AGIN GINANJAR NOVIANTO NIM. P13002

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AGIN GINANJAR NOVIANTO NIM. P13002"

Transkripsi

1 PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN DEMAM PADA ASUHAN KEPERAWATAN AN. A DENGAN THYPOID ABDOMINALIS DI RSUD SALATIGA DISUSUN OLEH : AGIN GINANJAR NOVIANTO NIM. P13002 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

2 PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN DEMAM PADA ASUHAN KEPERAWATAN AN. A DENGAN THYPOID ABDOMINALIS DI RSUD SALATIGA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH : AGIN GINANJAR NOVIANTO NIM. P13002 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 i

3 ii

4 iii

5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Pemberian Kompres Hangat Terhadap Penurunan Demam Pada Asuhan Keperawatan An. A Dengan Thypoid Abdominalis di RSUD Salatiga. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep, selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ns. Meri Oktariani M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta dan sekaligus dosen penguji I yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan sudah memberikan wawasan baru serta ilmu yang bermanfaat. 3. Ns. Alfyana Nadya R. M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 4. Ns. Amalia Senja, M.Kep selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji II yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, iv

6 inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 6. Bapak saya Sriyanto dan ibu saya Titi Siti Hasanah, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 7. Kakak saya Shinta Nur Safitri dan Dwi Setyawan, yang selalu memberikan dukungan dan semangat. 8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta kelas 3A maupun 3B dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin. Surakarta, 11 Mei 2016 Agin Ginanjar Novianto v

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1 B. Tujuan penulisan... 3 C. Manfaat penulisan... 4 BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Thypoid Abdominalis Termoregulasi Suhu Tubuh Kompres Hangat Asuhan Keperawatan Thypoid Abodminalis B. Kerangka Teori BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subjek aplikasi riset (berdasarkan jurnal yang dipakai) B. Tempat dan waktu C. Media dan alat ukur yang digunakan D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikas iriset E. Alat ukur evaluasi dari aplikasi tindakan berdasarkan riset BAB IV LAPORAN KASUS A. Identitas Klien B. Pengkajian C. Daftar Perumusan Masalah D. Perencanaan E. Implementasi vi

8 F. Evaluasi BAB V PEMBAHASAN A. Pengkajian B. Diagnosa Keperawatan C. Intervensi D. Implementasi E. Evaluasi BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP vii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka teori viii

10 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 LEMBAR USULAN JUDUL LAMPIRAN 2 LEMBAR KONSULTASI LAMPIRAN 3 LEMBAR SURAT PERNYATAAN LAMPIRAN 4 LEMBAR JURNAL UTAMA LAMPIRAN 5 LEMBAR ASUHAN KEPERAWATAN LAMPIRAN 6 LEMBAR LOG BOOK LAMPIRAN 7 LEMBAR PENDELEGASIAN LAMPIRAN 8 LEMBAR OBSERVASI LAMPIRAN 9 LEMBAR SOP KOMPRES HANGAT LAMPIRAN 10 LEMBAR DAFTAR RIWAYAT HIDUP ix

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonela thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjutak, 2009). Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan terdapat sekitar juta kasus demam thypoid di seluruh dunia dengan kejadian ribu per kasus kematian tiap tahun (Aden, 2010). Di Indonesia, demam thypoid masih merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan yang serius. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun (2005), kasus demam thypoid menempati urutan kedua dari data 10 penyakit utama pasien rawat inap rumah sakit dengan presentase 3,15 %. Masalah keperawatan yang sering muncul pada kasus demam thypoid adalah kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman dan nyaman, resiko terjadi komplikasi, kurangnya pengetahuan orang tua terhadap penyakit (Ngastiyah, 2005). Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal. Batasan karakteristik 1

12 2 meliputi kulit kemerahan, konvulsi, peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat. Penyebabnya antara lain anesthesia, penurunan perspirasi, dehidrasi, pemanjaan lingkungan yang panas, pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan, peningkatan laju metabolisme, aktifitas berlebihan (Herdman, 2009). Salah satu masalah untuk menangani hipertermi adalah dengan melakukan kompres hangat. Alternatif tindakan yang paling efektif berdasarkan jurnal penelitian menurut Mohamad (2013) adalah dengan cara mengompres menggunakan air hangat. Untuk menurunkan demam pada anak dapat dilakukan dengan cara sederhana salah satunya adalah dengan mengompres menggunakan air hangat, karena kompres dengan air dingin (es) dapat menyebabkan anak kedinginan dan menggigil, sedangkan alkohol dapat menyebabkan anak keracunan alkohol. Terkadang demam biasa menyebabkan kejang. Pada kondisi demam, kenaikan suhu 1 0 C bisa berakibat pada kenaikan 10-15% metabolisme basal sehingga meningkatkan kebutuhan oksigen hingga 20%. Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan disertai perubahan pompa natrium-kalium yang menyebabkan pertukaran ion drastis sehingga menimbulkan kejang. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan aplikasi riset yang berjudul Pemberian Kompres Hangat Terhadap Penurunan Demam Pada Asuhan Keperawatan An. A Dengan Thypoid Abdominalis.

13 3 B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mengaplikasikan tindakan pemberian kompres hangat dalam menurunkan demam terhadap suhu tubuh pada An. A Dengan Thypoid Abdominalis di Rumah Sakit. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Thypoid Abdominalis. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Thypoid Abdominalis. c. Penulis mampu menyusun intervensi pada pasien dengan Thypoid Abdominalis. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien Thypoid Abdominalis. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengam Thypoid Abdominalis. f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian kompres hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada An. A Dengan Thypoid Abdominalis.

14 4 C. Manfaat penulisan 1. Bagi peneliti Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi penulis mengenai kasus tentang thypoid abdominalis. 2. Bagi institusi Akademik Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang. 3. Bagi profesi perawat Untuk memberikan asuhan keperawatan secara komperehensif kepada pasien dengan thypoid abdominalis. 4. Bagi Rumah Sakit Karya Tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya kepada pasien dengan thypoid abdominalis. 5. Bagi pasien Agar pasien dapat mengetahui dari mana terjadinya demam thypoid abdominalis dan dapat juga memberikan pengetahuan bagi pasien.

15 BAB II TINJAUAN TEORI A. Thypoid Abdominalis 1. Definisi Thypoid Abdominalis Thypoid Abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella Typhosa (Nugroho, 2011). Ada juga yang mengatakan demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan, dan gangguan kesadaran (Nursalam, 2005). Anak merupakan yang paling rentan terkena demam thypoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa (Hadinegoro, 2011). Pada bayi dan anak umur <5 tahun biasanya penyakit berlangsung ringan dengan demam ringan, lesu, sehingga diagnosis sulit diterapkan (Sodikin, 2011) 2. Penyebab Thypoid Abdominalis Penyebab penyakit ini adalah Salmonella Typhosa, kuman ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar dan tidak berspora 5

16 6 b. Memiliki paling sedikit 3 macam antigen, yaitu antigen O (somatic yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen Vi(Sodikin, 2011). 3. Manifestasi klinis Thypoid Abdominalis Tanda dan gejala menurut Muscari (2005): a. Suhu di atas 38 0 C, biasanya 38,9 0 C-40,6 0 C b. Kulit kemerahan, diaphoresis, dan menggigil c. Gelisah atau letargi d. Demam tinggi >7 hari e. Sakit kepala/pusing f. Obstipasi g. Lidah kotor h. Bradikardi relative 4. Patofisiologi Thypoid Abdominalis Menurut Curtis, (2009) dalam Muttaqim (2011), kuman Salmonella Typhosa yang masuk ke saluran gastrointestinal akan ditelan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag yang ada di lamina propia. Sebagian dari Salmonella Typhosa ada yang masuk ke usus halus (plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Kemudian Salmonella Typhosa masuk melalui folikel limpa ke saluran limpatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi bakterimia. Bakteri pertama-tama menyerang sistem retikuloendotenial yaitu hati, limpa, dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ tubuh

17 7 di dalam tubuh di antara lain sistem saraf pusat, ginjal dan jaringan limpa. Menurut Chatterjee, (2009) dalam Muttaqin (2011), masuknya kuman ke dalam intestinal terjadi pada minggu pertama dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari. Demam yang terjadi pada masa ini disebut demam intermiten (suhu yang tinggi, naik turun, dan turunya dapat mencapai suhu normal). Di samping peningkatan suhu tubuh, juga akan obstipasi sebagai akibat penurunan motilitas suhu, namun hal ini tidak selalu terjadi dan dapat pula terjadi sebaliknya. Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dan tanda-tanda infeksi. 5. Penatalaksanaan Thypoid Abdominalis Pengkajian penatalaksanaan medis thypoid abdominalis menurut Muttaqin (2011) adalah : a. Perawatan umum dan nutrisi Penderita thypoid sebaiknya dirawat di rumah sakit yang tertujuan optimalisasikan pengobatan dan mempercepat penyembuhan, mengobservasi terhadap perjalanan penyakit, minimalkan komplikasi (Mankes, 2006).

18 8 b. Tirah baring Penderita yang dirawat harus tirah baring dengan sempurna untuk mencegah komplikasi, terutama perdarahan perforasi. Bila klinis berat, penderita harus istirahat total. Bila terjadi penurunan kesadaran maka posisi tidur pasien harus di ubah-ubah pada waktu tertentu untuk mencegah komplikasi pneumonia, hipostatik, dan dekubitus. Penyakit membaik maka dilakukan mobilisasi secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan penderita (Mankes, 2006). c. Diet Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup, sebaiknya rendah serat untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita thypoid biasanya di klasifikasikan atas : diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa (Mankes, 2006). d. Terapi simptomatik Terapi simptomatik dapat di berikan dengan pertimbangan untuk perbaikan keadaan umum penderita dengan pemberian vitamin, antipiretik, antipiretik untuk kenyamanan penderita terutama untuk anak-anak. Anti emetik di perlukan bila penderita muntah hebat (Mankes, 2006). 6. Komplikasi Thypoid Abdominalis Komplikasi thypoid abdominalis yang sering terjadi adalah pada usus halus, tapi jarang terjadi. Apabila komplikasi ini dialami oleh

19 9 seorang anak, dapat berakibat fatal. Komplikasi yang terjadi menurut Susilaningrum (2013) antara lain : a. Pendarahan usus Jika pendarahan banyak maka akan terjadi melena yang dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan. b. Peritonitis Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen yang tegang (defense musculair), dan nyeri tekan. c. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di antara hati dan diafraghma pada rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak. 7. Pemeriksaan Penunjang Thypoid Abdominalis Pemeriksaan penunjang menurut Nugroho (2011): a. Darah rutin, urin rutin b. Tes widal c. Kultur darah d. Terapi 1) Tirah baring sampai 7 hari bebas demam 2) Diet lunak 3) Antibiotik

20 10 B. Termoregulasi Suhu Tubuh Regulasi merupakan suatu proses untuk mencapai keadaan yang stabil. Regulasi dilakukan dalam banyak bentuk, misalnya regulasi untuk mempertahankan cairan tubuh, osmolaritas tubuh, keasaman, suhu, kadar lemak, gula dan protein darah. Pada tubuh manusia, regulasi diperankan oleh antara lain syaraf dan hormon. Karena kedua komponen merupakan pengendali utama dalam proses regulasi dalam tubuh. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Temoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat di tolelir (camphell, 2004). Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi di bandingkan lingkungan sekitarnya. Ketidakefektifan termoregulasi adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami ketidakmampuan untuk mempertahankan kestabilan suhu tubuh inti normal dengan adanya dampak buruk atau perubahan berbagai faktor eksternal (Carpenito, 2009). Normalnya suhu tubuh berkisar 36 0 C sampai 37 0 C suhu tubuh dapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang di produksi dengan panas yang hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang

21 11 bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu. Produksi panas dapat meningkat atau menurun dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab, misalnya penyakit atau stress. Suhu tubuh yang terlalu ekstrim baik panas maupun dingin dapat memicu kematian (Hidayat, 2009). Salah satu masalah yang terjadi pada suhu tubuh adalah hipertermi. Hipertermi merupakan suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya, dan merupakan gejala dari suatu penyakit (Mohammad, 2013). Salah satu alternatif tindakan yang paling tepat menurut teori Mohammad (2013) adalah dengan cara mengompres hangat. C. Kompres Hangat 1. Pengertian Kompres hangat adalah metode penanganan demam secara fisik yang memungkinkan tubuh kehilangan panas secara konveksi yaitu pelepasan panas melalui penguapan dari kulit (Djuwariyah, 2011). 2. Macam-macam kompres Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat, kompres dingin (es), alkohol (Djuwariyah, 2011).

22 12 a. Kompres hangat Metode yang paling efektif dan dapat menurunkan suhu tubuh pada anak dalam menangani kasus klien yang mengalami thypoid abdominalis. b. Kompres dingin (es) Kompres dingin tidak direkomendasikan untuk mengatasi demam karena dapat meningkatkan pusat pengatur suhu tubuh (set point) hipotalamus, sehingga dapat mengakibatkan anak menggigil. c. Kompres alkohol Kompres alkohol tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan anak keracunan. 3. Manfaat Cara sederhana yang efektif untuk menurunkan demam adalah dengan mengompres dengan air hangat. Pemberian kompres yang disepakati saat ini adalah pemberian kompres dengan air suam-suam (air hangat), karena kompres hangat adalah cara yang paling efektif untuk menurunkan demam dibanding dengan kompres yang lainya seperti kompres dengan air es atau alkohol, karena air es dapat menyebabkan anak menggigil sedangkan alkohol dapat menyebabkan anak keracunan (Djuwariyah, 2011) Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan efektifitas kompres dingin dan kompres hangat dalam menurunkan suhu tubuh.

23 13 Kompres hangat telah diketahui mempunyai manfaat yang baik dalam menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami panas tinggi di rumah sakit karena menderita berbagai penyakit infeksi. 4. Langkah-langkah pemberian kompres hangat: a. Fase orientasi 1) Memberikan salam 2) Memperkenalkan diri 3) Kontrak waktu 4) Menjelaskan tujuan tindakan dan langkah prosedur 5) Menyiapkan alat b. Fase kerja 1) Mencuci tangan 2) Mengecek terlebih dahulu air hangat dengan menggunakan jari tangan (hangat suam-suam kuku). 3) Membantu klien pada posisi nyaman, terlentang, posisi duduk, atau tergantung kondisi klien. 4) Mengukur suhu tubuh sebelum diberikan kompres hangat. 5) Kompres air hangat dilakukan sebelum pemberian antipiretik, kompres air hangat dilakukan sebanyak 3 kali. 6) Mengukur pengukuran suhu tubuh kembali setelah diberikan kompres hangat 7) Merapikan klien 8) Merapikan alat

24 14 9) Mencuci tangan c. Fase Terminasi 1) Melakukan evaluasi tindakan 2) Melakukan kontrak waktu untuk tindak lanjut 3) Berpamitan D. Asuhan Keperawatan Thypoid Abdominalis a. Pengkajian Thypoid Abdominalis Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, 2012), antara lain: 1) Identitas pasien, sering ditemukan pada anak berumur di atas satu tahun. 2) Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa inkubasi). 3) Suhu tubuh, pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus

25 15 berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga. 4) Kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. 5) Pemeriksaan fisik (a) Mulut terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-pecah. Lidah tertutup selaput putih kotor, sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan dan jarang disertai tremor. (b) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Bisa terjadi konstipasi, atau mungkin diare atau normal. (c) Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. 6) Pemeriksaan laboratorium a. Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopeni, limfositosis relative, dan aneosinofilia pada permukaan. b. Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal. c. Biakan empedu basil Salmonella Typhosa dapat ditemukan dalam darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan dalam urin dan feses. d. Pemeriksaan widal

26 16 Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan adalah titer zat antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang progresif. b. Masalah keperawatan thypoid abdominalis Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan proses kehidupan yang aktual atau potensial yang merupakan dasar untuk memilih intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang keperawatan yang muncul menurut Nursalam (2005) antara lain: 1. Kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit. 2. Gangguan suhu tubuh. 3. Gangguan rasa aman dan nyaman 4. Resiko terjadi komplikasi 5. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit. c. Perencanaan keperawatan thypoid abdominalis Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan 2012).

27 17 Intervensinya antara lain: 1. Kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit thypoid abdominalis: a. Berikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein, dan tidak menimbulkan gas. b. Jika kesadaran pasien masih baik, berikan makanan lunak dengan lauk pauk yang dicincang (hati dan daging), dan sayuran labu siam atau wortel yang di masak lunak sekali. Boleh juga dengan diberikan tahu, telur setengah matang yang di rebus. Susu diberikan 2x1 gelas atau lebih, jika makanan tidak habis berikan susu ekstra. c. Berikan makanan cair per sonde jika kesadarannya menurun dan berikan kalori yang sesuai dengan kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap 3 jam termasuk makanan ekstra seperti sari buah atau bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika kesadaran membaik, makanan dialihkan secara bertahap dari cair ke lunak. d. Pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl jika kondisi pasien memburuk, seperti menderita delirium. Jika keadaan sudah tenang berikan makanan per sonde, disamping itu infus masih diteruskan. Makanan per sonde biasanya merupakan setengah dari jumlah kalori. Sementara setengahnya lagi masih per infus. Secara bertahap dengan melihat kemajuan pasien, bentuk makanan beralih ke makanan biasa.

28 18 e. Observasi intake dan output 2. Hipertermi a. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat sesuai program dokter. b. Anjurkan klien untuk istirahat sampai suhu tubuh turun dan diteruskan 2 minggu lagi. c. Atur rungan agar ventilasi cukup. d. Berikan kompres hangat. e. Anjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis, atau apa yang disukai anak). f. Berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat. g. Observasi suhu tubuh. 3. Resiko terjadi komplikasi Penyakit tifus abdominalis menyebabkan kelainan pada tukak-tukak mukosa usus halus dan dapat menjadi penyebab timbulnya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus jika tidak mendapatkan pengobatan, diet, dan perawatan yang adekuat. Yang perlu diperhatikan untuk mencegah komplikasi adalah: a) Pemberian terapi sesuai program dokter, obat yang dapat diberikan adalah kloramfenikol dengan dosis 100mg/kg BB/hari yang diberikan 4 kali sehari. Agar berhasil dengan baik, obat harus diberikan setiap 6 jam. Daftar yang mudah

29 19 diingat, misalnya: pukul dan diberikan tanda bila obat lain yang mungkin adalah: (1) Amoksisilin 100mg/kg BB/hari secara oral 3X sehari selama 14 hari. (2) Kotrimaksasol 8-10 mg/kg BB/hari secara oral 2-3X /hari selama hari. b) Istirahat, pasien yang menderita tifus abdominalis perlu istirahat selama demam, kemudian diteruskan 2 minggu lagi setelah suhu turun menjadi normal. Setelah 1 minggu suhu normal, 3 hari kemudian pasien dilatih duduk. Jika tidak timbul demam lagi, pasien boleh mulai belajar jalan mengelilingi tempat tidur. Selama masa istirahat, pengawasan tanda vital mutlak dilakukan 3 kali sehari. Jika terdapat suhu tinggi yang melebihi suhu biasanya, maka ukur suhu dan catat pada catatan perawatan. Berikan kompres hangat kemudian periksa lagi 1 jam kemudian. Apabila panas tidak turun, hubungi dokter. c) Pengawasan komplikasi, komplikasi yang mungkin terjadi dan tindakan yang dilakukan adalah: (1) Perdarahan usus. Dapat terjadi pada saat demam tinggi, ditandai dengan suhu mendadak turun, nadi meningkat cepat dan kecil, serta tekanan darah menurun. Jika dilihat dari kurva suhu dan nadi akan terdapat silang, dimana

30 20 garis suhu yang biasanya di atas akan terbalik. Pasien terlihat pucat, kulit terasa lembab, dan kesadarannya makin menurun. Jika perdarahan ringan mungkin, gejalanya tidak terlalu jelas, karena darah dalam feses hanya dapat dibuktikan dengan tes benzidin. Sementara bila perdarahan berat maka akan terlihat melena. Jika hal ini yang terjadi maka tindakannya adalah menghentikan makan dan minum, pasang infus segera jika sebelumnya tidak di pasang, dan hubungi segera dokter. (2) Perforasi usus. Komplikasi ini dapat terjadi pada minggu ketika suhu sudah turun. Oleh karena itu, walaupun suhu sudah normal, istirahat masih harus diteruskan sampai 2 minggu. Gejala perforasi usus adalah adanya keluhan pasien akan sakit perut hebat dan yang akan lebih nyeri lagi jika ditekan, perut terlihat tegang dan kembung, pasien menjadi pucat, dapat juga mengeluarkan keringat dingin, dan nadinya kecil. Pasien juga dapat mengalami syok. Apabila dijumpai gejala yang demikian, segera hubungi dokter dan siapkan foto rontgent. Biasanya pasien akan dikonsul ke bagian bedah. Pasang infus, hentikan makan dan minumnya. Jika terjadi kedua komplikasi tersebut dapat terjadi (mungkin karena terlambat berobat atau karena kuman penyakitnya sangat

31 21 ganas) dan diminta agar membantu menenangkan pasien (beri penjelasan secara bijaksana agar orang tua tidak cemas). (3) Komplikasi lain. Komplikasi ini yang dapat terjadi adalah pneumonia baringan (pneumonia hipostatik) karena pasien lama berbaring terus. Gejala yang dapat dijumpai adalah suhu mendadak naik tinggi setelah sebelumnya sudah turun atau suhu menjadi lebih tinggi dan tidak pernah turun walaupun pagi hari, selain terlihat adanya sesak nafas. Untuk mencegah komplikasi tersebut, pasien yang memburuk perlu diubah sikap baringnya tiap 3 jam. Apabila perlu, dapat dibuat daftar perubahan sikap pasien agar tidak terjadi kesalahan, misalnya setelah pasien miring ke kiri lalu dimiringkan ke kanan sesudah terlentang. Mengubah sikap baring secara teratur, mengelap dengan air, serta membedaki juga dapat mencegah timbulnya dekubitus dan memberi rasa nyaman (jangan menggosok kulit dengan kamfer spritus karena hal tersebut merangsang sekali untuk anak).

32 22 d) Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit. Berikan penyuluhan pada orang tua tentang hal-hal berikut: (1) Pasien tidak boleh tidur dengan anak-anak lain. Mungkin ibunya harus menemaninya, tetapi jangan tidur bersamasama dengan yang lain. Anak-anak lain yang mengunjungi pasien tidak boleh duduk ditempat tidur pasien. (2) Pasien juga harus istirahat mutlak. Setelah demam turun istirahat masih dilanjutkan selama 2 minggu berikutnya. Jelaskan bahwa untuk mandi danm buang air besar/kecil diatas tempat tidur harus ditolong dan siapapun yang menolong setelah itu harus mencuci tangannya dengan desinfektan. (3) Pemberian obat dan pengukuran suhu dilakukan seperti di rumah sakit. Orang tua diminta untuk membuat catatan suhu dan makanan yang diberikan, seperti pasien yang dirawat di rumah sakit, karena penyakit pasien dianggap ringan, maka biasanya diperbolehkan untuk memberikan bubur atau makanan lunak dengan lauk pauk yang lunak pula, biasanya dokter memberikan obat yang sudah diperhitungkam sampai suhu dapat turun. Jika obat hampir habis dan suhu masih tetap tinggi, orang tua diminta untuk kembali ke dokter. Disamping

33 23 obat, berikan juga penjelasan mengenai cara mengompres dengan air hangat. Feses dan urin harus di buang ke dalam lubang WC dan di siram air sebanyakbanyaknya. WC dan sekitarnya harus bersih agar tidak ada lalat. Pispot setelah di pakai harus direndam ke dalam cairan desinfektan sebelum di cuci. Pakaian pasien/ alat tenun bekas pakai juga harus di rendam dahulu dalam desinfektan sebelum di cuci, dan jangan di cuci bersama-sama dengan pakaian anak lainnya.

34 24 B. Kerangka teori Faktor yang mempengaruhi demam thypoid: 1. Suhu di atas 38 0 C, biasanya 38,9 0 C-40,6 0 C 2. Kulit kemerahan, diaphoresis, dan menggigil 3. Gelisah atau letargi 4. Demam tinggi >7 hari 5. Sakit kepala/pusing 6. Obstipasi 7. Lidah kotor 8. Bradikardi relative Demam thypoid Hipertermi Non farmakologi -Kompres hangat -Kompres Dingin (es) -Kompres alkohol Farmakologi : -Kloramfenikol 100 mg -Amoksisilin 100 mg -Kotrimaksasol 8-10 mg Pemberian kompres hangat Suhu tubuh dalam batas normal Gambar 2.1

35 BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subjek Aplikasi Riset Subjek aplikasi riset adalah An.A dengan thypoid abdominalis di Ruang Anggrek RSUD Salatiga. B. Tempat dan waktu Aplikasi riset dilaksanakan di Ruang Anggrek RSUD Salatiga pada tanggal 4-16 Januari C. Media dan alat yang digunakan 1. Kompres air hangat 2. Alat pengukur suhu atau thermometer 3. Waslap dan handuk yang bersih 4. Baskom yang berisi air hangat D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset Menurut Mohamad (2013) prosedur yang dilakukan yaitu suhu tubuh, kemudian diberikan dengan langkah seperti berikut : 1. Fase orientasi 6) Memberikan salam 7) Memperkenalkan diri 25

36 26 8) Kontrak waktu 9) Menjelaskan tujuan tindakan dan langkah prosedur 10) Menyiapkan alat 2. Fase kerja a. Mencuci tangan b. Mengecek terlebih dahulu air hangat dengan menggunakan jari tangan (hangat suam-suam kuku). c. Membantu klien pada posisi nyaman, terlentang, posisi duduk, atau tergantung kondisi klien. d. Mengukur suhu tubuh sebelum diberikan kompres hangat. e. Kompres air hangat dilakukan sebelum pemberian antipiretik, kompres air hangat dilakukan sebanyak 3 kali. f. Mengukur pengukuran suhu tubuh kembali setelah diberikan kompres hangat g. Merapikan klien h. Merapikan alat i. Mencuci tangan 3. Fase Terminasi a. Melakukan evaluasi tindakan b. Melakukan kontrak waktu untuk tindak lanjut c. Berpamitan

37 27 E. Alat Ukur Alat ukur yang digunakan aplikasi riset adalah thermometer air raksa.

38 BAB IV LAPORAN KASUS A. Identitas klien Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 4 tahun dengan inisial An. A bertempat tinggal di Salatiga, beragama Islam, dengan diagnosa medis Thypoid Abdominalis, pasien masuk ke RSUD Salatiga tanggal 07 Januari 2016, selama di Rumah Sakit yang bertanggung jawab atas An. A adalah Ny. L berusia 28 tahun, bertempat tinggal di Salatiga, hubungan dengan pasien adalah Ibu. B. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 07 Januari 2016, jam dengan metode pengkajian autoannamnesa, alloannamnesa, observasi, dan pemeriksaan fisik. Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah panas kurang lebih 3 hari, dengan riwayat penyakit sekarang pasien datang ke IGD pada tanggal 07 Januari jam dengan keluhan panas kurang lebih 3 hari, di IGD mendapatkan terapi infus KA-EN 3B 12 tpm. Setelah mendapatkan infuse pasien dipindahkan ke ruang anggrek di ruang anggrek pasien mendapatkan terapi injeksi ceftriaxon 2x350mg, injeksi paracetamol 150mg/8jam, injeksi ondansetron 1.5mg/8jam. Pasien tampak lemas, suhu 39 0 C, nadi 142x/menit, membran mukosa kering. Riwayat penyakit dahulu pada waktu kehamilan, kesehatan saat ibu hamil tidak terkaji, pemeriksaan kehamilan tidak terkaji, konsumen obat tidak terkaji. Riwayat kelahiran pasien normal. Penyakit sebelumnya Ibu 28

39 29 pasien mengatakan pasien belum pernah dirawat di Rumah Sakit, Ibu pasien mengatakan belum pernah menjalani operasi, Ibu pasien juga mengatakan tidak memiliki riwayat cidera. Ibu pasien mengatakan dalam keluarga maupun masyarakat pasien tidak memiliki riwayat penyakit menular. Respon emosi pasien saat proses hospitalisasi pasien selalu menangis ketika melihat perawat datang. Pasien tidak memiliki cidera maupun alergi terhadap sesuatu. Pengobatan saat ini pasien mendapatkan terapi infus KA-EN 3B 12 tpm, injeksi ceftriaxon 2x350mg, injeksi paracetamol 150mg/8jam, injeksi ondansetron 1.5mg/8jam. Riwayat imunisasi tidak terkaji. Pertumbuhan dan perkembangan pasien, Berat badanya 14 kg, jumlah gigi 20 gigi susu anak tidak memiliki masalah pertumbuhan gigi, pasien tampak sudah bisa duduk dan berjalan sendiri, pasien belum sekolah, interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa baik. Partisipasi dalam kegiatan organisasi seperti pramuka dan olahraga tidak ada. Perkembangan anak interaksi sosialnya bagus, bahasa pasien cukup baik. Kebiasaan dan pola aktivitas, pola tingkah lakunya pasien tidak memiliki pola tingkah laku yang tidak baik. Pasien memiliki kebiasaan tidur siang jam Pasien biasa BAB 2xhari, BAK 5-6x/hari, pasien tidur malam 8 jam. Selama sakit pasien hanya tidur malam 3 4 jam. Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat terlarang, alkohol, kopi ataupun rokok. Watak pasien dan respon terhadap frustasinya adalah pasien marah jika keinginannya tidak dituruti.

40 30 Riwayat nutrisi dan cairan, pemberian ASI lamanya 7 bulan, pemberian susu formula sejak pasien dilahirkan, nama produk susu formula lactogen, jumlah pemberian ASI ±800cc/hari dengan 3 4 botol per 200 cc dengan menggunakan botol susu. Pasien juga diberikan cairan ekstra teh maupun jus, tidak diberikan makanan sereal, pasien diberikan vitamin, nafsu makannya baik, pasien memiliki kebiasaan sarapan dan makan siang, makanan favoritnya nasi lauk dan sayur bayam, makan per hari 3x porsi sedang. Pasien memiliki kebiasaan makan-makanan manis atau snack, selalu gosok gigi 2x/hari, dengan hitungan balance cairan, intake; minum 500cc, makan 300cc, cairan IV 1000cc, jumlah 1800cc. Output; urin 1300cc, feses 400cc, muntah tidak ada, IWL 210cc, jumlah 1410cc. Balance cairannya intake-output: = +390cc. Riwayat kesehatan keluarga, dengan genogram An.A (4 th)

41 31 Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Pasien : Garis keturunan : Garis pernikahan : Tinggal serumah Riwayat kesehatan keluarga, pasien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, DM, Asma. Dalam keluarganya juga tidak memiliki perilaku menyimpang seperti merokok dan miras. Riwayat sosial, pasien memiliki ayah dan ibu, lingkungan rumah dan komunitasnya bersih, sanitasi dan ventilasi baik. Tradisi budaya dan agama pasien ialah Islam, pasien selalu diajarkan sholat 5 waktu. Fungsi keluarga, interaksi dan peran antar anggota keluarganya baik, pembuatan keputusan dan problem solving selalu dimusyawarahkan jika ada masalah, komunikasi antar anggota keluarga baik, ekspress feeling dan kepribadian terlihat harmonis, antar keluarga tidak segan mengutarakan perasaanya, riwayat seksualnya tidak terkaji. Pengukuran pertumbuhannya, panjang badan pasien 120cm, lingkar dada 57cm, berat badan 14kg, lingkar lengan 18cm, lingkar kepala 48cm. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital suhu 39 0 C, pernafasan 24x/menit, nadi 142x/menit, tekanan darah tidak dilakukan. Hasil

42 32 pemeriksaan umum, keadaan umumnya composmentis, keadaan nutrisi baik, perkembangannya normal. Hasil pemeriksaan kulit warna kulitnya kuning kecoklatan, pemeriksaan turgor elastis. Hasil pemeriksaan rambut warna hitam, bersih, tidak ada ketombe. Kuku warna merah muda dan bersih. Tidak ada pembesaran kelenjar limfe. Kepala simetris dan bentuknya mesochepal. Hasil pemeriksaan mata sclera tidak ikterik, warna konjungtiva merah muda, reaksi pupil membesar jika didekatkan dengan cahaya, posisi simetris, kantong mata terlihat sembab. Hasil pemeriksaan telinga bersih, tidak ada serumen. Hidung simetris, tidak ada polip. Hasil pemeriksaan mulut bentuknya simetris, warna bibir merah muda, membran mukosa kering. Hasil pemeriksaan leher pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, distensi vena leher tidak ada. Hasil pemeriksaan dada, paru-paru inspeksinya tidak ada retraksi, palpasinya pengembangan paru kanan-kiri sama, perkusinya sonor, auskultasinya tidak ada suara tambahan. Jantung, inspeksinya ictus cordis tidak tampak, palpasinya intercosta teraba di ICS 4-5, perkusinya pekak, auskultasinya bunyi jantung 1 dan 2 normal. Hasil pemeriksaan abdomen, inspeksinya simetris, tidak ada jejas, auskultasinya bising usus 30x/menit, palpasinya tidak ada nyeri tekan, perkusinya kuadran satu redup, kuadran dua, tiga, dan empat timpani. Hasil pemeriksaan anus dan genetalia bersih.

43 33 Hasil pemeriksaan fisik ekstremitas atas: range of motion kanan/kiri bisa digerakkan dengan normal, kekuatan otot kanan/kiri bisa digerakkan dengan normal, Perabaan akralnya hangat. Tidak ada piting edema. Ekstremitas bawah: range of motion kaki kiri normal, kekuatan otot kanan/kiri bisa digerakkan dengan normal, perabaan akralnya hangat, tidak ada piting edema. Keterangan skala otot, 0: otot sama sekali tidak bergerak, 1: tampak kontraksi, sedikit ada tekanan waktu jatuh, 2: mampu menahan gaya gravitasi, 3: tidak mampu melawan dorongan, 4: dapat bergerak dan melawan hambatan, 5: bebas bergerak dan melawan gerakan. Pemeriksaan laboratorium dan data penunjang pada tanggal 07 Januari 2016, leukosit hasilnya 2,66 10^3/UL nilai normalnya 4,5-11 /UI. Eritrosit hasilnya 4,40 10^6/UL nilai normalnya 4-5 /UI, Hemoglobin hasilnya 12,3 g/dl nilai normalnya / UI, Hematokrit hasilnya 35,9% nilai normalnya 38,00 47,00%, MCV hasilnya 81,6 fl nilai normalnya fl, MCH hasilnya 28,0 pg nilai normalnya pg. Trombosit hasilnya ^3/UL nilai normalnya /UI. Laju endap darah I hasilnya 66 mm, Laju endap darah II hasilnya 98 mm, golongan darah O, eosinofil hasilnya 0,4% nilai normalnya 1-5%, Basofil hasilnya 0,4% nilai normalnya 0,0-1,0 Limfosit 30,7% nilai normalnya 22-40%, Monosit hasilnya 6,5% nilai normalnya 4-8%, Neutosil 62%. Salmonella thypii O 1/160 hasilnya negatif. Salmonella parathypii AO 1/80. Salmonella parathypii BO 1/80 hasilnya negatif. Salmonella parathypii CO 1/160 hasilnya negatif. Salmonella thypii H 1/160 hasilnya negatif. Salmonella

44 34 parathypii AH 1/80 hasilnya negatif. Salmonella parathypii BH 1/80 hasilnya negatif. Salmonella parathypii CH 1/80 hasilnya negatif. Terapi yang diberikan pada tanggal 07 Januari 2016 L-Bio dosis 2x1 sachet, golongan dan kandungan parenteral, fungsinya memenuhi kebutuhan cairan tubuh. KA-EN 3B dosis 12 tpm, golongan dan kandungan elektrolit, fungsinya memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Injeksi ceftriaxon 2x350mg, golongan dan kandungan antibiotic, fungsinya mengatasi infeksi. Tanggal 08 Januari 2016 L-Bio dosis 2x1 sachet, golongan dan kandungan parenteral, fungsinya memenuhi kebutuhan cairan tubuh. KA-EN 3B dosis 12 tpm, golongan dan kandungan elektrolit, fungsinya memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Injeksi ceftriaxon 2x350mg, golongan dan kandungan antibiotic, fungsinya mengatasi infeksi. Injeksi paracetamol 150mg/8jam, golongan dan kandungan antipiretik, fungsinya menurunkan demam. Injeksi ondansetron 1,5mg/8jam golongan dan kandungan obat saluran cerna, fungsinya mengatasi mual dan muntah. Tanggal 09 Januari 2016 infus KA-EN 3B dosis 12 tpm, golongan dan kandungan elektrolit, fungsinya memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Injeksi ceftriaxon 2x350mg, golongan dan kandungan antibiotic, fungsinya mengatasi infeksi. Injeksi paracetamol 150mg/8jam, golongan dan kandungan antipiretik, fungsinya menurunkan demam. Injeksi ondansetron 1,5mg/8jam golongan dan kandungan obat saluran cerna, fungsinya mengatasi mual dan muntah.

45 35 C. Daftar perumusan masalah Daftar perumusan masalah yang didapatkan berdasarkan pengkajian diatas adalah yang pertama hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi dengan data subjektif ibu pasien mengatakan pasien panas ± 3 hari, data objektifnya mukosa bibir kering, suhu 39 0 C, nadi 142x/menit, salmonella thypi O 1/160, leukosit 2,66. Diagnosa keperawatan yang kedua ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dengan data subjektif ibu pasien mengatakan pasien rewel, data objektifnya pasien tampak rewel, wajah tegang, pasien tampak berkeringat berlebihan. Diagnosa keperawatan yang ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur dengan data subjektif ibu pasien mengatakan pasien sering terbangun ketika tidur dimalam hari, data objektif sclera mata pasien merah muda, kantung mata sembab, tidur hanya 3-4jam. D. Perencanaan Perencanaan yang dibuat berdasarkan masalah keperawatan pertama yaitu hipertermi yang dilakukan selama 3x24 jam diharapkan dapat tercapai dengan kriteria hasil suhu tubuh pasien dalam rentang normal C, kulit tidak kemerahan, nadi dalam rentang normal x/menit, dengan intervensi observasi suhu tubuh pasien; rasionalnya mengukur suhu merupakan acuan untuk mengetahui keadaan pasien, monitor tanda-tanda vital pasien; rasionalnya mengukur tanda-tanda vital

46 36 merupakan acuan untuk mengetahui keadaan pasien, monitor warna kulit; rasionalnya warna kulit dapat menjadi tanda gangguan suhu tubuh, berikan kompres hangat; rasionalnya mengurangi panas atau demam secara nonfarmakologi, anjurkan pasien banyak minum air putih; rasionalnya peningkatan suhu tubuh menyebabkan peningkatan penguapan tubuh sehingga perut diimbangi asupan cairan yang cukup, anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat; rasionalnya mengurangi penguapan tubuh, berikan terapi dokter sesuai advis; rasionalnya menurunkan panas secara farmakologis. Masalah keperawatan kedua ansietas yang dilakukan selama 3x24 jam diharapkan dapat tercapai dengan kriteria hasil pasien tidak rewel, pasien tidak menangis saat dilakukan tindakan, pasien kooperatif dalam perawatan, dengan intervensi kaji perasaan anak tentang hospitalisasi; rasionalnya untuk mengetahui perasaan pasien saat hospitalisasi, tanyakan pada keluarga tentang perubahan sikap, emosi, ekspresi pasien saat dirawat; rasionalnya mengetahui perubahan sikap pasien saat dirawat. Masalah keperawatan ketiga gangguan pola tidur yang dilakukan selama 3x24 jam diharapkan dapat tercapai dengan kriteria hasil pasien tidur dengan nyenyak, pasien dapat tidur ± 8jam/hari, kantung mata tidak tampak, dengan intervensi monitor pola tidur pasien; rasionalnya mengetahui pola tidur pasien, fasilitasi pasien untuk tidur; rasionalnya membantu pasien untuk dapat tidur, edukasi pasien tentang pentingnya tidur untuk pemulihan; rasionalnya memberikan pendidikan pada pasien

47 37 akan pentingnya istirahat tidur saat pemulihan, kolaborasi dengan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang nyaman; rasionalnya membantu klien untuk mendapatkan lingkungan yang nyaman. E. Implementasi Implementasi hari pertama pada hari kamis tanggal 7 Januari 2016 jam untuk diagnosa hipertermi dengan mengobservasi suhu tubuh pasien respon subjektifnya pasien mengatakan badan terasa panas, respon objektifnya suhu tubuh pasien 39 0 C, akral hangat. Implementasi jam untuk diagnose hipertermi memonitor tanda tanda vital respon subjektifnya tidak ada, respon objektifnya suhu 39 0 C, nadi 142x/menit, RR 24x/menit. Implementasi jam untuk diagnosa hipertermi memonitor warna kulit dengan respon subjektifnya tidak ada, respon objektifnya warna kulit tampak kemerahan. Implementasi jam untuk diagnosa hipertermi memberikan kompres hangat respon subjektifnya pasien mengatakan bersedia saat akan dikompres, respon objektifnya pasien diberikan kompres hangat, sebelum dilakukan kompres suhu tubuh pasien 39 0 C setelah dikompres menjadi C. Implementasi jam untuk diagnosa hipertermi menganjurkan pasien untuk minum air putih yang cukup dengan respon subjektifnya pasien mengatakan akan coba minum air putih yang cukup, respon objektifnya pasien tampak minum air putih sedikit demi sedikit. Implementasi jam untuk diagnosa hipertermi menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat respon

48 38 subjektifnya pasien bersedia memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat, respon objektifnya pasien tampak memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat. Implementasi jam untuk diagnosa hipertermi memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh dengan respon subjektifnya pasien dan keluarga mengerti dengan apa yang disampaikan, respon objektifnya pasien dan keluarga tampak mengerti dengan apa yang disampaikan. Implementasi jam untuk diagnosa ansietas mengkaji perasaan anak tentang hospitalisasi respon subjektifnya ibu pasien mengatakan anaknya rewel, respon objektifnya pasien tampak gelisah dan menangis saat didekati petugas. Implementasi jam untuk diagnosa ansietas menanyakan pada keluarga tentang perubahan sikap, emosi, ekspresi pasien saat dirawat respon subjektifnya ibu pasien mengatakan bila keinginan pasien tidak dituruti pasien menangis, respon objektifnya keluarga pasien kooperatif. Implementasi jam untuk diagnosa gangguan pola tidur memonitor pola tidur pasien dengan respon subjektifnya ibu pasien mengatakan anak tidur malam hanya 3-4jam dan sering terbangun, respon objektifnya konjungtiva kemerahan, kantung mata terihat, posisi sedang tidur. Implementasi jam untuk diagnosa gangguan pola tidur memfasilitasi pasien untuk tidur respon subjektifnya tidak ada, respon objektifnya pasien tampak tidur dan lebih tenang. Implementasi jam untuk diagnosa gangguan pola tidur mengedukasi pasien tentang pentingnya tidur dengan respon subjektifnya ibu pasien mengatakan

49 39 mengerti dengan apa yang dijelaskan, respon objektifnya ibu pasien tampak mengerti. Implementasi jam untuk diagnosa gangguan pola tidur mengkolaborasi dengan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang nyaman respon subjektifnya keluarga pasien mengatakan lingkungan disekitar kamar terasa nyaman, respon objektifnya lingkungan disekitar tampak nyaman. Implementasi jam untuk diagnosa hipertermi mengobservasi suhu tubuh respon subjektifnya tidak ada, respon objektifnya suhu C. Implementasi hari kedua pada hari jumat tanggal 8 Januari 2016 jam untuk diagnosa hipertermi dengan mengobservasi suhu tubuh pasien respon subjektifnya pasien mengatakan badan terasa panas, respon objektifnya suhu tubuh pasien 37 0 C. Implementasi jam untuk diagnosa hipertermi memonitor warna kulit respon subjektifnya tidak ada, respon objektifnya warna kulit normal. Implementasi jam untuk diagnosa hipertermi menganjurkan pasien untuk minum air putih yang cukup dengan respon subjektifnya pasien mengatakan akan coba minum air putih yang cukup, respon objektifnya pasien tampak minum air putih sedikit demi sedikit ± 200cc. Implementasi jam untuk diagnosa ansietas mengkaji perasaan pasien tentang hospitalisasi respon subjektifnya ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak rewel, respon objektifnya pasien tampak tenang. Implementasi jam untuk diagnosa gangguan pola tidur memonitor pola tidur pasien dengan respon subjektifnya ibu pasien mengatakan pasien dapat tidur dengan nyenyak,

50 40 respon objektifnya pasien tampak lebih segar. Implementasi jam untuk diagnosa hipertermi memonitor tanda-tanda vital respon subjektifnya tidak ada, respon objektifnya suhu 36.7 o C, nadi 90x/menit, RR 24/menit. Implementasi jam untuk diagnosa gangguan pola tidur memfasilitasi pasien untuk tidur dengan respon subjektifnya tidak ada, respon objektifnya pasien tampak tidur dan lebih tenang. Implementasi jam untuk diagnosa gangguan pola tidur mengkolaborasi dengan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang nyaman respon subjektifnya keluarga pasien mengatakan lingkungan disekitar kamar terasa nyaman, respon objektifnya lingkungan disekitar tampak nyaman Implementasi ketiga pada hari sabtu tanggal 9 Januari 2016 jam untuk diagnosa hipertermi memonitor tanda-tanda vital dengan respon subjektifnya tidak ada, respon objektifnya hasil nadi 90x/menit, RR 24x/menit, suhu C. Implementasi jam untuk diagnosa hipertermi menganjurkan pasien untuk minum air putih yang cukup dengan respon subjektifnya pasien mengatakan akan coba minum air putih yang cukup, respon objektifnya pasien tampak minum air putih sedikit demi sedikit ± 200cc sekali minum. Implementasi jam untuk diagnosa ansietas mengkaji perasaan pasien tentang hospitalisasi respon subjektifnya ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak rewel, respon objektifnya pasien tampak tenang. Implementasi jam untuk diagnosa hipertermi memonitor tanda-tanda vital dengan respon subjektif tidak ada,

51 41 respon objektifnya hasil pemeriksaan nadi 90x/menit, RR 24x/menit, suhu C. F. Evaluasi Evaluasi hari pertama kamis tanggal 7 Januari 2016 jam WIB untuk diagnosa hipertermi evaluasi subjektifnya pasien mengatakan badan tidak terasa panas lagi, evaluasi objektifnya kulit pasien teraba hangat, kulit tampak normal, tidak kemerahan, nadi 90x/menit, suhu C, analisanya masalah teratasi sebagian, planningnya lanjutkan intervensi observasi suhu tubuh setiap 4 jam, monitor tanda- tanda vital, monitor warna kulit, berikan kompres hangat, anjurkan pasien minum air putih, anjurkan pasien untuk memakai pakaian tipis dan menyerap kerigat, berikan pendidikan kesehatan tentng suhu tubuh, lanjutkan terapi dokter. Evaluasi hari pertama hari kamis tanggal 7 Januari 2016 jam WIB untuk diagnosa ansietas evaluasi subjektifnya ibu pasien mengatakan anaknya rewel, evaluasi objektifnya pasien rewel berkurang, pasien tampak lebih tenang, suhu tubuh 37 0 C, nadi 90x/menit, analisanya masalah teratasi sebagian, planningnya lanjutkan intervensi kaji perasaan pasien tentang hospitalisasi, menanyakan pada keluarga tentang perubhan sikap, emosi, ekspresi saat dirawat, observasi suhu tubuh. Evaluasi hari pertama hari kamis tanggal 7 Januari 2016 jam WIB untuk diagnosa gangguan pola tidur evaluasi subjektifnya ibu pasien mengatakan pasien dapat tidur dengan nyenyak, evaluasi objektifnya pasien tampak lebih segar, kantung mata tidak tampak, suhu C, nadi

52 42 90x/menit, analisanya masalah teratasi sebagian, planningnya observasi suhu tubuh, monitor pola tidur, fasilitasi klien untuk tidur, edukasi pasien tentang pentingnya tidur saat pemulihan, kolaborasi dengan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang nyaman. Evaluasi hari kedua hari jumat tanggal 8 Januari 2016 jam untuk diagnosa hipertermi evaluasi subjektifnya pasien mengatakan badan tidak terasa panas lagi, evaluasi objektifnya kulit pasien teraba hangat, kulit tampak normal, tidak kemerahan, nadi 90x/menit, suhu C, analisanya masalah teratasi, planningnya lanjutkan intervensi observasi suhu tubuh per 4 jam, monitor tanda- tanda vital, monitor warna kulit, berikan kompres hangat, lanjutkan terapi dokter. Evaluasi hari kedua hari kamis tanggal 8 Januari 2016 jam untuk diagnosa ansietas evaluasi subjektifnya ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak rewel, evaluasi objektifnya pasien tidak menangis lagi, pasien tampak lebih tenang, suhu tubuh C, nadi 90x/menit, analisanya masalah teratasi, planningnya lanjutkan intervensi kaji perasaan pasien tentang hospitalisasi, menanyakan pada keluarga tentang perubhan sikap, emosi, ekspresi saat dirawat. Evaluasi hari kedua hari kamis tanggal 8 Januari 2016 jam untuk diagnosa gangguan pola tidur evaluasi subjektifnya ibu pasien mengatakan pasien dapat tidur nyenyak, evaluasi objektifnya pasien tampak lebih segar, kantung mata tidak tampak, suhu C, nadi 90x/menit, analisanya masalah teratasi, planningnya observasi suhu tubuh,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KASUS

BAB III ANALISA KASUS BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Biodata Pasien Pengkajian dilakukan pada hari Senin, tanggal 11 Mei 2009 jam 07.30 WIB dengan cara alloanamnesa, autoanamnesa, observasi pasien dan catatan medis

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Lukman RS Roemani Semarang, data diperoleh dari hasil wawancara dengan

BAB III TINJAUAN KASUS. Lukman RS Roemani Semarang, data diperoleh dari hasil wawancara dengan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Mei 2010 jam 10.00 di Ruang Lukman RS Roemani Semarang, data diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien, keluarga

Lebih terperinci

BAB III TIJAUAN KASUS. Pada bab ini penulis akan membicarakan tentang tinjauan kasus dari pelaksanaan

BAB III TIJAUAN KASUS. Pada bab ini penulis akan membicarakan tentang tinjauan kasus dari pelaksanaan BAB III TIJAUAN KASUS Pada bab ini penulis akan membicarakan tentang tinjauan kasus dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada An. A dengan Gastroenteritis dehidrasi sedang di ruang luqman Rumah Sakit Roemani

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. RSUD dr. H. Soewondo Kendal pada tanggal 15 sampai dengan 18 April 2011.

BAB III TINJAUAN KASUS. RSUD dr. H. Soewondo Kendal pada tanggal 15 sampai dengan 18 April 2011. BAB III TINJAUAN KASUS Asuhan keperawatan dilakukan terhadap Tn. S dari pengkajian thypoid di RSUD dr. H. Soewondo Kendal pada tanggal 15 sampai dengan 18 April 2011. A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April 2010 A. PENGKAJIAN 1. Identitas Pasien a. Biodata Pasien Nama : An. A Tanggal lahir : 21 Agustus 2009 Umur Jenis kelamin Suku Bangsa Agama

Lebih terperinci

LAPORAN JAGA 24 Maret 2013

LAPORAN JAGA 24 Maret 2013 LAPORAN JAGA 24 Maret 2013 Kepaniteraan Klinik Pediatri Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta 2013

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post Sectio Caesaria dengan indikasi Preeklamsia di Ruang Baitu Nisa RS Sultan Agung pada tanggal

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA Pengkajian dilakukan pada hari selasa tanggal 10 Juni 2014 pukul 14.00 WIB.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) A. Masalah Keperawatan Gangguan kebutuhan suhu tubuh (Hipertermi) B. Pengertian Hipertermi adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal 17-07-2012 jam 10.00 WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG 1. Identitas Pasien Nama Nn. S, umur 25 tahun,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. BIODATA 1. Identitas Pasien. Nama Umur Jenis kelamin Suku/Bangsa Agama : An. F : 3 tahun : Perempuan : Jawa / Indonesia : Islam Status pernikahan : - Pekerjaan : - Alamat : Kedung

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN No.Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) I Hari pertama Senin/17 Juni 09.00-10.30 1. Mengkaji kemampuan secara fungsional

Lebih terperinci

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN An. H DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG LUKMAN RUMAH SAKIT MUHAMMADYAH SEMARANG

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN An. H DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG LUKMAN RUMAH SAKIT MUHAMMADYAH SEMARANG BAB III ASUHAN KEPERAWATAN An. H DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG LUKMAN RUMAH SAKIT MUHAMMADYAH SEMARANG A. PENGKAJIAN Tanggal 20 juni 2011, jam 10. 00 WIB 1. a) Biodata pasien Nama Usia Jenis kelamin

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Typhoid

Laporan Pendahuluan Typhoid Laporan Pendahuluan Typhoid Di UGD RSU AL-ISLAM H.M.MAWARDI KRIAN-SIDOARJO DISUSUN OLEH : Rani Nurlelasari 1101040 AKADEMI KEBIDANAN MITRA SEHAT SIDOARJO TAHUN AJARAN 2011-2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post BAB V PENUTUP Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post ovarektomi dextra atas indikasi kista ovarium yang merupakan hasil pengamatan langsung pada klien yang dirawat di ruang Bougenvile

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi

Lebih terperinci

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. A Jenis Kelamin : Laki - laki Umur : 50 tahun Status Perkawinan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan tanggal 5 7 Juni 2007 pukul WIB.

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan tanggal 5 7 Juni 2007 pukul WIB. BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan tanggal 5 7 Juni 2007 pukul 14.00 WIB. 1. Biodata a. Identitas Pasien Nama Jenis Kelamin Umur Agama Suku Bangsa : An. R : Perempuan : 10 bulan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini penulis akan melaporkan asuhan keperawatan pada klien Ny. S. dengan mioma uteri di ruang B-3 Gynekologi RSP Kariadi Semarang. Adapun data yang di peroleh dari wawancara,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A Pengkajian 1 Biodata a Identitas Pasien Pasien bernama Nn. L, umur 14 tahun, jenis kelamin perempuan, suku bangsa jawa indonesia, agama Islam, pendidikan SMP kelas 2, alamat Demak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan BAB III TINJAUAN KASUS Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan keperawatan pada Ny. F dengan diagnosa medis post sectio caesaria indikasi ketuban pecah dini di ruang Bougenville

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU Lampiran FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA Identitas Pasien Nama : Tn.D Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 67 Tahun Status Perkawinan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Identitas Pasien Nama Umur Jenis kelamin Suku bangsa Agama Alamat : An. B : 6 tahun : lakilaki : Jawa/Indonesia : Islam : Gunung Pati, Semarang No. Register : 5526221

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. A Jenis Kelamin : Laki - laki Umur : 50 tahun Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN. Latar belakang pendidikan. : Perumahan Pantai Perak gang 3 no 21 Semarang. Tanggal masuk RS : 6 September 2013 Diagnosa medis

ASUHAN KEPERAWATAN. Latar belakang pendidikan. : Perumahan Pantai Perak gang 3 no 21 Semarang. Tanggal masuk RS : 6 September 2013 Diagnosa medis ASUHAN KEPERAWATAN Kasus : Nn.A (20 th) datang ke RS dengan keluhan demam tinggi selama 4 hari. Klien mengatakan nyeri kepala, mual, muntah, dan terdapat bintik merah di lengan kanan atas. A. Pengkajian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Tanggal 16 juni. Jam 09.00 1. Biodata a. Identitas pasien : Nama : An. P Umur : 4 bulan Jenis kelamin : laki laki Suku bangsa : Indonesia Agama : kristen Alamat : RT

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN KASUS di ruang Lukman RS. Roemani Semarang.

BAB III LAPORAN KASUS di ruang Lukman RS. Roemani Semarang. BAB III LAPORAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian keperawatan dilakukan pada hari Senin, tanggal 20 Juni 2011 di ruang Lukman RS. Roemani Semarang. 1. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Suku Bangsa

Lebih terperinci

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

KONSEP TEORI. 1. Pengertian KONSEP TEORI 1. Pengertian Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam tinjauan kasus ini penulis menerapkan Asuhan Keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam tinjauan kasus ini penulis menerapkan Asuhan Keperawatan BAB III TINJAUAN KASUS Dalam tinjauan kasus ini penulis menerapkan Asuhan Keperawatan secara langsung kepada pasien yang dirawat dengan penyakit Gagal Ginjal Kronik di ruang C3 Lt.2 RSDK Semarang. Pengumpulan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian keperawatan dilakukan pada hari Senin, tanggal 22 Februari di ruang Baitul Athfal RSI Sultan Agung, Semarang.

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian keperawatan dilakukan pada hari Senin, tanggal 22 Februari di ruang Baitul Athfal RSI Sultan Agung, Semarang. BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian keperawatan dilakukan pada hari Senin, tanggal 22 Februari 2010 di ruang Baitul Athfal RSI Sultan Agung, Semarang. 1. Identitas a. Identitas Klien Nama klien

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam WIB.

BAB III TINJAUAN KASUS. Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam WIB. BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam 10.30 WIB. 1. Biodata a. Identitas Pasien Nama Klien Ny. S, umur 35 tahun, jenis kelamin perempuan, alamat Kalisegoro

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. : 5,5 tahun. Tanggal Masuk : 17 Mei 2010 ( Jam ) Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2010 (Jam )

BAB III TINJAUAN KASUS. : 5,5 tahun. Tanggal Masuk : 17 Mei 2010 ( Jam ) Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2010 (Jam ) BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Biodata a. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Suku Bangsa Agama : An. T : 5,5 tahun : Perempuan : Jawa : Islam Anak ke : 1 Alamat Diagnosa Medis : Plamongan

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 20 Juni 2010 pada keluarga Tn. L (45 th), dengan alamat Sambiroto kecamatan Tembalang, Semarang. Keluarga ini

Lebih terperinci

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG I. PENGKAJIAN isteri (klien) Suami Nama : Ny.S Tn. H Umur : 21 Tahun 22 Tahun Agama : Islam Islam Pendidikan : SMA SMU Pekerjaan : Ibu rumah tangga Wiraswasta Suku / Bangsa : Jawa Jawa Alamat : Ngawi Ngawi

Lebih terperinci

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. I. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. a. Tekanan darah siastole

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi Lampiran 1 Senin/ 17-06- 2013 21.00 5. 22.00 6. 23.00 200 7. 8. 05.00 05.30 5. 06.00 06.30 07.00 3. Mengkaji derajat kesulitan mengunyah /menelan. Mengkaji warna, jumlah dan frekuensi Memantau perubahan

Lebih terperinci

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. D Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 83 tahun Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jl.

Lebih terperinci

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A. Asuhan Keperawatan kasus I. PENGKAJIAN Nama/Inisial : Tn. S Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 28 tahun Status perkawinan : Belum menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : - Alamat :Jl. Dusun I

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 22 Maret 2016 Pukul : 10.30 WIB Data subjektif pasien Ny. T umur 50 tahun bekerja

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post partum spontan di Ruang Baitu Nisa RS Sultan Agung Semarang pada tanggal 14 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Typhoid Abdominalis atau sering disebut Thypus Abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multisistemik

Lebih terperinci

BAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat:

BAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat: 11 BAB II RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 22 Januari 20007 jam 07.30 WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat: 1. Biodata. a. Identitas

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009).

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009). BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis membahas asuhan kebidanan pada bayi S dengan ikterik di RSUD Sunan Kalijaga Demak menggunakan manajemen asuhan kebidanan varney, yang terdiri dari tujuh langkah yaitu

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 April 2012 jam 08.00 WIB dengan hasil sebagai berikut : 1. Identitas Pasien Pasien bernama Ny. S, berumur 33 tahun, berjenis kelamin

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN KASUS

BAB III LAPORAN KASUS BAB III LAPORAN KASUS A. Biodata 1. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Suku Bangsa Agama : An. I : 5 bulan : Laki-laki : Jawa, Indonesia : Islam Status Perkawinan : - Pendidikan : - Pekerjaan : -

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN Dilakukan pada tanggal : 13 Juni 2011 1. Biodata a. Identitas Klien Nama Jenis kelamin Umur Alamat : An. M : Laki-laki : 2 Tahun 10 bulan : Tandang 07/10 Semarang No.

Lebih terperinci

KASUS GIZI BURUK. 1. Identitas. a. Identitas Balita. : Yuni Rastiani. Umur : 40 bln ( ) Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya,

KASUS GIZI BURUK. 1. Identitas. a. Identitas Balita. : Yuni Rastiani. Umur : 40 bln ( ) Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, KASUS GIZI BURUK 1. Identitas a. Identitas Balita Nama : Yuni Rastiani Umur : 40 bln (29-06-2009) Jenis Kelamin : Perempuan Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 29-06-2009 Alamat Agama Suku : Bojong Kaum

Lebih terperinci

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH Jadwal kunjungan di rumah Manajemen ibu post partum Post partum group Jadwal Kunjungan Rumah Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai keadaan

Lebih terperinci

Tindakan keperawatan (Implementasi)

Tindakan keperawatan (Implementasi) LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/ Pukul tanggal 1 Senin / 02-06- 14.45 15.00 15.25 15.55 16.00 17.00 Tindakan keperawatan (Implementasi) Mengkaji kemampuan

Lebih terperinci

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C) Nama : Ardian Nugraheni (23111307C) Nifariani (23111311C) MACAM-MACAM PENYAKIT A. Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) 1) Pengertian Terjadinya penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA OLEH : MEYRIA SINTANI NIM : 2012.C.04a.0314 YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 06.45

Lebih terperinci

BAB Ш TINJAUAN KASUS

BAB Ш TINJAUAN KASUS BAB Ш TINJAUAN KASUS Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang asuhan keperawatan pada anak.f dengan typhus Abdominalis yang di rawat di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Asuhan keperawatan

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post partum episiotomi di ruang B3 Gynekologi RS. Kariadi Semarang. Dari tanggal 7 Mei 2008 sampai

Lebih terperinci

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA DIABETES HIPOGLIKEMIA GEJALA TANDA : Pusing Lemah dan gemetar Lapar Jari dan bibir kebas Pucat Berkeringat Nadi cepat Mental bingung Tak sadar DIABETES HIPOGLIKEMIA PERTOLONGAN PERTAMA ; Bila tak sadar

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Dilakukan pada tanggal 7 Mei 2007 di ruang ginekologi RS Dr. Kariadi Semarang

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Dilakukan pada tanggal 7 Mei 2007 di ruang ginekologi RS Dr. Kariadi Semarang BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Dilakukan pada tanggal 7 Mei 2007 di ruang ginekologi RS Dr. Kariadi Semarang dan diperoleh data sebagai berikut: 1. Identitas pasien Nama Umur : Ny.K : 60 tahun

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran I PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama :Tn. G Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 25 tahun Status Perkawinan : Belum menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 30 Maret 2011 dengan hasil. Jenis kelamin : Perempuan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 30 Maret 2011 dengan hasil. Jenis kelamin : Perempuan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 30 Maret 2011 dengan hasil sebagai berikut : 1. Identitas klien Nama : Ny. S Umur : 49 Tahun Jenis kelamin : Perempuan

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Kelompok III

Disusun Oleh : Kelompok III Disusun Oleh : Kelompok III 1. Saepuloh 2. Endri R. 3. Caca 4. Warini 5. Nursaidah 6. Nurhaenah SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON PROGRAM STUDI KEPERAWATAN 2011 SATUAN ACARA PENYULUHAN Masalah : Kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Typus Abdominalis masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang dapat menular pada siapa saja dan menyerang banyak orang

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pada bab ini penulis melaporkan asuhan perawatan yang telah diberikan pada Tn. M

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pada bab ini penulis melaporkan asuhan perawatan yang telah diberikan pada Tn. M BAB III RESUME KEPERAWATAN Pada bab ini penulis melaporkan asuhan perawatan yang telah diberikan pada Tn. M dengan Typus Abdominalis di ruang Ustman di Rumah Sakit Roemani Semarang mulai tanggal 14 Juni

Lebih terperinci

STUDI KASUS. ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI PADA An. R DENGAN DEMAM THYPOID DI BANGSAL. ANGGREK RSUD Dr. SOEHADI PRIJONEGORO

STUDI KASUS. ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI PADA An. R DENGAN DEMAM THYPOID DI BANGSAL. ANGGREK RSUD Dr. SOEHADI PRIJONEGORO STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI PADA An. R DENGAN DEMAM THYPOID DI BANGSAL ANGGREK RSUD Dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN DI SUSUN OLEH: SRI SUNARTI NIM. P.10055 DISUSUN OLEH : SRI SUNARTI NIM.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Berikut ini adalah laporan asuhan keperawatan pada penderita Gastroenteritis

BAB III TINJAUAN KASUS. Berikut ini adalah laporan asuhan keperawatan pada penderita Gastroenteritis BAB III TINJAUAN KASUS Berikut ini adalah laporan asuhan keperawatan pada penderita Gastroenteritis di RSUD dr H Soewondo Kendal pada tanggal 18 April 2011 sampai dengan 20 April 2011 A. Pengkajian Pengkajian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini penulis akan memaparkan Asuhan keperawatan pada klien Tn. P dengan Fraktur Femur di ruang Bedah laki-laki (A 3 ) RSUP Dr. Kariadi Semarang. Adapun data diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Tanggal : 17 Maret 2015 pukul : 12.30 WIB Pada pemeriksaan didapatkan hasil data

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGI DENGAN IKTERIK DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK. : RSUD Sunan Kalijaga Demak

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGI DENGAN IKTERIK DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK. : RSUD Sunan Kalijaga Demak BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGI DENGAN IKTERIK DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK A. TINJAUAN KASUS 1. Pengkajian Tempat : RSUD Sunan Kalijaga Demak Hari / Tanggal : Rabu, 11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tiap tahunnya. Insiden tertinggi demam thypoid terdapat pada anakanak. kelompok umur 5 tahun (Handini, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tiap tahunnya. Insiden tertinggi demam thypoid terdapat pada anakanak. kelompok umur 5 tahun (Handini, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik. Demam thypoid dijumpai secara luas di berbagai Negara berkembang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis.

Lebih terperinci

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Neuropati otonom Neuropati otonom mempengaruhi saraf otonom, yang mengendalikan kandung kemih,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian pada Ny. S dilakukan pada tanggal 11 Mei 2007 sedangkan pasien masuk RSU Dr. Kariadi tanggal 8 Mei 2007 1. Biodata Biodata pasien Ny. S, 25 tahun, jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Typhoid atau Typhus Abdominalis adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi. Typhi dengan masa tunas 6-14

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.D DENGAN POST PARTUM NORMAL DI RUANG FATIMAH RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.D DENGAN POST PARTUM NORMAL DI RUANG FATIMAH RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.D DENGAN POST PARTUM NORMAL DI RUANG FATIMAH RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG Dalam bab ini penulis akan melaporkan Asuhan Keperawatan Pada Ny. D dengan Post

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post SC di Ruang Fatimah RS Roemani dari tanggal 14 sampai dengan 16 mei. dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL A. Pengertian Terapi murottal adalah rekaman suara Al-Qur an yang dilagukan oleh seorang qori (pembaca Al-Qur an), lantunan Al-Qur an secara fisik mengandung

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA. Nur Hasanah* dan Heti Latifah** ABSTRAK

ASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA. Nur Hasanah* dan Heti Latifah** ABSTRAK ASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA Nur Hasanah* dan Heti Latifah** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan

Lebih terperinci

Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat sakit serupa sebelumnya, batuk lama, dan asma disangkal Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat TB paru dan Asma

Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat sakit serupa sebelumnya, batuk lama, dan asma disangkal Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat TB paru dan Asma Identitas Pasien Nama: An. J Usia: 5 tahun Alamat: Cikulak, Kab Cirebon Jenis Kelamin: Perempuan Nama Ayah: Tn. T Nama Ibu: Ny. F No RM: 768718 Tanggal Masuk: 12-Mei-2015 Tanggal Periksa: 15-Mei-2015 Anamnesis

Lebih terperinci

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN An. A DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG BAITUL ATHFAL RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN An. A DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG BAITUL ATHFAL RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG BAB III ASUHAN KEPERAWATAN An. A DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG BAITUL ATHFAL RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG A. PENGKAJIAN 1. a) Biodata pasien Nama Usia Jenis kelamin Agama Suku bangsa Alamat

Lebih terperinci