Kajian Ekonomi Regional Banten

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Ekonomi Regional Banten"

Transkripsi

1 Triwulan II 211

2 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan rahmat serta ridhanya penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Banten Triwulan II 211 dapat diterbitkan. Buku Kajian Ekonomi Regional ini merupakan sebuah kajian komprehensif yang diterbitkan secara triwulanan yang berisi data, informasi dan analisis terhadap kondisi terkini perekonomian Banten maupun prospeknya di masa mendatang. Buku Kajian Ekonomi Regional ini mencakup kajian mengenai perkembangan makroekonomi regional Banten saat ini; perkembangan inflasi; perbankan dan sistem pembayaran; perkembangan keuangan daerah; perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan serta outlook perekonomian ke depan. Berdasarkan hasil asesmen pada triwulan II 211, perkembangan kinerja perekonomian Banten masih bertumbuh tinggi walaupun dengan kecenderungan melambat dengan level pertumbuhan berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Banten sebesar 6,27% (yoy). Dibandingkan triwulan sebelumnya kinerja perekonomian pada triwulan laporan cenderung melambat namun sejatinya masih bertumbuh tinggi. Sementara itu perkembangan inflasi Banten masih terus membaik hingga akhir triwulan laporan yang didorong oleh membaiknya kondisi pasokan volatile foods dan ditundanya penerapan kebijakan pengaturan konsumsi BBM bersubsidi oleh pemerintah sehingga inflasi Banten berada pada level 4,73% (yoy). Di sisi lain, kinerja perbankan pada triwulan laporan masih tertahan walaupun masih cukup baik dengan rasio LDR bank umum sebesar 72,65%. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggitingginya kepada semua pihak baik Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Pemerintah Daerah Provinsi di Banten,perusahaan/asosiasi di Provinsi Banten serta pihakpihak lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satupersatu. Kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan perekonomian Provinsi Banten. Serang, 9 Agustus 211 TTD Andang Setyobudi Pemimpin i

3 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii

4 Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan Halaman 1 Sisi Penawaran Halaman 7 Bab II Perkembangan Inflasi Daerah Halaman 15 Perkembangan Inflasi Banten Halaman 15 Faktorfaktor yang Mempengaruhi Inflasi Halaman 25 Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Halaman 29 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Halaman 29 Perkembangan Intermediasi Bank Perkreditan Rakyat Halaman 45 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Syariah Halaman 46 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Halaman 46 Perkembangan Sistem Pembayaran Halaman 47 Bab IV Keuangan Daerah Halaman 49 Pendapatan Daerah Halaman 49 Belanja Daerah Halaman 51 Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Halaman 53 Ketenagakerjaan Halaman 53 Kesejahteraan Masyarakat Halaman 55 iii

5 Bab VI Prospek Perekonomian Halaman 57 Pertumbuhan Ekonomi Halaman 57 Inflasi Halaman 66 Untuk Informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Kelompok Kajian dan Survei Kantor Bank Indonesia Serang Jl. Yusuf Martadilaga No. 12 Serang Banten Ph : Fax : mssantoso@bi.go.id, b_widihartanto@bi.go.id atau amanda_l@bi.go.id Website : iv

6 RINGKASAN EKSEKUTIF Kinerja perekonomian Banten pada Triwulan II 211 sedikit melambat sebesar 6,27% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai level 6,77% (yoy). Melambatnya sektor industri pengolahan sebagai kontributor utama Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Banten pada triwulan laporan diperkirakan menjadi faktor utama melambatnya kinerja perekonomian secara umum. Dari sisi permintaan, komponen investasi dan impor terindikasi meningkat sementara itu ekspor dan belanja pemerintah relatif masih tertahan. Melambatnya kinerja ekspor seiring dengan melambatnya sektor industri pengolahan pada triwulan ini, terutama dari industri kertas dan produk kertas; alas kaki dan tekstil. Sementara itu ekspor beberapa produk utama lainnya seperti pakaian jadi, besi/baja dan furnitur masih cenderung meningkat dan diperkirakan mampu menopang kinerja ekspor dari perlambatan yang lebih besar. Melambatnya komponen konsumsi pemerintah didorong oleh masih tertahannya realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten pada akhir triwulan II 211 yang baru mencapai sekitar 27,45% atau sebesar Rp 956,85 miliar, sementara realisasi hingga triwulan yang sama tahun sebelumnya dapat mencapai 35,45% dari pagu belanja tahun 21. Di sisi lain, meningkatnya investasi dan impor yang diperkirakan terutama dari sektor industri pengolahan menjadi komponenkomponen yang dapat menahan perlambatan perekonomian Banten yang lebih dalam. Sementara itu dari sisi sektoral, sebagian sektor mengalami perlambatan namun tetap tumbuh pada level yang tinggi. Perlambatan terjadi pada berbagai sektor antara lain sektor pertanian; pertambangan; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan II 21, kinerja perekonomian pada triwulan laporan masih jauh lebih baik dan dapat diindikasikan adanya peningkatan perekonomian pada periode yang sama tahun ini. Tekanan Inflasi Banten pada triwulan II 211 terus menurun yang didorong oleh membaiknya kondisi pasokan volatile foods dan ditundanya penerapan kebijakan pengaturan konsumsi BBM bersubsidi oleh pemerintah. Inflasi tahunan Banten pada akhir triwulan II 211 dapat v

7 mencapai level terendah sebesar 4,73% (yoy) sepanjang semester I 211. Perkembangan menggembirakan juga tercermin dari tren inflasi Banten secara umum yang terus berada di bawah level inflasi nasional dengan level sebesar 5,54% (yoy) pada Juni 211. Berbagai program yang telah dilaksanakan seperti identifikasi permasalahan dan koordinasi penyaluran raskin oleh pemerintah dan BULOG, penerapan program cadangan pangan pemerintah provinsi, diseminasi publik dalam rangka meredam ekspektasi peningkatan harga dan berbagai program/kegiatan lainnya diperkirakan memberikan dampak positif terhadap perbaikan kondisi inflasi Banten. Namun demikian, di masa datang percepatan langkah dan strategi dalam rangka meredam kenaikan harga khususnya akibat gejolak pasokan dan harga yang diatur pemerintah perlu terus ditingkatkan. Ekspansi kredit/pembiayaan perbankan pada triwulan II 211 belum diikuti oleh membaiknya kualitas kredit dan proses intermediasi perbankan yang optimal seiring melambatnya kinerja sektor keuangan maupun perekonomian Banten. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank umum dari sebesar 73,17% pada triwulan I 211 menjadi sebesar 72,65% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko kredit bank umum sedikit meningkat meskipun angkanya relatif masih terjaga di bawah ambang batas aman 5%. Sebaliknya kinerja Bank Perkreditan Rakyat dan perbankan syariah yang terus membaik diperkirakan dapat menahan perlambatan kinerja sektor keuangan secara umum. Selain itu, Melambatnya kinerja perbankan juga diindikasikan dari melambatnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), meskipun tetap tumbuh pada level yang tinggi. Transaksi pembayaran non tunai secara umum belum menunjukkan peningkatan yang signifikan seiring dengan relatif melambatnya kinerja perekonomian Banten.. Penggunaan kliring sebagai sarana dalam penyelesaian transaksi usaha relatif stabil pada triwulan II 211 walaupun dengan pertumbuhan yang masih cukup tinggi, sementara penggunaan sistem pembayaran non tunai Real Gross Settlement (RTGS) masih cenderung melambat yang memberikan gambaran masih tertahannya pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan laporan. Realisasi pendapatan maupun belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten hingga triwulan II 211 relatif melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan daerah Provinsi Banten pada triwulan II 211 relatif tinggi mencapai 59,53% namun sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan II 21 dengan persentase realisasi mencapai 63,18%. Realisasi perolehan pendapatan tertinggi tetap berasal dari komponen Pendapatan Asli Daerah vi

8 sebesar Rp 1,36 triliun atau sekitar 65,49% dari target di tahun 211. Realisasi belanja daerah pun masih cenderung tertahan hingga triwulan II 211 sebesar Rp 956,85 miliar atau sekitar 27,45% dari pagunya di tahun 211. Sementara itu realisasi belanja daerah triwulan II 21 lebih cepat dengan persentase sebesar 35,45% terhadap pagu belanja tahun 21. Sedikit melambatnya perekonomian Banten pada triwulan II 211 diperkirakan belum berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi ketenagakerjaan di wilayah ini. Meningkatnya investasi pada triwulan laporan dengan pertumbuhan sekitar 8,26% (yoy) dibandingkan triwulan I 211 sebesar 6,23% (yoy) diperkirakan dapat menahan penurunan angka indikator kondisi ketenagakerjaan yaitu Tingkat Pengganguran Terbuka (TPT) Banten pada triwulan laporan. Sementara itu dari berbagai indikator diperkirakan tingkat kesejahteraan masyarakat cenderung stabil. Tetap tingginya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan sebesar 6,27% (yoy) yang didukung oleh rendahnya laju inflasi diperkirakan tetap dapat menahan daya beli dan kesejahteraan masyarakat Banten pada level yang masih relatif stabil. Membaiknya performa berbagai komponen PDRB sisi permintaan maupun penawaran pada triwulan mendatang diprakirakan akan mendorong kinerja perekonomian Banten meningkat pada kisaran level 6,56% 6,6% (yoy). Kinerja sektor utama perekonomian Banten, diperkirakan meningkat dengan motor utama tetap berasal dari sektor industri pengolahan yang juga diiringi oleh meningkatnya kinerja sektorsektor pendukung. Hampir seluruh sektor secara umum diprakirakan tumbuh meningkat kecuali sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pertambangan dan penggalian. Sementara itu kecenderungan meningkatnya konsumsi, investasi dan belanja pemerintah pada triwulan mendatang diprakirakan menjadi komponenkomponen yang mendukung peningkatan kinerja ekonomi Banten. Sementara itu, peningkatan kinerja ekonomi, meningkatnya potensi daya beli dan dorongan peningkatan konsumsi menjelang perayaan keagamaan diperkirakan berdampak positif terhadap peningkatan tekanan inflasi dengan prakiraan sekitar 4,69% 4,9% (yoy) pada triwulan III 211. Peningkatan inflasi diprakirakan akan bersumber dari sisi fundamental maupun non fundamental. Dari sisi fundamental, tekanan inflasi diperkirakan meningkat seiring dengan potensi meningkatnya kinerja perekonomian yang mendorong percepatan konsumsi swasta yang distimuli oleh masuknya bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri, serta akselerasi pada komponen belanja publik serta potensi peningkatan imported inflation. Sementara itu dari sisi non vii

9 fundamental, adanya gejolak sisi supply pada komoditas volatile foods serta peningkatan administered prices seperti dari kenaikan tarif cukai rokok yang mendorong peningkatan harga jual rokok juga menjadi faktorfaktor yang memberikan tekanan inflasi triwulan mendatang. viii

10 TABEL INDIKATOR EKONOMI BANTEN I. MAKROEKONOMI INDIKATOR Tw I*) Tw II*) Tw III*) Tw IV*) Tw I**) Tw II**) PDRB Harga Konstan , ,7 22.6, , , , (Rp Miliar) 1. Pertanian 1.621,71 1.7, , , , ,28 2. Pertambangan dan 23,37 24,35 24,8 25,25 25,72 26,57 Penggalian 3. Industri Pengolahan 1.855, , , , , ,14 4. LGA 774,53 799,25 846,64 859,91 821,44 84,59 5. Konstruksi 546,1 587,8 63,74 622,15 592,19 643,62 6. PHR 3.865, , , , , ,19 7. Transportasi & 1.88, , , , , ,2 Komunikasi 8. Keuangan, 788,86 84,69 817,34 841,2 847,94 863,89 persewaan, jasa 9. Jasajasa 881,75 933,49 1.,65 989,87 934,12 991,71 Pertumbuhan PDRB 5,48 5,87 6,6 6,31 6,77 6,27 (% yoy) Ekspor Impor ***) (1.95,24) (1.531,73) (2.74,87) (2.458,85) (2.379,24) (1.635,77) Nilai Ekspor Non Migas 1.712, , , , , ,44 (USD Juta) Volume Ekspor Non 89,17 885,68 924, ,3 987,42 69,88 Migas (ribu ton) Nilai Impor Non Migas 3.617, , , , , ,21 (USD Juta) Volume Impor Non 2.498, , , , , ,77 Migas (ribu ton) Indeks Harga 119,88 121,59 124,31 126,31 126,78 127,35 Konsumen 1. Kota Serang 122,67 124,97 126,89 129,85 129,33 129,42 2. Kota Cilegon 119,67 121,59 123,65 125,9 126,28 125,86 3. Kota Tangerang 119,39 12,96 123,94 125,72 126,39 127,22 Tingkat Inflasi 3,16 4,44 4,59 6,1 5,76 4,73 (% yoy) 1. Kota Serang 4,21 4,8 3,69 6,18 5,43 3,56 2. Kota Cilegon 3,36 4,64 4,43 6,12 5,52 3,51 3. Kota Tangerang 2,92 4,34 4,79 6,8 5,86 5,18 Tingkat Inflasi Umum 3,16 4,44 4,59 6,1 5,76 4,73 (% yoy) 1. Bahan Makanan 1,16 7,9 9, 14,1 13,12 8, 2. Makmin, Rokok, Tbk 5,73 5,54 4,57 3,76 2,87 2,46 3. Perumahan, LGA, BB 3,3 2,12 3,65 4,41 4,67 5,58 4. Sandang 5,21 7,24 6,85 8,37 6,63 6,75 5. Kesehatan 5,8 4,26 3,81 5,3 5,63 5,66 6. Pendidikan, rekreasi, 5,87 5,32 5,5 3,64 4,4 4,4 Olahraga 7. Transp, Kom, jasa 1,3 1,2,31 1,1 1,6,8 keu. Keterangan: *) angka sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten) **) angka sangat sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten) ***) Data Ekspor Tw II 211 merupakan angka sementara, gabungan April Mei 211 (Sumber: Bank Indonesia) ix

11 II. PERBANKAN Bank Umum INDIKATOR TABEL INDIKATOR EKONOMI BANTEN Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*) DPK (Rp Miliar) , , , , ,89 1. Giro 9.95, , , , ,3 2. Tabungan , , , , ,48 3. Deposito , , , , ,11 Kredit berdasarkan lokasi bank di Banten (Rp Miliar) , , , , ,77 1. Modal Kerja 11.29, , , , ,24 2. Investasi 2.357, , , , ,3 3. Konsumsi 19.84, , , , ,23 Kredit berdasarkan lokasi Bank di Banten (Rp Miliar) , , , , ,77 1. Pertanian 39,57 136,54 97,99 96,87 112,29 2. Pertambangan 66,1 85,81 91,31 88,24 236,53 3. Industri Pengolahan 3.253, , , , ,32 4. Listrik, gas dan air 17,51 26,53 26,98 25,75 16,94 5. Konstruksi 1.224, , , , ,5 6. Perdagangan 3.235, ,9 4.44, , ,54 7. Pengangkutan 161,97 157,8 169,56 178,52 218,96 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3.55, , , ,69 5.9,75 9. Jasajasa 97,58 981, , , Lainlain 2.131, , , , ,87 Kredit UMKM Berdasarkan Lokasi Bank di Banten (Rp Miliar) 7.425, , , ,16 8.6,22 1. Modal Kerja 4.367, , , , ,4 2. Investasi 968,19 1.5,2 978,2 1.11, ,56 3. Konsumsi 2.89,43 77,65 99,37 172,86 217,62 Kredit UMKM Berdasarkan Lokasi Bank di Banten (Rp 7.425, , , ,16 8.6,22 Triliun) 1. Pertanian 27,68 36,36 4,15 42,9 6,46 2. Pertambangan 24,9 39,57 44,9 48,4 61,68 3. Industri Pengolahan 831,71 766,85 787,65 917,56 952,22 4. Listrik, gas dan air 12,95 18,69 17, 15,1 6,17 5. Konstruksi 741,47 747,6 82,85 828,8 857,29 6. Perdagangan 2.362, , , , ,72 7. Pengangkutan 133,62 16,66 113,14 121,96 122,98 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 319,27 297,2 386,25 472,52 566,76 9. Jasajasa 36,93 354,38 362,47 359,2 346,97 1. Lainlain 2.611,65 391,26 53,29 631, ,98 Keterangan: *) angka sementara posisi Juni 211 () x

12 BAB I PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Perekonomian Banten pada triwulan II 211 bertumbuh pada level yang cukup tinggi sebesar 6,27% (yoy) namun mengalami perlambatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Melambatnya sektor industri pengolahan sebagai kontributor utama Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Banten pada triwulan laporan diperkirakan menjadi faktor utama melambatnya kinerja perekonomian secara umum. Pada sisi permintaan, kecenderungan investasi yang meningkat belum diimbangi oleh konsumsi pemerintah yang optimal. Berdasarkan berbagai indikator, investasi dan impor diperkirakan mengalami kecenderungan yang meningkat. Sementara itu, konsumsi rumah tangga cenderung stabil, dan sebaliknya konsumsi pemerintah dan ekspor justru masih tertahan. Secara sektoral, sebagian sektor mengalami perlambatan namun tetap tumbuh pada level yang tinggi. Perlambatan terjadi pada berbagai sektor antara lain sektor pertanian; pertambangan; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan II 21, kinerja perekonomian pada triwulan laporan masih jauh lebih baik dan dapat diindikasikan adanya peningkatan perekonomian pada periode yang sama tahun ini SISI PERMINTAAN Konsumsi swasta yang tetap stabil dan tinggi karena adanya perbaikan pendapatan mampu menopang perlambatan konsumsi pemerintah. Konsumsi swasta cenderung stabil pada triwulan laporan yang didorong oleh meningkatnya pendapatan secara umum, sementara itu konsumsi pemerintah masih cenderung tertahan. Sementara itu, investasi cenderung meningkat, namun di sisi lain ekspor terindikasi melambat terutama komponen ekspor luar negeri karena belum stabilnya perekonomian negara mitra dagang Banten. 1

13 Tabel I.1. PDRB Banten Triwulan II 211 Berdasarkan Pengeluaran Tw II 211 Komponen PDRB Nominal Atas Dasar Harga Konstan Growth (% yoy) (Rp Miliar) Konsumsi Rumah Tangga 8.84,26 6,3 Konsumsi Pemerintah 683,69 12,38 Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.958,37 8,26 Perubahan Inventori 91,53 17,41 Ekspor 25.78,29 8,76 Impor ,12 11,11 PDRB , 6,27 Sumber: BPS Provinsi Banten (angka sangat sementara, rekam data tersebut baru tersedia pada triwulan II 211) Konsumsi Konsumsi swasta diperkirakan tetap kuat pada triwulan II 211. Meningkatnya tren pendapatan masyarakat dengan adanya peningkatan Upah Minimum Provinsi Banten secara umum sekitar 4,68% pada tahun 211 dan bahkan mencapai level 1,74% di Kota Tangerang Selatan diperkirakan dapat menjaga daya beli masyarakat dan menjaga tingkat konsumsi pada level yang stabil. Sementara itu di pedesaan, stabilnya tren indeks nilai tukar petani yang yang didukung oleh relatif stabilnya inflasi pedesaan diperkirakan dapat mendorong stabilitas daya beli petani pada periode laporan. Meningkatnya pendapatan petani terutama disebabkan oleh membaiknya harga komoditas dari Rp 5.,/Kg menjadi Rp 7.5,/Kg dan produksi kelapa sawit pada petani yang banyak berlokasi di wilayah Lebak. Tabel I.2. Perkembangan Upah Minimum Provinsi dan Kota/Kabupaten di Banten Kota/kabupaten UMP/UMK (Rp/bulan) Growth 21 Growth (% yoy) (% yoy) Kota Tangerang ,15 1,62 Kota Cilegon ,82 4,26 Kota Tangerang Selatan ,64 1,74 Kota Serang ,94 1,1 Kab. Pandeglang ,96 5,24 Kab. Lebak ,52 5, Kab. Tangerang ,64 1,49 Kab. Serang ,89 8,5 Banten ,12 4,68 Sumber: Pemerintah Provinsi Banten 2

14 Jul8 Sep8 Nop8 Jan9 Mar9 Mei9 Jul9 Sep9 Nop9 Jan1 Mar1 Mei1 Jul1 Sep1 Nop1 Jan11 Mar11 Mei11 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1,5,5 1 1, NTP Banten Inflasi (% mtm) Poly. (Inflasi (% mtm)) Grafik I.1. Indeks Nilai Tukar Petani Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Grafik I.2. Inflasi Pedesaan Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Tabel I.3. Indeks Nilai Tukar Petani Banten per Sub Sektor Pertanian NTP per Sub Sektor Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II P angan 95,8 98,29 1,6 1,81 13,46 14,33 13,37 Hortikultura 14,79 12,57 13,25 18,73 17,65 19,9 18,17 P erkebunan R akyat 14,53 12,41 14,15 12,16 99,22 11,31 13,61 P eternakan 17,41 15,32 13,93 17,24 15,25 12,47 11,57 P erikanan 96,78 96,21 96,21 98,38 96,42 96,5 98,57 NTP 99,67 1,11 11,18 13,9 13,71 14,34 13,86 Sumber: BPS Provinsi Banten Indikator tetap kuatnya konsumsi swasta juga tercermin dari indikator hasil survei. Beberapa indikator berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia seperti indeks keyakinan konsumen secara umum; indeks keyakinan terhadap kondisi ekonomi saat ini dan indeks kondisi penghasilan saat ini menunjukkan keyakinan yang optimis termasuk untuk menjaga tingkat konsumsi tetap kuat. 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2,, Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2,, Indeks Kondisi Penghasilan Saat Ini Indeks Kondisi Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik I.3. Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik I.4. Indeks Kondisi Penghasilan Saat Ini dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia 3

15 Di sisi lain, konsumsi pemerintah yang tercermin dari belanja pemerintah daerah relatif masih terbatas. Realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten pada akhir triwulan II 211 baru terealisasi sekitar 27,45% atau sebesar Rp 956,85 miliar, sementara realisasi hingga triwulan yang sama tahun sebelumnya dapat mencapai 35,45% dari pagu belanja tahun Investasi Kinerja investasi Banten diperkirakan cenderung meningkat terutama dari sisi investasi swasta, meskipun pada triwulan ini terjadi sedikit perlambatan pertumbuhan nilai tambah produksi yang dihasilkan karena meningkatnya harga bahan baku. Investasi swasta diperkirakan tumbuh stabil dengan kecenderungan meningkat pada triwulan II 211. Peningkatan investasi diperkirakan masih dikontribusikan terutama dari sektor industri pengolahan. Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia, salah satu perusahaan kimia besar di Banten berinvestasi dalam bentuk peningkatan kapasitas terpasang pabriknya hingga mencapai hampir 2 kali lipat dari kapasitas awal yang sebesar 16. metrik ton per tahun. Perusahaan baja besar di Banten juga telah menginvestasikan dana sekitar USD 1 juta dalam proses pembebasan lahan dengan luas sekitar 388 Ha untuk persiapan pembangunan pabrik masih terus berjalan dan ditargetkan dapat selesai pada akhir Triwulan II 211 untuk memulai proses pembangunan pabrik. Perkiraan cenderung meningkatnya investasi juga dapat dilihat dari beberapa indikator. Indeks tendensi bisnis nasional yang cenderung meningkat pada triwulan laporan mencerminkan ekspektasi pelaku usaha yang membaik terhadap kondisi bisnis secara umum yang mendorong potensi peningkatan investasi. Kecenderungan meningkatnya investasi juga terlihat dari penggunaan/konsumsi semen di wilayah Banten yang terus meningkat dan bahkan secara ratarata pertumbuhan konsumsi semen pada triwulan II 211 merupakan yang tertinggi sepanjang tahun

16 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II* ribu ton % yoy Indeks Tendensi Bisnis Konsumsi Semen (ton) Growth (RHS) Grafik I.5. Indeks Tendensi Bisnis Nasional Sumber: BPS RI Grafik I.6. Konsumsi Semen Banten Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Perkembangan realisasi investasi PMA dan PMDN Banten pada triwulan II 211 cukup tinggi. Dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di wilayah Banten pada triwulan II 211 tercatat sebesar Rp 83,3 miliar sementara realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai 571 miliar. Total proyek dari investasi PMA dan PMDN di Provinsi Banten pada triwulan laporan mencapai 117 proyek. Dibandingkan dengan daerah lainnya, realisasi investasi di wilayah Banten khususnya PMA. Pada jenis investasi PMA, Banten menempati peringkat ketiga setelah DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan total investasi selama triwulan II 211 sebesar USD 571 juta. Lainnya (USD 1,8 M) 37,71% Jawa Barat (USD,84 M) 17,6% DKI Jakarta (USD,69 M) 14,38% Lainnya (Rp 6,58 T) 34,71% DKI Jakarta (Rp 2,83 T) 14,92% Jawa Barat (Rp 2,75 T) 14,49% NTB (USD,41 M) 8,51% Papua (USD,47 M) 9,86% Banten (USD,57 M) 11,93% Banten (Rp,8 T) Jambi (Rp 4,24% 1,89 T) 1,1% Jawa Timur (Rp 2,13 T) 11,21% Kalimantan Tengah (Rp 1,97 T) 1,41% Grafik I.7. Realisasi Investasi PMA Menurut Lokasi Triwulan II 211 Grafik I.8. Realisasi Investasi PMDN Menurut Lokasi Triwulan II 211 Tantangan yang saat ini dihadapi industri pengolahan adalah adanya tendensi peningkatan bahan baku tertentu yang pada akhirnya berpotensi mengurangi nilai tambah, seperti harga BBM impor dan bahan baku kimia lainnya. 5

17 Tabel I.4. Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Wilayah Banten Investasi 21 Tw I Tw II PMA Proyek (Unit) Nilai (USD Juta) 1.544,2 222,7 571, PMDN Proyek (Unit) Nilai (Rp Miliar) 5.852,5 682,7 83,3 Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal RI Ekspor Impor 1 Kinerja ekspor pada triwulan II 211 diperkirakan relatif stabil walaupun cenderung tertahan. Melambatnya kinerja ekspor seiring dengan melambatnya sektor industri pengolahan pada triwulan ini, terutama dari industri kertas dan produk kertas; alas kaki dan tekstil. Sementara itu ekspor beberapa produk utama lainnya seperti pakaian jadi, besi/baja dan furnitur masih cenderung meningkat dan diperkirakan mampu menopang kinerja ekspor dari perlambatan yang lebih besar. Tabel I.5. Perkembangan Ekspor dan Impor Banten Tahun 21 dan 211 Ekspor Impor Uraian Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*) Nilai (USD ribu) Volume (Ribu Ton) Nilai (USD ribu) Volume (Ribu Ton) (* Sampai dengan Mei 211) USD Juta % yoy Ribu Ton , 4, 3, 2, 1, (1,) (2,) (3,) (4,) % yoy Nilai Ekspor Growth (RHS) Volume Ekspor Growth (RHS) Grafik I.9. Ekspor Banten Berdasarkan Nilai Grafik I.1. Ekspor Banten Berdasarkan Volume 1 Data ekspor dan impor yang dijabarkan (angka sementara hingga Mei 211) tidak termasuk data ekspor impor antar daerah. 6

18 Sementara itu pada komponen impor, meningkatnya kinerja impor diperkirakan bersumber dari semakin tingginya kinerja impor antar daerah, sementara itu impor luar negeri masih cenderung tertahan. Melambatnya impor luar negeri Banten terjadi pada jenis barang konsumsi, barang modal maupun impor bahan baku dan penolong khususnya untuk kebutuhan sektor industri. USD Juta % yoy Ribu Ton % yoy Nilai Impor Growth (RHS) Volume Impor Growth Grafik I.11. Impor Banten Berdasarkan Nilai Grafik I.12. Impor Banten Berdasarkan Volume 1.2. SISI PENAWARAN Perlambatan pada sisi penawaran disebabkan terutama oleh melambatnya pertumbuhan sektor industri dan beberapa sektor lainnya dengan level pertumbuhan sebesar 6,27% (yoy). Perlambatan terjadi pada berbagai sektor antara lain sektor pertanian; pertambangan; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Namun demikian, dibandingkan triwulan II 21, pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan laporan masih jauh lebih baik yang menjadi indikasi lain adanya peningkatan struktural perekonomian. 7

19 Tabel I.6. Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi Sektor Arah Tw III 21** Tw II* Tw III* Tw IV** Tw I** Tw II** '11 Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 6,29 6,36 6,68 6,23 7,73 3,15 Pertambangan dan Penggalian 8,93 8,56 9,74 8,39 1,8 9,1 Industri Pengolahan 3,38 3,35 4,2 3,41 4,45 3,69 Listrik, Gas dan Air Bersih 11,7 12,39 12,82 12,24 6,6 5,17 Bangunan 6,97 7,39 7,82 7,4 8,44 9,5 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,43 9,7 9,46 8,98 1,6 11,14 Pengangkutan dan Komunikasi 11,98 12,17 12,93 12,24 12,61 12,94 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,48 5,83 5,77 6,72 7,49 7,36 Jasajasa 6,7 5,11 1,3 4,65 5,94 6,24 PDRB 5,87 6,6 6,31 5,94 6,77 6,27 Sumber: BPS Provinsi Banten (* angka sementara, ** angka sangat sementara) Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan II 211 kinerja sektor industri pengolahan masih cenderung melambat menjadi sebesar 3,69% (yoy) dari sebelumnya sebesar 4,45% (yoy) pada triwulan sebelumnya karena tingginya harga bahan baku akibat kenaikan harga minyak dan bahan lainnya yang diimpor dari luar negeri serta belum stabilnya perekonomian negara mitra dagang. Melambatnya kinerja beberapa subsektor industri utama Banten seperti industri kertas dan produk kertas; industri kimia; tekstil dan alas kaki terindikasi menjadi faktor yang menahan peningkatan performa sektor industri secara keseluruhan. Melambatnya perkembangan ekspor kertas, tekstil dan alas kaki menjadi indikasi tertahannya kinerja industriindustri utama tersebut. Selain itu, perlambatan ekspor subsektor industri tersebut disebabkan oleh sedikit menurunnya permintaan dari negara mitra dagang seperti Eropa, USA dan Jepang. Di sisi lain, kinerja subsektor industri logam terindikasi meningkat yang didorong oleh meningkatnya kebutuhan logam dunia seiring pembangunan di berbagai negara emerging markets maupun pembangunan pasca gempa di Jepang yang terindikasi dari meningkatnya produksi dan kapasitas utilisasi. Kinerja industri pakaian jadi pun diperkirakan meningkat seiring dengan terus meningkatnya tren ekspor produk tersebut. 2 Panah ke atas (hijau) atau ke bawah (merah) menunjukkan peningkatan atau perlambatan dibandingkan triwulan I 211 maupun dengan triwulan II 21. Panah ke bawah berwarna kuning menunjukkan perlambatan level pertumbuhan dibandingkan triwulan I 211 namun lebih tinggi dibandingkan triwulan II 21 dan sebaliknya. 8

20 Meningkatnya kinerja subsektor industriindustri tersebut mampu menahan bertumbuhnya sektor industri pengolahan tetap lebih baik dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Ribu Ton % yoy Ribu Ton % yoy Volume Ekspor Kertas dan Produk Kertas Growth (RHS) Volume Ekspor Tekstil Growth (RHS) Grafik I.13. Ekspor Kertas dan Produk Kertas Banten Berdasarkan Volume Grafik I.14. Ekspor Tekstil Banten Berdasarkan Volume Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia 14 8 Ribu Ton % yoy Volume Ekspor Alas Kaki Growth (RHS) Grafik I.15. Ekspor Alas Kaki Banten Berdasarkan Volume Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia 9

21 Ribu Ton % yoy % Subsektor Industri Logam , Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Volume Ekspor Pakaian jadi Growth (RHS) Grafik I.16. Ekspor Pakaian Jadi Banten Berdasarkan Volume Grafik I.17. Kapasitas Utilisasi Industri Logam Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Indeks (27=1) % yoy Angka Indeks Produksi Baja Banten Pertumbuhan Produksi Baja Banten (RHS) Grafik I.18. Indikator Produksi Baja Banten Sumber: Produsen Baja Banten Beberapa indikator hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia juga menunjukkan perlambatan sektor industri. Melambatnya subsektor industri kimia terlihat dari hasil survei yang menunjukkan adanya penurunan kapasitas utilisasi industri tersebut sehingga berada pada level 79,56% sementara pada triwulan sebelumnya mencapai 86%. Indikasi lainnya adalah menurunnya indikator realisasi kegiatan usaha sektor industri pengolahan yang memberikan sinyal melambatnya pertumbuhan sektor tersebut pada triwulan laporan. 1

22 8, Saldo Bersih 6, 4, 2,, 2, 4, 6, T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II % Sektor Industri Pengolahan 9 87, ,78 8,63 79,56 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan Grafik I.19. Indikator Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Grafik I.2. Kapasitas Utilisasi Sektor Industri Pengolahan Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Sektor Bangunan Sektor bangunan merupakan salah satu sektor dengan performa yang meningkat pada triwulan laporan sebesar 9,5% (yoy) yang didukung oleh tingginya investasi swasta, meningkatnya permintaan pasar dan menurunnya suku bunga kredit perbankan. Pada sektor swasta, optimisme pengembangpengembang besar (developer) yang direalisasikan melalui pembangunan berbagai properti komersial maupun residensial khususnya di wilayah Tangerang dan Serang maupun pembangunan pabrik baru di sektor industri pengolahan terindikasi masih positif pada triwulan laporan. Sementara itu, tren suku bunga kredit produktif dan konsumtif yang semakin membaik seiring dengan relatif stabilnya BI Rate mendorong kesempatan bagi para debitur untuk meningkatkan pembiayaan dari perbankan. Semakin mudahnya persyaratan kredit pemilikan rumah (KPR) dan semakin rendahnya suku bunga kredit konsumsi perbankan termasuk untuk pemilikan rumah tinggal juga turut mendorong permintaan terhadap kebutuhan perumahan dan gedung komersial semakin meningkat. 11

23 % 15, , , , ,5 15,14 15,614,9214,72 14,59 14,55 14,4 13,5 13,9 12,84 12,98 12, Grafik I.21. Suku Bunga Tertimbang Kredit Sektor Konstruksi Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran semakin meningkat yang didorong oleh bertambahnya pusatpusat bisnis, hotel, pertokoan, residensial dan perdagangan. Ditambah lagi dengan dukungan pembiayaan perbankan sehingga bertumbuh tinggi sebesar 11,14% (yoy). Tren pembelian barang tahan lama berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang terlihat meningkat pada triwulan laporan mengindikasikan adanya peningkatan pada sub sektor perdagangan. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Komersial, kuatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran ditopang pula oleh meningkatnya tren tingkat hunian hotel di Banten terutama di daerah Tangerang. Adanya optimisme terhadap kondisi penghasilan saat ini yang ditunjukkan dari hasil Survei Konsumen Banten semakin memperkuat pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Peningkatan sektor PHR juga didukung oleh pembiayaan kredit perbankan. Kredit yang disalurkan untuk sektor PHR yang berlokasi di Banten menunjukkan kecenderungan yang meningkat dengan level pertumbuhan yang lebih dari 4% (yoy) pada periode laporan. 12

24 Rp Triliun % yoy Kredit Sektor Perdagangan Growth (RHS) Grafik I.22. Perkembangan Kredit untuk Sektor Perdagangan Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi meningkat pada level pertumbuhan yang sangat tinggi sebesar 12,94% (yoy) yang merupakan level pertumbuhan tertinggi dibandingkan seluruh sektor lainnya. Sektor pengangkutan terlihat meningkat yang diperkirakan didukung oleh meningkatnya kinerja jasa pengangkutan. Kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya pertumbuhan volume kendaraan yang menggunakan jasa tol TangerangMerak. Kredit yang disalurkan untuk sektor pengangkutan di Banten oleh bankbank di Banten maupun di luar Banten pun terlihat mulai meningkat pada periode laporan. Indikasi lainnya dari peningkatan sektor pengangkutan adalah realisasi kegiatan sektor tersebut yang meningkat pada triwulan laporan. Ribu Unit , 12, 1, 8, 6, 4, 2, (2,) (4,) (6,) % yoy Ribu Unit , 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, (2,) (4,) % yoy Total Arus Kendaraan yang Menggunakan Tol TangerangMerak Growth (RHS) Arus Kendaraan Penumpang (Non Komersial) Growth (RHS) Grafik I.23. Perkembangan Total Arus Kendaraan di Tol TangerangMerak Sumber: Pengelola Jalan Tol TangerangMerak Grafik I.24. Perkembangan Arus Kendaraan Penumpang di Tol TangerangMerak Sumber: Pengelola Jalan Tol TangerangMerak 13

25 Ribu Unit , 3, 2, 1, (1,) (2,) (3,) % yoy Rp Miliar % yoy Arus Kendaraan Komersial Growth (RHS) Kredit Sektor Pengangkutan Growth (RHS) Grafik I.25. Perkembangan Arus Kendaraan Komersial di Tol TangerangMerak Sumber: Pengelola Jalan Tol TangerangMerak Grafik I.26. Kredit Sektor Pengangkutan Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten 12, 1, Saldo Bersih 8, 6, 4, 2,, T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Pengangkutan Grafik I.27. Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Pengangkutan Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Sektorsektor Lainnya Kinerja sektor pertanian (dalam arti luas), dan sektor listrik, gas dan air bersih cenderung melambat pada periode laporan. Melambatnya sektor pertanian pada level pertumbuhan 3,15% (yoy) terindikasi salah satunya dari menurunnya kapasitas utilisasi pada sektor tersebut khususnya pada subsektor perikanan. Kredit untuk sektor tersebut pun cenderung mengalami stagnasi pada periode laporan. Melambatnya penyaluran kredit pada sektor listrik, gas dan air bersih diperkirakan menjadi faktor yang mendorong melambatnya kinerja sub sektor tersebut walaupun masih bertumbuh tinggi sebesar 9,1% (yoy). 14

26 3.5 6, % Sektor Pertanian Rp Miliar , 4, 3, 2, 1,, 1, % yoy Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Kredit Sektor Pertanian Growth (RHS) Grafik I.28. Kapasitas Utilisasi Sektor Pertanian Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Grafik I.29. Kredit Sektor Pertanian Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten Rp Triliun % yoy Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Growth (RHS) Grafik I.3. Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten Sementara itu melambatnya subsektor keuangan khususnya perbankan pada triwulan laporan diperkirakan menjadi pendorong melambatnya sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan secara umum sebesar 7,36% (yoy). Kinerja intermediasi bank umum konvensional yang memiliki share kredit terbesar terhadap bank umum maupun BPR konvensional dan syariah terlihat menurun pada triwulan II 211, dimana pada triwulan sebelumnya Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum adalah sebesar 73,17% menjadi sebesar 72,65%. Kualitas kredit pun relatif menurun yang tercermin dari meningkatnya rasio kredit non lancar. 15

27 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan 16

28 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Inflasi Banten secara umum terus membaik hingga akhir triwulan II 211 yang didorong oleh membaiknya kondisi pasokan volatile foods dan ditundanya penerapan kebijakan pengaturan konsumsi BBM bersubsidi oleh pemerintah. Inflasi tahunan Banten pada akhir triwulan II 211 dapat mencapai level terendah sebesar 4,73% (yoy) sepanjang semester I 211. Perkembangan menggembirakan juga tercermin dari tren inflasi Banten secara umum yang terus berada di bawah level inflasi nasional dengan level sebesar 5,54% (yoy) pada Juni 211. Keberadaan Tim atau Forum Pengendalian Inflasi Daerah atau sejenisnya di wilayah Banten terindikasi semakin menunjukkan eksistensinya terhadap perkembangan inflasi. Berbagai program yang telah dilaksanakan seperti identifikasi permasalahan dan koordinasi penyaluran raskin oleh pemerintah dan BULOG, penerapan program cadangan pangan pemerintah provinsi, diseminasi publik dalam rangka meredam ekspektasi peningkatan harga dan berbagai program/kegiatan lainnya diperkirakan memberikan dampak positif terhadap perbaikan kondisi inflasi Banten. Namun demikian, di masa datang percepatan langkah dan strategi dalam rangka meredam kenaikan harga khususnya akibat gejolak pasokan dan harga yang diatur pemerintah perlu terus ditingkatkan. Apalagi saat ini, pemerintah pusat sudah memberikan kewenangan lebih baik kepada pimpinan daerah untuk melakukan upaya stabilisasi harga di daerah Perkembangan Inflasi Banten Tren inflasi Banten terus menunjukkan perbaikan hingga akhir triwulan I 211. Inflasi Banten pada akhir triwulan II 211 berada pada level terendah sepanjang tahun 211 yaitu sebesar 4,73% (yoy). Sejak awal tahun 21 hingga periode laporan tren inflasi Banten menunjukkan perkembangan menggembirakan dengan level selalu berada di bawah inflasi nasional dan pergerakan yang searah. Pada akhir triwulan II 211 inflasi nasional tercatat sebesar 5,54% (yoy) sehingga deviasi dibandingkan dengan inflasi Banten sebesar,81%. 17

29 % yoy 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1,, Inflasi Banten % yoy 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2,, 2, 4, Deviasi Nasional Banten Grafik II.1. Inflasi Tahunan Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Grafik II.2. Perbandingan Inflasi Tahunan Banten dan Nasional Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI Sementara itu laju inflasi tahun kalender atau inflasi yang terjadi selama tahun 211 (Januari Juni 211) tercatat cukup rendah sebesar,82% (ytd) atau berada di bawah inflasi nasional sebesar 1,6% (ytd). Perkembangan hargaharga pada umumnya menunjukkan kecenderungan yang relatif stabil, baik pada komoditas yang cenderung bergejolak (volatile) atau karena kenaikan permintaan (core inflation). Kondisi pasokan komoditas dengan harga bergejolak/volatile yaitu bahan makanan khususnya beras, dagingdagingan, cabe merah dan ikan segar serta stabilnya (belum berubahnya) hargaharga yang ditetapkan pemerintah (administered prices) seperti bahan bakar membantu pencapaian inflasi yang terjaga rendah hingga periode laporan Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa A. Inflasi Bulanan Setelah menyumbang deflasi pada bulan Maret hingga Mei 211, kelompok bahan makanan dan sandang kembali menjadi penyumbang inflasi pada akhir triwulan II 211, walaupun dengan besaran yang relatif rendah. Pada bulan Juni 211 sumbangan inflasi dari kelompok bahan makanan mencapai,25% sementara pada bulan Maret 211 kelompok tersebut memberikan sumbangan negatif sebesar,76%. Sementara itu, kelompok lainnya yang juga memberikan sumbangan positif terhadap inflasi adalah dari kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok sandang. 18

30 Tabel II.1. Inflasi Bulanan (% mtm) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Banten KELOMPOK 211 Andil Juni Jan Feb Mar Apr Mei Jun '11 (%) Umum,85,29,77,1,9,35,35 Bahan Makanan 2,37,6 3,5,52,41 1,6,25 Makmin, Rokok dan Tbk,36,12,13,28,11,1, Perum, Air, LGA dan BB,48,23,8,26,56,26,7 Sandang,1 1,2 2,4,48,31,6,3 Kesehatan,48,17,86,39,3,6, Pend, Rekreasi dan Olahraga,91,11,,2,,8, Trans, Kom dan Jasa Keu,7,2,4,1,5,, Sumber: BPS Provinsi Banten Jika dilihat per sub kelompok, pada bulan tersebut penyumbang inflasi dari kelompok bahan makanan yang terbesar berasal dari subkelompok bumbubumbuan. Menurunnya pasokan bawang merah yang tidak disertai dengan penurunan permintaan diperkirakan memberikan tekanan terhadap perubahan harga secara umum dari subkelompok bumbubumbuan. Kondisi ini hampir terjadi di seluruh kota di Banten. Sementara itu, berdasarkan pantauan harga bahan pokok Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten serta dari hasil Survei Pemantauan Harga Mingguan (SPHM) Bank Indonesia harga komoditas lainnya seperti cabe merah, cabe rawit serta bawang putih cenderung stabil dan bahkan mengalami sedikit penurunan harga. Kondisi ini terjadi, karena pada periode tersebut pasokannya dari berbagai daerah produsen relatif meningkat. Bahan Makanan Lainnya Lemak dan Minyak Bumbu bumbuan Buah buahan Kacang kacangan Sayur sayuran Telur, Susu dan Hasil hasilnya Ikan Diawetkan Ikan Segar Daging dan Hasil hasilnya Padi padian, Umbi umbian,,2,4,,4,5,1,8,2,1,25,1,5,,5,1,15,2,25,3 % Sumbangan Inflasi Bulanan Grafik II.3. Sumbangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Banten Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah 19

31 Rp/Kg Rp/Kg Mei11 Jun11 Mei11 Jun11 Bawang Merah Grafik II.4. Perkembangan Harga Harian Bawang Merah di Banten Sumber: Disperindag Provinsi Banten Cabe Merah Keriting Cabe Merah Besar Cabe Rawit Grafik II.5. Perkembangan Harga Harian Cabe di Banten Sumber: Disperindag Provinsi Banten Sub kelompok biaya tempat tinggal dan sub kelompok barang pribadi dan sandang lain menjadi penyumbang terbesar masingmasing untuk kelompok perumahan dan kelompok sandang. Pada kelompok perumahan, adanya peningkatan biaya tempat tinggal memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap kelompok tersebut, sementara pada kelompok sandang, meningkatnya harga emas perhiasan menjadi pendorong utama kenaikan indeks harga kelompok sandang. Sumbangan biaya tempat tinggal terhadap inflasi bulanan Banten pada bulan Juni 211 mencapai sekitar,7% sementara sumbangan inflasi dari emas perhiasan sekitar,3%. B. Inflasi Triwulanan Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memberikan pengaruh/sumbangan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya pada triwulan II 211. Semakin tingginya harga properti diperkirakan mendorong subkelompok biaya tempat tinggal sehingga kelompok perumahan menjadi penyumbang utama inflasi Banten periode laporan. Meningkatnya biaya sewa rumah pada triwulan II 211 diperkirakan memberikan kontribusi yang besar terhadap kondisi tersebut. Tabel II.2. Inflasi Triwulanan (% qtq) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Banten KELOMPOK Andil Tw Andil Tw Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II I (%) II (%) Umum 1,43 2,23 1,61,37,37,45,45 Bahan Makanan 4,88 4,49 3,39,16,4,12,3 Makmin, Rokok dan Tbk,78,91,54,61,13,37,8 Perum, Air, LGA dan BB,21 2,32 1,28,79,18 1,8,25 Sandang 1,28 3,34 2,68,77,5 1,39,8 Kesehatan,72 1,3 1,98 1,52,6,74,3 Pend, Rekreasi dan Olahraga,1,41 2,83 1,1,6,9,1 Trans, Kom dan Jasa Keu,1 1,18,32,1,1,15,2 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah

32 Penyelenggaraan Rumahtangga Perlengkapan Rumahtangga Bahan Bakar, Penerangan dan Air Andil Inflasi Inflasi Triwulanan (qtq) Biaya Tempat Tinggal,5,,5 1, 1,5 2, % Grafik II.6. Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Banten Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Selain itu, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok sandang juga memberikan andil inflasi yang cukup besar pada periode laporan. Adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif cukai rokok sekitar 4%1% pada tahun 211 mendorong para produsen rokok untuk menaikkan harga jual rokok secara bertahap. Selain itu, meningkatnya pendapatan khususnya pegawai negeri dan swasta antara lain karena adanya pemberian tunjangan atau gaji ke13 seiring masuknya musim libur sekolah mendorong peningkatan permintaan makanan jadi. Hal tersebut menyebabkan peningkatan tekanan terhadap inflasi dari kelompok makanan jadi dan kelompok sandang. Sementara itu, kenaikan tren harga emas dunia turut mendorong kenaikan harga emas perhiasan yang sebagian besar dikonsumsi Kota Serang. USD/Oz Harga Emas Dunia % 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5 2,95 Bobot Konsumsi 1,4 1,18 Serang Tangerang Cilegon Grafik II.7. Perkembangan Harga Emas Dunia Sumber: Bloomberg Grafik II.8. Bobot Konsumsi Emas Perhiasan terhadap Total Konsumsi Masyarakat Kota Serang, Tangerang dan Cilegon Tw II 211 Sumber: BPS RI, diolah 21

33 C. Inflasi Tahunan Membaiknya kondisi inflasi secara umum masih terus dirasakan hingga akhir triwulan II 211. Semakin menurunnya tekanan harga dari kelompok bahan makanan menjadi penyebab utama membaiknya kondisi inflasi Banten secara keseluruhan. Subkelompok bumbubumbuan yang telah mencapai indeks harga yang tinggi pada triwulan II 21, kemudian memberikan sumbangan negatif pada triwulan II 211 sekitar,11% dengan level deflasi sebesar 4,86% (yoy). Penurunan tekanan terindikasi juga terjadi pada subkelompok ikan diawetkan; telur, susu dan hasilnya; sayursayuran; daging dan hasilnya, buahbuahan dan bahan makanan lainnya. Sementara itu, beberapa subkelompok bahan makanan yang masih member tekanan antara lain subkelompok padipadian; ikan segar; kacangkacangan serta lemak dan minyak. Selain kelompok bahan makanan, kelompok lainnya yang menurunkan tekanan terhadap inflasi Banten adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Sementara itu beberapa kelompok lainnya seperti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dan kelompok sandang memberikan sumbangan lebih besar dibandingkan periode sebelumnya. Tabel II.3. Inflasi Tahunan (% yoy) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Banten KELOMPOK Andil Tw Andil Tw Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II I (%) II (%) Umum 4,44 4,59 6,1 5,76 5,76 4,73 4,73 Bahan Makanan 7,9 9, 14,1 13,12 3,29 8, 1,97 Makmin, Rokok dan Tbk 5,54 4,57 3,76 2,87,6 2,46,52 Perum, Air, LGA dan BB 2,12 3,65 4,41 4,67 1,6 5,58 1,28 Sandang 7,24 6,85 8,37 6,63,4 6,75,41 Kesehatan 4,26 3,81 5,3 5,63,24 5,66,24 Pend, Rekreasi dan Olahraga 5,32 5,5 3,64 4,4,27 4,4,27 Trans, Kom dan Jasa Keu 1,2,31 1,1 1,6,16,8,12 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah 22

34 % 1,8 1,6 1,4 1,2 1,,8,6,4,2,,2,4 Daging dan Hasilhasilnya Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasilhasilnya Sayursayuran Buah buahan Bumbu bumbuan Bahan Makanan Lainnya Tw I 211 Tw II 211 % 1,2 1,,8,6,4,2, Padipadian, Umbiumbian dan Hasilnya Ikan Segar Kacang kacangan Lemak dan Minyak Tw I 211 Tw II 211 Grafik II.9. Subkelompok bahan makanan yang mengalami penurunan sumbangan terhadap inflasi Banten pada Tw II 211 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.1. Subkelompok bahan makanan yang mengalami kenaikan sumbangan terhadap inflasi Banten pada Tw II 211 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah D. Laju Inflasi Tahun Kalender Laju inflasi Banten sepanjang Semester I 211 cukup rendah sebesar,82% (ytd) dan diharapkan hingga akhir tahun 211 dapat berada pada kisaran sasaran inflasi nasional sebesar 5%±1% (yoy). Pada periode JanuariJuni 211 terlihat bahwa kelompok bahan makanan masih menunjukkan perkembangan yang membaik dengan level dan sumbangan negatif terhadap inflasi Banten. Selain itu, menurunnya harga pertamax diperkirakan membantu menurunkan inflasi dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Kelompok yang memberikan sumbangan inflasi dengan tren meningkat adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; kelompok sandang; kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Tabel II.4. Laju Inflasi Tahun Kalender (% ytd) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Banten KELOMPOK Andil Tw Andil Tw Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II I (%) II (%) Umum 2,14 4,42 6,1,37,37,82,82 Bahan Makanan 5,61 1,36 14,1,16,4,3,1 Makmin, Rokok dan Tbk 2,28 3,2 3,76,61,13,99,21 Perum, Air, LGA dan BB,75 3,9 4,41,79,18 1,88,43 Sandang 2,14 5,54 8,37,77,5,61,4 Kesehatan 1,93 3,26 5,3 1,52,6 2,28,1 Pend, Rekreasi dan Olahraga,37,79 3,64 1,1,6 1,11,7 Trans, Kom dan Jasa Keu,24 1,42 1,1,1,1,5,1 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah 23

35 Inflasi Berdasarkan Kota Inflasi seluruh kota yang menjadi obyek perhitungan inflasi di Banten, secara umum mengalami mengalami tren penurunan dibandingkan akhir tahun 21. Namun, pada akhir triwulan II 211 Kota Tangerang mengalami inflasi relatif lebih tinggi (5,18%) dibandingkan kedua kota lainnya. Sementara itu, Inflasi Kota Cilegon merupakan yang terendah dengan level sebesar 3,51% (yoy). Tabel II.5. Perkembangan Inflasi Wilayah Banten per Kota Inflasi Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II yoy Cilegon 3,36 4,64 4,43 6,12 5,52 3,51 Serang 4,21 4,8 3,69 6,18 5,43 3,56 Tangerang 2,92 4,34 4,79 6,8 5,86 5,18 Banten 3,16 4,44 4,59 6,1 5,76 4,73 ytd Cilegon,87 2,49 4,22 6,12,3 (,3) Serang,31 2,19 3,76 6,18 (,4) (,33) Tangerang,74 2,7 4,58 6,8,53 1,19 Banten,7 2,14 4,42 6,1,37,82 qtq Cilegon,87 1,6 1,69 1,82,3 (,33) Serang,31 1,87 1,54 2,33 (,4),7 Tangerang,74 1,32 2,46 1,44,53,66 Banten,7 1,43 2,23 1,61,37,45 mtm Cilegon (,32) 1,1,24,7 (,56),21 Serang (,62) 1,46,31 1,19 (,77),24 Tangerang (,47) 1,9,36,51 (,8),4 Banten (,47) 1,14,34,63 (,77),35 Sumber: BPS Provinsi Banten Inflasi Kota Cilegon Relatif stabilnya harga bahan makanan, sandang, kesehatan dan pendidikan di Cilegon, turut menyumbang inflasi tahunan Kota Cilegon pada triwulan II 211 menjadi yang terendah dibandingkan kedua kota lainnya di Provinsi Banten. Sebaliknya, adanya peningkatan permintaan properti dan kebutuhan makanan jadi, mendorong inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dan makanan jadi. Membaiknya pasokan bahan makanan, stabilnya inflasi inti dan administered price pada periode laporan membantu penurunan inflasi Kota Cilegon secara cukup signifikan. Membaiknya perkembangan harga bahan makanan diperkirakan sebagai akibat dari membaiknya pasokan dan distribusi bumbubumbuan (cabe merah dan rawit); beras, sayursayuran dan dagingdagingan. Selaras dengan hal tersebut, jika ditinjau per kelompok komponen, terlihat bahwa tekanan inflasi pada kelompok barang yang harganya cenderung bergejolak (volatile foods) terus mengalami penurunan. Sementara itu, kelompok inflasi inti (core inflation) cenderung stabil dan 24

36 minimnya tekanan inflasi dari kelompok barang yang harganya ditetapkan pemerintah (administered price). Tabel II.6. Inflasi Tahunan (% yoy) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Kota Cilegon KELOMPOK Andil Tw Andil Tw Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II I (%) II (%) Umum 4,64 4,43 6,12 5,52 5,52 3,51 3,51 Bahan Makanan 8,57 5,52 11,85 1,5 2,87 2,35,63 Makmin, Rokok dan Tbk 4,38 4,87 4,42 4,14,95 4,71 1,9 Perum, Air, LGA dan BB 4,11 4,82 6,6 4,83 1, 4,91 1,3 Sandang 1,7 1,55 1,37 2,47,13 4,35,23 Kesehatan 2,6 1,76 1,61 2,78,11 2,95,12 Pend, Rekreasi dan Olahraga,97 2,37 2,88 2,32,14 1,83,11 Trans, Kom dan Jasa Keu 2,7 3,86 2,86 2,95,42 2,26,32 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Cilegon % Cilegon 14, 7, % yoy 12, 1, 8, 6, 4, 2,, 2, Volatile Foods Adm. Price Core 6, 5, 4, 3, 2, 1,, 1, Core Adm. Price Volatile Foods Grafik II.11. Inflasi Tahunan (yoy) Kota Cilegon per Kelompok Komponen Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.12. Sumbangan Inflasi Kota Cilegon per Kelompok Komponen Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Inflasi Kota Serang Inflasi Kota Serang juga membaik secara cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya karena membaiknya tekanan harga pada kelompok bahan makanan. Tekanan inflasi dari kelompok bahan makanan dan volatile foods yang terlihat terus menurun pada triwulan II 211 diperkirakan memberikan kontribusi yang baik dalam menahan laju inflasi tetap pada level yang stabil dan rendah. Membaiknya pasokan komoditas bumbubumbuan, sayursayuran, ikan segar dan dagingdagingan diperkirakan dapat menahan tekanan inflasi dari kelompok bahan makanan secara keseluruhan. Peningkatan tekanan inflasi yang dapat dilihat melalui perubahan andil/sumbangan inflasi, terjadi pada kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau; 25

37 kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Tabel II.7. Inflasi Tahunan (% yoy) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Kota Serang KELOMPOK Andil Tw Andil Tw Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II I (%) II (%) Umum 4,8 3,69 6,18 5,43 5,43 3,56 3,56 Bahan Makanan 9,38 6,9 16,46 11,51 2,8 2,7,49 Makmin, Rokok dan Tbk 4,77 4,65 4,52 4,24,94 4,78 1,7 Perum, Air, LGA dan BB 2,61 2,1 3,2 3,84,83 4,81 1,5 Sandang 3,94 4,13 6,2 8,45,64 8,8,63 Kesehatan 3,77 2,35 2,16 3,2,13 3,56,16 Pend, Rekreasi dan Olahraga,94 1,21 1,15 1,89,12 2,24,14 Trans, Kom dan Jasa Keu 3,34,68,47,75,1,45,6 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah % 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1,, Serang Core Adm. Price Volatile Foods Grafik II.13. Inflasi Tahunan (yoy) Kota Serang per Kelompok Komponen Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.14. Sumbangan Inflasi Kota Serang per Kelompok Komponen Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Sedikit berbeda dengan Kota Cilegon, di Kota Serang terjadi peningkatan tekanan inflasi dari sisi permintaan dan dampak dari kebijakan pemerintah yang tercermin dari meningkatnya inflasi core dan administered price. Dampak dari kebijakan peningkatan tarif cukai rokok oleh pemerintah diperkirakan berdampak cukup besar terhadap inflasi kelompok administered price di Kota Serang dibandingkan dengan kota Cilegon maupun Kota Tangerang. Kondisi ini dapat dipahami mengingat bobot konsumsi rokok (rokok kretek, kretek filter dan rokok putih) di Kota Serang lebih besar dibandingkan kedua kota lainnya. Sehingga adanya kenaikan harga rokok yang ditetapkan oleh produsen dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut akan lebih berpengaruh di kota tersebut. 26

38 Inflasi Kota Tangerang Tren penurunan inflasi di Kota Tangerang tidak secepat kedua kota lainnya di Banten, sehingga inflasi tahunan Kota Tangerang relatif lebih tinggi, yaitu tercatat sebesar 5,18% (yoy). Tingginya intensitas permintaan perumahan di wilayah Tangerang diperkirakan memberi sumbangan inflasi cukup tinggi dengan tren yang meningkat pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Adanya kenaikan harga dan sewa rumah yang cukup tinggi di kota tersebut yang didukung oleh tingginya pendapatan diperkirakan memberikan kontribusi yang besar terhadap inflasi dari kelompok perumahan. Informasi tersebut diperoleh dari hasil penjualan properti beberapa developer besar di kawasan Tangerang yang mengalami peningkatan cukup signifikan. Selaras dengan hal tersebut, berdasarkan kelompok komponen terlihat bahwa inflasi karena adanya tekanan permintaan (inflasi inti/core inflation) mengalami tren yang meningkat, walaupun masih dalam kisaran level yang rendah. Meningkatnya konsumsi yang didukung oleh meningkatnya pendapatan mendorong permintaan terhadap komoditas seperti makanan jadi, pendidikan, barang pribadi dan sandang lain dan jasa kesehatan. Tabel II.8. Inflasi Tahunan (% yoy) dan Andil per Kelompok terhadap Inflasi Kota Tangerang KELOMPOK Andil Tw Andil Tw Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II I (%) II (%) Umum 4,34 4,79 6,8 5,86 5,86 5,18 5,18 Bahan Makanan 7,51 1, 14,3 13,87 3,28 1,9 2,4 Makmin, Rokok dan Tbk 5,88 4,5 3,51 2,41,43 1,65,29 Perum, Air, LGA dan BB 1,66 3,77 4,4 4,81 1,24 5,86 1,52 Sandang 8,88 8,27 9,96 6,95,34 6,87,34 Kesehatan 4,62 4,43 6,5 6,59,3 6,5,3 Pend, Rekreasi dan Olahraga 6,97 6,3 4,25 5,22,34 5,23,34 Trans, Kom dan Jasa Keu,67 1,21,9,78,13,6,1 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Tangerang % Tangerang 2, 7, 15, 6, 5, % yoy 1, 5,, 5, 1, Volatile Foods Adm. Price Core 4, 3, 2, 1,, 1, 2, Core Adm. Price Volatile Foods Grafik II.15. Inflasi Tahunan (yoy) Kota Tangerang per Kelompok Komponen Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.16. Sumbangan Inflasi Kota Tangerang per Kelompok Komponen Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah 27

39 2.2. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Inflasi Pada triwulan II 211, tekanan inflasi dari sisi fundamental terutama dari aspek tekanan permintaan menunjukkan tren yang meningkat. Perkiraan tetap kuatnya konsumsi swasta pada periode laporan mendorong tingginya permintaan terhadap barangbarang dan terhadap peningkatan inflasi inti. Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, sekitar 62% dari total pendapatan rumah tangga dibelanjakan untuk kebutuhan konsumsi yang sedikit meningkat dibandingkan triwulan I 211, perkembangan tersebut diperkirakan berkontribusi positif terhadap peningkatan inflasi dari sisi permintaan. 1% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Tabungan Cicilan Pinjaman Konsumsi Grafik II.17. Ratarata penggunaan penghasilan Rumah Tangga Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Banten % Banten 2, 7, 15, 6, 5, % yoy 1, 5, Volatile Foods Adm. Price Core 4, 3, 2, 1, Core Adm. Price Volatile Foods, 5, , 1, 2, Grafik II.18. Inflasi Tahunan (yoy) Banten per Kelompok Komponen Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.19. Sumbangan Inflasi Banten per Kelompok Komponen Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Sementara itu, tekanan inflasi yang bersumber dari faktor eksternal diperkirakan masih cukup tinggi. Tekanan eksternal diperkirakan cenderung meningkat akibat masih berlangsungnya peningkatan harga emas dan minyak dunia. 28

40 25, 2, 15, 1, 5, Ekspektasi Harga 3 bulan yang akan datang Grafik II.2. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Grafik II.21. Ekspektasi Harga 3 Bulan yang Akan Datang Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Ekspektasi konsumen terhadap harga barang dan jasa terhadap harga pada periode laporan cenderung membaik. Perkiraan terhadap membaiknya pasokan bahan kebutuhan pokok terkait dengan kondisi cuaca yang cukup baik pada periode laporan mendukung ekspektasi masyarakat terhadap harga cenderung stabil. Stabilnya ekspektasi tersebut diperkirakan didukung pula oleh tren stabilnya kurs Rupiah terhadap USD. Dari sisi non fundamental, membaiknya supply bahan makanan menyebabkan inflasi volatile foods stabil dan bahkan cenderung menurun. Membaiknya pasokan bahan pangan dari berbagai daerah dan lokal seperti beras, cabe merah, cabe rawit mendukung membaiknya inflasi volatile foods yang sempat meningkat pada triwulan II 21 hingga triwulan IV 21. Berdasarkan prognosa neraca pasokan dan kebutuhan beras tahun 211 terdapat potensi peningkatan inflasi volatile foods pada triwulan III dan triwulan IV 211. Kurangnya pasokan beras nasional dengan tidak memadainya produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi berpotensi mendorong peningkatan inflasi pada triwulantriwulan mendatang dari komponen volatile foods. Kekurangan ini dapat diatasi dengan impor beras terutama apabila hasil perkiraan produksi beras nasional tidak lagi mencukupi. Sementara itu, seluruh Tim/ Forum Pengendalian Inflasi Daerah di Provinsi Banten perlu terus memantau ketersediaan dan potensi pasokan beras dari Pasar Induk Cipinang sebagai early warning system untuk dilakukannya pelaksanaan operasi pasar ataupun pasar murah untuk mengantisipasi lonjakan harga. Sekitar 1% beras dari Pasar Cipinang dipasarkan untuk kebutuhan pasar di wilayah Banten. 29

41 Tabel II.9. Prognosa Neraca Produksi dan Kebutuhan Beras Nasional Tahun 211 (Ribu Ton) Uraian 211 Total Produksi (GKG) Beras Siap Konsumsi Kebutuhan Daging Surplus/Defisit Bulanan (1.252) (186) (625) (1.199) (1.576) Sumber: Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian RI Pasar Wilayah Tujuan Antar Pulau 31% DKI Jakarta 52% Luar Bodetabek 4% Banten*) 3% Bekasi 1% Tangerang 7% Bogor 2% Grafik II.22. Distribusi Daerah Tujuan Beras dari Pasar Induk Beras Cipinang Tahun 211 Sumber: Disperindag Provinsi Banten dari PT. Food Station Tjipinang Jaya 3

42 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Ekspansi perbankan di Banten pada triwulan II 211 belum diikuti oleh kualitas kredit yang baik dan proses intermediasi perbankan yang optimal seiring melambatnya kinerja sektor keuangan maupun perekonomian Banten. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank umum dari sebesar 73,17% pada triwulan I 211 menjadi sebesar 72,65% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko kredit bank umum sedikit meningkat meskipun angkanya relatif masih terjaga di bawah ambang batas aman 5%. Sebaliknya kinerja Bank Perkreditan Rakyat dan perbankan syariah yang terus membaik diperkirakan dapat menahan perlambatan kinerja sektor keuangan secara umum. Melambatnya kinerja perbankan juga diindikasikan dari melambatnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), meskipun tetap tumbuh pada level yang tinggi. Penyaluran KUR hingga akhir triwulan II 211 masih menunjukkan perkembangan yang signifikan. Nominal KUR yang disalurkan posisi Juni 211 mencapai Rp 1,9 triliun dengan level pertumbuhan sedikit melambat menjadi 92,1% (yoy). Dari periode sebelumnya sebesar 1,8%. Tidak mudahnya mencari calon debitur KUR yang layak dan sudah semakin banyaknya debitur yang naik kelas atau masuk dalam katagori kredit retail (komersil) menyebabkan angka pertumbuhan menjadi melambat. Berdasarkan volumenya, transaksi non tunai dalam sistem pembayaran di Banten pun menunjukkan sedikit penurunan kinerja pada triwulan II 211, Kondisi tersebut terindikasi dari menurunnya pertumbuhan volume pembayaran yang dilakukan melalui kliring maupun RTGS PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK UMUM Kegiatan intermediasi bank umum masih cenderung stagnan pada triwulan II 211 yang tercermin dari menurunnya rasio kredit terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio) dari sebesar 73,17% menjadi 72,65% pada periode laporan. Kinerja penyaluran kredit oleh bank umum pada periode laporan sedikit melambat dengan level pertumbuhan sebesar 31,76% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya mencapai pertumbuhan yang relatif tinggi sebesar 39,64% (yoy). Di sisi lain, penghimpunan simpanan/dana pihak ketiga justru meningkat relatif pesat hingga 31

43 berada pada level 47,42% (yoy) dengan nominal Rp 54,39 triliun. Kondisi tersebut menyebabkan penurunan rasio kredit terhadap simpanan/loan to Deposit Ratio (LDR) menjadi 73,17% pada triwulan I 211. Melambatnya kinerja bank umum juga terlihat dari peningkatan risiko kredit yang ditunjukkan oleh peningkatan rasio kredit non lancar (Non Performing Loan) dari 2,38% menjadi sebesar 2,58% walaupun masih di bawah ambang batas aman 5%. Tabel III.1. Indikator Bank Umum yang Berlokasi di Wilayah Banten Uraian Unit Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II DPK Nominal Rp Juta Growth % yoy 21,12 6,43 2,83 47,42 46,11 Kredit Berdasarkan Lokasi Nominal Rp Juta Bank di Provinsi Banten Growth % yoy 21, 31,2 39,64 31,76 39,12 Loan to Deposit Ratio Rasio % 76,3 86,47 76,39 73,17 72,65 Rasio Kredit Non Lancar Berdasarkan Lokasi Bank di NPL % 3, 2,84 2,34 2,38 2,58 Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Banten* Nominal Rp Juta Growth % yoy 36,47 31,69 41,2 32,36 33,94, *) Data kredit lokasi proyek merupakan posisi Mei Perkembangan Simpanan/Dana Pihak Ketiga (DPK) Masyarakat Penghimpunan Dana Pihak Ketiga oleh bank umum di wilayah Banten bertumbuh pada level yang tinggi pada triwulan II 211 walaupun sedikit melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seiring dengan bertambahnya luasan kantor bank di Banten dan iklim persaingan antar bank yang semakin tinggi. Dana yang dapat diserap masyarakat oleh bank umum di Banten pada triwulan II 211 tercatat sebesar Rp 62,53 triliun atau bertumbuh sebesar 46,11% (yoy). Angka tersebut sedikit lebih rendah daripada triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 47,42% (yoy). Pertumbuhan giro dan deposito relatif melambat pada periode laporan dengan level masingmasing sebesar 23,61% (yoy) dan 51,88% (yoy). Akselerasi pertumbuhan justru terjadi pada komponen tabungan dengan level pertumbuhan sebesar 54,41% (yoy) pada triwulan II 211, setelah pada triwulan sebelumnya bertumbuh sebesar 41,49% (yoy). Secara umum belum terdapat perubahan struktural komposisi simpanan pada bank umum di Banten, dengan porsi tertinggi adalah deposito sebesar 46,8%, tabungan sebesar 33,53% dan giro sebesar 19,67% terhadap total simpanan. 32

44 Rp Triliun Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw Tw I II , 5, 4, 3, 2, 1, % yoy Rp Triliun ,26 23,71 25,9 2,97 19,27 17,94 13,62 13,48 14,52 16,6 17,3 18,9 17,69 17,7 14,82 15,57 15,63 12,51 13,58 14,17 9,95 1,25 1,79 12,3 8,74 7,55 7,51 6,28 7,35 7,83 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Nominal DPK Growth (RHS) Giro Tabungan Deposito Grafik III.1. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten Grafik III.2. Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten per Komponen Deposito 46,8% Giro 19,67% Tabungan 33,53% Grafik III.3. Porsi Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten Triwulan II 211 Kinerja penghimpunan dana oleh kelompok bank persero terlihat meningkat cukup pesat dibandingkan dengan bank swasta nasional dan bank pemerintah daerah yang sedikit melambat. Pertumbuhan simpanan/dpk bank persero meningkat signifikan dari sebesar 7,77% (yoy) pada triwulan I 211 menjadi sebesar 86,74% (yoy) pada triwulan laporan. Namun secara umum, pangsa simpanan bank swasta nasional masih memegang porsi tertinggi terhadap total simpanan bank umum yang berlokasi di Banten. Tabel III.2. Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten per Kelompok Bank (dalam Rp Juta) DPK per Kelompok Bank Tw II Tw III Tw IV Tw I Growth Tw I '11 (% yoy) Tw II '11 Growth Tw II '11 (% yoy) Bank Persero , ,74 42,87 Bank Swasta Nasional , ,95 48,7 Bank Pemerintah Daerah , ,63 8,43 Total , ,11 1, Pangsa Tw II'11 (%) 33

45 Dilihat berdasarkan jenis valutanya dan relatif stabilnya kurs rupiah pada level Rp. 85/ USD mengakibatkan terjadinya akselerasi pertumbuhan simpanan pihak III pada jenis simpanan Rupiah dibandingkan dalam bentuk valas. Pertumbuhan DPK dalam bentuk Rupiah terus meningkat tinggi hingga mencapai 49,45% (yoy) pada triwulan II 211. Perkembangan tersebut kemudian mendorong pangsanya meningkat terhadap total simpanan. Ekspektasi masyarakat atas fluktuasi nilai tukar terhadap valas yang menurun Banten karena relatif stabil dan menguatnya nilai tukar rupiah pada level Rp. 85/ USD menjadi faktor utama terjadinya kondisi tersebut. Tabel III.3. Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten per Jenis Valuta (dalam Rp Juta) DPK per Pangsa Tw II Growth Tw I Growth Tw II Valuta Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II '11 (%) '11 (% yoy) '11 (% yoy) Rupiah , ,45 89,7 Valas , ,33 1,3 Total , ,11 1, Perkembangan Penyaluran Kredit Provinsi Banten Ekspansi kredit oleh bank umum di Banten pada triwulan II 211 mengalami percepatan dibandingkan triwulan sebelumnya untuk mengantisipasi transaksi yang akan meningkat pada periode mendatang. Walaupun laju pertumbuhan penyaluran kredit tidak setinggi penghimpunan simpanan, namun percepatannya lebih baik dari sebesar 31,76% menjadi 39,12% (yoy). Meningkatnya penyaluran kredit secara keseluruhan terutama disebabkan oleh adanya peningkatan penyaluran kredit investasi khususnya pada sektor perdagangan dan jasa (terutama pada perdagangan eceran dan jasa penyewaan mesinmesin) seiring dengan meningkatnya kinerja sektorsektor tersebut dan antisipasi peningkatan transaksi menjelang bulan puasa dan lebaran pada periode berikutnya. Rp Triliun Tw I Tw II Tw III Tw Tw Tw Tw IV I II III Tw Tw Tw Tw IV I II III Tw Tw Tw IV I II % yoy Konsumsi 57,46% Modal Kerja 34,49% Investasi 8,5% Total Kredit Growth (RHS) Grafik III.4. Perkembangan Kredit Bank Umum di Banten Grafik III.5. Porsi Kredit Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan 34

46 Tabel III.4. Kredit Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Kredit per Jenis Penggunaan Growth Tw I Growth Tw II Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II '11 (% yoy) '11 (% yoy) Modal Kerja , ,76 Investasi , ,17 Konsumsi , ,77 Total , ,12 Secara struktural, bank umum yang berlokasi di Banten tetap lebih banyak menyalurkan kreditnya dalam bentuk kredit konsumsi dibandingkan dengan jenis modal kerja atau investasi. Porsi kredit konsumsi pada triwulan II 211 mencapai 57,46% terhadap total kredit yang disalurkan. Sementara itu, porsi kredit modal kerja dan investasi berturutturut hanya sebesar 34,49% dan 8,5%. Kondisi tersebut dapat dipahami mengingat pada umumnya risiko kredit konsumsi lebih kecil dibandingkan dengan kedua jenis kredit lainnya. Selain itu, jika ditinjau dari jangka waktu pinjaman dengan kualitas kreditnya, risiko kredit konsumsi jangka panjang relatif minimal. Sejak Januari hingga Juni 211, rasio kredit non lancar konsumsi jangka pendek, menengah maupun panjang hanya berkisar antara,78% 4,61% dengan tren yang membaik. Sebagian besar kredit konsumsi tersebut digunakan untuk pembelian kendaraan bermotor dan konsumsi rumah tangga. 5% 4% 3% 2% 1% % 4,61% 3,38% 2,71% 2,37% 2,15% 2,31% 1,97% 2,9% 1,96% 2,8% 1,9% 1,16% 1,25%,78%,79%,94% 1,2%,9% Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang Grafik III.6. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Kredit Konsumsi per Jangka Waktu Pinjaman Di sisi lain, walaupun porsinya belum sebesar kredit konsumsi maupun modal kerja, perkembangan penyaluran kredit investasi pada periode laporan sangat menggembirakan. Pertumbuhan kredit investasi mencapai 55,17% (yoy) tertinggi dibandingkan kedua jenis kredit lainnya pada triwulan II 211. Sektor perdagangan dan jasa merupakan sektorsektor utama yang menyerap kredit investasi dengan pertumbuhan yang meningkat pesat. Kondisi ini tercermin dari 35

47 semakin meningkatnya pembangunan ruko/ tempat usaha pedagang dan jasa di berbagai wilayah Banten. Rp Miliar % yoy Rp Miliar % yoy Nominal Kredit Growth (RHS) Nominal Kredit Growth (RHS) Grafik III.7. Kredit Investasi Untuk Sektor Perdagangan Bank Umum di Banten Grafik III.8. Kredit Investasi Untuk Sektor Jasa Dunia Usaha Bank Umum di Banten Pertanian,25% Pertambangan,52% Industri pengolahan 9,31% Listrik,Gas dan Air,4% Lainlain 6,4% Bangunan 3,49% Perdagangan 11,76% Pengangkutan,48% Jasa Sosial Masyarakat 2,73% Jasa Dunia Usaha 11,3% Grafik III.9. Porsi Kredit Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi Tabel III.5. Kredit Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Kredit per Sektor Ekonomi 21 Tw II Tw III Tw IV Tw I Growth Tw I '11 (% yoy) Tw II Growth Tw II '11 (% yoy) Pertanian , ,73,25 Pertambangan , ,31,52 Industri pengolahan , ,93 9,31 Listrik,Gas dan Air , ,22,4 Konstruksi , ,36 3,49 Perdagangan , ,11 11,76 Pengangkutan , ,18,48 Jasa Dunia Usaha , ,8 11,3 Jasa Sosial Masyarakat , ,77 2,73 Lainlain , ,3 6,4 Total , ,12 1, 21 Pangsa Tw II '11 (%) 36

48 Peningkatan penyaluran kredit terjadi pada hampir seluruh sektor kecuali sektor listrik, gas dan air, sektor jasa dunia usaha dan jasa sosial masyarakat. Perlambatan yang terjadi pada kredit sektor jasa dunia usaha disebabkan oleh melambatnya penyaluran kredit untuk kebutuhan modal kerja, sementara penyaluran kredit investasi untuk sektorsektor tersebut cenderung meningkat. Sementara itu, adanya tren kenaikan risiko kredit pada sektor listrik, gas dan air bersih diperkirakan menjadi penyebab melambatnya penyaluran kredit untuk sektor tersebut pada triwulan laporan. 6, 5, 4, % 3, 2, NPL 1,, Grafik III.1. Perkembangan Rasio NPL Kredit Bank Umum di Banten untuk Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Akselerasi pertumbuhan kredit UMKM bank umum konvensional di Banten pada periode laporan tidak sebesar kredit untuk non UMKM atau usaha besar. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit UMKM yang cenderung melambat pada periode laporan sebesar 7,82% (yoy). Perlambatan terjadi pada seluruh jenis kredit terutama pada jenis kredit investasi terutama untuk sektor listrik, gas dan air serta sektor bangunan/konstruksi. Tabel III.6. Kredit UMKM Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Kredit UMKM per Jenis Penggunaan Pangsa Tw II '11 (%) Tw II Tw III Tw IV Tw I Growth Tw Growth Tw Tw II I '11 (% II '11 (% Modal Kerja , ,12 81,9 Investasi , ,2 15,38 Konsumsi , ,58 2,72 Total , ,82 1, Selaras dengan hal tersebut, terlihat adanya penurunan penyaluran kredit untuk beberapa sektor seperti sektor listrik, gas dan air; sektor pengangkutan; sektor jasa sosial kemasyarakatan dan sektor lainlain. Perlambatan yang signifikan juga terjadi pada kredit UMKM 37

49 untuk sektor konstruksi dan pertambangan sementara kredit untuk sektor lainnya cenderung stabil dan meningkat. Namun, yang mengembirakan pada kredit UMKM di Banten adalah terus meningkatnya pertumbuhan kredit pada sector pertanian dan perdagangan seiring meningkatnya pertumbuhan usaha perdagangan dan pertanian masyarakat. Tabel III.7. Kredit UMKM Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Kredit UMKM per Sektor Ekonomi Tw II Tw III Tw IV Tw I Growth Tw I '11 (% yoy) Tw II Growth Tw II '11 (% yoy) Pangsa Tw II '11 (%) Pertanian , ,43,76 Pertambangan , ,,77 Industri pengolahan , ,49 11,89 Listrik,Gas dan Air , ,33,8 Konstruksi , ,62 1,71 Perdagangan , ,22 43,44 Pengangkutan , ,96 1,54 Jasa Dunia Usaha , ,59 7,8 Jasa Sosial Masyarakat , ,75 4,33 Lainlain , ,5 19,41 Total , , Perkembangan Penyaluran Kredit per Kota/Kabupaten Pada triwulan II 211 bank umum di Kota Tangerang masih menjadi penyalur kredit terbesar dengan pangsa mencapai 56,89%. Belum ada perubahan struktural komposisi penyaluran kredit oleh bank umum di seluruh kota/kabupaten di Banten. Selain Kota Tangerang sebagai penyalur terbesar, bankbank umum di Kabupaten Tangerang juga menjadi penyalur kedua terbesar dengan pangsa sekitar 2,76% terhadap total kredit. Sementara itu, masih relatif rendahnya jumlah kantor bank di wilayah Lebak dan Pandeglang menyebabkan kontribusi kredit yang diberikan pun masih cenderung rendah dengan pangsa sekitar 1%2% terhadap total kredit. Potensi membaiknya sektor pertanian dan infrastruktur di wilayah tersebut perlu menjadi perhatian bank dalam menjalankan fungsi intermediasi sekaligus membantu peningkatan pertumbuhan ekonomi di kedua wilayah tersebut. Tabel III.8. Kredit Bank Umum di Banten per Kota/Kabupaten (dalam Rp Juta) Kota/Kabupaten Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Pangsa Tw II '11 (%) Kab. Tangerang ,76 Kab. Serang ,77 Kab. Pandeglang ,98 Kab. Lebak ,89 Kota Cilegon ,78 Kota Tangerang ,89 Kota Serang ,92 Total , 38

50 A. Kabupaten Tangerang Hingga akhir triwulan II 211, belum terjadi perubahan struktur secara signifikan pada penyaluran kredit di daerah ini, dengan porsi terbesar tetap pada kredit konsumsi. Pangsa kredit konsumsi hingga akhir triwulan I 211 tetap yang tertinggi sebesar 53,13% namun porsi kreditnya semakin menurun terhadap total kredit, karena sebelumnya mencapai pangsa lebih dari 6%. Peningkatan porsi penyaluran terlihat pada jenis penggunaan modal kerja dengan pangsa yang meningkat cukup signifikan hingga mencapai 38,25% dari sebelumnya sebesar 26,27%. Hal tersebut mengindikasikan semakin meningkatnya iklim usaha di Kabupaten Tangerang seiring tumbuhnya sektor industri. Tabel III.9. Kredit Bank Umum di Kabupaten Tangerang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Kredit per Jenis Penggunaan Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Pangsa Tw I'11 (%) Pangsa Tw II '11 (%) Modal kerja ,27 38,25 Investasi ,33 8,61 Konsumsi ,4 53,13 Total , 1, Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi, selain sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa dunia usaha menjadi sektor yang semakin diminati dalam penyaluran kredit di Kabupaten Tangerang pada triwulan II 211. Di sektor industri pengolahan, pada periode laporan kredit tersebut banyak diserap oleh industri logam dasar dan besi baja, industri kertas; industri plastik; industri perlengkapan pesawat terbang dan industri furnitur. Sementara itu pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah tersebut pada periode laporan banyak diserap oleh jenis perdagangan eceran keliling; perdagangan besar tekstil, pakaian jadi dan kulit dan penjualan mobil. Tabel III.1. Kredit Bank Umum di Kabupaten Tangerang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Kredit per Sektor Ekonomi Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Pertanian ,1 Pertambangan ,59 Industri pengolahan ,34 Listrik,Gas dan Air ,17 Konstruksi ,82 Perdagangan ,59 Pengangkutan ,48 Jasa Dunia Usaha ,47 Jasa Sosial Masyarakat ,66 Lainlain ,78 Total , Pangsa Tw II '11 (%) 39

51 B. Kabupaten Serang Pada triwulan II 211 terlihat bahwa preferensi penyaluran kredit oleh bank umum di Kabupaten Serang tetap relatif tinggi dalam bentuk kredit konsumsi dan belum mengarah ke sektor industri yang merupakan salah satu basis ekonomi daerah tersebut. Sebagian besar kredit yang disalurkan oleh bank umum konvensional di wilayah Kabupaten Serang adalah dalam bentuk kredit konsumsi untuk kebutuhan kepemilikan rumah terutama tipe 22 m 2 s.d. 7 m 2 dan kebutuhan konsumsi lainnya. Sementara itu kredit modal kerja banyak disalurkan untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan atau sektor jasa dunia usaha khususnya subsektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan. Tabel III.11. Kredit Bank Umum di Kabupaten Serang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Kredit per Jenis Penggunaan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Pangsa Tw II '11 (%) Modal kerja ,25 Investasi ,9 Konsumsi ,66 Total , Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi, terlihat pula bahwa selain untuk sektor lainlain yang umumnya digunakan untuk kebutuhan konsumsi, penyaluran kredit untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan atau sektor jasa dunia usaha merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Tabel III.12. Kredit Bank Umum di Kabupaten Serang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Kredit per Sektor Ekonomi Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Pertanian ,7 Pertambangan ,14 Industri pengolahan ,27 Listrik,Gas dan Air ,3 Konstruksi ,85 Perdagangan ,3 Pengangkutan ,9 Jasa Dunia Usaha ,37 Jasa Sosial Masyarakat ,21 Lainlain ,66 Total , Pangsa Tw II '11 (%) 4

52 Pada sektor perdagangan, hotel dan restoran belum terdapat perubahan struktural subsektor yang memperoleh kredit terbesar bahwa subsektor perdagangan impor, perdagangan eceran makanan dan minuman, penjualan mobil, perdagangan eceran bahan konstruksi serta perdagangan eceran perlengkapan rumah tangga dan perlengkapan dapur adalah penerima kredit utama pada sektor perdagangan dari bank umum di wilayah Kabupaten Serang. Banyaknya industri di wilayah ini belum diikuti oleh tumbuhnya sektor industri skala kecil, sehingga bank umum belum begitu banyak porsinya menyalurkan kredit ke sektor industri di Kab. Serang seperti yang terjadi di wilayah industri lainnya di Banten. Oleh karena itu, Pemda perlu mengembangkan klaster industri terkait melalui berbagai kemudahan daninsentif bagi tumbuhnya industri kecil sekaligus mengintegrasikan kebutuhan industri besar dengan industri kecil yang ada. Tabel III.13. Perkembangan Kredit Lima Jenis Sub Sektor Perdagangan Terbesar yang Disalurkan oleh Bank Umum Kabupaten Serang (dalam Rp Juta) Sub Sektor Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Perdagangan Impor Lainnya Perdagangan Eceran Berbagai Macam Barang yang Didominasi Makanan, Minuman dan Temb Penjualan Mobil Perdagangan Eceran Bahan Konstruksi Perdagangan Eceran Perlengkapan Rumah Tangga dan Perlengkapan Dapur C. Kabupaten Pandeglang Di Kabupaten Pandeglang, jenis kredit konsumsi dan kredit modal kerja mendominasi hampir keseluruhan total kredit yang disalurkan. Di wilayah tersebut, penggunaan kredit konsumsi sebagian besar adalah untuk keperluan pemilikan rumah tinggal s.d. tipe 21 dan untuk keperluan konsumsi lainnya. Sementara itu kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 41,99% pada triwulan II 211 disalurkan terutama pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan konsentrasi pada jenis perdagangan eceran keliling. Selain itu, sektor produktif lainnya yang memperoleh kredit modal kerja cukup besar yaitu sektor pertanian khususnya untuk usaha jasa pertanian dan sektor industri pengolahan pada usaha daur ulang bukan logam. Kondisi tersebut masih sesuai dengan kondisi ekonomi wilayah ini yang didominasi sektor pertanian dan perdagangan. 41

53 Tabel III.14. Kredit Bank Umum di Kabupaten Pandeglang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Kredit per Jenis Penggunaan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Pangsa Tw II '11 (%) Modal kerja ,99 Investasi ,29 Konsumsi ,72 Total , Industri pengolahan,46% Pertanian,56% Bangunan,% Pertambangan Listrik,Gas,% dan Air,% Lainlain 36,49% Perdagangan 62,46% Jasa Sosial Masyarakat,3% Pengangkutan,% Jasa Dunia Usaha,% Grafik III.11. Porsi Penyaluran Kredit Modal Kerja Bank Umum Kabupaten Pandeglang per Sektor Ekonomi Dari sisi sektor ekonomi, penyaluran kredit pada sektor produktif terutama pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sekitar 73,22% kredit yang disalurkan di wilayah tersebut masih didominasi untuk kepentingan konsumtif. Namun jika dilihat penyaluran kredit untuk sektor produktif, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang memperoleh kredit terbesar di wilayah tersebut dengan pangsa sekitar 26,29% dengan konsentrasi pada jenis perdagangan eceran keliling dan perdagangan eceran makanan, minuman dan tembakau. Belum banyaknya investasi disektor manufaktur atau sektor lainnya menyebabkan variasi kredit hanya terkonsentrasi pada sektor perdagangan. 42

54 Tabel III.15. Kredit Bank Umum di Kabupaten Pandeglang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Kredit per Sektor Ekonomi Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Pangsa Tw II '11 (%) Pertanian ,24 Pertambangan Industri pengolahan ,19 Listrik,Gas dan Air Konstruksi , Perdagangan ,29 Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat ,5 Lainlain ,22 Total , D. Kabupaten Lebak Jika di wilayah lain kredit konsumsi mendominasi porsi penyaluran kredit, di Kabupaten Lebak kredit modal kerja menjadi jenis kredit dengan porsi penyaluran terbesar. Dengan total kredit yang disalurkan bank umum di Kabupaten Lebak pada periode laporan sebesar Rp 45,55 miliar, 61,56% dari total kredit tersebut merupakan jenis kredit modal kerja dengan nominal sebesar Rp 249,64 miliar. Tabel III.16. Kredit Bank Umum di Kabupaten Lebak per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Kredit per Jenis Penggunaan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Pangsa Tw II '11 (%) Modal kerja ,56 Investasi ,3 Konsumsi ,14 Total , Memiliki karakteristik yang serupa dengan Kabupaten Pandeglang, kredit yang disalurkan di Lebak tersebut diserap terutama oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pangsa kredit sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) terhadap total kredit yang disalurkan bank umum di wilayah Lebak mencapai 29,98% dengan konsentrasi pada jenis usaha perdagangan eceran keliling. Karakteristik yang sedikit berbeda dengan Kabupaten Pandeglang adalah selain untuk sektor PHR, kredit bank umum di Kabupaten Lebak juga cukup banyak disalurkan untuk sektor bangunan/konstruksi dan pengangkutan. Pada sektor bangunan, tercatat bahwa seluruh kredit 43

55 diserap jenis usaha kontraktor. Sementara itu pada sektor pengangkutan, pada periode laporan seluruh kredit diserap oleh jenis usaha pergudangan dan jasa cold storage. Tabel III.17. Perkembangan Kredit yang Disalurkan Bank Umum di Kabupaten Lebak per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Kredit per Sektor Ekonomi Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Pangsa Tw II '11 (%) Pertanian ,4 Pertambangan Industri pengolahan ,1 Listrik,Gas dan Air 3 Konstruksi ,87 Perdagangan ,98 Pengangkutan ,49 Jasa Dunia Usaha 6 1 Jasa Sosial Masyarakat Lainlain ,25 Total , E. Kota Cilegon Struktur perekonomian Kota Cilegon yang sebagian besar ditopang dari sektor industri pengolahan teridentifikasi mendorong tingginya kebutuhan pembiayaan modal kerja. Berdasarkan jenis penggunaannya, konsentrasi/pangsa kredit bank umum di wilayah Cilegon untuk kredit modal kerja sekitar 6% dan total kredit bank umum di kota tersebut. Industri logam dasar dan besi baja merupakan jenis industri yang mernyerap kredit modal kerja terbesar dari bank umum di Kota Cilegon. Dapat diperkirakan bahwa klaster industri logam terjadi di wilayah ini secara mandiri. Tabel III.18. Kredit Bank Umum di Kota Cilegon per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Kredit per Jenis Penggunaan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Pangsa Tw II '11 (%) Modal kerja ,4 Investasi ,7 Konsumsi ,88 Total , Sektor produktif yang menjadi tujuan utama penyaluran kredit di Kota Cilegon antara lain sektor industri pengolahan, jasa dan perdagangan. Pada sektor industri pengolahan, sebagian besar kredit yang disalurkan adalah dalam bentuk kredit modal kerja yang banyak diserap oleh 44

56 industri logam dasar besi baja, sementara itu pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, perusahaanperusahaan jasa penukaran uang (money changer/pedagang Valuta Asing) adalah perusahaan jasa yang banyak menyerap kredit dari bank umum di wilayah tersebut. Sementara itu pada sektor perdagangan, perdagangan eceran keliling adalah salah satu jenis perdagangan yang memperoleh kredit terbesar seiring tumbuhnya perekonomian yang semakin baik di cilegon Tabel III.19. Kredit Bank Umum di Kota Cilegon per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Kredit per Sektor Ekonomi Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Pangsa Tw II '11 (%) Pertanian ,1 Pertambangan ,59 Industri pengolahan ,34 Listrik,Gas dan Air ,17 Konstruksi ,82 Perdagangan ,59 Pengangkutan ,48 Jasa Dunia Usaha ,47 Jasa Sosial Masyarakat ,66 Lainlain ,78 Total , F. Kota Tangerang Sebagian besar penyaluran kredit oleh bank umum di Kota Tangerang disalurkan untuk penggunaan konsumsi karena wilayah ini merupakan salah satu kota penyangga Jakarta yang berfungsi sebagai pusat hunian dengan jumlah penduduk yang besar. Proporsi kredit konsumsi atau kredit sektor lainlain menduduki peringkat tertinggi terhadap total kredit dari bank umum di Kota Tangerang karena sebagian besar pekerjaan masyarakat di wilayah ini adalah sebagai profesional dan pegawai/ pekerja. Selain itu, angka pertumbuhan penduduknya relatif cukup tinggi dibandingkan daerah lainnya di Banten. Sementara itu jika dilihat per sektor ekonomi, selain sektor lainlain (konsumsi), sektor jasa dunia usaha dan sektor perdagangan adalah sektorsektor yang memiliki proporsi kredit tertinggi dibandingkan dengan sektorsektor lainnya. Tabel III.2. Kredit Bank Umum di Kota Tangerang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Kredit per Jenis Penggunaan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Modal kerja ,33 Investasi ,3 Konsumsi ,64 Total , Pangsa Tw II '11 (%) 45

57 Tabel III.21. Kredit Bank Umum di Kota Tangerang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Kredit per Sektor Ekonomi Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Pangsa Tw II '11 (%) Pertanian ,16 Pertambangan ,74 Industri pengolahan ,48 Listrik,Gas dan Air , Konstruksi ,9 Perdagangan ,21 Pengangkutan ,2 Jasa Dunia Usaha ,7 Jasa Sosial Masyarakat ,96 Lainlain ,64 Total , G. Kota Serang Struktur kredit Kota Serang memiliki kemiripan dengan Kota Cilegon dimana kredit yang disalurkan terutama adalah untuk tujuan modal kerja dan konsumsi, sementara jika dilihat per sektor ekonomi, pada periode laporan kredit tersebut disalurkan terutama untuk sektor industri pengolahan dan perdagangan. Pangsa kredit modal kerja di Kota Serang adalah sekitar 5% sejak tahun yang diikuti oleh kredit konsumsi dengan pangsa sekitar 3%4%. Sementara itu berdasarkan sektor ekonominya, kredit yang disalurkan tersebut banyak diserap oleh sektor industri pengolahan terutama industri logam dasar besi baja dan industri plastik dan karet serta oleh sektor perdagangan khususnya perdagangan eceran keliling. Artinya telah banyak tumbuh industri industri kecil di wilayah ini untuk menyangga wilayah industri cilegon karena letaknya yang berdekatan. Tabel III.22. Kredit Bank Umum di Kota Serang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Kredit per Jenis Penggunaan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Modal kerja ,69 Investasi ,6 Konsumsi ,25 Total , Pangsa Tw II '11 (%) 46

58 Tabel III.23. Kredit Bank Umum di Kota Serang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Kredit per Sektor Pangsa Tw II '11 Ekonomi Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II (%) Pertanian ,37 Pertambangan ,21 Industri pengolahan ,75 Listrik,Gas dan Air ,23 Konstruksi ,36 Perdagangan ,66 Pengangkutan ,62 Jasa Dunia Usaha ,9 Jasa Sosial Masyarakat ,5 Lainlain ,21 Total , Risiko Kredit Meningkatnya rasio kredit non lancar (NPL) di Banten pada triwulan II 211 terutama terjadi pada jenis kredit modal kerja dan konsumtif. Risiko kredit bank umum di wilayah Banten sedikit meningkat, hal ini ditunjukkan dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross yang meningkat pada triwulan laporan. Tercatat rasio NPL bank umum konvensional di Banten pada periode laporan adalah sebesar 2,58% sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya sebesar 2,38% walaupun masih dalam kondisi yang relatif baik karena terjaga dalam koridor batas aman 5%. Peningkatan risiko kredit terjadi pada jenis kredit modal kerja dan konsumsi, namun secara umum risiko kredit seluruh komponen jenis penggunaan masih terjaga. Sementara itu adanya penurunan tren risiko kredit investasi hingga periode laporan memberikan peluang bagi perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit untuk investasi seiring meningkatnya realisasi investasi PMA dan PMDN di Banten. % 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5, 3,71 2,99 3,2 3,8 3,1 3, 2,84 2,34 2,38 2,58 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II NPL Grafik III.12. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Bank Umum di Banten 47

59 Tabel III.24. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan (%) Kredit per Jenis Penggunaan Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Modal Kerja 3,2 3,37 2,98 3,21 3,53 Investasi 5,28 5,34 3,99 3,13 2,76 Konsumsi 2,71 2,22 1,79 1,87 1,99 Total 3, 2,84 2,34 2,38 2, PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK PERKREDITAN RAKYAT Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat pada triwulan II 211 relatif stabil dengan kecenderungan membaik. Kondisi ini tercermin dari membaiknya ekspansi kredit, rasio LDR dan kualitas kredit. Sementara itu, pertumbuhan dana pihak ketiga yang melambat disebabkan persaingan yang semakin ketat dengan bank umum yang terus gencar membuka jaringan kantornya. Tabel III.25. Indikator Umum Bank Perkreditan Rakyat Growth Growth Tw Indikator Tw II '11 II '11 (% Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II (% yoy) yoy) Jumlah bank (tidak termasuk kantor ,74 2,74 cabang) Total Aset (Rp Juta) ,6 22,5 Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) ,22 23,26 Kredit (Rp Juta) ,8 34,12 LDR (%) 132,5 134,86 136,96 135,13 143,68 NPL (%) 11,21 11,9 11,96 12,72 12, PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK UMUM SYARIAH Peningkatan kinerja pembiayaan bank syariah belum diikuti oleh kualitas pembiayaannya. Pertumbuhan pembiayaan bank umum dan unit usaha syariah bertumbuh signifikan pada triwulan II 211 sebesar 126,38% (yoy). Dengan kondisi melambatnya pertumbuhan simpanan/dana Pihak Ketiga dan akselerasi pembiayaan, kinerja bank umum syariah pun terlihat meningkat dengan rasio pembiayaan terhadap simpanan (FDR) sebesar 98,11%. Namun demikian, kondisi kualitas kredit yang memiliki kecenderungan memburuk dengan rasio pembiayaan non lancar (NPF) sebesar 4,52% 48

60 menjadi hal yang patut diperhatikan terutama masalah aspek prudensial penyaluran pembiayaan di masa datang. Tabel III.26. Indikator Umum Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Indikator Satuan Growth Tw Growth Tw Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II* I '11 II '11* Aset Rp Miliar ,65 62,94 Pembiayaan Rp Miliar ,14 126,38 Dana Pihak Ketiga Rp Miliar ,33 63,68 FDR % 72,31 64,83 69,38 71,66 98,11 NPF % 3,4 3,7 2,21 2,32 4,52, * data triwulan II 211 merupakan data sementara posisi April PERKEMBANGAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) Penyaluran Kredit Usaha Rakyat/KUR di Provinsi Banten hingga akhir triwulan II 211 sedikit melambat namun tetap menunjukkan pertumbuhan yang signifikan meskipun terdapat penambahan bank penyalur KUR sejak awal 211. Nominal KUR yang disalurkan pada bulan Juni 211 adalah sebesar Rp 1,9 triliun (bertumbuh sebesar 92,1% yoy) dengan jumlah debitur debitur dari periode sebelumnnya sebanyak debitur. Baik dari sisi nominal kredit maupun jumlah debitur, penyaluran KUR di Banten bertumbuh pada level yang sangat tinggi walaupun pertumbuhannya melambat dibandingkan triwulan I 211. Dari 9 bank penyalur KUR di Banten, pertumbuhan yang sangat pesat dan agresif dialami oleh Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri dan Bank Jabar Banten. Tabel III.27. Perkembangan KUR di Provinsi Banten Berdasarkan Bank Penyalur No. Bank Uraian Growth (% yoy) Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw I Tw II 1 Bank Mandiri Kredit (Rp Juta) ,33 39,63 Debitur , ,79 2 Syariah Mandiri Kredit (Rp Juta) ,86 426,38 Debitur ,67 547,37 3 BNI Kredit (Rp Juta) ,9 211,4 Debitur ,17 7,94 4 Bank Bukopin Kredit (Rp Juta) ,2 12,74 Debitur ,84 9,62 5 BRI Kredit (Rp Juta) ,61 37,74 Debitur ,51 27,6 6 BRI Mikro Kredit (Rp Juta) ,5 93,57 Debitur ,27 6,48 7 BTN Kredit (Rp Juta) ,69 25,29 Debitur ,97 49,86 8 Bank Jabar Banten Kredit (Rp Juta) ,26 747,48 Debitur , 693,81 9 Bank DKI T O T A L Kredit (Rp Juta) Kredit (Juta Rp.) ,8 92,1 Debitur Debitur ,75 63,75 Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian RI 49

61 3.5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi pembayaran non tunai secara umum belum menunjukkan peningkatan yang signifikan seiring dengan relatif melambatnya kinerja perekonomian Banten. Penggunaan kliring sebagai sarana dalam penyelesaian transaksi usaha relatif stabil pada triwulan II 211 walaupun dengan pertumbuhan yang masih cukup tinggi, sementara penggunaan sistem pembayaran non tunai Real Gross Settlement (RTGS) masih cenderung melambat yang memberikan gambaran masih tertahannya pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan laporan. Rp Miliar Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II % yoy Rp Miliar Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II % yoy Nominal Growth (RHS) Volume Growth (RHS) Grafik III.13. Perkembangan Transaksi Kliring di Wilayah Banten Berdasarkan Nominal Grafik III.14. Perkembangan Transaksi Kliring di Wilayah Banten Berdasarkan Volume Rp Miliar Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II % yoy Rp Miliar Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II % yoy Nominal Volume Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS) Grafik III.15. Perkembangan Transaksi RTGS (From) Wilayah Banten Nominal Volume Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS) Grafik III.16. Perkembangan Transaksi RTGS (To) Wilayah Banten 5

62 Rp Miliar Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II % yoy Nominal Volume Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS) Grafik III.17. Perkembangan Transaksi RTGS (FromTo) Wilayah Banten 51

63 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan 52

64 Triwulan I 211 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Konsumsi publik yang tercermin dari realisasi belanja pemerintah daerah cenderung relatif rendah pada triwulan II 211. Realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten hingga akhir triwulan laporan baru mencapai 27,45% terhadap pagu belanja tahun 211 dengan nominal sebesar Rp 956,85 miliar. Pencapaian tersebut relatif lebih lambat dibandingkan dengan triwulan II 211 dengan persentase sekitar 35,45% dari pagu tahun 21. Relatif masih rendahnya penyerapan anggaran belanja langsung khususnya belanja modal serta belanja barang dan jasa menjadi faktor rendahnya realisasi belanja publik pada triwulan laporan. Pertumbuhan melambat juga terjadi pada realisasi penerimaan daerah pada triwulan laporan meskipun angka realisasinya sudah diatas 5%. Realisasi pendapatan daerah Provinsi Banten pada triwulan II 211 telah cukup tinggi yaitu sekitar 59,53% dari total target pendapatan daerah tahun 211 dengan nilai nominal sebesar Rp 1,74 triliun. Namun bila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya masih cenderung melambat, karena pada periode tersebut persentase realisasi perolehan pendapatan daerah mencapai 63,18%. Tabel IV.1. Ringkasan APBD dan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Banten s.d. Triwulan II Tahun 21 dan Triwulan II Tahun 211 (dalam Rp Juta) No. Uraian APBD 21 Realisasi s.d. Tw II '1 Realisasi s.d. Tw II '11 APBD 211 Nominal % Nominal % A Pendapatan Daerah , ,53 1 Pendapatan Asli Daerah , ,49 2 Dana Perimbangan , ,71 3 Lainlain Pendapatan Daerah yang Sah , ,3 B Belanja Daerah , ,45 1 Belanja Tidak Langsung , ,59 2 Belanja Langsung , ,14 Surplus/Defisit (133.95) (56.6) C Pembiayaan Daerah , ,55 1 Penerimaan Pembiayaan Daerah , ,68 2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah , Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten (angka sementara) 4.1. Pendapatan Daerah Tingginya realisasi perolehan pajak daerah pada triwulan laporan mendukung realisasi pendapatan daerah tetap tinggi sekitar 59,53% dari target tahun 211, walaupun masih 53

65 Triwulan I 211 cenderung lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian triwulan II 21. Untuk membiayai rencana belanjanya pada tahun 211, target pendapatan daerah Provinsi Banten pada tahun 211 pun ditingkatkan sekitar 23,2% dibandingkan tahun 21 menjadi Rp 2,92 triliun. Sementara itu perkiraan defisit sebesar Rp 56,6 miliar akan dipenuhi dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya. Pada triwulan II 211, realisasi pendapatan daerah Provinsi Banten cukup tinggi dengan persentase mencapai 59,53% atau sebesar Rp 1,74 triliun, namun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pencapaian tersebut sedikit melambat dengan kondisi bahwa realisasi pendapatan daerah triwulan II 21 telah mencapai 63,18% dari targetnya. Tabel IV.2. Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Banten s.d. Triwulan II 211 Realisasi s.d. Tw II 211 URAIAN Anggaran 211 Nominal % Pendapatan Daerah ,53 A. Pendapatan Asli Daerah ,49 Pajak Daerah ,3 Retribusi Daerah ,74 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan ,6 Lainlain PAD yang Sah ,36 B. Dana Perimbangan ,71 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak ,4 Dana Alokasi Umum ,33 Dana Alokasi Khusus C. Lainlain Pendapatan Daerah yang Sah ,3 Pendapatan Hibah ,16 Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya Dana Penyesuaian dan Otsus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya N.A. Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten (angka sementara) Pencapaian realisasi Pendapatan Asli Daerah yang cukup tinggi terutama dari komponen pajak menjadi penopang utama pencapaian pendapatan daerah pada triwulan laporan. Dalam kurun waktu Januari Juni tahun 211, realisasi perolehan pajak daerah Provinsi Banten cukup tinggi dan telah mencapai Rp 1,29 triliun atau sekitar 64,3% dari targetnya sebesar Rp 2, triliun. Pencapaian perolehan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor dengan realisasi yang tinggi khususnya jenis sedan, jeep dan station wagon pribadi mendorong perolehan pajak daerah pada triwulan laporan cukup tinggi. Peningkatan pendapatan masyarakat dan investasi yang meningkat diperkirakan mendorong peningkatan masyarakat untuk membeli kendaraan bermotor baik baru atau bekas (second). Pada tahun 211, pajak daerah tetap masih menjadi komponen utama pendapatan daerah dengan proporsi sebesar 68,42% terhadap total pendapatan daerah Provinsi Banten. 54

66 Triwulan I 211 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 11,48% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 1,29% Lainlain PAD yang Sah 1,29% Retribusi Daerah,1% DAK 1,54% DAU 15,74% Pendapatan Hibah,14% Pajak Daerah 68,42% Grafik IV.1. Komposisi Unsur Pendapatan Daerah Provinsi Banten tahun 211 Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten 4.2. Belanja Daerah Peningkatan pagu belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten sekitar 38,79% pada tahun 211 atau menjadi sebesar Rp 3,49 triliun baru dapat direalisasikan sebesar 27,45% mencerminkan belum optimalnya Pemda Banten menyerap anggaran. Kapasitas pembelanjaan publik yang meningkat diharapkan dapat menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan kinerja ekonomi Banten pada tahun 211. Namun, hal yang patut disayangkan adalah peningkatan pagu belanja tersebut secara umum belum mampu meningkatkan kapasitas belanja modal. Hal ini berimbas pada kinerja perekonomian yang sedikit melambat. Sementara itu, dari pagu belanja dalam APBD (murni) Provinsi Banten tahun 21, proporsi belanja modal terhadap total belanja mencapai 28,52%, namun pada tahun 211 proporsinya hanya sebesar 18,75%. Tabel IV.3. Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Banten Triwulan I 211 No. Uraian APBD 211 Realisasi s.d. Tw II '11 Nominal % B Belanja ,45 1 Belanja Tidak Langsung ,59 Belanja Pegawai ,35 Belanja Hibah ,53 Belanja Bantuan Sosial ,82 Belanja Bagi Hasil kepada Kab/Kota ,28 Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Kab/Kota/Desa dan Parpol ,89 Belanja Tidak terduga 5., 2 Belanja Langsung ,14 Belanja Pegawai ,7 Belanja Barang dan Jasa ,52 Belanja Modal ,48 Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten (angka sementara) 55

67 Triwulan I 211 Dibandingkan triwulan II tahun 21, penyerapan anggaran belanja daerah pada triwulan laporan relatif lebih lambat dengan persentase sebesar 27,45% dari pagu belanja tahun 211. Total realisasi belanja Pemerintah Provinsi Banten sepanjang semester I 211 adalah sebesar Rp 956,85 miliar dengan persentase sebesar 27,45% terhadap pagu belanja tahun 211. Persentase realisasi belanja tersebut relatif rendah dibandingkan dengan tahun 21 dimana hingga triwulan II 21 realisasi penyerapan anggaran belanja telah mencapai 35,45%. Di samping itu, realisasi belanja modal juga relatif masih rendah hingga akhir periode laporan sebesar Rp 133,8 miliar atau sekitar 2,548% terhadap pagu belanja modal tahun 211. Proyek yang sudah menyerap anggaran belanja modal kebanyakan adalah proyek pemeliharaan/ pembangunan jalan dan layanan public lainnya. % 4, 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, 36,21 35,37 27,45 Persentase Realisasi Belanja Sem I 29 Sem I 21 Sem I 211 Grafik IV.1. Perbandingan Realisasi Belanja Daerah s.d Tw II Tahun Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten (angka sementara) 56

68 BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tren perekonomian yang sedikit melambat pada triwulan II 211 diperkirakan belum berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi ketenagakerjaan Banten. Meningkatnya investasi pada triwulan laporan dengan pertumbuhan sekitar 8,26% (yoy) dibandingkan triwulan I 211 sebesar 6,23% (yoy) diperkirakan dapat menahan penurunan angka indikator kondisi ketenagakerjaan yaitu Tingkat Pengganguran Terbuka (TPT) Banten pada triwulan laporan. Tingkat Pengganguran Terbuka (TPT) lebih rendah dibandingkan kondisi pertengahan triwulan III 21. Pada pertengahan triwulan I 211, angka TPT Banten tercatat sebesar 13,5% dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,77% (yoy), sedangkan angka TPT triwulan III 21 sebesar 13,68% dan pertumbuhan ekonomi Banten pada level 6,6% (yoy). Sementara itu dari berbagai indikator diperkirakan tingkat kesejahteraan masyarakat cenderung stabil. Persentase jumlah penduduk miskin Banten pada Maret 211 tercatat sebesar 6,32% atau terus membaik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 7,16%. Tetap tingginya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan sebesar 6,27% (yoy) walaupun cenderung melambat dibandingkan triwulan lalu diperkirakan tetap dapat menahan tingkat kemiskinan Banten. Indikator lainnya seperti Indeks Keyakinan Konsumen, Indeks Tendensi Konsumen dan Nilai Tukar Petani (NTP) yang cenderung meningkat, kondisi inflasi yang relatif terjaga diperkirakan menjadi indikasi lain tetap terjaganya daya beli dan kesejahteraan masyarakat secara umum KETENAGAKERJAAN Melambatnya pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan laporan belum memberikan dampak negatif terhadap kondisi ketenagakerjaan Banten. Pada triwulan I 211 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Banten tercatat sebesar 68,3% meningkat tinggi dibandingkan periodeperiode sebelumnya, sementara itu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah sebesar 13,5% yang merupakan level pengangguran terendah sejak tahun 28. Kondisi tersebut selaras dengan tumbuhnya perekonomian Banten secara signifikan sebesar 6,77% (yoy). Sementara itu, kondisi perekonomian triwulan II 211 terlihat sedikit melambat dengan level pertumbuhan sebesar 6,27% (yoy). Diperkirakan perkembangan ini belum memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap kondisi ketenagakerjaan Banten. Tingginya pertumbuhan investasi pada triwulan laporan 57

69 sebesar 8,26% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,23% (yoy) diperkirakan akan mampu menahan dampak perlambatan ekonomi terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka. Indikator lainnya adalah bahwa secara umum kondisi perekonomian Banten triwulan laporan tetap lebih baik dibandingkan dengan triwulan III 21 dengan level pertumbuhan pada periode tersebut sebesar 6,6% (yoy) dan angka TPT sebesar 13,68%. Diperkirakan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dapat sedikit lebih tinggi dibandingkan kondisi periode tersebut dengan level TPAK sebesar 65,34%. % 15, , , ,15 15,18 14,9 14,97 14,16 13,68 13,5 TPT % ,4 64,8 65,8 63,74 64,74 65,34 68,3 TPAK 12,5 Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb 61 Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Grafik V.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Grafik V.2. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Hal yang harus diperhatikan adalah perlunya pembangunan sumber daya manusia secara terstruktur dan terintegrasi dalam rangka mendongkrak kondisi ketenagakerjaan Banten secara relatif terhadap kondisi nasional. Berdasarkan statistik ketenagakerjaan, tingkat pengangguran Banten hingga data terakhir pada triwulan I 211 relatif selalu lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi provinsi lainnya di wilayah Jawa maupun nasional secara umum, dan belum terdapat perubahan yang signifikan terhadap kondisi tersebut. Terkait dengan hal tersebut, terobosan yang signifikan untuk mendorong tingkat partisipasi angkatan kerja sangat dibutuhkan melalui hal yang mendasar yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tingkat pendidikan masyarakat Banten yang masih cenderung rendah yang tercermin dari angka partisipasi sekolah terutama pada usia 1618 tahun mendorong adanya ketidaksesuaian (mismatch) antara kemampuan tenaga kerja dengan kualifikasi yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk mendukung pertumbuhan yang berkesinambungan dan berkualitas, selayaknya pendidikan menjadi hal yang dikedepankan untuk membangun kualitas sumber daya manusia. Dalam hal ini, pembangunan pendidikan kejuruan disarankan untuk ditingkatkan. Salah satu contohnya adalah sekolah menengah kejuruan kimia, tekstil, alas kaki atau logam sesuai dengan kondisi dan potensi Banten 58

70 sebagai lokasi klaster industri petrokimia dan juga tingginya potensi penyerapan tenaga kerja oleh industri logam di Banten. Pengalaman berharga dapat dipelajari dari ditariknya kembali rencana industri pabrik alas kaki Taiwan di Sidoarjo karena di wilayah tersebut tidak tersedia tenaga terampil menjahit khusus alas kaki pada tahun 211 ini. TPT 12 13,5 1 1,83 9,84 8 DKI Jakarta 6,8 6,7 5,47 4,18 % 6 4 Jawa Barat Banten Jawa Tengah 2 DIY Jawa Timur Grafik V.3. Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan Provinsi di Wilayah Jawa Sumber: BPS Provinsi Banten Grafik V.4. Tingkat Partisipasi Sekolah Provinsi di Wilayah Jawa Sumber: BPS Provinsi Banten 5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Sementara itu pada aspek kesejahteraan masyarakat, membaiknya tingkat pendapatan dan optimisme masyarakat serta masih terjaganya level inflasi diperkirakan dapat menjaga kondisi kesejahteraan masyarakat pada tingkat yang stabil. Tingkat pendapatan masyarakat yang tercermin salah satunya dari peningkatan pendapatan perkapita dan penyesuaian upah minimum yang meningkat diperkirakan dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat Banten pada tahun 211. Kondisi serupa juga terjadi di pedesaan, indeks Nilai Tukar Petani yang cenderung meningkat mengindikasikan terjaganya daya beli masyarakat dengan kecenderungan semakin membaik. Sementara itu dari Indeks Keyakinan Konsumen berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia maupun Indeks Tendensi Konsumen BPS Provinsi Banten menunjukkan adanya optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian dan terjaganya inflasi Banten pada level yang cukup rendah. Kondisi tersebut diharapkan dapat menjaga tingkat konsumsi masyarakat setidaknya dalam kondisi yang stabil. 59

71 % 3, 2,5 2, 1,5 1,,5, Ratarata Pertumbuhan Penduduk Tahunan 1,9 1,49 1,41 1,4,37 Nasional DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DIY,76 Jawa Timur 2,78 Banten % ,33 12,49 3,75 3,48 Nasional DKI Jakarta 16,56 16,83 15,26 15,76 16,8 14,23 11,27 1,65 7,16 6,32 Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Grafik V.5. Ratarata Laju Pertumbuhan Penduduk Nasional dan Provinsi di Kawasan Jawa Tahun 2 21 Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Banten Grafik V.6. Perbandingan Persentase Jumlah Penduduk Miskin Nasional dan Provinsi di Kawasan Jawa Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Banten Adapun momentum yang perlu dijaga adalah angka pertumbuhan ekonomi pada level yang tinggi diatas 6% dan peningkatan program untuk mengurangi kesenjangan ekonomi melalui skala prioritas pembangunan bagi sektor pertanian dan wilayah Banten bagian selatan, agar ratarata pertumbuhan penduduk Banten yang tinggi secara relatif terhadap nasional dan wilayah provinsi tetangga tidak menjadi problem bagi program pengurangan presentase penduduk miskin di Banten. 6

72 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian Banten pada triwulan III 211 diperkirakan akan kembali meningkat dengan prakiraan level pertumbuhan mencapai 6,56% 6,6% (yoy) karena membaiknya kinerja perekonomian dari sisi permintaan maupun penawaran. Kinerja sektor utama perekonomian Banten, diperkirakan meningkat dengan motor utama tetap berasal dari sektor industri pengolahan yang juga diiringi oleh meningkatnya kinerja sektorsektor pendukung. Hampir seluruh sektor secara umum diprakirakan tumbuh meningkat kecuali sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pertambangan dan penggalian. Sementara itu kecenderungan meningkatnya konsumsi, investasi dan belanja pemerintah pada triwulan mendatang diprakirakan menjadi komponenkomponen yang mendukung peningkatan kinerja ekonomi Banten. Peningkatan kinerja ekonomi, meningkatnya potensi daya beli dan dorongan peningkatan konsumsi menjelang perayaan keagamaan diperkirakan berdampak positif terhadap peningkatan tekanan inflasi. Pada triwulan mendatang inflasi Banten diprakirakan dapat berada pada kisaran 4,69% 4,9% (yoy) atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan II 211. Peningkatan inflasi diprakirakan akan bersumber dari sisi fundamental maupun non fundamental. Dari sisi fundamental, tekanan inflasi diperkirakan meningkat seiring dengan potensi meningkatnya kinerja perekonomian yang mendorong percepatan konsumsi swasta yang distimuli oleh masuknya bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri, serta akselerasi pada komponen belanja publik serta potensi peningkatan imported inflation. Sementara itu dari sisi non fundamental, adanya gejolak sisi supply pada komoditas volatile foods serta peningkatan administered prices seperti dari kenaikan tarif cukai rokok yang mendorong peningkatan harga jual rokok juga menjadi faktorfaktor yang memberikan tekanan inflasi triwulan mendatang PERTUMBUHAN EKONOMI Sisi Permintaan/Pengeluaran Optimisme masyarakat terhadap tingkat konsumsi pada triwulan III 211 stabil dengan kecenderungan semakin membaik selaras dengan membaiknya ekspektasi terhadap kondisi ekonomi periode mendatang. Ekspektasi masyarakat (dari sisi konsumen) terhadap perekonomian Banten triwulan mendatang semakin membaik sehingga diharapkan tingkat konsumsi pada 61

73 triwulan mendatang tetap tinggi dengan kecenderungan meningkat. Indikasi tersebut ditunjukkan oleh meningkatnya tren indeks ekspektasi konsumen dan indeks ekspektasi ekonomi. Potensi meningkatnya pendapatan baik dari pendapatan gaji dan upah maupun yang berasal dari pembiayaan lembaga keuangan diperkirakan setidaknya dapat mempertahankan konsumsi pada tingkat yang stabil dan bahkan meningkat. Meningkatnya Upah Minimum Provinsi maupun kota/kabupaten tahun 211 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan harapan terhadap meningkatnya pendapatan yang ditunjukkan oleh meningkatnya tren indeks ekspektasi penghasilan diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap kondisi daya beli dan konsumsi swasta. Selain itu, stabilnya suku bunga kredit seiring dengan tetap dipertahankannya suku bunga acuan bank sentral dan kemungkinan ekspansi penyaluran kredit perbankan menjelang akhir tahun diperkirakan dapat mendorong pembiayaan terhadap konsumsi pun meningkat. Indeks % yoy Indeks % yoy Indeks Ekspektasi Konsumen Growth (RHS) Indeks Ekspektasi Ekonomi Growth (RHS) Grafik VI.1. Indeks Ekspektasi Konsumen Wilayah Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik VI.2. Indeks Ekspektasi Ekonomi Wilayah Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Tabel VI.1. Perkembangan Upah Minimum Provinsi dan Kota/Kabupaten di Wilayah Banten Kota/kabupaten UMP/UMK (Rp/bulan) Growth 21 Growth (% yoy) (% yoy) Kota Tangerang ,15 1,62 Kota Cilegon ,82 4,26 Kota Tangerang Selatan ,64 1,74 Kota Serang ,94 1,1 Kab. Pandeglang ,96 5,24 Kab. Lebak ,52 5, Kab. Tangerang ,64 1,49 Kab. Serang ,89 8,5 Banten ,12 4,68 Sumber: Pemerintah Provinsi Banten 62

74 Indeks % yoy Indeks Ekspektasi Penghasilan Growth (RHS) Grafik VI.3. Indeks Ekspektasi Penghasilan Wilayah Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Sementara itu pada aspek konsumsi pemerintah, realisasi belanja pemerintah daerah pada triwulan mendatang diperkirakan akan dipercepat seiring dengan masih tertahannya realisasi belanja hingga triwulan II 211. Berdasarkan pola historis realisasi belanja pemerintah daerah hingga pertengahan tahun, pada umumnya, terjadi percepatan realisasi fiskal untuk belanja pembangunan terutama untuk keperluan pembangunan infrastruktur maupun pelaksanaan programprogram lainnya pada triwulan III dan triwulan IV. Sementara itu, dalam rangka meningkatkan efektivitas penggunaan APBD, Pemerintah Provinsi Banten saat ini pun tengah menyusun sistem evaluasi pelaksanaan pembangunan dengan model dynamic system. Kinerja investasi Banten pun diprakirakan akan meningkat seiring dengan terus berlangsungnya investasi oleh swasta yang didukung oleh pembiayaan perbankan dengan suku bunga kredit yang cenderung menurun. Investasi diperkirakan cenderung meningkat yang terutama didorong oleh peningkatan investasi swasta. Salah satunya adalah produsen petrokimia terbesar di Banten yang dalam rangka menyambung mata rantai produksi petrokimia dari hulu ke hilir, akan memulai pembangunan pabrik butadiene pertama di Indonesia pada September 211 yang diharapkan selesai pada pertengahan 213. Total investasi pabrik baru tersebut mencapai sekitar USD 11 juta dengan kapasitas 1. ton per tahun. Pada subsektor industri baja, produsen baja besar di Banten akan melakukan proses modernisasi dan pengembangan hot strip mill dengan nilai investasi sekitar 928,29 miliar dari hasil penghimpunan dana melalui IPO, sementara itu sekitar Rp 388,95 miliar dari penghimpunan dana tersebut akan digunakan untuk menambah modal perusahaan. 63

75 Meningkatnya beberapa indikator lainnya seperti tren penggunaan semen juga memberikan sinyal kecenderungan meningkatnya investasi triwulan mendatang. Perkiraan meningkatnya investasi juga diindikasikan dari meningkatnya tren impor alat transportasi untuk industri menuju triwulan III 211, begitu pula dengan penggunaan semen seiring dengan tingginya pembangunan baik di sektor properti maupun sektor industri. Indeks Tendensi Bisnis pada triwulan III 211 pun terindikasi tetap tinggi yang dapat membawa dampak positif terhadap optimisme bisnis pelaku usaha nasional termasuk di Banten dengan kondisi cukup banyaknya industri berskala nasional di wilayah ini. Sementara itu pada sisi eksternal, investasi di negara emerging markets pada tahun 211 diperkirakan tetap tinggi seiring dengan aliran modal yang tinggi dari negaranegara maju yang didukung oleh kondisi struktural ekonomi yang kokoh dengan pertumbuhan tinggi. Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I II III* % yoy Indeks Tendensi Bisnis Growth (RHS) Grafik VI.4. Indeks Tendensi Bisnis Nasional Sumber: BPS RI *) Proyeksi Grafik III.5. Perkembangan dan Proyeksi Investasi Global (% yoy) Sumber: World Economic and Financial Survey International Monetary Fund, Update April 212 Kinerja ekspor dan impor diprakirakan stabil cenderung meningkat yang ditopang oleh potensi pertumbuhan volume perdagangan dunia yang tinggi pada tahun 211. Volume perdagangan dunia pada tahun 211 diproyeksikan tetap bertumbuh tinggi pada kisaran level 8% (yoy) walaupun sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya pada saat momentum pemulihan ekonomi secara bertahap setelah melambat akibat krisis keuangan dunia. Pertumbuhan ekonomi China yang tinggi berpotensi membawa dampak positif terhadap peningkatan ekspor Banten. 64

76 Tabel VI.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Item *) 211 f) 212 f) 213 f) World Trade Volume 11, 11,5 8, 7,7 7,7 Real GDP Growth World 2,2 3,8 3,2 3,6 3,6 High Income 3,4 2,7 2,2 2,7 2,6 OECD Countries 3,5 2,6 2,1 2,6 2,5 Euro Area 4,1 1,7 1,7 1,8 1,9 Japan 6,3 4,,1 2,6 2, United States 2,6 2,8 2,6 2,9 2,7 Non OECD Countries 1,9 4,2 4,3 4,8 4,9 Developing Countries 1,9 7,3 6,3 6,2 6,3 East Asia and Pacific 7,4 9,6 8,5 8,1 8,2 China 9,1 1,3 9,3 8,7 8,8 Indonesia 4,6 6,1 6,3 6,5 6,5 Thailand 2,3 7,8 3,7 4,2 4,3 Europe and Central Asia 6,4 5,2 4,7 4,4 4,6 Latin America and Caribbean 2,1 6, 4,5 4,1 4, Middle East and North Africa 2,8 3,1 1,9 3,5 4, South Asia 6,2 9,3 7,5 7,7 7,9 Sub Saharan Africa 2, 4,8 5,1 5,7 5,7 Sumber: Global Economic Prospects World Bank, June 211 Sementara itu, tetap kuatnya konsumsi dan kinerja sektoral dunia usaha di Banten pada periode mendatang diprakirakan akan berdampak positif terhadap peningkatan impor Banten Triwulan III 211. Tren peningkatan kebutuhan barang impor konsumsi hingga Triwulan II 211 diproyeksikan akan terjadi pada periode mendatang searah dengan ekspektasi penghasilan dan kondisi ekonomi yang tetap baik. Di sisi lain, peningkatan permintaan domestik akan mendorong peningkatan kebutuhan impor bahan baku dan bahan penolong khususnya untuk sektor industri pengolahan yang memiliki import content yang tinggi Sisi Penawaran (Sektoral) Tren pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan mendatang diperkirakan mengalami peningkatan dengan kinerja sektor industri pengolahan sebagai motor penggerak utama. Berdasarkan proyeksi World Bank dalam Global Economic Prospect, perekonomian dunia diprakirakan tumbuh sekitar 3,2% (yoy) pada tahun 211 sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang meningkat cukup tinggi setelah fase perlambatan akibat krisis keuangan tahun 29. Di sisi lain, perekonomian negara berkembang diprakirakan dapat tumbuh lebih cepat sebesar 6,3% (yoy) tahun 211, sementara itu lembaga International Monetary Fund (IMF) memprakirakan pertumbuhan ekonomi Asia bahkan mencapai 6,8% (yoy) yang terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan China dan India. Dukungan pembiayaan yang kuat dari perbankan diperkirakan berperan cukup besar terhadap kinerja perekonomian Asia. Sementara itu, kedua lembaga keuangan internasional tersebut memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 65

77 tahun 211 tetap tinggi dengan kecenderungan meningkat dibandingkan tahun 21 pada kisaran 6,2% 6,3% (yoy). Tabel VI.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Asia Pacific Negara/Kawasan Industrial Asia 3,7 1,7 2,4 Japan 3,9 1,4 2,1 Australia 2,7 3, 3,5 New Zealand 1,5,9 4,1 Emerging Asia 9,6 8,1 8, NIEs 8,4 4,9 4,5 Hong Kong 6,8 5,4 4,2 Korea 6,1 4,5 4,2 Singapore 14,5 5,2 4,4 Taiwan 1,8 5,4 5,2 China 1,3 9,6 9,5 India 1,4 8,2 7,8 ASEAN 5 6,9 5,4 5,7 Indonesia 6,1 6,2 6,5 Malaysia 7,2 5,5 5,2 Philippines 7,3 5, 5, Thailand 7,8 4, 4,5 Vietnam 6,8 6,3 6,8 Emerging Asia excl. China 8,8 6,5 6,3 Emerging Asia excl. China and India 7,7 5,2 5,1 ASIA 8,3 6,8 6,9 Sumber: World Economic and Financial Survey International Monetary Fund, Update April 212 Grafik III.6. Perkembangan Kredit untuk Sektor Swasta Beberapa negara di Asia Sumber: World Economic and Financial Survey International Monetary Fund, Update April 212 Baiknya prospek ekonomi nasional pada tahun ini diperkirakan membawa dampak positif ke tingkat regional termasuk Banten. Kinerja perekonomian Banten pada triwulan mendatang diperkirakan meningkat pada kisaran pertumbuhan 6,84% 6,91% (yoy). Peningkatan kinerja diprakirakan terjadi pada hampir seluruh sektor kecuali sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas dan air bersih. 66

78 Tabel VI.4. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi Sektor 21** Tw II* Tw III* Tw IV** Tw I** Tw II** Tw III r) Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 6,29 6,36 6,68 6,23 7,73 3,15 4,22 4,27 Arah Tw III '11 Pertambangan dan Penggalian 8,93 8,56 9,74 8,39 1,8 9,11 8,7 8,75 Industri Pengolahan 3,38 3,35 4,2 3,41 4,45 3,69 3,95 4, Listrik, Gas dan Air Bersih 11,7 12,39 12,82 12,24 6,6 5,17 4,65 4,7 Bangunan 6,97 7,39 7,82 7,4 8,44 9,5 9,52 9,55 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,43 9,7 9,46 8,98 1,6 11,14 11,35 11,4 Pengangkutan dan Komunikasi 11,98 12,17 12,93 12,24 12,61 12,94 12,95 12,97 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,48 5,83 5,77 6,72 7,49 7,36 7,37 7,4 Jasajasa 6,7 5,11 1,3 4,65 5,94 6,24 6,25 6,3 PDRB 5,87 6,6 6,31 5,94 6,77 6,27 6,56 6,6 Sumber: BPS Provinsi Banten, (* angka sementara, ** angka sangat sementara, r) proyeksi Bank Indonesia) Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Setelah melambat pada triwulan II 211, kinerja sektor pertanian diperkirakan membaik pada triwulan mendatang. Membaiknya prakiraan kinerja subsektor pertanian khususnya tanaman pangan diharapkan dapat mendorong kinerja sektor pertanian secara umum pada triwulan III 211. Berdasarkan data ARAM II produksi padi Banten tahun 211, produktivitas padi pada subround I bulan Januari April 211 yang cenderung masih rendah sekitar 47,93 kuintal/hektar, diperkirakan meningkat pada subround II bulan Mei Agustus 211 sebesar 51,58 kuintal/hektar. Prakiraan membaiknya kondisi cuaca ke depan kemudian mendorong peningkatan luas tanam dan luas panen dengan asumsi gangguan dari Organisme Pengganggu Tanaman dapat teratasi dan tidak terdapat kekeringan. Selain itu, berbagai program pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian tanaman pangan seperti melalui Bantuan Langsung Benih Unggul yang disalurkan melalui Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu, Cadangan Benih Nasional (CBN) maupun berbagai program lainnya diprakirakan dapat mendukung meningkatnya kinerja sektor pertanian triwulan ke depan Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan diproyeksikan tumbuh stabil dengan kecenderungan meningkat pada kisaran level 3,95%4,% (yoy) pada triwulan III 211. Ekspektasi/perkiraan pelaku usaha sektor industri pengolahan yang meningkat diperkirakan dapat menjadi indikasi potensi meningkatnya kinerja sektor tersebut pada triwulan mendatang. Potensi meningkatnya kinerja 67

79 sektor industri didukung oleh tingginya investasi di sektor industri dan perkiraan volume perdagangan dunia yang mengalami peningkatan yang tinggi. Selain itu, dari sisi pembiayaan, meningkatnya kredit ke sektor industri pengolahan menjadi salah satu pendorong meningkatnya tren kinerja sektor tersebut. Sementara itu dari hasil liaison, salah satu perusahaan petrokimia besar di Banten akan berekspansi dengan membangun pabrik Super Absorbent Polymer (SAP) dan Acrylic Acid (AA) di Cilegon. Pabrik untuk SAP tersebut akan memiliki kapasitas 9 ribu metrik ton dan pabrik AA memiliki kapasitas 6 ribu metrik ton per tahun. Pembangunan pabrik untuk AA baru tersebut akan meningkatkan kapasitas produksi AA hingga 75% dari kapasitas sebelumnya. Pembangunan pabrik tersebut akan dimulai pada bulan Juli 211 dan direncanakan beroperasi penuh pada tahun 213. Pembangunan pabrik tersebut akan berdampak pada peningkatan kapasitas pabrik perusahaan tersebut secara umum hingga mencapai 31. metrik ton per tahun atau meningkat hampir 2% dibandingkan kapasitas awal sebesar 16. metrik ton per tahun. Saldo Bersih T.II T.III T.IV T.I T.II T.III* Rp Triliun % yoy 6 Sektor Industri Pengolahan Kredit Sektor Industri Growth (RHS) Grafik III.7. Perkiraan Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Grafik III.8. Kredit untuk Sektor Industri Pengolahan Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten Sektor Bangunan Kinerja sektor bangunan pun diproyeksikan meningkat pada level 9,52% 9,55% (yoy). Kinerja sektor bangunan pada Triwulan III 211 diprakirakan juga meningkat seiring dengan maraknya permintaan dan pembangunan properti komersial dan residensial khususnya oleh pengembang swasta. Berdasarkan hasil Survei Properti Komersial, pengembangan kawasan industri di Banten diperkirakan meningkat seiring rencana pembangunan pabrik baru dan perluasan gudang yang berasal dari pengembangan Millenium Industrial Estate Tahap 2 di Tigaraksa, Tangerang dan Modern Cikande Industrial Estate di Tangerang. 68

80 Tabel VI.5. Perkembangan Properti Komersial di Wilayah Banten Sub Sektor Growth (% yoy) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw I '1 Tw II '1 Tw III '1 Tw IV '1 Tw I '11 Ritel Sewa Stok (m2) ,87,,, 61,9 Tingkat Hunian 92,45% 92,84% 93,28% 93,61% 85,88%,96 2,69 1,78 1,79 7,11 Tarif sewa (Rp/m2/bulan) ,88 7,84 9,81 1,97 5,71 Jual Stok (m2) ,,,,, Tingkat Penjualan 78,96% 79,1% 79,14% 79,14% 79,14%,34,25,41,33,23 Harga jual (Rp/m2) ,48 2,46 2,93 2,93 2,42 Hotel Stok (Kamar) ,2 8,1 8,1 16,89 8,22 Tingkat Hunian 56,5% 61,14% 63,82% 61,44% 62,17% 6,38 12,78 12,64 4,95 1,4 Tarif kamar per malam (Rp/malam) ,52 5,79,89 4,66 3,37 Lahan Industri Stok (Ha) ,,,,,56 Tingkat Penjualan 7,9% 7,12% 7,15% 7,15% 7,5%,49,42,27,13,6 Harga jual (Rp/m2) ,71 2,12,38 1,56 19,49 Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diprakirakan meningkat pada kisaran 11,35% 11,4% (yoy) triwulan III 211. Meningkatnya kinerja sektor perdagangan pada triwulan II 211 diprakirakan masih terus berlanjut pada triwulan mendatang yang didukung oleh prakiraan meningkatnya konsumsi. Berdasarkan hasil Survei Properti Komersial, pada tahun 211 diperkirakan terdapat rencana penambahan pasokan kamar hotel sekitar 357 kamar dari Hotel Sheraton Bandara, Quest Hotel dan Sentra Niaga Tangerang yang dapat meningkatkan supply kamar hotel dan peningkatan nilai tambah subsektor hotel dan sektor PHR secara umum. Kecenderungan meningkatnya konsumsi listrik oleh pelanggan bisnis (pelaku usaha MKM) di wilayah Tangerang yang menjadi jantung sektor tersebut di Banten, juga menjadi salah satu indikasi meningkatnya sektor PHR pada triwulan mendatang. Sementara itu di Kota Serang, pembangunan Mall of Serang yang dijadwalkan beroperasi pada pertengahan triwulan III 211 diperkirakan akan memberikan dorongan yang cukup signifikan terhadap kinerja sektor tersebut. Rp Triliun % yoy Kredit Sektor Perdagangan Growth (RHS) Grafik VI.9. Kredit Sektor Perdagangan Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten 69

81 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kinerja sektor pengangkutan pada triwulan III 211 diproyeksikan stabil namun dengan kecenderungan sedikit meningkat. Sektor pengangkutan diperkirakan meningkat pada triwulan III 211 yang didorong oleh meningkatnya kinerja sektorsektor produktif lainnya dengan meningkatnya permintaan terhadap angkutan dan jasa pendukung angkutan serta meningkatnya kebutuhan telekomunikasi. Dari data arus lalu lintas di Tol TangerangMerak yang merupakan ruas tol utama di wilayah Banten, terlihat adanya tren peningkatan secara umum arus kendaraan di ruas tersebut, yang berpotensi terus meningkat menuju akhir triwulan III 211 baik pada kendaraan komersial maupun penumpang seiring meningkatnya kinerja sektoral dan konsumsi/investasi, sementara itu proses perbaikan jalan yang memberikan hambatan terhadap arus lalu lintas di Tangerang Merak terlihat membaik pada akhir triwulan II 211 dan diprakirakan semakin membaik pada triwulan mendatang INFLASI Pada triwulan III 211 tingkat inflasi diprakirakan cenderung meningkat pada kisaran level 4,69% 4,9% (yoy) yang didorong baik dari aspek fundamental maupun non fundamental. Pada aspek fundamental, tekanan inflasi diperkirakan meningkat seiring dengan potensi meningkatnya kinerja perekonomian yang mendorong percepatan konsumsi swasta yang didukung faktor penyaluran kredit konsumtif yang tinggi, serta akselerasi pada komponen belanja publik. Sementara itu, tekanan inflasi yang bersumber dari faktor eksternal diperkirakan masih cukup tinggi yang bersumber dari kecenderungan peningkatan harga emas yang akan mempengaruhi peningkatan inflasi inti dari komoditas emas perhiasan. Selain itu, prakiraan meningkatnya tekanan inflasi negaranegara mitra dagang khususnya China yang merupakan salah satu negara asal impor terbesar di Banten. 7

82 Grafik III.1. Proyeksi Inflasi Negaranegara di Asia Tahun Sumber: World Economic and Financial Survey International Monetary Fund, Update April 212 Tingkat ekspektasi masyarakat pun terindikasi sedikit memburuk yang mengindikasikan adanya pandangan terhadap kemungkinan kenaikan harga pada triwulan mendatang. Fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap USD yang masih stabil memberikan dampak ekspektasi masyarakat terhadap harga sedikit meningkat pada level yang stabil. Hal tersebut terindikasi dari stabilnya Indeks Ekspektasi Masyarakat terhadap Harga 3 Bulan yang Akan Datang. 25, 2, 15, 1, 5, Ekspektasi Harga 3 bulan yang akan datang Grafik VI.11. Indeks Ekspektasi Masyarakat terhadap harga 3 Bulan Yang Akan Datang Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Sementara itu dari sisi non fundamental, juga terdapat potensi meningkatnya harga barangbarang komoditas volatile foods (memiliki kecenderungan harga bergejolak). Beberapa hal yang menjadi penyebabnya antara lain karena adanya kenaikan harga pakan ayam, sehingga terjadi kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam dari produsen; belum selesainya proses negosiasi perdagangan impor sapi dari Australia; kondisi cuaca dan gelombang laut yang tinggi juga mendorong penurunan pasokan ikan segar. Sementara itu, terdapat kondisi peningkatan permintaan terhadap bahan makanan secara umum meningkatnya pendapatan masyarakat yang 71

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 21 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat serta ridhanya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 2010 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat serta ridhanya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 12 1 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan petunjuk serta ridha-nya

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2013,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH BAB 2 Inflasi Aceh yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di dua kota yaitu Banda Aceh dan Lhokseumawe pada triwulan III tahun 2012 tercatat sebesar 2,07%

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

i

i i 2 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Indeks 250 200 150 100 50 0 Indeks SPE Growth mtm (%) Growth yoy (%)

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 2011 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan rahmat serta ridha-nya penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Banten Triwulan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH Inflasi Aceh pada triwulan I tahun 2013 tercatat sebesar 2,68% (qtq), jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang minus 0,86% (qtq). Secara tahunan, realisasi inflasi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I-2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Penurunan Harga BBM dan Panen Raya Dorong Deflasi Bulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Inflasi Ramadhan 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Inflasi 2016 Cukup Rendah dan Berada dalam Batas

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2013

ii Triwulan I 2013 ii Triwulan I 2013 iii iv Triwulan I 2013 v vi Triwulan I 2013 vii viii Triwulan I 2013 Indikator 2010 2011 2012 2013 Total Total I II III IV Total I Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017

No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017 No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017 Pada bulan April 2017 Wonosobo mengalami inflasi sebesar 0,02 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 124,27. Inflasi April 2017 lebih tinggi dibandingkan Maret 2017

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian Misi Bank Indonesia kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN WONOGIRI No. 01/08/3312/Th 2016, Agustus 2016 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN JULI 2016 SEBESAR 0,57% Bulan 2016, kabupaten Wonogiri mengalami inflasi sebesar 0,57

Lebih terperinci