ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012
|
|
- Deddy Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN 2012 I. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012 Lembaga World Bank 6,4 6,7 IMF 6,2 6,5 Asian Development Bank 6,4 6,7 Pemerintah 6,5 6,5-6,9 Sumber: World Bank, IMF, ADB, Kemenkeu World Bank (2011) meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 akan mencapai 6,4 persen, diikuti oleh pertumbuhan 6,7 persen di tahun Proyeksi ini didasari oleh beberapa faktor seperti kuatnya investasi yang didukung oleh pergeseran belanja pemerintah melalui belanja modal dan dampak riil dari peningkatan PMA yang baru tejradi. Selain itu tren pertumbuhan dalam sektor jasa dan manufaktur, serta kontribusi sektor komoditas terhadap pertumbuhan, juga akan mendorong pertumbuhan. Pemerintah juga harus mewaspadai dampak inflasi terhadap naiknya angka kemiskinan, mengingat mayoritas penduduk Indonesia tergolong sebagai hampir miskin (near poor). Sedangkan Asian Development Bank (ADB) menyatakan bahwa Indonesia memerlukan peningkatan investasi di bidang infrastruktur yang memberi daya dukung bagi kinerja sektor tradables dan juga berperan sebagai tulang punggung bagi pencapaian target pertumbuhan 7% - 8 %. Menurut ADB (2011), biasa logistik Indonesia diperkirakan mencapai 14% dari total biaya produksi. Sebagai perbandingan, biaya logistik Jepang hanya mencapai 5% dari total biaya produksi. Peran investasi semakin krusial mengingat kemampuan anggaran pemerintah untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur sangat terbatas karena harus menanggung biaya subsidi. Pemerintah dapat meningkatkan kapasitas fiskalnya dengan melakukan langkah langkah reformasi perpajakan seperti penyediaan database pajak yang lebih baik, sistem informasi yang memadai, serta kapasitas staf perpajakan yang lebih baik. Pemerintah juga disarankan untuk memperbaiki aspek penyerapan anggaran. IMF (2011) memperkirakan Indonesia, sebagai bagian dari perekonomian negara berkembang di Asia akan mengalami pertumbuhan pesat. Pemulihan ekonomi Indonesia ( dan negara-negara lain seperti Brazil, China, India dan Meksiko, Peru, Polandia dan Turki) banyak dipengaruhi oleh aliran dana portfolio dan perbankan, sementara Foreign Direct Investment (FDI) justru mengalami penurunan. Hal ini bisa berdampak pada stabilitas perekonomian di masa depan seiring dengan semakin rentannya perekonomian terhadap capital outlfow. Menurut IMF, kondisi ekonomi Indonesia rentan terhadap resiko overheating. Untuk tahun 2011, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 6 6,5 % dan bahkan dapat melampaui 7 persen. Hal ini disebabkan Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 1
2 adanya dukungan dari sumbangsih komponen investasi dan ekspor serta konsumsi rumah tangga yang meningkat akibat adanya kenaikan gaji. 1 II. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia II.1. PDB berdasarkan lapangan usaha Pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tahun 2011 mencapai angka 6,5 persen. Sektor jasa masih tetap menghasilkan pertumbuhan tertinggi, dipimpin oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi (13,8%), dan Perdagangan, Hotel dan Restoran (7,9%). Sektor Pertanian (3,4%) dan Industri (5%) mencatat tingkat pertumbuhan yang relatif rendah, meskipun secara nominal pertumbuhannya meningkat dari tahun Sementara selama tahun 2010, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 13,5 persen, diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (8,7 persen), Sektor Konstruksi (7,0 persen), Sektor jasa-jasa (6,0 persen), Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan (5,7 persen), Sektor Listrik, Gas dan Air (5,3 persen), Sektor Industri Pengolahan (4,5 persen), Sektor Pertambangan dan Penggalian (3,5 persen), dan Sektor Pertanian (2,9 persen). Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDB berdasarkan sektor usaha (%), (Q1) Laju pertumbuhan Lapangan Usaha (Q1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 3,4 3,5 4,8 4 2,9 3,4 Pertambangan dan Penggalian 1,7 1,9 0,7 4,4 3,5 4,6 Industri Pengolahan 4,6 4,7 3,7 2,2 4,5 5 Listrik, Gas dan Air Bersih 5,8 10,3 10,9 14,3 5,3 4,2 Konstruksi 8,3 8,5 7,6 7,1 7 5,3 Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,4 8,9 6,9 1,3 8,7 7,9 Pengangkutan dan Komunikasi 14, ,6 15,5 13,5 13,8 Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 5,5 8 8,2 5,1 5,7 7,3 Jasa-jasa 6,2 6,4 6,2 6,4 6 7 Produk Domestik Bruto 5,5 6,3 6 4,6 6,1 6,5 Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau lapangan usaha menunjukkan peranan sektorsektor ekonomi dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun. Pada triwulan I tahun , Pertumbuhan Ekonomi Akan Lampaui 7%, 13 April 2011 Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 2
3 2011, tiga sektor utama mendominasi perekonomian adalah Sektor Industri Pengolahan (24,1%), Sektor Pertanian (15,6%), dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (13,7%). Tabel 3. Komponen PDB Indonesia berdasarkan sektor (%), (Q1) Lapangan Usaha Distribusi (Q1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 13 13,7 14,5 15,3 15,3 15,6 Pertambangan dan Penggalian 11 11,2 10,9 10,6 11,2 11,7 Industri Pengolahan 27, ,8 26,4 24,8 24,1 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,9 0,9 0,8 0,8 0,8 0,8 Konstruksi 7,5 7,7 8,5 9,9 10,3 10 Perdagangan, Hotel dan Restoran ,3 13,7 13,7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,9 6,7 6,3 6,3 6,5 6,6 Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 8,1 7,7 7,5 7,2 7,2 7,4 Jasa-jasa 10,1 10,1 9,7 10,2 10,2 10,1 Produk Domestik Bruto II.2. PDB menurut penggunaan Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2011 tercatat sebesar 6,5 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh semua komponen, yaitu konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,5 persen, konsumsi pemerintah sebesar 3 persen, pembentukan modal tetap bruto sebear 7,3 persen, sedangkan komponen ekspor tumbuh sebesar 12,3 persen dan impor tumbuh sebesar 15,6 persen. Tabel 4. Laju pertumbuhan komponen Penggunaan PDB, Komponen Laju pertumbuhan (Q1) Konsumsi Rumah Tangga 3,2 5 5,3 4,9 4,6 4,5 Konsumsi Pemerintah 9,6 3,9 10,4 15,7 0,3 3 PMTB 2,6 9,3 11,9 3,3 8,5 7,3 Ekspor 9,4 8,5 9,5-9,7 14,9 12,3 Dikurangi: Impor 8,6 9, ,3 15,6 Produk Domestik Bruto 5,5 6,3 6 4,6 6,1 6,5 Dilihat dari pola distribusi PDB penggunaan, konsumsi rumah tangga masih merupakan penyumbang terbesar dalam penggunaan PDB Indonesia sekalipun mengalami penurunan dari 58,7 persen pada tahun 2009 menjadi sebesar 56,7 persen pada tahun Komponen pengeluaran konsumsi pemerintah juga mengalami penurunan dari 9,6 persen pada tahun 2009 menjadi 9,1 persen pada tahun Sebaliknya, pada periode yang sama, komponenkomponen lain mengalami peningkatan. Komponen pembentukan modal tetap bruto Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 3
4 meningkat dari 31,1 persen menjadi 32,2 persen, ekspor meningkat dari 24,2 persen menjadi 24,6 persen, dan impor meningkat dari 21,4 persen menjadi 23,0 persen. Tabel 5. Distribusi PDB berdasarkan komponen penggunaan Komponen Distribusi (Q1) Konsumsi Rumah Tangga 62,7 63,5 60,6 58,7 56,7 55,7 Konsumsi Pemerintah 8,6 8,3 8,4 9,6 9,1 6,8 PMTB 24, ,7 31,1 32,2 31,3 Ekspor 31 29,4 29,8 24,2 24,6 25,4 Dikurangi: Impor -25,6-25,4-28,7-21, ,9 Produk Domestik Bruto Hingga triwulan I tahun 2011, sektor tradables tumbuh tidak lebih dari 5 persen. Sektor pertanian hanya tumbuh 3,4 persen; sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 4,6 persen, sedangkan sektor industri pengolahan 5 persen. Pola pertumbuhan seperti ini telah berjalan dalam beberapa tahun terakhir. Padahal,produk sektor tradables berpotensi mengangkat pertumbuhan ekonomi karena sifatnya yang dapat diperdagangkan melewati batas-batas negara. Sejumlah faktor seperti kenaikan harga minyak dan komoditas pangan secara global diyakini bakal memicu inflasi sehingga berdampak pada kinerja perekonomian tahun ini. Selain laju inflasi, Indonesia patut mewaspadai adanya resiko pembalikan arus modal. Perekonomian Indonesia menghadapi resiko jangka pendek berupa kenaikan harga minyak dunia. Apabila harga minyak terus meroket, dikhawatirkan APBN 2011 tidak akan kuat menahan beban. Untuk tahun 2012, motor pendorong pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan berasal dari komponen konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor. Konsumsi rumah tangga diprediksi akan meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan kelas menengah dan kuatnya pasar tenaga kerja yang akan berdampak positif terhadap belanja rumah tangga. Komponen invenstasi juga diperkirakan akan meningkat seiring membaiknya ekspektasi akibat pulihnya perdagangan dunia. Kinerja investasi yang meningkat ini juga didukung oleh kuatnya nilai tukar rupiah yang berdampak pada murahnya harga mesin alat-alat produksi yang diimpor. Sedangkan kinerja ekspor diharapkan juga akan meningkat, mengikuti peningkatan harga komoditas di pasar internasional. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 4
5 III. Kemiskinan 2 Menurut data terakhir yang dicatat BPS (2011), jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2010 adalah sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen). Apabila dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 32,53 juta orang (14,15 persen), berarti jumlah penduduk miskin berkurang 1,51 juta orang.jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun lebih banyak dibanding penurunan penduduk miskin di daerah perdesaan. Grafik 1. Persentase penduduk miskin Indonesia (%), Selama periode Maret Maret 2010, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,81 juta orang, sementara di daerah pedesaan berkurang 0,69 juta orang. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan tidak banyak berubah. Pada bulan Maret 2009, 63,38 persen penduduk miskin tinggal di daerah perdesaan, sementara pada bulan Maret 2010 persentase penduduk miskin di daerah perdesaan 64,23 persen. Menurut BPS (2011), Penurunan jumlah penduduk miskin selama periode Maret 2009 Maret 2010 berhubunga dengan faktor-faktor berikut: Selama periode Maret Maret 2010 inflasi umum relatif rendah (Maret 2010 terhadap Maret 2009 sebesar 3,43 persen). Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama periode tersebut adalah kelompok bahan makanan sebesar 4,11 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 8,04 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 3,85 persen, serta kelompok kesehatan sebesar 3,18 persen. Rata-rata upah harian buruh tani dan buruh bangunan masing-masing naik sebesar 3,27 persen dan 3,86 persen selama periode Maret Maret Produksi padi pada tahun 2010 hasil Angka Ramalan II (ARAM II) mencapai 65,15 juta ton GKG, naik sekitar 1,17 persen dari produksi padi tahun 2009 yang sebesar 4,40 juta ton GKG. 2 Sumber tulisan pada bagian ini adalah Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Mei 2011 ( Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 5
6 Sebagian besar penduduk miskin pada bulan Maret 2009 (64,65 persen) bekerja di sektor pertanian. NTP (Nilai Tukar Petani) naik 2,45 persen dari 98,78 pada Maret 2009 menjadi 101,20 pada Maret Perekonomian Indonesia Triwulan I 2010 tumbuh sebesar 5,7 persen terhadap Triwulan I 2009, sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 3,9 persen pada periode yang sama. IV. Ketenagakerjaan Grafik 2. Jumlah penduduk miskin Indonesia (juta jiwa), Data terkini dari BPS menunjukkan penambahan angkatan kerja Indonesia sebesar 3,4 juta jiwa dari 116 juta pada bulan Februari 2010 menjadi 119,4 juta jiwa di bulan Februari Peningkatan ini diikuti oleh meningkatnya jumlah orang bekerja dari sejumlah 107,41 juta jiwa di tahun 2010 menjadi 111,28 juta jiwa pada bulan Februari tahun Jumlah penganggur juga mengalami penurunan dari 9,26 juta jiwa (2009) ke 8,59 juta jiwa (2010) hingga 8,12 juta jiwa di awal tahun Tingkat pengangguran terbuka ikut turun ke angka 6,8 persen dari total angkatan kerja. Akan tetapi peningkatan jumlah penduduk yang bekerja serta turunnya pengangguran ternyata tidak disertai dengan perbaikan kualitas pekerjaan yang diterima penduduk Indonesia. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya jumlah penduduk berstatus pekerja tidak penuh. Pada bulan Februari 2011, jumlah pekerja tidak penuh meningkat sebesar 1,39 juta jiwa dibandingkan periode yang sama tahun di tahun sebelumnya. Peningkatan ini terdiri dari peningkatan angka pekerja setengah penganggur (0,46 juta jiwa) serta pekerja paruh waktu (0,93 juta jiwa). Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 6
7 Tabel 6. Indikator Ketenagakerjaan Indonesia (juta orang), Indikator ketenagakerjaan Angkatan Kerja 113, ,4 Bekerja 104,49 107,41 111,28 Penganggur 9,26 8,59 8,12 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 67,6 67,83 69,96 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 8,14 7,41 6,8 Pekerja tidak penuh 31,36 32,8 34,19 Setengah penganggur 15 15,27 15,73 Paruh waktu 16,36 17,53 18,46, angka yang digunakan adalah angka bulan Februari Pada triwulan I tahun 2011, sektor pertanian menyerap 42,47 persen tenaga kerja, sedangkan sektor industri pengolahan menyerap 13,71 persen tenaga kerja. Secara total, kedua sektor tersebut menyerap lebih dari 50 persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja berdasarkan sektor (juta orang), (Q1) Lapangan usaha Februari Agustus Februari Agustus Februari Pertanian 43,03 41,61 42,83 41,49 42,47 Industri 12,62 12,84 13,05 13,82 13,71 Konstruksi 4,61 5,49 4,84 5,59 5,58 Perdagangan 21,84 21,95 22,21 22,49 23,24 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 5,95 6,12 5,82 5,62 5,58 Keuangan 1,49 1,49 1,64 1,74 2,06 Jasa Kemasyarakatan 13, ,62 15,96 17,03 Pertambangan, Listrik, Gas dan Air 1,35 1,39 1,4 1,5 1,61 Total 104,49 104,87 107,41 108,21 111,28 Dalam konteks penyerapan tenaga kerja, peran sektor pertanian dan Industri pengolahan sangat krusial mengingat sektor-sektor ini menyerap lebih dari 50 persen tenaga kerja Indonesia. Apalagi sektor ini merupakan sektor tradables, dimana output produksinya merupakan komoditi ekspor, sehingga dapat memetik manfaat perdagangan internasional dan permintaan global. Apabila sektor diatas dapat tumbuh lebih pesat, maka akan lebih banyak tenaga kerja yang bisa terserap sehingga angka pengangguran dapat ditekan. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 7
8 Sektor pertanian dan sektor industri adalah sumber penghidupan masyarakat miskin seperti para petani, nelayan dan buruh. Rendahnya pertumbuhan di kedua sektor ini akan berdampak pada rendahnya penciptaan lapangan kerja. Apabila kedua sektor tersebut terus mengalami pertumbuhan rendah, masalah kemiskinan dan pengangguran akan semakin sulit diatasi. Manifestasi dari persoalan ini adalah menjamurnya pekerja di sektor informal. Dilain pihak, sektor jasa (nontradables) cenderung tumbuh pesat melebihi sektor pertanian dan industri. Dengan pertumbuhan ekonomi yang di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional, sektor-sektor tersebut memperoleh kemakmuran ekonomi yang lebih besar ketimbang sektor lain. Artinya, tenaga kerja di sektor tersebut memperoleh penghasilan yang lebih besar. Akibatnya, ketimpangan pendapatan yang lebih besar terjadi antarsektor ekonomi. Ketimpangan pertumbuhan ekonomi antara sektor produksi barang tradables dan non tradables dapat berdampak sosial, bahkan politis (Erani, 2011). V. Kondisi Eksternal Perekonomian Dunia V.1. Ekonomi dunia mengalami pemulihan Menurut World Economic Outlook yang dipublikasikan oleh IMF, pada tahun 2010 perekonomian dunia tumbuh sebesar 5 persen setelah sebelumnya terjerembab ke angka - 0,5 persen di tahun 2009 akibat krisis ekonomi yang melanda banyak negara-negara maju. Negara-negara yang tergabung dalam advanced countries seperti Amerika Serikat tumbuh sebesar 3 persen, menandakan adanya gejala pemulihan pasca krisis. SEmentara negaranegara berkembang yang dikategorikan sebagai emerging countries juga mengalami pertumbuhan sebesar 7,3 persen. Cina dan India merupakan dua negara yang berhasil mencatatkan pertumbuhan di atas 10 persen di tahun IMF mencatat pertumbuhan di tahun 2010 sebagai dampak dari rebound pasca kontraksi ekonomi di tahun 2009 yang mengakibatkan menciutnya aliran kredit global. Atas dasar itu, IMF meramalkan pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2011 dan 2012 akan lebih moderat dibanding tahun Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan beberapa negara (%), Wilayah * 2012* Dunia 5,2 5,4 2,9-0,5 5 4,4 4,5 Negara Maju 3 2,7 0,2-3,4 3 2,4 2,6 Amerika 2,7 1,9 0-2,6 2,8 2,8 2,9 Inggris 2,8 2,7-0,1-4,9 1,3 1,7 2,3 Kanada 2,8 2,2 0,5-2,5 3,1 2,8 2,6 Jerman 3,6 2,8 0,7-4,7 3,5 2,5 2,1 Perancis 2,4 2,3 0,1-2,5 1,5 1,6 1,8 Italia 2 1,5-1,3-5,2 1,3 1,1 1,3 Spanyol 4 3,6 0,9-3,7-0,1 0,8 1,6 Jepang 2 2,4-1,2-6,3 3,9 1,4 2,1 Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 8
9 Negara Berkembang 8,2 8,8 6,1 2,7 7,3 6,5 6,5 China 12,7 14,2 9,6 9,2 10,3 9,6 9,5 India 9,7 9,9 6,2 6,8 10,4 8,2 7,8 Rusia 8,9 9 5,3-6,4 4,6 5 4,7 Brazil 4 6,1 5,2-0,6 7,5 4,5 4,1 Meksiko 5,2 3,2 1,5-6,1 5,5 4,6 4 Indonesia 5,5 6,3 6,0 4,6 6,1 6,2 6,5 Sumber : World Economic Outlook, 2011 V.2. Gejolak harga komoditas Selain itu, Menurut World Bank (2011) dan IMF (2011), tingkat harga komoditas internasional mengalami peningkatan secara merata. Salah satu faktor penyebab fenomena ini adalah kekacauan politik di Timur Tengah dan Afrika Utara yang dimulai pada awal tahun Gangguan pasokan di Libya akibat perang berkepanjangan berpengaruh terhadap melonjaknya harga minyak. Situasi ini semakin diperparah dengan peningkatan permintaan energi dari Jepang dalam rangka rekonstruksi akibat bencana Tsunami. Walaupun demikian, kenaikan harga komoditas yang luas dan berkelanjutan diperkirakan akan berlangsung meski tanpa adanya perubahan pada harga minyak seperti yang terjadi belakangan ini.gangguan pasokan merupakan pendorong yang penting dari kecenderungan peningkatan harga komoditas, baik yang berhubungan dengan cuaca seperti pada komoditas pertanian maupun kekeruhan politik minyak. Faktor-faktor lain termasuk permintaan untuk bahan baku dan energi, terutama dari Cina. Grafik 3. Indeks Harga Komoditas Primer Dunia (US$), Sumber: IMF, (Indeks tahun 2005=100) Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 9
10 V.3. Perbandingan dengan Negara lain Dibandingkan dengan negara-negara tetanggannya di kawasan ASEAN, pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stabil selama periode Hal ini terutama terlihat pada tahun 2009 ketika banyak negara-negara tetangga mengalami kontraksi ekonomi sebagai dampak dari krisis ekonomi di negara maju. Namun di tahun 2010, perekonomian tersebut mencatatkan peningkatan pertumbuhan yang jauh di atas Indonesia akibat membaiknya aktivitas perdagangan internasional. Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara ASEAN Negara Brunei 4,4 0,2-1,9-1,8 2 Kamboja 10,8 10,2 6,7 0,1 6,3 Indonesia 5,5 6,3 6 4,6 6,1 Laos 8,1 7,9 7,2 7,3 7,5 Malaysia 5,8 6,5 4,7-1,7 7,2 Myanmar 7 5,5 3,6 5,1 5,3 Filipina 5,3 7,1 3,7 1,1 7,3 Singapura 8,6 8,8 1,5-0,8 14,5 Thailand 5,1 5 2,5-2,3 7,8 Vietnam 8,2 8,5 6,3 5,3 6,8 Sumber: Asian Development Bank Dilihat dari struktur ekonominya, perekonomian Indonesia didominasi oleh sektor industri dan jasa. Thailand dan Vietnam merupakan dua perekonomian yang secara struktural mirip dengan Indonesia. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 10
11 DAFTAR PUSTAKA ADB (2011), Asian Development Outlook 2011: South-South Economic Links, Bank Indonesia, BPS (2011), Berita Resmi Statistik, BPS (2011), Laporan Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Mei 2011, Erani, Ahmad Yustika (2011), Memaknai Pertumbuhan Ekonomi, Kompas, IMF (2011), World Economic Outlook 2011, Februari Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2011), Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal tahun 2012 World Bank (2011), Indonesia Economic Quarterly,2008 Again?, Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 11
Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012
Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20
No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan
Lebih terperinciPerekonomian Suatu Negara
Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
BADAN PUSAT STATISTIK No. 13/02/Th. XV, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2011 MENCAPAI 6,5 PERSEN Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5 persen dibandingkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
No. 06/08/72/Th. XIV, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah
Lebih terperinciBPS PROVINSI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 11/02/73/Th. VIII, 5 Februari 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN IV 2013 BERKONTRAKSI SEBESAR 3,99 PERSEN Kinerja perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan IV tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/Th. XIII, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2009 MENCAPAI 4,5 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014
No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila
Lebih terperinciBPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008
BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3
IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013
No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014
No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011
BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 TUMBUH 6,5 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011
No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014
No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014
No. 47/08/72/Thn XVII, 05 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016
No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada di peringkat 55 dari 134 negara, menurun satu peringkat dari tahun sebelumnya. Dalam hal ini,
Lebih terperinciRingkasan eksekutif: Tekanan meningkat
Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO
PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014
No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/08/34/Th. X, 14 Agustus 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Lebih terperinciAsesmen Pertumbuhan Ekonomi
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/02/Th. XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2013 MENCAPAI 5,78 PERSEN Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK
BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/08/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2009 Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional, sehingga derap pembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap pembangunan
Lebih terperinciKinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara
No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar
Lebih terperinciProspek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Jumat, 18 Januari 2013
Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Jumat, 18 Januari 2013 Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012
No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada
Lebih terperinciBAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014
BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun
Lebih terperinciKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Jakarta, 18 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI 2 Rencana Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013
No. 45/08/72/Th. XVI, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013
No. 06/11/62/Th.VII, 6 Nopember 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan III-2013 terhadap triwulan II-2013 (Q to Q) secara siklikal mengalami
Lebih terperinciRingkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia
Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH
PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015
No. 13/0/33/Th.X, 5 Februari 016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 015 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 015 TUMBUH 5, PERSEN MENCAPAI PERTUMBUHAN TERTINGGI SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Jawa Tengah
Lebih terperinciBPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 34/08/34/Th. XIII, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011 SEBESAR -3,89 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciDeputi Bidang Ekonomi
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II TAHUN 2013 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
No. 27 / VIII / 16 Mei 2005 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PDB INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2005 TUMBUH 2,84 PERSEN PDB Indonesia pada triwulan I tahun 2005 meningkat sebesar 2,84 persen dibandingkan triwulan
Lebih terperinciDari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.
No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan
Lebih terperinciBPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA YOGYAKARTA No. 32/08/34/Th. XI, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2009 SEBESAR -4,91 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah
Lebih terperinciV. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses
115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013
No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciKondisi Perekonomian Indonesia
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/11/34/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014
No. 63/08/Th. XVII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 TUMBUH 5,12 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik
Lebih terperinciRingsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik
B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.I, 15 Nopember 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2007 TUMBUH 0,7 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011
No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 49/08/73/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 7,62 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013
No.23/05/31/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan
Lebih terperinciNo.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014
No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi
Lebih terperinciPERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001
No. 07/V/18 FEBRUARI 2002 PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001 PDB INDONESIA TAHUN 2001 TUMBUH 3,32 PERSEN PDB Indonesia tahun 2001 secara riil meningkat sebesar 3,32 persen dibandingkan tahun 2000. Hampir
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 16/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %
No, 11/02/13/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2013 meningkat sebesar 6,2 persen terhadap 2012, terjadi pada semua
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen
No. 62/11/75/Th. VII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen PDRB Provinsi Gorontalo triwulan III-2013 naik 2,91 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau wilayah. Karena pada dasarnya, investasi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012
No. 27/05/72/Thn XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 27/05/34/Th.XVI, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN
2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 48/08/34/Th.XVI, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/11/34/Th. XIII, 7 November 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Lebih terperinci