Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten"

Transkripsi

1 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 12 1

2 Halaman ini sengaja dikosongkan 2

3 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan petunjuk serta ridha-nya penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Banten triwulan IV 12 dapat dipublikasikan. Buku Kajian Ekonomi Regional ini merupakan sebuah kajian komprehensif yang diterbitkan secara triwulanan yang berisi analisis, data dan informasi mengenai kondisi terkini perekonomian Banten maupun prospeknya di masa mendatang. Buku Kajian Ekonomi Regional ini mencakup kajian mengenai perkembangan makroekonomi regional Banten saat ini; perkembangan inflasi; perbankan dan sistem pembayaran; perkembangan keuangan daerah; perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan serta prospek perekonomian ke depan. Berdasarkan hasil asesmen pada triwulan IV 12, perkembangan kinerja perekonomian Banten sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan pada level 5,87%(yoy). Sementara itu, tren peningkatan inflasi tahunan Banten masih terjadi pada triwulan IV 12 masih cukup terjaga pada level 4,37% (yoy) dengan level inflasi terendah terjadi di Kota Cilegon. Melemahnya tekanan komoditas dalam kelompok volatile foods pada triwulan ini secara siginifikan mendorong penurunan tekanan inflasi Banten secara umum. Pada aspek perbankan, kinerja intermediasi tetap baik meskipun sedikit melambat, kualitas kredit pun tetap terjaga baik. Akhir kata, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggitingginya kepada semua pihak baik Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Pemerintah Daerah provinsi dan kota/kabupaten di Banten,perusahaan/asosiasi di Provinsi Banten serta pihak-pihak lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu. Kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan perekonomian Provinsi Banten. Serang, 7 Februari 13 Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten TTD Ananda Pulungan Deputi Direktur 3

4 Halaman ini sengaja dikosongkan 4

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 3 DAFTAR ISI... 5 RINGKASAN EKSEKUTIF... 9 TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI BANTEN BAB I PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL SISI PERMINTAAN Konsumsi Investasi Ekspor Impor Konsumsi Pemerintah SISI PENAWARAN Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan LGA Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Sektor sektor Lainnya Boks 1. Pengembangan UMKM Sektor Industri di Banten Berbasis Komoditas Unggulan Wilayah BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH PERKEMBANGAN INFLASI BANTEN Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Berdasarkan Kota FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

6 Aspek Non Fundamental Aspek Fundamental/Komponen Inti Boks 2. Kegiatan Pengendalian Inflasi Daerah Wilayah Banten Tahun BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK UMUM Perkembangan Simpanan/Dana Pihak Ketiga (DPK) Masyarakat Perkembangan Penyaluran Kredit Provinsi Banten Perkembangan Penyaluran Kredit per Kota/Kabupaten... 6 A. Kabupaten Lebak B. Kabupaten Pandeglang C. Kabupaten Serang D. Kabupaten Tangerang E. Kota Cilegon F. Kota Tangerang G. Kota Serang Risiko Kredit PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK PERKREDITAN RAKYAT PERKEMBANGAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Boks 3. Seminar Sinergi Antar Lembaga Dalam Penguatan Pelaku Usaha Agribisnis dari Hulu Sampai Hilir Sebagai Upaya Meningkatkan Aksesibilitas Usaha Agribisnis kepada Pembiayaan Perbankan di Provinsi Banten BAB IV KEUANGAN DAERAH PENDAPATAN DAERAH BELANJA DAERAH BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KETENAGAKERJAAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tingkat Upah/Pendapatan

7 Kemiskinan BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN PERTUMBUHAN EKONOMI Sisi Permintaan Sisi Penawaran PRAKIRAAN INFLASI

8 Halaman ini sengaja dikosongkan 8

9 RINGKASAN EKSEKUTIF Kinerja perekonomian Banten pada triwulan IV 12 sedikit melambat pada level 5,87% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya dapat bertumbuh 5,93% (yoy). Kondisi perekonomian dunia yang masih diliputi ketidakpastian terindikasi berdampak pada perlambatan kinerja perekonomian Banten melalui perlambatan ekspor di sektor utama seperti sektor industri pengolahan. Di sisi lain, konsumsi yang menguat menjadi salah satu penopang masih terjaganya pertumbuhan Banten triwulan ini. Di sisi lain, tren inflasi Banten terus membaik menuju akhir tahun 12 dan berada pada level 4,37% (yoy) pada akhir triwulan IV 12 yang berada dalam koridor sasaran inflasi nasional tahun 12. Seluruh kota perhitungan inflasi di Banten yaitu Kota Cilegon, Serang dan Tangerang berada pada koridor sasaran inflasi nasional tahun 12 di bawah level 4,5% (yoy). Tingkat inflasi tertinggi terjadi di Kota Tangerang sebesar 4,44% (yoy) dan yang terendah terjadi di Kota Cilegon sebesar 3,91% (yoy). Melemahnya tekanan kelompok volatile foods pada triwulan laporan mendorong penurunan tekanan inflasi Banten dan ketiga kota perhitungan inflasi. Ekspansi perbankan Banten pada triwulan IV 12 tetap tinggi meskipun sedikit melambat, di sisi lain kualitas kredit tetap terjaga. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank umum dari sebesar 75,93% pada triwulan III 12 menjadi sebesar 72,69% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko kredit bank umum dapat terjaga di level yang rendah (1,64%). Melambatnya kinerja perbankan juga diindikasikan dari melambatnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), meskipun tetap tumbuh pada level yang tinggi. Penyaluran KUR hingga akhir triwulan IV 12 masih menunjukkan perkembangan yang signifikan. Nominal KUR yang disalurkan posisi Desember 12 mencapai Rp 2,3 triliun dengan level pertumbuhan melambat menjadi 48,45% (yoy) dari periode sebelumnya sebesar 49,58% (yoy). Berdasarkan nominalnya, transaksi non tunai dalam sistem pembayaran di Banten pun menunjukkan sedikit penurunan kinerja pada triwulan IV 12. Kondisi tersebut terindikasi dari menurunnya pertumbuhan nominal pembayaran yang dilakukan melalui kliring dari 22,63% (yoy) menjadi 11,41% (yoy). 9

10 Persentase realisasi belanja daerah pada akhir triwulan IV 12 secara keseluruhan memang relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, namun realisasi belanja pegawai serta belanja barang dan jasa pemerintah Provinsi Banten yang tinggi diperkirakan menjadi faktor pendorong meningkatnya kinerja konsumsi pemerintah triwulan laporan. Belanja daerah Provinsi Banten secara keseluruhan pada triwulan IV 12 hampir mencapai pagunya dengan realisasi sekitar 93,78% atau dengan nominal Rp 5,41 triliun. Pencapaian ini memang relatif rendah jika dibandingkan tahun sebelumnya yang dapat terealisasi sekitar 96,38% terhadap pagunya. Namun, secara umum realisasi belanja pegawai dan belanja barang dan jasa relatif lebih tinggi dan diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan konsumsi pemerintah pada triwulan ini. Pada aspek kesejahteraan, meskipun pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten sedikit melambat, namun diperkirakan belum berdampak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari upah/pendapatan masyarakat dan inflasi pedesaan yang masih cukup stabil serta jumlah penduduk miskin yang cenderung berkurang. Pada aspek ketenagakerjaan, meskipun ketersediaan lapangan pekerjaan cenderung menurun, namun tingkat partisipasi angkatan kerja masih cukup baik dengan sebaran yang merata pada masingmasing lapangan pekerjaan. Prospek perekonomian Banten pada triwulan I 13 diperkirakan tetap kuat meskipun ada kecenderungan sedikit tertahan, sementara itu kondisi inflasi diprakirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan namun masih terjaga pada koridor sasaran inflasi nasional. Investasi dan konsumsi diprakirakan tetap menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Banten periode ke depan. Konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap kuat meskipun dibayangi kecenderungan sedikit melambat pada triwulan mendatang, begitu pula dengan investasi. Di sisi lain, kinerja ekspor impor luar negeri Banten pada triwulan I 13 berpotensi membaik, seiring membaiknya perekonomian dunia secara umum. Di sisi lain, kinerja inflasi Banten periode mendatang berpotensi lebih tinggi yang didorong oleh peningkatan tekanan khususnya dari kelompok volatile foods dan inti. Bencana banjir yang melanda sejumlah daerah di wilayah Banten dan DKI Jakarta teridentifikasi telah mengganggu pasokan serta distribusi dan pada akhirnya mendorong peningkatan tekanan inflasi dari kelompok volatile foods. Selain itu, curah hujan dan gelombang laut yang tinggi diperkirakan juga berpengaruh terhadap pasokan bumbu-bumbuan dan ikan segar. Tekanan inflasi dari komponen inti diprakirakan berpotensi meningkat, sementara itu komponen administered prices diprakirakan stabil dengan kecenderungan meningkat. 1

11 TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI BANTEN Indikator 11*) 12**) III IV I II III IV Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional 6,1 5,11 6,39 6,64 5,93 5,87 Bruto () Berdasarkan Sektor: Pertanian 4,27 3,45 3,7 3, 6,6 5,21 Pertambangan & Penggalian 5,83 6,25 4,42 7,21 6,98 7,48 Industri Pengolahan 3,67 2,9 2,35 3,98 3, 3,9 Listrik, Gas & Air Bersih 2,4 4, 6,51 7,15 7,44 4,44 Bangunan 8,86 9,28 9,85 8,14 7,8 9,87 Perdagangan, Hotel & 1,69 9,63 14,23 11, ,7 Restoran Pengangkutan & Komunikasi 11,31 1,96 1,61 9,57 1,31 1,97 Keuangan, Persewaan & Jasa Usaha 7,7 6,1 7,78 7,87 7,81 7,91 Jasa-jasa 7,33 8,58 11,11 11,14 5,51 6,87 Berdasarkan Permintaan Konsumsi Rumah Tangga & Lembaga Nirlaba 5,32 5,68 4,9 5,5 5,7 5,78 Konsumsi Pemerintah 12,89,64 4,82 6,76 4,22 6,19 PMTB 8,74 11,9 12,78 14,67 17,64 16,15 Ekspor 12,24 11,22 11,47 11,49 5,66 7,61 Impor 16,84 16,75 15,79 15,71 8,15 1,99 Ekspor Nilai Ekspor Non Migas (USD 2.485, , , , , ,97 Juta) Volume Ekspor Non Migas 991,35 922,11 1.6,98 1.8,23 952,31 94,28 (ribu ton) Impor Nilai Impor Non Migas (USD 5.258, 6.8, , , , ,5 Juta) Volume Impor Non Migas 3.45, , , , , ,12 (ribu ton) Indeks Harga Konsumen Kota Cilegon 127,5 128,86 129,76 131, 133,22 133,9 11

12 Kota Serang 132,1 133,46 134,4 136,25 138,17 139,34 Kota Tangerang 129,44 13,47 131,42 132,84 135,32 136,26 Provinsi Banten 129,5 13,68 131,62 133,7 135,44 136,38 Laju Inflasi Tahunan () Kota Cilegon 2,75 2,35 2,76 4,8 4,86 3,91 Kota Serang 4,11 2,78 3,92 5,28 4,6 4,41 Kota Tangerang 4,44 3,78 3,98 4,42 4,54 4,44 Provinsi Banten 4,18 3,45 3,81 4,49 4,83 4,37 Keterangan: *) angka sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten) **) angka sangat sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten) 12

13 TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI BANTEN Indikator III IV I II III IV Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 66,26 7,16 72,73 76,66 81,45 88,44 Tabungan 22,55 25,1 25,38 27,8 29,31 32,77 Giro 12,91 14,49 14,75 15,66 16,41,92 Deposito 3,8 3,57 32,6 33,92 35,73 34,75 Kredit (Rp Triliun) 49, 51,95 53,47 59,3 61,84 64,29 Berdasarkan Lokasi Bank Modal Kerja 16,5 16,95 17,2 18,88,61 21,99 Konsumsi 28,64 3,46 31,5 34,82 34,82 35,31 Investasi 4,6 4,54 4,95 5,33 6,42 6,99 Kredit (Rp Triliun) 92,12 112,22 117,35 132, ,53 152,62 Berdasarkan Lokasi Proyek Modal Kerja 39,19 47,6 49,22 6,21 59,4 66,31 Konsumsi 31,83 37,78 38,58 41,21 43,77 46,84 Investasi 21,1 27,38 29,55 31,57 35,35 39,47 Loan to Deposit Ratio (%) 74,25 74,29 73,52 77, 75,93 72,69 NPL Gross (%) 2,53 1,9 1,92 1,79 1,86 1,64 Sistem Pembayaran Transaksi RTGS (Rp Triliun) Rata-rata Harian Nominal,7,7,7.79,79,84 Transaksi Rata-rata Harian Volume Transaksi Transaksi Kliring (Rp Triliun) Rata-rata Harian Nominal 9,15 9,5 8, ,42 8,89 Transaksi Rata-rata Harian Volume Transaksi Keterangan: *) angka sementara posisi Desember 12 () 13

14 Halaman ini sengaja dikosongkan 14

15 BAB I PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Melambatnya pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan III 12 masih berlanjut di periode laporan. Pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan IV 12 berada pada level 5,87% (yoy) yang sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,93% (yoy). Kondisi perekonomian dunia yang masih diliputi ketidakpastian terindikasi berdampak pada perlambatan kinerja perekonomian Banten melalui perlambatan ekspor di sektor utama seperti sektor industri pengolahan. Di sisi lain, konsumsi yang menguat menjadi salah satu penopang masih terjaganya pertumbuhan Banten triwulan ini. 6,8 6,6 6,4 6, 6, 5,8 5,6 5,4 6,64 Laju Pertumbuhan Ekonomi Banten 6,39 5,93 5,87 I II III IV 12 Grafik I.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Banten Sumber: BPS Provinsi Banten 1.1. SISI PERMINTAAN Melambatnya investasi dan tertahannya kinerja ekspor diperkirakan menjadi faktor yang menahan laju pertumbuhan ekonomi Banten periode laporan pada level 5,87% (yoy). Perekonomian dunia yang belum pulih dan masih diwarnai ketidakpastian terlihat memberikan dampak yang cukup besar terhadap perdagangan internasional Banten. Berlanjutnya pelemahan permintaan barang-barang dari negara-negara mitra dagang Banten untuk produk industri memberikan efek terhadap melambatnya kinerja sektoral Banten khususnya industri. Melambatnya investasi pada triwulan ini dibandingkan triwulan sebelumnya meskipun tetap dalam level pertumbuhan yang tinggi juga menjadi faktor lain tertahannya pertumbuhan periode ini. Namun demikian, karena tetap bertumbuh tinggi, investasi kemudian tetap menjadi sumber penopang kinerja ekonomi Banten pada triwulan IV 12 meskipun dengan besaran yang menurun. 15

16 Tabel I.1. Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Komponen Penggunaan Komponen 12**) Tw I Tw II Tw III Tw IV 12**) Konsumsi Rumah Tangga dan Lembaga Nirlaba 4,9 5,5 5,7 5,78 5,37 Konsumsi Pemerintah 4,82 6,76 4,22 6,19 5,54 PMTB 12,78 14,67 17,64 16,15 15,37 Ekspor 11,47 11,49 5,66 7,61 8,96 Impor 15,79 15,71 8,15 1,99 12,49 PDRB 6,28 6,53 5,93 5,87 6,15 Sumber: BPS Provinsi Banten Sumber pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 12 tetap berasal dari investasi/penanaman Modal tetap Bruto (PMTB) dan konsumsi. Investasi tetap menjadi sumber pertumbuhan pada periode laporan sebesar 2,9% meskipun dengan besaran yang menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,99%. Konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba juga menjadi salah satu komponen penunjang pertumbuhan ekonomi Banten dengan kecenderungan yang terus meningkat dan memberikan gambaran terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat Banten secara keseluruhan tahun 12 yang semakin membaik. Tabel I.2. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Kelompok Penggunaan Komponen 12**) Tw I Tw II Tw III Tw IV 12**) Konsumsi Rumah Tangga dan Lembaga Nirlaba 1,85 1,89 2,12 2,17 2,1 Konsumsi Pemerintah,13,,13,23,17 PMTB 2,11 2,46 2,99 2,9 2,62 Ekspor 12,1 12,76 6,35 8,72 9,94 Impor 9,92 1,79 5,68 8,16 8,61 PDRB 6,28 6,53 5,93 5,87 6,15 Sumber: BPS Provinsi Banten Konsumsi Konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba bertumbuh dengan kecenderungan sedikit meningkat pada triwulan laporan terutama untuk komponen konsumsi bukan makanan dengan total pertumbuhan sebesar 5,78% (yoy) dan andil sebesar 2,17%. Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 12 meningkat secara moderat pada level 5,78% (yoy) setelah pada periode sebelumnya bertumbuh sebesar 5,7% (yoy). Berdasarkan informasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, konsumsi rumah tangga untuk kebutuhan non makanan meningkat cukup tinggi yang tercermin dari pertumbuhan pembelian kendaraan roda empat dengan pertumbuhan sekitar 12,79% (yoy) posisi November 12 yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan pembiayaan 16

17 perbankan untuk konsumsi yang tetap tinggi meskipun tidak setinggi triwulan sebelumnya yang didukung dengan penurunan tren suku bunga kredit yang terus menurun, diperkirakan juga mendukung peningkatan laju konsumsi rumah tangga. Unit , 25,, 15, 1, 5,, Kendaraan Roda Empat Bukan Umum Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.2. Perkembangan Kendaraan Roda Empat Baru Wilayah Banten Sumber: DPKAD Provinsi Banten Rp Triliun % 13,5 13, 12,5 12, 11,5 11, Konsumsi 13,28 13,17 13, 12,95 12,7613,34 12,65 12,7812,86 12,5 12,33 12,1 I II III IV I II III IV I II III IV Kredit Konsumsi Pertumbuhan (Axis Kanan) Suku Bunga Kredit Tertimbang Grafik I.3. Kredit Konsumsi Banten Grafik I.4. Perkembangan Suku Bunga Tertimbang Kredit Konsumsi Lokasi Proyek di Banten Rata-rata penggunaan pendapatan untuk konsumsi serta volume impor barang konsumsi yang tetap tinggi juga menjadi indikator lain dari peningkatan konsumsi periode laporan. Dari hasil survei konsumen di Banten untuk indikator persentase penggunaan penghasilan untuk konsumsi menunjukkan persentase yang tetap tinggi dengan rata-rata pada triwulan IV 12 sebesar 59,1% dari penghasilan. Sementara itu, perkembangan volume impor barang konsumsi pada akhir tahun 12 juga teridentifikasi tetap tinggi. 17

18 1% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% % 1% % Tabungan Cicilan Pinjaman Konsumsi Grafik I.5. Rata-rata Penggunaan Penghasilan Rumah Tangga Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Meningkatnya upah yang didukung dengan terjaganya inflasi baik di perkotaan maupun perdesaan menjadi faktor pendorong peningkatan konsumsi pada periode ini.perkembangan Upah riil buruh tani, Nilai Tukar Petani, buruh konstruksi serta pembantu rumah tangga yang meningkat menjadi indikator faktor pendorong konsumsi rumah tangga yang bersumber dari peningkatan pendapatan, meningkatnya UMP/UMK Banten di tahun 12 juga menjadi pendorong peningkatan penghasilan dan selanjutnya mendorong daya beli. Kondisi ini didukung pula oleh perkembangan inflasi Banten dan inflasi pedesaan Banten yang tetap terjaga rendah. Rp/Hari Upah Buruh Tani Upah Riil Indeks , 5, 4, 3, 2, 1,, 12 NTP Banten Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.6. Perkembangan Upah Riil Buruh Tani Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Grafik I.7. Perkembangan Nilai Tukar Petani Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Tabel I.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani Banten per Sub Sektor NTP per Sub Sektor I II III IV I II III IV Pangan 14,33 13,37 15,72 17,89 19,59 19,31 11,87 114,87 Hortikultura 19,9 18,17 19,88 19,11 11,41 111,3 112,3 111,21 Perkebunan Rakyat 11,31 13,61 14,6 14,68 14,91 13,88 13,46 16,83 Peternakan 12,47 11,57 11,2 11,83 11,48 11,42 11,69 12,9 Perikanan 96,5 98,57 98,65 97,83 97,74 98,74 1,16 99,97 NTP 14,34 13,86 15,45 16,54 17,69 17,66 18,81 111,7 Pertumbuhan 4,23 2,65 2,29 2,73 3,21 3,66 3,19 4,25 Sumber: BPS Provinsi Banten 18

19 Triwulan IV Inflasi Pedesaan Ribu Ton Volume Impor Barang Konsumsi 3. Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.8. Perkembangan Inflasi Pedesaan Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Grafik I.9. Volume Impor Barang Konsumsi Banten Rp/Bulan Upah Pembantu Rumah Tangga Upah Riil Rp/Hari Upah Buruh Konstruksi Upah Riil Grafik I.1. Perkembangan Upah Riil Pembantu Rumah Tangga Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Grafik I.11. Perkembangan Upah Riil Buruh Konstruksi Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Investasi Investasi Banten pada triwulan IV 12 tercatat bertumbuh sebesar 16,15% (yoy) dengan andil sekitar 2,9% terhadap pertumbuhan ekonomi Banten periode laporan. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI, dana dari Penanaman Modal Asing (PMA) tetap mendominasi realisasi investasi untuk Banten yang menunjukkan bahwa Banten tetap menarik bagi investor asing. Namun, dari tabel realisasi investasi di bawah terlihat bahwa secara umum pertumbuhan investasi Banten pada akhir tahun 12 relatif tidak secepat triwulan sebelumnya meskipun dengan level pertumbuhan yang tinggi sekitar 31,6% (yoy). 19

20 Tabel I.4. Realisasi Investasi PMA & PMDN untuk Lokasi Proyek di Banten Investasi 12 I II III IV PMDN (Rp Miliar) 253,5 3.59,6 721,8 551,6 PMA (USD Juta) 555,8 842, 418,7 899,8 Total Realisasi Investasi Kumulatif (Rp Miliar) 5.334, , , ,7 Pertumbuhan (Axis Kanan) 97,1 98,2 41,9 31,6 Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal RI Pertumbuhan pembiayaan perbankan yang tetap tinggi meskipun melambat juga menjadi faktor pendorong tingginya investasi Banten meskipun dengan kecenderungan melambat. Pertumbuhan kredit investasi Banten pada triwulan IV 12 menunjukkan kecenderungan yang melambat namun tetap bertumbuh tinggi pada kisaran 4% - 5% (yoy). Menurunnya tren suku bunga kredit diperkirakan mendorong minat para pelaku usaha untuk menyerap pembiayaan dari perbankan. Hal ini juga ditunjang oleh terjaganya kualitas kredit investasi hingga akhir periode laporan. Rp Triliun % 12, 1, 8, 6, 4, 2,, Investasi 11,5 1,521,8 9,8 9,67 1,7 9,94 9,72 9,6 8,9 8,91 8,75 I II III IV I II III IV I II III IV Kredit Investasi Pertumbuhan (Axis Kanan) Suku Bunga Kredit Tertimbang Grafik I.12. Perkembangan Kredit Investasi Lokasi Proyek di Banten Grafik I.13. Perkembangan Suku Bunga Tertimbang Kredit Investasi Lokasi Proyek di Banten 6,% NPL Kredit Investasi 5,% 4,% 3,% 2,% 1,%,% NPL Kredit Investasi 4,99 1,26 1,14 1,24 1,8 1,6 1,4,97 1,3,93,91,85 Grafik I.14. Perkembangan Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Kredit Investasi Lokasi Proyek di Banten

21 Ribu Ton Triwulan IV 12 Indikator lainnya seperti perkembangan impor barang modal dan konsumsi semen juga menunjukkan kecenderungan melambat. Perkembangan impor barang modal Banten terlihat tetap tinggi namun dengan kecenderungan melambat pada akhir triwulan IV 12, sementara itu perkembangan konsumsi semen Banten juga terlihat stagnan. Ribu Ton Volume Impor Alat Transportasi untuk Industri Volume Impor Barang Modal Pertumbuhan (Axis Kanan) Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.15. Perkembangan Impor Barang Modal Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Grafik I.16. Perkembangan Impor Alat Transportasi untuk Industri Banten Ribu Ton Konsumsi Semen (ton) Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.17. Perkembangan Konsumsi Semen Banten Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Ekspor Impor Pertumbuhan ekonomi dan volume perdagangan dunia yang masih lemah menjadi penyebab tertahannya kinerja ekspor dan impor luar negeri Banten pada triwulan ini meskipun cenderung lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. International Monetary Fund (IMF) merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi dan perkembangan volume perdagangan dunia pada tahun 12 yang mengindikasikan masih lemahnya perbaikan kinerja perekonomian dunia. Pertumbuhan ekspor Banten baik berdasarkan nominal dan volume terlihat membaik dibandingkan triwulan III 12 meskipun terlihat masih tertahan. Pertumbuhan impor juga masih terlihat tertahan, meskipun terlihat adanya peningkatan untuk komponen impor bahan baku/penolong. 21

22 USD Juta Triwulan IV (5) (1.) (1.5) (2.) Trade Balance Ekspor Impor Grafik I.18. Kinerja Perdagangan Internasional Banten USD Juta Nilai Ekspor Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.19. Perkembangan Nilai Ekspor Banten Ribu Ton Volume Ekspor Pertumbuhan (Axis Kanan) (1) () (3) (4) (5) Grafik I.. Perkembangan Volume Ekspor Banten USD Juta Nilai Impor Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.21. Perkembangan Nilai Impor Banten Ribu Ton Volume Impor Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.22. Perkembangan Volume Impor Banten 22

23 Ribu Ton Volume Impor Bahan Baku/Penolong Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.23. Impor Bahan Baku/Penolong Banten Ekspor ke negara-negara/kawasan tujuan utama Banten masih menunjukkan kondisi yang tertahan. Pertumbuhan ekspor ke USA, China dan Jepang terlihat membaik terhadap triwulan lalu namun masih bertumbuh lemah dan bahkan masih bertumbuh negatif untuk kawasan Eropa. Mulai meningkatnya ekspor ke kawasan ASEAN kemudian menjadi komponen yang membantu mendorong laju ekspor Banten. USD Juta Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.24. Ekspor Banten Negara Tujuan USA USD Juta Nilai Ekspor Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.25. Ekspor Banten ke Kawasan Eropa USD Juta Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.26. Ekspor Banten Negara Tujuan ASEAN 23

24 USD Juta USD Juta Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.27. Ekspor Banten Negara Tujuan Jepang Grafik I.28. Ekspor Banten Negara Tujuan China Konsumsi Pemerintah Konsumsi pemerintah meningkat pada periode laporan dengan pertumbuhan sebesar 6,19% (yoy) pada triwulan IV 12 dan memberikan andil sekitar,23% terhadap pertumbuhan ekonomi Banten periode ini. Meningkatnya penyerapan belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten hingga triwulan IV 12 untuk keperluan belanja pegawai serta barang dan jasa menjadi indikasi peningkatan konsumsi pemerintah periode laporan. Dengan total pagu belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten sebesar Rp 5,66 triliun di tahun 12, tercatat realisasi belanja daerah sepanjang tahun 12 mencapai 93,78% dari pagunya, atau dengan nominal sebesar Rp 5,31 triliun. Sementara itu realisasi belanja pegawai mencapai angka 95,53% dari pagunya di tahun 12 atau dengan nominal Rp 384,98 miliar. Sementara itu realisasi belanja barang dan jasa juga tinggi mencapai 95,11% atau dengan nominal Rp 946,34 miliar SISI PENAWARAN Melambatnya berbagai sektor ekonomi termasuk sektor ekonomi utama memberikan dampak terhadap melambatnya kinerja ekonomi Banten periode laporan. Pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan IV 12 berada pada level 5,87% (yoy) yang sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan angka pertumbuhan sebesar 5,93% (yoy). Pada periode laporan, sektor-sektor utama Banten mengalami perlambatan seperti sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) termasuk sektor pertanian. 24

25 Tabel I.5. Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi () Sektor 11*) 12**) Tw I Tw II Tw III Tw IV 12**) Pertanian, peternakan, kehutanan dan 3,6 3,7 3, 6,6 5,21 4,54 perikanan Pertambangan dan Penggalian 6,33 4,42 7,21 6,98 7,48 6,55 Industri Pengolahan 4,73 2,35 3,98 3, 3,9 3,15 Listrik, Gas dan Air Bersih 4,47 6,51 7,15 7,44 4,44 6,36 Bangunan 8,75 9,85 8,14 7,8 9,87 8,9 Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,51 14,23 11,6 9,94 9,7 11,28 Pengangkutan dan Komunikasi 11,94 1,61 9,57 1,31 1,97 1,37 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,14 7,78 7,87 7,81 7,91 7,84 Jasa-jasa 7,89 11,11 11,14 5,51 6,87 8,54 PDRB 6,43 6,39 6,64 5,93 5,87 6,15 Sumber: BPS Provinsi Banten Saldo Bersih I II III IV I II III IV I II III IV Sektoral (Umum) Grafik I.29. Realisasi Kegiatan Usaha Sektoral Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Pertanian Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tumbuh melambat pada triwulan IV 12 yang terlihat dari melambatnya kinerja subsektor tanaman bahan makanan (tabama). Melambatnya kinerja sektor pertanian pada periode laporan teridentifikasi salah satunya dari melambatnya kinerja subsektor tanaman bahan makanan khususnya komoditas padi. Berdasarkan keterangan dari Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, terlihat bahwa realisasi luas panen maupun produksi padi sawah dan ladang Banten pada triwulan IV 12 di bawah rencana/targetnya. Sementara itu dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, tren produktivitas padi sawah Banten pada tahun 12 cenderung menurun yang disebabkan salah satunya oleh masalah kekeringan yang terjadi dan berdampak terhadap mundurnya musim tanam padi tahun 12 dan selanjutnya kepada realisasi panen periode tersebut. Di sisi lain, terlihat pula adanya penurunan kredit yang disalurkan untuk sektor pertanian pada triwulan ini. Kredit yang disalurkan untuk sektor pertanian berdasarkan lokasi proyek di Banten pada akhir triwulan IV 12 adalah sebesar Rp 959,25 miliar dengan tren pertumbuhan 25

26 Rp Miliar Triwulan IV 12 yang menurun. Diperkirakan, menurunnya kualitas kredit sektor tersebut yang tercermin dari peningkatan rasio Non Performing Loan (NPL) khususnya pada sub sektor perikanan memberikan andil terhadap menurunnya penyaluran kredit untuk sektor pertanian pada triwulan ini. Ha Rencana Panen Realisasi Panen I II III IV 12 Ton Rencana Produksi Realisasi Produksi I II III IV 12 Grafik I.3. Rencana dan Realisasi Luas Panen Padi Sawah dan Ladang Banten Sumber: Distanak Provinsi Banten Grafik I.31. Rencana dan Realisasi Produksi Padi Sawah dan Ladang Banten Sumber: Distanak Provinsi Banten Ku/Ha 58, 56, 54, 52, 5, 48, 46, 44, I II III IV I II III IV Rata-rata Produktivitas Padi Sawah 15, 1, 5,, -5, -1, Pertumbuhan (Axis Kanan) Kredit Sektor Pertanian Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.32. Perkembangan Produktivitas Padi Sawah Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Grafik I.33. Kredit Sektor Pertanian Lokasi Proyek di Banten % 6, 5, 4, 3, 2, 1, Sub Sektor Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Sub Sektor Perikanan Grafik I.34. Rasio NPL Kredit Sektor Pertanian Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten 26

27 Rp Miliar Triwulan IV Pertambangan dan Penggalian Kinerja sektor pertambangan dan penggalian sedikit meningkat pada level 7,48% (yoy) setelah pada triwulan lalu bertumbuh 6,98% (yoy). Meningkatnya pembiayaan perbankan untuk sektor tersebut menjadi salah satu indikasi meningkatnya performa usaha sektor pertambangan dan penggalian pada periode laporan. Di sisi lain, kualitas kredit untuk sektor tersebut pun relatif terjaga rendah pada kisaran di bawah 1,5% , 3, 25,, 15, 1, 5,, -5, 2, 1,6 1,,8,4, 1,45 1,53 1,4 1,13 1,27 1,25 1,39 1,4,93 1,6,15, Kredit Sektor Pertambangan Pertumbuhan (Axis Kanan) NPL (%) Grafik I.35. Kredit Sektor Pertambangan dan Penggalian Lokasi Proyek di Banten Grafik I.36. Rasio NPL Kredit Sektor Pertambangan dan Penggalian Lokasi Proyek di Banten Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan mengalami perlambatan meskipun masih dalam level yang moderat dengan level pertumbuhan 3,9% (yoy) pada periode laporan yang diperkirakan dipengaruhi oleh masih berlanjutnya pelemahan ekspor hingga akhir tahun 12. Melambatnya kinerja sektor industri pengolahan terlihat salah satunya dari indikator survei yaitu realisasi kegiatan usaha khususnya dari sub sektor industri kimia dan barang dari karet yang menunjukkan kecenderungan menurun. Saldo Bersih I II III IV I II III IV I II III IV Industri Kimia & Barang dari Karet Grafik I.37. Realisasi Kegiatan Usaha Industri Kimia dan Barang dari Karet Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia 27

28 Rp Triliun USD Juta Triwulan IV 12 USD Juta Nilai Ekspor Tekstil Pertumbuhan (Axis Kanan) (1) () (3) (4) Nilai Ekspor Pakaian Jadi 4, 3,, 1, - (1,) (,) (3,) (4,) Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.38. Ekspor Tekstil Banten Grafik I.39. Ekspor Pakaian Jadi Banten USD Juta Nilai Ekspor Besi/Baja Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.4. Ekspor Besi/Baja Banten (1) () USD Juta Ekspor Kertas dan Turunannya () (4) (6) (8) Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.41. Ekspor Kertas Banten Di sisi lain, terlihat pula bahwa pembiayaan untuk sektor ini pun cenderung menurun, meskipun masih tetap menunjukkan kualitas kredit yang terjaga. Total kredit yang disalurkan untuk sektor industri pengolahan yang berlokasi di Banten pada akhir triwulan IV 12 adalah sebesar Rp 39,28 triliun dengan pertumbuhan yang melambat dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya % 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5, NPL Kredit Sektor Industri Pengolahan Kredit Sektor Industri Pertumbuhan (Axis Kanan) 12 Grafik I.42. Kredit Sektor Industri Pengolahan Lokasi Proyek di Banten Grafik I.43. Rasio Kredit Non Lancar Sektor Industri Pengolahan Lokasi Proyek di Banten 28

29 Beberapa industri yang secara rata-rata merupakan penyerap kredit terbesar mengalami perlambatan dan penurunan kredit. Perlambatan kredit terjadi pada beberapa industri dengan pangsa penyerapan kredit terbesar antara lain industri logam dasar besi baja, industri barang dari plastik, industri pakaian jadi, dan industri tekstil (pemintalan, penenunan dan pengolahan akhir tekstil) dan bahkan penyaluran kredit untuk industri bubur kertas (pulp) bertumbuh negatif pada triwulan ini. Diperkirakan, kondisi perekonomian global yang belum stabil turut memberikan andil terhadap melambatnya kinerja berbagai sub sektor industri, termasuk terhadap penyaluran pembiayaan perbankan terhadap sektor tersebut. Rp Miliar Rp Miliar Kredit untuk Industri Logam Dasar Besi & Baja Kredit untuk Industri Barang dari Plastik Pertumbuhan (Axis Kanan) Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.44. Kredit untuk Industri Logam Dasar Besi dan Baja Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten Grafik I.45. Kredit untuk Industri Barang dari Plastik Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten Rp Miliar Kredit untuk Industri Bubur Kertas (Pulp), Kertas & Karton Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.46. Kredit untuk Industri Pulp, Kertas dan Karton Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten Konsumsi listrik untuk sektor industri pengolahan pun cenderung melambat. Dari perkembangan pemakaian listrik/konsumsi listrik sektor industri pengolahan untuk wilayah Banten utara terlihat adanya kecenderungan perlambatan pada triwulan IV 12. Kondisi ini menjadi salah satu indikator adanya pelemahan kinerja sektor ini pada periode laporan. 29

30 Ribu KWH Konsumsi Listrik Industri I II III IV 15, 1, 5,, -5, -1, Konsumsi Listrik 12 Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.47. Perkembangan Konsumsi Listrik Industri untuk wilayah Banten Utara Sumber: PT. PLN APJ Banten Utara LGA Kinerja Sektor listrik, gas dan air bersih (LGA) juga cenderung melambat dengan level pertumbuhan sebesar 4,44% (yoy) triwulan ini. Konsumsi listrik secara umum di wilayah Banten Utara yang mengalami perlambatan mengkonfirmasi adanya perlambatan tersebut,. Di samping itu, pertumbuhan kredit untuk sektor listrik, gas dan air bersih juga mengalami tren melambat yang diperkirakan juga dikarenakan oleh tingginya rasio kredit bermasalah pada triwulan IV 12. Juta KWH Konsumsi Listrik (Umum) I II III IV 15, 1, 5,, -5, -1, Konsumsi Listrik 12 Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.48. Perkembangan Konsumsi Listrik (Umum) Wilayah Banten Utara Sumber: PT. PLN APJ Banten Utara 3

31 Rp Triliun Triwulan IV Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Pertumbuhan (Axis Kanan) % NPL Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih,5,5,4,4,3,3,2,2,1,1, Grafik I.49. Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Lokasi Proyek di Banten Grafik I.5. Rasio NPL Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Lokasi Proyek di Banten Bangunan Di sisi lain, kinerja sektor bangunan cenderung meningkat pada periode laporan yang didorong oleh tingginya pembangunan properti residensial maupun komersial baik di wilayah Tangerang maupun Serang, serta dukungan suku bunga tertimbang kredit konstruksi yang cenderung terus menurun. Meningkatnya kebutuhan properti baik komersial maupun residensial seiring pertumbuhan penduduk maupun ekonomi nasional mendorong pertumbuhan sektor ini meningkat. Kondisi tersebut didorong pula oleh suku bunga kredit yang cenderung menurun baik untuk kredit konstruksi maupun untuk pemilikan rumah. % 13, Suku Bunga Tertimbang 12,5 12, 11,5 11,29 11, 1, Grafik I.51. Perkembangan Suku Bunga Tertimbang Kredit Sektor Bangunan Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten Perdagangan, Hotel dan Restoran Performa sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) juga sedikit melambat meskipun tetap tumbuh pada level yang tinggi sebesar 9,7% (yoy). Data realisasi kegiatan usaha sektor perdagangan, hotel dan restoran yang cenderung menurun disebabkan oleh menurunnya realisasi usaha di sub sektor perdagangan yang diperkirakan didorong oleh melambatnya kinerja sektor industri pengolahan dan pertanian yang berimbas pula pada 31

32 penurunan indikator jumlah karyawan sektor PHR. Di sisi lain, pada perdagangan eceran, indeks ketepatan pembelian barang tahan lama dari hasil Survei Konsumen yang cenderung menunjukkan perlambatan juga menjadi salah satu indikator yang mengkonfirmasi adanya perlambatan kinerja sektor tersebut. Saldo Bersih I II III IV I II III IV I II III IV Sektor PHR Grafik I.52. Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Saldo Bersih I II III IV I II III IV I II III IV Sub Sektor Perdagangan Grafik I.53. Realisasi Kegiatan Usaha Sub Sektor Perdagangan Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Indeks Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.54. Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Saldo Bersih I II III IV I II III IV I II III IV Sektor PHR Grafik I.55. Indikator Jumlah Karyawan Total Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Indonesia Bank Sementara itu, meskipun trennya cenderung melambat, pertumbuhan penyaluran kredit untuk sektor PHR yang masih berada pada level yang tinggi. Kondisi tersebut ditambah dengan kualitas kredit yang baik diperkirakan menjadi faktor lain yang menahan kinerja sektor ini masih berada pada level pertumbuhan yang tetap tinggi. 32

33 Rp Miliar Rp Triliun Triwulan IV % NPL Kredit Sektor PHR Lokasi Proyek di Banten 3, 2,5 2, 1,5 1,, Kredit Sektor PHR Pertumbuhan (Axis Kanan) 12 Grafik I.56. Kredit Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Lokasi Proyek di Banten Grafik I.57. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Lokasi Proyek di Banten Pengangkutan dan Komunikasi Meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan memberikan dampak positif terhadap permintaan transportasi dan jasa pendukung transportasi termasuk komunikasi. Konsumsi rumah tangga yang cenderung meningkat pada triwulan IV 12 diperkirakan memberikan dampak terhadap kebutuhan pengangkutan dan telekomunikasi, yang distimuli pula oleh masa libur natal 12 dan tahun baru 13 yang lebih panjang dan memberikan kesempatan bagi para agen ekonomi khususnya rumah tangga untuk meningkatkan konsumsinya untuk kebutuhan transportasi maupun komunikasi. Sementara itu, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini meskipun secara umum melambat, namun tetap bertumbuh baik. Bahkan pembiayaan untuk jenis jasa penunjang angkutan dan jasa perjalanan wisata meningkat cukup tajam dan mengkonfirmasi penjelasan sebelumnya Kredit Sektor Pengangkutan Pertumbuhan (Axis Kanan) Rp Miliar Nominal Kredit 12 Pertumbuhan (Axis Kanan) 8, 6, 4,,, -, -4, -6, -8, Grafik I.58. Kredit Sektor Pengangkutan Lokasi Proyek di Banten Grafik I.59. Kredit untuk Jasa Telekomunikasi Lokasi Proyek di Banten 33

34 Rp Miliar Triwulan IV 12 Rp Miliar Nominal Kredit 12 Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.6. Kredit untuk Jasa Penunjang Angkutan Lokasi Proyek di Banten Sektor sektor Lainnya Meningkatnya konsumsi rumah tangga dan pemerintah pada periode ini diperkirakan menjadi pendorong bagi menguatnya pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa dunia usaha serta sektor jasa-jasa. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sedikit meningkat pada level 7,91% (yoy) dari sebelumnya sebesar 7,81% (yoy). Sementara itu, konsumsi listrik pemerintah yang meningkat dan kredit untuk sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang meningkat menjadi faktor pendorong meningkatnya kinerja sektor tersebut pada periode laporan. Ribu KWH Konsumsi Listrik Pemerintah I II III IV 12 Konsumsi Listrik Pertumbuhan (Axis Kanan) 1, 8, 6, 4, 2,, -2, Kredit Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.61. Konsumsi Listrik Pemerintah di Wilayah Banten Utara Sumber: PT. PLN APJ Banten Utara Grafik I.62. Kredit Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Lokasi Proyek di Banten 34

35 Triwulan IV 12 Boks 1. Pengembangan UMKM Sektor Industri di Banten Berbasis Komoditas Unggulan Wilayah Sektor industri pengolahan hingga saat ini tetap menjadi motor penggerak utama perekonomian Banten dari sisi sektoral. Berdasarkan data Pendapatan Regional Domestik Bruto (PDRB) Banten, rata-rata pangsa sektor industri pengolahan tahun 1 hingga pertengahan 12 mencapai sekitar 47,5% terhadap total PDRB Banten, meskipun dengan tren yang sedikit menurun dengan pergeseran ke arah sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor pengangkutan. Keuangan, Pers ewaan & Jasa Perusahaan 3,8% Pengangkutan dan Komunikasi 9,2% Bangunan 3,6% PHR 18,6% Jasa-jasa 5,6% LGA 3,6% Pertanian 8,1% Industri 47,5% Tambang & Galian,1% III II I IV III II I IV III II I % % 4% 6% 8% 1% Pertanian Pertambangan Industri LGA Bangunan PHR Pengangkutan Keuangan Jasa-jasa Grafik I.63. Rata-rata Pangsa Sektor Ekonomi Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Grafik I.64. Perkembangan Pangsa per Sektor Ekonomi Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Namun yang diperhatikan adalah, sejauh mana peran sektor industri pengolahan untuk menjangkau pemerataan kesejahteraan masyarakat di wilayah Banten, dengan kondisi perusahaan yang berada dan memiliki pengaruh besar dalam sektor industri pengolahan di Banten umumnya berskala besar dan tidak seluruhnya merupakan industri padat karya. Konklusinya, jangkauan sektor ini terhadap pemerataan kesejahteraan perlu diperluas melalui pengembangan dan peningkatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di sektor industri tersebut. Pengembangan UMKM sektor industri ini selanjutnya perlu untuk memperhatikan keunggulan yang dimiliki termasuk sumber daya yang dimiliki. Klaster industri berbasis komoditas unggulan wilayah kemudian dapat menjadi salah satu alternatif solusi. Terkait dengan hal ini, Bank Indonesia telah melakukan suatu penelitian mengenai Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan untuk wilayah Banten di berbagai sektor dan salah satunya sektor industri. Dari hasil penelitian tersebut dipetakan komoditas atau jenis usaha unggulan UMKM di sektor industri pengolahan di masing-masing kota/kabupaten di wilayah Banten sebagai berikut: 35

36 Tabel I.6. Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM Sektor Industri Pengolahan per Kota/Kabupaten di Wilayah Banten Kota Serang Kabupaten Serang Kota Cilegon Kota Tangerang 1. Keripik Singkong 1. Batu Bata 1. Batu Bata 1. Pakaian jadi/konveksi 2. Anyaman Bambu 2. Keripik Singkong 2. Emping dan Ceplis 2. Tahu 3. Mebel Kayu 3. Keripik Pisang 3. Keripik Pisang 3. Tempe 4. Tahu 4. Emping 4. Keripik Singkong 4. Kerupuk dan Sejenisnya 5. Pagar/Asesoris 5. Pasir 5. Genteng 5. Kecap 6. Tempe 6. Anyaman Bambu 6. Tempe 6. Roti dan Kue 7. Kerupuk dan Sejenisnya 7. Tahu 7. Mebel Kayu Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang Kabupaten Lebak Kabupaten Pandeglang 1. Pakaian jadi/konveksi 1. Tahu 1. Batu Bata 1. Emping dan Ceplis 2. Sandal dan Sepatu 2. Tempe 2. Anyaman Bambu 2. Keripik Pisang 3. Tahu 3. Kerupuk dan Sejenisnya 3. Gula Aren 3. Anyaman Bambu 4. Kerupuk dan Sejenisnya 4. Batu Bata 4. Pasir 4. Tempe 5. Roti dan Kue 5. Sandal dan Sepatu 5. Keripik Singkong 5. Emping 6. Mebel Kayu 6. Pasir 6. Tempe 6. Keripik Singkong 7. Percetakan/Sablon 7. Genteng 7. Keripik Pisang 7. Tahu Di sisi lain, dukungan perbankan untuk UMKM termasuk di sektor industri pengolahan relatif baik, meskipun masih jauh lebih rendah dibandingkan untuk usaha besar. Pada posisi akhir tahun 12, total kredit yang disalurkan untuk lokasi proyek di wilayah Banten adalah sebesar Rp 152,62 triliun, sedangkan yang disalurkan untuk UMKM sekitar Rp 19,85 triliun. Sementara itu, total kredit yang disalurkan perbankan nasional khusus untuk sektor industri wilayah Banten mencapai Rp 39,28 triliun, dan sekitar 15,8% dari nominal kredit tersebut diserap oleh UMKM atau sebesar Rp 4,72 triliun. Pangsa kredit UMKM untuk sektor industri pengolahan mencapai sekitar 23,64% terhadap total kredit UMKM. Nilai pangsa tersebut merupakan peringkat kedua terbesar terhadap total kredit UMKM per sektor ekonomi Banten setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa sebesar 4,78%. Rp Triliun Transportasi dan Komunikasi 3,1% Keuangan, Pers ewaan dan Jasa Perusahaan 9,17% Jasa-jasa Lain-lain 4,32% 7,77% PHR 4,78% Pertanian 1,84% Industri Pengolahan 23,64% Pertambangan,51% LGA,26% Konstruksi 8,61% Nominal Kredit Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.65. Perkembangan Kredit UMKM Sektor Industri Pengolahan Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten Grafik I.66. Pangsa Kredit UMKM per Sektor Ekonomi Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten 36

37 Jenis industri yang banyak menyerap kredit antara lain industri barang plastik, pakaian jadi, tekstil, barang logam, furnitur, bubur kertas, plastik dan karet buatan, pencetakan, logam dasar besi/baja dan industri kemasan. Total pangsa kredit keseluruhan industri tersebut mencapai lebih dari 5% dari total kredit UMKM sektor industri pengolahan pada tahun Tabel I.7. Pangsa 12 Jenis UMKM Sektor Industri Penyerap Kredit Terbesar Tahun Jenis Industri Pangsa Industri Barang dari Plastik 12,2% Industri Pengolahan Lainnya 5,5% Industri Pakaian Jadi dan perlengkapannya 4,5% Industri Pemintalan, Pertenunan, Pengolahan Akhir Tekstil 4,2% Industri Barang Logam yang Tidak Diklasifikasikan di Tempat Lain 3,8% Industri Furnitur 3,7% Industri Barang Jadi Tekstil dan Permadani 3,6% Industri Bubur Kertas (Pulp), Kertas dan Karton / Paper Board 3,4% Industri Plastik dan Karet Buatan 3,1% Industri Percetakan dan Kegiatan yang Berkaitan Dengan Pencetakan 2,7% Industri Logam Dasar Besi dan Baja 2,6% Industri Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton 2,5% Dengan memperhatikan kedua sisi tersebut, terlihat bahwa masih terdapat ruang yang besar bagi pengembangan UMKM sektor industri berbasis komoditas unggulan wilayah untuk mendapat dukungan pembiayaan perbankan. Hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan feasibility maupun bankability dari industri kecil tersebut terutama dengan meningkatkan keunggulan dan daya saing dari masing-masing usaha tersebut. Pada gilirannya diharapkan agar pengembangan industri yang bersifat kewilayahan tersebut dapat memperhatikan masalah ketersediaan bahan baku/sumber daya yang sesuai dan kontinu; harapan pasar terhadap produk yang dihasilkan dan konsistensi dari kualitas produk tersebut. 37

38 Halaman ini sengaja dikosongkan 38

39 Triwulan IV 12 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Inflasi Banten pada akhir tahun 12 berada pada level 4,37% (yoy), terjaga rendah meskipun sedikit berada di atas level inflasi nasional 4,3% (yoy). Seluruh kota perhitungan inflasi di Banten yaitu Kota Cilegon, Serang dan Tangerang berada pada koridor sasaran inflasi nasional tahun 12 di bawah level 4,5% (yoy). Tingkat inflasi tertinggi terjadi di Kota Tangerang sebesar 4,44% (yoy) dan yang terendah terjadi di Kota Cilegon sebesar 3,91% (yoy). Secara umum terjadi penurunan tekanan inflasi pada triwulan IV 12 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terjadi di seluruh kota perhitungan inflasi. Menurunnya tekanan kelompok volatile foods menjadi latar belakang pelemahan tekanan inflasi Banten secara keseluruhan. Kondisi ini terjadi di seluruh kota perhitungan inflasi Banten PERKEMBANGAN INFLASI BANTEN Laju inflasi tahunan Banten pada akhir triwulan 12 masih terjaga rendah meskipun mengalami sedikit deviasi positif terhadap inflasi nasional. Perkembangan inflasi Banten cukup terjaga pada periode laporan meskipun sudah mencapai sedikit di atas level inflasi nasional pada Desember 12. Tercatat inflasi tahunan Banten pada akhir triwulan 12 sebesar 4,37% (yoy) yang tetap berada pada koridor sasaran inflasi nasional meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional pada level 4,3% (yoy) , 1 1, 8, 6, 4, 2,, -2, Deviasi Nasional Banten Inflasi Banten Grafik II.1. Perkembangan Inflasi Banten dan Nasional Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI Grafik II.2. Perkembangan Inflasi Tahunan Banten Sumber: BPS Provinsi Banten 39

40 % mtm Triwulan IV 12 Tabel II.1. Perbandingan Inflasi Banten dan Nasional Inflasi () Banten 2,86 6,1 3,45 4,37 Nasional 2,78 6,96 3,79 4,3 Deviasi,8 -,86 -,34,7 Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Bulanan Sepanjang triwulan IV 12, tren inflasi bulanan Banten menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada periode triwulan IV 12 yaitu bulan Oktober, November dan Desember, Provinsi Banten mengalami inflasi bulanan berturut-turut,33% (mtm); -,1% (mtm) dan,37% (mtm). Kondisi inflasi tersebut membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana sepanjang Juli, Agustus dan September, Banten mengalami inflasi bulanan berturut-turut sebesar,52% (mtm), 1,7% (mtm) dan,18% (mtm). 1,6 1,4 1, 1,,8,6,4,, -, -,4 -,6 -,8-1, Inflasi Bulanan Grafik II.3. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Tekanan harga bulanan seluruh kelompok yang relatif melemah pada triwulan IV 12 menyebabkan tekanan inflasi bulanan Banten pun menurun. Secara umum, seluruh kelompok mengalami penurunan perubahanan indeks harga bulanan, dan terjadi terutama pada kelompok bahan makanan. Menurunnya tekanan harga bumbu-bumbuan seperti cabe merah, beberapa jenis sayur dan buah, menjadi latar belakang pelemahan tersebut. 4

41 Kelompok Tabel II.2. Inflasi Bulanan (% mtm) Banten per Kelompok Komoditas Umum,8,5 -,13,23,31,56,52 1,7,18,33 -,1,37 Bahan Makanan,99 -,71-1,33,33,89 1,42 1,44 2,22-1,85,36 -,42,54 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan 1,5,33,68,36,23,42,59,61 1,44 1,18,15,46 Tembakau Perumahan, LGA dan Bahan Bakar,11,33,11,21,21,47 -,1,31,22,2,21,17 Sandang,97,75,15 -,22 -,,47,3,43,67,7 -,28,41 Kesehatan 2,64,12 -,16,58,1 -,28,53,65 -,13,35,34,15 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga,99,3,,11,7 -,15,5 1,3 5,47,15,18,22 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan,17,23,22,6,5,7,6 1,36 -,55 -,23 -,5,39 Inflasi Triwulanan 12 Sumber: BPS Provinsi Banten Inflasi triwulanan Banten juga mengalami penurunan pada triwulan IV 12 dibandingkan triwulan sebelumnya. Menurunnya tekanan berbagai kelompok terutama dari kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan ini dibandingkan triwulan III 12 memberikan dampak melemahnya tekanan inflasi triwulanan periode laporan. Pada kelompok bahan makanan, terlihat beberapa subkelompok yang memberikan andil negatif seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Tabel II.3. Inflasi Triwulanan (% qtq) dan Andil Inflasi (%) Banten per Kelompok Komoditas 12 Kelompok Andil Tw Andil Tw Andil Tw Andil Tw I II III IV I II III IV Umum,72,72 1,11 1,11 1,78 1,78,69,69 Bahan Makanan -1,6 -,26 2,67,64 1,77,44,48,11 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan 2,53,48 1,1,19 2,67,51 1,79,34 Tembakau Perumahan, LGA dan Bahan Bakar,55,14,89,22,53,13,4,1 Sandang 1,88,1,5, 1,12,6,83,5 Kesehatan 2,6,12,4,2 1,6,5,84,4 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 1,2,7,2, 7,39,48,55,4 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan,62,1,18,3,86,13,11,2 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Andil Inflasi (%) Bahan Makanan Lainnya -,2 Lemak dan Minyak Bumbu - bumbuan -,15 Buah - buahan Kacang - kacangan -,5 Sayur-sayuran Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Ikan Diawetkan Ikan Segar Daging dan Hasil-hasilnya Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya,,9,,7,1,12,,5 Tembakau dan Minuman Beralkohol Minuman yang Tidak Beralkohol Makanan Jadi,3 Andil Inflasi (%),8,23 -, -,15 -,1 -,5,,5,1,15,,5,1,15,,25 Grafik II.4. Andil Inflasi (qtq) Bahan Makanan per Sub Kelompok Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.5. Andil Inflasi (qtq) Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau per Sub Kelompok Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah 41

42 Inflasi Tahunan Membaiknya kondisi inflasi Banten juga tercermin dari menurunnya inflasi tahunan Banten menjadi sebesar 4,37% (yoy) pada triwulan IV 12 dengan penurunan andil yang signifikan dari kelompok bahan makanan. Dari tujuh kelompok barang dan jasa, terlihat adanya penurunan kontribusi yang cukup signifikan dari kelompok bahan makanan terutama dari subkelompok buah-buahan dengan andil negatif seperti jeruk, pepaya dan melon khususnya di Kota Tangerang. Di sisi lain, terlihat adanya kenaikan andil dari sub kelompok makanan jadi seperti nasi, tempe, bubur, makanan ringan dan kenaikan pada subkelompok tembakau karena adanya kenaikan cukai rokok. Tabel II.4. Inflasi Tahunan () dan Andil Inflasi (%) Banten per Kelompok Komoditas 12 Kelompok Andil Tw Andil Tw Andil Tw Andil Tw I II III IV I II III IV UMUM 3,81 3,81 4,49 4,49 4,59 4,59 4,37 4,37 Bahan Makanan 3,82,92 6,45 1,55 6,1 1,47 3,88,95 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan 4,91,94 5,57 1,7 7,34 1,39 8,23 1,56 Tembakau Perumahan, LGA dan Bahan Bakar 2,92,72 2,72,67 2,21,54 2,39,58 Sandang 9,88,53 8,42,46 1,74,1 3,93,22 Kesehatan 5,13,23 4,77,21 4,59, 4,97,22 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 6,45,41 6,38,4 8,58,56 9,11,59 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan,54,9,88,14 2,14,33 1,79,28 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Tembakau dan Minuman Beralkohol Minuman yang Tidak Beralkohol Makanan Jadi,14 Andil Inflasi (%),66,79 Bahan Makanan Lainnya Lemak dan Minyak Bumbu - bumbuan -,15 Buah - buahan Kacang - kacangan Sayur-sayuran Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Ikan Diawetkan Ikan Segar Daging dan Hasil-hasilnya Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya,4,3 -,6,4,1,12,11,18,23 Andil Inflasi,3,,,4,6,8 1, % -, -,1,,1,,3,4 % Grafik II.6. Andil Inflasi (yoy) Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau per Sub Kelompok Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.7. Andil Inflasi (yoy) Bahan Makanan per Sub Kelompok Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Inflasi Berdasarkan Kota Seluruh kota mengalami perbaikan kondisi inflasi pada triwulan IV 12, dengan level inflasi terendah terjadi di Kota Cilegon. Dari tabel di bawah terlihat bahwa secara umum perkembangan inflasi di wilayah Banten semakin membaik pada akhir tahun 12 dengan level 42

43 inflasi Banten sebesar 4,37% (yoy) dan inflasi terendah terjadi di Kota Cilegon sebesar 3,91% (yoy). Tabel II.5. Perkembangan Inflasi Tahunan Banten Berdasarkan Kota Perhitungan Inflasi Inflasi 12 I II III IV Banten 3,81 4,49 4,59 4,37 Cilegon 2,76 4,8 4,86 3,91 Serang 3,92 5,28 4,6 4,41 Tangerang 3,98 4,42 4,54 4,44 Sumber: BPS Provinsi Banten Kota Cilegon Melemahnya kontribusi kelompok bahan makanan pada triwulan IV 12 yang cukup signifikan terlihat memberikan efek positif terhadap penurunan level inflasi Kota Cilegon menjadi sebesar 3,91% (yoy). Setelah mengalami peningkatan tekanan sejak awal tahun 12 hingga triwulan III 12, tekanan harga kelompok bahan makanan di Kota Cilegon menurun cukup besar pada akhir tahun 12, dimana andil dari kelompok tersebut adalah sebesar 1,22%. Tabel II.6. Inflasi Tahunan () dan Andil Inflasi (%) Kota Cilegon per Kelompok 12 Kelompok Andil Tw Andil Tw Andil Tw Andil Tw I II III IV I II III IV Umum 2,76 2,76 4,8 4,8 4,86 4,86 3,91 3,91 Bahan Makanan 2,14,59 8,36 2,22 8,83 2,4 4,63 1,22 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan 3,58,82 2,68,62 3,85,89 3,31,77 Tembakau Perumahan, LGA dan Bahan Bakar 2,99,62 2,64,55 2,28,47 2,33,49 Sandang 8,21,42 6,68,35 2,66,14 3,69, Kesehatan 1,44,6 1,19,5 1,6,6 1,9,7 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 5,37,31 5,58,33 13,81,83 16,9,98 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan -,41 -,6 -,3 -,4,78,11 1,15,16 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Dari tabel di bawah ini terlihat bahwa kontribusi bahan makanan sepanjang triwulan laporan di Kota Cilegon cenderung melemah yang didorong penurunan tekanan harga pada komoditas seperti cabe merah, cabe rawit, udang dan beberapa jenis komoditas sayuran, meskipun terlihat masih terdapat tekanan harga yang tinggi pada komoditas beras. Di sisi lain, adanya peningkatan tekanan harga pada beberapa komoditas inti khususnya biaya pendidikan, emas perhiasan dan komoditas administered prices yaitu rokok akibat adanya kenaikan cukai rokok tahun 12 menahan penurunan laju inflasi Kota Cilegon. 43

44 Tabel II.7. Perkembangan Sepuluh Komoditas dengan Andil Positif Terbesar terhadap Inflasi Tahunan Kota Cilegon Triwulan IV 12 Oktober 12 November 12 Desember 12 Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Beras,69 SLTP,58 SLTP,59 SLTP,58 Beras,57 Beras,35 SLTA,16 Jeruk,16 Daging Kerbau,19 Jeruk,15 SLTA,16 Bawang Merah,18 Tarip Sewa Motor,15 Tarip Sewa Motor,15 SLTA,16 Telur Ayam Ras,14 Bawang Putih,12 Tarip Sewa Motor,15 Emas Perhiasan,14 Tarip Air Minum PAM,12 Rokok Kretek Filter,14 Tomat Sayur,14 Rokok Kretek Filter,12 Emas Perhiasan,13 Tarip Air Minum PAM,12 Tempe,11 Bawang Putih,13 Rokok Kretek Filter,12 Siomay,11 Jeruk,12 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Tabel II.8. Perkembangan Sepuluh Komoditas dengan Andil Negatif Terbesar terhadap Inflasi Kota Cilegon Triwulan IV 12 Oktober 12 November 12 Desember 12 Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Telepon Seluler -,9 Cabe Merah -,25 Tomat Sayur -,28 Bawang Merah -,4 Telepon Seluler -,8 Cabe Merah -,22 Kacang Panjang -,4 Cabe Rawit -,6 Tomat Buah -,7 Cabe Merah -,2 Daging Ayam Ras -,3 Telepon Seluler -,7 Cabe Rawit -,2 Kacang Panjang -,3 Cabe Rawit -,5 Bandeng -,2 Udang Basah -,3 Bayam -,4 Kerudung/Jilbab -,1 Kerudung/Jilbab -,1 Udang Basah -,2 Udang Basah -,1 Bandeng -,1 Kacang Panjang -,1 Tauge/Kecambah -,1 Tauge/Kecambah -,1 Kerudung/Jilbab -,1 Personal Komputer/Desktop -,1 Personal Komputer/Desktop -,1 Tauge/Kecambah -,1 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Kota Serang Hampir serupa dengan yang terjadi di Kota Cilegon, pelemahan kontribusi dari kelompok bahan makanan di Kota Serang secara cukup signifikan juga memberikan dampak membaiknya kondisi inflasi di Kota tersebut pada triwulan IV 12. Setelah mencapai level inflasi tertinggi sepanjang tahun 12 sebesar 5,28% (yoy) pada Juni 12, inflasi Kota serang berangsur-angsur menurun dan berada pada level 4,41% (yoy) di penghujung tahun 12. Melemahnya kontribusi komoditas volatile foods atau bahan makanan secara signifikan berdampak positif terhadap membaiknya kondisi inflasi Kota Serang periode laporan. Dari hasil penjabaran terhadap komoditas-komoditas yang memberikan andil negatif terhadap inflasi Kota Serang sepanjang triwulan IV 12 terlihat bahwa komoditas bumbu-bumbuan seperti cabe merah dan cabe rawit, beberapa jenis sayuran dan buah-buahan mengalami penurunan indeks harga dan mendorong pelemahan tekanan inflasi kota tersebut. Di sisi lain, meningkatnya tren harga emas internasional dan tingginya preferensi konsumsi emas perhiasan 44

45 serta membaiknya kondisi perekonomian secara umum di Kota Serang yang menimbulkan dampak peningkatan konsumsi kemudian berdampak pula terhadap kenaikan laju inflasi inti di kota tersebut. Tabel II.9. Inflasi Tahunan () dan Andil Inflasi (%) Kota Serang per Kelompok Komoditas 12 Kelompok Andil Tw Andil Tw Andil Tw Andil Tw I II III IV I II III IV Umum 3,92 3,92 5,28 5,28 4,6 4,6 4,41 4,41 Bahan Makanan 3,71,9 9,12 2,17 8,71 2,14 6, 1,44 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan 4,4,9 4,94 1,1 4,63 1,2 5,77 1,28 Tembakau Perumahan, LGA dan Bahan Bakar 3,21,7 3,65,8 3,83,82 3,91,85 Sandang 12,23,93 9,32,72 3,42,28 5,9,42 Kesehatan 2,33,1 1,93,8 2,6,9 2,11,9 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2,77,17 2,51,16,26,2 2,48,16 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 1,56,21 1,74,24 1,93,26 1,,16 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Tabel II.1. Perkembangan Sepuluh Komoditas dengan Andil Positif Terbesar terhadap Inflasi Kota Serang Triwulan IV 12 Oktober 12 November 12 Desember 12 Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Emas Perhiasan,35 Emas Perhiasan,29 Emas Perhiasan,35 Daging Ayam Ras,17 Nasi,21 Gula Pasir,23 Tempe, Tempe, Nasi,21 Beras,1 Rokok Kretek Filter,18 Tempe, Rokok Kretek,17 Rokok Kretek,18 Bawang Putih,18 Rokok Kretek Filter,18 Bawang Putih,17 Rokok Kretek Filter,18 Bawang Putih,18 Gula Pasir,14 Daging Ayam Ras,17 Gula Pasir,23 Upah Pembantu Rumah Tangga,13 Rokok Kretek,17 Upah Pembantu Rumah Tangga,13 Sewa Rumah,13 Bawang Merah,15 Sewa Rumah,13 Keramik,12 Daging Kerbau,14 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Tabel II.11. Perkembangan Sepuluh Komoditas dengan Andil Negatif Terbesar terhadap Inflasi Kota Serang Triwulan IV 12 Oktober 12 November 12 Desember 12 Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Cabe Rawit -,9 Cabe Merah -,24 Cabe Merah -,4 Kangkung -,4 Cabe Rawit -,13 Tomat Buah -,14 Ketimun -,4 Kulit Melinjo -,5 Cabe Rawit -,7 Bawang Merah -,3 Jagung Muda -,3 Kulit Melinjo -,5 Kulit Melinjo -,3 Telepon Seluler -,3 Telepon Seluler -,2 Kentang -,3 Susu untuk Bayi -,2 Susu untuk Bayi -,2 Telepon Seluler -,3 Tempat Tidur -,2 Tempat Tidur -,2 Susu untuk Bayi -,2 Petai -,1 Kayu Balokan -,1 Tempat Tidur -,1 Kusen -,1 Kusen -,1 Ayam Hidup -,1 Kemiri -,1 Pepaya -,1 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah 45

46 Kota Tangerang Setelah mengalami tren inflasi yang meningkat hingga triwulan lalu, pada triwulan IV 12 terlihat adanya perbaikan kondisi inflasi di Kota Tangerang dengan level sebesar 4,44% (yoy). Serupa dengan yang terjadi di Kota Serang dan Cilegon, melemahnya kontribusi kelompok bahan makanan dengan signifikan juga menjadi faktor yang menurunkan laju inflasi Kota Tangerang pada periode laporan. Komoditas bumbu-bumbuan, daging ayam ras, jeruk dan beberapa jenis sayuran mengalami penurunan indeks harga dan mendorong pelemahan tekanan dan andil dari kelompok bahan makanan Kota Tangerang. Namun, terlihat masih tingginya tekanan harga dari komoditas beras dengan kondisi mnasih berlansungnya masa tanam padi pada triwulan laporan dan diperparah dengan mundurnya musim tanam padi di akhir tahun karena bencana kekeringan yang melanda Banten dan berbagai daerah lainnya. Tabel II.12. Inflasi Tahunan () dan Andil Inflasi (%) Kota Tangerang per Kelompok Komoditas 12 Kelompok Andil Tw Andil Tw Andil Tw Andil Tw I II III IV I II III IV Umum 3,98 3,98 4,42 4,42 4,54 4,54 4,44 4,44 Bahan Makanan 4,11,97 5,68 1,35 5, 1,26 3,37,8 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan 5,3,95 6,21 1,1 8,47 1,5 9,56 1,69 Tembakau Perumahan, LGA dan Bahan Bakar 2,84,73 2,54,66 1,86,48 2,8,54 Sandang 9,67,48 8,51,42 1,27,7 3,73, Kesehatan 6,21,28 5,85,27 5,51,25 5,96,27 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 7,32,47 7,24,47 9,29,62 9,24,62 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan,53,9,94,16 2,42,39 2,1,33 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Tabel II.13. Perkembangan Sepuluh Komoditas dengan Andil Positif Terbesar terhadap Inflasi Kota Tangerang Triwulan IV 12 Oktober 12 November 12 Desember 12 Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Beras,5 Rokok Kretek Filter,41 Rokok Kretek Filter,45 Rokok Kretek Filter,45 Beras,37 Tempe,28 Tempe,28 Tempe,28 Akademi/Perguruan Tinggi,22 Akademi/Perguruan Tinggi,22 Akademi/Perguruan Tinggi,22 Nasi, Daging Ayam Ras -,4 Nasi, Daging Sapi, Nasi, Bubur,18 Rokok Kretek,19 Bubur,18 Rokok Kretek,18 Bubur,18 Mie,1 Mie,16 Makanan Ringan/Snack,17 Rokok Kretek,19 Daging Sapi,16 Pemeliharaan/Service,15 Makanan Ringan/Snack,17 Makanan Ringan/Snack,16 Angkutan Udara,13 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah 46

47 Tabel II.14. Perkembangan Sepuluh Komoditas dengan Andil Negatif Terbesar terhadap Inflasi Kota Tangerang Triwulan IV 12 Oktober 12 November 12 Desember 12 Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Jeruk -,17 Jeruk -,19 Cabe Merah -,23 Bawang Merah -,17 Telepon Seluler -,8 Jeruk -,19 Telepon Seluler -,8 Daging Ayam Ras -,4 Telepon Seluler -,8 Ketimun -,5 Bawang Merah,5 Air Kemasan -,5 Minyak Goreng -,4 Air Kemasan -,5 Kentang -,5 Air Kemasan -,3 Cabe Merah -,23 Daging Ayam Ras -,4 Kacang Panjang -,3 Ketimun -,2 Pepaya -,4 Bayam -,3 Minyak Goreng, Melon -,3 Jagung Manis -,2 Pepaya -,4 Ketimun -,2 Sawi Hijau -,2 Melon -,3 Personal Komputer/Desktop -,2 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah 2.2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Melemahnya andil inflasi dari komponen volatile foods menjadi sumber penurunan laju inflasi Banten pada triwulan IV 12. Jika dilakukan disagregrasi inflasi berdasarkan kelompok komponen, terlihat adanya penurunan kontribusi dari komponen barang-barang dengan harga bergejolak (volatile foods) terutama bumbu-bumbuan serta beberapa jenis sayuran dan buahbuahan, meskipun kontribusi dari komoditas beras masih cenderung tinggi dengan masih berlangsungnya masa tanam yang mundur karena kekeringan yang melanda. 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2,, Umum Volatile Foods Adm. Price Core % 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1,, Volatile Foods Administered Price Core Grafik II.8. Inflasi Banten per Kelompok Komponen Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.9. Andil Inflasi Banten per Kelompok Komponen Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Aspek Non Fundamental Komponen Volatile Foods Di seluruh kota perhitangan inflasi, andil komponen volatile foods menurun cukup signifikan. Kontribusi inflasi volatile foods yang menurun baik di Banten maupun kota-kota lainnnya memberikan dampak positif terhadap membaiknya laju inflasi di seluruh kota pada triwulan laporan. Jika dilihat dari komoditas barang/jasa, beberapa komoditas seperti cabe merah, cabe rawit, daging ayam ras, jeruk, beberapa jenis sayuran seperti kacang panjang dan 47

48 Triwulan IV 12 kentang mengalami penurunan indeks harga dan membantu penurunan tekanan keseluruhan komponen ini. 18, 3,5 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Banten Cilegon Serang Tangerang % 3, 2,5 2, 1,5 1,,5 Cilegon Tangerang Banten Serang, -2, -4, , -,5-1, Grafik II.1. Inflasi Volatile Foods per Kota Perhitungan Inflasi Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.11. Andil Inflasi Volatile Foods per Kota Perhitungan Inflasi Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Komponen Administered Prices Di sisi lain, terlihat adanya peningkatan andil dari komoditas administered prices terutama dari komoditas rokok kretek, rokok kretek filter yang didorong kenaikan cukai rokok tahun 12. Adanya kenaikan cukai rokok tahun 12 dan kenaikan bahan baku disinyalir mendorong kenaikan harga rokok dan rokok kretek filter pada triwulan ini. Kondisi ini kemudian mendorong peningkatan tekanan harga dari komoditas rokok yang relatif banyak dikonsumsi di ketiga kota. Berdasarkan hasil pertemuan Tim Pengendalian Inflasi Daerah, diperoleh informasi bahwa pemerintah Kota Tangerang telah mengeluarkan peraturan daerah larang merokok di tempat-tempat tertentu. Diharapkan peraturan ini dapat mendorong penurunan konsumsi rokok di masa datang dan dapat diadopsi di kota lainnya di Banten. Selain itu, penggalakkan program hidup sehat juga menjadi rekomendasi bagi pemerintah daerah untuk terus diterapkan di seluruh wilayah Banten untuk menurunkan konsumsi rokok termasuk tekanan harga dari komoditas tersebut. 6, 5, 4, 3, 2, 1, Banten Cilegon Serang Tangerang 1,4 1, 1,,8 % Cilegon,6 Tangerang,4 Banten, Serang, , Grafik II.12. Inflasi Administered Prices per Kota Perhitungan Inflasi Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.13. Andil Inflasi Administered Prices per Kota Perhitungan Inflasi Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah 48

49 Triwulan IV Aspek Fundamental/Komponen Inti Inflasi inti pada triwulan IV 12 stabil juga mengalami kecenderungan meningkat yang dikontribusi khususnya dari makanan jadi, sandang dan pendidikan. Meningkatnya biaya pengemasan makanan jadi seiring dengan meningkatnya biaya bahan baku plastik dari industri petrokimia diperkirakan memberikan andil terhadap peningkatan harga komoditas makanan jadi di Banten. Sementara itu, meningkatnya harga emas internasional mendorong peningkatan tekanan terhadap komoditas emas perhiasan dengan bobot konsumsi yang tinggi. Selain itu, masih berlanjutnya pelemahan Rupiah terhadap USD diperkirakan juga menjadi faktor lainnya yang mendorong peningkatan tekanan harga komoditas impor seperti kedelai dan gula pasir. 6, 5, 4, 3, 2, 1, Banten Cilegon Serang Tangerang 3,5 3, 2,5 2, % Cilegon 1,5 Tangerang 1, Banten,5 Serang, , Grafik II.14. Inflasi Inti per Kota Perhitungan Inflasi Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.15. Andil Inflasi Inti per Kota Perhitungan Inflasi Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Sementara itu terlihat pula bahwa ekspektasi inflasi harga dari konsumen untuk triwulan IV 12 masih cenderung terjaga dan menahan peningkatan kontribusi dari komponen inti. Indeks ekspektasi harga 3 bulan mendatang yang diperoleh dari Survei Konsumen wilayah Banten pada triwulan lalu menunjukkan ekspektasi terhadap harga yang masih stabil untuk triwulan IV 12. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum konsumen rumah tangga memperkirakan kondisi harga cukup terjaga dan berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah khususnya terkait dengan komoditas volatile foods dapat menahan peningkatan laju inflasi Banten pada triwulan IV 12. Selain itu, perayaan hari besar keagamaan dengan masa libur yang cukup panjang telah berakhir pada triwulan lalu dan disinyalir berdampak terhadap ekspektasi masyarakat yang cenderung normal kembali. 49

50 Indeks Indeks Ekspektasi Harga 3 Bulan yang Akan Datang Pertumbuhan (Axis Kanan) Rp/USD Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD Grafik II.16. Indeks Ekspektasi Harga Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik II.17. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD 5

51 Boks 2. Kegiatan Pengendalian Inflasi Daerah Wilayah Banten Tahun 12 Secara sederhana, inflasi dapat didefinisikan atas meningkatnya harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus. Inflasi dalam level yang rendah dan stabil dapat membantu percepatan pembangunan ekonomi. Sebaliknya inflasi suatu wilayah yang tinggi dan tidak stabil justru akan memberikan dampak negatif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Dari latar belakang tersebut, maka suatu awareness terhadap pentingnya stabilitas harga atau pengendalian inflasi dari berbagai pihak sangat dibutuhkan. Di sisi lain, Bank Indonesia melalui UU No. 23 tahun 1999 Jo. UU No. 3 tahun 4 memiliki tujuan tunggal yaitu memelihara stabilitas nilai Rupiah baik terhadap barang dan jasa maupun terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, dicapai salah satunya melalui pelaksanaan tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Namun, dalam rangka pencapaian stabilitas harga tersebut, kebijakan moneter perlu didukung oleh suatu langkah bersama antar berbagai pihak khususnya untuk mengelola tekanan harga yang bersumber dari sisi supply (seperti gejolak pasokan, permasalahan distribusi dan lainnya). Di Banten, dukungan pemerintah daerah dan berbagai instansi terkait dalam hal pencapaian stabilitas harga semakin berkembang hingga saat ini. Terbukti dari telah terbentuknya 5 tim pengendalian inflasi di wilayah Banten, yaitu Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Banten, Kota Serang, Kota Cilegon, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Pandeglang. Bahkan tingginya kepedulian pemerintah daerah terhadap pentingnya stabilitas harga khususnya di Kabupaten Pandeglang dan Kota Tangerang Selatan terlihat dari dibentuknya tim pengendalian inflasi di kedua kota/kabupaten tersebut meskipun kedua wilayah tersebut belum menjadi obyek perhitungan inflasi nasional saat ini. Pada tahun 12, koordinasi dan kerjasama antara seluruh anggota Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di wilayah Banten telah banyak dilaksanakan dan menghasilkan berbagai rekomendasi kepada para pimpinan daerah. Beberapa rekomendasi dan rencana aksi yang dihasilkan antara lain sebagai berikut: 51

52 1. Penyederhanaan mekanisme operasi pasar beras sehingga tepat waktu dan efektif dalam menstabilkan harga beras 2. Pemerintah daerah di wilayah Banten akan terus berkoordinasi untuk menjaga stabilitas harga di daerah dan menyusun program antisipasi khususnya jika terjadi kebijakan pembatasan konsumsi /kenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintah pada periode mendatang 3. Pemantauan harga bahan kebutuhan pokok akan terus dilakukan oleh pemerintah sebagai early warning system program antisipasi yang akan dilakukan 4. Optimalisasi program kehumasan kepada masyarakat dalam rangka mengendalikan ekspektasi masyarakat tentang harga secara efektif 5. Peningkatan pengawasan terhadap harga-harga barang yang disubsidi terkait penimbunan barang yang mempengaruhi ketersediaan supply dan keamanan/produktifitas masyarakat pengguna 6. Mengedepankan musyawarah dalam penetapan UMP dan UMK sehingga tidak menimbulkan efek negatif bagi perekonomian serta merugikan semua pihak 7. Untuk mengantisipasi kenaikan harga di bidang pendidikan pada periode mendatang dengan masuknya tahun ajaran baru, Dinas Pendidikan diharapkan dapat memantau pergerakan biaya sekolah atau harga-harga kebutuhan sekolah, dan melalui pemberian persuasi kepada pihak sekolah ataupun pihak lainnya yang terkait 8. Pelaksanaan program Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) dapat terintegrasi dengan mudah secara nasional dan dapat diakses di tiap provinsi/kota, pelaksanaan program tersebut memerlukan pembagian tugas dan wewenang yang jelas antar lembaga yang terkait yang dilindungi oleh suatu payung hukum yang kuat 9. Revitalisasi peran BULOG dalam rangka membantu stabilisasi harga pangan 1. Peningkatan kerjasama dan persuasi dengan Gapoktan dalam rangka pemenuhan pengadaan beras BULOG sesuai kebutuhan 11. Terkait dengan harga pokok pembelian gabah oleh BULOG, disarankan adanya fleksibilitas harga pembelian gabah oleh BULOG dalam koridor tertentu untuk mempercepat penyerapan gabah yang diproduksi masyarakat oleh BULOG 12. Pengkajian masalah irigasi untuk daerah-daerah yang secara geografis berada di ketinggian 13. Dalam rangka percepatan program resi gudang di sentra produksi khususnya Lebak, Pandeglang dan Serang maka akan dilakukan pertemuan dengan perbankan dalam rangka mensosialisasikan kesiapan gudang-gudang tersebut 14. Perlu adanya pengkajian yang lebih rinci terkait daerah-daerah yang merupakan obyek program MP3EI di Kabupaten Pandeglang (yang dalam hal ini merupakan sentra 52

53 produksi padi) terkait dengan pengembangan kawasan strategis yang berpotensi mempercepat alih fungsi lahan produktif untuk keperluan bangunan residensial maupun komersial yang dapat menurunkan pasokan bahan pangan khususnya beras 15. Diusulkan kepada pemerintah pusat untuk dapat melakukan pengawasan dan pembatasan terhadap kendaraan-kendaraan bertonase besar yang menggunakan jasa pelabuhan untuk memperlancar arus distribusi barang dan penumpang di pelabuhan Merak sekaligus mengurangi kemacetan di wilayah Kota Cilegon yang berpengaruh terhadap distribusi Kepedulian pemerintah daerah terhadap stabilitasi harga yang semakin besar juga dimanifestasikan melalui koordinasi lain di luar wadah TPID. Salah satunya adalah dalam rangka persiapan hari besar keagamaan nasional (HBKN) dan antisipasi ancaman kemarau panjang terhadap ketersediaan pangan di Banten, pemerintah daerah beserta Bank Indonesia dan instansi terkait lainnya telah mengadakan pertemuan persiapan dalam rangka mengidentifikasi kondisi pasokan pangan, ancaman kekeringan dan tindakan antisipasi/penangulangan. Beberapa rencana aksi yang dihasilkan yaitu: 1. Pembentukan tim kerja untuk monitoring pasokan dan harga pangan khususnya menjelang HBKN tahun ini dan pelaksanaan bazaar/pasar murah provinsi maupun kabupaten /kota dengan memperhitungkan secara cermat komoditas-komoditas yang dibutuhkan masyarakat untuk meningkatkan efektivitas kegiatan tersebut 2. Diseminasi informasi mengenai kondisi ketersediaan pangan kepada masyarakat untuk membentuk ekspektasi yang diharapkan disertai edukasi pola konsumsi pangan yang tepat dan mengurangi budaya konsumtif serta meningkatkan pemanfaatan sumber pangan lokal Berbagai upaya tersebut menunjukkan pencapaian yang cukup baik, dimana secara umum wilayah Banten dan kota-kota perhitungan inflasi di Banten seperti Kota Serang, Cilegon dan Tangerang mengalami inflasi yang cukup terjaga pada kisaran sasaran nasional tahun

54 Halaman ini sengaja dikosongkan 54

55 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Ekspansi perbankan Banten pada triwulan IV 12 tetap tinggi meskipun sedikit melambat, di sisi lain kualitas kredit tetap terjaga yang ditunjukkan dengan rasio Non Performing Loan yang rendah. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank umum dari sebesar 75,93% pada triwulan III 12 menjadi sebesar 72,69% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko kredit bank umum dapat terjaga di level yang rendah (1,64%). Melambatnya kinerja perbankan juga diindikasikan dari melambatnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), meskipun tetap tumbuh pada level yang tinggi. Penyaluran KUR hingga akhir triwulan IV 12 masih menunjukkan perkembangan yang signifikan. Nominal KUR yang disalurkan posisi Desember 12 mencapai Rp 2,3 triliun dengan level pertumbuhan melambat menjadi 48,45% (yoy) dari periode sebelumnya sebesar 49,58% (yoy). Tidak mudahnya mencari calon debitur KUR yang layak dan sudah semakin banyaknya debitur menyebabkan angka pertumbuhan menjadi melambat. Berdasarkan nominalnya, transaksi non tunai dalam sistem pembayaran di Banten pun menunjukkan sedikit penurunan kinerja pada triwulan IV 12. Kondisi tersebut terindikasi dari menurunnya pertumbuhan nominal pembayaran yang dilakukan melalui kliring dari 22,63% (yoy) menjadi 11,41% (yoy) PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK UMUM Kegiatan intermediasi bank umum pada triwulan IV 12 cenderung tertahan yang tercermin dari menurunnya rasio kredit terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio) dari sebesar 75,93% menjadi 72,69% pada periode laporan. Kinerja penyaluran kredit oleh bank umum pada periode laporan melambat dengan level pertumbuhan sebesar 23,75% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya mencapai 25,7% (yoy). Sementara itu, penghimpunan simpanan/dana pihak ketiga meningkat sebesar 26,4% (yoy) dengan nominal mencapai Rp 88,44 triliun, dan rasio kredit non lancar (Non Performing Loan) perbankan di Banten mengalami penurunan dari 1,86% menjadi sebesar 1,64%. 55

56 Rp Triliun Rp Triliun Triwulan IV 12 Tabel III.1. Indikator Bank Umum yang Berlokasi di Wilayah Banten Uraian Unit Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Asset DPK Nominal Rp. Juta 89,211,869 91,8,226 98,88,962 14,156,718 17,45,487 Growth % (yoy) Nominal Rp. Juta 7,164,327 72,729,996 76,661,568 81,447,131 88,437,48 Growth % (yoy) Kredit Berdasarkan Lokasi Nominal Rp. Juta 51,951,44 53,472,779 59,29,99 61,841,43 64,289,4 Bank di Provinsi Banten Growth % (yoy) Loan to Deposit Ratio Rasio % Rasio Kredit Non Lancar Berdasarkan Lokasi Bank di Provinsi Banten NPL % Perkembangan Simpanan/Dana Pihak Ketiga (DPK) Masyarakat Dana Pihak Ketiga yang dihimpun oleh bank umum di wilayah Banten sampai dengan akhir triwulan IV 12 masih menunjukkan pertumbuhan yang positif seiring dengan bertambahnya kantor bank di Banten dan iklim persaingan antar bank yang semakin tinggi. Dana masyarakat yang dapat diserap oleh bank umum di Banten pada triwulan IV 12 tercatat sebesar Rp 88,44 triliun atau bertumbuh 26,4% (yoy). Angka tersebut lebih tinggi didibandingkan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 22,92% (yoy). Peningkatan pertumbuhan terjadi pada semua komponen simpanan dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen giro dengan level pertumbuhan sebesar 44,38% (yoy) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Nominal DPK Growth (RHS) Giro Tabungan Deposito Grafik III.1. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten Grafik III.2. Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten per Komponen 56

57 Tabel III.2. Perkembangan Simpanan/Dana Pihak Ketiga Bank Umum Wilayah Banten Komponen per Komponen Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Giro Nominal (Rp. Juta) 14,488,422 14,75,116 15,657,793 16,49,664,918,55 Pertumbuhan () Pangsa (%) Tabungan Nominal (Rp. Juta) 25,16,143 25,384,226 27,83,75 29,36,8 32,769,91 Pertumbuhan () Pangsa (%) Deposito Nominal (Rp. Juta) 3,569,762 32,595,653 33,9,24 35,731,387 34,748,992 Pertumbuhan () Pangsa (%) TOTAL 7,164,327 72,729,996 76,661,568 81,447,131 88,437,48 Pertumbuhan () Jenis simpanan giro mengalami terlihat meningkat yang cukup tinggi pada triwulan IV 12. Pertumbuhan simpanan giro meningkat signifikan dari sebesar 27,8% (yoy) pada triwulan III 12 menjadi sebesar 44,38% (yoy) pada triwulan laporan. Jika dilihat dari jenisnya, peningkatan pertumbuhan terjadi pada jenis giro yang dapat ditarik sewaktu-waktu. Hal ini mengindikasikan bahwa likuiditas pengusaha di Banten untuk pembayaran transaksi menggunakan rekening giro sedang tinggi. Tabel III.3. Simpanan Giro Bank Umum di Banten (dalam Rp Juta) 11 Jenis Rekening Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 1. Giro yang dapat ditarik sewaktu-waktu 11,979,88 13,293,219 13,734,436 14,484,836 15,265,898 19,4, Giro dalam rangka kustodian Giro yang diblokir 894,745 1,161,64 979,225 1,137,18 1,18,7 1,89, Giro lainnya 37,845 33,481 36,447 35,839 35,747 68, GIRO 12,912,53 14,488,422 14,75,116 15,657,793 16,49,664,918, Growth Tw III '12 (yoy) Growth Tw IV '12 (yoy) Perkembangan Penyaluran Kredit Provinsi Banten Ekspansi kredit oleh bank umum di wilayah Banten pada triwulan IV 12 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada periode laporan, kredit yang disalurkan oleh bank umum di Banten tumbuh sebesar 23,75% (yoy) dengan nominal mencapai Rp. 64,29 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 25,7% (yoy). Berdasarkan jenisnya, porsi terbesar penyaluran kredit di Banten masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan jumlah mencapai Rp. 35,31 triliun atau sebesar 57

58 Rp Triliun Triwulan IV 12 54,92% dari total kredit, disusul kemudian oleh kredit modal kerja sebesar Rp. 21,99 triliun dengan proporsi 34,21% dan kredit investasi sebesar Rp. 6,98 triliun dengan proporsi 1,87%. Namun demikian, dilihat dari pertumbuhannya, kredit investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi dibandingkan jenis kredit lainnya hingga mencapai level 53,78% (yoy). Penyaluran kredit investasi di wilayah Banten ini banyak di serap oleh sektor industri pengolahan khususnya pada jenis usaha industri logam dasar besi dan baja. Hal ini sejalan dengan masih dilaksanakannya pembangunan pabrik besi dan baja di wilayah Cilegon. Sementara itu, sektor lain yang banyak meyerap kredit investasi adalah sektor jasa dunia usaha khususnya pada usaha perumahan menengah, besar atau mewah (tipe diatas 7) serta sektor perdagangan khususnya pada jenis usaha perdagangan eceran berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman dan tembakau. Tabel III.4. Kredit Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Jenis Penggunaan Pangsa Growth Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw IV'12 (%) Tw IV'12 () Modal Kerja 16,95,554 17,22,834 18,878,778,613,34 21,993, Investasi 4,542,767 4,945,87 5,328,87 6,4,271 6,985, Konsumsi 3,458,84 31,54,138 34,822,234 34,87,468 35,39, TOTAL 51,951,44 53,472,779 59,29,99 61,841,43 64,289, Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw II Tw IV III Tw Tw I Tw II Tw IV III Tw IV Konsumsi 54.92% Modal Kerja 34.21% Investasi 1.87% Total Kredit Growth (RHS) Grafik III.3. Perkembangan Kredit Bank Umum di Banten Grafik III.4. Porsi Kredit Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan 58

59 Juta Rp Juta Rp Juta Rp Triwulan IV 12 25,,,, 15,, 1,, 5,, Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw Tw IV II III Tw Tw I Tw Tw Tw IV II III IV % 8,, 7,, 6,, 5,, 4,, 3,, 2,, 1,, Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw Tw IV II III Tw Tw I Tw Tw Tw IV II III IV % Modal Kerja g. modal kerja (y-o-y) Investasi g. Investasi (y-o-y) Grafik III.5. Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum di Banten Grafik III.6. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum di Banten 4,, 35,, 3,, 25,,,, 15,, 1,, 5,, Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw Tw IV II III Tw Tw I Tw Tw Tw IV II III IV % Konsumsi g. Konsumsi (y-o-y) Grafik III.7. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum di Banten Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit bank umum di Banten banyak diserap oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan dengan proporsi masing-masing sebesar 12,73% dan 1,55%. Sementara itu, apabila dilihat dari angka pertumbuhannya, penyaluran kredit pada sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 117,45% (yoy) dan 65,2% (yoy). Pertumbuhan yang signifikan pada sektor listrik, gas dan air bersih ini terutama terjadi pada usaha pengadaan dan penyaluran air bersih. Hal ini sejalan dengan masih berlangsungnya pembangunan instalasi pengolahan air minum di wilayah Kota Tangerang dan pembangunan reservoir (penampungan air) di wilayah Kabupaten Tangerang. Sementara penyaluran kredit pada sektor pengangkutan dan komunikasi banyak diserap oleh jenis usaha angkutan jalan dalam trayek untuk penumpang; jasa telekomunikasi dan angkutan udara khusus. Namun demikian, pertumbuhan yang meningkat tersebut tidak mampu mendorong peningkatan porsi kredit pada kedua sektor 59

60 tersebut. Proporsi kredit pada sektor listrik, gas dan air bersih hanya,54% sedangkan proposri kredit pada sektor pengangkutan dan komunikasi hanya,76%. Tabel III.5. Kredit Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Sektor Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Pangsa Tw IV'12 (%) Growth Tw IV'12 () Pertanian 26, ,7 596, , , Pertambangan 36, , , , , Industri Pengolahan 5,67,827 5,98,75 5,669,27 5,714,595 6,782, Listrik, Gas dan Air Bersih 159, , , , , Konstruksi 1,7,28 1,71,959 1,95,579 2,156,572 2,14, Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,125,71 5,896,516 6,654,312 7,384,969 8,186, Pengangkutan 294,762 3,77 367, , , Jasa Dunia Usaha 5,38,8 5,367,462 5,293,895 6,452,928 6,573, Jasa Sosial Masyarakat 1,428,357 1,571,542 1,871,634 1,863,221 1,724, Lain-lain 31,3,386 32,524,978 35,918,867 36,792,121 37,275, BANTEN 51,951,44 53,472,779 59,29,99 61,841,43 64,289, Pertanian Pertambangan 1% 1% Industri Pengolahan 1% % 3% Listrik, Gas dan Air Bersih 58% 13% 1% 1% Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan 3% Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain Grafik III.8. Porsi Kredit Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi Perkembangan Penyaluran Kredit per Kota/Kabupaten Sampai dengan akhir triwulan IV 12 bank umum di Kota Tangerang masih menjadi penyalur kredit terbesar dengan pangsa mencapai 48,58%. Belum ada perubahan struktural komposisi penyaluran kredit oleh bank umum di seluruh kota/kabupaten di Banten. Selain Kota Tangerang sebagai penyalur terbesar, bank-bank umum di Kabupaten Tangerang juga menjadi penyalur kedua terbesar dengan pangsa sekitar 27,49% terhadap total kredit. Sementara itu, masih relatif rendahnya jumlah kantor bank di wilayah Lebak dan Pandeglang menyebabkan kontribusi kredit yang diberikan pun masih cenderung rendah dengan pangsa sekitar 1%-2% terhadap total kredit. Potensi membaiknya sektor pertanian dan infrastruktur di kedua wilayah 6

61 tersebut perlu menjadi perhatian bank dalam menjalankan fungsi intermediasi sekaligus membantu peningkatan pertumbuhan ekonomi di kedua wilayah tersebut. Tabel III.6. Kredit Bank Umum di Banten per Kota/Kabupaten (dalam Rp Juta) Kota/Kabupaten Nominal (Rp. Juta) Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Pangsa Tw IV'12 (%) Growth Tw IV'12 () Kab. Lebak 43, , , , , Kab. Pandeglang 891,5 887, , , , Kab. Serang 1,975,855 2,41,646 2,334,154 2,556,776 2,757, Kab. Tangerang 11,861,649 12,962,14 14,345,437 16,236,919 17,674, Kota Cilegon 4,135,1 4,36,481 4,58,513 5,812,325 6,36, Kota Tangerang 28,632,868 28,896,683 32,26,257 31,259,43 31,23, Kota Serang 4,51,231 3,966,399 4,461,263 4,593,423 5,144, Banten 51,951,44 53,472,779 59,29,99 61,841,43 64,289, Kab. Lebak Kab. Pandeglang Kab. Serang Kab. Tangerang Kota Cilegon Kota Tangerang Kota Serang Grafik III.9. Porsi Kredit Bank Umum di Banten per Kota/Kabupaten A. Kabupaten Lebak Pada triwulan IV 12 kredit modal kerja masih menjadi kredit dengan porsi penyaluran terbesar di Kabupaten Lebak. Namun demikian, proporsi kredit modal kerja di wilayah ini mengalami penurunan hingga mencapai level 63,28% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 65,33%. Kredit modal kerja di wilayah ini banyak disalurkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran khususnya pada usaha perdagangan eceran keliling dan usaha perdagangan beras dalam negeri. Kondisi ini sejalan, mengingat wilayah Kabupaten Lebak merupakan salah satu wilayah lumbung padi di Banten. 61

62 Tabel III.7. Kredit Bank Umum di Kabupaten Lebak per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Jenis Penggunaan Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Modal Kerja Nominal (Rp Juta) 267, , , ,72 293,528 Pangsa (%) Investasi Nominal (Rp Juta) 1,73 1, Pangsa (%) Konsumsi Nominal (Rp Juta) 134, , ,14 151,4 169,384 Pangsa (%) TOTAL 43, , , , ,859 Berdasarkan sektor ekonomi, sektor pertanian pada periode laporan masih mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya di Kabupaten Lebak. Pertumbuhan pada sektor ini mencapai 61,9% (yoy) dengan nominal sebesar Rp. 12,5 miliar. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi sektor dengan pertumbuhan terbesar kedua mencapai 17,97% (yoy) dengan nominal sebesar Rp. 241,55 miliar. Porsi terbesar penyaluran kredit pada sektor pertanian banyak disalurkan pada usaha jasa pertanian, perkebunan dan peternakan serta pembibitan dan budidaya sapi potong. Sedangkan penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran banyak disalurkan pada usaha perdagangan eceran keliling dan perdagangan dalam negeri beras. Tabel III.8. Perkembangan Kredit yang Disalurkan Bank Umum di Kabupaten Lebak per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Sektor Pangsa Growth Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw IV'12 (%) Tw IV'12 () Pertanian 7,481 6,549 14,882 12,12 12, Pertambangan (77.36) Industri Pengolahan 5,224 5,41 6,282 5,66 5, Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi 1,683 1,237 9,738 9,244 8, (21.7) Perdagangan, Hotel dan Restoran 4, ,93 258, , , Pengangkutan dan Komunikasi 2, 2,24 2,2 1,988 2,2.43 (.89) Jasa Dunia Usaha (16.) Jasa Sosial Masyarakat 23,32 19,964 3,158 3,244 4, (79.86) Lain-lain 15,18 176, ,76 177, , TOTAL 43, , , , , B. Kabupaten Pandeglang Sampai dengan akhir trwiluan IV 12 belum terjadi perubahan komposisi penyaluran kredit di Kabupaten Pandeglang. Jenis kredit konsumsi dan kredit modal kerja masih mendominasi hampir keseluruhan total kredit yang disalurkan. Di wilayah ini, penggunaan kredit konsumsi sebagian besar adalah untuk keperluan rumah tangga/multiguna. Sementara 62

63 itu kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 4,56% banyak disalurkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan konsentrasi pada jenis perdagangan eceran keliling. Selain itu, sektor produktif lainnya yang memperoleh kredit modal kerja cukup besar yaitu sektor pertanian khususnya untuk usaha pertanian padi. Kondisi tersebut masih sesuai dengan kondisi ekonomi wilayah ini yang didominasi sektor pertanian dan perdagangan. Tabel III.9. Kredit Bank Umum di Kabupaten Pandeglang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Jenis Penggunaan Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Modal Kerja Nominal (Rp Juta) 49,161 42,31 424,214 4,18 398,162 Pangsa (%) Investasi Nominal (Rp Juta) 2,637 2,51 3,242 2,96 3,598 Pangsa (%) Konsumsi Nominal (Rp Juta) 479,7 483,48 494,16 539, ,989 Pangsa (%) TOTAL 891,5 887, , , ,749 Tabel III.1. Perkembangan Kredit yang Disalurkan Bank Umum di Kabupaten Pandeglang Sektor per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Pangsa Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw IV'12 (%) Growth Tw IV'12 () Pertanian 121,74 123, ,175 95,178 87, (27.54) Pertambangan (1.) Industri Pengolahan , Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran 119,193 11,838 13,12 124, , Pengangkutan dan Komunikasi Jasa Dunia Usaha 13,99 1,356 7,429-2,111 - (84.91) Jasa Sosial Masyarakat ,93 2,713 2, Lain-lain 634,768 65, , , , TOTAL 891,5 887, , , , C. Kabupaten Serang Penyaluran kredit oleh bank umum di Kabupaten Serang pada triwulan IV 12 tetap relatif tinggi dalam bentuk kredit konsumsi. Pangsa kredit konsumsi di daerah ini mencapai 59,17% dan sebagian besar dalam bentuk kredit konsumsi untuk kebutuhan kepemilikan rumah terutama rumah tinggal dengan tipe 22 s.d. 7. Sementara itu pangsa kredit modal kerja mencapai 24, 93% banyak disalurkan untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran, 63

64 khususnya perdagangan eceran berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman dan tembakau. Tabel III.11. Kredit Bank Umum di Kabupaten Serang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Jenis Penggunaan Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Modal Kerja Nominal (Rp Juta) 452,54 477, ,69 661,62 687,417 Pangsa (%) Investasi Nominal (Rp Juta) 285, , ,21 387,59 438,392 Pangsa (%) Konsumsi Nominal (Rp Juta) 1,238,158 1,248,418 1,48,64 1,58,5 1,631,573 Pangsa (%) TOTAL 1,975,855 2,41,646 2,334,154 2,556,776 2,757,382 Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi, terlihat bahwa selain untuk sektor lain-lain yang umumnya digunakan untuk kebutuhan konsumsi, penyaluran kredit untuk sektor jasa dunia usaha merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Pangsa kredit pada sektor ini mencapai 13,15% dengan nominal sebesar Rp. 36,74 miliar. 1% 3% 1% % Pertanian 7% 12% 1% Pertambangan Industri Pengolahan 59% 13% Listrik, Gas dan Air Bersih 3% Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Grafik III.1. Porsi Kredit Bank Umum di Kabupaten Serang per Sektor Ekonomi D. Kabupaten Tangerang Hingga akhir triwulan IV 12, belum terjadi perubahan struktur secara signifikan pada penyaluran kredit di Kabupaten Tangerang, dengan porsi terbesar tetap pada kredit konsumsi. Pangsa kredit konsumsi di wilayah ini tetap yang tertinggi hingga mencapai 59,71% dengan nilai nominal mencapai Rp. 1,55 triliun. Sementara itu porsi penyaluran kredit modal kerja terlihat stabil pada kisaran 29%. 64

65 Tabel III.12. Kredit Bank Umum di Kabupaten Tangerang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Jenis Penggunaan Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Modal Kerja Nominal (Rp Juta) 3,944,62 4,81,998 4,512,43 4,748,783 5,186,91 Pangsa (%) Investasi Nominal (Rp Juta) 1,39,931 1,151,136 1,272,78 1,935,772 1,933,458 Pangsa (%) Konsumsi Nominal (Rp Juta) 6,877,657 7,728,88 8,561,316 9,552,364 1,553,798 Pangsa (%) TOTAL 11,861,649 12,962,14 14,345,437 16,236,919 17,674,166 Berdasarkan sektor ekonomi, selain sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan; sektor jasa dunia usaha menjadi sektor yang semakin diminati dalam penyaluran kredit oleh bank umum di Kabupaten Tangerang pada triwulan IV 12. Di sektor sektor perdagangan, hotel dan restoran, kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah ini banyak diserap oleh jenis perdagangan berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman, dan tembakau; serta perdagangan eceran keliling. Sementara, di sektor industri pengolahan, pada periode laporan kredit yang disalurkan banyak diserap oleh industri furnitur; industri sabun dan bahan pembersih keperluan rumah tangga, kosmetik dan sejenisnya serta industri alas kaki. % 1% 8% % 4% 16% Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan 62% 1% 6% 2% Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Grafik III.11. Porsi Kredit Bank Umum di Kabupaten Tangerang per Sektor E. Kota Cilegon Struktur perekonomian Kota Cilegon yang sebagian besar ditopang oleh sektor industri pengolahan teridentifikasi mendorong tingginya kebutuhan pembiayaan modal kerja. Berdasarkan jenis penggunaannya, pangsa kredit modal kerja yang disalurkan oleh bank umum di wilayah Cilegon mencapai 56,26% dari total kredit bank umum yang disalurkan di kota 65

66 tersebut. Industri logam dasar dan besi baja merupakan jenis industri yang mernyerap kredit modal kerja terbesar dari bank umum di Kota Cilegon. Tabel III.13. Kredit Bank Umum di Kota Cilegon per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Jenis Penggunaan Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Modal Kerja Nominal (Rp Juta) 2,35,239 2,314,628 2,392,677 3,377,939 3,396,154 Pangsa (%) Investasi Nominal (Rp Juta) 515, ,118 63, , ,384 Pangsa (%) Konsumsi Nominal (Rp Juta) 1,269,55 1,413,735 1,485,678 1,78,891 1,873,757 Pangsa (%) TOTAL 4,135,1 4,36,481 4,58,513 5,812,325 6,36,295 Sektor produktif yang menjadi tujuan utama penyaluran kredit di Kota Cilegon antara lain sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada sektor industri pengolahan, sebagian besar kredit yang disalurkan banyak diserap oleh industri logam dasar besi baja serta industri roti dan sejenisnya, sementara itu pada sektor perdagangan hotel dan restoran, perdagangan eceran keliling adalah salah satu jenis perdagangan yang memperoleh kredit terbesar seiring tumbuhnya perekonomian yang semakin baik di Cilegon. Tabel III.14. Kredit Bank Umum di Kota Cilegon per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Sektor Pangsa Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw IV'12 (%) Growth Tw IV'12 () Pertanian 4,1 38,174 41,896 1,534 9, Pertambangan,717 14,513 13,34 16,28 15, (24.59) Industri Pengolahan 1,142,56 1,95,865 1,94,29 1,82,333 1,192, Listrik, Gas dan Air Bersih 147,794 9, ,865 27, , Konstruksi 17, , ,58 186, , Perdagangan, Hotel dan Restoran 559, ,927 58,62 562, , Pengangkutan dan Komunikasi 84,4 78,7 124,635 1, 111, Jasa Dunia Usaha 475, , , ,4 43, (9.6) Jasa Sosial Masyarakat 153, , ,54 171, , Lain-lain 1,375,78 1,582,687 1,662,239 2,969,776 2,991, TOTAL 4,135,1 4,36,481 4,58,513 5,812,325 6,36, F. Kota Tangerang Sebagian besar penyaluran kredit oleh bank umum di Kota Tangerang disalurkan untuk penggunaan konsumsi, terutama untuk kepemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 7 dan untuk pemilikan kendaraan bermotor. Hal ini disebabkan karena wilayah ini merupakan salah satu kota penyangga Ibu Kota yang berfungsi sebagai pusat hunian dengan jumlah penduduk yang besar. Proporsi kredit konsumsi menduduki peringkat tertinggi terhadap total kredit dari bank umum di Kota Tangerang dengan nominal mencapai Rp. 18,63 triliun. Sementara itu jika 66

67 dilihat per sektor ekonomi, selain sektor lain-lain (konsumsi), sektor jasa dunia adalah sektorsektor yang memiliki proporsi kredit tertinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Penyaluran kredit pada sektor jasa dunia usaha, terutama disalurkan untuk usaha persewaan mesin kantor dan peralatannya; usaha persewaan alat transportasi darat serta usaha perumahan sederhana perumnas. Tabel III.15. Kredit Bank Umum di Kota Tangerang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Jenis Penggunaan Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Modal Kerja Nominal (Rp Juta) 7,315,594 7,436,74 8,197,71 8,752,541 9,199,946 Pangsa (%) Investasi Nominal (Rp Juta) 2,339,482 2,512,69 2,669,369 3,3,728 3,398,66 Pangsa (%) Konsumsi Nominal (Rp Juta) 18,977,792 18,948, 21,159,187 19,53,161 18,632,12 Pangsa (%) TOTAL 28,632,868 28,896,683 32,26,257 31,259,43 31,23,78 % 1% 7% % 3% 8% % Pertanian Pertambangan 62% 15% Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih 4% Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Grafik III.12.Porsi Kredit Bank Umum di Kota Tangerang per Sektor Ekonomi G. Kota Serang Sampai dengan akhir triwulan IV 12 porsi kredit terbesar yang disalurkan di wilayah Kota Serang masih ditujukan untuk tujuan modal kerja dan konsumsi. Sementara jika dilihat per sektor ekonomi, pada periode laporan kredit tersebut disalurkan terutama untuk sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan hotel dan restoran. Pangsa kredit modal kerja di Kota Serang mencapai 55,3%. Sementara itu, pangsa kredit konsumsi mencapai 36,33%. 67

68 Tabel III.16. Kredit Bank Umum di Kota Serang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Jenis Penggunaan Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Modal Kerja Nominal (Rp Juta) 2,211,6 2,41,746 2,465,11 2,385,889 2,831,382 Pangsa (%) Investasi Nominal (Rp Juta) 359, , , , ,228 Pangsa (%) Konsumsi Nominal (Rp Juta) 1,481,32 1,54,61 1,598,815 1,771,63 1,869,235 Pangsa (%) TOTAL 4,51,231 3,966,399 4,461,263 4,593,423 5,144,845 Berdasarkan sektor ekonominya, kredit yang disalurkan tersebut banyak diserap oleh sektor industri pengolahan terutama industri logam dasar besi baja serta industri barang dari plastik. Sementara pada sektor perdagangan hotel dan restoran, jenis usaha yang banyak menyerap kredit dari perbankan di wilayah Kota Serang adalah jenis usaha perdagangan eceran berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman dan tembakau serta usaha perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan makanan, minuman atau tembakau) Tabel III.17. Kredit Bank Umum di Kota Serang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Sektor Pangsa Growth Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw IV'12 (%) Tw IV'12 () Pertanian 18,126 38,853 46,79 37,93 37, Pertambangan 7,976 8,432 7,281 7,51 5,7.16 (28.29) Industri Pengolahan 1,179,224 1,21,412 1,324,576 1,184,1 1,51, Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi 1,479 11, ,583 18, , Perdagangan, Hotel dan Restoran 989, ,51 1,47,122 1,156,258 1,262, Pengangkutan dan Komunikasi,953 21,344 25,745 24,747 28, Jasa Dunia Usaha 91,857 98,913 19, , , Jasa Sosial Masyarakat 111,66 95,873 97,562 11,84 88, (.64) Lain-lain 1,531,275 1,588,15 1,639,461 1,788,994 1,899, TOTAL 4,51,231 3,966,399 4,461,263 4,593,423 5,144, Risiko Kredit Sampai dengan akhir triwulan IV 12, rasio kredit non lancar (NPL) di Banten mengalami penurunan. Penurunan NPL terjadi pada jenis kredit modal kerja dan investasi. Tercatat Non Performing Loan (NPL) gross bank umum konvensional di Banten pada periode laporan adalah sebesar 1,64% lebih rendah dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya yang mencapai 1,86%. Peningkatan risiko kredit terjadi pada jenis kredit konsumsi sebesar 1,52%, namun secara umum risiko kredit seluruh komponen jenis penggunaan masih terjaga. 68

69 % NPL. Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Grafik III.13. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Bank Umum di Banten Tabel III.18. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan (%) Jenis Penggunaan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Modal Kerja Investasi Konsumsi NPL Banten PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK PERKREDITAN RAKYAT Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) konvensional pada triwulan IV 12 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan persaingan yang semakin ketat dengan bank umum yang terus gencar membuka jaringan kantornya. Secara tahunan (yoy) penyaluran kredit oleh BPR di Provinsi Banten melambat dengan level pertumbuhan sebesar 23,25% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 25,87% (yoy). Sementara itu, jumlah penghimpunan dana dari masyarakat (DPK) juga mengalami perlambatan pertumbuhan dari sebesar 26,77% (yoy) pada triwulan III 12 menjadi sebesar,37% (yoy) pada periode laporan. Namun demikian, rasio kredit non lancar (NPL) mengalami penurunan dari sebesar 1,98% menjadi 9,38% pada periode laporan. 69

70 Indikator Tabel III.19. Indikator Umum Bank Perkreditan Rakyat Growth Growth Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw III'12 () Tw IV'12 () Jumlah bank (tidak termasuk kantor cabang) Total Aset (Rp Juta) 1,55,518 1,89,245 1,138,762 1,9,563 1,37, Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) 656, , ,125 75,893 79, Kredit yang Diberikan (Rp. Juta) 899,8 962,38 1,24,881 1,69,8 1,18, LDR (%) NPL (%) Hingga akhir triwulan IV 12 total dana yang disimpan oleh masyarakat pada BPR konvensioanal di Banten mencapai Rp. 79,27 miliar. Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen tabungan yang tumbuh 27,1% (yoy) dengan nominal sebesar Rp. 192,78 miliar. Sementara komponen deposito tumbuh sebesar 18,35% (yoy) dengan nominal sebesar Rp. 597,49 miliar. Tabel III.. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga BPR di Banten per Jenis Rekening (Rp Juta) Jenis Rekening Growth Growth Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw III'12 () Tw IV'12 () Tabungan 151, ,2 169, ,8 192, Deposito 54, , , , , Jumlah 656, , ,125 75,893 79, Menurut jenis penggunaannya, kredit modal kerja masih memiliki proporsi terbesar dalam penyaluran kredit sebesar 47,5% dengan nominal sebesar Rp. 526,41 miliar. Sedangkan proporsi kredit investasi dan konsumsi masing-masing sebesar 5,49% dan 47,1% dengan nominal sebesar Rp. 6,88 miliar dan Rp. 5,97 miliar. Tabel III.21. Kredit BPR di Banten per Jenis Penggunaan (Rp Juta) Jenis Pangsa Growth Penggunaan Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw IV'12 (%) Tw IV'12 () Modal Kerja 458,1 483, , , , Investasi 45,427 45,664 42,16 43,919 6, Konsumsi 395, ,51 466, ,523 5, Jumlah 899,8 962,38 1,24,881 1,69,8 1,18,

71 47% 48% Modal Kerja Investasi Konsumsi 5% Grafik III.14. Porsi Kredit BPR di Banten per Jenis Penggunaan 3.3. PERKEMBANGAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) Pada triwulan IV 12 penyaluran Kredit Usaha Rakyat/KUR di Provinsi Banten melambat namun tetap menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Berdasarkan data Kementerian Koordinator Perekonomian RI, realisasi KUR yang disalurkan hingga triwulan IV 12 adalah sebesar Rp 2,3 triliun atau tumbuh sebesar 48,45% (yoy) dengan jumlah debitur sebanyak debitur. Dari 1 bank penyalur KUR di Banten, pertumbuhan yang pesat dialami oleh Bank Mandiri dan Bank DKI. No Tabel III.22. Perkembangan KUR di Provinsi Banten Berdasarkan Bank Penyalur Bank Bank Mandiri Syariah Mandiri BNI Bank Bukopin BRI 6 BRI Mikro 7 BTN 9 Bank DKI 1 Bank Jabar Banten BNI Syariah T O T A L Uraian Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Growth Growth Tw III'12 () Tw IV'12 () Kredit (Rp Juta) 1,286 13,921 14, ,597 3, Debitur 1,549 1,588 2,55 2,516 2, Kredit (Rp Juta) 21,849 27,293 32,1 37,179 41, Debitur Kredit (Rp Juta) 113, , ,52 163,46 177, Debitur Kredit (Rp Juta),412,412,412,412 21, Debitur Kredit (Rp Juta) 188, , ,758 2, , Debitur 1,191 1,142 1,18 1,218 1, Kredit (Rp Juta) 465,232 58, , , , Debitur 79,649 84,446 91,93 98,844 17, Kredit (Rp Juta) 261, ,96 315,59 338, , Debitur 1,535 1,724 2,84 2,272 2, Kredit (Rp Juta) 192, , ,35 246,13 263, Debitur 2,86 2,285 2,449 2,559 2, Kredit (Rp Juta) 4,685 5,886 9,11 9,1 9, Debitur Kredit (Rp Juta) - - 1,765 1,83 1, Debitur Kredit (Juta Rp.) 1,367,976 1,475,48 1,677,428 1,852,24 2,3, Debitur 86,747 92,77 1,95 18,89 117, Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian RI 71

72 Rp Miliar Rp Miliar Rp Miliar Rp Miliar Triwulan IV PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi pembayaran non tunai pada triwulan IV 212 secara umum belum menunjukkan peningkatan yang signifikan seiring dengan relatif melambatnya kinerja perekonomian Banten. Penggunaan kliring sebagai sarana dalam penyelesaian transaksi usaha relatif stabil, sementara penggunaan sistem pembayaran non tunai Real Gross Settlement (RTGS) masih cenderung melambat yang memberikan gambaran masih tertahannya pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan laporan. Transaksi kliring sampai dengan akhir triwulan IV 12 mencapai Rp 1,9 triliun dengan pertumbuhan sebesar 11,41%. Sementara itu, penggunaan sistem pembayaran non tunai RTGS dari luar wilayah Banten ke dalam wilayah Banten meningkat dengan pertumbuhan sebesar 28,65% dan pertumbuhan transaksi RTGS dari wilayah Banten ke luar wilayah Banten juga meningkat dengan level pertumbuhan sebesar 13,75%. 2,5 2, 1,5 1, 5 - Tw I Tw II Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw III IV I II III IV I II III IV I II III IV Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw Tw IV II III Tw Tw I Tw Tw IV II III Tw Tw I Tw Tw Tw IV II III IV Nominal Growth (RHS) Volume Growth (RHS) Grafik III.15. Perkembangan Transaksi Kliring di Wilayah Banten Berdasarkan Nominal Grafik III.16. Perkembangan Transaksi Kliring di Wilayah Banten Berdasarkan Volume 45, 4, 35, 3, 25,, 15, 1, 5, - Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw Tw IV II III Tw Tw I Tw Tw Tw IV II III IV , 35, 3, 25,, 15, 1, 5, - Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw IV II III IV II III IV Nominal Volume Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS) Nominal Volume Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS) Grafik III.17. Perkembangan Transaksi RTGS (From) Wilayah Banten Grafik III.18. Perkembangan Transaksi RTGS (To) Wilayah Banten 72

73 Rp Miliar Triwulan IV 12 6, 5, 4, 3, 2, 1, - Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw IV II III IV II III IV Nominal Volume Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS) Grafik III.19. Perkembangan Transaksi RTGS (From-To) Wilayah Banten 73

74 Boks 3. Seminar Sinergi Antar Lembaga Dalam Penguatan Pelaku Usaha Agribisnis dari Hulu Sampai Hilir Sebagai Upaya Meningkatkan Aksesibilitas Usaha Agribisnis kepada Pembiayaan Perbankan di Provinsi Banten Pengembangan pelaku usaha agribisnis akan terus memberikan sumbangan bagi pembangunan daerah, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain. Di dalam mengembangkan penguatan pelaku usaha agribisnis dari hulu sampai hilir banyak pemangku kepentingan yang ada di dalamnya sehingga harus bekerjasama, bermitra dan bersinergi dengan baik dalam kebijakan maupun program-programnya. Berangkat dari hal tersebut, KPw Bank Indonesia Provinsi Banten mencoba membuat seminar dengan tujuan untuk dapat mensinergikan dan mengkoordinasikan dengan stakeholders terkait (instansi pemerintah, perbankan, kelompok masyarakat dan lain-lain) sebagai upaya bersama bagaimana meningkatkan aksesibility pelaku usaha agribisnis ke-pembiayaan perbankan di Provinsi Banten khususnya petani peserta klaster cabai di Provinsi Banten. Kegiatan seminar yang diselenggarakan menjelang akhir tahun 12 ini mengambil judul sinergi antar lembaga dalam penguatan pelaku usaha agribisnis dari hulu sampai hilir sebagai upaya meningkatkan aksesibility usaha agribisnis ke-pembiayaan perbankan provinsi Banten. Hal ini didasari dalam mata rantai agribisnis risiko paling tinggi dipikul oleh petani karena lemahnya posisi terutama modal yang kecil, penggunaan teknologi yang rendah, pemilikan lahan yang sempit, produk yang cepat rusak, ancaman iklim seperti banjir dan kekeringan, gangguan hama dan penyakit serta akses yang kecil terhadap sumber dana dan informasi. Sehingga tidak heran, selama ini perbankan belum terlalu besar dalam membantu permodalan petani. Seminar didahului oleh pagelaran seni budaya Banten berupa Gendreh, Rampag Beduk, dan kendang pencak, kemudian terdapat beberapa acara seremonial sebelum memasuki acara utama yang mencerminkan sinergitas antar lembaga yang sudah berjalan dengan baik di Provinsi Banten dalam rangka pengembangan sektror riil dan UMKM yaitu: (1).Penandatanganan Surat Pemberitahuan Persetujuan Pemberian kredit (SP3K) antara BRI KC Pandeglang dengan calon nasabah debitur agribisnis dari daerah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang; (2). Penandatanganan MoU Pemasaran Cabai Industri (perpanjangan) antara PT.Mitra Tani Agro Unggul (PT.MAU) dengan petani anggota di klaster cabai Provinsi Banten; (3).Penyerahan secara simbolis alat USG dari IKA UNPAD kepada peternak domba Juhut 74

75 Pandeglang; (4).penyerahan Sertifikat PRONA BPN; (5).Penyerahan simbolis bantuan PSBI kepada petani cabai. Selanjutnya memasuki acara utama terdapat pemaparan dari DR. Ir. H. Ahmad Dimyati MS sebagai keynote speak yang membawakan materi mengenai Pengembangan Klaster Agribisnis dalam meraih peluang pasar domestik dan Internasional yang dilanjutkan dengan acara diskusi panel yang dimoderatori oleh WKU Bidang Pertanian dan Peternakan Ir. Hj. Egi Djanuiswati, M.Sc dengan narasumber dari berbagai lembaga diantaranya Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, Bappeda Provinsi Banten, praktisi perbankan, BPN Kabupaten Serang, Pengusaha Sukses di sektor agribisnis, dan Tenaga ahli Value Chain Puslitbang Inovasi dan Kelembagaan Unpad Bandung. Kurang lebih 15 undangan memenuhi ballroom hotel Ratu Bidakara Serang, Banten pada tanggal 27 Desember 12 terdiri dari perbankan, Dinas dan SKPD terkait di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, akademisi, pelaku usaha agribisnis, petani, asosiasi yang beraktivitas di sektor agribisnis, dan media. 75

76 Halaman ini sengaja dikosongkan 76

77 BAB IV KEUANGAN DAERAH Meskipun secara umum, persentase realisasi belanja daerah pada akhir triwulan IV 12 relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi belanja pegawai serta belanja barang dan jasa pemerintah Provinsi Banten yang lebih tinggi diperkirakan menjadi faktor pendorong meningkatnya kinerja konsumsi pemerintah triwulan laporan. Belanja daerah Provinsi Banten secara keseluruhan pada triwulan IV 12 hampir mencapai pagunya dengan realisasi sekitar 93,78% atau dengan nominal Rp 5,41 triliun. Pencapaian ini memang relatif rendah jika dibandingkan tahun sebelumnya yang dapat terealisasi sekitar 96,38% terhadap pagunya. Namun, secara umum realisasi belanja pegawai dan belanja barang dan jasa relatif lebih tinggi dan diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan konsumsi pemerintah pada triwulan ini. Tabel IV.1. Perkembangan APBD dan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Banten (dalam Rp Juta) Sumber : DPKAD Provinsi Banten 4.1. PENDAPATAN DAERAH Pencapaian pendapatan daerah hingga akhir triwulan IV 12 melebihi targetnya dengan persentase sebesar 12% atau dengan nominal Rp 5,41 triliun. Persentase realisasi pendapatan daerah terbesar Provinsi Banten pada triwulan laporan ini adalah pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencapai 14,87% dari targetnya atau sekitar Rp 3,4 triliun. Hingga akhir triwulan IV 12 pajak daerah tetap menjadi penyumbang terbesar PAD maupun pendapatan daerah Provinsi Banten. 77

78 Tabel IV.2. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Banten per Komponen (dalam Rp Juta) Triwulan IV 12 Triwulan IV 12 Uraian Anggaran Anggaran-P % realisasi Anggaran Anggaran-P % realisasi Realisasi Realisasi thd APBD thd APBD Pendapatan Daerah ,47% ,% Pendapatan Asli Daerah ,33% ,87% Pajak Daerah ,49% ,76% Retribusi Daerah ,14% ,13% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan ,74% ,3% Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah ,83% ,73% Dana Perimbangan ,96% ,73% Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak ,4% ,39% Dana Alokasi Umum ,% ,% Dana Alokasi Khusus ,% ,61% Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah ,25% ,34% Pendapatan Hibah ,35% ,28% Dana Darurat - - -,% - - -,% Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah Daerah - - -,% - - -,% Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus ,39% ,35% Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah - - -,% - - -,% Lainnya Pendapatan Lainnya ,% ,% Jumlah Pendapatan Daerah ,47% ,% Sumber : DPKAD Provinsi Banten Realisasi Pendapatan Asli Daerah pada triwulan laporan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Pendapatan Daerah yaitu sebesar 62,72% atau sebesar 3,395 triliun dan tetap menjadi penyumbang tertinggi pendapatan daerah Provinsi Banten hingga akhir triwulan IV 12. Namun jika dibandingkan dengan kondisi periode yang sama tahun sebelumnya, terlihat adanya pergeseran sumbangan pendapatan dari PAD ke sumber lainnya khususnya Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Tabel IV.3 Perbandingan Sumbangan Jenis Komponen Pendapatan Daerah Provinsi Banten Komponen Pendapatan Daerah Pangsa s.d. Tw Pangsa s.d. Tw IV '11 IV '12 Pendapatan Asli Daerah 77,1 62,72 Dana Perimbangan 22,62 18,75 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah,28 18,53 Sumber : DPKAD Provinsi Banten Pajak Daerah masih menjadi salah satu komponen dengan kontribusi tinggi terhadap pencapaian realisasi pendapatan daerah triwulan laporan. Pencapaian nominal pajak daerah hingga triwulan IV 12 yaitu sebesar 3,25 triliun atau dengan realisasi sekitar 14,76% terhadap tergetnya. Pangsa sumbangan pajak daerah terhadap pendapatan daerah masih menjadi yang terbesar dengan persentase sekitar 6,17%. Realisasi terhadap rencana 78

79 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Banten rata-rata berada di atas angka 1% dengan realisasi terbesar adalah pada Pajak Air Permukaan yang mencapai hingga 18,84%, hal ini dapat diasumsikan bahwa masyarakat Provinsi Banten telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi terhadap pajak daerah. Tabel IV. 4 Realisasi Pajak Sampai Dengan Triwulan IV 12 (dalam Juta) Uraian Jumlah Anggaran Realisasi s/d Desember Prosentase Terhadap APBD Pajak Kendaraan Bermotor Rp , Rp ,58 14,29% Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Rp , Rp ,22 15,31% Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Rp 517.7, Rp ,14 13,8% Pajak Air Permukaan Rp 17.5, Rp 19.46,67 18,84% Total Pajak Daerah Rp , Rp ,61 14,76% Sumber : DPKAD Provinsi Banten Pendapatan pajak tertinggi adalah pada Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang menyumbang 51,21% terhadap total Pendapatan Daerah atau mencapai angka pendapatan sebesar Rp. 1,67 triliun. Hal ini memperlihatkan cukup tingginya daya beli masyarakat Provinsi Banten terhadap kendaraan bermotor. Namun yang patut diperhatikan adalah kesesuaian daya dukung infrastruktur dengan percepatan pertumbuhan kendaraan bermotor di Banten yang diharapkan di masa datang tidak menjadi sumber permasalahan baru. Grafik IV.1. Perbandingan Sumbangan Komponen Pajak Daerah Sumber : DPKAD Provinsi Banten 4.2. BELANJA DAERAH Anggaran tahun 12 pada triwulan laporan ini terserap dengan baik, hal ini terlihat dari prosentase penyerapan sebesar 93,78% terhadap pagu belanja daerah tahun 12 meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Bila dilihat per komponennya, penyerapan Belanja tidak langsung pada triwulan laporan relatif lebih tinggi yaitu sebesar 94,84% dibandingkan belanja langsung yang mencapai 92,9%. Pada Belanja tidak langsung penyerapan tertinggi adalah pada belanja hibah yaitu sebesar 1,28 79

80 triliun. Sedangkan pada belanja langsung penyerapan tertinggi ada pada belanja barang dan jasa yaitu sebesar 946,34 miliar. 1,% 1,% 8,% 6,% 4,%,%,% Grafik IV.2. Perbandingan Penyerapan Belanja Langsung dan tidak langsung Sumber : DPKAD Provinsi Banten Realisasi belanja yang cukup tinggi menandakan bahwa pemerintah cukup fokus terhadap pembangunan fisik dan nonfisik di Provinsi Banten. Belanja modal fisik seperti pengadaan taman, jalan dan hutan kota untuk sarana penghijauan telah terserap hampir 1% selain itu pengadaan konstruksi / pembelian bangunan serta pengadaan konstruksi jalan rata-rata terserap lebih dari 9%. Hal ini mencerminkan pada tahun 12 Pemerintah telah berkonsentrasi pada pembangunan infrastruktur di Provinsi Banten. Selain itu belanja modal untuk non fisik adalah untuk peningkatan kesehatan yaitu pengadaan alat-alat kedokteran dan pengadaan alat-alat laboratorium terserap diatas 95 %. Hal ini juga telah mencerminkan bahwa pemerintah masih fokus terhadap kesejahteraan masyarakat. Pencapaian realisasi belanja modal yang masih perlu ditingkatkan adalah pada Belanja Modal Pengadaan Tanah yang hanya mencapai 18,76%. Masih minimnya realisasi tersebut dapat menghambat penambahan aset tanah yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan sarana infrastruktur pemerintahan, atau sarana dan prasarana untuk masyarakat. Rp Miliar I II III IV I II III IV I II III IV Realisasi Belanja Daerah s.d. tw berjalan Pertumbuhan Grafik IV.3. Perkembangan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Banten Sumber : DPKAD Provinsi Banten 8

81 BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Meskipun pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten cenderung melambat, namun diperkirakan belum berdampak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari upah/pendapatan masyarakat dan inflasi pedesaan yang masih cukup stabil serta jumlah penduduk miskin yang cenderung berkurang. Pada aspek ketenagakerjaan, meskipun ketersediaan lapangan pekerjaan cenderung menurun, namun tingkat partisipasi angkatan kerja masih cukup baik dengan sebaran yang merata pada masing-masing lapangan pekerjaan KETENAGAKERJAAN Pada triwulan IV tahun 12, kondisi ketenagakerjaan Banten masih relatif baik dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Banten sebesar 65,3% dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Banten pada Agustus 12 sebesar 1,13%. Dari data ketenagakerjaan pertengahan triwulan III 12, terlihat adanya perbaikan kondisi ketenagakerjaan dibandingkan dengan tahun lalu maupun triwulan sebelumnya dengan ekspektasi terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan yang masih baik Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 67,88 Nasional 65,3 Banten Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Indeks Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik. V.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Banten dan Nasional Agustus 12 Sumber : BPS RI & BPS Provinsi Banten Grafik. V.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Dari segi lapangan pekerjaan utama, rata-rata Penduduk Provinsi Banten bekerja di sektor industri yaitu sebesar 1,19 Juta Jiwa atau 25% dari total penduduk bekerja. Hal ini mencerminkan bahwa investasi terutama dalam pembangunan proyek industri, yang membutuhkan jumlah tenaga kerja yang tidak sedikit telah menyerap tenaga kerja di Provinsi Banten dengan cukup signifikan. Selanjutnya persentase terbesar kedua adalah pada sektor 81

82 perdagangan/rumah makan dan akomodasi sesuai dengan tren percepatan pertumbuhan ekonomi pada sektor tersebut hingga saat ini. Pertanian Industri Perdagangan / rumah makan dan akomodasi Jasa kemasyarakatan dan perorangan Lainnya Grafik. V.3. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Sumber : BPS Provinsi Banten 5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi kesejahteraan masyarakat pada triwulan laporan secara umum diperkirakan cukup stabil. Indikator hal ini dapat dilihat dari tingkat upah pendapatan / penghasilan masyarakat tahun 12 yang meningkat seiring peningkatan upah minimum, serta tren nilai tukar petani yang cenderung meningkat serta upah buruh yang juga meningkat. Di sisi lain, dukungan inflasi di perkotaan maupun perdesaan yang terjaga juga mendukung pencapaian kesejahteraan masyarakat Banten pada periode laporan Tingkat Upah/Pendapatan Secara umum, tingkat upah /pendapatan / penghasilan masyarakat di Provinsi Banten hingga akhir triwulan IV 12 diperkirakan cukup terjaga. Meningkatnya upah minimum di wilayah Banten tahun 12, meningkatnya tren upah buruh tani, konstruksi dan pembantu rumah tangga menjadi indikator dari terjaganya pendapatan masyarakat. Hal ini didukung dengan terjaganya level inflasi perkotaan dan perdesaan yang menjaga daya beli masyarakat. 82

83 Rp/Bulan Upah Pembantu Rumah Tangga Upah Riil Rp/Hari Upah Buruh Konstruksi Upah Riil Grafik V.4. Perkembangan Upah Riil Pembantu Rumah Tangga Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Grafik V.5. Perkembangan Upah Riil Buruh Konstruksi Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Rp/Hari Upah Buruh Tani Upah Riil 12 Grafik. V.6. Perkembangan Upah Riil Buruh Tani Banten Sumber : BPS Provinsi Banten Tren nilai tukar petani menuju triwulan IV tahun 12 juga cenderung meningkat yang menunjukkan kenaikan daya beli petani yang didukung oleh terjaganya inflasi perdesaan. Kenaikan ini terjadi di seluruh sub sektor yaitu sektor pangan, hortikultura pekerbunan rakyat, peternakan, dan perikanan. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan adalah sebesar 19,51 jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 16,54. Dilihat dari perkembangan NTP Provinsi Banten, pertumbuhan pada triwulan laporan sebesar 4,25% (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu sebesar 3,19% (yoy) atau triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 2,73% (yoy). Nilai Tukar Petani di Provinsi Banten lebih tinggi dibandingkan Nilai tukar petani Nasional. Hal ini mencerminkan tingkat kesejahteraan petani di Provinsi Banten relatif lebih tinggi dibandingkan kesejahteraan petani secara nasional. 83

84 Triwulan IV 12 Tabel V.1. Nilai Tukar Petani Per Sub Sektor NTP per Sub Sektor I II III IV I II III IV Pangan 14,33 13,37 15,72 17,89 19,59 19,31 11,87 114,87 Hortikultura 19,9 18,17 19,88 19,11 11,41 111,3 112,3 111,21 Perkebunan Rakyat 11,31 13,61 14,6 14,68 14,91 13,88 13,46 16,83 Peternakan 12,47 11,57 11,2 11,83 11,48 11,42 11,69 12,9 Perikanan 96,5 98,57 98,65 97,83 97,74 98,74 1,16 99,97 NTP 14,34 13,86 15,45 16,54 17,69 17,66 18,81 111,7 Pertumbuhan 4,23 2,65 2,29 2,73 3,21 3,66 3,19 4,25 Sumber : BPS Provinsi Banten Nasional Banten Inflasi Pedesaan Grafik. V.7. Perbandingan Nilai Tukar Petani Provinsi Banten Dengan Nasional Grafik. V.8. Perkembangan Inflasi Pedesaan Sumber : BPS Provinsi Banten Sumber : BPS Provinsi Banten Kemiskinan Persentase jumlah kemiskinan di Povinsi Banten hingga akhir tahun 12 juga menurun dibandingkan tahun lalu yang menunjukkan perbaikan kualitas kesejahteraan masyarakat secara umum. Hal ini menunjukan bahwa terdapat peningkatan kesejahteraan masyarakat di akhir tahun 12 dan diharapkan tahun 13 jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten semakin berkurang. Awal Tahun 12 Akhir Tahun 12 Jumlah Penduduk Miskin Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Jumlah Penduduk Grafik. V.9. Perbandingan Jumlah penduduk Miskin awal tahun 12 Sumber : BPS Provinsi Banten Grafik. V.1. Perbandingan Jumlah penduduk Miskin akhir tahun 12 Sumber : BPS Provinsi Banten 84

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 21 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat serta ridhanya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER)

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 211 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan rahmat serta ridhanya penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Banten Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2013

ii Triwulan I 2013 ii Triwulan I 2013 iii iv Triwulan I 2013 v vi Triwulan I 2013 vii viii Triwulan I 2013 Indikator 2010 2011 2012 2013 Total Total I II III IV Total I Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Triwulan I214 Halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten i KATA PENGANTAR Pertamatama, kami panjatkan puji

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-211 v KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN IV-2016 Hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan IV-2016 tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sesuai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, 7 Februari 2013 Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) ttd

KATA PENGANTAR. Bandung, 7 Februari 2013 Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) ttd KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-2012 ini telah dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2011 Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN III-2017 Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan berlanjutnya ekspansi kegiatan usaha pada triwulan III-2017, meski tidak setinggi triwulan sebelumnya. Hal ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan II-2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci