PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu)"

Transkripsi

1 PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu) FILDZAH HANUM SYAZWINA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pembobotan Sub Dimension Indicator Index Untuk Penggabungan Curah Hujan adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Fildzah Hanum Syazwina NIM G

4 ABSTRAK FILDZAH HANUM SYAZWINA. Pembobotan Sub Dimension Indicator Index Untuk Penggabungan Curah Hujan.Dibimbing oleh AJI HAMIM WIGENA dan MUHAMMAD NUR AIDI. Selama ini penggabungan curah hujan di satu wilayah menggunakan metode rata-rata. Selain metode rata-rata, terdapat juga metode pembobotan Sub Dimension Indicator Index (SDII) Range Equalisation (RE) dan SDII Division by Mean (DM)yang dapat digunakan untuk penggabungan curah hujan. Penelitian ini bertujuan membandingkan ketiga metode tersebut berdasarkan hasil peramalan analisis data deret waktu. Data yang digunakan yaitu data curah hujan bulanan periode tahun 1979 sampai 2008 sebanyak 15 stasiun di Kabupaten Indramayu, yang terbagi menjadi dua Daerah Prakiraan Musim (DPM). Data tersebut dikelompokkanberdasarkan bulan (Januari sampai Desember) untuk selanjutnya dilakukan perhitungan rata-rata dan rata-rata terboboti berdasarkan SDII RE dan SDII DM. Hasil peramalan menunjukkan bahwa ketiga metode memberikan nilai korelasi silang yang hampir sama, yaitu antara 0.88 dan Kata kunci:analisis data deret waktu, DPM, SDII ABSTRACT FILDZAH HANUM SYAZWINA. Weighted Sub Dimension Indicator Index to Combine Rainfall.Supervised by AJI HAMIM WIGENA and MUHAMMAD NUR AIDI. In recent years, combining of rainfall in a region is using average method. Beside average method, there are Sub Dimension Indicator Index (SDII) Range Equalisation (RE) and SDII Division by Mean (DM) that can be used to combine rainfall. The aim of this research is to compare three methods above based on forecasting result of time series data analysis. The data set of this research is monthly rainfall data from the period 1979 to 2008 located on 15 stations in the district of Indramayu, divided into two seasonal forecast regions. The data are grouped by month (January until December) then the next step is to calculate average and also weighted average based on SDII RE and SDII DM. The result of this research shows that three methods gave similar cross-correlation values, that are between 0.88 and Keywords: DPM, SDII, time series data analysis

5 PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu) FILDZAH HANUM SYAZWINA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Pembobotan Sub Dimension Indicator Index Untuk Penggabungan Curah Hujan Nama : Fildzah Hanum Syazwina NIM : G Disetujui oleh Dr Ir Aji Hamim Wigena, MSc Pembimbing I Dr Ir Muhammad Nur Aidi, MS Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Hari Wijayanto, MSi Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala rahmat yang diberikan-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiahini merupakan hasil penelitian penulis dalam rangka memenuhi tugas akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan bimbingan sehingga tulisan ini berhasil diselesaikan, yaitu : 1. Bapak Dr. Ir. Aji Hamim Wigena, MSc dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Nur Aidi, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan arahan selama penulisan karya ilmiah ini. 2. Ayahanda Imam Fathur dan IbundaMawarita untuk semua doa, cinta, dan kasih sayangnya. 3. Adikku Fakhria Nur Shabrina untuk semua masukan dan curahan hati. 4. Keluargaku, Mbah Djahro keluarga besar dari ayah dan ibu, yang telah memberi motivasi untuk selalu usaha dan ikhtiar. 5. Bapak Dr. Ir. Hari Wijayanto, MSi selaku Ketua Departemen Statistika FMIPA IPB, seluruh dosen dan Staf Pengajar Departemen Statistika yang telah memberikan ilmu dan wawasan selama penulis menuntut ilmu di Departemen Statistika serta seluruh staf Departemen Statistika yang telah banyak membantu penulis. 6. Keluarga baruku di kos Pondok Malea, keluarga Statistika angkatan 41,42,44,45, dan 47 yang telah membantu dan memberikan penulis tentang segala informasi. 7. Astuti, Marco, Hafid, dan Imam selaku teman seperjuangan bimbingan. 8. Teman-teman seperjuangan IPB khususnya statistika 46 yang telah bersamasama dalam segala suka maupun duka dan seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Bogor, Oktober 2013 Fildzah Hanum Syazwina

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 METODOLOGI 2 Data 2 Metode 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Analisis Statistika Deskriptif 5 Analisis Data Deret Waktu 7 SIMPULAN 16 Simpulan 16 DAFTAR PUSTAKA 16 LAMPIRAN 17 RIWAYAT HIDUP 26

10 DAFTAR TABEL 1 Data analisis dan data validasi curah hujan 2 2 Uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box model ARIMA (0,0,0)(0,1,1) Uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box model ARIMA (0,0,0)(1,1,1) Uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box model ARIMA (0,0,0)(0,1,2) Overfitting metode rata-rata curah hujan DPM Nilai RMSEP dan korelasi silang ( ) pada ketiga metode di DPM 6 dan DPM 7 15 DAFTAR GAMBAR 1 Diagram kotak garis rata-rata curah hujan bulanan di DPM 6 dan DPM Diagram kotak garis RE curah hujan bulanan di DPM 6 dan DPM Diagram kotak garis DM curah hujan bulanan di DPM 6 dan DPM Plot deret waktu rata-rata curah hujan 8 5 Plot korelasi diri(acf) rata-rata curah hujan DPM Plot korelasi diri(acf) metode rata-rata curah hujan DPM 6 setelah dilakukan pembedaan satu kali musiman 8 7 Plot korelasi diri parsial (PACF) metode rata-rata curah hujan DPM 6 setelah dilakukan pembedaan satu kali musiman 9 8 Plot nilai aktual dan nilai peramalan rata-rata curah hujan DPM Plot nilai aktual dan nilai peramalan rata-rata curah hujan DPM Plot nilai aktual dan nilai peramalan RE curah hujan DPM Plot nilai aktual dan nilai peramalan RE curah hujan DPM Plot nilai aktual dan nilai peramalan DM curah hujan DPM Plot nilai aktual dan nilai peramalan DM curah hujan DPM 7 15

11 DAFTAR LAMPIRAN 1 Uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box metode rata-rata curah hujan DPM Uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box metode rata-rata curah hujan DPM Uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box metode RE curah hujan DPM Uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box metode RE curah hujan DPM Uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box metode DM curah hujan DPM Uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box metode DM curah hujan DPM Plot aktual model dengan dugaan model metode rata-rata di DPM 6 dan DPM Plot aktual model dengan dugaan model metode RE di DPM 6 dan DPM Plot aktual model dengan dugaan model metode DM di DPM 6 dan DPM Nilai korelasi silang masing-masing metode 24

12

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Informasi curah hujan di Indonesia dapat diketahui melalui stasiun penakar curah hujan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.Salah satu informasi curah hujan adalah prakiraan musim hujan dan kemarau yang dibuat oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).Daerah yang diperkirakan hanya untuk wilayah yang memiliki pembagian musim yang jelas yaitu musim hujan dan kemarau.daerah tersebut dinamakan Daerah Prakiraan Musim (DPM).Menurut Haryoko (1999) wilayah Indonesia terdiri atas102 DPM. Salah satunya adalah Kabupaten Indramayu yang terbagi menjadi dua DPM,yaitu DPM 6 di bagian utara dan DPM 7 di bagian selatan. DPM 6 dan DPM 7 Kabupaten Indramayu memiliki stasiun penakar curah hujan yang tersebar di wilayah tersebut.informasi curah hujan diperoleh di setiap stasiun dengan menghitung curah hujan setiap hari atau setiap bulan.namun, pada penelitian ini terdapat 12 stasiun di DPM 6 dan 3 stasiun di DPM 7.Hal ini mengakibatkan sulitnyadilakukan pengukuran curah hujan karena terdiri atas banyak stasiun dalam satu wilayah.oleh karena itu, dilakukan pengukuran curah hujan dari beberapa stasiun tersebut menjadi satu nilai.nilai ini dinamakan nilai curah hujan gabungan yang bisa mewakili informasi curah hujan di Kabupaten Indramayu.Metode yang biasa digunakan untuk penggabungan curah hujan di beberapa lokasi tersebut adalah rata-rata curah hujan. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Prawesti (2012) yaitu menggunakan metode pembobotan komponen utamadan rata-rata untuk penggabungan curah hujan di Kabupaten Indramayu.Hasil penelitian Prawesti menunjukkan bahwa kedua metode hampir sama untuk penggabungan curah hujan. Sumertajaya (2005) yang mengkaji pengaruh inter blok dan interaksi pada uji lokasi ganda dan respon ganda menyatakan bahwa metode penggabungan respon yang juga memiliki hasil cukup baik adalah Range Equalisation (RE)dan Division by Mean(DM)berdasarkan Sub Dimension Indicator Index (SDII). Metode penggabungan curah hujan yang digunakan pada penelitian ini yaitu rata-rata, pembobotan SDII RE dan SDII DM. Berbeda dengan penelitian Prawesti, metode-metode ini disusun berdasarkan bulan (Januari sampai Desember) untuk selanjutnya dilakukan perhitungan rata-rata dan rata-rata terboboti berdasarkan SDII RE dan SDII DM. Tahapan analisis yang digunakan yaitu analisis statistika deskriptif dengan mendeskripsikan hasil eksplorasi masing-masing metode penggabungan curah hujan setiap bulan. Selanjutnya penelitian ini juga menggunakananalisis data deret waktumodel ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) musiman. Tujuannya untuk membandingkan beberapa metode penggabungan curah hujan berdasarkan hasil peramalan model ARIMA musiman tersebut.

14 2 Tujuan Penelitian ini bertujuan membandingkan pembobotan sub dimension indicator index (SDII) yaitu range equalisation (RE) dan division by mean (DM), serta rata-rata berdasarkan hasil peramalan analisis data deret waktu. METODOLOGI Data Data yang digunakan adalah data curah hujan bulanan di kabupaten Indramayu tahun 1979 sampai Data yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ini terdiri atas 15 stasiun penakar curah hujan Kabupaten Indramayu yang terbagi menjadi DPM 6 dan DPM 7. Tahapan pertama dilakukan analisis statistika deskriptif, yaitu data dari Januari 1979 sampai Desember Tahap kedua dilakukan analisis data deret waktu setiap metode di masing-masing periode atau kelompok (Tabel 1). Tabel 1 Data analisis dan data validasi curah hujan Kelompok Data Analisis Data Validasi 1 Januari Desember 2007 Januari Januari Januari 2008 Februari Januari Februari 2008 Maret Januari Maret 2008 April Januari April 2008 Mei Januari Mei 2008 Juni Januari Juni 2008 Juli Januari Juli 2008 Agustus Januari Agustus 2008 September Januari September 2008 Oktober Januari Oktober 2008 November Januari November 2008 Desember 2008 Metode Analisis Statistika Deskriptif Pada tahap ini dilakukan eksplorasi data untuk mendeskripsikan pola penyebaran curah hujan di Indramayu. Adapun tahapan dari masing-masing pembobot sebagai berikut: 1. Perhitungan pembobotan berdasarkan rata-rata curah hujan bulanan di setiap DPM 6 dan DPM 7 Kabupaten Indramayu a. Data curah hujan Indramayu disusun berdasarkan bulan (Januari sampai Desember) yang terdiri atas masing-masing 30 tahun (1979 sampai 2008).

15 b. Perhitungan rata-rata curah hujan seluruh lokasi di DPM 6 maupun DPM 7 yang sudah disusun tersebut. Formula perhitungan rata-rata curah hujan bulanan setiap tahunyaitu : 3 dengan i=1,2, n dan j=1,2,,p; n adalah jumlah tahun dan p adalah jumlah stasiun; adalah rata-rata curah hujan pada tahun ke-i; adalah curah hujan pada tahun ke-i dan stasiun ke-j. (Sasrodarsono dan Takeda 2003) c. Diagram kotak garis untuk mendeskripsikan pola penyebaran curah hujan di Indramayu. 2. Perhitungan pembobotan SDII di setiap DPM 6 dan DPM 7 Kabupaten Indramayu Sub Dimension Indicator Index (SDII)banyak digunakan pada berbagai aspek seperti penyusunan indeks pembangunan manusia, penggabungan atribut ganda, dan penggunaan data deret waktu. Pada penelitian ini, digunakan pembobot SDII yaitu range equalisation (RE) dan division by mean (DM). Adapun tahapan perhitungan sebagai berikut: a. Data curah hujan Indramayu disusun berdasarkan bulan (Januari sampai Desember) yang terdiri atas masing-masing 30 tahun (1979 sampai 2008). b. Perhitungan nilai RE dan DM berdasarkan nilai curah hujan setiap lokasi di DPM 6 maupun DPM 7 tahun (i) Formula perhitungan SDII RE setiap lokasi yaitu: dengan i=1,2, n dan j=1,2,,p; n adalah jumlah tahun dan p adalah jumlah stasiun; adalah curah hujan pada tahun ke-i dan stasiun ke-j; max ( adalah nilai maksimum curah hujan di stasiun ke-j dan min ( adalah nilai minimum curah hujan di stasiun ke-j. (Kundu 2004) (ii) Formula perhitungan SDII DM pada setiap lokasi yaitu: dengan i=1,2, n dan j=1,2,,p; n adalah jumlah tahun dan p adalah jumlah stasiun; adalah curah hujan pada tahun ke-i dan stasiun ke-j; adalah nilai rata-rata pada stasiun ke-j. (Kundu 2004) c. Perhitungan rata-rata terboboti berdasarkan nilai SDII RE maupun SDII DM. Perhitungan ini dilakukan seterusnya sampai tahun ke-30, yaitu pada tahun Formula perhitungan rata-rata terboboti SDII RE maupun SDII DM setiap tahun yaitu: dengan i=1,2, n dan j=1,2,,p; n adalah jumlah tahun dan p adalah jumlah stasiun; adalah curah hujan pada tahun ke-i dan stasiun ke-j; adalah nilai SDII untuk tahun ke-i dan stasiun ke-j. (Kundu 2004)

16 4 d. Diagram kotak garis untuk mendeskripsikan pola penyebaran curah hujan di Indramayu. Analisis Data Deret Waktu Tahapan ini menggunakan ARIMA musiman pada masing-masing metode, yaitu rata-rata, pembobotan SDII RE, dan SDII DM di DPM 6 maupun DPM 7. Adapun tahapan-tahapan analisis data deret waktu sebagai berikut: 1. Identifikasi pemodelan data deret waktu Tahapan identifikasi model dilakukan dengan melihat struktur data yang bersifat stasioner. Data yang stasioner diamati melalui plot deret waktu dan plot korelasi diri (ACF). Jika belum stasioner, maka dilakukan pembedaan. Selanjutnya identifikasi model dilihat melalui plot korelasi diri (ACF) dan korelasi diri parsial (PACF)yang sudah stasioner untuk memperoleh model sementara. 2. Pendugaan parameter Setelah diperoleh model sementara, tahap selanjutnya yaitu pendugaan parameter. Pendugaan parameter dikatakan berpengaruh jika p-value lebih kecil dari taraf nyata. 3. Diagnostik model Tahapan diagnostik model menggunakanuji L-Jung Box. Uji ini dekatakan berpengaruh atau model layak jika nilai * lebih kecil dari nilai atau p-value lebih besar dari taraf nyata. 4. Overfitting Tahapan ini merupakan salah satu cara pemeriksaan beberapa model deret waktu selain model tentatif. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pendugaan parameter dan diagnostik model untuk mendapatkan model yang terbaik. 5. Peramalan data deret waktu Tahapan ini dilakukan setelah didapatkan model terbaik.tahapan yang dilakukan yaitu peramalan/pendugaan masing-masing metode.data yang digunakan yaitu data curah hujan Indramayu tahun 2008 dengan rincian pada Tabel Perbandingan metode Setelah dilakukan peramalan/pendugaan masing-masing data analisis, selanjutnya nilai ramalan/dugaan tersebut dibandingkan dengan nilai aktualnya dengan menghitung Root Mean Square Error of Prediction (RMSEP) dan cross-correlation (korelasi silang) pada masing-masing metode di DPM 6 maupun DPM 7. Korelasi dilakukan secara silang dengan menentukan lag yang memiliki korelasi tertinggi terhadap curah hujan. Perhitungan nilai RMSEP dengan formula: dengan RMSEP yaitu nilai akar kuadrat tengah galat (KTG) dari data validasi dengan hasil peramalan; yaitu nilai pengamatan ke-t; merupakan nilai ramalan dari ; yaitu jumlah pengamatan pada data validasi

17 Curah Hujan Curah Hujan Sedangkan perhitungan nilai korelasi silang (cross-correlation) yaitu : [ ][ ] dengan adalah korelasi silang lag ke-k antara nilai aktual( ) dan nilai dugaan ( )pada data validasi; ; (Bowerman dan O Connel 1993; Makridakis et al. 1983; Cryer dan Chan 2008) 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Statistika Deskriptif Kabupaten Indramayu terdiri atas dua DPM, DPM 6 di wilayah Indramayu bagian utara dan DPM 7 di wilayah Indramayu bagian selatan. Objek penelitian yang digunakan yaitu 12 stasiun di DPM 6 : stasiun Bangkir, Bulak, Cidempet, Cikedung, Losarang, Tugu, Ujungaris, Lohbener, Sudimampir, Jutinyuat, Kedokan Bunder, dan Krangkeng. Sedangkan DPM 7 Indramayu terdiri atas 3 stasiun, stasiun Bondan, Sukadana, dan Sumurwatu.Setiap stasiun dilakukan perhitungan curah hujan gabungan dengan menggunakan metode rata-rata serta rata-rata terboboti berdasarkan SDII RE dan SDII DM. Rata-Rata Curah Hujan Berikut penyajian diagram kotak garis dengan menggunakan metode ratarata curah hujan di DPM 6 (1a) dan DPM 7 (1b) yang disajikan pada Gambar Januari Februari Maret April Mei Juni (a) Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni (b) Juli Agustus September Oktober November Desember Gambar 1 Diagram kotak garis rata-rata curah hujan bulanan di DPM 6 (a) dan DPM 7 (b) Diagram kotak garis (Gambar 1) menunjukkan nilai keragaman masingmasing bulan pada tahun 1979 sampai 2008 (ditunjukkan dari lebar wilayahnya).wilayah (range) terlebar yaitu pada bulan Januari sedangkan yang

18 Curah Hujan Curah Hujan 6 paling kecil yaitu bulan Agustus.Hal ini menunjukkan intensitas curah hujan bulan Januari besar karena nilai rata-rata curah hujan memiliki curah hujan diantara 100 mm sampai 600 mm, yang mengindikasikan rata-rata curah hujan selama periode 1979 sampai 2008 bulan Januari memiliki keragaman curah huja yang tinggi (hujan sedang sampai hujan tinggi). Sedangkan bulan Agustus memiliki intensitas curah hujan yang kecil karena seluruh nilai rata-rata curah hujan berada di sekitar 0 mm yang mengindikasikan selama periode 1979 sampai 2008 pada bulan Agustus jarang sekali terjadinya hujan. Range Equalisation (RE) Pola yang sama terhadap metode rata-rata curah hujan, yaitu penyajian diagram kotak garis rata-rata terboboti berdasarkan SDII RE (Gambar 2) di DPM 6 (2a) maupun DPM 7 (2b) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember (a) (b) Gambar 2 Diagram kotak garis REcurah hujan bulanan di DPM 6 (a) dan DPM 7 (b) Gambar 2 menunjukkan nilai keragaman masing-masing curah hujan bulanan periode 1979 sampai Pola sama seperti metode rata-rata curah hujan yaitu wilayah (range) yang terlebar pada bulan Januari sedangkan yang paling kecil pada bulan Agustus. Hal ini mengindikasikan intensitas rata-rata curah hujan bulan Januari besar yaitu memiliki curah hujan antara 100 mm sampai 600 mm dan keragaman curah hujannya tinggi (hujan sedang sampai hujan tinggi).sedangkan bulan Agustus memiliki intensitas curah hujan yang kecil yang mengindikasikan bulan Agustus jarang sekali terjadinya hujan. Division by Mean (DM) Analisis juga dilakukan pada metode rata-rata terboboti berdasarkan SDII DM yang disajikan pada Gambar 3 di DPM 6 (3a) maupun DPM 7 (3b).

19 Curah Hujan Curah Hujan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember (a) (b) Gambar 3 Diagram kotak garis DMcurah hujan bulanan di DPM 6 (a) dan DPM 7 (b) Gambar 3 menunjukkan nilai keragaman masing-masing curah hujan bulanan periode 1979 sampai 2008.Wilayah (range) yang terlebar pada bulan Januari sedangkan yang paling sempit/kecil pada bulan Agustus, Hal ini menunjukkan bahwa intensitas rata-rata curah hujan bulan Januari besar dan keragaman curah hujan yang tinggi (hujan sedang sampai hujan tinggi).sedangkan bulan Agustus memiliki intensitas curah hujan yang kecil yang mengindikasikan bulan Agustus jarang sekali terjadinya hujan. Analisis Data Deret Waktu Tahapan selanjutnya setelah analisis statistika deskriptif yaitu analisis data deret waktu. Tahapan ini terdiri atas identifikasi model, pendugaan model, peramalan, dan perbandingan ketiga metode berdasarkan hasil peramalan tersebut.berbeda dengan tahapan analisis statistika deskriptif yang menggunakan data tahun Analisis data deret waktu menggunakan data tahun dan validasi tahun 2008, yang dikelompokkan menjadi data analisis dan data validasi (Tabel 1). Analisis data deret waktu dilakukan pada masing-masing metode di setiap bulan di DPM 6 maupun DPM 7. Rata-Rata Curah Hujan DPM 6 Pembahasan ini menggunakan metode rata-rata curah hujan kelompok analisis Januari 1979 sampai Desember 2007 di DPM 6. Tahapan pertama yang dilakukan yaitu mengecek kestasioneran pada plot deret waktu rata-rata curah hujan (Gambar 4) dan plot korelasi diri/acf (Gambar 5).

20 Autocorrelation Autocorrelation Curah Hujan Bulan ke Gambar 4 Plot deret waktu rata-rata curah hujan Lag Gambar 5 Plot korelasi diri (ACF) rata-rata curah hujan DPM Plot data deret waktu (Gambar 4) mengindikasikan adanya pola musiman yang juga dapat dilihat pada plot korelasi diri (Gambar 5). Kestasioneran secara lebih jelasnya dapat dilihat pada plot korelasi diri (Gambar 5) yang menunjukkan lag 12, 24 dan 36 tail off. Hal ini menunjukkan bahwa data tersebut belum stasioner.oleh karena itu tahapan selanjutnya dilakukan pembedaan sebanyak 12.Hasil pembedaan satu kali musiman dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar Lag Gambar 6 Plot korelasi diri (ACF) metode rata rata curah hujan DPM 6

21 Partial Autocorrelation 9 setelah dilakukan pembedaan satu kali musiman Lag Gambar 7 Plot korelasi diri parsial (PACF) metode rata-rata curah hujan DPM 6 setelah dilakukan pembedaan satu kali musiman Gambar 6 menunjukkan plot korelasi diri setelah dilakukan pembedaan sebanyak 12. Hal ini mengindikasikan bahwa plot korelasi diri (ACF) sudah cut off di lag 12. Sedangkan Gambar 7 menunjukkan plot korelasi diri parsial (PACF) setelah dilakukan pembedaan sebanyak 12. Hal ini mengindikasikan pada lag 12, 24 dan 36 tail off. Oleh karena itu, identifikasi model tentatif yang didapatkan dari plot ACF dan PACF tersebut adalah ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12. Setelah didapatkan model tentatif ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12, dilakukan uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box yang terdapat pada Tabel 2. Tabel 2 Uji dugaan parameter (a) dan Uji L-Jung Box (b) model ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12 Tipe Koef Salah Baku Koef T P SMA (12) (a) Lag Khi-Kuadrat Db Nilai P (b) Tabel 2 menunjukkan bahwa model ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12 sudah dikatakan layak dilihat dari p-value uji dugaan parameter yang kurang dari 0.05 (Tabel 2a) dan p-value uji L-Jung Box masing-masing lag yang lebih dari 0.05 (Tabel 2b). Setelah didapatkan model tentatif, dilakukan overfitting untuk melihat kemungkinan model lainnya yang dimana model baru ini serupa dengan model

22 10 tentatifnya (Cryer dan Chan 2008).Overfitting dilakukan dengan menambahkan parameter autoregressive (AR) atau moving average (MA) pada model tentatif tersebut. Model lainnya yang digunakan yaitu ARIMA (0,0,0)(1,1,1) 12 dengan uji kelayakan model dapat dilihat pada Tabel 3 serta model ARIMA (0,0,0)(0,1,2) 12 dengan uji kelayakan model dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 3 Uji dugaan parameter (a) dan Uji L-Jung Box (b) model ARIMA (0,0,0)(1,1,1) 12 Tipe Koef Salah Baku Koef T P SAR (12) SMA (12) (a) Lag Khi-Kuadrat Db Nilai P (b) Tabel 3 menunjukkan uji dugaan parameter (Tabel 3a) dan uji L-Jung Box (Tabel 3b) model ARIMA (0,0,0)(1,1,1) 12. Model ini tidak layak karena p-value AR musiman tidak nyata yaitu lebih dari Selanjutnya dilihat uji kelayakan model lainnya yaitu ARIMA (0,0,0)(0,1,2) 12 yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Uji dugaan parameter (a) dan Uji L-Jung Box (b) model ARIMA (0,0,0)(0,1,2) 12 Tipe Koef Salah Baku Koef T P SMA (12) SMA (24) (a) Lag Khi-Kuadrat Db Nilai P (b) Tabel 4 menunjukkan uji dugaan parameter (Tabel 4a) dan uji L-Jung Box (Tabel 4b) model ARIMA (0,0,0)(0,1,2) 12. Model ini tidak layak karena p-value MA musiman ke-24 tidak nyata yaitu lebih dari 0.05.Ketiga model ARIMA sudah diuji kelayakan model selanjutnya ringkasan dari ketiga model tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

23 Rata-Rata Curah Hujan 11 Tabel 5Overfittingmetode rata-rata curah hujan DPM 6 Model ARIMA Uji parameter Uji L-Jung Box Nilai MS (0,0,0)(0,1,1) 12 V V 5159 (0,0,0)(1,1,1) 12 X V 5158 (0,0,0)(0,1,2) 12 X V 5202 Tabel 5 menunjukkan ringkasan overfitting pada ketiga model ARIMA. Uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box yang memenuhi asumsi yaitu pada model ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12. Oleh karena itu model ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12 merupakan model terbaik. Setelah didapatkan model terbaik untuk kelompok analisis pertama metode rata-rata curah hujan DPM 6, tahapan selanjutnya yaitu mencari model terbaik untuk sebelas kelompok analisis lainnya.model terbaik dari 12 kelompok analisis data dapat dilihat pada Lampiran 1.Lampiran 1 menunjukkan model ARIMA terbaik metode rata-rata curah hujan DPM 6 dengan kriteria p-value uji dugaan parameter kurang dari 0.05 dan p-value uji L-Jung Box lebih dari Tahapan selanjutnya yaitu peramalan data deret waktu yang diperoleh dari pemodelan 12 kelompok periode analisis. Hasil peramalannya dapat dilihat pada Gambar Aktual Dugaan Bulan Gambar 8 Plot nilai aktual dan nilai peramalan rata-rata curah hujan DPM 6 Gambar 8 menunjukkan plot nilai aktual dan nilai peramalan rata-rata curah hujan di DPM 6. Setelah didapatkan nilai peramalan data deret waktu, dilakukan perhitungan nilai RMSEP dan korelasi silang sebesar dan Nilai RMSEP dan korelasi silang ini dilakukan dengan tujuan membandingkan ketiga metode, yaitu rata-rata curah hujan dengan rata-rata terboboti SDII RE dan SDII DM. Nilai korelasi silang sebesar 0.88 (Lampiran 10a) artinya nilai aktual pada waktu ke-t memiliki hubungan dengan nilai ramalan pada waktu ke-t dengan korelasi sebesar 0.88.

24 Rata-Rata Curah Hujan 12 Plot nilai aktual dan dugaan model analisis metode rata-rata curah hujan di DPM 6 juga dilampirkan pada Lampiran 7a. Model ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12 yang terbentuk yaitu. Rata-Rata Curah Hujan DPM 7 Langkah yang sama juga diterapkan pada metode-metode berikutnya. Pada pembahasan ini dilakukan pemodelan data deret waktu metode rata-rata curah hujan DPM 7. Model-model terbaik dari 12 kelompok analisis dapat dilihat pada Lampiran 2.Lampiran 2 menunjukkan p-value uji dugaan parameter kurang dari 0.05 dan p-value uji L-Jung Box lebih dari Hal ini menyatakan bahwa 12 model ARIMA tersebut layak untuk selanjutnya digunakan pada tahap peramalan data deret waktu.hasil peramalannya dapat dilihat pada Gambar Aktual Dugaan Bulan Gambar 9 Plot nilai aktual dan nilai peramalan ratarata curah hujan DPM 7 Gambar 9 menunjukkan plot nilai aktual dan nilai peramalan rata-rata curah hujan DPM 7. Hasil peramalan tersebut dibandingkan dengan nilai aktualnya yaitu dengan menggunakan perhitungan RMSEP dan korelasi silang.nilai RMSEP pada metode ini yaitu sebesar dan nilai korelasi silang sebesar 0.90 (Lampiran 10b).Plot nilai aktual dan dugaan model analisis metode rata-rata curah hujan di DPM 7 juga dilampirkan pada Lampiran 7b. Model ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12 yang terbentuk yaitu. RE DPM 6 Pemodelan ARIMA dilakukan setelah didapatkan nilai rata-rata dari metode pembobotan SDII RE.Seperti tahapan yang dilakukan pada metode rata-rata curah hujan, identifikasi model dilihat dari plot korelasi diri dan korelasi diri parsial setelah dilakukan pembedaan. Untuk metode RE di DPM 6 ditunjukkan pada uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box yang terdapat pada Lampiran 3 dengan model ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12. Lampiran 3 menunjukkan uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box masingmasing data analisis, dengan kriteria pendugaan parameter nyata pada taraf 5% dan L-Jung Box ditunjukkan oleh p-value masing-masing lag lebih besar dari

25 RE Curah Hujan RE Curah Hujan 0.05.Selanjutnya dilakukan peramalan data yang terdapat pada Gambar 10 yaitu perbandingan nilai aktual dengan nilai peramalan RE curah hujan di DPM Aktual Dugaan Bulan Gambar 10 Plot nilai aktual dan nilai peramalan RE curah hujan DPM 6 Nilai RMSEP pada metode RE curah hujan DPM 6 yaitu sebesar dan nilai korelasi silang sebesar 0.89 dapat dilihat pada Lampiran 10c. Plot nilai aktual dan dugaan model analisis metode rata-rata terboboti SDII RE di DPM 6 juga dilampirkan (Lampiran 8a). Model ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12 yang terbentuk yaitu. RE DPM 7 Langkah yang sama juga digunakan pada RE DPM 7. Pada metode RE curah hujan di DPM 7 didapatkan model yang terbaik masing-masing data analisis yang terdapat pada Lampiran 4. Kriteria dugaan parameter yaitu nyata pada taraf 5% dan kriteria uji L-Jung Box ditunjukkan oleh p-value masing-masing lag yaitu lebih dari nilai Selanjutnya dilakukan peramalan data yang terdapat pada Gambar 11 yaitu perbandingan nilai aktual dengan nilai peramalan RE curah hujan di DPM Aktual Dugaan Bulan Gambar 11 Plot nilai aktual dan nilai peramalan RE curah hujan DPM

26 DM Curah Hujan 14 Hasil RMSEP dan korelasi silang berdasarkan peramalan tersebut adalah dan 0.90.Nilai korelasi silang dapat dilihat pada Lampiran 10d.Plot nilai aktual dan dugaan model analisis metode rata-rata terboboti SDII RE di DPM 7 juga dilampirkan (Lampiran 8b). Model ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12 yang terbentuk yaitu. DM DPM 6 Seperti tahapan yang dilakukan pada metode rata-rata curah hujan, identifikasi model dengan metode DM dilihat dari plot korelasi diri dan korelasi diri parsial setelah dilakukan pembedaan. Untuk metode DM di DPM 6 ditunjukkan pada uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box yang terdapat pada Lampiran 5. Lampiran 5 menunjukkan uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box masingmasing data analisis, dengan kriteria pendugaan parameter nyata pada taraf 5% dan L-Jung Box ditunjukkan oleh p-value masing-masing lag lebih besar dari 0.05.Selanjutnya dilakukan peramalan data yang terdapat pada Gambar 12 yaitu perbandingan nilai aktual dengan nilai peramalan DM curah hujan di DPM Aktual Dugaan Bulan Gambar 12 Plot nilai aktual dan nilai peramalan DM curah hujan DPM 6 Nilai RMSEP pada metode DM curah hujan DPM 6 yaitu sebesar dan nilai korelasi silang sebesar 0.89 dapat dilihat pada Lampiran 10e. Plot nilai aktual dan dugaan model analisis metode rata-rata terboboti SDII DM di DPM 6 juga dilampirkan (Lampiran 9a). Model ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12 yang terbentuk yaitu. DM DPM 7 Langkah yang sama juga digunakan pada DM DPM 7. Pada metode DM curah hujan di DPM 7 didapatkan model yang terbaik masing-masing data analisis yaitu ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12 (Lampiran 6). Kriteria dugaan parameter yaitu nyata pada taraf 5% dan kriteria uji L-Jung Box ditunjukkan oleh p-value masingmasing lag yaitu lebih dari nilai Selanjutnya dilakukan peramalan data yang terdapat pada Gambar 13 yaitu perbandingan nilai aktual dengan nilai peramalan DM curah hujan di DPM

27 DM Curah Hujan Aktual Dugaan Bulan Gambar 13 Plot nilai aktual dan nilai peramalan DM curah hujan DPM 7 Nilai RMSEP pada metode DM curah hujan DPM 7 yaitu sebesar dan nilai korelasi silang sebesar 0.90 dapat dilihat pada Lampiran 10f. Plot nilai aktual dan dugaan model analisis metode rata-rata terboboti SDII DM di DPM 7 juga dilampirkan (Lampiran 9b). Model ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12 yang terbentuk yaitu. Perbandingan metode Perbandingan nilai RMSEP dan nilai korelasi silang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Nilai RMSEP dan korelasi silang ( ) pada ketiga metode di DPM 6 dan DPM 7 Metode Nilai DPM 6 DPM 7 Rata-Rata CH SDII RE SDII DM RMSEP RMSEP RMSEP Tabel 6 menunjukkan perbandingan nilai RMSEP dan korelasi silang masing-masing metode di DPM 6 maupun DPM 7. Nilai RMSEP dari ketiga metode menunjukkan hasil yang relatif sama. Penelitian ini juga membandingkan ketiga metode berdasarkan plot aktual dan dugaan model, yaitu metode rata-rata curah hujan (Lampiran 7), RE (Lampiran 8) dan DM (Lampiran 9). Sedangkan nilai korelasi silang dari ketiga metode ditunjukkan pada Lampiran 10.

28 16 SIMPULAN Simpulan Ketiga metode tersebut menghasilkan curah hujan gabungan yang hampir sama berdasarkan nilai RMSEP dan korelasi silang. Tetapi metode rata-rata merupakan metode yang paling mudah dan sederhana untuk digunakan. DAFTAR PUSTAKA Bowerman BL, O Connel RT Forecasting and Time Series: an Applied Approach. 3 rd ed. California (US): Wardsworth. Cryer JD, Chan KS Time Series Analysis With Application in R. 2 nd ed. New York (US): Springer. Haryoko U Pewilayahan Hujan untuk Menentukan Pola Hujan (Contoh Kasus Kabupaten Indramayu).BMKG. Kundu A Technical Paper ICT and Human Development: Towards Building a Composite Index for Asia, Realising the Millenium Development Goals. UNDP.[internet]. [diunduh 2013 Mei 12]; Tersedia pada : Makridakis S, Wheelwright SC, McGee VE Forecasting: Methods and Applications. 2 nd ed. Canada (US): John Wiley & Sons, Inc. Prawesti RD Pembobotan Komponen Utama untuk Penggabungan Curah Hujan Beberapa Stasiun dalam Satu Wilayah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sasrodarsono S, Takeda K Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta (ID): PT. Pradnya Paramita. Sumertajaya IM Kajian Pengaruh Inter Blok dan Interaksi pada Uji Lokasi Ganda dan Respon Ganda [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

29 Lampiran 1Uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box metode rata-rata curah hujan DPM 6 (a) Uji dugaan parameter metode rata-rata curah hujan DPM 6 Kelompok ARIMA Tipe Koef Nilai P 1 (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) a (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) a Tipe parameter; SMA: seasonal moving average. 17 (b) Uji L-Jung Box metode rata-rata curah hujan DPM 6 Nilai P pada lag ke- Kelompok ARIMA (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1)

30 18 Lampiran 2Uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box metode rata-rata curah hujan DPM 7 (a) Uji dugaan parameter metode rata-rata curah hujan DPM 7 Kelompok ARIMA Tipe Koef Nilai P 1 (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) a (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) a Tipe parameter; SMA: seasonal moving average. (b) Uji L-Jung Box metode rata-rata curah hujan DPM 7 Nilai P pada lag ke- Kelompok ARIMA (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1)

31 Lampiran 3 Uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box metode RE curah hujan DPM 6 (a) Uji dugaan parameter metode RE curah hujan DPM 6 Kelompok ARIMA Tipe Koef Nilai P 1 (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) a (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) a Tipe parameter; SMA: seasonal moving average. 19 (b) Uji L-Jung Box metode RE curah hujan DPM 6 Nilai P pada lag ke- Kelompok ARIMA (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1)

32 20 Lampiran 4 Uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box metode RE curah hujan DPM 7 (a) Uji dugaan parameter metode RE curah hujan DPM 7 Kelompok ARIMA Tipe Koef Nilai P 1 (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) a (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) a Tipe parameter; SMA: seasonal moving average. (b) Uji L-Jung Box metode RE curah hujan DPM 7 Nilai P pada lag ke- Kelompok ARIMA (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1)

33 Lampiran 5 Uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box metode DM curah hujan DPM 6 (a) Uji dugaan parameter metode DM curah hujan DPM 6 Kelompok ARIMA Tipe Koef Nilai P 1 (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) a (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) a Tipe parameter; SMA: seasonal moving average. 21 (b) Uji L-Jung Box metode DM curah hujan DPM 6 Nilai P pada lag ke- Kelompok ARIMA (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1)

34 22 Lampiran 6 Uji dugaan parameter dan uji L-Jung Box metode DM curah hujan DPM 7 (a) Uji dugaan parameter metode DM curah hujan DPM 7 Kelompok ARIMA Tipe Koef Nilai P 1 (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) a (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) (0,0,0)(0,1,1) 12 SMA (12) a Tipe parameter; SMA: seasonal moving average. (c) Uji L-Jung Box metode DM curah hujan DPM 7 Nilai P pada lag ke- Kelompok ARIMA (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1) (0,0,0)(0,1,1)

35 RE Curah Hujan RE Curah Hujan Rata-Rata Curah Hujan Rata-Rata Curah Hujan Lampiran 7 Plot aktual model dengan dugaan model metode rata-rata di DPM 6 (a) dan DPM 7 (b) Aktual Dugaan Aktual Dugaan Bulan ke Bulan ke (a) ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12 (b) ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12 Lampiran8 Plot aktual model dengan dugaan model metode RE di DPM 6 (a) dan DPM 7 (b) Aktual Dugaan Aktual Dugaan Bulan ke Bulan ke (a) ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12 (b) ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12

36 DM Curah Hujan DM Curah Hujan 24 Lampiran 9 Plot aktual model dengan dugaan model metode DM di DPM 6 (a) dan DPM 7 (b) Aktual Dugaan 200 Aktual Dugaan Bulan ke Bulan ke (a) ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12 (b) ARIMA (0,0,0)(0,1,1) 12 Lampiran 10 Nilai korelasi silang masing-masing metode (a) Rata-Rata Curah Hujan DPM 6 CCF - correlates Aktual(t) and Dugaan(t+k) (b) Rata-Rata Curah Hujan DPM 7 CCF - correlates Aktual(t) and Peramalan(t+k) Lag CCF Lag CCF

37 25 (c) RE Curah Hujan DPM 6 CCF - correlates Aktual(t) and Dugaan(t+k) (e) DM Curah Hujan DPM 6 CCF - correlates Aktual(t) and Dugaan(t+k) Lag CCF (d) RE Curah Hujan DPM 7 CCF - correlates Aktual(t) and Peramalan(t+k) Lag CCF (f) DM Curah Hujan DPM 7 CCF - correlates Aktual(t) and Peramalan(t+k) Lag CCF Lag CCF

38 26 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 25 Maret 1991 sebagai anak pertama dari pasangan Imam Fathurodji dan Mawarita.Penulis memulai pendidikannya di TK Fajar Islam, dan melanjutkan ke SDN Serdang 03 Jakarta, lulus dari SDN 03 Serdang, penulis melanjutkan pendidikannya di SMPN 10 Jakarta. Lulus dari SMPN 10 Jakarta pada tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikannya ke SMAN 21 Jakarta. Setelah lulus dari SMAN 21 Jakarta tahun 2009, penulis langsung meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, penulis diterima di Departemen Statistika, Institut Pertanian Bogor lewat jalur USMI. Saat kuliah, penulis mengambil supporting course Makroekonomi, Mikroekonomi, Perilaku Konsumen, Manajemen Keuangan Konsumen, Bahasa Inggris Lanjut, Kewirausahaan, dan Ekonomi Sumberdaya sebagai penunjang mata kuliah. Penulis pun aktif dalam organisasi yaitu sebagai divisi musik UKM Musik IPB, lalu aktif dalam organisasi Gamma Sigma Beta sebagai sekretaris departemen Database Centre. Penulis mengikuti kegiatan praktik lapang di PT. Infomedia Nusantara pada bulan Februari sampai Maret 2013 selama 2 bulan.

PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu)

PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu) Xplore, 2013, Vol. 1(1):e3(1-7) c 2013 Departemen Statistika FMIPA IPB PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten

Lebih terperinci

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE (Studi Kasus : Kecepatan Rata-rata Angin di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Semarang) SKRIPSI

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian II) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2016 1 a. Lakukan proses pembedaan (differencing) sebanyak dua kali pada data asal. b. Lakukan pendugaan parameter pada

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Oleh : Agustini Tripena ABSTRACT In this paper, forecasting the consumer price index data and inflation. The method

Lebih terperinci

4 MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS (VARX)

4 MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS (VARX) 4 MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS (VARX) Pendahuluan Beberapa penelitian curah hujan dengan satu lokasi curah hujan (tunggal) dengan model ARIMA telah dilakukan, di antaranya oleh Mauluddiyanto (2008)

Lebih terperinci

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA 1) Nurul Latifa Hadi 2) Artanti Indrasetianingsih 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Lebih terperinci

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer 1 Faridah Yuliani dan 2 Dr. rer pol Heri Kuswanto 1,2 Jurusan Statistika

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PEMULUSAN (SMOOTHING) EKSPONENSIAL DAN ARIMA (BOX-JENKINS) SEBAGAI METODE PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) SKRIPSI

PERBANDINGAN METODE PEMULUSAN (SMOOTHING) EKSPONENSIAL DAN ARIMA (BOX-JENKINS) SEBAGAI METODE PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) SKRIPSI PERBANDINGAN METODE PEMULUSAN (SMOOTHING) EKSPONENSIAL DAN ARIMA (BOX-JENKINS) SEBAGAI METODE PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) SKRIPSI WARSINI 070803042 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK

PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER PKMT-2-13-1 PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER Umi Rosyiidah, Diah Taukhida K, Dwi Sitharini Jurusan Matematika, Universitas Jember, Jember ABSTRAK

Lebih terperinci

Spesifikasi Model. a. ACF

Spesifikasi Model. a. ACF Dept. Statistika IPB, 0 Spesifikasi Model Ada tiga tahapan iterasi dalam pemodelan data deret waktu, yaitu:. Penentuan model tentatif (spesifikasi model) berdasarkan data contoh untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 3 Hal. 59 67 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA ANNISA UL UKHRA Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

APLIKASI CHANGE POINT ANALYSIS (CPA) PADA DATA CURAH HUJAN HARIAN MARCO BONA TUA

APLIKASI CHANGE POINT ANALYSIS (CPA) PADA DATA CURAH HUJAN HARIAN MARCO BONA TUA APLIKASI CHANGE POINT ANALYSIS (CPA) PADA DATA CURAH HUJAN HARIAN MARCO BONA TUA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA PENDAHULUAN Prediksi data runtut waktu.

Lebih terperinci

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA Jurnal UJMC, Volume 2, Nomor 1, Hal. 28-35 pissn : 2460-3333 eissn: 2579-907X PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA Novita Eka Chandra 1 dan Sarinem 2 1 Universitas

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian I) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 016 1 Ada tiga tahapan iterasi dalam pemodelan data deret waktu, yaitu: 1. Penentuan model tentatif (spesifikasi model)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Suhu Udara Rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Suhu Udara Rata-rata suhu 18 20 22 24 26 28 30 32 ragam, maka dilakukan transformasi Box-Cox. d. Mengidentifikasi model. Dalam tahap ini akan didapat model-model sementara, dengan melihat plot ACF dan PACF. e. Pendugaan parameter

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA Jeine Tando 1, Hanny Komalig 2, Nelson Nainggolan 3* 1,2,3 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

MODEL HIBRIDA RUNTUN WAKTU FUZZY TERBOBOT-DERET FOURIER UNTUK PERAMALAN CURAH HUJAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO

MODEL HIBRIDA RUNTUN WAKTU FUZZY TERBOBOT-DERET FOURIER UNTUK PERAMALAN CURAH HUJAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO MODEL HIBRIDA RUNTUN WAKTU FUZZY TERBOBOT-DERET FOURIER UNTUK PERAMALAN CURAH HUJAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO oleh INDIAWATI AYIK IMAYA M0111045 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

MODEL FUNGSI TRANSFER BIVARIAT UNTUK MERAMALKAN CURAH HUJAN DI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI DYAH RARA

MODEL FUNGSI TRANSFER BIVARIAT UNTUK MERAMALKAN CURAH HUJAN DI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI DYAH RARA 1 MODEL FUNGSI TRANSFER BIVARIAT UNTUK MERAMALKAN CURAH HUJAN DI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI DYAH RARA 100803065 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk. PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. Djoni Hatidja ) ) Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 955 email: dhatidja@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun enam puluhan telah diterapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Jakarta menjadi suatu direktorat perhubungan udara. Direktorat

Lebih terperinci

PERAMALAN TINGKAT KEMATIAN BALITA PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TAPANULI UTARA DENGAN MODEL ARIMA BOX-JENKINS SKRIPSI

PERAMALAN TINGKAT KEMATIAN BALITA PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TAPANULI UTARA DENGAN MODEL ARIMA BOX-JENKINS SKRIPSI PERAMALAN TINGKAT KEMATIAN BALITA PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TAPANULI UTARA DENGAN MODEL ARIMA BOX-JENKINS SKRIPSI SASTRO HAMDANI SIALLAGAN 060803047 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI TBS KELAPA SAWIT DENGAN MODEL ARIMA DAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA AINDRA BUDIAR

PERAMALAN PRODUKSI TBS KELAPA SAWIT DENGAN MODEL ARIMA DAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA AINDRA BUDIAR PERAMALAN PRODUKSI TBS KELAPA SAWIT DENGAN MODEL ARIMA DAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA AINDRA BUDIAR DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Vol. 9, No., 9-5, Januari 013 Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 1 Abstrak Dalam analisis deret waktu

Lebih terperinci

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 110 117 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 menguji kelayakan model sehingga model sementara tersebut cukup memadai. Salah satu caranya adalah dengan menganalisis galat (residual). Galat merupakan selisih antara data observasi dengan data hasil

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) D-249

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) D-249 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) D-249 Analisis Fungsi Transfer pada Harga Cabai Merah yang Dipengaruhi oleh Curah Hujan Di Surabaya Putri Rintan Aryasita,

Lebih terperinci

ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU. Oleh : Heru Novriyadi G

ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU. Oleh : Heru Novriyadi G ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU Oleh : Heru Novriyadi G4004 PROGRAM STUDI STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Model Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 225 dengan Pendekatan Fungsi Transfer

Model Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 225 dengan Pendekatan Fungsi Transfer Model Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 225 dengan Pendekatan Fungsi Transfer OLEH : DWI LISTYA NURINI 1311 105 021 DOSEN PEMBIMBING : DR. BRODJOL SUTIJO SU, M.SI Bursa saham atau Pasar

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP SKRIPSI Disusun oleh : DITA RULIANA SARI NIM. 24010211140084 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

1. I Wayan Sumarjaya, S.Si, M.Stats. 2. I Gusti Ayu Made Srinadi, S.Si, M.Si. ABSTRAK

1. I Wayan Sumarjaya, S.Si, M.Stats. 2. I Gusti Ayu Made Srinadi, S.Si, M.Si. ABSTRAK Judul : Peramalan Curah Hujan Menggunakan Metode Analisis Spektral Nama : Ni Putu Mirah Sri Wahyuni NIM : 1208405018 Pembimbing : 1. I Wayan Sumarjaya, S.Si, M.Stats. 2. I Gusti Ayu Made Srinadi, S.Si,

Lebih terperinci

ANALISIS DERET BERKALA MULTIVARIAT DENGAN MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER: STUDI KASUS CURAH HUJAN DI KOTA MALANG

ANALISIS DERET BERKALA MULTIVARIAT DENGAN MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER: STUDI KASUS CURAH HUJAN DI KOTA MALANG ANALISIS DERET BERKALA MULTIVARIAT DENGAN MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER: STUDI KASUS CURAH HUJAN DI KOTA MALANG Fachrul Ulum Febriansyah dan Abadyo Universitas Negeri Malang E-mail: fachrul.febrian@gmail.com

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data 5 korelasi diri, dan plot korelasi diri parsial serta uji Augmented Dickey- Fuller b. Identifikasi Model dengan metode Box-Jenkins c. Pemutihan deret input d. Pemutihan deret output berdasarkan hasil pemutihan

Lebih terperinci

PERAMALAN CURAH HUJAN BULANAN DI KOTA MEDAN DENGAN METODE BOX-JENKINS TUGAS AKHIR ELLA CHRISTY SARI GULTOM

PERAMALAN CURAH HUJAN BULANAN DI KOTA MEDAN DENGAN METODE BOX-JENKINS TUGAS AKHIR ELLA CHRISTY SARI GULTOM PERAMALAN CURAH HUJAN BULANAN DI KOTA MEDAN DENGAN METODE BOX-JENKINS TUGAS AKHIR ELLA CHRISTY SARI GULTOM 062407161 PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT Novian Endi Gunawan 1, I Wayan Sumarjaya 2, I G.A.M. Srinadi 3 1 Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 253 266. PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Lebih terperinci

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA) PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA) Oleh : Nofinda Lestari 1208 100 039 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA MENGGUNAKAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DAN MARKOV SWITCHING BERDASARKAN INDIKATOR HARGA MINYAK

PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA MENGGUNAKAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DAN MARKOV SWITCHING BERDASARKAN INDIKATOR HARGA MINYAK PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA MENGGUNAKAN GABUNGAN MODEL VOLATILITAS DAN MARKOV SWITCHING BERDASARKAN INDIKATOR HARGA MINYAK oleh APRILIA AYU WIDHIARTI M0111010 SKRIPSI ditulis dan diajukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

Peramalan Kecepatan Angin Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Box-Jenkins

Peramalan Kecepatan Angin Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Box-Jenkins Peramalan Kecepatan Angin Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Box-Jenkins Ari Pani Desvina 1, Melina Anggriani 2,2 Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau Jl. HR.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi data Tahap pertama dalam pembentukan model VAR adalah melakukan eksplorasi data untuk melihat perilaku data dari semua peubah yang akan dimasukkan dalam model. Eksplorasi

Lebih terperinci

Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan Krigging pada 12 Stasiun di Bogor Periode Januari Desember 2014.

Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan Krigging pada 12 Stasiun di Bogor Periode Januari Desember 2014. Jur. Ris. & Apl. Mat. Vol. 1 (2017), no. 1, 1-52 Jurnal Riset dan Aplikasi Matematika e-issn: 2581-0154 URL: journal.unesa.ac.id/index.php/jram Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan

Lebih terperinci

UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI

UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI FUNGSI TRANSFER HUBUNGAN PERUBAHAN JUMLAH UANG BEREDARR DAN TINGKAT INFLASI FEB RINA HANDAYANI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKAA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 27 PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian I) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2017 1 Ada tiga tahapan iteratif dalam pemodelan data deret waktu yang berbasis model ARIMA, yaitu: 1. Penentuan model

Lebih terperinci

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : PEMODELAN STOK GABAH/BERAS

Lebih terperinci

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am Pemodelan ARIMA Non- Musimam ARIMA ARIMA(Auto Regresif Integrated Moving Average) merupakan suatu metode analisis runtun waktu(time series) ARIMA(p,d,q) Dengan AR : p =orde dari proses autoreggresif I

Lebih terperinci

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian II) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2017/2018 1 a. Misalkan data asal Y t. Lakukan proses pembedaan (differencing) sebanyak dua kali pada data asal sehingga

Lebih terperinci

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia Oleh : Pomi Kartin Yunus 1306030040 Latar Belakang Industri manufaktur yang berkembang pesat

Lebih terperinci

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSIVE) UNTUK MEKANISME PEMODELAN PRODUKSI, KONSUMSI, EKSPOR, IMPOR, DAN HARGA MINYAK BUMI AGUS WAHYULI

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSIVE) UNTUK MEKANISME PEMODELAN PRODUKSI, KONSUMSI, EKSPOR, IMPOR, DAN HARGA MINYAK BUMI AGUS WAHYULI ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSIVE) UNTUK MEKANISME PEMODELAN PRODUKSI, KONSUMSI, EKSPOR, IMPOR, DAN HARGA MINYAK BUMI AGUS WAHYULI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK SARUNG TANGAN GOLF MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) DI PT. ADI SATRIA ABADI ABSTRAK

PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK SARUNG TANGAN GOLF MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) DI PT. ADI SATRIA ABADI ABSTRAK PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK SARUNG TANGAN GOLF MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) DI PT. ADI SATRIA ABADI Trio Yonathan Teja Kusuma 1, Sandra Praharani Nur Asmoro 2 1,2)

Lebih terperinci

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii HALAMAN PENGESAHAN...iv MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv PERNYATAAN...

Lebih terperinci

Musim Hujan. Musim Kemarau

Musim Hujan. Musim Kemarau mm IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Data Curah hujan Data curah hujan yang digunakan pada penelitian ini adalah wilayah Lampung, Pontianak, Banjarbaru dan Indramayu. Selanjutnya pada masing-masing wilayah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN C BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mencoba meramalkan jumlah penumpang kereta api untuk masa yang akan datang berdasarkan data volume penumpang kereta api periode Januari 994-Februari 203

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH PERMINTAAN DARAH UDD PMI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN METODE PERAMALAN KOMBINASI

PERAMALAN JUMLAH PERMINTAAN DARAH UDD PMI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN METODE PERAMALAN KOMBINASI PERAMALAN JUMLAH PERMINTAAN DARAH UDD PMI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN METODE PERAMALAN KOMBINASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S-1 Program

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN METODE MOVING AVERAGE DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGUNJUNG HOTEL MERPATI

PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN METODE MOVING AVERAGE DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGUNJUNG HOTEL MERPATI Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 251 258. PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN METODE MOVING AVERAGE DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGUNJUNG HOTEL

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

TREND ANALYSIS INFANT MORTALITY RATE DENGAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA)

TREND ANALYSIS INFANT MORTALITY RATE DENGAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) TREND ANALYSIS INFANT MORTALITY RATE DENGAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) Jerhi Wahyu Fernanda, Wisnaningsih S, Emilia Boavida,, Prodi Rekam Medis Informasi Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. Program Studi Ganda Teknik Informatika-Statistika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil tahun 2006/2007

Universitas Bina Nusantara. Program Studi Ganda Teknik Informatika-Statistika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil tahun 2006/2007 Universitas Bina Nusantara Program Studi Ganda Teknik Informatika-Statistika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil tahun 2006/2007 ANALISIS PERBANDINGAN PEMODELAN DATA DERET WAKTU TERBAIK ANTARA

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BERDASARKAN SURVEI KEPUASAN MAHASISWA DAN EPBM AHMAD CHAERUS SUHADA

ANALISIS KINERJA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BERDASARKAN SURVEI KEPUASAN MAHASISWA DAN EPBM AHMAD CHAERUS SUHADA ANALISIS KINERJA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BERDASARKAN SURVEI KEPUASAN MAHASISWA DAN EPBM AHMAD CHAERUS SUHADA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERAMALAN BEBAN PEMAKAIAN LISTRIK JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN

PERAMALAN BEBAN PEMAKAIAN LISTRIK JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN PERAMALAN BEBAN PEMAKAIAN LISTRIK JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN HYBRID AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE NEURAL NETWORK Disusun oleh : Berta Elvionita Fitriani 24010211120005

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ARIMA DALAM MERAMALKAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) INDONESIA TAHUN 2013

PENERAPAN METODE ARIMA DALAM MERAMALKAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) INDONESIA TAHUN 2013 La Pimpi //Paradigma, Vol. 17 No. 2, Oktober 2013, hlm. 35-46 PENERAPAN METODE ARIMA DALAM MERAMALKAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) INDONESIA TAHUN 2013 1) La Pimpi 1 Staf Pengajar Jurusan Matematika, FMIPA,

Lebih terperinci

3 PEWILAYAHAN CURAH HUJAN

3 PEWILAYAHAN CURAH HUJAN 3 PEWILAYAHAN CURAH HUJAN Pendahuluan Daerah prakiraan musim (DPM) merupakan daerah dengan tipe hujan yang memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan berdasarkan pola hujan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PEMULUSAN (SMOOTHING) EKSPONENSIAL GANDA DUA PARAMETER DARI HOLT DAN METODE BOX-JENKINS

PERBANDINGAN METODE PEMULUSAN (SMOOTHING) EKSPONENSIAL GANDA DUA PARAMETER DARI HOLT DAN METODE BOX-JENKINS PERBANDINGAN METODE PEMULUSAN (SMOOTHING) EKSPONENSIAL GANDA DUA PARAMETER DARI HOLT DAN METODE BOX-JENKINS DALAM MERAMALKAN HASIL PRODUKSI KERNEL KELAPA SAWIT PT. EKA DURA INDONESIA SKRIPSI EKA ARYANI

Lebih terperinci

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI LULIK PRESDITA W 1207 100 002 APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI 1 Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes BAB I PENDAHULUAN 2 LATAR BELAKANG 1. Stabilitas ekonomi dapat dilihat

Lebih terperinci

PEMODELAN SARIMAX DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) V PURWOKERTO

PEMODELAN SARIMAX DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) V PURWOKERTO PEMODELAN SARIMAX DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) V PURWOKERTO Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Oleh : ROSIANA NOVITA

Lebih terperinci

Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) MA 2081 Statistika Dasar 30 April 2012

Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) MA 2081 Statistika Dasar 30 April 2012 Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) ) MA 208 Statistika Dasar 0 April 202 Utriweni Mukhaiyar Ilustrasi Berikut adalah data rata-rata curah hujan bulanan yang diamati dari Stasiun Padaherang

Lebih terperinci

PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI 2010

PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI 2010 Statistika, Vol., No., Mei PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI Reksa Nila Anityaloka, Atika Nurani Ambarwati Program Studi S Statistika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Pemodelan Fungsi Transfer Multi Input

Pemodelan Fungsi Transfer Multi Input Jurnal Informatika Mulawarman Vol 4 No. Juli 9 8 Pemodelan Fungsi Transfer Multi Input M. Fathurahman *) Program Studi Statistika, FMIPA Universitas Mulawarman Jl. Barong Tongkok no.5 Kampus Unmul Gn.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARCH/GARCH PADA DATA PERUBAHAN CURAH HUJAN HARIAN DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT, PERIODE HANIK AULIA

PENERAPAN MODEL ARCH/GARCH PADA DATA PERUBAHAN CURAH HUJAN HARIAN DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT, PERIODE HANIK AULIA PENERAPAN MODEL ARCH/GARCH PADA DATA PERUBAHAN CURAH HUJAN HARIAN DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT, PERIODE 010-011 HANIK AULIA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh: Firda Megawati

SKRIPSI. Disusun oleh: Firda Megawati PERAMALAN TINGGI GELOMBANG BERDASARKAN KECEPATAN ANGIN DI PERAIRAN PESISIR SEMARANG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER (Studi Kasus Bulan Januari 2014 sampai dengan Desember 2014) SKRIPSI Disusun oleh:

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PERAMALAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MULTI INPUT SKRIPSI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PERAMALAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MULTI INPUT SKRIPSI PERAMALAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN PENDEKATAN TIME SERIES BERDASARKAN FUNGSI TRANSFER MULTI INPUT SKRIPSI DIDIT EKO PRASETYO PROGRAM STUDI S-1 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Data Runtun Waktu, Indeks Harga Konsumen, ARIMA, Analisis Intervensi, Fungsi Step, Peramalan. I Pendahuluan

ABSTRAK. Kata kunci : Data Runtun Waktu, Indeks Harga Konsumen, ARIMA, Analisis Intervensi, Fungsi Step, Peramalan. I Pendahuluan Analisis Model Intervensi Fungsi Step Terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK) Zuhairini Azzahra A 1, Suyono 2, Ria Arafiyah 3 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA

PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA Seminar Hasil Tugas Akhir Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013 LOGO PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA

Lebih terperinci

Peramalan Jumlah Penumpang Kereta Api Kelas Bisnis Eksekutif Jurusan Madiun Jakarta di PT. Kereta Api (Persero) DAOP VII Madiun

Peramalan Jumlah Penumpang Kereta Api Kelas Bisnis Eksekutif Jurusan Madiun Jakarta di PT. Kereta Api (Persero) DAOP VII Madiun Peramalan Jumlah Penumpang Kereta Api Kelas Bisnis Eksekutif Jurusan Madiun Jakarta di PT. Kereta Api (Persero) DAOP VII Madiun NAMA : RITA RAHMADHANI NRP : 1306 030 008 PEMBIMBING: DR. BRODJOL SUTIJO

Lebih terperinci

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Oleh : Defi Rachmawati 1311 105 007 Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

PERBANDINGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PERBANDINGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PERBANDINGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DAN METODE ARIMA (BOX-JENKINS) SEBAGAI METODE PERAMALAN KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT SKRIPSI MAHATER MUHAMMAD 060803001 DEPARTEMEN MATEMATIKA

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Perbandingan Model ARIMA... (Alia Lestari) PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Alia Lestari Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus : KA Argo Muria)

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus : KA Argo Muria) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman 131-140 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ARIMA box jenkins untuk meramalkan kebutuhan bahan baku. 2.1. Peramalan Peramalan

Lebih terperinci

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si Oleh : Dwi Listya Nurina 1311105022 Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si Air Bersih BUMN Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan

Lebih terperinci

Model Generalized Space Time Autoregressive (GSTAR) dengan Analisis Data Menggunakan Software R

Model Generalized Space Time Autoregressive (GSTAR) dengan Analisis Data Menggunakan Software R Model Generalized Space Time Autoregressive (GSTAR) dengan Analisis Data Menggunakan Software R Yulianti Talungke 1, Nelson Nainggolan 2, Djoni Hatidja 3 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT Manado,

Lebih terperinci

PERAMALAN CURAH HUJAN BULANAN DI MEDAN PADA TAHUN 2011 BERDASARKAN DATA KELEMBABAN UDARA DARI TAHUN DENGAN FUNGSI TRANSFER TUGAS AKHIR

PERAMALAN CURAH HUJAN BULANAN DI MEDAN PADA TAHUN 2011 BERDASARKAN DATA KELEMBABAN UDARA DARI TAHUN DENGAN FUNGSI TRANSFER TUGAS AKHIR PERAMALAN CURAH HUJAN BULANAN DI MEDAN PADA TAHUN 2011 BERDASARKAN DATA KELEMBABAN UDARA DARI TAHUN 2006 2010 DENGAN FUNGSI TRANSFER TUGAS AKHIR NUR SURI PRADIPTA 082407061 PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA

Lebih terperinci

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH)

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH) Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 4 Hal. 80 88 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE

Lebih terperinci

Suma Suci Sholihah, Heni Kusdarwati, Rahma Fitriani. Jurusan Matematika, F.MIPA, Universitas Brawijaya

Suma Suci Sholihah, Heni Kusdarwati, Rahma Fitriani. Jurusan Matematika, F.MIPA, Universitas Brawijaya PEMODELAN RETURN IHSG PERIODE 15 SEPTEMBER 1998 13 SEPTEMBER 2013 MENGGUNAKAN THRESHOLD GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY (TGARCH(1,1)) DENGAN DUA THRESHOLD Suma Suci Sholihah,

Lebih terperinci

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran OUTLINE Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metodologi Penelitian Analisis dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran LATAR BELAKANG Listrik elemen terpenting dalam kehidupan manusia Penelitian Sebelumnya Masyarakat

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) Liana Kusuma Ningrum dan Winita Sulandari, M.Si. Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

Restu Tresnawati, Kurnia Endah Komalasari Puslitbang BMKG, Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran Jakarta Pusat

Restu Tresnawati, Kurnia Endah Komalasari Puslitbang BMKG, Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran Jakarta Pusat SKENARIO TENGGANG WAKTU SST NINO 3.4 TERHADAP CURAH HUJAN UNTUK MENINGKATKAN AKURASI PREDIKSI KALMAN FILTER SCENARIOS OF TIME LAG SST NINO 3.4 TO PRECIPITATION FOR ACCURATION INCREASING OF KALMAN FILTER

Lebih terperinci

Pemodelan Space Pemasangan Iklan di Surat Kabar Harian X dengan Metode ARIMAX dan Fungsi Transfer

Pemodelan Space Pemasangan Iklan di Surat Kabar Harian X dengan Metode ARIMAX dan Fungsi Transfer TUGAS AKHIR Pemodelan Space Pemasangan Iklan di Surat Kabar Harian X dengan Metode ARIMAX dan Fungsi Transfer Oleh : Fani Felani Farid (1306 100 047) Pembimbing : Drs. Kresnayana Yahya M.Sc Latar Belakang

Lebih terperinci

Data Tingkat Hunian Hotel Rata-Rata di Propinsi DIY Tahun Tahun Bulan Wisman

Data Tingkat Hunian Hotel Rata-Rata di Propinsi DIY Tahun Tahun Bulan Wisman Lampiran 1. Data Tingkat Hunian Hotel di Propinsi DIY Tahun 1991-2003 48 49 Lampiran 1 Data Tingkat Hunian Hotel Rata-Rata di Propinsi DIY Tahun 1991-2003, Tahun Bulan Wisman 1991 1 27,00 1991 2 30,60

Lebih terperinci

Peramalan merupakan alat bantu yang penting dalam penyusunan rencana yang efektif dan efisien. Pada

Peramalan merupakan alat bantu yang penting dalam penyusunan rencana yang efektif dan efisien. Pada Estimasi Parameter Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) Menggunakan Algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) (Studi Kasus: Peramalan Curah Hujan DAS Brangkal, Mojokerto) Meytaliana Factmawati,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN EKSTRIM SECARA SPASIAL (Studi Kasus: Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Indramayu) FITRI MUDIA SARI

PREDIKSI CURAH HUJAN EKSTRIM SECARA SPASIAL (Studi Kasus: Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Indramayu) FITRI MUDIA SARI PREDIKSI CURAH HUJAN EKSTRIM SECARA SPASIAL (Studi Kasus: Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Indramayu) FITRI MUDIA SARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang II.. TINJAUAN PUSTAKA Indeks Harga Konsumen (IHK Menurut Monga (977 indeks harga konsumen adalah ukuran statistika dari perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang didapatkan.

Lebih terperinci

PEMODELAN CURAH HUJAN DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA YULIANTI HASANAH

PEMODELAN CURAH HUJAN DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA YULIANTI HASANAH PEMODELAN CURAH HUJAN DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA YULIANTI HASANAH DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci