketentuan Pasal 113 ayat (1), disebutkan bahwa penggunaan pengamanan penggunaan yang mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak

8 menganggu dan membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Sedangkan ketentuan Pasal 113 ayat (2) disebutkan bahwa zat adiktif sebagaimana di ayat (1) meliputi tembakau yang mengandung tembakau pada, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaanya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarkat sekelilingnya. Rumusan yang terdapat dalam ayat (1) dan ayat (2) di atas, jelas menimbulkan pertanyaan, apakah tujuan dari penggunaan bahan yang menganggu dan membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, dan masyarakat atau penggunanya ditujukan untuk penggunaan yang dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya? Dengan demikian, pengaturan mengenai masalah dimaksud yang mengandung bahan zat adiktif sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1), secara jelas dan nyata berbeda dengan apa yang dimaksud pada ayat (2) ketentuan tersebut. Bahwa dengan demikian, Pasal 113 ayat (1) dan (2) secara jelas dan nyata melanggar ketentuan Pasal 5 huruf a Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan, yaitu dalam pembentukan tidak memenuhi asas kejelasan tujuan. Yang kedua, Pasal 113 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dan untuk Pasal 116 Undang-Undang Kesehatan melanggar asas pembentukan... asas kejelasan rumusan. Bahwa bila dicermati secara jelas penormaan yang terkandung dalam Pasal 113 ayat (2) Undang - Undang Kesehatan secara jelas dan nyata tidak memenuhi asas kejelasan rumusan. Rumusan Pasal 113 ayat (2) tersebut menyatakan bahwa zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif bagi penggunaan... ya, bagi penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya. Rumusan Pasal 113 ayat (2) tersebut menimbulkan pertanyaan, apakah zat adiktif yang dimaksud meliputi tembakau, produk tembakau padat, cair, dan gas atau tembakau produk yang... produk yang mengandung tembakau yang berbentuk padat, cair, dan gas? Rumusan Pasal 113 ayat (2) ini jelas ternyata mengandung suatu tafsir dan pemahaman yang bias, artinya ketentuan ini tidak memenuhi kejelasan rumusan dari suatu pembentukan perundang-undangan (...) 35. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Oke (...) 36. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Apabila... apabila rumusan terakhir ini dipergunakan, hal ini juga menimbulkan pertanyaan, apakah zat adiktif yang berupa produk tembakau... mengandung tembakau padat, cair, dan gas? Bahwa tembakau adalah jenis tanaman yang tergolong ke dalam benda yang

9 berbentuk benda padat. Dengan demikian bila kata tembakau dihubungkan dengan frasa padat, cair, dan gas dalam rumusan Pasal 113 ayat (2), maka ta naman tembakau sudah diakomodir dalam rumusan frasa padat, cair, dan gas adalah sesuatu rumusan yang tidak tepat. Kemudian yang C. Pasal 113 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dan Pasal 116 Undang-Undang Kesehatan melanggar asas kepastian hukum. 37. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Ya, tidak usah dijelaskan, asas-asasnya saja disebut karenakan Saudara membaca juga sama dengan permohonan toh? 38. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY 39. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Terus alasan lain? 40. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Alasan lain secara tadi yang secara formal, Majelis. 41. KETUA: M. AKIL MOCHTAR 42. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Kemudian secara formal secara materiil, yang pertama bahwa Pasal 113 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 116 Undang -Undang Kesehatan tidak memberikan jaminan atas pemberian manfaat dan tek dari teknologi. Batu ujinya Pasal 28C ayat (1) dan Pasal 31 ayat (5) Undang-Undang Dasar KETUA: M. AKIL MOCHTAR Cukup itu? 44. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Ya, itu batu ujinya, Majelis. Yang kedua, batu ( )

10 45. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Alasan permohonan tadi? 46. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY 47. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Sudah kalau alasan permohonan dan batu ujinya kan. Undang- Undang Dasar 1945 sudah disebutkan, lalu? 48. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Yang kemudian batu ujinya lagi Pasal 113 ayat (1) dan (2), dan Pasal 116 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan tidak memberikan jaminan hak atas rasa aman dan rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu dan berpotensi menyebabkan terjadinya ketidakpastian dan keadilan hukum yang merupakan hak asasi. 49. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Oke, lalu petitumnya? 50. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Petitumnya. Primer, menerima dan mengabulkan seluruh permohonan Para Pemohon. Dua, menyatakan bahwa pembentukan Pasal 113 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), serta Pasal 116 Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan tidak memenuhi ketentuan pembentukan undang-undang berdasarkan Undang-Undang Dasar Tiga, menyatakan bahwa materi muatan dalam Pasal 113 ayat (1), (2), dan (3), serta Pasal 116 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, bertentangan dengan Pasal 28C ayat (1), Pasal 31 ayat (5), Pasal 28D ayat (1), serta Pasal 28G ayat (1) Un dang- Undang Dasar Empat, menyatakan materi muatan dalam Pasal 113 ayat (1), (2), dan (3), serta Pasal 116 Undang-Undang Kesehatan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnnya. Lima, memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Subsider. Bila Yang Mulia Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, kami mohon putusan seadil-adilnya.

11 51. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Oke, baiklah ya. Dalam kesempatan ini, Saudara akan diberikan masukkan-masukkan dari Panel ini, guna perbaikan permohonan Saudara, ya. Dan itu kewajiban Hakim karena untuk penyempurnaan dari permohonan yang Saudara ajukan ini. Yang pertama, Saudara menguji maaf, yang pertama pasal ini, itu secara formal pernah diuji ya, di Mahkamah. Cuma yang membedakan dari permohonan ini adalah batu ujinya saja yang berbeda. Itu yang pertama. Yang kedua, Saudara selain menguji materiil, Saudara juga menguji formal, ya kan. Tapi menguji formal itu hanya Pasal 113 saja. Sebagaimana kita tahu bahwa pengujian formal itu adalah berkaitan dengan pembentukan peraturan perundang-undangan. Apakah telah memenuhi tata cara dan syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang- Undang Dasar, yang kemudian ditindaklanjuti oleh undang-undang. Undang-undang yang Saudara sebut tadi tentang pembentukan peraturan perundang- undangannya di dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, kan ada dasarnya. Tapi, Saudara tidak gunakan sebagai batu uji, ya? Coba Saudara lihat! Di situ kan Saudara gunakan Pasal 28C kemerdekaan berserikat. Kemudian, Pasal 28D ayat (1) pengakuan dan jaminan kepastian hukum yang adil. Pasal 28G perlindungan terhadap hak. Pemerin eh, kemudian, mana ini? Ya, Pasal 31 ayat (5) memajukan pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai agama. Itu hubungannya apa dengan pengujian formal? Tata cara pembentukan peraturan perundang-undangan diatur dengan undang-undang, kan itu di pasal berapa di dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, ya. Saudara, Saudara sebutkan itu dulu, ya. Nah, baru kemudian alasan-alasannya Saudara merujuk kepada Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, ya. Kemudian sudah ada putusan Mahkamah tentang pengujian formal, ada tenggang waktu. Berapa hari? Nanti Saudara lihat putusannya nomor berapa, tetapi kalau tidak salah menurut saya itu 90 hari setelah undang-undang itu di 45 hari, ya. 45 hari setelah undang-undang itu di sahkan, diundangkan oleh Presiden, itu Saudara masih punya hak untuk menguji. Itu putusan Mahkamah ya tentang pengujian formal di dalam Undang-Undang Mahkamah Agung, kalau enggak salah saya. Nanti Saudara lihat, cari putusannya. Nah, ini kan Undang-Undang Tahun 2009, ya? 52. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY 53. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Jadi, Saudara hitung sendiri saja kira-kira ya. Di samping tadi alasan batu ujinya enggak belum Saudara sebutkan. Kemudian

12 yang kedua, gimana ini soal tenggang waktu. Kalau sudah batu uji, kalau sudah alasan-alasannya tidak terpenuhi pembentukannya. Nah, mungkin juga harus melihat kepada tata tertib DPR dan lain sebagainya, sebagai bahan, kalau memang mau uji formal, ya. Nah, yang kedua yang ketiga ini, kalau Saudara mau mengajukan pengujian materiil terhadap pasal ini. Sekali lagi, Pasal 113 itu ayat (1), ayat (2), ayat (3) itu diputus pernah diputus oleh MK dalam Putusannya Nomor 19 ya, tahun 2010 dan 34 Tahun 2010, yang kedua-duanya amarnya ditolak. Nah, Saudara lihat konstruksi pertimbangan Mahkamah di dalam putusan itu, ya. Kalau kami melihat alasan-alasan permohonan Saudara ini, ini belum menerangkan tentang pertentangan norma. Apa yang menjadi masalah konstitusional dari norma itu, ya? Tapi, Saudara lebih banyak menguraikan tetang industri rokok, penelitian mengenai tembakau ya, produk tembakau, dan belum terdapat argumentasi konstitusionalnya. Apakah dengan dinyatakan tembakau itu menjadi zat adiktif, Saudara lebih banyak memper eh, menerangkan tentang ketidakjelasan norma itu. Dari sudut-sudut formal, kalau Saudara menyatakan bahwa norma itu dari sudut materiil, maka itu mungkin bertentangan dengan kepastian hukum yang adil. Nah, sehingga dalam proses penerapannya bisa eksesif, bisa melakukan eh, bisa terjadi penyimpangan dan lain sebagainya. Tapi, itu argumentasi konstitusional. Sehingga norma yang Saudara uji ini bertentangan dengan batu uji yang Saudara misalnya di sini disebut pasal berapa tadi? Apa kaitannya Pasal 113 ayat (1), ayat (2), ayat (3) itu dengan Pasal 28C ayat (1) kemerdekaan berserikat dan berkumpul? Itu harus Saudara uraikan. Apakah dengan dinyatakan itu zat adiktif, lalu kebebasan berserika dan berkumpul dari Pemohon ini menjadi terhalang, ya? Lalu, apakah dengan adanya pasal itu, maka pengakuan jaminan dan kepastian hukum yang adil itu dihadapan hukum bagi Para Pemohon itu menjadi tidak tercapai atau terhalanghalangi, atau setidak-tidaknya berpotensi menghalangi hak-hak Para Pemohon yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar, ya? Jadi, kerugian konstitusonal itu harus diuraikan ya. Ada enam syarat itu, itu nanti dilihat hubungan sebab-akibatnya, kerugiannya yang diderita baik materiil maupun potensial ya, terhadap Para Pemohon. Kalau ndak boleh merokok kan masih boleh merokok, walaupun ada batasan bagi Pemohon yang nomor berapa itu yang perokok? Kalau enggak boleh tanam tembakau, sampai sekarang belum ada larangan bahwa tembakau tidak boleh ditanam. Kalau pabriknya disuruh tutup enggak boleh bikin rokok, masih juga boleh bikin rokok, belum dilarang, kan gitu. Nah, tapi apakah kira-kira dengan pasal ini nanti akhirnya petani tembakau enggak boleh tanam rokok... eh, tanam rokok. Sori, tanam tembakau atau pabrik rokoknya yang enggak boleh berproduksi? Misalnya, itu kan potensi. Ya itu yang harus Saudara gambarkan, tapi itu berekaitan dengan hak-hak konsatitusional. Bukan... bukan persoalan-

13 persoalan yang konkret, bukan. Karena ini kan pengadilan konstitusi ya, pengadilan norma ya, normanya. Nah, itu lah beberapa hal yang saya sampaikan. Ibu ada hal silakan. 54. HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA INDRATI Terima kasih, Pak Ketua. Ya, pertama tentang pengujian formal. Itu yang harus dilihat karena ini tahun... undang-undang tahun 2009 berarti sudah kadaluarsa. Kemudian di sini sebetulnya Anda lebih banyak menguraikan mengenai pertentangan kalimat-kalimatnya, ya. Ada bertentangan dengan asas rumusan yang jelas, asas tujuan yang jelas, dan ini sebetulnya Anda tidak menguraikan pertentangannya dengan pasalpasal dalam konstitusi, tapi dengan pasal dari undang-undang yang lain, ya. Kemudian di sini juga Anda mempertentangkan antara Undang- Undang Sistem Budaya Tanah... Budidaya Tanaman dan Undang- Undang Tentang Perkebunan, hubungannya apa? Mahkamah ini tidak menguji antar undang-undang. Jadi kalau pun misalnya ada pertentangan dari undang-undang ini Anda boleh mengelaboirasi, sehingga kalau alur bertentangan itu maka kekuasaan hukumhnya enggak ada. Sehingga Anda kaitkan pada pasal Undang-Undang Dasar tentang kepastian hukum, begitu ya. Jadi ini banyak sekali merumuskan dari Pasal 2 sampai Pasal 19 malahan ini ya, beberapa pasal tentang Undang-Undang Perekebunan dan/atau Budidaya Tanaman ini. Kemudian juga di sini Anda mempertentangkan mengenai teknologi. Kita mengambil pada halaman 16 ini Pasal 113 ayat (1), (2), (3), bertentangan dengan tidak memberikan jaminan atas pemeberian manfaat dari teknologi. Nah, ini alasannya apa? Di sini hanya menyatakan bahwa kalau orang itu berhak mengembengkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan, dan memeperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan hidup umat manusia. Apa hubungannya ini dengan tembakau atau rokok, Ada buku-buku tentang tembakau dan rokok dan kita Mahkamah sudah diberikan banyak sekali pada waktu kita membahas Pengujian Undang-Undang tentang Rokok yang lalu. Jadi Anda bisa melihat di situ apa kerugian seseorang atau kerugian pemohon dengan adanya teknologi yang sudah melakukan penelitian tersebut dan rumusan pasal ini. Sehingga kemudian Anda bisa membentangkan pasal tersebut terhadap konstitusi ya. Saya rasa itu. 55. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Cukup, ya. Jadi Saudara Pemohon beberapa hal yang menjadi catatan itu Saudara catat baik-baik. Kemudian kepada Saudara dikasih kesempatan 14 hari selambat-lambatnya untuk memperbaiki

14 permohonan ini, ya. Kalau misalnya 14 hari Saudara tidak memperbaiki permohonan, maka berarti Saudara tetap dengan permohonan semula. Ada hal yang ingin Saudara respons? 56. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY Sedikit, Majelis. Apakah formal dan pengujian formal dan materiil itu petitumnya bisa dijadikan satu atau terpisah? 57. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Ya, kalau formalkan Saudara meminta bahwa undang-undang itu tidak... tidak apanamanya... tidak sesuai dengan tata cara pembentukan dan kalau tidak sesuai akibatnya apa? Kan gitu. 58. KUASA HUKUM PEMOHON: PRADNANDA BERBUDY 59. KETUA: M. AKIL MOCHTAR Nah, jadi bisa dipisah. Sebaiknya apa namanya... petitum formal Saudara minta ini, materiilnya bertentangan dengan Undang- Undang Dasar dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikan, kan gitu. Lalu diumumkan dalam berita negara, ya. Saudara perbaikilah banyak juga contoh-contoh permohonan formal di Mahkamah, ya. Baik, dengan demikian Sidang dalam Perkara Nomor 66/PUU- X/2012 ini dianggap cukup dan Saudara diberi kesempatan untuk memperbaikinya. Nanti setelah itu Saudara menunggu panggilan lebih lanjut dari Mahkamah dan sidang dinyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 16 Juli 2012 Kepala Sub Bagian Pelayanan Risalah, t.t.d Paiyo NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.