LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A"

Transkripsi

1

2 LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

3 Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Halaman i v vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Realisasi Semester I Prognosis Semester II I-1 I-2 I-5 BAB II PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Tahun Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Nilai Tukar Rupiah Suku Bunga SPN 3 Bulan Harga Minyak Mentah Indonesia Lifting Minyak Indonesia Prognosis Asumsi Dasar Ekonomi Makro Indonesia Semester II Tahun Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Nilai Tukar Rupiah Suku Bunga SPN 3 Bulan Harga Minyak Mentah Indonesia Lifting Minyak Indonesia Prospek Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun II-1 II-3 II-3 II-9 II-11 II-12 II-13 II-14 II-14 II-14 II-17 II-18 II-18 II-18 II-19 II-19 i

4 Daftar Isi BAB III PERKEMBANGAN PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Perkembangan Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Semester I Tahun Realisasi Penerimaan Dalam Negeri Semester I Tahun Penerimaan Perpajakan Semester I Tahun Penerimaan Negara Bukan Pajak Semester I Tahun Penerimaan Hibah Prognosis Pendapatan Negara dan Hibah Semester II Tahun Prognosis Penerimaan Dalam Negeri Semester II Tahun Prognosis Penerimaan Perpajakan Semester II Tahun Prognosis PNBP Semester II Tahun Prognosis Hibah Semester II Tahun Halaman III-1 III-3 III-3 III-4 III-13 III-18 III-18 III-19 III-19 III-21 III-22 BAB IV PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Perkembangan Realisasi Semester I Belanja Pemerintah Pusat Tahun Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Jenis Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Pembayaran Bunga Utang Subsidi Belanja Hibah Bantuan Sosial Belanja Lain-lain... IV-1 IV-2 IV-3 IV-3 IV-4 IV-5 IV-5 IV-7 IV-11 IV-12 IV-12 ii

5 Daftar Isi Halaman Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi Prognosis Semester II Belanja Pemerintah Pusat Tahun Belanja Pemerintah Pusat Menurut Jenis Belanja Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi... IV-13 IV-27 IV-27 IV-35 BAB V PERKEMBANGAN TRANSFER KE DAERAH SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Realisasi Transfer ke Daerah dalam Semester I Tahun Realisasi Dana Perimbangan Realisasi Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Prognosis Transfer ke Daerah dalam Semester II Tahun Prognosis Dana Perimbangan Semester II Tahun Prognosis Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Semester II Tahun V-1 V-2 V-3 V-6 V-8 V-8 V-10 BAB VI PERKEMBANGAN DEFISIT DAN PEMBIAYAAN ANGGARAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Perkembangan Realisasi Defisit Anggaran Semester I Tahun Perkembangan Realisasi Pembiayaan Anggaran Semester I Tahun Pembiayaan Nonutang Perbankan Dalam Negeri Non Perbankan Dalam Negeri Pembiayaan Utang Surat Berharga Negara (SBN) Pinjaman Luar Negeri Pinjaman Dalam Negeri... VI-1 VI-3 VI-3 VI-3 VI-4 VI-5 VI-6 VI-7 VI-11 VI-13 iii

6 Halaman 6.4 Prognosis Defisit dan Pembiayaan Anggaran Semester II Tahun Defisit Anggaran Pembiayaan Anggaran Pembiayaan Nonutang Pembiayaan Utang... VI-13 VI-13 VI-13 VI-14 VI-14 iv

7 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel I.1 Asumsi Dasar Ekonomi Makro, Tabel I.2 Realisasi Semester I, Tabel I.3 Realisasi 2011 dan Perkiraan Realisasi Tabel II.1 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral, Tabel II.2 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Penggunaan, Tabel II.3 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektoral, Tabel II.4 Asumsi Ekonomi Makro dan Outlook Tabel III.1 Pendapatan Negara dan Hibah, Tabel III.2 Penerimaan Perpajakan, Tabel III.3 Realisasi Semester I PNBP, Tabel III.4 Pendapatan Negara dan Penerimaan Hibah Tahun 2012 Tabel IV.1 Realisasi Semester I Pembayaran Bunga Utang, Tabel IV.2 Realisasi Semester I Belanja Subsidi, Tabel IV.3 Realisasi Semester I Belanja Pemerintah Pusat, Tabel IV.4 Realisasi Semester I Belanja Kementerian Negara/ Lembaga, Tabel IV.5 Perkiraan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat, Tabel IV.6 Perkiraan Realisasi Pembayaran Bunga Utang Tahun, Tabel IV.7 Perkiraan Realisasi Belanja Subsidi, Tabel IV.8 Perkiraan Realisasi Belanja Kementerian Negara/ Lembaga, Tabel V.1 Transfer Ke Daerah, Tabel VI.1 Ringkasan Realisasi Semester I Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Tabel VI.2 Realisasi Semester I Pembiayaan Nonutang, Tabel VI.3 Realisasi Semester I Pembiayaan Utang, Tabel VI.4 Realisasi Semester I SBN (Neto), Halaman I-4 I-5 I-7 II-7 II-16 II-17 II-19 III-3 III-4 III-14 III-19 IV-7 IV-8 IV-13 IV-25 IV-28 IV-31 IV-34 IV-46 V-11 VI-2 VI-4 VI-6 VI-7 v

8 Daftar Tabel Tabel VI.5 Realisasi Semester I Buyback, Tabel VI.6 Perubahan Kepemilikan SBN yang dapat Diperdagangkan Tabel VI.7 Kepemilikan SBN Domestik... Tabel VI.8 Realisasi Semester I Penarikan Pinjaman Program, Tabel VI.9 Ringkasan Perkiraan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Tabel VI.10 Perkiraan Realisasi Pembiayaan Nonutang, Tabel VI.11 Perkiraan Realisasi Pembiayaan Utang, Halaman VI-9 VI-10 VI-10 VI-11 VI-13 VI-14 VI-15 vi

9 Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Grafik II.1 Pertumbuhan Ekonomi, Grafik II.2 Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi, Grafik II.3 Perkembangan Inflasi, Grafik II.4 Laju Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran s.d Juni Grafik II.5 Laju Inflasi Berdasarkan Komponen... Grafik II.6 Perkembangan Inflasi Tahunan (YoY) Berdasarkan Komponen, Grafik II.7 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah dan Cadangan Devisa Grafik II.8 Perkembangan Suku Bunga SPN 3 Bulan, Grafik II.9 Perkembangan Harga Minyak Dunia, Grafik II.10 Lifting Minyak Mentah Indonesia, Grafik III.1 Pendapatan Negara dan Hibah, Grafik III.2 Komposisi PPh, Grafik III.3 Komposisi Penerimaan PPh Nonmigas Per Pasal, Semester I Grafik III.4 Komposisi PPN dan PPnBM, Grafik III.5 Komposisi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Grafik III.6 Penerimaan Cukai, Grafik III.7 Pajak Lainnya, Grafik III.8 Pajak Perdagangan Internasional, Grafik III.9 Bea Masuk, Grafik III.10 Proporsi Impor Non-Migas Indonesia Menurut Negara Asal, Januari April Grafik III.11 Nilai Impor Indonesia Berdasarkan Negara Asal... Grafik III.12 Perkembangan Rata-rata Tarif MFN dan Kerjasama Perdagangan Internasional, Grafik III.13 Bea Keluar, Halaman II-4 II-4 II-9 II-10 II-10 II-11 II-11 II-12 II-13 II-14 III-3 III-8 III-8 III-9 III-10 III-10 III-10 III-11 III-11 III-12 III-12 III-12 III-13 vii

10 Daftar Grafik Halaman Grafik III.14 Perkembangan Harga CPO dan Bea Keluar, Grafik III.15 Penerimaan SDA Migas, Grafik III.16 Realisasi Semester I ICP, Grafik III.17 Realisasi Semester I Lifting Minyak, Grafik III.18 Perkembangan Harga Batubara Acuan (HBA)... Grafik III.19 Realisasi Semester I Penerimaan SDA Nonmigas, Grafik III.20 Realisasi Semester I Penerimaan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN, Grafik III.21 Komposisi Realisasi PNBP Lainnya Semester I Grafik III.22 Realisasi Semester I Pendapatan BLU, Grafik III.23 Realisasi Semester I Penerimaan Hibah, Grafik IV.1 Kurva Imbal Hasil SBN Domestik, Grafik IV.2 Kurva Imbal Hasil SBN Valas, Grafik IV.3 Realisasi Semester I Subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg, Grafik IV.4 Realisasi Semester I Subsidi Listrik, Grafik IV.5 Realisasi Semester I Subsidi Non-Energi, Grafik IV.6 Realisasi Semester I Belanja K/L, Grafik IV.7 5 K/L dengan Penyerapan Lebih Tinggi dari Tahun Grafik IV.8 5 K/L dengan Penyerapan Lebih Rendah dari Tahun 2011 Grafik IV.9 Profil Penyerapan Semester I Belanja K/L Grafik IV.10 Kinerja Penyerapan Semester I Kementerian Negara/ Lembaga Grafik IV K/L dengan Anggaran Belanja Modal Terbesar, Grafik IV K/L dengan Anggaran Terbesar, Grafik IV.13 Realisasi Semester I Belanja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, III-13 III-14 III-15 III-15 III-15 III-16 III-17 III-17 III-18 III-18 IV-6 IV-6 IV-9 IV-9 IV-10 IV-14 IV-15 IV-15 IV-16 IV-17 IV-18 IV-18 IV-18 viii

11 Daftar Grafik Halaman Grafik IV.14 Grafik IV.15 Grafik IV.16 Grafik IV.17 Grafik IV.18 Grafik IV.19 Grafik IV.20 Grafik IV.21 Realisasi Semester I Belanja Kementerian Pekerjaan Umum, Realisasi Semester I Belanja Kementerian Pertahanan, Realisasi Semester I Belanja Kepolisian Negara RI, Realisasi Semester I Belanja Kementerian Agama, Realisasi Semester I Belanja Kementerian Perhubungan, Realisasi Semester I Belanja Kementerian Kesehatan, Realisasi Semester I Belanja Kementerian Pertanian, Realisasi Semester I Belanja Kementerian Keuangan, Grafik IV.22 Realisasi Semester I Belanja Kementerian Dalam Negeri, Grafik IV K/L dengan Penyerapan Semester I Terbesar, Grafik IV.24 Perkiraan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Grafik IV.25 Realisasi dan Penyerapan Belanja K/L, Grafik V.1 Perkembangan Realisasi Semester I Transfer Ke Daerah, Grafik V.2 Proporsi Realisasi Semester I Dana Perimbangan Grafik V.3 Grafik V.4 Grafik V.5 Grafik V.6 Perkembangan Realisasi Semester I Dana Bagi Hasil, Perkembangan Realisasi Semester I Dana Alokasi Umum, Perkembangan Realisasi Semester I Dana Alokasi Khusus, Perkembangan Realiasi Semester I Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian, IV-19 IV-19 IV-20 IV-20 IV-21 IV-21 IV-22 IV-22 IV-22 IV-23 IV-28 IV-36 V-2 V-3 V-3 V-5 V-6 V-7 ix

12 Daftar Grafik Halaman Grafik VI.1 Profil Jatuh Tempo SBN, Juni Grafik VI.2 Perkembangan Semester I Perdagangan SBN di Pasar Sekunder, Grafik VI.3 Perkembangan Semester I Yield Curve, Grafik VI.4 Realisasi Semester I Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Luar Negeri, VI-9 VI-10 VI-10 VI-12 x

13 Pendahuluan Bab I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Sejak UU APBN 2012 ditetapkan, beberapa indikator ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, harga minyak mentah Indonesia, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menunjukkan perkembangan yang agak berbeda dari asumsi yang telah ditetapkan dalam APBN Perkembangan realisasi berbagai asumsi dasar ekonomi makro yang berbeda dari proyeksi semula tersebut diperkirakan berdampak pada perubahan yang cukup signifikan pada postur APBN Sejalan dengan itu, untuk menjaga fiscal sustainability dan stabilitas perekonomian, Pemerintah melakukan perubahan kebijakan fiskal. Berbagai faktor tersebut telah mendorong Pemerintah mengajukan APBN Perubahan 2012 lebih cepat daripada jadwal regular, yang biasanya dilakukan setelah penyampaian Laporan Pelaksanaan APBN Semester I sekitar bulan Juli, menjadi disampaikan ke DPR pada bulan Maret Dalam perkembangannya, realisasi asumsi dasar ekonomi makro yang telah ditetapkan dalam 2012 diperkirakan tidak akan seperti yang diharapkan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mengalami tekanan, akibat perlambatan ekonomi dunia. Sepanjang tahun 2012, prospek perekonomian global diperkirakan masih dihadapkan pada krisis Eropa yang makin memburuk dan tidak pasti, kondisi perekonomian AS yang masih rentan, serta pertumbuhan ekonomi Cina dan India yang diperkirakan melambat karena dampak krisis di Eropa. Kondisi itu juga menyebabkan volume perdagangan dunia mengalami penurunan pada tingkat yang cukup signifikan, tidak terkecuali Indonesia, yang kinerja ekspornya mengalami perlambatan. Hal ini selanjutnya diperkirakan berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sejalan dengan kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I 2012 diperkirakan mencapai 6,3 persen dan dalam keseluruhan tahun 2012 diperkirakan mencapai 6,3-6,5 persen. Pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh permintaan domestik dengan peran investasi yang tetap kuat. Pasar domestik yang besar, terjaganya stabilitas ekonomi makro, perbaikan iklim investasi, dan status investment grade merupakan faktor pendorong tingkat pertumbuhan investasi di tahun Di sisi lain, sumber pertumbuhan eksternal diperkirakan menurun dengan melambatnya ekspor karena melemahnya permintaan dunia dan penurunan harga komoditas global, sedangkan impor masih cukup tinggi sejalan dengan kuatnya permintaan domestik. Selanjutnya, laju inflasi selama semester I 2012 tetap terkendali, seiring dengan menurunnya harga komoditas global dan tetap terkendalinya permintaan domestik. Sumber tekanan inflasi ke bawah, antara lain, berasal dari harga bahan pangan yang mengalami deflasi seiring dengan datangnya musim panen raya. Di sisi lain, tekanan dari administered prices masih minimal seiring dengan relatif sulitnya dilakukan kebijakan penyesuaian harga dalam sektor energi. Dengan berbagai perkembangan tersebut, hingga akhir tahun 2012, inflasi diperkirakan berada pada kisaran 4,8 persen atau lebih rendah daripada targetnya dalam I-1

14 Bab I Pendahuluan Sementara itu, meskipun arus modal masuk diperkirakan masih cukup tinggi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diperkirakan melemah. Tekanan terhadap rupiah, antara lain, berasal dari penyesuaian portofolio investor asing karena pengaruh sentimen negatif berkaitan dengan penyelesaian krisis di Eropa dan juga disebabkan oleh permintaan valuta asing yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan impor, termasuk impor migas untuk konsumsi BBM di dalam negeri, dan pembayaran utang luar negeri. Pada gilirannya, hal itu menyebabkan nilai tukar akan lebih lemah dari asumsi yang telah ditetapkan dalam Terkait dengan harga minyak mentah Indonesia (ICP), pada tahun 2012 tekanan harga minyak mentah dunia semakin dirasakan dan diperkirakan akan tetap tinggi pada level di atas US$100,0 per barel hingga akhir tahun. Dengan perkembangan tersebut, asumsi ICP dalam 2012 diperkirakan akan terlampaui. Di lain pihak, produksi dan lifting minyak juga membawa persoalan yang tidak kalah rumit, terkait dengan pencapaiannya yang rendah dalam beberapa tahun terakhir. Dengan mencermati dinamika indikator ekonomi makro sampai dengan semester I 2012, dan outlook perekonomian sampai akhir tahun serta dampaknya terhadap postur 2012, realisasi defisit anggaran tahun 2012 diperkirakan akan sedikit lebih tinggi daripada yang ditetapkan dalam Hal itu terutama disebabkan oleh adanya kenaikan ICP dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Di satu sisi, kenaikan ICP dan melemahnya nilai tukar akan meningkatkan penerimaan dari sektor migas. Namun pada saat yang bersamaan, beban subsidi energi juga akan meningkat tajam. Tambahan beban subsidi energi tersebut diperkirakan masih lebih besar daripada peningkatan penerimaannya sehingga mengakibatkan target defisit anggaran dalam 2012 sedikit terlampaui. Sejalan dengan itu, untuk mengamankan pelaksanaan 2012, Pemerintah telah dan sedang mempersiapkan langkah-langkah kebijakan antisipasi krisis yang akan dituangkan dalam Instruksi Presiden, termasuk di dalamnya kebijakan di bidang energi, di antaranya, yaitu: (a) menjaga kesinambungan fiskal melalui pengendalian defisit anggaran dalam batas yang aman; (b) meningkatkan efisiensi belanja dengan pemotongan (sharing the participation) belanja K/L yang diarahkan untuk kegiatan yang lebih produktif; (c) memanfaatkan SAL untuk tambahan belanja infrastruktur dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi; dan (d) mengimplementasikan pengendalian di bidang energi dan air. 1.2 Realisasi Semester I 2012 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I 2012 Dalam UU 2012, asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan sebagai basis perhitungan postur APBN adalah sebagai berikut: (1) pertumbuhan ekonomi 6,5 persen; (2) inflasi 6,8 persen; (3) nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp9.000,00/US$; (4) suku bunga SPN 3 bulan 5,0 persen; (5) harga minyak mentah Indonesia US$105,0 per barel; dan (6) lifting minyak 930 ribu barel per hari. Dalam semester I 2012, laju pertumbuhan PDB Indonesia diperkirakan mencapai 6,3 persen, yang berasal dari realisasi triwulan I sebesar 6,3 persen, dan perkiraan triwulan II sebesar I-2

15 Pendahuluan Bab I 6,4 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi dalam semester I 2012 ditopang oleh konsumsi dan investasi. Sementara itu, dari sisi penawaran, terutama, didukung oleh pertumbuhan sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sementara itu, realisasi laju inflasi dalam semester I 2012 mencapai 4,53 persen (yoy). Laju inflasi semester I 2012 tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan laju inflasi semester I 2011 yang tercatat sebesar 5,54 persen (yoy). Lebih rendahnya inflasi di semester I 2012 dipengaruhi oleh masuknya musim panen dan tidak dapat dilaksanakannya rencana kebijakan kebijakan penyesuaian harga BBM dan tarif tenaga listrik, dampak kekhawatiran terhadap krisis ekonomi yang melanda kawasan Eropa, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Dalam periode yang sama, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah cukup signifikan, terkait erat dengan aliran keluar masuknya modal ke dalam negeri. Berdasarkan perkembangan tersebut, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada semester I 2012 diperkirakan mencapai Rp9.203,0 per dolar AS, atau mengalami depresiasi sebesar 5,2 persen bila dibandingkan dengan nilai kurs pada akhir tahun Sementara itu, tingkat suku bunga SPN 3 bulan dalam semester I 2012 mencapai 2,9 persen. Meskipun jauh di bawah asumsi suku bunga yang ditetapkan 2012 sebesar 5,0 persen, realisasi suku bunga SPN 3 bulan hasil lelang dalam periode tersebut secara perlahan bergerak meningkat. Pengalihan dana (flight to quality) oleh para investor ke instrumen investasi yang lebih aman (safe haven) diduga sebagai salah satu pemicu meningkatnya suku bunga SPN 3 bulan tersebut. Realisasi harga ICP dalam semester I 2012 rata-rata diperkirakan mencapai US$117,3 per barel atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan harga rata-ratanya pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$111,0 per barel. Peningkatan harga ICP itu, antara lain, disebabkan oleh peningkatan permintaan minyak khususnya jenis heating oil di kawasan Eropa akibat musim dingin yang ekstrem dan gangguan pasokan gas dari Rusia. Di lain pihak, pasokan minyak mentah dari negara-negara non-opec menurun. Hal itu diperparah dengan adanya gangguan pasokan minyak mentah dari Sudan, Suriah, dan Yaman akibat konflik politik. Selanjutnya, realisasi lifting minyak dalam semester I 2012 (periode Desember 2011 Mei 2012) mencapai rata-rata sekitar 877,3 ribu barel per hari, yang berarti lebih rendah bila dibandingkan dengan realisasinya pada semester I 2011 yang mencapai rata-rata sebesar 879 ribu barel per hari. Realisasi asumsi dasar ekonomi makro semester I disajikan pada Tabel I.1. I-3

16 Bab I Pendahuluan TABEL I.1 ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO URAIAN Realisasi Sem ester I Realisasi Sem ester I Pertumbuhan ekonomi (%) y-o-y 6,5 6,4 6,5 6,3 *) Inflasi (%) y-o-y 5,7 5,5 6,8 4,6 Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) 5,6 5,1 5,0 2,9 Nilai tukar (Rp/US$1) Harga minyak (US$/barel) 95,0 111,0 105,0 117,3 Lifting minyak (ribu barel per hari) ,3 Keter angan *) Perkiraan Sumber : Kementerian Keuangan Perkembangan Pelaksanaan Semester I 2012 Dalam UU 2012, postur APBN ditetapkan sebagai berikut: (1) pendapatan negara dan hibah Rp ,0 miliar; (2) belanja negara Rp ,4 miliar; (3) defisit anggaran Rp ,3 miliar (2,23 persen terhadap PDB); dan (4) pembiayaan anggaran Rp ,3 miliar. Dalam periode Januari hingga Juni 2012, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp ,4 miliar (43,7 persen dari target). Kinerja pendapatan negara dan hibah dalam semester I 2012 ini lebih tinggi daripada kinerjanya pada periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 42,5 persen dari target. Dalam periode yang sama, realisasi belanja negara mencapai Rp ,1 miliar (40,7 persen dari pagu). Daya serap belanja negara semester I 2012 lebih baik daripada daya serap belanja negara pada semester I 2011 yang mencapai 33,5 persen dari pagu. Dengan perkembangan tersebut, dalam semester I 2012 terjadi defisit anggaran Rp36.109,6 miliar (0,91 persen terhadap PDB). Hal itu berarti jauh lebih baik bila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun lalu yang mencatat surplus sebesar Rp54.729,7 miliar. Di lain pihak, realisasi pembiayaan anggaran dalam enam bulan pertama 2012 mencapai Rp ,3 miliar (53,5 persen dari pagu). Dengan defisit sebesar Rp36.109,6 miliar dan pembiayaan anggaran ,3 miliar, dalam semester I 2012 terdapat kelebihan pembiayaan sebesar Rp65.535,7 miliar (Tabel I.2). I-4

17 Pendahuluan Bab I URAIAN TABEL I.2 REALISASI SEMESTER I (miliar rupiah) Realisasi Sem ester I % thd Realisasi Sem ester I % thd A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH , ,8 42, , ,4 43,7 I. PENERIMAAN DALAM NEGERI , ,9 42, , ,0 43,7 1. Penerimaan Perpajakan , ,6 44, , ,0 44,9 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak , ,4 38, , ,0 39,8 II. PENERIMAAN HIBAH 4.662,1 117,9 2,5 825,1 7 50,4 91,0 B. BELANJA NEGARA , ,1 33, , ,1 40,7 I BELANJA PEMERINT AH PUSAT , ,7 28, , ,8 36,8 1. Belanja Pegawai , ,9 44, , ,1 49,0 2. Belanja Barang , ,1 24, , ,6 22,4 3. Belanja Modal , ,5 16, , ,9 18,2 4. Pembayaran Bunga Utang , ,7 43, , ,2 42,1 5. Subsidi , ,5 26, , ,9 55,0 6. Belanja Hibah 404,9 36,2 8, ,9 7,3 0,4 7. Bantuan Sosial , ,2 14, , ,2 54,5 8. Belanja Lain-Lain ,2 7 69,5 4, , ,6 4,2 9. Tambahan Anggaran 0,0 0,0 0, ,3 0,0 - II. TRANSFER KE DAERAH , ,5 44, , ,3 49,2 1. Dana Perimbangan , ,2 47, , ,0 49,9 2. Dana Otonomi Khusus dan Peny , ,3 27, , ,3 44,8 C. KESEIMBANGAN PRIMER (44.252,9) ,4 (229,2) ( ,9) ,6 (18,7 ) D. SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B) ( ,7) ,7 (36,3) ( ,3) (36.109,6) 19,0 % Defisit Terhadap PDB (2,09) - - (2,23) (0,91) - E. PEMBIAYAAN (I + II) , ,5 41, , ,3 53,5 I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI , ,8 51, , ,1 62,1 II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (2.776,6) (16.450,3) 592,5 (4.425,7 ) (19.242,8) 434,8 KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN (0,0) ,2-0, ,7-1.3 Prognosis Semester II 2012 Prognosis Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester II 2012 Dalam semester II 2012, perekonomian Indonesia diperkirakan semakin baik seiring dengan peningkatan stabilitas perekonomian, yang tercermin antara lain dari rendahnya volatilitas nilai tukar rupiah dan terkendalinya laju inflasi. Kondisi tersebut diperkirakan mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi dalam semester II 2012 hingga mencapai 6,3-6,6 persen. Dengan melihat prognosis pertumbuhan PDB pada semester I dan II tahun 2012, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam keseluruhan tahun 2012 diperkirakan mencapai 6,3-6,5 persen. Dalam semester II 2012, pergerakan harga secara umum diperkirakan berada pada kondisi yang relatif terkendali. Melalui koordinasi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil yang semakin baik, dan didukung oleh meningkatnya semangat pemerintah daerah dalam pengendalian inflasi, laju inflasi pada akhir tahun 2012 diharapkan akan dapat dipertahankan pada sasarannya, yaitu sebesar 5 ± 1 persen. Sementara itu, masih tingginya arus modal masuk akan mengakibatkan rata-rata nilai tukar rupiah dalam semester II 2012, diperkirakan mencapai Rp9.300,00/USD. Dengan demikian, realisasi nilai tukar rupiah dalam keseluruhan tahun 2012 diperkirakan mencapai rata-rata Rp9.250,00/USD, melemah 2,8 persen dari asumsinya dalam I-5

18 Bab I Pendahuluan Melemahnya nilai tukar akan berpengaruh terhadap realisasi suku bunga SPN 3 bulan yang pada semester II 2012 rata-rata diperkirakan sebesar 5,0 persen. Dengan demikian, secara keseluruhan, dalam tahun 2012 rata-rata suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan mencapai sekitar 3,9 persen. Berdasarkan perkembangan ICP selama semester I 2012, dan mempertimbangkan prediksi harga minyak dunia yang diterbitkan oleh beberapa lembaga internasional, ICP rata-rata dalam semester II 2012 diperkirakan akan mencapai US$103,0 per barel. Berkaitan dengan prediksi tersebut, harga ICP rata-rata dalam keseluruhan tahun 2012 diperkirakan mencapai US$110,0 per barel, lebih tinggi bila dibandingkan dengan asumsinya dalam 2012 sebesar US$105,0 per barel. Sementara itu, lifting minyak dalam semester II (Juli Desember) tahun 2012 diperkirakan mencapai 923 ribu barel per hari, lebih tinggi daripada realisasi lifting dalam semester II 2011 yang mencapai 919 ribu barel per hari. Dengan memperhitungkan realisasi lifting dalam semester I 2012 dan proyeksi semester II 2012, rata-rata lifting minyak mentah dalam tahun 2012 diperkirakan akan mencapai 900 ribu barel per hari. Prognosis Postur Semester II 2012 Proyeksi dalam semester II 2012 selain dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian dunia dan Indonesia, juga ditentukan oleh pelaksanaan kebijakan fiskal yang telah dan akan ditempuh dalam tahun Berdasarkan realisasi pendapatan negara dan hibah dalam semester I 2012, serta mempertimbangkan faktor-faktor di atas, realisasi pendapatan negara dan hibah dalam semester II 2012 diperkirakan mencapai Rp ,8 miliar atau 56,6 persen dari sasaran Jumlah tersebut terdiri atas penerimaan dalam negeri sebesar Rp ,1 miliar, dan penerimaan hibah sebesar Rp74,6 miliar. Berdasarkan realisasinya dalam semester I 2012, serta proyeksi dalam semester II, realisasi pendapatan negara dan hibah dalam tahun 2012 diperkirakan akan mencapai Rp ,2 miliar, atau 100,3 persen dari targetnya dalam Perkiraan realisasi pendapatan negara dan hibah ini lebih tinggi 11,3 persen bila dibandingkan dengan realisasinya dalam periode yang sama tahun 2011, terutama karena pengaruh asumsi harga minyak mentah Indonesia dan nilai tukar rupiah. Sementara itu, belanja negara dalam semester II 2012 diperkirakan mencapai Rp ,0 miliar atau 59,7 persen dari pagu. Berdasarkan realisasinya dalam semester I 2012, serta proyeksinya pada semester II, realisasi belanja negara pada tahun 2012 diperkirakan akan mencapai Rp ,1 miliar, atau 100,3 persen dari pagunya dalam Perkiraan realisasi belanja negara ini lebih tinggi 16,6 persen bila dibandingkan dengan realisasinya dalam periode yang sama tahun Sebagai konsekuensi perkiraan realisasi pendapatan negara dan penerimaan hibah yang lebih rendah dari perkiraan realisasi belanja negara, dalam semester II 2012 diperkirakan terjadi defisit anggaran sebesar Rp ,2 miliar. Berdasarkan realisasi pada semester I 2012 serta memperhitungkan proyeksi pada semester II, pada tahun 2012 diperkirakan terjadi defisit sebesar Rp ,9 miliar atau 2,3 persen terhadap PDB. Perkiraan defisit ini lebih tinggi daripada realisasi defisit anggaran dalam periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 1,2 persen terhadap PDB. I-6

19 Pendahuluan Bab I Selanjutnya, pembiayaan anggaran dalam semester II 2012 diperkirakan mencapai Rp89.146,5 miliar sehingga dalam keseluruhan tahun 2012, realisasi pembiayaan diperkirakan mencapai Rp ,9 miliar (100,4 persen dari pagu). Perkiraan ini terdiri atas pembiayaan dalam negeri Rp ,2 miliar (102,8 persen dari pagu), dan pembiayaan luar negeri negatif Rp9.132,3 miliar (206,3 persen dari pagu). Sementara itu, dilihat dari sumbernya dananya, proyeksi pembiayaan anggaran sebesar Rp ,9 miliar tersebut, akan dibiayai dari nonutang sebesar negatif Rp39.336,3 miliar dan utang sebesar Rp ,5 miliar (Tabel I.3). TABEL I.3 REALISASI 2011 dan PERKIRAAN REALISASI 2012 (miliar rupiah) URAIAN Realisasi % thd 2011 Realisasi Sem ester I Prognosis Sem ester 2 Perkiraan Realisasi % thd A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH , ,2 103, , , , ,2 100,3 I. PENERIMAAN DALAM NEGERI , ,6 103, , , , ,1 100,3 1. Penerimaan Perpajakan , ,4 99, , , , ,7 100,1 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak , ,2 115, , , , ,4 101,0 I I. PENERI MAAN HIBAH 4.662, ,7 103,0 825, ,4 7 4,6 825,1 100,0 B. BELANJA NEGARA , ,2 98, , , , ,1 100,3 I BELANJA PEMERINTAH PUSAT , ,4 97, , , , ,8 100,1 1. Belanja Pegawai , ,7 96, , , , ,1 97,2 2. Belanja Barang , ,8 87, , , , ,7 91,1 3. Belanja Modal , ,4 83, , , , ,2 90,9 4. Pembayaran Bunga Utang , ,4 87, , , , ,3 95,0 5. Subsidi , ,2 124, , , , ,2 141,6 6. Belanja Hibah 404,9 300,1 7 4, ,9 7, , ,9 61,6 7. Bantuan Sosial , ,5 86, , , , ,1 86,5 8. Belanja Lain-Lain , ,4 39, , , , ,9 30,6 9. Tambahan Anggaran 0,0 0, ,3 0,0 0, ,3 92,6 II. T RANSFER KE DAERAH , ,7 99, , , , ,3 100,7 1. Dana Perimbangan , ,2 99, , , , ,4 100,9 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian , ,5 98, , , , ,9 100,0 C. KESEIMBANGAN PRIMER ( ,9) 7.458,4 (16,9) ( ,9) ,6 (92.423,2) ( ,6) 109,1 D. SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B) ( ,7 ) (85.817,0) 56,9 ( ,4) (36.109,6) ( ,2) ( ,9) 100,4 % Defisit Terhadap PDB (2,09) (1,16) - (2,23) (0,91) (1,39) (2,30) - E. PEMBIAYAAN (I + II) , ,7 86, , , , ,9 100,4 I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI , ,1 96, , , , ,2 102,8 II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (2.776,6) (17.556,4) 632,3 (4.425,7 ) (19.242,8) ,5 (9.132,3) 206,3 KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN (0,0) ,7 - (0,0) ,7 (65.535,7) 0,0 - I-7

20 Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Bab II BAB II PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Ketika memasuki tahun 2012, kinerja perekonomian dunia terus bergerak dengan perubahan yang sangat dinamis fluktuatif. Meskipun perekonomian Amerika Serikat mulai mengindikasikan perbaikan, krisis di kawasan Eropa belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian. Proses pemulihan ekonomi Amerika Serikat diperkirakan akan terus berlanjut sampai dengan akhir tahun 2012 meskipun tidak secepat yang diharapkan. Perekonomian Amerika Serikat pada triwulan pertama tahun 2012 masih tumbuh positif sebesar 2,1 persen dan tingkat pengangguran Amerika Serikat terus menurun selama tahun 2012 hingga mencapai 8,2 persen pada bulan Mei. Dalam tahun 2012, perekonomian AS diperkirakan mampu tumbuh 2,1 persen. Berbeda dengan Amerika Serikat, kondisi di kawasan Eropa mengalami resesi dengan tingkat pertumbuhan yang mencapai minus 0,1 persen pada triwulan pertama Kontraksi ekonomi tersebut merupakan resultan dari kondisi pertumbuhan negatif di negara-negara yang mengalami tekanan utang pemerintah, seperti Italia, Portugal, Spanyol, dan Yunani. Sementara itu, di sisi lain, negara-negara, seperti Jerman dan Perancis, relatif mengalami kondisi ekonomi yang relatif stagnan. Perubahan konstelasi politik di beberapa negara Eropa juga menjadi faktor yang menentukan upaya pemulihan ekonomi Eropa. Sejalan dengan itu, perekonomian Eropa pada tahun 2012 diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 0,3 persen. Sementara itu, ekonomi di Cina dan India terindikasi mengalami perlambatan. Tekanan eksternal yang masih terjadi pada neraca perdagangan Cina menyebabkan pertumbuhan ekonomi Cina pada triwulan pertama 2012 hanya mencapai 8,1 persen, yang merupakan pertumbuhan terendah sejak tiga tahun terakhir. Perekonomian Cina dan India pada tahun 2012 diperkirakan masing-masing tumbuh sebesar 8,2 persen dan 6,9 persen. Di tengah ketidakpastian perekonomian global, kinerja ekonomi Indonesia menunjukkan kinerja yang masih cukup baik meskipun mulai merasakan dampak perlambatan perekonomian dunia. Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2012 yang mencapai sebesar 6,3 persen, dinilai masih cukup tinggi walaupun sedikit melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 6,4 persen. Perlambatan yang terjadi merupakan dampak melemahnya permintaan dunia akibat kontraksi ekonomi di kawasan Eropa dan masih lambatnya pemulihan ekonomi Amerika Serikat sehingga menekan kinerja ekspor Indonesia. Sejak akhir tahun 2011 kinerja ekspor mulai melambat dan berdasarkan data terakhir, pertumbuhan ekspor barang Indonesia pada bulan April 2012 tumbuh negatif 3,5 persen (yoy). Meskipun demikian, dampak negatif pelemahan ekspor terhadap PDB dapat diimbangi oleh kinerja investasi dan konsumsi swasta/ rumah tangga yang cukup baik. Masih tingginya arus Foreign Direct Investment (FDI) dan II-1

21 Bab II Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I pelaksanaan pembangunan infrastruktur domestik menjadi faktor penting dalam mendorong pertumbuhan investasi di dalam negeri. Sementara itu, dari sisi sektoral, sebagian besar sektor produksi tumbuh lebih baik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 walaupun beberapa sektor mengalami perlambatan pertumbuhan seperti sektor jasa keuangan, sektor transportasi dan telekomunikasi. Pada semester II tahun 2012, pertumbuhan PDB diperkirakan kembali meningkat sejalan dengan meningkatnya daya beli masyarakat dan membaiknya kinerja investasi. Kinerja pertumbuhan ekonomi yang cukup baik diikuti dengan menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan publikasi BPS, jumlah kemiskinan per Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang (11,96 persen), turun dari angka tahun 2011 yang mencapai 29,9 juta orang. Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka tahun 2012 (Februari) turun menjadi 7,6 juta orang (6,3 persen) dari 7,7 juta orang (6,6 persen) pada bulan Agustus tahun Dalam tahun 2012, angka pengangguran ditargetkan menurun menjadi 6,4 6,6 persen dan angka kemiskinan menjadi 10,5 11,5 persen. Perlambatan ekspor berdampak pada kinerja neraca pembayaran Indonesia. Pada triwulan I 2012 neraca pembayaran Indonesia mengalami defisit US$1 miliar. Angka itu lebih kecil jika dibandingkan dengan defisit kuartal empat tahun 2011 sebesar US$3,7 miliar. Namun, pada triwulan II 2012 neraca pembayaran Indonesia diperkirakan kembali akan mencatat surplus. Di sisi transaksi berjalan, masih kuatnya impor di tengah melambatnya ekspor menyebabkan transaksi berjalan diprakirakan masih mengalami defisit meskipun dengan tingkat yang lebih rendah daripada triwulan sebelumnya. Di sisi lain, meskipun terdapat tekanan arus modal keluar akibat sentimen global, surplus transaksi modal dan finansial diprakirakan masih cukup tinggi untuk menutup defisit transaksi berjalan. Cadangan devisa sampai dengan akhir Mei 2012 mencapai US$111,5 miliar atau setara dengan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Selain berdampak pada pertumbuhan ekonomi, ketidakpastian penyelesaian krisis ekonomi dan utang pemerintah negara Eropa juga telah mendorong terjadinya pengalihan dana (flight to quality) ke instrumen yang dianggap lebih aman (safe haven), antara lain ke dolar Amerika Serikat. Hal tersebut memberikan dampak negatif terhadap stabilitas nilai tukar berbagai kawasan termasuk Indonesia yang cenderung mengalami depresiasi dalam enam bulan terakhir. Nilai tukar rupiah sampai dengan akhir Juni 2012, rata-rata mencapai Rp9.203,00 per dolar AS atau melemah sekitar 5,2 persen jika dibandingkan dengan posisinya pada awal tahun Jika melihat ketidakpastian perekonomian global yang masih cukup tinggi dan kuatnya permintaan impor dari dalam negeri, nilai tukar rupiah hingga akhir tahun diperkirakan berada pada kisaran Rp9.200,00-Rp9.300,00 per dolar AS. Perkembangan arus modal ke dalam negeri berpengaruh terhadap pergerakan SPN 3 bulan. Rata-rata suku bunga SPN 3 bulan selama Januari hingga Mei 2012 relatif cukup rendah, yaitu mencapai 2,6 persen. Tekanan berupa keluarnya arus modal (jangka pendek) telah menyebabkan tren peningkatan suku bunga instrumen tersebut sejak Februari Sampai akhir Juni tahun 2012, rata rata suku bunga SPN 3 bulan mencapai 2,9 persen. Tren suku bunga SPN 3 bulan pada semester II diperkirakan akan cenderung meningkat karena masih tingginya ketidakpastian kondisi Eropa dan kekhawatiran global. II-2

22 Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Bab II Selanjutnya, perkembangan harga di dalam negeri menunjukkan kondisi yang terkendali. Inflasi IHK pada Juni 2012 tercatat 0,62 persen (mtm) sehingga secara tahunan tercatat sebesar 4,53 persen (yoy). Inflasi yang terkendali tersebut sejalan dengan inflasi inti yang terjaga pada level yang rendah (4,15 persen, yoy) seiring dengan penurunan harga komoditas global dan tetap terkendalinya permintaan domestik. Sementara itu, tekanan dari administered prices masih minimal. Di samping itu, perekonomian domestik masih memiliki risiko yang bersumber dari tingginya harga minyak dunia. Pergerakan harga minyak dunia sulit diprediksi karena selain faktor fundamental, harga minyak dunia juga sensitif terhadap faktor nonfundamental, seperti isu geopolitik. Harga minyak dunia sempat meningkat cukup tajam pada awal tahun dan mulai bergerak turun memasuki triwulan II tahun Namun, melihat ketidakpastian global yang cukup tinggi, harga minyak dunia ke depan masih berpotensi tinggi. Berdasarkan hal tersebut, rata-rata harga minyak Indonesia pada tahun 2012 diperkirakan berada di sekitar US$100,00 120,00 per barel. Di sisi lain, tingginya harga minyak dunia berbanding terbalik dengan produksi minyak Indonesia yang dari tahun ke tahun cenderung mengalami tren penurunan. Sumur minyak yang sudah tua dan sedikitnya penemuan sumber minyak baru serta permasalahan teknis masih menjadi kendala dalam produksi minyak Indonesia. Berdasarkan perkembangan berbagai kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai dengan akhir tahun diperkirakan sedikit melambat, tetapi masih pada tingkat yang cukup tinggi yaitu sebesar 6,3-6,5 persen. Inflasi sampai dengan akhir tahun diperkirakan masih berada pada kisaran 4,5±1 persen. Di sisi lain, tekanan terhadap nilai tukar rupiah akan mendorong rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di atas asumsi yang ditetapkan. Untuk rata-rata tingkat suku bunga SPN 3 bulan, sampai dengan akhir tahun diperkirakan berada lebih rendah dari asumsi dalam Sementara itu, ratarata harga minyak mentah Indonesia diperkirakan melampaui asumsinya. Sebaliknya, lifting minyak sampai dengan akhir tahun diperkirakan tidak mencapai target yang ditetapkan dalam Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Tahun Pertumbuhan Ekonomi Secara umum, berdasarkan data realisasi produk domestik bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I tahun 2012 masih menunjukkan kinerja yang cukup baik, meskipun sedikit melambat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2012 mencapai 6,3 persen (yoy), sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 6,4 persen (yoy). Permintaan domestik masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di samping kinerja beberapa sektor yang membaik. Sementara itu, dari sisi eksternal, kinerja ekspor mulai terganggu oleh penurunan permintaan dunia. Prospek perekonomian Indonesia ke depan diperkirakan tetap dapat berjalan dengan baik. Pada kuartal II tahun 2012, pertumbuhan ekonomi diperkirakan dapat mencapai 6,4 persen, II-3

23 Bab II Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I meskipun sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan kinerja kuartal II tahun 2011 yang mencapai 6,5 persen (lihat Grafik II.1). Sumber pertumbuhan terutama akan ditopang dari permintaan domestik, baik konsumsi maupun investasi yang tetap kuat. Optimisme konsumen yang masih baik, peningkatan belanja pemerintah, dan perbaikan serapan anggaran diperkirakan akan mampu mendorong konsumsi. Sementara itu, makin membaiknya iklim usaha dan peningkatan dukungan pendanaan diperkirakan akan mendorong pelaku usaha untuk berinvestasi di dalam negeri. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor diperkirakan akan makin membaik sejalan dengan ekspektasi akan membaiknya kinerja perekonomian global ke depan, meskipun di sisi lain, impor juga diperkirakan masih tinggi sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik khususnya terhadap barang modal. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Penggunaan Pertumbuhan ekonomi menurut penggunaan pada kuartal I tahun 2012 didukung oleh sumber-sumber pertumbuhan dari permintaan domestik, seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB)/investasi. Pelemahan masih dirasakan dari sisi eksternal, yakni ekspor dan impor sebagai dampak tidak langsung dari perlambatan ekonomi global (lihat Grafik II.2). Pada kuartal I tahun 2012, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,9 persen (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 4,5 persen (yoy). Terjaganya inflasi pada tingkat yang rendah pada kuartal ini mampu meningkatkan daya beli masyarakat sehingga mendorong konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didorong oleh meningkatnya konsumsi makanan dan nonmakanan. Konsumsi makanan tumbuh 4,0 persen, sedangkan konsumsi nonmakanan tumbuh sebesar 5,7 persen. Peran atau distribusi konsumsi rumah tangga masih relatif tinggi, yaitu sebesar 55,0 persen, sedangkan kontribusinya (share to growth) mencapai 2,8 persen. Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh 5,9 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan pada kuartal I tahun 2011 yang sebesar 2,8 persen (yoy). Pertumbuhan itu merupakan yang tertinggi sejak awal tahun Hal itu terkait dengan program percepatan dan penyerapan anggaran yang mulai dilaksanakan oleh Pemerintah melalui pembentukan Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran Persen 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0-5,0-10,0 GRAFIK II.1 PERTUMBUHAN EKONOMI persen (Persen, yoy) 7,0 6,5 6,0 5,5 5,0 4,5 4,0 *) Angka sementara Sumber: BPS & Kemenkeu 5,9 6,3 5,8 6,8 6,4 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2* *) Angka Perkiraan Sumber: BPS, Kementerian Keuangan GRAFIK II.2 SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN EKONOMI, (persen, yoy) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2* Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah PMTB Ekspor Impor II-4

24 Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Bab II (TEPPA). Konsumsi pemerintah didorong oleh belanja barang dan belanja pegawai yang masing-masing tumbuh sebesar 14,1 persen dan 2,1 persen. Peran atau distribusi konsumsi pemerintah relatif kecil, yaitu sebesar 7,0 persen sedangkan kontribusinya hanya 0,4 persen. Kinerja PMTB/investasi juga meningkat pada kuartal I 2012, yaitu mencapai 9,9 persen (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,3 persen (yoy). Hampir semua jenis PMTB/investasi tumbuh positif kecuali investasi lainnya dari dalam negeri yang mengalami kontraksi. Pendorong utama pertumbuhan PMTB/ investasi adalah jenis bangunan, alat angkutan luar negeri, dan investasi lainnya dari luar negeri. Investasi bangunan tumbuh 7,3 persen (yoy), seiring dengan mulai maraknya pembangunan infrastruktur yang dilakukan Pemerintah dengan adanya penambahan belanja modal Pemerintah dan berlanjutnya program MP3EI. Investasi jenis alat angkutan luar negeri tumbuh melonjak sebesar 34,3 persen (yoy), terkait dengan pembelian pesawat baru oleh beberapa maskapai penerbangan Indonesia dan pembelian kereta api oleh PT KAI. Meningkatnya kinerja investasi juga tercermin dari realisasi PMA-PMDN yang tumbuh 32,8 persen, dengan rincian, PMA tumbuh 30,3 persen dan PMDN tumbuh 39,7 persen. Investasi mempunyai peran dalam pertumbuhan ekonomi sebesar 31,8 persen dan kontribusinya mencapai sebesar 2,3 persen. Perlambatan perekonomian global mulai terlihat dampaknya pada perekonomian domestik melalui jalur ekspor. Kinerja ekspor barang dan jasa terus mengalami perlambatan pada kuartal I 2012 yaitu sebesar 7,8 persen (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal I 2011 sebesar 12,2 persen (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, penurunan ekspor barang dan jasa juga diimbangi dengan penurunan impor barang dan jasa yang pada kuartal I tahun 2012 hanya tumbuh sebesar 8,2 persen (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan kinerja kuartal I tahun 2011 yang sebesar 14,4 persen (yoy). Secara nominal, total ekspor barang Indonesia pada kuartal I tahun 2012 mencapai US$48,5 miliar atau tumbuh sebesar 6,93 persen (ytd). Komoditas memiliki peranan besar dalam ekspor nonmigas, antara lain batubara, CPO, karet, dan elektronik. Peranan ekspor sektor manufaktur masih mendominasi total ekspor nonmigas, yaitu sekitar 70 persen, diikuti sektor pertambangan sekitar 20 persen dan sisanya sektor pertanian. Negara tujuan utama komoditas ekspor nonmigas masih tertuju pada Cina, Jepang, AS, India, ASEAN, dan Korea Selatan. Sementara itu, total impor barang Indonesia sebesar US$ 45,8 miliar atau tumbuh 18,18 persen (ytd), dengan komoditas nonmigas utama yang diimpor adalah mesin, elektronik, dan besi-baja. Sebagian besar komoditi yang diimpor tersebut berasal dari Cina, Jepang, AS, dan Korea Selatan. Sebagian besar impor Indonesia merupakan impor bahan baku/penolong dan barang modal, yaitu mencapai sekitar 93,0 persen, sedangkan impor barang konsumsi mencapai sekitar 7,0 persen. Pada kuartal II tahun 2012, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih tumbuh cukup kuat yaitu sebesar 4,9 persen (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama dengan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,6 persen (yoy). Hal ini sejalan dengan relatif stabilnya daya beli masyarakat dan masih terjaganya laju inflasi. Selain itu, musim panen yang terjadi pada kuartal II 2012 berdampak pada meningkatnya pendapatan para petani sehingga mendorong konsumsi rumah tangga pada tingkat yang lebih tinggi. Beberapa faktor yang diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga, antara lain, meningkatnya konsumsi mobil, meningkatnya transaksi masyarakat yang tercermin dari naiknya penerimaan PPN, dan indeks keyakinan konsumen yang menggambarkan optimisme masyarakat. Sementara itu, konsumsi pemerintah diperkirakan II-5

25 Bab II Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dari kuartal II 2011 yaitu sebesar 5,9 persen (yoy) seiring dengan masih berlanjutnya kebijakan untuk percepatan dan penyerapan anggaran yang lebih baik dan merata sepanjang tahun. Investasi diperkirakan tumbuh semakin kuat dan mampu mencapai 9,7 persen (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 9,3 persen (yoy). Laju pertumbuhan investasi tersebut didukung oleh tren meningkatnya konsumsi semen, impor barang modal, dan indeks konstruksi yang menggambarkan kebutuhan konstruksi bangunan. Aliran modal masuk berupa PMA-PMDN diharapkan juga terus meningkat untuk mendorong kinerja investasi. Selain itu, keberlanjutan program MP3EI yang berupa pembangunan infrastruktur yang didukung perbaikan kinerja belanja modal pemerintah juga diharapkan mampu mendorong kinerja investasi. Kinerja transaksi modal dan finansial dalam semester I tahun 2012 diperkirakan mengalami surplus sebesar US$6,6 miliar, turun jika dibandingkan dengan semester I tahun 2011 yang menunjukkan surplus sebesar US$18,5 miliar. Surplus transaksi modal dan finansial ini disebabkan oleh peningkatan PMA sejalan dengan pertumbuhan investasi yang lebih tinggi. Modal asing dalam bentuk portofolio juga diperkirakan masih tinggi didukung oleh kuatnya fundamental perekonomian Indonesia dan imbal hasil dalam rupiah yang masih relatif menarik. Kinerja investasi langsung pada semester I 2012 diperkirakan mengalami surplus US$6,3 miliar, yang didorong oleh iklim investasi domestik yang terus membaik dan kondisi ekonomi makro yang stabil. Investasi portofolio pada semester I 2012 juga diperkirakan surplus US$5,4 miliar, yang berasal antara lain dari penjualan surat utang negara dalam valuta asing sebesar US$2,5 miliar. Ekspor dan impor barang dan jasa diperkirakan masih melambat yaitu masing-masing tumbuh sebesar 6,2 persen (yoy) dan 6,1 persen (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal II 2011 yang tumbuh sebesar 17,2 persen (yoy) dan 15,3 persen (yoy). Hal ini tercermin dari realisasi total ekspor Indonesia pada bulan April 2012 yang mencapai US$15,9 miliar atau tumbuh minus 3,5 persen (yoy) dan total impor barang mencapai sebesar US$16,6 miliar atau tumbuh 11,6 persen (yoy). Neraca perdagangan barang mengalami defisit sebesar US$641 juta, yang merupakan kondisi defisit pertama kali sejak Juli Transaksi berjalan selama semester I tahun 2012 diperkirakan mengalami defisit US$5,3 miliar, karena impor diperkirakan masih tinggi sejalan dengan permintaan domestik yang meningkat. Defisit tersebut juga disebabkan oleh meningkatnya pembayaran imbal hasil akibat tingginya arus masuk modal asing. Nilai ekspor dalam semester I tahun 2012 diperkirakan mencapai US$99,5 miliar, atau sedikit naik jika dibandingkan dengan nilai ekspor dalam semester I tahun 2011 yang mencapai US$97,6 miliar. Kinerja ekspor itu terkait dengan perlambatan ekonomi global yang terus berlanjut dan perkembangan harga komoditas ekspor yang masih dalam kecenderungan melemah. Di sisi lain, meningkatnya kegiatan ekonomi dan investasi yang cukup tinggi akan mendorong peningkatan impor bahan baku dan barang modal. Nilai impor diperkirakan mencapai US$90,6 miliar, naik jika dibandingkan dengan semester I tahun 2011 yang mencapai US$79,6 miliar, sejalan dengan permintaan domestik yang masih kuat. II-6

26 Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Bab II Pada semester I tahun 2012, PDB secara keseluruhan diperkirakan tumbuh sebesar 6,3 persen (yoy), sedikit lebih rendah jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 6,4 persen (yoy). Dari sisi pengeluaran, konsumsi masyarakat diperkirakan tumbuh sebesar 4,9 persen (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan semester I tahun 2011 sebesar 4,5 persen (yoy). Konsumsi pemerintah yang pada semester I tahun lalu tumbuh sebesar 3,7 persen (yoy), pada semester I tahun ini diperkirakan tumbuh pada level 5,9 persen (yoy). Investasi diperkirakan tetap tumbuh kuat, yaitu dari 8,3 persen (yoy) menjadi 9,8 persen (yoy). Sisi eksternal PDB diperkirakan masih mengalami dampak krisis global. Ekspor dan impor pada semester I tahun lalu masing-masing tumbuh sebesar 14,7 persen dan 14,9 persen (yoy), sedangkan pada semester I 2012 diperkirakan masing-masing tumbuh sebesar 7,0 persen dan 7,1 persen (yoy). Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor Dari sisi sektoral, semua sektor ekonomi mencatat pertumbuhan positif pada kuartal I Dari sembilan sektor ekonomi, tercatat lima di antaranya meningkat jika dibandingkan dengan kuartal I 2011, sedangkan sisanya menurun. Lima sektor tersebut yaitu sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor konstruksi; dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sementara itu, sektor-sektor yang melambat adalah sektor pertambangan dan penggalian; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa (lihat Tabel II.1). Sektor Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2* Pertanian 3,7 3,6 2,6 1,9 3,9 3,9 Pertambangan dan Penggalian 4,4 1,0 0,6-0,3 2,9 3,1 Industri Manufaktur 5,0 6,2 6,9 6,7 5,7 5,7 Listrik, Air Bersih, Gas 4,3 3,9 5,2 5,8 6,1 6,3 Konstruksi 5,2 7,5 6,3 7,8 7,3 7,3 Perdagangan, Hotel, Restoran 7,9 9,3 9,2 10,2 8,5 7,0 Transportasi dan Komunikasi 13,4 10,9 9,5 9,2 10,3 11,3 Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan 7,0 6,7 6,9 6,7 6,3 6,5 Jasa Lainnya 7,0 5,7 7,8 6,5 5,5 7,2 Produk Domestik Bruto 6,4 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 *) Proyeksi TABEL II.1 PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTORAL, (%, YOY) Sumber: BPS dan Kementerian Keuangan Sektor pertanian pada kuartal I 2012 tumbuh sebesar 3,9 persen (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuartal I tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,7 persen (yoy). Masa panen raya yang terjadi pada kuartal ini telah mendorong pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan mencapai sebesar 3,1 persen. Subsektor lain yang ikut mendorong II-7

27 Bab II Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I sektor pertanian adalah subsektor perkebunan dan subsektor perikanan yang masing-masing tumbuh 5,8 persen dan 6,6 persen. Sementara itu, subsektor kehutanan hanya tumbuh 0,4 persen. Peran atau distribusi sektor pertanian menempati urutan kedua, yaitu sebesar 15,2 persen, sedangkan kontribusinya hanya mencapai 0,5 persen. Sektor industri pengolahan pada kuartal I 2012 tumbuh sebesar 5,7 persen (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yang tumbuh sebesar 5,0 persen (yoy). Industri nonmigas masih tetap menjadi pendorong utama kinerja sektor industri dengan pertumbuhan sebesar 6,1 persen (yoy). Beberapa industri yang mendorong pertumbuhan industri nonmigas antara lain adalah industri makanan, minuman, dan tembakau (tumbuh 8,2 persen); industri pupuk, kimia dan barang dari karet (tumbuh 9,2 persen); serta industri semen dan barang galian bukan logam (tumbuh 6,1 persen). Peran sektor industri pengolahan menempati urutan pertama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu sebesar 23,6 persen, sedangkan kontribusinya menempati urutan kedua sebesar 1,4 persen. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh 8,5 persen (yoy) pada kuartal I 2012, meningkat bila dibandingkan dengan pertumbuhannya pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 7,9 persen (yoy). Pertumbuhan itu terutama didorong oleh pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran yang tumbuh sebesar 9,3 persen. Subsektor hotel tumbuh sama besar dengan kuartal I 2011 yaitu 9,0 persen. Sebaliknya, subsektor restoran mengalami perlambatan sebesar 3,0 persen. Meningkatnya pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran tercermin dari semakin maraknya toko-toko modern seperti Alfamart, Indomart, dan Circle-K untuk memenuhi permintaan konsumen. Peran sektor perdagangan dalam pertumbuhan ekonomi mencapai 13,5 persen dan menjadi kontributor utama dengan sumbangan sebesar 1,5 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada kuartal I tahun 2012 tumbuh sebesar 10,3 persen (yoy), melambat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,4 persen (yoy). Pertumbuhan sektor itu didorong oleh subsektor komunikasi yang tumbuh 12,5 persen (yoy), sedangkan subsektor angkutan tumbuh 6,8 persen (yoy). Perlambatan terjadi pada subsektor angkutan rel (minus 6,8 persen) sejak kuartal II 2011 yang dalam hal ini terkait dengan adanya kebijakan penghapusan tiket berdiri untuk jenis kereta api bisnis dan ekonomi. Sektor pengangkutan dan komunikasi mempunyai peran atau distribusi sebesar 6,6 persen sedangkan kontribusinya mencapai 1,0 persen. Masih cukup tingginya pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2012 diperkirakan akan terus berlanjut ke kuartal berikutnya. Secara umum pada kuartal II tahun 2012, sebagian besar sektor diperkirakan meningkat sehingga diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Sektor pertanian diperkirakan tumbuh 3,9 persen (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhannya pada periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 3,6 persen (yoy). Pertumbuhan tersebut didorong oleh masih adanya panen raya di beberapa daerah dan prakiraan cuaca yang kemungkinan masih bagus. Kebijakan sektor pertanian terutama diarahkan untuk mencapai surplus beras 10 juta ton di tahun 2014 dan meningkatkan akses masyarakat terhadap pangan. Selain itu, Pemerintah masih terus melanjutkan pemberian subsidi pertanian berupa benih dan pupuk. Sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh melambat, yaitu 5,7 persen (yoy), jika dibandingkan dengan kuartal II tahun 2011 yang mencapai 6,2 persen (yoy). Perlambatan II-8

28 Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Bab II itu sejalan dengan menurunnya kinerja ekspor karena menurunnya permintaan global akan produk Indonesia. Kebijakan sektor industri pengolahan diarahkan untuk revitalisasi industri dan mendukung pelaksanaan MP3EI. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada kuartal II tahun 2012 diperkirakan mengalami perlambatan sebesar 7,0 persen (yoy), jika dibandingkan dengan kuartal II tahun 2011 sebesar 9,3 persen (yoy). Perlambatan tersebut diperkirakan karena melambatnya kinerja impor terutama barang konsumsi. Sektor yang selama ini selalu tumbuh kuat dan tertinggi di antara sektor lainnya adalah sektor pengangkutan dan komunikasi. Pada kuartal II 2012, sektor itu diperkirakan tumbuh 11,3 persen (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya tumbuh sebesar 10,9 persen (yoy). Subsektor angkutan jalan raya dan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan (ASDP) diperkirakan masih mampu tumbuh tinggi karena meningkatnya kebutuhan transportasi darat dan laut bagi masyarakat. Dengan melihat perkembangan kondisi tersebut, dalam semester I tahun 2012 diperkirakan sebagian besar sektor ekonomi akan mengalami peningkatan pertumbuhan. Beberapa sektor yang diperkirakan meningkat adalah sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, serta sektor konstruksi. Sementara itu, sektor yang diperkirakan melambat adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, serta sektor jasa Laju Inflasi Perkembangan inflasi selama semester I tahun 2012 relatif terkendali seiring dengan terjaganya pasokan kebutuhan masyarakat, dan minimnya kebijakan Pemerintah terhadap harga komoditas barang dan jasa yang bersifat strategis. Meskipun dengan laju inflasi yang relatif terkendali, namun tekanan inflasi yang tinggi menyebabkan pergerakan indeks harga konsumen selama semester I tahun 2012 cenderung mengalami inflasi yang lebih lebih tinggi jika dibandingkan dengan pergerakan harga selama semester I tahun sebelumnya. Pada bulan Februari, Maret dan Mei tahun 2012 terjadi inflasi masing-masing sebesar 0,05 persen, 0,07 persen, dan 0,07 persen (mtm). Pada bulan Juni 2012 inflasi tercatat lebih tinggi dari bulan Mei, yaitu mencapai 0,62 persen (mtm), dan juga sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi pada bulan yang sama tahun 2011 yang mencapai 0,55 persen. Dengan demikian, selama enam bulan pertama tahun 2012, laju inflasi kumulatif mencapai 1,79 persen (ytd) atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi kumulatif pada periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 1,06 persen. Sementara itu, jika dilihat dari inflasi tahunan, selama enam bulan pertama tahun 2012 tercatat inflasi sebesar 4,53 persen (yoy), atau lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi pada periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,54 persen (yoy) (lihat Grafik II.3). 10% 8% 6% 4% 2% 0% J-10 F M A M Sumber : Badan Pusat Stastitik GRAFIK II.3 PERKEMBANGAN INFLASI, S O N D J-11 J J A F M A M J J A Juni 2012 Inflasi mtm : 0,62 % Inflasi yoy : 4,53 % Inflasi ytd : 1,79 % S O N D J-12 F M yoy (LHS) ytd (LHS) mtm (RHS) A M J 2,0% 1,5% 1,0% 0,5% 0,0% -0,5% II-9

29 Bab II Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Berdasarkan kelompok pengeluaran, secara kumulatif sampai dengan bulan Juni 2012, seluruh kelompok pengeluaran mengalami inflasi, dengan laju inflasi kumulatif (ytd) tertinggi terjadi pada untuk makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (2,99 persen), diikuti oleh bahan makanan (2,33 persen), perumahan, listrik, air, dan gas (1,81 persen), kesehatan (1,44 persen), sandang (1,00 persen), transportasi dan telekomunikasi (0,71 persen), serta pendidikan (0,49 persen). Kondisi ini berbeda apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, ketika kelompok pengeluaran bahan makanan masih mengalami deflasi 1,05 persen (ytd) seiring dengan masih terjaganya harga beberapa komoditas bahan pangan, khususnya bumbu-bumbuan dan sayuran. Masa panen padi yang mundur (Februari-April ke Februari-Mei 2012) serta kurang serempak di beberapa sentra produksi belum mampu memberikan dorongan terhadap penurunan harga beras domestik. Selain itu, kekhawatiran terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan dari kebijakan importasi produk hortikultura yang ditunda pelaksanaannya hingga 28 September 2012 telah mendorong berkurangnya pasokan dalam negeri sehingga mendorong peningkatan harga bumbu-bumbuan dalam negeri (lihat Grafik II.4). Sementara itu, berdasarkan komponennya, inflasi tertinggi masih dialami oleh komponen harga bergejolak (volatile food) yaitu sebesar 2,21 persen (ytd), dengan inflasi tahunan sebesar 7,52 persen (yoy) atau jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 yang mengalami deflasi sebesar 1,74 persen (ytd) dengan inflasi tahunan sebesar 8,57 persen (yoy). Hal ini antara lain dipengaruhi oleh peningkatan harga kebutuhan pokok masyarakat khususnya beras dan bumbu-bumbuan (cabai, bawang merah, bawang putih) sebagai dampak kekhawatiran pasar akan berkurangnya pasokan mengingat pelaksanaan kebijakan pembatasan importasi hortikultura. Sementara itu, komponen inflasi inti, mengalami inflasi sebesar 1,73 persen (ytd) dengan inflasi tahunan (yoy) sebesar 4,15 persen. Pada periode yang sama tahun 2011, laju inflasi kumulatif komponen inflasi inti mencapai 1,91 persen dengan inflasi tahunan sebesar 4,63 persen (lihat Grafik II.5). Masih relatif tingginya komponen inflasi inti disebabkan oleh meningkatnya ekspektasi inflasi terkait kebijakan pemerintah di bidang energi (potensi kenaikan harga BBM), dampak kekhawatiran terhadap krisis ekonomi yang melanda kawasan Eropa, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) Transport Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan Jadi Bahan Makanan Sumber: Badan Pusat Statistik 2,5% 2,0% 1,5% 1,0% 0,5% 0,0% -0,5% -1,0% -1,5% -2,0% Grafik II.4 Laju Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran s.d Juni 2012 (ytd) 1,91% 0,71% 0,49% 1,00% 1,44% 1,81% 2,33% 2,99% 0% 1% 2% 3% 4% GRAFIK II.5 PERKEMBANGAN INFLASI BERDASARKAN KOMPONEN (ytd) 1,73% 1,48% 1,60% Juni 2011 Juni 2012 Inti Sumber: Badan Pusat Statistik Harga diatur Pemerintah 2,21% -1,74% Bergejolak II-10

30 Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Bab II berupaya keras untuk menjaga agar nilai tukar rupiah tetap stabil sehingga dapat meredam potensi tekanan dari eksternal (imported inflation). Di samping itu, percepatan pembangunan sarana dan infrastruktur melalui inisiatif MP3EI diharapkan akan meningkatkan kelancaran arus distribusi barang sehingga dapat menekan komponen inflasi inti. Dari komponen harga yang dikendalikan Pemerintah (administered price), laju inflasi kumulatif sampai dengan Juni 2012 tercatat sebesar 1,60 persen (ytd), dengan inflasi tahunan sebesar 2,90 persen (yoy). Sementara itu, pada periode yang sama tahun 2011, komponen administered price mengalami inflasi sebesar 1,48 persen (ytd), dengan inflasi tahunan sebesar 5,61 persen (yoy). Relatif stabilnya inflasi kelompok ini disebabkan oleh relatif minimnya perubahan kebijakan pemerintah di bidang harga (lihat Grafik II.6). Dengan memperhatikan realisasi inflasi sampai dengan bulan Juni 2012, dan masih relatif terkendalinya tingkat harga barang kebutuhan masyarakat ke depan, laju inflasi dalam semester II tahun 2012 diperkirakan akan bergerak relatif stabil mengikuti pola normal Nilai Tukar Rupiah 20% 15% 10% 5% 0% -5% Ketika memasuki tahun 2012, nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang cukup kuat terkait dengan faktor eksternal. Meningkatnya risiko di kawasan Eropa terkait dengan berlanjutnya ketidakpastian penanganan krisis utang, fiskal dan perbankan, serta indikasi pelemahan ekonomi Cina, India, dan Brazil mendorong perlambatan aliran dana nonresiden ke instrumen keuangan domestik. Tekanan terhadap rupiah mendorong pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang diikuti dengan peningkatan volatilitas. Selama periode Januari Juni 2012, nilai tukar rupiah berada pada kisaran rata-rata sebesar Rp9.203,07 per dolar AS atau terdepresiasi sekitar 5,2 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 yang mencapai rata-rata sebesar Rp8.747,00 per dolar AS (lihat Grafik II.7). J-10 GRAFIK II.6 PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN (yoy) BERDASARKAN KOMPONEN, ,5% 4,2% 2,9% GRAFIK II.7 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN CADANGAN DEVISA, Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Des-11 Jan-12 Feb-12 F M Mar-12 A Apr-12 M D J-11 Mei-12 Jun-12 J J A S O N F M A M D J-12 J J A S O N F M Inti Harga diatur Pemerintah Bergejolak Sumber: Badan Pusat Statistik A M J Rp/US$ miliar US$ Sumber: Bank Indonesia Cadangan Devisa (RHS) Nilai Tukar Rupiah (LHS) II-11

31 Bab II Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Kebijakan intervensi Pemerintah dan Bank Indonesia yang tepat dan terukur diharapkan akan mampu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Berbagai kebijakan makroprudensial dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah telah dilakukan, di antaranya melalui penerapan instrumen term deposit sebagai kebijakan pengelolaan arus modal. Penerbitan instrumen term deposit dilakukan dalam pengelolaan likuiditas serta pengembangan dan pendalaman pasar keuangan domestik. Di sisi lain, kebijakan itu merupakan salah satu instrumen operasi moneter jangka pendek dalam upaya untuk mengelola valuta asing sehingga dapat memberikan jaminan terhadap pemenuhan kebutuhan dolar Amerika Serikat di dalam negeri. Penerbitan instrumen tersebut, diharapkan dapat memberikan keyakinan kepada pasar bahwa Bank Indonesia dan Pemerintah memiliki cadangan valuta asing dalam jumlah yang memadai guna memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain itu, fundamental ekonomi domestik yang cukup kuat, prospek neraca pembayaran indonesia (NPI) 2012 yang diperkirakan masih mencatatkan surplus, masih cukup kokohnya cadangan devisa, peringkat layak investasi (investment grade) yang diperoleh, serta terjaganya sustainabilitas fiskal merupakan beberapa faktor pendukung dalam menjaga nilai tukar rupiah terhadap berbagai tekanan eksternal. Koordinasi antara Pemerintah dan Bank Indonesia akan terus ditingkatkan untuk mengantisipasi dinamika perkembangan perekonomian dunia dan domestik, serta menjaga kepercayaan dan persepsi pasar terhadap perekonomian Indonesia Suku Bunga SPN 3 Bulan Suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tenor 3 bulan merupakan suku bunga instrumen obligasi pemerintah yang diterbitkan sebagai acuan dasar dalam menetapkan tingkat bunga obligasi pemerintah jenis bunga mengambang (variable rate bond). Kondisi fundamental ekonomi domestik yang cukup baik ditandai dengan peningkatan peringkat utang Indonesia ke dalam investment grade, serta masih tingginya aliran modal masuk ke dalam negeri, mendorong suku bunga SPN 3 bulan berada di level yang cukup rendah. Hasil lelang SPN 3 bulan pada bulan Februari 2012, menghasilkan tingkat suku bunga sebesar 1,69 persen, yang merupakan suku bunga terendah selama SPN 3 bulan diterbitkan. Dalam perkembangannya, tingkat suku bunga SPN 3 bulan secara perlahan bergerak meningkat mencapai sebesar 3,31 persen pada lelang 17 April Peningkatan suku bunga itu sejalan dengan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap kondisi Eropa dan perkembangan perekonomian AS yang mulai menunjukkan pemulihan. Faktor-faktor tersebut mendorong para investor untuk mengalihkan dananya (flight to quality) ke instrumen investasi yang dianggap lebih aman (safe haven), terutama instrumen obligasi jangka panjang Pemerintah AS dan obligasi Pemerintah Jerman. Sampai dengan semester I tahun 2012, Pemerintah telah melakukan pelelangan selama 8 kali dengan tingkat suku bunga SPN 3 bulan yang dihasilkan mencapai rata-rata 2,9 GRAFIK 2.8 PERKEMBANGAN SUKU BUNGA SPN 3 BULAN, ,19 3,75 5,47 22-Mar Apr Apr Mei Jun Jul Jul Agust Sep Okt Okt Nop Nop Jan Jan Feb Feb Mar Mar Apr Jun-12 Sumber: Kementerian Keuangan 3,87 1,69 3,31 persen 6 3, II-12

32 Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Bab II persen, relatif lebih rendah dibandingkan dengan tingkat suku bunga rata-rata SPN 3 bulan periode yang sama tahun 2011 sebesar 5,1 persen. Perkembangan suku bunga SPN 3 bulan dapat dilihat pada Grafik II Harga Minyak Mentah Indonesia Pada kuartal pertama tahun 2012, harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Rata-rata harga minyak WTI pada bulan Maret 2012 mencapai US$106,20 per barel atau naik sebesar 7,46 persen bila dibandingkan dengan harga pada awal tahun (ytd). Demikian pula dengan harga rata-rata minyak Brent yang meningkat menjadi US$ 124,90 per barel pada bulan Maret 2012, naik sebesar 16,10 persen (ytd). Sementara itu, seirama dengan harga USD/barel 140 minyak dunia, pergerakan harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada awal tahun 2012 juga mengalami peningkatan yang signifikan. Rata-rata ICP triwulan I tahun 2012 mencapai sebesar US$122,10 per barel, dengan harga tertinggi mencapai US$128,40 per barel pada bulan Maret 2012 (lihat Grafik II.9). Peningkatan tersebut antara lain dipengaruhi oleh eskalasi ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat terkait dengan masalah nuklir Iran dan meningkatnya permintaan produk minyak khususnya jenis heating oil di kawasan Eropa, akibat musim dingin yang ekstrem dan gangguan pasokan gas dari Rusia. Di samping itu, turunnya pasokan minyak mentah dari negara-negara non-opec dan adanya gangguan pasokan minyak mentah dari Sudan, Suriah, dan Yaman sebagai akibat dari konflik politik, juga turut mendorong lonjakan harga minyak mentah dunia. Namun, memasuki kuartal kedua 2012, harga minyak dunia cenderung menurun meskipun masih berada pada level yang tinggi. Rata-rata harga minyak WTI pada bulan April dan Mei 2012, yaitu mencapai US$103,00 per barel dan US$94,70 per barel, sedangkan harga minyak Brent pada bulan yang sama mencapai rata-rata sebesar US$120,50 per barel dan US$110,30 per barel. Sejalan dengan pergerakan harga minyak dunia, harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada bulan April dan Mei turun masing-masing menjadi rata-rata sebesar US$124,60 per barel dan US$113,80 per barel. Tren penurunan harga minyak kembali berlanjut pada bulan Juni. ICP bulan Juni rata-rata mencapai US$99,08 per USD. Beberapa hal yang mendorong penurunan harga minyak dunia yaitu turunnya permintaan minyak mentah dunia sebagai dampak penurunan aktivitas ekonomi dunia, sementara di sisi lain, pasokan minyak masih cukup besar. Faktor lain yang turut mendorong penurunan harga minyak mentah dunia adalah meredanya ketegangan politik di Timur Tengah setelah Pemerintah Iran menyetujui untuk menerima inspeksi Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Persetujuan Iran tersebut menimbulkan harapan segera berakhirnya krisis geopolitik di Timur Tengah akibat isu nuklir Iran. Penurunan ketegangan tersebut diharapkan akan mengurangi aksi spekulasi di pasar komoditas Sumber: bloomberg GRAFIK II.9 PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA, WTI Brent Minas ICP II-13

33 Bab II Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Jika melihat perkembangan harga terkini maka rata-rata ICP sampai dengan semester I tahun 2012 berada pada level US$117,3 per barel. Rata-rata harga ICP selama semester I tahun 2012 tersebut relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi semester I tahun 2011 yang mencapai rata-rata sebesar US$111,00 per barel Lifting Minyak Mentah Indonesia Realisasi produksi minyak mentah siap jual (lifting) Indonesia periode (Desember 201-Mei 2012 ) rata-rata mencapai 877,3 ribu barel per hari. Jumlah tersebut sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan realisasi semester I tahun 2011 yang sebesar 879 ribu barel per hari (lihat Grafik II.10). Apabila dibandingkan dengan target asumsi lifting minyak dalam 2012 sebesar 930 ribu barel perhari, realisasi tersebut juga masih jauh di bawah target. ribu barel/hari 1000,0 GRAFIK II.10 LIFTING MINYAK MENTAH INDONESIA (ribu barel/hari) 900,0 800,0 700,0 600,0 500,0 Sumber: Kementerian ESDM & Kemenkeu Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya realisasi lifting tersebut, antara lain adalah permasalahan teknis yang terkait dengan adanya peningkatan kadar air, usia sumur-sumur migas yang sudah tua, dan beberapa perkiraan produksi awal dari beberapa kontraktor yang mengalami kemunduran. Di samping itu, masalah cuaca dan kurangnya ketersediaan kapal pengangkut, juga sangat mengganggu proses pencapaian target lifting minyak. 2.3 Prognosis Asumsi Dasar Ekonomi Indonesia Semester II Pertumbuhan Ekonomi Walaupun perkembangan perekonomian global masih diwarnai ketidakpastian, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester II tahun 2012 diperkirakan mengalami II-14

34 Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Bab II peningkatan. Stabilitas ekonomi makro yang tercermin dari rendahnya volatilitas nilai tukar dan terjaganya laju inflasi diharapkan mampu mendukung upaya Pemerintah dalam mendorong perekonomian nasional melalui peningkatan kinerja sektor riil. Di samping itu, makin kondusifnya iklim usaha juga akan mampu mendorong kinerja investasi yang makin baik. Perbaikan kondisi tersebut juga didukung beberapa kebijakan stimulus pemerintah dan perbaikan kinerja pengelolaan belanja negara. Di semester II tahun 2012, Pemerintah telah menyiapkan kebijakan untuk menaikkan batas pendapatan tidak kena pajak (PTKP) dari Rp15,8 juta per tahun menjadi Rp24 juta per tahun. Kebijakan tersebut akan mampu memperbaiki pendapatan riil dan daya beli masyarakat, sehingga mampu memberikan daya dorong tambahan bagi konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi. Pada saat yang sama, makin meningkatnya implementasi anggaran belanja modal dan infrastruktur pemerintah akan memberikan daya dorong pada aktivitas investasi (PMTB). Dengan berbagai pertimbangan tersebut, diperkirakan PDB dalam semester II tahun 2012 tumbuh 6,3-6, persen (yoy). Dengan memperhatikan perkembangan semester I dan perkiraan realisasi semester II tahun 2012, pertumbuhan ekonomi selama tahun 2012 diperkirakan mencapai 6,3-6,5 persen. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Penggunaan Konsumsi rumah tangga pada semester II tahun 2012 diperkirakan tumbuh sebesar 4,8-5,0 persen (yoy). Laju inflasi diharapkan tetap terjaga pada tingkat yang rendah untuk mendorong daya beli masyarakat. Berbagai kebijakan pemerintah antara lain penyesuaian UMP, kenaikan gaji ke-13 bagi PNS/TNI-Polri/pensiunan, dan kebijakan untuk meningkatkan batas PTKP diharapkan juga akan meningkatkan daya beli dan konsumsi rumah tangga. Selain itu, adanya liburan sekolah, puasa, dan hari raya Idul Fitri juga akan mendorong tumbuhnya konsumsi rumah tangga. Demikian pula dengan konsumsi pemerintah diperkirakan mampu tumbuh 7,1-7,3 persen (yoy). Laju pertumbuhan tersebut didukung oleh tren yang berlangsung selama ini, yang dalam realisasi penyerapan anggaran kementerian/lembaga akan cenderung meningkat hingga akhir tahun. Pertumbuhan investasi dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai 11,1-11,3 persen (yoy). Faktor-faktor yang diharapkan mampu mendukung kinerja investasi antara lain stabilitas ekonomi yang terjaga dengan baik, meningkatnya keyakinan investor terkait dengan masuknya Indonesia dalam kategori investment grade, meningkatnya belanja modal pemerintah, dan groundbreaking beberapa proyek dalam program MP3EI. Selain itu, Pemerintah juga menyediakan fasilitas PPh bagi penanaman modal dalam PP Nomor 52 Tahun 2011 dan PMK Nomor 130/PMK.011/2011, yaitu berupa fasilitas tax holiday dan tax allowance bagi 5 (lima) industri pionir. Kinerja ekspor-impor barang dan jasa diperkirakan masih mengalami perlambatan meskipun tidak separah pada semester sebelumnya. Belum pulihnya perekonomian global akan berdampak pada turunnya permintaan akan komoditas ekspor Indonesia melalui negaranegara tujuan ekspor. Namun, karena harga komoditas utama ekspor nonmigas Indonesia di pasar internasional masih menunjukkan tren meningkat, diperkirakan tekanan terhadap ekspor tidak terlalu besar. Sejalan dengan ekspor, kinerja impor juga mengalami perlambatan terutama impor bahan baku dan barang modal. Pertumbuhan ekspor-impor barang dan jasa pada semester II diperkirakan masing-masing sebesar 7,1-7,3 persen dan 9,8-10,0 persen (yoy). II-15

35 Bab II Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I TABEL II.2 PERTUMBUHAN EKONOMI MENURUT PENGGUNAAN, (%, yoy) Penggunaan * Sem I Sem II Tahunan Sem I Sem II Tahunan PDB (%,yoy) 6,4 6,5 6,5 6,3 6,3-6,6 6,3-6,5 Konsumsi Masyarakat 4,5 4,9 4,7 4, ,0 4,8-5,0 Konsumsi Pemerintah 3,7 2,8 3,2 5,9 7,1-7,3 6,8-7,0 Investasi 8,3 9,3 8,8 9,8 11,1-11,3 10,5-10,7 Ekspor 14,7 12,6 13,6 7,0 7,1-7,3 7,0-7,2 Dikurangi Impor 14,9 11,9 13,3 7,1 9,8-10,0 8,5-8,7 *) Perkiraan Sumber: BPS & Kemenkeu Dengan melihat perkiraan pertumbuhan PDB semester I dan II tahun 2012, secara keseluruhan sumber-sumber pertumbuhan PDB pada tahun 2012 dari sisi permintaan diperkirakan sebagai berikut: konsumsi rumah tangga sebesar 4,8-5,0 persen, konsumsi pemerintah sebesar 6,8-7,0 persen, investasi sebesar 10,5-10,7 persen, dan ekspor-impor masing-masing sebesar 7,0-7,2 persen dan sebesar 8,5-8,7 persen (lihat Tabel II.2). Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor Pada semester II tahun 2012, pertumbuhan PDB sektoral diperkirakan didominasi oleh sektor pertanian, sektor industri, sektor konstruksi, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor tradable dan menjadi penyerap terbesar tenaga kerja diperkirakan tumbuh 3,3 persen (yoy). Pendorong utama pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan masih berasal dari tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, dan perikanan. Selain untuk mencapai surplus beras 10 juta ton di tahun 2014, kebijakan pertanian juga diarahkan untuk meningkatkan kualitas konsumsi pangan dan meningkatkan cadangan beras pemerintah untuk operasi pasar dan kerawanan pangan. Sektor industri pengolahan pada semester II tahun 2012 diperkirakan tumbuh sebesar 5,8-6,0 persen (yoy). Sejalan dengan membaiknya ekonomi global yang berdampak pada membaiknya kinerja ekspor dan impor, hal itu diharapkan akan mendorong pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan diperkirakan tetap menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB. Selain masih untuk mendukung pelaksanaan program MP3EI, kebijakan sektor industri juga diarahkan untuk mendukung industri nasional yang strategis, yaitu dengan memberikan insentif fiskal (tax holiday dan tax allowance). Sektor konstruksi diperkirakan tumbuh 8,0-8,2 persen (yoy), terkait dengan berlanjutnya program MP3EI yang pada tahun 2012 diperkirakan akan melakukan beberapa groundbreaking. Selain itu, pertumbuhan sektor konstruksi juga sejalan dengan meningkatnya anggaran belanja modal pemerintah yang terutama digunakan untuk pembangunan infrastruktur. Sektor pengangkutan dan komunikasi dalam semester II tahun 2012 diperkirakan masih tetap menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 12,4-12,6 persen (yoy). II-16

36 Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Bab II Pertumbuhan tersebut didorong berbagai kegiatan kalender tahunan seperti libur sekolah, puasa, lebaran, natal dan perayaan tahun baru yang terjadi di periode tersebut. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan tumbuh sebesar 6,6-6,8 persen (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan sektor ini adalah makin meningkatnya permintaan konsumen akan kebutuhan untuk liburan sekolah, puasa, lebaran, natal dan tahun baru sehingga perdagangan eceran atau ritel makin berkembang. Dengan berbagai gambaran tersebut, secara keseluruhan dalam tahun 2012 sektor pertanian diperkirakan tumbuh 3,5-3,7 persen, sektor industri pengolahan tumbuh 5,7-5,9 persen, sektor konstruksi tumbuh 7,6-7,8 persen, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh sebesar 7,1-7,3 persen. Realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2011 dan proyeksi tahun 2012 menurut sektor secara lengkap disajikan dalam Tabel II.3. Sektor * Sem I Sem II Tahunan Sem I Sem II Tahunan Pertanian 3,6 2,2 3,0 3,9 3,2-3,4 3,5-3,7 Pertambangan dan Penggalian 2,7 0,1 1,4 3,0 3,0-3,2 2,9-3,1 Industri Pengolahan 5,6 6,8 6,2 5,7 5,8-6,0 5,7-5,9 Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,1 5,5 4,8 6,2 6,3-6,5 6,2-6,4 Konstruksi 6,4 7,0 6,7 7,3 8,0-8,2 7,6-7,8 Perdagangan, Hotel & Restoran 8,6 9,7 9,2 7,8 6,6-6,8 7,1-7,3 Pengangkutan dan Komunikasi 12,1 9,4 10,7 10,8 12,4-12,6 11,6-11,8 Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan 6,8 6,8 6,8 6,4 6,9-7,1 6,6-6,8 Jasa-Jasa 6,4 7,1 6,7 6,3 6,9-7,1 6,6-6,8 Produk Domestik Bruto 6,4 6,5 6,5 6,3 6,4-6,6 6,3-6,5 *) Perkiraan Sum ber: BPS & Kem enkeu Inflasi TABEL II.3 PERTUMBUHAN EKONOMI MENURUT SEKTORAL, (%, yoy) Pada semester II tahun 2012, pergerakan harga secara umum diperkirakan berada pada kondisi yang relatif terkendali. Potensi tekanan inflasi tahun 2012 dari sumber dalam negeri diperkirakan melemah karena rencana kebijakan pemerintah meningkatkan harga BBM bersubsidi relatif sulit untuk dilaksanakan. Masih terjadinya panen di beberapa wilayah sentra produksi bahan pangan serta meningkatnya penyerapan Bulog terhadap hasil panen masyarakat, mendorong meningkatnya cadangan beras yang dimiliki pemerintah. Selain itu, harga bahan pangan dan energi di pasar internasional yang menunjukkan kecenderungan menurun juga mendorong relatif terkendalinya laju inflasi selama semester I tahun Namun, potensi tekanan inflasi dikhawatirkan akan meningkat pada semester II tahun 2012 seiring dengan faktor musiman seperti tahun ajaran baru dan pelaksanaan hari besar keagamaan. Selain itu, kebijakan pembatasan importasi hortikultura sebagai tindak lanjut II-17

37 Bab II Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I UU Nomor 13 tahun 2010 tentang Hortikultura juga dikhawatirkan akan menimbulkan dampak terhadap berkurangnya pasokan produk bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran yang dapat menimbulkan tekanan terhadap inflasi. Melalui upaya Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, bersama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk meningkatkan produktivitas pangan nasional, diharapkan dapat memberikan substitusi terhadap produk impor sejenis. Di samping itu, melalui koordinasi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil yang makin baik, didukung oleh meningkatnya semangat pemerintah daerah dalam pengendalian inflasi, terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah, serta semakin baiknya pasokan dan distribusi bahan makanan, tekanan inflasi lebih lanjut dapat dihambat. Dengan perkembangan tersebut, inflasi pada akhir tahun 2012 diperkirakan akan berada di tingkat 4,8 persen, jauh di bawah perkiraan dalam 2012 yang sebesar 6,8 persen Nilai Tukar Rupiah Perkembangan perekonomian global sepanjang tahun 2012 masih akan diwarnai oleh belum adanya kejelasan mengenai proses pemulihan ekonomi di negara-negara kawasan Eropa, serta pelemahan pertumbuhan ekonomi Cina, India, dan Brazil. Kondisi ini memberi sentimen negatif bagi upaya pemulihan perekonomian global di paruh kedua tahun Kondisi perekonomian Amerika Serikat dan Jepang yang mulai menunjukkan pemulihan diharapkan dapat menjadi mesin penggerak bagi upaya pemulihan ekonomi internasional. Dukungan fundamental perekonomian domestik yang kuat serta kerja sama regional yang makin meningkat diharapkan dapat menjadi benteng guna menghambat sentimen negatif perekonomian internasional terhadap pasar uang dalam negeri. Berdasarkan perkembangan tersebut, selama semester II tahun 2012 rata-rata nilai tukar rupiah diperkirakan akan berada pada kisaran Rp9.300,00 per dolar AS. Dengan memperhatikan realisasi dan proyeksi ratarata nilai tukar selama semester I dan semester II 2012, rata-rata nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2012 diperkirakan akan melemah pada kisaran Rp9.250,00 per dolar AS, melemah dibandingkan dengan asumsi 2012 yang sebesar Rp9.000,00 per dolar AS Suku Bunga SPN 3 Bulan Suku bunga SPN 3 bulan di paruh kedua tahun 2012 diperkirakan masih akan mengalami tekanan terutama karena melambatnya aliran modal yang masuk ke dalam negeri. Namun, terjaganya tingkat inflasi dan optimisme prospek perekonomian Indonesia yang semakin membaik diharapkan tingkat suku bunga SPN 3 bulan berada pada level 3,9 persen atau di bwah target di dalam di kisaran 5,0 persen Harga Minyak Mentah Indonesia Beberapa langkah yang ditempuh oleh negara-negara Eropa untuk menolong perekonomian Yunani dan Spanyol menimbulkan harapan bangkitnya perekonomian di zona Eropa. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya permintaan minyak mentah dunia. Sementara itu, hasil inspeksi yang dilakukan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) terhadap isu proyek nuklir Iran diharapkan dapat membuat konflik geopolitik di Timur Tengah mereda. Di sisi lain, meski negara-negara OPEC telah memutuskan untuk mempertahankan kuota produksi pada 30 juta barel per hari, peningkatan produksi minyak mentah yang dilakukan II-18

38 Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Bab II oleh negara-negara non-opec akan mengimbangi jumlah permintaan minyak mentah dunia pada Berdasarkan hal tersebut, meskipun mengalami penurunan, harga minyak dunia diperkirakan masih akan tetap tinggi. Badan Energi Amerika Serikat (EIA) memperkirakan rata-rata harga minyak WTI pada tahun 2012 sekitar US$96,80 per barel, sedikit lebih tinggi dari realisasi tahun 2011 sebesar US$94,90 per barel. Berdasarkan perkembangan ICP selama semester I (periode Januari Juni 2012) dan mempertimbangkan prediksi harga minyak dunia oleh lembaga internasional, Pemerintah memperkirakan ICP dalam semester II (periode Juli Desember 2012) mencapai US$102,00 per barel. Berkaitan dengan prediksi tersebut, ICP rata-rata tahun 2012 diperkirakan berada pada kisaran US$110,00 per barel. Perkiraan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan asumsi harga minyak mentah pada 2012 yang sebesar US$105,00 per barel Lifting Minyak Mentah Indonesia Lifting minyak mentah dalam semester II (Juni-November) tahun 2012 diperkirakan mencapai 923 ribu barel per hari, lebih tinggi daripada realisasi semester II tahun 2011 yang mencapai 919 ribu barel per hari. Perkiraan tersebut dapat dicapai dengan melakukan optimalisasi terhadap sumber minyak yang telah ada dan mempercepat produksi di lapanganlapangan penemuan baru. Dengan memperhitungkan realisasi lifting dalam semester I 2012 dan prediksi lifting dalam semester II tahun 2012, diperkirakan rata-rata lifting minyak mentah dalam tahun 2012 mencapai 900 ribu barel per hari. Perkiraan ini lebih rendah dari asumsi lifting minyak pada 2012 yang sebesar 930 ribu barel per hari Prospek Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2012 Perekonomian Indonesia tahun 2012 masih dibayangi oleh ketidakpastian sebagai ekses tidak menentunya prospek perekonomian dunia terkait masih rentannya perkembangan TABEL II.4 ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO, 2012 Asumsi Outlook Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,5 6,3-6,5 Inflasi (%) 6,8 4,8 Nilai Tukar (Rp/US$) 9.000, ,0 Suku Bunga SPN 3 Bulan (%) 5,0 3,9 Harga Minyak US$/barel 105,0 110,0 Lifting Minyak (rb barel/hari) 930,0 900,0 Sumber: Kementerian Keuangan II-19

39 Bab II Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I ekonomi AS, krisis Eropa, dan prakiraan melambatnya pertumbuhan Cina dan India. Namun dengan permintaan domestik dan investasi yang masih kuat, hal tersebut masih mampu mendorong PDB Indonesia tumbuh sekitar 6,3-6,5. Laju inflasi masih terkendali seiring dengan menurunnya tekanan administered price dan pengelolaan distribusi dan pasokan barang-barang kebutuhan yang memadai. Tingkat inflasi diperkirakan mencapai 4,8 persen. Nilai tukar mengalami depresiasi ke tingkat Rp9.250,00 per dolar AS, antara lain disebabkan oleh aksi flight to quality oleh investor. Rata-rata suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan mencapai 3,9 persen, lebih rendah daripada asumsi Sementara itu, permintaan dunia yang tetap tinggi akan mendorong harga minyak dunia terus berada di atas US$100,00 per barel, sehingga ICP sepanjang 2012 diperkirakan rata-rata sebesar US$110,00 per barel. Di sisi lain, laju penurunan alamiah produksi minyak bumi belum dapat diimbangi oleh upaya revitalisasi dan percepatan produksi ladang minyak baru, sehingga lifting minyak pada tahun 2012 diperkirakan hanya sebesar 900 ribu barel per hari (lihat Tabel II.4). II-20

40 Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I Bab III BAB III PERKEMBANGAN PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Dalam tahun 2012, perkembangan perekonomian global diperkirakan masih menghadapi tantangan yang cukup berat, sehingga berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global, yang selanjutnya diperkirakan berimbas pada perekonomian Indonesia. Perkembangan tersebut, ditambah dengan melonjaknya ICP dan terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat memberikan tekanan pada pelaksanaan 2012, tidak terkecuali pendapatan negara dan hibah. Sampai dengan semester I 2012, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp ,4 miliar atau 43,7 persen dari targetnya dalam Pencapaian tersebut mengalami kenaikan sebesar 1,2 persen jika dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya yang mencapai 42,5 persen dari target Realisasi pendapatan negara dan hibah tersebut bersumber dari penerimaan dalam negeri sebesar Rp ,0 miliar, yang terdiri atas penerimaan perpajakan sebesar Rp ,0 miliar dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp ,0 miliar. Sementara itu, realisasi penerimaan hibah hingga semester I 2012 mencapai Rp750,4 miliar. Penerimaan dalam negeri sebagian besar berasal dari penerimaan perpajakan yang sampai dengan semester I 2012 mencapai Rp ,0 miliar, yang berarti 44,9 persen dari targetnya dalam Secara umum, penerimaan perpajakan dapat dibedakan menjadi penerimaan pajak yang bersumber dari dalam negeri dan penerimaan pajak yang bersumber dari perdagangan internasional. Penerimaan pajak dalam negeri mencapai Rp ,7 miliar, terdiri atas penerimaan PPh sebesar Rp ,8 miliar, PPN dan PPnBM sebesar Rp ,4 miliar, PBB sebesar Rp2.296,5 miliar, pajak lainnya sebesar Rp2.106,7 miliar, dan cukai sebesar Rp44.545,3 miliar. Jika dibandingkan dengan target 2012, pencapaian penerimaan pajak dalam negeri mencapai 44,6 persen, yang terdiri dari PPh 45,5 persen, PPN dan PPnBM 44,5 persen, PBB 7,7 persen, pajak lainnya 37,4 persen, dan cukai 53,5 persen. Sementara itu, penerimaan pajak perdagangan internasional mencapai Rp24.596,3 miliar, bersumber dari penerimaan bea masuk sebesar Rp13.680,4 miliar dan bea keluar sebesar Rp10.915,9 miliar. Jika dibandingkan dengan target 2012, realisasi penerimaan pajak perdagangan internasional mencapai 51,3 persen dari targetnya, berasal dari pencapaian penerimaan bea masuk dan bea keluar, masing-masing sebesar 55,3 persen dan 47,0 persen dari target Selanjutnya, realisasi PNBP dalam semester I 2012 mencapai Rp ,0 miliar, atau 39,8 persen dari targetnya. Sumber utama PNBP dalam semester I 2012 masih didominasi oleh penerimaan SDA yaitu sebesar Rp79.977,6 miliar, yang berarti 36,8 persen dari targetnya dan diikuti oleh PNBP lainnya sebesar Rp34.759,0 miliar atau 47,7 persen dari targetnya. Sementara itu, bagian Pemerintah atas laba BUMN mencapai sebesar Rp14.537,7 miliar III-1

41 Bab III Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I atau 47,2 persen dari targetnya dan pendapatan badan layanan umum (BLU) mencapai Rp6.514,7 miliar atau 31,9 persen dari targetnya. Realisasi PNBP pada semester I 2012 menunjukkan kenaikan jika dibandingkan dengan realisasi PNBP pada periode yang sama tahun Lebih tingginya PNBP tersebut terutama dipengaruhi oleh lebih tingginya harga minyak mentah Indonesia (ICP). Dalam periode Januari 2012 Juni 2012, rata-rata ICP mencapai US$117,3 per barel, lebih tinggi daripada rata-rata harga minyak pada periode yang sama tahun 2011 yang mencapai US$111,0 per barel. Sementara itu, penerimaan hibah dalam semester I 2012 mencapai Rp750,4 miliar atau 91,0 persen dari rencana yang ditetapkan dalam Secara umum, tetap terjaganya kondisi ekonomi makro pada semester I 2012 dan konsistensi pelaksanaan kebijakan Pemerintah di bidang optimalisasi penerimaan negara merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian realisasi penerimaan dalam negeri tersebut. Berdasarkan realisasi dalam semester I 2012, pendapatan negara dan hibah dalam semester II 2012 diperkirakan mencapai Rp ,7 miliar atau 56,6 persen dari rencana dalam Penerimaan dalam negeri diperkirakan mencapai Rp ,1 miliar pada semester II 2012 (56,7 persen dari targetnya) dan penerimaan hibah diperkirakan mencapai Rp74,6 miliar (9,0 persen dari rencananya). Secara lebih rinci, penerimaan perpajakan dalam semester II 2012 diperkirakan sebesar Rp ,7 miliar atau 55,1 persen dari targetnya. Perkiraan tersebut didukung oleh relatif stabilnya fundamental ekonomi makro pada semester I 2012 yang diharapkan dapat terus dijaga hingga akhir tahun. Sementara itu, PNBP dalam periode yang sama diperkirakan mencapai Rp ,4 miliar atau 61,2 persen dari targetnya. Faktor yang menyebabkan lebih tingginya perkiraan PNBP dalam semester II 2012 tersebut terutama didorong oleh peningkatan dalam penerimaan SDA migas dan penerimaan dari badan layanan umum (BLU). Sementara itu, penerimaan hibah dalam periode yang sama diperkirakan mencapai Rp74,6 miliar. Berdasarkan realisasi pada semester I dan proyeksi semester II tersebut, realisasi pendapatan negara dan hibah dalam tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp ,2 miliar atau 100,3 persen dari target dalam Perkiraan realisasi pendapatan negara dan penerimaan hibah tersebut terdiri atas penerimaan dalam negeri Rp ,1 miliar dan hibah Rp825,1 miliar. Dari keseluruhan penerimaan dalam negeri, realisasi penerimaan perpajakan dalam tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp ,7 miliar atau 100,1 persen dari targetnya. Sementara itu, realisasi PNBP dalam tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp ,4 miliar atau 101,0 persen dari targetnya. Jika dibandingkan dengan realisasi dalam tahun 2011, perkiraan realisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2012 secara nominal relatif lebih baik. Kondisi tersebut bersumber dari penerimaan dalam negeri yang berupa penerimaan perpajakan dan PNBP masing-masing mengalami peningkatan 19,2 persen dan 4,3 persen. Peningkatan penerimaan perpajakan tersebut terutama dipengaruhi oleh: (a) meningkatnya pendapatan masyarakat dan perusahaan yang didukung oleh terjadinya pertumbuhan ekonomi; (b) meningkatnya volume impor sebagai efek dari pelaksanaan free trade agreement (FTA) antara Indonesia dan beberapa negara atau kawasan; (c) melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat; (d) meningkatnya ICP; dan (e) melaksanakan kebijakan perpajakan secara konsisten disertai dengan extra effort di bidang pajak, kepabeanan dan cukai. Dari sisi PNBP, faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan penerimaan bukan pajak antara lain adalah: (a) penerapan kebijakan di bidang PNBP; (b) meningkatnya ICP; dan (c) meningkatnya penerimaan dari PNBP nonmigas. III-2

42 Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I Bab III Guna mendukung tercapainya target yang telah ditetapkan tersebut, Pemerintah akan terus melakukan berbagai langkah kebijakan seperti intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan, efisiensi BUMN, dan peningkatan produksi sumber daya alam. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan realisasi pendapatan negara dan hibah dalam semester II 2012 dapat lebih baik bila dibandingkan dengan realisasi pada semester I tahun Realisasi pendapatan negara dan hibah dalam semester I dan perkiraan semester II tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel III.1. TABEL III.1 PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 2012 *) (miliar rupiah) Real s.d. Semester I % thd Perk. Real Sem. II % thd Outlook % thd I. Penerimaan Dalam Negeri , ,0 43, ,1 56, ,1 100,3 1. Penerimaan Perpajakan , ,0 44, ,7 55, ,7 100,1 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak , ,0 39, ,4 61, ,4 101,0 II. Hibah 825,1 750,4 91,0 74,6 9,0 825,1 100,0 J u m l a h , ,4 43, ,7 56, ,2 100,3 *) Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan Sumber : Kementerian Keuangan 3.2 Perkembangan Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah dalam Semester I Tahun 2012 Triliun Rp GRAFIK III.1 PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH, ,1 109,3 387,6 4,7 221,0 135,8 465,9 456,8 Semester I 2011 Semester II 2011 Semester I 2012 Hibah Penerimaan Negara Bukan Pajak Penerimaan Perpajakan Sumber : Kementerian Keuangan 0,8 Realisasi pendapatan negara dan hibah dalam semester I 2012 mencapai Rp ,4 miliar atau 43,7 persen dari target Dari jumlah tersebut, sebesar Rp ,0 miliar merupakan penerimaan dalam negeri, sedangkan Rp750,4 miliar merupakan penerimaan hibah. Apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam periode yang sama tahun 2011, realisasi sampai dengan semester I 2012 tersebut mengalami peningkatan 19,4 persen. Perkembangan realisasi pendapatan negara dan hibah pada tahun 2011 dan realisasi semester I 2012 dapat dilihat pada Grafik III Realisasi Penerimaan Dalam Negeri dalam Semester I 2012 Realisasi penerimaan dalam negeri sampai dengan semester I 2012 adalah sebesar Rp ,0 miliar, atau 43,7 persen dari target yang ditetapkan dalam Penerimaan dalam negeri tersebut berasal dari penerimaan perpajakan sebesar Rp ,0 miliar atau 44,9 persen dari target, dan PNBP sebesar Rp ,0 miliar atau 39,8 persen dari target. Jika dibandingkan dengan realisasi semester I 2011, penerimaan dalam negeri pada semester I III-3

43 Bab III Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I 2012 menunjukkan kemajuan. Kemajuan tersebut terjadi baik pada penerimaan perpajakan maupun PNBP. Faktor yang berpengaruh dalam peningkatan penerimaan dalam negeri terutama adalah stabilnya fundamental ekonomi makro dan konsistensi pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan dan PNBP pada tahun Penerimaan Perpajakan Dalam Semester I Tahun 2012 Realisasi penerimaan perpajakan sampai dengan semester I 2012 mencapai Rp ,0 miliar, atau 44,9 persen dari target dalam 2012, yang berarti lebih tinggi dari pencapaiannya dalam semester I 2011 yang sebesar 44,1 persen dari target Berdasarkan komposisinya, 94,6 persen dari penerimaan perpajakan berasal dari penerimaan pajak dalam negeri, yang sampai dengan Juni 2012 mencapai Rp ,7 miliar. Sementara itu, penerimaan pajak perdagangan internasional mencapai Rp24.596,3 miliar, atau 5,4 persen dari total penerimaan perpajakan. Perkembangan penerimaan perpajakan pada semester I tahun disajikan dalam Tabel III.2. PENERIMAAN PERPAJAKAN *) TABEL III.2 (miliar rupiah) Uraian 2011 Semester I % thd Semester I % thd 1 Pajak Dalam Negeri , ,6 43, , ,7 44,6 a. Pajak Pengh a silan , ,2 48, , ,8 45,5 -Migas , ,6 52, , ,9 51,2 -Non Migas , ,6 47, , ,9 44,6 b. Pajak Per tam bah an Nilai , ,6 37, , ,4 44,5 c. Pa ja k Bu m i da n Ba n g u n a n , ,1 7, , ,5 7,7 d. BPHTB - (0,7 ) e. Cukai , ,1 51, , ,3 53,5 f. Pajak Lainnya 4.193, ,3 44, , ,7 37,4 2 Pajak Perdagangan Internasional , ,9 60, , ,3 51,3 a. Bea Masuk , ,3 54, , ,4 55,3 b. Bea Keluar , ,7 65, , ,9 47, Total Penerimaan Perpajakan , ,6 44, , ,0 44,9 *) Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan Sumber : Kementerian Keuangan Pajak Dalam Negeri Sampai dengan semester I 2012, realisasi penerimaan pajak dalam negeri mencapai Rp ,7 miliar atau 44,6 persen dari target dalam 2012, yang berarti menunjukkan kenaikan bila dibandingkan dengan kondisinya dalam semester I tahun 2011 yang mencapai 43,2 persen terhadap Kondisi tersebut terutama didukung oleh penerimaan PPh nonmigas dan PPN yang sampai dengan Juni 2012 mampu memberikan kontribusi masing-masing sebesar 46,0 persen dan 34,6 persen dari total penerimaan pajak dalam negeri. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, pencapaian penerimaan pajak dalam negeri semester I 2012 juga didukung oleh pelaksanaan kebijakan perpajakan yang dilakukan secara berkelanjutan. Di bidang pajak nonmigas, beberapa kebijakan yang dilakukan dalam tahun 2012 antara lain meliputi: (1) Pembenahan sistem dan regulasi PPN, antara lain melalui III-4

44 Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I Bab III (a) Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN secara elektronik (e-spt); (b) Inventarisasi ulang terhadap WP badan yang melaksanakan pemungutan PPN; dan (c) Review UU dan peraturan yang terkait dengan kebijakan PPN secara komprehensif; (2) Penyempurnaan beberapa kebijakan terkait dengan PPh yang ke depannya akan disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan usaha; (3) Pemanfaatan data yang maksimal untuk optimalisasi penggalian potensi pajak, antara lain melalui pengoperasian Kantor Pengolahan Data Eksternal (KPDE); (4) Perbaikan administrasi piutang pajak dalam rangka perbaikan pengelolaan utang pajak, antara lain melalui kegiatan otomasi sistem administrasi piutang pajak dan penerapan strategi penagihan melalui publikasi dan penyanderaan; (5) Peningkatan kepatuhan WP terutama WP bendahara Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) melalui peningkatan pengawasan bendahara APBD dan diikuti dengan pelaksanaan penegakan hukum terhadap bendahara yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya; (6) Perluasan tax base melalui penyempurnaan strategi pelaksanaan Sensus Pajak Nasional (SPN) yang telah dimulai pada September 2011; (7) Peningkatan efektivitas fungsi pemeriksaan dan penyidikan dalam upaya peningkatan kepatuhan WP; (8) Realokasi WP di KPP tertentu; (9) Penunjukan lembaga survei independen sebagai tenaga ahli DJP; dan (10) Operasionalisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) pertambangan dan migas (per 1 April 2012). Sementara itu, pelaksanaan kebijakan pengalihan kewenangan administrasi pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan (PBB-P2) dari Pemerintah pusat ke pemerintah daerah telah berlangsung secara bertahap mulai tahun Sampai dengan saat ini, terdapat 17 daerah kabupaten/kota yang telah melaksanakan administrasi pemungutan PBB-P2 di daerah, yaitu: Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kota Pekanbaru, Kota Palembang, Kota Bandar Lampung, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Semarang, Kabupaten Sukoharjo, Kota Yogyakarta, Kabupaten Sidoarjo, Kota Pontianak, Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kota Gorontalo, Kota Palu, dan Kabupaten Gresik. Di bidang kepabeanan dan cukai, kebijakan yang dilaksanakan pada tahun 2012 antara lain meliputi: (1) Peningkatan akurasi pemeriksaan fisik, klasifikasi, dan nilai pabean; (2) Optimalisasi pemanfataan sarana operasi/patroli darat dan laut, khususnya di daerah perbatasan; (3) Peningkatan fungsi pengawasan melalui pengembangan risk management; (4) Implementasi kenaikan tarif cukai; (5) Mengusulkan barang kena cukai baru; (6) Peningkatan patroli atau pengawasan terhadap barang kena cukai; (7) Transformasi organisasi dengan pembentukan 76 kantor modern baru di tahun 2012; (8) Penguatan pelayanan kepabeanan 24 jam sehari 7 hari seminggu di beberapa pelabuhan; (9) Pengembangan otomasi pelayanan pabean dan cukai di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai; dan (10) Ekstensifikasi bea keluar. Terkait ekstensifikasi bea keluar, Pemerintah telah memberlakukan pengenaan bea keluar atas ekspor barang tambang mineral dalam bentuk mentah (bijih) sesuai dengan PMK Nomor 75/PMK.011/2012 yang berlaku sejak tanggal 16 Mei Pengenaan bea keluar tersebut, ditujukan untuk mendorong pembangunan industri pengolahan dan pemurnian barang tambang mineral di dalam negeri. Hal tersebut sesuai dengan amanah UU Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang mengatur kewajiban atas pengolahan bentuk raw material atau bijih mentah di dalam negeri paling lambat tahun Dasar hukum pengenaan bea keluar atas barang ekspor tersebut diatur dalam Pasal 2A ayat (2) UU Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU Nomor 10 Tahun 1995 III-5

45 Bab III Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I tentang Kepabeanan, dengan tujuan untuk: (a) menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri; (b) melindungi kelestarian sumber daya alam; (c) mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditi ekspor tertentu di pasaran internasional; dan (d) menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di dalam negeri. Penetapan tarif bea keluar atas ekspor komoditas bijih mineral direncanakan akan dilakukan dengan sistem flat advalorem agar lebih efektif dalam mengendalikan ekspor bahan mentah dan memastikan agar perusahaan pertambangan untuk melakukan peningkatan nilai tambah melalui pengolahan dan pemurnian barang tambang di dalam negeri. Selanjutnya, dalam rangka mendukung pelaksanaan kebijakan kepabeanan cukai pada tahun 2012, Pemerintah telah menerbitkan beberapa peraturan yang memberikan fasilitas atau kemudahan bagi para pelaku usaha maupun peningkatan kualitas pelayananan. Pertama, Pemerintah telah menerbitkan suatu peraturan yang memberikan masa transisi yang memadai bagi pengusaha di kawasan berikat untuk menyesuaikan proses bisnis dengan mengikuti ketentuan dalam kawasan berikat, sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 44/ PMK.04/2012. Langkah itu diambil untuk mengantisipasi dampak perkembangan ekonomi global yang mungkin akan membawa dampak negatif bagi dunia usaha. Kedua, untuk penyempurnaan fasilitas kepabeanan tujuan ekspor dan pengawasannya, Pemerintah telah menerbitkan suatu peraturan yang mengatur tentang pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor. Peraturan itu mulai berlaku tanggal 1 April 2012, sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 254/PMK.04/2011. Ketiga, Pemerintah telah menetapkan sistem klasifikasi barang dan pembebanan tarif bea masuk atas barang impor tahun 2012 (Buku Tarif Kepabeanan Indonesia 2012), sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 213/PMK.011/2011. Keempat, Pemerintah telah menetapkan kebijakan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau yang mulai diberlakukan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012 dengan pengenaan besaran tarif ratarata sebesar 16,3 persen (PMK Nomor 167/PMK.011/2011). Kebijakan penyesuaian tarif tersebut ditujukan untuk pengaturan cukai hasil tembakau serta mempertegas fungsi pengendalian produksi dan konsumsi hasil tembakau dengan tetap mempertimbangkan potensi penerimaan di bidang cukai hasil tembakau. Sebagai bentuk dukungan Pemerintah dalam pengembangan sektor-sektor tertentu, pada tahun 2012 Pemerintah memberikan fasilitas perpajakan dalam bentuk pajak ditanggung Pemerintah (DTP) sebesar Rp4,3 triliun, terdiri atas PPh DTP atas komoditi panas bumi Rp0,8 triliun, PPh DTP atas Surat Berharga Negara (SBN) Rp2,8 triliun, dan bea masuk DTP untuk sektor-sektor tertentu Rp0,6 triliun. Insentif PPh DTP atas komoditas panas bumi diberikan dengan tujuan untuk mengembangkan sektor usaha panas bumi. Fasilitas PPh DTP atas SBN diberikan dengan tujuan untuk menarik minat investor asing untuk membeli obligasi Pemerintah. Insentif itu merupakan insentif PPh DTP atas bunga, imbal hasil, dan penghasilan pihak ketiga atas jasa yang diberikan kepada Pemerintah dalam penerbitan SBN di pasar internasional, tetapi tidak termasuk jasa konsultan hukum. Sementara itu, pemberian fasilitas bea masuk DTP (BM DTP) secara umum ditujukan untuk memenuhi penyediaan barang/jasa untuk kepentingan umum dan peningkatan daya saing industri tertentu di dalam negeri. Pemberian fasilitas BM DTP dilatarbelakangi oleh dihapuskannya wewenang Menteri Keuangan dalam hal pemberian fasilitas bea masuk, sebagaimana dimaksud pada pasal 25 ayat (2) dan pasal 26 ayat (2) (Amendemen atas Undang-Undang nomor 10 tahun 1995 menjadi Undang-Undang nomor 17 tahun 2006). III-6

46 Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I Bab III Oleh karena itu, sebagai gantinya diberikan fasilitas BM DTP untuk memenuhi kebutuhan akan insentif fiskal bagi industri tertentu yang bersifat strategis dan membutuhkan dukungan Pemerintah untuk meningkatkan daya saing. Beberapa industri strategis yang diberikan fasilitas BM DTP pada tahun 2012 antara lain adalah: Industri Pembuatan dan/atau Perakitan Alat Besar, Industri Pembuatan Komponen Kendaraan Bermotor, Industri Pembuatan Komponen dan/atau Produk Elektronika, Industri Pembuatan Kabel Serat Optik, Industri Pembuatan Peralatan Telekomunikasi, Industri Pembuatan Tinta Khusus (Toner), Industri Pembuatan dan/atau Perbaikan Kapal, Industri Pembuatan dan Perbaikan Gerbong Barang, Kereta Penumpang, Kereta Rel Listrik/Diesel, Bogie serta Komponen Kereta Api, Industri Pembuatan Resin Berupa Alkyd Resin, Unsaturated Polyester Resin, Amino Resin, Pigment Phthalate, Solution Acrylic/Synthetic Latex, Plasticizer, Industri Pembuatan Alat Tulis Berupa Ballpoint, Industri Pembuatan Karpet dan/atau Permadani, Industri Pembuatan Kemasan Plastik, Plastik Lembaran, Bi-Axially Oriented Polypropylene Film, Cast Polypropylene Film, Karung Plastik, Benang dari Plastik, Terpal Plastik, Geotekstil, Barang dan/atau Perabot Rumah Tangga dari Plastik, Industri Pembuatan Pupuk, Industri Perbaikan dan/atau Pemeliharaan Pesawat Terbang, serta Industri Pembuatan Kemasan Infus dan/atau Produksi Obat Infus. Kriteria penilaian dalam pemberian insentif fiskal BM DTP adalah dengan mempertimbangkan industri yang: (1) memenuhi penyediaan barang dan/atau jasa untuk kepentingan umum, dikonsumsi masyarakat luas, dan/atau melindungi kepentingan konsumen; (2) meningkatkan daya saing; (3) meningkatkan penyerapan tenaga kerja; dan (4) meningkatkan pendapatan negara. Dalam pemberian, pemanfaatan, dan pertanggungjawaban telah disiapkan mekanisme yang lebih sederhana, terukur, dan transparan. Hal tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan oleh industri secara tepat sasaran. Pada masa yang akan datang, pemberian fasilitas BM DTP dapat dievaluasi untuk penerapan pemberian fasilitas yang lebih dinamis terkait dengan sektor industri baru yang belum pernah mendapatkan, maupun penyiapan exit strategy bagi sektor industri yang telah cukup lama menerima fasilitas BM DTP. Selain fasilitas dalam bentuk pajak dan BM DTP, Pemerintah juga memberikan Fasilitas tidak dipungut PPN dan PPnBM terhadap barang kena pajak yang mendapatkan pembebasan bea masuk, salah satunya adalah atas impor barang yang dipergunakan untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu minyak dan gas bumi serta panas bumi (PMK 27/PMK. 011/2012), yang mulai berlaku 8 Februari Kebijakan tersebut merupakan fasilitas pengganti atas dihapuskannya fasilitas PPN DTP sebagai pajak dalam rangka impor (PDRI) untuk eksplorasi migas pada tahun Beberapa kriteria barang kena pajak yang bisa mendapatkan fasilitas tidak dipungut PPN dan PPnBM maupun pembebasan bea masuk adalah: (a) barang tersebut belum dapat diproduksi dalam negeri; (b) barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri, tetapi belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan; atau (c) barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri, tetapi jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri. Selain itu, untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan tenaga kerja pada tahun 2012, Pemerintah berencana melakukan penyesuaian penghasilan tidak kena pajak (PTKP) yang belum berubah sejak tahun Penyesuaian PTKP itu terlebih dahulu akan dikonsultasikan dengan DPR dan selanjutnya akan diatur berdasarkan peraturan Menteri Keuangan. III-7

47

48 Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I Bab III sebesar 9,9 persen, dan sektor penggalian dengan kontribusi sebesar 8,2 persen. Sementara itu, sekitar 28,3 persen merupakan kontribusi dari sektor pertambangan, sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, sektor jasa lainnya, sektor listrik, gas, dan air bersih, serta sektor konstruksi. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) Realisasi PPN dan PPnBM sampai dengan semester I 2012 mencapai Rp ,4 miliar atau 44,5 persen dari target 2012, yang berarti meningkat bila dibandingkan dengan kondisinya dalam periode yang sama tahun 2011 sebesar 37,7 persen terhadap targetnya dalam Penerimaan PPN dan PPnBM tersebut terdiri atas PPN dan PPnBM Dalam Negeri (PPN dan PPnBM DN) sebesar Rp84.642,5 miliar, dan PPN dan PPnBM Impor sebesar Rp65.018,9 miliar. Kondisi tersebut terutama didukung oleh penerimaan PPN dan PPnBM impor yang mengalami kenaikan sebesar 20,8 persen. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya realisasi impor. Pada empat bulan pertama 2012, realisasi nilai impor mengalami pertumbuhan 16,18 persen (yoy), yaitu dari US$53,68 miliar pada periode Januari April 2011 menjadi US$62,37 miliar pada Januari April Apabila dilihat berdasarkan jenis barang impor, peningkatan PPN dan PPnBM impor terutama dipicu oleh pertumbuhan impor barang modal yang mengalami peningkatan sebesar 35,2 persen (yoy). Melonjaknya impor barang modal tersebut merupakan dampak dari pembangunan pabrikpabrik yang diperkirakan akan berlangsung dalam kurun waktu 6 18 bulan ke depan. Untuk selanjutnya, pembangunan pabrik-pabrik tersebut diharapkan dapat menghasilkan produkproduk yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi. Triliun Rp 150,0 120,0 90,0 60,0 30,0 0,0 GRAFIK III.4 KOMPOSISI PPN DAN PPnBM ,5 60,9 61,0 104,2 65,0 84,6 Semester I 2011 Semester II 2011 Semester I 2012 PPN & PPnBM Impor Sumber : Kementerian Keuangan PPN & PPnBM Dalam Negeri Sementara itu, pencapaian PPN dan PPnBM dalam negeri mengalami kenaikan 36,7 persen bila dibandingkan dengan realisasi semester I tahun Kenaikan tersebut didukung oleh tetap terjaganya konsumsi masyarakat dan Pemerintah yang sampai dengan triwulan I 2012 mengalami pertumbuhan dan masing-masing sebesar 4,9 persen dan 5,9 persen. Perkembangan PPN dan PPnBM pada tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada Grafik III.4. Secara sektoral, realisasi penerimaan PPN dan PPnBM sampai dengan semester I 2012 terutama didominasi oleh lima sektor utama. Kelima sektor itu adalah sektor industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 40,8 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan kontribusi sebesar 23,9 persen, sektor penggalian dengan kontribusi sebesar 7,4 persen, sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan dengan kontribusi sebesar 6,8 persen, dan sektor listrik, gas, dan air bersih dengan kontribusi sebesar 5,3 persen. Selebihnya dengan kontribusi 15,8 persen berasal dari sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa lainnya, sektor pertambangan, dan sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan. III-9

49 Bab III Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sampai dengan semester I 2012 realisasi penerimaan PBB mencapai Rp2.296,5 miliar atau 7,7 persen dari target Komponen penerimaan PBB terbesar berasal dari sektor perkotaan yaitu sebesar Rp1.563,5 miliar. Sementara itu, penerimaan PBB sektor pedesaan adalah sebesar Rp369,1 miliar, sektor pertambangan sebesar Rp254,8 miliar, dan selebihnya Rp109,1 miliar merupakan penerimaan dari sektor perkebunan dan sektor kehutanan. Kondisi penerimaan PBB pada semester I 2012 sama dengan semester I 2011 yang mencapai 7,7 persen terhadap targetnya. Perbandingan realisasi penerimaan PBB dapat dilihat dalam Grafik III.5. Cukai GRAFIK III.5 KOMPOSISI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB), Triliun Rp 1,7 1,8 1,6 1,6 Semester I ,4 Semester I ,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,4 0,3 0,4 0,1 0,1 0,0 0,2 0,0 PBB Pedesaan PBB Perkotaan PBB Perkebunan & PBB Pertambangan Kehutanan Sumber : Kementerian Keuangan Penerimaan cukai sampai dengan semester I 2012 mencapai Rp44.545,3 miliar atau 53,5 persen dari target Kondisi tersebut lebih baik dari kondisi semester I 2011 yang hanya mencapai 51,1 persen dari target Dari total penerimaan Rp44.545,3 miliar tersebut, penerimaan cukai tembakau mencapai Rp42.481,3 miliar, dan sisanya Rp2.064,0 miliar merupakan penerimaan cukai Minuman Mengandung Ethyl Alkohol (MMEA) dan Ethyl Alkohol (EA), denda administrasi cukai, dan pendapatan cukai lainnya. Secara lebih rinci, kenaikan tersebut berasal dari penerimaan cukai hasil tembakau, MMEA, dan EA, yang masing-masing, mengalami Triliun Rp GRAFIK III.6 PENERIMAAN CUKAI, Cukai EA dan MMEA Cukai Hasil Tembakau 1,7 33,1 2,1 2,1 40,1 42,5 Semester I 2011 Semester II 2011 Semester I 2012 Sumber : Kementerian Keuangan peningkatan sebesar 28,3 persen, 21,6 persen dan 40,2 persen. Faktor utama yang mempengaruhi kenaikan penerimaan cukai tersebut di antaranya adalah diterapkannya kebijakan kenaikan tarif cukai tembakau rata-rata 16,3 persen sejak Januari 2012 serta keberhasilan upaya pemberantasan rokok illegal dan cukai palsu. Perkembangan penerimaan cukai berdasarkan komponen penyumbangnya pada semester I 2011 dan 2012 disajikan dalam Grafik III.6. Pajak Lainnya Penerimaan pajak lainnya sampai dengan semester I 2012 mencapai Rp2.106,7 miliar, atau 37,4 persen dari target Penerimaan pajak lainnya terutama berasal dari penerimaan penjualan benda materai sebesar Rp1.357,1 miliar. Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya pendapatan dari penjualan benda materai seiring dengan meningkatnya kegiatan Triliun Rp 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 GRAFIK III.7 PAJAK LAINNYA ,5 0,6 0,5 1,4 1,5 1,4 Semester I 2011 Semester II 2011 Semester I 2012 Sumber : Kementerian Keuangan Lain-lain Bea Materai III-10

50 Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I Bab III transaksi berdokumen hukum. Perkembangan penerimaan pajak lainnya pada semester I tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada Grafik III.7. Pajak Perdagangan Internasional Penerimaan pajak perdagangan internasional terdiri atas penerimaan bea masuk dan bea keluar. Berdasarkan realisasi penerimaan hingga semester I 2012, pajak perdagangan internasional memberikan kontribusi terhadap penerimaan perpajakan sebesar Rp24.596,3 miliar. Penerimaan tersebut berasal dari bea masuk yang memberikan kontribusi sebesar 55,6 persen dan bea keluar sebesar 44,4 persen. Secara keseluruhan, pencapaian realisasi penerimaan pajak perdagangan internasional dalam semester I 2012 mencapai sebesar 51,3 persen dari targetnya, lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi semester I 2011 yang mencapai 60,4 persen dari target Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh lebih rendahnya harga referensi CPO internasional pada semester I tahun 2012 yang berkisar US$1.032, ,93/MT dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berkisar US$1.145, ,5/MT. Hal itu mengakibatkan tarif bea keluar pada semester I 2012 rata-rata mencapai 17,5 persen, lebih rendah dari semester I 2011 yang mencapai 21,3 persen yang menyebabkan turunnya penerimaan bea keluar. Perkembangan pajak perdagangan internasional pada semester I 2011 dan 2012 dapat dilihat dari Grafik III.8. Bea Masuk Realisasi penerimaan bea masuk sampai dengan semester I 2012 mencapai Rp13.680,4 miliar atau 55,3 persen dari rencananya dalam 2012, yang berarti lebih baik kondisinya dari pencapaian semester I 2011 yang mencapai 54,8 persen dari target Kondisi tersebut dipengaruhi oleh tingginya realisasi nilai impor pada periode Januari-April 2012 yang diperkirakan akan tetap berlanjut hingga semester I tahun 2012, seiring dengan tetap terjaganya kondisi ekonomi makro Indonesia. Triliun Rp 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 GRAFIK III.8 PAJAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL, Triliun Rp Semester I 2011 Semester II 2011 Semester I 2012 Dalam periode Januari April 2012, realisasi nilai impor nonmigas Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 16,2 persen (yoy). Jika dilihat dari negara asalnya, impor nonmigas Indonesia dominan berasal dari kawasan ASEAN yang mencapai sebesar 21,6 persen, Cina sebesar 19,0 persen, dan Jepang sebesar 16,1 persen. Proporsi impor nonmigas Indonesia menurut negara asal, periode Januari April 2011 dapat dilihat pada Grafik III.10. Secara lebih rinci, realisasi nilai impor dari ASEAN mencapai US$10.351,1 juta (tumbuh sebesar 6,0 11,8 Semester I 2011 Semester II 2011 Semester I 2012 Sumber : Kementerian Keuangan 11,8 Sumber : Kementerian Keuangan 16,5 12,3 10,9 Bea Keluar 13,5 13,7 Bea Masuk GRAFIK III.9 BEA MASUK, ,5 13,7 III-11

51

52 Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I Bab III Mei 2012 sebagai dampak dari turunnya harga CPO di pasar internasional yang berkisar antara US$1.032,3/MT US$1.191,9/MT. Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun 2011 tarif bea keluar yang berlaku berkisar antara 17,5 persen 25 persen, dengan harga CPO di pasar internasional berkisar antara US$1.145,1/MT US$1.294,5/MT. Semester I 2011 Semester II 2011 Semester I 2012 Selain itu, terjadinya pergeseran komoditi Sumber : Kementerian Keuangan ekspor dari CPO menjadi produk turunannya yaitu refined bleached deodorized (RBD) yang tarif bea keluarnya mengalami penurunan dari yang sebelumnya 16 persen 18 persen menjadi 6 persen 8 persen, juga menjadi penyebab lebih rendahnya pencapaian penerimaan bea keluar pada semester I tahun Perkembangan penerimaan bea keluar dan harga referensi CPO tahun dapat diihat pada Grafik III.13 dan Grafik III.14. Triliun Rp 18,0 15,0 12,0 9,0 6,0 3,0 0,0 GRAFIK III.13 BEA KELUAR ,5 12,3 10,9 Miliar Rp 4, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,987.4 GRAFIK III.14 PERKEMBANGAN HARGA CPO DAN BEA KELUAR , , , , , ,049.5 Jan 11 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan 12 Feb Mar Apr Mei Bea Keluar 1, , ,949.0 Harga referensi CPO 2, , , , US$/ton 1,400 1,200 1, Penerimaan Negara Bukan Pajak Semester I Tahun 2012 Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) terdiri atas penerimaan sumber daya alam (SDA), bagian Pemerintah atas laba BUMN, PNBP lainnya, dan pendapatan badan layanan umum (BLU). Sampai dengan semester I 2012, total PNBP mencapai Rp ,0 miliar atau 39,8 persen dari target dalam 2012, lebih baik jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2011 yang sebesar 38,2 persen dari targetnya dalam Kondisi tersebut terutama diakibatkan dari lebih tingginya realisasi ICP pada periode Desember 2011 Mei 2012 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, serta penerimaan dari bagian Pemerintah atas laba BUMN akibat telah selesainya rapat umum pemegang saham (RUPS) pada sebagian besar BUMN. Sejalan dengan naiknya PNBP, kontribusi PNBP terhadap pendapatan negara dan hibah 2012 juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontribusi pada periode yang sama tahun lalu, yaitu dari 22,0 persen di 2011 menjadi 22,9 persen di Perkembangan PNBP dalam semester I tahun 2011 dan 2012 diperlihatkan dalam Tabel III.3. III-13

53 Bab III Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I TABEL III.3 REALISASI SEMESTER I PNBP, *) (miliar rupiah) Realisasi Semester I % thd Real Semester I % thd a. PNBP SDA , ,5 37, , ,6 36,8 I. Penerimaan SDA Migas , ,2 35, , ,4 34,7 - Penerimaan Minyak Bumi , ,8 35, , ,7 31,7 - Penerimaan Gas Bumi , ,5 36, , ,7 44,1 II Penerimaan SDA Non Migas , ,2 50, , ,3 59,7 - Penerimaan Pertambangan Umum , ,6 49, , ,1 60,2 - Penerimaan Kehutanan 2.908, ,4 50, , ,8 52,6 - Penerimaan Perikanan 150,0 64,2 42,8 150,0 89,2 59,4 - Penerimaan Pertambangan Panas Bumi 356,1 219,0 61,5 348,8 355,2 101,8 b. Bagian Laba BUMN , ,4 18, , ,6 47,2 c. PNBP Lainnya , ,4 58, , ,0 47,7 d. Pendapatan BLU , ,1 23, , ,7 31,9 T o t a l , ,4 38, , ,0 39,8 *) Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan Sumber : Kementerian Keuangan Penerimaan Sumber Daya Alam (SDA) Penerimaan SDA merupakan penerimaan negara yang bersumber dari pemanfaatan sumber daya alam, yang terdiri atas pemanfaatan SDA minyak bumi dan gas bumi (migas), serta SDA nonmigas, yang terdiri atas pertambangan umum, kehutanan, perikanan, dan panas bumi. Sampai dengan semester I 2012, realisasi penerimaan SDA mencapai Rp79.977,6 miliar atau 36,8 persen dari target 2012, yang terdiri dari realisasi penerimaan SDA migas Rp68.722,4 miliar dan penerimaan SDA nonmigas Rp11.255,3 miliar. Sumber utama PNBP SDA dalam realisasi semester I berasal dari SDA migas, yang memberikan kontribusi sebesar 85,9 persen terhadap total penerimaan SDA, sedangkan kontribusi SDA nonmigas hanya sebesar 14,1 persen. Penerimaan SDA Migas Sebagai penyumbang penerimaan terbesar terhadap PNBP, penerimaan SDA migas dalam semester I 2012 mencapai Rp68.722,4 miliar atau 34,7 persen dari target Dilihat dari komposisinya, penerimaan minyak bumi mencapai Rp47.777,7 miliar atau 31,7 persen dari target 2012, sedangkan penerimaan gas bumi mencapai Rp20.944,7 miliar (44,1 persen dari target). Hal itu berarti, penerimaan minyak bumi dan gas bumi memberikan kontribusi terhadap total Triliun Rp penerimaan SDA migas, masing-masing sebesar 69,5 persen dan 30,5 persen. Penerimaan minyak bumi dan gas bumi tersebut meningkat dikarenakan lebih tingginya realisasi ratarata ICP pada periode Desember 2011 Mei 2012 sebesar US$119,2/barel jika dibandingkan 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 GRAFIK III.15 PENERIMAAN SDA MIGAS Gas Bumi Minyak Bumi 61,7 68,7 Semester I 2011 Semester I 2012 Sumber : Kementerian Keuangan III-14

54 Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I Bab III US$ per barel GRAFIK III.16 REALISASI SEMESTER I ICP, Rata rata 107,2 Rata rata 119,2 Des Jan Feb Mar Apr Mei Des Jan Feb Mar Apr Mei ribu barel / hari GRAFIK III.17 REALISASI SEMESTER I LIFTING MINYAK, Rata-rata 878,4 Rata rata 877,3 Des Jan Feb Mar Apr Mei Des Jan Feb Mar Apr Mei Sumber : Kementerian ESDM Sumber : Kementerian ESDM dengan realisasi rata-rata ICP pada periode yang sama tahun 2011 sebesar US$107,2/barel. Grafik III.15, III.16, dan III.17 menyajikan perkembangan penerimaan SDA migas, perkembangan harga ICP, dan perkembangan lifting minyak mentah Penerimaan SDA Nonmigas Berdasarkan realisasi pada semester I 2012, penerimaan SDA nonmigas mencapai Rp11.255,3 miliar atau 59,7 persen dari target yang ditetapkan dalam Sumber utama penerimaan SDA nonmigas tersebut berasal dari penerimaan pertambangan umum Rp9.194,1 miliar dan penerimaan kehutanan Rp1.616,8 miliar. Sementara itu, penerimaan pertambangan panas bumi dan penerimaan perikanan masing-masing mencapai Rp355,2 miliar dan Rp89,2 miliar. Pencapaian penerimaan SDA nonmigas tersebut meningkat bila dibandingkan dengan kondisi dalam periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 50,1 persen terhadap target Penerimaan pertambangan umum hingga akhir Juni 2012 mencapai 60,2 persen dari target yang ditetapkan dalam tahun Kondisi tersebut lebih baik apabila dibandingkan dengan kondisi pada periode yang sama tahun 2011 yang hanya mencapai sebesar 49,9 persen dari targetnya dalam Secara lebih rinci, realisasi penerimaan pertambangan umum terdiri atas penerimaan royalti Rp8.993,6 miliar dan iuran tetap Rp200,5 miliar. Pencapaian GRAFIK III.18 PERKEMBANGAN HARGA BATUBARA ACUAN (HBA) US$/ton tersebut terutama didorong peningkatan harga batubara dan lebih tingginya target produksi batubara dalam tahun Untuk menghitung penerimaan pertambangan umum, Pemerintah menggunakan harga batubara acuan (HBA) yang diterbitkan setiap bulan melalui Peraturan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara. Pada bulan Mei 2012, HBA telah mencapai rata-rata US$102,1 per ton. Perkembangan HBA tersebut dapat dilihat pada Grafik III.18. Selanjutnya hingga akhir Juni 2012, penerimaan kehutanan mencapai Rp1.616,8 miliar atau 52,6 persen dari target yang ditetapkan dalam Realisasi penerimaan kehutanan tersebut bersumber dari (1) Iuran hak pengusahaan hutan (IHPH) sebesar Rp74,2 miliar, (2) Provisi sumber daya hutan (PSDH) sebesar Rp596,3 miliar, (3) Dana reboisasi sebesar Rp814,4 miliar, dan (4) penggunaan kawasan hutan sebesar Rp131,9 miliar. Pencapaian 115,0 110,0 105,0 100,0 95,0 109,3 111,6 112,9 105,6 102,1 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Sumber : Kementerian ESDM III-15

55 Bab III Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I tersebut merupakan perwujudan dari diterapkannya beberapa kebijakan di sektor kehutanan, seperti: (1) melakukan pengembangan sistem penata usahaan hasil hutan (PUHH) berbasis teknologi informasi (TI) yang dapat diakses di Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan Provinsi, Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, serta pemegang IUPHHK-HA/HT, dan (2) intensifikasi PNBP penggunaan kawasan hutan. Triliun Rp 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 GRAFIK III.19 REALISASI SEMESTER I PENERIMAAN SDA NONMIGAS, ,7 9,2 1,5 1,6 0,2 0,4 Semester I 2011 Semester I 2012 Pertambangan Umum Kehutanan Perikanan Panas bumi Sumber : Kementerian Keuangan Sumber penerimaan SDA nonmigas lainnya adalah penerimaan perikanan dan penerimaan kegiatan usaha pertambangan panas bumi. Sampai dengan Juni 2012, realisasi penerimaan perikanan mencapai Rp89,2 miliar atau 59,4 persen dari targetnya dalam Untuk mencapai target penerimaan perikanan, Pemerintah akan terus melakukan berbagai upaya, antara lain melalui: (1) ekstensifikasi sumber PNBP; (2) mendorong perusahaan perikanan asing yang semula beroperasi dengan skim lisensi menjadi skim kemitraan dengan pelaku usaha perikanan domestik; (3) mendorong dibentuknya perusahaan PMA; (4) meningkatkan kemampuan armada perikanan dalam negeri untuk mengganti kapal asing yang beroperasi di ZEEI dan laut lepas, dan (5) meningkatkan pelayanan, percepatan perijinan (mobile unit) dan administrasi penagihan. Sementara itu, realisasi PNBP panas bumi dalam periode semester I 2012 mencapai Rp355,2 miliar atau 101,8 persen dari target 2012 sebesar Rp348,8 miliar. Kondisi ini jauh lebih baik apabila dibandingkan dengan kondisi pada semester I 2011 yang pencapaiannya hanya sebesar 61,5 persen terhadap target Pencapaian tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan setoran bagian Pemerintah disebabkan oleh Star Energy Geothermal Wayang Windu, Ltd (SEGWWL) mulai menghasilkan setoran bagian Pemerintah, serta adanya penerimaan carbon emission reduction (CER) dan penurunan biaya drilling dari Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. (CGI). Selain itu, terdapat penundaan kegiatan drilling dari Chevron Geothermal Salak, Ltd. serta peningkatan harga jual uap dari wilayah kerja (WK) Kamojang PT Pertamina Geothermal Energy yang mengakibatkan meningkatnya setoran bagian Pemerintah pada semester I tahun Penerimaan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN Realisasi penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN sampai dengan semester I 2012 mencapai Rp14.537,6 miliar atau 47,2 persen dari targetnya dalam Kondisi tersebut lebih baik apabila dibandingkan dengan kondisi penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN pada periode yang sama tahun 2011 yang hanya mencapai 18,0 persen dari target Meningkatnya realisasi penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN tersebut disebabkan karena beberapa BUMN seperti PT Pertamina, PT Telkom, PT PGN, PT Jasa Marga, dan PT Bukit Asam yang menyetorkan dividennya pada semester I, sedangkan pada tahun sebelumnya BUMN tersebut menyetorkan dividennya pada semester II. Secara garis besar, penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN dikelompokkan ke dalam penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN perbankan dan nonperbankan. Sampai dengan semester I 2012, penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN perbankan dan III-16

56 Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I Bab III nonperbankan masing-masing adalah sebesar Rp3.342,3 miliar dan Rp11.195,3 miliar. BUMN yang telah menyetor dividen dalam semester I antara lain PT ASDP, PT Inhutani V, PT Kawasan Industri Wijaya Kusuma, PT Dahana, PT Inhutani I, PT Balai Pustaka, PT Perkebunan Nusantara II, PT Perkebunan Nusantara IX, Bank BRI, Bank BTN, Bank BNI, Bank Mandiri, PT Telkom, PT Bukit Asam, PT Jasa Marga, PT Wijaya Karya, PT Perusahaan Gas Negara, dan PT Pertamina. Perkembangan penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN diperlihatkan dalam Grafik III.20. PNBP Lainnya Sebagai salah satu sumber penerimaan yang berasal dari jasa pelayanan dan pengaturan yang dilakukan kementerian negara/lembaga (K/L), penjualan hasil tambang, domestic market obligation (DMO) minyak mentah, dan pendapatan lain-lain, realisasi PNBP lainnya sampai dengan semester I 2012 mencapai Rp34.759,0 miliar atau 47,7 persen dari target tahun Kondisi tersebut sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 58,4 persen dari targetnya dalam Realisasi PNBP lainnya tersebut, sebagian besar berasal dari: (a) pendapatan jasa sebesar Rp11.480,9 miliar atau 33,0 persen dari total realisasi PNBP lainnya; (b) pendapatan bunga sebesar Rp8.123,1 miliar atau 23,4 persen dari total realisasi PNBP lainnya; dan (c) pendapatan dari pengelolaan BMN serta pendapatan dari penjualan sebesar Rp8.206,9 miliar atau 23,6 persen dari total realisasi PNBP lainnya. Relatif tingginya pendapatan jasa berasal dari pendapatan hak dan Triliun Rp perijinan sebesar Rp3.050,9 miliar, relatif tingginya pendapatan dari pengelolaan BMN serta pendapatan dari penjualan berasal dari pendapatan penjualan hasil tambang sebesar Rp3.847,7 miliar. Sementara itu, tingginya pendapatan bunga berasal dari pendapatan premium atas obligasi negara sebesar Rp6.829,1 miliar, sedangkan relatif tingginya pendapatan lain-lain berasal dari pendapatan dari penerimaan kembali tahun anggaran yang lalu sebesar Rp4.021,1 miliar. Komposisi realisasi PNBP lainnya dapat dilihat dalam Grafik III.21. Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) Sampai dengan semester I 2012, realisasi BLU mencapai Rp6.514,7 miliar atau 31,9 persen terhadap Pencapaian tersebut masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai 23,6 persen dari targetnya 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 GRAFIK III.20 REALISASI SEMESTER I PENERIMAAN BAGIAN PEMERINTAH ATAS LABA BUMN, ,2 14,5 Semester I 2011 Semester I 2012 Sumber : Kementerian Keuangan GRAFIK III.21 KOMPOSISI REALISASI PNBP LAINNYA Semester I ,6% 2,7% 14,5% 2,1% 0,3% 0,4% 23,4% Pen. Penjualan dan Sewa Pen. Bunga Pen. Pendidikan Pen. Iuran dan Denda Sumber : Kementerian Keuangan 33,0% Pen. Jasa Pen. Kejaksaan dan Peradilan Pen. Gratifikasi & uang sitaan hasil korupsi Pen. Lain-lain III-17

57 Bab III Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I dalam Pendapatan BLU tersebut antara lain berasal dari: (1) pendapatan jasa pendidikan sebesar Rp2.389,3 miliar, (2) pendapatan jasa rumah sakit sebesar Rp2.184,7 miliar, (3) pendapatan jasa penyelenggaraan telekomunikasi sebesar Rp672,7 miliar, dan (4) pendapatan BLU lainnya sebesar Rp1.268,0 miliar. Perbandingan pendapatan BLU dapat dilihat dalam Grafik III Penerimaan Hibah Realisasi penerimaan hibah sampai dengan semester I 2012 mencapai Rp750,4 miliar atau 91,0 persen dari target yang ditetapkan dalam Pencapaian penerimaan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 2,5 persen dari targetnya dalam Perbandingan penerimaan hibah dapat dilihat pada Grafik III.23. Triliun Rp 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 Triliun Rp 1,0 0,5 0,0 GRAFIK III.22 REALISASI SEMESTER I PENDAPATAN BLU, ,6 GRAFIK III.23 REALISASI REALISASI SEMESTER I PENERIMAAN HIBAH, ,1 0,8 Semester I 2011 Semester I 2012 Sumber : Kementerian Keuangan 6,5 Semester I 2011 Semester I 2012 Sumber : Kementerian Keuangan 3.3 Prognosis Pendapatan Negara dan Hibah Semester II Tahun 2012 Proyeksi pendapatan negara dan hibah dalam semester II 2012 akan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah: (a) perkembangan perekonomian global dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi domestik; (b) perkembangan beberapa indikator ekonomi makro, seperti harga minyak mentah, nilai tukar rupiah, dan lifting minyak mentah Indonesia, dan (c) pelaksanaan berbagai kebijakan fiskal yang telah dan akan dilaksanakan dalam tahun Berdasarkan perkiraaan realisasi pendapatan negara dan hibah dalam semester I 2012, serta mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, pendapatan negara dan hibah dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp ,7 miliar. Perkiraan realisasi tersebut diharapkan bersumber dari penerimaan dalam negeri sebesar Rp ,1 miliar dan penerimaan hibah sebesar Rp74,6 miliar. Berdasarkan realisasi pendapatan negara dan hibah pada semester I 2012 serta proyeksi pada semester II, maka realisasinya pada tahun 2012 diperkirakan akan mencapai Rp ,2 miliar atau 100,3 persen dari targetnya dalam Perkiraan realisasi pendapatan negara dan hibah dalam semester I dan semester II tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel III.4. III-18

58 Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I Bab III TABEL III.4 PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH TAHUN 2012 *) (miliar rupiah) Uraian Realisasi Sem ester I % Perkiraan Realisasi Sem ester II Perkiraan % Realisasi % I. Penerimaan Dalam Negeri , ,0 43, ,1 56, ,1 100,3 1. Penerimaan Perpajakan , ,0 44, ,7 55, ,7 100,1 a. Pajak Dalam Negeri , ,7 44, ,1 55, ,8 99,8 i. Pajak Penghasilan , ,8 45, ,2 50, ,0 95,5 -Migas , ,9 51, ,2 61, ,2 112,7 -Non Migas , ,9 44, ,0 48, ,8 92,9 ii. Pajak Pertambahan Nilai , ,4 44, ,2 59, ,6 104,4 iii. Pajak Bumi dan Bangunan , ,5 7, ,8 99, ,3 106,9 iv. Cukai , ,3 53, ,1 52, ,4 105,5 v. Pajak Lainnya 5.632, ,7 37, ,8 51, ,6 88,6 b. Pajak Perdagangan Internasional , ,3 51, ,6 54, ,9 106,2 i. Bea Masuk , ,4 55, ,8 50, ,2 105,5 ii. Bea Keluar , ,9 47, ,9 59, ,7 106,9 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak , ,0 39, ,4 61, ,4 101,0 a. Penerimaan SDA , ,6 36, ,9 64, ,5 101,4 i. Migas , ,4 34, ,5 66, ,9 101,4 - Minyak bumi , ,7 31, ,3 64, ,0 95,8 - Gas Bumi , ,7 44, ,2 7 5, ,8 119,3 ii. Non Migas , ,3 59, ,3 41, ,6 101,0 - Pertambangan umum , ,1 60, ,0 39, ,1 100,0 - Kehutanan , ,8 52, ,1 47, ,9 100,0 - Perikanan 150,0 89,2 59,4 60,8 40,6 150,0 100,0 - Panas Bumi 348,8 355,2 101,8 17 4,4 50,0 529,6 151,8 b. Bagian Laba BUMN , ,6 47, ,7 52, ,3 100,0 c. PNBP Lainnya, al: , ,0 47, ,6 52, ,6 100,6 - DMO , ,0 25, ,9 7 8, ,9 103,7 d. Pendapatan BLU , ,7 31, ,3 68, ,0 100,0 II. Penerimaan Hibah 825,1 7 50,4 91,0 7 4,6 9,0 825,1 100,0 Jumlah , ,4 43, ,8 56, ,2 100,3 *) Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan Sumber : Kementerian Keuangan Prognosis Penerimaan Dalam Negeri Semester II Tahun 2012 Dengan mempertimbangkan realisasi penerimaan dalam negeri dalam semester I 2012 serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya, penerimaan dalam negeri pada semester II 2012 diperkirakan mencapai Rp ,1 miliar. Penerimaan dalam negeri tersebut diperkirakan bersumber dari penerimaan perpajakan sebesar Rp ,7 miliar dan PNBP sebesar Rp ,4 miliar. Dengan demikian, penerimaan dalam negeri dalam 2012 diperkirakan sebesar Rp ,1 miliar atau 0,3 persen lebih tinggi dari targetnya dalam tahun Perkiraan realisasi tersebut didukung oleh penerimaan perpajakan Rp ,7 miliar atau 0,1 persen lebih tinggi dari targetnya, dan PNBP Rp ,4 miliar atau 1,0 persen lebih tinggi dari targetnya Prognosis Penerimaan Perpajakan Semester II 2012 Perkembangan penerimaan perpajakan dalam semester II tahun 2012 akan sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian internasional dan domestik, stabilnya asumsi ekonomi makro tahun 2012, serta pelaksanaan kebijakan perpajakan yang telah direncanakan sebelumnya. Jika melihat kondisi tersebut, serta dengan mempertimbangkan realisasi penerimaan perpajakan dalam semester I 2012, penerimaan perpajakan dalam semester II 2012 diperkirakan mencapai Rp ,7 miliar, terdiri atas penerimaan pajak dalam negeri sebesar Rp ,1 miliar dan pajak perdagangan internasional sebesar Rp26.306,6 miliar. III-19

59 Bab III Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I Hal itu menunjukkan adanya peningkatan penerimaan perpajakan sebesar 22,6 persen bila dibandingkan dengan semester I Sementara itu, untuk komponen pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional mengalami peningkatan masing-masing sebesar 23,5 persen dan 7,0 persen. Dengan demikian, hingga akhir tahun 2012 realisasi penerimaan perpajakan diperkirakan akan mencapai Rp ,7 miliar atau 100,1 persen dari targetnya. Secara lebih terperinci, penerimaan pajak dalam negeri diperkirakan akan mencapai Rp ,8 miliar atau 99,8 persen dari targetnya, dan pajak perdagangan internasional diperkirakan mencapai Rp50.902,9 miliar atau 106,2 persen dari targetnya. Penerimaan PPh pada semester II 2012 diperkirakan mencapai Rp ,2 miliar atau 50,0 persen dari targetnya. Apabila dibandingkan dengan realisasi semester I 2012, penerimaan PPh pada semester II tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar Rp23.396,4 miliar atau 10,0 persen. Peningkatan penerimaan tersebut bersumber dari penerimaan PPh nonmigas yang diperkirakan mencapai Rp16.397,1 miliar dan penerimaan PPh migas yang diperkirakan mencapai Rp6.999,3 miliar dari penerimaan pada semester I Lebih tingginya proyeksi penerimaan PPh migas tersebut dipengaruhi oleh terjadinya tren kenaikan ICP hingga akhir tahun. Dengan mempertimbangkan realisasi semester I dan proyeksi semester II, serta perkiraan perkembangan variabel-variabel ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, ICP, dan nilai tukar, total penerimaan PPh sampai dengan akhir tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp ,0 miliar, atau 95,5 persen dari targetnya dalam Dari jumlah tersebut, PPh nonmigas diperkirakan mencapai Rp ,8 miliar atau 92,9 persen dari target, sedangkan PPh migas diperkirakan mencapai Rp76.573,2 miliar atau 112,7 persen dari target. Penerimaan PPN dan PPnBM pada semester II 2012 diperkirakan mencapai Rp ,2 miliar atau 59,9 persen dari targetnya. Apabila dibandingkan dengan realisasi semester I 2012 terjadi peningkatan sebesar 34,5 persen. Faktor-faktor yang berpengaruh pada peningkatan PPN dan PPnBM tersebut lebih bersifat musiman, seperti terjadinya perayaan hari keagamaan nasional di semester II. Dengan memperhatikan realisasi semester I dan proyeksi semester II, penerimaan PPN dan PPnBM sampai dengan akhir tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp ,6 miliar atau 104,4 persen dari targetnya. Penerimaan PBB diperkirakan akan mengalami kenaikan pada semester II 2012 hingga mencapai Rp29.442,8 miliar atau 99,2 persen dari targetnya. Peningkatan tersebut terutama berasal dari pembayaran PBB sektor pertambangan, khususnya migas. Oleh karena itu, sampai dengan akhir tahun 2012, penerimaan PBB diperkirakan mencapai ,3 miliar, atau 106,9 persen dari targetnya. Perkiraan realisasi penerimaan cukai pada paruh kedua tahun 2012 mencapai Rp43.320,1 miliar atau 52,0 persen dari targetnya. Melonjaknya permintaan pita cukai pada akhir tahun 2012 untuk menghindari kenaikan tarif cukai yang biasanya mulai berlaku pada Januari tahun anggaran berikutnya merupakan salah satu faktor tetap tingginya penerimaan cukai hingga akhir tahun Dengan demikian, hingga akhir tahun 2012, penerimaan cukai diperkirakan mencapai sebesar Rp87.865,4 miliar atau 105,5 persen dari targetnya. Dari jumlah Rp87.865,4 miliar tersebut, Rp84.414,5 miliar di antaranya berasal dari cukai hasil tembakau, dan selebihnya sebesar Rp3.450,8 miliar berasal dari cukai EA, MMEA, denda administrasi cukai, dan pendapatan cukai lainnya. III-20

60 Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I Bab III Sementara itu, penerimaan pajak lainnya pada semester II 2012 diperkirakan mencapai Rp2.884,8 miliar atau 51,2 persen dari targetnya dalam Perkiraan tersebut mengalami peningkatan 36,9 persen dari realisasi dalam semester I Secara keseluruhan, penerimaan pajak lainnya dalam tahun 2012 diperkirakan sebesar Rp4.991,6 miliar atau lebih rendah 11,4 persen dari targetnya. Perkiraan realisasi bea masuk pada semester II 2012 diharapkan sebesar Rp12.415,8 miliar atau 50,2 persen dari targetnya dalam 2012, yang berarti mengalami penurunan 9,2 persen dari realisasi semester I Hal ini terutama disebabkan oleh melambatnya laju impor yang diperkirakan akan terjadi pada semester II. Dengan memperhatikan halhal tersebut, penerimaan bea masuk pada 2012 diperkirakan akan mencapai Rp26.096,2 miliar atau 105,5 persen dari targetnya dalam tahun Sementara itu, perkiraan realisasi penerimaan bea keluar pada semester II tahun 2012 diharapkan mencapai Rp13.890,9 miliar (59,9 persen dari targetnya), yang berarti lebih tinggi 27,3 persen dari realisasi pada semester I Peningkatan tersebut diperkirakan karena adanya kenaikan volume ekspor produksi CPO dan turunannya, serta kenaikan harga CPO internasional. Selain bersumber dari ekspor CPO dan turunannya, penerimaan bea keluar pada semester II 2012 juga akan bersumber dari ekspor tambang bijih mineral yang diperkirakan dapat mencapai Rp3.063 miliar hingga akhir tahun Berdasarkan realisasi semester I dan proyeksi semester II tersebut, total penerimaan bea keluar tahun 2012 diperkirakan sebesar Rp24.806,7 miliar atau 106,9 persen dari rencananya Prognosis PNBP Semester II Tahun 2012 Dengan mempertimbangkan realisasi PNBP semester I tahun 2012, perkembangan faktorfaktor yang mempengaruhinya, dan berbagai kebijakan yang akan ditempuh dalam sisa waktu berikutnya, realisasi PNBP dalam semester II diperkirakan mencapai Rp ,4 miliar atau 61,2 persen terhadap target dalam tahun Dengan demikian, realisasi PNBP dalam tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp ,4 miliar atau 1,0 persen lebih tinggi dari yang ditetapkan dalam Dalam semester II tahun 2012, penerimaan SDA diperkirakan sebesar Rp ,9 miliar, yang terdiri atas penerimaan SDA migas Rp ,5 miliar atau 66,8 persen dari target yang ditetapkan dalam tahun 2012, dan penerimaan SDA nonmigas Rp7.773,4 miliar atau 41,2 persen dari target yang ditetapkan dalam tahun Dengan demikian, total penerimaan SDA dalam tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp ,5 miliar atau 101,4 persen dari target dalam Sementara itu, untuk menjamin penerimaan negara dari sektor migas, Pemerintah akan terus melakukan langkah-langkah strategis agar target lifting minyak mentah pada tahun 2012 dapat tercapai, yang meliputi: (1) menahan laju penurunan alamiah produksi minyak (decline rate) dengan kerja ulang dan perbaikan sumur di lapangan eksisting; (2) percepatan pengembangan lapangan baru pada blok-blok eksplorasi dan lapangan idle; (3) penerapan teknologi enhance oil recovery (EOR) pada setiap KKKS baik lapangan baru maupun lapangan lama yang berpotensi; dan (4) peningkatan koordinasi untuk penyelesaian masalah yang terkait dengan regulasi, perijinan dan tumpang tindih lahan, gangguan keamanan, serta proses pengadaan. III-21

61 Bab III Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Semester I Selain itu, faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkiraan penerimaan SDA nonmigas antara lain: (1) kenaikan harga komoditas mineral dan batubara, (2) upaya optimalisasi penerimaan SDA dari kegiatan sektor kehutanan dan perikanan; (3) penurunan setoran bagian Pemerintah dari kegiatan usaha panas bumi disebabkan oleh turunnya harga jual beli uap dengan PT PLN berdasarkan kontrak baru dari WK Kamojang PT PGE yang semula + Rp1.200/kWh menjadi + Rp370/kWh (US$0.042/kWh), peningkatan biaya drilling dari Chevron Geothermal Salak, Ltd., dan peningkatan jumlah pengajuan reimbursement PPN tahun 2012 sebagai akibat meningkatnya transaksi PPN dari kegiatan operasi pengusaha panas bumi. Selanjutnya, penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN pada semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp16.238,7 miliar atau sebesar 52,8 persen dari targetnya dalam tahun Beberapa faktor yang mempengaruhi perkiraan realisasi penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN tersebut adalah adanya kebijakan bahwa BUMN dari sektor asuransi tidak dibebankan untuk membayar dividen kecuali beberapa BUMN yang memperoleh laba cukup besar seperti PT Asuransi Jasa Rahardja, PT Asuransi Jasa Indonesia, dan PT Asuransi Ekspor Indonesia serta kebijakan optimalisasi investasi (capital expenditure) yang dapat menciptakan efisiensi BUMN, sehingga diharapkan adanya peningkatan kinerja BUMN untuk tahun-tahun mendatang yang berdampak pada peningkatan setoran dividen BUMN. Selain itu, BUMN dari sektor perbankan yang memperoleh laba cukup besar, hanya dibebankan pay out ratio (POR) sebesar 30 persen, karena sebagian besar laba yang diperoleh dipergunakan untuk ekspansi usaha dan pengembangan kredit. Selain itu, penurunan dividen sektor perbankan juga disebabkan oleh implementasi PSAK No. 50 dan 55, yang dalam hal ini PSAK 50 mengatur tentang penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan, sedangkan PSAK 55 mengatur tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan. Berdasarkan kedua aturan tersebut, cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) didasarkan pada kerugian yang telah terjadi (incurred loss) dalam tiga tahun sebelumnya, bukan berdasarkan ekspektasi kerugian kredit yang ditentukan oleh masing-masing perbankan. Sementara itu, PNBP lainnya dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp38.477,6 miliar atau 52,9 persen dari targetnya pada Dengan demikian, total penerimaan PNBP lainnya dalam tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp73.236,6 miliar atau 100,6 persen dari targetnya dalam Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh ditetapkannya beberapa peraturan baru maupun revisi tentang jenis dan tarif PNBP pada beberapa K/L, perbaikan peraturan teknis terkait PNBP, inventarisasi potensi PNBP lainnya yang didukung dengan ekstensifikasi dan intensifikasi, serta melalui optimalisasi PNBP lainnya, dan meningkatnya penerimaan pendapatan jasa. Sementara itu, pendapatan BLU dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp13.893,3 miliar atau 68,1 persen dari targetnya dalam Berdasarkan perkiraan tersebut, total pendapatan BLU dalam tahun 2012 mencapai Rp20.408,02 miliar atau 100,0 persen dari targetnya dalam Prognosis Hibah Semester II tahun 2012 Dalam semester II tahun 2012, penerimaan hibah diperkirakan mencapai Rp74,6 miliar. Dengan demikian, total penerimaan hibah dalam tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp825,1 miliar atau 100 persen dari rencananya. III-22

62 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV BAB IV PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Dalam APBN tahun anggaran 2012, sebagaimana ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, pagu anggaran belanja negara ditetapkan sebesar Rp1.435,4 triliun. Namun, perkembangan berbagai faktor eksternal seperti pertumbuhan ekonomi global dan harga minyak mentah di pasar internasional, yang berpengaruh terhadap indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai asumsi dalam APBN 2012, serta perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, baik dari sisi pendapatan negara maupun belanja negara, mendorong dilakukannya perubahan terhadap APBN 2012 lebih awal dari siklus normal. Setelah melalui pembahasan yang intensif bersama DPR, perubahan atas APBN tahun anggaran 2012 tersebut ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang APBN TA Pokok-pokok perubahan pada sisi belanja Pemerintah Pusat antara lain meliputi: (1) perubahan parameter dan besaran subsidi energi; (2) pemanfaatan saldo anggaran lebih (SAL) untuk stimulasi ekonomi melalui tambahan belanja pembangunan infrastruktur; (3) kebijakan pemotongan belanja kementerian negara/lembaga (K/L); serta (4) penyediaan anggaran untuk program kompensasi perubahan besaran subsidi energi. Sebagai konsekuensi dari perubahan tersebut, volume belanja negara ditetapkan sebesar Rp1.548,3 triliun, atau meningkat Rp112,9 triliun (7,9 persen) terhadap pagu belanja negara dalam APBN Peningkatan volume belanja negara sebesar Rp112,9 triliun tersebut, sebagian besar (92,6 persen) dialokasikan pada belanja Pemerintah Pusat, sementara sisanya dialokasikan untuk transfer ke daerah. Dengan demikian, besaran belanja Pemerintah Pusat dalam 2012 ditetapkan sebesar Rp1.069,5 triliun, atau lebih tinggi Rp104,5 triliun (10,8 persen) apabila dibandingkan dengan besaran belanja Pemerintah Pusat dalam APBN tahun Perubahan APBN 2012 pada masa awal pelaksanaannya tersebut, berpengaruh terhadap kinerja penyerapan belanja Pemerintah Pusat dalam enam bulan pertama tahun Perubahan terkait dengan tambahan anggaran untuk beberapa K/L baru akan dapat dilaksanakan mulai awal paruh kedua tahun 2012 karena diperlukan waktu untuk melaksanakan proses administrasi penyelesaian dokumen anggaran. Sementara itu, perubahan terkait dengan pemotongan anggaran K/L sebagai upaya sharing the participation, juga akan mempengaruhi kinerja penyerapan dalam semester I mengingat K/L harus melakukan penyesuaian terhadap rencana kerja yang telah ditetapkan di awal tahun. Selain itu, kinerja penyerapan belanja Pemerintah Pusat dalam semester I serta prognosis semester II pelaksanaan 2012 juga dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang secara signifikan mempengaruhi antara lain harga minyak mentah Indonesia di pasar internasional (Indonesia Crude Price/ICP), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan kondisi perekonomian global. Sementara itu, faktor internal yang IV-1

63 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I mempengaruhi pelaksanaan 2012 semester I dan prognosis semester II antara lain kebutuhan belanja operasional untuk penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan langkahlangkah kebijakan di bidang belanja Pemerintah Pusat yang ditetapkan dalam APBN tahun Berdasarkan hal-hal tersebut, realisasi anggaran belanja Pemerintah Pusat sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp393,9 triliun, atau terserap 36,8 persen terhadap pagu Dari realisasi semester I tersebut, penyerapan subsidi dan bantuan sosial merupakan yang tertinggi di antara penyerapan kedelapan jenis belanja Pemerintah Pusat, dengan penyerapan masing-masing sebesar 55,0 persen dan 54,5 persen. Di lain pihak, realisasi belanja hibah dan belanja lain-lain sampai dengan semester I 2012 masih rendah, yaitu hanya mencapai masing-masing 0,4 persen dan 4,2 persen dari pagu dalam Dari jumlah realisasi semester I tahun 2012 sebesar Rp393,9 triliun tersebut, 41,7 persen (Rp164,3 triliun) merupakan realisasi belanja Kementerian Negara/Lembaga (K/L) sedangkan 58,3 persen (Rp229,6 triliun) merupakan realisasi belanja non-k/l. Realisasi anggaran Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kementerian Riset dan Teknologi merupakan realisasi anggaran K/L dengan penyerapan paling tinggi. Dalam semester I tahun 2012 tersebut, dengan tingkat penyerapan terhadap pagu 2012 masing-masing sebesar 57,0 persen dan 45,9 persen. Di lain pihak, Kementerian Perumahan Rakyat dan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, merupakan K/L dengan tingkat penyerapan paling rendah, yaitu sebesar 1,9 persen terhadap pagu Sementara itu, sampai dengan akhir tahun 2012, realisasi anggaran belanja Pemerintah Pusat diperkirakan mencapai Rp1.070,8 triliun, atau 100,1 persen terhadap pagunya dalam Lebih tingginya perkiraan realisasi sampai dengan akhir tahun 2012 tersebut disebabkan oleh lebih tingginya perkiraan realisasi subsidi, terutama subsidi energi. 4.2 Perkembangan Realisasi Semester I Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2012 Volume belanja Pemerintah Pusat dalam 2012 ditetapkan sebesar Rp1.069,5 triliun. Jumlah tersebut juga mencakup tambahan anggaran dari hasil optimalisasi pembahasan 2012, baik yang berasal dari kenaikan pendapatan negara maupun efisiensi belanja negara, sebagaimana disepakati dalam pembahasan 2012 antara Pemerintah bersama DPR, sebesar Rp16,5 triliun. Jumlah tambahan anggaran tersebut dialokasikan untuk tambahan anggaran belanja Kementerian Negara/Lembaga (K/L) sebesar Rp13,5 triliun (yang terdiri dari tambahan anggaran pendidikan K/L sebesar Rp2,7 triliun dan tambahan anggaran nonpendidikan K/L sebesar Rp10,7 triliun) dan tambahan anggaran belanja non-k/l sebesar Rp3,0 triliun yang dialokasikan dalam pos belanja lain-lain. Namun demikian, penetapan alokasi menurut jenis belanja untuk tambahan anggaran belanja K/L masih dalam tahap penyelesaian, setelah melalui proses penelaahan dengan K/L bersangkutan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan komisi terkait di DPR. Selanjutnya, realisasi beberapa komponen belanja Pemerintah Pusat dalam semester I tahun 2012, seperti subsidi dan pembayaran bunga utang, sangat dipengaruhi oleh perkembangan beberapa indikator ekonomi makro, seperti harga minyak mentah Indonesia di pasar internasional IV-2

64 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV (yang berpengaruh terhadap besaran subsidi) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (yang berpengaruh terhadap besaran subsidi dan pembayaran bunga utang). Sementara itu, realisasi beberapa komponen lainnya dalam belanja Pemerintah Pusat, seperti belanja barang dan belanja modal, sangat dipengaruhi oleh kemajuan eksekusi program-program yang dilaksanakan oleh K/L. Sampai dengan paruh pertama tahun 2012, realisasi anggaran belanja Pemerintah Pusat mencapai Rp393,9 triliun atau 36,8 persen dari pagu yang ditetapkan dalam Kinerja penyerapan sebesar 36,8 persen tersebut menunjukkan peningkatan apabila dibandingkan dengan tingkat penyerapan belanja Pemerintah Pusat dalam periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 28,6 persen. Dari realisasi belanja Pemerintah Pusat tersebut, realisasi belanja K/L mencapai Rp164,3 triliun (30,0 persen terhadap pagu 2012), dan realisasi belanja non- K/L mencapai Rp229,6 triliun (44,0 persen terhadap pagu 2012). Sementara itu, tingkat penyerapan belanja Pemerintah Pusat untuk masing-masing jenis belanja dalam semester I tahun 2012 adalah sebagai berikut: (1) belanja pegawai mencapai 49,0 persen, (2) belanja barang mencapai 22,4 persen, (3) belanja modal mencapai 18,2 persen, (4) pembayaran bunga utang mencapai 42,1 persen, (5) subsidi mencapai 55,0 persen, (6) belanja hibah mencapai 0,4 persen, (7) bantuan sosial mencapai 54,5 persen, dan (8) belanja lain-lain mencapai 4,2 persen Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Jenis Dari realisasi anggaran belanja Pemerintah Pusat dalam semester I tahun 2012 mencapai Rp393,9 triliun tersebut, sebagian besar dari realisasi belanja Pemerintah Pusat tersebut, yaitu sekitar 75,2 persen (Rp296,1 triliun) berupa realisasi belanja yang bersifat wajib dipenuhi (belanja pegawai, belanja barang operasional, subsidi dan pembayaran bunga utang). Sementara itu, sebesar 24,8 persen (Rp97,8 triliun) berasal dari belanja yang merupakan diskresi Pemerintah (belanja barang non-operasional, bantuan sosial, belanja modal, belanja hibah, dan belanja lainlain). Secara rinci, penjelasan mengenai kinerja penyerapan belanja Pemerintah Pusat untuk masing-masing jenis belanja adalah sebagai berikut Belanja Pegawai Sampai dengan semester I tahun 2012, realisasi belanja pegawai telah mencapai Rp104,1 triliun, atau 49,0 persen dari pagunya dalam tahun 2012 sebesar Rp212,3 triliun. Kinerja penyerapan anggaran belanja pegawai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat penyerapan dalam semester I tahun 2011 yang mencapai 44,0 persen dari pagunya dalam tahun Lebih tingginya kinerja penyerapan belanja pegawai tersebut terjadi pada semua pos belanja pegawai, yaitu pos gaji dan tunjangan, pos honorarium, vakasi, lembur, dan lain-lain, serta pos kontribusi sosial. Hal tersebut terutama disebabkan karena pembayaran gaji pokok dan pensiun pokok bulan ketigabelas dalam tahun 2012 dapat dilakukan tepat waktu, sementara dalam tahun 2011 baru dibayarkan pada bulan Juli. Selanjutnya, penjelasan lebih rinci mengenai kinerja penyerapan pada masing-masing pos belanja pegawai adalah sebagai berikut. IV-3

65 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Realisasi anggaran belanja gaji dan tunjangan dalam semester I tahun 2012 mencapai Rp50,1 triliun, atau 49,4 persen dari pagunya dalam 2012 sebesar Rp101,3 triliun. Penyerapan anggaran belanja gaji dan tunjangan dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasinya dalam semester I tahun 2011 yang mencapai 44,9 persen dari pagunya dalam tahun Sejalan dengan belanja gaji dan tunjangan, realisasi anggaran untuk honorarium, vakasi, lembur dan lain-lain, sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp11,5 triliun, atau 27,5 persen dari pagunya dalam 2012 sebesar Rp41,8 triliun. Penyerapan anggaran belanja honorarium, vakasi, lembur dan lain-lain tersebut juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasinya dalam semester I tahun 2011 yang mencapai 22,3 persen dari pagunya dalam tahun Selanjutnya, sampai dengan semester I tahun 2012, realisasi anggaran belanja kontribusi sosial yang terdiri dari realisasi pembayaran manfaat pensiun dan iuran asuransi kesehatan telah mencapai Rp42,5 triliun, atau 61,5 persen dari pagunya dalam 2012 sebesar Rp69,2 triliun. Penyerapan anggaran belanja kontribusi sosial tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi dalam semester I tahun 2011 sebesar 53,6 persen dari pagunya dalam tahun Belanja Barang Belanja barang dalam tahun anggaran 2012 dianggarkan sebesar Rp186,6 triliun. Belanja barang tersebut dibelanjakan untuk pembelian atau pengadaan barang/ jasa habis pakai yang meliputi: (1) Belanja barang yang mencakup belanja barang operasional dan non operasional, barang penunjang, serta barang fisik lain; (2) Belanja jasa yang mencakup langganan daya dan jasa, jasa pos dan giro, sewa, serta jasa lainnya; (3) Belanja perjalanan yang mencakup perjalanan dalam dan luar negeri; (4) Belanja pemeliharaan yang mencakup pemeliharaan: gedung dan bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi, jaringan, serta pemeliharaan lainnya; (5) Belanja barang BLU yaitu belanja barang dan jasa Badan Layanan Umum; dan (6) Belanja barang untuk masyarakat atau entitas lain yaitu pengeluaran anggaran belanja negara untuk pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan kepada masyarakat atau entitas lain yang tujuan kegiatannya tidak termasuk dalam kriteria kegiatan bantuan sosial. Realisasi belanja barang tersebut sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp41,8 triliun atau menyerap 22,4 persen dari pagunya dalam tahun anggaran 2012 sebesar Rp186,6 triliun. Kinerja penyerapan belanja barang tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan penyerapan tahun sebelumnya sebesar 24,4 persen dari tahun anggaran 2011, yang terutama merupakan dampak upaya efisiensi yang dilakukan Pemerintah. Upaya efisiensi dimaksud terutama dalam bentuk penghematan belanja K/L tahun 2012 sebesar Rp18,9 triliun. Secara relatif, lebih rendahnya penyerapan belanja barang dalam semester I 2012 jika dibandingkan dengan semester I 2011, dipengaruhi juga oleh faktor-faktor yang terkait dengan pemblokiran anggaran karena kurangnya kelengkapan Term of Reference/Rencana Anggaran Belanja dan referensi harga untuk input yang tidak tercantum dalam Standar Biaya sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 49 Tahun 2012 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran Selain itu, pelaksanaan reorganisasi beberapa K/L juga berdampak pada rendahnya penyerapan belanja K/L karena keterlambatan penunjukan satker dan pejabat perbendaharaan. Pada sisi IV-4

66 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV lain, tingginya kehati-hatian dalam pelaksanaan anggaran turut serta mempengaruhi daya serap atau realisasi belanja Belanja Modal Belanja modal mempunyai peran penting dalam mendorong pengembangan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi. Belanja modal dalam tahun anggaran 2012 dianggarkan sebesar Rp168,7 triliun. Belanja modal tersebut dibelanjakan untuk pembelian, pengadaan, atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dan digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti pengadaan tanah, peralatan dan mesin, pembangunan gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, serta aset tetap lainnya. Pengeluaran pemerintah dapat dikategorikan sebagai belanja modal jika: (1) mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset lainnya sehingga menambah aset Pemerintah; (2) nilai pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang telah ditetapkan oleh Pemerintah; (3) perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual; dan (4) mengakibatkan bertambahnya masa manfaat, kapasitas, kualitas, dan volume aset yang telah dimiliki. Kinerja anggaran belanja modal dalam semester I tahun anggaran 2012 tercermin pada realisasi anggarannya yang mencapai Rp30,6 triliun, yang berarti menyerap 18,2 persen dari pagu anggaran belanja modal yang ditetapkan dalam tahun anggaran Penyerapan anggaran belanja modal dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi anggaran belanja modal dalam semester I tahun 2011 yang mencapai 16,2 persen dari pagunya dalam tahun anggaran Lebih tingginya penyerapan anggaran belanja modal dalam semester I tahun 2012 tersebut terutama berkaitan dengan implementasi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang mempermudah prosedur pelaksanaan program/kegiatan termasuk dimungkinkannya pelaksanaan proses tender lebih awal, serta dampak dari percepatan pelaksanaan anggaran melalui Tim Evaluasi, Pemantauan, dan Percepatan Anggaran (TEPPA) yang secara intensif memantau dan memberikan advokasi bagi K/L dalam mempercepat pelaksanaan anggaran Pembayaran Bunga Utang Pembayaran bunga utang merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Pemerintah sebagai konsekuensi dari penggunaan utang untuk membiayai APBN. Besaran pembayaran bunga utang antara lain dipengaruhi oleh outstanding utang, tingkat bunga referensi dalam portofolio utang (SPN 3 bulan, yield SBN dan Libor 6 bulan), nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, credit rating/country risk classification, dan rencana pembiayaan utang baru. Dalam rangka meminimalkan biaya utang terutama dalam jangka panjang, pemerintah telah melakukan beberapa langkah kebijakan, seperti pengadaan utang baru dengan tingkat bunga tetap dan dalam mata uang yang sesuai dengan kondisi portofolio risiko, melakukan debt swap sebagian pinjaman luar negeri, menjaga kredibilitas Indonesia di mata investor dalam dan luar negeri, selalu berupaya untuk dapat memenuhi seluruh kewajiban pembayaran bunga utang secara tepat waktu, dan menerapkan kriteria kesiapan kegiatan untuk proyek yang dibiayai dari utang. Melalui pengelolaan utang yang dilakukan secara hati-hati, transparan, efisien, akuntabel IV-5

67 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I dan tepat sasaran tersebut, diharapkan beban pembayaran bunga (dan cicilan pokok) utang di masa-masa mendatang tetap dalam batas kemampuan ekonomi, dan tidak menimbulkan tekanan terhadap APBN dan neraca pembayaran sehingga dapat mendukung kesinambungan fiskal. Realisasi pembayaran bunga utang dalam semester I Tahun Anggaran 2012 mencapai Rp49,6 triliun, atau menyerap 42,1 persen dari pagu tahun 2012 yang mencapai Rp117,8 triliun. Apabila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama di tahun 2011 sebesar 43,8 persen terhadap 2011 yang mencapai Rp106,6 triliun, maka realisasi anggaran pembayaran bunga utang dalam semester I tahun 2012 tersebut menunjukkan penurunan. Realisasi pembayaran bunga utang dalam negeri pada semester I 2012 mencapai Rp35,2 triliun, atau 41,6 persen dari pagu tahun Jika dibandingkan dengan realisasi pembayaran bunga utang dalam negeri semester I tahun 2011 sebesar 43,6 persen terhadap 2011, maka realisasi pembayaran bunga utang dalam negeri selama periode yang sama di tahun 2012 tersebut mengalami penurunan. Penurunan realisasi pembayaran bunga utang dalam negeri semester I tahun 2012 tersebut ditentukan oleh membaiknya kondisi pasar Surat Berharga Negara (SBN) di awal tahun 2012 yang ditunjukkan oleh perbaikan kurva imbal hasil (yield curve) sebagaimana terlihat pada Grafik IV.1 Sejalan dengan itu, realisasi pembayaran bunga utang luar negeri pada semester I tahun 2012 mencapai Rp14,4 triliun, atau 43,6 persen dari pagu yang telah ditetapkan dalam tahun Apabila dibandingkan dengan realisasi pembayaran bunga utang luar negeri dalam semester I tahun 2011 sebesar 44,2 persen terhadap 2011, maka realisasi pembayaran bunga utang luar negeri dalam semester I tahun 2012 tersebut mengalami penurunan. Realisasi pembayaran bunga utang luar negeri selama semester I tahun 2012 mengalami penurunan yang antara lain disebabkan oleh lebih rendahnya realisasi penarikan pinjaman luar negeri dan bunga penerbitan SBN valas, sebagaimana digambarkan dalam Grafik IV.2. Perkembangan realisasi pembayaran bunga utang dalam negeri dan luar negeri dalam semester I Tahun Anggaran disajikan dalam Tabel IV.1. % Imbal Hasil GRAFIK IV.1 KURVA IMBAL HASIL SBN DOMESTIK, Jan Mar Mar-12 Tahun 28-Jun Jan Jun-12 Sumber : IDMA, Bloomberg persen GRAFIK IV.2 KURVA IMBAL HASIL SBN VALAS, Jan-11 Apr-11 Jul-11 Okt-11 Jan-12 Apr-12 Sumber : Bloomberg 10 Tahun 30 Tahun IV-6

68 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV Subsidi TABEL IV.1 REALISASI SEMESTER I PEMBAYARAN BUNGA UTANG, (triliun Rupiah) Uraian Real. Sem est er I % thd I. Utang Dalam Negeri 76,6 33,4 43,6 84,7 35,2 41,6 a. SBN domestik 75,7 32,7 43,2 84,6 34,8 41,1 b. Pinjaman Dalam Negeri 0, ,2 0,0 19,0 c. Pembayaran Denda (Imbalan Bunga 0,7 0,7 1 00,0-0,4 - Pajak, Bea dan Cukai) II. Utang Luar Negeri 30,0 1 3,3 44,2 33,0 1 4,4 43,6 a. Pinjaman luar negeri 16,7 6,9 41,4 1 6,0 7,0 43,5 b. SBN Valas 13,3 6,4 47,8 1 7,1 7,4 43,7 c. Banking commisions ,0 - - Total Pembayaran Bunga Utang 106,6 46,7 43,8 117,8 49,6 42,1 Sumber: Kementerian Keuangan Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat terjangkau masyarakat. Anggaran belanja subsidi yang dialokasikan dalam terdiri atas subsidi energi dan subsidi non-energi. Subsidi energi menampung alokasi anggaran untuk subsidi BBM, LPG tabung 3 kg dan subsidi listrik. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan subsidi energi antara lain meliputi: harga minyak mentah Indonesia (ICP), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, penggunaan bahan bakar untuk pembangkit listrik dan volume konsumsi BBM bersubsidi. Subsidi non-energi yang dialokasikan dalam terdiri atas: subsidi pangan, subsidi pupuk, subsidi benih, subsidi/bantuan PSO, subsidi bunga kredit program, dan subsidi pajak. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan subsidi non-energi, antara lain meliputi: jumlah rumah tangga sasaran (RTS), volume penyaluran pupuk dan benih bersubsidi, kuantum raskin per RTS, jumlah penyaluran raskin, harga jual eceran tertinggi (HET), dan harga pokok produksi tiap-tiap jenis barang/jasa yang disubsidi. Realisasi belanja subsidi dalam semester I tahun anggaran 2012 sangat dipengaruhi oleh perkembangan berbagai parameter yang digunakan sebagai dasar perhitungan subsidi energi (BBM, LPG tabung 3 kg, dan listrik), seperti harga minyak mentah Indonesia (ICP), dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Hal ini disebabkan penyediaan anggaran subsidi dalam APBN sebagian besar dialokasikan untuk anggaran subsidi energi terutama subsidi BBM. Selain itu, berbagai langkah kebijakan yang dilakukan pemerintah, seperti percepatan administrasi dan penyusunan aturan teknis pencairan anggaran subsidi juga turut mempengaruhi realisasi penyerapan belanja subsidi dalam semester I tahun anggaran Realisasi belanja subsidi dalam semester I tahun anggaran 2012 mencapai Rp134,7 triliun, yang berarti menyerap 55,0 persen dari pagu anggaran belanja subsidi yang ditetapkan dalam Hal itu menunjukkan bahwa realisasi penyerapan anggaran belanja subsidi dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kondisinya dalam periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 26,1 persen terhadap pagu Lebih tingginya realisasi belanja subsidi tersebut, terutama disebabkan oleh meningkatnya penyerapan anggaran subsidi energi (BBM, LPG tabung 3 kg dan listrik) Real. Sem est er I % thd APBN- P IV-7

69 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I dalam semester I tahun anggaran Peningkatan realisasi subsidi energi tersebut disebabkan antara lain oleh lebih tingginya realisasi harga minyak mentah Indonesia (ICP), dan lebih lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat apabila dibandingkan dengan asumsinya dalam Perkembangan realisasi anggaran belanja subsidi dalam semester I, disajikan dalam Tabel IV.2. TABEL IV.2 REALISASI SEMESTER I BELANJA SUBSIDI, (triliun Rupiah) URAIAN Real. Semester I % thd Real. Semester I % thd A. Subsidi Energi 195,3 54,3 27,8 202,4 124,4 61,5 1. Subsidi BBM Dan LPG Tabung 3 Kg 129,7 41,6 32,0 137,4 88,9 64,7 2. Subsidi Listrik 65,6 12,7 19,4 65,0 35,5 54,6 B. Subsidi Non Energi 41,9 7,7 18,3 42,7 10,3 24,2 1. Subsidi Pangan 15,3 7,6 50,0 20,9 5,2 24,8 2. Subsidi Pupuk 18, ,0 4,4 31,8 3. Subsidi Benih 0, , Public Service Obligation 1, ,2 0,0 1,5 5. Subsidi Kredit Program 1,9 0,0 2,5 1,3 0,7 51,1 6. Subsidi Pajak 4, ,3 - - JUMLAH 237,2 62,0 26,1 245,1 134,7 55,0 Sumber: Kem enterian Keuangan Subsidi Energi Realisasi belanja subsidi energi dalam semester I tahun anggaran 2012 mencapai Rp124,4 triliun, yang berarti menyerap 61,5 persen dari pagu anggaran belanja subsidi energi yang ditetapkan dalam Realisasi anggaran belanja subsidi energi dalam semester I tahun anggaran 2012 tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 27,8 persen terhadap pagu Peningkatan realisasi subsidi energi tersebut disebabkan antara lain oleh lebih tingginya realisasi harga minyak mentah Indonesia (ICP), dan lebih lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat apabila dibandingkan dengan asumsinya dalam Sejalan dengan itu, realisasi belanja subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg dalam semester I tahun anggaran 2012 mencapai Rp88,9 triliun (realisasi pembayaran tagihan periode Januari- Mei 2012), yang berarti menyerap 64,7 persen dari pagu anggaran belanja subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg yang ditetapkan dalam Realisasi anggaran belanja subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg dalam semester I tahun anggaran 2012 tersebut, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 32,0 persen terhadap pagu Lebih tingginya realisasi anggaran belanja subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg dalam semester I tahun anggaran 2012 tersebut, terutama berkaitan dengan lebih tingginya realisasi rata-rata harga minyak mentah Indonesia sampai dengan semester I tahun anggaran 2012 yang diperkirakan mencapai rata-rata US$119,2/barel (periode Januari-Mei 2012), lebih tinggi US$14,2/barel dibandingkan dengan asumsi yang digunakan dalam 2012, atau US$12,0/barel lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, kenaikan realisasi subsidi BBM dan LPG Tabung IV-8

70 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV 3 kg tersebut juga dipengaruhi lebih tingginya realisasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sampai dengan semester I tahun anggaran 2012 yang diperkirakan mencapai rata-rata Rp9.107/US$ (periode Januari-Mei 2012), atau melemah Rp107/US$ bila dibandingkan dengan asumsi yang digunakan dalam Perkembangan realisasi anggaran belanja subsidi BBM dan LPG Tabung 3 Kg dalam semester I, disajikan dalam Grafik IV.3. Sementara itu, realisasi belanja subsidi listrik dalam semester I tahun anggaran 2012 mencapai Rp35,5 triliun, yang berarti menyerap 54,6 persen dari pagu anggaran belanja subsidi listrik yang ditetapkan dalam Realisasi tersebut merupakan realisasi pembayaran tagihan periode Januari-Mei 2012 Rp31,0 triliun dan pembayaran kekurangan tahun 2010 Rp4,5 triliun. Realisasi anggaran belanja subsidi listrik dalam semester I tahun anggaran 2012 tersebut, lebih tinggi 35,2 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 19,4 persen terhadap pagu Hal itu merupakan dampak perubahan ICP dan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sehingga menyebabkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik yang digunakan untuk tahun 2012 lebih tinggi dibandingkan BPP yang digunakan untuk penagihan subsidi listrik periode yang sama tahun Di sisi lain, tarif tenaga listrik (TTL) tidak naik dan penjualan listrik kepada masyarakat juga mengalami peningkatan. Perkembangan realisasi anggaran belanja subsidi listrik dalam semester I, disajikan dalam Grafik IV.4. Triliun Rp 160,0 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 - (20,0) (40,0) 52,4 15,8 Sumber: Kementerian Keuangan Triliun Rp 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 - GRAFIK IV.3 REALISASI SEMESTER I SUBSIDI BBM DAN LPG TABUNG LPG 3 KG, ,9 34,0 8,3 30,2 129,7 32,0 41,6 137, ,5 42,0 Sumber : Kementerian Keuangan 64,7 88,9 Real Semester I % thd GRAFIK IV.4 REALISASI SEMESTER I SUBSIDI LISTRIK, ,1 38,9 20,0 21,4 65,6 65, ,4 12,7 54,6 Real Semester I % thd 35,5-70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0-60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 % thd % thd Subsidi Non-Energi Belanja subsidi non-energi menampung alokasi anggaran untuk subsidi pangan, subsidi pupuk, subsidi benih, subsidi belanja PSO, subsidi bunga kredit program, dan subsidi pajak ditanggung pemerintah (DTP). Realisasi anggaran belanja subsidi non-energi dalam semester I tahun anggaran 2012 mencapai Rp10,3 triliun, atau menyerap 24,2 persen dari pagu anggaran belanja subsidi non-energi yang ditetapkan dalam Realisasi anggaran belanja subsidi non-energi dalam semester I tahun anggaran 2012 tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 18,3 persen terhadap pagu Hal ini terutama berkaitan dengan lebih tingginya realisasi subsidi pupuk dan subsidi PSO yang pada tahun sebelumnya realisasinya masih nihil serta subsidi bunga kredit program sejalan dengan dipercepatnya proses administrasi pencairan. Sementara itu, untuk subsidi benih dan pajak (DTP) relatif sama dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu masih nihil. Realisasi subsidi non-energi semester I tahun tersebut disampaikan pada Grafik IV.5. IV-9

71 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Alokasi anggaran untuk belanja subsidi pangan dalam 2012 bertujuan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan pokok berupa beras, melalui kebijakan penjualan beras dengan harga terjangkau kepada rumah tangga sasaran (RTS), yang penyediaan dan penyalurannya dilakukan oleh Perum Bulog. Realisasi anggaran belanja subsidi pangan dalam semester I tahun anggaran 2012 mencapai Rp5,2 triliun, atau menyerap 24,8 persen dari pagu anggaran belanja subsidi 57,8 57,3 3,7 0,2 0,1 7,7 41,9 42,7 pangan yang ditetapkan dalam Realisasi penyerapan subsidi pangan tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 50,0 persen terhadap pagu Hal ini disebabkan oleh keterlambatan proses administrasi pencairan subsidi pangan. Sementara itu, anggaran belanja subsidi pupuk dialokasikan dengan tujuan untuk meringankan beban petani dalam memenuhi kebutuhan pupuk dengan harga murah dalam rangka mendukung peningkatan produksi pertanian dan program ketahanan pangan secara berkesinambungan. Anggaran subsidi pupuk, dialokasikan dan disalurkan melalui produsen yang sekaligus bertindak sebagai distributor pupuk, yaitu BUMN pupuk nasional. Dalam semester I tahun anggaran 2012, realisasi anggaran belanja subsidi pupuk mencapai Rp4,4 triliun, atau menyerap 31,8 persen dari pagu anggaran belanja subsidi pupuk yang ditetapkan dalam Realisasi subsidi pupuk tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya yang masih nihil. Hal ini berkaitan dengan percepatan administrasi dan aturan teknis pencairan subsidi pupuk. Di samping melalui subsidi pupuk, dukungan terhadap program revitalisasi pertanian, juga dilakukan melalui penyediaan anggaran untuk subsidi benih. Pengalokasian anggaran belanja subsidi benih tersebut direncanakan untuk mendukung peningkatan produksi pertanian melalui penyediaan benih unggul untuk padi, jagung, dan kedelai dengan harga terjangkau. Realisasi anggaran belanja subsidi benih dalam semester I tahun anggaran 2012 masih nihil. Hal tersebut disebabkan belum selesainya proses administrasi dan aturan teknis belanja subsidi benih. Selanjutnya, dalam tahun 2012 dialokasikan juga anggaran untuk subsidi/bantuan dalam rangka memberikan kompensasi finansial kepada BUMN tertentu yang diberikan tugas untuk menjalankan kewajiban pelayanan umum (public service obligation/pso), seperti penyediaan jasa di bidang telekomunikasi, transportasi dan persuratan di daerah tertentu dan/atau dengan tingkat tarif yang relatif lebih murah dari harga pasar. Alokasi anggaran subsidi/bantuan PSO tersebut antara lain diberikan kepada PT Kereta Api Indonesia untuk penugasan layanan jasa angkutan penumpang kereta api kelas ekonomi; PT PELNI untuk penugasan layanan jasa angkutan penumpang laut kelas ekonomi; PT Posindo untuk tugas layanan jasa pos di daerah terpencil; dan PT LKBN Antara untuk penugasan layanan berita berupa teks, foto, radio, multi-media, english news, dan TV. Dalam semester I tahun anggaran 2012, realisasi anggaran untuk subsidi atau bantuan PSO kepada beberapa BUMN tersebut mencapai Rp31,5 miliar, yang berarti menyerap 1,5 persen dari pagu anggaran Triliun Rp 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 - GRAFIK IV.5 REALISASI SEMESTER I SUBSIDI NON-ENERGI, ,3 Sumber: Kementerian Keuangan 18,3 24, ,3 Real. Semester I % thd 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 - % thd IV-10

72 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV belanja PSO yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp2,2 triliun. Realisasi subsidi PSO tersebut lebih tinggi dari realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya yang masih nihil. Hal tersebut berkaitan dengan percepatan administrasi dan aturan teknis penyaluran subsidi/bantuan PSO pada PT LKBN Antara. Dalam 2012, pemerintah juga mengalokasikan anggaran untuk subsidi bunga kredit program, yang diberikan antara lain untuk: skema kredit ketahanan pangan dan energi (KKP-E), skema, subsidi bunga untuk air bersih, imbal jasa penjaminan atas penyaluran kredit usaha rakyat (IJP KUR), skema beban pemerintah atas risk sharing terhadap KKP-E yang bermasalah, dan skema kredit pengembangan energi nabati dan revitalisasi perkebunan (KPEN-RP) untuk mendukung program diversifikasi energi. Realisasi anggaran belanja subsidi bunga kredit program dalam semester I tahun anggaran 2012 mencapai Rp661,6 miliar, atau menyerap 51,1 persen dari pagu anggaran belanja subsidi bunga kredit program yang ditetapkan dalam Realisasi penyerapan anggaran belanja subsidi bunga kredit program dalam semester I tahun anggaran 2012 tersebut, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,5 persen terhadap pagu Kenaikan tersebut disebabkan oleh lebih tingginya realisasi imbal jasa penjaminan kredit usaha rakyat (KUR) pada semester I tahun anggaran 2012 apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun Sementara itu, pemerintah juga menyediakan anggaran subsidi pajak dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan atau program tertentu yang mendapatkan insentif pajak, yaitu berupa pajak ditanggung pemerintah (DTP). Pada dasarnya subsidi pajak (DTP) dalam mekanisme bersifat in-out, dalam arti, pada sisi pendapatan akan tercatat sebagai penerimaan perpajakan, sementara pada sisi belanja tercatat sebagai belanja subsidi pajak. Dalam 2012, anggaran subsidi pajak ditetapkan sebesar Rp4,3 triliun, tetapi semester I tahun anggaran 2012 realisasinya masih nihil. Hal ini berkaitan dengan masih belum selesainya proses administrasi dan aturan teknis belanja subsidi pajak yang terkait dengan proses penyelesaian dokumen yang dibutuhkan Belanja Hibah Dalam 2012, belanja hibah dialokasikan dalam bentuk penerusan hibah kepada pemerintah daerah yang bersumber dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri. Pada belanja hibah tersebut, terdapat 5 (lima) kegiatan yang diterushibahkan kepada daerah dengan rincian 4 (empat) kegiatan merupakan lanjutan dari kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2011, yaitu (1) Mass Rapid Transit (MRT) Project; (2) Local Basic Education Capacity (L-BEC); (3) Water and Sanitation Program, Subprogram D-Sanitation City Pilot Projects (WASAP-D); dan (4) Infrastructure Enhancement Grant (IEG). Selain itu, terdapat kegiatan Water Resources and Irrigation Sector Management Program Phase II (WISMP-2) yang merupakan kegiatan baru pada tahun Dalam 2012, alokasi belanja hibah untuk keseluruhan kegiatan tersebut ditetapkan sebesar Rp1.790,9 miliar, dengan rincian sebagai berikut: (1) MRT project sebesar Rp1.570,6 miliar; (2) L-BEC sebesar Rp54,5 miliar; (3) WASAP-D sebesar Rp11,7 miliar; (4) IEG sebesar Rp6,4 miliar; dan (5) WISMP-2 sebesar Rp147,8 miliar. Sampai dengan semester I 2012, realisasi belanja hibah mencapai Rp7,3 miliar atau 0,4 persen terhadap pagunya dalam 2012, yang keseluruhannya merupakan realisasi dari pro- IV-11

73 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I gram L-BEC. Rendahnya realisasi belanja hibah dalam semester I tahun 2012 tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya penyaluran hibah kepada daerah berdasarkan pada kinerja (performance based) pelaksanaan kegiatan hibah dan kesiapan pemerintah daerah dalam mengajukan permintaan penyaluran hibah. Selain itu, sebagai salah satu persyaratan pengajuan permintaan penyaluran hibah harus dilakukan verifikasi oleh kementerian teknis terkait. Realisasi belanja hibah dalam semester I tahun 2012 yang mencapai o,4 persen dari pagunya dalam 2012, lebih rendah apabila dibandingkan dengan realisasi semester I tahun 2011 yang mencapai 8,9 persen dari pagunya dalam Bantuan Sosial Bantuan sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat melalui Kementerian Negara/Lembaga (Pemerintah) dan/atau pemerintah daerah guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Yang dimaksud risiko sosial dalam hal ini adalah peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi yang wajar. Bantuan sosial memiliki ketentuan sebagai berikut: (i) dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan (kelompok masyarakat) termasuk lembaga non-pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan; (ii) bersifat sementara atau berkelanjutan; (iii) ditujukan untuk mendanai kegiatan rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, penanggulangan kemiskinan dan penanggulangan bencana; serta (iv) bertujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, kelangsungan hidup, dan memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian sehingga terlepas dari risiko sosial. Realisasi bantuan sosial dalam semester I tahun anggaran 2012 mencapai Rp30,2 triliun, atau 54,5 persen dari pagunya dalam tahun anggaran 2012 sebesar Rp55,4 triliun. Realisasi penyerapan anggaran bantuan sosial dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam semester I tahun 2011 yang hanya mencapai 14,8 persen dari pagu 2011 sebesar Rp81,8 triliun. Lebih tingginya realisasi penyerapan anggaran bantuan sosial dalam semester I tahun 2012 tersebut terutama dipengaruhi oleh perbaikan administrasi pelaksanaan penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat, sehingga pencairan anggarannya dapat dipercepat. Lebih lanjut, realisasi anggaran bantuan sosial dalam semester I tahun 2012 tersebut antara lain terdiri atas: (1) belanja bantuan sosial untuk rehabilitasi sosial; (2) belanja bantuan sosial untuk jaminan sosial; (3) belanja bantuan sosial untuk pemberdayaan sosial; (4) belanja bantuan sosial untuk perlindungan sosial; (5) belanja bantuan sosial untuk penanggulangan kemiskinan; dan (6) belanja bantuan sosial untuk penanggulangan bencana Belanja Lain-lain Pada tahun 2012 anggaran belanja lain-lain dialokasikan sebesar Rp68,5 triliun, menampung antara lain alokasi anggaran untuk cadangan risiko fiskal dan belanja lainnya. Dalam cadangan risiko fiskal dialokasikan antara lain anggaran untuk cadangan perubahan IV-12

74 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV asumsi ekonomi makro dan cadangan stabilisasi harga pangan, cadangan risiko kenaikan harga tanah (land capping), serta cadangan risiko energi. Sementara itu, belanja lainnya menampung antara lain alokasi anggaran untuk jasa perbendaharaan, kontribusi pada lembaga internasional, operasional lembaga yang belum mempunyai kode Bagian Anggaran (BA) sendiri, serta alokasi anggaran guna mendukung berbagai kebijakan Pemerintah seperti kebijakan ketahanan pangan berupa penyediaan anggaran cadangan beras Pemerintah (CBP) dan cadangan benih nasional (CBN). Dalam pelaksanaannya, realisasi anggaran belanja lain-lain pada semester I tahun 2012 mencapai Rp2,9 triliun, atau menyerap 4,2 persen dari pagunya dalam 2012 sebesar Rp68,5 triliun. Realisasi anggaran belanja lain-lain dalam periode tersebut utamanya berasal dari telah terealisasinya seluruh anggaran CBP sebesar Rp2,0 triliun serta telah terealisasinya sebagian anggaran untuk keperluan mendesak, risiko kenaikan harga tanah (land capping), belanja karena selisih kurs dalam pengelolaan rekening milik BUN, dan jasa perbendaharaan. Realisasi belanja lain-lain tersebut, menunjukkan adanya sedikit penurunan sebesar 0,7 persen jika dibandingkan dengan realisasinya dalam periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 4,9 persen dari pagunya dalam tahun Lebih rendahnya persentase penyerapan belanja lain-lain sampai dengan semester I tahun 2012 tersebut dikarenakan antara lain belum adanya realisasi anggaran untuk kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG) untuk transportasi umum, fasilitas pelayanan kesehatan (BPJS), cadangan ketahanan pangan, cadangan risiko perubahan asumsi ekonomi makro dan stabilisasi harga pangan, serta cadangan risiko energi. Kinerja penyerapan belanja Pemerintah Pusat dalam semester I tahun 2012 untuk masingmasing jenis belanja disajikan dalam Tabel IV.3 TABEL IV.3 REALISASI SEMESTER I BELANJA PEMERINTAH PUSAT, (triliun Rupiah) No. Uraian Real. Semester I % thd Real. Semester I % thd 1. Belanja Pegawai 182,9 80,5 44,0 212,3 104,1 49,0 2. Belanja Barang 142,8 34,9 24,4 186,6 41,8 22,4 3. Belanja Modal 141,0 22,8 16,2 168,7 30,6 18,2 4. Pembayaran Bunga Utang 106,6 46,7 43,8 117,8 49,6 42,1 5. Subsidi 237,2 62,0 26,1 245,1 134,7 55,0 6. Belanja Hibah 0,4 0,0 8,9 1,8 0,0 0,4 7. Bantuan Sosial 81,8 12,1 14,8 55,4 30,2 54,5 8. Belanja Lain-lain 15,6 0,8 4,9 68,5 2,9 4,2 9. Tambahan Anggaran ,5 - - JUMLAH 908,2 259,8 28, ,5 393,9 36,8 Sumber: Kementerian Keuangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi Belanja Kementerian Negara/Lembaga (K/L) merupakan anggaran belanja yang dikelola oleh masing-masing K/L yang telah mempunyai bagian anggaran sendiri dalam rangka melaksanakan IV-13

75 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I tugas pokok dan fungsinya untuk mencapai sasaran-sasaran kegiatan dan program kerja yang ditetapkan dalam rencana kerja pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL). Dalam tahun 2012, terdapat 86 K/L yang telah memiliki bagian anggaran sendiri, yaitu: (i) 33 Kementerian; (ii) 3 Kementerian Koordinator; (iii) 6 Lembaga Negara; (iv) 38 Lembaga Pemerintah; dan (v) 6 Komisi. Sebagaimana diketahui, dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN, seraya tetap menjaga momentum pertumbuhan, Pemerintah bersama DPR sepakat untuk melakukan perubahan terhadap volume anggaran belanja Pemerintah Pusat, di antaranya adalah dengan mengalokasikan anggaran untuk melaksanakan kebijakan percepatan infrastruktur yang berasal dari saldo anggaran lebih (SAL). Kebijakan ini dirancang untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kegiatan ekonomi dan investasi melalui upaya-upaya debottlenecking infrastruktur, penciptaan domestic connectivity, serta untuk mencegah potensi perlambatan ekonomi terkait dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Kegiatan yang akan dilakukan melalui K/L adalah (1) pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur Indonesia bagian Timur; (2) pembangunan infrastruktur pendukung domestic connectivity dan koridor ekonomi, ketahanan pangan, mitigasi bencana dan klaster 4; serta (3) kebutuhan mendesak lainnya. Dengan langkah-langkah penyesuaian tersebut, belanja negara mengalami peningkatan sebesar Rp112,9 triliun, yaitu dari Rp1.435,4 triliun dalam 2012 menjadi Rp1.548,3 triliun dalam Peningkatan tersebut terjadi pada belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp104,5 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp8,4 triliun. Dari peningkatan belanja Pemerintah Pusat tersebut, alokasi anggaran belanja K/L mengalami peningkatan sebesar Rp39,6 triliun menjadi Rp547,9 triliun dalam 2012 dari semula sebesar Rp508,4 triliun dalam APBN Dalam 2012, belanja pemerintah pusat dialokasikan sebesar Rp1.069,5 triliun. Dalam semester I tahun 2012, realisasi belanja pemerintah pusat mencapai Rp393,9 triliun, yang terdiri dari belanja K/L sebesar Rp164,3 triliun. Realisasi anggaran belanja K/L dalam semester I 2012 tersebut menyerap 30,0 persen dari pagu alokasi belanja K/L yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp547,9 triliun. Realisasi anggaran belanja K/L dalam semester I 2012 tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2011 yaitu sebesar 23,6 persen terhadap Lebih tingginya penyerapan anggaran belanja K/L dalam semester I tahun 2012 tersebut salah satunya karena ditempuhnya langkah-langkah percepatan penyerapan anggaran 2012 sebagai bentuk upaya memperbaiki kinerja penyerapan anggaran dengan tetap memperhatikan akuntabilitas pengelolaan anggaran negara. Hal-hal yang mempengaruhi kinerja penyerapan belanja K/L, antara lain: (1) masih terdapat dana blokir; (2) belum adanya payung hukum mekanisme dan pelaksanaan kegiatan; (3) hibah luar negeri yang belum efektif; (4) realisasi anggaran belanja modal dipengaruhi oleh kemajuan pekerjaan fisik, antara lain terkait pembebasan lahan; (5) adanya pekerjaan yang memerlukan audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP); serta (6) belum adanya persetujuan DPR terkait revisi alokasi anggaran 600,0 500,0 400,0 300,0 200,0 100,0-16,2 Sumber : Kementerian Keuangan GRAFIK IV.6 REALISASI SEMESTER I BELANJA K/L, ,3 28,6 28,5 32,1 29,2 23,6 30, Real. Semester I % thd 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 - Persen IV-14

76 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV antar program. Selain itu, kinerja penyerapan belanja K/L tersebut juga dipengaruhi oleh proses revisi RKA-KL dalam 2012 yang sedang dalam proses penyelesaian. Terkait dengan blokir, terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya pemblokiran anggaran, antara lain: (a) kegiatan yang belum dilengkapi data dukung administratif seperti term of reference/rencana anggaran belanja (TOR/RAB); (b) kegiatan yang bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri (PHLN) yang belum efektif; (c) kegiatan yang masih memerlukan persetujuan komisi terkait di DPR; (d) kegiatan yang masih memerlukan dasar hukum dan justifikasi lebih lanjut; (e) adanya ketidaksesuaian antara indikator, tugas dan fungsi, output, serta efisiensi penelaahan; (f) kegiatan satuan kerja baru yang belum mendapatkan persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; (g) kegiatan yang belum dilengkapi rincian dekonsentrasi dan tugas pembantuan; serta (h) kegiatan yang sisa dananya belum ditetapkan penggunaannya. Selanjutnya, sebagai ilustrasi dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut. Berdasarkan perbandingan dengan daya serap tahun 2011, dari 86 K/L Pengguna Anggaran tahun 2012, terdapat 71 K/L yang mempunyai daya serap lebih tinggi dari tahun 2011, yaitu antara lain: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Pertanian, Dewan Perwakilan Daerah; sedangkan 8 K/L lainnya memiliki daya serap yang lebih rendah dari tahun 2011, yaitu antara lain: Ombudsman RI, Lembaga Administrasi Negara, Komisi Pemilihan Umum, Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan Kementerian Perumahan Rakyat; sementara 7 K/L lainnya tidak dapat dibandingkan dengan daya serap tahun sebelumnya karena baru ditetapkan sebagai Bagian Anggaran K/L pada tahun 2012, yaitu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI), LPP Televisi Republik Indonesia (LPP TVRI), Badan Pengawas Pemilu, Sekretariat Kabinet, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKPB dan PB Sabang), serta BPKPB dan PB Batam. Ilustrasi penyerapan dapat dilihat pada Grafik IV.7 dan Grafik IV.8. GRAFIK IV.7 5 K/L DENGAN PENYERAPAN LEBIH TINGGI DARI TAHUN 2011 LKPP 9,2 39,5 Ombusdman RI GRAFIK IV.8 5 K/L DENGAN PENYERAPAN LEBIH RENDAH DARI TAHUN ,3 40,4 34,7 41,4 BKKBN 57,0 LAN 30,9 25,8 29,5 Kemenristek 45,9 KPU 20,6 22,6 10,6 Kementan 42,1 Kemenpora 4,2 14,8 6,7 DPD 33,9 Kemenpera 1,9-10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0-10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 Sumber : Kementerian Keuangan % thd Pagu Sumber : Kementerian Keuangan % thd Pagu IV-15

77 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Sementara itu, berdasarkan tingginya kinerja daya serap K/L pada tahun 2012, dari 86 K/L Pengguna Anggaran, terdapat 10 K/L yang mempunyai daya serap belanja tertinggi (antara 39,7 persen sampai dengan 57,0 persen); 28 K/L dengan daya serap antara 30,0 persen sampai dengan 39,6 persen; dan 48 K/L dengan daya serap di bawah 30,0 persen. Secara lebih rinci, 10 K/L dengan daya serap tertinggi tersebut terdiri dari: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (57,0 persen), Kementerian Riset dan Teknologi (45,9 persen), Badan Standardisasi Nasional (45,4 persen), Kementerian Pertanian (42,1 persen), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (42,1 persen), Badan Pengawas Tenaga Nuklir (42,0 persen), Kementerian Pertahanan GRAFIK IV.9 PROFIL PENYERAPAN SEMESTER I BELANJA K/L, 2012 Sumber: Kementerian Keuangan 10 K/L Daya Serap Tertinggi (39,7%-57,0%) 28K/L Daya Serap Daya Serap Nasional (30,0%) 48 K/L Daya Serap< 30,0% (40,7 persen), Dewan Ketahanan Nasional (40,7 persen), Kepolisian Negara Republik Indonesia (40,0 persen), dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (39,7 persen). Selanjutnya untuk K/L yang kinerja penyerapannya antara 30,0 persen 39,6 persen, antara lain Badan Pusat Statistik (39,6 persen), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (39,5 persen), Mahkamah Agung (39,1 persen), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (39,0 persen), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (37,7 persen). Sedangkan K/L dengan daya serap di bawah daya serap nasional,antara lain Badan Intelijen Negara (29,6 persen), LPP TVRI (29,6 persen), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (29,0 persen), Dewan Perwakilan Rakyat (27,7 persen), dan Kementerian Perindustrian (27,5 persen). Dari K/L dengan daya serap di bawah daya serap nasional tersebut, terdapat 10 K/L dengan daya serap terendah: Kementerian Perumahan Rakyat (1,9 persen), Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (1,9 persen), Kementerian Pemuda dan Olah Raga (4,2 persen), Lembaga Sandi Negara (6,8 persen), Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (6,9 persen), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (9,7 persen), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (10,8 persen), Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (10,9 persen), Badan Nasional Pengelola Perbatasan (12,8 persen), dan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (15,1 persen). Secara keseluruhan, kinerja daya serap K/L, disajikan dalam Grafik IV.10. Selanjutnya, berdasarkan besaran pagu belanja modalnya, dari 10 (sepuluh) K/L dengan pagu belanja modal terbesar, terdapat 8 (delapan) K/L yang daya serap belanja modalnya lebih baik dari tahun 2011, yaitu (1) Kementerian Pekerjaan Umum; (2) Kementerian Pertahanan; (3) Kementerian Perhubungan; (4) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; (5) Kepolisian Negara RI; (6) Kementerian Agama; (7) Kementerian Kesehatan; dan (8) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sedangkan Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Keuangan, penyerapan belanja modalnya lebih rendah di bandingkan tahun IV-16

78 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV GRAFIK IV. 10 KINERJA PENYERAPAN SEMESTER I KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA, 2012 Daya Serap Nasional Semester I = 30,0 % BKKBN Kemenristek BSN Kementan BPPT BAPETEN Kemenhan Wantanas Polri BPKP BPS LKPP MA BNPT Komisi Yudisial LIPI Kemenkeu BKN BNP2TKI Kemenkumham BATAN MK DPD LPP RRI Kejari Komnasham Kemen PP&PA Arsip Nasional KPPU Kemendagri Kemensos Kemen KUKM Kemenag LAN BKPM Kemendikbud Kemenkes BPK Kemen PAN BMKG BIN LPP TVRI Menko Perekonomian DPR Kemenperin Kemen BUMN MPR BPN Basarnas Kemenlu Kemenakertrans BNN Bawaslu Setkab Bakorsurtanal Kemen KP PPATK LAPAN Kemenkominfo Lemhanas Kemenkopolhukkam Kemen PU Bappenas Setneg Kemendag Kemenhut KPU BPOM Kemenhub KLH Menko Kesra KPK Kemenparekraf Perpus Nasional Ombusdman RI BPLS BNPP Kemen PDT Kemen ESDM BNPB BPWS LSN Kemenpora BP BATAM Kemenpera 1,9 1,9 4,2 6,9 6,8 12,8 10,9 10,8 9,7 15,1 42,1 42,1 42,0 40,7 40,7 40,0 39,7 39,6 39,5 39,1 39,0 38,3 37,7 37,4 35,9 35,8 35,5 34,9 34,7 33,9 33,9 33,8 33,3 33,2 32,9 32,8 32,7 32,4 31,8 31,1 30,9 30,9 30,6 30,3 30,2 29,9 29,8 29,6 29,6 29,0 27,7 27,5 27,3 27,0 25,9 25,9 25,5 25,2 25,2 25,2 25,1 24,5 24,2 24,2 24,0 23,8 23,4 23,3 22,1 21,3 21,2 21,0 20,9 20,6 20,6 20,5 20,4 19,3 18,9 17,8 17,7 17,3 45,9 45,4 57,0 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 % terhadap IV-17

79 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Kemudian, berdasarkan besaran pagunya, dari 10 (sepuluh) K/L dengan pagu anggaran terbesar, terdapat 8 (delapan) K/L yang penyerapannya di atas daya serap nasional sebesar 30,0 persen, yaitu: (1) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; (2) Kementerian Pertahanan; (3) Kepolisian Negara RI; (4) Kementerian Agama; (5) Kementerian Kesehatan; (6) Kementerian Pertanian; (7) Kementerian Keuangan; dan (8) Kementerian Dalam Negeri. Sedangkan penyerapan anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perhubungan penyerapannya di bawah daya serap nasional sebesar 30,0 persen. Sementara itu, apabila dibandingkan dengan daya serap dalam periode yang sama tahun 2011, dari 10 (sepuluh) K/L dengan pagu anggaran terbesar tersebut, hanya Kementerian Perhubungan yang daya serapnya lebih rendah dari tahun Kinerja daya serap 10 (sepuluh) K/L dengan pagu belanja modal terbesar dan pagu anggaran terbesar dapat dilihat dalam Grafik IV.11 dan IV.12. Kemen PU Rp45,3T Rp48,8T Kemenhan Rp14,7T Rp26,3T Kemenhub Rp16,8T Rp20,6T Kemen ESDM Rp11,1T Rp11,4T Kemenkes Rp5,4T Rp5,4T Polri Rp4,1T Rp4,1T Kemenag Rp2,6T Rp3,8T Kemenpera Rp2,1T Rp2,6T Kemendikbud Rp8,0T Rp2,4T Kemenkeu Rp3,3T Rp2,4T GRAFIK IV K/L DENGAN ANGGARAN BELANJA MODAL TERBESAR, ,2 2,0 2,9 2,3 0,9 4,0 6,6 7,3 7,1 10,1 10,8 12,2 13,6 16,6 20,8 20,6 22,8 24,4 26,5 28,3-5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 % terhadap 2011 % terhadap APBN 2012 Sumber : Kementerian Keuangan % thd Pagu Kemendikbud Rp67,7T Rp77,2T Kemen PU Rp56,5T Rp75,0T Kemenhan Rp50,0T Rp72,9T Polri Rp31,3T Rp41,9T Kemenag Rp35,4T Rp39,4T Kemenhub Rp23,1T Rp38,1T Kemenkes Rp29,5 T Rp31,2T Kementan Rp17,7T Rp17,1T Kemenkeu Rp17,5T Rp16,9T Kemendagri Rp16,8T Rp16,7T GRAFIK IV K/L DENGAN ANGGARAN TERBESAR, ,0 20,5 19,7 19,5 21,6 Daya Serap Nasional Semester I =30,0 % 22,1-5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 45,0 % terhadap 2011 % terhadap 2012 Sumber: Kementerian Keuangan 23,1 22,6 28,0 30,6 31,1 30,3 32,3 32,7 37,4 39,3 40,7 39,7 40,0 42,1 % thd Pagu Sebagai ilustrasi, dapat disampaikan mengenai kinerja 10 (sepuluh) K/L yang memiliki pagu anggaran terbesar sebagai berikut: Realisasi anggaran belanja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp23,6 triliun, yang berarti menyerap 30,6 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp77,2 triliun. Penyerapan belanja Kemendikbud dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan penyerapannya pada tahun 2011 yang mencapai 14,0 persen dalam Dari realisasi anggaran tersebut, realisasi anggaran belanja pegawai mencapai Rp4,5 triliun, belanja barang mencapai Rp4,5 triliun, belanja modal mencapai Rp0,4 triliun, dan bantuan sosial mencapai Rp14,2 triliun. Triliun Rp 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 - GRAFIK IV.13 REALISASI SEMESTER I BELANJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, ,9 Sumber : Kementerian Keuangan 30,3 34,5 29,3 32,3 29,7 14,0 30, Real. Semester I % Penyerapan 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 - Persen IV-18

80 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV Beberapa program yang realisasinya secara nominal cukup besar adalah program pendidikan dasar Rp9,9 triliun, program pendidikan tinggi Rp8,4 triliun, program pendidikan menengah Rp2,2 triliun, program pengembangan profesi pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) dan penjamin mutu pendidikan Rp1,2 triliun; dan program pendidikan anak usia dini, nonformal, dan informal Rp0,9 triliun. Sementara itu, realisasi anggaran belanja Kementerian Pekerjaan Umum sampai semester I tahun 2012 mencapai Rp16,6 triliun, yang berarti menyerap 22,1 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp75,0 triliun. Penyerapan anggaran belanja Kementerian Pekerjaan Umum dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2011 sebesar 21,6 persen. Realisasi anggaran belanja tersebut terdiri dari anggaran belanja pegawai mencapai Rp0,6 triliun, belanja barang mencapai Rp2,9 triliun, belanja modal mencapai Rp11,9 triliun, dan bantuan sosial mencapai Rp1,2 triliun. Ditinjau dari programnya, anggaran belanja Kementerian Pekerjaan Umum dalam semester I tahun 2012 tersebut digunakan antara lain untuk membiayai program penyelenggaraan jalan Rp7,7 triliun, program pengembangan infrastruktur pemukiman Rp4,0 triliun, program pengelolaan sumber daya air Rp4,2 triliun, program penyelenggaraan penataan ruang Rp0,2 triliun, dan program penelitian dan pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum Rp0,1 triliun. Realisasi anggaran belanja Kementerian Pertahanan sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp29,7 triliun, yang berarti menyerap 40,7 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp72,9 triliun. Penyerapan anggaran belanja Kementerian Pertahanan dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyerapannya pada periode yang sama tahun 2011, sebesar 39,3 persen. Realisasi anggaran belanja Kementerian Pertahanan tersebut terdiri dari realisasi anggaran belanja pegawai mencapai Rp17,4 triliun, belanja barang mencapai Rp4,9 triliun, dan belanja modal mencapai Rp7,4 triliun. Sebagian besar dari realisasi anggaran belanja Kementerian Pertahanan dalam semester I tahun 2012 tersebut digunakan antara lain untuk membiayai program penyelenggaraan manajemen dan operasional matra darat sebesar Rp13,1 triliun, program penyelenggaraan manajemen dan operasional matra laut sebesar Rp3,3 triliun, program modernisasi alutsista dan nonalutsista serta pengembangan fasilitas dan sarpras matra udara sebesar Rp2,5 triliun, program penyelenggaraan manajemen dan operasional matra udara sebesar Rp1,8 triliun, dan program penyelenggaraan manajemen dan operasional integratif sebesar Rp1,3 triliun. Triliun Rp 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0-4,5 23,5 20,4 26,9 26,1 24,8 21,6 22, Sumber: Kementerian Keuangan Triliun Rp 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 - GRAFIK IV.14 REALISASI SEMESTER I BELANJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM, ,1 38,0 Real. Semester I % Penyerapan GRAFIK IV.15 REALISASI SEMESTER I BELANJA KEMENTERIAN PERTAHANAN, ,2 44,6 55,2 41,2 39,3 40, Sumber : Kementerian Keuangan Real. Semester I % Penyerapan 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0-70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 - Persen Persen IV-19

81 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Sementara itu, realisasi anggaran belanja Kepolisian Negara RI (Polri) sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp16,8 triliun yang berarti menyerap 40,0 persen dari pagunya dalam 2012 sebesar Rp41,9 triliun. Penyerapan anggaran belanja Kepolisian Negara RI dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2011 sebesar 39,7 persen. Dari realisasi anggaran belanja Kepolisian Negara RI tersebut, realisasi anggaran belanja pegawai mencapai Rp13,8 triliun, belanja barang mencapai Rp2,5 triliun, dan belanja modal mencapai Rp0,4 triliun. Program-program yang didanai dari realisasi anggaran belanja Kepolisian Negara RI tersebut antara lain digunakan untuk membiayai program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Polri Rp11,4 triliun, program pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat Rp1,9 triliun, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Polri Rp1,0 triliun, program penanggulangan gangguan keamanan dalam negeri berkadar tinggi Rp1,0 triliun, dan program penyelidikan dan penyidikan tindak pidana Rp0,7 triliun. Realisasi anggaran belanja Kementerian Agama sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp12,3 triliun, yang berarti menyerap 31,1 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp39,4 triliun. Penyerapan anggaran belanja Kementerian Agama dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2011 sebesar 28,0 persen. Realisasi anggaran belanja tersebut terdiri dari belanja pegawai mencapai Rp7,7 triliun, belanja barang mencapai Rp1,9 triliun, belanja modal mencapai Rp0,5 triliun, dan bantuan sosial mencapai Rp2,2 triliun. Realisasi anggaran pada Kementerian Agama dalam tahun 2012 tersebut, antara lain dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai program, diantaranya yaitu: (1) program bimbingan masyarakat Islam Rp1,1 triliun; (2) program pendidikan Islam Rp9,6 triliun; (3) program bimbingan masyarakat Kristen Rp0,3 triliun; (4) program bimbingan masyarakat Katolik Rp0,2 triliun; (5) program bimbingan masyarakat Hindu Rp0,1 triliun; dan (6) program bimbingan masyarakat Buddha Rp57,1 miliar. Realisasi anggaran belanja Kementerian Perhubungan sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp7,8 triliun, yang berarti menyerap 20,5 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp38,1 triliun. Penyerapan anggaran belanja Kementerian Perhubungan dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2011 sebesar 23,1 persen. Realisasi anggaran belanja tersebut terdiri dari belanja pegawai mencapai Rp0,7 triliun, belanja barang mencapai Triliun Rp Triliun Rp 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0-30,8 38,9 45,3 46,0 49,2 43,9 39,7 40, Sumber : Kementerian Keuangan 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 - Sumber : Kementerian Keuangan GRAFIK IV.16 REALISASI SEMESTER I BELANJA KEPOLISIAN NEGARA RI, ,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 Real. Semester I % Penyerapan GRAFIK IV.17 REALISASI SEMESTER I BELANJA KEMENTERIAN AGAMA, ,0 35,4 32,4 27,0 27,3 27,8 28,0 31, Re al. Semester I % Penyerapan ,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 Persen Persen IV-20

82 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV Rp1,6 triliun, dan belanja modal mencapai Rp5,4 triliun. Realisasi anggaran pada Kementerian 40,0 25,6 23,2 24,2 22,9 23,1 25,0 Perhubungan dalam tahun 2012 tersebut, 35,0 21,6 20,5 30,0 20,0 antara lain dimanfaatkan untuk melaksanakan 16,2 25,0 berbagai program, diantaranya yaitu: (1) program pengelolaan dan penyelenggaraan 15,0 10,0 15,0 20,0 10,0 transportasi darat Rp0,6 triliun; (2) program 5,0 5,0 pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi - - laut Rp3,0 triliun; (3) program pengelolaan dan Sumber : Kementerian Keuangan Real. Semester I % Penyerapan penyelenggaraan transportasi udara Rp1,6 triliun; (4) program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi perkeretaapian Rp1,8 triliun; dan (5) program pengembangan sumber daya manusia perhubungan Rp0,6 triliun. Realisasi anggaran belanja Kementerian Kesehatan sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp9,5 triliun, yang berarti menyerap 30,3 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp31,2 triliun. Penyerapan anggaran belanja Kementerian Kesehatan dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2011 sebesar 19,7 persen. Realisasi anggaran belanja tersebut terdiri dari belanja pegawai mencapai Rp2,0 triliun, belanja barang mencapai Rp3,7 triliun, belanja modal mencapai Rp0,4 triliun, dan bantuan sosial mencapai Rp3,4 triliun. Realisasi anggaran pada Kementerian Kesehatan dalam tahun 2012 tersebut, antara lain dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai program, diantaranya yaitu: (1) program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak Rp0,5 triliun; (2) program pembinaan upaya kesehatan Rp6,7 triliun; (3) program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan Rp0,4 triliun; (4) program kefarmasian dan alat kesehatan Rp0,1 triliun; dan (5) program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan Rp0,7 triliun. Realisasi anggaran belanja Kementerian Pertanian sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp7,2 triliun, yang berarti menyerap 42,1 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp17,1 triliun. Penyerapan anggaran belanja Kementerian Pertanian dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2011 sebesar 22,6 persen. Realisasi anggaran belanja tersebut terdiri dari belanja pegawai mencapai Rp0,6 triliun, belanja barang mencapai Rp1,9 triliun, belanja modal mencapai Rp0,2 triliun, dan bantuan sosial mencapai Rp4,5 triliun. Realisasi anggaran pada Kementerian Pertanian dalam tahun 2012 tersebut, antara lain dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai program, yaitu: (1) program peningkatan produksi produktivitas dan mutu tanaman pangan untuk mencapai swasembada dan swasembada Triliun Rp Triliun Rp 45,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 - GRAFIK IV.19 REALISASI SEMESTER I BELANJA KEMENTERIAN KESEHATAN, ,2 GRAFIK IV.18 REALISASI SEMESTER I BELANJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN, ,0 24, Sumber : Kementerian Keuangan Real. Semester I % Penyerapan 14,4 22,1 24,4 19,7 30,3 30,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 - Persen Persen IV-21

83 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I berkelanjutan Rp1,0 triliun; (2) program pencapaian swasembada daging sapi dan peningkatan penyediaan pangan hewani yang aman, sehat, utuh, dan halal Rp1,1 triliun; (3) program penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian Rp2,2 triliun; (4) program pengembangan SDM pertanian dan kelembagaan petani Rp0,5 triliun; dan (5) program peningkatan kualitas pengkarantinaan pertanian dan pengawasan keamanan hayati Rp0,3 triliun. Realisasi anggaran belanja Kementerian Keuangan sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp6,3 triliun, yang berarti menyerap 37,4 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp16,9 triliun. Penyerapan anggaran belanja Kementerian Keuangan dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2011 sebesar 32,3 persen. Realisasi anggaran belanja tersebut terdiri dari belanja pegawai mencapai Rp4,1 triliun, belanja barang mencapai Rp2,0 triliun, dan belanja modal mencapai Rp0,2 triliun. Realisasi anggaran pada Kementerian Keuangan dalam tahun 2012 tersebut, antara lain dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai GRAFIK IV.21 program, yaitu: (1) program peningkatan dan REALISASI SEMESTER I BELANJA KEMENTERIAN KEUANGAN, pengamanan penerimaan pajak Rp1,7 triliun; 20,0 40,0 18,0 37,4 35,0 (2) program pengawasan pelayanan dan 16,0 35,1 33,1 32,3 30,0 penerimaan di bidang kepabeanan dan cukai 14,0 12,0 27,3 25,0 Rp0,6 triliun; (3) program pengelolaan 24,3 10,0 20,0 19,7 perbendaharaan negara Rp0,6 triliun; 8,0 16,8 15,0 6,0 (4) program pengelolaan kekayaan negara 10,0 4,0 5,0 penyelesaian pengurusan piutang negara dan 2,0 - - pelayanan lelang Rp0,2 triliun; dan (5) program pengelolaan anggaran negara Rp50,4 miliar. Sumber : Kementerian Keuangan Real. Semester I % Penyerapan Realisasi anggaran belanja Kementerian Dalam Negeri sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp5,5 triliun, yang berarti menyerap 32,7 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp16,7 triliun. Penyerapan anggaran belanja Kementerian Dalam Negeri dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2011 sebesar 19,5 persen. Realisasi anggaran belanja tersebut terdiri dari belanja pegawai mencapai Rp0,2 triliun, belanja barang mencapai Rp1,3 triliun, belanja modal mencapai Rp0,4 triliun, dan bantuan sosial mencapai Rp3,6 triliun. Realisasi anggaran pada Kementerian Dalam Negeri dalam tahun 2012 tersebut, antara lain dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai program, yaitu: (1) program pendidikan Triliun Rp Triliun Rp Triliun Rp 20,0 18,0 16,0 14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0-18,0 16,0 14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0-12,5 18,9 GRAFIK IIV.20 REALISASI SEMESTER I BELANJA KEMENTERIAN PERTANIAN, ,0 GRAFIK IV.22 REALISASI SEMESTER I BELANJA KEMENTERIAN DALAM NEGERI, ,1 16,8 10,5 15, Sumber : Kementerian Keuangan Real. Semester I % Penyerapan Sumber: Kementerian Keuangan Real. Se me ster I % Penyerapan 9,5 25,1 15,4 18,8 21,7 22,6 19,5 42,1 32,7 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0-35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 - Persen Persen Persen IV-22

84 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV kepamongprajaan Rp0,1 triliun; (2) program penguatan penyelenggaraan pemerintahan umum Rp83,1 miliar; (3) program pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa Rp4,1 triliun; (4) program pengelolaan desentralisasi dan otonomi daerah Rp36,8 miliar; dan (5) program penataan administrasi kependudukan Rp0,7 triliun. Sementara itu, berdasarkan kinerja daya serap anggaran dari pagu yang ditetapkan, dalam semester I tahun 2012 terdapat beberapa K/L yang memiliki kinerja daya serap anggaran yang relatif lebih baik dari K/L lainnya, yaitu antara lain: (1) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (57,0 persen); (2) Kementerian Riset dan Teknologi (45,9 persen); (3) Badan Standardisasi Nasional (45,4 persen); (4) Kementerian Pertanian (42,1 persen); (5) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (42,1 persen); (6) Badan Pengawas Tenaga Nuklir (42,0 persen); (7) Kementerian Pertahanan (40,7 persen); (8) Dewan Ketahanan Nasional (40,7 persen); (9) Kepolisian Negara Republik Indonesia (40,0 persen); dan (10) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (39,7 persen). Sebagaimana digambarkan dalam Grafik IV ,0 GRAFIK IV K/L DENGAN PENYERAPAN SEMESTER I TERBESAR, ,0 Daya Serap Nasional Semester I 2012 = 30,0% Persen 50,0 40,0 30,0 20,0 34,7 25,8 45,9 45,4 33,0 42,1 42,1 42,0 31,2 28,0 22,6 40,7 40,7 40,0 39,7 39,3 39,7 37,7 34,3 10,0 - BKKBN Kemenristek BSN Kementan BPPT BAPETEN Kemenhan Wantanas Polri BPKP Sumber: Kementerian Keuangan Real. Semester I 2011 Real. Semester I 2012 Daya Serap Nasional 2012 Realisasi anggaran belanja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp1,2 triliun, yang berarti menyerap 57,0 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp2,1 triliun. Penyerapan anggaran belanja BKKBN dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2011 sebesar 34,7 persen. Dari realisasi anggaran belanja BKKBN tersebut, realisasi anggaran belanja pegawai mencapai Rp0,1 triliun, belanja barang mencapai Rp1,1 triliun, dan belanja modal mencapai Rp36,2 miliar. Realisasi anggaran belanja BKKBN tersebut digunakan antara lain untuk membiayai program kependudukan dan keluarga berencana Rp1,1 triliun, program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis BKKBN Rp58,2 miliar, program pelatihan dan pengembangan BKKBN Rp49,7 miliar, program pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur BKKBN Rp1,9 miliar. Realisasi anggaran belanja Kementerian Riset dan Teknologi sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp0,3 triliun, yang berarti menyerap 45,9 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp0,6 triliun. Penyerapan anggaran belanja Kementerian IV-23

85 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Riset dan Teknologi dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2011 sebesar 25,8 persen. Dari realisasi anggaran belanja Kementerian Riset dan Teknologi tersebut, realisasi anggaran belanja pegawai mencapai Rp16,9 miliar, belanja barang mencapai Rp86,8 miliar, dan belanja modal mencapai Rp0,2 triliun. Realisasi anggaran belanja Kementerian Riset dan Teknologi tersebut digunakan antara lain untuk membiayai program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Rp39,8 miliar, dan program peningkatan kemampuan iptek untuk penguatan sistem inovasi nasional Rp253,6 miliar. Realisasi anggaran belanja Badan Standardisasi Nasional (BSN) sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp33,7 miliar, yang berarti menyerap 45,4 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp74,2 miliar. Penyerapan anggaran belanja BSN dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2011 sebesar 33,0 persen. Dari realisasi anggaran belanja BSN tersebut, realisasi anggaran belanja pegawai mencapai Rp7,1 miliar, belanja barang mencapai Rp26,1 miliar, dan belanja modal mencapai Rp0,5 miliar. Realisasi anggaran belanja BSN tersebut digunakan antara lain untuk membiayai program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Rp19,2 miliar, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Rp0,4 miliar, program pengembangan standardisasi nasional Rp14,1 miliar. Realisasi anggaran belanja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp0,3 triliun, yang berarti menyerap 42,1 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp0,8 triliun. Penyerapan anggaran belanja BPPT dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2011 sebesar 28,0 persen. Dari realisasi anggaran belanja BPPT tersebut, realisasi anggaran belanja pegawai mencapai Rp0,1 triliun, belanja barang mencapai Rp0,1 triliun, dan belanja modal mencapai Rp0,1 triliun. Realisasi anggaran belanja BPPT tersebut digunakan antara lain untuk membiayai program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Rp0,1 triliun, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Rp0,1 triliun, program pengkajian dan penerapan teknologi Rp68,9 miliar. Realisasi anggaran belanja Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp30,3 miliar, yang berarti menyerap 42,0 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp72,0 miliar. Penyerapan anggaran belanja Bapeten dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2011 sebesar 31,2 persen. Dari realisasi anggaran belanja Bapeten tersebut, realisasi anggaran belanja pegawai mencapai Rp13,2 miliar, belanja barang mencapai Rp14,9 miliar, dan belanja modal mencapai Rp2,2 miliar. Realisasi anggaran belanja Bapeten tersebut digunakan antara lain untuk membiayai program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Rp22,4 miliar, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Rp1,0 miliar, program pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir Rp6,8 miliar. IV-24

86 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV Realisasi anggaran belanja Dewan Ketahanan Nasional sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp12,6 miliar, yang berarti menyerap 40,7 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp31,1 miliar. Penyerapan anggaran belanja Dewan Ketahanan Nasional dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2011 sebesar 37,7 persen. Dari realisasi anggaran belanja Dewan Ketahanan Nasional tersebut, realisasi anggaran belanja pegawai mencapai Rp3,5 miliar, dan belanja barang mencapai Rp9,2 miliar. Realisasi anggaran belanja Dewan Ketahanan Nasional tersebut digunakan antara lain untuk membiayai program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Rp5,9 miliar, dan program pengembangan kebijakan ketahanan nasional Rp6,7 miliar. Realisasi anggaran belanja Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sampai dengan semester I tahun 2012 mencapai Rp0,4 triliun, yang berarti menyerap 39,7 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp1,1 triliun. Penyerapan anggaran belanja BPKP dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2011 sebesar 34,3 persen. Dari realisasi anggaran belanja BPKP tersebut, realisasi anggaran belanja pegawai mencapai Rp0,3 triliun, belanja barang mencapai Rp0,1 triliun, dan belanja modal mencapai Rp16,9 miliar. Realisasi anggaran belanja BPKP tersebut digunakan antara lain untuk membiayai program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Rp0,3 triliun, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Rp15,8 miliar, program pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah Rp59,4 miliar. Realisasi anggaran belanja K/L semester I tahun , disajikan dalam Tabel IV.4. TABEL IV.4 REALISASI SEMESTER I BELANJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA, (miliar Rupiah) No. KODE BA URAIAN Semester I % thd Real. Semester I % thd (1) (2) (3) (4) (5) (5) (6) (7 ) ( 8) MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 416,1 65,4 15,7 623,2 168,0 27, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 2.445,5 573,2 23, ,6 750,8 27, BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2.820,1 678,8 24, ,8 808,3 30, MAHKAMAH AGUNG 6.056, ,6 27, , ,8 39, KEJAKSAAN AGUNG 2.845,9 925,5 32, , ,3 33, KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA 1.938,9 376,5 19, ,2 418,4 21, KEMENTERIAN DALAM NEGERI , ,4 19, , ,6 32, KEMENTERIAN LUAR NEGERI 5.669, ,0 19, , ,4 25, KEMENTERIAN PERTAHANAN , ,4 39, , ,7 40, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM 5.211, ,6 31, , ,7 35, KEMENTERIAN KEUANGAN , ,6 32, , ,6 37, KEMENTERIAN PERTANIAN , ,8 22, , ,7 42, KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2.245,6 419,6 18, ,0 672,0 27, KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL ,9 897,9 5, , ,9 10, KEMENTERIAN PERHUBUNGAN , ,6 23, , ,4 20, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN , ,3 14, , ,9 30, KEMENTERIAN KESEHATAN , ,8 19, , ,7 30, KEMENTERIAN AGAMA , ,5 28, , ,0 31, KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 4.656,4 839,3 18, , ,4 25, KEMENTERIAN SOSIAL 4.121, ,1 25, , ,2 32, KEMENTERIAN KEHUTANAN 5.872,7 900,1 15, , ,0 20, KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 5.559, ,5 18, , ,6 24, KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM , ,6 21, , ,3 22, KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN 586,0 81,1 13,8 405,1 94,4 23, KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN 248,5 46,5 18,7 212,0 61,5 29,0 IV-25

87 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I TABEL IV.4 REALISASI SEMESTER I BELANJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA, (LANJUTAN) (miliar Rupiah) No. KODE BA URAIAN Real. Semester I % thd Real. Semester I % thd (1) (2) (3) (4) (5) (5) (6) (7 ) ( 8) KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT 233,6 28,0 12,0 222,3 42,9 19, KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF 2.209,3 426,7 19, ,0 476,8 17, KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA 144,3 25,2 17,4 111,3 30,3 27, KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 675,4 174,0 25,8 639,8 293,4 45, KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP 974,3 148,8 15,3 738,6 150,4 20, KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 1.015,7 243,9 24, ,5 441,5 31, KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK 161,6 41,9 25,9 150,9 50,1 33, KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI 154,4 28,3 18,3 131,4 39,3 29, BADAN INTELIJEN NEGARA 1.323,1 348,6 26, ,9 440,1 29, LEMBAGA SANDI NEGARA 750,6 37,4 5, ,4 120,2 6, DEWAN KETAHANAN NASIONAL 37,4 14,1 37,7 31,1 12,6 40, BADAN PUSAT STATISTIK 2.294,5 644,3 28, ,6 900,3 39, KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS 716,7 131,5 18,3 755,5 160,6 21, BADAN PERTANAHAN NASIONAL 3.695,4 805,4 21, , ,6 25, PERPUSTAKAAN NASIONAL 431,9 40,2 9,3 348,0 61,5 17, KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 3.452,3 344,6 10, ,8 736,0 23, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA , ,2 39, , ,8 40, BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN 928,8 201,0 21, ,7 222,2 20, LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL 233,6 38,2 16,3 174,2 40,8 23, BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 510,9 152,7 29,9 650,7 200,9 30, BADAN NARKOTIKA NASIONAL 977,0 123,4 12,6 841,0 212,3 25, KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 1.263,4 121,8 9, ,8 125,8 10, BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL 2.506,4 869,3 34, , ,7 57, KOMISI NASIONAL HAK AZASI MANUSIA 58,6 18,2 31,1 53,7 17,9 33, BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 1.317,3 213,7 16, ,0 382,3 29, KOMISI PEMILIHAN UMUM 1.009,4 298,0 29, ,2 334,5 20, MAHKAMAH KONSTITUSI 288,0 65,6 22,8 221,8 76,9 34, PUSAT PELAPORAN ANALISIS DAN TRANSAKSI KEUANGAN 98,3 15,6 15,8 73,1 17,7 24, LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 616,7 224,5 36,4 761,7 287,1 37, BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 603,4 171,3 28,4 637,1 222,5 34, BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 983,8 275,2 28,0 808,6 340,3 42, LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL 465,5 87,8 18,9 491,9 118,0 24, BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL 510,4 85,5 16,7 535,9 131,4 24, BADAN STANDARDISASI NASIONAL 82,8 27,4 33,0 74,2 33,7 45, BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR 76,8 23,9 31,2 72,0 30,3 42, LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 244,6 101,4 41,4 243,6 75,2 30, ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 152,2 37,7 24,8 130,3 42,9 32, BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA 474,6 136,6 28,8 486,9 174,9 35, BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 716,4 245,6 34, ,5 417,5 39, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2.449,9 344,0 14, ,5 513,7 21, KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT 3.462,0 231,0 6, ,5 110,1 1, KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 4.343,4 458,2 10, ,9 74,6 4, KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI 576,6 106,6 18,5 634,5 120,2 18, DEWAN PERWAKILAN DAERAH 1.157,0 171,3 14,8 589,8 200,1 33, KOMISI YUDISIAL RI 79,7 24,1 30,2 77,4 29,7 38, BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA 938,9 73,5 7, ,2 109,0 9, BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI 423,7 78,5 18,5 265,9 95,1 35, BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO 1.286,1 147,1 11, ,3 232,1 15, LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH 210,4 19,3 9,2 183,4 72,5 39, BADAN SAR NASIONAL 1.329,2 191,7 14,4 992,1 256,6 25, KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA 181,6 26,9 14,8 113,5 37,3 32, BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU 292,5 9,1 3,1 268,2 18,6 6, OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA 16,3 6,6 40,4 58,8 10,1 17, BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN 454,0 20,6 4,5 197,7 25,3 12, BPKPB DAN PB BATAM 735,3 13,9 1, BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME 92,8 36,2 39, KEMENTERIAN SEKRETARIAT KABINET 197,2 49,5 25, BADAN PENGAWAS PEMILU 53,1 13,4 25, LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA 769,0 260,9 33, LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA 753,2 223,1 29, BPKPB DAN PB SABANG*) 57,9 JUMLAH , ,5 23, , ,9 30,0 *) Realokasi dari BA 999 Sumber: Kementerian Keuangan IV-26

88 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV 4.3 Prognosis Semester II Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2012 Sejalan dengan perkembangan indikator ekonomi makro sampai dengan semester I dan perkiraan dalam semester II, serta berbagai langkah kebijakan dan administrasi anggaran yang ditempuh, maka realisasi anggaran belanja Pemerintah Pusat dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp676,9 triliun atau 63,3 persen terhadap pagunya dalam Dari jumlah tersebut, realisasi belanja K/L dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp343,3 triliun atau 62,6 persen terhadap pagunya dalam Sementara itu, perkiraan realisasi belanja non-k/l dalam semester II tahun 2012 mencapai Rp333,7 triliun atau 64,0 persen terhadap pagunya dalam Selanjutnya, berdasarkan real berdasarkan realisasi semester I dan perkiraan realisasi semester II tahun 2012 tersebut, maka perkiraan realisasi belanja Pemerintah Pusat sampai akhir tahun 2012 mencapai Rp1.070,8 triliun atau 100,1 persen terhadap pagunya dalam Perkiraan realisasi belanja Pemerintah Pusat dalam tahun 2012 tersebut terdiri atas realisasi belanja K/L sebesar Rp507,5 triliun, atau 92,6 persen terhadap pagunya dalam 2012, dan perkiraan realisasi belanja non K/L sebesar Rp563,3 triliun, atau 108,0 persen terhadap pagunya dalam Penjelasan lebih lanjut mengenai perkiraan realisasi belanja Pemerintah Pusat, baik menurut jenis belanja maupun organisasi, adalah sebagai berikut Belanja Pemerintah Pusat Menurut Jenis Belanja Perkiraan realisasi belanja Pemerintah Pusat sampai dengan akhir tahun 2012, khususnya subsidi energi dan pembayaran bunga utang, akan sangat ditentukan oleh perkembangan berbagai faktor eksternal yang masih akan bergerak dengan sangat dinamis dalam semester II tahun Faktor-faktor tersebut antara lain, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia crude price, ICP), untuk subsidi energi, yang dalam semester II 2012 diperkirakan akan mencapai rata-rata US$102,0 per barel, sehingga rata-rata ICP dalam keseluruhan tahun 2012 diperkirakan mencapai US$110 per barel. Sementara itu, nilai tukar (kurs), untuk subsidi energi dan pembayaran bunga utang, yang dalam semester II tahun 2012 diperkirakan akan berada pada kisaran Rp9.300,00 per dolar Amerika Serikat, sehingga rata-rata kurs rupiah dalam keseluruhan tahun 2012 diperkirakan menjadi Rp9.250,00 per dolar Amerika Serikat. Selain itu, respon kebijakan dan pelaksanaan berbagai program pembangunan yang akan ditempuh oleh Pemerintah akan sangat berpengaruh pada realisasi belanja Pemerintah Pusat lainnya dalam semester II, yang pada akhirnya berpengaruh pada keseluruhan realisasi dalam tahun Berdasarkan perkembangan berbagai faktor tersebut, serta dengan memperhatikan realisasi dan daya serap anggaran belanja Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan APBN selama semester I tahun 2012, maka gambaran prognosis semester II dan perkiraan realisasinya dalam keseluruhan tahun 2012 disajikan dalam Tabel IV.5 dan Grafik IV.24. IV-27

89 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I TABEL IV.5 PERKIRAAN REALISASI BELANJA PEMERINTAH PUSAT, 2012 (triliun Rupiah) No. Uraian Real. Semester I % thd Prognosis Semester II % thd Perkiraan Realisasi % thd 1. Belanja Pegawai 212,3 104,1 49,0 102,2 48,1 206,3 97,2 2. Belanja Barang 186,6 41,8 22,4 128,2 68,7 170,0 91,1 3. Belanja Modal 168,7 30,6 18,2 122,7 72,8 153,4 90,9 4. Pembayaran Bunga Utang 117,8 49,6 42,1 62,3 52,9 111,9 95,0 5. Subsidi 245,1 134,7 55,0 212,2 86,6 346,9 141,6 6. Belanja Hibah 1,8 0,0 0,4 1,1 61,2 1,1 61,6 7. Bantuan Sosial 55,4 30,2 54,5 17,7 32,0 47,9 86,5 8. Belanja Lain-lain 68,5 2,9 4,2 18,1 26,4 21,0 30,6 9. Tambahan Anggaran 13, ,5 92,6 12,5 92,6 JUMLAH 1.069,5 393,9 36,8 676,9 63, ,8 100,1 Sumber: Kementerian Keuangan 400 GRAFIK IV.24 PERKIRAAN REALISASI BELANJA PEMERINTAH PUSAT, ,1 Triliun Rp ,3 186,6 168,7 212, ,2 117, ,1 128,2 122,7 62,3 134,7 55,4 17,7 68,5 0 41,8 30,6 49,6 2,9 Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Bunga Utang Subsidi Belanja Hibah Belanja Sosial Belanja Lainlain 1,8 1,1 0,0 30,2 18,1 13,5 12,5 0,0 Tambahan Anggaran Sumber: Kementerian Keuangan Real. Semester I Prognosis Semester II Selanjutnya, penjelasan yang lebih lengkap tentang perkiraan realisasi semester II dan keseluruhan tahun 2012 adalah sebagai berikut Belanja Pegawai Dalam semester II tahun 2012, berdasarkan pola penyerapan tahun-tahun sebelumnya dan perkiraan pelaksanaan kebijakan kepegawaian, realisasi belanja pegawai diperkirakan mencapai Rp102,2 triliun, atau 48,1 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar IV-28

90 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV Rp212,3 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari pembayaran gaji dan tunjangan sebesar Rp51,2 triliun, honorarium, vakasi, lembur dan lain-lain sebesar Rp24,3 triliun, serta kontribusi sosial sebesar Rp26,7 triliun. Dengan demikian, realisasi belanja pegawai untuk keseluruhan tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp206,3 triliun, yang berarti menyerap 97,2 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam tahun Sementara itu, bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 96,1 persen dari pagu anggarannya dalam 2011, maka perkiraan realisasi anggaran belanja pegawai tahun 2012 tersebut menunjukkan tingkat penyerapan yang relatif stabil sebagaimana pola penyerapan tahun-tahun sebelumnya Belanja Barang Sejalan dengan perubahan berbagai faktor penentu belanja negara dalam semester II tahun 2012 serta pola penyerapan tahunannya, belanja barang diperkirakan akan terealisir Rp128,2 triliun dalam semester II tahun 2012, atau 68,7 persen dari pagunya dalam tahun anggaran 2012 sebesar Rp186,6 triliun. Perkiraan penyerapan belanja barang dalam semester II tahun 2012 tersebut sangat dipengaruhi oleh progress-report pelaksanaan proyekproyek fisik, pengadaan barang dan jasa pemerintah yang baru efektif pada triwulan II tahun 2012, serta efektifitas upaya penghematan yang dilakukan oleh Pemerintah. Jika dibandingkan dengan penyerapan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 62,7 persen dari pagu anggarannya dalam tahun anggaran 2011, maka perkiraan realisasi anggaran belanja barang dalam tahun 2012 tersebut menunjukkan peningkatan, yang terutama disebabkan oleh adanya tambahan kegiatan dan alokasi anggaran dalam tahun anggaran Selanjutnya, berdasarkan realisasi semester I dan perkiraan semester II tahun anggaran 2012, secara keseluruhan realisasi belanja barang diperkirakan mencapai Rp170,0 triliun atau sebesar 91,1 persen dari pagunya dalam tahun anggaran 2012 sebesar Rp186,6 triliun. Perkiraan realisasi anggaran belanja barang pada akhir tahun 2012 tersebut lebih tingggi jika dibandingkan dengan realisasi belanja barang pada akhir tahun 2011 yang mencapai 87,2 persen dari pagunya dalam tahun anggaran Lebih tingginya perkiraan realisasi anggaran belanja barang dalam tahun 2012 tersebut antara lain berkaitan dengan: (1) intensitas TEPPA yang memantau dan memberikan advokasi bagi K/L dalam mempercepat pelaksanaan anggaran; dan (2) pembahasan dan persetujuan oleh DPR atas program/kegiatan K/L Belanja Modal Prognosis belanja modal tahun 2012 memperhitungkan beberapa perkembangan pelaksanaan belanja modal dalam semester I tahun 2012, antara lain memperhitungkan daya serap anggaran, langkah-langkah kebijakan dalam mempercepat penyerapan anggaran yang akan ditempuh dalam sisa waktu hingga akhir tahun 2012, khususnya penerapan kebijakan reward and punishment, serta pola penyerapan belanja modal yang cenderung besar pada semester II. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka realisasi anggaran belanja modal dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp122,7 triliun atau 72,8 persen dari pagunya dalam tahun anggaran Penyerapan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan penyerapan semester II tahun 2011 yang mencapai 67,0 persen. IV-29

91 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Selanjutnya, berdasarkan realisasi semester I dan perkiraan semester II tahun anggaran 2012, secara keseluruhan realisasi belanja modal diperkirakan mencapai Rp153,4 triliun atau sebesar 90,9 persen dari pagunya dalam tahun anggaran 2012 sebesar Rp168,7 triliun. Perkiraan realisasi anggaran belanja modal pada akhir tahun 2012 tersebut lebih tingggi jika dibandingkan dengan realisasi belanja modal pada akhir tahun 2011 yang mencapai 83,1 persen dari pagunya dalam tahun anggaran Lebih tingginya perkiraan realisasi anggaran belanja barang dalam tahun 2012 tersebut terutama berkaitan dengan: (1) perpindahan akun belanja barang ke belanja modal sesuai kaidah akuntansi; (2) kebanyakan progress report pelaksanaan proyek-proyek fisik telah mencapai 95% yang merupakan dasar pencairan dana kepada pihak ketiga; (3) implementasi Perpres nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang memungkinkan pelelangan pekerjaan fisik tahun yang akan datang dilaksanakan tahun berjalan; dan (4) pembahasan dan persetujuan oleh DPR atas program/ kegiatan K/L Pembayaran Bunga Utang Prognosis pembayaran bunga utang dalam semester II tahun 2012, diperkirakan mencapai Rp62,3 triliun, atau 52,9 persen terhadap pagu yang dianggarkan dalam Hal ini antara lain dipengaruhi oleh dinamika perkembangan kondisi pasar keuangan yang ditunjukkan dengan indikator-indikator makro ekonomi, seperti perkiraan inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah terhadap beberapa mata uang asing. Berdasarkan realisasi pembayaran bunga utang semester I tahun 2012 yang sebesar Rp49,6 triliun dan perkiraan realisasi semester II tersebut, maka realisasi pembayaran bunga utang secara keseluruhan tahun 2012 akan mencapai Rp111,9 triliun, atau 5,0 persen lebih rendah dari pagu alokasi anggaran yang disediakan dalam APBN- P 2012 sebesar Rp117,8 triliun. Sementara itu, pembayaran bunga utang dalam negeri pada semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp43,5 triliun, atau 51,4 persen dari pagunya dalam tahun Perkiraan realisasi tersebut telah memperhitungkan asumsi tingkat bunga SPN-3 bulan, pergerakan yield SBN, dan jumlah rencana penerbitan SBN serta penarikan pinjaman dalam negeri pada semester II tahun Dengan memperhatikan beban pembayaran bunga utang dalam negeri semester I tahun 2012 dan perkiraan realisasi pembayaran bunga utang dalam negeri semester II tahun 2012, maka perkiraan beban pembayaran bunga utang dalam negeri secara keseluruhan pada tahun 2012 akan mencapai Rp78,7 triliun, yang berarti 7,1 persen lebih rendah dari pagu dalam 2012 sebesar Rp84,7 triliun. Selanjutnya, beban pembayaran bunga utang luar negeri pada semester II 2012 diperkirakan mencapai Rp18,7 triliun, atau 56,7 persen dari pagu dalam tahun Dengan memperhatikan proyeksi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing yang cenderung melemah, jumlah rencana penerbitan SBN serta penarikan pinjaman luar negeri pada semester II tahun 2012, beban pembayaran bunga utang luar negeri semester I tahun 2012, dan memperhatikan perkiraan realisasi pembayaran bunga utang luar negeri pada semester II tahun 2012, maka beban pembayaran bunga utang luar negeri dalam keseluruhan tahun 2012 akan mencapai Rp33,1 triliun, atau 0,3 persen lebih tinggi dari pagu alokasi pembayaran bunga utang luar negeri yang dianggarkan dalam tahun 2012 sebesar Rp33,0 triliun. Perkiraan realisasi dan Prognosis pembayaran bunga utang tahun 2012 dapat dilihat dalam Tabel IV.6. IV-30

92 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV TABEL IV.6 PERKIRAAN REALISASI PEMBAYARAN BUNGA UTANG TAHUN 2012 (triliun Rupiah) 2012 Uraian Real. Semester I % thd Prognosis Semester II % thd Perkiraan Realisasi % thd I. Utang Dalam Negeri 84,7 35,2 41,6 43,5 51,4 78,7 92,9 a. SBN domestik 84,6 34,8 41,1 43,0 50,9 77,8 92,0 b. Pinjaman Dalam Negeri 0,2 0,0 19,0 0,0 22,1 0,1 41,1 c. Pembayaran Denda (Imbalan Bunga - 0,4-0,5-0,8 - Pajak, Bea dan Cukai) II. Utang Luar Negeri 33,0 14,4 43,6 18,7 56,7 33,1 100,3 a. Pinjaman luar negeri 16,0 7,0 43,5 9,1 56,7 1 6,0 1 00,2 b. SBN Valas 17,1 7,4 43,7 9,7 56,6 1 7,1 1 00,3 c. Banking commission 0, ,0-0,0 1 00,0 T otal Pembayaran Bunga Utang 117,8 49,6 42,1 62,3 52,9 111,9 95,0 Sumber: Kementerian Keuangan Subsidi Realisasi beberapa asumsi dasar ekonomi makro seperti ICP dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam semester II 2012 diperkirakan akan berbeda dari asumsi ekonomi makro dalam Realisasi ICP dalam semester II 2012 diperkirakan akan mencapai US$102,0/barel (ICP dalam 2012 sebesar US$105,0/barel), sedangkan kurs mencapai Rp9.300,0/US$(kurs dalam 2012 sebesar Rp9.000,0/US$. Berdasarkan perkiraan realisasi tersebut, prognosis belanja subsidi semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp212,2 triliun atau 86,6 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp245,1 triliun. Berdasarkan perkiraan realisasi semester II tersebut dan memperhatikan realisasi belanja subsidi pada semester I tahun 2012, maka perkiraan realisasi belanja subsidi dalam tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp346,9 triliun atau 141,6 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam Pencapaian tersebut bila dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 124,5 persen dari pagu anggarannya dalam 2011, maka perkiraan realisasi anggaran belanja subsidi tahun 2012 tersebut penyerapannya mengalami peningkatan. Subsidi Energi Berdasarkan perkembangan beberapa asumsi dasar ekonomi makro seperti ICP, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam semester II tahun anggaran 2012, maka belanja subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg dalam semester II tahun anggaran 2012 diperkirakan mencapai Rp127,9 triliun. Jumlah ini, berarti 93,1 persen dari pagu anggaran subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg yang dianggarkan dalan Dengan perkembangan ini, dan memperhatikan realisasi subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg dalam semester I tahun anggaran 2012, maka beban belanja subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg dalam keseluruhan tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp216,8 triliun atau 157,8 persen dari pagu anggaran subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg yang ditetapkan dalam Penyerapan anggaran subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg tersebut diperkirakan IV-31

93 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I meningkat apabila dibandingkan dengan penyerapan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 127,3 persen dari pagu anggarannya dalam Lebih tingginya perkiraan realisasi subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg dibandingkan dengan pagunya dalam 2012 tersebut, disebabkan antara lain oleh: kenaikan prognosis ICP dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Realisasi rata-rata ICP sampai dengan akhir tahun 2012 diperkirakan mencapai US$110,0/barel, lebih rendah US$5,0/barel dibandingkan dengan asumsi yang digunakan dalam 2012 sebesar US$105,0/barel. Sedangkan, realisasi rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sampai akhir tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp9.250/US$, melemah Rp250/US$ dibandingkan dengan asumsi yang digunakan dalam 2012 sebesar Rp9.000,0/US$. Sementara itu, beban belanja subsidi listrik dalam semester II tahun anggaran 2012 diperkirakan mencapai Rp53,6 triliun, yang berarti 82,5 persen dari pagu anggaran subsidi listrik yang ditetapkan dalam Dengan perkembangan ini, dan memperhitungkan realisasi belanja subsidi listrik dalam semester I tahun anggaran 2012, maka beban belanja subsidi listrik dalam keseluruhan tahun anggaran 2012 diperkirakan mencapai Rp89,1 triliun, atau 137,1 persen dari pagu anggaran belanja subsidi listrik yang ditetapkan dalam Penyerapan anggaran subsidi listrik tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan penyerapan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 138,0 persen dari pagu anggarannya dalam Perkiraan realisasi subsidi listrik tahun 2012 tersebut, terutama disebabkan oleh perubahan beberapa parameter subsidi listrik, antara lain: kenaikan ICP, perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, keterlambatan penyelesaian commercial operation date (COD) PLTU, pemenuhan pasokan gas, dan keterlambatan pengoperasian Floating Storage Regasification Unit (FSRU). Faktor lain yang juga mempengaruhi perkiraan realisasi subsidi listrik sampai dengan akhir tahun 2012 adalah adanya tambahan anggaran untuk pembayaran kewajiban pemerintah atas kurang bayar subsidi listrik tahun 2010 sebesar Rp4,5 triliun. Dengan perkembangan subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg dan subsidi listrik sebagaimana diuraikan di atas, maka belanja subsidi energi dalam semester II tahun anggaran 2012 diperkirakan mencapai Rp181,5 triliun, atau 89,7 persen dari pagu anggaran belanja subsidi energi yang ditetapkan dalam Berdasarkan prognosis subsidi energi dalam semester II tersebut, dan memperhatikan realisasi subsidi energi dalam semester I tahun anggaran 2012 sebesar Rp124,4 triliun, maka beban subsidi energi dalam keseluruhan tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp305,9 triliun, atau berarti 151,2 persen dari pagu alokasi subsidi energi yang ditetapkan dalam Jumlah tersebut apabila dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 130,9 persen dari pagunya dalam 2011, maka menunjukan peningkatan. Dalam upaya menekan beban subsidi energi tersebut, pemerintah akan terus melakukan berbagai upaya untuk menurunkan beban subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg dan subsidi listrik tersebut antara lain melalui pengendalian konsumsi BBM bersubsidi, dan efisiensi internal PT PLN. Sesuai dengan amanat penjelasan pasal 7 ayat (4) UU Nomor 4 Tahun 2012 Tentang 2012, dalam rangka pengendalian konsumsi BBM, akan ditempuh langkah-langkah kebijakan antara lain: (1) optimalisasi program konversi minyak tanah ke LPG tabung tiga kilogram; (2) melakukan program konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG); (3) meningkatkan pemanfaatan energi alternatif seperti bahan bakar nabati (BBN); (4) melakukan pengaturan konsumsi BBM bersubsidi; dan (5) menyempurnakan regulasi IV-32

94 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV kebijakan subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg. Subsidi Non-Energi Realisasi anggaran belanja subsidi non-energi dalam semester II tahun anggaran 2012 diperkirakan mencapai Rp30,7 triliun, atau 71,9 persen dari pagu anggaran yang ditetapkan dalam Pencapaian tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan penyerapan dalam periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 76,5 persen terhadap pagu Realisasi anggaran belanja subsidi non-energi tersebut, meliputi: subsidi pangan, subsidi pupuk, subsidi benih, subsidi/bantuan PSO, subsidi bunga kredit program, dan subsidi pajak. Subsidi pangan dalam semester II tahun anggaran 2012 diperkirakan sebesar Rp14,2 triliun atau 67,8 persen dari pagunya dalam 2012, yang berarti lebih tinggi apabila dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 58,3 persen terhadap pagu Subsidi pupuk dalam semester II tahun anggaran 2012 diperkirakan sebesar Rp9,5 triliun atau 68,2 persen dari pagunya dalam 2012, yang berarti lebih rendah apabila dibandingkan dengan penyerapan dalam periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 86,9 persen terhadap pagu Subsidi benih dalam semester II tahun anggaran 2012 diperkirakan sebesar Rp0,1 triliun atau 100,0 persen dari pagunya dalam 2012, yang berarti lebih tinggi apabila dibandingkan dengan penyerapan dalam periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 80,5 persen terhadap pagu Subsidi dalam rangka kewajiban pelayanan umum/ Public Service Obligation (PSO) dalam semester II tahun anggaran 2012 diperkirakan mencapai Rp2,0 triliun atau 92,7 persen dari pagunya dalam 2012, yang berarti lebih rendah apabila dibandingkan dengan penyerapan dalam periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 99,2 persen terhadap pagu Subsidi bunga kredit program dalam semester II tahun anggaran 2012 diperkirakan mencapai Rp0,6 triliun atau 48,9 persen dari pagunya dalam 2012, yang berarti lebih rendah apabila dibandingkan dengan penyerapan dalam periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 79,1 persen terhadap pagu Subsidi pajak dalam semester II tahun anggaran 2012 diperkirakan mencapai Rp4,3 triliun atau 100,0 persen dari pagunya dalam 2012, yang berarti lebih tinggi apabila dibandingkan dengan penyerapan dalam periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 85,3 persen terhadap pagu Berdasarkan prognosis belanja subsidi non-energi dalam semester II tersebut, dan memperhatikan realisasi belanja subsidi non-energi dalam semester I tahun anggaran 2012, maka beban subsidi non-energi secara keseluruhan dalam tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp41,0 triliun, atau berarti 96,1 persen dari pagu anggaran subsidi non-energi yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp42,7 triliun. Pencapaian tersebut bila dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 94,9 persen dari pagu anggarannya dalam 2011, maka menunjukkan peningkatan. Secara keseluruhan, perkembangan belanja subsidi tahun 2012 dapat dilihat dalam Tabel IV.7. IV-33

95 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I TABEL IV.7 PERKIRAAN REALISASI BELANJA SUBSIDI 2012 (triliun Rupiah) URAIAN Real. Semester I % thd Prognosis Semester II % thd Perk Realisasi % thd A. ENERGI 202,4 124,4 61,5 181,5 89,7 305,9 151,2 1. Subsidi BBM Dan LPG Tabung 3 Kg 137,4 88,9 64,7 127,9 93,1 216,8 157,8 2. Subsidi Listrik 65,0 35,5 54,6 53,6 82,5 89,1 137,1 B. NON ENERGI 42,7 10,3 24,2 30,7 71,9 41,0 96,1 1. Subsidi Pangan 20,9 5,2 24,8 14,2 67,8 19,4 92,6 2. Subsidi Pupuk 14,0 4,4 31,8 9,5 68,2 14,0 100,0 3. Subsidi Benih 0, ,1 100,0 0,1 100,0 4. Public Service Obligation 2,2 0,0 1,5 2,0 92,7 2,0 94,1 a. PT KAI 0, ,8 100,0 0,8 100,0 b. PT Pelni 1, ,9 87,7 0,9 87,7 c. PT Posindo 0, ,3 100,0 0,3 100,0 d. LKBN Antara 0,1 0,0 37,2 0,1 62,8 0,1 100,0 5. Subsidi Kredit Program 1,3 0,7 51,1 0,6 48,9 1,3 100,0 6. Subsidi Pajak 4, ,3 100,0 4,3 100,0 JUMLAH 245,1 134,7 55,0 212,2 86,6 346,9 141,6 Sumber: Kementerian Keuangan Belanja Hibah Dalam semester II tahun 2012 realisasi belanja hibah diperkirakan mencapai Rp1,1 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari: (1) Mass Rapid Transit (MRT) sebesar Rp916,6 miliar; (2) Local Basic Education Capacity (L-BEC) sebesar Rp46,2 miliar; (3) Program Hibah Air Minum sebesar Rp37,3 miliar; (4) Water and Sanitation Program, Subprogram D-Sanitation City Pilot Projects (WASAP-D) sebesar Rp11,7 miliar; (5) Infrastructure Enhancement Grant (IEG) sebesar Rp6,4 miliar; dan (6) Water Resources and Irrigation Sector Management Program Phase II (WISMP-2) sebesar Rp78,3 miliar. Berdasarkan realisasi pada semester I dan prognosis semester II tahun 2012, maka secara keseluruhan perkiraan realisasi belanja hibah pada tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp1,1 triliun (61,6 persen terhadap 2012) atau mengalami penurunan sebesar Rp0,7 triliun dari pagu yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp1,8 triliun. Perubahan tersebut terutama disebabkan oleh adanya penurunan perkiraan realisasi pada program MRT sebesar Rp0,7 triliun dan WISMP-2 sebesar Rp69,4 miliar berdasarkan rencana tahunan yang disampaikan oleh pemerintah daerah untuk tahun Di sisi lain, perubahan tersebut juga menampung Program Hibah Air Minum sebesar Rp37,3 miliar yang merupakan program lanjutan dari Pemerintah Australia. Program tersebut akan digunakan untuk peningkatan akses penyediaan air minum bagi masyarakat yang belum memiliki akses sambungan air minum perpipaan di daerah penerima hibah yang diperuntukkan bagi kurang lebih 100 kabupaten/kota Bantuan Sosial Selanjutnya, realisasi bantuan sosial dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp17,7 triliun, atau 32,0 persen dari pagunya dalam tahun anggaran 2012 sebesar Rp55,4 triliun. Perkiraan realisasi tersebut terdiri atas: (1) belanja bantuan sosial untuk rehabilitasi IV-34

96 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV sosial; (2) belanja bantuan sosial untuk jaminan sosial; (3) belanja bantuan sosial untuk pemberdayaan sosial; (4) belanja bantuan sosial untuk perlindungan sosial; (5) belanja bantuan sosial untuk penanggulangan kemiskinan; dan (6) belanja bantuan sosial untuk penanggulangan bencana. Pencapaian tersebut sehubungan dengan membaiknya sistem administrasi dan penyaluran bantuan sosial, meskipun pada sisi lain tidak dapat dilaksanakannya program kompensasi perubahan besaran subsidi energi. Selanjutnya, berdasarkan realisasi semester I dan perkiraan realisasi semester II tahun anggaran 2012, maka secara keseluruhan realisasi bantuan sosial diperkirakan mencapai Rp47,9 triliun atau sebesar 86,5 persen dari pagunya dalam tahun anggaran 2012 sebesar Rp55,4 triliun. Perkiraan realisasi bantuan sosial tersebut menunjukkan sedikit penurunan kinerja penyerapan apabila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 86,9 persen, hal tersebut terutama terkait dengan tidak dapat dilaksanakannya program kompensasi perubahan besaran subsidi energi Belanja Lain-lain Dengan memperhatikan realisasi pada semester I tahun 2012 dan perkiraan kebutuhan anggaran pada semester II tahun 2012, maka realisasi belanja lain-lain pada semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp18,1 triliun, atau menyerap sekitar 26,4 persen dari pagunya dalam tahun Selanjutnya, dengan mempertimbangkan pola penyerapan anggaran pada tahun-tahun sebelumnya, realisasi anggaran pada semester I tahun 2012, dan perkiraan realisasi anggaran pada semester II tahun 2012, maka realisasi belanja lain-lain secara keseluruhan pada tahun 2012 diperkirakan mencapai sebesar Rp21,0 triliun (30,6 persen terhadap pagunya dalam 2012), atau lebih rendah apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2011 yang mencapai 39,2 persen terhadap pagunya dalam Lebih rendahnya perkiraan realisasi belanja lain-lain tahun 2012 tersebut disebabkan antara lain karena diperkirakan pada tahun 2012 tidak ada kebijakan kenaikan harga BBM terkait perkiraan ICP yang tidak melampaui batas yang diijinkan oleh Undang-Undang Tahun Anggaran 2012, sehingga alokasi anggaran untuk kompensasi kenaikan harga BBM sebesar Rp25,6 triliun (37,3 persen terhadap pagu belanja lain-lain dalam 2012) diperkirakan tidak akan terealisasi. Selain kedelapan jenis belanja sebagaimana diuraikan di atas, perkiraan realisasi anggaran belanja Pemerintah Pusat juga mencakup perkiraan realisasi untuk tambahan anggaran dari hasil optimalisasi yang dialokasikan untuk 26 K/L. Dengan mempertimbangkan pola penyerapan anggaran ke-26 K/L untuk masing-masing jenis belanja dalam beberapa tahun terakhir, realisasi penyerapan tambahan anggaran K/L sampai dengan akhir tahun diperkirakan mencapai Rp12,5 triliun, atau 92,6 persen dari pagu 2012 sebesar Rp13,5 triliun Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi Memperhatikan realisasi anggaran belanja Pemerintah Pusat dalam semester I dan berbagai faktor baik eksternal dan internal yang mempengaruhi volume dan daya serap anggaran, realisasi anggaran belanja K/L dalam semester II diperkirakan mencapai Rp343,3 triliun, atau menyerap 62,6 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp547,9 triliun. Dengan IV-35

97 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I demikian, dalam keseluruhan tahun anggaran 2012, realisasi anggaran belanja K/L diperkirakan mencapai Rp507,5 triliun atau 92,6 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam Prognosis kinerja penyerapan anggaran dalam semester II tahun 2012 tersebut memperhitungkan upaya-upaya Pemerintah dalam mempercepat penyerapan anggaran belanja, seperti: (1) meningkatkan koordinasi guna memastikan terbitnya naskah perjanjian pinjaman dan hibah luar negeri (NPPHLN) serta nomor registernya; (2) mempercepat proses tender; (3) meningkatkan koordinasi dengan pemda dalam rangka pelaksanaan kegiatan atas dana urusan bersama (DUB); (4) meminta persetujuan DPR atas kegiatan yang masih memerlukan persetujuan; dan (5) menyelesaikan syarat-syarat yang dibutuhkan dalam rangka mendapatkan clearance atau hasil audit atas suatu kegiatan. Selain itu, prognosis penyerapan tersebut juga memperhitungkan pelaksanaan mekanisme reward and punishment pelaksanaan anggaran tahun Sebagai ilustrasi dari perkembangan realisasi belanja K/L, dalam Grafik IV.25 disajikan perkembangan realisasi dari belanja K/L dalam periode dan perkiraan realisasinya dalam tahun GRAFIK IV.25 REALISASI DAN PENYERAPAN BELANJA K/L, ,0 500,0 76,5 88,3 92,0 89,5 91,8 90,9 90,3 92,6 100,0 90,0 80,0 Triliun Rp 400,0 300,0 60,2 62,0 63,4 61,1 59,7 61,7 66,7 62,6 70,0 60,0 50,0 Persen 200,0 26,3 28,6 28,5 32,1 29,2 23,6 30,0 40,0 30,0 100,0 16,2 20,0 10,0 Sumber: Kementerian Keuangan *) LKPP Unaudited **) Perkiraan Realisasi *) 2012 **) Real. Semester I Real. Semester II % LKPP thd % Real. Semester I thd % Real. Semester II thd - Sementara itu, realisasi anggaran belanja non-k/l atau yang dikenal dengan bagian anggaran bendahara umum negara dalam semester II diperkirakan mencapai Rp333,7 triliun yang berarti menyerap 64,0 persen dari pagu alokasi anggaran belanja non-k/l yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp521,6 triliun. Kinerja penyerapan anggaran belanja non-k/l tersebut terutama dipengaruhi oleh perkiraan tingginya penyerapan subsidi, sebagai dampak dari tingginya harga minyak mentah Indonesia di pasar internasional dibandingkan dengan asumsinya, dan pembatalan kenaikan harga BBM. Terkait dengan perkiraan realisasi belanja K/L dalam tahun 2012, terdapat beberapa K/L yang mendapat alokasi belanja relatif besar, yaitu antara lain Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, IV-36

98 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertahanan, Kepolisian Negara RI, Kementerian Agama, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Dalam Negeri. Prognosis semester II dan perkiraan realisasi beberapa K/L di atas disajikan sebagai berikut. Realisasi anggaran belanja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp49,2 triliun atau 63,7 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam Selanjutnya, mengingat realisasi anggaran belanja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam semester I tahun 2012 mencapai Rp23,6 triliun, maka secara keseluruhan realisasi anggaran belanja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sampai dengan akhir tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp72,8 triliun, atau 94,3 persen terhadap pagunya dalam Dengan demikian kinerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam tahun 2012 tersebut diperkirakan lebih tinggi bila dibandingkan dengan kondisi penyerapannya yang dicapai dalam tahun 2011 sebesar 90,5 persen dari pagu Perkiraan realisasi anggaran belanja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam semester II tahun 2012 tersebut akan digunakan untuk melaksanakan program-program, antara lain: (1) program pendidikan dasar; (2) program pendidikan tinggi; (3) program pendidikan menengah; (4) program pengembangan profesi pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) dan penjamin mutu pendidikan; dan (5) program penelitian dan pengembangan Kemendikbud. Pada program pendidikan dasar, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) peningkatan akses dan mutu pendidikan khusus (PK) dan pendidikan layanan khusus (PLK) sekolah dasar luar biasa/sekolah menengah pertama luar biasa (SDLB/SMPLB); (2) penjaminan kepastian layanan pendidikan sekolah menegah pertama (SMP); (3) penjaminan kepastian layanan pendidikan sekolah dasar (SD); (4) dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Ditjen Pendidikan Dasar; dan (5) penyediaan dan peningkatan kesejahteraan pendidik dan tenaga pendidik yang kompeten untuk jenjang pendidikan dasar. Pada program pendidikan tinggi, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) penyediaan layanan kelembagaan dan kerja sama; (2) penyediaan dosen dan tenaga kependidikan bermutu; (3) pengembangan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; (4) dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya dikti; (5) penyediaan layanan pembelajaran dan kompetensi mahasiswa; (6) peningkatan mutu prodi profesi kesehatan dan mutu pendidikan kesehatan; (7) pengembangan mutu pendidikan politeknik; (8) pengembangan relevansi dan efisiensi pendidikan tinggi; dan (9) layanan tridharma di perguruan tinggi. Pada program pendidikan menengah, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) penyediaan dan peningkatan layanan pendidikan sekolah menengah atas (SMA); (2) penyediaan dan peningkatan layanan pendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK); (3) peningkatan akses dan mutu PK dan PLK sekolah menengah luar biasa (SMLB); (4) dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya program pendidikan menengah; dan (5) penyediaan dan peningkatan kesejahteraan pendidik dan tenaga pendidik yang kompeten untuk jenjang pendidikan menengah. Sementara itu, program penelitian dan pengembangan profesi PTK dan penjamin mutu pendidikan alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) peningkatan layanan tenaga kependidikan; (2) pembinaan penjaminan mutu pendidikan; IV-37

99 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I (3) peningkatan layanan pendidik untuk jenjang PAUD, dikdas, dikmen, dan dikti; (4) pendidikan dan pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan; dan (5) peningkatan penjaminan mutu pendidikan. Pada program penelitian dan pengembangan Kemendikbud, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) penyempurnaan kurikulum sistem pembelajaran dan perbukuan; (2) penyediaan informasi untuk perumusan kebijakan nasional; (3) penyediaan informasi hasil penilaian pendidikan; (4) fasilitasi standar mutu dan pelaksanaan akreditasi; dan (5) dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya penelitian dan pengembangan Kemendikbud. Realisasi anggaran belanja Kementerian Pekerjaan Umum dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp54,4 triliun atau 72,5 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam Selanjutnya, mengingat realisasi anggaran belanja Kementerian Pekerjaan Umum dalam semester I tahun 2012 mencapai Rp16,6 triliun, maka realisasi anggaran belanja Kementerian Pekerjaan Umum dalam keseluruhan tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp71,0 triliun, atau 94,7 persen terhadap pagunya dalam Dengan demikian kinerja Kementerian Pekerjaan Umum dalam tahun 2012 tersebut diperkirakan lebih tinggi bila dibandingkan dengan kondisi penyerapannya yang dicapai dalam tahun 2011 sebesar 90,7 persen dari pagu Perkiraan realisasi anggaran belanja Kementerian Pekerjaan Umum dalam semester II tahun 2012 tersebut akan digunakan untuk melaksanakan programprogram, antara lain: (1) program penyelenggaraan jalan; (2) program pengembangan infrastruktur pemukiman; (3) program pengelolaan sumber daya air; (4) program penyelenggaraan penataan ruang; dan (5) program penelitian dan pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum. Pada program penyelenggaraan jalan, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pengaturan pembinaan perencanaan pemrograman dan pembiayaan penyelenggaraan jalan; (2) pengaturan dan pembinaan teknik preservasi peningkatan kapasitas jalan; (3) pembinaan pelaksanaan preservasi dan peningkatan kapasitas jalan nasional dan fasilitasi jalan daerah; (4) pelaksanaan preservasi dan peningkatan kapasitas jalan nasional dan (5) pengaturan pengusahaan pengawasan jalan tol. Pada program pengembangan infrastruktur pemukiman, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pengaturan pembinaan pengawasan dan pelaksanaan pengembangan permukiman; (2) pengaturan pembinaan pengawasan dan pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan pengelolaan gedung dan rumah negara; (3) pengaturan pembinaan pengawasan dan pelaksanaan pengembangan sanitasi dan persampahan; dan (4) pengaturan pembinaan pengawasan dan pelaksanaan pengembangan sistem penyediaan air minum. Pada program pengelolaan sumber daya air, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pembinaan penatagunaan sumber daya air; (2) pembinaan dan pelaksanaan irigasi, rawa tambak, air baku, dan air tanah; (3) pembinaan dan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air serta penanggulangan darurat akibat bencana; dan (4) pembinaan dan pelaksanaan sungai, danau, waduk, pengendalian lahar dan pengamanan pantai. Sementara itu, program penyelenggaraan penataan ruang, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pembinaan pelaksanaan penataan ruang IV-38

100 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV daerah II; (2) pembinaan pelaksanaan penataan ruang daerah I; (3) pelaksanaan penataan ruang nasional; dan (4) pelaksanaan pengembangan perkotaan. Pada program penelitian dan pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) penelitian dan pengembangan subbidang sumber daya air; (2) penelitian dan pengembangan subbidang jalan dan jembatan; (3) penelitian dan pengembangan subbidang permukiman; serta (4) penelitian dan pengembangan bidang sosial ekonomi dan lingkungan. Selanjutnya, realisasi anggaran belanja Kementerian Pertahanan dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp43,2 triliun atau 59,3 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam Selanjutnya, mengingat realisasi anggaran belanja Kementerian Pertahanan dalam semester I tahun 2012 mencapai Rp29,7 triliun, maka realisasi anggaran belanja Kementerian Pertahanan dalam keseluruhan tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp72,9 triliun, atau 100,0 persen terhadap pagunya dalam Dengan demikian kinerja Kementerian Pertahanan dalam tahun 2012 tersebut diperkirakan lebih rendah bila dibandingkan dengan kondisi penyerapannya yang dicapai dalam tahun 2011 sebesar 101,4 persen dari pagu Perkiraan realisasi anggaran belanja Kementerian Pertahanan dalam semester II tahun 2012 tersebut akan digunakan untuk melaksanakan program-program, antara lain: (1) program penyelenggaraan manajemen dan operasional matra darat; (2) program penyelenggaraan manajemen dan operasional matra laut; (3) program modernisasi alutsista dan nonalutsista serta pengembangan fasilitas dan sarpras matra udara; (4) program penyelenggaraan manajemen dan operasional matra udara; dan (5) program penyelenggaraan manajemen dan operasional integratif. Pada program penyelenggaraan manajemen dan operasional matra darat, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) penyelenggaraan perawatan personel matra darat; (2) penggiatan fungsi matra darat; dan (3) penyelenggaraan kepolisian militer matra darat. Pada program penyelenggaraan manajemen dan operasional matra laut, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) penyelenggaraan administrasi personel matra laut; (2) pemeliharaan/perawatan peralatan fungsional fasilitas sarana prasarana dan pengelolaan listrik, telepon, gas, dan air (LTGA); dan (3) penyelenggaraan pelayanan kesehatan matra laut. Pada program modernisasi alutsista dan nonalutsista serta pengembangan fasilitas dan sarpras matra udara, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatankegiatan: (1) pengadaan alutsista strategis matra udara; (2) peningkatan/pengadaan pesawat udara; dan (3) peningkatan/pembangunan fasilitas dan sarpras matra udara. Sementara itu, program penyelenggaraan manajemen dan operasional matra udara, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) penyelenggaraan kepolisian militer matra udara; (2) penyelenggaraan pengawasan dan pemeriksaan; dan (3) pemeliharaan/perawatan peralatan fungsional, fasilitas dan sarana prasarana serta pengelolaan LTGA. Pada program penyelenggaraan manajemen dan operasional integratif, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) penyelenggaraan administrasi dan perawatan personel integratif; (2) penyelenggaraan operasional perkantoran; dan (3) pemeliharaan/perawatan perkantoran integratif. IV-39

101 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Realisasi anggaran belanja Kepolisian Negara RI dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp25,1 triliun atau 60,0 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam Selanjutnya, mengingat realisasi anggaran belanja Kepolisian Negara RI dalam semester I tahun 2012 mencapai Rp16,8 triliun, maka realisasi anggaran belanja Kepolisian Negara RI dalam keseluruhan tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp41,9 triliun, atau 100,0 persen terhadap pagunya dalam Dengan demikian kinerja Kepolisian Negara RI dalam tahun 2012 tersebut diperkirakan lebih rendah bila dibandingkan dengan kondisi penyerapannya yang dicapai dalam tahun 2011 sebesar 109,7 persen dari pagu Perkiraan realisasi anggaran belanja Kepolisian Negara RI dalam semester II tahun 2012 tersebut akan digunakan untuk melaksanakan program-program, antara lain: (1) program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya; (2) program pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat; (3) program penyelidikan dan penyidikan tindak pidana; (4) program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Polri; dan (5) program penanggulangan gangguan keamanan dalam negeri berkadar tinggi. Pada program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) dukungan pelayanan internal perkantoran Polri; (2) pelayanan kesehatan Polri; (3) perencanaan dan penganggaran kewilayahan; dan (4) penyelenggaraan teknologi informasi. Pada program pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) bina pemeliharaan keamanan dan ketertiban kewilayahan; (2) dukungan manajemen dan teknis pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat; (3) peningkatan pelayanan keamanan dan keselamatan masyarakat di bidang lantas; (4) penyelenggaraan kepolisian perairan; dan (5) penyelenggaraan kepolisian udara. Pada program penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) penyelidikan dan penyidikan tindak pidana kewilayahan; (2) penindakan tindak pidana terorisme; dan (3) penindakan tindak pidana umum. Sementara itu, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Polri, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pengembangan peralatan Polri; (2) dukungan manajemen dan teknik sarpras; dan (3) pengkajian dan strategi sarpras. Pada program penanggulangan gangguan keamanan dalam negeri berkadar tinggi, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) penanggulangan keamanan dalam negeri kewilayahan; (2) dukungan teknis manajemen penanggulangan keamanan dalam negeri; dan (3) penanggulangan keamanan dalam negeri. Realisasi anggaran belanja Kementerian Agama dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp25,3 triliun atau 64,3 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam Selanjutnya, mengingat realisasi anggaran belanja Kementerian Agama dalam semester I tahun 2012 mencapai Rp12,3 triliun, maka realisasi anggaran belanja Kementerian Agama dalam keseluruhan tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp37,6 triliun, atau 95,5 persen terhadap pagunya dalam Dengan demikian kinerja Kementerian Agama dalam tahun 2012 tersebut diperkirakan lebih tinggi bila dibandingkan dengan kondisi penyerapannya yang IV-40

102 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV dicapai dalam tahun 2011 sebesar 93,8 persen dari pagu Perkiraan realisasi anggaran belanja Kementerian Agama dalam semester II tahun 2012 tersebut akan digunakan untuk melaksanakan program-program, antara lain: (1) program bimbingan masyarakat Islam; (2) program pendidikan Islam; (3) program bimbingan masyarakat Kristen; (4) program bimbingan masyarakat Katolik; (5) program bimbingan masyarakat Hindu; dan (6) program bimbingan masyarakat Buddha. Pada program bimbingan masyarakat Islam, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pengelolaan dan pembinaan pemberdayaan wakaf; (2) pengelolaan dan pembinaan pemberdayaan zakat; serta (3) pengelolaan dan pembinaan penerangan agama Islam. Pada program pendidikan Islam, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) peningkatan akses mutu kesejahteraan dan subsidi pendidikan agama Islam; (2) peningkatan akses mutu kesejahteraan dan subsidi pendidikan keagamaan Islam; (3) peningkatan akses mutu kesejahteraan dan subsidi raudatul athfal/ bustanul athfal (RA/BA) dan madrasah; (4) peningkatan akses mutu kesejahteraan dan subsidi pendidikan tinggi Islam; dan (5) dukungan manajemen pendidikan dan pelayanan tugas teknis lainnya pendidikan Islam. Pada program bimbingan masyarakat Kristen, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pengelolaan dan pembinaan pendidikan agama Kristen; (2) pengelolaan dan pembinaan urusan agama Kristen; (3) dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya bimas Kristen; dan (4) penyelenggaraan administrasi perkantoran pendidikan bimas Kristen. Sementara itu, program bimbingan masyarakat Katolik, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pengelolaan dan pembinaan pendidikan agama Katolik; (2) pengelolaan dan pembinaan urusan agama Katolik; (3) dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya bimas Katolik; dan (4) penyelenggaraan administrasi perkantoran pendidikan bimas Katolik. Pada program bimbingan masyarakat Hindu, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pengelolaan dan pembinaan pendidikan agama Hindu; (2) pengelolaan dan pembinaan urusan agama Hindu; (3) dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya bimas Hindu; dan (4) penyelenggaraan administrasi perkantoran pendidikan bimas Hindu. Pada program bimbingan masyarakat Buddha, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pengelolaan dan pembinaan pendidikan agama Buddha; (2) pengelolaan dan pembinaan urusan agama Buddha; (3) dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya bimas Buddha; dan (4) penyelenggaraan administrasi perkantoran pendidikan bimas Buddha. Realisasi anggaran belanja Kementerian Perhubungan dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp25,1 triliun atau 65,8 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam Selanjutnya, mengingat realisasi anggaran belanja Kementerian Perhubungan dalam semester I tahun 2012 mencapai Rp7,8 triliun, maka realisasi anggaran belanja Kementerian Perhubungan dalam keseluruhan tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp32,9 triliun, atau 86,2 persen terhadap pagunya dalam Dengan demikian kinerja Kementerian IV-41

103 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Perhubungan dalam tahun 2012 tersebut diperkirakan lebih rendah bila dibandingkan dengan kondisi penyerapannya yang dicapai dalam tahun 2011 sebesar 86,5 persen dari pagu Perkiraan realisasi anggaran belanja Kementerian Perhubungan dalam semester II tahun 2012 tersebut akan digunakan untuk melaksanakan program-program, antara lain: (1) program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi darat; (2) program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi laut; (3) program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi udara; (4) program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi perkeretaapian; dan (5) program pengembangan sumber daya manusia perhubungan. Pada program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi darat, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pembangunan dan pengelolaan prasarana dan fasilitas lalu lintas angkutan jalan; (2) pembangunan sarana dan prasarana transportasi angkutan sungai danau dan penyeberangan (ASDP) dan pengelolaan prasarana lalulintas sungai, danau, dan penyeberangan (SDP); serta (3) dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Pada program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi laut, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan di bidang kenavigasian; (2) pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan di bidang pelabuhan dan pengerukan; dan (3) dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Pada program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi udara, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pembangunan rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana bandar udara; (2) pembangunan rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana navigasi penerbangan; dan (3) dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Sementara itu, program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi perkeretaapian, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pembangunan dan pengelolaan bidang sarana perkeretaapian; (2) pembangunan dan pengelolaan prasarana dan fasilitas pendukung kereta api; dan (3) pembangunan dan pengelolaan bidang keselamatan perkeretaapian. Pada program pengembangan sumber daya manusia perhubungan, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pendidikan perhubungan darat; (2) pendidikan perhubungan laut; dan (3) pendidikan perhubungan udara. Realisasi anggaran belanja Kementerian Kesehatan dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp19,7 triliun atau 63,2 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam Selanjutnya, mengingat realisasi anggaran belanja Kementerian Kesehatan dalam semester I tahun 2012 mencapai Rp9,5 triliun, maka realisasi anggaran belanja Kementerian Kesehatan dalam keseluruhan tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp29,2 triliun, atau 93,5 persen terhadap pagunya dalam Dengan demikian kinerja Kementerian Kesehatan dalam tahun 2012 tersebut diperkirakan lebih tinggi bila dibandingkan dengan kondisi penyerapannya yang dicapai dalam tahun 2011 sebesar 90,9 persen dari pagu Perkiraan realisasi anggaran belanja Kementerian Kesehatan dalam semester II tahun 2012 tersebut akan digunakan untuk melaksanakan program-program, antara lain: (1) program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak; (2) program pembinaan upaya kesehatan; (3) program pengendalian penyakit dan IV-42

104 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV penyehatan lingkungan; (4) program kefarmasian dan alat kesehatan; dan (5) program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan. Pada program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pembinaan pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi; (2) dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak; serta (3) bantuan operasional kesehatan. Pada program pembinaan upaya kesehatan, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pelayanan kesehatan rujukan bagi masyarakat miskin (Jamkesmas); (2) dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan; dan (3) pelayanan kesehatan bagi ibu bersalin (Jampersal). Pada program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pembinaan surveilance imunisasi karantina dan kesehatan matra; (2) penyehatan lingkungan; dan (3) dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Sementara itu, program kefarmasian dan alat kesehatan, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan; (2) peningkatan produksi dan distribusi kefarmasian; dan (3) dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program kefarmasian dan alat kesehatan. Pada program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan; (2) pendidikan tinggi dan peningkatan mutu SDM kesehatan; dan (3) pembinaan dan pengelolaan pendidikan tinggi. Realisasi anggaran belanja Kementerian Pertanian dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp8,5 triliun atau 49,7 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam Selanjutnya, mengingat realisasi anggaran belanja Kementerian Pertanian dalam semester I tahun 2012 mencapai Rp7,2 triliun, maka realisasi anggaran belanja Kementerian Pertanian dalam keseluruhan tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp15,7 triliun, atau 91,8 persen terhadap pagunya dalam Dengan demikian kinerja Kementerian Pertanian dalam tahun 2012 tersebut diperkirakan lebih tinggi bila dibandingkan dengan kondisi penyerapannya yang dicapai dalam tahun 2011 sebesar 90,0 persen dari pagu Perkiraan realisasi anggaran belanja Kementerian Pertanian dalam semester II tahun 2012 tersebut akan digunakan untuk melaksanakan program-program, antara lain: (1) program penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian; (2) program peningkatan produksi produktivitas dan mutu tanaman pangan untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan; (3) program pencapaian swasembada daging sapi dan peningkatan penyediaan pangan hewani yang aman sehat utuh dan halal; (4) program pengembangan SDM pertanian dan kelembagaan petani; dan (5) program peningkatan kualitas pengkarantinaan pertanian dan pengawasan keamanan hayati. Pada program penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pengelolaan air irigasi untuk pertanian; (2) perluasan areal dan pengelolaan lahan pertanian; dan (3) pelayanan pembiayaan pertanian dan pengembangan usaha agribisnis perdesaan (PUAP). IV-43

105 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Pada program peningkatan produksi produktivitas dan mutu tanaman pangan untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pengelolaan produksi tanaman serealia; (2) pengelolaan sistem penyediaan benih tanaman pangan; dan (3) penanganan pascapanen tanaman pangan. Pada program pencapaian swasembada daging sapi dan peningkatan penyediaan pangan hewani yang aman, sehat, utuh, dan halal, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) peningkatan produksi ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal; (2) pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis; dan (3) peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit dengan mengoptimalkan sumber daya lokal. Sementara itu, program pengembangan SDM pertanian dan kelembagaan petani, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pemantapan sistem pelatihan pertanian; (2) revitalisasi pendidikan pertanian serta pengembangan standarisasi dan sertifikasi profesi SDM pertanian; dan (3) pemantapan sistem penyuluhan pertanian. Pada program peningkatan kualitas pengkarantinaan pertanian dan pengawasan keamanan hayati, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) peningkatan kepatuhan kerjasama dan pengembangan sistem informasi perkarantinaan; (2) dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya pada badan karantina pertanian; dan (3) peningkatan kualitas pelayanan karantina pertanian dan pengawasan keamanan hayati. Realisasi anggaran belanja Kementerian Keuangan dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp9,7 triliun atau 57,6 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam Selanjutnya, mengingat realisasi anggaran belanja Kementerian Keuangan dalam semester I tahun 2012 mencapai Rp6,3 triliun, maka realisasi anggaran belanja Kementerian Keuangan dalam keseluruhan tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp16,1 triliun, atau 95,0 persen terhadap pagunya dalam Dengan demikian kinerja Kementerian Keuangan dalam tahun 2012 tersebut diperkirakan lebih rendah bila dibandingkan dengan kondisi penyerapannya yang dicapai dalam tahun 2011 sebesar 85,1 persen dari pagu Perkiraan realisasi anggaran belanja Kementerian Keuangan dalam semester II tahun 2012 tersebut akan digunakan untuk melaksanakan program-program, antara lain: (1) program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis; (2) program peningkatan dan pengamanan penerimaan pajak; (3) program pengawasan pelayanan dan penerimaan di bidang kepabeanan dan cukai; (4) program pengelolaan perbendaharaan negara; dan (5) program pengelolaan kekayaan negara penyelesaian pengurusan piutang negara dan pelayanan lelang. Pada program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) membangun kepercayaan dan meningkatkan dukungan publik terhadap kebijakan di bidang keuangan negara; (2) pembinaan administrasi dan dukungan pelayanan pelaksanaan tugas kantor pusat kementerian; dan (3) koordinasi dan pengembangan sistem informasi dan teknologi keuangan. Pada program peningkatan dan pengamanan penerimaan pajak, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pelaksanaan reformasi proses bisnis; (2) pembinaan penyelenggaraan perpajakan dan penyelesaian keberatan di bidang perpajakan di daerah; dan (3) pelaksanaan administrasi perpajakan di daerah. IV-44

106 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV Pada program pengawasan pelayanan dan penerimaan di bidang kepabeanan dan cukai, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) perumusan kebijakan dan bimbingan teknis bidang cukai; (2) perumusan kebijakan dan pengembangan teknologi informasi kepabeanan dan cukai; dan (3) peningkatan pengawasan dan pelayanan kepabeanan dan cukai di daerah. Sementara itu, program pengelolaan perbendaharaan negara, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) penyelenggaraan kuasa bendahara umum negara; (2) pembinaan pelaksanaan perbendaharaan di wilayah; dan (3) penyelenggaraan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran. Pada program pengelolaan kekayaan negara penyelesaian pengurusan piutang negara dan pelayanan lelang, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatankegiatan: (1) pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengelolaan kekayaan negara dan sistem informasi; (2) pengelolaan kekayaan negara penyelesaian pengurusan piutang negara dan pelayanan lelang di wilayah kerja kanwil DJKN; dan (3) pengelolaan kekayaan negara penyelesaian pengurusan piutang negara dan pelayanan lelang di wilayah kerja KPKNL. Realisasi anggaran belanja Kementerian Dalam Negeri dalam semester II tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp8,7 triliun atau 52,3 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam APBN- P Selanjutnya, mengingat realisasi anggaran belanja Kementerian Dalam Negeri dalam semester I tahun 2012 mencapai Rp5,5 triliun, maka realisasi anggaran belanja Kementerian Dalam Negeri dalam keseluruhan tahun 2012 diperkirakan mencapai Rp14,2 triliun, atau 85,0 persen terhadap pagunya dalam Dengan demikian kinerja Kementerian Dalam Negeri dalam tahun 2012 tersebut diperkirakan lebih tinggi bila dibandingkan dengan kondisi penyerapannya yang dicapai dalam tahun 2011 sebesar 77,7 persen dari pagu Perkiraan realisasi anggaran belanja Kementerian Dalam Negeri dalam semester II tahun 2012 tersebut akan digunakan untuk melaksanakan program-program, antara lain: (1) program pendidikan kepamongprajaan; (2) program penguatan penyelenggaraan pemerintahan umum; (3) program pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa; (4) program pengelolaan desentralisasi dan otonomi daerah; dan (5) program penataan administrasi kependudukan. Pada program pendidikan kepamongprajaan, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) penyelenggaraan administrasi akademik perencanaan dan kerjasama pendidikan kepamongprajaan; (2) pengelolaan administrasi umum dan keuangan pendidikan kepamongprajaan; dan (3) penyelenggaraan pendidikan kepamongprajaan di daerah. Pada program penguatan penyelenggaraan pemerintahan umum, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) penyelenggaraan hubungan pusat dan daerah serta kerjasama daerah; (2) fasilitasi pencegahan dan penanggulangan bencana; dan (3) pengembangan dan penataan wilayah administrasi dan perbatasan. Pada program pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) peningkatan kemandirian masyarakat perdesaan (PNPM); (2) fasilitasi pemberdayaan adat dan sosial budaya masyarakat; dan (3) fasilitasi pengelolaan sumber daya alam dan teknologi tepat guna. Sementara itu, program pengelolaan desentralisasi dan otonomi daerah, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) penataan daerah otonom dan otonomi khusus dan dewan pertimbangan otonomi daerah (DPOD); (2) pengembangan IV-45

107 Bab IV Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I kapasitas dan evaluasi kinerja daerah; dan (3) penataan urusan pemerintahan daerah lingkup I. Pada program penataan administrasi kependudukan, alokasi anggaran akan digunakan antara lain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan: (1) pengembangan sistem administrasi kependudukan (SAK) terpadu; (2) pengelolaan informasi kependudukan; dan (3) pembinaan administrasi pencatatan sipil. Perkiraan realisasi anggaran terkait belanja K/L tahun 2012 secara keseluruhan dapat diikuti pada Tabel IV.8. TABEL IV.8 PERKIRAAN REALISASI BELANJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA, 2012 (miliar Rupiah) 2012 No. KODE BA URAIAN Real. Semester I % thd Prognosis Semester II % thd Perkiraan Realisasi % thd MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 623,2 168,0 27,0 294,5 47,3 462,5 74, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 2.706,6 750,8 27, ,8 50, ,5 78, BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2.674,8 808,3 30, ,7 56, ,0 86, MAHKAMAH AGUNG 5.055, ,8 39, ,5 37, ,3 76, KEJAKSAAN AGUNG 3.789, ,3 33, ,2 66, ,4 100, KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA 1.977,2 418,4 21, ,6 69, ,0 90, KEMENTERIAN DALAM NEGERI , ,6 32, ,1 52, ,8 85, KEMENTERIAN LUAR NEGERI 4.996, ,4 25, ,3 45, ,8 70, KEMENTERIAN PERTAHANAN , ,7 40, ,8 59, ,5 100, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM 6.949, ,7 35, ,9 64, ,5 100, KEMENTERIAN KEUANGAN , ,6 37, ,3 57, ,0 95, KEMENTERIAN PERTANIAN , ,7 42, ,0 49, ,8 91, KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2.443,0 672,0 27, ,1 59, ,1 86, KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL , ,9 10, ,4 53, ,3 64, KEMENTERIAN PERHUBUNGAN , ,4 20, ,4 65, ,9 86, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN , ,9 30, ,9 63, ,8 94, KEMENTERIAN KESEHATAN , ,7 30, ,2 63, ,9 93, KEMENTERIAN AGAMA , ,0 31, ,0 64, ,0 95, KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 4.101, ,4 25, ,1 62, ,6 87, KEMENTERIAN SOSIAL 4.549, ,2 32, ,7 64, ,9 96, KEMENTERIAN KEHUTANAN 5.686, ,0 20, ,3 65, ,3 86, KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 6.014, ,6 24, ,7 72, ,3 96, KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM , ,3 22, ,1 72, ,4 94, KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN 405,1 94,4 23,3 250,4 61,8 344,9 85, KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN 212,0 61,5 29,0 124,6 58,8 186,1 87, KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT 222,3 42,9 19,3 158,3 71,2 201,2 90, KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF 2.672,0 476,8 17, ,3 71, ,0 89, KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA 111,3 30,3 27,3 54,9 49,3 85,2 76, KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 639,8 293,4 45,9 317,0 49,5 610,3 95, KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP 738,6 150,4 20,4 552,8 74,8 703,2 95, KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 1.387,5 441,5 31,8 868,4 62, ,9 94, KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK 150,9 50,1 33,2 95,9 63,5 146,0 96, KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI 131,4 39,3 29,9 49,0 37,3 88,3 67, BADAN INTELIJEN NEGARA 1.484,9 440,1 29, ,8 68, ,0 98, LEMBAGA SANDI NEGARA 1.758,4 120,2 6, ,4 89, ,6 96, DEWAN KETAHANAN NASIONAL 31,1 12,6 40,7 17,3 55,6 29,9 96, BADAN PUSAT STATISTIK 2.272,6 900,3 39, ,3 60, ,6 100, KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS 755,5 160,6 21,3 414,8 54,9 575,4 76, BADAN PERTANAHAN NASIONAL 3.881, ,6 25, ,8 50, ,5 75, PERPUSTAKAAN NASIONAL 348,0 61,5 17,7 254,0 73,0 315,5 90, KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 3.090,8 736,0 23, ,5 50, ,5 74, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA , ,8 40, ,1 60, ,9 100, BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN 1.079,7 222,2 20,6 717,2 66,4 939,4 87, LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL 174,2 40,8 23,4 101,4 58,2 142,2 81, BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 650,7 200,9 30,9 381,6 58,6 582,5 89, BADAN NARKOTIKA NASIONAL 841,0 212,3 25,2 490,8 58,4 703,0 83, KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 1.153,8 125,8 10,9 838,4 72,7 964,2 83, BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL 2.110, ,7 57,0 836,3 39, ,0 96, KOMISI NASIONAL HAK AZASI MANUSIA 53,7 17,9 33,3 29,6 55,2 47,5 88, BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 1.284,0 382,3 29,8 807,9 62, ,2 92,7 IV-46

108 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Bab IV TABEL IV.8 PERKIRAAN REALISASI BELANJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA, 2012 (LANJUTAN) (miliar Rupiah) 2012 No. KODE BA URAIAN Real. Semester I % thd Prognosis Semester II % thd Perkiraan Realisasi % thd KOMISI PEMILIHAN UMUM 1.625,2 334,5 20,6 854,8 52, ,3 73, MAHKAMAH KONSTITUSI 221,8 76,9 34,7 125,3 56,5 202,3 91, PUSAT PELAPORAN ANALISIS DAN TRANSAKSI KEUANGAN 73,1 17,7 24,2 15,4 21,0 33,0 45, LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 761,7 287,1 37,7 459,7 60,3 746,8 98, BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 637,1 222,5 34,9 395,8 62,1 618,3 97, BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 808,6 340,3 42,1 468,2 57,9 808,6 100, LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL 491,9 118,0 24,0 338,7 68,9 456,7 92, BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL 535,9 131,4 24,5 255,5 47,7 387,0 72, BADAN STANDARDISASI NASIONAL 74,2 33,7 45,4 28,4 38,2 62,1 83, BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR 72,0 30,3 42,0 36,3 50,4 66,6 92, LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 243,6 75,2 30,9 156,0 64,0 231,3 94, ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 130,3 42,9 32,9 76,6 58,8 119,5 91, BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA 486,9 174,9 35,9 275,6 56,6 450,5 92, BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 1.050,5 417,5 39,7 615,1 58, ,6 98, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2.441,5 513,7 21, ,9 73, ,6 94, KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT 5.928,5 110,1 1, ,2 84, ,3 86, KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 1.757,9 74,6 4, ,0 92, ,5 97, KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI 634,5 120,2 18,9 209,1 33,0 329,3 51, DEWAN PERWAKILAN DAERAH 589,8 200,1 33,9 168,9 28,6 369,0 62, KOMISI YUDISIAL RI 77,4 29,7 38,3 37,0 47,8 66,7 86, BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA 1.128,2 109,0 9, ,2 90, ,2 100, BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI 265,9 95,1 35,8 142,2 53,5 237,3 89, BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO 1.533,3 232,1 15,1 872,1 56, ,3 72, LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH 183,4 72,5 39,5 53,5 29,2 126,0 68, BADAN SAR NASIONAL 992,1 256,6 25,9 566,9 57,1 823,5 83, KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA 113,5 37,3 32,8 26,0 22,9 63,3 55, BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU 268,2 18,6 6,9 44,9 16,7 63,4 23, OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA 58,8 10,1 17,3 45,9 78,1 56,0 95, BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN 197,7 25,3 12,8 110,6 55,9 135,9 68, BPKPB DAN PB BATAM 735,3 13,9 1,9 714,1 97,1 728,0 99, BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME 92,8 36,2 39,0 24,1 26,0 60,3 65, KEMENTERIAN SEKRETARIAT KABINET 197,2 49,5 25,1 88,5 44,9 138,0 70, BADAN PENGAWAS PEMILU 53,1 13,4 25,2 39,7 74,8 53,1 100, LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA 769,0 260,9 33,9 508,1 66,1 769,0 100, LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA 753,2 223,1 29,6 530,1 70,4 753,2 100, BPKPB DAN PB SABANG*) - 57,9 334,3 392,2 JUMLAH , ,9 30, ,4 62, ,2 92,6 *) Realokasi dari BA 999 Sumber: Kementerian Keuangan IV-47

109 Perkembangan Transfer ke Daerah Semester I Bab V BAB V PERKEMBANGAN TRANSFER KE DAERAH SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Perkembangan yang dinamis dari pelaksanaan otonomi daerah telah mendorong adanya perbaikan arah kebijakan APBN dalam mengalokasikan Anggaran Transfer ke Daerah. Pada tahun 2012, kebijakan Anggaran Transfer ke Daerah diarahkan untuk: (1) memperkuat pelaksanaan desentralisasi fiskal melalui sistem pendanaan yang lebih memperhatikan aspek kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah dan antardaerah, (2) pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah Pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, (3) kualitas dan kesenjangan pelayanan publik antardaerah, (4) pengembangan potensi ekonomi daerah, (5) efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional, dan (6) sinkronisasi perencanaan pembangunan nasional dan daerah, serta (7) meningkatkan perhatian terhadap pembangunan di daerah tertinggal, terluar, terdepan, dan pasca konflik. Untuk itu, dalam 2012, telah dialokasikan Anggaran Transfer ke Daerah sebesar Rp ,9 miliar, atau secara nominal meningkat 16,1 persen jika dibandingkan dengan alokasi Anggaran Transfer ke Daerah pada 2011 sebesar Rp ,9 miliar. Alokasi Anggaran Transfer ke Daerah tahun 2012 tersebut terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH) Rp ,6 miliar, Dana Alokasi Umum (DAU) Rp ,4 miliar, Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp26.115,9 miliar, serta Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Rp70.423,9 miliar. Mengingat anggaran Transfer ke Daerah merupakan salah satu sumber utama penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka Pemerintah melalui Kementerian Keuangan terus berupaya memperbaiki pola dan mekanisme penyaluran Anggaran Transfer ke Daerah agar dapat mendukung pelaksanaan APBD. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 06/PMK.07/2012 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah telah diatur mengenai besaran dan periode penyaluran dari masing-masing jenis dana Transfer ke Daerah dan mekanisme penyampaian laporan penyerapan dana dari daerah sebagai dasar untuk penyaluran beberapa jenis dana transfer yang pelaksanaannya memerlukan komitmen dari daerah. Pengaturan mekanisme dan pola penyaluran Anggaran Transfer ke Daerah tersebut, antara lain bertujuan untuk: (1) mendorong percepatan penetapan Peraturan Daerah (Perda) mengenai APBD, (2) meningkatkan ketepatan waktu dan jumlah penyaluran dana ke daerah, (3) mendorong peningkatan kualitas pengelolaan kas dan belanja daerah, (4) mendorong percepatan realisasi belanja daerah, dan (5) meningkatkan akuntabilitas pelaporan Realisasi Transfer ke Daerah. Realisasi Transfer ke Daerah selama semester I tahun 2012 dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah: a. Meningkatnya alokasi DAU, DAK, dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian pada tahun 2012 dibandingkan tahun Alokasi yang relatif besar tersebut telah V-1

110 Bab V Perkembangan Transfer ke Daerah Semester I mempengaruhi besarnya realisasi penyaluran anggaran Transfer ke Daerah karena jenis dana-dana dimaksud dapat disalurkan kepada daerah tanpa harus menunggu realisasi penerimaan negara. b. Tidak adanya alokasi anggaran untuk infrastruktur sarana dan prasarana dalam pos Dana Penyesuaian, yang pada tahun sebelumnya penyalurannya harus menunggu laporan realisasi penyerapan dana dari daerah. c. Adanya perubahan mekanisme penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dari yang sebelumnya disalurkan melalui kabupaten/kota menjadi langsung disalurkan kepada provinsi, yang untuk selanjutnya provinsi dapat menyalurkan dana tersebut dalam bentuk hibah ke sekolah-sekolah di kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan. d. Tingkat penyerapan/penggunaan DAK oleh masing-masing daerah yang digunakan sebagai dasar untuk penyaluran DAK pada tahap-tahap berikutnya. Mengingat jenis dana transfer tersebut penggunaannya sudah diarahkan untuk mendanai bidang atau kegiatan tertentu, maka dalam rangka penyaluran setiap daerah diwajibkan untuk menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana kepada Pemerintah Pusat. Selama semester I tahun 2012, masih terdapat beberapa daerah yang belum menyampaikan laporan penyerapan/ penggunaan dana, sehingga pagu alokasi DAK belum dapat disalurkan kepada daerah secara maksimal. 5.2 Realisasi Transfer ke Daerah dalam Semester I Tahun 2012 Berdasarkan pagu alokasi anggaran Transfer ke Daerah yang ditetapkan dalam 2012 dan pola penyaluran yang diatur dalam PMK Nomor 06/PMK.07/2012, dalam semester I tahun 2012 telah disalurkan dana Transfer ke Daerah sebesar Rp ,3 miliar, atau mencapai 49,2 persen dari pagu anggaran Transfer ke Daerah yang ditetapkan dalam Realisasi Transfer ke Daerah dalam semester I tahun 2012 tersebut lebih tinggi 4,9 persen bila dibandingkan dengan realisasi Transfer ke Daerah dalam periode yang sama tahun sebelumnya Triliun Rupiah ,9 220,8 Sumber: Kementerian Keuangan GRAFIK V.1 PERKEMBANGAN REALISASI SEMESTER I TRANSFER KE DAERAH, ,0 42,0 254,2 292,4 309,3 103,6 106,8 116,8 yang mencapai sebesar 44,3 persen. Dari realisasi Transfer ke Daerah dalam semester I tahun 2012 tersebut, 86,6 persen diantaranya berupa penyaluran Dana Perimbangan dan selebihnya atau 13,4 persen berupa penyaluran Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. 39,9 45,2 139,8 46,9 344,6 161,6 44,3 412,5 182,5 50,1 470, Semester I % thd 235,5 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 Persen (%) V-2

111 Perkembangan Transfer ke Daerah Semester I Bab V Realisasi Dana Perimbangan Realisasi Dana Perimbangan, yang terdiri atas DBH, DAU, dan DAK, dalam semester I tahun 2012 mencapai Rp ,0 miliar, atau 49,9 persen dari pagu alokasi anggaran yang ditetapkan dalam Realisasi Dana Perimbangan dalam semester I tahun 2012 tersebut meningkat 2,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 47,3 persen. Dari realisasi Dana Perimbangan dalam semester I tahun 2012 tersebut, sebesar 17,9 persen merupakan DBH, sebesar 78,4 persen merupakan DAU, dan sebesar 3,7 persen merupakan DAK. Dana Bagi Hasil Realisasi DBH dalam semester I tahun 2012 mencapai Rp36.810,1 miliar atau 34,0 persen dari pagu alokasi DBH yang ditetapkan dalam 2012 sebesar Rp ,6 miliar. Realisasi DBH tersebut terdiri atas DBH Pajak Rp19.638,3 miliar atau 38,0 persen dari pagu alokasi dan DBH Sumber Daya Alam (SDA) sebesar Rp17.171,8 miliar atau 30,3 persen dari pagu. DBH Pajak terdiri atas DBH Pajak Penghasilan (PPh), DBH Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan DBH Cukai Hasil Tembakau (CHT), sedangkan DBH SDA terdiri atas DBH SDA Triliun Rupiah GRAFIK V.3 PERKEMBANGAN REALISASI SEMESTER I DANA BAGI HASIL, ,4 59,6 62,7 16,9 Sumber: Kementerian Keuangan DBH 17,9 % Sumber: Kementerian Keuangan GRAFIK V.2 PROPORSI REALISASI SEMESTER I DANA PERIMBANGAN, ,4 77,7 73,8 Minyak Bumi, DBH SDA Gas Bumi, DBH SDA Pertambangan Umum, DBH SDA Kehutanan, DBH SDA Perikanan, dan DBH SDA Pertambangan Panas Bumi. Berdasarkan pagu 2012 telah ditetapkan alokasi sementara DBH PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21 Tahun Anggaran 2012 untuk provinsi/kabupaten/kota melalui PMK Nomor 203/PMK.07/2011. DBH PPh yang telah dialokasikan tersebut disalurkan kepada daerah secara triwulanan, 9,0 22,5 DAK 3,7 % 24,8 17,5 18,3 DAU 78,4% 32,8 89,6 26,7 96,8 29,4 25,9 34,0 108, ,8 Semester I % thd 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 Persen (%) V-3

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... vi Daftar

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN

CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN 2013 Asumsi ekonomi makro yang dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan berbagai besaran RAPBN tahun 2013 adalah sebagai berikut: Pertumbuhan ekonomi 6,8 %, laju

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 28 April 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. April 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari)

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Mei 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Mei 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Maret 2017 Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Maret 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1 5,01 4,0 3,61 5,3 5,2 13.300 13.348

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Grafik... iv BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1 Umum... 1.2 Pokok-pokok Perubahan Asumsi

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 Jakarta, 10 Juni 2014 Kunjungan FEB UNILA Outline 1. Peran dan Fungsi APBN 2. Proses Penyusunan APBN 3. APBN

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELAN NJA NEGAR RA TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... Daftar

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro tahun 2005 sampai dengan bulan Juli 2006 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi membaik dari

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Deputi Bidang Ekonomi

Deputi Bidang Ekonomi KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II TAHUN 2013 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Realisasi Tahun 2017... 1.1.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2017... 1.1.2 Realisasi

Lebih terperinci

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang akan dicapai dalam tahun 2004 2009, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009 Perkembangan Asumsi Makro BAB I BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009 1.1 Pendahuluan Memasuki tahun 2009, efek lanjutan dari pelemahan ekonomi global semakin dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010 ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010 Penyusun: 1. Bilmar Parhusip 2. Basuki Rachmad Lay Out Budi Hartadi Bantuan dan Dukungan Teknis Seluruh Pejabat/Staf Direktorat Akuntansi

Lebih terperinci

REALISASI SEMENTARA APBNP

REALISASI SEMENTARA APBNP I. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH REALISASI SEMENTARA 1 Dalam tahun, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp1.014,0 triliun (16,0 persen dari PDB). Pencapaian ini lebih tinggi Rp21,6 triliun (2,2

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... i iii iv vi vii BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF... I-1 A. PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003... I-1 B. TANTANGAN DAN

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global...

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global... Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i BAB I PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR APBN DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL TAHUN ANGGARAN 2009 1.1 Pendahuluan... 1.2 Ekonomi Global... 1.3 Dampak pada Perekonomian

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... vi Daftar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix BAGIAN I RINGKASAN RAPBN PERUBAHAN TAHUN 2017 1 Pendahuluan... 2 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR TABEL... v BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR TABEL... v BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR TABEL... v BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Kinerja Perekonomian 2010 dan Proyeksi 2011... 1 B. Tantangan dan Sasaran Pembangunan Tahun 2012... 4 C. Asumsi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 110, 2005 APBN. Pendapatan. Pajak. Bantuan. Hibah. Belanja Negara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar... Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar... BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro... 1.3 Perubahan Kebijakan APBN... 1.4 Pokok-Pokok

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005 BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005 A. TANTANGAN DAN UPAYA POKOK TAHUN 2005 Meskipun secara umum pertumbuhan ekonomi semakin meningkat dan stabilitas moneter dalam keseluruhan tahun 2004 relatif terkendali,

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia Terkini

Kondisi Perekonomian Indonesia Terkini Kondisi Perekonomian Indonesia Terkini Disampaikan oleh: Parjiono, Ph.D Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Surabaya, 16 Agustus 2017 Kuliah Umum Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2 LPEM FEB UI LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2 Highlight ŸPertumbuhan PDB 2016Q2 sekitar 5.0% (yoy) dan PDB 2016 diprediksi akan tumbuh pada kisaran 5.0-5.3% (yoy) ŸPertumbuhan didominasi oleh

Lebih terperinci

Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Jumat, 18 Januari 2013

Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Jumat, 18 Januari 2013 Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Jumat, 18 Januari 2013 Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004

BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004 BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004 Bab ini membahas prospek ekonomi Indonesia tahun 2004 dalam dua skenario, yaitu skenario dasar dan skenario dimana pemulihan ekonomi berjalan lebih lambat. Dalam skenario

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar. Sementara di sisi lain, usaha pengerahan dana untuk membiayai pembangunan tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang sangat penting dalam perekonomian setiap negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Krisis ekonomi yang terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2007 REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2007 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2007 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA

MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA ABSTRAKS Ketidakpastian perekonomian global mempengaruhi makro ekonomi Indonesia. Kondisi global ini ikut mempengaruhi depresiasi nilai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak Neraca pembayaran yaitu catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antara penduduk suatu negara dengan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam triwulan II/2001 proses pemulihan ekonomi masih diliputi oleh ketidakpastian.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

RINGKASAN APBN TAHUN 2017

RINGKASAN APBN TAHUN 2017 RINGKASAN APBN TAHUN 2017 1. Pendahuluan Tahun 2017 merupakan tahun ketiga Pemerintahan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk mewujudkan sembilan agenda priroritas (Nawacita)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% 1 Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% Prediksi tingkat suku bunga SPN 3 Bulan tahun 2016 adalah sebesar 6,3% dengan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internal maupun eksternal. Data yang digunakan

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan I 29 Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-29 dan selama tahun 29 diperkirakan masih akan berlanjut sebagaimana kondisi perekonomian dunia yang belum menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2006 disempurnakan untuk memberikan gambaran ekonomi

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan April 2017

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan April 2017 LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan April 2017 Table Daftar of Isi: Contents Perkembangan Ekonomi Ekonomi Global Global World Economic Outlook (WEO) April 2017; World Economic Outlook (WEO) April 2017;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci