Deputi Bidang Ekonomi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Deputi Bidang Ekonomi"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN IV TAHUN 2013 Deputi Bidang Ekonomi

2 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA Triwulan IV Tahun 2013

3 KATA PENGANTAR Laporan Perkembangan Perekonomian Indonesia edisi triwulan IV tahun 2013 merupakan lanjutan dari laporan triwulanan yang diterbitkan oleh KedeputianBidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas. Laporan triwulan IV tahun 2013 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga akhir triwulan IV tahun Dari sisi perekonomian dunia, laporan ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia, khususnya Cina, Jepang dan India. Dari sisi perekonomian nasional, laporan ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV tahun 2013 dan perkembangan ekonomi Indonesia dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan investasi dan kerja sama internasional, serta industri dalam negeri. Sangat disadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun dari pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan laporan ini dapat tercapai. I

4 Halaman ini sengaja dikosongkan II

5 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... III DAFTAR TABEL... VI DAFTAR GAMBAR... VIII PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA... 2 Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat... 3 Perkembangan Ekonomi Eropa... 5 Perkembangan Ekonomi Asia... 7 Perekonomian Cina... 7 BOX Reformasi Besar Cina dan Dampaknya Perekonomian India Perekonomian Jepang Perekonomian Singapura Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Indeks Tendensi Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen Perkembangan Konsumsi Kendaraan Bermotor Perkembangan Produksi dan Konsumsi Semen Neraca Pembayaran Indonesia BOX Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA Pembiayaan Utang Pemerintah Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang Posisi Utang Pemerintah Surat Berharga Negara (SBN) Pinjaman ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL III

6 Isu Terkini Dua Kawasan Dipromosikan Jadi KEK Tahun Ini, BKPM akan Mendorong Reinvestasi Lelang terhadap Kontainer yang Menumpuk Bertahun-tahun di Tanjung Priok Perkembangan Perundingan RCEP Hasil KTM ke-9 WTO di Bali Keberhasilan Indonesia menjadi Ketua dan Tuan Rumah APEC PERKEMBANGAN PERDAGANGAN Perkembangan Ekspor Perkembangan Impor Perkembangan Neraca Perdagangan Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan IV Tahun Perkembangan Harga Domestik Perkembangan Harga Komoditi Internasional PERKEMBANGAN INVESTASI Perkembangan Investasi Realisasi Investasi Triwulan III Tahun Realisasi Per sektor Realisasi Per Lokasi Realisasi per-negara Perkembangan Kerjasama Ekonomi Internasional Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Cina FTA Ekspor ASEAN Ke Cina Impor ASEAN Dari Cina Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA Ekspor Impor Indonesia- ASEAN PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER Perkembangan Moneter Global Perkembangan Moneter Domestik IV

7 Inflasi Inflasi Global Inflasi Domestik Nilai Tukar Mata Uang Dunia Indeks Harga Saham Indeks Harga Komoditas Internasional Harga Bahan Pokok Nasional Respon Kebijakan Moneter LAMPIRAN Lampiran 1: Inflasi Global Lampiran 2: Inflasi Domestik Lampiran 2: Inflasi Domestik (lanjutan) Lampiran 2: Inflasi Domestik (lanjutan) Lampiran 3: Nilai Tukar Mata Uang Lampiran 4: Indeks Saham Global Lampiran 4: Indeks Saham Global (lanjutan) Lampiran 5:Indeks Harga Komoditas Internasional Lampiran 6: Harga Bahan Pokok Nasional SEKTOR PERBANKAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) Laporan Perkembangan Sektor Industri Triwulan IV Tahun Perkembangan Sektor Industri Sektor Pariwisata V

8 DAFTAR TABEL Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF... 2 Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY)... 4 Tabel 3. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel) Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Menurut Lapangan Usaha (YoY) Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) Tabel 6. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2012-Triwulan IV Tahun 2013 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya Tabel 7. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia April-Desember Tabel 8. Neraca Pembayaran Indonesia Tahun (Miliar USD) Tabel 9. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Tabel 10. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah dan APBN- P 2013 (Triliun Rupiah) Tabel 11. Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang Tahun 2013 (Triliun Rupiah) Tabel 12. Posisi Utang Pemerintah s.d. Desember Tabel 13. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah Tabel 14. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara (Triliun Rupiah) Tabel 15. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara (Neto) (Juta Rupiah) Tabel 16. Posisi Kepemilikan SBN Domestik Per Triwulan III Tahun 2013 (Triliun Rupiah) Tabel 17. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman (Triliun Rupiah) Tabel 18. Perkembangan Ekspor Tahun Tabel 19. Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Berdasarkan Komoditas TerpilihTahun Tabel 20. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Berdasarkan Komoditas Terpilih Tahun Tabel 21. Perkembangan Ekspor Non Migas ke Negara Tujuan Utama Tahun Tabel 22. Perkembangan Impor Tahun Tabel 23. Perkembangan Impor Non Migas Menurut Golongan Barang Terpilih Tahun Tabel 24. Negara Utama Asal Impor Tahun VI

9 Tabel 25. Neraca Perdagangan Tahun Tabel 26. Neraca Perdagangan Indonesia-Cina Tabel 27. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika Serikat Tabel 29. Neraca Perdagangan Indonesia-India Tabel 30. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan IV Tahun Tabel 31. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu Tabel 32. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu Tabel 33. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan IV Tahun 2013(persen) Tabel 34. Realisasi PMA PMDN Tahun Trw III Tahun Tabel 35. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMDN Tahun 2013 Berdasar Sektor (YoY) Tabel 36. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Tahun Tabel 37. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Tahun Tabel 38. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Tahun Tabel 39. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Tahun Tabel 40. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Tahun Tabel 41. Status Perjanjian Ekonomi Internasional Tabel 42. Ekspor ASEAN ke Cina Tabel 43. Impor Asean dari Cina Tabel 44. Ekspor dan Impor Indonesia-ASEAN Tabel 45. Tingkat Inflasi Global (YoY) Tabel 46.Tingkat Inflasi Tabel 47. Inflasi Berdasarkan Komponen (YoY) Tabel 48. Inflasi Berdasarkan Sumbangan (Share) Tabel 49. Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (YoY) Tabel 50. Perkembangan Indeks Nilai Tukar Tabel 51. Indeks Saham Global Tabel 52. Indeks Harga Komoditas Internasional Tabel 53. Harga Bahan Pokok Nasional VII

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY)... 3 Gambar 2. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel) Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (persen) Gambar 4. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun Triwulan IV Tahun Gambar 5. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari- Desember Gambar 6. Perkembangan Konsumsi Mobil Januari-Desember Gambar 7. Perkembangan Produksi Semen Indonesia Januari-Desember Gambar 8. Perkembangan Konsumsi Semen Indonesia Januari-Desember Gambar 9. Nilai dan Volume Ekspor Jan-Des Gambar 10. Volume dan Nilai Impor Gambar 11. Indeks Tendensi Bisnis sampai dengan Triwulan IV Tahun Gambar 12. Inflasi YoY 66 Kota Juli September Gambar 13. Inflasi MtM 66 Kota Juli September Gambar 14. Perkembangan Index Nilai Tukar (1 JANUARI 2004 = 100) Gambar 15. Perkembangan Indeks Saham Global Gambar 16. Indeks Harga Komoditas Internasional (3 Januari 2012=100) Gambar 17. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia Gambar 18. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia Gambar 19. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya Gambar 20. Target dan Realisasi Pemberian KUR Gambar 21. Pertumbuhan PDB, Industri, dan Industri Non-Migas Tahun (Persen) Gambar 22. Pertumbuhan Subsektor Industri Manufaktur Tahun Gambar 23. Perkembangan Produksi Semen Nasional (dalam Ribu Ton) Gambar 24. Perkembangan Produksi, Ekspor dan Impor Mobil Tahun Gambar 25. Perkembangan Produksi Dan Ekspor Sepeda Motor Nasional Tahun Gambar 26. Jumlah Wisatawan Mancanegara Dan Penerimaan Sektor Pariwisata.101 Gambar 27. Jumlah Wisatawan Mancanegara Per Bulan Tahun VIII

11 PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Pada bulan Januari 2014, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2014 menjadi 3,7 persen (YoY). PDB Amerika Serikat pada triwulan IV tahun 2013 tumbuh 2,7 persen (YoY). Ekonomi Cina pada triwulan IV tahun 2013 tumbuh 7,7 persen (YoY). IX

12 PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Aktivitas ekonomi diharapkan meningkat lebih lanjut pada tahun , seiring memulihnya sebagian besar negara maju. Pada Januari 2014, IMF memproyeksikan perekonomian dunia meningkat pada tahun 2014, 3,7 persen dan 3,9 persen pada tahun Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat tahun 2014 diperkirakan meningkat. Hal ini disebabkan naiknya permintaan domestik. Namun pertumbuhan ekonomi akan melambat pada tahun 2015 sebagai akibat pengetatan fiskal. Eropa akan mengalami pemulihan. Namun karena hutang di kawasan negara-negara Eropa masih tinggi diharapkan ekspor dapat ditingkatkan agar pemulihan dapat terjadi. Pertumbuhan ekonomi Cina cukup tinggi pada pertengahan tahun 2013, disebabkan oleh peningkatan di sektor investasi. Namun ini hanya berlangsung sementara, mengingat adanya reformasi ekonomi, yaitu dengan melambatkan investasi dan pertumbuhan kredit dan lebih fokus meningkatkan konsumsi domestik. Sementara itu di India, permintaan domestik terus melemah karena adanya pengetatan kondisi fiskal dan ketidakpastian kebijakan serta kondisi politik yang membebani sektor investasi. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF Realisasi Perkiraan Kelompok Negara Dunia 3,0 3,7 3,9 Negara Maju 1,3 2,2 2,3 Negara Berkembang 4,7 5,1 5,4 Euro Area -0,4 1,0 1,4 Negara Berkembang Asia 6,5 6,7 6,8 ASEAN-5 5,0 5,1 5,6 Amerika Latin dan Karibia 2,6 3,0 3,3 Sub Sahara Afrika 5,1 6,1 5,8 Sumber: World Economic Outlook, Januari 2014 Perkiraan pertumbuhan di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara pada tahun 2014 direvisi kearah yang lebih kecil. Namun pada tahun 2015 diperkirakan meningkat, disebabkan oleh ekspektasi lonjakan produksi minyak di Libya setelah penutupan pada tahun Di sisi lain, negara berkembang diingatkan untuk berhati-hati terhadap resiko tingginya capital outflows akibat adanya kebijakan 2

13 tapering off di Amerika Serikat pada pertengahan tahun Pemerintah negara berkembang disarankan untuk memperketat kebijakan makroekonomi. Selain itu, pemerintah negara berkembang diharapkan juga menyeimbangkan sisi permintaan domestik dan aliran modal masuk untuk mengantisipasi resiko stabilitas pertumbuhan ekonomi. Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat Ekonomi Amerika Serikat mulai menunjukkan proses pemulihan pada triwulan IV tahun Berdasarkan Bureau Economic Analysis, perekonomian Amerika Serikat tumbuh 2,7 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2013, meningkat signifikan dibandingkan pada periode sebelumnya tahun 2012 yang tumbuh 2,0 persen (YoY). Faktor pendorong utama peningkatan pada triwulan IV tahun 2013 tersebut adalah peningkatan konsumsi, investasi, dan ekspor. Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) Sumber: Bureau of Economic Analysis 3

14 Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) I II III IV I II III IV Pertumbuhan Ekonomi 3,3 2,8 3,1 2,0 1,3 1,6 2,0 2,7 Konsumsi 2,2 2,3 2,2 2,0 1,9 1,9 1,9 2,3 Barang 2,7 3,2 3,9 3,5 3,3 3,6 3,8 4,1 Jasa 2,0 1,9 1,4 1,3 1,1 1,0 1,0 1,5 Investasi 14,3 10,1 11,2 3,1 1,7 4,4 6,9 8,5 Ekspor 4,7 4,4 2,8 2,4 1,0 2,0 2,9 5,4 Impor 3,0 3,4 2,4 0,1 0,1 1,2 1,6 2,7 Belanja Pemerintah -1,7-1,3 0,2-1,1-1,8-2,0-2,7-2,3 Belanja Pemerintah Pusat -1,8-2,3 0,7-2,3-3,8-4,1-6,5-6,1 Belanja Pertahanan -2,2-4,0-1,7-5,0-6,2-6,1-8,9-6,8 Belanja Non- Pertahanan -1,2 0,8 5,1 2,6 0,3-0,8-2,2-5,1 Belanja Pemerintah Daerah -1,6-0,6-0,2-0,3-0,5-0,5-0,1 0,3 Sumber: Bureau of Economic Analysis, 2014 Dari sisi pengeluaran, konsumsi tumbuh 2,3 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2013, setelah sebelumnya tumbuh 2,0 persen (YoY) pada periode sebelumnya. Konsumsi barang tumbuh signifikan 4,1 persen (YoY), sedangkan konsumsi jasa tumbuh melambat 1,5 persen (YoY) pada triwulan IV tahun Investasi meningkat drastis, mencapai 8,5 persen pada triwulan IV tahun Naiknya investasi di Amerika Serikat kemungkinan akibat adanya isu bank sentral (The Fed) akan melakukan pengurangan stimulus moneter pada pertengahan tahun 2014, sehingga dana-dana yang tadinya berada di luar negeri ditarik dan dimasukkan kembali ke Amerika Serikat. Pengurangan stimulus moneter itu disebabkan pemerintah Amerika Serikat memperkirakan keadaan perekonomian mereka sudah mulai pulih. Salah satu indikator yang digunakan adalah tingkat pengangguran. Apabila tingkat pengangguran menurun artinya keadaan ekonomi membaik. Walaupun impor Amerika Serikat meningkat pada triwulan IV tahun 2013, namun defisit neraca perdagangan Amerika Serikat mengecil. Hal ini dikarenakan peningkatan ekspor jauh lebih tinggi dibandingkan peningkatan impor. Ekspor tumbuh 5,4 persen (YoY) pada triwulan IV tahun Meningkatnya ekspor dikarenakan kondisi ekonomi global mulai mengalami pemulihan. Cina telah menjadi salah satu pasar yang tumbuh paling cepat untuk barang-barang AS. Impor diperkirakan melambat, dikarenakan belanja konsumen melambat secara 4

15 signifikan pada triwulan IV tahun Para pengusaha mungkin waspada membawa terlalu banyak barang dari luar negeri. Sedangkan belanja pemerintah pada triwulan IV tahun 2013 turun 2,3 persen. Hal ini sejalan dengan keputusan Kongres yang berencana mengetatkan anggaran belanja pemerintah Amerika Serikat akibat defisit yang terus menerus terjadi. Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat, tingkat pengangguran menurun pada bulan Januari tahun 2014 menjadi 5,4 persen (MtM), dari 5,6 persen pada bulan Desember tahun Selain itu, tingkat partisipasi kerja tumbuh 63,0 persen (MtM) pada bulan Januari tahun 2014, meningkat dari bulan Desember 2013 tumbuh 62,8 persen (MtM). Berdasarkan kondisi mulai membaiknya perekonomian Amerika Serikat tersebut, The Fed memangkas pembelian obligasi sebesar USD 10 miliar. IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2014 sebesar 2,8 persen, naik cukup signifikan dibandingkan pertumbuhan tahun 2013, yaitu 1,9 persen. Selain adanya kenaikan yang cukup mengejutkan pada persediaan barang tahun 2013, kenaikan pertumbuhan tersebut akibat adanya prediksi permintaan domestik akan meningkat seiring membaiknya kondisi perekonomian Amerika Serikat. Namun, perekonomian Amerika Serikat diperkirakan akan melambat pada periode selanjutnya tumbuh sebesar 3,0 persen tahun Hal ini akibat adanya perjanjian untuk melakukan pengetatan anggaran tahun Perkembangan Ekonomi Eropa Pada triwulan IV tahun 2013, perekonomian Uni Eropa 28 negara (EU27+Bulgaria) tumbuh 1,0 persen. Sementara itu, perekonomian negara-negara di kawasan Euro (EA17, yaitu kawasan yang negaranya memakai Euro sebagai mata uang) tumbuh 0,5 persen (YoY). Romania dan Lithuania menjadi negara di kawasan Eropa yang mencapai pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV tahun 2013, yaitu masing-masing tumbuh 5,1 persen dan 3,3 persen. Ekonomi Inggris tumbuh signifikan 2,8 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2013, setelah pada triwulan III tahun 2013 tumbuh 1,9 persen. Sementara itu, Jerman hanya tumbuh 1,4 persen (YoY) setelah sebelumnya tumbuh 0,6 persen pada triwulan III tahun 2013 (YoY), dan Perancis tumbuh hanya 0,8 persen (YoY) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 0,3 persen (YoY). Siprus menjadi negara yang mengalami kontraksi paling dalam pada triwulan IV tahun 2013, yaitu mencapai 5,3 persen (YoY). Pada triwulan IV tahun 2013, produksi industri di kawasan Euro tumbuh 0,5 persen dan di kawasan Uni Eropa tumbuh 0,9 persen di Uni Eropa (YoY). 5

16 Sementara itu, volume perdagangan ritel turun 0,3 persen di kawasan Euro dan tumbuh 0,1 persen di Uni Eropa. Eropa secara umum mengalami surplus neraca pembayaran pada triwulan IV tahun Negara-negara Uni Eropa (EU28) pada tahun 2013 mengalami surplus transaksi berjalan sebesar EUR 49,9 miliar. Sementara itu kawasan Euro (EA17) mengalami surplus transaksi berjalan sebesar EUR 153,8 miliar, meningkat signifikan apabila dibandingkan pada tahun 2012, yaitu mengalami defisit sebesar EUR 115,0 miliar. Sepanjang tahun 2013, Jerman merupakan negara dengan surplus transaksi berjalan terbesar di Eropa mencapai EUR 185,5 miliar dan Belanda sebesar EUR 50,6 miliar. Krisis defisit transaksi berjalan terbesar di kawasan Eropa terjadi di Inggris dan terus berlanjut sehingga mencapai mencapai EUR-78,6 miliar sampai dengan akhir triwulan IV tahun Sementara itu tingkat tabungan rumah tangga baik di Uni Eropa maupun di kawasan Euro mengalami perlambatan. Tingkat tabungan rumah tangga di Uni Eropa sampai dengan akhir triwulan III tahun 2013 tumbuh 10,7 persen. Begitu juga di kawasan Euro, tingkat tabungan rumah tangga pada triwulan III tahun 2013 mengalami perlambatan, hanya tumbuh 13,0 persen dibandingkan dengan triwulan II tahun 2013, yang besarnya 12,9 persen. Di sisi lain, tingkat investasi rumah tangga di Uni Eropa dan kawasan Euro tidak ada perubahan dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan III tahun 2013 tingkat investasi rumah tangga di Uni Eropa mencapai 7,8 persen dan di kawasan Euro mencapai 8,5 persen. Kondisi fiskal beberapa negara di kawasan Eropa menurun seiring menurunnya tingkat hutang di sebagian besar negara. Pada triwulan III tahun 2013, di kawasan Euro tingkat hutang mencapai 92,8 persen dari GDP, menurun dari triwulan sebelumnya yang besarnya 92,7 persen. Namun, pada Uni Eropa tingkat hutang tumbuh 86,8 persen dari GDP. Yunani menjadi negara dengan tingkat hutang terhadap PDB tertinggi yaitu sebesar 171,8 persen, disusul oleh Italia sebesar 132,9 persen, dan Portugal sebesar 128,7 persen. Sementara itu negara dengan tingkat hutang terhadap PDB terendah adalah Estonia sebesar 10,0 persen dan Bulgaria sebesar 17,3 persen. Berlarutnya resesi yang terjadi di Eropa menyebabkan minimnya lapangan pekerjaan dan mendorong peningkatan jumlah pengangguran. Tingkat pengangguran di 28 negara Eropa pada bulan Desember 2013 mencapai 10,7 persen, sedikit menurun dari periode sebelumnya yang sebesar 10,8 persen pada bulan November tahun Sedangkan di kawasan Euro, tingkat pengangguran pada bulan Desember 2013 sebesar 12,0 persen, stabil semenjak bulan Oktober tahun Tingkat pengangguran tertinggi terdapat di Yunani (27,8 persen pada Oktober 2013), dan Spanyol (25,8 persen pada Desember 2013), Kroasia (18,6 persen pada Desember 2013). Sementara itu tingkat pengangguran paling rendah 6

17 adalah Austria (4,9 persen pada Desember 2013), Jerman (5,1 persen pada Desember 2013). Perkembangan Ekonomi Asia Perekonomian negara-negara kawasan Asia diperkirakan meningkat, pada tahun Pada bulan Desember 2013, Asian Development Bank (ADB) mengeluarkan revisi proyeksinya, terkait pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia. Proyeksi pertumbuhan negara-negara berkembang Asia pada tahun 2014 tetap sebesar 6,2 persen. Ekonomi Cina dan India yang tumbuh melambat akan menjadi faktor yang membebani pertumbuhan ekonomi negara-negara regional Asia. Perlambatan ekonomi Cina terutama mempengaruhi turunnya tingkat perdagangan negara berkembang di Asia. ADB menaikkan estimasi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Timur sebesar 6,7 persen pada tahun 2014 akibat adanya investasi pada sektor infrastruktur. Estimasi untuk Asia Selatan tidak berubah, tumbuh sebesar 5,5 persen tahun 2014 dimana sebagian besar disebabkan oleh belum pulihnya perekonomian India. Sedangkan ASEAN mengalami penurunan estimasi, yaitu menjadi 5,5 persen pada tahun 2014, dari sebelumnya diprediksikan 5,6 persen. Hal ini disebabkan oleh bencana angin topan melanda Filipina dan masih berlangsungnya kekacauan politik di Thailand sehingga melambatkan pertumbuhan kedua negara. Pertumbuhan ekonomi di Asia Tengah diperkirakan menjadi 6,1 persen pada tahun Terakhir, proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Pasifik, dari 5,5 persen menjadi 5,4 persen. Perekonomian Cina Ekonomi Cina melemah pada triwulan terakhir, setelah mengalami kenaikan signifikan antara bulan Juli dan September tahun 2013, karena perlambatan pertumbuhan kredit dan penurunan permintaan. Menurut laporan Biro Statistik Cina, PDB tumbuh 7,7 persen selama triwulan IV, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yaitu 7,8 persen. Selama tahun 2013, PDB juga tumbuh 7,7 persen, terendah sejak Meski mencatat pertumbuhan terlambat dalam 14 tahun terakhir, ekonomi Cina selama tahun lalu masih bisa tumbuh di atas target pemerintah, yaitu 7,5 persen. Perlambatan ini merupakan dampak dari reformasi struktural yang dijalankan pemerintah Cina untuk mengatasi ketidakseimbangan, yang disebabkan oleh model pertumbuhan yang didorong investasi dan kredit. Presiden Xi Jinping mengatakan dalam jangka pendek, Cina akan mengorbankan pertumbuhan ekonominya. Menurutnya, Cina sedang memprioritaskan kestabilan ekonomi 7

18 dibandingkan pertumbuhan yang cepat. Cina akan mengurangi ketergantungan pertumbuhan pada kinerja ekspor dan investasi dan lebih fokus pada target belanja konsumen dalam negeri dan jasa. Terbukti, pada bulan Desember tahun 2013 ekspor naik 4,3 persen dari tahun sebelumnya, namun melambat dari 12,7 persen pada bulan November tahun 2013 dan dibandingkan dengan ekspektasi pasar sebesar 4,9 persen. Sedangkan, impor naik 8,3 persen, tumbuh lebih tinggi dari 5,3 persen pada bulan November tahun 2013 dan melebihi tingkat yang sama yang diharapkan oleh pasar. Hal ini meningkatkan optimisme bahwa permintaan domestik akan terus meningkat. Tahun 2013, ekspor naik 7,9 persen dan impor naik 7,3 persen, menghasilkan surplus perdagangan sebesar USD 259,8 miliar, tumbuh 12,4 persen dari tahun Akibat melambatnya ekspor, indeks Shanghai menjadi salah satu indeks dengan kinerja terburuk pada tahun 2013 lalu. Aktivitas manufaktur Cina pada bulan Desember tahun 2013 paling rendah dalam tiga bulan terakhir. Data HSBC menunjukkan Purchasing Managers Index (PMI) turun ke 45,1 dari 51,4 pada bulan November tahun 2013, jauh di bawah ekspektasi analis. Pada tanggal 26 Desember, bank sentral Cina menggelar operasi reverse repo untuk pertama kali selama tiga minggu. Bank sentral menyediakan dana tunai bagi perbankan, setelah terjadi aksi jual besar-besaran saham perusahaan Cina yang diperdagangkan di bursa Shanghai, Hong Kong, dan New York. Beberapa tantangan yang menonjol dalam program pembangunan ekonomi Cina adalah meningkatnya biaya tenaga kerja. Menteri SDM dan Jaminan Sosial Cina, Yin Weimin, menyatakan otoritas di 27 provinsi dan kota di Cina telah menaikkan upah pekerja pada tahun ini rata-rata 17 persen. Naiknya upah pekerja ini berdampak pada eksportir Cina, namun analis percaya penjualan pada tahun 2014 dapat meningkat karena perbaikan permintaan dari Amerika Serikat dan Eropa. Tantangan lainnya adalah biaya lingkungan yang tinggi. Cina masih menjadi emiter gas rumah kaca terbesar di dunia. Pada tahun 2013, Cina mencatat level polusi udara tertinggi selama 52 tahun. Total biaya membersihkan polusi udara Cina lebih besar dari beberapa PDB beberapa negara tahun 2012, seperti Portugal dan Finlandia. Biaya yang harus dikeluarkan Cina kurang lebih sebesar 1,6 miliar yuan antara tahun 2013 sampai tahun Cina kini menetapkan target yang ambisius untuk menciptakan udara bersih dan memerintahkan kota-kota untuk mengurangi emisi gas beracun hingga 25 persen dalam tiga tahun ke depan. Namun, tampaknya hal ini masih menjadi tantangan berat karena batubara, salah satu penyebab terbesar polusi udara, masih menjadi pilihan yang paling cocok untuk pembangunan yang cepat dan murah. Selain itu, 8

19 karena ekonomi masih dianggap prioritas, pemerintah daerah menekankan gerakan hijau mereka dengan membangun taman nasional, lahan basah, atau proyek reboisasi daripada mengatasi penyebab polusi. Selain itu, hal lain yang perlu diwaspadai adalah Cina saat ini mengalami titik balik demografis. Jumlah tenaga kerja di perkotaan yang menghasilkan sebagian besar output mengalami pertumbuhan yang lambat. Kelompok usia tenaga kerja menyusut drastis. Populasi usia kerja menyusut 2,4 juta pada tahun Hal ini memberikan kontribusi terhadap perlambatan ekonomi Cina, setelah tahun-tahun sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar dua digit. Permintaan akan berkurang, padahal permintaan mendorong pertumbuhan. Di satu sisi, terlalu sedikit pengeluaran untuk barang dan jasa akan menghasilkan pengangguran. Sementara itu, IMF pada bulan Januari tahun 2014 menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Cina pada tahun 2014 menjadi 7,5 persen, setelah proyeksi sebelumnya sebesar 7,2 persen pada bulan Oktober tahun IMF juga memproyeksikan pertumbuhan Cina pada tahun 2015, sebesar 7,3 persen. Berdasarkan Asian Development Outlook Revised pada bulan Desember tahun 2013, ADB juga menaikkan estimasi pertumbuhan ekonomi Cina menjadi 7,7 persen pada tahun 2013 dan 7,5 persen pada tahun Estimasi tersebut naik dari estimasi sebelumnya yang dikeluarkan pada bulan Oktober 2013 yaitu 7,6 persen pada tahun 2013 dan 7,4 persen pada tahun Cina diperkirakan akan menjaga target pertumbuhan pada tahun 2014 seperti tahun 2013, yakni sebesar 7,5 persen. Pemerintah Cina percaya bahwa dengan mempertahankan target 7,5 persen akan menciptakan lebih banyak pekerjaan, menciptakan lebih banyak ruang reformasi, dan mencegah pemerintah daerah mengejar tingkat pertumbuhan yang tinggi. Selain itu, pemerintah telah berjanji untuk memberikan penekanan yang lebih pada kinerja pejabat lokal atas tingkat pinjaman, peningkatan kesejahteraan, dan degradasi lingkungan. 9

20 BOX 1 Reformasi Besar Cina dan Dampaknya Mengurangi pengaruh badan usaha milik negara (BUMN) dan menciptakan peluang usaha yang lebih banyak untuk perusahaan swasta Pemerintah mengusulkan untuk meningkatkan pajak dari BUMN, meningkatkan transparansi keuangan BUMN, meningkatkan manajemen profesional BUMN, dan memungkinkan perusahaan swasta untuk berinvestasi dalam proyek-proyek BUMN. Untuk perusahaan global diharuskan menjual barangnya ke pasar domestik Cina. Ini berarti akan ada peluang yang lebih besar untuk bersaing, terutama di daerah yang lama dilindungi seperti industri berat dan berbagai layanan. BUMN saat ini memiliki keuntungan dalam hal akses terhadap kredit, kekuatan harga, koneksi politik, dan tarif pajak yang rendah. Sementara reformasi tidak akan mengakhiri semua hak-hak istimewa dan agenda reformasi tidak mengatakan mengenai privatisasi BUMN, nampaknya reformasi akan meningkatkan daya saing perusahaan termasuk perusahaan swasta asing. Membiarkan pasar untuk menentukan harga berbagai barang dan jasa Pemerintah akan mempertahankan kontrol harga untuk monopoli, namun akan memungkinkan gerakan bebas dari harga di daerah, sehingga akan ada persaingan. Bagi perusahaan global dengan distribusi yang efisien dan manajemen persediaan, ini bisa berarti keunggulan kompetitif yang signifikan. Membiarkan investor swasta untuk menciptakan bank-bank komersial dalam persaingan dengan bank-bank milik pemerintah Ini akan menjadi bagian dari reformasi yang lebih besar dari sistem keuangan. Reformasi tersebut kemungkinan akan mencakup liberalisasi suku bunga deposito, penciptaan asuransi deposito, dan liberalisasi arus modal lintasperbatasan. Tujuannya adalah untuk menekan investasi yang tidak efisien, meningkatkan alokasi modal yang lebih efisien, memberikan penabung dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi, dan mengurangi risiko keuangan. Bagi perusahaan jasa keuangan global, mungkin ada kesempatan yang lebih besar untuk bersaing di Cina, khususnya di zona perdagangan bebas berkembang. Untuk Cina pada umumnya, reformasi ini menunjukkan bahwa perusahaan swasta akan mendapatkan akses yang lebih besar untuk modal kerja dan kredit, sehingga mengarah ke investasi yang lebih efisien. 10

21 Melindungi hak milik pribadi, termasuk menciptakan pengadilan untuk mengadili sengketa kekayaan intelektual Ini sangat penting untuk perusahaan global, banyak yang menghasilkan nilai-nilai dari modal intelektual mereka. Sedangkan tujuan pemerintah Cina jelas adalah untuk mempromosikan inovasi Cina. Efek satu sisi kebijakan ini bisa untuk membantu perusahaan global yang beroperasi di Cina. Mempromosikan migrasi desa-kota yang lebih dengan memberikan pelayanan yang lebih umum bagi para migran Ini akan sangat penting untuk menjaga pasokan tenaga kerja murah. Tidak adanya migrasi, Cina menghadapi kekurangan tenaga kerja di kota-kota tersebut, yang telah menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam upah. Kekurangan tenaga kerja Cina menyebabkan perusahaan global yang sumber barang di sana untuk mencari lokasi produksi yang lebih murah. Semakin banyak urbanisasi akan menekan upah di perkotaan dan meningkatkan pertumbuhan produktivitas. Layanan lebih bagi para migran akan menjadi bagian dari upaya yang lebih besar untuk mengatasi meningkatnya ketimpangan pendapatan, meskipun akan menjadi mahal untuk menyediakan layanan tersebut. 11

22 Perekonomian India Inflasi dan pertumbuhan ekonomi India yang masih lemah menjadi tantangan pada triwulan III tahun 2013 dengan tahun finansial yang dimulai pada bulan April. Lonjakan tajam dalam biaya makanan mengakibatkan kenaikan tertinggi dalam harga eceran sepanjang catatan sejarah, serta kontraksi lebih buruk dari yang diantisipasi dalam produksi industri. Kenaikan defisit fiskal dan ketidakseimbangan dalam neraca transaksi berjalan, memperlihatkan tantangan internal yang mempengaruhi kepercayaan investor terhadap kemampuan perekonomian India untuk tumbuh. Selain itu, adanya pemilihan umum dalam beberapa bulan mendatang, menciptakan kebingungan dan skeptisisme dalam kondisi politik di India. Tingkat pertumbuhan PDB India sebesar 4,4 persen dan 4,8 persen masing-masing pada triwulan pertama dan kedua dari tahun finansial 2013/2014. Pertumbuhan pada setengah tahun pertama 2013/2014 sebesar 4,6 persen. Naiknya pertumbuhan PDB disebabkan oleh lonjakan produksi sektor pertanian dan sektor listrik, gas, dan air bersih. Musim hujan meningkatkan hasil pertanian sehingga belanja konsumen pedesaan tumbuh. Hal ini diharapkan akan terus terjadi pada satu atau dua triwulan berikutnya. Hasil pertanian tumbuh 4,6 persen pada triwulan II tahun 2013, meningkat signifikan dari 2,7 persen pada triwulan sebelumnya. Sedangkan produksi sektor listrik, gas, dan air bersih mencapai pertumbuhan tertinggi dari sub-sektor lainnya, yaitu 7,7 persen. Namun, sektor manufaktur terus menjadi hambatan pada pertumbuhan PDB secara keseluruhan akibat hasil manufaktur hanya naik sebesar 1,0 persen. Di sisi lain, produksi sektor jasa pada triwulan II tahun 2013 melambat, yaitu 5,9 persen, dari 6,6 persen pada periode sebelumnya. Harga pangan yang meningkat tajam mendorong inflasi ritel menjadi 11,2 persen pada bulan November tahun 2013 dari sebelumnya 10,17 persen pada bulan Oktober. Namun pada bulan Desember tahun 2013, tingkat inflasi ritel mengalami penurunan sedikit menjadi 9,9 persen disebabkan harga sayuran mengalami penurunan. Adanya penurunan tersebut menjadikan kenaikan harga pangan pada bulan Desember tahun 2013 melambat menjadi 12,2 persen, setelah periode November tahun 2013 sebesar 14,7 persen. Harga pangan menjadi hal yang sensitif di India, karena banyaknya kemiskinan ekstrim di banyak daerah, walaupun kelas menengah melonjak naik sebesar 14,7persen pada tahun Dibawah Rajan, bank sentral India menjadikan perang terhadap inflasi sebagai prioritas karena dampaknya yang sangat besar terhadap kaum miskin. Kenaikan harga telah memaksa bank sentral India untuk meningkatkan suku bunga. Pada bulan April 2013 suku bunga sebesar 8,5 persen dan pada bulan Desember 2013 suku bunga meningkat menjadi 8,8 persen. Kenaikan harga juga membuat masyarakat India lebih memilih emas dibandingkan simpanan finansial lainnya 12

23 sehingga impor masih tinggi. Hal tersebut membuat neraca transaksi berjalan India tetap mengalami defisit, walaupun mengalami penurunan. Pada triwulan II tahun 2013, defisit transaksi berjalan India sebesar USD 5,2 miliar atau 1,2 persen dari PDB terendah sejak triwulan I tahun Periode sebelumnya, triwulan I tahun 2013, defisit transaksi berjalan mencapai USD 21,8 miliar atau 4,9 persen dari PDB. Pertumbuhan yang buruk dan tantangan ekonomi mempengaruhi sentimen konsumen dan bisnis. Menurut survei yang diadakan bank sentral India, kepercayaan konsumen berkurang pada bulan September tahun 2013, dengan sekitar 60 persen responden mengestimasi bahwa kondisi ekonomi akan memburuk. Indeks Ekspektasi Bisnis turun di bawah ambang batas dari ,3 untuk pertama kalinya sejak tahun 2008, menunjukkan bahwa bisnis sangat pesimis tentang prospek ekonomi dan prospek investasi. Naiknya suku bunga dan kenaikan yang dirasakan dalam biaya keuangan eksternal berdampak pada keputusan investasi, sedangkan persepsi margin keuntungan berlanjut tetap negatif. Goldman Sachs memperkirakan pertumbuhan investasi melambat sebesar untuk 1,2 persen tahun fiskal ini, menyeret turun pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan menjadi 4,3 persen. Kabar baiknya adalah, India memiliki banyak penduduk usia muda dan beragam populasi, dengan kelompok berpenghasilan menengah berkembang dengan cepat, sehingga memberikan perekonomian dengan potensi pasar yang besar serta sumber daya produktif untuk melayani pasar. Jika populasi ini dikelola secara efektif, India memiliki kemampuan untuk mengembangkan model pertumbuhan mandiri dan mengurangi ketergantungan pada pasar global. Ketersediaan pendidikan yang berkualitas, reformasi tenaga kerja, dan inklusi keuangan dapat membantu perekonomian menuai keuntungan dari pertumbuhan populasi. Selain itu, keuangan India relatif lebih kuat dari negara-negara lainnya. Utang keseluruhan publik negara itu terhadap PDB telah menurun sejak tahun 2006 dan saat ini 66 persen dari PDB, yang hanya 46 persen dipegang oleh pemerintah pusat. Beban utang eksternal India juga rendah, hanya 5,2 persen dari utang jangka pendek. Pada Januari 2014, IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi India, yaitu 5,4 persen pada tahun 2014 dan 6,4 persen pada tahun Sedangkan ADB melalui Asian Development Outlook Desember 2013 tidak mengubah estimasi negara India yang sebelumnya diterbitkan pada bulan Oktober Pertumbuhan ekonomi India diproyeksikan tetap berada di angka 4,7 persen pada tahun 2013 dan 5,7 persen pada tahun

24 Perekonomian Jepang Perekonomian Jepang yang terus stagnan mendorong pemerintah di bawah Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe telah merilis kebijakan baru yang dikenal sebagai Abenomics. Tujuannya hanya satu, meraih target inflasi sekitar 2 persen. Selama tahun 2013, kebijakan Abenomics memiliki dampak yang cukup sukses pada pertumbuhan ekonomi Jepang, kepercayaan diri, dan inflasi. Untuk pertama kali dalam enam tahun, pemerintah Jepang secara jelas menyatakan bahwa perekonomian nasional negara tersebut mulai pulih. Pertumbuhan ekonomi Jepang pada tahun 2013 sebesar 1,7 persen, meningkat dari tahun 2012 yang sebesar 1,4 persen. Pencapaian paling besar pada tahun 2013 berasal dari rilis data inflasi oleh pemerintah Jepang dimana secara tahunan indeks harga konsumen (IHK) pada bulan Desember tahun 2013 mencapai 1,3 persen. Keberhasilan meraih inflasi tersebut sekaligus menandai kinerja perekonomian Jepang telah keluar dari jerat deflasi. Kinerja inflasi tersebut juga tercatat melampaui ekspektasi pasar sebesar 1,2 persen. Laju inflasi Jepang kali ini juga tercatat sebagai yang tertinggi dalam lima tahun. Tingkat inflasi kali ini juga dinilai sebagai selangkah lebih dekat menuju target ambisius pemerintah Jepang yang ingin merangsang perekonomiannya, dengan inflasi sebesar 2,0 persen. Namun, setelah disesuaikan dengan inflasi, pendapatan rumah tangga terus menurun. Pendapatan riil rata-rata rumah tangga upah produktif tahun 2013 turun 1,3 persen dari tahun lalu. Ini mencerminkan bahwa, meskipun terjadi kenaikan harga, bisnis tidak merespons dengan kenaikan upah. Jika tren ini berlanjut, akan ada implikasi negatif bagi pengeluaran rumah tangga. Selain itu, kurangnya inflasi upah menandakan inflasi Jepang sekarang hanya sementara. Inflasi tidak bisa hanya mengandalkan yen menurun untuk dipertahankan. Perlu ada tekanan upah juga. Pemerintah telah menekan perusahaan untuk meningkatkan upah dan telah berjanji untuk memberlakukan undang-undang yang akan menawarkan insentif bagi kenaikan upah. Walaupun upah tidak mengalami peningkatan, tingkat pengangguran pada bulan Desember tahun 2013 juga turun menjadi 3,7 persen, terendah dalam enam tahun terakhir. Tingkat pengangguran Jepang pada tahun 2013 menurun menjadi 4,0 persen. Penurunan tingkat pengangguran Jepang tahun 2013 merupakan penurunan tahunan ketiga secara beruntun. Pada tahun 2012 tingkat pengangguran Jepang mencapai 4,3 persen. Defisit neraca perdagangan tahunan Jepang karena pelemahan nilai yen mendorong kenaikan biaya impor energi. Defisi perdagangan pada tahun 2013 menjadi 11,5 triliun yen atau sekitar Rp 1,372 triliun atau melonjak 65 persen dari tahun sebelumnya. Ekspor Jepang pada bulan Desember tahun 2013 tumbuh 14

25 sebesar 15,3 persen akibat adanya peningkatan permintaan mobil dan baja, sedangkan impor meningkat lebih tinggi sebesar 24,7 persen. Dalam beberapa tahun terakhir, impor energi Jepang meningkat setelah semua reaktor nuklir ditutup pascatsunami dan gempa bumi tahun Impor volume LNG Jepang meningkat 2 persen pada 2013 dibanding tahun sebelumnya namun nilainya naik sampai 18 persen. Nilai yen yang terus melemah menjadi penyebabnya. Mata uang yang lemah dapat menarik pembeli asing dan meningkatkan keuntungan eksportir dengan pendapatan dari luar negeri. Namun mata uang yang lemah juga mengakibatkan harga impor yang mahal dan mempengaruhi neraca perdagangan. Kelemahan yen belum cukup kuat untuk memberi dampak positif kepada eksportir kecil dan menengah. Jepang terpilih sebagai tuan rumah Olimpiade tahun Banyak yang mengkhawatirkan hal tersebut. Biaya pembangunan Olimpiade bakal memperparah krisis utang pemerintah Jepang. Memasuki bulan Oktober tahun 2013, pemerintah Jepang harus mengatasi utang-utangnya. Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe, mengatakan akan terjadi kenaikan pajak. Pemerintah bakal menaikkan PPh dari 5 persen menjadi 8 persen yang berlaku pada April Selanjutnya, Jepang juga bertekad menaikan PPh menjadi 10 persen pada Oktober tahun Di akhir Juni tahun 2013, utang Jepang mencapai angka triliun Yen atau sekitar USD 10,46 triliun. Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), utang Jepang bakal mencapai 245 persen dari total produk domestik bruto (PDB) pada akhir tahun Ini adalah rasio utang tertinggi di seluruh dunia. Pada tahun fiskal 2013, beban utang Jepang menyedot anggaran belanja negara. Dalam setahun, Jepang harus mengeluarkan 22,2 triliun Yen untuk membayar bunga utang. Jumlah ini setara dengan setengah dari pendapatan pajak negara. Beban bunga utang juga mencakup 24 persen dari total anggaran pemerintah. Kemudian, rasio utang yang sangat besar mempengaruhi yield obligasi pemerintah. Yield obligasi Jepang tenor 10 tahun kini telah menyentuh posisi terendah sepanjang masa di level 0,3 persen. Selama lima tahun terakhir, rata-rata yield obligasi Jepang sebesar 1,1 persen. Pada Januari 2014, IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Jepang pada tahun 2014 dari 1,3 persen menjadi 1,7 persen. Namun, proyeksi pertumbuhan Jepang pada tahun 2015 dari IMF turun 0,2 persen dari 1,2 persen menjadi 1,0 persen. Sementara itu ADB juga menaikkan estimasi pertumbuhan ekonomi Jepang pada 2014 menjadi 1,6 persen, setelah sebelumnya diprediksikan 1,4 persen. 15

26 Perekonomian Singapura Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengatakan ekonomi Singapura mencatat pertumbuhan sebesar 3,7 persen pada 2013, lebih baik dari perkiraan sebelumnya, yaitu 3,5 persen. Pertumbuhan ekonomi Singapura tahun ini terbantu oleh pemulihan ekonomi AS dan Eropa. Prospek kawasan Asia masih positif, tapi terdapat beberapa masalah dan ketegangan antar wilayah yang menghambat, seperti persengkataan wilayah antara Singapura dan Malaysia dan perselisihan Korea Selatan dan Korea Utara. Singapura telah mengalami pertumbuhan begitu pesat selama beberapa dekade. Menurut IMF, Singapura dikategorikan negara maju. Namun ketimpangan antara orang kaya dan orang miskin semakin melebar. Menurut data pemerintah Singapura, pada tahun 2013, setidaknya ada rumah tangga miskin di Singapura. Angka ini sama dengan satu dari 10 rumah tangga (sekitar orang) hidup dalam kemiskinan. Penghasilan mereka per bulan hanya SGD dan sebanyak penduduk hanya menghasilkan uang SGD 805. Padahal pendapatan rata-rata per capita Singapura mencapai SGD setahun, dimana merupakan salah satu tertinggi di dunia. Selain itu, pekerja di Singapura pada umumnya membutuhkan minimal SGD per bulan untuk mengatasi biaya hidup. Ekonom menyarankan pemerintah Singapura untuk segera menetapkan garis kemiskinan resmi dan upah minimum untuk mengatasi masalah ini. Salah satu hal yang menjadi faktor pendorong pertumbuhan Singapura adalah sektor pariwisata. Otoritas pariwisata Singapura (Singapore Tourism Board/STB) mencatat rekor jumlah wisatawan sebanyak 15,5 juta pengunjung pada tahun 2013, naik 7,2 persen dari tahun sebelumnya. STB juga melaporkan pendapatan dari pariwisata mencapai angka tertinggi SGD 23,5 miliar, meningkat 1,6 persen dari tahun Selain adanya dua resor kasino dan Universal Studios theme park pertama di Asia Tenggara, Singapura memang selalu menjadi tempat berlangsungnya acara-acara internasional, seperti lomba balap motor Formula F1. Kunci keberhasilan pariwisata Singapura adalah tingkat kejahatan yang rendah dan kebersihan kotanya. Isu yang sedang berkembang di Singapura saat ini adalah pemerintah Singapura terus memperketat masuknya tenaga kerja asing, di tengah ketidakpuasan di kalangan warga Singapura atas besarnya kehadiran asing di negara kota kecil itu, sebesar 5,4 juta orang pada tahun Sementara itu, hanya 3,8 juta orang yang merupakan warga negara dan penduduk tetap Singapura. Pihak berwenang secara bertahap melakukan berbagai langkah-langkah untuk memperketat arus masuk pekerja asing, termasuk kebijakan baru yang diumumkan pada bulan September tahun 2013 yang mengharuskan perusahaan untuk menunjukkan bukti mereka 16

27 pertama kali mencoba untuk merekrut warga lokal sebelum mempekerjakan pekerja profesional asing. Pada tahun 2009, laporan harga rumah di tengah suku bunga rendah menimbulkan kekhawatiran adanya gelembung perumahan di Singapura sehingga pemerintah berusaha untuk membatasi bisnis properti. Singapura mengeluarkan aturan baru pada bulan Juni tahun 2013, yaitu mengatur bagaimana lembaga keuangan memberikan kredit properti kepada individu, selain pembatasan termasuk pajak baru dan pembayaran down-payment (DP) lebih tinggi. Akibatnya, harga rumah di Singapura pada triwulan empat tahun 2013 turun untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun. Penurunan nilai perumahan di pinggiran kota Singapura sebesar 1 persen. Indeks harga properti residensial swasta turun 0,9 persen pada bulan Desember tahun Penjualan rumah di Singapura turun 72 persen menjadi 565 unit pada bulan Desember tahun 2013 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak unit. Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia Rata-rata harga minyak mentah pada triwulan IV tahun 2013 sebesar USD 104,5 per barrel menurun dibandingkan dengan rata-rata harga minyak triwulan III tahun 2013 yang mencapai USD 107,4 per barrel. Harga minyak mentah Brent pada triwulan IV tahun 2013 sebesar USD 109,4 per barrel atau menurun dari rata-rata harga triwulan III tahun 2013 yang mencapai USD 110,1 per barel. Penurunan juga terjadi pada harga minyak mentah WTI dengan harga sebesar USD 97,4 per barrel pada triwulan IV tahun 2013 dibandingkan dengan harga pada triwulan III tahun 2013 yang mencapai USD 105,8 per barrel. Sementara itu, harga minyak mentah Dubai pada triwulan IV tahun 2013 meningkat dibandingkan harga minyak mentah Dubai pada triwulan sebelumnya. Harga minyak mentah Dubai pada triwulan IV tahun 2013 sebesar USD 106,7 per barrel atau meningkat dibandingkan harga minyak mentah Dubai pada triwulan III tahun 2013 sebesar USD 106,2 per barrel. Harga minyak mentah dunia pada tahun 2013 menurun dibandingkan harga minyak mentah dunia pada tahun Rata-rata harga minyak mentah dunia pada tahun 2013 sebesar USD 104,1 per barrel lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata harga minyak mentah dunia pada tahun 2012 yang mencapai USD 105,0 per barrel. Harga minyak mentah dunia yang dikeluarkan oleh Brent dan Dubai juga menunjukkan penurunan harga minyak mentah dunia. Harga minyak mentah Brent pada tahun 2013 sebesar USD 108,9 per barrel atau menurun sebesar USD 3,9 per barrel dibandingkan harga minyak mentah Brent pada tahun Harga minyak mentah Dubai pada tahun 2013 sebesar USD 105,4 per barrel atau menurun sebesar USD 108,9 per barrel. Sementara itu, harga minyak mentah WTI 17

28 pada tahun 2013 justru meningkat USD 3,7 per barrel dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan harga minyak mentah dunia didorong oleh peningkatan produksi minyak di Amerika Serikat (AS). Kelanjutan shutdown AS pada awal Oktober 2013 dan pulihnya kegiatan produksi minyak di Teluk Meksiko yang sempat terhambat akibat adanya Badai Karen memicu penurunan harga minyak. Pada akhir November 2013, pasokan minyak AS meningkat hingga 500 ribu barrel. Tidak hanya di AS, peningkatan pasokan minyak di sejumlah negara OPEC juga mendorong penurunan harga minyak dunia. Pencapaian kesepakatan Iran atas penghentian penggunaan nuklir juga meningkatkan pasokan minyak yang mendorong harga minyak menurun. Meskipun sudah mulai membaik, perlambatan ekonomi dunia juga memicu penurunan harga minyak mentah. Permintaan dari AS dan Cina yang melambat akibat melemahnya manufaktur menyebabkan harga minyak menjadi turun. Seiring dengan penurunan harga minyak dunia, dari dalam negeri, ICP pada triwulan IV tahun 2013 juga mengalami penurunan. Pada triwulan IV tahun 2013, ICP mencapai USD 106,1 per barrel atau lebih rendah USD 0,3 per barrel dibandingkan dengan ICP triwulan III tahun Penurunan juga terjadi pada ICP tahun 2013 yang sebesar USD 105,9 per barrel lebih rendah dibandingkan dengan ICP tahun 2012 sebesar USD 112,7 per barrel. Tabel 3. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel) Rata-Rata Tahunan Rata-rata Triwulan Rata-rata Bulanan Harga Minyak Mentah Dunia Q3 Q4 Q3 Q4 Okt Nov Des Crude Oil (Rata-rata) 105,0 104,1 102,8 101,9 107,4 104,5 105,4 102,6 105,5 Crude Oil; Brent 112,0 108,9 110,0 110,5 110,1 109,4 109,5 108,1 110,7 Crude Oil; Dubai 108,9 105,4 106,2 107,2 106,2 106,7 106,3 105,9 107,9 Crude Oil; WTI 94,2 97,9 92,2 88,1 105,8 97,4 100,5 93,9 97,9 Indonesian Crude Price Oil 112,7 105,9 108,5 107,8 106,4 106,1 106,4 104,7 107,2 Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM 18

29 Gambar 2. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel) Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM 19

30 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA Perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun 2013 tumbuh 5,7 persen (YoY), atau tumbuh 5,8 persen (YoY) sepanjang tahun Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2013 mengalami surplus USD 4,4 miliar dan sepanjang tahun 2013 defisit NPI mencapai USD -7,3 miliar. 20

31 Perekonomian Indonesia mengalami tekanan berat sepanjang tahun 2013 akibat terjadinya perlambatan ekonomi global. Perlambatan ekonomi global mengakibatkan berkurangnya permintaan ekspor komoditas Indonesia serta menurunnya harga komoditas dunia sehingga defisit neraca transaksi berjalan semakin melebar. Pada tahun 2014, perekonomian global diperkirakan akan membaik. Perbaikan kondisi ekonomi global diharapkan dapat menopang ekonomi Indonesia baik dari sisi perdagangan maupun finansial. Sementara itu, Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia pada tahun 2014 diharapkan dapat semakin mendorong pertumbuhan ekonomi seiring dengan meningkatnya belanja Pemilu. PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Perekonomian Indonesia masih terjaga pada triwulan IV tahun 2013 dengan pertumbuhan mencapai 5,7 persen (YoY) dan tumbuh 5,8 persen (YoY) sepanjang tahun Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 melambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 yang mencapai 6,3 persen (YoY). Perlambatan ekonomi global menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga terus mengalami perlambatan selama tiga tahun terakhir. Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (persen) Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah) 21

Deputi Bidang Ekonomi

Deputi Bidang Ekonomi KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II TAHUN 2013 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Lebih terperinci

Deputi Bidang Ekonomi

Deputi Bidang Ekonomi KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN TRIWULAN II TAHUN 2014 Deputi Bidang Ekonomi LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2013

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2013 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Lebih terperinci

Deputi Bidang Ekonomi

Deputi Bidang Ekonomi KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA DAN DUNIA TRIWULAN IV TAHUN 2014 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Deputi Bidang Ekonomi

Deputi Bidang Ekonomi KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA DAN DUNIA TRIWULAN III TAHUN 2014 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS I KATA PENGANTAR Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia edisi triwulan I tahun 2015 merupakan publikasi triwulanan yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas. Publikasi

Lebih terperinci

Deputi Bidang Ekonomi

Deputi Bidang Ekonomi KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2014 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, November Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

KATA PENGANTAR. Jakarta, November Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS ` I KATA PENGANTAR Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan pada publikasi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Deputi Bidang Ekonomi

Deputi Bidang Ekonomi KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2013 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS I KATA PENGANTAR Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas. Publikasi triwulan II tahun 2015

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS I KATA PENGANTAR Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan pada publikasi dan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012)

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012) Economic and Market Watch (February, 9 th, 2012) Ekonomi Global Rasio utang Eropa mengalami peningkatan. Rasio utang per PDB Eropa pada Q3 2011 mengalami peningkatan dari 83,2 persen pada Q3 2010 menjadi

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1 LPEM FEB UI LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1 Highlight Ÿ Petumbuhan PDB Q1 2017 sekitar 5.0% (y.o.y.), PDB 2017 diprediksi akan tumbuh pada kisaran 5.1-5.3% (y.o.y.); Ÿ Pertumbuhan konsumsi domestik

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS 1 KATA PENGANTAR Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan pada data dan informasi

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

Pertumbuhan PDB Stabil dengan Basis yang Lebih Luas

Pertumbuhan PDB Stabil dengan Basis yang Lebih Luas Highlight PDB Q2 2017 akan tumbuh sekitar 5.1% (y.o.y.), PDB 2017 diprediksi akan tumbuh pada kisaran 5.1-5.3% (y.o.y.); Pertumbuhan produksi didorong oleh basis industri yang lebih luas; Konsumsi domestic

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama beberapa dekade terakhir, banyak negara di dunia ini mengalami krisis yang didorong oleh sistem keuangan mereka yang kurang dikembangkan, votalitas kebijakan

Lebih terperinci

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003 BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 23 Secara ringkas stabilitas moneter dalam tahun 23 tetap terkendali, seperti tercermin dari menguatnya nilai tukar rupiah; menurunnya laju inflasi dan suku bunga;

Lebih terperinci

Economic and Market Watch. (February, 6th, 2012)

Economic and Market Watch. (February, 6th, 2012) Economic and Market Watch (February, 6th, 2012) Ekonomi Global Pengangguran AS kembali turun Sejak September 2011, tingkat pengangguran AS terus mengalami penurunan dan mencapai 8,5 persen di akhir tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat menjadi awal terjadinya krisis ekonomi global. Krisis tersebut menjadi penyebab ambruknya pasar modal Amerika

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 30 April-4 Mei 2012

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN 30 April-4 Mei 2012 HIGHLIGHT PEREKONOMIAN GLOBAL Optimisme pemulihan perekonomian Amerika Serikat (AS) yang terjadi sejak awal tahun tampaknya akan memudar. Saat ini pasar mengkhawatirkan bahwa pemulihan ekonomi telah kehilangan

Lebih terperinci

Mewaspadai Perlambatan Ekonomi China IW.AS

Mewaspadai Perlambatan Ekonomi China IW.AS Mewaspadai Perlambatan Ekonomi China IW.AS Perlambatan ekonomi China semakin mencemaskan perekonomian global. Setelah menikmati pertumbuhan ekonomi double digit pada tahun 2010, perkonomian China memasuki

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN Juni 2012

LAPORAN MINGGUAN KONDISI EKONOMI MAKRO & SEKTOR KEUANGAN Juni 2012 HIGHLIGHT PEREKONOMIAN GLOBAL Para pimpinan di negara-negara maju tampaknya menyiapkan berbagai strategi untuk menangani krisis global, terutama untuk mengantisipasi hasil pemilu Yunani pada 17 Juni mendatang.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan III 2010 Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diperkirakan sebesar 6,1%. Inflasi berada pada kisaran 6,1-6,5% Perkembangan ekonomi global dan domestik yang semakin membaik, kinerja

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Pada awal triwulan III/2001 perekonomian membaik seperti tercermin dari beberapa

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... i iii iv vi vii BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF... I-1 A. PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003... I-1 B. TANTANGAN DAN

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang akan dicapai dalam tahun 2004 2009, berdasarkan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Eropa (%, QoQ)

Pertumbuhan Ekonomi Eropa (%, QoQ) Ekonomi Global Eropa Kontraksi di Kuartal IV 2011 2,5 2 1,5 1 0,5 0-0,5-1 -1,5 Pertumbuhan Ekonomi Eropa (%, QoQ) Eropa Jerman Italia Portugal Spanyol Perancis -0,3-0,2-0,3-0,7-1,3 2010 Q1 2010 Q2 2010

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan I 2010 Inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 diperkirakan berada pada kisaran 5,1-5,5%. Mayoritas responden (58,8%) optimis bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia dewasa ini makin berkembang. Peran Indonesia dalam perekonomian global makin besar dimana Indonesia mampu mencapai 17 besar perekonomian dunia

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam isu membayangi, indeks Pasar Modal Indonesia sukses melewati semua ujian. Sepanjang 2012, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencerminkan kondisi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS KATA PENGANTAR Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan pada data dan informasi

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan September 2017

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan September 2017 LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan September 2017 Table Daftar of Isi: Contents Ekonomi Global Perkembangan Ekonomi Global Global Competitiveness Report 2017-2018; World Bank: Indonesia Economic Quarterly;

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan III 29 Perekonomian Indonesia di tahun 29 diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan dengan tahun 28. Mayoritas responden (48,1%) memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional, sehingga derap pembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap pembangunan

Lebih terperinci

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH? Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan II 29 Responden Survei Persepsi Pasar (SPP) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-29 (yoy) dan selama tahun 29 berada pada kisaran 4,1-4,5%. Perkiraan pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2 LPEM FEB UI LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2 Highlight ŸPertumbuhan PDB 2016Q2 sekitar 5.0% (yoy) dan PDB 2016 diprediksi akan tumbuh pada kisaran 5.0-5.3% (yoy) ŸPertumbuhan didominasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016 Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan 2016 Aviliani 10 Maret 2016 SISTEM PEREKONOMIAN Aliran Barang dan Jasa Gross Domestic Bruto Ekonomi Global Kondisi Global Perekonomian Global masih

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kompleknya keterkaitan dan hubungan antarnegara didalam kancah internasional menyebabkan pemerintah juga ikut serta dalam hal meregulasi dan mengatur

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2006 disempurnakan untuk memberikan gambaran ekonomi

Lebih terperinci