TRANSFORMASI FOURIER DAN TRANSFORMASI FOURIER QUATERNION

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TRANSFORMASI FOURIER DAN TRANSFORMASI FOURIER QUATERNION"

Transkripsi

1 TANSFOMASI FOUIE DAN TANSFOMASI FOUIE QUATENION Muh. Irwan i Muhammad idwan ii i Prodi Matematika, UIN Alauddin, muhirwan@uin-alauddin.ac.id ii Prodi Matematika, UIN Alauddin, muhammadridwan@uin-alauddin.ac.id ABSTAK, pada paper ini menjelaskan transformasi Fourier baik yang bernilai real maupun yang bernilai quaternion. Perbedaan mendasarnya terletak pada kernel transformasi, dimana pada transformasi Fourier quaternion dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sisi kiri, sisi kanan dan dua sisi. Adapun sifat-sifat yang dibuktikan seperti pergeseran, modulasi, pengskalaan dan lain-lain (TFQ sisi kanan). Kata Kunci: Transformasi Fourier, Transformasi Fourier Quaternion 1. PENDAHULUAN Salah satu perluasan dari bilangan quaternion adalah transformasi Fourier quaternion (TFQ). Transformasi Fourier quaternion memiliki peranan penting dalam berbagai bidang ilmu. Diantaranya, pada bidang komputer grafik, komputer vision, kompressi data, pemrosesan gambar, fisika dan analisis pewarnaan gambar [1],[2],[6],[7]. Berdasarkan letak kernelnya, TFQ dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu tipe I TFQ (dua sisi), tipe II TFQ (sisi kiri) dan tipe III TFQ (sisi kanan). Adanya tiga tipe TFQ disebabkan karena sifat yang nonkomutatif terhadap operasi perkalian yang merupakan sifat dasar dari bilangan quaternion. Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap TFQ diantaranya, Implementasi TFQ dari konvolusi dan Korelasi pada kompleks 2-D FFT [7], prinsip ketidakpastian untuk TFQ sisi kanan [3], prinsip ketidakpastian Heisenberg untuk TFQ dua sisi [8], transformasi kanonikal linear quaternion satu sisi [6], transformasi Fourier quaternion pada lapangan quaternion dan perluasannya [4], dan korelasi untuk TFQ tipe dua [2]. Pada penelitian ini, akan diperkenalkan transformasi Fourier quaternion dua sisi dengan beberapa teorema yang berkaitan dengan sifatsifatnya. 2. TINJAUANPUSTAKA Bilangan Quaternion Himpunan bilangan quaternion dituliskan dengan simbol H sebagai penghargaan bagi Sir William oman Hamilton, dimana elemenelemen dari bilangan quaternion merupakan kombinasi linear dari bilangan skalar riil dan tiga bagian imajiner ii, jj dan kk yang dituliskan sebagai H = {qq = qq 0 + iiqq 1 + jjqq 2 + kkqq 3 qq 0, qq 1, qq 2, qq 3 }. Jika qq 2 dan qq 3 bernilai nol maka persamaan (2.4) merupakan suatu bilangan kompleks. Sedangkan jika qq 0 = qq 1 = qq 2 = qq 3 = 0, maka persamaan (2.4) merupakan elemen identitas penjumlahan quaternion. Jika qq 0, qq 1 = qq 2 = qq 3 = 0 maka persamaan (2.4) disebut elemen identitas perkalian quaternion (J.P. Morais, dkk. 2012). Selanjutnya, persamaan (2.4) dapat dituliskan menjadi qq = SSSS(qq) + qq Dalam hal ini SSSS(qq) = qq 0 adalah bagian skalar dari qq, dan qq = iiqq 1 + jjqq 2 + kkqq 3 sebagai bagian vektor (vector part) dari qq. Perkalian elemenelemen dari suatu bilangan quaternion berdasarkan aturan Hamilton dapat dituliskan sebagai ii 2 = jj 2 = kk 2 = iiiiii = 1 jjjj = kkkk = ii, iiii = jjjj = kk jjjj = kkkk = ii. Dapat diperhatikan bahwa operasi penjumlahan dan pengurangan quaternion dilakukan seperti pada operasi penjumlahan dan pengurangan suku banyak. Jika pp, qq H dengan pp = pp 0 + iipp 1 + jjpp 2 + kkpp 3 dan qq = qq 0 + iiqq 1 + jjqq 2 + kkqq 3 dimana pp 0, pp 1, pp 2, pp 3, qq 0, qq 1, qq 2, qq 3 maka 43

2 JUNAL MSA VOL. 5 NO. 2 ED. JULI - DESEMBE017 pp + qq = (pp 0 + qq 0 ) + ii(pp 1 + qq 1 ) + jj(pp 2 + qq 2 ) + kk(pp 3 + qq 3 ). Dengan cara yang sama, operasi pengurangan pada bilangan quaternion pp qq = (pp 0 qq 0 ) + ii(pp 1 qq 1 ) + jj(pp 2 qq 2 ) + kk(pp 3 qq 3 ). Selanjutnya, operasi perkalian pp dan qq dilakukan berdasarkan perkalian polinom yaitu pppp = pp 0 qq 0 pp. qq + pp 0 qq + qq 0 pp + pp qq, dimana pp. qq = (pp 1 qq 1 + pp 2 qq 2 + pp 3 qq 3 ) adalah hasil kali titik (dot product) dan pp qq = ii(pp 2 qq 3 pp 3 qq 2 ) + jj(pp 1 qq 3 pp 3 qq 1 ) + kk(pp 1 qq 2 pp 2 qq 1 ). Hasil perkalian pppp dengan qqqq tidak selalu sama, ini karena perkalian silang dari pp dan qq tidak komutatif. Sehingga dapat dikatakan bahwa pppp = qqqq jika dan hanya jika pp 0 = qq 0 dan pp = qq. Definisi 2.2. Untuk sebarang pp H dengan pp = pp 0 + iipp 1 + jjpp 2 + kkpp 3 dimana pp 0, pp 1, pp 2, pp 3, konjugasi dari pp adalah pp = pp 0 + iipp 1 + jjpp 2 + kkpp 3 = pp 0 iipp 1 jjpp 2 kkpp 3. Dan modulo p dituliskan dengan p dan didefinisikan sebagai pp = pp pp pp pp 3 2 uang LL 11 () dan LL 22 () Sebelum mendefinisikan transformasi Fourier dan membuktikan beberapa sifat-sifatnya, terlebih dahulu akan dibahas tentang fungsi yang terdefinisi pada. Misalkan ff terintegralkan pada, maka ruang LL 1 = LL 1 () sebagai semua ruang fungsi ff yang terintegralkan mutlak pada, yaitu LL 1 = ff ff(xx) <. uang LL 1 dilengkapi dengan norm 1 yang dirumuskan [4], ff 1 = ff(xx) dddd. Selanjutnya, didefinisikan juga untuk ruang LL 2 () sebagai ruang fungsi ff yang kuadratnya terintegralkan [4],, LL 2 = ff ff(xx) 2 <. uang LL 2 dilengkapi dengan norm 2 yang dirumuskan [4], ff 2 = ff(xx) 2 dddd 1/2 Perlu diperhatikan bahwa tidak semua ff LL 1 juga ff LL POSEDU PENELITIAN Penulisan paper ini digunakan dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Mendefinisikan transformasi Fourier b. Menguraikan sifat-sifat transformasi Fourier c. Mendefinisikan transformasi Fourier quaternion d. Menguraikan sifat-sifat transformasi Fourier quaternion 4. PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas tentang transformasi Fourier dan transformasi Fourier quaternion. Transformasi Fourier Definisi. Misalkan ff LL 1, yakni ff 1 = ff dddd <. Transformasi Fourier dari ff, dituliskan dengan F dan didefinisikan oleh [4], F{ff}(ωω) = ff(xx)ee iiiiii dddd, ωω.. 44

3 JUNAL MSA VOL. 5 NO. 2 ED. JULI - DESEMBE017 Sedangkan invers transformasi Fourier didefinisikan dengan F 1 (ωω) = ff(xx) = 1 F{ff}(ωω)eeiiiiii dddd, xx 2ππ Misalkan ff LL 1, dan aa, dengan ff = ff( xx) maka transformasi Fourier dari ff adalah F{ff}( ωω). F{ff}(ωω) = ff( xx)ee iiiiii dddd, = ff( xx)ee ii( ωω)( xx) dddd, = F{ff}( ωω) Dimana ff( xx) disebut sebagai time reversal dan F{ff}( ωω) frequency reversal. Misalkan ff LL 1, dan aa, dengan ff = ff(xx aa) maka transformasi Fourier dari ff adalah F(ωω)ee iiiiii. Fourier (3.1), F{ff}(ωω) = ff(xx aa)ee iiiiii dddd, Misalkan xx aa = tt, sehingga xx = tt + aa dan dddd = dddd, F{ff}(ωω) = ff(tt)ee iiii(aa+tt) dddd = ff(tt)ee iiiiii dddd ee iiiiii = F{ff}(ωω)ee iiiiii Dengan demikian teorema terbukti. ini disebut sebagai teorema pergeseran atau translasi dimana xx digeser sejauh aa. Jika aa > 0, maka grafik digeser ff(xx) kekanan sejauh aa satuan dan jika aa < 0, maka grafik ff(xx) digeser ke kiri sejauh aa satuan. Sedangkan untuk hasil transformasi Fourier terdapat tambahan kernel ee ωωωω hal ini disebabkan oleh manipulasi aljabar. Misalkan ff LL 1, dan aa, dengan ff = ee iiiiii ff(xx) maka transformasi Fourier dari ff adalah F{ff}(ωω aa). F{ff}(ωω) = ee iiiiii ff(xx)ee iiiiii dddd = ff(xx)ee iiiiii iiiiii dddd = ff(xx)ee iiii(aa ωω) dddd = F{ff}(ωω aa) Baris keempat pembuktian adalah bukti yang diharapkan dari teorema ini. Sedangkan F{ff}(ωω aa) disebut Frequency shift.. Misalkan ff LL 1, dan aa, dengan ff = δδ 1 ff xx maka transformasi Fourier dari ff δδ adalah F{ff}(δδδδ).. Bukti. Fourier (3.1), F{ff}(ωω) = δδ 1 ff xx δδ ee iiiiii dddd = δδ 1 ff(uu) ee iiiiiiii δδ dddd = δδ 1 ff(uu) ee ii(ωωωω)uu δδ dddd = ff(uu) ee ii(ωωωω)uu dddd = F{ff}(δδδδ) Baris kedua diperoleh dengan memisalkan, uu = xx xx = δδδδ,dengan mendiferensialkan kedua δδ ruas diperoleh dddd = δδδδδδ. Baris terakhir pembuktian disebut Frequency scale. Transformasi Fourier Quaternion Transformasi Fourier quaternion (TFQ) merupakan perluasan dari transformasi Fourier. Sehingga sifat-sifat yang akan dibuktikan pada TFQ juga merupakan sifat-sifat yang dibuktikan pada transformasi Fourier. Sifat nonkumutatif quaternion sehingga TFQ dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu TFQ sisi kiri, TFQ sisi kanan dan TFQ dua sisi. Namun pada paper ini hanya akan diperkenalkan TFQ sisi kanan selanjutnya adan dibandingkan hasil transformasinya dengan transformasi Fourier klasik. Beikut ini diberikan TFQ sisi kanan. Berdasarkan sifat nonkomutatif terhadap operasi perkalian maka TFQ dibedakan menjadi tiga tipe yaitu TFQ tipe I (dua sisi) 45

4 JUNAL MSA VOL. 5 NO. 2 ED. JULI - DESEMBE017 F qq {ff}(ωω) = ee iiωω 1xx 1 ff(xx)ee jjωω 2xx 2 ddxx. TFQ tipe II (sisi kanan) F qq IIII {ff}(ωω) = ff(xx)ee iiωω 1xx 1 ee jjωω 2xx 2 ddxx. TFQ tipe III (sisi kiri) F IIIIII qq {ff}(ωω) = ee iiωω 1xx 1 ee jjωω 2xx 2 ff(xx)ddxx. Sedangkan untuk invers transformasi Fourier quaternion (ITFQ) didefinisikan sebagai berikut. Tipe I ITFQ (dua sisi) F 1 qq F qq {ff}(ωω) (xx) (2ππ) 2 eeiiωω 1xx 1 F qq {ff}(ωω) ee jjωω 2xx 2 ddωω. Tipe II ITFQ (sisi kanan) F 1 qq F IIII qq {ff}(ωω) (xx) (2ππ) 2 F qq IIII {ff}(ωω) ee iiωω 1xx 1 ee jjωω 2xx 2 ddωω. Tipe III ITFQ (sisi kiri) F 1 qq F IIIIII qq {ff}(ωω) (xx) (2ππ) 2 eeiiωω 1xx 1 ee jjωω 2xx 2 F IIIIII qq {ff}(ωω) ddωω. Penggunaan unit quaternion pada kernel, tidak menimbulkan perbedaan antara satu dengan yang lain dan ini dikenal sebagai bentuk trivial. Sebelum membahas beberapa teorema yang berkaitan dengan TFQ, perhatikan penggunaan kernel berikut, ff 0 (xx) + iiff 1 (xx) ee iiiiii = ee iiiiii ff 0 (xx) + iiff 1 (xx). Hal ini disebabkan karena ee iiiiii ff 0 (xx) + iiff 1 (xx) = (cos ωωωω + ii sin ωωωω) ff 0 (xx) + iiff 1 (xx) = cos ωωωω ff 0 (xx) + cos ωωωω iiff 1 (xx) + ii sin ωωωω ff 0 (xx) + ii sin ωωωω iiff 1 (xx) = ff 0 (xx) + iiff 1 (xx) (cos ωωωω + ii sin ωωωω) = ee iiiiii ff 0 (xx) + iiff 1 (xx) Berbeda jika, perkalian dilakukan pada unsure jj dan kk, jjff 2 (xx) + kkff 3 (xx) ee iiiiii = ee iiiiii jjff 2 (xx) + kkff 3 (xx) Ini diperoleh dengan melalui proses berikut jjff 2 (xx) + kkff 3 (xx) ee iiiiii = jjff 2 (xx) + kkff 3 (xx) (cos ωωωω + ii sin ωωωω) = (jjff 2 (xx) cos ωωωω + jjff 2 (xx)ii sin ωωωω + kkff 3 (xx) cos ωωωω) + kkff 3 (xx)ii sin ωωωω = (jjff 2 (xx) cos ωωωω + jjiiff 2 (xx) sin ωωωω + kkff 3 (xx) cos ωωωω) + kkiiff 3 (xx) sin ωωωω = (jjff 2 (xx) cos ωωωω + ( ii)jjff 2 (xx) sin ωωωω + kkff 3 (xx) cos ωωωω) + ( ii)kkff 3 (xx) sin ωωωω = (cos ωωωω + ( ii) sin ωωωω) jjff 2 (xx) +(cos ωωωω + ( ii) sin ωωωω) kkff 3 (xx) = (cos ωωωω + ( ii) sin ωωωω) jjff 2 (xx) + kkff 3 (xx) = ee iiiiii jjff 2 (xx) + kkff 3 (xx). Demikian juga, jika perkalian dengan menggunakan kernel laiinya. Selanjutnya, akan dibahas teorema pertama TFQ. : Frequency reversal Misalkan ff LL 2 (: H), dengan ff = ff( xx) Maka TFQ dari ff adalah F qq {ff}( ωω) Dengan menggunakan definisi TFQ, F qq {ff}(ωω) = ee iiωω 1xx 1 ff( xx)ee jjωω 2xx 2 ddxx. Dengan manipulasi aljabar, F qq {ff}(ωω) = ee ii( ωω 1)( xx) 1 ff( xx)ee jj( ωω 2)( xx 2 ) ddxx. = F qq {ff}( ωω) Dengan demikian teorema terbukti. Linearity Misalkan ff, gg LL 2 (: H), linearitas TFQ dinyatakan dengan F qq {αααα + ββββ}(ωω) = αα F qq {ff} + ββ F qq {gg} Dengan menggunakan definisi TFQ F qq {αααα + ββββ}(ωω) = ee iiωω 1xx 1 αααα(xx) + ββββ(xx) ee jjωω 2xx 2 ddxx. = ee iiωω 1xx 1 αααα(xx)ee jjωω 2xx 2 ddxx. + ee iiωω 1xx 1 ββββ(xx)ee jjωω 2xx 2 ddxx. = αα ee iiωω 1xx 1 ff(xx)ee jjωω 2xx 2 ddxx. + ββ ee iiωω 1xx 1 gg(xx)ee jjωω 2xx 2 ddxx. = αα F qq {ff} + ββ F qq {gg} 46

5 JUNAL MSA VOL. 5 NO. 2 ED. JULI - DESEMBE017 : Spatial Shift Misalkan ff LL 2 (: H), dengan ff = ff(xx xx 00 ), maka TFQ dari ff adalah F qq {ff}(ωω) = ee iiωω 1xx 01 F qq {ff}(ωω)ee jjωω 2xx 02 F qq {ff}(ωω) = ee iiωω 1xx 1 ff(xx xx 00 )ee jjωω 2xx 2 ddxx. Misalkan xx xx 00 = vv, xx = xx 00 + vv dan ddxx = ddvv F qq {ff}(ωω) = ee iiωω 1(xx 01 +vv 1 ) ff(vv)ee jjωω 2(xx 02 +vv 2 ) ddvv. = ee iiωω 1xx 01 ee iiωω 1vv 1 ff(vv)ee jjωω 2vv 2 ddvv ee jjωω 2xx 02 = ee iiωω 1xx 01 F qq {ff}(ωω)ee jjωω 2xx 02 : Spatial Scale Misalkan ff LL 2 (: H), dengan ff = ff(αααα), αα H maka TFQ dari ff adalah F qq {ff}(ωω) = ee iiωω 1xx 1 ff(αααα)ee jjωω 2xx 2 ddxx. Misalkan αααα = uu, xx = uu αα, ddxx 1 αα dddd, F qq {ff}(ωω) αα F αα qq {ff}(ωω/αα). Dengan demikian teorema terbukti. 1uu1 ee iiωω αα1 ff(uu)ee jjωω 2uu2 αα2 ddxx. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka diambil kesimpulan sebagai: Sifat-sifat yang dalam Transformasi Fourier juga berlaku pada trasnformasi fourier quaternion. Adapun sifat-sifat yang dimaksudkan adalah, frequency reversal, linearitas, pergeseran dan pengskalaan. 6. DAFTA PUSTAKA [1] Bahri, M,. Ashino,., and Vailancourt, Convolution theorems for quaternion Fourier transform, properties and applications, Hindawi Publishing Corporation Abstact and Applied Analysis, vol. 2013, ID : 1-2. [2] Bahri, M., Ashino, Correlation theorems for type II quaternion Fourier transform, International conference on wavelet analysis and pattern recognition [3] Bahri, M., Hitzer, Ashino,., and Hayasi, A An uncertainty principle for quaternion fourier transform. Computer and Mathematics with Applications. 56: [4] Hitzer, E. M. S Quaternion Fourier Trasform on Quaternion Field and Generalization. Advance Applications of Clifford Algebras. 17: [4] /hgunawan/my-courses/fourier-analysis/ [5] Morais, J.P., Geogiev S., Sprosieg, W eal Quaternionic Calculus Handbook. Springer Basel: Hidelberg New York London. [6] esnawati Transformasi Kanonikal Linear Quaternion. Tesis. Makassar: Program Pascasarjana- UNHAS. [7] Soo-Chang, Pei, IEEE, Ding, JJ, and Chang J.H Efficient Implementation of Quaternion Fourier Transform, Convolution, and Correlation by 2-D Complex FFT. IEEE Transactions On Signal Processing. 11: [8] Supriadi, S Prinsip Ketidakpastian Heisenberg Untuk Transformasi Fourier Quaternion Dua Sisi. Tesis, Makassar: Program Pascasarjana-UNHAS. [9] Todd, dkk Quaternion Fourier Transform for Signal and Image Processing, Fokus. 47

QUATERNION AND IT S PROPERTIES ABSTRAK

QUATERNION AND IT S PROPERTIES ABSTRAK QUATERNION AND IT S PROPERTIES Muh. Irwan Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UINAM Info: Jurnal MSA Vol. 3 No. 1 Edisi: Januari Juni 015 Artikel No.: 3 Halaman: 16-0 ISSN: 355-083X Prodi

Lebih terperinci

TRANSFORMASI FOURIER QUATERNION DUA SISI DENGAN KERNEL SIFAT-SIFATNYA. MUH. NUR Jurusan Matematika, Universitas Hasanuddin, Makassar

TRANSFORMASI FOURIER QUATERNION DUA SISI DENGAN KERNEL SIFAT-SIFATNYA. MUH. NUR Jurusan Matematika, Universitas Hasanuddin, Makassar TRANSFORMASI FOURIER QUATERNION DUA SISI DENGAN KERNEL SIFAT-SIFATNYA DAN MUH. NUR Jurusan Matematika, Universitas Hasanuddin, Makassar Email : nur_math@yahoo.com Pada tulisan ini, kita membahas sifat-sifat

Lebih terperinci

TRANSFORMASI KANONIKAL LINEAR QUATERNION QUATERNION LINEAR CANONICAL TRANSFORM

TRANSFORMASI KANONIKAL LINEAR QUATERNION QUATERNION LINEAR CANONICAL TRANSFORM TRANSFORMASI KANONIKAL LINEAR QUATERNION QUATERNION LINEAR CANONICAL TRANSFORM Resnawati, Mawardi Bahri, Jeffry Kusuma Bagian Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

Transformasi Fourier Quaternion yang Didasarkan pada Bidang Ortogonal Split dengan Satu atau Dua Quaternion Murni

Transformasi Fourier Quaternion yang Didasarkan pada Bidang Ortogonal Split dengan Satu atau Dua Quaternion Murni Transformasi Fourier Quaternion yang Didasarkan pada Bidang Ortogonal Split dengan Satu atau Dua Quaternion Murni Sukardi, Mawardi Bahri, dan Naimah Aris Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

TRANSFORMASI FOURIER QUATERNION

TRANSFORMASI FOURIER QUATERNION JIMT Vol. 10 No. 1 Juni 2013 (Hal. 83 88 ) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X TANSFOMASI FOUIE QUATENION esnawati Program Studi Matematika Jurusan Matematika FMIPA Universitas Tadulako

Lebih terperinci

TRANSFORMASI FOURIER FRAKSIONAL QUATERNION SISI KANAN. RIGHT SIDE of FRACTIONAL QUATERNION FOURIER TRANSFORM

TRANSFORMASI FOURIER FRAKSIONAL QUATERNION SISI KANAN. RIGHT SIDE of FRACTIONAL QUATERNION FOURIER TRANSFORM TRANSFORMASI FOURIER FRAKSIONAL QUATERNION SISI KANAN RIGHT SIDE of FRACTIONAL QUATERNION FOURIER TRANSFORM Nani Sukartini Sangkala, Mawardi Bahri, Amir Kamal Amir Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang akan digunakan sebagi landasan pembahasan untuk bab III. Materi yang akan diuraikan antara lain persamaan diferensial,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aljabar Definisi II.A.: Aljabar (Wahyudin, 989:) Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis aljabar dibagi menjadi dua periode waktu,

Lebih terperinci

INTEGRAL RIEMANN-LEBESGUE

INTEGRAL RIEMANN-LEBESGUE INTEGRAL RIEMANN-LEBESGUE Ikram Hamid Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FKIP Universitas Khairun ABSTRACT In this paper, we discuss a Riemann-type

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT PEMETAAN BILINEAR

SIFAT-SIFAT PEMETAAN BILINEAR SIFAT-SIFAT PEMETAAN BILINEAR Mustafa A.H. Ruhama Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FKIP Universitas Khairun ABSTRACT Let UU, VV and WW are vector

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMETAAN LINEAR DAN BILINEAR

HUBUNGAN ANTARA PEMETAAN LINEAR DAN BILINEAR HUBUNGAN ANTARA PEMETAAN LINEAR DAN BILINEAR Mustafa A.H. Ruhama Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unveristas Khairun ABSTRAK Let UU,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN TES KEMAMPUAN DASAR SAINS DAN TEKNOLOGI SBMPTN 2013 KODE 431

PEMBAHASAN TES KEMAMPUAN DASAR SAINS DAN TEKNOLOGI SBMPTN 2013 KODE 431 PEMBAHASAN TES KEMAMPUAN DASAR SAINS DAN TEKNOLOGI SBMPTN 203 KODE 43. Persamaan lingkaran dengan pusat (,) dan menyinggung garis 3xx 4yy + 2 0 adalah Sebelum menentukan persamaan lingkarannya, kita tentukan

Lebih terperinci

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Epsilon Juni 2014 Vol. 8 No. 1 METODE KARMARKAR SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Epsilon Juni 2014 Vol. 8 No. 1 METODE KARMARKAR SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR Jurnal Matematika Murni dan Terapan Epsilon Juni 204 Vol. 8 No. METODE KARMARKAR SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR Bayu Prihandono, Meilyna Habibullah, Evi Noviani Program Studi

Lebih terperinci

ISOMORFISMA DARI MATRIKS QUATERNION KOMPLEKS KE MATRIKS KOMPLEKS DAN SIFAT-SIFATNYA Ainun Mawaddah Abdal, Amir Kamal Amir, dan Nur Erawaty

ISOMORFISMA DARI MATRIKS QUATERNION KOMPLEKS KE MATRIKS KOMPLEKS DAN SIFAT-SIFATNYA Ainun Mawaddah Abdal, Amir Kamal Amir, dan Nur Erawaty ISOMORFISMA DARI MATRIKS QUATERNION KOMPLEKS KE MATRIKS KOMPLEKS DAN SIFAT-SIFATNYA Ainun Mawaddah Abdal, Amir Kamal Amir, dan Nur Erawaty Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dikemukakan teori-teori yang mendukung pembahasan penyelesaian persamaan diferensial linier tak homogen dengan menggunakan metode fungsi green antara lain: persamaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Matriks 1. Pengertian Matriks Definisi II.A.1 Matriks didefinisikan sebagai susunan persegi panjang dari bilangan-bilangan yang diatur dalam baris dan kolom. Contoh II.A.1: 9 5

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aljabar Max-Plus Himpunan bilangan riil (R) dengan diberikan opersai max dan plus dengan mengikuti definisi berikut : Definisi II.A.1: Didefinisikan εε dan ee 0, dan untuk himpunan

Lebih terperinci

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR Disusun oleh: Dwi Lestari, M.Sc email: dwilestari@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks Vol. 8, No.1, 1-11, Juli 2011 Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks Nur Erawati, Azmimy Basis Panrita Abstrak Teorema Cayley-Hamilton menyatakan bahwa setiap matriks bujur sangkar memenuhi persamaan

Lebih terperinci

Teorema Dasar Aljabar Mochamad Rofik ( )

Teorema Dasar Aljabar Mochamad Rofik ( ) Teorema Dasar Aljabar Mochamad Rofik (20110060311101) Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang Teorema Dasar Aljabar Mochamad Rofik Program

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

QUATERNION DAN APLIKASINYA. Sangadji *

QUATERNION DAN APLIKASINYA. Sangadji * QUATERNION DAN APLIKASINYA Sangadji * ABSTRAK QUATERNION DAN APLIKASINYA.Dalam matematika, quaternion merupakan perluasan dari bilangan-bilangan kompleks yang tidak komutatif, dan diterapkan dalam mekanika

Lebih terperinci

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks 0. Pendahuluan Analisis Fourier mempelajari berbagai teknik menganalisis sebuah fungsi dengan menguraikannya sebagai deret atau integral fungsi tertentu (yang sifat-sifatnya telah kita kenal dengan baik,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. glide/refleksi geser, grup simetri, frieze group, graphical user interface (GUI) dijelaskan mengenai operasi biner.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. glide/refleksi geser, grup simetri, frieze group, graphical user interface (GUI) dijelaskan mengenai operasi biner. BAB II KAJIAN PUSTAKA Secara umum, pada bab ini membahas mengenai kajian teori yang digunakan dalam penelitian yaitu, grup, transformasi, translasi, refleksi, rotasi, glide/refleksi geser, grup simetri,

Lebih terperinci

PEMETAAN KONTRAKSI CIRIC-MATKOWSKI PADA RUANG METRIK TERURUT. Mariatul Kiftiah

PEMETAAN KONTRAKSI CIRIC-MATKOWSKI PADA RUANG METRIK TERURUT. Mariatul Kiftiah PEMETAAN KONTRAKSI CIRIC-MATKOWSKI PADA RUANG METRIK TERURUT Mariatul Kiftiah Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat

Lebih terperinci

03/08/2015. Sistem Bilangan Riil. Simbol-Simbol dalam Matematikaa

03/08/2015. Sistem Bilangan Riil. Simbol-Simbol dalam Matematikaa 0/08/015 Sistem Bilangan Riil Simbol-Simbol dalam Matematikaa 1 0/08/015 Simbol-Simbol dalam Matematikaa Simbol-Simbol dalam Matematikaa 4 0/08/015 Simbol-Simbol dalam Matematikaa 5 Sistem bilangan N :

Lebih terperinci

BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR

BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR MATERI A. Persamaan dan Pertidaksamaan Nilai Mutlak A. PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN YANG MEMUAT NILAI MUTLAK Dalam matematika, sesuatu yang nilainya selalu positif

Lebih terperinci

Edy Sarwo Agus Wibowo, Yuni Yulida, Thresye

Edy Sarwo Agus Wibowo, Yuni Yulida, Thresye Jurnal Matematika Murni dan Terapan εpsilon Vol.7 No.2 (2013) Hal. 12-19 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER MELALUI DIAGONALISASI MATRIKS Edy Sarwo Agus Wibowo, Yuni Yulida, Thresye Program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan model umum yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang

Lebih terperinci

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS Buletin Ilmiah Mat Stat dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No 3 (2015), hal 337-346 DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS Heronimus Hengki, Helmi, Mariatul Kiftiah INTISARI Matriks kompleks merupakan matriks

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Riil

Sistem Bilangan Riil Sistem Bilangan Riil Sistem bilangan N : 1,,,. Z :,-,-1,0,1,,.. N : bilangan asli Z : bilangan bulat Q : bilangan rasional R : bilangan real Q : q R a b, a, b Z, b Q Irasional Contoh Bil Irasional,, 0

Lebih terperinci

Matematika Dasar FUNGSI DAN GRAFIK

Matematika Dasar FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI DAN GRAFIK Suatu pengaitan dari himpunan A ke himpunan B disebut fungsi bila mengaitkan setiap anggota dari himpunan A dengan tepat satu anggota dari himpunan B. Notasi : f : A B f() y Himpunan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN Mata Kuliah : Aljabar Linear Kode / SKS : TIF-5xxx / 3 SKS Dosen : - Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini berisi Sistem persamaan Linier dan Matriks, Determinan, Vektor

Lebih terperinci

MODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS

MODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS MODUL 1 Teori Bilangan Bilangan merupakan sebuah alat bantu untuk menghitung, sehingga pengetahuan tentang bilangan, mutlak diperlukan. Pada modul pertama ini akan dibahas mengenai bilangan (terutama bilangan

Lebih terperinci

FOURIER TRANSFORMS AND THEIR PROPERTIES

FOURIER TRANSFORMS AND THEIR PROPERTIES SIFAT-SIFAT TRANSFORMASI FOURIER DI L 1 (R) DAN L 2 (R) FOURIER TRANSFORMS AND THEIR PROPERTIES IN L 1 (R) AND L 2 (R) Rusdin, Mawardi Bahri, Loeky Haryanto Bagian Matematika Terapan, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Karena deret tersebut konvergen pada garis luarnya, kita dapat menukar orde integrasi dan penjumlahan pada ruas kanan.

Karena deret tersebut konvergen pada garis luarnya, kita dapat menukar orde integrasi dan penjumlahan pada ruas kanan. Transformasi- 3. Invers Transformasi- Formasi inversi untuk memperoleh dari x(n) dari X() dapat diperoleh menggunakan teorema integral Cauchy yang merupakan teorema penting dalam variabel kompleks. Transformasi-

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua negara mempunyai mata uang sebagai alat tukar. Pertukaran uang dengan barang yang terjadi disetiap negara tidak akan menimbulkan masalah mengingat nilai uang

Lebih terperinci

Arie Wijaya, Yuni Yulida, Faisal

Arie Wijaya, Yuni Yulida, Faisal Vol.9 No.1 (215) Hal. 12-19 HUBUNGAN ANTARA TRANSFORMASI LAPLACE DENGAN TRANSFORMASI ELZAKI Arie Wijaya, Yuni Yulida, Faisal PS Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani Km. 36

Lebih terperinci

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II MAT 60 DASAR MATEMATIKA II Disusun Oleh: Dr. St. Budi Waluya, M. Sc Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unnes 1 HIMPUNAN 1. Notasi Himpunan. Relasi Himpunan 3. Operasi Himpunan A B : A B

Lebih terperinci

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya Kode Makalah M-1 Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya K a r y a t i Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta E-mail: yatiuny@yahoo.com

Lebih terperinci

BIFURKASI MUNDUR PADA MODEL EPIDEMI SEIV DENGAN LAJU INSIDENSI NONLINEAR

BIFURKASI MUNDUR PADA MODEL EPIDEMI SEIV DENGAN LAJU INSIDENSI NONLINEAR BIFURKASI MUNDUR PADA MODEL EPIDEMI SEIV DENGAN LAJU INSIDENSI NONLINEAR Gunawan Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi STKIP PGRI Banjarmasin Jl. Sultan Adam Komp. H. Iyus No. 18 Banjarmasin Email

Lebih terperinci

Matematika Lanjut 1. Sistem Persamaan Linier Transformasi Linier. Matriks Invers. Ruang Vektor Matriks. Determinan. Vektor

Matematika Lanjut 1. Sistem Persamaan Linier Transformasi Linier. Matriks Invers. Ruang Vektor Matriks. Determinan. Vektor Matematika Lanjut 1 Vektor Ruang Vektor Matriks Determinan Matriks Invers Sistem Persamaan Linier Transformasi Linier 1 Dra. D. L. Crispina Pardede, DE. Referensi [1]. Yusuf Yahya, D. Suryadi. H.S., gus

Lebih terperinci

KEKONVERGENAN SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE SATU MENGGUNAKAN METODE ITERASI VARIASIONAL

KEKONVERGENAN SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE SATU MENGGUNAKAN METODE ITERASI VARIASIONAL KEKONVERGENAN SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE SATU MENGGUNAKAN METODE ITERASI VARIASIONAL Dita Apriliani, Akhmad Yusuf, M. Mahfuzh Shiddiq Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses penelitian untuk penyelesaian persamaan Diophantine dengan relasi kongruensi modulo m mengenai aljabar dan

Lebih terperinci

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT 3.1 Operator linear Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi real yaitu suatu fungsi dari ruang vektor ke ruang vektor. Ruang

Lebih terperinci

Analisa Dan Simulasi Model Quaternion Untuk Keseimbangan Pesawat Terbang

Analisa Dan Simulasi Model Quaternion Untuk Keseimbangan Pesawat Terbang JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No., () -6 Analisa Dan Simulasi Model Quaternion Untuk Keseimbangan Pesawat Terbang Rizki Fauziah, Kamiran Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA

LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA Latihan 1 1. A. NOTASI SIGMA 1. Pengertian Notasi Sigma Misalkan jumlah n suku pertama deret aritmatika adalah S n = U 1 + U 2 + U 3 + + U

Lebih terperinci

Pengantar Vektor. Besaran. Vektor (Mempunyai Arah) Skalar (Tidak mempunyai arah)

Pengantar Vektor. Besaran. Vektor (Mempunyai Arah) Skalar (Tidak mempunyai arah) Pengantar Vektor Besaran Skalar (Tidak mempunyai arah) Vektor (Mempunyai Arah) Vektor Geometris Skalar (Luas, Panjang, Massa, Waktu dan lain - lain), merupakan suatu besaran yang mempunyai nilai mutlak

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert Vol 12, No 2, 153-159, Januari 2016 Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert Firman Abstrak Misalkan adalah operator linier dengan adalah ruang Hilbert Pada operator linier dikenal istilah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi Definisi A.1 Diberikan A dan B adalah dua himpunan yang tidak kosong. Suatu cara atau aturan yang memasangkan atau mengaitkan setiap elemen dari himpunan A dengan tepat

Lebih terperinci

HIMPUNAN BILANGAN KOMPLEKS YANG MEMBENTUK GRUP

HIMPUNAN BILANGAN KOMPLEKS YANG MEMBENTUK GRUP HIMPUNAN BILANGAN KOMPLEKS YANG MEMBENTUK GRUP WAHIDA A. Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UINAM Wahyuni Abidin Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UINAM Wahdaniah Info: Jurnal

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Pertama)

Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Pertama) Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Pertama) Supama Jurusan Matematika, FMIPA UGM Yogyakarta 55281, INDONESIA Email:maspomo@yahoo.com, supama@ugm.ac.id (Pertemuan Minggu I) Outline 1 Pendahuluan 2 Pengertian

Lebih terperinci

Aplikasi Fungsi Green Pada Dinamika Sistem Fisis-Massa Pegas Dengan Shock Absorber

Aplikasi Fungsi Green Pada Dinamika Sistem Fisis-Massa Pegas Dengan Shock Absorber Aplikasi Fungsi Green Pada Dinamika Sistem Fisis-Massa Pegas Dengan Shock Absorber 1) Mangara Tua Sitanggang ) Tenang Ginting 3) Tua Raja Simbolon Jurusan Fisika Teoritis Fakultas MIPA USU 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

Bagian 2 Matriks dan Determinan

Bagian 2 Matriks dan Determinan Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika

Lebih terperinci

Analisis Vektor. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

Analisis Vektor. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY Analisis Vektor Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY Analisis Vektor Analisis vektor meliputi bidang matematika dan fisika sekaligus dalam pembahasannya Skalar dan Vektor Skalar Skalar ialah

Lebih terperinci

2 G R U P. 1 Struktur Aljabar Grup Aswad 2013 Blog: aswhat.wordpress.com

2 G R U P. 1 Struktur Aljabar Grup Aswad 2013 Blog: aswhat.wordpress.com 2 G R U P Struktur aljabar adalah suatu himpunan tak kosong S yang dilengkapi dengan satu atau lebih operasi biner. Jika himpunan S dilengkapi dengan satu operasi biner * maka struktur aljabar tersebut

Lebih terperinci

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ RUANG LIPSCHITZ Muhammad Rifqi Agustian 1), Rizky Rosjanuardi 2), Endang Cahya 3) 1), 2), 3) Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI *Surel: Muhammadrifqyagustian@yahoo.co.id ABSTRAK. Diberikan ruang

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berfikir dalam melakukan penelitian dan akan mempermudah

Lebih terperinci

Sifat Lapangan pada Bilangan Kompleks

Sifat Lapangan pada Bilangan Kompleks Jurnal Analisa 3 (1) (2017) 70-75 p-issn: 2549-5135 http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/analisa/index e-issn: 2549-5143 Sifat Lapangan pada Bilangan Kompleks Ida Nuraida 1,a) 1 Prodi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

untuk setiap x sehingga f g

untuk setiap x sehingga f g Jadi ( f ( f ) bernilai nol untuk setiap x, sehingga ( f ( f ) fungsi nol atau ( f ( f ) Aksioma 5 Ambil f, g F, R, ( f g )( f g ( g( g( ( f g)( Karena ( f g )( ( f g)( untuk setiap x sehingga f g Aksioma

Lebih terperinci

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh Muhammad Kukuh, Ruang RUANG FAKTOR Oleh : Muhammad Kukuh Abstraksi Pada struktur aljabar dikenal istilah grup faktor yaitu Jika grup dan N Subgrup normal G, maka grup faktor dengan operasi Apabila G ruang

Lebih terperinci

BAB III PERLUASAN INTEGRAL

BAB III PERLUASAN INTEGRAL BAB III PERLUASAN INTEGRAL Pembahasan pada bab ini termuat pada ruang lingkup perluasan uniter atas suatu ring komutatif. Jika adalah suatu ring, maka yang dimaksud adalah suatu ring yang komutatif dan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring

KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring Jurnal Barekeng Vol 8 No Hal 33 39 (14) KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring ELVINUS RICHARD PERSULESSY Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Pattimura Jl Ir M Putuhena, Kampus Unpatti,

Lebih terperinci

Isomorfisma dari Gelanggang Polinom Miring Kompleks ke Gelanggang Quaternion Riil

Isomorfisma dari Gelanggang Polinom Miring Kompleks ke Gelanggang Quaternion Riil Vol. 1, No. 1, 1-8, Juli 015 Isomorfisma dari Gelanggang Polinom Miring Kompleks ke Gelanggang Quaternion Riil Amir Kamal Amir 1 Abstrak Misalkan R adalah suatu gelanggang dengan identitas 1, adalah suatu

Lebih terperinci

8 MATRIKS DAN DETERMINAN

8 MATRIKS DAN DETERMINAN 8 MATRIKS DAN DETERMINAN Matriks merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem persamaan linear. Oleh karenanya aljabar matriks sering juga disebut dengan aljabar linear. Matriks dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS. OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd

BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS. OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd i DAFTAR ISI BAB I. BILANGAN KOMPLEKS... 1 I. Bilangan Kompleks dan Operasinya... 1 II. Operasi Hitung Pada Bilangan Kompleks... 1 III.

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT SIFAT GRAF PEMBAGI-NOL DARI RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN

KAJIAN SIFAT SIFAT GRAF PEMBAGI-NOL DARI RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN KAJIAN SIFAT SIFAT GRAF PEMBAGI-NOL DARI RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN STUDY OF PROPERTIES OFZERO-DIVISOR GRAPH OF A COMMUTATIVE RING WITH UNITY Satrio Adi Wicaksono (1209 100 069) Pembimbing: Soleha,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Surat Ijin Melakukan Penelitian

LAMPIRAN 1. Surat Ijin Melakukan Penelitian LAMPIRAN LAMPIRAN Surat Ijin Melakukan Penelitian Lampiran Surat Ijin Melakukan Uji Instrumen Penelitian Lampiran Surat Keterangan Uji Pakar Insrtumen Lampiran 4 Surat Keterangan Melakukan Uji

Lebih terperinci

MODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS

MODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS MODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS MODULES AND BASES OF FREE MODULES Dian Mardiani Pendidikan Matematika, STKIP Garut Garut, Indonesia Alfid51@yahoo.com Abstrak Penelitian ini membahas beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

KARTU SOAL UJIAN NASIONAL MADRASAH ALIYAH NEGERI PANGKALPINANG

KARTU SOAL UJIAN NASIONAL MADRASAH ALIYAH NEGERI PANGKALPINANG Jumlah 50 Bentuk Pilihan Ganda Standar Kompetensi : Menggunakan logika matematika dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor Kompetensi Dasar : Menggunakan

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR: RING

STRUKTUR ALJABAR: RING STRUKTUR ALJABAR: RING BAHAN AJAR Oleh: Rippi Maya Program Studi Magister Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI - Bandung 2016 1 Pada grup telah dipelajari

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah : Matematika Diskrit 2 Kode / SKS : IT02 / 3 SKS Program Studi : Sistem Komputer Fakultas : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi. Pendahuluan 2. Vektor.. Pengantar mata kuliah aljabar linier.

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Ri l

Sistem Bilangan Ri l Sistem Bilangan Riil Sistem bilangan N : bilangan asli Z : bilangan bulat Q : bilangan rasional R : bilangan real N : 1,,,. Z :,-,-1,0,1,,.. Q : a q =, a, b Z, b 0 b R = Q Irasional Contoh Bil Irasional,,π

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN. 0212088701 PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO 2015 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I)

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I) ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I) 1 MATERI ALJABAR LINIER VEKTOR DALAM R1, R2 DAN R3 ALJABAR VEKTOR SISTEM PERSAMAAN LINIER MATRIKS, DETERMINAN DAN ALJABAR MATRIKS, INVERS MATRIKS

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS PREVIEW KALKULUS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu: menyebutkan konsep-konsep utama dalam kalkulus dan contoh masalah-masalah yang memotivasi konsep tersebut; menjelaskan menyebutkan konsep-konsep

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS (WAJIB)

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS (WAJIB) LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS (WAJIB) Nama Siswa Kelas : : Kompetensi Dasar (Kurikulum 2013): 3.1 Menganalisis konsep, nilai determinan dan sifat operasi matriks serta menerapkannya dalam menentukan invers

Lebih terperinci

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG 1. KOORDINAT CARTESIUS DALAM RUANG DIMENSI TIGA SISTEM TANGAN KANAN SISTEM TANGAN KIRI RUMUS JARAK,,,, 16 Contoh : Carilah jarak antara titik,, dan,,. Solusi :, Persamaan

Lebih terperinci

UNNES Journal of Mathematics

UNNES Journal of Mathematics UJM 6 (1) 2017 UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm STRUKTUR DAN SIFAT-SIFAT K-ALJABAR Deni Nugroho, Rahayu Budhiati Veronica, dan Mashuri Jurusan Matematika, FMIPA,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 2. METODE PENELITIAN 3. HASIL DAN PEMBAHASAN. Abstrak

1. PENDAHULUAN 2. METODE PENELITIAN 3. HASIL DAN PEMBAHASAN. Abstrak Kajian mengenai Konstruksi Aljabar Simetris Kiri Menggunakan Fungsi Linier Sofwah Ahmad Departemen Matematika FMIPA UI Kampus UI Depok 16424 sofwahahmad@sciuiacid Abstrak Aljabar merupakan suatu ruang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SOLUSI NUMERIK INTEGRAL LIPAT DUA PADA FUNGSI FUZZY DENGAN METODE ROMBERG DAN SIMULASI MONTE CARLO

PERBANDINGAN SOLUSI NUMERIK INTEGRAL LIPAT DUA PADA FUNGSI FUZZY DENGAN METODE ROMBERG DAN SIMULASI MONTE CARLO PERBANDINGAN SOLUSI NUMERIK INTEGRAL LIPAT DUA PADA FUNGSI FUZZY DENGAN METODE ROMBERG DAN SIMULASI MONTE CARLO Ermawati i, Puji Rahayu ii,, Faihatus Zuhairoh iii i Dosen Jurusan Matematika FST UIN Alauddin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang

Lebih terperinci

Pertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks

Pertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks Matriks & Ruang Vektor Pertemuan Sistem Persamaan Linier dan Matriks Start Matriks & Ruang Vektor Outline Materi Pengenalan Sistem Persamaan Linier (SPL) SPL & Matriks Matriks & Ruang Vektor Persamaan

Lebih terperinci

n p = putaran poros ( rpm ) ( Aaron, Deutschman, 1975.Hal 485 ) 3. METODOLOGI

n p = putaran poros ( rpm ) ( Aaron, Deutschman, 1975.Hal 485 ) 3. METODOLOGI n p = putaran poros ( rpm ) ( Aaron, Deutschman, 1975.Hal 485 ). METODOLOGI Pada bab ini akan dibahas secara detail mengenai perencanaan dan pembuatan alat,secara keseluruan proses pembuatan dan penyelesaian

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah : Matematika Dasar 1 Kode / SKS : IT012314 / 3 SKS Program Studi : Sistem Komputer Fakultas : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi 1 & 2 HIMPUNAN BILANGAN Mahasiswa memahami konsep himpunan

Lebih terperinci

PERKIRAAN SELANG KEPERCAYAAN UNTUK PARAMETER PROPORSI PADA DISTRIBUSI BINOMIAL

PERKIRAAN SELANG KEPERCAYAAN UNTUK PARAMETER PROPORSI PADA DISTRIBUSI BINOMIAL PERKIRAAN SELANG KEPERCAYAAN UNTUK PARAMETER PROPORSI PADA DISTRIBUSI BINOMIAL Jainal, Nur Salam, Dewi Sri Susanti Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi dengan aksioma dan suatu operasi biner. Teori grup dan ring merupakan konsep yang memegang

Lebih terperinci

Penggunaan Bilangan Kompleks dalam Pemrosesan Signal

Penggunaan Bilangan Kompleks dalam Pemrosesan Signal Penggunaan Bilangan Kompleks dalam Pemrosesan Signal Stefanus Agus Haryono (13514097) 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10

Lebih terperinci

SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL FRAKSIONAL LINIER HOMOGEN DENGAN METODE MITTAG-LEFFLER. Helfa Oktafia Afisha, Yuni Yulida *, Nurul Huda

SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL FRAKSIONAL LINIER HOMOGEN DENGAN METODE MITTAG-LEFFLER. Helfa Oktafia Afisha, Yuni Yulida *, Nurul Huda SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL FRAKSIONAL LINIER HOMOGEN DENGAN METODE MITTAG-LEFFLER Helfa Oktafia Afisha, Yuni Yulida *, Nurul Huda Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat

Lebih terperinci

KUESIONER. Strata Pendidikan yang Sedang Diikuti *) : 1. Semester I 2. Semester III 3. Semester V 4. Semester VII

KUESIONER. Strata Pendidikan yang Sedang Diikuti *) : 1. Semester I 2. Semester III 3. Semester V 4. Semester VII KUESIONER Identitas Subjek Penelitian (*) Lingkari Salah Satu *) : P / W Pendidikan yang Sedang Diikuti *) : 1. I 2. III 3. V 4. VII Berilah tanda ( ) pada SATU jawaban yang PALING BENAR menurut Anda.

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Notasi dan Ordo Matriks Lengkapilah isian berikut! Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital, misalnya: A. PENGERTIAN MATRIKS 1) Tabel

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 526 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional

RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 526 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional Ming gu ke RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 56 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional T o p i k S u b T o p i k 1. Ruang Banach - Ruang metrik - Ruang vektor bernorm - Barisan di ruang

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI

MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI IDENTITAS MAHASISWA NAMA NPM KELOMPOK : : : DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi BAB I Bilangan

Lebih terperinci

Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal

Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal Vol. 9, No.1, 49-56, Juli 2012 Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal Nur Erawaty 1, Andi Kresna Jaya 1, Nirwana 1 Abstrak Misalkan D adalah daerah integral. Unsur tak nol yang bukan unit

Lebih terperinci

I. Aljabar Himpunan Handout Analisis Riil I (PAM 351)

I. Aljabar Himpunan Handout Analisis Riil I (PAM 351) I. Aljabar Himpunan Aljabar Himpunan Dalam bab ini kita akan menyajikan latar belakang yang diperlukan untuk mempelajari analisis riil. Dua alat utama analisis riil, yakni aljabar himpunan dan fungsi,

Lebih terperinci

Suku Banyak. A. Pengertian Suku Banyak B. Menentukan Nilai Suku Banyak C. Pembagian Suku Banyak D. Teorema Sisa E. Teorema Faktor

Suku Banyak. A. Pengertian Suku Banyak B. Menentukan Nilai Suku Banyak C. Pembagian Suku Banyak D. Teorema Sisa E. Teorema Faktor Bab 5 Sumber: www.in.gr Setelah mempelajari bab ini, Anda harus mampu menggunakan konsep, sifat, dan aturan fungsi komposisi dalam pemecahan masalah; menggunakan konsep, sifat, dan aturan fungsi invers

Lebih terperinci

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear MATERI POKOK Persamaan dan Pertidaksamaan Linear MATERI BAHASAN : A. Persamaan Linear B. Pertidaksamaan Linear Modul.MTK X 0 Kalimat terbuka adalah kalimat matematika yang belum dapat ditentukan nilai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan teori dan metode yang digunakan untuk mendukung analisis data. Teori dan metode itu diantaranya adalah rancangan faktorial, analisis regresi dan metode

Lebih terperinci