Deputi Bidang Ekonomi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Deputi Bidang Ekonomi"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2013 Deputi Bidang Ekonomi

2 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA Triwulan III Tahun 2013

3 KATA PENGANTAR Laporan Perkembangan Perekonomian Indonesia edisi triwulan III tahun 2013 merupakan lanjutan dari laporan triwulanan yang diterbitkan oleh KedeputianBidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas. Laporan triwulan III tahun 2013 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga akhir triwulan III tahun Dari sisi perekonomian dunia, laporan ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia, khususnya Cina, Jepang, dan India. Dari sisi perekonomian nasional, laporan ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III tahun 2013 dan perkembangan ekonomi Indonesia dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan investasi dan kerja sama internasional, serta industri dalam negeri. Sangat disadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun dari pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan laporan ini dapat tercapai. I

4 Halaman ini sengaja dikosongkan II LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013

5 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... III DAFTAR TABEL... VI DAFTAR GAMBAR... VIII PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA... 2 Perkembangan Ekonomi Amerika... 3 Perkembangan Ekonomi Eropa... 7 Perkembangan Ekonomi Asia... 9 Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Indeks Tendensi Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen Perkembangan Konsumsi Kendaraan Bermotor Perkembangan Produksi dan Konsumsi Semen Neraca Pembayaran Indonesia PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA Pembiayaan Utang Pemerintah Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang Posisi Utang Pemerintah Surat Berharga Negara (SBN) Pinjaman ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Isu Terkini Konsultasi Pengambilalihan Axis oleh XL dan Notifikasi Merger Perusahaan Lain Pemerintah Luncurkan Paket Kebijakan Meningkatkan Kemudahan Berusaha BKPM Perluas Tracking System untuk Proses Tax Holiday PERKEMBANGAN PERDAGANGAN Perkembangan Ekspor LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013 III

6 Perkembangan Impor Perkembangan Neraca Perdagangan Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan III Tahun Perkembangan Harga Domestik Perkembangan Harga Komoditi Internasional PERKEMBANGAN INVESTASI Perkembangan Investasi Realisasi Investasi Triwulan II Tahun Realisasi Per sektor Realisasi Per Lokasi Realisasi per Negara Perkembangan Kerjasama Ekonomi Internasional Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Cina FTA Ekspor ASEAN Ke Cina Impor ASEAN Dari Cina Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA Ekspor Impor Indonesia- ASEAN Perdagangan Antar Negara ASEAN PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER Perkembangan Moneter Global Perkembangan Moneter Domestik Inflasi Inflasi Global Inflasi Domestik Nilai Tukar Mata Uang Dunia Indeks Harga Saham Indeks Harga Komoditas Internasional Harga Bahan Pokok Nasional Respon Kebijakan Moneter SEKTOR PERBANKAN LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013 IV

7 KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PERKEMBANGANSEKTOR INDUSTRI INDONESIA Laporan Perkembangan Sektor Industri Triwulan III Tahun Pertumbuhan Sektor Industri Industri Otomotif Industri Semen Realisasi Investasi Nasional LAMPIRAN Lampiran 1: Inflasi Global Lampiran 2: Inflasi Domestik Lampiran 2: Inflasi Domestik (lanjutan) Lampiran 2: Inflasi Domestik (lanjutan) Lampiran 3: Nilai Tukar Mata Uang Lampiran 4: Indeks Saham Global Lampiran 4: Indeks Saham Global (lanjutan) Lampiran 5:Indeks Harga Komoditas Internasional Lampiran 6: Harga Bahan Pokok Nasional LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013 V

8 DAFTAR TABEL Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF... 2 Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY)... 4 Tabel 3. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel) Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011-Triwulan III Tahun Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011-Triwulan III Tahun 2013 (persen) Tabel 6. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2012-Triwulan III Tahun 2013 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya Tabel 7. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari-Oktober Tabel 8. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 Triwulan III Tahun 2013 (Miliar USD) Tabel 9. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah Dan APBN- P 2013 (Triliun Rupiah) Tabel 10. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang s.d TriwulanIII2013(Triliun Rupiah) Tabel 11. Posisi Utang Pemerintah s.d. September Tabel 12. PersentasePinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah 2008 September Tabel 13. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2008 September2013 (Triliun Rupiah) Tabel 14. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara (Neto) (Juta Rupiah) Tabel 15. Posisi Kepemilikan SBN Domestik Per Triwulan III Tahun 2013 (Triliun Rupiah) Tabel 16. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2008-September 2013 (Triliun Rupiah) Tabel 17. Perkembangan Ekspor Triwulan III Tahun Tabel 18. Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Berdasarkan Komoditas Terpilih Triwulan III Tabel 19. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Berdasarkan Komoditas Terpilih Triwulan III Tabel 20. Perkembangan Ekspor ke Negara Tujuan Utama Triwulan III Tabel 21. Perkembangan Impor Triwulan III Tabel 22. Perkembangan Impor Non Migas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan III Tahun Tabel 23. Negara Utama Asal Impor Triwulan IIITahun Tabel 24. Neraca Perdagangan Triwulan III Tahun Tabel 25. Neraca Perdagangan Indonesia-Cina Tabel 26. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang... 47

9 Tabel 27. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia-India Tabel 29. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan III Tahun Tabel 30. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu Tabel 31. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih Tabel 32. PMTB Pertumbuhan dan Kontribusi Triwulan III Tahun 2013(persen) Tabel 33. Realisasi PMA PMDN Tahun Trw III Tahun Tabel 34. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMDN Triwulan III Tahun 2013 Berdasar Sektor (YoY) Tabel 35. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan III Tahun Tabel 36. Pertumbuhan dan KontribusiRealisasi Investasi PMDN Triwulan III Tahun2013 Berdasar Lokasi (Rp Miliar) Tabel 37. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan III Tahun Tabel 38. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan III Tahun Tabel 39. Sepuluh Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan III Tahun Tabel 40. Status Perjanjian Ekonomi Internasional Tabel 41. Ekspor ASEAN ke Cina Tabel 42. Impor Asean dari Cina Tabel 43. Ekspor dan Impor Indonesia-ASEAN Tabel 44. Perdagangan Antar Negara ASEAN Tahun Tabel 45. Tingkat Inflasi Global (YoY) Tabel 46.Tingkat Inflasi Tabel 47. Inflasi Berdasarkan Komponen (YoY) Tabel 48. Inflasi Berdasarkan Sumbangan (Share) Tabel 49. Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (YoY) Tabel 50. Perkembangan Indeks Nilai Tukar Tabel 51. Indeks Saham Global Tabel 52. Indeks Harga Komoditas Internasional Tabel 53. Harga Bahan Pokok Nasional... 93

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY)... 3 Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Eropa (YoY)... 7 Gambar 3. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel) Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011-Triwulan III Tahun 2013 (persen) Gambar 5. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011-Triwulan III Tahun 2013 (persen) Gambar 6. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun Triwulan III Tahun Gambar 7. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari- Oktober Gambar 8. Perkembangan Konsumsi Kendaraan Bermotor Juni Agustus Tahun Gambar 9. Perkembangan Produksi Semen Indonesia Januari-September Gambar 10. Perkembangan Konsumsi Semen Indonesia Januari-September Gambar 11. Nilai dan Volume Ekspor Hingga September Gambar 12. Volume dan Nilai Impor Hingga September Gambar 13. Indeks Tendensi Bisnis sampai dengan Triwulan III Gambar 14. Perkembangan Kinerja Bank Umum Di Indonesia Gambar 15. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Di Indonesia Gambar 16. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya Gambar 17. Target dan Realisasi Pemberian KUR Gambar 18. Pertumbuhan PDB Nasional & Industri Manufaktur Non-Migas Triwulan III Tahun 2013(dalam Persen) Gambar 19. Pertumbuhan Subsektor Industri Manufaktur Non-Migas Triwulan III Tahun Gambar 20. Produksi Mobil Nasional Gambar 21. Produksi Sepeda Motor Nasional Gambar 22. Produksi Semen Nasional Gambar 23. Realisasi Investasi Nasional Gambar 24. Inflasi YoY 66 Kota Juli September Gambar 25. Inflasi MtM 66 Kota Juli September Gambar 26. Perkembangan Index Nilai Tukar (1 JANUARI 2004 = 100) Gambar 27. Perkembangan Indeks Saham Global Gambar 28. Indeks Harga Komoditas Internasional (3 Januari 2012=100)... 92

11 PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA o o o o Pada bulan Oktober 2013, IMF kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2013 menjadi 2,9 persen (YoY). Perekonomian Amerika Serikat tumbuh sebesar 1,6 persen (YoY) pada triwulan III tahun Pada triwulan III tahun2013, perekonomian Uni Eropa tumbuh 0,1persen dibandingkan periode yang sama pada tahun Pertumbuhan ekonomi Cina pada triwulan III tahun 2013 mencapai 7,8 persen (YoY).

12 PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Perkembangan ekonomi dunia pada triwulan III tahun 2013 diwarnai dengan pemulihan ekonomi Amerika Serikat.Negara-negarakawasan Eropa yang masih menghadapi resesi serta perlambatan ekonomi Cina. Pertumbuhan ekonomi negaranegara berkembang pada triwulan III tahun 2013 masihmenunjukkan perlambatan, akibat belum pulihnya permintaan global dan meningkatnya volatilitas di pasar keuangan. Selain itu, adanya kebijakan bank sentral Amerika Serikat untuk menghentikan stimulus fiskal apabila ekonomi Amerika Serikat mengalami perbaikan pada tahun ,membawa spekulasi negatif terhadap ekonomi global terutama ekonomi di negara-negara berkembang. Beberapa lembaga internasional seperti IMF, World Bank, dan OECD memperkirakan perekonomian global masih belum pulih dan relatif melambat pada tahun Pada bulan Oktober 2013, IMF kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2013 menjadi 2,87 persen (YoY). Proyeksi ini lebih kecil dari proyeksi pada bulan April 2013 sebesar 3,31 persen. Setelah penurunan proyeksi sebelumnya diakibatkan oleh buruknya kondisi perekonomian kawasan Eropa, pada penurunan kali ini justru disebabkan oleh kondisi perekonomian kawasan negara berkembang Asia (termasuk ASEAN) yang merosot. Dalam revisi perkiraan, pertumbuhan ekonomi negara maju tahun 2013 turun menjadi 1,17 persen dari 1,23 persen pada perkiraan sebelumnya. Sementara itu perkiraan pertumbuhan negara berkembang juga turun menjadi 4,55 persen dari 5,31 persen pada perkiraan sebelumnya, terkait perlambatan ekonomi Cina. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF Realisasi Proyeksi April 2013 Proyeksi Oktober 2013 Kelompok Negara Dunia 3,18 3,31 4,04 2,87 3,58 Negara Maju 1,47 1,23 2,24 1,17 2,03 Negara Berkembang 4,92 5,31 5,72 4,55 5,07 Euro Area -0,64-0,34 1,07-0,44 0,96 Negara Berkembang Asia 6,41 7,13 7,35 6,31 6,5 ASEAN-5 6,16 5,87 5,51 4,96 5,42 Amerika Latin dan Karibia 2,93 3,38 3,88 2,68 3,11 Sub Sahara Afrika 4,86 5,57 6,1 4,96 6,01 Sumber: World Economic Outlook,Oktober & April 2013 Sementara itu Organization for Economic Cooperation and Development (OECD/Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan) memperkirakan indikator ekonomi utama negara-negara maju terutama Amerika, Jepang, dan Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

13 Inggris menunjukkan pemulihan pada beberapa periode mendatang. Selain itu,perlambatan ekonomi akan terjadi di negara-negara berkembang seperti Cina dan India.Negara-negara berkembangperlu mewaspadai menurunnya aliran investasi akibat dampak pemulihan ekonomi di negara-negara maju. Perkembangan Ekonomi Amerika Ekonomi Amerika Serikat mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada triwulan III tahun Berdasarkan estimasi awal Bureau Economic Analyst, perekonomian Amerika Serikat tumbuh sebesar 1,6 persen (YoY) pada triwulan III tahun 2013, sangat melambat dibandingkan pada periode sebelumnya yaitu triwulan III tahun 2012 tumbuh sebesar 3,1 persen. Peningkatan konsumsi barang dan investasi, disertai perlambatan impor menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi AS pada periode Juli-September Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) I II III IV I II III Pertumbuhan Ekonomi Konsumsi Investasi Ekspor Impor Belanja Pemerintah Sumber: Bureau of Economic Analysis Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

14 Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) I II III IV I II III Pertumbuhan Ekonomi 3,3 2,8 3,1 2,0 1,3 1,6 1,6 Konsumsi 2,2 2,3 2,2 2,0 1,9 1,9 1,8 Barang 2,7 3,2 3,9 3,5 3,3 3,6 3,7 Jasa 2,0 1,9 1,4 1,3 1,1 1,0 0,9 Investasi 14,3 10,1 11,2 3,1 1,7 4,4 5,2 Ekspor 4,7 4,4 2,8 2,4 1,0 2,0 3.0 Impor 3,0 3,4 2,4 0,1 0,1 1,2 1,5 Belanja Pemerintah -1,7-1,3 0,2-1,1-1,8-2,0-2,8 Belanja Pemerintah Pusat -1,8-2,3 0,7-2,3-3,8-4,1-6,5 Belanja Pertahanan -2,2-4,0-1,7-5,0-6,2-6,1-9,0 Belanja Non-Pertahanan -1,2 0,8 5,1 2,6 0,3-0,8-2,3 Belanja Pemerintah Daerah -1,6-0,6-0,2-0,3-0,5-0,5-0,1 Sumber: Bureau of Economic Analysis Konsumsi barang tumbuh sebesar 3,7 persen. Namun, pendapatan individu (personal income) melambat sebesar 3,8 persen (QtQ) setelah periode sebelumnya sebesar 4,1 persen (QtQ). Pada triwulan III tahun 2013 pendapatan masyarakat mencapai USD miliar. Pendapatan yang bisa dibelanjakan (disposable income) mengalami peningkatan 4,5 persen atau USD miliar. Sementara itu tingkat tabungan masyarakat meningkat sebesar 4,9 persen pada September 2013 (MtM), setelah pada periode sebelumnya hanya tumbuh 4,7 persen pada bulan Agustus 2013 (MtM).Namun demikian, belanjarumah tangga ASmelambat dan hanya tumbuh 1,8 persen pada triwulan III tahun Sedangkan belanjapemerintah pada triwulan III tahun 2013 turun 2,8 persen dari triwulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan keputusan Kongres yang berencana mengetatkan anggaran belanja pemerintah Amerika akibat defisit yang terus menerus terjadi. Investasi meningkat5,2 persen. Naiknya investasi di Amerika kemungkinan akibat adanya isu bank sentral Amerika akan melakukan pengurangan stimulus moneter pada bulan September 2013, sehingga dana-dana yang tadinya berada di luar negeri ditarik dan dimasukkan kembali ke Amerika. Pengurangan stimulus moneter itu disebabkan pemerintah Amerika merasakan keadaan ekonomi Amerika sudah mulai pulih. Salah satu indikator yang digunakan adalah tingkat pengangguran. Apabila tingkat pengangguran menurun artinya keadaan ekonomi membaik. Namun, berdasarkan data dari departemen perdagangan Amerika, tingkat pengangguran bulan September 2013 tidak ada perubahan, tetap sebesar 6 persen. Sampai saat ini, pengurangan stimulus moneter belum terjadi, namun isu akan hal tersebut akan terus ada. Perekonomian Amerika diperkirakan akan melambat pada periode selanjutnya. Salah satu pemicunya adalah menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

15 pemerintahan. Pada akhir September tahun 2013, pemerintah Amerika melakukan shutdown atau pemberhentian pemerintahan sementara akibat tidak adanya kesepakatan dalam kongres. Kubu demokrat menginginkan adanya kenaikan pagu utang untuk dapat membiayai tambahan belanja pemerintah. Kubu republik menyetujui dengan syarat program Obamacare dihentikan selama setahun ke depan. Tentu saja, kubu demokrat, dimana menjadi pengusung program Obamacare, tidak setuju. Shutdown berlangsung selama hampir tiga minggu. Dalam kurun waktu tersebut, ribuan pegawai sipil dinonaktifkan sementara dan kantor-kantor pemerintahan tutup sehingga menyebabkan kerugian total sebesar USD 24 miliar. Shutdown Pemerintah Amerika BOX 1 Mulai 1 Oktober pemerintahan AS tidak beroperasi penuh, dengan istilah government shutdown. Akibatnya, pelayanan pemerintah yang tidak esensial akan dihentikan dan PNS federal akan dipulangkan tanpa gaji. Masalah ada di pro-kontra undang-undang jaminan kesehatan Obama, atau biasa disebut Obamacare. Dalam program tersebut, Pemerintah AS mewajibkan setiap warga negara, terutama yang miskin, memiliki asuransi kesehatan yang disediakan oleh swasta yang disubsidi oleh pemerintah. Secara umum, kebijakan ini akan menjamin hampir semua warga AS memperoleh layanan kesehatan yang layak. Pada saat yang sama, Pemerintah AS meminta persetujuan Kongres untuk menaikkan pagu anggarannya melalui penaikan plafon utang. Pagu utang sebesar 16,7 triliun dollar AS dinilai tak memadai untuk menyokong operasional pemerintahan. Kubu Republik mengusulkan amandemen Obamacare agar kenaikan pagu anggaran dan utang Pemerintah AS disetujui Kongres. Namun, hal itu ditolak oleh kubu Demokrat selaku pendukung Presiden Obama. Akibatnya, persetujuan kenaikan anggaran pemerintah ditolak Kongres AS. Karena kesepakatan tidak tercapai, Pemerintah AS pada Senin malam terpaksa harus menghentikan kegiatannya lantaran tak memiliki dana cukup. Selain itu, Pemerintah AS juga tidak bisa berutang untuk menutup kebutuhan itu. Setelah 16 hari mengalami shut down, pemerintah Amerika Serikat akhirnya membuka kembali pemerintahannya. Pada tanggal 18 Oktober 2013, terjadi kesepakatan untuk pembukaan kembali kegiatan pemerintah federal dengan anggaran sementara sampai 15 Januari 2014 dan memperpanjang otoritas pinjaman AS sampai 7 Februari Hal ini juga berarti kekalahan bagi Republikan yang tidak mencapai tujuan mereka menghentikan Obamacare ataupun menekan pagu hutang pemerintah AS. Selama dua pekan lebih pemerintahan AS tutup, diperkirakan kerugian ekonomi yang diderita mencapai USD 24 miliar (Rp 240 triliun) berdasarkan analisis Standard & Poor's. Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

16 Dampak bagi Indonesia Bank Indonesia (BI) memandang bahwa penghentian layanan pemerintahan Amerika Serikat tidak berdampak signifikan bagi industri keuangan di Indonesia. Namun, apabila shutdown ini berlangsung lama, dalam jangka menengah dan panjangnya ini akan membawa masalah pada ekonomi Indonesia. Kalau ekonomi AS tidak segera memulih, sisi ekspor akan terhambat. AS saat ini masih menjadi negara terbesar ketiga tujuan ekspor Indonesia. Selain itu, Indonesia harus tetap waspada terkait adanya isu pengurangan stimulus moneter (Quantitative Easing) yang akan dilakukan oleh Bank Sentral Amerika, dimana sempat ditunda pada bulan September kemarin. The Federal Reserve akan membahas pengurangan tersebut pada akhir Oktober, rencananya stimulus akan dikurangi secara bertahap mulai awal 2014, kemudian dievaluasi setiap kuartal, sebelum benar-benar dihentikan pada pertengahan Quantitative Easing (QE) adalah mekanisme dimana The Fed mencetak uang untuk membeli surat hutang negara (treasuries) dari pemerintah ataupun bank-bank komersial melalui open market, sehingga pemerintah dan bank-bank tersebut mendapatkan suntikan dana segar untuk membiayai berbagai hal. Pemerintah dapat menggunakannya untuk membiayai anggaran pengeluaran, dan bank-bank komersial dapat menggunakannya untuk kembali menyalurkan kredit ke masyarakat. Jika kredit ke masyarakat berjalan lanjar, diharapkan hal ini akan kembali menggerakkan roda perekonomian. Namun, yang kebanyakan terjadi adalah bank-bank komersial di AS lebih suka menggunakannya untuk berspekulasi di pasar, karena ini akan lebih menguntungkan bagi mereka. Berhubung dana QE akan menyasar ke aset-aset berisiko, maka aset yang ada di Indonesia akan menjadi salah satu tujuan parkir dana itu. Sehingga akan ada aliran dana masuk yang signifikan ke Indonesia pasar saham akan positif dan rupiah bisa menguat. Perekonomian AS yang membaik menjadi alasan pengurangan QE. Apabila QE tetap dijalankan, padahal terdapat aktivitas ekonomi yang mulai membaik, dikhawatirkan bisa memicu gelembung (bubble) ekonomi baru di Amerika Serikat. Tentu saja kebijakan ini ditentang habishabisan oleh banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Adanya pengurangan QE akan mengakibatkan banyak dana keluar dari Indonesia dan berkurangnya dana masuk ke Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

17 Perkembangan Ekonomi Eropa Pada triwulan III tahun 2013, perekonomian Uni Eropa 28 negara (EU27+Bulgaria) tumbuh 0,1 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun Sementara itu, perekonomian negara-negara di kawasan Euro (EA17, yaitu kawasan yang negaranya memakai Euro sebagai mata uang) turun 0,4 persen (YoY) Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Eropa (YoY) IV I II III Sumber: Eurostat Uni Eropa Euro Area Inggris Irlandia Spanyol Perancis Italia Siprus Romania dan Lithuania menjadi negara di kawasan Eropa yang mencapai pertumbuhan tertinggi pada triwulan III tahun 2013, yaitu tumbuh sebesar 4,1 juga. Ekonomi Inggris tumbuh sebesar 1,5 persen (YoY) pada triwulan IIItahun 2013, yang pada triwulan II 1,3 persen. Sementara itu, Jerman hanya tumbuh 0,6 persen (YoY) setelah sebelumnya tumbuh 0,5 persen pada triwulan II tahun 2013 (YoY), dan Perancis tumbuh hanya 0,2 persen (YoY) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 0,5 persen (YoY). Siprus menjadi negara yang mengalami kontraksi paling dalam pada triwulan IIItahun 2013, yaitu mencapai 5,7 persen (YoY). Pada triwulan III tahun 2013, produksi industri di kawasan Euro (EA tumbuh sebesar 1,1 persen dan di kawasan Uni Eropa tumbuh sebesar 1,24 persen di Uni Eropa (YoY). Sementara itu, volume perdagangan ritel menurun 0,8 persen di Uni Eropa dan juga menurun sebesar 0,3 persendi kawasan Euro. Eropa secara umum mengalami surplus neraca pembayaran pada triwulan II tahun Negara-negara Uni Eropa (EU27), mengalami surplus transaksi berjalan sebesar EUR 39,4 miliar atau setara 1,2 persen terhadap PDB. Sementara itu kawasan Euro (EA17) mengalami surplus transaksi berjalan sebesar EUR 52,8 miliar atau setara 2,2 persen terhadap PDB pada triwulan II tahun 2013, meningkat signifikan apabila dibandingkan pada triwulan II tahun 2012, yaitu hanya sebesar EUR 26,2 miliar. Perdagangan jasa menjadi kontributor utama surplus neraca berjalan yang dialami EU27 pada triwulan II tahun 2013 dengan surplus sebesar EUR 41,7 miliar. Pada triwulan II tahun 2013, Jerman merupakan negara dengan Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

18 surplus transaksi berjalan terbesar di Eropa dengan nilai sebesar EUR45,9 miliar, dan Belanda dengan nilai sebesar EUR13,6 miliar. Krisis defisit transaksi berjalan Inggris terus berlanjut sehingga mencapai mencapai EUR-14,3 miliar sampai dengan akhir triwulan II tahun Sementara itu tingkat tabungan rumah tangga baik di Uni Eropa maupun di kawasan Euro mengalami perlambatan. Tingkat tabungan rumah tangga di Uni Eropa sampai dengan akhir triwulan II tahun 2013, mencapai 10,7 persen. Pada kawasan Euro, tingkat tabungan rumah tangga pada triwulan II tahun 2013 mencapai 12,8 persen atau mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan I tahun 2013,yang besarnya 13,1 persen. Di sisi lain, tingkat investasi rumah tangga di Uni Eropa dan kawasan Euro tidak ada perubahan dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan II tahun 2013tingkat investasi rumah tangga di Uni Eropa mencapai 7,9 persen dan di kawasan Euromencapai 8,6 persen. Secara nominal, pendapatan rumah tangga di kawasan Euro pada triwulan II tahun 2013 meningkat 0,1 persen atau menurun 0,1 persen secara riil per kapita atau lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan rumah tangga riil per kapita pada triwulan I tahun 2013 yang menurun sebesar 0,2 persen. Kondisi fiskal beberapa negara di kawasan Eropa memburuk dengan meningkatnya tingkat hutang pada beberapa negara utama yang terkena krisis.tingkat hutang negara-negara Uni Eropa sampai dengan akhir triwulan IItahun 2013, mencapai rata-rata 86,8 persen terhadap PDB, meningkat dari 85,9 persen pada triwulan sebelumnya. Sementara itu pada kawasan Euro, tingkat hutang mencapai 93,4 persen, meningkat dari triwulan sebelumnya yang besarnya 92,3 persen. Yunani menjadi negara dengan tingkat hutang terhadap PDB tertinggi yaitu sebesar 169,5 persen, disusul oleh Italia sebesar 133,3 persen dan Portugal sebesar 127,5 persen. Sementara itu negara dengan tingkat hutang terhadap PDB terendah adalah Estonia sebesar 9,8 persen dan Bulgaria sebesar 18,0 persen. Yunani terus berusaha untuk mengurangi tingkat hutang, salah satunya dengan memotong anggaran belanja pemerintah. Dampaknya adalah peningkatan pemutusan hubungan kerja pegawai sipil serta pengurangan dana pensiun dan gaji pegawai. Setelah beberapa tahun kenaikan pajak, pemerintah Yunani menurunkan pajak makanan dan minuman sampai akhir tahun 2013, dari 23 persen menjadi 13 persen. Hal ini bertujuan menaikkan belanja domestik dan pariwisata, namun pemerintah akan kehilangan EUR 100 miliar dalam penerimaan pajak di jangka pendek. IMF memperkirakan bahwa Yunani akan kekurangan dana sebesar EUR 11 miliar dalam dua tahun ke depan. Hal tersebut berarti negara-negara partner akan diminta untuk menyediakan lebih banyak penghapusan utang, sebuah langkah yang sangat ditentang, khususnya oleh Jerman. Kalangan internasional mengatakan bahwa Yunani diharapkan segera memacu pertumbuhan ekonominya untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

19 Berlarutnya resesi yang terjadi di Eropa menyebabkan minimnya lapangan pekerjaan dan mendorong peningkatan jumlah pengangguran. Tingkat pengangguran di 28 negara Eropa pada bulan Agustus 2013 mencapai 11 persen dari total jumlah penduduk atau sama dengan 26,9 juta jiwa. Di 17 negara pengguna Euro, 19,5 juta orang penganggur hidup atau 12,2 persen dari total jumlah penduduk. Tingkat pengangguran tertinggi terdapat di Yunani (27,6 persen pada Juli 2013), dan Spanyol (26,6 persen pada September 2013), Hungaria (17,2 persen pada September 2013). Sementara itu tingkat pengangguran paling rendah ada di Austria (4,9 persen pada September 2013), Luxemburg (5,9 persen pada September 2013). Tingkat pengangguran usia muda, yaitu penduduk berusia dibawah 25 tahun, pada 28 negara Eropa di bulan September 2013 menurun apabila dibandingkan pada bulan Juli 2013, yaitu dari 5,7 juta jiwa menjadi 5,5 juta jiwa atau 23,5 persen, dimana 3,6 juta dari jumlah tersebut hidup di kawasan Euro. Perkembangan Ekonomi Asia Perekonomian negara-negara kawasan Asia diperkirakan melambat pada tahun Pada bulan September 2013, Asian Development Bank (ADB) merevisi proyeksi pertumbuhan negara-negara berkembang Asia pada tahun 2013 menjadi hanya 6,0 persen dari proyeksi bulan Juli 2013 yang besarnya6,3 persen. Proyeksi pertumbuhan pada tahun 2014 juga turun dari 6,4 persen menjadi hanya 6,2 persen. Ekonomi Cina dan India yang tumbuh melambat akanmenjadi faktor yangmembebani pertumbuhan ekonomi negara-negara di regional Asia. Perlambatan ekonomi Cina terutama mempengaruhi turunnya tingkat perdagangan negara berkembang di Asia. ADB juga menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Timur sebesar 6,6 persen untuk tahun 2013 dan 2014 akibat melemahnya permintaan pasar. Estimasi Asia Selatan turunmenjadi 4,7 persen pada tahun 2013 dan 5,5 persen pada tahun 2014, dimana sebagian besar disebabkan oleh perlambatan di India. ASEAN juga mengalami penurunan estimasi, yaitu menjadi 4,9 persen di tahun 2013 dan 5,3 pada tahun 2014 karena pelemahan yang terjadi pada tiga negara dengan perekonomian terbesar, sehingga menyebabkan penurunan ekspor dan investasi. Selain itu, ADB juga menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi di Asia Tengah menjadi 5,4 persen pada tahun 2013, namun estimasi untuk tahun 2014 tetap, yaitu 6,0 persen. Hanya kawasan Asia Pasifik yang proyeksi pertumbuhan ekonominya tidak mengalami perubahan, yaitu 5,2 persen dan 5,5 persen untuk tahun 2013 dan tahun Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

20 Perekonomian Cina Pertumbuhan ekonomi Cina pada triwulan III tahun 2013 merupakan pertumbuhan tercepat pada tahun 2013, yakni mencapai 7,8 persen (YoY) yang sebagian besar didorong oleh pemberian stimulus kecil dari pemerintah pada bulan Juli 2013, sehingga meningkatkan investasi. Pertumbuhan ini naik dari triwulan sebelumnya, yaitu 7,5 persen (YoY). Namun, momentum pemulihan ini diperkirakan tidak akan berlangsung lama pada bulan September ekspor Cina mengalami penurunan dan pertumbuhan di sektor industri dan retail berkurang. Pertumbuhan ekonomi Cina pada sembilan bulan di tahun 2013 secara keseluruhan hanya mencapai 7,7 persen, dimana merupakan kinerja terburuk Cina selama 23 tahun. Perlambatan ekonomi Cina terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja ekspor Cina akibat permintaan pasar yang rendah. Layunya permintaan pasar muncul karena perlambatan di Amerika Serikat dan Eropa serta goncangan di pasar keuangan yang melemahkan kepercayaan diri. Kebuntuan di Kongres AS atas plafon utang yang terjadi di bulan Oktober 2013 kemarin juga dikahawatirkan terjadi lagi di bulan Febuari tahun 2014 mendatang, sehingga kembali menggoyang kepercayaan sekali lagi. Pemerintah Cina mengatakan kemungkinan lemahnya permintaan pasar akan terus berlanjut. Indikator-indikator perekonomian Amerika serikat memang membaik, namun terdapat tanda-tanda perlambatan dari negaranegara berkembang. Mengatasi lemahnya permintaan dari luar negeri, pemerintah Cina pun menggenjot permintaan domestiknya untuk mengimbangi penurunan penjualan luar negeri dan juga untuk menyeimbangkan pertumbuhan.pada tanggal 1 Agustus 2013, Cina menangguhkan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak omset untuk usaha kecil dengan penjualan bulanan kurang dari Yuan (atau setara dengan Rp ). Kebijakan ini diharapkan akan menguntungkan perusahaan kecil serta meningkatkan lapangan pekerjaan dan pendapatan untuk jutaan orang. Perlambatan ekonomi Cina yang terus berlangsung dikhawatirkan akan mulai menunjukkan pengaruh negatif bagi perekonomian dunia. Negara-negara pemasok bahan baku seperti Indonesia, Brazil dan Australia turut mengalami dampak dari perlambatan ekonomi Cina. Padahal, Cina diharapkan menjadi salah satu emerging countries yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dunia. Indeks Produksi Manufaktur (IPM) yang dikeluarkan oleh HSBC yang merupakan ukuran tingkat produksi Cina mengalami peningkatan. Pada bulan Oktober 2013 IPM mencapai51,4, yang merupakan nilai tertinggi dalam delapan belas bulan terakhir. Walaupun nilai IPM terus meningkat dalam empat bulan terakhir, terdapat indikasi terjadinya pelemahan akibat sub-indeks tidak merata. Selain sub-indeks produksi, sub-indeks lainnya relatif lemah. Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

21 Kegiatan ekspor pada triwulan III tahun 2013 masih suram akibat permintaan global yang masih rendah. Departemen Perdagangan Cina melaporkan bahwa ekspor di bulan September turun sebesar 0,3 persen (YoY),merupakan kondisi terburuk selama triwulan tiga, mengingat pada bulan Agustus ekspor Cina meningkat sebesar 7,2 persen (YoY). Penurunan ekspor Cina di dorong oleh turunnya jumlah perdagangan barang-barang Cina ke ASEAN. Ekspor Cina ke ASEAN pada bulan September 2013 hanya mengalami peningkatan sebesar 9,8 persen (YoY), padahal pada bulan Agustus 2013 meningkat 30,8 persen (YoY). Hal ini karena perekonomian negara berkembang, termasuk negara-negara ASEAN, melambat. Adanya isu pemerintah Amerika mengurangi stimulus moneternya mendorong banyak dana asing keluar dari negara-negara berkembang. Perlambatan ekspor juga terjadi karena Cina sedang memulai masa reformasi ekonomi yaitu mengurangi ketergantungan pertumbuhan pada kinerja ekspor dan investasi dan lebih fokus pada target belanja konsumen dalam negeri. Investasi pada triwulan IIItahun 2013 menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi utama dengan persentase terhadap PDB sebesar 52 persen, konsumsi sebesar 46 persen, dan terakhir surplus perdagangan 2persen. Adanya keinginan pemerintah Cina untuk menaikkan belanja konsumen dalam negeri diikuti dengan menurunnya tingkat pengangguran. Ketersediaan lapangan kerja di Cina naik menjadi 10,66 juta lapangan kerja selama sembilan bulan terakhir, jauh lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2012.Dengan pasar tenaga kerja yang tetap stabil, tingkat pengangguran perkotaan pada triwulan III tahun 2013 sebesar 4,0 persen, turun 0,1 persen dari triwulan sebelumnya, dimana penurunan ini merupakan pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir. Pertumbuhan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor jasa yang sedang mengalami ekspansi. Indeks Industri Jasa pada bulan Oktober 2013 yang dikeluarkan HSBC memperlihatkan adanya peningkatan, yaitu sebesar 52,6 setelah bulan sebelumnya sebesar 52,4. Sektor jasa menyumbang 45 persen ekonomi Cina, naik dari angka 41 persen sepuluh tahun yang lalu. Sementara itu, IMF pada Oktober 2013 juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Cina untuk tahun 2013 dari 7,8 persen menjadi 7,6 persen. Proyeksi pertumbuhan Cina pada tahun 2014 dari IMF bahkan turun 0,5 persen dari 7,7 persen menjadi hanya 7,2 persen. ADB juga menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi Cina menjadi 7,6 persen pada 2013 dan 7,4 persen pada Estimasi tersebut turun dari estimasi sebelumnya yang dikeluarkan pada bulan Juli 2013 yaitu 7,7 persen pada 2013 dan 7,5 persen pada Pemerintah Cina mentargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2013 sebesar 7,5 persen. Dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 7,5 persen, pemerintah Cina yakin akan mampu mencukupi kebutuhan lapangan pekerjaan di negara tersebut. Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

22 Pemerintah Cina meyakini bahwa stabilitas lapangan pekerjaan merupakan indikator utama kestabilan perekonomian. Selain itu, pemerintah Cina juga berusaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyaluran kredit konsumsi dan juga peningkatan investasi pada infrastruktur. Perekonomian India Perlambatan pertumbuhan ekonomi, tingginya inflasi, nilai mata uang yang lemah, dan naiknya defisit perdagangan menyebabkan pemerintahan India mempunyai tantangan berat untuk memulihkan perekonomiannya. Cadangan devisa India mengalami penurunan cukup dratis dari USD di tahun 2012 menjadi USD pada tahun Pertumbuhan ekonomi India tumbuh mengecewakan, yaitu hanya sebesar 4,4 persen dalam periode tiga bulan dari April hingga Juni 2013, dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, yang merupakan laju pertumbuhan terlambat sejak triwulan satu tahun Selain itu, pertumbuhan India kini berada di bawah 5 persen selama 3 triwulan berturut-turut. Perlu diketahui bahwa tahun anggaran di India dimulai pada bulan April setiap tahunnya. Ekspansi dalam perdagangan, hotel, dan transportasi yang menyumbang lebih dari 25 persen PDB merosot menjadi 3,9 persen pada triwulan pertama sebagai akibat konsumsi domestik melemah. Konsumsi domestik hanya tumbuh sebesar 1,6 persen. Sedangkan pengeluaran pemerintah naik 10,5 persen dimana menjadi penyumbang utama dalam pertumbuhan PDB.Kemudian, investasi India semakin terpuruk sebagai akibat produksi industri dan ekspor tetap atau tidak ada perubahan. Pada bulan Juni 2013, investasi menurun sebesar 1,2 persen, terburuk dalam empat tahun terakhir. Produksi industri menurun sebesar 0,7 persen dan ekspor meningkat hanya 0,8 persen pada bulan Juli. Selanjutnya, meningkatnya harga pangan dan bahan bakar di bulan Juni dan berlanjut sampai September menyebabkan tingkat inflasi mencapai 6,46 persen. Peningkatan harga pangan dalam jumlah yang besar disebabkan cuaca buruk yang menganggu persediaan makanan. Nilai tukar mata uang India, Rupee, terhadap dollar Amerika Serikat pada tanggal 28 Agustus 2013 menyentuh titik terendahnya dalam 18 tahun terakhir, yaitu 68,80 per USD. Serangkaian intervensi oleh bank sentral India, Bank of India, yang ditujukan untuk melindungi Rupee telah membuat kupon obligasi melonjak, tetapi hal itu belum berhasil membendung kejatuhan Rupee.Merosotnya nilai tukar Rupee diawali pada bulan Mei 2013 akibat adanya isu bank sentral Amerika serikat akan mengurangi insentif moneter. Namun, penyebab terbesar dari buruknya nilai Rupee adalah banyaknya jumlah arus uang yang keluar. Hal ini disebabkan oleh adanya defisit transaksi berjalan dan perlambatan ekonomi. Dari sisi neraca pembayaran defisit transaksi berjalan pemerintahan pada tahun anggaran 2012/2013 sebesar 4,9 persen terhadap PDB. Defisit transaksi berjalan Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

23 ditargetkan sebesar 4,8 persen terhadap PDB pada tahun anggaran Namun pada triwulan pertama tahun 2013 menunjukkan bahwa defisit transaksi berjalan mencapai USD 21,8 miliar atau 4,9 persen dari PDB yang diakibatkan perlambatan ekspor dan tingginya impor emas di bulan April dan Mei Pemerintah India terus berupaya untuk menekan defisit transaksi berjalannya. Pada bulan September 2013, defisit transaksi berjalan menurun hingga menyentuh titik terendahnya sejak tahun 2011, yaitu USD 6,7 miliar. Ekspor meningkat sebesar 11,2 persen dari tahun sebelumnya dan impor anjlok sebesar 18,1 persen sebagai akibat pemerintah menaikkan tarif logam sebesar 10 persen. Namun dikhawatirkan defisit transaksi berjalan akan meningkat lagi akibat permintaan akan emas bertambah karena adanya musim festival beberapa bulan mendatang. Pada Oktober 2013,IMFmenurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi India, yaitu 3,8 persen pada tahun 2013 dan 5,1 persen pada tahun ADB juga menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi India menjadi 4,7 persen pada tahun 2013 dan 5,7 persen pada tahun Estimasi tersebut turun dari estimasi sebelumnya yang dikeluarkan pada bulan Juli 2013 yaitu 5,8 persen pada tahun 2013 dan 6,5 persen pada tahun Perekonomian Jepang Tingkat pertumbuhan ekonomi Jepang terpangkas dalam periode Juli hingga September Pelemahan didorong penurunan permintaan dari negara berkembang sekaligus konsumsi dalam negeri yang semakin lesu. Laju pertumbuhan PDB tahun 2013 melambat sekitar separuhnya dibandingkan dua triwulan sebelumnya. Pada periode Januari hingga Maret, perekonomian Jepang tumbuh 4,3 persen. Pertumbuhan naik 3,8 persen dalam periode April hingga Juni. Namun pada periode Juli hingga September, produk domestik bruto (PDB) tumbuhhanya sebesar 1,9 persen. Pelemahan pertumbuhan ini muncul bersamaan dengan penurunan ekspor, kenaikan biaya energi, serta harga saham domestik yang cenderung stagnan. Komplikasi ini menjadi tantangan baru bagi Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dalam upayanya mengeluarkan Negeri Sakura dari jerat stagnasi selama sepuluh tahun lebih Perlambatan pertumbuhan Jepang juga mencerminkan pelemahan sektor swasta, yang merupakan mesin pertumbuhan Jepang. Terlebih jika dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS). Pada triwulan yang sama, perekonomian AS tumbuh dalam laju lebih cepat, yakni sebesar 2,8 persen. AS mengalami ekspansi, meski masih terlilit persoalan fiskal. Jepang memandang fenomena pelemahan kali ini bersifat sementara. Bagi mereka, ekspansi di triwulan III tahun 2013 ini menandai pertumbuhan empattriwulan berturut-turut, untuk pertama kalinya sejak Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

24 Kebijakan ekonomi Abe yang lazim disebut Abenomics termasuk program pelonggaran stimulus secara agresif oleh bank sentral Jepang turut menyokong pelemahan nilai tukar Yen. Pelemahan memicu pertumbuhan dalam paruh pertama Negara perekonomian terbesar ketiga dunia itu mampu memperkuat ekspor serta memulihkan tingkat belanja konsumen. Namun tetap saja, kedua pilar utama ekonomi Jepang itu kehilangan momentum penting. Pada triwulan III tahun 2013, ekspor turun menjadi 2,4 persen dari kuartal sebelumnya. Konsumsi rumah tangga hanya naik 0,3 persen. Pada triwulan II, dua tolok ukur itu masing-masing naik 12,2 persen dan 2,3 persen. Penguatan konsumsi lewat lapangan kerja serta kenaikan gaji tampaknya akan menjadi kunci pertumbuhan selanjutnya. ADB memperkirakan ekonomi Jepang akan terus membaik dalam beberapa periode kedepan, menyusul meningkatnya profit korporasi yang juga mendorong peningkatan pendapatan rumah tangga. ADB memperkirakan Jepang akan tumbuh 1,8 persen pada tahun 2013 dan 1,4 persen pada tahun Sedangkan IMF memproyeksikan pertumbuhan Jepang pada tahun 2013 sebesar 1,9 persen dan pada tahun 2014 melambat sebesar 1,2 persen. Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia Harga rata-rata minyak mentah dunia pada triwulan III tahun 2013 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan II tahun Harga rata-rata minyak mentah tertinggi pada triwulan III tahun 2013 terjadi pada bulan September 2013 yang mencapai USD 109,7 per barrel, lebih tinggi dari rata-rata harga minyak triwulan IItahun 2013 yang besarnya USD 106,7. Harga minyak mentah Brent mencapai USD 110,1 per barrel atau meningkat dari rata-rata harga triwulan II tahun 2013 yang mencapai USD 103,0 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah WTI meningkatdari triwulan I tahun 2013 sebesar USD 94,2 per barrel menjadi USD 105,8per barrel pada triwulan II tahun Peningkatan harga minyak mentah dunia dipicu oleh kekerasan di Mesir pada bulan Agustus Meluasnya kekerasan di Mesir meningkatkan kekhawatiran bahwa pasokan minyak bisa terganggu. Para pedagang khawatir bahwa kerusuhan di Mesir bisa mengganggu pengiriman minyak mentah melalui Terusan Suez dan jaringan saluran pipa minyak Sumed (Pipeline), yang menghubungan Eropa dan produsen minyak di Teluk.Meskipun Mesir bukan produsen minyak utama, Terusan Suez membawa sekitar 2,5 juta barel per hari, sekitar 2,7 persen dari pasokan minyak global. Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

25 Harga minyak dunia terus naik. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh konflik antara AS dengan Suriah yang terjadi pada bulan September Akibat terjadinya ketegangan antara kedua negara ini, sempat muncul kekhawatiran AS akan menyerang Suriah.Kemungkinan serangan militer AS terhadap pemerintah Suriah memicu kekhawatiran pasar atas pasokan minyak di Timur Tengah, di mana sepertiga dari minyak mentah dunia dipasok dari wilayah tersebut. Hal ini tentu saja mendorong harga minyak lebih tinggi. Selain itu, serangan militer AS ke Suriah ini bisa menyeret Iran yang akan mendukung Suriah. Hal itu akan ditunjukkan dengan ditutupnya Selat Hormuz yang merupakan chokepoint paling vital di dunia dengan total 17 juta barel minyak yang melintas per hari pada Selain itu, harga minyak menguat merespons kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang memutuskan untuk mempertahankan stimulusnya. Turunnya stok minyak mentah dan bensin di AS juga berhasil mengangkat harga minyak. Dari dalam negeri, penerimaan Indonesia dari pengelolaan industri hulu minyak dan gas bumi pada semester I tahun 2013 mencapai USD18,7 miliar dari target yang ditetapkan USD18.4 miliar. Dengan perkembangan ini, produksi minyak pada semester I tahun 2013 berhasil mencapai rata-rata barel per hari atau 99 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2013 yaitu sebesar ratarata barel per hari. Gambar 3. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel) 120,00 115,00 110,00 105,00 100,00 95,00 90,00 85,00 80,00 Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Crude Oil (Rata-rata) Crude Oil; Dubai Crude Oil; Brent Crude Oil; WTI Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

26 Tabel 3. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel) Harga Minyak Mentah Dunia Rata-rata Triwulan Rata-rata Bulanan Q2 Q3 Q4 Q2 Q3 Jul Agst Sep Crude Oil (Rata-rata) 102,8 102,8 101,9 99,3 107,4 105,26 108,16 108,8 Crude Oil; Brent 108,9 110,0 110,5 103,0 110,1 107,72 110,96 111,6 Crude Oil; Dubai 106,2 106,2 107,2 100,8 106,2 103,36 106,96 108,4 Crude Oil; WTI 93,4 92,2 88,1 94,2 105,8 104,7 106,55 106,2 Indonesian Crude Price 112,5 108,5 107,8 99,7 106,4 103,1 106,7 109,7 Oil Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

27 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA Perekonomian Indonesia pada triwulan III tahun 2013 tumbuh sebesar 3,0 persen (QtQ) atau 5,6persen(YoY). Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) masih mengalami deficit sebesar USD 2,6 miliar. Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

28 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan inflasi, pelebaran defisit neraca transaksi berjalan, serta tergerusnya cadangan devisa akibat capital outflow memberi tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2013 yang tumbuh sebesar 3,0 persen (QtQ) dan 5,6 persen (YoY). Perlambatan ekonomi Indonesia turut dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global yang masih berlangsung hingga saat ini meskipun sudah menunjukkan pemulihan. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi didorong terutama oleh sektor pengangkutan dan komunikasiyang tumbuh sebesar 10,5 persen (YoY) atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III tahun 2012 yang sebesar 10,4 persen (YoY). Pertumbuhan ini ditopang oleh jumlah pelanggan layanan telkom yang meningkat 41,8 persen serta telepon seluler meningkat 5,3 persen (YoY). Pertumbuhan yang tinggi juga dicapai oleh sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 8,1 persen (YoY) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan III tahun 2012 yang sebesar 7,6 persen (YoY) seiring dengan peningkatan dana pihak ketiga yang dihimpun di bank serta peningkatan kredit yang disalurkan. Sektor konstruksi tumbuh sebesar 6,2 persen (YoY) pada triwulan III tahun 2013, namun melambat dibandingkan dengan triwulan III tahun 2012 yang sebesar 7,6 persen (YoY). Sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga mencapai pertumbuhan yang tinggi yaitu sebesar 6,0 persen (YoY).Yang dipengaruhi oleh diadakannya acara berskala internasional di Indonesia seperti Konferensi Tingkat Tinggi APEC, Miss World, Sail Komodo, dan sebagainya. Pertumbuhan sektor jasa sebesar 5,6 persen (YoY) pada triwulan III tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor jasa sebesar 4,5 persen (YoY) pada triwulan III tahun Sementara itu, pertumbuhan sektor industri pengolahan mengalami perlambatan pada triwulan III tahun 2013 yang hanya mampu tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY) atau melambat 1,0 persen dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III tahun 2012, akibat penurunan subsektor gas alam cair sebesar 6,0 persen (YoY). Perlambatan juga terjadi pada sektor listrik, gas, dan air bersih yang tumbuh sebesar 4,0 persen (YoY) yang disebabkan oleh penurunan subsektor gas kota sebesar 5,6 persen (YoY). Pada triwulan III tahun 2013, sektor pertanian juga tumbuh melambat sebesar 3,0 persen (YoY) dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III tahun 2012 sebesar 5,3 persen (YoY). Sementara itu, sektor pertambangan dan penggalian tumbuh paling rendah pada triwulan III tahun 2013 sebesar 1,6 persen (YoY) akibat terkendalanya produksi minyak dan gas dari segi teknis operasional dan perizinan. Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

29 Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011-Triwulan III Tahun 2013 MENURUT LAPANGAN USAHA Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Menurut Lapangan Usaha (YoY) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 3,8 4,1 3,1 2,3 4,3 4,0 5,3 2,0 3,6 3,2 3,0 Pertambangan dan Penggalian 4,1 1,1 0,6-0,1 2,5 3,3-0,3 0,5 0,1-0,7 1,6 Industri Pengolahan 5,0 6,2 6,9 6,4 5,5 5,2 5,9 6,2 5,9 5,9 4,9 Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,3 3,9 5,2 5,8 5,7 6,5 6,1 7,3 8,1 5,5 4,0 Konstruksi 5,2 7,3 6,3 7,8 7,2 7,3 7,6 7,8 6,7 6,6 6,2 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,0 9,4 9,0 10,3 8,7 8,7 7,2 7,8 6,6 6,5 6,0 Pengangkutan dan Komunikasi 13,6 10,9 9,5 9,1 10,0 9,9 10,4 9,6 9,9 11,5 10,5 Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 7,0 6,7 6,9 6,7 6,4 7,1 7,5 7,7 8,4 8,1 8,1 Jasa-Jasa 7,0 5,7 7,8 6,5 5,5 5,8 4,5 5,3 6,5 4,5 5,6 Pertumbuhan PDB 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,2 6,1 6,1 5,8 5,6 Sumber: Badan Pusat Statistik Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011-Triwulan III Tahun 2013 (persen) 15,0 10,0 5,0 0,0-5,0 Menurut Lapangan Usaha (YoY) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q ,6 6,4 6,2 6,0 5,8 5,6 5,4 5,2 5,0 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Industri Pengolahan Konstruksi Pengangkutan dan Komunikasi Jasa-Jasa Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Pertambangan dan Penggalian Listrik, Gas, dan Air Bersih Perdagangan, Hotel, dan Restoran Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan Pertumbuhan PDB Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2013 masih ditopang oleh pengeluaranuntukkonsumsi khususnya konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 5,5 persen (YoY), melambatdibandingkan pengeluaran konsumsi rumah tangga triwulan III tahun 2012 yang tumbuh sebesar 5,6 persen(yoy). Perlambatan ini terjadi akibat meningkatnya inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Konsumsi pemerintah juga tumbuh tinggi Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

30 sebesar 8,8 persen (YoY) seiring dengan kebijakan percepatan penyerapan anggaran pemerintah sehingga belanja barang tumbuh 16,7 persen (YoY) dan penerimaan barang dan jasa tumbuh 23,5 persen (YoY). Di sisi lain, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan III tahun 2013 kembali mengalami perlambatan sehingga hanya tumbuh sebesar 4,5 persen (YoY), akibat menurunnya sub kelompok pengeluaranmesin dan perlengkapan luar negeri dan alat angkutan luar negeri masing-masing sebesar -0,5 persen dan -8,4 persen(yoy) yang disebabkan oleh penurunan nilai impor mesin-mesin pesawat mekanik dan penurunan nilai impor pesawat terbang, kapal laut, dan kendaraan bermotor. Ekspor barang dan jasa mulai mempulih dengan pertumbuhan sebesar 5,3 persen (YoY), meningkat dibandingkan triwulan III tahun 2012yang pertumbuhannya sebesar -2,6 persen (YoY). Pemulihan ekspor Indonesia turut didorong oleh membaiknya perekonomian negara mitra dagang Indonesia seperti Cina dan Singapura serta depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Sementara itu, impor barang dan jasa tumbuh sebesar 3,8 persen(yoy) atau tumbuh lebih tinggi dibandingkan kontraksi sebesar 0,2 persen pada triwulan III tahun Pertumbuhan impor dipengaruhi oleh meningkatnya ekspektasi dunia usaha pada triwulan depan yang mendorong peningkatan permintaan domestik untuk impor bahan baku industri serta suku cadang. Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011-Triwulan III Tahun 2013 (persen) MENURUT JENIS PENGELUARAN Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Konsumsi Rumah Tangga 4,5 4,6 4,8 4,9 4,9 5,2 5,6 5,4 5,2 5,1 5,5 Pengeluaran Pemerintah 2,7 4,5 2,8 2,9 6,4 8,6-2,8-3,3 0,4 2,1 8,8 Pembentukan Modal Tetap Bruto 7,3 9,1 7,1 11,5 10,0 12,5 9,8 7,3 5,5 4,5 4,5 Ekspor Barang dan Jasa 12,3 17,1 17,8 8,2 8,2 2,6-2,6 0,5 3,6 4,8 5,3 Impor Barang dan Jasa 13,7 15,1 13,9 11,0 8,9 11,3-0,2 6,8 0,0 0,5 3,8 Pertumbuhan PDB 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,2 6,1 6,1 5,8 5,6 Sumber: Badan Pusat Statistik Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

31 Gambar 5. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011-Triwulan III Tahun 2013 (persen) 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0-5,0 Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q ,6 6,4 6,2 6,0 5,8 5,6 5,4 5,2 5,0 Konsumsi Rumah Tangga Pembentukan Modal Tetap Bruto Impor Barang dan Jasa Pengeluaran Pemerintah Ekspor Barang dan Jasa Pertumbuhan PDB Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Indeks Tendensi Konsumen Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan III tahun 2013 mencapai 112,1 basis poin yang menunjukkan optimisme masyarakat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh peningkatan pendapatan rumah tangga dengan nilai indeks sebesar 112,1 basis poin, rendahnya pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari dengan nilai indeks sebesar 109,7 basis poin, dan peningkatan konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan dengan nilai indeks sebesar 115,0 basis poin. Tabel 6. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2012-Triwulan III Tahun 2013 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya Variabel Pembentuk Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Pendapatan rumah tangga ,1 Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari ,7 Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan, dll) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, dan rekreasi) ,0 Indeks Tendensi Konsumen ,0 Sumber: Badan Pusat Statistik Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

32 Gambar 6. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun Triwulan III Tahun ,0 112,0 110,0 108,0 106,0 104,0 102,0 100,0 Indeks Tendensi Konsumen Rata-rata Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q ,5 108,8 111,1 108,6 104,7 108,2 112,0 Kenaikan YoY (Persen) 4,0 2,3 0,8 0,2-1,7-0,5 0,8 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0-1,0-2,0-3,0 Indeks Keyakinan Konsumen Pada periode bulan Juli-Oktober 2013, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia relatif menurun. Pada bulan Juli 2013, IKK tercatat sebesar 108,4 atau menurun jika dibandingkan IKK bulan Juni 2013 yang besarnya 117,1. Penurunan ini terjadi akibat turunnya keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini yang masih dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM serta ekspektasi konsumen yang semakin pesimis terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan ekspektasi kegiatan usaha. Optimisme konsumen semakin menurun pada bulan Agustus 2013 yang diindikasikan olehpenurunan IKK menjadi 107,8. Hal ini terutama dipengaruhi oleh menurunnya keyakinan masyarakat terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan. IKK kembali menurun pada bulan September 2013 karena optimisme responden yang semakin menurun terhadap kondisi ekonomi enam bulan mendatang. IKK sedikit membaik pada bulan Oktober 2013 dengan peningkatan 2,4 poin menjadi 109,5 karena peningkatan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi pada enam bulan mendatang dari sisi penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan kegiatan usaha. Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

33 KETERANGAN Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Tabel 7. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari-Oktober Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt 116,2 116,8 116,8 113,7 111,7 117,1 108,4 107,8 107,1 109,5 108,3 109,7 109,3 105,8 106,5 112,1 105,8 104,8 105,7 105,3 Penghasilan saat ini 125,2 126,5 126,3 125,7 130,3 129,4 121,8 125,1 127,9 126,1 Ketersediaan lapangan kerja 96,2 94,4 93,4 90,6 91,7 97,4 89,0 83,8 84,5 86,8 Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama 103,6 108,2 108,2 100,5 103,1 109,4 106,5 105,6 104,9 103,0 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 124,1 123,8 124,3 121,6 117,0 122,0 111,0 110,8 108,6 113,7 Ekspektasi Penghasilan 140,7 140,7 141,6 140,3 137,4 141,3 133,9 133,1 133,0 137,6 Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 104,3 103,8 105,1 102,6 99,4 106,5 94,2 91,6 91,0 96,0 Ekspektasi Kegiatan Usaha 127,3 127,1 126,3 120,6 114,7 118,3 106,1 107,7 101,6 107,6 Sumber: Bank Indonesia Trend penurunan IKK masih berlanjut hinggabulan Juli-Oktober Menurunnya optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi pada enam bulan mendatang akibat kenaikan harga BBM pada pertengahan tahun 2013 menjadi pemicu penurunan IKK hingga akhir bulan Oktober Secara YoY, IKK pada bulan Juli- Oktober 2013 terus mengalami penurunan berturut-turut sebesar -4,5 persen; -6,8 persen; -9,0 persen; dan -8,4 persen. Gambar 7. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari-Oktober Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Sumber: Bank Indonesia, diolah 2013 IKK 116,2 116,8 116,8 113,7 111,7 117,1 108,4 107,8 107,1 109,5 Kenaikan YoY (Persen) -2,5 4,6 8,9 10,9 2,5 2,4-4,5-6,8-9,0-8, Perkembangan Konsumsi Kendaraan Bermotor Konsumsi mobil pada bulan Agustus 2013 sebesar78,0 ribu unit atau hanya mampu tumbuh sebesar 2,0 persen (YoY).Konsumsi mobil pada bulan Agustus 2013 menurun cukup signifikann dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya. Pada bulan Juli 2013, konsumsi mobil dapat mencapai 112,2 ribu unit atau tumbuh sebesar 9,4 persen (YoY). Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

34 Gambar 8. Perkembangan Konsumsi Kendaraan Bermotor Juni Agustus Tahun ,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt ,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 Konsumsi Mobil (Ribu Unit) 101, 102, 76,4 102, 106, 103, 89,5 96,7 103, 96,0 102, 99,7 104, 112, 78,0 Pertumbuhan YoY (Persen) 45,0 15,1 4,3 27,9 23,6 53,3 11,4 26,5 19,4 9,2 17,3 4,3 2,5 9,4 2,0 Sumber: Gaikindo, diolah Penurunan konsumsi mobil pada bulan Agustus 2013 dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga perbankan, kenaikan inflasi serta pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS yang turut menekan konsumsi mobil di Indonesia. Penjualan mobil akan semakin tertekan dengan kenaikan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) dari 75 persen menjadi persen yang direncanakan akan dikeluarkan pada bulan Oktober Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mentargetkan penjualan mobil pada tahun 2013 akan mencapai 1,1 juta unit. Untuk mencapai target itu, Gaikindo menjalankan strategi dengan memberikan diskon besar-besaran kepada penjualan mobil. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Semen Dalam periode bulan Juli-September 2013, produksi semen Indonesia meningkat, walaupun sempat terjadi perlambatan pada bulan Agustus Pada bulan Juli 2013, produksi semen Indonesia mencapai 4.597,3 ribu ton atau menurun sebesar 1,4 persen (YoY). Pada bulan Agustus 2013, produksi semen menurun sebesar11,3 persen dari bulan yang sama tahun sebelumnya menjadi sebesar 3.705,1 ribu ton. Pertumbuhan produksi semen kembali meningkat pada bulan September 2013 menjadi sebesar 5.003,ribu ton atau tumbuh sebesar 7,6 persen (YoY). Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

35 Gambar 9. Perkembangan Produksi Semen Indonesia Januari-September Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Produksi Semen (Ribu Ton) Pertumbuhan YoY (Persen) 22,3 7,3 12,6 (3,7) 0,5 9,4 (1,4) -11,3 7,6 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 (5,0) (10,0) (15,0) Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Dalam periode bulan Juli-September 2013, konsumsi semen Indonesia meningkat, walaupun sempat terjadi perlambatan pada bulan Agustus Peningkatan konsumsi semen dalam negeri ini mendorong laba PT Semen Indonesia pada triwulan III tahun 2013 sebesar Rp 5,1 triliun atau meningkat 19,4 persen dari triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan III tahun 2013, persentase penjualan semen curah mengalami kenaikan yang menandakan pembangunan sektor infrastruktur dan proyek-proyek besar berjalan dengan baik.pada bulan Juli 2013, konsumsi semen Indonesia mencapai 5.118,1 ribu ton atau tumbuh sebesar 6,2 persen (YoY). Pada bulan Agustus 2013, konsumsi semen menurun sebesar2,6 persen dari bulan yang sama tahun sebelumnya menjadi sebesar 3.509,6 ribu ton. Pertumbuhan konsumsi semen kembali meningkat pada bulan September 2013 menjadi sebesar 5.470,4ribu ton atau tumbuh sebesar 5,7 persen (YoY). Gambar 10. Perkembangan Konsumsi Semen Indonesia Januari-September Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep ,0 14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0-2,0-4,0 Konsumsi Semen (Ribu Ton) ,1 3509,6 5470,4 Pertumbuhan YoY (%) 14,5 8,2 3,5 8,6 2,1 9,2 6,2 (2,6) 5,7 Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

36 Neraca Pembayaran Indonesia Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III tahun 2013mengalami perbaikan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari defisit neraca transaksi berjalan yang semakin berkurang dari USD 9,9 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi USD 8,4 miliar. Perbaikan defisit neraca transaksi berjalan terutama bersumber dari meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas sebesar USD 2,8 miliar karena penurunan impor nonmigas yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan ekspor nonmigas. Namun, perbaikan defisit neraca perdagangan masih terhambat oleh pelebaran defisit neraca perdagangan migas sebesar USD -5,9 miliar akibat masih tingginya tren konsumsi BBM. Perbaikan neraca transaksi berjalan juga didorong oleh neraca jasa terutama surplus jasa perjalanan sebesar USD 0,7 miliar karena adanya efek positif dari diselenggarakannya beberapa acara berskala internasional di Indonesia. Di sisi lain, transaksi modal dan finansial pada triwulan III tahun 2013 mengalami surplus sebesar USD 4,9 miliar yang didorong oleh arus masuk investasi langsung asing (PMA). Pada triwulan III tahun 2013, investasi portofolio masih mengalami surplus sebesar USD 1,9 miliar meskipun sempat mengalami tekanan pada surat berharga berdenominasi rupiah. Surplus ini tidak lepas dari kebijakan antisipatif Bank Indonesia dalam menekan meningkatnya ekspektasi inflasi serta pengelolaan nilai tukar yang sesuai dengan nilai fundamentalnya. Namun, surplus transaksi modal dan finansial triwulan III tahun 2013 lebih rendah dibandingkan dengan surplus triwulan sebelumnya, salah satunya dipengaruhi oleh investasi lainnya yang mengalami defisit sebesar USD -2,1 miliar terutama akibat penempatan simpanan di luar negeri oleh perbankan domestik. Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) masih mengalami defisit sebesar USD 2,6 miliar atau lebih besar USD 0,1 miliar dibandingkan dengan triwulan II tahun Sejalan dengan defisit NPI, cadangan devisa Indonesia pada triwulan II tahun 2013turun menjadiusd 95,7 miliar atau setara dengan 5,2 bulan impor, yang berarti tetap berada di atas standar kecukupan internasional. Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

37 Tabel 8. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 Triwulan III Tahun 2013 (Miliar USD) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1-Q4 Q1 Q2 Q3 I. Transaksi Berjalan -3,2-8,2-5,3-7,8-24,4-5,9-10,0-8,4 A. Barang 3,2 0,8 3,2 0,8 8,6 1,6-0,7 0,0 - Ekspor 48,4 47,5 45,5 47,1 188,5 45,2 45,6 44,1 - Impor -44,5-46,7-42,4-46,3-179,9-43,6-46,3-44,2 1. Nonmigas 4,7 2,0 4,0 3,2 13,9 4,5 1,6 2,8 a. Ekspor 38,6 38,4 37,4 38,5 152,9 36,8 37,6 35,6 b. Impor -33,9-36,5-33,5-35,3-139,1-32,3-36,1-32,8 2. Minyak -5,3-5,3-4,2-5,6-20,4-6,4-5,3-5,9 a. Ekspor 4,6 4,3 4,2 4,7 17,9 4,3 4,2 4,8 b. Impor -9,9-9,7-8,4-10,3-38,3-10,7-9,5-10,7 3. Gas 4,4 4,2 3,4 3,2 15,2 3,5 3,0 3,0 a. Ekspor 5,2 4,8 3,9 3,8 17,7 4,2 3,7 3,7 b. Impor -0,8-0,6-0,5-0,6-2,5-0,7-0,7-0,7 B. Jasa - jasa -2,0-2,8-2,4-3,2-10,3-2,5-3,1-2,6 II. Transaksi Modal dan Finansial 2,1 5,1 5,9 12,1 25,1-0,3 8,4 4,9 A. Transaksi modal 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 B. Transaksi finansial 2,1 5,1 5,9 12,1 25,1-0,3 8,4 4,9 1. Investasi langsung 1,6 3,7 4,5 4,1 14,0 3,9 3,8 5,1 2. Investasi portofolio 2,6 3,9 2,5 0,2 9,2 2,8 3,4 1,9 3. Investasi lainnya -2,1-2,5-1,2 7,7 1,9-6,9 1,2-2,1 III. Total ( I + II ) -1,1-3,1 0,6 4,3 0,7-6,2-1,5-3,5 IV. Selisih Perhitungan Bersih 0,0 0,3 0,2-1,0-0,5-0,4-1,0 0,9 V. Neraca Keseluruhan (III+IV) -1,0-2,8 0,8 3,2 0,2-6,6-2,5-2,6 - Posisi Cadangan Devisa 110,5 106,5 110,2 112,8 112,8 104,8 98,1 95,7 Dalam Bulan Impor 6,2 5,8 6,1 6,1 6,1 5,7 5,4 5,2 Transaksi Berjalan (%PDB) -1,5-3,7-2,4-3,6-2,8-2,6-4,4-3,8 Sumber: Bank Indonesia Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

38 PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA Pada triwulan III tahun 2013, realisasi pembiayaan utang seluruhnya mencapai Rp268,56 triliun atau 70,4 persen dari nilai yang ditetapkan pada APBN-P Sampai dengan triwulan III tahun 2013, total utang pemerintah pusat mencapai Rp2.273,75 triliun. Penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup siginifikandari Rp906,5 triliun pada akhir tahun 2008 menjadi Rp1.590,2 triliun pada triwulan III Sampai dengan Triwulan III 2013, realisasi pinjaman luar negeri mencapai Rp17,84 triliun atau 26,4 persen dari target yang ditetapkan di dalam APBN-P Laporan Perekonomian Indonesia Triwulan III 2013

39 PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA Pembiayaan Utang Pemerintah Pembiayaan utang pemerintah dapat dilakukan melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) atau melalui pinjaman, baik pinjaman luar negeri maupun dalam negeri. Tabel 9 di bawah menunjukkan perkembangan pembiayaan utang pemerintah selama lima tahun terakhir. Dalam periode , realisasi pembiayaan utang pemerintah meningkat rata-rata sebesar 19,3persen. Pada tahun 2008 pembiayaan utang pemerintah mencapai sebesar Rp 67,5 triliun dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi Rp 215,4triliun di tahun Berdasarkan APBN-P tahun 2013, pembiayaan tersebut bersumber dari SBN (neto) sebesar Rp231,8 triliun, pinjaman luar negeri (neto) sebesar negatif Rp16,9 triliun, dan pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp 0,5triliun. Tabel 9. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah Dan APBN-P 2013 (Triliun Rupiah) Jenis Pembiayaan Utang Real Real Real Real Real APBN-P Rata-Rata I SBN (Neto) 85,9 99,5 91,1 119,9 159,6 231,8 16,8 II Pinjaman Luar Negeri (Neto) (18,4) (15,5) (4,6) (17,8) (23,5) (16,9) 6,3 a. Penarikan (Bruto) 50,2 58,7 54,8 33,7 31,4 86,9-11,1 i. Pinjaman Program 30,1 28,9 29,0 15,3 15,0 49,0-16,0 ii. Pinjaman Proyek 20,1 29,7 25,8 18,5 16,4 37,9-5,0 b. Penerusan Pinjaman (5,2) (6,2) (8,7) (4,2) (3,8) (6,7) -7,8 c. Pembayaran Cicilan Pokok (63,4) (68,0) (50,6) (47,3) (51,1) (59,2) -5,2 III Pinjaman Dalam Negeri (Neto) - - 0,4 0,6 0,8 0,5 Jumlah 67,5 84,0 86,9 102,7 136,9 215,4 19,3 Sumber : Kementerian Keuangan Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang Pada tabel 10 dapat dilihat pagu dan realisasi pembiayaan utang sampai dengan triwulan III tahun Pada tahun 2013, target pembiayaan melalui pinjaman adalah sebesar Rp49,54 triliun yang terdiri dari pinjaman program sebesar Rp11,13 triliun dan pinjaman proyek sebesar Rp37,91 triliun. Sementara itu, target pembiayaan melalui SBN (bruto) adalah sebesar Rp331,78 triliun. Sampai dengan triwulan III tahun 2013, realisasi pembiayaan utang seluruhnya mencapai Rp268,56 triliun. Jumlah ini mencapai 70,4persen dari nilai yang ditetapkan pada APBN-P 2013.

40 Tabel 10. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang s.d TriwulanIII2013(Triliun Rupiah) INSTRUMEN Real 2012 APBN-P 2013 Real sd September 2013 % TOTAL 300,51 381,32 268,56 70,4% PINJAMAN 31,96 49,54 17,94 36,2% Pinjaman Luar Negeri 31,03 49,04 17,84 36,4% - Pinjaman Program 14,98 11,13 2,24 20,1% - Pinjaman Proyek 16,05 37,91 15,60 41,2% Pinjaman Dalam Negeri 0,93 0,50 0,10 20,0% SURAT BERHARGA NEGARA 268,55 331,78 250,62 75,5% Sumber: Kementerian Keuangan Berdasarkan komposisinya, sampai dengan triwulan III tahun 2013, realisasi pembiayaan utang melalui SBN (bruto) memiliki porsi terbesar, yakni sebesar Rp250,62 triliun atau mencapai 75,5persen dari nilai yang ditetapkan dalam APBN-P Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri. Sampai dengan triwulan III tahun 2013, realisasi pinjaman mencapai Rp17,94triliun atau sebesar 36,2persen dari nilai yang ditetapkan dalam APBN-P Realisasi pinjaman luar negeri mencapai sebesar Rp17,84 triliun atau 36,4persen dari nilai yang ditetapkan di dalam APBN-P 2013 yang mencapai Rp49,04 triliun. Realisasi pinjaman luar negeri tersebut meliputi penarikan pinjaman program sebesar Rp2,24 triliun dan pinjaman proyek sebesar Rp15,60 triliun. Sementara itu, sampai dengan triwulan IIItahun 2013, realisasi pinjaman dalam negeri baru mencapai angka Rp0,10 triliun atau sebesar 20,1persen dari nilai APBN-P 2103 sebesar Rp0,50 triliun. Posisi Utang Pemerintah Posisi utang pemerintah dalam periode tahun 2008-triwulan IIItahun2013 dapat dilihat pada tabel 11 di bawah. Dalam kurun waktu 2008-September 2013, total utang pemerintah pusat meningkat rata-rata sebesar 6,8persen. Sampai dengan triwulan IIItahun 2013, total utang pemerintah pusat mencapai Rp2.273,75 triliun. Total utang pemerintah tersebut terdiri atas dua bagian, yakni utang dalam bentuk pinjaman dan dalam bentuk SBN. Sampai dengan triwulan IIItahun 2013, outstanding pinjaman pemerintah mencapai sebesar Rp683,53 triliun atau turun rata-rata sebesar 1,3persen dalam kurun 2008-triwulan III tahun2013. Kecenderungan menurunnya outstanding pinjaman sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman utamanya

41 pinjaman luar negeri. Sementara itu, outstanding SBN sampai dengan triwulan III tahun2013 mencapai Rp1.590,22 triliun, atau meningkat rata-rata sebesar 11,9 persen dalam kurun waktu 2008-triwulan IIItahun Tabel 11. Posisi Utang Pemerintah s.d. September 2013 Outstanding (dalam IDR triliun) Rata-Rata Sep Sept 13 Total Utang Pemerintah Pusat 1.636, , , , , ,75 6,8 a Pinjaman 730,24 611,18 617,26 621,29 614,32 683,53-1,3 1. Pinjaman Luar Negeri 730,24 611,18 616,87 620,28 612,53 681,70-1,4 Bilateral*) 484,90 387,92 380,67 381,66 359,80 385,52-4,5 Multilateral**) 222,69 202,37 208,28 212,96 230,23 263,17 3,4 Komersil***) 21,69 20,24 27,34 25,15 24,37 32,65 8,5 Suppliers***) 0,97 0,66 0,57 0,50 0,41 0,36-18,0 Lain-Lain***) Pinjaman Dalam Negeri - - 0,39 1,01 1,80 1,83 b SBN 906,50 979, , , , ,22 11,9 Denominasi Valas 122,64 143,15 161,97 195,63 264,91 379,56 25,4 Denominasi Rupiah 783,86 836,31 902,43 992, , ,66 9,1 Catatan: *Termasuk semi commercial **Beberapa termasuk semi concessional ***Seluruhnya termasuk commercial Sumber: Kementerian Keuangan Dari tabel 12 dapat dilihat persentase pinjaman dan SBN terhadap total utang pemerintah selama 2008-triwulan IIItahun Dalam kurun waktu tersebut, porsi pinjaman dalam struktur utang pemerintah terus mengalami penurunan dari 44,6persen pada tahun 2008 menjadi 30,1persen pada triwulan III tahun2013. Tabel 12. PersentasePinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah 2008 September Sep-13 Total Utang Pemerintah Pusat (dalam triliun IDR) 1.636, , , , , ,75 a Pinjaman (dalam triliun IDR) 730,24 611,18 617,26 621,29 614,33 683,53 b SBN (dalam triliun IDR) 906,50 979, , , , ,22 Denominasi Valas 122,64 143,15 161,97 195,63 264,91 379,56 Denominasi Rupiah 783,86 836,31 902,43 992, , ,66 Prosentase Pinjaman Terhadap Total Utang 44,6% 38,4% 36,7% 34,3% 31,1% 30,1% Prosentase SBN Valas Terhadap Total Utang 7,5% 9,0% 9,6% 10,8% 13,4% 16,7% Prosentase SBN Domestik Terhadap Total Utang 47,9% 52,6% 53,7% 54,8% 55,5% 53,2% Sumber: Kementerian Keuangan Sebaliknya, porsi SBN dalam struktur utang pemerintah terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu 2008-triwulan IIItahun Sampai triwulan II tahun2013, utang pemerintah dalam bentuk SBN mencapai 70,0 persen dari total utang pemerintah. Porsi outstanding SBN domestik terhadap total outstanding utang secara rata-rata berada di atas 50 persen. Namun demikian pada triwulan III tahun2013, porsi SBN domestik dalam struktur utang pemerintah mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun Sebaliknya terjadi pada porsi outstanding SBN valas. Porsi SBN valas dalam struktur utang pemerintah terus mengalami peningkatan dari tahun 2008 mencapai sebesar 16,7persen pada triwulan III tahun2013.

42 Surat Berharga Negara (SBN) Tabel 13 dibawah menunjukkan posisi outstanding SBN dalam kurun waktu triwulan IIItahun Dalam kurun waktu tersebut, penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp906,5 triliun pada akhir tahun 2008 menjadi Rp1.590,2 triliun pada triwulan III tahun2013. Dalam kurun lima tahun terakhir, pasar keuangan domestik menjadi prioritas penerbitan SBN. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan penerbitan SBN di pasar keuangan domestik dari tahun ke tahun. Selama periode tersebut, penerbitan SBN meningkat rata rata sebesar 11,9persen. Meningkatnya penerbitan SBN tersebut berdampak pada meningkatnya outstanding SBN domestik. Outstanding SBN domestik meningkat dari Rp783,86 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp1.210,7 triliun pada triwulan IIItahun2013. Tabel 13. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2008 September2013 (Triliun Rupiah) JENIS SBN 31 Des Des Des Des Des Sep I. SBN Rupiah Fixed Rate ORI Variable Rate Zero Coupon SPN SBSN SUP SDHI Total SBN Rupiah II. SBN Valas INDO SBSN Valas RIJPY Total SBN Valas GRAND TOTAL SBN (I+II) Asumsi Nilai Tukar (IDR/USD) Nilai SBN Valas - INDO (dalam miliar USD) 14,20 16,20 18,70 22,95 25,95 - SBSN (dalam miliar USD) 0,65 0,65 1,65 2,65 4,15 - RIJPY (dalam miliar JPY) 35,00 95,00 95,00 155,00 155,00 Komposisi SBN Rupiah (dalam %) 0,86 0,85 0,85 0,84 0,81 0,76 SBN Valas (dalam %) 0,14 0,15 0,15 0,16 0,19 0,24 Sumber: Kementerian Keuangan Sejalan dengan peningkatan SBN domestik, penerbitan SBN valas di pasar internasional juga mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam kurun waktu 2008-triwulan IIItahun 2013, penerbitan SBN valas meningkat rata-rata sebesar 25,4persen. Outstanding SBN valas meningkat dari Rp122,6 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp379,56 triliun pada triwulan III tahun2013. Dalam mata uang asing, sampai dengan triwulan III tahun 2013, outstanding SBN valas dalam mata uang USD adalah sebesar USD30,10 miliar dan mata uang Yen Jepang sebesar JPY155,00

43 miliar. Adapun penerbitan SBN dalam mata uang JPY dilakukan Pemerintah pada tahun 2009, 2010 dan November 2012 dengan nilai nominal masing masing sebesar JPY35,00 miliar, JPY60,00 miliar dan JPY60,00 miliar. Pada Triwulan III tahun2013 terjadi penerbitansbn Valas sebesar USD4,5 miliar. Selanjutnya Tabel 14 menunjukkan target dan realisasi penerbitan SBN 2013 (neto) terkait perannya sebagai instrumen utama pembiayaan APBN. Dalam upaya pemenuhan target pembiayaan SBN neto, penerbitan SBN dilakukan secara periodik. Kenaikan penerbitan SBN dalam kurun lima tahun terakhir antara lain ditujukan untuk refinancing. Refinancing tersebut dilakukan melalui penerbitan utang baru yang mempunyai syarat dan kondisi yang lebih baik. Sampai dengan triwulan IIItahun2013, realisasi penerbitan SBN neto mencapai Rp170,93 triliun atau mencapai 73,74persen persen dari pagu yang ditetapkan dalam APBN-P Tabel 14. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara (Neto) (Juta Rupiah) Uraian Target Nominal Realisasi % Realisasi sd 30 September 2013 SBN Netto (APBN-P 2013) ,74% SBN Jatuh Tempo ,56% Rencana Buyback ,71% Kebutuhan Penerbitan 2013 (Gross)* ,54% SUN SUN Domestik ON SPN ORI - SUN Valas SBSN SBSN Domestik IFR - - SPN-S - - SBSN Ritel - - SDHI - SBSN Valas Sumber : Kementerian Keuangan Posisi kepemilikan SBN domestik sampai dengan triwulan IIItahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini. Dari sisi kepemilikan SBN domestik, sampai dengan triwulan IIItahun 2013, realisasi penerbitan SBN domestik lebih banyak diserap oleh investor nonbank; terutama oleh investor asing, asuransi, reksadana, dan investor lainnya termasuk investor individu. Nilai total SBN domestik yang

44 diserap oleh investor nonbank mencapai Rp555,13 triliun atau 61,34persen dari total SBN domestik. Investor perbankan menyerap Rp359,66 triliun atau 35,38 persen dari total SBN domestik. Sedangkan sisanya sebesar 3,28persen dimiliki oleh Bank Indonesia. Dari tabel 15 dapat dilihat juga bahwa kepemilikan SBN domestik oleh investor nonbank dalam kurun waktu triwulan IIItahun 2013 meningkat rata-rata sebesar 17,9persen. Peningkatan ini jauh lebih besar dibanding peningkatan kepemilikan SBN domestik oleh investor perbankan yang hanya meningkat rata-rata 6,2persen dari Rp258,75 triliun di akhir tahun 2008 menjadi Rp349,66 triliun pada Triwulan IIItahun Selanjutnya kepemilikan SBN domestik oleh Institusi Pemerintah juga meningkat sebesar rata-rata 1,8persen dari Rp23,01 triliun di tahun 2008 menjadi Rp25,17 triliun pada triwulan III 2013.Namun demikian jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya kepemilikan SBN domestik oleh institusi pemerintah mengalami penurunan. Kenaikan kepemilikan SBN domestik oleh investor nonbank paling banyak disumbang oleh kepemilikan investor asing yang meningkat rata-rata sebesar 26,5 persen selama kurun 2008-triwulan III tahun2013. Besarnya kepemilikan asing mengindikasikan bahwa investor asing memiliki kepercayaan terhadap kondisi fundamental perekonomian di dalam negeri. Namun demikian, besarnya kepemilikan asing terhadap SBN tersebut perlu diwaspadai karena sangat rentan terhadap risiko terjadinya sudden reversal yang dapat berdampak sistemik terhadap perekonomian secara nasional. Tabel 15. Posisi Kepemilikan SBN Domestik Per Triwulan III Tahun 2013 (Triliun Rupiah) Juni 2013 Sept 2013 Rata-Rata Persentase Kepemilikan Bank 258,75 254,36 217,27 265,03 299,66 314,34 349,66 6,2 35,38% Bank BUMN Rekap 144,72 144,19 131,72 148,64 147,52 Bank Swasta Rekap 61,67 59,98 54,93 67,33 81,58 Bank Non Rekap 45,17 42,40 26,26 42,84 62,07 BPD Rekap 6,50 6,02 1,41 4,32 3,67 Bank Syariah 0,69 1,77 2,95 1,90 4,83 Institusi Pemerintah 23,01 22,50 17,42 7,84 3,07 29,13 25,17 1,8 3,28% Non Banks 243,93 304,89 406,52 450,75 517,53 545,04 555,13 17,9 61,34% Reksadana 33,11 45,22 51,16 47,22 43,19 39,61 40,06 3,9 4,46% Asuransi 55,83 72,58 79,30 93,09 83,42 126,38 124,69 17,4 14,22% Asing 87,61 108,00 195,76 222,86 270,52 282,96 284,01 26,5 31,85% Dana Pensiun 32,98 37,50 36,75 34,39 56,46 29,11 37,65 2,7 3,28% Sekuritas 0,53 0,46 0,13 0,14 0,30 0,99 1,10 15,7 0,11% Individu 25,02 23,23 2,82% Lain lain 33,87 41,12 43,43 53,05 64,64 40,97 44,39 5,6 4,61% Total 525,69 581,75 641,21 723,62 820,26 888,51 0,86 1,00 Sumber : Kementerian Keuangan

45 Pinjaman Pembiayaan utang melalui pinjaman terdiri dari pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri. Sedangkan pinjaman luar negeri meliputi pinjaman program dan pinjaman proyek. Tabel 16 menunjukkan realisasi pembiayaan utang melalui pinjaman pada tahun 2008-triwulan III tahun2013. Sampai dengan bulan triwulan III tahun2013, realisasi pinjaman luar negeri mencapai Rp17,84 triliun atau 26,4persen dari target yang ditetapkan di dalam APBN-P Realisasi pinjaman luar negeri tersebut meliputi penarikan pinjaman proyek yang mencapai Rp15,60 triliun atau sebesar 41,20persen dari pagu APBN-P 2013 dan pinjaman program sebesar Rp2,24 triliun atau sebesar 20,1persen dari pagu APBN-P Sedangkan realisasi pinjaman dalam negeri mencapai Rp0,10 triliun atau sebesar 20,0persen dari pagu APBN-P Tabel 16. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2008-September 2013 (Triliun Rupiah) JENIS PEMBIAYAAN UTANG Real 2008 Real 2009 Real 2010 Real 2011 Real 2012 APBN-P 2013 Real Sept 2013 % PINJAMAN 50,22 58,66 55,19 34,37 31,95 49,54 17,94 36,2% Pinjaman Luar Negeri 50,22 58,66 54,79 33,75 31,02 49,04 17,84 36,4% - Pinjaman Program 30,10 28,94 28,97 15,27 14,98 11,13 2,24 20,1% - Pinjaman Proyek 20,12 29,72 25,82 18,48 16,05 37,91 15,60 41,2% Pinjaman Dalam Negeri 0,00 0,00 0,40 0,62 0,93 0,50 0,10 20,0% *)posisi sampai dengan triwulan II tahun 2013 Sumber: Kementerian Keuangan

46 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DOMESTIK DAN INTERNASIONAL Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan III tahun 2013 adalah sebesar USD ,9 juta atau mengalami pertumbuhan negative sebesar -6,6 persen (YoY). Pada triwulan III tahun 2013, impor Indonesia tumbuh positif (YoY), yaitu sebesar 0,8 persen. Neraca perdagangan Indonesia pada triwulan III tahun 2013 mengalami deficit sebesar USD ,7 juta.

47 ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Isu Terkini Konsultasi Pengambilalihan Axis oleh XL dan Notifikasi Merger Perusahaan Lain Pada tanggal 1 Agustus 2013 Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU-RI) telah menerima formulir konsultasi serta dokumen Pengambilalihan Saham Perusahaan PT Axis Telekom Indonesia oleh PT XL Axiata Tbk dengan nomor registrasi A Saat ini, sekitar 80,1 persen saham Axis Indonesia dimiliki Saudi Telecom Company (STC) sedangkan sisanya sekitar 14,9 persen dimiliki perusahaan telekomunikasi Malaysia, Maxis Communication dan 5 persen oleh PT Hamersha Investindo (PTHI). Konsultasi (pengawasan pra-evaluasi) adalah permohonan saran, bimbingan, dan atau pendapat diajukan oleh pelaku usaha secara sukarela kepada KPPU atas rencana penggabungan, peleburan atau pengambilalihan sebelum penggabungan, peleburan atau pengambilalihan berlaku efektif secara yuridis. Konsultasi ini berguna untuk meminimalkan resiko kerugian yang mungkin diderita oleh pelaku usaha jika Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihannya dapat mengakibatkan praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, karena di kemudian hari akan dibatalkan oleh Komisi. Pemerintah Luncurkan Paket Kebijakan Meningkatkan Kemudahan Berusaha Wakil Presiden (Wapres) Boediono didampingi sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, Kepala UKP4 Kuntoro Mangkusubroto, dan Kepala BKPM Mahendra Siregar meluncurkan Paket Kebijakan Meningkatkan Kemudahan Berusaha di Kantor Wapres, Jakarta, Jumat (25/10). Paket ini menyederhanakan birokrasi pada pelbagai sektor melalui 17 Rencana Aksi Peningkatan Kemudahan Berusaha. Ada 8 (delapan) bidang yang menjadi sasaran perbaikan untuk meningkatkan kemudahan berusaha, yang dibidik melalui Paket ini, yaitu: 1. Memulai usaha 2. Penyambungan tenaga listrik 3. Pembayaran pajak dan premi asuransi 4. Penyelesaian perkara perdata perjanjian 5. Penyelesaian perkara kepailitan 6. Pencatatan kepemilikan hak atas tanah dan bangunan 7. Perizinan terkait pendirian bangunan 8. Perolehan kredit. Pada masing-masing bidang ini Pemerintah menetapkan rencana aksi yang seluruhnya berjumlah 17 langkah. Ada bidang-bidang yang mencakup lebih dari satu rencana aksi,

48 ada juga yang hanya satu. Namun, yang pasti, seluruh rencana aksi ini harus sudah terlaksana pada Februari Untuk memastikan implementasi kebijakan itu, setiap rencana aksi memiliki penanggungjawab yang jelas. Selain itu, ada tim pemantau bersama yang terdiri dari Unit Kerja Presiden bidang Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan (UKP4), Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan BKPM. Karena menyangkut pelbagai sektor, upaya perbaikan ini juga melibatkan koordinasi dengan lembaga negara non-pemerintah seperti Mahkamah Agung dan Bank Indonesia. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bertugas menyediakan telepon, listrik, dan air minum juga turut terlibat langsung dalam rencana-rencana aksi itu. (sumber: kantor setwapres) BKPM Perluas Tracking System untuk Proses Tax Holiday JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan, pihaknya akan memperluas fungsi tracking system bagi investor yang mengajukan permohonan tax holiday (pembebasan pajak) dan tax allowance (pengurangan pajak). Dengan demikian, investor bisa mengetahui status terkini dari permohonannya tersebut. Tracking system adalah sistem yang dimiliki BKPM, dibangun dan digagas oleh Chatib Basri, ketika masih menjabat sebagai kepala BKPM. Melalui sistem tersebut, investor yang mengajukan permohonan izin penanaman modal, baik investor asing maupun dalam negeri, bisa mengetahui status perizinan yang diajukan. "Tracking system akan tetap kami lanjutkan, apa yang sudah dilakukan Chatib Basri akan kami kembangkan dan fungsinya akan kami perluas," ujar Mahendra dalam acara konferensi pers "Trade and Investment Forum 2013" di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (17/10). Dia mengatakan, ke depannya fungsi tracking system tak hanya digunakan untuk mengurus proses perizinan, tapi bisa digunakan pula oleh investor untuk mengurus proses permohonan tax allowance dan tax holiday. Dengan adanya perluasan fungsi, hal tersebut dapat memberikan pancingan kepada para investor untuk berinvestasi, karena tracking system sudah bisa diakses untuk keperluan tax allowance dan tax holiday. Guna merealisasikan idenya tersebut, Mahendra mengaku Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) sudah menyetujui proses pengurusan tax allowance dan tax holiday melalui tracking system. "Sekarang tinggal implementasinya di lapangan," tegas dia. Mahendra mengatakan, saat ini perusahaan yang sudah mengajukan tax allowance berjumlah 50 perusahaan. Sedangkan permohonan tax holiday yang telah dikabulkan pemerintah masih dua perusahaan, yaitu PT Unilever Oleochemical dan PT Chandra Asri. Selain memperluas fungsi tracking system, Mahendra juga bertekad memperbaiki kualitas infrastruktur, terutama kualitas infrastruktur jaringan listrik dan telepon. Menurut dia, selama ini banyak investor asing yang mengeluh soal kualitas jaringan

49 Nilai (USD Juta) Volume (Juta Kg) listrik dan telepon di daerah yang masih jelek, sehingga mempengaruhi keberlangsungan usaha mereka. Oleh karena itu, BKPM telah berkoordinasi dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) untuk membantu para investor. Caranya dengan memperbaiki kualitas jaringan listrik dan telepon di daerah, sehingga ke depannya tidak ada lagi investor yang mengeluh.terobosan lain yang akan dilakukan adalah mempermudah proses pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pajak bagi perusahaan. Menurutnya, proses pelaporan SPT pajak perusahaan ini akan dilakukan secara online dan tidak memerlukan dokumen fisik lagi.apabila semua terobosan tersebut dilakukan sebaik mungkin, Mahendra optimistis target investasi tahun 2013 sebesar Rp 390 triliun dan target investasi 2014 sebesar Rp 506 triliun bisa dicapai. (dho) Sumber: Investor Daily, 18 Oktober dho PERKEMBANGAN PERDAGANGAN Perkembangan Ekspor Gambar 11. Nilai dan Volume Ekspor Hingga September Volume Value Sumber: BPS, diolah Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan III tahun 2013 adalah sebesar USD ,9 juta atau mengalami pertumbuhan negatif sebesar -6,6 persen (YoY). Adapun sumber penurunan pertumbuhan eksporterutama dikontribusikan oleh sektor non migas sebesar -4,6 persen. Komoditas industri dalam sektor non migas menyumbang penurunan terbesar, yaitu-5,3 persen,sedangkan komoditas gasdalam sektor migas menyumbang penurunan terbesar yaitu sebesar -1,8 persen.

50 Tidak berbeda dengan pertumbuhan YoY ekspor triwulan III tahun 2013 yang negatif, pertumbuhan QtQ ekspor triwulan III tahun 2013 juga bernilai negatif. Hal ini disebabkan oleh volume ekspor Indonesia pada triwulan III mengalami penurunan dan dibarengi pula dengan nilai komoditas ekspor Indonesia yang sempat turun cukup dramatis pada bulan Agustus Tabel 17. Perkembangan Ekspor Triwulan III Tahun 2013 Komoditas Q Q Nilai Ekspor (USD Juta) , , , , ,9 Migas , , , , ,9 Minyak Mentah , , , , ,7 Hasil Minyak 3.967, , ,3 995, ,2 Gas , , , , ,0 Non Migas , , , , ,0 Pertanian 5.001, , , , ,8 Industri , , , , ,1 Pertambangan , , , , ,1 Pertumbuhan Ekspor* (%) 35,4% 29,0% -6,6% -5,8% -6,6% Migas 47,4% 47,9% -10,8% -19,7% -11,3% Minyak Mentah 33,0% 32,9% -11,1% -12,5% -5,1% Hasil Minyak 75,4% 20,4% -12,8% -10,1% 18,7% Gas 53,0% 67,3% -10,3% -25,3% -20,5% Non Migas 33,1% 24,9% -5,5% -2,1% -5,6% Pertanian 14,6% 3,3% 7,8% 6,0% 0,7% Industri 33,5% 24,7% -5,0% -1,0% -8,5% Pertambangan 35,8% 29,7% -9,6% -6,5% 5,9% Proporsi Ekspor (%) 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Migas 17,8% 20,4% 19,5% 17,9% 17,5% Minyak Mentah 6,6% 6,8% 6,5% 6,0% 6,3% Hasil Minyak 2,5% 2,3% 2,2% 2,2% 2,4% Gas 8,7% 11,2% 10,8% 9,8% 8,8% Non Migas 82,2% 79,6% 80,5% 82,1% 82,5% Pertanian 3,2% 2,5% 2,9% 3,0% 3,7% Industri 62,1% 60,0% 61,1% 62,0% 62,3% Pertambangan 16,9% 17,0% 16,5% 17,1% 16,6% Sumber Pertumbuhan (%) Migas 8,4% 9,8% -2,1% -3,5% -2,0% Minyak Mentah 2,2% 2,2% -0,7% -0,7% -0,3% Hasil Minyak 1,9% 0,5% -0,3% -0,2% 0,4% Gas 4,6% 7,6% -1,1% -2,5% -1,8% Non Migas 27,2% 19,8% -4,5% -1,7% -4,6% Pertanian 0,5% 0,1% 0,2% 0,2% 0,0% Industri 20,8% 14,8% -3,0% -0,6% -5,3% Pertambangan 6,1% 5,1% -1,6% -1,1% 1,0% Sumber: BPS, diolah Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY)

51 Total nilai ekspor non migas Indonesia pada triwulan III tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan triwulan II tahun 2013, yaitu dari USD ,4 juta menjadi USD ,0 juta atau tumbuh negatif sebesar -5,4 persen (QtQ). Komoditas timah (HS-80) menjadi komoditas dengan pertumbuhan negatif paling besar, yaitu sebesar - 55,9 persen (QtQ). Begitu pula jika dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun 2012, total nilai ekspor non migas Indonesia pada triwulan III tahun 2013 juga lebih rendah, yaitu sebesar -5,6 persen (YoY). Dari tabel ekspor non migas komoditas terpilih, komoditas lemak & minyak hewan/nabati (HS-15) yang merupakan komoditas dengan proporsi kedua tertinggi dalam nilai ekspor non migas Indonesia menjadi sumber terbesar dalam pertumbuhan negatif ini, dengan pertumbuhan negatif sebesar -29,3 persen. HS Tabel 18. Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Berdasarkan Komoditas Terpilih Triwulan III 2013 Nilai Ekspor (USD Juta) Pertumbuhan Proporsi Komoditas Q Q Q Q Q (QtQ) (YoY) 27 Bahan bakar mineral 6.479, ,5-12,9% -2,5% 15,9% 26 Bijih, Kerak, dan Abu logam 1.386, ,9 8,9% 53,9% 4,3% 74 Tembaga 423,2 427,5 1,0% -13,2% 1,2% 80 Timah 656,0 289,3-55,9% -39,5% 0,8% 03 Ikan dan Udang 743,6 708,8-4,7% 7,8% 2,0% 15 Lemak & minyak hewan/nabati 4.762, ,1-13,2% -29,3% 11,7% 18 Kakao/coklat 250,8 293,5 17,0% 19,7% 0,8% 40 Karet dan Barang dari Karet 2.448, ,6-9,0% -9,2% 6,3% 61 Barang-barang rajutan 884,8 884,5 0,0% 2,9% 2,5% 62 Pakaian jadi bukan rajutan 987,1 978,8-0,8% 4,8% 2,8% 64 Alas kaki 1.057,2 882,1-16,6% 12,5% 2,5% 85 Mesin/peralatan listrik 2.537, ,4 5,8% -4,2% 7,6% Total Nilai Ekspor Non-Migas , ,0-5,4% -5,6% 100,0% Sumber: BPS, diolah Dilihat dari volumenya, total ekspor non migas Indonesia pada triwulan III tahun 2013 juga mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (QtQ), yaitu sebesar -4,2 persen. Sumber penurunan terbesar berasal dari komoditas bahan bakar mineral (HS-27) yang turun sebesar -11,0 persen dan memiliki proporsi 62,2 persen dari total nilai ekspor non migas (62,2 persen).sedangkan jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2012, maka terjadi pertumbuhan positif pada nilai ekspor non migas Indonesia sebesar 32,9 persen. Sumber pertumbuhan terbesar adalah dari komoditas bijih, kerak dan abu logam (HS-26), dimana volume ekspor komoditas ini meningkat 240,1 persen dan komoditas ini merupakan komoditas dengan proporsi kedua tertinggi dalam total volume ekspor non migas (22,9 persen).

52 Tabel 19. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Berdasarkan Komoditas Terpilih Triwulan III 2013 Vol. Ekspor (Juta Kg) Pertumbuhan Proporsi HS Komoditas Q Q Q Q Q (QtQ) (YoY) 27 Bahan bakar mineral , ,5-11,0% 10,4% 62,2% 26 Bijih, Kerak, dan Abu logam , ,8 8,1% 240,1% 22,9% 74 Tembaga 61,1 62,0 1,5% -0,8% 0,0% 80 Timah 31,6 14,2-55,1% -51,4% 0,0% 03 Ikan dan Udang 246,5 197,3-20,0% -2,4% 0,1% 15 Lemak & minyak hewan/nabati 6.148, ,9-12,1% -12,0% 3,5% 18 Kakao/coklat 94,9 105,9 11,6% 12,7% 0,1% 40 Karet dan Barang dari Karet 845,1 859,2 1,7% 10,1% 0,5% 61 Barang-barang rajutan 67,3 75,6 12,3% 13,0% 0,0% 62 Pakaian jadi bukan rajutan 49,3 48,8-1,0% -0,4% 0,0% 64 Alas kaki 58,1 48,2-17,0% 9,8% 0,0% 85 Mesin/peralatan listrik 138,2 155,3 12,4% -3,5% 0,1% Total Nilai Ekspor Non-Migas , ,2-4,2% 32,9% 100,0% Sumber: BPS, diolah Perkembangan ekspor non migas ke 5 (lima) negara tujuan utama pada triwulan III tahun 2013 mengalami penurunan sebesar -3,7 persen (YoY)dan -6,7 persen (QtQ). Dari ke lima negara tujuan utama, pertumbuhan positif (QtQ) hanya terjadi pada ekspor non migas ke Singapura, yaitu sebesar 1,0 persen. Sedangkan pertumbuhan positif (YoY) hanya terjadi pada ekspor ke Amerika Serikat (3,3 persen) dan China (5,1 persen). No Tabel 20. Perkembangan Ekspor ke Negara Tujuan Utama Triwulan III-2013 Negara Tujuan Ekspor Nilai Ekspor (USD Juta) Pertumbuhan Proporsi Q Q Q (QtQ) Q (YoY) Q Jepang 4.046, ,1-5,5% -10,5% 10,8% 2 Amerika Serikat 3.791, ,2-1,2% 3,3% 10,6% 3 Singapura 2.470, ,6 1,0% -1,5% 7,0% 4 China 4.987, ,8-4,0% 5,1% 13,5% 5 India 3.524, ,5-23,1% -16,7% 7,6% Total 5 Negara Tujuan Utama , ,2-6,7% -3,7% 49,5% Total Pasar Ekspor Lainnya , ,8-4,0% -7,4% 50,5% Total Ekspor Non Migas , ,0-5,4% -5,6% 100,0% Sumber: BPS, diolah

53 Nilai (USD Juta) Volume (Juta Kg) Perkembangan Impor Gambar 12. Volume dan Nilai Impor Hingga September Volume Nilai Sumber: BPS, diolah Pada triwulan III tahun 2013, impor Indonesia tumbuh positif (YoY), yaitu sebesar 0,8 persen yang terutama sumber kenaikannya dikontribusikan oleh kenaikan pada impor bahanbaku hingga 3,4persen. Dilihat dari sektornya, pertumbuhan positifterutama dikontribusikan oleh sektor migas dengan sumber pertumbuhan sebesar 5,2 persen. Namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, maka nilai impor Indonesia triwulan III justru mengalami penurunan, yaitu dari USD ,0 juta menjadi USD ,6 juta atau sebesar -6,24 persen. Tabel 21. Perkembangan Impor Triwulan III 2013 Komoditas Q Q Nilai Impor (USD Juta) , , , , ,6 Barang Konsumsi 9.991, , ,6 3599,7 3360,3 Bahan Baku , , , , ,5 Barang Modal , , ,8 8150,6 7882,8 Migas , , , , ,1 Minyak Mentah 8.531, , ,2 3535,7 3364,2 Hasil Minyak , , ,4 6396,4 7382,6 Gas 863, , ,6 663,8 732,3 Non Migas , , , , ,5 Pertumbuhan Impor* (%) 40,1% 30,8% 8,0% -3,8% 0,8% Barang Konsumsi 47,9% 34,0% 0,1% 6,9% 3,7% Bahan Baku 41,8% 32,6% 7,0% -0,2% 4,5% Barang Modal 31,7% 23,0% 15,2% -20,5% -13,7% Migas 44,4% 48,5% 4,6% -2,9% 20,7% Minyak Mentah 15,9% 30,7% -3,1% 28,0% 39,7% Hasil Minyak 61,8% 56,1% 1,9% -10,0% 11,1% Gas 76,5% 63,6% 118,2% -36,8% 59,6%

54 Komoditas Q Q Non Migas 39,0% 26,3% 9,1% -4,1% -4,4% Proporsi Impor (%) 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Barang Konsumsi 7,4% 7,5% 7,0% 7,4% 7,3% Bahan Baku 72,8% 73,8% 73,1% 75,9% 75,5% Barang Modal 19,8% 18,7% 19,9% 16,7% 17,2% Migas 20,2% 22,9% 22,2% 21,7% 25,0% Minyak Mentah 6,3% 6,3% 5,6% 7,3% 7,3% Hasil Minyak 13,3% 15,9% 15,0% 13,1% 16,1% Gas 0,6% 0,8% 1,6% 1,4% 1,6% Non Migas 79,8% 77,1% 77,8% 78,3% 75,0% Sumber Pertumbuhan (%) Barang Konsumsi 3,5% 2,6% 0,0% 0,5% 0,3% Bahan Baku 30,4% 24,0% 5,1% -0,1% 3,4% Barang Modal 6,3% 4,3% 3,0% -3,4% -2,3% Migas 9,0% 11,1% 1,0% -0,6% 5,2% Minyak Mentah 1,0% 1,9% -0,2% 2,0% 2,9% Hasil Minyak 8,2% 8,9% 0,3% -1,3% 1,8% Gas 0,5% 0,5% 1,9% -0,5% 1,0% Non Migas 31,1% 20,3% 7,1% -3,2% -3,3% Sumber: BPS, diolah Keterangan (*):pertumbuhan year-on-year (YoY) Pertumbuhan negatif di sektor non migas pada triwulan III tahun 2013, yaitu sebesar - 4,4 persen (YoY),dikontribusikan oleh penurunan nilai impor komoditas kendaraan dan bagiannya (HS-87) yang turun sebesar -24,2 persen dan memiliki proporsi sebesar 5,5 persen terhadap total impor non migas Indonesia. Secara QtQ nilai impor non migas Indonesia turun lebih besar, yaitu sebesar -9,8 persen dengan sumber penurunan terbesar dikontribusikan oleh komoditas mesin/peralatan listrik (HS-85) yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar -7,3 persen dan merupakan komoditas dengan proporsi kedua tertinggi pada nilai impor non migas (13,0 persen). Tabel 22. Perkembangan Impor Non Migas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan III Tahun 2013 HS Komoditas Nilai Impor (Juta USD) Pertumbuhan Proporsi Q Q Q (QtQ) Q (YoY) Q Mesin/peralatan mekanik 6.848, ,3-1,3% -6,5% 19,6% 01 Binatang hidup 86,0 77,3-10,1% 29,3% 0,2% 10 Gandum-ganduman 978,1 817,8-16,4% -0,6% 2,4% 17 Gula dan Kembang Gula 702,4 344,9-50,9% -9,0% 1,0% 27 Bahan bakar mineral 68,2 75,3 10,4% 51,2% 0,2% 31 Pupuk 558,0 474,4-15,0% -15,2% 1,4% 39 Plastik dan Barang dari Plastik 2.006, ,6-2,0% 17,0% 5,7% 52 Kapas 704,8 597,0-15,3% 15,6% 1,7% 85 Mesin/peralatan listrik 4.840, ,1-7,3% -2,9% 13,0%

55 HS Komoditas Nilai Impor (Juta USD) Pertumbuhan Proporsi Q Q Q (QtQ) Q (YoY) Q Kendaraan dan Bagiannya 2.030, ,7-6,1% -24,2% 5,5% 88 Kapal terbang dan Bagiannya 508,2 400,5-21,2% -49,1% 1,2% Total Nilai Impor Non-Migas , ,5-9,8% -4,4% 100,0% Sumber: BPS, diolah Dilihat berdasarkan negara asal impornya, nilai impor dari 6 (enam) negara utama juga mengalami penurunan sebesar -4,1 persen (YoY) dengan sumber penurunan utama adalah nilai impor dari Jepang yang turun sebesar -15,9 persen dan proporsi nilai impor sebesar 13,3 persen. Impor ke 6 negara utama pada triwulan III tahun 2013 juga mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar -8,4 persen. Sumber pertumbuhan negatif terbesar berasal dari impor dari ASEAN yang turun sebesar -7,1 persen dan memiliki proporsi nilai impor sebesar 21,7 persen dari seluruh total impor non migas. No Negara Asal Impor Q Q Tabel 23. Negara Utama Asal Impor Triwulan IIITahun 2013 Q (QtQ) Pertumbuhan Q (YoY) Proporsi Q ASEAN 8.041, ,9-7,1% -2,8% 21,7% 2 Uni Eropa 3.556, ,4-11,8% -11,0% 9,1% 3 Jepang 5.110, ,4-10,2% -15,9% 13,3% 4 China 7.912, ,6-1,9% 11,9% 22,6% 5 Amerika Serikat 2.641, ,5-19,9% -22,9% 6,1% 6 Korea Selatan 2.321, ,3-12,7% 5,4% 5,9% Total Negara Asal Utama , ,1-8,4% -4,1% 78,7% Negara Lainnya 8.580, ,4-14,7% -5,4% 21,3% Total Impor Non Migas , ,5-9,8% -4,4% 100,0% Sumber: BPS, diolah Perkembangan Neraca Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia pada triwulan III tahun 2013 mengalami defisit sebesar USD ,7 juta, sedikit lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang mencapai USD ,9 juta. Defisit perdagangan pada triwulan inilebih rendah6,2 persen jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (QtQ), namun jauh lebih tinggi -658,2 persen jika dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun 2012 (YoY).

56 Tabel 24. Neraca Perdagangan Triwulan III Tahun Q Q Q (QtQ) Pertumbuhan Q (YoY) Ekspor Total (USD Juta) , , ,9-5,9% -6,6% Ekspor Migas , , ,9-8,1% -11,3% Ekspor Non Migas , , ,0-5,4% -5,6% Impor Total (USD Juta) , , ,6-5,9% 0,8% Impor Migas , , ,1 8,3% 20,7% Impor Non Migas , , ,5-9,8% -4,4% Neraca Perdagangan (USD Juta) , , ,7 6,2% -658,2% Migas , , ,2-63,8% -280,3% Non Migas 3.927,9-689, ,5-251,6% -33,1% Sumber: BPS, diolah Neraca perdagangan Indonesia-China selama bulan Juni hingga bulan Mei tahun 2013 terus mengalami defisit, dimana pada bulan Juli tahun 2013 defisit perdagangan Indonesia-China sempat mencapai USD ,7 juta. Sepanjang Januari-Agustus tahun 2013 pun neraca perdagangan Indonesia-China mengalami defisit cukup besar, yaitu sebesar USD ,6 juta. Namun jika dibandingkan dengan Januari-Mei tahun 2012, defisit perdagangan Indonesia-China sedikit mengalami penurunan, yaitu sebesar 3,0 persen. Tabel 25. Neraca Perdagangan Indonesia-Cina Jan-Ags 2013 Jun-13 Jul-13 Ags-13 Pertumbuhan Jan-Ags 2013/ Jan-Ags 2012 Ekspor Total (USD Juta) , , , ,4 2,8% Ekspor Migas 910,9 92,1 105,7 113,2 101,7% Ekspor Non Migas , , , ,2-0,5% Impor Total (USD Juta) , , , ,4 1,1% Impor Migas 194,1 3,9 30,5 32,6-7,4% Impor Non Migas , , , ,8 1,2% Neraca Perdagangan (USD Juta) ,6-940, ,7-433,0 3,0% Migas 716,8 88,2 75,2 80,6 196,3% Non Migas , , ,0-513,6-5,2% Sumber: BPS, diolah Perdagangan Indonesia-Jepang selama bulan Juni hingga bulan Agustus tahun 2013 menunjukkan performa yang baik. Hal ini ditunjukkan oleh neraca perdagangan yang selalu positif. Sepanjang Januari-Agustus tahun 2013 pun neraca perdagangan juga menunjukkan surplus sebesar USD 5.135,5 juta. Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2012, surplus perdagangan ini masih lebih rendah - 3,9 persen.

57 Tabel 26. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang Jan-Ags 2013 Jun-13 Jul-13 Ags-13 Pertumbuhan Jan-Ags 2013/ Jan-Ags 2012 Ekspor Total (USD Juta) , , , ,4-12,8% Ekspor Migas 7.598, ,6 739,2 898,5-18,6% Ekspor Non Migas , , , ,9-8,1% Impor Total (USD Juta) , , , ,0-15,9% Impor Migas 211,7 112,5 43,3 37,3 496,4% Impor Non Migas , , , ,7-17,1% Neraca Perdagangan (USD Juta) 5.135,5 672,7 348,9 568,4-3,9% Migas 7.386,8 937,1 695,9 861,2-20,6% Non Migas ,0-264,2-346,9-292,8 43,2% Sumber: BPS, diolah Neraca perdagangan Indonesia-Amerika selama bulan Juni hingga bulan Agustus tahun 2013 selalu mengalami surplus, walaupun nilai surplus perdagangan ini menunjukkan tren yang menurun. Namun jika dilihat sepanjang periode Januari-Agustus tahun 2013, perdagangan Indonesia-Amerika juga masih mengalami surplus sebesar USD 4.237,0 juta atau meningkat sebesar 84,0 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun Tabel 27. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika Jan-Ags 2013 Jun-13 Jul-13 Ags-13 Pertumbuhan Jan-Ags 2013/ Jan-Ags 2012 Ekspor Total (USD Juta) , , , ,3 2,4% Ekspor Migas 273,8 37,2 6,5 69,7 109,9% Ekspor Non Migas 9.992, , ,9 966,6 1,0% Impor Total (USD Juta) 6.029,6 758,8 821,2 609,7-22,0% Impor Migas 51,7 16,9 2,4 12,5-42,0% Impor Non Migas 5.977,9 742,0 818,8 597,2-21,7% Neraca Perdagangan (USD Juta) 4.237,0 563,0 667,2 426,6 84,0% Migas 222,1 20,3 4,1 57,2 437,5% Non Migas 4.015,0 542,6 663,1 369,4 77,6% Sumber: BPS, diolah Perdagangan Indonesia-India juga menunjukkan performa yang baik, yang ditunjukkan oleh nilai surplus perdagangan selama bulan Juni hingga bulan Agustus tahun Neraca perdagangan Indonesia-India sepanjang Januari-Agustus tahun 2013 juga mengalami surplus hingga USD 5.693,5 juta atau lebih tinggi 11,0 persen dibandingkan surplus perdagangan pada periode yang sama di tahun 2012.

58 Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia-India Jan-Ags 2013 Jun-13 Jul-13 Ags-13 Pertumbuhan Jan-Ags 2013/ Jan-Ags 2012 Ekspor Total (Juta USD) 8.519, ,3 955,6 787,1 4,2% Ekspor Migas 13,0 5,0 0,2 5,0-54,2% Ekspor Non Migas 8.506, ,2 955,4 782,1 4,4% Impor Total (Juta USD) 2.826,1 396,9 301,3 295,9-7,1% Impor Migas 122,4 1,8 1,6 4,9-40,5% Impor Non Migas 2.703,6 395,1 299,7 290,9-4,7% Neraca Perdagangan (Juta USD) 5.693,5 644,4 654,3 491,2 11,0% Migas -109,4 3,2-1,4 0,1 38,3% Non Migas 5.803,0 641,1 655,7 491,2 9,3% Sumber: BPS, diolah Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan III Tahun 2013 Tingkat optimisme pelaku bisnis dalam melihat potensi bisnis pada triwulan III tahun 2013 masih baik, terlihat dari Indeks Tendensi Bisnis (ITB) pada triwulan III tahun 2013 yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya, dengan nilai ITB sebesar 106,12. Peningkatan kondisi bisnis ini terjadi pada semua sektor, dengan indeks tertinggi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai ITB 110,6, sektor pengangkutan dan komunikasi (ITB sebesar 108,3), pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan dengan nilai ITB sebesar 106,13. Sektor lainnya juga mengalami peningkatan indeks. Untuk variabel pembentuk ITB triwulan III tahun 2013 terbesar adalah pewndapatan usaha. Adapun perkiraan ITB pada triwulan IV tahun 2013 adalah sebesar 104, Gambar 13. Indeks Tendensi Bisnis sampai dengan Triwulan III ,9 108,5 107,3 107,9 107,4 106,9 110,4 104,2 105,3 106,6 105,8 103,4 102,6 103,9 104,2 102,3 96,2 106,12 103,8 104,66 Sumber: BPS diolah Catatan: * III-2013 angka perkiraan ITB berkisar antara 0 sampai 200 dengan indikasi sebagai berikut: a. Nilai ITB < 100 menunjukkan kondisi pada triwulan berjalan menurun dibanding triwulan sebelumnya b. Nilai ITB = 100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan (stagnan) dibanding triwulan sebelumnya

59 No 1 c. Nilai ITB > 100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (meningkat) dibandingkan triwulan sebelumnya Tabel 29. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan III Tahun 2013 Sektor dalam ITB Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Q ITB Variabel pembentuk ITB Q Q Pendapatan Usaha Penggunaan Kapasitas Produksi/ Usaha Rata- Rata Jam Kerja 102,78 106,13-106,13-2 Pertambangan dan Penggalian 100,13 104,97 108,31 101,4 108,7 3 Insdustri Pengolahan 103,82 105,4 104,1 104,06 107,26 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 105,83 103,4 107,79 100,83 100,83 5 Konstruksi 104,82 105,44 105,79 105,12 105,29 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 105,53 110,6 111,63 109,98 109,99 7 Pengangkutan dan Telekomunikasi 104,19 108,33 109,18 108,06 107,74 8 Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 103,96 105,27 107,24 107,98 102,5 9 Jasa-jasa 103,89 105,46 104,5 108,1 105,14 Sumber: BPS, diolah Total 103,88 106,12 107,32 105,74 105,31 Perkembangan Harga Domestik Sejak bulan Mei hingga bulan Agustus tahun 2013 (per 1 Agustus 2013), 3 (tiga) dari 5 (lima) komoditas tertentu mengalami tren kenaikan harga, yaitu beras medium, minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah. Bahkan harga minyak goreng curah sempat mengalami kenaikan yang cukup signifikan (2,7 persen) pada bulan September tahun Sedangkan komoditas gula pasir dan tepung terigu menunjukkan tren harga yang menurun. HARGA INFLASI PERIODIK Tabel 30. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu KOMODITI 2012 Ags-13 Sep-13 Okt-13 Nov-13* Beras Medium (Rp/Kg) Gula Pasir (Rp/Kg) Minyak Goreng Kemasan (Rp/620 ml) Minyak Goreng Curah (Rp/Kg) Tepung Terigu (Rp/Kg) Beras Medium (Rp/Kg) 10,3% -0,1% 0,0% 0,1% 1,0% Gula Pasir (Rp/Kg) 12,9% -0,7% -0,3% 0,0% -0,7% Minyak Goreng Kemasan (Rp/620 ml) 2,1% -0,6% 0,4% 0,4% 0,6% Minyak Goreng Curah (Rp/Kg) 4,5% -2,0% 2,7% 1,3% 0,9% Tepung Terigu (Rp/Kg) 0,8% 2,0% 0,0% -0,8% -0,2% * data hingga 7 November 2013 Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah

60 Perkembangan Harga Komoditi Internasional Pada bulan Oktobertahun 2013, indeks harga energi di negara-negara berkembang adalah 128,3; lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 131,6. Sementara indeks harga non energi pada bulan Oktobertahun 2013 adalah 98,7; sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencapai 98,5. ENERGI Tabel 31. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih KOMODITAS 2012 Jun-13 Jul-13 Ags-13 Sep-13 Okt-13 Coal, Australia 96,4 82,8 77,3 77,0 77,6 79,4 Crude oil, West Texas 94,2 95,8 104,7 106,5 106,2 100,5 PERTANIAN Cocoa 239,2 228,4 230,9 248,4 261,6 273,1 Coffee, robusta 226,7 200,1 209,9 207,3 193,5 184,5 Palm oil 999,0 860,0 833,0 829,0 820,0 859,0 Soybeans 591,0 524,0 509,0 516,0 557,0 544,0 Shrimp, Mexico 1.006, , , , , ,4 Woodpulp 762,8 832,0 832,0 830,0 830,0 845,7 Rubber*, Singapore 337,7 281,0 256,3 256,9 263,8 253,5 LOGAM DAN MINERAL Copper 7.962, , , , , ,0 Iron ore 128,5 114,8 127,2 136,7 134,2 132,6 Nickel , , , , , ,0 Tin 2.113, , , , , ,2 Zinc 195,0 183,9 183,8 189,9 184,7 188,5 INFLASI PERIODIK ENERGI Coal, Australia -20,3% -5,6% -6,6% -0,4% 0,8% 2,3% Crude oil, West Texas Int. -0,9% 1,1% 9,3% 1,7% -0,3% -5,4% PERTANIAN Cocoa -19,7% -2,5% 1,1% 7,6% 5,3% 4,4% Coffee, robusta -5,9% -8,5% 4,9% -1,2% -6,7% -4,7% Palm oil -11,2% 1,3% -3,1% -0,5% -1,1% 4,8% Soybeans 9,2% 5,4% -2,9% 1,4% 7,9% -2,3% Shrimp, Mexico -15,7% 20,2% 4,6% 6,3% 2,5% 3,2% Woodpulp -15,2% 1,8% 0,0% -0,2% 0,0% 1,9% Rubber*, Singapore, RSS3-30,0% -7,5% -8,8% 0,2% 2,7% -3,9% LOGAM DAN MINERAL Copper -9,8% -3,4% -1,3% 4,1% -0,5% 0,6% Iron ore -23,4% -7,7% 10,8% 7,5% -1,8% -1,2% Nickel -23,4% -4,5% -3,7% 4,1% -3,6% 2,3% Tin -18,9% -2,4% -3,5% 10,6% 5,0% 1,6% Zinc -11,0% 4,8% -9,5% -3,6% -1,3% 0,4% Sumber: World Bank, diolah

61 PERKEMBANGAN INVESTASI DAN KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Pada sisi penggunaan, triwulan III tahun 2013 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 4,5persen (YoY). Realisasi investasi untuk Penanaman Modal DalamNegeri (PMDN) triwulan III tahun 2013 sebesar Rp33.487,07 miliar atau tumbuh sebesar 32,9 persen (YoY). Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan Cina selama triwulan III tahun 2013 mengalami surplus sebesar USD114,5 juta.

62 PERKEMBANGAN INVESTASI Perkembangan Investasi Perekonomian Indonesia pada triwulan III tahun 2013 tumbuh sebesar 5,62 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya dengan pertumbuhan tertinggi di sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan pertumbuhan sebesar 10,46 persen dan terendah pada sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar -0,31 persen. Secara spasial, pada triwulan III tahun 2013 provinsi di Jawa masih merupakan provinsi yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto terbesar, yaitu 58,2 persen, diikuti oleh pulau Sumatera 23,75 persen, Kalimantan 8,45 persen sebagai pulau dengan kontribusi terhadap PDB tiga besar. Tabel 32. PMTB Pertumbuhan dan Kontribusi Triwulan III Tahun 2013(persen) Y-oY Y-oY Y-oY Q-o-Q Q3 Q2 Q3 Q3 Kumulatif Q1-Q3 Pertumbuhan PDB (%) 6,16 5,83 5,62 2,96 5,83 Pertumbuhan PMTB (PDB Konstan) 9,80 4,45 4,51 a. Bangunan 7,65 6,62 6,24 b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri 1,91 3,98 8,68 2,85 4,81 3,35 6,53 2,88 4,26 c. Mesin dan Perlengkapan Luar Negeri 12,77-1,43-0,51 2,57-0,40 d. Alat Angkutan Dalam Negeri 16,85 9,45 8,04-2,58 12,72 e. Alat Angkutan Luar Negeri 28,38-10,51-8,35-0,83-7,67 f. Lainnya Dalam Negeri 9,74 23,01 7,18-5,03 16,22 g. Lainnya Luar Negeri 28,14 0,54 12,64 11,50 4,97 Share ( %, atas dasar Harga Berlaku) Share PMTB terhadap PDB 33,14 33,04 33,37 a. Bangunan 27,99 28,12 28,57 b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri 0,30 0,31 0,30 c. Mesin dan Perlengkapan Luar Negeri 3,00 2,79 2,77 d. Alat Angkutan Dalam Negeri 0,23 0,25 0,23 e. Alat Angkutan Luar Negeri 0,96 0,85 0,81 f. Lainnya Dalam Negeri 0,42 0,48 0,42 g. Lainnya Luar Negeri 0,24 0,24 0,25 Sumber data: BPS. Keterangan : * Angka Sementara,** Angka Sangat Sementara Sumber data: BPS. Keterangan : * Angka Sementara,** Angka Sangat Sementara Pada sisi penggunaan, triwulan III tahun 2013 pertumbuhan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 4,5 persen, dibanding triwulan III tahun 2012.

63 Secara triwulanan pertumbuhan triwulan III tahun 2013 dibanding triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 2,8 persen. Untuk komponen Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto/PMTB, pertumbuhan triwulan III tahun 2013 (YoY) sebesar 4,5 persen secara lebih detil didorong oleh pertumbuhan Lainnya Luar Negeri yang tumbuh sebesar 12,6 persen, Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri yang tumbuh 8,68 persen dan Alat Angkutan Dalam Negeri dengan pertumbuhan 8,0 persen. Adapun sumbangan terbesar dalam komponen PMTB secara detil yaitu pada Bangunan dengan sumbangan 28,57 persen pada trwiwulan III tahun Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2012 TAHUN Tabel 33. Realisasi PMA PMDN Tahun Trw III Tahun 2013 PMDN PMA Pertumbuhan (YoY) (Rp Miliar) (USD juta) PMDN PMA , , , ,4 68,9% 72,6% , ,4-41,6% 43,8% , ,2 85,6% -27,3% , ,8 60,4% 49,9% , ,2 25,4% 20,1% , ,7 21,3% 26,1% Q , ,3 32,9% 21,7% Q , ,0 32,8% 11,1% Sumber: BKPM, diolah Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan III tahun 2013 sebesar Rp33.487,07 miliar, lebih besar dari realisasi triwulan yang sama tahun 2012 atau tumbuh sebesar 32,9 persen. Untuk Penanaman Modal Asing (PMA), realisasi triwulaniii tahun 2013 sebesar USD 6.982,0 juta, atau tumbuh 11,1 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dibanding triwulan II tahun 2013, realisasi PMDN tumbuh sebesar 1,1 persen dan pertumbuhan realisasi PMA sebesar - 2,7 persen pada periode yang sama. Realisasi Per sektor Realisasi per sektor untuk PMA pada triwulan III tahun 2013 sebesar USD 6.982,0 juta atau tumbuh 11,1 persen dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini di dorong oleh pertumbuhan sektor sekunder yang tumbuh 40,9 persen, sektor primer 29,8 persen, sementara sektor tersier mengalami penurunan sebesar -54,9 persen. Untuk PMDN pada periode yang sama, tumbuh sebesar 32,8

64 persen, dan realisasi mencapai Rp33,487 miliar. Untuk PMDN, pertumbuhannya didorong oleh sektor tersier sebesar 381,7 persen, akan tetapi sektor primer tumbuh minus 70,1 persen, dan sektor sekunder minus 35,0 persen. Adapun dilihat secara sumbangannya, pada triwulan III tahun 2013, untuk PMA sektor sekunder memberikan sumbangan terbesar dengan share 63,26 persen dan sumbangan terbesar untuk PMDN yaitu sektor tersier sebesar 63,08 persen. Tabel 34. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMDN Triwulan III Tahun 2013 Berdasar Sektor (YoY) Tahun PMA Jumlah PMDN Primer Sekunder Tersier (USD juta) Primer Sekunder Tersier Jumlah (Rp. Miliar) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,0 Q , , , , , , , ,3 Q , ,9 812, ,0 992, , , ,1 Q , , , , , , , ,0 Pertumbuhan Q (YoY) Pertumbuhan Q (QtQ) 29,8% 40,9% -54,9% 11,1% -70,1% -35,0% 381,7% 32,8% 6,5% 27,7% -60,7% -2,7% -86,0% -28,9% 110,0% 1,1% Share 25,10% 63,26% 11,64% 100,00% 2,96% 33,96% 63,08% 100,00% Sumber: BKPM, diolah Dilihat per sektor/bidang usaha, pada triwulan III tahun 2013 realisasi PMA pada lima (5) besar sektor/bidang dan persentasenya terhadap total realisasi berturut turut adalah sektor Pertambangan dengan persentase 20,7 persen, Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain 13,2 persen, Iindustri Logam, Mesin dan Elektronik 13,0 persen, Industri Kimia dan Farmasi 11,34 persen, serta Industri Makanan sebesar 7,7 persen. Untuk PMDN, terbesar secara berurut adalah Listrik, Gas Air 46,7 persen, Industri Makanan 11,9 persen, Konstruksi 10,8 persen, Industri Kimia dan Farmasi 7,3 persen, dan Industri Logam, Mesin dan Elektronik sebesar 4,3 persen.

65 Tabel 35. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2013 PMA PMDN Sektor/Bidang Usaha USD Juta % Thd % Thd Sektor/Bidang Usaha Rp Miliar Total Total Pertambangan 1.442,2 20,7% Listrik, Gas dan Air ,5 46,7% Industri Kendaraan Bermotor & Alat 919,1 13,2% Industri Makanan 3.972,0 11,9% Transportasi Lain Ind. Logam, Mesin & Elektronik 907,3 13,0% Konstruksi 3.622,5 10,8% Ind. Kimia dan Farmasi 788,4 11,3% Ind. Kimia dan Farmasi 2.437,2 7,3% Industri Makanan 538,9 7,7% Ind. Logam, Mesin & Elektronik 1.427,9 4,3% Lain lain 2.386,1 34,2% Lain lain 6.399,0 19,1% T o t a l 6.982,0 100,0% Total ,1 100,0% Sumber: BKPM, diolah Realisasi Per Lokasi Berdasar Lokasinya, triwulan III tahun 2013 pertumbuhan realisasi PMDN terbesar di Maluku, diikuti Papua, Sumatera, Jawa dan Sulawesi, adapun Bali Nusa Tenggara dan Kalimantan mengalami penurunan realisasi sehingga tumbuh negatif. Dilihat dari sumbangannya, Jawa, Sumatera dan Kalimantan memberikan sumbangan terbesar pada triwulan III tahun 2013 yaitu 66 persen, 17 persen dan 8 persen meskipun Kalimantan secara pertumbuhan mengalami pertumbuhan minus. Maluku dan Papua meskipun pertumbuhannnya besar, tetapi sumbangannya hanya sebesar 2 dan 1 persen. Pertumbuhan realisasi PMDN per lokasi pada triwulan 3 tahun 2013 dibanding triwulan II tahun 2013 hanya tumbuh sebesar 1,1 persen, dengan pertumbuhan terbesar di Maluku, Papua serta Jawa. Tabel 36. Pertumbuhan dan KontribusiRealisasi Investasi PMDN Triwulan III Tahun2013 Berdasar Lokasi (Rp Miliar) TAHUN Sumatera Jawa Bali & Nusa Tenggara LOKASI Kalimantan Sulawesi Maluku Papua TOTAL , ,9 15, , ,6 0,0 0, , , ,6 29, , ,5 0,0 294, , , ,5 50, , ,4 0,0 41, , , , , , ,6 0,0 229, , , ,3 356, , ,6 13, , , , , , , ,0 323,9 100, ,0 Q , , , ,2 952,8 0,0 16, ,3 Q , ,6 919, , ,6 628,6 358, ,1 Q , , , , ,5 279,7 180, ,0 Pertumbuhan Q (YoY) Pertumbuhan Q (QtQ) 231,5% 31,8% -50,3% -33,4% 15,3% 2059,6% 32,8% -15,5% 34,6% -61,7% -54,7% -14,5% 124,7% 99,0% 1,1% Share 17% 66% 3% 8% 3% 2% 1% 100% Sumber: BKPM, diolah

66 Untuk PMA, dibanding pada periode yang sama, total pertumbuhan triwulan III tahun 2013 sebesar 11,1 persen dengan pertumbuhan terbesar di Papua, diikuti Maluku dan Jawa. Meskipun demikian, secara sumbangan, hanya Jawa yang memberikan sumbangan terbesar pada realisasi triwulan tersebut, yaitu 55 persen, Papua dan Maluku sebesar 9 persen dan 2 persen. Adapun Bali Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera mengalami pertumbuhan negatif. Walau mengalami pertumbuhan negatif, tetapi Sumatera memberikan sumbangan terbesar kedua setalah Jawa, yaitu 14 persen. Secara triwulan, pertumbuhan triwulan III tahun 2013 dibanding triwulan II tahun 2013 tumbuh minus sebesar - 2,7 persen. TAHUN Tabel 37. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan III Tahun 2013 Berdasar Lokasi (USD Juta) Sumatera Jawa Bali & Nusa Tenggara LOKASI Kalimantan Sulawesi Maluku Papua TOTAL , ,5 56,7 300,6 79,6 0,0 2, , , ,8 95,5 115,2 65,4 0,0 18, , , ,6 233,8 284,4 141,6 5,9 2, , , ,8 502, ,4 859,1 248,9 346, , , ,8 952, ,7 715,3 141, , , , , , , ,1 98, , ,9 Q , ,3 384, ,5 676,1 50,1 9, ,3 Q , ,3 166,0 872,3 347,3 127,2 614, ,0 Q , ,0 109,9 805,9 189,6 83,1 539, ,5 Pertumbuhan Q (YoY) Pertumbuhan Q (QtQ) -14,3% 31,6% -56,8% -18,3% -48,6% 153,9% 6427,4% 11,1% 52,9% -19,6% 51,0% 8,2% 83,2% 53,0% 13,9% -2,7% Share 14,0% 55,0% 2,0% 12,0% 5,0% 2,0% 9,0% 100,0% Sumber: BKPM, diolah Berdasar lokasi menurut provinsi, pada triwulan III tahun 2013 untuk PMDN, terdapat dua (2) lokasi yang diminati berada di luar Jawa, yaitu Kalimantan Timur dan Riau dengan persentase 5,2 persen dan 6,0 persen, sedangkan tiga (3) lokasi di pulau Jawa, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Realisasi investasi di JawaTengah merupakan realisasi terbesar untuk PMDN. Tabel 38. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2013 PMA PMDN Lokasi (Propinsi) USD Juta % Thd Total Lokasi (Propinsi) Rp Miliar % Thd Total Jawa Barat 2.205,0 31,6% Jawa Tengah 9.747,8 29,1% Jawa Timur 609,9 8,7% Jawa Timur 8.807,8 26,3% Papua 592,1 8,5% Riau 2.024,4 6,0% Banten 555,3 8,0% Jawa Barat 1.954,5 5,8% Kalimantan Timur 525,0 7,5% Kalimantan Timur 1.730,0 5,2% Gabung Lainnya 2.492,7 35,7% Gabung Lainnya 9.222,5 27,5% Total 6.982,0 100,0% Total ,0 100,0% Sumber: BKPM, diolah

67 Untuk PMA, lima (5) lokasi dengan realisasi paling besar masih tetap pulau Jawa yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur serta Banten, adapun yang diluar Jawa adalah Papua dan Kalimantan Timur. Realisasi per Negara Realisasi investasi PMA dilihat dari negara asal PMA, pada triwulan III tahun 2013 lima negara besar asal investasi PMA adalah: 1) Jepang, dengan nilai USD 1.330,7 juta atau 19,2 persen dari total realisasi investasi PMA; 2) Singapura dengan nilai USD 1.145,5 juta (16,4 persen); 3) Amerika dengan nilai realisasi investasi USD 640,2 juta (9,2 persen); 4) Korea Selatan dengan nilai realisasi investasi USD 406,3,0 juta (5,8 persen) serta 5) Inggris dengan realisasi investasi USD juta (4,7 persen) dari total realisasi investasi PMA. Tabel 39. Sepuluh Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan III Tahun 2013 Negara Investasi (USD Juta) Persentase Singapura 1.364,2 19% Jepang 1.154,6 16% Amerika Serika 467,2 7% Korea Selatan 454,2 6% Mauritius 440,9 6% Gabungan Negara lain 3.291,5 46% Total % Sumber: BKPM diolah Perkembangan Kerjasama Ekonomi Internasional Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia Perkembangan perjanjian ekonomi internasional yang dilakukakan Indonesia dijelaskan pada tabel di bawah: Tabel 40. Status Perjanjian Ekonomi Internasional No. PERJANJIAN EKONOMI STATUS 1 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect 2 ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade Agreement Signed and In Effect 3 Comprehensive Economic Partnership for East Asia Proposed/Under consultation and (CEPEA/ASEAN+6) study 4 ASEAN-People's Republic of China Comprehensive Economic Signed and In Effect Cooperation Agreement 5 ASEAN- Republic of Korea Comprehensive Economic Cooperation Signed and In Effect Agreement 6 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Signed and In Effect 7 ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement Signed and In Effect 8 ASEAN-EU Free Trade Agreement Under Negotiation 9 Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement Signed and In Effect 10 Indonesia-Chile Free Trade Agreement Joint Study Group 11 East Asia Free Trade Area (ASEAN+3) Proposed/Under consultation and study

68 No. PERJANJIAN EKONOMI STATUS 12 Republic of Korea-Indonesia Free Trade Agreement Joint Study Group 13 United States-Indonesia Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study 14 Trade Preferential System of the Organization of the Islamic Conference (FA) signed/fta Under Negotiation 15 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight Developing Countries Signed but not yet In Effect 16 ASEAN-Pakistan Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study 17 Indonesia - EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement The 3rd Round of Negotiations (IE - CEPA) 18 Indonesia - Australia CEPA (IA-CEPA = Indonesia-Australia The 1st round of negotiation Comprehensive Economic Partnership Agreement) 19 Indonesia - India CECA (II-CECA = Indonesia-India Comprehensive Launching of negotiation Economic Cooperation Agreement) 20 Indonesia - Pakistan PTA (PTA = Preferential Trade Agreement) The 6th round of negotiation 21 Indonesia - Iran PTA (PTA = Preferential Trade Agreement) The 1st round of negotiation 22 Indonesia-Turki Free Trade Agreement Joint Study Group 23 Indonesia - Tunisia JSG Ongoing Joint Study Group 24 Indonesia - Mesir Establishment of JSG Joint Study Group Sumber: aric database, ADB; Ditjen KPI, Kemendag Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Cina FTA Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan China selama triwulan III tahun 2013mengalami surplus sebesar USD114,5 juta. Surplus ini dikontribusikan oleh 2 (dua) negara, yaitu Malaysia dan Thailand yang mengalami surplus perdagangan dengan China masingmasing sebesar USD 4.268,1 juta dan USD 895,0 juta. Sementara itu, negara lainnya (Indonesia, Singapura dan Philipina) mengalami defisit perdagangan dengan China secara berurutan sebesar USD ,4 juta, USD ,6 juta dan USD -99,7 juta. Ekspor ASEAN Ke Cina Nilai ekspor ASEAN-5 ke China pada triwulan III tahun 2013 mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,6 persen (QtQ). Namun jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2012 (YoY), nilai ekspor ASEAN-5 ke China hanya mengalami kenaikan sebesar 0,4 persen. Indonesia dan Singapura memberikan kontirbusi terhadap kenaikan nilai ekspor ASEAN-5 ini, dimana masing-masing juga mengalami kenaikan nilai ekspor ke China sebesar 10,8 persen dan 9,3 persen. Tabel 41. Ekspor ASEAN ke Cina Nilai Ekspor Asean ke China (juta USD) Q Q Pertumbuhan Q (QtQ) Q (YoY) Proporsi* Q ASEAN (5) , ,5 4,6% 0,4% 9,0% Indonesia 7.580, ,5-1,5% 10,8% 1,5% Animal or Vegetable Fats Oils 585,9 584,1-0,3% -41,5% 0,1% Mineral Products 4.440, ,1-4,5% 42,3% 0,8% Plastics, Rubber and Articles 591,0 448,0-24,2% -33,2% 0,1% Machiney, Electrical Equipment 425,2 443,7 4,4% -21,9% 0,1%

69 Nilai Ekspor Asean ke China (juta USD) Q Q Pertumbuhan Q (QtQ) Q (YoY) Proporsi* Q Malaysia , ,6 6,7% -2,1% 3,1% Animal or Vegetable Fats Oils 770,5 865,3 12,3% -4,1% 0,2% Mineral Products 1.376, ,2 17,4% 12,1% 0,3% Plastics, Rubber and Articles 1.070, ,7-5,7% -14,1% 0,2% Machiney, Electrical Equipment 9.589, ,5 5,4% -4,9% 2,0% Singapura 7.277, ,1 7,1% 9,3% 1,6% Mineral Products 1.358, ,5-19,9% -5,8% 0,2% Products of Chemcial or Allied 976, ,7 18,2% 34,3% 0,2% Plastics, Rubber and Articles 769,1 974,2 26,7% 20,2% 0,2% Machiney, Electrical Equipment 3.374, ,5 10,0% 3,0% 0,7% Thailand 9.274, ,3 3,2% -4,3% 1,9% Animal or Vegetable Product 943,2 837,1-11,2% 14,9% 0,2% Products of Chemcial or Allied 858,3 903,4 5,2% 13,7% 0,2% Plastics, Rubber and Articles 2.391, ,4-7,9% -8,8% 0,4% Machiney, Electrical Equipment 3.482, ,5-0,8% -20,9% 0,7% Philipina 4.591, ,9 7,2% -8,4% 1,0% Mineral Products 648,4 709,8 9,5% -20,4% 0,1% Plastics, Rubber and Articles 94,8 95,8 1,1% 76,0% 0,0% Base Metals and Articles 268,0 294,9 10,1% 298,2% 0,1% Machiney, Electrical Equipment 3.164, ,0 8,2% -14,6% 0,7% Sumber: Statistik Cina, CEIC Keterangan (*): terhadap total impor Cina Impor ASEAN Dari Cina Impor ASEAN-5 dari China pada triwulan III tahun 2013 adalah sebesar USD ,0 juta atau turun sebesar -3,1 persen (QtQ) tapi meningkat10,5 persen (YoY). Seluruh negara dalam ASEAN-5 secara merata mengalami kenaikan nilai impor dari China. Dibandingkan dengan triwulan III tahun 2012 (YoY), impor dari China ke Indonesia meningkat sebesar 5,8 persen, ke Malaysia sebesar 20,9 persen, ke Singapura sebesar 5,5 persen, ke Thailand sebesar 5,9 persen dan ke Philipina sebesar 18,2 persen.

70 Tabel 42. Impor Asean dari Cina Nilai Impor Asean dari China (juta USD) Q Q Pertumbuhan Q (QtQ) Q (YoY) Proporsi* Q ASEAN (5) , ,0-3,1% 10,5% 8,0% Indonesia , ,9-11,0% 5,8% 1,6% Mineral Products 799,1 706,9-11,5% 43,9% 0,1% Textiles and Textile Articles 1.231, ,4-17,8% -6,1% 0,2% Base Metals and Articles 1.063,6 945,0-11,1% -0,7% 0,2% Machiney, Electrical Equipment 3.344, ,9-4,6% 15,4% 0,6% Malaysia , ,5-3,9% 20,9% 2,0% Textiles and Textile Articles 1.442, ,0-12,7% 14,5% 0,2% Base Metals and Articles 1.395, ,0-13,2% 31,7% 0,2% Machiney, Electrical Equipment 3.702, ,3-2,2% 18,2% 0,6% Optical, Photographic, Muscial Instruments 675,5 608,9-9,9% -7,9% 0,1% Singapura , ,7-2,8% 5,5% 2,0% Mineral Products 840,4 660,0-21,5% 43,2% 0,1% Base Metals and Articles 1.093,3 970,9-11,2% 2,0% 0,2% Machiney, Electrical Equipment 4.514, ,0 9,1% 13,9% 0,9% Vehicles, Aircraft, Vessels & Transport 1.562, ,1-29,6% -36,5% 0,2% Thailand 8.002, ,3 8,4% 5,9% 1,5% Products of Chemcial or Allied Industries 722,5 783,1 8,4% 7,2% 0,1% Textiles and Textile Articles 602,3 598,5-0,6% 9,3% 0,1% Base Metals and Articles 988,4 975,7-1,3% -13,1% 0,2% Machiney, Electrical Equipment 3.121, ,6 4,5% 2,3% 0,6% Philipina 5.243, ,6-4,3% 18,2% 0,9% Products of Chemcial or Allied Industries 324,3 373,9 15,3% 8,7% 0,1% Textiles and Textile Articles 920,9 844,1-8,3% 33,7% 0,2% Base Metals and Articles 704,0 612,2-13,0% 23,2% 0,1% Machiney, Electrical Equipment 1.249, ,0 3,3% 14,0% 0,2% Sumber: Statistik Cina, CEIC Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA Ekspor Impor Indonesia- ASEAN Nilai ekspor Indonesia ke ASEAN pada bulan Agustus 2013 adalah sebesar USD 3.027,1 juta, lebih rendah daripada bulan Juli Secara akumulasi, total nilai ekspor Indonesia-ASEAN selama Januari-Agustus 2013 mencapai USD ,8 juta atau turun -1,9 persen (YoY). Sumber utama pertumbuhan negatif ekspor Indonesia tertinggi

71 adalah ke negara Malaysia dengan pertumbuhan -6,2 persen dan proporsi total ekspor sebesar 26,5 persen. Sedangkan nilai impor Indonesia dari ASEAN pada bulan Agustus 2013 adalah sebesar USD 4.027,1 juta dan sepanjang Januari-Agustus 2013 adalah sebesar USD ,7 juta. Nilai impor Indonesia yang lebih tinggi daripada nilai ekspornya membuat neraca perdagangan Indonesia-ASEAN sepanjang Januari-Agustus 2013 mengalami defisit sebesar USD ,9 juta dengan defisit terbesar terjadi pada perdagangan antara Indonesia dengan Singapura, yaitu sebesar USD ,8 juta. Tabel 43. Ekspor dan Impor Indonesia-ASEAN Nilai (juta USD) Pertumbuhan Proporsi Jan-Ags 2013 Jul-13 Ags-13 Jan-Ags 2013/ Jan- Ags 2012 Jan-Ags 2013 Total Ekspor , , ,1-1,9% 100,0% Thailand 4.169,8 547,4 425,4-3,8% 15,6% Singapura , , ,3-2,2% 40,4% Philipina 2.534,1 351,2 316,8 4,4% 9,5% Malaysia 7.082,6 851,5 903,8-6,2% 26,5% Myanmar 397,1 33,0 36,8 88,0% 1,5% Cambodia 202,2 23,1 26,7 5,6% 0,8% Brunei 88,3 6,1 5,5 57,4% 0,3% Laos 3,6 0,7 0,3-81,1% 0,0% Vietnam 1.481,3 209,1 160,5 2,0% 5,5% Total Impor , , ,1 2,5% 100,0% Thailand 6.800, ,6 753,5-1,9% 21,1% Singapura , , ,5-3,2% 46,7% Philipina 467,5 66,0 72,1-2,1% 1,5% Malaysia 7.987, , ,5 22,4% 24,8% Myanmar 52,2 10,4 6,8 6,8% 0,2% Cambodia 9,9 3,8 0,6 97,6% 0,0% Brunei 267,2 0,1 62,9-23,2% 0,8% Laos 4,6 0,0 0,5 52,9% 0,0% Vietnam 1.580,0 275,2 150,7 2,2% 4,9% Sumber: BPS, diolah Perdagangan Antar Negara ASEAN Perdagangan antar negara ASEAN cenderung meningkat pada tahun 2011, yaitu dengan total ekspor meningkat sebesar 16,2 persen dan impor meningkat sebesar 12,8 persen. Pertumbuhan ekspor ke ASEAN terbesar dialami oleh Indonesia yang tumbuh hingga 26,2 persen, diikuti oleh Thailand yang tumbuh 22,5 persen. Proporsi ekspor terbesar dialami oleh Singapura sebesar 42,0 persen, diikuti oleh Malaysia (18,5 persen), Thailand (17,9 persen)dan Indonesia (13,9 persen).sedangkan pertumbuhan impor terbesar berturut-turut dialami oleh Kamboja (32,8 persen),indonesia (31,3 persen) dan Thailand (21,7 persen). Sementara itu Singapura, Thailand dan Malaysia

72 mendapatkan surplus perdagangan paling positif dengan ASEAN, yaitu masing-masing sebesar USD 49,4 miliar; USD 17,4 miliar; dan USD 4,0 miliar. Tabel 44. Perdagangan Antar Negara ASEAN Tahun Share Ekspor ke ASEAN Share IMPOR dari ASEAN NERACA (Juta USD) Indonesia 12,7% 12,8% 13,9% 16,40% 17,3% 20,1% (2.936) (5.565) (9.010) Kamboja 0,3% 0,3% 0,3% 0,9% 0,7% 0,9% (809) (981) (1.401) Malaysia 20,8% 19,3% 18,5% 18,3% 19,8% 20,5% Filipina 3,0% 4,4% 2,8% 6,90% 7,3% 5,9% (5.828) (4.889) (6.405) Singapura 41,9% 40,8% 42,0% 34,80% 33,2% 30,8% Thailand 16,7% 17,0% 17,9% 14,60% 13,5% 14,5% Vietnam* 4,6% 4,0% 8,20% 7,3% (4.954) (6.043) Sumber: UNCOMTRADE

73 PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER DAN SEKTOR KEUANGAN Inflasi tahunan (YoY) pada bulan Juli-September 2013 masing-masing sebesar 8,61 persen, 8,79 persen, dan 8,4 persen. Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada triwulan III tahun 2013 sebesar Rp ,00 per Dollar. Rata-rata IHSG pada triwulan III tahun 2013 sebesar 4.373,88. Terjaganya system keuangan di Indonesia tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang mencapai 18,02 persendan rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross yang menurun yakni sebesar 1,94 persen. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) selama triwulan III tahun2013 mencapai sekitar Rp triliun.

74 PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER Perkembangan Moneter Global Pertemuan di Gedung Putih antara Presiden AS Barack Obama dengan pimpinan Kongres tidak dapat menjembatani perbedaan antara Partai Demokrat dan Partai Republik dalam menyikapi anggaran negara untuk tahun fiskal yang baru. Pemerintah Amerika Serikat akhirnya menutup sementara (shutdown) layanan pemerintah. Langkah itu menyusul serangkaian perdebatan panjang dan manuver politik dari Parlemen, Senat, dan Gedung Putih yang akhirnya gagal mencapai kata sepakat atas persoalan kebuntuan anggaran negara itu. Dampaknya yang paling terasa adalah terhadap perekonomian Amerika secara keseluruhan. Perkembangan China dan Amerika Serikat (AS), dua negara ekonomi terbesar di dunia, memberikan dampak bervariasi bagi perekonomian di wilayah berkembang Asia. Namun, pengaruh China dari tahun ke tahun semakin kuat. Berdasarkan data perekonomian, pertumbuhan ekonomi China di babak kedua kemungkinan akan mirip dengan babak pertama tahun ini. Data pertumbuhan sektor manufaktur di China ditengarai merupakan sinyal pemulihan ekonomi di negara ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut. Produksi industri China tumbuh dengan cepat dalam kurun waktu 17 bulan terakhir pada bulan Agustus 2013 dan perluasan kredit mencapai hampir dua kali lipat sejak Juli Biro Statistik Nasional di Beijing melaporkan bahwa produksi pabrik naik 10,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Bank Sentral China juga melaporkan pembiayaan agregat sebesar 1,57 triliun yuan atau setara USD 257 miliar, melebihi estimasi rata-rata 950 miliar yuan. Perdana Menteri Li Keqiang menyatakan bahwa data ekonomi China pada bulan Agustus menunjukkan tren pemulihan setelah pemerintah memberlakukan pemotongan pajak terukur untuk pembiayaan ekstra pada kereta api dalam rangka mempertahankan pencapaian target ekspansi 7,5 persen.sementara itu, pertumbuhan ekonomi Inggris pada triwulan kedua (Q2)tahun2013 lebih tinggi dari perkiraan awal dibantu sektor konstruksi, manufaktur, dan perdagangan. Tandatanda bahwa pertumbuhan Inggris mendapatkan traksi telah mendorong beberapa ekonom menaikkan perkiraan ekonomi tahun ini. Tanda-tanda kekuatan dalam ekonomi global memperkuat prospek Inggris dimana sektor jasa zona euro diperluas untuk pertama kalinya dalam 19 bulan terakhir pada Agustus 2013 dan data manufaktur China secara tak terduga meningkat. Bank of Japan secara resmi mengklaim bahwa perekonomian Jepang menguat. Hal tersebut adalah sangat baik karena dapat dianggap sebagai dukungan untuk kenaikan pajak penjualan mulai April 2014 yang saat ini tengah dipertimbangkan Perdana Menteri Shinzo Abe. Membaiknya penilaian bank sentral atas ekonomi Jepang kian menguatkan spekulasi bahwa BOJ akan menunda setiap kelonggaran, setidaknya sampai kenaikan pajak penjualan April 2014 mendatang. Penguatan ekonomi Jepang pada triwulan ketiga tahun 2013 merupakan penilaian terkuat sejak Maret Pada bulan September, dewan kebijakan BOJ yang terdiri dari sembilan orang memutuskan untuk tidak mengubah kebijakan moneternya. Dewan direksi

75 BOJ sepakat mempertahankan kebijakan utamanya: menaikkan jumlah uang yang dipasoknya ke perekonomian Jepang sebesar triliun yen per tahunnya, sebagian besar melalui pembelian obligasi pemerintah Jepang. Perkembangan Moneter Domestik Bank Indonesia (BI) mencatat nilai cadangan devisa Indonesia hingga akhir bulan September 2013 sebesar 95,675 miliar Dollar AS dan nilai cadangan devisa Indonesia hingga akhir Juni 2013 adalah sebesar 98,10 miliar dollar AS. Jika dibandingkan nilainya dengan akhir Juni 2013, maka cadangan devisa RI hingga akhir bulan September 2013 berkurang sebesar 2,425 miliar Dollar AS. Penurunan ini terjadi karena Bank Indonesia (BI) harus mengeluarkan biaya moneter untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah. Gejolak nilai tukar Rupiah telah memaksa BI untuk melakukan intervensi. Perekonomian Indonesia pada triwulan III tahun 2013 menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Defisit transaksi berjalan pada triwulan III tahun 2013 menyusut menjadi USD 8,4 miliar (3,8% dari PDB) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai USD 9,9 miliar (4,4% dari PDB). Perbaikan kinerja transaksi berjalan tersebut terutama didukung oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas seiring dengan penurunan impor nonmigas yang lebih tajam dibandingkan penurunan ekspor nonmigas, serta berkurangnya defisit neraca jasa dan pendapatan. Di sisi neraca jasa, penurunan defisit didukung oleh berkurangnya pembayaran jasa transportasi sejalan dengan turunnya impor nonmigas serta meningkatnya net inflow jasa travel karena meningkatnya jumlah kedatangan wisatawan mancanegara dan juga ditopang oleh berbagai kegiatan berskala internasional yang diadakan di Indonesia. Dalam periode yang sama, defisit neraca pendapatan juga menurun mengikuti jadwal pembayaran bunga utang luar negeri dan transfer keuntungan kepada investor asing. Transaksi modal dan finansial pada triwulan ketiga tahun 2013 mencatat surplus USD 4,9 miliar terutama didukung oleh arus PMA yang meningkat menjadi USD 5,4 miliar dibanding USD 4,7 miliar pada triwulan sebelumnya seiring dengan perbaikan iklim investasi di dalam negeri. Investasi portofolio asing tercatat positif seiring kembali masuknya aliran modal asing pada instrumen portofolio berdenominasi rupiah sebagai respon positif terhadap langkah antisipatif Bank Indonesia dalam meredam kenaikan ekspektasi inflasi melalui peningkatan BI Rate dan pengelolaan nilai tukar yang sesuai dengan nilai fundamentalnya. Hal ini didukung pula oleh langkah Pemerintah menerbitkan obligasi valas sebagai salah satu sumber pembiayaan fiskal. Pemerintah selanjutnya meluncurkan empat paket utama kebijakan yang merupakan respon pemerintah atas gejolak yang terjadi di sektor keuangan. Paket utama kebijakan tersebut adalah pertama, mendorong ekspor dengan memberikan additional deduction tax untuk sektor padat karya yang memiliki ekspor minimal 30 persen dari total produksi. Paket kedua, merupakan paket yang bertujuan menjaga pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat. Paket ketiga, terkait dengan menjaga daya beli masyarakat dan tingkat inflasi. Selanjutnya paket keempat

76 berkaitan dengan percepatan investasi. Terkait hal ini, pemerintah akan meyederhanakan perizinan dengan mengefektifkan fungsi pelayanan terpadu satu pintu dan menyederhanakan jenis-jenis perizinan yang menyangkut kegiatan investasi. Inflasi Inflasi Global Pada triwulan ketiga tahun 2013, pergerakan inflasi global cukup variatif (Lampiran 1). Inflasi di Indonesia, China, dan Jepang cenderung meningkat selama periode Juli- September Sedangkan Brazil, Rusia, India, kawasan Euro, dan AS memiliki kecenderungan penurunan inflasi pada triwulan ketiga tahun Jika dibandingkan dengan triwulan II tahun 2013, India kembali memiliki tingkat inflasi tertinggi dibanding negara-negara lain untuk periode Juli-September 2013, yakni sebesar 10,85 persen, 10,75 persen, dan 10,70 persen. Sedangkan Inggris merupakan satu-satunya negara yang mengalami deflasi, yakni sebesar 0,69 persen, 1,30 persen,dan 1,10 persen pada bulan Juli-September Prestasi Inggris yang cukup baik tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi Inggris pada kuartal kedua (Q2) 2013 lebih tinggi dari perkiraan awal didukung oleh sektor konstruksi, manufaktur, dan perdagangan. Inflasi Domestik Inflasi tahunan (YoY) pada bulan Juli-September 2013 masing-masing sebesar 8,61 persen, 8,79 persen, dan 8,4 persen (Lampiran 2). Pada periode yang sama inflasi bulanan (MtM) masing-masing sebesar 3,29 persen, 1,12 persen, dan -0,35 persen. Sedangkan inflasi tahun kalender pada triwulan ketiga 2013 sebesar 6,75 persen, 7,94 persen, dan 7,57 persen. Pada bulan September 2013 terjadi deflasi sebesar 0,35 persen. Deflasi pada bulan September 2013terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh penurunan indeks beberapa kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan 2,88 persen dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,79 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks, yaitu: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,78 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,61 persen; kelompok sandang 2,99 persen; kelompok kesehatan 0,27 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,71 persen. Pada triwulan III 2013, secara tahunan terjadi kecenderungan penurunan angka inflasi inti dan inflasi diatur pemerintah, sedangkan angka inflasi bergejolak cenderung meningkat. Secara tahunan pada bulan September 2013 terjadi inflasi inti sebesar 4,72 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi inti pada bulan Juli dan Agustus 2013 sebesar 4,44 persen dan 4,48 persen. Peningkatan angka inflasi inti dipengaruhi olehfaktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, lingkungan eksternal (nilai tukar, harga komoditas internasional, dan inflasi mitra dagang), dan ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen.secara tahunan

77 komponen inflasi harga bergejolak pada bulan Juli-September 2013 masing-masing sebesar 16,12 persen, 16,53, dan 13,94 persen. Sementara itu, inflasi harga diatur pemerintah pada bulan Juli-September 2013 masing-masing sebesar 15,10 persen, 15,4 persen, dan 15,47 persen secara tahunan. Secara bulanan pada bulan September 2013 terjadi inflasi inti sebesar 0,34 persen, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi inti pada bulan Juli dan Agustus 2013 sebesar 0,59 persen dan 0,6 persen. Sementara itu, inflasi komponen harga bergejolak pada bulan September 2013 mengalami deflasi sebesar 0,75 persen dan inflasi diatur pemerintah sebesar 0,06 persen secara bulanan. Berdasarkan kelompok pengeluaran, pada bulan September 2013 kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami peningkatan nilai inflasi terbesar sebesar 14,63 persen secara tahunan. Lonjakan inflasi pada kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM bersubsidi. Secara umum inflasi tahunan 66 kota di Indonesia cukup bervariasi pada periode bulan Juli-September 2013, sedangkan inflasi bulanan 66 kota di Indonesia pada bulan September 2013 cenderung lebih rendah dibanding inflasi bulanan pada bulan Juli dan Agustus 2013.Pada bulan September 2013,terjadi deflasi sebesar 0,35 persen dengan IHK sebesar 145,74. Dari 66 kota IHK, tercatat 53 kota mengalami deflasi dan 13 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Sorong sebesar 4,28 persen dengan IHK 170,68 dan terendah terjadi di Surabaya sebesar 0,02 persen dengan IHK 144,19. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pinang sebesar 1,70 persen dengan IHK 147,92 dan terendah terjadi di Sukabumi dan Singkawang masing-masing sebesar 0,04 persen dan IHK masing-masing sebesar 145,36 dan 147,88. Nilai Tukar Mata Uang Dunia Dengan melihat nilainya pada akhir bulan, selama triwulan III tahun 2013 secara bulanan (MtM) nilai tukar mata uang Indonesia dan Jepang mengalami tren depresiasi terhadap US dollar, sedangkan pergerakan nilai tukar mata uang negaranegara lainnya terhadap US dollar mengalami tren depresiasi hanya pada bulan Juli dan Agustus, namun terapresiasi pada bulan Sepetember (Lampiran 3).Dibandingkan dengan posisinya pada awal tahun 2013 (YtD), China dan kawasan Euro menjadi negara yang mata uangnya mengalami tren apresiasi terhadap US dollar. Sedangkan nilai tukar mata uang negara-negara lain mengalami tren depresiasi terhadap US dollar selama bulan Juli-September Rupee India dan Yen Jepang menjadi mata uang yang terdepresiasi paling dalam selama triwulan III tahun Secara tahunan (YoY), nilai tukar mata uang mengalami tren depresiasi terhadap US dollar pada triwulan III tahun Nilai pelemahan terbesar dialami oleh mata uang Yen Jepang diikuti mata uang Rupiah Indonesia, Rupee India, dan Real Brazil.

78 Secara umum nilai tukar US dollar mengalami depresiasi secara bulanan pada akhir September USD melemah setelah Presiden AS Barack Obama mengatakan akan mendukung prakarsa Rusia untuk melucuti senjata kimia Suriah dalam kesepakatan yang akan mencegah aksi militer terhadap Suriah. Turunnya suhu geopolitik di kawasan Timur Tengah berdampak pada turunnya pula minat terhadap aset safe-haven seperti dollar. Sebagai mata uang paling likuid, USD sering kali diuntungkan di saat krisis. US Dollar juga tertekan oleh keraguan tentang rencana Federal Reserve akan mengumumkan pengurangan laju stimulus moneter. Secara bulanan nilai tukar Rupiah Indonesia, Yen Jepang, dan Yuan China mengalami pelemahan terbesar terhadap US dollar dibanding mata uang lainnya, yakni sebesar 1,98 persen dan 2,53 persen. Sedangkan nilai tukar Euro, Yen dan Yuan secara bulanan mengalami penguatan terhadap US dollar di tengah pelemahan nilai tukar mata uang lainnya, yakni sebesar 2,21 persen, 1,27 persen, dan 0,14 persen. Secara tahunan, pelemahan nilai tukar Yen terhadap US dollar pada akhir Juli 2013 merupakan yang terbesar dibanding mata uang lainnya, yakni sebesar 25,29 persen, diikuti Rupiah Indonesia dan Real Brazil sebesar 18,14 persen dan 10,68 persen. Sedangkan nilai tukar Euro, Yuan, dan Baht secara tahunan mengalami penguatan terhadap US dollar di tengah pelemahan nilai tukar mata uang lain, yakni sebesar 7,52 persen, 3,66 persen, dan 0,85 persen. Penguatan Euro menunjukkan bahwa perbaikan ekonomi Kawasan Euro terus berlanjut. Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap US dollar pada triwulan III tahun 2013 sebesar Rp ,00 per Dollar US dollar, melemah sebesar persen dibandingkan rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap US dollar pada triwulan II tahun 2013 (QtQ). Nilai tukar Rupiah terhadap US dollar pada akhir bulan September 2013 mencapai Rp11.406,00 per US dollar. Secara bulanan, dibandingkan dengan nilainya pada awal tahun 2013, dan secara tahunan nilai tukar Rupiah melemah sebesar 1,98 persen, 16,45 persen, dan 18,92 persen.melemahnya nilai tukar rupiah tersebut dipengaruhi oleh sentimen negatif atas rencana penutupan Merrill Lynch dan pelebaran defisit transaksi berjalan dari dalam negeri. Indeks Harga Saham Dilihat dari posisi akhir bulan, China dan Brazil merupakan negara yang bursa sahamnya mengalami tren penguatan secara bulanan (MtM) selama triwulan III tahun Adapun negara Indonesia, Malaysia, India, dan Thailand merupakan negara-negara yang mengalami tren pelemahan pada bulan Juli dan Agustus, namun tidak pada bulan September karena bursa saham seluruh negara mengalami tren penguatan pada akhir September. Sedangkan negara-negara lainnya mengalami tren fluktuatif (Lampiran 4). Dibandingkan dengan posisinya pada awal tahun 2013 (YtD), negara yang bursa sahamnya mengalami tren penguatan adalah AS, kawasan Euro, dan Jepangkarena penguatan saham-saham produsen bahan baku yang terdapat di negara-negara tersebut. Negara yang mengalami tren pelemahan antara lain Brazil, Rusia, India, dan China, sedangkan bursa saham negara-negara lain bergerak variatif selama bulan April-Juni 2013.

79 Pada akhir September 2013, secara bulanan seluruh indeks saham dunia mengalami peningkatan. Indeks RTS, Nikkei 225, dan SET secara bulanan merupakan yang terbesar dibanding indeks saham lainnya, yakni sebesar 10,19 persen, 7,97 persen, dan 6,87 persen. Secara tahunan (YoY), pada akhir September 2013 peningkatan Indeks Nikkei 225, STOXX 50, dan S&P 500 merupakan yang terbesar dibandingkan indeks saham lainnya, yakni sebesar 62,97 persen, 28,52 persen dan 16,72 persen.sedangkan Indeks BVSP dan RTS secara tahunan mengalami kontraksi terbesar dibandingkan indeks saham lainnya, yakni sebesar -11,15 persen dan -3,61 persen.adapun peningkatan indeks Nikkei 225 yang cukup besar didorong oleh pelemahan yen terhadap US dolar, sentimen positif menyusul menguatnya bursa saham Wall Street dan sentimen positif data manufaktur China. Jika pasar saham Jepang mengalami peningkatan terbesar selama triwulan II tahun 2013, maka secara tahunan (YoY), Brazil dan Rusia menjadi negara yang bursa sahamnya mengalami tren negatif selama triwulan II tahun Pada tanggal 30 September 2013, Indeks DJIA dan S&P 500 ditutup pada level ,67 dan 1.681,55. Jika dibandingkan terhadap awal tahun (YtD) dan tahunan (YoY), terlihat bahwa bursa saham Wall Street memiliki tren positif selama triwulan III tahun Bursa saham Wall Street menguat pada minggu pertama bulan September didukung oleh dataperekonomian AS yang positif dan semakin menguat. Rata-rata IHSG pada triwulan ketiga tahun 2013 sebesar 4.373,88. Nilai rata-rata IHSG tersebut bernilai lebih rendah dibandingkan triwulan II tahun Jika dibandingkan dengan awal tahun (YtD), indeks saham Indonesia mengalami pelemahan memasuki bulan Agustus dan September. Hal tersebut berbeda ketika dilihat secara tahunan (YoY) dimana IHSG mengalami penguatan secara tahunan. Jika dilihat secara bulanan (MtM), indeks saham Indonesia menguat pada akhir September 2013 dengan level 4.316,18. IHSG menguat setelah semakin derasnya dana asing dalam bentuk USD yang masuk ke bursa akibat penundaan pencabutan stimulus ekonomi Amerika Serikat. Indeks Harga Komoditas Internasional Harga komoditas internasional bergerak secara variatif selama triwulaniiitahun 2013 (Lampiran 5). Jika dilihat dari posisinya pada akhir bulan, secara bulanan (MtM) pergerakan indeks cokelat dan tembaga merupakan komoditas yang memiliki tren positif selama bulan Juli-September Jika kita membandingkan posisinya pada awal tahun 2013 (YtD), indeks harga beras dan cokelat mengalami tren peningkatan dari bulan Juli-September Adapun indeks harga gula, gandum, jagung, gas alam, emas, tembaga dan perak mengalami tren penurunan, sedangkan indeks harga komoditas lain mengalami pergerakan yang variatif selama triwulan III tahun 2013.Secara tahunan (YoY), selama bulan Juli-September 2013, kebanyakan komoditas global mengalami tren negatif. Hal tersebut terlihat dalam indeks harga gula, gandum, kacang kedelai, jagung, emas,

80 tembaga, dan perak yang mengalami tren negatif, sedangkan indeks harga komoditas lainnya bergerak variatif. Pada akhir September 2013, harga logam mulia emas mengalami pelemahan sebesar -4,95 persen. Pelemahan harga emas secara bulanan ini disebabkan karena Bank Sentral Eropa akan mempertahankan suku bunga rendah sehingga turut membalikkan arah penguatan harga emas menjadi melemah. Sementara itu, tidak adanya kemajuan mengenai tindakan militer AS dan sekutunya terhadap Suriah juga membebani status logam mulia sebagai safe haven. Pada akhir September 2013, secara bulanan indeks harga cokelat mengalami peningkatan di tengah penurunan indeks harga komoditas lain, yaitu sebesar 8,37 persen. Sedangkan indeks kacang kedelai, jagung, dan perak secara bulanan mengalami penurunan terbesar, yakni sebesar -9,92 persen, -8,40 persen, dan -7,68 persen. Secara tahunan (YoY), pada akhir September 2013 penurunan indeks harga perak, jagung, dan emas merupakan yang terbesar dibanding indeks harga lainnya, yakni sebesar -37,59 persen, -29,98 persen, dan -25,71 persen.secara tahunan seluruh harga komoditas internasional mengalami pelemahan kecuali harga cokelat pada akhir September Harga cokelat merupakan satu-satunya komoditas yang menguat secara tahunan hingga September karena kondisi cuaca di Pantai Gading dan Ghana kurang kondusif menyusul cuaca kering yang terjadi selama bulan September. Hal tersebut tentunya mengganggu pertumbuhan tanaman kakao di kedua negara tersebut sehingga turut meningkatkan harganya. Diperkirakan masa panen kakao akan kembali dilakukan pada bulan Oktober mendatang atau sebelum datangnya musim dingin di Eropa. Pada akhir September 2013, harga minyak mentah (Brent) melemah sebesar 4,95 persen secara bulanan. Pelemahan harga minyak terjadi setelah Rusia menghalangi resolusi militer apapun terhadap Suriah. Hal ini kembali mengangkat spekulasi bahwa serangan atas Suriah akan memangkas suplai minyak dari Timur Tengah. Harga Bahan Pokok Nasional Selama periode Juli-September 2013, kedelai impor, susu kental manis, mie instan, dan ikan teri asin mengalami tren kenaikan harga secara bulanan (MtM). Kacang tanah mengalami tren negatif, sedangkan harga bahan pokok lainnya bergerak secara variatif (Lampiran 6). Jika dibandingkan dengan posisinya pada awal tahun 2013 (YtD), selama bulan Juli- September 2013 harga minyak goreng dalam kemasan, daging sapi, daging ayam kampung, telur ayam kampung, tepung terigu, kedelai impor, kedelai lokal, beras medium, susu kental manis, mie instant, cabe merah keriting, cabe merah biasa, bawang merah, ikan teri asin, kacang hijau, kacang tanah, dan ketela pohon mengalami tren positif, sedangkan harga bahan pokok lainnya cukup variatif. Secara tahunan (YoY), selama triwulan III tahun 2013 bahan pokok nasional yang harganya memiliki tren negatif antara lain minyak goreng curah, telur ayam

81 kampung, dan gula pasir. Sedangkan harga bahan pokok lainnya memiliki tren positif. Pada bulan Juli-Agustus 2013, secara umum harga bahan pokok nasional mengalami peningkatan bulanan karena adanya moment Ramadhan dan Lebaran. Peningkatan harga bawang merah, kacang hijau, dan ketela pohon secara bulanan merupakan yang terbesar dibanding komoditas lainnya. Sedangkan harga cabai merah keriting dan daging ayam broiler secara bulanan mengalami penurunan terbesar, yakni sebesar -14,49 persen, dan -1,99 persen. Jika pada bulan Juli-Agustus 2013, harga bawang merah merupakan komoditas yang mengalami peningkatan terbesar secara bulanan, maka berbeda halnya pada bulan September dimana bawang merah merupakan komoditas yang mengalami pelemahan terbesar secara bulanan dengan nilai pelemahan sebesar -43,94 persen. Secara tahunan, pada akhir September 2013 harga bawang merah, cabai merah biasa, cabai merah keriting, dan minyak goreng kemasan mengalami peningkatan yang terbesar dibanding harga komoditas lainnya, yakni sebesar 168,45 persen, 47,46 persen, 47,29 dan 44,55 persen. Peningkatan harga bawang merah dan cabai merah biasa yang tinggi di pasar diakibatkan oleh berkurangnya pasokan karena telah memasuki musim penghujan. Terbatasnya kuota impor dan suplai dalam negeri memicu kenaikan harga yang menyumbang pada meningkatnya inflasi. Sedangkan harga minyak goreng curah, telur ayam kampung, dan gula pasir secara tahunan mengalami penurunan di tengah peningkatan harga komoditas lainnya, yakni sebesar -8,46 persen, -6,45 persen, dan -3,74 persen. Respon Kebijakan Moneter Sampai dengan akhir September 2013, suku bunga BI Rate telah ditingkatkan menjadi 7,25 persen. Suku bunga Deposit Facility atau Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (Fasbi) dan suku bunga Lending Facility masing-masing juga ditingkatkan menjadi 5,50 persen dan 7,25 persen. Hal tersebut sesuai dengan hasil kesepakatan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 12 September 2013 yang memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis point (bps) menjadi 7,25 persen. Adapun suku bunga Lending Facilitysebesar 25 bps menjadi 7,25 persen dan suku bunga Deposit Facilitysebesar 25 bps menjadi 5,50 persen. Dalam siaran pers BI, disebutkan bahwa kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh BI pada tanggal 12 September 2013 merupakan langkah-langkah lanjutan dari penguatan bauran kebijakan Bank Indonesia yang difokuskan pada pengendalian inflasi. Selain itu, peningkatan suku bunga dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta untuk memastikan berlangsungnya penyesuaian defisit transaksi berjalan pada tingkat yang sustainable. Langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan kondisi fundamental terus dilakukan serta didukung upaya penguatan operasi moneter dan pendalaman pasar valas. Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan nasional, khususnya dalam

82 pengendalian inflasi, stabilitas pasar keuangan, serta penurunan defisit transaksi berjalan dan kesehatan neraca pembayaran. Bank Indonesia memandang bahwa kebijakan-kebijakan tersebut serta berbagai kebijakan yang telah ditempuh sebelumnya akan mempercepat penyesuaian defisit transaksi berjalan dan mengendalikan inflasi menuju sasaran 4,5±1% pada Bank Indonesia menyatakan akan memberlakukan lelang barter valas (Foreign Exchange Swap/FXSwap) secara rutin setiap hari Kamis dengan jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan. FX Swap merupakan mekanisme jual beli yang dilakukan paralel antara dua mata uang yang dijanjikan akan dikembalikan. Bank Indonesia memperpanjang perjanjian Bilateral Swap Agreement (BSA) dengan Bank Sentral China yang dimulai pada tahun 2009 untuk memperkuat sistem keuangan. Hal tersebut merupakan langkah lanjutan yang dilakukan oleh BI guna meningkatkan jaminan cadangan devisa. Sebelumnya, BI juga telah menandatangani perpanjangan BSA dengan Bank of Japan. SEKTOR PERBANKAN Sistem keuangan Indonesia memasuki triwulan III tahun 2013 masih berada pada kondisi normal, meskipun masih harus selalu dipantau perkembangannya. Ketidakpastian mengenai pemulihan ekonomi dunia menyebabkan peningkatan risiko dalam bentuk tekanan di pasar keuangan. Tekanan pada pasar keuangan disebabkan oleh ekspektasi kebijakan penurunan ekspansi moneter (Quantitative Easing) dari Bank Sentral Amerika Serikat yang menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat melemah. Terjaganya sistem keuangan di Indonesia tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang mencapai 18,02 persen dan rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) grossyang menurun yakni sebesar1,94 persen (lihat gambar 20). Sementara itu, dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun pada kuartal IIItahun 2013 mencapai Rp triliun dengan tingkat pertumbuhan 14 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Selain itu, pertumbuhan kredit pada kuartal III tahun2013 sebesar persen (yoy) atau mencapai nilai Rp triliun meningkat dibandingkan triwulan II yang pertumbuhannya sebesar 21,12 persen(lihat gambar 21).

83 CAR, NPL (persen) LDR (persen) Gambar 14. Perkembangan Kinerja Bank Umum Di Indonesia CAR 0 Q3:2011 Q1:2012 Q2:2012 Q3:2012 Q4:2012 Q1:2013 Q2:2013 Q3: NPL LDR Sumber: Bank Indonesia *Data Triwulan III Tahun 2013, per Agustus 2013 Penyaluran kredit pada triwulan III tahun 2013 masih didominasi kepada sektor produktif. Hal ini didukung oleh tingginya pertumbuhan kredit investasi yang mencapai 31,98 persen (yoy) meningkat jauh dibandingkan triwulan II yang pertumbuhannya sebesar 23,10 persen (yoy).hal ini mencerminkan masih adanya sikap optimis dari kalangan pebisnis terhadap kondisi perekonomian nasional. Di sisi lain, kredit modal kerja dan kredit konsumsimengalami pertumbuhan yang sedikit melambat, masing-masing sebesar 20,91persen (yoy) dan 17,20persen (yoy) menurun dibandingkan triwulan II yang pertumbuhannya masing-masing sebesar 21,90persen (yoy) dan 18,47persen (yoy). Secara sektoral, penyaluran kredit investasi dan kredit modal kerja masih didominasi oleh sektor-sektor produktif, yakni sebagian besar kredit disalurkan kepadasektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.

84 KK, KI, KMK (triliun Rp Pertumbuhan (perse DPK, Kredit (triliun R Pertumbuhan (persen Gambar 15. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Di Indonesia Q3:2011 Q4:2011 Q1:2012 Q2:2012 Q3:2012 Q4:2012 Q1:2013 Q2:2013 Q3:2013 DPK Kredit Pertumbuhan DPK (yoy) Pertumbuhan Kredit (yoy) Sumber: Bank Indonesia *Data Triwulan IIITahun 2013, per Agustus Gambar 16. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya Q3:2011 Q4:2011 Q1:2012 Q2:2012 Q3:2012 Q4:2012 Q1:2013 Q2: 2013 Q3:2013 KI KMK KK Pertumbuhan KI Pertumbuhan KMK Pertumbuhan KK 0 Sumber: Bank Indonesia *Data Kuartal III 2013, per Mei 2013

85 Selama triwulan III tahun 2013, Bank Indonesia menerbitkan beberapa peraturan untuk menjaga stabilitas sektor keuangan di Indonesia. Salah satunya Surat Edaran Bank Indonesia nomor 15/40/DKMP tahun 2013 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Properti, Kredit atau Pembiayaan Konsumsi Beragun Properti, dan Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor. Peraturan ini bertujuan untuk meningkatkan kehati-hatian bank dalam menyalurkan kredit atau pembiayaan. Peraturan ini juga berusaha melindungi bank dari peningkatan risiko kredit dengan eksposur kredit atau pembiayaan property yang besar. Selain itu, Bank Indonesia juga mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No. 15 tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing. Peraturan ini bertujuan untuk memperkuat likuiditas bank dalam menjalankan fungsi intermediasi secara optimal. Sebagai perluasan dari Peraturan Bank Indonesia nomor 14 tahun 2012 tentang pemberian kredit atau pembiayaan oleh Bank Umum dan bantuan teknis dalam rangka pengembangan UMKM, Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran no.15 mengenai hal tersebut yang mengatur teknis tata cara pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM, yang diantaranya: cara menghitung pencapaian rasio pemberian kredit atau pembiayaan UMKM, pola kerjasama pemberian kredit atau pembiayaan UMKM hingga tata cara pengenaan sanksi. KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) selama triwulan III tahun 2013 mencapai sekitar Rp triliun (lihat gambar 1.4) atau sekitar 77persen dari target yang ditetapkan untuk tahun 2013, yaitu sebesar Rp 36 triliun. Total KUR keseluruhan sejak peluncurannya pada tahun 2007 mencapai hampir Rp 125,37 triliun. Jumlah debitur KUR pada periode yang sama yaitu 9,26 juta debitur, dengan rata-rata nilai kredit per debitur sebesar Rp 13,53 juta. Bank BRI merupakan penyalur KUR terbesar dibandingkan dengan bank-bank lain dengan plafon sebesar Rp 77,6 triliun sampai dengan triwulan III tahun 2013 (per Agustus 2013).

86 Miliar Rp Gambar 17. Target dan Realisasi Pemberian KUR Realisasi Target Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian *Data Triwulan III 2013, per Agustus 2013 Secara keseluruhan, tingkat kredit macet (non-performing loan) KUR masih berada dibawah 5 persen, yaitu sebesar 4,2 persen pada triwulan III, menurun dibandingkan triwulan II yang mencapai 4,8 persen.sebagian besar KUR masih disalurkan untuk UMKM dan koperasi di sektor perdagangan, restoran dan hotel (57,53persen dari total volume; 63,21persen dari total debitur), dan sektor pertanian (17,25persen dari total volume; 18,3persen dari total debitur).

87 PERKEMBANGANSEKTOR INDUSTRI INDONESIA Pertumbuhan sector industri manufaktur non migas pada triwulan III tahun 2013 mencapai 6,22 persen.

88 Laporan Perkembangan Sektor Industri Triwulan III Tahun 2013 Pertumbuhan Sektor Industri Gambar 18. Pertumbuhan PDB Nasional & Industri Manufaktur Non-Migas Triwulan III Tahun 2013(dalam Persen) Pertumbuhan PDB Nasional & Industri Manufaktur Non- Migas Q3 (%) 7,51 5,69 5,97 4,86 4,78 5,03 4,50 3,64 5,86 5,69 6,83 6,32 5,50 6,35 6,75 6,63 6,22 6,01 6,20 6,46 5,15 4,63 6,29 6,05 5,94 5,83 5,27 4,05 5,09 2, Q1 Pertumbuhan PDB Nasional Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 Pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur Non-Migas Q Q3 Pertumbuhan PDB secara nasional pada triwulan III tahun 2013 melambat menjadi 5,83 persen dari triwulan II sebesar 5,94 persen. Hal ini juga disebabkan oleh pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur Non-migas yang tumbuh melambat menjadi 6,22 persen dari sebelumnya mencapai 6,63 persen. Pertumbuhan Sektor Industri secara keseluruhan pada triwulan III tahun 2013 mencapai level 6,22 persen. Walapun secara keseluruhan mengalami penurunan apabila dibandingkan triwulan sebelumnya, pencapaian ini didukung oleh tingginya pertumbuhan pada Logam Dasar Besi & Baja sebesar 10,30 persen, yang disebabkan oleh tingginya investasi di sektor industri serta konsumsi dalam negeri, sehingga memberikan optimisme di tengah melemahnya pasar ekspor. Pangsa pasar industri logam dasar besi dan baja Indonesia cukup baik di domestik dan internasional.

89 Strategi pengembangan melalui program hilirisasi industri diharapkan dapat meningkatkan iklim investasi sehingga dapat mempercepat peningkatan daya saing industri logam nasional. Penurunan sebesar 4,00 persen pada Subsektor Barang lainnya harus menjadi perhatian untuk meningkatkan persaingan industri non-migas nasional sehingga pencapaian keseluruhan pertumbuhan sektor Industri dapat didorong pada triwulan berikutnya. Gambar 19. Pertumbuhan Subsektor Industri Manufaktur Non-Migas Triwulan III Tahun 2013 (dalam Persen) PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI 6,22 Subsektor Makanan, Minuman dan 3,45 Subsektor Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 6,02 Subsektor Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 8,20 Subsektor Kertas dan Barang cetakan Subsektor Pupuk, Kimia & Barang dari karet Subsektor Semen & Brg. Galian bukan 2,80 3,74 3,66 Subsektor Logam Dasar Besi & Baja Subsektor Alat Angk., Mesin & 10,30 10,04 Subsektor Barang lainnya -4,00 Sumber: Badan Pusat Statistik

90 Industri Otomotif ,000 Gambar 20. Produksi Mobil Nasional , , , , ,000 0,000 Sumber: GAIKINDO, 2013 Produksi mobil di Indonesia pada triwulan III tahun 2013 mengalami peningkatan pesat sebesar unit mobil dari triwulan sebelumnya hanya unit mobil. Kondisi ini didukung dengan semakin banyaknya komitmen investasi industri otomotif yang akan menyebabkan penambahan kapasitas produksi mobil. Saat ini, Indonesia menempati posisi kedua di ASEAN untuk bisnis industri otomotif. Namun, cepat atau lambat Indonesia akan menjadi nomor satu. Kapasitas produksi perakitan mobil saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasar, oleh karena itu masih terjadi inden untuk beberapa produk laris.

91 Gambar 21. Produksi Sepeda Motor Nasional (Aug) Sumber: Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia, 2013 Produksi sepeda motor Indonesia menempati urutan ketiga terbesar di dunia. Pertama ditempati oleh Cina, kemudian disusul oleh India. Di kawasan Asia Tenggara, tentunya produksi sepeda motor Indonesia masih menempati urutan pertama dengan jumlah produksi sebesar unit pada tahun Pertumbuhan pasar domestik sampai bulan Juli 2013 sebesar 8,2 persen. Adapun daerah penyumbang pertumbuhan pasar antara lain Pulau Jawa, Jakarta, Bangka Belitung, Yogyakarta, dan Papua. Pasar tersebsar pasa jenis skuter sebesar 63 persen, lalu disusul dengan jenis bebek 23,5 persen dan sisanya adalah model sport. LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013

92 Industri Semen Gambar 22. Produksi Semen Nasional Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, 2013 Kondisi produksi semen yang paling baik selama tiga tahun terakhir, di mana produksi total semen nasional mencapai ton. Nilai ini menunjukkan bahwa penambahan kapasistas pabrik melalui optimalisasi produksi dan realisasi investasi yang dilakukan berhasil mengembangkan industri semen nasional. Rencana investasi oleh beberapa negara asing di Indonesia, seperti Cina dan State Development and Investment Coopertion (SDIC), juga meningkatkan pergerakan produksi semen nasional, sehingga semakin terbukanya kesempatan pengembangan produksi semen. LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013

93 Realisasi Investasi Nasional Gambar 23. Realisasi Investasi Nasional Asing Dalam Negeri Q Q Q3 Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2013 Iklim investasi nasional baik bagi pihak asing maupun dalam negeri terus meningkat. Terbukti pada triwulan III tahun 2013, jumlah investasi dalam negeri (PMDN) mencapai juta dolar meningkat sedikit dari kuartal sebelumnya yang hanya sebesar juta dolar. Sedangkan untuk penanaman modal asing (PMA) di Indonesia sedikit menurun menjadi juta dolar dari sebelumnya mencapai juta dolar. Geliat investasi di Indonesia harus didukung oleh perbaikan layanan penanaman modal karena investasi merupakan kunci pembangunan suatu daerah. Wakil Presiden RI juga mengatakan bahwa disamping pelayanan yang baik, strategi jangka panjang dan menengah, maupun kekuatan, kelemahan, dan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah harus menjadi prioritas bagi pemerintah daerah. LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013

94 LAMPIRAN 1. INFLASI GLOBAL 2. INFLASI DOMESTIK 3. NILAI TUKAR MATA UANG 4. INDEKS SAHAM 5. INDEKS HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL 6. HARGA BAHAN POKOK NASIONAL LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013

95 Lampiran 1: Inflasi Global Tabel 45. Tingkat Inflasi Global (YoY) Juli-13 Aug-13 Sept-13 Indonesia 8,61 8,79 8,40 BRIC Brazil 6,27 6,09 5,86 Russia 6,50 6,50 6,10 India 10,85 10,75 10,70 China 2,70 2,60 3,10 ASEAN-4 Singapura 1,90 2,00 1,60 Malaysia 2,00 1,90 2,60 Thailand 2,00 1,59 1,42 Negara Maju Kawasan 1,60 Euro 1,30 1,10 AS 2,00 1,50 1,20 Inggris -0,69-1,30 1,10 Jepang 0,70 0,90 1,10 Sumber: Bloomberg, posisi akhir bulan. LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013

96 Lampiran 2: Inflasi Domestik Tabel 46.Tingkat Inflasi YoY Juli-13 Agustus-13 September-13 Year-on-Year Month-to-month Tahun kalender Sumber: BPS, diolah kembali. Komponen Tabel 47. Inflasi Berdasarkan Komponen (YoY) YoY MtM Juli-13 Aug-13 Sept-13 Juli-13 Aug-13 Sept-13 Inti Bergejolak Diatur pemerintah Sumber: BPS, diolah kembali Tabel 48. Inflasi Berdasarkan Sumbangan (Share) Komponen UMUM (headline) Inti Bergejolak Diatur Pemerintah Sumber: BPS, diolah kembali Juli-13 Aug-13 Sept Tabel 49. Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (YoY) Kelompok Pengeluaran YoY MtM Juli-13 Aug-13 Sept-13 Juli-13 Aug-13 Sept-13 UMUM (headline) Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga Kesehatan Sandang Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Bahan Makanan Sumber: BPS, diolah kembali LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013

97 Lampiran 2: Inflasi Domestik (lanjutan) Gambar 24. Inflasi YoY 66 Kota Juli September 2013 Sumber: BPS, diolah kembali. LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013

98 Lampiran 2: Inflasi Domestik (lanjutan) Gambar 25. Inflasi MtM 66 Kota Juli September Sumber: BPS, diolah kembali. LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013

99 Indonesia + BRIC 01/07/ /08/ /09/2013 USD-IDR USD-BRL USD-RUB USD-INR USD-CNY Lampiran 3: Nilai Tukar Mata Uang Tabel 50. Perkembangan Indeks Nilai Tukar Negara Juli-13 Agustus-13 September-13 Rata-rata PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY Triwulan QtQ Indonesia ,53% 4,72% 18,14% ,04% 14,18% 16,61% ,98% 16,45% 18,92% ,91% BRIC Brazil 2,27 2,01% 10,97% 10,68% 2,38 4,78% 16,28% 17,47% 2,22-7,06% 8,06% 9,41% 2,29 8,02% Rusia 33,00 0,50% 8,00% 2,50% 33,29 0,87% 8,95% 3,05 32,39-2,71% 6,00% 3,88% 32,89 3,02% India 60,37 1,66% 10,40% 8,48% 65,71 8,83% 20,15% 18,33% 62,62-4,70% 14,51% 18,46% 62,90 11,19% Cina 6,13-0,14% -1,74% -3,66% 6,12-0,14% -1,88% -3,60% 6,12 0,01% -1,87% -2,61% 6,12-0,43% ASEAN-4 Singapura 1,27 0,24% 4,09% 2,10% 1,27 0,31% 4,41% 2,20% 1,26-1,50% 2,84% 2,31% 1,27 1,33% Malaysia 3,24 2,65% 6,08% 3,63% 3,28 1,25% 7,41% 4,59% 3,26-0,77% 6,59% 6,55% 3,26 5,16% Thailand 31,25 0,65% 2,18% -0,85% 32,15 2,86% 5,11% 2,73% 31,24-2,83% 2,13% 1,33% 31,55 4,39% Negara Maju Kawasan Euro 0,75-2,21% -0,77% -7,52% 0,76 0,63% -0,15% -4,88% 0,74-2,26% -2,40% -4,94% 0,75-2,60% Inggris 0,66 0,03% 6,84% 3,10% 0,64-1,90% 4,81% 2,35% 0,62-4,23% 0,37% -0,11% 0,64-1,54% Jepang 97,88-1,27% 12,90% 25,29% 98,17 0,30% 13,23% 25,23% 98,27 0,10% 13,34% 26,05% 98,11-0,91% Sumber: Bloomberg, posisi akhir bulan. Gambar 26. Perkembangan Index Nilai Tukar (1 JANUARI 2004 = 100) Indonesia + ASEAN 4 01/07/ /08/ /09/2013 USD-IDR USD-SGD USD-MYR USD-THB Indonesia + Negara Maju Jul-13 Agust-13 Sep-13 USD-IDR USD-JPY USD-EUR USD-GBP USD-CNY Sumber: Bloomberg, diolah kembali Sumber: Bloomberg, diolah kembali Sumber: Bloomberg, diolah kembali LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013

100 Negara Lampiran 4: Indeks Saham Global Tabel 51. Indeks Saham Global Juli-13 Agustus-13 September-13 Ratarata PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY Triwulan INDEKS SAHAM Indonesia (IHSG) 4.610,38-4,33% 6,80% 11.30% ,01% -2,82% 3.32% 4.316,18 2,89% -0,01% 1.26% BRIC Brazil (BVSP) ,00 2,06% -20,56% % ,00 3,24% -17,98% % ,00 5,60% -13,39% % ,00 Russia (RTS) 1.313,38 2,97% -13,99% -3.61% 1.290,96-1,71% -15,46% -3.61% 1.422,49 10,19% -6,84% -3.61% 1.342,28 India (BSE) ,70-0,26% -1,20% 12.24% ,72-3,75% -4,91% 6.83% ,77 4,08% -1,03% 3.29% ,06 China (SSEA) 1.993,79 0,74% -12,13% -5.22% 2.098,38 5,25% -7,52% 2.48% 2.174,66 3,64% -4,16% 4.24% 2.088,94 ASEAN-4 Singapura (STI) 3.221,93 2,27% 1,73% 6.11% 3.028,94-5,99% -4,36% 0.12% 3.167,87 4,59% 0,02% 3.51% 3.139,58 Malaysia (KLSE) 1.772,62-0,05% 1,31% 2.60% 1.727,58-2,54% -1,27% 4.95% 1.768,62 2,38% 1,08% 8.06% 1.756,27 Thailand (SET) 1.423,14-1,98% 2,24% 18.66% 1.294,30-9,05% -7,01% 5.44% 1.383,16 6,87% -0,63% 6.50% 1.366,87 Negara Maju Amerika Serikat (DJIA) ,54 3,96% 18,28% 19.15% ,31-4,45% 13,02% 13.13% ,67 2,16% 15,46% 12.60% ,51 Amerika Serikat (S&P 500) 1.685,73 4,95% 18,20% 22.21% 1.632,97-3,13% 14,50% 16.10% 1.681,55 2,97% 17,91% 16.72% 1.666,75 Kawasan Euro (STOXX 50) 2.768,15 6,36% 5,02% 28.52% 2.721,37-1,69% 3,24% 28.52% 2.893,15 6,31% 9,76% 28.52% 2.794,22 Jepang (Nikkei 225) ,32-0,07% 31,49% 57.20% ,86-2,04% 28,80% 51.46% ,80 7,97% 39,06% 62.97% ,66 Hong Kong (Hang Seng) ,66 5,19% -3,41% 10.54% ,37-0,70% -4,09% 11.54% ,86 5,19% 0,90% 9.69% ,30 Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013

101 01/07/2 15/07/2 29/07/2 12/08/2 26/08/2 09/09/2 23/09/2 01/07/ /07/ /07/ /08/ /08/ /09/ /09/2013 Lampiran 4: Indeks Saham Global (lanjutan) Gambar 27. Perkembangan Indeks Saham Global INDEKS SAHAM BRIC & INDONESIA INDEKS SAHAM ASEAN-4 INDEKS SAHAM NEGARA MAJU 240,00 190,00 140,00 90,00 40,00 230,00 180,00 130,00 80,00 BRAZIL RUSSIA INDIA CHINA INDONESIA MALAYSIA INDONESIA SINGAPURA THAILAND Sumber: Bloomberg, diolah kembali Sumber: Bloomberg, diolah kembali Sumber: Bloomberg, diolah kembali LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013

102 Lampiran 5:Indeks Harga Komoditas Internasional Tabel 52. Indeks Harga Komoditas Internasional Komoditas Juli-13 Agustus-13 September-13 Rata-rata PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY Triwulan Beras 109,93 0,54% 7,25% 1,34% 109,80-0,13% 7,12% 5.30% 105,11-4,27% 2,54% -2.23% 108,28 Gula 69,24 3,60% -13,81% -25,04% 66,67-3,71% -17,01% % 71,32 6,98% -11,22% % 69,07 Gandum 101,10 2,43% -12,05% -25,22% 97,91-3,16% -14,83% % 103,27 5,48% -10,16% % 100,76 Kacang Kedelai 112,78-12,18% -2,24% -20,16% 116,89 3,64% 1,32% % 105,29-9,92% -8,73% % 111,66 Jagung 83,74-6,26% -19,12% -24,92% 84,27 0,63% -18,62% % 77,19-8,40% -25,45% % 81,73 Cokelat 102,53 6,21% 0,57% -5,41% 108,22 5,55% 6,14% -7.90% 117,28 8,37% 15,03% 2.80% 109,34 Minyak Mentah (Brent Oil) 96,05 5,42% -4,24% 2,65% 101,68 5,86% 1,37% -0.49% 96,65-4,95% -3,65% -3.58% 98,12 Gas Alam 87,26-1,60% -3,07% -8,33% 89,33 2,37% -0,77% 0.86% 86,72-2,92% -3,67% % 87,77 Emas 80,51 7,10% -22,72% -19,29% 85,61 6,33% -17,83% % 81,37-4,95% -21,90% % 82,50 Tembaga 88,60 2,07% -16,91% -9,28% 91,38 3,14% -14,30% -7.22% 93,92 2,78% -11,92% % 91,30 Perak 66,53 0,80% -36,94% -29,99% 79,51 19,51% -24,64% % 73,40-7,68% -30,43% % 73,15 Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan. Gambar 28. Indeks Harga Komoditas Internasional (3 Januari 2012=100) Sumber: Bloomberg, diolah kembali Sumber: Bloomberg, diolah kembali LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013

103 Lampiran 6: Harga Bahan Pokok Nasional Tabel 53. Harga Bahan Pokok Nasional Komoditas Juli-13 Agustus-13 September-13 Rata-rata PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY Triwulan Minyak Goreng Kemasan ,19% 47,84% 41,38% ,65% 46,89% 40,25% ,06% 46,98% 44,55% Minyak Goreng Curah ,76% 1,30% -10,11% ,96% -0,68% -12,01% ,62% 1,92% -8,46% Daging Sapi ,49% 7,04% 20,56% ,54% 8,69% 17,95% ,06% -4,42% 5,00% Daging Ayam Broiler ,62% 13,82% 13,20% ,99% 11,55% 15,28% ,57% 3,11% 13,85% Daging Ayam Kampung ,08% 11,51% 11,13% ,22% 16,22% 12,01% ,56% 7,44% 1,10% Telur Ayam Ras ,13% 13,73% 10,65% ,49% 13,17% 10,90% ,46% 9,26% 14,23% Telur Ayam Kampung ,85% 6,38% -3,20% ,27% 5,03% -3,96% ,03% 0,80% -6,45% Tepung Terigu ,04% 2,86% 6,34% ,04% 4,97% 7,19% ,02% 4,95% 6,93% Kedelai Impor ,97% 2,59% 11,26% ,85% 3,46% 5,44% ,75% 12,51% 10,97% Kedelai lokal ,65% 6,31% 10,32% ,89% 5,36% 3,63% ,73% 12,45% 11,34% Beras Medium ,96% 1,32% 5,85% ,13% 1,19% 5,04% ,03% 1,22% 4,07% Gula Pasir ,02% 0,09% -4,93% ,68% -0,59% -4,07% ,27% -0,86% -3,74% Susu Kental Manis ,99% 0,01% 0,17% ,80% 0,81% 0,41% ,89% 1,71% 1,28% Mie Instant ,61% 4,18% 8,14% ,14% 5,36% 8,08% ,01% 8,54% 11,00% Cabe Merah Keriting ,33% 71,99% 29,12% ,49% 47,07% 26,00% ,30% 30,46% 47,29% Cabe Merah Biasa ,61% 79,74% 37,68% ,67% 67,76% 41,82% ,80% 39,58% 47,46% Bawang Merah ,04% 190,48% 222,59% ,04% 257,39% 350,15% ,94% 100,37% 168,45% Ikan Teri Asin ,55% 8,03% 15,52% ,40% 9,53% 15,00% ,23% 16,35% 21,61% Kacang Hijau ,87% 15,52% 13,71% ,96% 37,42% 35,65% ,65% 22,79% 21,47% Kacang Tanah ,84% 1,58% 10,63% ,70% 0,86% 6,43% ,16% 0,70% 7,10% Ketela Pohon ,25% 13,12% 19,96% ,95% 32,29% 40,25% ,55% 11,73% 17,45% Sumber: Kementerian Perdagangan (diolah kembali), posisi akhir bulan LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013

104 Untuk memberikan hasil laporan yang terbaik, kami mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembaca. Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIII Tahun 2013

105 LaporanPerekonomian Indonesia TriwulanIITahun

Deputi Bidang Ekonomi

Deputi Bidang Ekonomi KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II TAHUN 2013 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2013

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2013 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Lebih terperinci

Deputi Bidang Ekonomi

Deputi Bidang Ekonomi KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA DAN DUNIA TRIWULAN IV TAHUN 2014 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

Deputi Bidang Ekonomi

Deputi Bidang Ekonomi KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN TRIWULAN II TAHUN 2014 Deputi Bidang Ekonomi LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Deputi Bidang Ekonomi

Deputi Bidang Ekonomi KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA DAN DUNIA TRIWULAN III TAHUN 2014 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS I KATA PENGANTAR Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia edisi triwulan I tahun 2015 merupakan publikasi triwulanan yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas. Publikasi

Lebih terperinci

Deputi Bidang Ekonomi

Deputi Bidang Ekonomi KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2014 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, November Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

KATA PENGANTAR. Jakarta, November Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS ` I KATA PENGANTAR Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan pada publikasi

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

Deputi Bidang Ekonomi

Deputi Bidang Ekonomi KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN IV TAHUN 2013 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS I KATA PENGANTAR Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas. Publikasi triwulan II tahun 2015

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012)

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012) Economic and Market Watch (February, 9 th, 2012) Ekonomi Global Rasio utang Eropa mengalami peningkatan. Rasio utang per PDB Eropa pada Q3 2011 mengalami peningkatan dari 83,2 persen pada Q3 2010 menjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS I KATA PENGANTAR Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan pada publikasi dan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 30 April-4 Mei 2012

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 30 April-4 Mei 2012 HIGHLIGHT PEREKONOMIAN GLOBAL Optimisme pemulihan perekonomian Amerika Serikat (AS) yang terjadi sejak awal tahun tampaknya akan memudar. Saat ini pasar mengkhawatirkan bahwa pemulihan ekonomi telah kehilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS 1 KATA PENGANTAR Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan pada data dan informasi

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Tinjauan Terkini TINJAUAN UMUM: HINGGA SEPTEMBER Daftar Isi. Tinjauan Umum Hingga September 2010 Pemulihan Ekspor Indonesia

Tinjauan Terkini TINJAUAN UMUM: HINGGA SEPTEMBER Daftar Isi. Tinjauan Umum Hingga September 2010 Pemulihan Ekspor Indonesia Tinjauan Terkini Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 9, Nopember 2010 Perdagangan Indonesia Volume 9, Nopember 2010 Daftar Isi Tinjauan Umum Hingga September 2010 Pemulihan Ekspor Indonesia Pengarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH? Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 2-6 April 2012

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 2-6 April 2012 HIGHLIGHT PEREKONOMIAN GLOBAL Berbagai indikator mengindikasikan bahwa perekonomian AS terus membaik. Indikator-indikator tersebut, antara lain tumbuhnya konsumsi rumah tangga secara berkelanjutan, meningkatnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003 BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 23 Secara ringkas stabilitas moneter dalam tahun 23 tetap terkendali, seperti tercermin dari menguatnya nilai tukar rupiah; menurunnya laju inflasi dan suku bunga;

Lebih terperinci

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1 LPEM FEB UI LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1 Highlight Ÿ Petumbuhan PDB Q1 2017 sekitar 5.0% (y.o.y.), PDB 2017 diprediksi akan tumbuh pada kisaran 5.1-5.3% (y.o.y.); Ÿ Pertumbuhan konsumsi domestik

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012

ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012 ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN 2012 I. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012 Lembaga 2011 2012 World Bank 6,4 6,7 IMF 6,2 6,5 Asian Development

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 No. 45/08/72/Th. XVI, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN KETAHANAN EKONOMI INDONESIA Rabu, 19 Oktober 2011

ANALISIS KEBIJAKAN KETAHANAN EKONOMI INDONESIA Rabu, 19 Oktober 2011 ANALISIS KEBIJAKAN KETAHANAN EKONOMI INDONESIA Rabu, 19 Oktober 2011 Data perkembangan Produk Domestik Bruto ditinjau dari sisi penggunaan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir digunakan sebagai data dasar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No. 47/08/72/Thn XVII, 05 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan

Lebih terperinci

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

Ikhtisar Perekonomian Mingguan 18 May 2010 Ikhtisar Perekonomian Mingguan Neraca Pembayaran 1Q-2010 Fantastis; Rupiah Konsolidasi Neraca Pembayaran 1Q-2010 Fantastis, Namun Tetap Waspada Anton Hendranata Ekonom/Ekonometrisi anton.hendranata@danamon.co.id

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/08/72/Th. XIV, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program

Lebih terperinci

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007 BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007 Prospek ekonomi tahun 2007 lebih baik dari tahun 2006. Stabilitas ekonomi diperkirakan tetap terjaga dengan nilai tukar rupiah yang stabil, serta laju inflasi dan suku

Lebih terperinci

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia SIARAN PERS DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021 3858216, 23528400. Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Indonesia

Lebih terperinci

Pertumbuhan PDB Stabil dengan Basis yang Lebih Luas

Pertumbuhan PDB Stabil dengan Basis yang Lebih Luas Highlight PDB Q2 2017 akan tumbuh sekitar 5.1% (y.o.y.), PDB 2017 diprediksi akan tumbuh pada kisaran 5.1-5.3% (y.o.y.); Pertumbuhan produksi didorong oleh basis industri yang lebih luas; Konsumsi domestic

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kompleknya keterkaitan dan hubungan antarnegara didalam kancah internasional menyebabkan pemerintah juga ikut serta dalam hal meregulasi dan mengatur

Lebih terperinci

Economic and Market Watch. (February, 6th, 2012)

Economic and Market Watch. (February, 6th, 2012) Economic and Market Watch (February, 6th, 2012) Ekonomi Global Pengangguran AS kembali turun Sejak September 2011, tingkat pengangguran AS terus mengalami penurunan dan mencapai 8,5 persen di akhir tahun

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Eropa (%, QoQ)

Pertumbuhan Ekonomi Eropa (%, QoQ) Ekonomi Global Eropa Kontraksi di Kuartal IV 2011 2,5 2 1,5 1 0,5 0-0,5-1 -1,5 Pertumbuhan Ekonomi Eropa (%, QoQ) Eropa Jerman Italia Portugal Spanyol Perancis -0,3-0,2-0,3-0,7-1,3 2010 Q1 2010 Q2 2010

Lebih terperinci