Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;

Transkripsi

1 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 153/PUU-VII/2009 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A SELASA, 5 JANUARI 2010

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 153/PUU-VII/2009 PERIHAL Permohonan Pengujian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON - Dr. Ir. Safria, M.S. ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Selasa, 5 Januari 2010 Pukul WIB Ruang Sidang Panel Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat. SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H. (Ketua) 2) Dr. Harjono., S.H., M.CL (Anggota) 3) Prof. Dr. Achmad Sodiki, S.H. (Anggota) Sunardi, S.H. Panitera Pengganti 1

3 Pihak yang Hadir: Kuasa Hukum Pemohon: - Ade Yuliawan, S.H. - R.N. Putra A, S.H. - Ari Airlangga 2

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: PROF. DR. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Sidang untuk Perkara Nomor 153/PUU-VII/2009 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 2X Saudara Pemohon hari ini kita akan mulai sidang panel yang pertama, mengenai pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi. Saya mohon kepada Pemohon atau Kuasanya untuk memperkenalkan diri, silakan. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: ADE YULIAWAN, S.H. Yang Mulia kami memperkenalkan diri dari MSS & CO. Law Firm nama saya Ade Yuliawan, S.H. Kemudian saya perkenalkan di sebelah kiri saya Putra dan sebelah kiri saya Pak Ari. Mohon maaf rekan kami yang lain sedang mengikuti persidangan sehingga hanya kami sebagai advokatnya Yang Mulia yang menghadiri, terima kasih. 3. KETUA: PROF. DR. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Ya hari ini adalah sidang pemeriksaan pendahuluan, jadi kepada Pemohon agar menjelaskan mengenai legal standing dari Pemohon dan juga duduk perkara yang diajukan pada permohonan ini. 4. KUASA HUKUM PEMOHON: ADE YULIAWAN, S.H. Terima kasih Yang Mulia. Kami mewakili Pemohon dalam hal ini Pemohon adalah Bupati Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Dalam hal ini klien kami mempunyai suatu keinginan bahwa di dalam daerah yang dipimpinnya ini ada mengandung sumber energi yang tentunya akan menjadi suatu potensi bagi masyarakat di daerahnya. Akan tetapi di dalam pasal yang melandasi untuk pemanfaatan energi adalah Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 yang mengandung ketidakjelasan mengenai daerah. Apakah daerah itu adalah daerah provinsi atau daerah yang dimaksud daerah kabupaten, sehingga apabila ada sumber energi yang lokasi atau bertempat di daerah tentunya akan timbul pertanyaan, apakah akan menjadi kewenangan 3

5 pemerintah provinsi atau kewenangan pemerintah daerah? Itu yang menjadi permasalahan sehingga Pemohon mengajukan uji materiil. Untuk pasal selanjutnya Pasal 23 ayat (3) undang-undangnya sama adalah badan usaha yang di sini mempunyai makna yang penafsirannya yang juga membingungkan Pemohon karena Pemohon juga melihat juga di sini apakah badan usaha yang dimaksud adalah badan usaha milik negara atau badan usaha BUMD? Atau badan usaha milik daerah, ini yang kami ajukan sebagai bahan uji materiil kepada Yang Mulia. Karena hal ini sangat berpotensi merugikan daerah yang Pemohon pimpin, terima kasih. 5. KETUA: PROF. DR. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Ya jadi Pemohon ini Pemerintah Daerah Tanjung Jabung Barat atau bupati? Karena tadi Anda mengatakan dalam halaman 5 pemerintah kabupaten yang menyangkut bupati, kepala daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah tingkat II. Kemudian di halaman 6 Anda mengatakan Pemohon adalah Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang dalam hal ini diwakili oleh Bupati Tanjung Jabung Barat, lalu DPRD-nya tahu atau tidak? Yang mengajukan bupati sendiri atau bupati dan DPRD? 6. KUASA HUKUM PEMOHON: ADE YULIAWAN, S.H. Yang mengajukan bupati Yang Mulia, jadi bupati sendiri. 7. KETUA: PROF. DR. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Jadi tidak mengatasnamakan pemerintah daerah? 8. KUASA HUKUM PEMOHON: ADE YULIAWAN, S.H. Selalu melekat, jabatannya sebagai bupati Yang Mulia. 9. KETUA: PROF. DR. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Apakah sudah terlihat adanya suatu hak atau konstitusional yang terlanggar atau tercederai dengan adanya undang-undang ini? 10. KUASA HUKUM PEMOHON: ADE YULIAWAN, S.H. Beberapa kasus sudah mulai menjadi permasalahan di wilayah Pemohon Yang Mulia. Jadi pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten melihat bahwa perizinan-perizinan akan menjadi rumit karena akan timbul tumpang tindih mengenai pemberian perizinan. 4

