BAB V KARAKTERISTIK PEMULUNG, KELUARGA PEMULUNG, KERJA PEMULUNG DAN LAPAK PEMULUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KARAKTERISTIK PEMULUNG, KELUARGA PEMULUNG, KERJA PEMULUNG DAN LAPAK PEMULUNG"

Transkripsi

1 38 BAB V KARAKTERISTIK PEMULUNG, KELUARGA PEMULUNG, KERJA PEMULUNG DAN LAPAK PEMULUNG 5.1 Karakteristik Pemulung Karakteristik pemulung merupakan ciri-ciri khusus yang memberikan gambaran tentang pemulung. Beberapa karakteristik pemulung yang akan dibahas diantaranya adalah usia pemulung, jenis kelamin, pendidikan terakhir, daerah asal pemulung, etnis pemulung, pengalaman kerja pemulung sebelumnya dan latar belakang kerja orang tua pemulung. Karakteristik individu dari pemulung disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Karakteristik Pemulung di Lapak Pemulung Kelurahan Beji, Maret 2010 No. Karakteristik Individu Pemulung Frekuensi (n) Persentase (%) Total (%) Usia 1. a. Produktif ( 10-59) (100) b. Non Produktif (> 59) (0) 2. Jenis Kelamin a. Laki-Laki 5 55,6 5 (55,6) b. Perempuan 4 44,4 4 (44,4) 3. Pendidikan Terakhir a. Tinggi (> SMA) (0) b. Rendah (< SMA) (100) 4. Daerah Asal a. Desa (100) b. Kota (0) 5. Etnis a. Jawa (100) b. Luar Jawa (0) Pengalaman Kerja Pemulung Sebelumnya 6. a. Petani 4 44,5 4 (44,4) b. Pedagang Kecil (11,1) c. Pembantu Rumah Tangga 2 22,2 2 (22,2) d. Buruh bangunan 2 22,2 2 (22,2) 7. Latar belakang Pekerjaan Orang Tua Pemulung a. Petani 6 66,7 6 (66,7) b. Pemulung 2 22,2 2 (22,2) c. Pembantu Rumah Tangga (11,1) Sumber : Data primer penelitian, Maret 2010.

2 Usia Pemulung Usia pemulung yang bekerja di Kelurahan Beji berada di dalam kisaran usia produktif, yakni tahun. Usia produktif adalah usia dimana seseorang memiliki kemampuan untuk berusaha. Mengacu pada pendapat Chambers & Conway (dalam Ellis, 2000) yang dikutip oleh Stephanie (2008) menjelaskan mengenai unsur nafkah, bahwa dibutuhkan kemampuan atau kapabilitas agar dapat memanfaatkan aset yang dikuasainya sehingga ia dapat bertahan hidup. Pada kisaran usia produktif para pemulung dapat memanfaatkan semua modal yang mereka miliki untuk menjalankan usaha memulung. Pada lapak pemulung ini terdapat seorang anak (Tf) berusia 13 tahun yang turut serta memulung. Sebenarnya keikutsertaan Tf tidak diizinkan oleh kedua orang tuanya. Orang tuanya menginginkan Tf untuk melanjutkan sekolahnya yang terhenti di kelas 4 SD. Berikut pernyataan Ibu Snr :.saya toh mba pengennya anak saya ngelanjutin sekolahnya. Waktu di wonosobo itu cuma sampai kelas 4, pengennya saya dia di Depok bisa ngelanjutin. Apalagi kan gratis kan ya mba SD itu. Tapi anak saya udah ga mau sekolah, pengennya mulung. Susah mba dibilanginnya.. Keinginan Tf untuk memulung didasarkan atas kemauannya sendiri untuk membantu orang tuanya. Faktor lain yang mendorong Tf tidak mau melanjutkan sekolahnya adalah keengganannya untuk belajar kembali di sekolah Jenis Kelamin Profesi memulung mudah dimasuki oleh tenaga kerja, baik laki-laki ataupun perempuan. Mengacu pada Tabel 3, dapat terlihat bahwa perbandingan profesi memulung yang digeluti oleh laki-laki dengan perempuan hampir sama. Sebab baik laki-laki maupun perempuan yang tinggal di lapak ini turut serta bekerja sebagai pemulung. Bagi Ibu-ibu yang sedang memiliki bayi jam kerja memulung mereka akan dikurangi. Pemulung perempuan biasanya akan mengurus bedeng terlebih dahulu sebelum berangkat memulung. Beberapa pekerjaan yang rutin dilakukannya adalah memasak, menyapu, mencuci dan mengurus anak.

3 Pendidikan Terakhir Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pemulung termasuk rendah. Mengacu pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa tidak ada pemulung yang menamatkan pendidikan SMA. Dari hasil penelitian di ketahui bahwa hanya terdapat empat pemulung yakni Bapak Sdr, Bapak Swn, Ibu Km dan Ibu Spn yang menamatkan pendidikan hingga SMP. Bapak Dmr dan Mas Agk hanya dapat menamatkan pendidikan sampai jenjang SD. Responden sisanya seperti Ibu Msm, Ibu Snr, dan Tf tidak menamatkan pendidikan di SD. Mereka memutuskan untuk berhenti sekolah ketika duduk di kelas 4 SD. Ibu Msm merupakan pemulung yang memiliki keterbatasan dalam membaca. Rendahnya tingkat pendidikan inilah yang membuat mereka tidak dapat memasuki sektor formal. Hal ini disebabkan oleh tingkat ekonomi keluarga yang miskin sehingga mereka hanya mampu sekolah sampai tingkat SD maupun SMP. Penghasilan yang kurang, jelas tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kondisi ini terlihat pada kasus Bapak Sdr, Ibu Km, Bapak Swn, Ibu Spn dan Ibu Msm yang orang tuanya dahulu hanya bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan yang rendah. Untuk memenuhi kebutuhan makan saja pas-pasan, apalagi untuk menambah pengeluaran untuk pendidikan. Masalah keterbatasan dana untuk sekolah terlihat pula pada kasus Mas Agk yang ibunya hanya bekerja sebagai buruh cuci. Keadaan ini membuat Mas Agk hanya mampu menamatkan pendidikan sampai tingkat SD. Berikut pernyataanya :..orang tua saya ga bisa sekolahin saya sampai SMP mba, buat makan sekeluarga aja pas-pasan mba, apalagi buat ngelanjutin sekolah, kakak saya juga cuman sampai SD mba, ibu saya kan kerja nya cuma jadi buruh cuci, bapak saya juga udah meninggal waktu saya kecil. Keterbatasan dalam memperoleh pendidikan dirasakan pula oleh Ibu Msm. Ibu Msm tidak sempat menamatkan pendidikan SD. Hal ini karena, orang tuanya mengharuskan ia untuk bekerja. Berikut pernyataanya : umur sembilan taun juga saya mah udah kerja jadi PRT neng, diajak ma tetangga, sekolah juga cuman sampe kelas 4, emak sama bapak nyuruh saya kerja, malah saya mah disuruh cepet-cepet, kata bapak biar ngurangin tanggungan, jadi ajah saya kawin umur tiga belas taun.

4 41 Pendidikan yang rendah membuat para pemulung tidak dapat tertampung dalam sektor formal. Hal ini didukung pula oleh spesifikasi keterampilan yang dibutuhkan dan ditetapkan sektor formal tidak sesuai dengan keterampilan yang dimiliki oleh para pemulung Daerah Asal Dari penelitian yang ada selama ini, telah diketahui bahwa pekerja yang berada di sektor informal sebagian besar adalah masyarakat pedesaan yang terlempar dari sektor pertanian karena kelebihan tenaga kerja ataupun pendapatan dari sektor pertanian tidak dapat menutupi kebutuhan hidup. Masyarakat dari desa, bermigrasi ke kota untuk mencari pekerjaan dan memperbaiki ekonomi rumah tangganya. Dari Tabel 3 diketahui bahwa para pemulung berasal dari desa. Para pemulung datang ke Depok dengan tujuan untuk mencari pekerjaan dan mengharapkan pendapatan yang lebih baik. Bapak Drm berasal dari Wonosobo, ia memutuskan pindah ke Depok karena menurutnya usaha pertanian sawah yang menjadi nafkah utamanya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Saat bekerja memulung di Depok Bpk Drm tidak membawa serta istri dan anaknya. Istri Bpk Drm yakni Ibu Snr akhirnya memutuskan merantau ke Depok mengikuti suaminya. Ia juga membawa kedua anaknya untuk turut serta tinggal dan menetap di Depok. Keputusan Ibu Snr untuk pindah ke Depok dilatarbelakangi oleh kurangnya keterampilannya dalam mengolah sawahnya. Berikut ini pernyataan dari Ibu Snr :..di desa juga, saya ga ngapa-ngapain mba, ngerjain sawah juga saya ga bisa sendirian, mendingan ikut suami bisa kerja, sekalian ngurusin suami. Sekarang sawahnya saya titipin ke kakaknya suami saya mba. Profesi memulung ini juga digeluti oleh Mas Agk yang berasal dari Garut, Jawa Barat. Ia memutuskan untuk pindah ke Depok dengan harapan mendapatkan pekerjaan. Keputusannya untuk pindah juga dilatarbelakangi oleh tidak tersedianya lapangan pekerjaan di daerah asalnya. Pemulung di lapak ini seluruhnya berasal dari daerah Jawa. Tidak jarang pula asal daerah pemulung yang satu dengan pemulung yang lainnya sama. Keempat responden yang bekerja sebagai pemulung yakni Bapak Drm, Ibu Snr,

5 42 Bapak Sdr dan Ibu Snr memiliki hubungan darah dan hubungan geografis yang sama. Dengan kata lain, pekerjaan sebagai pemulung didukung oleh adanya jaringan kekerabatan dan letak geografis yang sama. Keluarga atau relasi yang sudah terlebih dahulu pernah atau sedang bekerja di bidang ini, berperan penting dalam memberikan informasi ataupun menunjukan peluang kepada relasi yang berminat bekerja pada profesi ini. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Bos Mch selaku bos pemulung di lapak ini. Berikut pernyataanya:.usaha barang pulungan ini butuh anak buah (pemulung) yang banyak kalo mau sukses mba. Makanya dari satu anak buah, saya suruh dia ngajak tetangganya atau saudaranya untuk kerja sama saya. Setiap anak buah yang ngajak orang lain kerja sama saya, saya kasih dia bonus mba. Saya suka sama orang yang dari wonosobo mba, mereka itu biasa hidup di pegunungan, jadi jalan datar di Depok begini, dihajar aja mba. Dari satu anak buah, jadi dua anak buah, dari dua jadi empat anak buah, sampai sekarang ada 100 anak buah di tujuh lapak pemulung yang saya punya. Daerah asal pemulung lainnya di lapak Beji ini antara lain adalah Brebes, Garut, Ciamis, Lamongan, Tegal dan Solo. Berbeda dengan anak buahnya, bapak buah dalam hal ini bos pemulung berasal dari daerah Padang, Sumatera Barat. Kerabat Bos Mch sendiri yang berasal dari Padang yakni Mas Ags lebih banyak membantu dalam kegiatan penimbangan barang pulungan dan negosiasi harga dengan pabrik Etnis Pemulung Mengacu pada Tabel 3 profesi pemulung di lapak ini banyak digeluti oleh mereka yang beretnis jawa. Pada lapak ini tidak ditemukan adanya pemulung yang beretnis di luar Jawa. Bagi Bos Mch sendiri ia tidak memberikan kriteria khusus bagi mereka yang ingin bekerja sebagai anak buahnya. Berikut pernyataanya :..untuk jadi anak buah saya, saya ga ngasih kriteria dia harus berasal dari mana mba, yang penting dia mau kerja sama saya jadi pemulung.

6 43 Bos Mch mengakui bahwa dirinya lebih tertarik bekerja sama dengan anak buah yang berasal dari Jawa. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa ia akan memperkerjakan anak buah dari luar jawa. Berikut pernyataanya : Orang-orang dari Jawa itu punya sifat pekerja keras mba, jadi semua anak buah saya dari daerah jawa tengah, barat, sama timur. Anak buah saya, dulu ada yang dari Kalimantan, tapi cuma tiga bulan aja dia kerja sama saya. Hal inilah yang membuat Bos Mch memiliki lebih banyak anak buah yang berasal dari Jawa Pengalaman Kerja Pemulung Sebelumnya Mengacu pada Tabel 3 terlihat bahwa pengalaman pekerjaan pemulung sebelumnya bervariasi yakni petani, pedagang kecil, pembantu rumah tangga dan buruh bangunan. Penghasilan yang diterima pekerjaan sebelumnya ini dirasakan pemulung kurang mencukupi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu mereka memutuskan untuk beralih pekerjaan menjadi pemulung. Pada umumnya pekerjaan sebagai pemulung ini merupakan tawaran dari pemulung lainnya atau tawaran dari bos pemulung itu sendiri. Pada kasus Ibu Km, Bapak Drm, Ibu Snr, dan Tf pekerjaan mereka sebelumnya adalah petani di sawah mereka sendiri. Kasus Tf sendiri ikut membantu orang tuanya bertani di waktu libur sekolah. Berikut pernyataan Bapak Drm :.ga balik modal mba, jadi petani itu makanya saya cari kerja di sini. Untung ditawarin kerja jadi pemulung. Mulung kan ga perlu modal, semua disedian bos, cuma modal kaki aja toh mba lagian dapet uangnya seminggu sekali, enak kan mba. Keputusan Bapak Drm pula didukung oleh orang tuanya yakni Bapak Sdr yang terlebih dahulu pindah ke Depok dan bekerja sebagai pemulung. Bapak Sdr yang sebelumnya bekerja sebagai buruh bangunan memutuskan untuk beralih profesi menjadi pemulung. Hal ini disebabkan pekerjaan menjadi buruh bangunan sangat menguras tenaga dan penghasilan yang diterimanya pun tidak sesuai. Pekerjaan menjadi buruh bangunan juga sebelumnya telah dilakoni oleh Mas Agk. Berikut pernyataan Mas Agk :

7 44.sebelum kerja mulung saya kerja serabutan mba, jadi kuli bangunan pernah, jadi kenek sama sopir angkot di Jakarta juga pernah. Soalnya di Garut juga saya ga dapet kerjaan apa-apa mba. Bagi Mas Agk pekerjaan memulung ini dirasakan lebih baik dalam hal penghasilan bila dibandingkan dengan pekerjaan yang sebelumnya telah dilakoninya. Pada kasus Ibu Msm dan Ibu Spn pekerjaaan mereka sebelum beralih profesi menjadi pemulung adalah pembantu rumah tangga. Menurut mereka pekerjaan menjadi PRT tidak dapat menutupi kebutuhan hidupnya seharihari. Pemberian gaji oleh majikan yang terkadang menunggak pula menjadi alasan mereka beralih profesi. Berikut pernyataan Ibu Msm : yah neng, dapet uang pembantu mah paling nu gede mah pantar dua ratus ribu rupiah. Majikan saya juga kadang-kadang nunggak neng. Jadi males saya kerja jadi pembantu. Kalo kerja gini, seminggu saya bisa dapet seratus atau kalo lagi sepi dapet sembilan puluh lima ribu neng. Pada kasus Bapak Swn pekerjaan sebelum menjadi pemulung adalah pedagang kecil. Namun, usaha dagangnya ini mengalami kerugian sehingga Bapak Swn dan Ibu Spn terpaksa menutup dagangannya. Pada saat itu temannya yang berprofesi sebagai tukang becak menawarkan pekerjaan menjadi pemulung. Resiko pekerjaan yang kecil dan hanya membutuhkan modal tenaga menjadi alasan Bapak Swn memutuskan beralih profesi menjadi pemulung. Berikut pernyataan Bapak Swn : dulu saya dagang mba sebelum kerja mulung gini, waktu itu dagang pecel sama bubur. Istri saya juga kadang-kadang bantu bantu mba. Tapi dagangan saya ini, ga nutupin modal mba. Dagangan saya juga akhirnya bangkrut. Kalo kerja begini kan saya ga bangkrut mba, yang penting kerja yang rajin buat mulungin barang mba, uangnya lumayan kok mba daripada waktu saya dagang. Dapat diketahui bahwa profesi menjadi pemulung merupakan pekerjaan yang sampai saat ini merupakan pekerjaan yang mereka anggap baik dan menguntungkan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka seharihari.

8 Latar belakang Pekerjaan Orang Tua Pemulung Mengacu pada Tabel 3 terlihat bahwa latar belakang pekerjaan orang tua para pemulung diantaranya adalah petani, pemulung, dan pembantu rumah tangga. Enam dari sembilan orang tua pemulung memiliki latar belakang pekerjaan menjadi petani. Orang tua Bapak Sdr, Ibu Km, Ibu Snr, Ibu Spn, dan Bapak Swn memiliki lahan sawah sendiri. Namun, pendapatan dari hasil bertani ini kurang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga yang relatif mempunyai tanngungan sekitar tiga sampai tujuh anggota keluarga. Pada umumnya orang tua para pemulung ini memiliki sawah sekitar satu sampai dua petak sawah. Saat ini, sawah tersebut dimanfaatkan oleh sanak saudara mereka yang berada di desa. Gagal panen merupakan salah satu resiko yang harus ditanggung oleh para petani. Oleh karena itu, tidak jarang terdapat petani yang rela menjual lahan sawahnya pada orang lain untuk menutupi kerugian yang ditanggungnya. Hal ini terjadi pada kasus orang tua Ibu Msm yang saat ini hanya bekerja sebagai buruh tani di Ciamis. Ibu Mas Agk yang tinggal di Garut berprofesi sebagai pembantu rumah tangga. Penghasilan yang diterima Ibu Mas Agk hanya dapat menyekolahkan Mas Agk dan kakaknya hingga tingkat SD. Setelah lulus SD, Mas Agk dan kakaknya mulai merantau ke kota untuk mencari pekerjaan dan menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Profesi memulung ini turut dipengaruhi oleh pekerjaan orang tua sebelumnya yang juga berprofesi sebagai pemulung. Hal ini terlihat pada kasus Bapak Drm dan Tf yang memiliki orang tua dengan profesi sebagai pemulung. Orang tua yang berprofesi sebagai pemulung ini dapat dengan mudah menginformasikan pekerjaan ini kepada anaknya untuk turut serta bekerja sebagai pemulung sepanjang pekerjaan ini dipandang dapat memberikan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. 5.2 Ikhtisar Profesi memulung di lapak Beji digeluti oleh kaum laki-laki dan kaum perempuan yang berada pada usia kerja. Mayoritas etnis pemulung di lapak Beji ini adalah suku Jawa. Tingkat pendidikan pemulung termasuk rendah. Mereka

9 46 yang berprofesi sebagai pemulung ini merupakan penduduk migran yang datang ke Depok dengan harapan mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Alasan mereka pindah ke Depok dilatarbelakangi beberapa hal diantaranya, pekerjaan sebagai petani tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup dan tidak adanya lowongan pekerjaan di daerah asal, seperti pada kasus Bpk Drm dan Mas Agk. Pekerjaan para pemulung ini sebelumnya bervariasi yakni petani, pedagang kecil, pembantu rumah tangga dan buruh bangunan. Latar belakang pekerjaan orang tua para pemulung diantaranya adalah petani, pemulung dan pembantu rumah tangga. Profesi menjadi pemulung merupakan pekerjaan yang sampai saat ini merupakan pekerjaan yang mereka anggap baik dan menguntungkan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. 5.3 Karakteristik Keluarga Pemulung Kehidupan pemulung dapat dilihat dari karakteristik keluarga pemulung itu sendiri. Keluarga pemulung dinilai sebagai satu kesatuan dari anggota rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Karakteristik keluarga pemulung adalah ciri-ciri khusus yang melekat pada keluarga pemulung. Beberapa karakteristik keluarga pemulung yang akan dibahas diantaranya adalah jumlah anggota keluarga pemulung, fasilitas tempat tinggal, barang-barang kepemilikan, dan penggunaan perolehan penghasilan Jumlah Anggota Keluarga Pemulung Jumlah anggota keluarga pemulung yang tinggal di lapak Beji berkisar antara 1 sampai dengan 4 orang. Bpk Swn dan Bpk Sdr tinggal di bedeng hanya bersama istrinya. Bapak Swn memiliki tiga orang anak perempuan yang telah menikah dan tinggal bersama suaminya. Pendidikan terakhir ketiga anak perempuannya ini hanya sampai tingkat SMP. Ketiga anaknya ini memiliki usaha dagang masing-masing yang dijalankan bersama suaminya. Usaha dagang anak pertamanya adalah dagang ketoprak, anak keduanya menikah dengan seorang pedagang pecel, dan anak ketiganya membuka usaha dagang bubur ayam. Bapak Sdr memiliki lima orang anak dimana empat orang anaknya telah menikah. Penghasilan Bapak Sdr sebagai pemulung dapat membiayai sekolah

10 47 kedua anaknya ini hingga tingkat SMP dan kedua anaknya lagi hanya sampai tingkat SD. Perbedaan pendidikan terakhir yang dimiliki anaknya ini dipengaruhi oleh kondisi keuangan untuk membiayai sekolah dan motivasi anak untuk belajar. Berikut pernyataan Bapak Sdr : anak saya ada lima mba, 3 perempuan dan dua laki-laki. Dua anak saya yang nomer satu sama nomer dua itu sekolahnya hanya sampai SD. Wong waktu itu, lagi ga ada duit mba buat nyekolahin sampai SMP. Anak saya juga pengennya kerja cari duit, ga mau nerusin sekolah. Kalo yang dua lagi itu sampai SMP mba. Alhamdullilah, anak saya yang ketiga ada yang kerja di salon mba di daerah bandung sana, buat bantu-bantu suaminya. Dia dapet suami karyawan di pabrik mba. Sekarang tanggungan saya cuma yang paling kecil, yang masih SMP mba. Saat ini Bpk Sdr masih memiliki tanggungan satu anak yang sedang bersekolah di SMP Wonosobo. Tanggungan diartikan sebagai anggota keluarga yang tidak memberikan kontribusi pada pendapatan rumah tangga tetapi berkontribusi pada pengeluaran rumah tangga. Tanggungan ini juga dirasakan oleh Ibu Msm Bpk Drm, dan Mas Agk. Ibu Msm yang hanya tinggal di bedeng seorang diri, memiliki tanggungan anak yang saat ini tinggal di Ciamis bersama orang tua Ibu Msm. Keluarga inti Bpk Drm hidup bersama di bedeng lapak pemulung. Keluarga inti ini terdiri dari seorang istri (Ibu Snr) dan kedua anaknya yakni Tf dan Td. Tanggungan anggota keluarga juga dirasakan oleh Mas Agk yang memiliki tanggungan yakni orang tuanya yang berada di Garut Fasilitas Tempat Tinggal Fasilitas tempat tinggal mengacu pada segala sesuatu yang diberikan Bos Mch kepada pemulung. Fasilitas ini digunakan oleh pemulung dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dan sebagai sarana untuk menunjang aktivitas memulung mereka. Bos di lapak Beji ini memberikan fasilitas kepada anak buahnya seperti tempat tinggal (bedeng), air bersih, kamar mandi, lampu penerangan, listrik, biaya perawatan bila sakit, peralatan untuk memulung, dan pinjaman uang. Bpk Drm dan istrinya Ibu Snr merasa senang dengan fasilitas yang diberikan Bos Mch. Berikut pernyataanya :

11 48 kalo kerja mulung gini mba, bos ngasih fasilitas rumah (bedeng), air, listrik juga ga bayar mba, lampu juga dikasih mba, kalo lampunya rusak, tinggal bilang sama bos, entar bos ganti sama lampu yang baru mba, tenan aku mba, enaknya gitu mba kerja mulung. Kasus Bpk Drm dan Ibu Km memperlihatkan bahwa fasilitas yang diberikan Bos dapat menjadi salah satu poin yang penting dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Keberadaan bedeng dan listrik yang gratis menjadi fasilitas yang bernilai tinggi di mata pemulung. Hal ini dikarenakan mereka tidak perlu membayar uang sewa tempat maupun membayar tagihan pemakaian listrik selama mereka menetap di lapak pemulung ini. Hal ini terlihat dari pernyataan Ibu Km sebagai berikut :..di kota begini mba, kalo ga punya rumah kan harus ngontrak toh, nah kalo kerjanya mulung di Bos rumah nya gausah bayar mba, listrik juga gratis ga bayar, jadi uang hasil mulungya gausah di pake buat bayaran rumah sama listrik, nah coba kalo kerja jadi yang laen terus tidak punya rumah, wah..uang ne entek mba kanggo bayar kontrakan omah karo listrik. Fasilitas yang diberikan Bos seperti peminjaman uang juga mempermudah anak buahnya dalam meminjam uang ketika sewaktu-waktu terdapat kebutuhan mendesak. Hal ini dapat terlihat dari kasus Ibu Snr yang meminjam uang kepada Bos Mch untuk membeli kebutuhan pokok seperti sembako.,kalo lagi butuh saya ngutang mbak sama bos, biasanya buat beli sembako lah mba, paling besar ngutang lima ratus ribu. Hutang tersebut kemudian dibayar dengan cara menyicil. Biasanya Ibu Snr akan mengurangi jatah penghasilan timbangan barang pulungannya kepada Bos Mch. Bayar utangnya ya dikurangi sama yang saya dapet waktu nimbang mba. Tidak jarang para pemulung mengalami gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang biasanya diderita oleh pemulung adalah demam, batuk-batuk, dan gatal badan. Hal ini biasanya dikarenakan lingkungan tempat tinggal pemulung yang tidak sehat dan cenderung kumuh. Apabila terdapat pemulung yang sakit, maka biaya akan ditanggung oleh Bos Mch. Sebab Bos Mch bertanggung jawab terhadap kesehatan para anak buah yang telah bekerja untuknya. Seperti pernyataan Mas Ags, orang kepercayaan Bos Mch sebagai berikut :

12 49.kalo pemulung disini ada yang sakit, langsung dibawa ke Puskesmas mba, nanti uang berobatnya diganti sama Bos, mereka tinggal bilang aja mba sama saya atau Bos. Pernah ada kejadian waktu balita dari salah satu pemulung kena demam yang panas. Akhirnya saya ngebawa anak tersebut ke bidan terdekat. Tapi karena udah ga tertolong lagi balita nya meninggal. Saya nganter jenazah balita sama ibunya ke daerah asalnya di Leuwiliang dekat dengan Gunung Pongkor. waktu itu pake angkot mba jalannya. Untuk transport habis lima ratus ribu mba. Bos Mch juga ngasih uang duka kepada keluarga anak buahnya itu mba. Kejadian tersebut memperlihatkan bahwa bos memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi dengan anak buahnya. Memberikan fasilitas yang baik kepada anak buahnya merupakan suatu bentuk tanggung jawab yang mengarah pada kepuasaan anak buah atas apa yang diberikan oleh seorang bapak buah (bos). Semakin baik fasilitas yang diberikan Bapak Buah (Bos) maka semakin puas dan semakin loyal anak buah terhadap Bapak buah (Bos). Hal ini tergambar dari kasus Bpk Sdr, Bpk Sdr (58 tahun) adalah pemulung yang paling lama bekerja dengan Bos Mch. Ia menjadi anak buah Bos Mch sejak tahun Ia senang bekerja dengan Bos Mch karena Bos memberikan fasilitas yang baik bagi para anak buahnya. Bpk Sdr selama ini tidak pernah menjual hasil pulungnnya kepada bos lain. Hal ini disebabkan ia tidak mau mengecewakan bos nya yang telah begitu baik terhadap dirinya dan keluarganya. Menurut Bpk Sdr, rekannya sesama pemulung harus membayar uang sewa untuk kamar yang ditempatinya dan listrik yang dipakainya. Dalam sebulan ia harus membayar sekitar Rp ,00 - Rp ,00. Oleh karena itu, rekannya tersebut pindah ke lapak orang lain. Hal ini menunjukan bahwa fasilitas yang diberikan Bos menjadi poin yang penting bagi anak buah untuk menentukan lapak mana yang dirasa memiliki keunggulan dan dapat dijadikan bapak buah (bos) bagi dirinya Barang-Barang Kepemilikan Barang-barang kepemilikan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dimiliki oleh responden dalam rangka menunjang kebutuhan hidupnya. Pemulung memiliki berbagai barang yang bermanfaat bagi kelangsungan hidupnya. Berikut ini disajikan data tentang berbagai barang yang dimiliki oleh keluarga pemulung.

13 50 Tabel 4. Barang Kepemilikan Keluarga Pemulung di Lapak Pemulung Kelurahan Beji, April 2010 NO Kepemilikan Barang-Barang Fasilitas Keluarga Bpk Sdr & Ibu Km Bpk Drm & Ibu Srn Keluarga Pemulung Ibu Msm Mas Agk Bpk Swn & Ibu Spn 1 Kasur 2 Lemari Pakaian Peralatan Masak dan 3 Makan 4 Magic jar 5 Radio 6 Televisi Perhiasan (Kalung 7 dan Cincin) 8 Kipas Angin 9 Handphone 10 DVd 11 Motor Sumber : Data primer penelitian, April 2010 Tabel 4 memperlihatkan bahwa barang-barang yang dimiliki pemulung bervariasi menurut kebutuhannya. Pada kasus keluarga Bapak Sdr dan Ibu Km, dapat dikaterogikan bahwa barang-barang yang mereka miliki lebih lengkap dibandingkan dengan keluarga pemulung lainnya. Barang-barang yang dimiliki oleh keluarga ini adalah kasur, lemari beserta pakaian, magic jar, peralatan untuk masak dan perlengkapan untuk makan seperti piring, gelas dan sendok, perhiasan berupa kalung dan cincin, radio, televisi, kipas angin, handphone, motor. Barangbarang tersebut diperolehnya dari hasil penghasilannya sebagai pemulung dan sebagiannya lagi diperolehnya dari beberapa masyarakat yang memberikan barang atau membuang berbagai barang tersebut ke tempat sampah. Berikut pernyataan Ibu Km :.yang ada dirumah ini mba bisa diliat aja, TV sama radio saya beli masih rusak mba, lah kan harganya murah, bapaknya terus benerin di tukang service dimodalin dua ratus ribu, Alhamdulillah toh mba bisa nyala. Kalo kipas angin bapaknya nemu di tempat sampah perumahan Depok, didandani sendiri jadi bener. Magicjar saya dapet dari ibu yang rumahnya di perumahan Depok itu mba, katanya buat saya aja.masak nasi jadi enak mba,

14 51 ga repot. Hp saya beli yang tiga ratus ribu mba, wong cuman buat nelpon anak saya yang di wonosobo. Wahh kalo perhiasan mba, alhamdulliah banget bisa kebeli cincin sama kalung mba buat pantes pantes aja kalo pulang kampung (sambil tersipu-sipu). Bapak sama saya juga nabung dikitdikit, Alhamdulillah banget bisa beli motor bekas di Wonosobo (sambil tersenyum ke arah suaminya). Hal serupa terjadi pada kasus keluarga Bapak Drm dan Ibu Snr yang memiliki barang-barang kepemilikan yang sama dengan ayahnya yakni keluarga Bapak Sdr. Kasus keluarga Bapak Drm ini pula memiliki kasur, lemari kecil dua buah beserta pakaian, peralatan untuk masak dan perlengkapan untuk makan seperti piring, gelas dan sendok, radio, televisi, kipas angin. Perbedaan barang kepemilikan antara kasus kedua keluarga ini adalah Bapak Drm saat ini belum memiliki motor dan perhiasan, namun memiliki DVD. Kepemilikan DVD ini dilatarbelakangi keinginan anaknya untuk menonton kartun dalam bentuk CD. Hal ini pula didorong oleh keinginan Ibu Snr agar anaknya tidak bermain-main ditempat yang jauh dari lingkungan lapaknya. Berikut pernyataan Ibu Snr :..bulan kemarin nabung hampir dua bulan dibeliin DVD mba, buat Tf sama Td biar ga pada maen jauh toh mba. Taun kemaren ta beliin TV mba, biar pada anteng di rumah. Kalo kipas angin sama radio dikasih sama warga perumahan. Lah kan kalo orang kaya itu ya mba, barang yang udah ga kepake tapi masih dipake suka dibuangin mba. Tabel 4. memperlihatkan pula bahwa kepemilikan handphone dapat dikategorikan sebagai barang kebutuhan utama. Hal ini terlihat dari kasus keluarga Bapak Sdr, Bapak Drm, Mas Agk dan Bapak Swn yang memiliki alat komunikasi berupa handphone. Berbagai kasus tersebut menunjukkan bahwa handphone berfungsi sebagai alat komunikasi yang dapat memberikan kabar mengenai kondisi keadaan mereka kepada sanak saudara di daerah asalnya dan sebaliknya. Contohnya pada kasus Mas Agk berikut ini : Mas Agk (30 thn) berasal dari Garut, Jawa Barat. Mas Agk sudah hampir dua tahun ikut bekerja bersama Bos Mch. Sebelum bekerja dengan Bos Mch di Depok, Mas Agk telah merantau ke daerah Surabaya dan Jakarta untuk mencari pekerjaan. Selama merantau Mas Agk bekerja serabutan, seperti kuli bangunan, kenek, dan sopir angkot. Pekerjaan menjadi seorang pemulung merupakan tawaran dari seorang temannya. Kemudian Mas Agk diperkenalkan ke Bos Mch. Setelah mendengarkan penjelasan mengenai

15 52 pekerjaan memulung dari Bos Mch, Mas Agk merasa tertarik untuk bekerja sebagai pemulung. Mas Agk merasa bahwa pekerjaan yang dilakoni sebelumnya kurang menguntungkan bagi dirinya. Keuntungan yang diperoleh antara lain fasilitas tempat tinggal dan biaya listrik yang gratis. Mas Agk saat ini hanya memiliki seorang ibu yang biasa dipanggil dengan sebutan emak. Ibu Mas Agk ini hanya tinggal sendiri. Keberadaanya yang jauh dari ibunya ini, membuat Mas Agk harus membeli handpone untuk meghubungi ibunya di Garut. Bagi Mas Agk keberadaan handphone dapat memudahkan ia menghubungi ibunya. Mas Agk akan menghubungi uwaknya yang tinggal bertetanggaan dengan ibunya untuk menanyakan kabar emaknya. Emak Mas Agk atau sanak saudaranya pun dapat mudah menghubungi mas Agk apabila terjadi sesuatu dengan emak. Pada kasus Mas Agk, kepemilikan barang-barang yang dimiliknya tidak selengkap keluarga Bapak Sdr dan Bapak Drm. Mas Agk hanya memiliki kasur, peralatan masak dan makan, serta handphone. Untuk menyimpan pakaiannya, Mas Agk memanfaatkan kardus sebagai tempat untuk menyimpan pakaian. Saat ini, di bedeng Mas Agk terdapat tiga tumpukan kardus yang berisi pakaianpakaiannya. Kondisi berbeda digambarkan oleh kasus Ibu Msm yang hanya memiliki kasur, lemari beserta pakaian, peralatan masak dan alat untuk makan. Kasus Ibu Msm yang hanya tinggal seorang diri di lapak pemulung membuat dirinya tidak memperdulikan kebutuhan lainnya seperti yang dimiliki oleh para tetangganya sesama pemulung. Ibu Msm (41 thn) adalah seorang pemulung yang berasal dari Ciamis, Jawa Barat. Ia memiliki ciri khas yakni logat bahasa sunda. Sebelum menjadi pemulung, Ibu Msm telah menikah sebanyak dua kali. Saat ini hanya memiliki satu anak kandung dari hasil pernikahan keduanya. Pernikahan pertamanya ketika ia berumur 13 tahun dan dua tahun kemudian ia cerai. Ibu Msm menikah kembali pada umur 16 tahun. Ibu Msm menikah dengan seorang duda satu anak. Saat ini anak kandungnya tinggal di Garut bersama orang tua Ibu Msm. Ibu Msm sudah 12 tahun tidak bertemu dengan suami dan anak tirinya. Ibu Msm mulai merantau di Jakarta pada umur sembilan tahun. Saat itu, beliau diajak oleh tetangga untuk bekerja di Jakarta sebagai pembantu rumah tangga. Karena tidak betah menjadi PRT dengan gaji yang paspassan dan seringnya ditunda-tunda pembayarannya, Ibu Msm berpindah profesi menjadi pemulung. Pekerjaannya ini diperolehnya dari tawaran seorang temannya yang juga seorang pemulung. Ibu Msm yang hanya bekerja sendirian memulung memiliki penghasilan yang lebih sedikit dibandingkan dengan teman-teman sesama pemulungnya. Maka

16 53 tidak heran ia tidak memiliki barang-barang kepemilikan yang berharga. Bagi dirinya yang terpenting adalah dirinya bisa makan setiap hari. Hal ini menunjukan bahwa barang-barang yang dimiliki oleh para pemulung bervariasi menurut kebutuhan dan penghasilan para pemulung dari memulung. Kasus keluarga Bapak Sdr dan Bapak Drm merupakan pemulung yang memiliki barang-barang kepemilikan yang lebih lengkap dibandingkan dengan pemulung lainnya. Hal ini karena kebutuhan para pemulung dan penghasilan memulung mampu untuk membeli barang-barang tersebut. Barang-barang fasilitas keluarga yang dimiliki oleh hampir semua pemulung adalah kompor yang terbuat dari tumpukan batu bata. Keluarga pemulung pada lapak ini tidak memiliki kompor yang berbentuk kompor gas maupun kompor minyak. Mereka menggunakan batu bata yang disusun menjadi huruf U. Penggunaan kayu bakar digunakan sebagai pengganti minyak tanah. Kayu bakar diperoleh dari ranting ataupun kayu-kayu yang dikumpulkan pada saat memulung Penggunaan Penghasilan Penghasilan yang diterima oleh suatu keluarga pemulung adalah sejumlah uang yang berasal dari anggota keluarga yang bekerja sebagai pemulung. Penghasilan ini digunakan sebagai sumber pemenuhan konsumsi anggota keluarga. Pada kasus keluarga pemulung, keikutsertaan perempuan (istri) dan anak dalam memulung ikut membantu dalam menambah penghasilan keluarga. Tabel 5 menyajikan penghasilan keluarga pemulung dan siapa saja yang turut serta menyumbang penghasilan dalam keluarga. Tabel 5 memperlihatkan besaran penghasilan yang diterima di setiap keluarga pemulung berbeda-beda setiap waktunya, namun hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa penghasilan pemulung akan sama dengan penghasilan minggu sebelumnya. Penghasilan pemulung ini dipengaruhi oleh fluktuasi harga barang pulungan dan berat barang pulungan yang dikumpulkan pemulung selalu berbeda-beda. Mengacu pada tabel tersebut dapat terlihat bahwa penghasilan ratarata yang diterima oleh keluarga Bapak Drm dan Ibu Snr dalam sebulannya tergolong tinggi dibandingkan dengan keluarga pemulung lainnya. Pada kasus keluarga ini Bapak Drm, istrinya (Ibu Snr) dan anak pertamanya (Tf) ikut

17 54 berperan serta dalam menyumbangkan penghasilan. Penghasilan yang diterima per anggota keluarga tidak dapat dihitung secara terpisah sebab hasil barang pulungan yang didapatkan tidak ditimbang secara terpisah. Setiap barang pulungan yang diterima anggota keluarga disatukan dan dipisah berdasarkan jenis barang pulungannya. Tabel 5. Penghasilan Keluarga Pemulung Menurut Kontribusi Anggota Keluarga di Lapak Pemulung Kelurahan beji, April 2010 No Keluarga Pemulung 1 Bpk Sdr & Ibu Km 2 Bpk Drm & Ibu Snr Kontribusi Anggota Keluarga Suami Istri Anak Penghasilan (dalam Rp.000) per minggu I II III IV Penghasilan Rata-Rata Sebulan (dalam Rp.000) Ibu Msm Mas Agk Bpk Swn & Ibu Spn Sumber : Data primer penelitian April, 2010 Penghasilan yang diterima oleh keluarga Bapak Drm digunakan untuk membeli kebutuhan pokok rumah tangga seperti, beras, sayur, lauk pauk, minyak goreng, dan sebagainya. Uang yang digunakannya juga digunakan untuk membeli pulsa handphone sebesar Rp ,00 dalam sebulan. Tidak jarang pula Ibu Snr menyisihkan sebagian uang yang diterimanya untuk membeli peralatan elektronik. Berikut pernyataan Ibu Snr;..bulan kemarin nabung hampir dua bulan ta beliin DVD mba, buat Tf sama Td biar ga pada maen jauh toh mba. Kalo tahun kemaren uang nya saya beliin tv mba, biar pada anteng di rumah. Saya kasian juga sama anakanak, pengen nonton tv. Uang yang ditabung juga buat pulang kampung ke wonosobo mba. Saya biasanya pulang setahun dua kali. Sebelumnya Ibu Snr telah membeli Televisi dari hasil nabungnya. Pada kasus keluarga Bapak Sdr, penghasilan diperoleh berasal dari dirinya dan istrinya (Ibu Km). Kondisi ini juga diperlihatkan pada kasus keluarga Bapak

18 55 Swn. Pada kasus Bapak Sdr penghasilan yang diterimanya selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok rumah tangganya juga digunakan untuk membiayai sekolah anak bungsunya di Wonosobo. Anak bapak Sdr yakni Rn saat ini duduk di kelas 2 SMP. Bapak Sdr dalam waktu sebulan secara rutin akan mengirimkan uang sejumlah Rp ,00. Penghasilan memulung ini pula digunakan Bapak Sdr untuk membeli sebuah motor. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sdr berikut ini;.alhamdulilah mba, minggu ini lagi banyak, istri sama saya dapat lima ratus tujuh puluh lima ribu, biasanya kan saya empat ratus ribu. Uangnya ya buat makan sama kebutuhan sehari-hari mba. Anak saya kan ada yangmasih sekolah, sekarang kelas dua SMP di wonosobo mba, jadi saya sama istri selalu ngirim uang per bulan empat ratus ribu. Uang hasil mulung juga saya tabung mba dikit-dikit, taun kemaren saya bisa beli motor buat di jawa, yahh motor juga saya sambil nyicil mba tapi sekarang udah lunas mba (sambil tertawa). Pada kasus Mas Agk perolehan penghasilan yang diterimanya bersifat tetap. Dalam kurun waktu sebulan ia menerima uang sebesar Rp ,00 dari bos Mch. Hal ini disebabkan pekerjaan Mas Agk yang ditugaskan hanya untuk memilih dan menyortir barang pulungan yang telah tersedia di gudang dan kontainer Mall Depok Town Square (DETOS). Mas Agk pula mendapatkan uang makan dari Bos Mch sebesar Rp ,00 per harinya. Apabila dijumlahkan maka pendapatan yang diterima Mas Agk dalam sebulan adalah Rp ,00. Pekerjaan yang dilakukan Mas Agk ini tentu berbeda dengan pemulung lainnya yang bekerja mengitari jalan untuk mencari barang pulungan. Penghasilan yang diperolehnya ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk mengirimkan uang kepada Ibunya yang berada di Garut. Biasanya Mas Agk akan mengirimkan uang setiap dua bulan sekali. Pada kasus Bapak Drm, Bapak Sdr, Bapak Swn, dan Mas Agk diketahui bahwa penghasilan yang mereka terima dari memulung digunakan untuk membeli rokok. Kebutuhan akan rokok bagi mereka merupakan salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi. Mereka mengganggap bahwa rokok dapat meningkatkan stamina untuk bekerja. Pada kasus Bapak Sdr dan Mas Agk, rokok wajib dibelinya sebanyak 1 bungkus untuk dua hari. Hal ini berbeda dengan kasus Bapak Drm dan

19 56 Bapak Swn yang hanya membeli rokok sebanyak satu bungkus untuk tiga hari. Berikut pernyataan Bapak Swn :..kalo ga ada rokok saya ga bisa kerja mba, lemes badan rasanya. Tapi bisa dibilang irit mba, wong sebungkus buat tiga hari. Saya bisa ga makan pagi, kalo mau mulung, tapi ga bisa kalo ga ngerokok mba, kan bisa buat nemenin di jalan juga kan mba (sambil merokok). Hal ini memperlihatkan bahwa kebutuhan akan rokok menjadi suatu kebutuhan pokok yang tidak dapat terelakkan dari kehidupan pemulung. Rokok pula menjadi salah satu penghilang stres bagi pemulung yang terhimpit masalah ekonomi. Mengacu pada Tabel 5 penghasilan terkecil diperlihatkan pada kasus Ibu Msm. Sebab Ibu Msm hanya bekerja seorang diri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan ini didukung pula oleh kondisi kesehatan Ibu Msm yang sakitsakitan. Hal ini menyebabkan terganggunya aktivitas Ibu Msm untuk memulung. Tidak jarang pula dalam seminggu Ibu Msm tidak menyetorkan hasil pulungannya. Hal ini karena sedikitnya barang pulungan yang didapatkannya. Penghasilan yang diterima Ibu Msm dari hasil memulung digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Ibu Msm pula mengirimkan uang setahun sekali untuk anaknya yang masih bersekolah di Garut. Berikut pernyataan Ibu Msm :.kalo tetangga saya yang lain kan ada suami yang ngebantu, kalo saya mah sendirian neng. Jadi uang yang saya dapet juga sedikit. Seminggu juga palingan dapet saratus ribu. Tapi minggu ini dapetnya cuma sembilan puluh lima ribu aja neng. Kadang-kadang juga saya ga nimbang, ya atuh gimana orang barang pulungannya juga sedikit jadi saya nunggu minggu depan nimbangnya biar banyakan. Uang yang saya dapet mah buat makan ajah, buat anak saya sekarang kelas enem juga saya kirimin uang setaun sekali neng. Itu juga cuman empat ratus ribu neng, suka sedih saya kalo inget anak saya di sana. Untuk menambah penghasilannya Ibu Msm membuka jasa urut. Jasa urutnya ini dihargai Rp ,00 per orangnya. Apabila ada tetangganya yang sesama pemulung mengalami keseleo atau masuk angin biasanya akan menggunakan jasa Ibu Msm. Ibu Msm berharap usahanya ini dapat dikenal dan digunakan oleh

20 57 masyarakat sekitar sehingga ia dapat menambah penghasilannya selain dari memulung. 5.4 Ikhtisar Jumlah anggota keluarga pemulung yang tinggal di lapak pemulung berkisar antara satu sampai dengan empat orang. Beberapa keluarga pemulung memiliki tanggungan anak yang tinggal di daerah asalnya. Hal ini terlihat pada kasus Bapak Sdr dan Ibu Msm yang memiliki tanggungan anak yang masih bersekolah. Fasilitas yang diberikan bos kepada anak buahnya antara lain, tempat tinggal (bedeng), air bersih, kamar mandi, lampu penerangan, listrik, biaya perawatan bila sakit, peralatan untuk memulung, dan pinjaman uang. Keberadaan bedeng dan listrik yang gratis menjadi fasilitas yang bernilai tinggi di mata pemulung. Hal ini dikarenakan mereka tidak perlu membayar uang sewa tempat maupun membayar tagihan pemakaian listrik selama mereka menetap di lapak pemulung ini. Dapat disimpulkan bahwa semakin baik fasilitas yang diberikan bos pemulung (bapak buah) maka semakin puas dan semakin loyal anak buah terhadap bapak buah. Kepemilikan barang-barang fasilitas keluarga yang dimiliki pada umumnya adalah kasur, lemari beserta pakaian, peralatan untuk masak dan perlengkapan untuk makan seperti piring, gelas dan sendok. Kasus dua keluarga yakni Bapak Drm dan Bapak Sdr memiliki barang fasilitas keluarga yang lebih lengkap dibandingkan dengan pemulung lainnya. Hal ini dipengaruhi penghasilan mereka yang cukup untuk membeli ataupun menyicil berbagai barang yang dibutuhkannya. Kondisi berbeda digambarkan oleh kasus Ibu Msm yang hanya memiliki kasur, lemari beserta pakaian, peralatan masak dan alat untuk makan. Sebab Ibu Msm hanya bekerja seorang diri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan ini didukung pula oleh kondisi kesehatan Ibu Msm yang sakit-sakitan. Hal ini menyebabkan terganggunya aktivitas Ibu Msm untuk memulung. Pada umumnya penghasilan memulung digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok, seperti beras, sayur, lauk pauk, minyak goreng, dan sebagainya. Penghasilan memulung ditentukan oleh beberapa faktor seperti kemauan untuk rajin dan bekerja keras dalam mengumpulkan barang-barang pulungan dan

21 58 flukutuasi harga barang pulungan. Harga barang pulungan dapat dinegosiasikan antara anak buah dengan bos apabila terjadi kenaikan atau penurunan harga. Jumlah penghasilan yang tidak teratur dan harga barang material pulungan yang dapat dinegosiasikan merupakan salah satu ciri-ciri sektor informal. Bagi pemulung itu sendiri kebutuhan akan pendidikan bukanlah menjadi hal pokok dan menentukan penghasilan mereka. Alasan inilah yang membuat profesi memulung sebagai salah satu sektor informal tidak mensyaratkan tingkat pendidikan. 5.5 Karakteristik Kerja Pemulung Karakteristik kerja pemulung didefinisikan sebagai suatu ciri-ciri khusus yang melekat dengan aktivitas dasar pemulung. Karakteristik kerja pemulung ini dapat dilihat dari lamanya menjadi pemulung, motivasi kerja pemulung, hari dan jam kerja dalam memulung, jarak tempuh memulung, jenis barang pulungan, berat barang pulungan, peralatan yang digunakan dalam memulung, pengetahuan mengenai barang pulungan dari sisi harga, dan pengetahuan barang pulungan dari sisi legalitas Lama Menjadi Pemulung Lama menjadi pemulung diartikan sebagai lamanya seorang responden menekuni profesi memulung. Pada kasus Bapak Sdr, profesi memulung digelutinya selama 10 tahun. Bapak Sdr sebelumnya telah menjadi pemulung di bawah bos pemulung lain di luar kelurahan Beji. Apabila dibandingkan dengan pemulung lainnya yang tinggal dalam satu lapak yakni, kelurahan Beji maka kasus Bapak Sdr memiliki waktu yang lebih lama. Pada kasus pemulung lainnya yakni Bapak Drm dan Ibu Snr, Tf, Ibu Msm, Mas Agk, Bapak Swn dan istrinya Ibu Spn, profesi memulung baru dijalani mereka di Kelurahan Beji dibawah lapak Mch. Data mengenai lamanya profesi memulung disajikan dalam Tabel 6 berikut ini :

22 59 Tabel 6. Profesi Pemulung Menurut Lamanya Menjadi Pemulung di Lapak Pemulung Kelurahan Beji, April 2010 No Kasus Pemulung Lama Menjadi Pemulung (Tahun) 1 Bapak Sdr 10 2 Ibu Km 8 3 Bapak Drm 2 4 Ibu Snr 2 5 Tf 1 6 Ibu Msm 2 7 Mas Agk 2 8 Bapak Swn < 1 9 Ibu Spn < 1 Sumber : Data primer penelitian, April 2010 Tabel 6. memperlihatkan bahwa profesi memulung relatif masih baru bagi sebagian orang. Hal ini terlihat pada kasus pemulung yang baru menjalani profesi ini selama kurun waktu dua tahun. Pada kasus Bapak Swn dan istrinya Ibu Spn memperlihatkan bahwa profesi ini baru digeluti mereka kurang dari setahun. Bapak Swn dan Ibu Spn merupakan anak buah yang baru direkrut oleh bos tahun ini. Mengacu pada Tabel 6 pula dapat diartikan bahwa profesi ini semakin banyak diminati dan berkembang di Kelurahan Beji mulai dua tahun belakangan ini Motivasi Kerja Pemulung Motivasi kerja yang dimiliki semua kasus adalah untuk memenuhi kebutuhan primer (pangan, sandang, dan papan), terutama pangan. Menurut teori motivasi dari Maslow, kebutuhan pangan (kebutuhan primer) berada pada hirarkhi yang rendah. Bagi pemulung kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar. Oleh karena itu, apabila terdapat pemulung yang mendapatkan kesulitan dalam keuangan untuk makan biasanya akan meminjam kepada bosnya. Berikut ini pernyataan dari Ibu Msm :.saya mah neng, uang dari mulung dikit dapetnya, makan juga saya irit-irit, kalo ga ada uang saya minjem sama bos, uangnya saya kembaliin pas nimbang neng, bisa dicicil juga kok neng.

23 60 Hal seperti inilah yang sering membuat pemulung tidak dapat menabung sebagian penghasilannya. Sebagian besar pemulung pernah menghutang kepada bosnya. Perilaku menghutang kepada bos sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan pemulung. Profesi sebagai pemulung ini sebagian dinikmati oleh beberapa pemulung. Hal ini terlihat pada kasus Bapak Sdr yang menjadi anak buah pertama dari Bos Mch. Berikut pernyataan Bapak Sdr :..saya seneng kok mba kerja begini, daripada nguli bangunan mba, uangnya pas-passan, tidur nya juga dempet-dempetan sama yang laen, lebih capek nguli mba. Nah, kalo mulung saya bisa ngajak istri, istri bisa dapet duit. Istri saya waktu di kampung itu jadi petani mba. Tapi yo gitu mba, ga untung jadi petani. Makanya istri saya ajak kesini mba. Kalo ada istri, saya juga ada yang ngerawat. Hasil mulung juga udah bisa ngebiayain sekolah anak saya yang masih SMP. Kasus Bapak Sdr memperlihatkan bahwa profesi memulung merupakan pekerjaan yang dianggapnya menyenangkan dan mudah dilakukan. Namun, pekerjaan memulung ini juga dianggap oleh sebagian pemulung sebagai pekerjaan yang tidak disenangi. Alasannya mereka merasa malu ketika memulung karena pekerjaan ini dianggap hina dan rendah oleh masyarakat. Tidak jarang pula mereka mendapat perlakuan yang tidak baik oleh masyarakat seperti menutup hidung ketika mereka melewati masyarakat. Berikut pernyataan Ibu Spn :.saya kerja mulung itu ikut suami ya mba, saya suka malu sebenernya kalo lewat ibu-ibu yang lagi ngumpul-ngumpul, kadang-kadang ada yang nutup hidung mba, saya suka sedih mba, tapi ini kan kerja halal mba. saya tetep jalan aja mba. Kasus Ibu Spn memperlihatkan bahwa profesi memulung masih belum dapat diterima oleh sebagian masyarakat sebagai suatu pekerjaan yang bernilai positif. Padahal keberadaan pemulung dapat membantu mengurangi sampah di lingkungan masyarakat setempat.

24 Hari dan Jam Kerja dalam Memulung Hari dan jam kerja dalam memulung didefinisikan sebagai banyaknya hari dan jam yang dibutuhkan kasus untuk memulung dalam sebulan. Data mengenai jumlah hari kerja yang digunakan kasus untuk memulung dalam sebulan akan disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Hari Kerja Pemulung dalam Sebulan di Lapak Pemulung kelurahan Beji, April 2010 No Kasus Pemulung Hari Kerja yang digunakan untuk Memulung Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Total Jumlah Hari Kerja dalam Sebulan 1 Bapak Sdr 28 2 Ibu Km 28 Bapak 3 Drm 24 4 Ibu Snr 28 5 Tf 20 6 Ibu Msm 20 7 Mas Agk 24 Bapak 8 Swn 24 9 Ibu Spn 24 Sumber : Data primer penelitian, April 2010 Tabel 7 memperlihatkan bahwa jumlah hari kerja tertinggi dalam sebulan adalah 28 hari dan hari kerja terendah dalam sebulan adalah 20 hari. Pada kasus Bapak Sdr, Ibu Km dan Ibu Snr terlihat bahwa setiap hari mereka bekerja memulung. Hal ini berbeda dengan suami Ibu Snr, yakni Bapak Drm yang bekerja hanya enam hari dalam seminggu. Pada kasus Bapak Drm, hari senin tidak digunakan untuk memulung sebab barang-barang pulungan hasil dari toko yang menjadi sasaran Bapak Drm tidak ada. Ketika tidak bekerja Bapak Drm akan membersihkan barang pulungan, menyortir barang pulungan sesuai dengan jenisnya dan menjaga anak bungsunya. Berikut pernyataan Bapak Drm :.dalam seminggu saya ga mulung cuma hari senin mba, kan saya itu ngambil barang pulungan kebanyakan dari toko-toko dagangan, nah kalo

25 62 hari minggu mereka kan tutup mba, jadi senin nya ga ada barang yang bisa saya ambil, selasanya baru saya berangkat mulung lagi mba. Kalo lagi ga berangkat mulung ya saya ngebersiin gelas-gelas aqua sama kopi mba, dibeda-bedain juga tergantung jenisnya, sama ngejagain Td mba. Pada kasus Tf, hari yang tidak digunakan untuk bekerja adalah hari sabtu, dan minggu. Hal ini disebabkan pada hari Sabtu dan Minggu merupakan hari Tf bermain bersama adiknya (Td), bilo (anjing putih yang hidup di lapak pemulung) dan beberapa temannya sesama penghuni lapak pemulung. Pada hari itu pula Tf akan asyik menonton tv atau menonton CD kesukaannya. Berikut pernyataan Tf:.hari lain saya kerja mba, tapi kalo sabtu sama minggu saya ga bantu ibu mulung. Saya jagain adek saya sambil maen sama bilo, sama temen yang laen juga. Saya juga nonton tv mba, kan kalo sabtu sama minggu itu banyak kartun yang bagus, ibu kan juga beliin CD power rangers mba. Kondisi berbeda terlihat pada kasus Ibu Msm yang tidak berangkat memulung pada hari Kamis dan hari Minggu. Hal ini disebabkan pada hari Kamis Ibu Msm sibuk membereskan barang-barang pulungan yang akan ditimbangnya. Bapak Swn dan Ibu Spn juga tidak memanfaatkan hari Kamis untuk berangkat memulung. Alasannya adalah hari Kamis digunakan untuk menimbang dan untuk beristirahat. Waktu istrirahat dari rutinitas memulung digunakan Ibu Msm pada hari Minggu. Pada kasus Mas Agk, selain hari Minggu dijadikan sebagai hari untuk beristirahat, digunakan pula untuk mencuci pakaian dan mengurus bedeng. Adapun jumlah jam kerja pemulung dapat dilihat dari jam kerja pemulung di hari kerjanya. Jam kerja ini merupakan jam dimana para pemulung biasanya melakukan aktivitas memulung. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa mereka dapat merubah jam kerja memulungnya. Faktor hujan besar dan kondisi badan yang kurang sehat menjadi alasan bagi mereka merubah jam kerja memulung. Data mengenai jumlah jam kerja pemulung menurut hari kerja pemulung dalam sebulan disajikan dalam Tabel 8.

26 63 Tabel 8. Jumlah Jam Kerja Pemulung Menurut Hari Kerja Pemulung dalam Sebulan di Lapak Pemulung Kelurahan Beji, April 2010 No Kasus Pemulung Jam kerja dalam satu hari Total Jumlah Jam Kerja dalam Sehari Total Jumlah Jam Kerja dalam Sebulan Shift 1 Shift 2 1 Bapak Sdr Ibu Km Bapak Drm Ibu Snr Tf Ibu Msm Mas Agk Bapak Swn Ibu Spn Sumber : Data penelitian primer, April 2010 Tabel 8 memperlihatkan bahwa jam kerja pemulung masing-masing bervariasi. Jam kerja terendah dalam sebulan adalah 72 jam sedangkan jam kerja tertinggi dalam sebulan adalah 432 jam. Jam kerja ini ditentukan bebas oleh setiap pemulung. Namun berbeda dengan kasus Mas Agk yang tidak dapat menentukan bebas jam kerjanya. Jam kerja Mas Agk ini ditentukan oleh bos. Berikut ini pernyataan Mas Agk : Saya diminta sama Bos buat ngambilin barang bekas di Depok Town Square mba. Yang di DETOS itu mah mba, udah proyeknya Bos, jadi ga ada yang boleh mulung lagi selain anak buah Bos. kalo di DETOS mba, kerja nya mulai jam 12 siang sampai jam 6 pagi. Sebulan bisa empat kali saya ga masuk mba, tapi Bos udah ngizinin kok, lagian di DETOS kan masih ada dua teman saya, nanti masuknya gantian mba sama teman saya. Kasus Mas Agk memperlihatkan bahwa curahan waktunya untuk bekerja lebih besar dibandingkan dengan pemulung lainnya. Pekerjaan menyortir dan memilah barang-barang bekas di DETOS (Depok Town Square) dirasakan pemulung di lapak pemulung ini memang lebih berat. Hal ini pula diungkapkan oleh Ibu Snr :.suami saya juga ditawarin kerja yang di DETOS mba, tapi ga kuat, wong jam 12 siang mulainya dan jam 6 pagi baru pulang. Kan ga tidur mba

BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT

BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT 94 BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT 7.1 Kelembagaan Antar Pemulung Kelembagaan yang terdapat diantara pemulung pada satu lapak ini dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB VI POLA INTERAKSI ANTAR PEMULUNG, PEMULUNG DENGAN BOS PEMULUNG DAN PEMULUNG DENGAN MASYARAKAT SETEMPAT

BAB VI POLA INTERAKSI ANTAR PEMULUNG, PEMULUNG DENGAN BOS PEMULUNG DAN PEMULUNG DENGAN MASYARAKAT SETEMPAT 84 BAB VI POLA INTERAKSI ANTAR PEMULUNG, PEMULUNG DENGAN BOS PEMULUNG DAN PEMULUNG DENGAN MASYARAKAT SETEMPAT 6.1 Pola Interaksi Antar Pemulung Sebagai makhluk sosial, pemulung membutuhkan kehadiran orang

Lebih terperinci

BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG

BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG Rumahtangga di Indonesia terbagi ke dalam dua tipe, yaitu rumahtangga yang dikepalai pria (RTKP) dan rumahtangga yang dikepalai

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS KOMUNITAS PEMULUNG

BAB VIII ANALISIS KOMUNITAS PEMULUNG 103 BAB VIII ANALISIS KOMUNITAS PEMULUNG 8.1 Keberadaan Pemulung Keberadaan pemulung yang menempati daerah pinggiran perkotaan maupun pusat perkotaan menjadi suatu fenomena sosial yang tidak dapat dihindari.

Lebih terperinci

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 39 Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Peluang bekerja dan berusaha adalah

Lebih terperinci

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL 25 BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL Umur dan Tingkat Pendidikan Responden Data primer di lapangan menunjukkan bahwa dari 35 responden pedagang makanan di Jalan Babakan, umur rata-rata

Lebih terperinci

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH 23 USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH Gambaran Usaha Kaki Lima di Sekitar Kebun Raya Bogor (KRB) Menjadi wirausahawan merupakan salah satu sumber pendapatan yang menjanjikan dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Tulislah 2 keberhasilan atau prestasi yang anda banggakan dalam hidup.

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Tulislah 2 keberhasilan atau prestasi yang anda banggakan dalam hidup. LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati pengalaman-pengalaman dalam hidup Anda yang Anda anggap sebagai keberhasilan atau kegagalan dan juga citacita masa depan

Lebih terperinci

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan :

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan : PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM STUDI KUALITATIF PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN GARUT 2009 Informan : Ibu rumah tangga No.

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA : Hj. Cucu Zainabun Yusuf, S.Pd.,M.Pd : Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mancak 1. Menurut ibu BK itu apa? Jawab: BK itu tempat untuk mengatasi permasalahan dari siswa-siswi,

Lebih terperinci

TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSI. A. Untuk Kepala Dusun Somoketro III, Desa Somoketro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang

TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSI. A. Untuk Kepala Dusun Somoketro III, Desa Somoketro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSI A. Untuk Kepala Dusun Somoketro III, Desa Somoketro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang INFORMAN 1 Tanggal Wawancara : 03 Februari 2014 Waktu Wawancara : 14.00

Lebih terperinci

PROSES MIGRASI ORANG MADURA

PROSES MIGRASI ORANG MADURA 29 PROSES MIGRASI ORANG MADURA Migrasi Berantai Migran Madura Etnis Madura dikenal sebagai salah satu etnis yang memiliki budaya migrasi, selain etnis Bugis, Batak dan Minangkabau (Mantra 1992). Terdapat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BALUMBANG JAYA

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BALUMBANG JAYA BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BALUMBANG JAYA 4.1 Keadaan Umum Kelurahan Balumbang Jaya Dalam subbab ini, dipaparkan tiga kelompok karakteristik Kelurahan Balumbang Jaya. Karakteristik tersebut dilihat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RESPONDEN

KARAKTERISTIK RESPONDEN 18 KARAKTERISTIK RESPONDEN Bab ini menjelaskan mengenai karakteristik lansia yang menjadi responden. Adapun data karakteristik yang dimaksud meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan,

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Informan 1 Nama : AD Jenis kelamin : Perempuan Usia : 14 Tahun Pendidikan : SMP Hari/tanggal wawancara : Jum at, 4 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Kabupaten Sukabumi

Lampiran 1 Peta Lokasi Kabupaten Sukabumi LAMPIRAN 97 Lampiran 1 Peta Lokasi Kabupaten Sukabumi 95 96 Lampiran 2 Indepth Interview KASUS 1 Suami di-phk, Istri pun Menjadi TKW Dulu hidup kami serba berkecukupan Neng, kenang Bapak A (43 tahun) di

Lebih terperinci

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 31 Ideologi Gender Ideologi gender adalah suatu pemikiran yang dianut oleh masyarakat yang mempengaruhi WKRT (Wanita Kepala Rumah Tangga)

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Informan 1 Nama : Bapak MH Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 39 tahun Pendidikan : SMA Hari/tanggal wawancara : Selasa, 8 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI 5.1 Strategi Nafkah Petani Petani di Desa Curug melakukan pilihan terhadap strategi nafkah yang berbeda-beda untuk menghidupi keluarganya.

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA 4.1 Pelaksanaan Pendampingan Keluarga 4.1.1 Kunjungan 1 Hari/Tanggal : Jumat, 29 Juli 2016 Jenis Kegiatan : Perkenalan dan sosialisasi dengan

Lebih terperinci

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR 31 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan

Lebih terperinci

BAB III PROFIL INFORMAN. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai temuan data yang diperoleh dari

BAB III PROFIL INFORMAN. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai temuan data yang diperoleh dari BAB III PROFIL INFORMAN III.1 Profil Informan Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai temuan data yang diperoleh dari proses wawancara mendalam yang dilakukan terhadap informan. Data yang akan disajikan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Kelurahan Kelurahan Kebomas terletak di Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Penduduk Kelurahan Kebomas

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian 31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI 46 REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI Kesejahteraan Petani Reforma agraria merupakan suatu alat untuk menyejahterakan rakyat. Akan tetapi, tidak serta merta begitu saja kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum Kabupaten Tulungagung Letak Geografis Wilayah Kabupaten Tulungagung terletak antara koordinat ( 111 0 43 112 0 07 ) Bujur Timur, ( 7 0 51 8 0

Lebih terperinci

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bulan, dimulai sejak pertengahan bulan november 2015 dan berakhir

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bulan, dimulai sejak pertengahan bulan november 2015 dan berakhir 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Subjek Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih selama dua bulan, dimulai sejak pertengahan bulan november 2015 dan berakhir pada awal bulan

Lebih terperinci

Bab 5 AKTIVITAS EKONOMI FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 55

Bab 5 AKTIVITAS EKONOMI FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 55 Bab 5 AKTIVITAS EKONOMI FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 55 Bab 5 AKTIVITAS EKONOMI Pada bagian yang aktifitas ekonomi anak jalanan di Kota Pekanbaru akan menjawab beberapa persoalan pertama: apa saja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang

Lebih terperinci

tempat sebelumnya anda bekerja? Apabila ada apa saja?

tempat sebelumnya anda bekerja? Apabila ada apa saja? PANDUAN WAWANCARA 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : 3. Umur : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Alamat Rumah : 6. Agama : 7. Suku : 8. Jabatan : 9. Jumlah Anggota Keluarga : A. Data Dasar 1. Sebelum anda di PHK,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN 7. Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha Keberadaan pariwisata memberikan dampak postif bagi pengelola, pengunjung, pedagang,

Lebih terperinci

BAB 1 AKU DAN PULAU PISANG

BAB 1 AKU DAN PULAU PISANG BAB 1 AKU DAN PULAU PISANG Jari ini berjalan begitu saja, seiring angan yang tidak pernah berhenti berharap. Merasa sebuah mimpi yang tidak pernah akan terwujud, harapan yang tidak pernah akan tercapai.

Lebih terperinci

Bagaimana sih caranya supaya pembantu rumah

Bagaimana sih caranya supaya pembantu rumah KRISIS ASISTEN RUMAH TANGGA Bagaimana sih caranya supaya pembantu rumah tangga atau saya lebih suka menyebutnya asisten rumah tangga (ART) bisa betah bekerja? Dua tahun terakhir semenjak saya membuka usaha

Lebih terperinci

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 1) Laki-laki

Lebih terperinci

1. Bagaimana kondisi lampu taman menurut pendapat anda? (Menunjuk satu bagian lampu taman yang tidak berfungsi).

1. Bagaimana kondisi lampu taman menurut pendapat anda? (Menunjuk satu bagian lampu taman yang tidak berfungsi). LEMBAR WAWANCARA STUDI EVALUASI KUALITAS ELEMEN PENDUKUNG TAMAN PADA TAMAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA Hari/Tanggal/Bulan : Resi Hari Murti Adjie

Lebih terperinci

BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM

BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM 34 BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM 5.1 Perempuan Pekerja Putting Out System Pekerja perempuan yang bekerja dengan POS di Desa Jabon Mekar ada sebanyak 75 orang. Pekerja perempuan

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA 1.1 Profil Keluarga Program Pendampingan Keluarga (PKK) merupakan salah satu program pokok non-tema yang wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa peserta KKN PPM Periode XIII

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. interview. Data yang dimaksud dalam hal ini ialah data primer yang bersumber

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. interview. Data yang dimaksud dalam hal ini ialah data primer yang bersumber V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan pada bab ini didasarkan pada seluruh data yang berhasil dihimpun pada saat penulis melakukan penelitian lapangan di TPA Bakung dengan teknik interview. Data yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI 6.1 Peran (Pembagian Kerja) dalam Rumahtangga Peserta Peran atau pembagian kerja tidak hanya terdapat dalam

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT 6.1 Pendahuluan Fenomena work-family conflict ini juga semakin menarik untuk diteliti mengingat banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan, baik terhadap wanita dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu? Lampiran 1 Kerangka Wawancara Anamnesa Dimensi Cohesion Separateness/Togetherness 1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL 31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong

Lebih terperinci

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar?

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar? Setting: Di suatu hari yang cerah beberapa hari setelah dilakukannya implementasi oleh perawat Evita mengenai senam kaki dan edukasi mengenai terapi diet bagi sekelompok masyarakat yang menderita DM. Maka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

Pertanyaan Kuisioner STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP. (Studi kasus di PT.Putera Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari

Pertanyaan Kuisioner STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP. (Studi kasus di PT.Putera Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Pertanyaan Kuisioner STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP (Studi kasus di PT.Putera Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar) Petunjuk Pengisian Mohon angket

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN 1.1 Profil Keluarga Dampingan Program pendampingan keluarga (PPK) merupakan program unggulan yang dikembangkan sebagai muatan lokal dalam pelaksanaan program KKN-PPM

Lebih terperinci

Di Rusun Mereka "Dimanja", di Perahu Mereka Menderita...

Di Rusun Mereka Dimanja, di Perahu Mereka Menderita... Di Rusun Mereka "Dimanja", di Perahu Mereka Menderita... http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/21/10481831/di.rusun.mereka.dimanja.di.perahu.mereka.menderita KOMPAS/RADITYA HELABUMIRumah Susun Rawa

Lebih terperinci

Menjadi Manajer Keuangan Keluarga

Menjadi Manajer Keuangan Keluarga Ringkasan: Wanita biasa menjadi manajer keuangan dalam keluarga. Suami menyerahkan seluruh gajinya pada kita, dan kitalah yang jungkir balik mengurusnya. Sebagai manajer yang baik, kita harus tahu berapa

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Informan Dari hasil wawancara mendalam, pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi rumah informan. Informan dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Calon Peserta

PEDOMAN WAWANCARA. Calon Peserta 90 PEDOMAN WAWANCARA Calon Peserta Demand Masyarakat Menjadi Peserta Mandiri Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Di Kota Medan Tahun 2016 I. Identitas Nama : Umur : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Informasi yang Dimiliki Masyarakat Migran Di Permukiman Liar Mengenai Adanya Fasilitas Kesehatan Gratis Atau Bersubsidi Salah satu program pemerintah untuk menunjang kesehatan

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR NAFKAH RUMAH TANGGA PEDAGANG MAKANAN

BAB V STRUKTUR NAFKAH RUMAH TANGGA PEDAGANG MAKANAN 33 BAB V STRUKTUR NAFKAH RUMAH TANGGA PEDAGANG MAKANAN Struktur pendapatan adalah komposisi pendapatan rumah tangga dari berbagai aktifitas nafkah yang dilakukan oleh seluruh anggota rumah tangga. Struktur

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN KUNCI

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN KUNCI PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN KUNCI Pemilik Rumah Makan A. Biodata Informan 1. Nama : Marnita 2. Umur : 36 tahun 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Status : Sudah Menikah 5. Daerah Asal : Pariaman 6. Alamat

Lebih terperinci

LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1)

LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1) LAMPIRAN 1 80 LAMPIRAN 2 81 LAMPIRAN 3 82 LAMPIRAN 4 83 LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1) 1. Sejak kapan Anda menjabat sebagai Kepala Puskesmas/Penanggungjawab Program Posbindu? 2. Bagaimana pengalaman

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Persiapan Penelitian Pada saat penelitian, peneliti melakukan persiapan dengan menggunakan alat ukur observasi dan wawancara. Observasi digunakan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hingga bulan Maret 2014 mencapai 28,29 juta orang, atau bertambah sekitar

I. PENDAHULUAN. hingga bulan Maret 2014 mencapai 28,29 juta orang, atau bertambah sekitar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia hingga bulan Maret 2014 mencapai 28,29 juta orang, atau bertambah sekitar seratus ribu

Lebih terperinci

DIAN NANDA MUSTIKAWATI

DIAN NANDA MUSTIKAWATI DIAN NANDA MUSTIKAWATI SUBTLE OF BLUE Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com SUBTLE OF BLUE Oleh: Dian Nanda Mustikawati Copyright 2016 by Dian Nanda Mustikawati PENERBIT Nulisbuku.com www.nulisbuku.com

Lebih terperinci

LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN)

LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN) LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN) Inisial Nama : MA Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur Pendidikan Pekerjaan : 45 Tahun : SMA : Tidak Ada No. Variabel / Pertanyaan Informan Kemudahan Memperoleh Narkoba 1 Apakah

Lebih terperinci

Loyalitas Tanpa Batas

Loyalitas Tanpa Batas Loyalitas Tanpa Batas Cintailah perusahaan dimana kamu bekerja meski tidak membuat mu kaya, tetapi dapat memberikan kehidupan. Itulah sepenggal kata yang dapat saya simpulkan setelah mendengar, merangkum,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN 1.1.Profil Keluarga dampingan Keluarga dampingan merupakan salah satu program yang diusung oleh KKN-PPM (Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat)

Lebih terperinci

BAB VII SETIAP MASALAH ADA JALAN KELUAR

BAB VII SETIAP MASALAH ADA JALAN KELUAR BAB VII SETIAP MASALAH ADA JALAN KELUAR 7.1 Pendahuluan Sebuah organisasi di dalam prosesnya berkembang pasti mengalami pasang surut yang mungkin dapat menghambat kinerja organisasi tersebut. Kendala-kendala

Lebih terperinci

BAB II. 1. Pasangan WE dan ET (Mahasiswa perantauan asal Riau)

BAB II. 1. Pasangan WE dan ET (Mahasiswa perantauan asal Riau) BAB II A. PROFIL INFORMAN 1. Pasangan WE dan ET (Mahasiswa perantauan asal Riau) WE adalah mahasiswa perempuan asal Riau. WE menempuh pendidikannya di kota Yogyakarta sejak tahun 2013. WE memilih berkuliah

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Profil keluarga Dampingan No Nama Stataus Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan 1 I Nyoman Suami & 62 Tidak Buruh Pekerja

Tabel 1.1 Profil keluarga Dampingan No Nama Stataus Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan 1 I Nyoman Suami & 62 Tidak Buruh Pekerja BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN 1.1 Profil Keluarga Dampingan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN RM) merupakan bentuk pendidikan yang berbasis kemasyarakatan dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ISTRI YANG BEKERJA DI LUAR RUMAH DI DESA TANGGUL KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO

BAB III DESKRIPSI ISTRI YANG BEKERJA DI LUAR RUMAH DI DESA TANGGUL KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO BAB III DESKRIPSI ISTRI YANG BEKERJA DI LUAR RUMAH DI DESA TANGGUL KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO A. Gambaran Umum Desa Tanggul Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Desa Tanggul merupakan desa yang

Lebih terperinci

BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA Menurut Deacon dan Firebaugh (dalam Timisela: 2015), rumah tangga sebagai satuan sosial memiliki fungsi untuk bertanggung jawab dalam menjaga, menumbuhkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dimuka bumi ini harus senantiasa berusaha dalam mempertahankan hidupnya. Manusia dibekali otak untuk berpikir bagaimana cara mempertahankan hidup

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PEKERJAAN DARI PETANI KE PENGRAJIN Ravik Karsidi

PERPINDAHAN PEKERJAAN DARI PETANI KE PENGRAJIN Ravik Karsidi PERPINDAHAN PEKERJAAN DARI PETANI KE PENGRAJIN Ravik Karsidi Salah satu masalah pembangunan di pedesaan Indonesia adalah sangat kecilnya peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang bisa memberikan penghasilan

Lebih terperinci

Responden 1. NO Pertanyaan Jawaban 1. Sejak berapa lama ibu berkarier Saya masuknya itu 2005, jadi sudah

Responden 1. NO Pertanyaan Jawaban 1. Sejak berapa lama ibu berkarier Saya masuknya itu 2005, jadi sudah PEDOMAN WAWANCARA 1. Sejak berapa lama ibu berkarier menjadi Pegawai Negeri Sipil? 2. Kenapa memilih menjadi PNS? 3. Bagaimana pandangan ibu mengenai wanita karier? 4. Apakah yang mendasari ibu ingin menjadi

Lebih terperinci

BAB VII OPINI PUBLIK TENTANG PT. INDOCEMENT. TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB VII OPINI PUBLIK TENTANG PT. INDOCEMENT. TUNGGAL PRAKARSA Tbk. BAB VII OPINI PUBLIK TENTANG PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. Opini publik tentang PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk terdiri dari opini publik tentang keberadaan perusahaan di tengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi kehidupan petani karet, karena pada musim hujan petani karet

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi kehidupan petani karet, karena pada musim hujan petani karet BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Mayoritas masyarakat Nagari Lubuk Tarok bermata pencaharian sebagai petani karet. Pada pertanian karet itulah mereka menggantungkan kehidupannya. Pertanian karet bukanlah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Konsumen Responden dalam penelitian ini adalah pembeli sayuran segar di Pasar Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. Pengumpulan data

Lebih terperinci

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR 5.1. Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional Kota Bogor Terdapat tujuh buah pasar tradisional yang dibangun oleh Pemerintah Kota Bogor untuk menunjang perekomomian dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB V PEMBAHASAN MASALAH BAB V PEMBAHASAN MASALAH A. PEMBAHASAN Setiap manusia memiliki impian untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Tetapi ketika sudah menikah banyak dari pasangan suami istri yang memilih tinggal bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup kritis baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup kritis baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi akan terus berlangsung. Secara internal Indonesia mengalami tatanan kehidupan yang cukup kritis baik

Lebih terperinci

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai saran-saran dan motivasi bagi keluarga dampingan dalam memecahkan permasalahan yang terdapat dalam keluarga dampingan bersangkutan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (AI) DI RW02 KELURAHAN PANUNGGANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANUNGGANGAN KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG KELUARGA DAMPINGAN

BAB I LATAR BELAKANG KELUARGA DAMPINGAN BAB I LATAR BELAKANG KELUARGA DAMPINGAN Keluarga yang dijadikan keluarga dampingan selama pelaksanaan KKN PPM XIII Universitas Udayana Tahun 2016 ini bertempat tinggal di Desa Abuan, Kintamani, Kabupaten

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) merupakan bentuk pendidikan yang berbasis kemasyarakatan dengan tujuan untuk melatih mahasiswa untuk

Lebih terperinci

KUESIONER HUBUNGAN ORANGTUA, TELEVISI, DAN TEMAN DENGAN SIKAP PEMUDA TERHADAP PEKERJAAN DI BIDANG PERTANIAN

KUESIONER HUBUNGAN ORANGTUA, TELEVISI, DAN TEMAN DENGAN SIKAP PEMUDA TERHADAP PEKERJAAN DI BIDANG PERTANIAN 101 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER HUBUNGAN ORANGTUA, TELEVISI, DAN TEMAN DENGAN SIKAP PEMUDA TERHADAP PEKERJAAN DI BIDANG PERTANIAN (Kasus Pemuda Di Desa Cipendawa dan Sukatani, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 143 144 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 145 146 Lampiran 3 Pengukuran Variabel Penelitian untuk Jawaban Pengetahuan No. Pernyataan Betul Salah Pengetahuan tentang keluarga sistem matrilineal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah sel-sel tubuh yang tumbuh tanpa kendali dan dapat menyebar ke seluruh tubuh. Kanker merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada manusia modern.

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015 A. KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN A. PROFIL PEREMPUAN BEKERJA DI SEKTOR INFORMAL

BAB III HASIL PENELITIAN A. PROFIL PEREMPUAN BEKERJA DI SEKTOR INFORMAL BAB III HASIL PENELITIAN A. PROFIL PEREMPUAN BEKERJA DI SEKTOR INFORMAL Mengamati potensi sumber daya manusia dan peran perempuan bekerja di sektor informal, yang jumlahnya cenderung meningkat tentunya

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Judul : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak Nama Peneliti : Pusparini NIM : 462012064 Saya adalah mahasiswa program S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci