n p = putaran poros ( rpm ) ( Aaron, Deutschman, 1975.Hal 485 ) 3. METODOLOGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "n p = putaran poros ( rpm ) ( Aaron, Deutschman, 1975.Hal 485 ) 3. METODOLOGI"

Transkripsi

1 n p = putaran poros ( rpm ) ( Aaron, Deutschman, 1975.Hal 485 ). METODOLOGI Pada bab ini akan dibahas secara detail mengenai perencanaan dan pembuatan alat,secara keseluruan proses pembuatan dan penyelesaian Tugas Akhir.1. Diagram Alir (Flow Chart) Proses Pembuatan Mesin Penggiling Limbah Ikan Pada tahap ini dilakukan pengamatan langsung terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan, meliputi kapasitas mesin, tempat peletakkan mesin, dan desain mesin yang cocok.. Data Lapangan Data lapangan diperoleh bahwa produksi tepung ikan masih menggunakan alat yang berkapasitas rendah dan limbah ikan juga jarang dimanfaatkan. 4. Perencanaan dan Perhitungan Pada tahap ini bertujuan untuk mendapatkan desain dan mekanisme yang tepat dengan memperhatikan data yan telah diperoleh dari studi literatur dan observasi. Rencana mesin yang akan dirancang adalah mesin penggiling limbah ikan dengan sistem pencacah. 5. Persiapan Alat dan Bahan Persiapan alat ini meliputi beberapa alat antara lain : alat manufaktur (mesin bubut, mesin drilling, dan lain-lain), motor bensin 400 rpm (5,5 HP), elemen mesin (bantalan, poros, pisau, pulley, dan belt), rangka mesin, dan limbah ikan. Gambar.1. Flowchart pembuatan mesin penggiling limbah ikan... Tahapan Proses Pembuatan Mesin Penggiling Limbah Ikan Menjadi Tepung Ikan Dalam pelaksanaan pembuatan Tugas Akhir ini melalui beberapa tahap sebagai berikut : 1. Studi Literatur Pada tahap ini merupakan proses pencarian data dan referensi yang digunakan sebagai acuan pada proses perancangan sekaligus memperkuat ide yang sudah ada.. Observasi 6. Pembuatan dan Perakitan Alat Berdasarkan hasil perhitungan dan perencanaan dapat diketahui jenis bahan dan dimensi dari komponen yang akan diperlukan sebagai acuan dalam pembuatan alat. Dari komponen yang diperoleh maka dilakukan proses perakitan sesuai dengan desain perencanaan. 7. Pengujian Alat Setelah alat selesai dibuat maka dilakukan pengujian dengan cara mengoperasikan alat tersebut. Dalam pengujian nanti akan dicatat dan dianalisa waktu yang diperlukan dalam penggilingan limbah ikan menjadi tepung ikan. 8. Pembuatan Laporan Tahap ini merupakan akhir dari pembuatan mesin penggiling limbah ikan. Laporan ini sebagai pertanggung

2 jawaban atas segala sesuatu yang terjadi dalam kegiatan tugas akhir ini..4. Alat dan Bahan pada Proses Penggilingan Limbah Ikan.. Cara Kerja Mesin Penggiling Limbah Ikan Cara kerja mesin ini sederhana sehingga untuk menggunakan alat ini seseorang tidak perlu mempunyai keahlian khusus. Untuk menjalankan alat ini cukup mengubah tombol on/off yang tersedia pada motor bensin. Putaran dari motor bensin akan memutar pulley pertama pada motor dan akan menggerakkan V-belt serta dapat menggerakkan pulley kedua pada poros. Pulley yang kedua akan menggerakkan poros di mana poros ini akan menggerakkan pisau untuk melakukan penggilingan limbah ikan. Mesin ini menggunakan motor bensin dengan daya 5,5 HP dengan putaran 400 rpm. Motor bensin akan menggerakan mekanisme pulley pada poros pisau, sehingga akan menggiling limbah ikan melalui filter yang berukuran 70 mesh yang terdapat pada sisi bawah tabung. Bahan yang sudah disiapkan berupa limbah ikan yang sudah dikeringkan selama 6 jam dan dipisahkan dari kotoran. Contoh kotoran yang mengganggu proses ini adalah batu, kayu, ulat, dan lain-lain. Setelah limbah ikan sudah dipilih maka dimasukkan ke mesin penggiling. Setelah itu hasil dari penggilingan ini adalah tepung ikan. Gambar.. Ember tepung ikan.4. Kunci Inggris Gambar Gambar.5. Obeng Gambar.6. Limbah ikan sebelum dicacah Gambar.. Mesin penggiling limbah ikan

3 nn = 00 rrrrrr 4.. Analisa Gaya dan Torsi Pencacah Sebelum pembuatan mesin dilakukan percobaan awal mengetahui besarnya gaya potong pada ikan teri. Percobaan dilakukan dengan metode seperti pada gambar berikut: Gambar.7. Tepung ikan hasil cacahan 4. PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN Dalam bab ini akan dibahas perhitungan mesin penggiling limbah ikan yang diperlukan oleh mesin agar dapat berjalan dan berfungsi dengan baik. Setelah itu menghitung elemenelemen mesin yang mendukung perencanaan mesin ini seperti : kapasitas mesin, perhitungan daya, gaya potong, poros, pulley, belt, dan bantalan sehingga aman dalam penggunaannya..1. Menghitung Putaran Poros Pisau Dengan mengetahui putaran pada motor maka dapat ditentukan putaran pada poros pisau yang dapat diketahui dengan persamaan berikut : Gambar 4.1. Transmisi belt dan pulley nn 1 = DD pp nn dd pp n 1 = 400 rpm d p = 50 mm D p = 400 mm nn 1 = DD pp nn dd pp nn = dd pp nn DD 1 pp 50 mmmm = 400 rrrrrr 400 mmmm Gambar 4.. Uji potong ikan teri Keterangan: 1. Pisau pemotong. Ikan teri. Timbangan Metode percobaan : Dalam percobaan ini limbah ikan diambil dengan struktur yang paling besar dan kuat, yaitu ikan teri. Ikan teri diletakkan di atas timbangan, pemotongan dilakukan dengan cara meletakkan pisau di atas ikan kemudian pisau tersebut di beri tekanan dari atas hingga ikan teri putus/terpotong. Angka terbesar dalam jarum timbangan merupakan besarnya gaya potong pada ikan teri. Tabel 4.1. Tabel Uji Potong Ikan Teri Bahan Uji Luas Bahan Gaya Potong (Kgf) (cm ) Ikan teri 4, 0,7 Ikan teri 4,8 1,0 Ikan teri 4,4 0,9 Ikan teri 5,0 1, Ikan teri 4,5 0,7 Rata- Rata 0,9 Dari data di atas, diambil gaya potong yang paling besar, sehingga terhitung : Di mana : Panjang pisau = 11,5 cm Maka : WW = mm. gg WW = 0,9 kkkk. 9,81 mm/ss WW = 8,8 NN

4 Sehingga gaya geser (F r ) pada pisau adalah : + MM PPPPPPPPPP = 0 WW. 11,5 cccc FF kk. 11,5 cccc = 0 8,8.11,5 cccc FF kk. 5,75 cccc = 0 101,55 FF kk. 5,75 = 0 101,55 5,75 = FF kk FF kk = 17,66 NN Pisau yang digunakan untuk memotong ikan dalam perencanaan mesin sebanyak 60 pisau untuk dua kali potong, sehingga dapat dihitung besarnya gaya potong untuk 60 pisau menggunakan rumus : Fppppppppppp = FF kk. zz Fppppppppppp = 17,66 NN.60 Fppppppppppp = 1059,60 NN Fppppppppppp 1059,60 NN = 9,81 mm/ss = 108,01 kkkk Fppppppppppp 4.. Analisa Daya Daya yang dibutuhkan mesin penggiling limbah ikan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu : Daya pemotongan limbah ikan Daya momen inersia Daya Pemotongan Limbah Ikan Menentukan Kecepatan Pisau Menentukan kecepatan keliling pisau dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : Gambar 4.. Skema poros pisau Panjang pisau (L p ) = 11,5cm, Diameter poros pisau (d pp ) = cm vv pp = ππ. (LL pp + dd pppp ). nn d pp L p L p +d pp ππ. (11,5 + )cccc. 00 rrrrrr vv pp = vv pp =,8 mm/ss Daya Pemotongan Setelah didapatkan gaya potong dan kecepatan keliling pisau, daya pemotongan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : Fp = 1059,60 NN vv pp =,8 mm/ss PP pppppp = Fp. vv pp PP pppppp = 1059,60 NN.,8mm/ss PP pppppp = 415,89 wwwwwwww 4... Daya Momen Inersia Momen Inersia Pisau Menentukan momen inersia pada pisau dihitung dengan cara sebagai berikut : Massa pisau (mm pppp ) = 1, kkkk Panjang pisau (L p ) = 11,5cm = 0,115 m Sehingga, II pppp = 1 mm pppp. LL II pppp = 1 1,kkkk. (0,115 mm) II pppp = 0,00571 kkkk. mm 4... Momen Inersia Poros Menentukan momen inersia pada poros dihitung dengan cara sebagai berikut : Massa poros (mm pppp ) = kkkk Diameter poros (D pppp ) = cccc Radius poros (r pppp ) = cccc = 1,5 cm Sehingga, II pppp = 1 mm pppp. rr pppp II pppp = 1 kkkk. (1,5 cccc) II pppp =,5 kkkk. ccmm II pppp = 0,005 kkkk. mm

5 4... Kecepatan Sudut Setelah memperoleh momen inersia pada poros dan pisau maka kecepatan sudut yang dihasilkan dapat ditentukan sebagai berikut : n = 00 rpm Sehingga ωω = ππ. nn 0 ππ.00 ωω = 0 ωω = 1,4 rad/s Percepatan Sudut Setelah memperoleh kecepatan sudut maka percepatan sudut yang dihasilkan dapat ditentukan sebagai berikut : αα = ωω 1 ωω tt Di mana : ωω = dddd dddd = ππ tt tt = ππ Jadi : ωω = αα = ωω 1 ωω tt αα = dddd. ππ 1,4 rrrrrr /ss dddd 1,4 rrrrrr/ss αα = 0,0 ssssssssssss αα = 157,10 rrrrrr/ss αα = dddd dddd = 0,0 ssssssssssss Torsi Inersia Setelah memperoleh percepatan sudut maka torsi masing-masing momen dapat ditentukan sebagai berikut : Torsi Pisau ; TT pppp = II pppp. αα gg TT pppp = 0,00571 kkkk. mm. 157,10 rrrrrr/ss 9,81 mm/ss TT pppp = 0, kkkkkk TT pppp = 91,778 kkkkkkkk Torsi Poros ; TT pppp = II pppp. αα gg TT pppp = 0,005 kkkk. mm. 157,10 rrrrrr/ss 9,81 mm/ss TT pppp = 0,060 kkkkkk TT pppp = 6,0 kkkkkkkk Daya Inersia Poros dan Pisau Setelah diketahui torsi pada pisau dan poros maka daya inersia dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut : Daya Inersia Pisau ; PP IIIIII = TT pppp. nn 9, ,778 kkkkkkkk. 00 rrrrrr PP IIIIII = 9, PP IIIIII = 0,08 KKKK Daya inersia Poros, PP IIIIII = TT pppp. nn 9, ,0 kkkkkkkk. 00 rrrrrr PP IIIIII = 9, PP IIIIII = 0,011 KKKK 4... Daya Total yang Diperlukan Daya inersia total yang dibutuhkan adalah : PP IIII = PP IIIIII + PP IIIIII + PP pppppp PP IIII = 0,08 KKKK + 0,011 KKKK +,415 KKKK PP IIII =,454 KKKK ( 1 Hp = 0,746 Kw ) Jadi motor bensin yang digunakan mempunyai daya (P ) = 4,10 Kw/5,5 Hp dengan putaran motor 400 rpm 4.4. Perencanaan Belt dan Pulley Daya Perencanaan P f.p Diketahui: f c = 1,0-1,5 Pd = fc.p = 1, 4,10Kw = 5,9Kw d = Pemilihan Type Belt Sebelum menghitung perencanaan belt yang menggunakan 1 belt maka ditentukan dahulu type belt yang dianjurkan. Pemilihan type ini belt dapat diketahui dari daya perencanaan dan c

6 banyaknya putaran yang terjadi pada pulley terkecil. Diketahui bahwa : Pd = 5,9 Kw n = 400 rpm vv bb = 6,8 mm/ss Gaya Keliling Belt Gaya keliling belt dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut : F = ß. F rated Di mana : β = 1,5- ( didapatkan pada hal 199, terlampir ) FF rrrrrrrrrr = 10 xx PP 10 xx 4,10 KKKK = = vv 6,8 mm/ss 66,64 KKKK F = ß. F rated F = 1,5. 66,64 KKKK F = 99,96 KKKK ( Dobrovolsky; Hal 199 dan Hal 5 ) Gambar 4.4. Diagram Pemilihan Belt Berdasarkan diagram di atas maka diperoleh : Type belt yang dianjurkan adalah Type A Lebar (b) = 8 mm Tinggi (h) = 10,5mm Luas (A) = 0,81 cm Kecepatan Keliling Pulley Tegangan Belt Tegangan belt dapat diketahui dengan rumus : σ dd =. φφ. σσ 0 Untuk V-belt : σσ 0 = 1 kg/cccc (Diktat Elemen Mesin II hal 60) Untuk V-belt : φ 0 = 0,9 (Diktat Elemen Mesin II hal 50) σ dd =. φφ. σσ 0 σ dd =. 0,9. 1 kkkk/cccc σ dd = 1,6 kkkk/cccc Jarak Sumbu Poros Pulley dengan Pulley Perencanaan D p < C < (D p + d p ) d p = 50 mm = 400 mm D p Gambar 4.5. Transmisi pulley dan belt n 1 = 400 rpm = 50 mm d p vv bb = ππ. dd pp. nn ππ. 50 mmmm. 400 rrrrrr vv bb = D p < C < (D p + d p ) 400 mm < C < (50 mm mm) 400 mm < C < 150 mm Maka dipilih C = 510 mm Panjang Belt Untuk menghitung panjang perencanaan belt yang akan dipakai digunakan rumus : L =. C + ππ (D (Dp dp) p + d p ) + 4.CC L =. 510 mm + ππ (50 mmmm mmmm) +

7 400 mmmm 50 mmmm mmmm L = 100 mm + 706,86 mm + 60,05 mm L = 1786,91 mm Jarak Sumbu Poros Untuk menghitung jarak sumbu poros yang akan dipakai maka digunakan rumus : B =.L,14 (D p + d p ) C = B + BB 8(Dp dp) 8 Di mana B =.L,14 (D p + d p ) B =.1786,91 mm,14 (400 mm + 50 mm) B = 57,8 mm 141 mm B = 160,8 mm Sehingga didapatkan jarak antara poros pada pulley yang akan dipakai : C = B + BB 8(Dp dp) 8 C = 160,8 mm + (160,8 mm ) 8 (400 mm 50 mm ) 8 C = 160,8 mm + 40,09 mm C = 400,91 mm Sudut Kontak pada Pulley Besarnya sudut kontak antara pulley dan belt dapat dihitung dengan menggunakan rumus : \ θθ Gambar 4.6. Sudut kontak d p = 50 mm D p = 400 mm C = 400,91 mm Maka, θθ = (DD pp dd pp ) CC 57 (400 mmmm 50 mmmm ) θθ = ,91 θθ = 171,69 0 =,994 rad Gaya Efektif Belt : µ = 0, ( didapatkan pada hal 171 ) θθ =,994 rad FF ee = FF 1 FF FF 1 FF = ee μμ θθ FF 1 FF = ee 0,.,994 FF 1 =,455. FF TT 4 = 9, PP nn 1 TT 4 = 9, ,10 KKKK. 400 rrrrrr TT 4 = 1665 kkkk. mmmm FF ee = TT 4 rr pp = 1665 kkkk.mmmm 5 mmmm = 66,6 kg FF ee = FF 1 FF 66,6 kkkk =,455. FF FF 66,6 kkkk = 1,455. FF FF = 66,6 kkkk 1,455 FF = 45,77 kkkk FF 1 =,455 xx 45,77 kkkk FF 1 = 11,7 kkkk (Sularso, Kiyokatsu Suga; 1991.Hal 171) Tegangan Maksimum Pada Belt Tegangan maksimum pada belt dapat diketahui menggunakan rumus : FF γγ. vv σσ mmmmmm = σσ oo + +. AA 10. gg + EEEE h DD mmmmmm h = 1,5 mm (Rubber canvas didapatkan pada tabel ) γ = 1,4 kg/m (Solid-woven cotton didapatkan pada tabel ) E b = 600 kg/cm ( Solid-woven cotton didapatkan pd tabel ) σ 0 = 1 kg/cm F = 99,96 kg A = 0,81 cm v = 6,8 m/s g = 9,81 m/s D min = 50 mm σσ mmmmmm = σσ oo + FF γγ. vv +. AA 10. gg + EEEE h DD mmmmmm

8 σσ mmmmmm = 1 kg cm + 99,96 kg.0,81 cm 1,4 kg m. (6,8 mm ss) ,81 mm ss 1,5 mmmm kkkk/ ccmm 50 mmmm σσ mmmmmm = 1 kg cm + 61,70 kg cm + 0,568 kg m + 16, kg cm σσ mmmmmm = 1 kg cm + 61,70 kg cm + 0, kg cm + 16, kg cm σσ mmmmmm = 89,90 kg cm Jumlah Putaran Belt Untuk mengetahui jumlah putaran belt per detik digunakan rumus sebagai berikut : v = 6,8 m/s L u = VV LL 6,8 mm/ss u = 1,78691 mm u =,5 s -1 u = VV LL = 1786,91 mm = 1,78691 m Umur Belt Umur belt dapat diketahui menggunakan rumus : H = NN bbbbbbbb σσ ffffff mm 600.uu.zz σσ mmmmmm N base = 10 7 cycle u =,5 s -1 Z = 1 σ fat = 90 kg/cm untuk V-Belt σ max = 89,90 kg/cm m = 8 H = NN bbbbbbbb σσ ffffff mm 600.uu.zz σσ mmmmmm ,5 ss 1.1 H = H = 796,19 jam 90 kkkk/ccmm 89,9 kkkk/ccmm Dimensi Pulley Untuk V-belt type A diperoleh data-data (lampiran sebagai berikut e = 1,5 mm c =,5 mm t = 16 mm s = 10 mm v = 4 o 40 o A. Diameter pulley penggerak (D m ) : a) Mencari diameter luar pulley DD oooooo = DD mm +. cc DD oooooo = 50 mmmm +.,5 mmmm DD oooooo = 57 mmmm b) Mencari diameter dalam pulley DD iiii = DD oooooo. ee DD iiii = 57 mmmm.1,5 mmmm DD iiii = mmmm c) Mencari lebar pulley BB = (zz 1)tt +. ss BB = (1 1) +.10 mmmm BB = 0 mmmm Nilai ( c, e dan s ), didapatkan pada buku ( Dobrovolsky; Tabel, Hal 6 ). B. Pulley yang digerakkan (D p ) : a) Diameter pulley luar yang digerakkan DD oooooo = DD pp +. cc DD oooooo = 400 mmmm +.,5 mmmm DD oooooo = 407 mmmm b) Mencari diameter dalam pulley DD iiii = DD pp. ee DD iiii = 407 mmmm.1,5 mmmm DD iiii = 8 mmmm Gaya Berat Pulley yang Digerakkan Untuk mengetahui besarnya gaya berat pulley yang diggerakkan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : W = ρ. V. g V = ππ (DD 4 oooooo - D in ) B ρρ = 7,7. 10 kg/m g = 9,81 m/s D out = 407 mm = 0,407 m

9 D in = 8 mm = 0,8 m B = 0 mm = 0,00 m V = ππ 4 (DD oooooo - D in ). B V = ππ 4 (0,407 m 0,8 m). 0,00 m V = 9, m W = ρ. V. g W = 7,7. 10 kg/m. 9, m. 9,81 m/s W = 0,70 N 4.5. Perencanaan Poros Perhitungan Diameter Poros Data yang diketahui : Daya motor bensin (N ) = 5,5 Hp = 4,10 Kw (1 HP = 0,746 Kw) Putaran poros (n ) = 00 rpm Panjang poros = 840 mm Gaya Pulley terhadap Poros Besarnya gaya pulley yang terjadi pada poros dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : FF rr = FF φφ. sin αα F = 99,66 kg φφ = 0,7 θθ = 171,69 0 F 1 F e F W p 1 mm A v A h Gambar 4.7. Diagram beban poros Di mana : F 1 = Gaya yang menarik belt F = Gaya yang kendur W p = Gaya pemotongan A v = Gaya yang terjadi pada titik A dengan arah vertikal B v = Gaya yang terjadi pada titik B dengan arah vertikal A h = Gaya yang terjadi pada titik A dengan arah horizontal B h = Gaya yang terjadi pada titik B dengan arah horizontal Gaya pada Poros Fp = FF 1 + FF 5 mm 5 mm W Pemotong F Pemotong 650 mm B v B FF rr = FF. sin αα φφ 99,66 kkkk FF rr =. sin 171,69oo 0,7 FF rr = 141,99 kg Gaya Maksimum pada Pulley Untuk menentukan gaya maksimum pada pulley menggunakan rumus : FF mmmmmm = σσ mmmmmm. A σ max = 89,90 kg/cm A = 0,81 cm Di mana : FF 1 = 11,7 kkkk FF = 45,77 kkkk Fp = FF 1 + FF = 11,7 kg + 45,77 kg Fp = 158,14 kg Menghitung Beban Poros Arah Horizontal dan Vertikal Gaya dan Momen pada Arah Horizontal 1 mm 650 mm FF mmmmmm = σσ mmmmmm. A FF mmmmmm = 89,9 kkkk/ccmm. 0,81 cm FF mmmmmm = 7,819 kg Diagram Beban Poros Free Body Diagram A h Gambar 4.8. Gaya dan Momen pada Arah Horizontal B

10 (+) FF xx = mm. aa xx FF xx = mm. 0 FF xx = 0 Fp + AA h + BB h = 0 158,14 kkkk + AA h + BB h = 0 158,14 kkkk = AA h BB h...(1) Gaya geser di titik A : (+) FF xx = mm. aa xx FF xx = mm. 0 FF xx = 0 Fp FFFF 1 = 0 FFFF 1 = Fp FFFF 1 = 158,14 kkkk (+) MM bb = II. αα MM bb = II. 0 MM bb = 0 Fp (1 mmmm) AA h (650 mmmm) = 0 158,14 kkkk (1 mmmm) AA h (650 mmmm) = 0 199,08 kkkk. mmmm AA h (650 mmmm) = 0 AA h (650 mmmm) = 199,08 kkkk. mmmm AA h = 9,68 kkkk....() Persamaan () disubtitusikan ke persamaan (1) 158,14 kkkk = AA h BB h BB h = 158,14 kkkk AA h BB h = 158,14 kkkk 9,68 kkkk BB h = 18,46 kkkk I X 1 X II Potongan II-II, 0 mm X 650 mm 1 mm X A h Momen bending di titik B : (+) MM = 0 MM = II. 0 MM = 0 MM + Fp (1 mmmm + XX ) AA h (XX ) = 0 MM = Fp (1 mmmm + XX ) + AA h (XX ) Misal X = 650 mm M = M B = Fp (1 mmmm + XX ) + AA h (XX ) = 158,14 kkkk. (1 mmmm mmmm) + 9,68 kkkk (650 mmmm) M B = 1079,08 kkkk. mmmm Fτ M A h Gambar 4.9. Potongan bidang horizontal Potongan I-I, 0 mm X 1 1 mm X 1 M 1 Gaya geser di titik B : B (+) h FF xx = mm. aa xx FF xx = mm. 0 FF xx = 0 Fp FFFF + AA h = 0 FFFF = Fp + AA h FFFF = 158,14 kkkk + 9,68 kkkk FFFF = 18,46 kkkk Fτ Gaya dan Momen Pada Arah Vertikal Momen bending di titik A : otong (+) MM 1 = II. αα MM 1 = II. 0 MM 1 = 0 MM 1 + Fp (XX 1 ) = 0 MM 1 = 158,14 kkkk (XX 1 ) Misal X 1 = 1 mm M 1 = M A = 158,14 kkkk (XX 1 ) = 158,14 kkkk. 1 mmmm M A = 199,08 kkkk. mmmm W pu 1 mm A v 5 mm 5 mm W pi W po

11 Gambar Gaya dan momen pada arah vertikal Diketahui massa pulley WW pppp = 0,8 kkkk massa poros WW pp = 5,4 kkkk massa pisau WW pppp = 1, kkkk Fppppppppppp = 108,01 kkkk (+) FF yy = mm. aa yy FF yy = mm. 0 FF yy = 0 Fp WW pppp + AA vv Fppppppppppp WW pppp WW pppp + BB vv = 0 158,14 kkkk 1,6 kkkk + AA vv 108,01 kkkk 5,4 kkkk 1, kkkk + BB vv = 0 74,45 kkkk = AA vv + BB vv...(1) (+) MM bb = II. αα MM bb = II. 0 MM bb = 0 Fp (1 mmmm) + WW pppp (1 mmmm) AA vv (5 mmmm) + Fppppppppppp (5 mmmm) + WW pppp (5 mmmm) + WW pppp (5 mmmm) = 0 158,14 kkkk (1 mmmm) + 0,8 kkkk (1 mmmm) AA vv (5 mmmm) + 108,01 kkkk(5 mmmm) + 5,4 kkkk (5 mmmm) +1, kkkk(5 mmmm) = 0 199,08 kkkk. mmmm + 97,6 kkkk. mmmm AA vv (5 mmmm) + 510,5 kkkk. mmmm kkkk. mmmm + 4,5 kkkk. mmmm = ,4 kkkk. mmmm AA vv (5 mmmm) = 0 AA vv (5 mmmm) = 56671,4 kkkk. mmmm AA vv = 174,7 kkkk......() Persamaan () disubtitusikan ke persamaan (1) 74,45 kkkk = AA vv + BB vv BB vv = 74,45 kkkk AA vv BB vv = 74,45 kkkk 174,7 kkkk BB vv = 100,8 kkkk W pu Gambar Potongan bidang vertikal Potongan I-I, 0 mm X 1 1 mm W pu X 1 Momen bending di titik A : (+) MM 1 = II. αα MM 1 = II. 0 MM 1 = 0 MM 1 + Fp (XX 1 ) + WW pppp (XX 1 ) = 0 MM 1 = 158,14 kkkk (XX 1 ) + 0,8 kkkk (XX 1 ) Misal X 1 = 1 mm M 1 = M A = 158,14 kkkk (1 mmmm) + 0,8 kkkk (1 mmmm) M A = 19468,76 kkkk. mmmm Gaya geser di titik A : I I A v Fτ 1 (+) FF yy = mm. aa yy FF yy = mm. 0 FF yy = 0 Fp FFFF 1 WW pppp = 0 FFFF 1 = Fp WW pppp FFFF 1 = 158,14 kkkk 0,8 kkkk FFFF 1 = 158,94 kkkk Potongan II-II, 0 mm X 447 mm II otong M 1 W pi W p III X 1 mm M W pu A v

12 Momen bending di titik W : (+) MM = II. αα MM = II. 0 MM = 0 MM AA vv (XX ) + Fp (1 mmmm + XX ) +WW pppp (1 mmmm + XX ) = 0 MM 174,7 kg (XX ) + 158,14 kkkk (1 mmmm + XX ) + 0,8 kkkk(1 mmmm + XX ) = 0 MM = 174,7 kg (XX ) 158,94 kkkk (1 mmmm + XX ) Misal X = 5 mm M = M w = 174,7 kg (5 mm) 158,94 kkkk (1 mmmm + 5 mm) M w = 1475,9 kkkk. mmmm Gaya geser di titik W : (+) FF yy = mm. aa yy FF yy = mm. 0 FF yy = 0 Fp FFFF WW pppp + AA vv = 0 FFFF = Fp WW pppp + AA vv FFFF = 158,14 kkkk 0,8 kkkk + 174,7 kkkk FFFF = 15,4 kkkk Potongan III-III, 0 mm X 77 mm W pu 1 mm A v 5 mm Momen bending di titik B : otong W pi W p X (+) MM = II. αα MM = II. 0 MM = 0 MM + Fppppppppppp (XX ) + WW pppp (XX ) + WW pp (XX ) AA vv (5 mmmm + XX ) + Fp (1 mmmm + 5 mmmm + XX ) + WW pppp (1 mmmm + 5 mmmm + XX ) = 0 MM + 108,01 kkkk (XX ) + 1, kkkk (XX ) + 5,4 kkkk (XX ) 174,7 kg(5 mmmm + XX ) +158,14 kkkk (1 mmmm + 5 mmmm + XX ) +0,8 kkkk(1 mmmm + 5 mmmm + XX ) = 0 MM + 114,71 kkkk (XX ) 174,7 kg(5 mmmm + XX ) +158,94 kkkk (447 mmmm + XX ) = 0 MM = 114,71 kkkk (XX ) + 174,7 kg(5 mmmm + XX ) 158,94 kkkk (447 mmmm + XX ) = 0 Misal X = 5 mm M = M b = 114,71 kkkk (5 mmmm) + 174,7 kg(5 mmmm + 5 mmmm) 158,94 kkkk (447 mmmm + 5 mmmm) = 0 M b = 780,75 kkkk. mmmm ,5 kkkk. mmmm 1701,68 kkkk. mmmm M b = 46641,18 kkkk. mmmm Gaya geser di titik B : (+) FF yy = mm. aa yy FF yy = mm. 0 FF yy = 0 Fp FFFF WW pppp + AA vv Fppppppppppp WW pppp WW pp = 0 FFFF = Fp WW pppp + AA vv Fppppppppppp WW pppp WW pp FFFF = 158,14 kkkk 0,8 kkkk + 174,7 kkkk 108,01 kkkk 1, kkkk 5,4 kkkk FFFF = 99, kkkk Momen Resultan M M r = + Fτ Diketahui: ( M h ) ( M v ) M h = 1079,08 kkkk. mmmm (Momen yang terjadi pada bidang horizontal)

13 M v = 46641,18 kkkk. mmmm (Momen yang terjadi pada bidang vertikal) M = + M M r r r ( M h ) ( M v = ( 1079,08kgmm) = 11878,75kgmm Torsi Poros : 5 N d T = 9,74 10 n 5 5,9kw = 9, rpm = 1717,40kg. mm Diameter Poros : ) ( M + ) n d = r T πs yp Diketahui: 1/ 1 + ( 46641,18kgmm) M r = 01,96 kgmm T = 4164,675 kgmm n =,5 (faktor keamanan untuk beban kejut) Syp = 48 kg/mm (bahan AISI 100, lambang S0C dan baja karbon kontruksi mesin) 1 [( 6069,89mm ] ) d = d = 9, 8mm Maka diameter poros (D p ) sesungguhnya = 0 mm 4.6. Bantalan (Bearing) Dari hasil analisa dan perhitunan maka diperoleh data sebagai berikut : 1. Diameter poros (D p ) = 0 mm. Gaya bantalan di titik A : F Ah = 9,68 kg F Av = 174,7 kg. Gaya bantalan di titik B : F Bh = 18,46 kg F Bv = 100,8 kg Gaya Radial Pada Bantalan FF rr = (FF h ) + (FF vv ) Pada bantalan A FF rrrr = (FF AAh ) + (FF AAAA ) FF rrrr = (9,68 kg ) + (174,7 kg ) FF rrrr = 185,799 kkgg FF rrrr = 176,88 kkkk Pada bantalan B FF rrrr = (FF BBh ) + (FF BBBB ) FF rrrr = (18,46 kg ) + (100,8 kg ) FF rrrr = 6578,116 kkgg FF rrrr = 16,0 kkkk ( M + ) 1 1/ n d = r T πs yp e = 0, 1.,5 sehingga, 1/ d = ((11878,75 ) + (1717,40. ) ).48 / kgmm kg mm Fa π kg mm e V F 80 d = ( , 41kgmm) 150,80kg / mm d = 1 [( 0,51mm / kg)( ,41kgmm) ] Beban Equivalent Pada Bantalan : Dari data yang diketahui dari lampiran 14 maka diperoleh Co sebesar,70 Fa/V.Fr = 1,6 r maka, X = 0,56 dan Y = 1,99 (lampiran 15) diketahui dari lampiran 1, Nilai Fs =,5 (heavy shock load) 7 V1 = 1 (ring dalam yang berputar) V = 1, (ring luar yang berputar) Pada bantalan A P A = X. V 1. F R + Y F a

14 = F s (X. V 1. F ra ) + Y F a =,5 ( ,88 kg) + 1, ,7 kg P A = 789,0 kg Pada bantalan B P B = X. V 1. F R + Y F a = F s (X. V 1. F rb ) + Y F a =,5 ( ,0 kg) + 1, ,8 kg P B = 607, kg Menghitung Umur Bantalan : 10 6 LL 10 =. CC bb 60. nn pp PP n p = n = 00 rpm C = 50 lb (pada tabel 9.1, terlampir) = (50 x 0,4559) kg C = 1519,5 kg P A = 789,0 kg P B = 607, kg b = (untuk bantalan bola) Gambar Desain Mesin Penggiling Limbah Ikan Mesin Penggiling Limbah Ikan Gambar 4.1. Mesin Penggiling Limbah Ikan Pisau Pencacah Pada bantalan A 10 6 kkkk LL 10 =. 1519, rrrrrr 789,0 kkkk LL 10 = 55,56 jjjjjj. (1,95) LL 10 = 96,58 jjjjjj Pada bantalan B 10 6 kkkk LL 10 =. 1519, rrrrrr 607, kkkk LL 10 = 55,56 jjjjjj. (,50) LL 10 = 870,0 jjjjjj Gambar 4.1. Pisau pencacah Corong ((Hopper) 4.7. Gambar Mesin Penggiling Limbah Ikan Desain Mesin Penggiling Limbah Ikan Gambar Corong

15 Saluran Keluar Rata - Rata,58 ( menit 5 detik),55 ( menit detik),5 ( menit detik) Rata rata waktu penggilingan : Gambar Saluran Keluar V-belt dan Motor Bensin Gambar V-belt dan Motor Bensin (,47 +,51 +,58 +,55) mmmmmmmmmm = 4 =,5 mmmmmmmmmm Kapasitas penggilingan : MMMMMMMMMM llllllllllh iiiiiiii = RRRRRRRR rrrrrrrr wwwwwwwwww pppppppppppppppppppppppp 5 kkkk = = 1,98 kkkk/mmmmmmmmmm,5 mmmmmmmmmm = 1,98 kkkk mmmmmmmmmm xx 60 mmmmmmmmmm 1 jjjjjj = 118,8 kkkk/jjjjjj 4.9. Perbandingan Mesin 4.8. Hasil Percobaan Mesin Penggiling Limbah Ikan Dari percobaan penggilingan limbah ikan dengan massa limbah ikan 5 kg maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.. Tabel Hasil Percobaan Mesin Penggiling Limbah Ikan Massa NO Waktu Limbah Ikan (menit) (Kg),47 ( menit detik),51 ( menit 1 5 detik) Gambar Mesin penggiling Gambar Mesin yang limbah ikan yang ada di pasaran penggiling limbah ikan yang telah jadi.

16 Tabel 4.. Tabel Perbandingan Mesin Penggiling Limbah Ikan 5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari perencanaan dan perhitungan pada Mesin Penggiling Limbah Ikan Menjadi Tepung Ikan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Daya motor bensin yang digunakan adalah 5,5 Hp dengan putaran 400 rpm.. Belt yang digunakan adalah Jenis V-Belt type A dengan panjang belt 1786,91 mm, jumlah belt 1 buah dan umur belt 796,19 jam.. Poros yang digunakan adalah bahan AISI 100 (baja karbon kontruksi mesin) dengan diameter 0 mm. 4. Berdasarkan hasil pengujian kapasitas mesin penggiling limbah ikan adalah 118,8 kg/jam. 5.. Saran 1. Menambah jarak antara alas tabung dengan jarak pisau.. Pada tiap kaki rangka mesin dapat diberikan roda untuk mengurangi besarnya getaran yang ditimbulkan oleh proses penggilingan dan mempermudah proses perpindahan mesin dari satu tempat ke tempat lainnya.

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR SPUIT BEKAS

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR SPUIT BEKAS RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR SPUIT BEKAS Azhar Ashari 1), M. Miftach Farid 2), Ir Mahirul Mursid, M.Sc 3) Program Studi D3 Teknik Mesin FTI-ITS Surabaya Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111 Email:

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TALI TAMPAR DARI LIMBAH PLASTIK SLITING

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TALI TAMPAR DARI LIMBAH PLASTIK SLITING RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TALI TAMPAR DARI LIMBAH PLASTIK SLITING Mohammad Mirza Aminudin 1,Bagus Hari Saputra, Arino Anzip 3 Program Studi D3 Teknik Mesin FTI-ITS Surabaya Kampus ITS Keputih Sukolilo

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR 4.1 Perencanaan Pulley dan V-Belt 1 4.1.1 Penetapan Diameter Pulley 1 1. Penetapan diameter pulley V-belt

Lebih terperinci

dan 3) Intrukstur UPT-PK D-3 Teknik Mesin Surabaya

dan 3) Intrukstur UPT-PK D-3 Teknik Mesin Surabaya RANCANG BANGUN MESIN PENGGILING LIMBAH IKAN MENJADI TEPUNG IKAN DENGAN KAPASITAS 118,8 KG/JAM Ignatius Stevie P. K. 1), Rivai Wardhani, ST, M.Sc 2), Priyo Budi Jatmiko, ST, M.Psi 3) Jurusan D-3 Teknik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA 31 BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA 4.1 MENGHITUNG PUTARAN POROS PISAU Dengan mengetahui putaran pada motor maka dapat ditentukan putaran pada pisau yang dapat diketahui dengan persamaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Kapasitas Alat pencacah Plastik Q = 30 Kg/jam 30 kg = jam x 1 jam 60 menit = 0,5 kg/menit = 500 gr/menit Dimana : Q = Kapasitas mesin B. Perencanaan Putaran Pisau Jika

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH LIMBAH IKAN BASAH UNTUK BAHAN PEMBUAT PELET IKAN HASIL PROSES FERMENTASI

RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH LIMBAH IKAN BASAH UNTUK BAHAN PEMBUAT PELET IKAN HASIL PROSES FERMENTASI RACAG BAGU MEI PECACAH LIMBAH IKA BAAH UTUK BAHA PEMBUAT PELET IKA HAIL PROE FERMETAI Dicky Ari andrawan 1), ur Husodo ), Budi Luwar 3) Jurusan D3 Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri, IT urabaya E-mail

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan umum Tembakau merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjadi bahan dasar rokok. Dimana kita ketahui bahwa rokok telah menjadi kebutuhan sebagian orang. Walaupun

Lebih terperinci

Kentang yang seragam dikupas dan dicuci. Ditimbang kentang sebanyak 1 kg. Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan

Kentang yang seragam dikupas dan dicuci. Ditimbang kentang sebanyak 1 kg. Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan Lampiran 1. Prosedur penelitian Kentang yang seragam dikupas dan dicuci Ditimbang kentang sebanyak 1 kg Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan Kentang dimasukkan ke dalam mesin melalui hopper

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram BAB III PERANCANGAN 3.. Perencanaan Kapasitas Perajangan Kapasitas Perencanaan Putaran motor iameter piringan ( 3 ) iameter puli motor ( ) Tebal permukaan ( t ) Jumlah pisau pada piringan ( I ) iameter

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH SAMPAH ORGANIK SKALA KECIL MENJADI PUPUK

RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH SAMPAH ORGANIK SKALA KECIL MENJADI PUPUK RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH SAMPAH ORGANIK SKALA KECIL MENJADI PUPUK DOSEN PEMBIMBING : Ir. Suhariyanto, MT INSTRUKTUR PEMBIMBING : Miftahulal Huda, ST, M.pd DISUSUN OLEH : M. Faizin 2108039020 Arizal

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 5.1 Desain Penulangan Elemen Struktur Pada bab V ini akan membahas tentang perhitungan tulangan yang akan digunakan dalam perencaan struktur yang telah didesain.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN Pada rancangan mesin penghancur plastic ini ada komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu daya motor,kekuatan rangka,serta komponenkomponen elemen mekanik lainnya,perhitungan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN ANALISA DAYA PADA MESIN PENCACAH SAMPAH PLASTIK

RANCANG BANGUN DAN ANALISA DAYA PADA MESIN PENCACAH SAMPAH PLASTIK RANCANG BANGUN DAN ANALISA DAYA PADA MESIN PENCACAH SAMPAH PLASTIK IRFAN ANWAR NIM: 41312110098 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017 LAPORAN TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH GELAS PLASTIK. Oleh : RAHMA GRESYANANTA FABIAN SURYO S Pembimbing

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH GELAS PLASTIK. Oleh : RAHMA GRESYANANTA FABIAN SURYO S Pembimbing TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH GELAS PLASTIK Oleh : RAHMA GRESYANANTA 2107039001 FABIAN SURYO S 2107039023 Pembimbing Ir. Suhariyanto, MT ABSTRAK Limbah dari plastik merupakan masalah yang dianggap

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

Perhitungan Kapasitas Screw Conveyor perjam Menghitung Daya Screw Conveyor Menghitung Torsi Screw

Perhitungan Kapasitas Screw Conveyor perjam Menghitung Daya Screw Conveyor Menghitung Torsi Screw DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL...xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. glide/refleksi geser, grup simetri, frieze group, graphical user interface (GUI) dijelaskan mengenai operasi biner.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. glide/refleksi geser, grup simetri, frieze group, graphical user interface (GUI) dijelaskan mengenai operasi biner. BAB II KAJIAN PUSTAKA Secara umum, pada bab ini membahas mengenai kajian teori yang digunakan dalam penelitian yaitu, grup, transformasi, translasi, refleksi, rotasi, glide/refleksi geser, grup simetri,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN A. ANALISIS PENGATUR KETINGGIAN Komponen pengatur ketinggian didesain dengan prinsip awal untuk mengatur ketinggian antara pisau pemotong terhadap permukaan tanah, sehingga

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Mesin Cetak Bakso Dibutuhkan mesin cetak bakso dengan kapasitas produksi 250 buah bakso per menit daya listriknya tidak lebih dari 3/4 HP dan ukuran baksonya

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pemotong kerupuk rambak kulit ditunjukan pada diagram alur pada gambar 3.1 : Mulai Pengamatan dan pengumpulan

Lebih terperinci

Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-S

Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-S (Oct 5, 01) Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-S Suatu tikungan mempunyai data dasar sbb: Kecepatan Rencana (V R ) : 40 km/jam Kemiringan melintang maksimum (e max ) : 10 % Kemiringan melintang

Lebih terperinci

Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-C-S

Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-C-S (Oct 4, 01) Soal 1: Alinemen Horisontal Tikungan Tipe S-C-S Suatu tikungan mempunyai data dasar sbb: Kecepatan Rencana (V R ) : 40 km/jam Kemiringan melintang maksimum (e max ) : 10 % Kemiringan melintang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PERAJANG TEMBAKAU

RANCANG BANGUN MESIN PERAJANG TEMBAKAU TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PERAJANG TEMBAKAU Oleh : Agustinus Iwop Agus Supriyadi Pembimbing Ir. Mahirul Mursid, MSc ABSTRAK Abstrak Tembakau adalah bahan baku utama yang digunakan untuk membuat

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

MESIN PERUNCING TUSUK SATE MESIN PERUNCING TUSUK SATE NASKAH PUBLIKASI Disusun : SIGIT SAPUTRA NIM : D.00.06.0048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 013 MESIN PERUNCING TUSUK SATE Sigit Saputra,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAYA DAN PENGUJIAN MESIN PENGEPRESS SANDAL

PERHITUNGAN DAYA DAN PENGUJIAN MESIN PENGEPRESS SANDAL PERHITUNGAN DAYA DAN PENGUJIAN MESIN PENGEPRESS SANDAL Oleh : FIDYA GHANI PUTRA 08 030 06 DOSEN PEMBIMBING: Ir. Suhariyanto, MT. PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Motor adalah gabungan dari alat-alat yang bergerak yang bila bekerja dapat

BAB II DASAR TEORI. Motor adalah gabungan dari alat-alat yang bergerak yang bila bekerja dapat BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Umum 2.1.1. Motor Bakar Motor adalah gabungan dari alat-alat yang bergerak yang bila bekerja dapat menimbulkan tenaga/ energi. Sedangkan pengertian motor bakar adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN UMUM TURBIN TESLA Turbin Tesla merupakan salah satu turbin yang memanfaatkan energi fluida dan viskositas fluida untuk menggerakkan turbin. Konsep turbin tesla ditemukan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENIRIS MINYAK PADA ABON IKAN TUNA DENGAN KAPASITAS 30 KG/JAM ARTIKEL SKRIPSI

PERENCANAAN MESIN PENIRIS MINYAK PADA ABON IKAN TUNA DENGAN KAPASITAS 30 KG/JAM ARTIKEL SKRIPSI PERENCANAAN MESIN PENIRIS MINYAK PADA ABON IKAN TUNA DENGAN KAPASITAS 30 KG/JAM ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T) pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN DATA PEGUJIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN DATA PEGUJIAN BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN DATA PEGUJIAN 3.1 METODE PERANCANGAN sistematis. Metode perancangan yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode 34 Gambar 3.1 Tahap tahap perancangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan. BAB III PERANCANGAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pemipil jagung seperti terlihat pada Gambar 3.1 seperti berikut: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB III PROSES MODIFIKASI DAN PENGUJIAN. Mulai. Identifikasi Sebelum Modifikasi: Identifikasi Teoritis Kapasitas Engine Yamaha jupiter z.

BAB III PROSES MODIFIKASI DAN PENGUJIAN. Mulai. Identifikasi Sebelum Modifikasi: Identifikasi Teoritis Kapasitas Engine Yamaha jupiter z. 3.1 Diagram Alir Modifikasi BAB III PROSES MODIFIKASI DAN PENGUJIAN Mulai Identifikasi Sebelum Modifikasi: Identifikasi Teoritis Kapasitas Engine Yamaha jupiter z Target Desain Modifikasi Perhitungan Modifikasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

Pengujian alat. Pengukuran parameter. Analisis data. selesai

Pengujian alat. Pengukuran parameter. Analisis data. selesai 47 b a Pengujian alat tidak Uji kelayakan ya Pengukuran parameter Analisis data selesai 48 Lampiran 2. Kapasitas Efektif Alat dan Persentase Bahan Rusak Kapasitas efektif alat menunjukkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI

PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI Diajukan kepada untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Teknik Mesin Oleh : HAFIZH ARDHIAN PUTRA

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TALI TAMPAR DARI BAHAN LIMBAH PLASTIK. Oleh:

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TALI TAMPAR DARI BAHAN LIMBAH PLASTIK. Oleh: TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TALI TAMPAR DARI BAHAN LIMBAH PLASTIK Oleh: MOH. MIRZA AMINUDIN (2110039018) BAGUS HARI SAPUTRA (2110039026) Pembimbing Ir.SUHARIYANTO, MT ABSTRAK Abstrak Plastik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t) BAB III PERANCANGAN 3.1. Perencanaan Kapasitas Penghancuran Kapasitas Perencanaan : 100 kg/jam PutaranMotor : 1400 Rpm Diameter Gerinda (D3) : 200 mm Diameter Puli Motor (D1) : 50,8 mm Tebal Permukaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB III PENGAMBILAN DAN PENYAJIAN DATA. Adapun informasi tentang survey data jembatan gantung pejalan kaki di Desa. Bentang utama = 60 m

BAB III PENGAMBILAN DAN PENYAJIAN DATA. Adapun informasi tentang survey data jembatan gantung pejalan kaki di Desa. Bentang utama = 60 m BAB III PENGAMBILAN DAN PENYAJIAN DATA 3.1 Pengambilan Data Studi kasus dalam penelitian tugas akhir ini yaitu jembatan gantung pejalan kaki yang berada di desa Aek Libung, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Rancang Bangun Mesin Pencacah Enceng Gondok Dengan Kapasitas 300 kg/jam Oleh : Putra Teguh Sitompul NRP. 2106 030 025 Surabaya Program Studi D3 Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin modifikasi camshaft ditunjukkan pada diagram alur pada Gambar 3.1: Mulai Pengamatan dan pengumpulan data Perencanaan

Lebih terperinci

Analisa Gaya dan Daya Mesin Pencacah Rumput Gajah Berkapasitas 1350 kg/jam

Analisa Gaya dan Daya Mesin Pencacah Rumput Gajah Berkapasitas 1350 kg/jam Analisa Gaya dan Daya Mesin Pencacah Rumput Gajah Berkapasitas 1350 kg/jam Liza Rusdiyana 1)*, Suhariyanto 1), Eddy Widiyono 1), Mahirul Mursid 1) Jurusan D3 Teknik Mesin, FakultasTeknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mesin Press Mesin press adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong suatu bahan atau material dengan cara penekanan. Proses kerja daripada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. grup kristalografi, dan Graphical User Interface (GUI) untuk pembentukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. grup kristalografi, dan Graphical User Interface (GUI) untuk pembentukan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai definisi grup kristalografi dan grup yang termasuk didalamnya, langkah-langkah pembentukan motif batik dengan grup kristalografi, dan Graphical

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana (S-1) Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN BAB IV PERHITUGA DA HASIL PEMBAHASA Pada proses perancangan terdapat tahap yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu perancangan, yaitu tahap perhitungan. Perhitungan di lakukan untuk menentukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM

PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T) Pada Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN POTONG SINGKONG MENGGUNAKAN 6 HOPPER DENGAN METODE GERAK PEMOTONGAN TRANSLASI BERPENGGERAK MOTOR BENSIN

RANCANG BANGUN MESIN POTONG SINGKONG MENGGUNAKAN 6 HOPPER DENGAN METODE GERAK PEMOTONGAN TRANSLASI BERPENGGERAK MOTOR BENSIN RANCANG BANGUN MESIN POTONG SINGKONG MENGGUNAKAN HOPPER DENGAN METODE GERAK PEMOTONGAN TRANSLASI BERPENGGERAK MOTOR BENSIN Agung Hidayatullah 1), Nur Husodo ) Bidang Studi Manufaktur Jurusan D Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Diagram Alur Perencanaan Proses perencanaan pembuatan mesin pengupas serabut kelapa dapat dilihat pada diagram alur di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram alur perencanaan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN TES KEMAMPUAN DASAR SAINS DAN TEKNOLOGI SBMPTN 2013 KODE 431

PEMBAHASAN TES KEMAMPUAN DASAR SAINS DAN TEKNOLOGI SBMPTN 2013 KODE 431 PEMBAHASAN TES KEMAMPUAN DASAR SAINS DAN TEKNOLOGI SBMPTN 203 KODE 43. Persamaan lingkaran dengan pusat (,) dan menyinggung garis 3xx 4yy + 2 0 adalah Sebelum menentukan persamaan lingkarannya, kita tentukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Mulai. Dipasang pulley dan v-belt yang sesuai. Ditimbang kelapa parut sebanyak 2 kg. Dihidupkan mesin pemeras santan sistem screw press

LAMPIRAN. Mulai. Dipasang pulley dan v-belt yang sesuai. Ditimbang kelapa parut sebanyak 2 kg. Dihidupkan mesin pemeras santan sistem screw press LAMPIRAN Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Dipasang pulley dan v-belt yang sesuai Ditimbang kelapa parut sebanyak Dihidupkan mesin pemeras santan sistem screw press Dimasukkan kelapa perut

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMERAS KOPRA DENGAN KAPASITAS 3 LITER/JAM

RANCANG BANGUN MESIN PEMERAS KOPRA DENGAN KAPASITAS 3 LITER/JAM RANCANG BANGUN MESIN PEMERAS KOPRA DENGAN KAPASITAS 3 LITER/JAM Oleh: WICAKSANA ANGGA TRISATYA - 2110 039 005 NEVA DWI PRASTIWI 2110 039 040 Dosen Pembimbing: Ir. SYAMSUL HADI, MT. Instruktur Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN UMUM TURBIN AIR Tenaga air mulai digunakan oleh manusia sudah sekitar 2000 tahun yang lalu yaitu ketika bangsa Yunani dan Romawi sudah mengenal kincir air, yang mana

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Gambar 3.1 : Proses perancangan sand filter rotary machine seperti terlihat pada Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN

PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI 2221 Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN 22409793 Latar Belakang Sampah botol plastik merupakan limbah yang dihasilkan oleh rumah dan pabrik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT Pada pembahasan dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pembuatan dan perakitan alat, gaya-gaya yang terjadi dan gaya yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UJI SISTEM REM DAN DETAIL DRAWING KOMPONEN REM MOBIL MULTIGUNA PEDESAAN

PERANCANGAN ALAT UJI SISTEM REM DAN DETAIL DRAWING KOMPONEN REM MOBIL MULTIGUNA PEDESAAN 1 PERANCANGAN ALAT UJI SISTEM REM DAN DETAIL DRAWING KOMPONEN REM MOBIL MULTIGUNA PEDESAAN Muhammad Habibi dan Harus Laksana Guntur Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam LAPORAN AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Latar Belakang Dalam mencapai kemakmuran suatu negara maritim penguasaan terhadap laut merupakan prioritas utama. Dengan perkembangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan beberapa penelitian dan fabrikasi tentang mesin pencacah plastik baik skala besar maupun menengah telah-telah banyak diuraikan oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN BAB I AALISA PERHITUGA Pada bab ini akan dilakukan ehitungan dan analisa dari erencanaan mesin engeress minyak jarak agar. Adaun Elemen mesin yanga akan dihitung meliuti, hoer, screw conveyor, belt, uli,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. girder silang ( end carriage ) yang menjadi tempat pemasangan roda penjalan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. girder silang ( end carriage ) yang menjadi tempat pemasangan roda penjalan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Merencanakan girder Sturktur perencanaan crane dengan H-beam atau Wide Flange untuk kepastian 5 (lima) ton terdiri atas dua girder utama memanjang yang ujungnya diikatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STRUKTUR. yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan akan digunakan sebagai Perkantoran

BAB IV ANALISA STRUKTUR. yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan akan digunakan sebagai Perkantoran BAB IV ANALISA STRUKTUR 4.1 Data-data Struktur Pada bab ini akan membahas tentang analisa struktur dari struktur bangunan yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 19 BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 31 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pengupas serabut kelapa seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Surat Ijin Melakukan Penelitian

LAMPIRAN 1. Surat Ijin Melakukan Penelitian LAMPIRAN LAMPIRAN Surat Ijin Melakukan Penelitian Lampiran Surat Ijin Melakukan Uji Instrumen Penelitian Lampiran Surat Keterangan Uji Pakar Insrtumen Lampiran 4 Surat Keterangan Melakukan Uji

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENCACAH CENGKEH UNTUK HOME INDUSTRY DI KABUPATEN TRENGGALEK SKRIPSI

PERANCANGAN MESIN PENCACAH CENGKEH UNTUK HOME INDUSTRY DI KABUPATEN TRENGGALEK SKRIPSI PERANCANGAN MESIN PENCACAH CENGKEH UNTUK HOME INDUSTRY DI KABUPATEN TRENGGALEK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T) Pada Program Study Teknik Mesin

Lebih terperinci

JURNAL PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN MESIN PEMIPIL JAGUNG DENGAN KAPASITAS 300 KG/JAM

JURNAL PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN MESIN PEMIPIL JAGUNG DENGAN KAPASITAS 300 KG/JAM JURNAL PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN MESIN PEMIPIL JAGUNG DENGAN KAPASITAS 300 KG/JAM PLANNING AND CALCULATION COM SHELLER MACHINE WITH A CAPACITY OF 300 KG/HOUR Oleh: MUHAMMAD AZIIS LYAN SETYAJI 11.1.03.01.0057

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

PERENCANAAN ALTERNATIF MASJID RAYA AN NUR POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL CASTELLATED BEAM NON KOMPOSIT

PERENCANAAN ALTERNATIF MASJID RAYA AN NUR POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL CASTELLATED BEAM NON KOMPOSIT PERENCANAAN ALTERNATIF MASJID RAYA AN NUR POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL CASTELLATED BEAM NON KOMPOSIT NASKAH TERPUBLIKASI TEKNIK SIPIL Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

Setyo Wahyu Pamungkas Eko Pristiwanto

Setyo Wahyu Pamungkas Eko Pristiwanto Setyo Wahyu Pamungkas 2107039013 Eko Pristiwanto 2107039017 Abstrak Home Industri penghasil keripik singkong saat ini masih banyak menggunakan metoda potong yang sederhana, yaitu dengan menggunakan alat

Lebih terperinci

APLIKASI METODE STATE FEEDBACK LINEARIZATION PADA SISTEM KENDALI GERAK KAPAL

APLIKASI METODE STATE FEEDBACK LINEARIZATION PADA SISTEM KENDALI GERAK KAPAL JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (13) 1-6 1 APLIKASI METODE STATE FEEDBACK LINEARIZATION PADA SISTEM KENDALI GERAK KAPAL Dwi Ariyani Khalimah, DR. Erna Apriliani, M.Si Jurusan Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 17 BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 3.1. Penjabaran Tugas (Classification Of Task) Langkah pertama untuk bisa memulai suatu proses perancangan adalah dengan menyusun daftar kehendak. Dafar kehendak

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI COLD STORAGE

PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI COLD STORAGE PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI COLD STORAGE PADA KAPAL PENANGKAP IKAN DENGAN CHILLER WATER REFRIGERASI ABSORPSI MENGGUNAKAN REFRIGERANT AMMONIA-WATER (NH 3 -H 2 O) Nama Mahasiswa : Radityo Dwi Atmojo

Lebih terperinci