6 11. KETUA: PROF. DR. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Ya tetapi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dia tidak akan berdiri sendiri, sedang mengenai urusan-urusan pemerintahan itu diatur oleh aturan pemerintah. Apakah dengan Peraturan Pemerintah mengenai urusan pemerintah itu tidak bisa terlihat di sana? Apakah tetap dengan adanya PP itu kemudian masih ada pertentangan sehingga Anda mengajukan pasal-pasal ini? 12. KUASA HUKUM PEMOHON: ADE YULIAWAN, S.H. Pemohon memandang perlu untuk diajukan dilakukan uji materi ini karena memang peraturan-peraturan yang lain belum cukup untuk mengatur bahwa ini adalah kewenangan pemerintah daerah setempat, karena pemerintah daerah setempat semestinya mendapatkan prioritas dan porsi yang lebih daripada pemerintah provinsi. Demikian Yang Mulia. 13. KETUA: PROF. DR. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Mengenai Pemohon, tadi Anda adalah Pemerintah Daerah Tanjung Jabung Barat atau bupatinya saja atau Bupati dan DPRD? Kalau Anda mengatakan kepala bupati dan DPRD pasti harus ada kuasa hukum dari DPRD-nya ada tidak? 14. KUASA HUKUM PEMOHON: ADE YULIAWAN, S.H. Kami mendapat kuasa dari bupati, jadi bupatilah yang sebagai Pemohon dalam hal ini dan juga dan juga sebagai kepala pemerintahan di sana. Memang untuk pengajuan ini bupati yang mengajukan sendiri tanpa ada persetujuan dari DPRD. 15. KETUA: PROF. DR. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Jadi Bupati sendiri ya? Jadi di sini bukan Pemohon adalah Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang diwakili oleh bupati tapi bupati sendiri ya? 16. KUASA HUKUM PEMOHON: ADE YULIAWAN, S.H. Ya bupati sendiri selaku pejabat bupati itu sendiri. 17. KETUA: PROF. DR. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Ya, di dalam sidang panel yang pertama ini maka kewajiban para hakim para panel untuk memberikan nasihat mengenai permohonan ini. 5

7 Kalau saya melihat permohonan ini masih belum fokus sebetulnya kerugian apa yang menjadi suatu landasan kenapa undang-undang ini diajukan ke sini. Dan hakim-hakim ini harus memberikan nasihat baik dari masalah legal standing ataupun masalah-masalah yang oleh Pemohon dipertentangkan dengan UUD. Jadi kalau kita melihat di sini apakah betul pasal tersebut bertentangan dengan UUD yaitu Pasal 20 ayat (3) dan Pasal 23 ayat (3) dimana Anda menganggap bahwa ini bertentangan dengan konstitusi. 18. KUASA HUKUM PEMOHON: ADE YULIAWAN, S.H. Kami mengajukan uji materi ini karena ada ketidakjelasan mengenai Pasal 20 dan Pasal 23 itu, menyangkut masalah daerah. Jadi ketidakjelasan rumusan tersebut berpotensi merugikan Pemohon dalam hal ini yang harusnya mendapatkan hak lebih besar sumber energi di Kabupaten Jabung Barat, sementara Kabupaten Tanjung Jambung Barat sebagai penghasil energi justru saat ini dirugikan karena provinsi sebagai daerah, atasan akan merasa lebih mempunyai kewenangan untuk mendapatkan prioritas energi. Demikian, Yang Mulia. 19. KETUA: PROF. DR. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Ya, jadi kalau Anda mempermasalahkan Pasal 20 ayat (3) dan Pasal 23 ayat (3) dalam duduk perkara ini semestinya sesuai dengan petitum yang harus Anda mohon. Petitum yang pertama Anda menyatakan Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 sepanjang kata daerah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Atau setidak-tidaknya menyatakan Pasal 20 ayat (3) kata daerah tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar sepanjang dimaknai daerah adalah kabupaten/kota. Kalau ini dilihat dari petitum nomor 1 dan nomor 2, kalau yang pertama dinyatakan daerah adalah kabupaten dan kota tapi petitum yang kedua menyatakan Pasal 20 ayat (3) sepanjang kata daerah tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. jadi Anda maksudkan di sini bahwa daerah itu harusnya dibaca sebagai kabupaten/kota? 20. KUASA HUKUM PEMOHON: ADE YULIAWAN, S.H. Iya. 21. KETUA: PROF. DR. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Oke. Sedangkan Pasal 23 Anda menginginkan badan usaha yang tidak bertentangan adalah kalau dimaknai sebagai badan usaha milik 6

8 daerah? Apakah kata daerah ini menimbulkan permasalahan sebelumnya? Dalam PP ini tidak dimaksud, tidak dirumuskan urusan pemerintahan yang harus di provinsi dan apa yang dilakukan oleh kabupaten/kota? 22. KUASA HUKUM PEMOHON: ADE YULIAWAN, S.H. Iya. Karena menurut Pemohon ini juga menjadi satu permasalahan daerah itu sendiri tidak dijelaskan daerah provinsi atau daerah kabupaten/kota, sehingga hal ini menimbulkan ketidakjelasan, begitu Yang Mulia. 23. KETUA: PROF. DR. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Saya rasa, saya melihat legal standing-nya harus dilihat betul apakah betul hanya bupati mengatasnamakan bupati sendiri. Jadi keluar dari sini, ada hal-hal yang harus diperbaiki dalam permohonan ini. Halaman enam di sini, Pemohon adalah pemerintah kabupaten/kota dan Tanjung Jambung Barat kalau di dalam undang-undang itu walaupun ada sedikit kesalahan, sedikit kesalahan mengatakan ada kata organ dan fungsi. Kalau pemerintahan berarti sebetulnya adalah fungsinya ya, kalau pemerintah adalah organnya. Tapi di sini Anda mengatakan Pemohon adalah Pemerintah Kabupaten Cembung, kalau pemerintah berarti lembaganya. Tapi di sini kalau Anda mengatakan diwakili oleh bupati berarti pemerintah yang mana? Yang lebih baik Anda mengatakan bupati langsung saja. Saya rasa itu mungkin ada dari Bapak Hakim yang lain? 24. HAKIM ANGGOTA: DR. HARJONO, S.H., M.CL Saudara Pemohon ya, baru pertama ini bersidang di Mahkamah Konstitusi? 25. KUASA HUKUM PEMOHON: ADE YULIAWAN, S.H. Yang kedua, Yang Mulia. 26. HAKIM ANGGOTA: DR. HARJONO, S.H., M.CL Yang kedua. Bisa melihat pada kelaziman-kelaziman yang dipraktikkan di sini terutama juga dalam menyusun permohonan. Pertama memang harus dijelaskan bahwa ini termasuk kewenangan Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar, itu Anda sudah paham. Yang berikut adalah apa yang disampaikan tadi mengenai Pemohonnya. Kalau melihat permohonan Anda itu langsung dikatakan di 7

9 situ, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk dan atas nama pemberi kuasa, nama Dr. Ir. Safrial M.S. Sebetulnya di dalam persidangan di Mahkamah Konstitusi yang bisa mengajukan uji undangundang terhadap Undang-Undang Dasar bisa orang perorangan, satuan masyarakat hukum adat, badan hukum privat perdata, publik atau privat, dan lembaga negara. Kalau dilihat selintas dengan cara seperti ini maka yang mengajukan itu adalah perorangan karena Dr. Ir. Safrial M.S. Itu akan beda kalau yang mengajukan adalah, apalagi di sini pekerjaan Bupati Tanjung Jambung Barat. Orang bisa melakukan suatu permohonan yang tidak terkait dengan pekerjaannya, iya kan? Ini kalau akan memenuhi ketentuan siapa yang bisa mengajukan permohonan maka tekankan saja apakah perorangan, apakah lembaga negara, iya kan? Ataukah sebagai badan hukum, badan hukum itu bisa privat, bisa publik. Kalau yang mengajukan itu adalah pemerintahan daerah maka bisa menggunakan nama itu sebagai kepala pemerintahan daerah yang oleh Undang-Undang Nomor 32 dimungkinkan bupati mewakilinya, tapi harus jelas juga dia di situ sebagai pemerintahan daerah. Kalau pemerintahan daerah nanti akibatnya apa? Pada saat akan menjelaskan posisi Pemohonnya dia tidak masuk ke dalam kategori perorangan tapi sebagai badan hukum publik, iya kan? Ini harus jelas di situ. Tadi sebetulnya Ibu Maria sudah minta kejelasan itu, ini gunanya kenapa itu harus jelas. Yang kedua menyangkut juga persoalan apakah itu perorangan ataukah itu badan hukum publik? Perorangan itu punya hak-hak yang berbeda dengan hak-hak yang ada pada badan hukum. Badan hukum bisa privat, bisa publik. Badan hukum publik dan privat pun bisa beda, oleh karena ini berkaitan juga dengan ketentuan Undang-Undang Dasar mana yang digunakan sebagai tolak ukur bahwa telah dilanggar oleh undang-undang itu, karena itu hak konstitusionalnya harus dirujuk. Kalau perorangan bisa merujuk tentang hak asasi manusia. Tapi kalau itu kemudian badan hukum publik, mungkin ada sesuatu yang bisa dirujuk di antara hak asasi manusia tapi tidak seluruhnya. Mungkin hak untuk beragama itu tidak ada pada lembaga badan hukum publik atau privat, tapi hak-hak lain, manifestasi hak berserikat, berkumpul itu bisa di situ. Ini jelas, oleh karena itu tolong dipertegas Dr. Ir. Safrial ini sebagai apa itu? Apakah dia mewakili pemerintahan daerah? Kalau pemerintahan daerah tadi Ibu Maria tadi sudah menanyakan, mana itu bahwa DPR-nya juga sudah memberi endorse, memberi persetujuan untuk permohonan ini? Kalau pemerintah daerah, pemerintah daerah itu memang bupati, kepala daerah itu pemerintah daerah tidak termasuk di dalamnya pemerintahan daerah. Jadi kepentingan bupati sebagai bupati yang bisa berhadap-hadapan dengan DPRD itu pemerintah daerah, bupatinya. Oleh karena itu ada tiga kemungkinan, perorangan? Yang jelas itu bukan. Pemerintahan daerah? Yang kalau berperkara bisa berhadap-hadapan dengan DPRD karena dia pemerintah daerah saja atau pemerintahan 8

10 daerah, masing-masing punya mekanisme yang berbeda. Oleh karena itu perlu dijelaskan atas nama Pemohon ini yang pertama. Yang berikutnya tentu berkait dengan hak-hak konstitusional, tadi sudah saya jelaskan hak konstitusional bisa di-refer pada hak asasi manusia kalau itu perorangan dan itu tentu tidak ke sana kalau badan hukum publik, apalagi badan hukum publiknya adalah pemerintahan daerah. Haknya di mana itu? Pasal 18 kah? Atau di pasal mengenai perlindungan terhadap hak-hak masyarakat hukum adat? Kemungkinannya bisa dua-dua. Tapi tolong itu jelaskan mana yang didalilkan sebagai hak konstitusional. Kemudian yang berikutnya, kalau toh benar Mahkamah kemudian akan mengabulkan permohonan Anda, itu kira-kira bagaimana itu? Karena yang Anda fokuskan itu adalah persoalan kata daerah, petitum halaman sebelas itu Anda menulis seperti ini. Menyatakan Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi sepanjang kata daerah bertentangan dengan Undang Undang Dasar Ini dikaitkan dengan sesuatu yang konstekstual, kenapa keberadaan daerah itu menjadi kan Pasal itu bertentangan dengan Undang Undang Dasar 1945? Karena anda disini ada subsidernya, subsidernya saya lihat atau setidak tidaknya ini subsider ya? Kalau primer itu pertama sepanjang kata daerah itu lalu dihubungkan dengan bagaimana logisnya kalau itu dihilangkan tentu akan bunyinya akan menjadi beda kan? Tanpa kata daerah itu pernah akan menjadi beda. Pasal 20 ayat (3) berbunyi penghasil sumber energi mendapat prioritas untuk memperoleh energi dari sumber energi tersebut. Apa begitu yang anda maksudkan yang benar itu? Kalau dihilangkan kata daerahnya. Kalau tadi pertama itu Anda menjadi dibingungkan karena ada kata daerah, kalau itu daerahnya dihilangkan apalagi apa tidak bingung lagi, karena katanya menjadi penghasil sumber energi, lebih jelas mana kalau ada kata daerahnya dan kalau tidak ada kata daerahnya? Kan menjadi tidak menjadi jelas kalau disebutkan penghasil sumber energi, mendapat prioritas dari sumber energi setempat. Siapa penghasil itu? Ini hal-hal yang harus dieksplesitkan ya? Supaya kita bisa terfokus di dalam melihat persoalan persoalan yang Anda mohonkan. Memang ada pada permohonan petitumnya itu, ada permohonan substitusinya atau setidak-tidaknya Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi sepanjang kata daerah tidak bertentangan dengan Undang Undang Dasar 1945, sepanjang dimana daerah adalah dimaknai daerah kabupaten/kota. Ini barangkali yang kemudian mendorong Anda untuk mengajukan ini karena ya itu tadi daerah itu kabupaten atau kota ataukah provinsi ya? Inilah hal-hal yang perlu dijelaskan agar supaya Majelis Hakim nanti kalau akan menuruti kehendak Anda dalam permohonan itu nanti akan menjadi jelas. Jangan menuruti kehendak Anda mestinya Anda 9

11 perlu kejelasan, kalau kemudian itu dikabulkan malah ketidakjelasan yang bisa terjadi iya kan? Inilah hal-hal yang bisa saya sampaikan tolong itu bisa menjadi catatan karena itu akan memperjelas ke arah mana permohonan anda itu Anda tujukan. Saya kira begitu. 27. KETUA: PROF. DR. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Ya, jadi diulang lagi tadi petitumnya, harus mencantumkan pasal mana yang dianggap bertentangan. Undang-undang ini pasal ini bertentangan pada pasal-pasal mana? Kalau di sini kan Anda mengatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 yang mana? Pasalnya kan banyak sekali, kalau di dulu 37 sekarang di Pasal 73. Itu pun macam-macam ya di ayat-ayat semuanya, harus difokuskan yang mana pasal-pasal yang dianggap bertentangan dengan undang undang ini. Saya rasa Pak Sodiki 28. HAKIM ANGGOTA: PROF. DR. ACHMAD SODIKI, S.H. Saudara Pemohon ya? Saya melihat halaman 9 angka 6 Saudara mengatakan bahwa, namun rumusan Pasal 27 ayat (3) bersifat sangat lentur, subyektif dan sangat berkantong berinterprestasi dari daerah provinsi maupun kabupaten/kota. Yang saya ingin penjelasan dari Saudara itu atas dasar pernyatan Saudara itu apakah Pemohon pernah terhalang ingin mendapatkan energi di daerah setempat tetapi ternyata dihalang-halangi? Ini mesti harus ada, untuk bisa meyakinkan bahwa menurut, apakah itu nanti berdasarkan bukti surat menyurat, ditolak karena menurut daerah provinsi saya berwenang itu ya? Mesti memerlukan suatu pembuktian. Jadi ini, atau mungkin Saudara juga bisa membuktikan bahwa di daerah lain, di kota lain ternyata daerah itu bisa mendapatkan suatu prioritas energi ya? Apakah lewat itu badan usaha milik daerah yang seperti barangkali Saudara inginkan atau bagaimana? Memang di dalam devinisi atau di dalam ketentuan Undang- Undang Energi itu dinyatakan secara umum, mungkin Saudara akan lebih juga akan lebih jelas kalau Saudara akan membaca Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Misalnya apa saja apakah itu termasuk bidang-bidang yang tertutup atau tidak? Ini kita tidak jelas ini yang Saudara maksudkan di sini, apakah ini akan menjadi monopoli pusat, apakah juga daerah itu berhak untuk mengelola itu ya? Dan itu mesti harus lebih dikaitkan dengan ketentuan perundangundangan yang lain, sehingga ada spesifikasinya barangkali memang sama-sama sumber energi tetapi ada tentunya itu kriteria-kriteria tertentu, ada kemungkinan ini tertutup, ada kemungkinan ini terbuka, kan ada itu apa ini aspek-aspek penanaman modal yang ada di sana ya? 10

12 Yang nomor 7 ini termasuk ini, Saudara mengatakan akibatnya ada interprestasi secara sewenang-wenang oleh daerah provinsi. Nah, ini memang daerah kerugian itu kerugian spesifik tentunya Saudara harus menyebutkan, tidak, ini provinsi mana ini? Saya kan tidak jelas ya, karena kalau dengan demikian tidak bisa secara eksplisit diketahui bahwa ada provinsi yang melakukan itu. Nah, setiap apa yang Saudara tulis di sini pernyataan-pernyataan itu pasti membutuhkan bukti, alasan yang jelas ya? Jangan membuat suatu pernyataan yang Saudara sendiri sulit membuktikan ya? Ini saya kira penting untuk bisa Saudara berargumenrtasi ke sana ya? Nah, ini bahwa rumusan Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang A quo masih memerlukan penjelasan lebih lanjut apakah daerah dalam Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang A quo adalah daerah provinsi atau kabupaten/kota. Nah, ini tentunya nanti akan lebih mendapatkan suatu penjelasan wilayah atau suatu klarifikasi ya dari Pasal 20 ayat (3), apakah memang daerah itu dilarang? Di sini kan Saudara Pasal 20 ayat (3) kan daerah penghasil energi mendapat prioritas. Perlu Saudara melihat itu bandingannya bagaimana Kalimantan Timur, itu ada daerahdaerah dimana ada sumber batubara dan sebagainya namanya itu Kertanegara itu, ini juga bisa Saudara bisa pakai sebagai komparasi ya? Kan ada pembagian keuntungan daerah dan pusat. Nah, oleh sebab itulah nanti juga dalam Pasal 23 ayat (3) ada frasa badan usaha. Nah ini badan usaha ini apa ini? Badan usaha bisa bermakna badan usaha daerah atau badan usaha milik.., Saudara akan bisa lebih menunjukkan argumentasi Saudara mendapat kerugian dari itu apabila Saudara bisa membuktikan bahwa itu demikian ya? Ini dari sisi redaksional saja sebab kalau nanti praktik itu lain lagi itu tapi praktik juga bisa memmbantu untuk menjelaskan dari permohonan Saudara. Saya kira itu saja terima kasih Bu Ketua. 29. KETUA: PROF. DR. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Ya, jadi sudah dicatat tadi, kalau Anda melihat, saya melihat di sini di permohonan ini Anda mengatakan Dr. Ir. Safrizal tapi pekerjaan bupati. Tapi Anda kemudian dalam halaman 7 Anda mengaitkan dengan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar itu mengatakan setiap orang berhak atas pengakuan, berarti Anda mengatakan setiap orangnya atau lembaganya? Jadi ini kita mesti yang jelas sehingga nanti kita bisa melihat kelanjutan perkara ini siapa yang menjadi legal standing-nya, apa yang dimohonkan. Nah sidang ini (...) 11

13 30. HAKIM ANGGOTA: PROF. DR. ACHMAD SODIKI, S.H. Saya kira Saudara perlu mempelajari putusan-putusan Mahkamah Konstitusi tentang energi, sumber daya alam itu mungkin ada komentar dari atau pendapat Mahkamah Konstitusi yang Saudara bisa rujuk sebagai suatu referensi, bagaimana sesungguhnya pengusahaan dan kemudian rujukan pasal apa yang dipakai untuk membatalkan permohonan dari pasal yang diujikan itu, karena di sana pun juga kita bisa melihat tentang makna dari penguasaan bumi, air dan kekayaan alam. Di sini Saudara kan bisa merujuk ke sana jadi Saudara merujuk pasal-pasal HAM. Terima kasih Bu. 31. KETUA: PROF. DR. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Ya jadi itu hasil dari hakim-hakim panel, Anda boleh memperbaiki dan diberikan waktu 14 hari. Jadi Anda melihat permohonan yang biasa disampaikan di sini, urut-urutannya begitu kemudian harus disesuaikan antara duduk perkara dan petitum yang dimohon. Dinyatakan pasal berapa yang dianggap bertentangan dengan undang-undang ini melihat pada apakah 28D ayat (1) tadi atau Pasal 18 Undang-Undang Dasar dan seterusnya. Dan Anda boleh mengajukan perbaikan ini dan diberi waktu 14 hari diserahkan ke Panitera dan untuk selanjutnya sidang nanti akan diberitahukan kapan akan dilakukan sidang selanjutnya. Sebelum ditutup ada sesuatu yang akan dikemukakan di sini? 32. KUASA HUKUM PEMOHON: ADE YULIAWAN, S.H. Terima kasih Yang Mulia atas semua saran. Yang jelas kami akan memperbaiki dan kami akan ajukan secepatnya untuk diperbaiki yang itu sudah diberikan masukan Dari Yang Mulia. Terima kasih Yang Mulia. 33. KETUA: PROF. DR. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Kalau tidak ada permasalahan saya nyatakan sidang ini selesai dan dinyatakan ditutup. KETUK PALU 1X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB 12