BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004"

Transkripsi

1 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan menguatnya nilai tukar rupiah; menurunnya laju inflasi dan suku bunga; serta meningkatnya cadangan devisa. Pada pertengahan tahun 24, stabilitas moneter mengalami tekanan eksternal berupa ekspektasi yang berlebihan terhadap perubahan kebijakan moneter Amerika Serikat. Dengan kepastian bahwa perubahan kebijakan moneter Amerika Serikat ke arah yang lebih ketat dilakukan secara bertahap, upayaupaya di dalam negeri untuk meningkatkan stabilitas rupiah, serta pelaksanaan pemilihan umum yang berlangsung lancar dan aman, stabilitas moneter di dalam negeri tetap terjaga. Kedua, sektor riil mulai bergerak tercermin dari membaiknya ekspor non-migas dan kegiatan investasi yang pada gilirannya memberi perbaikan pada sektor pertanian, industri, dan jasa-jasa. A. PEREKONOMIAN DUNIA Dalam tahun 24, perekonomian dunia diperkirakan tumbuh sebesar 5 persen, lebih tinggi dari tahun sebelumnya (3,9 persen) dan dari kecenderungan pertumbuhan jangka panjangnya (4 persen per tahun). Dilihat dari kelompok negara, pertumbuhan ekonomi dunia yang tinggi tersebut terutama didorong oleh negara-negara industri maju dan negaranegara emerging market, termasuk RRC. Perekonomian negara-negara industri maju tumbuh 3,6 persen, lebih tinggi dari tahun 23 (2,1 persen) dengan penggerak perekonomian AS dan Jepang yang tumbuh masingmasing 4,3 persen dan 4,4 persen. Adapun dilihat dari sisi produksi dan I - 1

2 permintaan, dorongan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 24 terutama digerakkan oleh memulihnya sektor industri, membaiknya konsumsi masyarakat, dan menguatnya investasi. Pertumbuhan ekonomi dunia yang tinggi tahun 24 meningkatkan volume dan harga komoditi perdagangan dunia. Dalam tahun 24, volume perdagangan dunia dan harga komoditi non-migas diperkirakan meningkat masing-masing 8,8 persen dan 16,8 persen, lebih tinggi dari tahun 23 yang masing-masing meningkat 5,1 persen dan 7,1 persen. Tingginya pertumbuhan ekonomi dunia juga mendorong permintaan dunia terhadap minyak bumi. Dengan kendala produksi pada beberapa negara pengekspor minyak termasuk Irak, Rusia, dan Venezuela, harga minyak dunia tahun 24 diperkirakan mencapai US$ 37,25 per barel. Meningkatnya permintaan dunia terhadap komoditi telah menaikkan harga komoditi ekspor Indonesia di pasar internasional. Harga ekspor karet, kopi robusta, dan minyak sawit dalam tahun 24 meningkat berturut-turut sebesar 2, persen, 24,4 persen, dan 5,9 persen dibandingkan dengan tahun 23. Kenaikan juga terjadi pada komoditi beras. Harga beras di pasar internasional, seperti beras Bangkok, dalam tahun 24 meningkat sebesar 2, persen. Perkembangan harga ekspor karet, kopi, dan minyak sawit sejak tahun 1999 dapat dilihat pada Grafik I.1. Karet, Kopi (US$ cent/lb) Grafik I.1. HARGA EKSPOR KARET, MINYAK SAWIT, KOPI Jan '99 Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan'4 Minyak Sawit Kopi Robusta Karet Minyak Sawit (US$ cent/lb) I - 2

3 Meningkatnya perekonomian negara-negara industri maju juga tercermin dari membaiknya kinerja bursa-bursa saham di dunia. Indeks Nikkei di Jepang dan Indeks Strait Times di Singapura mencapai masingmasing dan pada akhir Desember 24 atau meningkat masingmasing sekitar 7,6 persen dan 17,1 persen dibandingkan akhir tahun sebelumnya. Perkembangan indeks saham sejak awal tahun 2 pada beberapa bursa terkemuka di dunia dapat dilihat pada Grafik I.2. New York Grafik I.2. INDEKS BURSA SAHAM INTERNASIONAL Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan'4 New York Tokyo Hongkong Tokyo, Hongkong Pertumbuhan ekonomi AS yang didorong oleh kebijakan moneter dan fiskal yang longgar selama beberapa tahun terakhir telah meningkatkan defisit anggaran dan defisit neraca perdagangan AS. Sejak tahun 21, defisit anggaran dan defisit perdagangan AS meningkat masing-masing dari 1,5 persen dan 3,8 persen PDB pada tahun 21 menjadi 3,9 persen dan 5,4 persen PDB pada tahun 24. Dalam kaitan itu, sejak pertengahan tahun 24, kebijakan moneter AS memberi tekanan pada stabilitas moneter. Secara bertahap sejak triwulan II/24 suku bunga Fed Fund dinaikkan lima kali hingga menjadi 2,25 persen pada akhir tahun 24. Perubahan kebijakan ini memberi pengaruh pada perubahan nilai tukar mata uang dunia dan dalam jangka menengah diperkirakan akan menaikkan suku bunga internasional. I - 3

4 B. MONETER, PERBANKAN, DAN PASAR MODAL Dalam triwulan II/24, stabilitas moneter di dalam negeri mengalami tekanan berasal dari ekspektasi yang berlebihan terhadap pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia dan perubahan kebijakan moneter ke arah yang lebih ketat di Amerika Serikat. Dalam bulan Juni 24, nilai tukar rupiah sempat melemah sampai Rp 9.4,- per dolar AS. Dengan pelaksanaan pemilihan umum yang lancar dan aman, serta adanya kepastian bahwa perubahan kebijakan moneter Amerika Serikat dilakukan secara bertahap, serta upaya-upaya di dalam negeri untuk meningkatkan stabilitas rupiah 1, kurs rupiah terjaga kestabilannya. Dalam keseluruhan tahun 24, rata-rata harian kurs rupiah mencapai Rp per dolar AS, melemah dibandingkan rata-rata keseluruhan tahun 23 yang mencapai Rp Perkembangan kurs harian rupiah sampai akhir Desember 24 dapat dilihat pada Grafik I.3. Meningkatnya tekanan terhadap stabilitas moneter di dalam negeri mendorong pertumbuhan uang primer. Sampai akhir Desember 24, ratarata pertumbuhan uang primer setahun mencapai 2,2 persen. Meningkatnya pertumbuhan uang primer dan melemahnya nilai tukar 1 Untuk meningkatkan stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia mengeluarkan Paket Kebijakan Stabilisasi Ekonomi yang mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu: (a) Kebijakan pengendalian likuiditas rupiah untuk menyerap ekses likuiditas perbankan, melalui: (i) pengaktifan kembali Fasilitas Simpanan BI (FASBI) jangka waktu 7 hari sejak 7 Juni 24; (ii) penyempurnaan ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM) dengan merubah GMW Rupiah bank umum yang semula ditetapkan 5 persen menjadi: (ii.a) Bank dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) lebih dari Rp 5 triliun dikenakan tambahan 3 persen sehingga menjadi 8 persen; (ii.b) Bank dengan DPK Rp 1 Rp 5 triliun dikenakan tambahan 2 persen sehingga menjadi 7 persen; (ii.c) Bank dengan DPK Rp 1 Rp 1 triliun dikenakan tambahan 1 persen sehingga menjadi 6 persen; (ii.d) Bank dengan DPK kurang dari Rp 1 triliun tidak dikenakan tambahan sehingga tetap 5 persen; (b) Penyempurnaan ketentuan kehati-hatian perbankan berkaitan dengan ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN); dan (c) Peningkatan pemantauan permintaan valas. I - 4

5 rupiah selanjutnya meningkatkan laju inflasi. Dalam tahun 24, laju inflasi setahun (year-on-year) mencapai 6,4 persen, lebih tinggi dari tahun 23 (5,1 persen). Pertumbuhan uang primer dan perkembangan laju inflasi dapat dilihat pada Grafik I.4. dan Grafik I.5. Kurs (Rp/US$) Grafik I.3. KURS HARIAN RUPIAH Jan-42-Mar-429-Apr-4 29-Jun-427-Aug-425-Oct-427-Dec-4 % perub thd bln yg sama thn sblmnya Grafik I.4. PERTUMBUHAN UANG PRIMER Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan'4 Bulanan (%) Grafik I.5. PERKEMBANGAN LAJU INFLASI 3 2,5 2 1,5 1,5 -,5-1 Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan'4 Bulanan Y-O-Y 17, ,5 1 7,5 5 2,5-2,5 Y-O-Y (%) I - 5

6 Meningkatnya laju inflasi dan suku bunga internasional menahan penurunan suku bunga dalam negeri. Pada akhir bulan Desember 24, suku bunga rata-rata tertimbang SBI 1 bulan mencapai 7,43 persen; naik 11 bps dibandingkan bulan Mei 24. Sejalan dengan pola ini, suku bunga deposito 1 bulan mencapai 6,43 persen pada bulan Desember 24, sedikit meningkat dibandingkan bulan April 24 (5,86 persen). Dalam pada itu, suku bunga kredit masih memiliki ruang untuk menurun. Rata-rata tertimbang suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi pada bulan Desember 24 menurun menjadi 13,4 persen dan 14,1 persen. Penurunan ini masih dimungkinkan karena selisih antara suku bunga pinjaman dan suku bunga simpanan (spread) masih tinggi. Pada bulan Desember 24, selisih antara suku bunga kredit modal kerja dengan suku bunga deposito 3 bulan mencapai 6,7 persen; lebih tinggi dari Desember tahun 22 (4,2 persen). Perkembangan suku bunga SBI dan deposito 1 bulan serta kredit modal kerja sampai bulan Desember 24 dapat dilihat pada Grafik I.6. [%] Grafik I.6. SUKU BUNGA Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan'4 SBI (1 bulan) Deposito 1 Bulan Krdt Mdl Krj Di sektor PERBANKAN, menurunnya suku bunga kredit mendorong penyaluran dana kepada masyarakat. Pada akhir Desember 24 jumlah kredit yang disalurkan meningkat menjadi Rp 553,5 triliun atau naik 26,4 persen dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. I - 6

7 Penyaluran kredit relatif lebih banyak dalam bentuk kredit konsumsi. Apabila pada akhir tahun 1996, peranan kredit konsumsi hanya sekitar 1,3 persen dari total kredit, pada akhir tahun 24 meningkat menjadi 29,4 persen. Sedangkan peranan kredit investasi menurun dari 24, persen menjadi 22,8 persen dari total kredit pada kurun waktu yang sama. Disamping itu kredit properti terus menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi sejak krisis. Sampai dengan bulan Desember 24, kredit properti meningkat 43,2 persen dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Perkembangan kredit konsumsi, modal kerja, dan investasi sejak awal tahun 2 (y-o-y) dapat dilihat pada Grafik I.7. Kedit Modal Kerja [Rp Tril] Grafik I.7. PENYALURAN KREDIT PERBANKAN Jan '99 Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan' Kredit Investasi Kredit Modal Kerja Kredit Konsumsi 8 4 Kredit Inv, Konsumsi [Rp Tril] Rasio penyaluran dana masyarakat terhadap penghimpunan dana pihak ketiga (Loan to Deposit Ratio LDR) juga relatif masih rendah. Pada bulan Desember 24, LDR tercatat 5, persen; lebih tinggi dari tahun 1999 yaitu 26, persen; namun masih jauh lebih rendah dibandingkan sebelum krisis (sekitar 7 8 persen). Pada tahun 23, rasio kredit terhadap PDB meningkat menjadi 24, persen; lebih tinggi dari tahun 1999 (sekitar 2,5 persen); namun masih jauh lebih rendah dibandingkan sebelum krisis (sekitar 5 6 persen). Meskipun nilai tukar rupiah sedikit melemah dan laju inflasi sedikit meningkat, stabilitas moneter dalam tahun 24 tetap terjaga. Dengan pelaksanaan Pemilihan Umum yang berlangsung aman dan lancar, I - 7

8 ekspektasi masyarakat terhadap pasar modal meningkat. Pada akhir Desember 24 IHSG di BEJ meningkat menjadi 1.,3, naik 44,6 persen dibandingkan akhir tahun 23. Perkembangan IHSG di BEJ sejak awal tahun 24 dapat dilihat pada Grafik I.8. Grafik I.8. IHSG -BURSA EFEK JAKARTA Jan-4 2-Mar-4 29-Apr-4 29-Jun-4 27-Aug-4 25-Oct-4 C. NERACA PEMBAYARAN Membaiknya perekonomian dunia meningkatkan permintaan terhadap komoditi ekspor nasional. Dalam keseluruhan tahun 24, penerimaan ekspor mencapai US$ 69,7 milliar, atau naik 11,5 persen dibandingkan tahun 23, didorong oleh ekspor migas dan non migas yang meningkat masingmasing 14,2 persen dan 1,7 persen. Meningkatnya penerimaan ekspor migas didorong oleh harga ekspor minyak mentah yang masih cukup tinggi di pasar internasional berkaitan dengan memanasnya dan belum pulihnya situasi keamanan di Timur Tengah. Dalam tahun 24, rata-rata harga ekspor minyak mentah Indonesia di pasaran internasional mencapai US$ 37,6 per barel; jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata keseluruhan tahun 23 yaitu sebesar US$ 28,8 per barel. I - 8

9 Membaiknya perekonomian dalam negeri meningkatkan kebutuhan impor. Dalam tahun 24, impor meningkat menjadi US$ 46,2 miliar, atau naik 39,6 persen dibandingkan tahun 23, didorong oleh impor barang konsumsi, bahan baku penolong, dan barang modal yang masing-masing meningkat 3, persen, 4,4 persen, dan 41,3 persen. Perkembangan ekspor dan impor dapat dilihat pada Grafik I.9.dan Grafik I.1. 8 Grafik I.9. PERKEMBANGAN EKSPOR US$ miliar Jan '97 Jan '98 Jan '99 Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan'4 Nonmigas Total Ekspor 5 Grafik I.1. PERKEMBANGAN IMPOR 4 US$ miliar Jan '97 Jan '98 Jan '99 Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Bh Bk/Penolong Total Impor Jan'4 Peranan pariwisata dalam menyumbang devisa kembali meningkat. Sejak triwulan III/23 arus wisatawan asing mulai pulih setelah Tragedi Bali bulan Oktober 22 serta meningkatnya ketidakamanan internasional berkaitan dengan merebaknya aksi terorisme di beberapa belahan dunia sejak September 21. Pada bulan awal September 24, terjadi ledakan bom di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta. Langkah-langkah pengamanan yang dilakukan pasca tragedi bom tersebut telah mengurangi I - 9

10 dampak negatif terhadap arus pariwisata. Selama tahun 24 arus wisatawan asing yang masuk melalui 13 pintu utama meningkat 23, persen dibandingkan tahun sebelumnya. Perkembangan arus wisatawan asing sampai dengan triwulan IV/24 dapat dilihat pada Grafik I.11. Grafik I.11. ARUS WISATAWAN ASING :1 22:1 23:1 24: Ngurah Rai 13 Pintu Masuk Dengan meningkatnya kebutuhan impor dalam tahun 24, surplus neraca transaksi berjalan menurun menjadi US$ 5,2 miliar. Selanjutnya pada neraca transaksi modal dan finansial tercatat surplus sekitar US$ 1,4 miliar, terutama didorong oleh investasi portfolio sebesar US$ 3 miliar dan investasi langsung (neto) sebesar US$,5 miliar. Pada akhir Desember 24 jumlah cadangan devisa mencapai US$ 36,3 miliar. Dalam keseluruhan tahun 24, kondisi neraca pembayaran tetap aman. Kondisi neraca pembayaran sampai tahun 24 dapat dilihat pada Tabel I.1. D. KEUANGAN NEGARA Sebagai pelaksanaan dari konsolidasi fiskal, pendapatan negara pada tahun 23 mencapai 16,4 persen PDB atau lebih besar dibandingkan APBN 22 yaitu sekitar 15,8 persen PDB didorong oleh meningkatnya penerimaan pajak penghasilan bukan migas dari 4,5 persen PDB pada tahun 22 menjadi 5, persen PDB tahun 23. Di sisi belanja negara, pengeluaran negara pada tahun 23 meningkat menjadi 18,1 persen PDB, lebih tinggi dari APBN 22 yaitu sekitar 17,2 persen PDB, didorong oleh kenaikan pengeluaran pembangunan dan belanja daerah masing-masing dari 2, I - 1

11 persen PDB dan 5,2 persen PDB pada tahun 22 menjadi 3,2 persen PDB dan 5,7 persen PDB pada tahun 23. Transaksi Berjalan Tabel I.1. NERACA PEMBAYARAN (US$ miliar) , 6,9 7,8 7,2 Twln. I -,5 24 Twl. II Twl. III 1,4 2,9 Twl. IV 1,4 Transaksi Modal dan Finansial Transaksi Modal Transaksi Finansial Investasi Langsung Investasi Portfolio Investasi Lainnya -7,9 - -4,6-1,9-1,4-7,6 - -3, -,2-4,4-1,1 -,1 1,2-2,5 -,9 - -,6 2,3-2,6 1,4 -,4,8,2-1,1 -,1 -, -1,1,7 -,1,9 -,3,3 - -,1 1,3 -,9 Total Selisih Perhitungan Lalu Lintas Moneter1) 1,2 3,8-3,9 -,7 1,7-1, 6,7-1,7-5, 6,3-2,6-3,7 1,,4-1,4,3-2,3-1,4 3,6-3,6 1,9 1,8, -, Memorandum Item Cadangan Devisa Sumber: Bank Indonesia 29,4 28, 29,3 27,5 32,6 34,1 34,8 36,3 Dengan perkembangan tersebut, rasio defisit APBN terhadap PDB pada tahun 23 menjadi 1,7 persen PDB; sedikit lebih tinggi dibandingkan APBN 22 sekitar 1,4 persen PDB. Utang pemerintah dapat ditekan menjadi 58,3 persen PDB pada tahun 23. Secara umum ketahanan fiskal diperkirakan tetap terjaga sehingga memberikan landasan yang kuat untuk penyusunan APBN ke depan. Terjaganya stabilitas moneter, fiskal, neraca pembayaran, dan cadangan devisa meningkatkan kepercayaan masyarakat luar negeri. Ini tercermin dari naiknya peringkat utang jangka panjang pemerintah dalam valuta asing dari B menjadi B+ dan peringkat utang jangka panjang dalam mata uang lokal naik dua peringkat dari B+ menjadi BB pada Desember 24. Sementara utang jangka pendek baik dalam valuta asing mata uang lokal tetap dalam peringkat B dengan outlook positif. Kenaikan peringkat utang oleh lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor s ini didasarkan kepercayaan bahwa pemerintah dapat meneruskan arah konsolidasi fiskal. I - 11

12 E. PERTUMBUHAN EKONOMI Dalam keseluruhan tahun 24, perekonomian tumbuh sebesar 5,1 persen terutama didorong oleh konsumsi masyarakat dan pembentukan modal tetap bruto yang meningkat masing-masing sebesar 4,9 persen dan 15,7 persen. Sedangkan dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi dalam tahun 24 didorong oleh sektor pertanian dan industri yang masingmasing tumbuh sebesar 4,1 persen dan 6,2 persen; sedangkan sektor lainnya tumbuh sebesar 4,9 persen. Ringkasan pertumbuhan ekonomi tahun 21 sampai tahun 24 dapat dilihat pada Tabel I.2. Tabel I.2. RINGKASAN PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN PDB 3,8 4,4 4,9 PDB Migas -5,3-1,3-2,9 PDB Non-Migas 5,1 5,1 5,8 1. Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan 4,1 3,2 4,3 2. Pertambangan dan penggalian,3 1, -,9 3. Industri pengolahan 3,3 5,3 5,3 4. Listrik, gas dan air bersih 7,9 8,9 5,9 5. Bangunan 4,6 5,5 6,7 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,4 3,9 5,3 7. Pengangkutan dan komunikasi 8,1 8,4 11,6 8. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 6,6 6,4 7, 9. Jasa-jasa 3,2 3,8 3,9 1. Konsumsi Rumah Tangga 3,5 3,8 3,9 2. Konsumsi Pemerintah 7,6 13, 1, 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,5 4,7 1, 4. Ekspor Barang dan Jasa,6-1,2 8,2 5. Impor Barang dan Jasa 4,2-4,2 2,7 Sumber: BPS 24 5,1-4,4 6,2 4,1-4,6 6,2 5,9 8,2 5,8 12,7 7,7 4,9 4,9 1,9 15,7 8,2 24,9 Tingginya pertumbuhan sektor pertanian terutama didorong oleh subsektor perikanan, peternakan, dan perkebunan yang tumbuh masingmasing sebesar 5,6 persen, 4,7 persen, dan 4,6 persen. Sementara itu, sub- I - 12

13 sektor tanaman pangan dan kehutanan tumbuh sebesar 3,7 persen dan 1,5 persen. Membaiknya sub-sektor tanaman pangan antara lain juga didorong oleh produksi beras yang meningkat 3,7 persen terutama didorong oleh meningkatnya luas tanaman padi dari 11,5 juta hektar pada tahun 23 menjadi 11,9 juta hektar pada tahun 24. Sementara itu pertumbuhan industri pengolahan terutama didorong oleh sub-sektor industri alat angkut, mesin, dan peralatan; industri barang lainnya; industri semen, barang galian, dan bukan logam; serta industri pupuk, kimia, dan barang dari karet yang masing-masing tumbuh sebesar 17,7 persen, 15,2 persen, 9,6 persen, dan 9,1 persen. Dengan perkembangan tersebut, PDB per kapita pada tahun 24 mencapai US$ 1.182; sedikit lebih tinggi dibandingkan tingkat sebelum krisis (tahun 1996 sebesar US$ 1.166) dan secara riil meningkat sekitar 13,6 persen dibandingkan dengan tahun 2. Perkembangan PDB per kapita tahun 2 24 dapat dilihat pada Grafik I.12. Nominal, Riil (Rp. Ribu) Grafik I.12. PRODUK DOMESTIK BRUTO PER KAPITA Nominal (US$) Rp. Rb (Nom) US$ (Nom) Rp Rb (Konstan 2) Meningkatnya konsumsi rumah tangga antara lain tercermin meningkatnya kepercayaan konsumen. Dalam bulan Oktober 23, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK), yang dikumpulkan oleh Danareksa Research Institute, mencapai 92,3; meningkat dari 82,3 pada bulan Februari 23; didorong oleh kenaikan Indeks Situasi Sekarang (ISS) dan Indeks I - 13

14 Ekspektasi (IE) yang masing-masing mencapai 74,2 dan 15,9. Perkembangan IKK dapat dilihat pada Grafik I Grafik I.13. INDEKS KEPERCAYAAN KONSUMEN 5 Okt-99 Jul- Apr-1 Jan-2 Okt-2 Jul-3 Apr-4 IKK ISS IE Terjaganya rasa aman selama pelaksanaan Pemilihan Umum memberi dorongan pada konsumsi masyarakat. Meningkatnya konsumsi rumah tangga antara lain tercermin dari tingginya pertumbuhan kredit konsumsi serta penjualan mobil dan sepeda motor. Dalam tahun 24, penjualan mobil dan sepeda motor meningkat masing-masing 36,3 persen dan 38,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Perkembangan penjualan mobil dan sepeda motor telah melebihi tingkat sebelum krisis sebagaimana dapat dilihat pada Grafik I.14. Mobil (ribu unit) Grafik I.14. PENJUALAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR Jan '97Jan '98Jan '99Jan' Jan' 1Jan' 2 Jan'3 Jan'4 Mobil Sepeda Motor Sepeda motor (ribu unit) I - 14

15 Mulai meningkatnya investasi juga tercermin dari naiknya impor barang modal serta meningkatnya penjualan semen dan listrik. Dalam tahun 24, impor barang modal naik sebesar 41,3 persen; sedangkan penjualan semen dan listrik naik masing-masing sebesar 11,6 persen dan 1,4 persen. Perkembangan penjualan semen sampai dengan Desember tahun 24 dapat dilihat pada Grafik I Grafik I.15. PENJUALAN SEMEN Semen (juta ton) Jan '97 Jan '98 Jan '99 Jan' Jan' 1 Jan' 2 Jan'3 Jan'4 Mulai meningkatnya kegiatan usaha juga tercermin dari membaiknya sentimen bisnis. Indeks Sentimen Bisnis (ISB), yang dikumpulkan oleh Danareksa Research Institute, menunjukkan perkembangan yang meningkat sejak bulan Mei 24. Pada bulan September 24, ISB mencapai 113,9; tertinggi sejak bulan Agustus 21; didorong oleh kenaikan ISS dan IE yang masing-masing mencapai 17,5 dan 12,2. Perkembangan ISB dapat dilihat pada Grafik I Grafik I.16. INDEKS SENTIMEN BISNIS 8 Nov 99 Sep Jul 1 Mei 2 Mar 3 Jan 4 ISB ISS IE I - 15

16 Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen, struktur ekonomi Indonesia tahun 24 didukung oleh sektor pertanian sebesar 15,4 persen, sektor industri sebesar 28,3 persen, dan sektor-sektor lainnya sebesar 56,3 persen. Struktur ekonomi tahun 24 dapat dilihat pada Grafik I.17. Grafik I.17. STRUKTUR EKONOMI TAHUN 24 Pertanian (15,39%) Lainnya (56,27%) Industri (28,34%) Pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah belum mampu menciptakan lapangan kerja yang memadai guna menampung tambahan angkatan kerja serta pengangguran yang ada. Pengangguran terbuka yang dalam tahun 1997 berjumlah 4,2 juta orang (4,7 persen dari total angkatan kerja), meningkat menjadi 9,8 juta orang (9,6 persen dari total angkatan kerja) pada tahun 23 dan meningkat lagi menjadi 1,3 juta orang (9,9 persen) pada tahun 24. Lebih lanjut dari total pengangguran terbuka pada tahun 24 tersebut, sekitar 61 persen berada di Jawa (termasuk DKI Jaya, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Banten). Distribusi pengangguran terbuka pada tahun 24 dapat dilihat pada Grafik I.18. Lambatnya pemulihan ekonomi dan meningkatnya jumlah pengangguran mengakibatkan jumlah penduduk miskin belum dapat diturunkan pada tingkat sebelum krisis. Berdasarkan hasil Susenas tahun 22, jumlah penduduk miskin mencapai 38,4 juta jiwa (18,2 persen); lebih besar dari jumlah penduduk miskin tahun 1996 yaitu sekitar 34,5 juta jiwa (17,7 persen). Dalam tahun 23, persentase penduduk miskin membaik I - 16

17 pada tingkat sebelum krisis (17,4 persen); namun masih mencakup jumlah yang besar yaitu sekitar 37,3 juta jiwa. Selanjutnya pada tahun 24 jumlah penduduk miskin menurun menjadi 36,1 juta jiwa atau sekitar 16,6 persen jumlah penduduk. Grafik I.18. DISTRIBUSI PENGANGGURAN TERBUKA Orang Jawa Luar Jawa % Total Pengangguran Terbuka I - 17

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003 BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 23 Secara ringkas stabilitas moneter dalam tahun 23 tetap terkendali, seperti tercermin dari menguatnya nilai tukar rupiah; menurunnya laju inflasi dan suku bunga;

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 Pada bulan April 2002 pemerintah berhasil menjadwal ulang cicilan pokok dan bunga utang luar negeri pemerintah dalam Paris Club

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang akan dicapai dalam tahun 2004 2009, berdasarkan

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Pada awal triwulan III/2001 perekonomian membaik seperti tercermin dari beberapa

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN FEBRUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN FEBRUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN FEBRUARI 2002 Kepercayaan masyarakat baik dalam maupun luar negeri masih relatif lemah sebagaimana yang tercermin dari survei yang dilakukan

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam triwulan II/2001 proses pemulihan ekonomi masih diliputi oleh ketidakpastian.

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro tahun 2005 sampai dengan bulan Juli 2006 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi membaik dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2002 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2002 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/22 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 22 Mengawali tahun 22, kepercayaan masyarakat kembali meningkat seperti yang tercermin dari

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2006

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2006 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 26 Kondisi ekonomi makro pada tahun 26 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, memasuki tahun 26, stabilitas moneter di dalam negeri membaik tercermin dari stabilnya

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2006 disempurnakan untuk memberikan gambaran ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 World Economic Report, September 2001, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2001 hanya mencapai 2,6% antara lain

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001 Kondisi ekonomi makro bulan Juni 2001 tidak mengalami perbaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kepercayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2005

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2005 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 25 Kondisi ekonomi makro tahun 25 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki paruh kedua tahun 24, stabilitas moneter di dalam negeri mengalami tekanan

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH Asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ merupakan salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN. Nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2002 2004 Bab perkembangan ekonomi makro tahun 2002 2004 dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh mengenai prospek ekonomi tahun 2002 dan dua tahun berikutnya.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... i iii iv vi vii BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF... I-1 A. PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003... I-1 B. TANTANGAN DAN

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005 BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005 A. TANTANGAN DAN UPAYA POKOK TAHUN 2005 Meskipun secara umum pertumbuhan ekonomi semakin meningkat dan stabilitas moneter dalam keseluruhan tahun 2004 relatif terkendali,

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004

BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004 BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004 Bab ini membahas prospek ekonomi Indonesia tahun 2004 dalam dua skenario, yaitu skenario dasar dan skenario dimana pemulihan ekonomi berjalan lebih lambat. Dalam skenario

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2003 2005 Bab mengenai perkembangan ekonomi makro tahun 2003 2005 dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh mengenai prospek ekonomi tahun 2003 dan dua tahun

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Juli Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) kembali melambat. Posisi M2 pada akhir Juli tercatat sebesar Rp4.383,0 T, atau

Lebih terperinci

% (yoy) Feb'15 Mar'15*

% (yoy) Feb'15 Mar'15* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa et Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada et mengalami peningkatan. Posisi M2 tercatat Rp4.246,3 T, tumbuh 16,3,

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009 Perkembangan Asumsi Makro BAB I BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009 1.1 Pendahuluan Memasuki tahun 2009, efek lanjutan dari pelemahan ekonomi global semakin dirasakan

Lebih terperinci

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007 BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007 Prospek ekonomi tahun 2007 lebih baik dari tahun 2006. Stabilitas ekonomi diperkirakan tetap terjaga dengan nilai tukar rupiah yang stabil, serta laju inflasi dan suku

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

NOTA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2007

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 27 / VIII / 16 Mei 2005 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PDB INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2005 TUMBUH 2,84 PERSEN PDB Indonesia pada triwulan I tahun 2005 meningkat sebesar 2,84 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM)

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) 12/14/2014 Pertanyaan 1: Benarkah selalu melemah selama Desember? 12/14/2014 M. Indra Maulana 2 Nilai tukar Rupiah saat ini

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy) Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001 No. 07/V/18 FEBRUARI 2002 PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001 PDB INDONESIA TAHUN 2001 TUMBUH 3,32 PERSEN PDB Indonesia tahun 2001 secara riil meningkat sebesar 3,32 persen dibandingkan tahun 2000. Hampir

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA April 2015 Tim Riset SPMD Overview The Fed siap menaikan suku bunga acuan kapan saja yang berpotensi menarik dana tiba-tiba (sudden reversal) dari emerging market termasuk

Lebih terperinci

% (yoy) Oct'15 Nov'15*

% (yoy) Oct'15 Nov'15* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh sebesar 9,2% (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan ober Uang Beredar dalam arti luas (M2) yang terdiri dari uang kartal dan dana masyarakat di perbankan, pada

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal di Indonesia, ada beberapa kelompok saham yang paling banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham tersebut

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003 No. 12/VII/16 Februari 2004 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003 PDB INDONESIA TAHUN 2003 TUMBUH 4,10 PERSEN! PDB Indonesia selama tahun 2003 meningkat sebesar 4,10 persen dibandingkan tahun 2002.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global...

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global... Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i BAB I PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR APBN DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL TAHUN ANGGARAN 2009 1.1 Pendahuluan... 1.2 Ekonomi Global... 1.3 Dampak pada Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Ekonomi Bulanan

Laporan Ekonomi Bulanan Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Juli 27 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha Rusman Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna Said X-5 Kav.

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/10/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

Lebih terperinci