Unit 1 Ketidakpastian Pengukuran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Unit 1 Ketidakpastian Pengukuran"

Transkripsi

1 Unt 1 Ketdakpastan Pengukuran I. Tujuan : Setelah melaksanakan praktkum dharapkan mahasswa dapat, 1. Mengetahu sfat-sfat alat ukur 2. Mengkalbras alat ukur II. Alat dan Bahan 1. Rangkaan percobaan 2. Catu Daya stabl 3. Multmeter 4. Osloskop dual trace 5. Kabel konektor (Jumper) III. Teor Dasar Pengujan pengukuran serngkal mencakup nla terukur, yang terletak dekat zona ketdakpastan. Tujuan pengukuran adalah menentukan nla besaran ukur yang mencakup spesfkas besaran ukur, metode pengukuran dan prosedur pengkuran. Secara umum, hasl pengukuran hanya merupakan taksran atau pendekatan nla besaran ukur. Oleh karena tu hasl tersebut hanya lengkap bla dserta dengan pernyataan ketdakpastan dar taksran tersebut. Ketdakpastan adalah ukuran sebaran yang secara beralasan dapat dkatkan dengan nla terukur. Yang memberkan rentang terpusat pada nla terukur, dmana ddalamnya terletak nla benar dengan tngkat kepercayaan tertentu. Beberapa sumber ketdakpastan pengukuran : a. defns besaran ukur yang tdak lengkap b. pengamblan sampel yang dukur bsa jad tdak mewakl besaran ukur yang ddfnskan. c. bas personl dalam membaca peralatan analog d. resolus atau ambang dskrmnas peralatan e. nla yang dberkan pada standar pengukuran atau bahan acuan f. varas pengamatan berulang terhadap besaran ukur dalam konds yang tampak sama 1

2 g. pengaruh konds lngkungan terhadap proses pengukuran. Klafsfkas komponen ketdakpastan Secara umum ketdakpastan pengukuran terdr dar beberapa komponen yang dapat dklasfkaskan menurut metode yang dgunakan untuk menaksr numerknya. 1. Tpe A, yang devaluas dengan analsa statstk dar serangkaan pengamatan. 2. Tpe B, yang devaluas dengan cara selan analss statstk, tap ddasarkan kepada scentfc jugement dengan menggunakan nformas : a. Data pengukuran sebelumnya, b. Pengalaman dan pengetahuan, c. Spesfkas pabrk, d. Data kalbras/laporan kalbras, e. Ketdakpastan dar data acuan/ buku Dalam praktkum kal n kta akan mencoba menghtung ketdakpastan pengukuran dengan Tpe A. Evaluas ketdakpastan baku Tpe A Bla pengukuran dlakukan berulang kal, nla rata-rata dan smpangan bakunya dapat dhtung. Smpangan baku menggambarkan sebaran nla yang dapat dgunakan untuk mewakl seluruh populas dar nla terukur. Dalam sebagaan besar kasus, taksran terbak yang terseda dar nla haapan terhadap suatu besaran yang bervaras secara acak, yang dperoleh dar n pengamatan berulang yang salng bebas dalam konds pengukuran yang sama adalah nla rata-rata dar hasl n pengamatan : 1 x n Smpangan baku adalah suatu taksran sebaran populas dmana n nla tersebut dambl, yatu : s( x ) n 1 n 1 ( x x x) n 1 Setelah melakukan satu kal n pengamatan berulang, kemudan dlakukan pengamatan kedua dar n pengamatan berulang maka nla rata-rata dapat dhtung lag. Kemungknan akan terjad sedkt perbedaan rata-rata dar n pengamatan kedua dar 2 2

3 rata-rata pengamatan pertama. Taksran sebaran dar rata-rata populas dapat dhtung dar smpangan baku rata-rata ekspermental (ESDM): s( x) s ( x Ketdakpastan baku Tpe A, u(x ) dar suatu besaran yang dtentukan dar n pengamatan berulang yang salng bebas adalah nla ESDM: u(x ) = s(x) Jad nla besaran yang terukur adalah hasl pembacaan u(x ) n ) 3

4 Lembar Kerja Kalbras Tegangan DC No. Sertfkat: : Tgl dterma : Nama Alat : Alat standard : Kapastas : Nama : Readblty : No.sertfkat : Tpe/model : Ketelusuran : No. Ser : Lokas Kalbras : Merk/Buatan : Konds Lngkungan : Kelas : Metode Kalbras : Acuan : Has Kalbras o C Rentang (Volt) Frekwens (Hz) Penunjuk Alat (Volt) Pembacaan Standard (Volt) Nak Turun Nak Turun repeablty Rara-rata pembacaan Nak turun Catatan : Nla rata-rata dbulatkan ke : Repeblty terbesar : (Repeblty = harga mutlak dar selsh pembacaan nak.1 dan pembacaan nak.2 atau pembacaan turun.1 dan pembacaan turun.2) Dsetuju: Tgl. Dperksa: Tgl. Dkalbras: Tgl. 4

5 Lembar Kerja Kalbras Tegangan AC No. Sertfkat: : Tgl dterma : Nama Alat : Alat standard : Kapastas : Nama : Readblty : No.sertfkat : Tpe/model : Ketelusuran : No. Ser : Lokas Kalbras : Merk/Buatan : Konds Lngkungan : Kelas : Metode Kalbras : Acuan : Has Kalbras o C Rentang (Volt) Frekwens (Hz) Penunjuk Alat (Volt) Pembacaan Standard (Volt) Nak Turun Nak Turun repeablty Rara-rata pembacaan Nak turun Catatan : Nla rata-rata dbulatkan ke : Repeblty terbesar : (Repeblty = harga mutlak dar selsh pembacaan nak.1 dan pembacaan nak.2 atau pembacaan turun.1 dan pembacaan turun.2) Dsetuju: Tgl. Dperksa: Tgl. Dkalbras: Tgl. 5

6 Lembar Kerja Kalbras Tahanan No. Sertfkat: : Tgl dterma : Nama Alat : Alat standard : Kapastas : Nama : Readblty : No.sertfkat : Tpe/model : Ketelusuran : No. Ser : Lokas Kalbras : Merk/Buatan : Konds Lngkungan : Kelas : Metode Kalbras : Acuan : Has Kalbras o C Rentang (Ohm) Penunjuk Alat (Ohm) Pembacaan Standard (Ohm) Nak Turun Nak Turun repeablty Rara-rata pembacaan Nak turun Catatan : Nla rata-rata dbulatkan ke : Repeblty terbesar : (Repeblty = harga mutlak dar selsh pembacaan nak.1 dan pembacaan nak.2 atau pembacaan turun.1 dan pembacaan turun.2) Dsetuju: Tgl. Dperksa: Tgl. Dkalbras: Tgl. 6

7 UNIT II APPLIKASI OP AMP 1 II. Tujuan : Setelah melaksanakan praktkum dharapkan mahasswa dapat, 1. Mengetahu sfat-sfat Op-Amp 2. Merancang rangkaan dengan Op-Amp 3. Menerapkan Op-Amp pada berbaga aplkas II. Alat dan Bahan 6. Rangkaan percobaan 7. Catu Daya stabl 8. Multmeter 9. Osloskop dual trace 10. Kabel konektor (Jumper) III. Teor Dasar Secara teor Operatonal Amplfer (Op-Amp) atau Penguat Operas adalah penguat dengan koplng langsung (DC = Drect Couplng) yang memlk sfat-sfat sebaga berkut : 1. Faktor penguatan tak terhngga (A = ) Artnya perubahan sedkt saja pada masukannya akan menyebabkan perubahan yang besar pada keluarannya. Karena pada penggunaannya tegangan output berhngga dan karena walaupun V Tahanan Input Tak Terhngga ( R ) V A.V, sedangkan A = maka V danggap nol O Artnya nputnya tak menark daya dar tngkat sebelumnya (yang dperlukan hanya perubahan tegangan). Karena nput tdak ada arus. 3. Tahanan Output = 0 V I, bla R R maka I 0 jad pada Artnya tegangan output akan tetap walaupun mpedans beban hamper nol. 4. Bandwth dar DC sampa Tak Terhngga 7

8 Penguatan dar DC sampa frekuens tak terhngga besarnya tetap. 5. Tak ada Drft Tegangan Tegangan output tak berubah bla suhu berubah. 6. Rse Tme = 0 Waktu yang dperlukan untuk mencapa harga puncak pada output sama dengan pada snyal nput. Mengngat bahwa bahan-bahan yang dpergunakan untuk membuat IC Op-Amp kemampuannya terbatas, maka kenyataannya sebuah Op-Amp tdaklah perss sepert penguat deal. Beberapa contoh rangkaan dasar dengan Op-Amp adalah sebaga berkut : Gambar 1. Rangkaan dasar Op-Amp 8

9 A. Gelncran Nol (Zero Offset) +5V OUT PUT LM K 1 2-5V Ukurlah Tegangan Keluaran: RESISTOR VAR d putar ke kanan Vo = RESISTOR VAR d putar ke kr Vo = RESISTOR VAR d putar ke poss tengah Vo = Apakah output dapat 0 volt? Ya/Tdak Jelasan : B. Penguat Membalk R2 -Vcc Input R1 1 K LM741 6 output +Vcc 9

10 Penggaruh Perubahan R2 f.n = 1 KHz V.n = 100mV p - p +Vcc = 5Volt -Vcc = 5Volt R 2 (Ohm) V 0 (skala) Volts/Dv V 0 (Volt) R2 = 1 KΩ R2 = 4K7 Ω R2 = 10 KΩ Penggaruh Perubahan V.n f.n = 1 KHz R2 = 10 KΩ +Vcc = 5Volt -Vcc = 5Volt Gambarkan bentuk gelombang nput dan output V.n = 100mV p - p (snus) V.n = 300mV p - p (snus) V.n = 700m V p - p (snus) V.n = 1 V p - p (snus)

11 Penggaruh Perubahan Vcc f.n = 1 KHz R2 = 10 KΩ V.n = 700m V p - p (snus) Gambarkan bentuk gelombang nput dan output +Vcc = 5Volt -Vcc = 5Volt +Vcc = 7Volt -Vcc = 7Volt Vcc = 9Volt -Vcc = 9Volt +Vcc = 12Volt -Vcc = 12Volt

12 C. Penguat Tak Membalk +5V 7 1 Input output LM R2-5V 1K Penggaruh Perubahan R2 f.n = 1 KHz V.n = 100mV p - p +Vcc = 5Volt -Vcc = 5Volt R 2 (Ohm) V 0 (skala) Volts/Dv V 0 (Volt) R2 = 1 KΩ R2 = 4K7 Ω R2 = 10 KΩ 12

13 Penggaruh Perubahan V.n f.n = 1 KHz R2 = 10 KΩ +Vcc = 5Volt -Vcc = 5Volt Gambarkan bentuk gelombang nput dan output V.n = 100mV p - p (snus) V.n = 300mV p - p (snus) V.n = 700m V p - p (snus) V.n = 1,2 V p - p (snus)

14 Penggaruh Perubahan Vcc f.n = 1 KHz R2 = 10 KΩ V.n = 1000m V p - p (snus) Gambarkan bentuk gelombang nput dan output +Vcc = 5Volt -Vcc = 5Volt +Vcc = 7Volt -Vcc = 7Volt Vcc = 9Volt -Vcc = 9Volt +Vcc = 12Volt -Vcc = 12Volt Yogyakarta,. Assten / Instruktur Nama : 14

15 UNIT III APPLIKASI OP AMP II III. Tujuan : Setelah melaksanakan praktkum dharapkan mahasswa dapat, 1. Mengetahu sfat-sfat Op-Amp 2. Merancang rangkaan dengan Op-Amp 3. Menerapkan Op-Amp pada berbaga aplkas lanjut II. Alat dan Bahan 11. Rangkaan percobaan 12. Catu Daya stabl 13. Multmeter 14. Osloskop dual trace 15. Kabel konektor (Jumper) III. Teor Dasar Secara teor Operatonal Amplfer (Op-Amp) atau Penguat Operas adalah penguat dengan koplng langsung (DC = Drect Couplng) yang memlk sfat-sfat sebaga berkut : 7. Faktor penguatan tak terhngga (A = ) Artnya perubahan sedkt saja pada masukannya akan menyebabkan perubahan yang besar pada keluarannya. Karena pada penggunaannya tegangan output berhngga dan karena walaupun V Tahanan Input Tak Terhngga ( R ) V A.V, sedangkan A = maka V danggap nol O Artnya nputnya tak menark daya dar tngkat sebelumnya (yang dperlukan hanya perubahan tegangan). Karena nput tdak ada arus. 9. Tahanan Output = 0 V I, bla R R maka I 0 jad pada Artnya tegangan output akan tetap walaupun mpedans beban hamper nol. 15

16 10. Bandwth dar DC sampa Tak Terhngga Penguatan dar DC sampa frekuens tak terhngga besarnya tetap. 11. Tak ada Drft Tegangan Tegangan output tak berubah bla suhu berubah. 12. Rse Tme = 0 Waktu yang dperlukan untuk mencapa harga puncak pada output sama dengan pada snyal nput. Mengngat bahwa bahan-bahan yang dpergunakan untuk membuat IC Op-Amp kemampuannya terbatas, maka kenyataannya sebuah Op-Amp tdaklah perss sepert penguat deal. 16

17 IV. LEMBAR PENGAMATAN D. Penguat Dferensal R2-5V Input 1 Input 2 R1 Ra LM741 6 output 7 1 Rb +5V f.n = 1 KHz V.n = 100mV p - p (snus) Gambarkan bentuk gelombang nput dan output R1 = 1 KΩ, R2 = 2K2Ω Ra = 1 KΩ, Rb = 2K2Ω R1 = 1 KΩ, R2 = 2K2Ω Ra = 2K2Ω, Rb = 4K7Ω R1 = 1 KΩ, R2 = 2K2Ω Ra = 1 KΩ, Rb = 1 KΩ R1 = 1 KΩ, R2 = 2K2Ω Ra = 1 KΩ, Rb = 4K7Ω 17

18 Dengan nput tegangan DC, Vn1 = 5V dan Vn2 = 5V (dc) R1 = 1 KΩ, R2 = 2K2Ω Ra = 1 KΩ, Rb = 2K2Ω R1 = 1 KΩ, R2 = 2K2Ω Ra = 1 KΩ, Rb = 4K7Ω

19 E. Integrator C1 50 nf R2-5V 1M Input 1 R LM741 6 output V f.n = 100 Hz V.n = 900mV p - p (snus) Gambarkan bentuk gelombang nput dan output R2 = 1 KΩ R2 = 10 KΩ R2 = 4K7 Ω R2 = 47 KΩ

20 f.n = 1 KHz V.n = 2V p - p (kotak) Gambarkan bentuk gelombang nput dan output R2 = 1 KΩ R2 = 10 KΩ R2 = 4K7 Ω R2 = 47 KΩ

21 F. Integrator Dferensator R1-5V Input 1 C1 50 nf LM741 6 output V f.n = 100 Hz V.n = 900m V p - p (snus) Gambarkan bentuk gelombang nput dan output R2 = 1 KΩ R2 = 10 KΩ R2 = 4K7 Ω R2 = 47 KΩ

22 f.n = 1 KHz V.n = 2 V p - p (segtga) Gambarkan bentuk gelombang nput dan output R2 = 1 KΩ R2 = 10 KΩ R2 = 4K7 Ω R2 = 47 KΩ

23 G. Op-Amp Dalam Regulator Tegangan. R1 RF 1 k -5V + Vdc Rs 1 k LM output Zener Vzener = 3V8 V.n = 5 V R f (Ohm) V 0 1 KΩ 1K5 Ω 2 KΩ 4K7 Ω 5 KΩ Vzener = 6V8 V.n = 5 V R f (Ohm) V 0 1 KΩ 1K5 Ω 2 KΩ 4K7 Ω 5 KΩ Yogyakarta,. Assten / Instruktur Nama : 23

24 UNIT IV PENGUKURAN TEMPERATUR MENGGUNAKAN TERMISTOR TUJUAN PERCOBAAN 1. Mengetahu sensor suhu jens termstor 2. Menggunakan termstor untuk mengukur suhu 3. Mengetahu respon, senstftas, lner, press dan akuras PERALATAN Op-amp 741 x 1 Resstor 1Kohm x 2, 10Kohm x 2, dan 100ohm x 1 NTC x 1 Thermometer press x 1 Solder x 1 Butran es x 1 Catudaya x 1 TEORI Temperature standar yang utama adalah temperature tetap yang dperoleh dar fenomena fsk. Contohnya adalah ttk trple dar hydrogen pada suhu 1337,58K, ttk trple dar es pada suhu 273,16K dan ttk beku dar emas pada suhu 1337,58 K. Ttk trple merupakan ttk khusus dalam temperatur dengan tekenan permukaan yang mana tga fasa zat (padat, car dan gas) berada dalam konds lngkungan yang sama. Hal n telah dterangkan dalam skala temperatur termodnamka mutlak dar kelvn dmana 0K merupakan energ panas mnmum. Dalam lmu pengetahuan dan teknk, juga dpaka skala temperatur Celcus. Suhu 0 o C merupakan ttk beku dan 100 o C merupakan ttk ddh ar pada tekanan standar. Ttk trple ar pada tekanan terendah (6,11 mbar atau 4,58 mm hg). Ttk beku ar adlah 273,15 K, dan untuk mengkonvers dar celcus ke kelvn dengan menambah 273,15. Transduser temperatur Salah satu dar tranduser temperatur non lstrk yang umum adalah termometer mercury atau alkohol. Jens termometer n terdr dar suatu gelombung berskan caran yang dhubungkan pada tabung kapler. Perubahan s n akan dkonverskan menjad 24

25 panjang tabung kapler. Trnaduser temperatur lan yang merupakan tranduser lstrk adalah platnum resstance thermometer, thermocople, dan termstor. Termstor Termstor untuk pengukuran temperatur terdr dar sepotong oksda mental yang menghaslkan penurunan resstans lstrk akbat dar naknya temperatur. Dalam semkonduktor, jka temperatur dnakan, maka beberapa elektron akan bergerak dar pta valens ke pta konduktf sehngga konduktftas lstrk akan nak. Konduktvtas lstrk n telah dterangkan melalu mekansme Boltzman, yang mana jumlah dar elektron dalam pta konduks bergantung pada temperatur e (-E/kT), dmana E merupakan celah pta, sektar 0,3eV dan k adalah konstanta Boltzmann sama dengan 8,61709 x 10-5 ev/k. Resstans merupakan kebalkan dar konduktvtas, resstans akan sebandng dengan e (+E/kT) = e (35000/T). Hubungan antara resstans R dan temperatur T dberkan oleh: R( T) R( To) e [ (1/ T 1/ To)] Dmana T dalam derajat Kelvn, To adalah temperatur referns, dan adalah koefsen temperatur dar bahan. Persamaan d atas terlhat bahwa resstans menurun secara eksponensal. Hal n sebaga akbat naknya konsentras elektron dalam pta konduks karena naknya temperatur. Deskrps yang lebh akurat dberkan oleh persamaan : 1/T=A+B(ln R) + C(ln R) 3 Dmana A, B, dan C adalah konstanta emprs yang dperoleh melalu data pengukuran. Karena persamaan tersebut lner untuk A, B, dan C maka teknk fttng least-squares dapat kta paka. Sebaga aproksmas awal, A ln R0 / T0 dan B. Dengan mengabakan harga (lnr) 3, hubungan antara 1/T dan ln R untuk termstor terlhat sepert gambar1 Gambar 1. Hubungan antara 1/T dan ln R untuk termstor, setelah mengabakan (ln R) 3 25

26 Konstanta dspas adalah daya yang dperlukan untuk menakan temperatur 1 o C datas meda d sektarnya. Untuk termstor yang dtempatkan pada mnyak, konstanta dspasnya sektar 10 mw/ o C. Hal n pentng untuk dketahu karena arus yang melalu termstor harus djaga cukup kecl sehngga pemanasan joule tdak mempengaruh pengukuran temperatur. Untuk dpaka dalam pengukuran temperatur, termstor dgunakan rangkaan jembatan sepert gambar 2 Gambar 2. Jembatan whteton Persamaan dar rangkaan gambar 2 adalah Thermstor x 5K = Potensometer(100K) x 5K Dar keluaran gambar 2, akan dkuatkan dengan rangkaan penguat dferensal sepert gambar 3 10K -5V Input 1 Input 2 1K 1K LM output 10K +5V Gambar 3. Rangkaan penguat deferensal Persamaan dar rangkaan gambar 3 adalah 26

27 LANGKAH PERCOBAAN 1. MENENTUKAN KARAKTERISTIK TERMISTOR Atur sedemkan rupa sehngga badan thermstor dan termometer sangat berdekatan agar mendapat akses panas dar solder Catat suhu mula mula dan nla pembacaan voltmeter. Hangatkan termstor dan catat suhu beserta perubahan tegangan pada voltmeter sesua tugas pengamatan. Sketsalah grafk perubahan suhu terhadap perubahan tegangan. Dengan menggunakan teknk fttng least-squares buatlah rumus antara perbandngan suhu dengan tegangan. 2. RANGKAIAN TERMISTOR DENGAN JEMBATAN Atur sedemkan rupa sehngga badan thermstor dan termometer sangat berdekatan agar mendapat akses panas dar solder Catat suhu mula mula dan nla pembacaan voltmeter. 27

28 Hangatkan termstor dan catat suhu beserta perubahan tegangan pada voltmeter sesua tugas pengamatan. Sketsalah grafk perubahan suhu terhadap perubahan tegangan. Dengan menggunakan teknk fttng least-squares buatlah rumus antara perbandngan suhu dengan tegangan. 3. RANGKAIAN TERMISTOR DENGAN PENGUATAN 10K -5V Input 1 Input 2 1K 1K LM output 10K +5V Atur sedemkan rupa sehngga badan thermstor dan termometer sangat berdekatan agar mendapat akses panas dar solder Keluaran dar jembatan whteton, hubungkan ke penguat deferensal. Catat suhu mula mula dan nla pembacaan voltmeter pada output jembatan dan pengutan deffernsal. Hangatkan termstor dan catat suhu beserta perubahan tegangan pada output jembatan dan pengutan deffernsal sesua tugas pengamatan. Sketsalah grafk perubahan suhu terhadap perubahan tegangan. Dengan menggunakan teknk fttng least-squares buatlah rumus antara perbandngan suhu dengan tegangan. LAPORAN PERCOBAAN 28

29 1. MENENTUKAN KARAKTERISTIK TERMISTOR No Suhu terukur VO RANGKAIAN TERMISTOR DENGAN JEMBATAN No Suhu terukur VO RANGKAIAN TERMISTOR DENGAN PENGUATAN 29

30 No Suhu terukur VO Voutput penguat Mengetahu Dosen / Supervsor Yogyakarta,. Assten Nama: Nama : 30

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. KEPEMILIKAN DAN PENGESAHAN... iii UNIT I. KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN... 1 UNIT II. APLIKASI OP-AMP 1...

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. KEPEMILIKAN DAN PENGESAHAN... iii UNIT I. KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN... 1 UNIT II. APLIKASI OP-AMP 1... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i KEPEMILIKAN DAN PENGESAHAN... iii UNIT I. KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN... 1 UNIT II. APLIKASI OP-AMP 1... 7 UNIT III. APLIKASI OP-AMP PENGUAT TAK MEMBALIK... 12 UNIT IV. APLIKASI

Lebih terperinci

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED Q POWE ELECTONIC LABOATOY EEYTHING UNDE SWITCHED PAKTIKUM ELEKTONIKA ANALOG 01 P-04 Dasar Opamp Smt. Genap 2015/2016 A. Tujuan Menngkatkan pemahaman dan keteramplan mahasswa tentang: 1. Unjuk kerja dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804 Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Lstrk Berbass Lm-35 Dan Sstem Akuss Data Adc-0804 Ummu Kalsum Unverstas Sulawes Barat e-mal: Ummu.kalsum@unsulbar.ac.d Abstrak Peneltan n merupakan pengukuran laju temperatur

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

DP PEDOMAN EVALUASI DAN PELAPORAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN JUNI 2003

DP PEDOMAN EVALUASI DAN PELAPORAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN JUNI 2003 DP.01.23 PEDOMAN EVALUASI DAN PELAPORAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN JUNI 2003 Komte Akredtas Nasonal Natonal Accredtaton Body of Indonesa Gedung Manggala Wanabakt, Blok IV, Lt. 4 Jl. Jend. Gatot Subroto,

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI LATAR BELAKANG Teori Dasar Tujuan LANGKAH KERJA Rangkaian Buffer...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI LATAR BELAKANG Teori Dasar Tujuan LANGKAH KERJA Rangkaian Buffer... DFT ISI DFT ISI....LT BELKNG... 2. Teor Dasar... 2.2 Tujuan... 3 2. LNGKH KEJ... 4.. angkaan Buer... 4.2. angkaan Invertng... 4.3. angkaan Non- Invertng... 5.4. angkaan Summng... 5.5. angkaan Derensator...

Lebih terperinci

PERCOBAAN 8 RANGKAIAN INVERTING DAN NON INVERTING OP-AMP

PERCOBAAN 8 RANGKAIAN INVERTING DAN NON INVERTING OP-AMP PCOBAAN 8 ANGKAIAN INVTING DAN NON INVTING OP-AMP 8. Tujuan : ) Mendemonstraskan prnsp kerja dar rangkaan penguat nvertng dan non nvertng dengan menggunakan op-amp 74. 2) Investgas penguatan tegangan closed

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd Pertemuan Ke-6 D asng Pada J ALFH, S.Pd,M.Pd Pemran bas pada rangkaan J Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung, dpredks dan tdak senstf terhadap perubahan

Lebih terperinci

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap

Lebih terperinci

Bab 3 Analisis Ralat. x2 x2 x. y=x 1 + x 2 (3.1) 3.1. Menaksir Ralat

Bab 3 Analisis Ralat. x2 x2 x. y=x 1 + x 2 (3.1) 3.1. Menaksir Ralat Mater Kulah Ekspermen Fska Oleh : Drs. Ishaft, M.S. Program Stud Penddkan Fska Unverstas Ahmad Dahlan, 07 Bab 3 Analss Ralat 3.. Menaksr Ralat Msalna suatu besaran dhtung dar besaran terukur,,..., n. Jka

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Solusi Ujian 2 EL2005 Elektronika Sabtu, 3 Mei

Solusi Ujian 2 EL2005 Elektronika Sabtu, 3 Mei Solus Ujan 2 EL2005 Elektronka Sabtu, 3 Me 2014 13.00-15.30 1. Transstor MOSFET Penguat berkut memlk penguatan -25V/V. Anggap nla kapastor tak berhngga. V DD = 5V, V t =0,7V, k n =1mA/V 2. Resstans nput

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2 1. D bawah n adalah pernyataan mengena pengukuran : 1. mengukur adalah membandngkan besaran yang dukur dengan besaran sejens yang dtetapkan sebaga satuan 2. dalam setap pengukuran selalu ada kesalahan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB VIII. Analisa AC Pada Transistor

BAB VIII. Analisa AC Pada Transistor Bab, Analsa A pada Transstot Hal 166 BAB Analsa A Pada Transstor Analsa A atau serngkal dsebut analsa snyal kecl pada penguat adala analsa penguat snyal A, dengan memblok snyal D yatu dengan memberkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

PENGUAT TRANSISTOR. dimana A V adalah penguatan tegangan (voltage gain). Hal yang sama untuk penguat arus berlaku

PENGUAT TRANSISTOR. dimana A V adalah penguatan tegangan (voltage gain). Hal yang sama untuk penguat arus berlaku 13 PNGUA ANSSO 13.1 Mdel Setara Penguat Secara umum penguat (amplfer) dapat dkelmpkkan menjad 3 (tga), yatu penguat tegangan, penguat arus dan penguat transresstans. Pada dasarnya kerja sebuah penguat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

TEORI KESALAHAN (GALAT)

TEORI KESALAHAN (GALAT) TEORI KESALAHAN GALAT Penyelesaan numerk dar suatu persamaan matematk hanya memberkan nla perkraan yang mendekat nla eksak yang benar dar penyelesaan analts. Berart dalam penyelesaan numerk tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryatno Sudrham Analss Rangkaan Lstrk D Kawasan Waktu BAB 5 Model Prant Aktf, Doda, OP AMP Dengan mempelajar model prant aktf, kta akan mampu memformulaskan karakterstk arus-tegangan elemen aktf: sumber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk BAB TNJAUAN PUSTAKA Pengertan Gelombang Buny (Akustk) [ 3, 4, -S, 6, 7, S] Gelombang buny adalah gelombang yang drarnbatkan sebaga gelombang mekank longtudnal yang dapat berjalan dalam medum padat, car

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

PENDUGAAN RASIO, BEDA DAN REGRESI

PENDUGAAN RASIO, BEDA DAN REGRESI TEKNIK SAMPLING PENDUGAAN RASIO, BEDA DAN REGRESI PENDAHULUAN Pendugaan parameter dar peubah Y seharusnya dlakukan dengan menggunakan nformas dar nla-nla peubah Y Bla nla-nla peubah Y sult ddapat, maka

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

Ketidakpastian dan Pengukuran

Ketidakpastian dan Pengukuran Modul Ketdakpastan dan Pengukuran Paken Pandangan, S.S., M.S. Artoto Arkundato, S.S., M.S. P PENDAHULUAN engamatan atas suatu besaran fss basanya akan berlanjut dengan pengukuran suatu besaran fss tertentu,

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan :

Analisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan : Analss Regres Pokok Bahasan : Dagnosa Model Melalu Pemerksaan Ssaan dan Identfkas Pengamatan Berpengaruh Itasa & Y Angran Dep. Statstka FMIPA-IPB Ssaan Ssaan adalah menympangnya nla amatan y terhadap dugaan

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB IV TRIP GENERATION

BAB IV TRIP GENERATION BAB IV TRIP GENERATION 4.1 PENDAHULUAN Trp Generaton td : 1. Trp Producton 2. Trp Attracton j Generator Attractor - Setap tempat mempunya fktor untuk membangktkan dan menark pergerakan - Bangktan, Tarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

AMPERMETER-VOLTMETER-AVOMETER

AMPERMETER-VOLTMETER-AVOMETER mpermeter, oltmeter dan vometer KEGITN BELJ 1. LNDSN TEOI MPEMETE-OLTMETE-OMETE Dalam Fska Dasar II pada pokok bahasan gaya magnetk dan momen gaya magnetk, telah dbahas mengena bagamana kumparan berarus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci