DINAMIKA KETERKAITAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA, : Pendekatan Rasmussen's Dual Criterion ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DINAMIKA KETERKAITAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA, : Pendekatan Rasmussen's Dual Criterion ABSTRAK"

Transkripsi

1 J. Bak dan Rset Sosek KP. Vol.5 No.1, DINAMIKA KETERKAITAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA, : Pendekatan Rasmussen's Dual Crteron 1 Taern, Manadyanto dan Sastrawdaa 1 Penelt pada Bala Besar Rset Sosal Ekonom Kelautan dan Perkanan Jl. KS Tubun Petamburan VI Jakarta Telp. (021) , Fax. (021) Dterma 17 Maret Dsetuu 19 Aprl 2010 ABSTRAK Kelautan dan perkanan merupakan sektor yang potensal sebaga tumpuan (prme mover) pembangunan ekonom. Kaan n dlakukan dengan tuuan mengetahu dnamka dan poss keterkatan sektor kelautan dan perkanan dalam perekonoman Indonesa. Data yang dgunakan adalah data sekunder yang bersumber dar Tabel Input-Output Kelautan dan Perkanan Tahun 1995, 2000 dan Analss keterkatan dlakukan dengan menggunakan model Input-Output dengan pendekatan Rasmussen's Dual Crteron. Hasl kaan menunukkan bahwa selama perode , ndeks kepekaan dan daya penyebaran dar sub sektor yang tercakup dalam sektor kelautan dan perkanan mengalam konds yang dnams. Selan tu, sub sektor sub sektor tersebut selama perode analss hanya menempat poss dalam kelompok potensal dan kelompok kurang berkembang. Berkatan dengan temuan n, dperlukan dukungan kebakan nvestas, kebakan klm usaha dan kebakan lannya yang secara terntegras mampu menngkatkan keterkatan sektor kelautan dan perkanan dengan lebh nyata dalam perekonoman Indonesa, sehngga possnya menngkat menad sektor unggulan. Kata Kunc: keterkatan, sektor kelautan dan perkanan, model Input-Output Abstract : Lnkages Dynamcs of the Marne and Fsheres Sector n Indonesan Economcs, :Rasmussen's Dual Crteron Approach. By: Taern, Manadyanto and Sastrawdaa Marne and fsheres sector s emergng as a potental sector and prme mover for economc development. Ths study s an evaluaton of the dynamcs and lnkages poston of marne and fshery sector n Indonesa economy. Ths study used secondary data whch are derved from Input-Output Tables of Marne and Fsheres n 1995, 2000 and It appled the Input-Output model wth Rasmussen's dual Crteron approach for lnkage analyss. The results showed dynamc stuaton of senstvty and dsperson of marne and fsheres sector durng perod of , whch can be categorzed as a potental groups and less developed groups. Ths study found that the requrement of nvestment, busness clmate and other related polces to ncrease more sgnfcantly marne and fsheres sector n Indonesan economcs, whch lead to prme mover sector. Keywords: lnkages, marne and fsheres sector, nput-output model

2 -- 98 Dnamka Keterkatan Sektor Kelautan... Perekonoman Indonesa ( Taern, Manadyanto dan Sastrawdaa) I. PENDAHULUAN daya kelautan dan perkanan cukup potensal untuk dkembangkan namun d ss lan sumber Sumber daya kelautan dan perkanan, daya tersebut mash belum bermanfaat besar sebagamana sumber daya alam lannya bag para phak yang terlbat d dalamnya, merupakan aset negara yang dapat sepert nelayan dan masyarakat pessr (Fauz, memberkan sumbangan berart bag 2005). keseahteraan suatu bangsa (wealth of naton) Lebh lanut Fauz (2005) menelaskan (Fauz, 2005). Melalu kebakan pengelolaan bahwa berdasarkan analss sepntas, dan upaya pemanfaatan sumber daya terdapat dua faktor utama yang menad tersebut secara tepat, Indonesa sebaga sandungan bag pengembangan perkanan d negara dengan potens sumber daya kelautan luar konteks sumber daya alam tu sendr. d a n p e r k a n a n y a n g b e s a r d a p a t Pertama, faktor struktural berupa hambatan menempatkan sektor kelautan dan perkanan kelembagaan bag nelayan untuk mobltas sebaga tumpuan pembangunan ekonom vertkal. Hal tu terlhat dar kelembagaan berbass sumber daya alam (resource based pemasaran maupun kelembagaan usaha economy). Hal tersebut ddasarkan pada produks yang kurang kondusf bag nelayan pertmbangan: (a) kapastas supla besar, mengembangkan usahanya. Kedua, faktor sementara permntaan terus menngkat; (b) tekns yang terkat dengan lemahnya umumnya output dapat dekspor, sedangkan permodalan yang menyebabkan rendahnya nput berasal dar sumber daya lokal; (c) dapat produktvtas dan pendapatan nelayan. Selan membangktkan ndustr hulu dan hlr yang tu, hal tersebut dsebabkan pula oleh besar, sehngga menyerap tenaga kera cukup beberapa faktor lan, sepert yang banyak; (d) umumnya berlangsung d daerah; dsampakan Dahur (2003), Pertama, dan (e) ndustr perkanan, boteknolog dan kemampuan pemerntah dan masyarakat parwsata bahar bersfat dapat dperbaharu dalam mengoptmalkan potens wlayah pessr (renewable resources), sehngga mendukung dan lautan d Indonesa yang mash rendah pelaksanaan pembangunan berkelanutan dbandngkan negara-negara lan yang (Murnnngtyas, 2005). memlk gars panta lebh kecl dar Indonesa. Selan tu, dengan konds sepert d atas, Kedua, ntroduks teknolog baru dalam sektor sektor kelautan dan perkanan semestnya kelautan dan perkanan mash tergolong menad arus utama (man stream) dalam rendah dan memerlukan baya yang mahal. kebakan pembangunan nasonal, terutama Ketga, sstem kelembagaan (fnansal, yang dlakukan dengan memperbesar ekonom, sosal dan poltk) yang belum kapastas atau deraat keterkatannya dalam mendukung pembangunan sektor kelautan k e g a t a n p e r e k o n o m a n n a s o n a l dan perkanan. (Kusumastanto, 2002). Namun sayangnya, Menghadap fenomena dametrkal konds emprs ustru menunukkan bahwa tersebut, reorentas kebakan pembangunan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya d nasonal yang bertumpu pada kekuatan sektor kelautan dan perkanan mash belum sumber daya kelautan dan perkanan optmal dalam penngkatan pendapatan merupakan konseps yang sangat strategs nasonal dan penngkatan keseahteraan dalam rangka menngkatan pembangunan rakyat, atau dapat dkatakan bahwa perekonoman nasonal (Kusumastanto, pembangunan sektor kelautan dan perkanan 2002). Hal n dantaranya ddukung oleh fakta d Indonesa menghadap stuas dametrkal. bahwa ka dka secara keseluruhan, sektor Dalam konds demkan, terdapat dualsme kelautan dan perkanan merupakan sektor fenomena dalam ndustr kelautan dan yang memberkan kontrbus yang tergolong perkanan Indonesa. D satu ss, sumber besar terhadap perkonoman nasonal.

3 J. Bak dan Rset Sosek KP. Vol.5 No.1, Sepert terlhat dar nla produk domestk bruto Perkanan tahun 1995, 2000 dan Ketga (PDB) sektor kelautan dan perkanan atas tabel tersebut merupakan bagan dar kegatan dasar harga berlaku seak tahun 1995 Rset Peran Sektor Kelautan dan Perkanan memperlhatkan penngkatan. Pada tahun d a l a m P e r k a n a n I n d o n e s a y a n g 1995, PDB sektor kelautan dan perkanan dlaksanakan oleh Bala Besar Rset Kelautan dketahu sektar 12,38% dar PDB nasonal, dan Perkanan (BBRSEKP) tahun dan pada tahun 2000, menngkat menad Dalam pelaksanaan analss, masng- sektar 20,05% dar PDB nasonal. masng Tabel Input-Output Kelautan dan Penngkatan PDB kembal terad tahun 2005 Perkanan (IOKP) dlakukan pengklasfkasan menad sektar 22,23% (Dolah dar Tabel kembal (reclasfcaton) dar 128 x 128 sektor Input-Output BPS, 1997; 2004; dan 2007). menad 8 x 8 sektor. Pengklasfkas kembal Secara teorts, upaya yang dapat tersebut dlakukan dengan cara mengagregas dlakukan untuk menngkatkan peran nyata beberapa sektor namun dengan tetap suatu sektor (termasuk sektor kelautan dan menaga nla-nlanya sehngga mash perkanan) dalam suatu perekonoman merupakan tabel nput-output nasonal dantaranya melalu penumbuhan keterkatan dengan komponen yang mencakup dua sektor tersebut dalam menark dan kelompok besar, yatu: (1) Kelompok sektor mendorong sektor-sektor lannya dalam kelautan dan perkanan; dan (2) Kelompok kegatan ekonomnya. Keterkatan n member sektor lannya d luar sektor kelautan dan petunuk seauhmana pertumbuhan suatu perkanan. Kelompok sektor kelautan dan sektor mempengaruh atau dpengaruh perkanan, dalam hal n melput tuuh buah pertumbuhan sektor-sektor lannya. Semakn sub sektor, yatu: sub sektor perkanan, sub tngg keterkatannya dalam suatu sektor pertambangan laut, sub sektor ndustr perekonoman, semakn besar perannya hasl laut dan perkanan; sub sektor angkutan dalam menngkatkan pertumbuhan output (pro laut, sub sektor parwsata bahar, sub sektor growth), pendapatan masyarakat (pro poor) bangunan kelautan dan perkanan; dan sub dan kesempatan kera (pro ob) (Sregar, 1993; sektor asa kelautan dan perkanan lannya. Daryanto, 2000; Jhngan, 2003; Nkuluw, Untuk menaga konsstens pembahasan dan 2005). menyederhanakan proses pengolahan Tabel Berkenaan dengan hal tersebut, IOKP, masng-masng sub sektor tersebut dperlukan nformas yang memada dan dtempatkan sebaga sektor. meyaknkan segenap pelaku ekonom mengena peran sektor kelautan dan Metoda Analss perkanan dalam perekonoman bak secara Analss dlakukan dengan menggunakan keseluruhan maupun sektoral. Untuk tu, model nput-output untuk mengukur atau kaan n dlakukan dengan tuuan mengetahu menganalss keterkatan antar sektor dalam seauhmana dnamka keterkatan sektor perekonoman. Analss keterkatan dgunakan kelautan dan perkanan serta peta dan untuk mengetahu besarnya tngkat pergeseran possnya dalam perekonoman keterkatan suatu sektor terhadap lannya. Indonesa selama perode tahun Keterkatan semacam n sangat berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonom II. METODOLOGI sektor tertentu atau pun keseluruhan sektor dalam perekonoman (Mler dan Blar, 1985; Jens dan Sumber Data dan Lahr dan Detzenbacher, 2001). Jens data yang dgunakan dalam kaan Berdasarkan pendekatan model nputn adalah data sekunder yang dperoleh dar output, secara umum terdapat dua ens Tabel Input-Output Sektor Kelautan dan keterkatan antar sektor dalam perekonoman,

4 - 100 Dnamka Keterkatan Sektor Kelautan... Perekonoman Indonesa ( Taern, Manadyanto dan Sastrawdaa) yatu: keterkatan ke depan (forward lnkages) dan keterkatan ke belakang (backward lnkages). Namun kemudan, masng-masng keterkatan dbag ke dalam hubungan yang langsung dan tdak langsung, sehngga terbag menad empat ens, yatu: (1) Keterkatan langsung ke depan; (2) Keterkatan langsung ke belakang; (3) Keterkatan tdak langsung ke depan; dan (4) Keterkatan tdak langsung ke belakang (Mller dan Blar, 1985; Nazahara, 1997). Keterkatan langsung ke belakang menunukkan berapa banyak nput yang berasal dar produks berbaga sektor yang dpaka oleh suatu sektor dalam proses produks. Besaran n ddapat dengan menumlahkan menurut kolom atau secara vertkal dar matrks koefsen teknolog ( a = x /X ) dengan formula: 8 x 8 1 a D...(1) X 1 dmana: D = Koefsen keterkatan langsung ke belakang sektor /Coeffcent of backward lnkage of sector x = P e r m n t a a n a n t a r a u n t u k menghaslkan output sektor /Intermedary demand to produce output of sector X = Total output sektor / Output total of sector Keterkatan langsung ke depan menunukkan banyaknya output suatu sektor yang dgunakan oleh sektor lan sebaga nput. Besaran n dperoleh dengan menumlahkan elemen-elemen dalam satu bars dar tabel transaks antar sektor kemudan dbag dengan total output sektor tersebut, atau dperoleh dengan menumlahkan elemen-elemen koefsen teknolog (a =x /X ) menurut bars, dengan formula: 8 x 8 1 a D...(2) X 1 dmana: D = Koefsen keterkatan langsung ke depan sektor / Coeffcent of foreward lnkage of sector x = P e r m n t a a n a n t a r a u n t u k menghaslkan output sektor / Intermedary demand to produce output of sector X = Total output sektor I/ Output total of sector Keterkatan tdak langsung ke belakang menyatakan akbat dar suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyedakan nput antara, bak secara langsung maupun tdak langsung per unt kenakan permntaan akhr. Keterkatan n uga menunukkan kekuatan suatu sektor dalam mendorong penngkatan produks seluruh sektor perekonoman, atau seberapa besar permntaan akhr suatu sektor dapat menngkatkan total output seluruh sektor perekonoman. Besaran n dperoleh dengan menumlahkan menurut kolom elemen-elemen -1 nvers Leontef, (I-A) atau b. 8 Z...(3) b 1 dmana: Z = Koefsen tdak langsung ke belakang sektor / coeffcnet of ndrect backward lnkages of sector b = Unsur-unsur matrks nvers Leontef, -1 (I-A) sektor / elements of Leontef -1 nvers matrcs (I-A) of sector I = Matrks denttas/ dentty matrc A = Matrks koefsen teknolog/ matrcs of technologcal coeffcent Keterkatan tdak langsung ke depan (atau dsebut uga sebaga keterkatan langsung dan tdak langsung ke depan) menyatakan akbat dar suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut bak secara langsung

5 J. Bak dan Rset Sosek KP. Vol.5 No.1, maupun tdak langsung per unt penngkatan (dsperson power ndex). Masng-masng permntaan akhr. Koefsen keterkatan n ndeks tersebut dapat delaskan sebaga uga menunukkan seberapa besar sesuatu berkut: sektor dapat memenuh permntaan akhr dar seluruh sektor perekonoman. Besaran n Indeks Efek Kepekaan Penyebaran dperoleh dengan menumlahkan menurut Daya penyebaran menunukkan bars elemen-elemen matrks nvers Leontef, kemampuan suatu sektor untuk menark -1 (I-A) atau b. pertumbuhan sektor hulunya. Indeks daya penyebaran dtentukan sebaga berkut: 8 1 Z b...(4) Z U n 1 1 n...(5) Z 2 n 1 dmana: Z = Koefsen tdak langsung ke depan dmana: sektor / Coeffcnet of ndrect U = Indeks daya penyebaran/ Indexs of foreward lnkages of sector dsperson power b = Unsur-unsur matrks nvers Leontef, -1 (I-A) sektor / Elements of Leontef -1 nvers matrcs, (I-A) of sector I I = Matrks ndenttas/ Identty matrc A = Matrks koefsen teknolog/ Matrcs of technologcal coeffcent Analss keterkatan dalam kaan n dlakukan berdasarkan pendekatan Rasmussen's Dual Crteron (Daryanto, 2000). Dua krtera dar pendekatan n dmaksudkan sebaga penggunaan: (1) Krtera keterkatan ke belakang (backward lnkages); dan (2) Krtera keterkatan ke depan (foreward lnkages). Pemberlakuan kedua krtera tersebut masng-masng dgunakan dalam katannya dengan pengukuran ndeks keluasan dan ndeks penyebaran. Hasl penghtungan ndeks keluasan pada dasarnya merupakan tahap awal dan s e b a g a p e n d u k u n g d a l a m p r o s e s penghtungan ndeks penyebaran. Oleh karena tu, dalam pemaparan tulsan n, penggunaan pendekatan Rasmussen's Dual Crteron tersebut secara langsung dtamplkan pada ndeks daya penyebarannya saa, yang dalam hal n melput: (1) Indeks penyebaran (yang terbag menad ndeks kepekaan penyebaran (dsperson senstvty ndex); dan (2) Indeks daya penyebaran Z = Nla keterkatan langsung dan tdak langsung ke belakang/ Value of drect and ndrect backward lnkage n = Jumlah sektor/ Amount of sector Indeks Daya Penyebaran Kepekaan penyebaran menunukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor hlrnya. Indeks kepekaan penyebaran dtentukan sebaga berkut: U 1 Z n 1 2 n n Z 1...(6) dmana: U = Indeks daya penyebaran/ Indexs of dsperson power Z = Nla keterkatan langsung dan tdak langsung ke belakang/ Value of drect and ndrect backward lnkage n = Jumlah sektor/ Amount of sector Krtera: (1) Apabla sub sektor memlk ndeks daya penyebaran lebh besar dar satu berart menunukkan dampak penyebaran sub sektor tersebut d atas rata-rata daya

6 Dnamka Keterkatan Sektor Kelautan... Perekonoman Indonesa ( Taern, Manadyanto dan Sastrawdaa) penyebaran secara keseluruhan dalam perkembangan sektor lannya melalu perekonoman, yang berart pula bahwa mekansme transaks pasar nput dapat sub sektor tersebut memlk kemampuan dtunukkan melalu daya penyebaran. yang tngg dalam menark sektor Analss mengena bagamana dnamka hulunya. Sebalknya apabla memlk ndeks kepekaan dan daya penyebaran ndeks daya penyebaran lebh kecl dar masng-masng sub sektor yang tercakup satu. dalam sektor kelautan dan perkanan dapat (2) Apabla sub sektor yang memlk ndeks durakan pada penelasan berkut. kepekaan penyebaran lebh besar dar satu berart menunukkan dampak - Dnamka Indeks Kepekaan Penyebaran penyebaran sub sektor tersebut d atas Dar Tabel 1 terlhat bahwa terdapat rata-rata kepekaan penyebaran secara empat sub sektor dar tuuh sub sektor yang keseluruhan dalam perekonoman, yang tercakup sektor kelautan dan perkanan yang berart sub sektor tersebut memlk secara konssten selama perode 1995, 2000 kemampuan yang tngg dalam dan 2005 memlk ndeks kepekaan mendorong sektor hlrnya. Sebalknya penyebaran yang lebh besar dar rata-rata apabla memlk ndeks daya penyebaran keseluruhan sektor dalam perekonoman, lebh kecl dar satu. yatu sub sektor ndustr hasl laut dan perkanan, angkutan laut, parwsata bahar Pengelompokkan Poss Sektor dan bangunan kelautan dan perkanan, Berdasarkan ndeks daya penyebaran kecual pada tahun 2000 untuk sub sektor dan ndeks kepekaan penyebaran d atas, parwsata bahar yang memlk ndeks yang masng-masng sub sektor dar sektor kelautan lebh rendah dar keseluruhan sektor dalam dan perkanan dklasfkaskan menad: perekonoman. Hal n mengndkaskan (1) Kelompok Unggulan, yatu kelompok sub bahwa pada tahun 2000, keempat sub sektor sektor dengan daya penyebaran dan tersebut pada perode 1995, 2000 dan 2005 kepekaan penyebaran yang tngg. memlk kemampuan mendorong sektor (2) Kelompok Jenuh, yatu kelompok sub hlrnya, kecual sub sektor parwsata bahar sektor dengan daya penyebaran tngg pada tahun 2000 kurang memlk kemampuan tetap kepekaan penyebarannya rendah. mendorong sektor hlrnya. (3) Kelompok potensal, yatu kelompok sub Sementara tu, tga sub sektor lannya sektor dengan daya penyebaran rendah (sub sektor perkanan, pertambangan laut dan tetap kepekaan penyebarannya tngg. asa kelautan dan perkanan lannya) selama (4) Kelompok kurang berkembang, yatu perode memlk ndeks kepekaan kelompok sub sektor dengan daya penyebaran yang lebh rendah dar satu (<1) penyebaran dan kepekaan penyebaran atau kurang mampu mendorong sektor yang rendah. hlrnya, kecual pada tahun 2000 untuk sub sektor asa kelautan dan perkanan lannya III. HASIL DAN PEMBAHASAN yang memlk ndeks lebh besar dar satu (>1) atau mampu menark sektor hlrnya. Hal n Dnamka Indeks Kepekaan dan Daya berart bahwa untuk sub sektor asa kelautan Penyebaran dan perkanan lannya, ketga sub sektor Informas tentang tngkat kepekaan suatu tersebut pada perode 1995, 2000 dan 2005 sektor terhadap perubahan yang terad pada memlk kepekaan penyebaran d bawah ratasektor ekonom lannya melalu pasar output rata keseluruhan sektor dalam perekonoman dsebut kepekaan penyebaran, sedangkan Indonesa atau kurang mampu mendorong nformas tentang dstrbus manfaat sektor hlrnya, kecual untuk sub sektor asa pengembangan suatu sektor terhadap kelautan dan perkanan lannya pada tahun

7 J. Bak dan Rset Sosek KP. Vol.5 No.1, Tabel 1. Dnamka Indeks Kepekaan Penyebaran Sektor Kelautan dan Perkanan dalam Perekonoman Indonesa, Tahun Tabel 1. Dynamc of Dsperson Senstvty Index of Marne and Fsheres Sector n Indonesan Economy, Year Sub Sektor/ Sub Sectors Indeks Kepekaan Penyebaran/ Indexs of Dsperson Senstvty Perubahan/ Changes (%) Kecenderungan/ Trends ( ) Perkanan/ Fsheres Fluktuatf Menngkat/ Increasng Fluctuaton Pertambangan Laut/ Mnng of Ocean Fluktuatf Menngkat/ Increasng Fluctuaton Industr Hasl Laut dan Perkanan/ Ocean and Fsheres Industry Product Fluktuas Menngkat/ Increasng Fluctuaton Angkutan Laut/Marne Transportaton Konssten Menngkat/ Increasng Consstent Parwsata Bahar/ MarneToursm Fluktuatf Menngkat/ Increasng Fluctuaton Bangunan Kelautan dan Perkanan/ Fluktuatf Menurun/ Marne and Fsheres Constructon Decreasng Fluctuaton Jasa Kelautan dan Perkanan Lannya/ Servcs Other Fluktuatf Menurun/ Decreasng Fluctuaton Sumber: Hasl Pengolahan Data Tabel Input-Output Kelautan dan Perkanan Tahun 1995, 2000 dan 2005 Sources: Data Processng Output from Input-Output Table of Mafrne and Fshefres 1995, 2000 and memlk ndeks kepekaan penyebaran d perkanan (masng-masng sebesar angkutan atas rata-rata keseluruhan sektor dalam laut dan bangunan kelautan dan perkanan). perekonoman atau mampu mendorong sektor Sedangkan selama perode , hlrnya. terdapat lma sub sektor yang mengalam Selanutnya dar Tabel 1 dapat dketahu perubahan ndeks kepekaan penyebaran pula dnamka ndeks kepekaan penyebaran yang postf. Perubahan postf terbesar sub sektor sub sektor yang tercakup dalam dalam sub sektor parwsata bahar (22,46), sektor kelautan dan perkanan, selama kemudan dsusul oleh sub sektor perkanan, perode ddomnas perubahan pertambangan laut, ndustr hasl laut dan yang negatf, dan berbeda dengan selama perkanan dan angkutan laut. perode yang ddomnas Bla dlhat menurut kecenderungan perubahan yang postf. Selama perode perubahan ndeks kepekaan penyebaran 2000, terdapat empat dar tuuh sub sektor selama perode pengamatan ( ), yang mengalam perubahan negatf pada terdapat satu sub sektor dar sektor kelautan ndeks kepekaan penyebarannya, yatu sub dan perkanan yang mengalam perubahan sektor parwsata bahar, pertambangan laut, dengan kecenderungan yang menngkat, yatu perkanan dan ndustr hasl laut dan sub sektor angkutan laut; sedangkan enam perkanan. Ssanya mengalam perubahan sub sektor lannya (perkanan, pertambangan ndeks kepekaan penyebaran yang postf. laut, ndustr hasl laut dan perkanan, Perubahan postf terbesar dalam sub parwsata bahar, bangunan kelautan dan sektor asa kelautan dan perkanan lannya perkanan dan asa kelautan dan perkanan (34,64%), kemudan dsusul sub sektor lannya) mengalam kecenderungan angkutan laut dan bangunan kelautan dan

8 Dnamka Keterkatan Sektor Kelautan... Perekonoman Indonesa ( Taern, Manadyanto dan Sastrawdaa) Tabel 2. Dnamka Indeks Daya Penyebaran Sektor Kelautan dan Perkanan dalam Perekonoman Indonesa, Tabel 2. Dynamc of Dperson Power Indexs of Marne and Fsheres Sector n Indonesan Economy, Year SUB SEKTOR/ SUB SECTORS Indeks Daya Penyebaran/ Indexs of Dsperson Power Perubahan/ Changes (%) Kecenderungan/ Trends ( ) Perkanan/ Fsheres Fluktuatf menngkat/ Increasng fluctuaton PertambanganLaut/ Mnng of Ocean Konssten Menngkat/ Increasng consstent Industr Hasl Laut dan Perkanan/ Ocean and Fsheres Industry Fluktuatf menurun/ Decreasng fluctuaton Angkutan Laut/ Ocean Transportaton Konssten menurun/ Decreasng consstent Parwsata Bahar/ Marne Toursm Fluktuatf menngkat/ Increasng fluctutaon Bangunan Kelautan dan Perkanan/ Marne and Fsheres Constructon Jasa Kelautan dan Perkanan Lannya/ Servces Order Fluktuatf menngkat/ Increasng fluctuaton Fluktuatf menngkat/ Increasng fluctutaton Sumber: Hasl Pengolahan Data Tabel Input-Output Kelautan dan Perkanan Tahun 1995, 2000 dan 2005 Sources: Data Processng Output from Input-Output Table of Marne and Fsheres 1995, 2000 and 2005 penyebaran terdapat beberapa ndeks-nya yang lebh besar dar satu atau d atas rata-rata n d e k s k e s e l u r u h a n s e k t o r d a l a m perekonoman (sebagamana delaskan pada uraan d atas), maka tdak demkan dengan dnamka ndeks daya penyebaran sektor kelautan dan perkanan karena keseluruhan sub sektornya memlk ndeks yang lebh rendah dar satu. Hal tersebut berart bahwa pada perode 1995, 2000 dan 2005, masng- masng sub sektor yang tercakup dalam sektor kelautan dan perkanan memlk daya penyebaran d bawah rata-rata keseluruhan sektor dalam perekonoman Indonesa. Hal tersebut mengndkaskan bahwa semua sub sektor yang tercakup dalam sektor kelautan dan perkanan (perkanan, pertambangan laut, ndustr hasl laut dan perkanan, angkutan perubahan yang fluktuatf, namun dengan kecenderungan perubahan fluktuatf yang b e r b e d a. S u b s e k t o r p e r k a n a n, pertambangan laut, ndustr hasl laut dan perkanan dan parwsata bahar memlk perubahan fluktuatf dengan kecenderungan yang menngkat, sedangkan sub sektor bangunan kelautan dan perkanan dan asa kelautan dan perkanan lannya memlk perubahan fluktuatf dengan kecenderungan yang menurun. Dnamka Indeks Daya Penyebaran Dar Tabel 2 terlhat fenomena dnamka ndeks daya penyebaran sektor kelautan dan perkanan selama perode berbeda dengan fenomena dnamka ndek kepekaan penyebarannnya. Bla pada ndek kepekaan

9 J. Bak dan Rset Sosek KP. Vol.5 No.1, laut, parwsata bahar, bangunan kelautan dengan kecenderungan yang menngkat, yatu dan perkanan dan asa kelautan dan sub sektor pertambangan laut; dan satu sub perkanan lannya) kurang memlk sektor yang mengalam perubahan menurun, kemampuan dalam menark sektor hlrnya. yatu sub sektor angkutan laut. Ssanya, lma Sama sepert halnya yang terad pada sub sektor lannya (perkanan, ndustr hasl dnamka ndeks kepekaan penyebaran sub laut dan perkanan, parwsata bahar, sektor sub sektor yang tercakup dalam bangunan kelautan dan perkanan dan asa sektor kelautan dan perkanan, selama kelautan dan perkanan lannya) mengalam perode dnamka ndeks daya kecenderungan perubahan yang fluktuatf. penyebaran ddomnas oleh perubahan yang Empat dar lma sub sektor n mengalam negatf, dan selama perode perubahan yang fluktuatf, namun dengan ddomnas oleh perubahan yang postf. kecenderungan yang menngkat, yatu: sub Selama perode , terdapat lma sub sektor perkanan, parwsata bahar, bangunan sektor yang mengalam perubahan negatf kelautan dan perkanan dan asa kelautan dan pada ndeks daya penyebarannya, yatu sub perkanan lannya. Sedangkan satu sub sektor bangunan kelautan dan perkanan sektor lag, yatu: sub sektor ndustr hasl laut (-8,53%), perkanan (-7,52%), parwsata dan perkanan yang mengalam perubahan bahar (-4,76%), angkutan laut (-2,565) dan yang fluktuatf dengan kecenderungan yang asa kelautan dan perkanan lannya (-1,63%). menurun. Dar kelma sub sektor tersebut, sub sektor bangunan kelautan dan perkanan merupakan Peta Poss Sektor Kelautan dan Perkanan dua sub sektor yang mengalam perubahan Jka memperhatkan kombnas antara negatf (penurunan) ndeks daya penyebaran konds ndeks kepekaan penyebaran dan yang terbesar sepanang perode ndeks daya penyebaran yang dmlk oleh D sampng tu, terdapat dua sub sektor yang setap sub sektor yang tercakup dalam sector mengalam perubahan ndeks kepekaan kelautan dan perkanan, dar Gambar 1 dan penyebaran yang postf. Perubahan postf Tabel 3 dapat dketahu bahwa poss setap terbesar dalam sub sektor pertambangan laut sub sektor yang tercakup dalam sektor (9,10%), kemudan dsusul sub sektor ndustr kelautan dan perkanan hanya tersebar dalam hasl laut dan perkanan (3,15%). Sementara dua kelompok poss keterkatan dalam tu selama perode , hanya terdapat perekonoman Indonesa, yatu dalam dua sub sektor yang mengalam perubahan k e l o m p o k p o t e n s a l d a n k u r a n g yang negatf (menurun). Penurunan ndeks berkembang ; dan tdak satu pun dar sub daya penyebaran terbesar dalam sub sektor sector tersebut yang termasuk dalam ndustr hasl laut dan perkanan sebesar - kelompok unggulan. 5,96%, kemudan dsusul sub sektor angkutan Poss sub sektor yang termasuk dalam laut sebesar -1,88%. kelompok potensal pada tahun 1995 dan Lebh lanut untuk mengetahu 2005 terdr dar sub sektor ndustr hasl laut bagamana dnamka ndeks daya penyebaran dan perkanan, angkutan laut, parwsata sektor kelautan dan perkanan, dar Tabel 2 bahar dan bangunan kelautan dan dapat dlhat menurut kecenderungan perkanan., sedangkan sub sektor perkanan, perubahan ndeks tersebut selama perode pertambangan laut dan asa kelautan dan Berdasarkan perubahan ndeks perkanan lannya termasuk dalam kelompok tersebut dapat dketahu bahwa selama kurang berkembang. Pada tahun 2000, perode pengamatan , terdapat poss sub sektor parwsata bahar bertukar satu sub sektor dar sektor kelautan dan poss dengan asa kelautan dan perkanan perkanan yang mengalam perubahan lannya. Sub sektor parwsata bahar pada

10 Dnamka Keterkatan Sektor Kelautan... Perekonoman Indonesa ( Taern, Manadyanto dan Sastrawdaa) ndeks Kepekaan Pernyebaran/ Dsperson Senstvty Indexs I. Potensal/Potental II. Unggulan/Superor III. Kurang Berkembang/ IV. Jenuh/Saturated 0 Less Developed Indeks Daya Penyebaran/ Dsperson Power Indexs 2 Gambar/ Fgure 5(a) Poss/ Poston 1995 Remaks: 1. Fsheres (III) 2. Mnng of ocean (III) 3. Industry of ocean and fsheres product (I) 4. Ocean transportaton (I) 5. Marne toursm (I) 6. Marne and fsheres constructon (I) 7. Another marne and fsheres servces (III) Indeks Kepekaan Pernyebaran/ Dsperson Senstvty Indexs I. Potensal/Potental II. Unggulan/Superor III. Kurang Berkembang/ IV. Jenuh/Saturated 0 Less Developed Indeks Daya Penyebaran/ Dsperson Power Indexs 2 Gambar/ Fgure 5(b) Poss/ Poston 2000 Remaks: 1. Fsheres (III) 2. Mnng of ocean (III) 3. Industry of ocean and fsheres product (I) 4. Ocean transportaton (I) 5. Marne toursm (III) 6. Marne and fsheres constructon (I) 7. Another marne and fsheres servces (I) ndeks Kepekaan Pernyebaran/ Dsperson Senstvty Indexs I I. Potensal/Potental II. Unggulan/Superor III. Kurang Berkembang/ IV. Jenuh/Saturated 0 Less Developed Indeks Daya Penyebaran/ Dsperson Power Indexs Gambar/ Fgure 5(c) Poss/ Poston 2005 Remaks: 1. Fsheres (III) 2. Mnng of ocean (III) 3. Industry of ocean and fsheres product (I) 4. Ocean transportaton (I) 5. Marne toursm (I) 6. Marne and fsheres constructon (I) 7. Another marne and fsheres servces (III) Gambar 1. Peta Poss Sub Sektor Sub Sektor dar Sektor Kelautan dan Perkanan dalam Perekonoman Indonesa Tahun 1995, 2000 dan 2005 Fgure 1. Map of Marne Fsheres Sector Poston n Indonesan Economy, Year 1995, 2000 and 2005

11 J. Bak dan Rset Sosek KP. Vol.5 No.1, Tabel 3. Pengelompokan Sub Sektor - Sub Sektor dar Sektor Kelautan dan Perkanan dalam Poss Keterkatan Ekonom Indonesa, Table 3. Groupng Sub-Sectors from Marne and Fsheres Sector n Lnkage Poston of Indonesan Economy, INDEKS DAYA PENYEBARAN / DISPERSION POWER INDEXS Rendah/ Low (>1) Tngg/ Hgh (<1) I. Potensal/ Potental: II. Unggulan/ Superor : / INDEKS KEPEKAAN PENYEBARAN DISPERSION SENSITIVITY INDEXS T ngg/ Hgh (>1) Rendah/ Low (<1) - Industr Hasl Laut dan Perkanan/ Industry of ocean and fsheres product - Angkutan Laut/ Ocean transportaton - Parwsata Bahar/ Marne toursm - Bangunan Kelautan dan perkanan/ Marne and fsheres constructon - Industr Hasl Laut dan Perkanan/ Industry of ocean and fsheres product - Angkutan Laut / Ocean transportaton - Bangunan Kelautan dan Perkanan/ Marne and fsheres constructon - Jasa Kelautan Lannya/ Another servces of marne and fsheres III. Kurang Berkembang/ Less Expandng: - Perkanan/ Fsheres - Pertambangan Laut/ Mnng of marne - Jasa Kelautan Lannya/ Another servces of marne and fsheres - Perkanan/ Fsheres - Pertambangan Laut/ Mnng of marne - Parwsata Bahar/ Marne toursm - Industr Hasl Laut dan Perkanan/ Industry of ocean and fsheres product - Angkutan Laut / Ocean transportaton - Parwsata Bahar / Marne toursm - Bangunan kelautan dan Perkanan/ Marne and fsheres constructon IV. Jenuh/ Saturated: - Perkanan/ Fsheres - Pertambangan Laut/ Mnng of marne - Jasa Kelautan Lannya/ Another servces of marne and fsheres Sumber: Hasl Pengolahan Data Tabel Input-Output Kelautan dan Perkanan, Tahun Sources: Data Processng Output from Input-Output Table of Mafrne and Fshefres 1995, 2000 and 2005 tahun 1995 termasuk dalam kelompok bangunan kelautan dan perkanan pada tahun potensal menad kurang berkembang pada 1995 dan 2005; dan poss sub sektor ndustr tahun Sebalknya sub sektor asa hasl laut dan perkanan, angkutan laut, kelautan dan perkanan lannya yang pada bangunan kelautan dan perkanan dan asa tahun 1995 termasuk dalam kelompok kurang kelautan dan perkanan lannya pada tahun berkembang menad potensal pada tahun 2000, masng-masng mempunya daya tark lebh tngg tetap dengan daya dorong lebh Sub sektor sub sektor yang termasuk rendah dar rata-rata semua sektor dalam dalam kelompok potensal pada tahun 2000 perekonoman. Sementara tu, untuk sub adalah: sub sektor ndustr hasl laut dan sektor perkanan, pertambangan laut dan asa perkanan, angkutan laut, bangunan kelautan kelautan dan perkanan lannya pada tahun dan perkanan dan asa kelautan dan ; dan sub sektor perkanan, perkanan lannya. Sementara sub sektor pertambangan laut dan parwsata bahar pada perkanan, pertambangan laut dan parwsata tahun 2000 masng-masng mempunya daya bahar termasuk dalam kelompok kurang tark dan daya dorong yang lebh rendah dar berkembang. rata-rata semua sektor dalam perekonoman Dengan konds tersebut, poss sub Indonesa. Untuk dapat mencapa poss sektor ndustr hasl laut dan perkanan, dalam kelompok unggulan, sub sektor - sub angkutan laut, parwsata bahar dan sektor yang termasuk dalam kelompok

12 Dnamka Keterkatan Sektor Kelautan... Perekonoman Indonesa ( Taern, Manadyanto dan Sastrawdaa) potensal harus menngkatkan daya spesfk antara yang satu dengan lannya penyebaran, sedangkan bag sub sektor - sub (Gambar 2.C, Gambar 2.D, 2.E). sektor yang termasuk dalam kelompok kurang Sepntas dar Gambar 2.C dan Gambar berkembang harus menngkatkan daya 2.D, kecenderungan pergeseran poss kepekaannya yang kemudan dkut keterkatan untuk sub sektor ndustr hasl laut penngkatan daya penyebarannya dan perkanan adalah mendekat sama, namun keduanya tampak berbeda dlhat dar Kecenderungan Pergeseran Poss Sektor lonakan pergeserannya pada saat menelang Kelautan dan Perkanan ke arah poss unggulan. Pada sub sektor Agar peluang sub sektor - sub sektor ndustr hasl laut dan perkanan tampak yang tercakup dalam sektor kelautan dan mengalam perlambatan, pada sub sektor perkanan dapat dupayakan menad sub angkutan laut tampak mengalam percepatan. sektor yang termasuk dalam kelompok Dengan demkan, meskpun keduanya samaunggulan, maka pada tahap awal perlu sama mengarah ke poss unggulan, namun dketahu bagamana pola kecenderungan sub sektor angkutan laut secara relatf memlk pergeseran poss keterkatan sub sektor- peluang menuu ke poss unggulan yang lebh sub sektor tersebut dalam perekonoman besar dbandng sub sektor ndustr hasl laut Indonesa. Secara dagramats, hal n dapat dan perkanan. dlhat pada Gambar 2. D ss lan, keduanya (sub sektor ndustr Dar Gambar 2 dapat dketahu bahwa hasl laut dan perkanan dan sub sektor selama perode terdapat tga pola angkutan laut) memlk perbedaan yang pergeseran poss keterkatan, yatu: (1) spesfk dengan pergeseran poss keterkatan pergeseran mengarah ke poss unggulan yang dmlk sub sektor parwsata bahar. (pola-1); (2) pergeseran mengarah ke poss Pergeseran keterkatan pada kedua sub potensal (pola-2); dan (3) pergeseran sektor tersebut menuu ke poss unggulan mengarah ke poss kurang berkembang (pola- terad secara konssten pada area poss 3). Pola-1 dan pola-2 menunukkan potensal, sedangkan pada sub sektor kecenderungan pola pergeseran poss parwsata bahar terad dengan terlebh keterkatan yang postf (membak), dalam hal dahulu masuk ke area poss kurang n dar poss potensal ke poss unggulan, dan berkembang dar poss potensal, baru dar poss kurang berkembang ke poss kemudan menngkat lag menuu ke poss potensal. Sedangkan pola-3 menunukkan unggulan. Hal n menunukkan bahwa kecenderungan pola pergeseran keterkatan peluang sub sektor parwsata bahar dalam yang negatf (memburuk), dalm hal n dar pergeserannya menuu ke arah poss poss potensal ke poss kurang berkembang. unggulan, secara relatf akan lebh rendah Pergeseran Poss Keterkatan dengan dbandng kedua sektor tersebut. Pola-1 Pergeseran Poss Keterkatan dengan Pergeseran poss keterkatan dengan Pola-2 pola-1 (membak, dar poss potensal Pergeseran dengan pola-2 (membak, mengarah ke poss unggulan) terad pada: (1) dar poss kurang berkembang mengarah ke sub sektor ndustr hasl laut dan perkanan; (2) poss potensal) terad pada: (1) sub sektor sub sektor angkutan laut; dan (3) sub sektor perkanan; dan (2) sub sektor pertambangan parwsata bahar. Meskpun termasuk dalam laut. Meskpun keduanya memlk pola pola pergeseran poss keterkatan yang sama, pergeseran yang sama, namun dlhat dar secara relatf pola-1 yang terad pada ketga proses pergeserannya menuu ke arah poss sub sektor tersebut memlk perbedaan yang potensal, secara relatf terdapat perbedaan d

13 J. Bak dan Rset Sosek KP. Vol.5 No.1, IDP I. Potensal/Potental II IDP I. Potensal/Potental II I K P I K P III. Kurang Berkembang/Less Developed IV III. Kurang Berkembang/Less Developed IV (2.A) Perkanan/Fshery (2.B) Pertambangan Laut/Sea Mnes I K P IDP I. Potensal/Potental III. Kurang Berkembang/Less Developed II. Unggulan/Superor IV I K P IDP I. Potensal/Potental II. Unggulan/Superor (2.C) Industr Hasl Laut dan Perkanan/ Seafood and Fshng Industry I K P IDP I. Potensal/Potental III. II. Unggulan/Superor IV I K P (2.D) Angkutan Laut/Sea Transportaton IDP I. Potensal/Potental III. Kurang Berkembang/Less Developed II IV (2.E) Parwsata Bahar/Marne Toursm I K P IDP I. Potensal/Potental III. Kurang Berkembang/Less Developed (2.G) Jasa Kelautan Lannya/Other Marne Servces II IV (2.F) Bangunan Kelautan dan Perkanan/ Buldng Marne and Fsheres Keterangan/ Remaks: I = Kelompok potensal/ Potental group II = Kelompok unggulan/ Superor group III = Kelompok kurang berkembang/ Less expandng group IV = Kelompok Jenuh/ Saturate group IKP = Indeks kepekaan penyebaran/ Dsperson senstvty ndex IDP = Indeks daya penyebaran / Dsperson power ndex Gambar 2. Kecenderungan Pergeseran Poss Sub Sektor Sub Sektor dar Sektor Kelautan dan Perkanan selama Perode Fgure 2. Shftng Sub-Sectors Poston Trends of Marne and Fsheres Sector durng

14 Dnamka Keterkatan Sektor Kelautan... Perekonoman Indonesa ( Taern, Manadyanto dan Sastrawdaa) antara keduanya (lhat Gambar 2.A dan kelautan dan perkanan secara keseluruhan Gambar 2.B). s e h n g g a p e r a n s e k t o r n d a l a m Untuk menuu poss potensal, pergesran perekonoman Indonesa ke depan dapat poss keterkatan sub sektor perkanan relatf terganggu. lebh bak (cepat) dbandngkan dengan sub Untuk memperbak knera keterkatan sektor pertambangan laut. Hal n tampak dar masng-masng sub sektror tersebut dalam d a r p e r u b a h a n n d e k s k e p e k a a n perekonoman Indonesa ke depan, perlu p e n y e b a r a n n y a y a n g l e b h t n g g damat beberapa kelemahan kedua sub dbandngkan sub sektor pertambangan laut. sektor tersebut dalam dnamka ndeks Konds n dapat menyebabkan peluang sub kepekaan penyebaran dan ndeks daya sektor perkanan untuk beralh poss dar penyebarannya. Dar Gambar 2.F terlhat kurang berkembang menad potensal relatf bahwa dalam kecenderungannya, pergeseran lebh besar dbandngkan peluang sub sektor poss keterkatan sub sektor bangunan pertambangan laut. kelautan dan perkanan berpotens mengarah Terlepas sub sektor yang mana yang ke poss kurang berkembang yang lebh lebh bak (berpeluang) menuu poss dsebabkan oleh semakn rendah ndeks daya potensal, bak sub sektor perkanan maupun penyebaran yang dkut oleh kurang baknya sub sektor pertambangan, keduanya adalah knera ndeks kepekaan penyebarannya sama-sama tengah mengarah kepada selama perode perubahan poss keterkatan yang lebh bak Sementara dar Gambar 2.G selama dalam perekonoman Indonesa. Oleh karena perode terlhat bahwa pergeseran tu, meskpun keduanya termasuk dalam poss poss keterkatan sub sektor asa kelautan dan kurang berkembang selama perode perkanan dan sub sektor bangunan kelautan 2005, namun keduanya memlk peluang yang dan perkanan relatf tdak mengalam bak untuk termasuk dalam poss potensal kemauan keterkatannya (relatf tetap dan kemudan pada masa mendatang berada dalam poss kurang berkembang) dharapkan dapat bergerak lebh bak lag dalam perekonoman Indonesa, kecual pada menempat poss unggulan dalam perode 2000 berada pada poss potensal. perekonoman Indonesa. Berdasarkan kecenderungan pergeseran poss sub sektor n, sepert terlhat pada Pergeseran Poss Keterkatan dengan Gambar 2.G, terlhat bahwa tdak dperolehnya Pola-3 kemauan poss keterkatan sub sektor asa Pergeseran dengan pola-3 (memburuk, kelautan dan perkanan tersebut, terutama dar poss potensal mengarah ke poss selama perode adalah lebh kurang berkembang) terad pada: (1) sub dsebabkan karena semakn melemahnya sektor bangunan kelautan dan perkanan; dan knera ndeks kepekaan penyebaran yang (2) sub sektor asa kelautan dan perkanan kurang dkut oleh penngkatan knera ndeks lannya. Pergeseran dengan pola-3 n daya penyebarannya dalam perekonoman merupakan pola pergeseran poss sektor Indonesa. yang tdak dharapkan oleh para pelaku ekonom bak prvat maupun publk. Hal n I V. K E S I M P U L A N D A N I M P L I K A S I karena keberadaan kedua sub sektor yang KEBIJAKAN mengalam pola-3 tersebut, yatu sub sektor bangunan kelautan dan perkanan dan sub Kesmpulan sektor asa kelautan dan perkanan lannya, 1. Selama perode sebagan besar secara langsung ataupun tdak langsung akan sub sektor yang tercakup dalam sektor mempengaruh knera keterkatan sektor kelautan dan perkanan secara konssten

15 J. Bak dan Rset Sosek KP. Vol.5 No.1, memlk ndeks kepekaan penyebaran d atas rata-rata semua sektor dalam perekonoman, atau mampu mendorong sektor hlrnya. Dnamka ndeks kepekaan penyebaran selama perode tersebut cenderung berubah secara fluktuatf menngkat. Sedangkan dnamka keterkatan dar semua sub sektor yang tercakup dalam sektor kelautan dan perkanan selama perode memlk ndeks daya penyebaran d bawah rata-rata keseluruhan sektor dalam perekonoman Indonesa, atau kurang menark sektor hulunya. Dnamka ndeks daya penyebaran tersebut, selama perode d d o m n a s d e n g a n kecenderungan yang secara konssten menurun, namun sebalknya selama perode perubahan ndeks t e r s e b u t d d o m n a s d e n g a n kecenderungan konssten menngkat. 2. Selama perode , poss sub sektor yang tercakup dalam sektor kelautan dan perkanan sebagan menempat kelompok potensal (memlk kemampuan mendorong sektor hlr yang tngg namun kurang menark sektor hulunya), dan sebagan lag menempat kelompok kurang berkembang (memlk kemampuan mendorong sektor hlr dan menark sektor hulu yang rendah). 3. Selama perode , sebagan besar poss sub sektor sub sektor yang tercakup dalam sektor kelautan dan perkanan cenderung bergeser ke dalam kelompok yang lebh bak. Sub sektor yang termasuk dalam kelompok potensal cenderung bergeser ke arah kelompok unggulan, yatu: sub sektor ndustr hasl laut dan perkanan, sub sektor angkutan laut dan sub sektor parwsata bahar. Sementara sub sektor yang termasuk dalam kelompok kurang berkembang cenderung bergeser ke arah kelompok potensal, yatu: sub sektor perkanan dan sub sektor pertambangan laut. D ss lan terdapat sebagan kecl sub sektor sub sektor tersebut (sub sektor bangunan kelautan dan perkanan dan sub sektor asa kelautan dan perkanan lannya) yang possnya cenderung bergeser ke dalam kelompok yang lebh buruk dar poss sebelumnya, yatu: dar kelompok potensal ke arah kelompok kurang berkembang. Implkas Kebakan Hasl kaan n menemukan bahwa secara umum dalam kednamkaannya, poss keterkatan sub sektor sub sektor dar sektor kelautan dan perkanan dengan sektor-sektor lannya dalam perekonoman Indonesa termasuk dalam kelompok potensal dan kelompok kurang berkembang. Sementara untuk menadkan sektor n sebaga tumpuan (prme mover) pembangunan ekonom, mengharuskan sektor n menad sektor unggulan nasonal, dan dapat meyaknkan segenap pelaku ekonom mengena kemampuan yang dmlk sektor kelautan dan perkanan, sehngga sektor n mampu menad daya tark dan memlk daya dorong bag sebagan besar sektor lannya dalam kegatan perekonoman d Indonesa. Untuk tu, dperlukan dukungan kebakan nvestas, kebakan klm usaha dan kebakan lannya yang secara terntegras mampu menngkat keterkatan sektor kelautan dan perkanan secara lebh nyata dalam perekonoman Indonesa. Pada glrannnya, dukungan tersebut dharapkan mampu memperbesar peranan sektor kelautan dan perkanan dalam perekonoman Indonesa, dan dapat menghlangkan keragu-raguan terhadap kekuatan (efek) pembangunan sektor kelautan dan perkanan sebaga sesuatu yang mungkn terutama dalam menngkatkan keseahteraan bangsa Indonesa. DAFTAR PUSTAKA Dahur, R Paradgma Baru Pembangunan Indonesa Berbass Kelautan. Bahan Oras Ilmah, Fakultas Perkanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor.

16 Dnamka Keterkatan Sektor Kelautan... Perekonoman Indonesa ( Taern, Manadyanto dan Sastrawdaa) Daryanto, A Growth and Structural Lahr, M. and E. Detzenbacher Input- Change n the Indonesan Economy: An Output Analyss: Fronter and Extensons. Input-Output Perspectve. Journal of Antony Rowe, Wtshre, Agrcultural and Resource Soco- Mller, R.E. and P.D. Blar Input-Output Economcs, 13 (3): Analyss: Foundaton and Extensons. Bro Pusat Statstk (BPS) Tabel Input- Prentce Hall, New Jersey. Output Indonesa Jld I, II dan III. Murnnngtyas, E Strateg Mengelola Bro Pusat Stattk, Jakarta. dan Memanfaatkan Sumber Daya laut (BPS) Tabel Input-Output dan Perkanan. Infokaan Bappenas, Vol. Indonesa Jld I, II dan III. Badan 2, No. 1. Okt Bappenas, Jakarta. Pusat Stattstk, Jakarta. Nazahara, S Analss Input-Output Tabel Input-Output Lembaga Penerbt Fakultas Ekonom Indonesa Jld I, II dan III. Badan Unverstas Indonesa., Jakarta. Pusat Statstk, Jakarta. Nkuuluw, V Poltk Ekonom Fauz, A Kebakan Perkanan dan Perkanan: Bagamana dan Kemana Kelautan: Isu, Sntesa dan Gagasan. Bsns Perkanan?. FERACO., Jakarta. Grameda Pustaka Utama, Jakarta. Sregar. M Income and Employment Jhngan Ekonom Pembangunan dan Impact of Indonesan Agrcultural Perencanaan. PT. Raa Grafndo Sectors. Ekonom dan Keuangan Persada, Jakarta. Indonesa, 41(4): Kusumastanto, T Reposs Ocean Polcy dalam Pembangunan Ekonom Indonesa d Era Otonom Daerah. Oras Ilmah Guru Besar Tetap Bdang Ilmu Perkanan dan Kelautan. Insttut Pertanan Bogor, Bogor.

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA: ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA: ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA: ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Euphrasa Susy Suhendra Unverstas Gundarma Jl. Margonda Raya 100, Depok Emal : susys@staff.gunadarma.ac.d ABSTRAK Dalam tga dekade

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokas dan Waktu Peneltan Lokas peneltan adalah Kabupaten Maalengka, Provns Jawa Barat yang secara geografs terletak pada koordnat 6 0 36-7 0 03 Lntang Selatan dan 108 0 03-108

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Peranan Sektor Pariwisata dalam Pertumbuhan Ekonomi Makro Propinsi Bali dengan Pendekatan Input-Output

Peranan Sektor Pariwisata dalam Pertumbuhan Ekonomi Makro Propinsi Bali dengan Pendekatan Input-Output Peranan Sektor Parwsata dalam Pertumbuhan Ekonom Makro Propns Bal dengan Pendekatan Input-Output E. Susy Suhendra 1 Toto Sugharto 2 Teddy Oswar 3 Fakultas Ekonom, Unverstas Gunadarma, Jakarta 1 (susys@staff.gunadarma.ac.d),

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKSPOR SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL: ANALISIS INPUT OUTPUT. Oleh: Risna Yusuf dan Tajerin *

KONTRIBUSI EKSPOR SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL: ANALISIS INPUT OUTPUT. Oleh: Risna Yusuf dan Tajerin * J. Bjak dan Rset Sosek KP. Vol.2 No.1, 2007 35 KONTRIBUSI EKSPOR SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL: ANALISIS INPUT OUTPUT Oleh: Rsna Yusuf dan Tajern * ABSTRACT Kajan n bertujuan mengetahu sejauhmana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL EXPORT COMPETITIVENESS ANALYSIS OF NATURAL RUBBER INDONESIA IN THE INTERNATIONAL MARKET Yog Rahmad Syahputra 1, Suard

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur Krtkan Terhadap Varans Sebaga Alat Ukur Varans mengukur penympangan pengembalan aktva d sektar nla yang dharapkan, maka varans mempertmbangkan juga pengembalan d atas atau d bawah nla pengembalan yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah JPM IIN ntasar Vol. 01 No. 2 Januar Jun 2014, h. 95-106 OPTIMSI MSLH PNUGSN St Maslhah bstrak Pemrograman lner merupakan salah satu lmu matematka terapan yang bertuuan untuk mencar nla optmum dar suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 42 III METODE PENELITIAN 31 Kerangka Pemkran Wlayah perbatasan merupakan wlayah yang unk karena aktvtas masyarakatnya selalu dpengaruh oleh negara lannya sebagamana dkemukakan Bappenas (2005) bahwa permasalahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

Untuk memperoleh buku ini hubungi:

Untuk memperoleh buku ini hubungi: 2004 Badan Perencanaan Pembangunan Nasonal Untuk memperoleh buku n hubung: Pusat Data dan Informas Perencanaan Pembangunan Jl. Taman Suropat No. 2, Jakarta Pusat 10310 Telepon/Fax: 021-31934973 atau Webste:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN AALISIS DISKRIMIA DISKRIT UTUK MEGELOMPOKKA KOMPOE Bernk Maskun Jurusan Statstka FMIPA UPAD jay_komang@yahoo.com Abstrak Untuk mengelompokkan hasl pengukuran yang dukur dengan p buah varabel dmana penlaan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

Seemingly Unrelated Regression (SUR) Penderita Penyakit DBD RS. Wahidin Sudirohusodo Dan RS. Stella Maris Makassar

Seemingly Unrelated Regression (SUR) Penderita Penyakit DBD RS. Wahidin Sudirohusodo Dan RS. Stella Maris Makassar Vol. 3, o., -5, Jul 6 Seemngl Unrelated Regresson Penderta Penakt DBD RS. Wahdn Sudrohusodo Dan RS. Stella ars akassar A n s a Abstrak Hubungan antar varabel adalah salah satu hal ang selalu menark dalam

Lebih terperinci

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan PENGURUTAN DATA A. Tuuan Pembahasan dalam bab n adalah mengena pengurutan data pada sekumpulan data. Terdapat beberapa metode untuk melakukan pengurutan data yang secara detl akan dbahas ddalam bab n.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

RETURN DAN RISIKO DALAM INVESTASI

RETURN DAN RISIKO DALAM INVESTASI RETURN DAN RISIKO DALAM INVESTASI 1 Return (Imbal hasl) nvestas Expected return (Return ekspetas) return yang dharapkan akan ddapat oleh nvestor d masa depan Actual return/ Realzed return (Return aktual)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER

PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER Penerapan Program Lner Kabur dalam Analss.. Elfranto PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER Elfranto Dosen Unverstas Muhammadyah Sumatera Utara Abstrak: Salah satu kaan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DALAM MEMBIAYAI PENGELUARAN DI PEMERINTAH KOTA DENPASAR

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DALAM MEMBIAYAI PENGELUARAN DI PEMERINTAH KOTA DENPASAR 188 ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DALAM MEMBIAYAI PENGELUARAN DI PEMERINTAH KOTA DENPASAR N Made Ayu Agustn ABSTRACT In order to be able to carry out regonal autonomy, a regonal government should be fnancally

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK 6. Masalah Penyaluran Daya Lstrk Andakan seorang perencana sstem kelstrkan merencakan penyaluran daya lstrk dar beberapa pembangkt yang ternterkoneks dan terhubung dengan

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

Sri Indra Maiyanti, Irmeilyana,Verawaty Jurusan Matematika FMIPA Unsri. Yanti_Sri02@Yahoo.com

Sri Indra Maiyanti, Irmeilyana,Verawaty Jurusan Matematika FMIPA Unsri. Yanti_Sri02@Yahoo.com Apled Customer Satsfacton Index (CSI) and Importance- Performance Analyss (IPA) to know Student Satsfacton Level of Srwjaya Unversty Lbrary Servces Sr Indra Mayant, Irmelyana,Verawaty Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK PENGARUH WITH HOLDING TA SYSTEM PADA PENGUSAHA KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (STUDI KASUS KPP PRATAMA MEDAN PETISAH) ZULIA HANUM Jurnal Ilmah Ekonomkawan ISSN: 1693-7600 Eds 11

Lebih terperinci