MODUL VI & VII FISIKA MODERN RELATIVISTIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL VI & VII FISIKA MODERN RELATIVISTIK"

Transkripsi

1 MODUL VI & VII FISIKA MODERN RELATIVISTIK Tujuan insruksiona umum Agar mahasiswa dapa memahami enang Reaiisik Tujuan insruksiona khusus : Agar mahasiswa dapa menjeaskan enang Transformasi Gaieo Agar mahsiswa dapa menjeaskan konsep eer Buku rujukan : Fisika modern Haiday-Resnik

2 6. Pendahuuan Apa yang erjadi keika kia memberikan gaya pada suau benda? Menuru hukum Newon II, benda akan diperepa dengan perepaan a = F/m, dengan m menyaakan massa benda. Keepaan benda dapa dihiung dengan rumus = 0 + a., aau dengan menggunakan rumus = E k / m, dimana energi kinei dapa diari dengan rumus usaha energi. Menuru Newon besarnya keepaan yang diperoeh benda ini dapa menjadi besar jika gaya yang diberikan aau energi yang dierima benda sanga besar. Misanya jika kia mempunyai eekron yang dipasang pada egangan o maka eekron dapa mempunyai energi kineik sebesar,6 0-9 J dan dengan rumus keepaan di aas besarnya keepaan eekron dapa menapai = 5,9 0 5 m/s. Hasi ini ook dengan hasi eksperimen. Namun keika beda egangan poensia yang diberikan pada eekron sanga besar sekai. Misanya mega-o (MeV) keepaan eeron menjadi = 5,9 0 8 m/s. Hasi ini sanga menyimpang dari hasi eksperimen yang digambarkan pada gambar dibawah. Hasi eksperimen menunjukkan bahwa berapapun besarnya energi kinei suau benda, keepaannya idak pernah meebihi m/s (keepaan ahaya). Ini merupakan kegagaan dari hukum Newon. Teori reaiisi khusus idak hanya mampu menerangkan enang keepaan eekron diaas, eapi juga mampu menerangkan enang berambahnya umur (waku hidup) dari suau parike yang bergerak epa sekai sera mampu menerangkan hubungan anara massa dan energi yang merupakan dasar diemukannya bom aom. Daam modu ini kia akan membahas eori reaiisi khusus Einsein. Pembahasan akan dimuai dengan pembahasan kerangka auan kemudian dengan pembahasan ransformasi Gaieo (ransformasi non-reaiisik), dan konsep Eer.

3 3 6. Kerangka Auan Daam menenukan posisi suau benda biasanya kia menggunakan suau kerangka auan. Daam fisika dikena dua maam kerangka auan yaiu kerangka inersia dan kerangka non-inersia. Kerangka non-inersia adaah kerangka auan dimana benda yang berada daam kerangka ini mengaami perepaan akiba gerakan kerangka ini. Sedangkan pada kerangka inersia benda idak mengaami perepaan ambahan akiba gerakan kerangka ini. Bumi dapa dianggap sebagai suau kerangka inersia. Waaupun puaran bumi dapa menyebabkan benda-benda didaamnya diperepa dengan perepaan senripea, namun perepaan ini sanga kei sekai (3,4 0 - m/s ) dibandingkan perepaan graiasi (9,8 m/s ) yang arahnya sama, sehingga perepaan ini dapa diabaikan dan unuk seanjunya daam pembahasan modu ini kia anggap bumi sebagai kerangka inersia. Suau kerangka yang bergerak dengan keepaan konsan reaif erhadap suau kerangka inersia merupakan juga suau kerangka inersia. Misa kerea yang bergerak urus berauran reaie erhadap anah empa kia berpijak dapa kia anggap sebagai suau kerangka inersia. V Gambar 6. Anggap anda meakukan perobaan disuau aboraorium, misanya perobaan ayunan sebuah bandu. Periode bandu diberikan oeh rumus Jika perobaan ini

4 4 diakukan daam sebuah kerea yang sedang bergerak dengan keepaan konsan reaie erhadap bumi, maka seoah oah aa perobaan bergerak dengan keepaan reaie erhadap bumi. Teapi gerakan ayunan bandu idak akan berubah karena menuru hokum Newon I gerakan suau benda idak akan berubah jika idak ada gaya yang merubahnya. Jadi daam kereapun rumus ayunan. eap beraku. Dengan kaa ain dapa dikaakan bahwa: semua hokum fisika beraku pada seiap kerangka inersia. Prinsip ini dikena dengan prinsip reaiias Newon. Jika ada dua orang mengamai suau perobaan Fisika. A berada di aboraorium yang diam dan B di daam mobi ayng meinasi aboraorium ini dengan keepaan kosan., maka menuru prinsip reaiias Newon. Hasi yang diaa A dan B akan sama. Jika sekarang siuasinya dibaik A berada daam mobi dan B diaboraorium menuru prinsip reaiias Newon A dan B eap akan menaa hasi yang sama. Jadi jika ada dua orang A dan B mengambi suau hasi perobaan dan mendapakan hasi yang sama, sukar bagi kedua orang ini unuk menenukan mana yang bergerak dan mana yang diam. Menuru A ia diam dan B bergerak. Pemeahannya adaah dengan mengambi saah seorang sebagai auan (missa A ) dan menganggap yang ain B bergerak reaie erhadap auan A. konsep gerak reaif ini dapa diperumum dengan mengaakan bahwa semua gerak adaah reaie, idak ada gerak absoue jadi sanga pening sekai unuk menenukan suau kerangka auan erenu. Daam perhiungan Fisika kia. 6.3 Transformasi Gaieo Anggap dua sysem inersia S dan S digambarkan seperi pada gb 6. sisem S bergerak dengan keepaan konsan sepanjang sumbu. Anggap suau kejadian

5 5 aau perisiwa erjadi diiik P yang menuru sysem S ereak pada koordina ruang (,y,z) dan waku aau jika diuiskan daam koordina ruang dan waku koordian iik P adaah (,y,z,). y S y' S' V V X' 0 0' Gambar 6. Menuru pengama di S perisiwa ini erjadi pada posisi =- iha gbambar. daam koordina ruagn dan waku menuru pengama di S posisi iik P dapa diuiskan (,y,z, ) dengan =- y =y z =z = Persamaan di aas dinamakan ransformasi Gaieo peru diaa bahwa ransformasi Gaieo koordina waku dianggap sama pada kedua sysem koordina (s=s ) Anggap ini keihaannya masuk aka namun akan kia iha anggapan ini idak benar keika keepaan mendekai keepaan ahaya. Sekarang anggap sebuah benda bergerak dari suau empa keempa ain (seoah-oah) dua perisiwa yang erjadi pada empa dan saa yang berainan. Menuru pengama di S kedua perisiwa ini erpisah pada jarak dan seang waku. menuru pengama di S kedua perisiwa ini erjadi pada seang waku

6 6 dan erjadi pada jarak ' '. ' (ransformasi Gaieo) karena ' maka kia peroeh persamaan beriku : ' ' ' ' jika kia ambi imi ' 0 dan kia definisikan u' dan u ' sebagai keepaan sesaa dari benda menuru S dan S, maka persamaan diaas dapa diuiskan Lim ' ' Lim ' 0 ' 0 u' u Hasi ini dinamakan penambahan aau penjumahan keepaan menuru Gaieo. Rumus ini sering digunakan daam kehidupan sehari-hari, seperi onoh. Namun kia akan iha bahwa rumus ini skan koradiksi jika dierapakan pada geombang eekromagneik. Conoh Daam sebuah gerbong kerea seorang berjaan dengan keepaan m/s reaie dengan keepaan kerea. Kerea bergerak dengan keepaan 0 m/s reaif erhadap anah. jika orang ersebu bergerak searah dengan arah kerea, enukan keepaan orang reaie erhadap anah. m/s V= 0 m/s Gambar 6.3

7 7 Jawab Perama kia gunakan inuisi kia. Bayangkan anda berdiri di aas anah dan mengamai kerea bergerak menjahui anda, orang di daam kerea juga bergerak menjahui anda. Seara ogika kia akan mengaakan bahwa keepaan orang iu erhadap kiaa pasi ebih besar dari m/s dan ebih besar dari keepaan kerea 0 m/s. keepaannya adaah 0 += m/s. Cara kedua kia gunakan rumus penjumahan eor misakan keepaan orang erhadap kerea adaah ok dan keepaan kerea erhadap anah (bumi adaah kb ) Maka menuru penjumahan eor keepaan orang erhadap anah adaah (perhaikan indek bawahnya) ob ok kb 0 m/s Cara keiga adaah dengan menggunakan rumus penjumahan keepaan Gaieo daam ha ini yang berindak sebagai S adaah sysem yang diam yaiu bumi, dan yang berindak sebagai S adaah kerea yaiu sysem yang bergerak. Orang yang bergerak daam kerea kia anggap sebagai perisiwa yang kia amai. Jadi disini = m/s dan u =0 m/s (perhaikan baik-baik peneuan dan u ) dengan demikian keepaan u orang erhadap bumi (S) adaah u' u u u' 0 m/s Perhaikan baik-baik keiga penyeesaian di aas ini akan memperinggi inuisi waku anda mengerjakan soa reaiisi. Conoh Pada onoh anggap orang bergerak berawanan dengan arah kerea. Tenukan keepaan orang reaie erhadap anah. hiung juga keepaan bumi (anah/pengama) reaie erhadap orang yang berjaan diaas kerea ersebu.

8 8 m/s V= 0 m/s Gambar 6.4 Jawab Soa ini mirip dengan onoh namun kia harus hai-hai dengan arah keepaan-keepaan ini. Seara inuisi kia akan mengaakan bahwa keepaan orang erhadap bumi pasi ebih kei dari keepaan kerea erhadap bumi yaiu ebih kei dari 0 m/s. karena orang bergerak mendekai kia (dibumi) sedang kerea menjahui kia. keepaannya adaah 0- = 9 m/s. keepaan bumi erhadap orang adaah -9 m/s (anda minus diberikan karena arah keepaan reaie ini kekiri. Dengan rumus penjumahan eor keepaan orang erhadap kerea adaah ok=- m/s (arah kekiri) sehingga keepaan orang erhadap bumi adaah : 0 9 m/s ob ok kb keepaan bumi erhadap orang 9 m/s bo ob Dengan rumus penjumahan Gaieo disini =- m/s (orang bergerak kekiri) jadi keepaan orang erhadap bumi (S) u' u u u' 0 9 Keepaan bumi erhadap orang adaah minus keepaan orang erhadap bumi,sehingga keepaan bumi erhadap orang adaah -9 m/s.

9 9 6.4 Konsep Eer Sampai saa ini kia eah beajar prinsip reaiias Newon dan rumus perambahan keepaan Gaieo. Kia eah iha bahwa kedua konsep ini memberikan hasi yang sama. Namun sayang sekai kedua konsep ini menjadi perenangan sau sama ain keika dierapkan pada konsep geombang eekromagneik Mawe keepaan geombang eeromagneik di ruang hampa hanya erganung pada kedua konsana yaiu permiiias dan permeabiias ruang hampa. Besarnya keepaan ini adaah ; 8, m/s 7 o o 4.0.(8,854.0 ) Menuru pengama di bumi besar o dan o konsan. Menuru prinsip reaiias Newon hukum Fisika sama pada kerangka inersia, jika prinsip ini benar unuk semua rumus Fisika ermasuk isrik dan magne maka besar o dan o akan eap sama besarnya waaupun diukur oeh kerangka inersia ain dengan kaa ain keepaan ahaya di ruang hampa seau konsan diukur oeh pengama daam sysem inersia. V V Gambar 6.5.a-b

10 0 Sekarang perhaikan Gb 6.5.a-b dan Gb 6.5.a ampu depan suau kerea memanarkan ahaya. Jika keepaan ahaya adaah dan keepaan kerea erhadap pengama P adaah maka menuru rumus perambahan keepaan Gaieo (seperi onoh ) keepaan ahaya yang berasa dari ampu depan menuru P adaah p =+ Pada Gb 6.5.b keepaan ahaya yang berasa dari ampu beakang kerea adaah p =- Hasi ini menunjukkan bahwa keepaan ahaya idak konsan ini berenangan dengan perinsip reaiias Newon di aas. Unuk menyeesaikan kedua pereangan ini ada aernaif yang dapa diakukan. Menoak rumus perambahan keepaan Gaieo dan menyaakan ini idak benar!. Menyaakan hukum-hukum isrik dan magnei idak sama daam semua kerangka inersia Kedua sousi di aas idakah menyenangkan para Fisikawan Rumus perambahan keepaan Geieo sesuai dengan inuisi kia ( onoh ) sehingga kaau ini harus dibuang maka seoah-oah kia harus membuang inuisi kia. Unuk mengaakan bahwa rumus isrik dan magne idak beraku disemua kerangka, mereka juga enggan karena ini berari mereka harus meepaskan prinsip reaiias Newon. Dianara kedua piihan diaas ampaknya piihan kedua ebih baik sediki sehingga para Fisikawan abad ke9 muai mengambi sikap bahwa keepaan ahaya idak eap disemua kerangka auan.

11 Pada suau kerangka keepaan ahaya = m/s namun kerangka auan ain keepaan ahaya bisa ebih besar aau ebih kei dari. piihan ini disokong oeh pendapa perambaan ahaya mirip dengan perambaan bunyi dimana keduanya sama-sama membuuhkan medium unuk merambanya. Bunyi meramba meaui suau medium (gear moeku-moeku). Jika medium bergerak maka keepaan bunyi dapa ebih besar aau ebih kei erganung pada gerak medium iu mendekai aau menjahui pengama. misanya keika udara enang bunyi dihanarkan oeh gearan moeku-moeku udara dan meramba dengan keepaan 33 m/s. Namun keika udaranya bergerak (ada angin ribu) dengan keepaan 8 m/s mendekai pengama, maka keepaan ramba bunyi udara yang bergerak ini menjadi 33+8=349 m/s. Sebaiknya jika gearan udara menjahui pengama keepaan bunyinya menjadi 33-8=33 m/s. (aaan : besar keepaan ini diukur reaie erhadap udara enang. udara enang daam ha ini berindak sebagai kerangka absou dimana pengukuran keepaan bunyi diakukan reaie erhadap kerangka ini). Menuru para Fisikawan abad ke-9 ahaya dirambakan oeh gear-gearan za yang dinamakan eer. Eer dianggap ada dimana-mana bahkan diruang hampa sekaipun. Eer dianggap mempunyai sifa aneh yaiu idak bermassa dan idak memberikan efek apa-apa pada gerakan pane-pane aau benda-benda ain. Daam sysem ini erdapa suau kerangka dimana eer diam. Kerangka ini dinamakan kerangka absou. Daam kerangka absou rumus Mawe (enang isrik dan magne) beraku dan keepaan sama dengan =3.08 m/s, sedangkan daam kerangka ain rumusnya harus dimodifikasi (dirubah) dan keepaan ahaya idak sama dengan. dengan konsep ini dapaah dimengeri bahwa keepaan ahaya bisa ebih rendah aau inggi dari.

12 Eer V V A C B Gambar 6.6 Jika konsep eer benar konsekuensi apa yang kia hadapi? Pada gb 6.6 anggap bumi sedang bergerak ke kanan jika kia anggap eer sedang bergerak dengan keepaan puaran bumi,=30 km/s maka pengama dibumi pada keadaan ini idak mendekai gerakan eer. Namun keika bumi iadk mendekai gerakan eer.namun keika bumi berada di iik A, B damn C pengama akan merasakan gerakan (iupan) eer dinamakan angin eer. Angin eer ini juga pasi akan erdeeksi jika maahari dianggap diam erhadap eer. Pada siuasi ini angina eer akan beriup dengan keepaan 30 km/s berawanan arah dengan gerakan bumi mengeingi maahari. jika gerak maahari diperhiungkan maka angin eer akan berariasi menuru musim, ebih kei dari 30 km/s seama seengah ahun dan ebih dari 30 km/s seengah ahun berikunya. Unuk membukikan kebenaran eori eer, para ahi eksperimen fisika berusaha mendeeksi adanya angin eer ini. Karena diperkirakan angin eer bergerak dengan keepaan 30 km/s yang sanga kei dibandingkan dengan keepaan ahaya km/s, maka unuk membukikan andanya angina eer dibuuhkan aa yang sanga sensiie sekai. daam modu beriku ini Miheson dan Morey berhasi membukikan bahwa angin eer idak ada.

13 3 Perobaan Miheson dan Morey M M M T Gambar 6.7 Pada ahun 88 Aber. A. Miheson menemukan suau inerferomeer opi (aa yang berdasarkan inerfrensi ahaya) yang sanga sensiie sekai. Pada ahun 887 bersama dengan E.W. Morey Misheson meakukan suau eksperimen dengan aa ini unuk menguji apakah eer iu ada aau idak. Perobaan Miheson dan Morey diakukan dengan aa-aa seperi Gb 6.7. Cahaya dari sumber S mengenai ermin M yang bersifa memanukan sebagian ahaya dan meneruskan sisanya. sinar dipanukan M akan bergerak menuju ermin M, (kia namakan sinar ) sedangkan sinar yang dieruskan akan bergerak menuju ermin M (kia namakan sinar ). Sinar yang dipanukan oeh ermin M akan mengenai ermin M dan akan dieruskan Ke pengama, demikian juga sinar seeah dipanukan ermin M akan mengenai ermin M dan dipanukan ke pengama. Di pengama sinar dan sinar akan berineferensi. Dengan mengamai poa-poa inefrensi kia dapa menenukan apakah eer iu ada?.

14 4 Anggap eer iu bergerak dari kanan ke kiri dengan keepaan =30 km/s ihar Gb.6.7 keepaan sinar dari M ke M adaah - sedangkan dari M ke M adaah +. jika panjang inasan yang diempuh sinar dari M ke M adaah I maka waku dari M ke M au kembai ke M adaah: ( ) ( ) () ( / ) / daam rangka auan eer sinar akan meaui inasan miring seperi digambarkan pada Gb 6.8 inasan miring ini diakibakan oeh eer yang bergerak ke kiri. Jika waku di M ke M dan kembai ke M adaah maka panjang inasan ahaya ini adaah. dari gambar (dengan phyagoras) eriha bahwa panjang inasan ini sama dengan / dari sini kia menghiung =0 M M M Gambar 6.7

15 5 / / ( ) 4 ( ) / / perhiungan diaas dibua daam kerangka eer sedang perhiungan daam kerangka aa-aa. Ha ini diperboehkan karena mekanika Newon, waku idak erganung pada kerangka. Hasi perhiungan dapa juga diperboeh pada kerangka aa-aa. Pada kerangka ini keepaan sinar reaif erhadap bumi adaah ( / ) dan panjang inasan dari M ke M adaah sama dengan. jadi waku dari M ke M adaah ( ) /. Waku oa dari M ke M dan kembai ke M adaah ( ) / / / jadi perbedaan waku unuk inasan mendaar dan inasan eria adaah: / ( ( / ) ( / ) ) sekarang gunakan ekspansi pangka beriku ini : ( ) n n n( n ) n( n )( n 6 ) 3... dengan /. Karena jauh ebih kei dari maka kia abaikan suku, sehingga kia akan peroeh :

16 6 / gunakan ekspansi diaas pada rumus unuk memperoeh ; )) ( ) ( ( perbedaan waku dari kedua sinar ini akan menyebabkan perbedaan fase anara kedua sinar sehingga menghasikan poa-poa inerferensi di eropong (aau pada ayar yang dihubungkan dengan eeskop ini). Benuk poa-poa digambarkan pada GB.6.9 Gambar 6.9 Jika aa ini dipear 90 maka seisih kedua inasan adaah, )] ( ) ( [ perbedaan dan ' adaah : 3 ) ( ' Perubahan perbedaan inasan anara kedua kasus (sebeum dan sesudah aa dipuar) ) ( ') (

17 7 jika sama dengan sau panjang geombang maka sau pia akan begeser meewai anda siang pada osioskop dan jika sama dengan geombang maka dua pia akan bergeser meewai anda siang ersebu jadi banyaknya pia yang bergeser adaah : N ( ) Miheson dan Morey menggunakan daa sebagai beriku : m 7 5,5 0 m dengan menggunakan daa diaas kia peroeh : 8.0 N 0,4 pia 7 5,50 jadi Miheson dan Morey mengharapakn 0,4 pia akan meewai anda siang pada ayer osioskop. Namun kenyaaannya ia idak sama sekai idak meiha pergeseran pia ini, waaupun sudah meakukan perobaan ini seama seahun ebih. Dari sini mereka menyimpukan bahwa eer idak ada.

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

Tinjauan Kasus Persamaan Panas Dimensi Satu secara Analitik

Tinjauan Kasus Persamaan Panas Dimensi Satu secara Analitik SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 016 T - 5 Tinjauan Kasus Persamaan Panas Dimensi Sau secara Anaiik Ahmadi, Harono, Nikenasih Binaari Program Sudi Maemaika, Universias Negeri Yogyakara

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

Bab III Studi Kasus Model Double Decrement

Bab III Studi Kasus Model Double Decrement Bab III Sudi Kasus Mode Doube Decremen Pada bab ini, akan dieaskan erebih dahuu mengenai beberapa definisi daam eori Doube Decremen. Seanunya akan dibahas benuk kuanifikasi dependensi daam kasus Doube

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR A. KALOR (PANAS) Tanpa disadari, konsep kalor sering kia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kia mencampur yang erlalu panas dengan

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Kinematika Relativistik

Kinematika Relativistik 3 Kinemaika Relaiisik Tujuan Perkuliahan: Seelah mempelajari Bab 3 ini mahasiswa diharapkan dapa:. Menjelaskan rumusan-rumusan prinsip relaiias khusus.. Memahami menurunkan ransformasi Lorenz dan ransformasi

Lebih terperinci

v dan persamaan di C menjadi : L x L x

v dan persamaan di C menjadi : L x L x PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Soal UN Fisika Paket A. 01. Tebal balok diukur dengan menggunakan jangka sorong seperti gambar!

Soal UN Fisika Paket A. 01. Tebal balok diukur dengan menggunakan jangka sorong seperti gambar! Soal UN Fisika 010-011Pake A 01. Tebal balok diukur dengan menggunakan jangka sorong seperi gambar! 5cm 6 cm 0 5 10 Maka ebal balok adalah. A. 5,00 cm B. 5,05 cm C. 5,5 cm D. 6,00 cm E. 6,5 cm 0. Perhakan

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang Gerak Jauh Bebas 14:1:55 Gerak Jauh Bebas Gerak jauh bebas merupakan gerakan objekyang dipengaruhi gaya graiasi. Persamaan maemaik gerak jauh bebas sama dengan persamaan gerak1d unuk percepaan konsan.

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 01

Xpedia Fisika. Mekanika 01 Xpedia Fisika Mekanika 01 Doc. Name: XPFI0101 Doc. ersion : 2012-07 halaman 1 01. Manakah pernyaaan di bawah ini yang benar? (A) Perpindahan adalah besaran skalar dan jarak adalah besaran vekor. (B) Perpindahaan

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA PAKET B. 1. Tebal balok diukur dengan menggunakan jangka sorong seperti gambar!

SOAL UN FISIKA PAKET B. 1. Tebal balok diukur dengan menggunakan jangka sorong seperti gambar! SOAL UN FISIKA 010-011 PAKET B 1. Tebal balok diukur dengan menggunakan jangka sorong seperi gambar! 8 cm 9 cm Maka ebal balok adalah. a. 8,0 cm b. 8,5 cm c. 8,0 cm d. 9,00 cm e. 9,5 cm. 0 5 10 Perhaikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

MODUL 2. Gerak Berbagai Benda di Sekitar Kita

MODUL 2. Gerak Berbagai Benda di Sekitar Kita MODUL 2 MODUL 2 Gerak Berbagai Benda di Sekiar Kia i Kaa Penganar Dafar Isi Pendidikan kesearaan sebagai pendidikan alernaif memberikan layanan kepada mayaraka yang karena kondisi geografis, sosial budaya,

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

Fisika Proyek Perintis I Tahun 1979

Fisika Proyek Perintis I Tahun 1979 Fisika Proyek Perinis I Tahun 1979 PPI-79-01 Tahanan paling yang dapa diperoleh dari kombinasi 4 buah ahanan yang masing-masing nya 10 ohm, 20 ohm, 25 ohm dan 50 ohm, adalah 4,76 ohm B. 20 ohm. 25 ohm

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari 2014 LAORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Luvia, Imroaul Maghfiroh, Rana Dewi Kumalasari Laboraorium Fisika Maerial Jurusan Fisika, Deparemen Fisika

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI Dsen: Tim Dsen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinemaika Mempelajari gerak maeri anpa melibakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi INTI ATOM A. STRUKTUR INTI

FISIKA. Sesi INTI ATOM A. STRUKTUR INTI FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN Sesi NGAN INI AOM A. SRUKUR INI Aom adalah bagian erkecil dari suau maeri yang masih memiliki sifa dasar maeri ersebu. Aom erdiri dari parikel-parikel subaom,

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

BAB MOMENTUM DAN IMPULS

BAB MOMENTUM DAN IMPULS 1 BAB MOMENTUM DAN IMPULS Conoh 8.1 Sebuah benda bermassa 5 kg yang bergerak dengan kecepaan 3 m/s ke arah imur dikenai gaya yang menyebabkan kecepaannya berubah menjadi 7 m/s dalam arah semula. Tenukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

[1.7 Hukum Kekekalan Energi]

[1.7 Hukum Kekekalan Energi] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 07 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [FISIKA] [.7 Hukum Kekekalan Eneri] [Susilo] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 07 .7

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

adalah. A. 1,3 x 10-7 m D. 6,7 x 10-7 m B. 2;2 x lo -7 m E. 10,0 x lo -7 m C. 3,3 x lo -7 m

adalah. A. 1,3 x 10-7 m D. 6,7 x 10-7 m B. 2;2 x lo -7 m E. 10,0 x lo -7 m C. 3,3 x lo -7 m 1. Dalam suau percobaan celah ganda Young jarak pisah y anara pia erang ke sau dan pia erang pusa adalah 0,0240 m, keika cahaya yang digunakan mempunyai panjang gelombang 4800 A. Jarak pisah y keika cahaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI GELOMBANG, INTERFERENSI DAN INTERFEROMETER SAGNAC

BAB 2 TEORI GELOMBANG, INTERFERENSI DAN INTERFEROMETER SAGNAC BAB TORI GOMBANG, INTRFRNSI DAN INTRFROMTR SAGNAC.1 Opik sebagai gelombang elekromagneik Berkas sinar monokromaik erkolimasi dengan polarisasi linier seperi erliha pada Gambar.1. Pada gambar ersebu komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

7/1/2008. Δvx. Carilah perpindahan, kecepatan rata rata dan laju rata rata

7/1/2008. Δvx. Carilah perpindahan, kecepatan rata rata dan laju rata rata 7//8 Mengunakan deekor ulrasonic Mengukur jarak suau objek dengan gelombang ulrasonic Bagaimana cara kerjana? Sensor memancarkan pulsa ulrasonic Mengukur waku anara dipancarkan dan dierima Mengukur jarak

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA. Metode naik tangga yang diterapkan pada model robot tugas akhir ini, yaitu

BAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA. Metode naik tangga yang diterapkan pada model robot tugas akhir ini, yaitu BAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA 3.1 Gambaran Umum Robo Meode naik angga yang dierapkan pada model robo ugas akhir ini, yaiu meode karol dan rasio diameer roda-inggi anak angga/undakan. Gambar 3.1 Ilusrasi

Lebih terperinci

B a b. Aplikasi Dioda

B a b. Aplikasi Dioda Aplikasi ioda B a b 2 Aplikasi ioda Seelah mengeahui konsruksi, karakerisik dan model dari dioda semikondukor, diharapkan mahasiswa dapa memahami pula berbagai konfigurasi dioda dengan menggunkan model

Lebih terperinci

BAB III TITIK BERAT A. TITIK BERAT

BAB III TITIK BERAT A. TITIK BERAT BAB III TITIK BERAT A. TITIK BERAT Dua benda bermassa m dan m 2 dihubungkan dengan baang kecil yang massanya diabaikan (gambar 2). Gaya F diberikan deka dengan m. Ternyaa sisem berpuar erhadap suau iik

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Tryout SBMPTN. Fisika. 2 v

Tryout SBMPTN. Fisika. 2 v Tryou SBMPTN Fisika Doc. Name: TOSBMPTN1FIS Doc. ersion : 216-5 halaman 1 m v H 1/ 2m θ 1 2 v Dua meriam menembak bersamaan. Massa bola meriam yang diembakan dari anah seengah kali massa bola meriam yang

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 Maa Pelajaran : I P A Kelas : VII ( TUJUH ) Hari, anggal : Kamis, 12 Juni 2008 Waku : 90 Meni PETUNJUK UMUM:

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB VI SUHU DAN KALOR

BAB VI SUHU DAN KALOR BAB VI SUHU DAN KALOR STANDAR KOMPETENSI : 5. Meneapkan konsep dan prinsip kalor, konservasi energi dan suber energi dengan berbagai perubahannya dala esin kalor. Kopeensi Dasar : 5.1 Melakukan percobaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1988

Fisika EBTANAS Tahun 1988 Fisika TANAS Tahun 1988 TANAS-88-01 Dua buah kapasior masing-masing mempunyai kapasias µf dan 4 µf dirangkai seri. Kapasias pengganinya A. 1 µf. 6 1 µf 3 µf 4 C. D. 4 µf 3. 6 µf TANAS-88-0 Gaya gerak lisrik

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

ROTASI (PUTARAN) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOMETRI TRANSFORMASI yang diampuh oleh Ekasatya Aldila A., M.Sc.

ROTASI (PUTARAN) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOMETRI TRANSFORMASI yang diampuh oleh Ekasatya Aldila A., M.Sc. ROTSI (UTRN) Diajukan unuk memenuhi ugas maa kuliah GEOMETRI TRNSFORMSI yang diampuh oleh Ekasaya ldila., M.Sc. Di susun oleh: NIM: SEKOLH TINGGI KEGURUN DN ILMU ENDIDIKN (STKI) GRUTJl. ahlawan No. 32

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR PERAMBATAN KALOR

SUHU DAN KALOR PERAMBATAN KALOR SUHU DAN KALOR PERAMBATAN KALOR OLEH : Ir. ARIANTO PENGERTIAN SIFAT TERMAL ZAT PENGUKURAN SUHU MACAM TERMOMETER JENIS TERMOMETER PEMUAIAN PANJANG PEMUAIAN LUAS PEMUAIAN VOLUME ANOMALI AIR CONTOH SOAL 1

Lebih terperinci

Bab 8 Fisika Inti dan Radioaktivitas

Bab 8 Fisika Inti dan Radioaktivitas Bab 8 Fisika Ini dan dioakivias 8. Pendahuluan Sejauh ini ini aom dapa dianggap sebagai parikel yang memiliki massa dan bermuaan posiif. Sifa uama dari aom, molekul dan za pada semuanya dapa diliha dari

Lebih terperinci

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka N. 4 Bandung 0. 414714 Fax. 0. 4587 hp//: www.smasanaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yah.c.id MODUL BAB 1 Page 1 f

Lebih terperinci

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Mobil Robo Mobil robo adalah robo yang memiliki kemampuan unuk berpindah empa mobiliy, mobil robo yang bergerak dari posisi awal ke posisi yang diinginkan, suau sisem

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci