BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL"

Transkripsi

1 31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong di desa dan faktor penarik di kota. Faktor di daerah asal merupakan keadaan-keadaan di daerah asal yang dirasakan responden dan memungkinkan untuk mendorong mereka melakukan migrasi tenaga kerja ke luar negeri. Umumnya faktor ekonomi merupakan faktor utama masyarakat desa menjadi TKW. Hasil studi di Desa Bantala menemukan bahwa alasan ekonomi ini juga dipengaruhi oleh kurangnya kesempatan kerja yang sangat berkaitan erat dengan kondisi geografi di daerah asal (Raharto 1999). Kemudian adanya kesempatan untuk bekerja ke luar negeri dengan upah yang lebih tinggi, mampu mengatasi hal tersebut. Dalam bab ini akan dijelaskan bagaimana kondisi di daerah asal dan daerah tujuan yang menjadi alasan bagi perempuan desa untuk melakukan migrasi tenaga kerja internasional. 5.1 Faktor di Daerah Asal Ada berbagai motif yang menjadi dasar seseorang melakukan migrasi. Berdasarkan data yang diperoleh di lapang, ada beberapa alasan responden melakukan migrasi, Tabel 4 menunjukkan alasan responden melakukan migrasi internasional. Tabel 4 Alasan Responden Melakukan Migrasi Internasional di Daerah Asal, Desa Pusakajaya Tahun 2011 No Alasan Jumlah N % 1 Kemiskinan 4 12,1 2 Lapangan kerja minim 26 78,8 3 Upah rendah ,0 4 Tidak mempunyai lahan pertanian ,0 Ket: responden dapat memberikan lebih dari satu alasan.

2 32 Berdasarkan Tabel 4, alasan responden melakukan migrasi adalah karena tidak mempunyai lahan pertanian sebesar 100 persen. Responden merasa penghasilan suami sebagai buruh pertanian yang tidak mempunyai lahan pertanian dirasa kurang dan ketersediaan lapangan pekerjaan yang minim bagi perempuan di Desa Pusakajaya pun menjadi alasan bagi perempuan di Desa Pusakajaya untuk bekerja ke luar negeri. Sebanyak 78,8 persen responden merasa Desa Pusakajaya sebagai daerah asalnya tidak menyediakan cukup pekerjaan bagi mereka. Kebanyakan dari mereka jika tidak mempunyai keterampilan yang cukup, sangat sulit untuk mendapat pekerjaan. Beberapa responden ada yang bekerja sebelum berangkat menjadi TKW, beberapa diantaranya bekerja sebagai penjahit dan pedagang, namun mereka merasa upah yang diperoleh masih rendah, sebanyak 100 persen responden mengatakan upah yang diterimanya bekerja di desa, rendah. Keadaan perekonomian Desa Pusakajaya yang tidak menyediakan cukup pekerjaan dan upah yang tinggi bagi masyarakatnya kemudian mendorong masyarakatnya keluar desa untuk mencari penghidupan yang lebih layak. Hal lain yang mendorong mereka melakukan migrasi internasional sebagai TKW adalah karena keberhasilan tetangga yang sebelumnya berangkat menjadi TKW. Mereka juga mengatakan bahwa menjadi TKW akan memiliki pengalaman yang berbeda dengan hanya tinggal di desa. Menjadi TKW berarti mampu menghasilkan pendapatan dan membantu suami dalam mencari nafkah bagi keluarga, dan ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi mereka, karena mereka mampu menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Dilihat dari ketersediaan sumberdaya alam di Desa Pusakajaya untuk memenuhi kebutuhan penduduknya, sebanyak 80 persen responden beranggapan bahwa sumberdaya alam di Desa Pusakajaya cukup memenuhi kebutuhan mereka. Ketersediaan air yang melimpah, buah-buahan dan sayuran yang tumbuh subur di lahan perkebunan ataupun pekarangan. Tidak jarang warga mengolah hasil pekarangannya berupa sayur-sayuran untuk dijadikan bahan baku untuk memasak. Di desa ini juga masih terdapat pengajian-pengajian yang sangat aktif dan memungkinkan perempuan bersosialisasi dengan perempuan lainnya. Pembangunan gedung-gedung sekolah dan pasar desa menjadi suatu kemajuan desa yang penting bagi para penduduknya. Hal tersebut merupakan faktor

3 33 penahan yang mampu menahan perempuan desa bermigrasi, namun faktor-faktor di daerah asal yang dinilai bisa menjadi faktor penahan bagi terjadinya migrasi internasional perempuan desa memiliki kekuatan yang lemah. Penduduk Desa Pusakajaya mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian. Mereka kebanyakan bekerja sebagai buruh tani, sedangkan istrinya ikut membantu suami menandur sawah. Penduduk di desa ini tidak banyak yang memiliki lahan pertanian. Kebanyakan lahan mereka sudah dijual kepada pihak luar seperti orang Jakarta, Pamanukan, dan Indramayu, atau lahan pertanian tersebut dibeli oleh orang desa yang memang memiliki status sosial yang tinggi atau termasuk dalam golongan petani kalangan atas yang sudah memiliki banyak lahan pertanian, seperti H.RS yang memiliki 16 bahu sawah, DR dengan 20 bahu sawahnya, dan H.TM yang memiliki 52 bahu 3 sawah. Seiring pesatnya pertumbuhan penduduk menyebabkan berlebihnya tenaga kerja pertanian, terjadi perubahan struktur pemilikan lahan. Persaingan ketat antar buruh kerja, namun tidak disertai kenaikan upah, ditambah peningkatan teknologi, turut menggeser peran tenaga kerja. Semakin terbukanya peluang bekerja di luar sektor pertanian dan adanya usaha lain yang dilakukan petani dalam mempertahankan kehidupan (diversifikasi usaha) kemudian menimbulkan kecendrungan semakin menurunnya jumlah anggota rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian (Yusdja, et al dalam Elizabeth 2007). Berdasarkan hasil studi di lapang, mayoritas jenis pekerjaan suami migran bekerja pada sektor di luar pertanian. Bagi mereka yang memang tidak mempunyai lahan pertanian, bekerja pada sektor di luar pertanian dinilai lebih menjamin dan menguntungkan. Pekerjaan tersebut seperti sektor formal (satpam dan guru), berdagang, jasa transportasi (ojeg dan becak), dan kuli atau tukang bangunan. Bekerja sebagai buruh tani dan mengandalkan sektor lain di luar pertanian pun banyak dilakukan oleh suami migran. Pekerjaan tersebut misalnya menjadi buruh tani dan bekerja juga sebagai tukang ojeg ataupun berdagang. Peralihan pekerjaan dari sektor pertanian ke luar sektor pertanian disebabkan karena tidak mencukupinya 3 Bahu atau bau (dari bouw, kata bahasa Belanda, berarti garapan ) dalam istilah agraria adalah satuan luas lahan yang dipakai di beberapa tempat di Indonesia, terutama di Jawa. Padmo (2007) dijelaskan dalam Wikipedia ( ukuran bahu agak bervariasi, namun kebanyakan adalah 0,70 hingga 0,74 ha dan ada pula yang menyamakannya dengan 0,8 ha.

4 34 pendapatan di sektor pertanian, usaha tani tersebut umumnya musiman, dan banyak mengandung resiko serta ketidakpastian (Mubyarto 1985 dalam Mukbar 2009). Tingkat upah yang diterima dari penghasilan bekerja sebagai buruh tani termasuk rendah. Mereka yang bekerja sebagai buruh perorangan mendapat upah yang lebih tinggi dibanding mereka yang bekerja secara borongan. Upah buruh tani perorangan berkisar antara Rp ,00 per hari, bekerja seharian dan tanpa biaya makan. Jika mereka bekerja borongan, seperti menandur, perbaikan lahan, dan upah buruh panen, mendapat upah sebesar Rp ,00 Rp ,00 per bahu. Hasil ini akan dibagi sesuai jumlah orang yang bekerja. Rata-rata upah yang mereka terima dengan bekerja secara borongan yaitu Rp ,00 Rp ,00. Berbeda dengan petani yang menyewa lahan/menggarap lahan orang lain, mereka memperoleh hasil bagian setelah panen terkumpul dan dibagi dua dengan pemilik setelah dikurangi dengan modal. Kemudian jika ditambah dengan bekerja sebagai buruh bangunan, rata-rata per hari memperoleh penghasilan Rp ,00 Rp ,00. Bagi perempuan, bekerja membantu suami merupakan suatu kebanggaan, namun pekerjaan yang tersedia bagi perempuan di Desa Pusakajaya memang terbatas. Di Kabupaten Subang dan Purwakarta terdapat banyak pabrik, namun tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah tidak memungkinkan mereka memasuki sektor tersebut. Menurut beberapa responden yang ditanyakan pendapatnya, untuk mendapatkan pekerjaan di pabrik harus membayar sejumlah uang agar diterima di perusahaan tersebut, sehingga mereka lebih memilih melakukan migrasi tenaga kerja ke luar negeri yang dinilai tidak terlalu membutuhkan keterampilan dan tingkat pendidikan yang tinggi. Bagi mereka, menjadi TKI merupakan keputusan yang tepat, yang dipicu fakta/berita bahwa bekerja ke luar negeri memberi prospek dan gaji yang lebih baik. Fakta demikian dapat menjadi penarik bagi pekerja migran sebagai upaya memperoleh pendapatan dalam ketidakberdayaan di negara asal. Terlihat bahwa telah terjadi perubahan sumber penghidupan di Desa Pusakajaya. Masyarakat yang awal mulanya bertani kini mulai beralih pada sektor di luar pertanian yang dinilai lebih menghasilkan. Para istri dan anak-anak mereka pun ikut membantu sebagai buruh

5 35 migran perempuan ke luar negeri untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka. 5.2 Faktor di Daerah Tujuan Wiyono (1994) dalam Pardede (2008), menyatakan untuk migrasi internal sektor industri, fasilitas perkotaan seperti sarana pendidikan yang lengkap, pertokoan yang mewah, aneka macam pusat hiburan dan wisata menjadi faktor penarik penduduk dari perdesaan untuk melakukan migrasi. Berbeda halnya dengan migrasi internasional, faktor-faktor penarik untuk melakukan migrasi internasional dilihat dari daerah asalnya yaitu permintaan tenaga kerja, letak geografis, dan kesamaan budaya. Kawasan Malaysia dan Singapura, daya tariknya lebih didasari letak geografis, untuk Saudi Arabia lebih didasarkan karena keinginan para migran untuk melaksanakan ibadah haji, sedangkan untuk Hongkong dan Taiwan lebih didasarkan pada upah yang tinggi dan pengalaman kerja yang berbeda. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, terdapat beberapa alasan responden memilih negara tujuan bermigrasi. Berdasarkan data di lapangan, dijelaskan pada Tabel 5 menunjukkan beberapa faktor penarik dari negara tujuan yang menyebabkan perempuan desa melakukan migrasi internasional. Tabel 5 Alasan Responden Melakukan Migrasi Internasional Sesuai Negara Tujuan, Desa Pusakajaya Tahun 2011 No Alasan Jumlah N % 1 Upah tinggi 28 84,9 2 Tersedianya lapangan pekerjaan ,0 3 Kesamaan agama 14 42,4 4 Dapat melakukan ibadah haji/umroh 11 33,3 5 Waktu keberangkatan 25 75,8 6 Kesamaan bahasa/etnik 2 6,1 Ket: responden dapat memberikan lebih dari satu alasan. Tabel 5 menunjukkan bahwa tersedianya lapangan pekerjaan dan upah yang tinggi di negara tujuan menjadi faktor penarik utama bagi perempuan desa untuk bermigrasi. Hal ini dikarenakan tujuan utama TKW bermigrasi ke luar

6 36 negeri adalah bekerja membantu perekonomian keluarga. Upah yang tinggi jika dibandingkan bekerja di Indonesia dengan tingkat pendidikan yang sama, membuat mereka lebih memilih bekerja sebagai TKW ke luar negeri. Sebanyak 100 persen responden mengatakan tersedianya lapangan pekerjaan di negara tujuan dengan upah yang tinggi membuat mereka memilih untuk bermigrasi. Sebanyak 75,8 persen responden menyatakan keinginannya untuk cepat berangkat ke negara tujuan, tidak peduli pekerjaan apa yang ada di sana. Waktu keberangkatan dan lamanya waktu mereka berada di PT menentukan pilihan mereka untuk memilih negara tujuan. Berikut pernyataan responden: Sewaktu disuruh mengisi keterangan tentang pekerjaan di sana, saya iya-in semua aja, biar di sana ada anjing peliharaan juga. Kan semua tergantung untung-untungan aja, yang paling penting mah cepat berangkat aja ke sana, gak mau lama-lama di PT (ET, 38 tahun) Tingginya permintaan tenaga kerja di negara tujuan, memberikan peluang bagi migran untuk memperoleh pekerjaan di luar negeri. Kebanyakan dari responden yang berangkat ke luar negeri memang tidak mempunyai pekerjaan ketika di daerah asal. Banyaknya responden yang tidak bekerja sebelum berangkat menjadi TKW dijelaskan pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan banyaknya responden yang tidak bekerja sebelum berangkat menjadi TKW sebanyak 28 orang atau sebesar 84,8 persen, sedangkan yang memiliki pekerjaan hanya sebanyak 5 orang atau 15,2 persen. Pekerjaan tersebut antara lain menjahit, bertani, dan berdagang. Pekerjaan tersebut mereka miliki karena keahliannya sendiri sebelum bermigrasi. Tabel 6 Perubahan Jumlah Migran yang Bekerja Sebelum dan Sesudah Responden Bermigrasi, Desa Pusakajaya, Tahun 2011 Jumlah Responden Migran Ketersediaan lapangan pekerjaan Sebelum Migrasi Sesudah Migrasi N % n % Tidak mempunyai pekerjaan 28 84, ,7 Mempunyai pekerjaan 5 15, ,3 Total , ,0

7 37 Ketika telah kembali dari bermigrasi, jumlah responden yang bekerja meningkat menjadi 10 orang atau sebesar 30,3 persen. Hal ini berarti responden tersebut telah mampu melakukan investasi, karena pekerjaan tersebut didapatnya dari modal selama ia bekerja menjadi migran. Pekerjaan tersebut yaitu berdagang membuka warung atau menjual masakan. Responden yang dulunya memang bekerja sebagai penjahit dan pedagang, setelah kembali ke daerah asal tetap melanjutkan pekerjaan yang ia lakukan sebelum menjadi TKW dengan tambahan modal yang didapatnya selama bekerja menjadi TKW, namun hal ini bukan berarti mereka tidak akan kembali lagi bekerja menjadi TKW. Seperti diungkapkan oleh salah seorang responden yang dulu bekerja sebagai pedagang kredit barang setelah kembali pun terus mengakumulasikan uangnya sebagai tambahan modal ia berdagang, namun ia menjelaskan bahwa ia masih ingin mencoba peruntungan dengan menjadi TKW ke daerah Hongkong atau Taiwan, karena pengalamannya menjadi TKW di negara Arab Saudi atau Timur Tengah dirasa masih belum cukup. Sejauh ini responden yang tidak bekerja, menjadi ibu rumah tangga, mengandalkan tabungannya selama bekerja menjadi TKW, dan mengandalkan penghasilan dari suami atau kembali menjadi TKW. Berikut pernyataan dari responden: Sebelum berangkat ke Saudi, biasanya Ibu kerja di rumah aja, jadi ibu rumah tangga. Ya, kalo suami bawa rezeki ya syukur tapi kalo gak ya mau gimana lagi. Makanya Ibu berani-beraniin diri aja ke luar negeri. Daripada di sini gak ada kerjaan, Ibu mah mending di sana dapet duit buat nyekolahin anak (KS, 40 tahun). Selain faktor ekonomi, responden memilih negara-negara Timur Tengah karena adanya keinginan untuk melaksanakan ibadah haji/umroh, mencari pengalaman bekerja di luar negeri dan kesamaan agama dengan daerah tujuan. Sebanyak 33,33 persen responden memilih negara Timur Tengah sebagai tujuan beribadah (Tabel 5). Ibu milih ke Saudi karena pingin naik haji atau umroh. Selain kita dapet kerja, kan kita juga bisa melaksanakan ibadah. Apalagi kalo majikannya baik, kita bisa diajakin, jadi gak perlu keluar biaya lagi. Alhamdulillah sekarang Ibu sudah haji (TT, 48 tahun).

8 38 Adanya kesamaan bahasa/etnik dinyatakan oleh 6,06 persen responden. Responden yang memilih negara tujuan ke Malaysia dikarenakan bahasanya yang mudah dan hampir serupa dengan bahasa Indonesia. Dengan demikian faktorfaktor di daerah tujuan yang dinilai bisa menjadi faktor penarik bagi terjadinya mobilitas perempuan desa ke luar negeri memiliki kekuatan yang kuat. Selain faktor tersebut di atas, jenis pekerjaan TKW di sana juga ikut mempengaruhi responden untuk bekerja ke luar negeri. Seperti pekerjaan yang tidak terlalu menuntut keterampilan dan tingkat pendidikan yang tinggi, menjadi faktor penarik bagi migran untuk menjadi TKW. Jenis pekerjaan yang dilakukan TKW selama bekerja di luar negeri, ratarata bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Jumlah dan persentase TKW berdasarkan jenis pekerjaan dijelaskan dalam Tabel 7. Tabel 7 Jumlah dan Persentase TKW Menurut Jenis Pekerjaan, Desa Pusakajaya Tahun 2011 Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%) Pembantu rumah tangga 25 75,8 Merawat Jompo 7 21,2 Garmen (menjahit) 1 3,0 Jumlah ,0 Dari 33 responden, sebanyak 75,8 persen TKW bekerja sebagai pembantu rumah tangga di negara Timur Tengah, sebanyak 21,2 persen responden lainnya bekerja merawat jompo, dan 3,0 persen lainnya bekerja sebagai penjahit. Banyaknya TKW yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga tersebut disebabkan pekerjaan yang ditawarkan oleh negara tujuan adalah pembantu rumah tangga. Kemudian berdasarkan kemampuan TKW dan tingkat pendidikannya, menjadi pembantu rumah tangga adalah pilihan pekerjaan yang memang tidak banyak menuntut kemampuan, keterampilan dan tingkat pendidikan yang tinggi.

9 Karakteristik Responden dan Keluarga Karakteristik responden merupakan hal-hal spesifik dari responden yang diteliti yang diduga berpengaruh terhadap tingkat mobilitas perempuan di Desa Pusakajaya. Karakteristik responden yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan status ekonomi keluarga. Penggambaran singkat mengenai karakteristik responden yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Karakteristik Pribadi Responden di Desa Pusakajaya Tahun 2011 Karakteristik Internal Jumlah Persentase (%) Umur (Pertama Menjadi TKW) Umur (Sekarang) Status Pernikahan (Pertama menjadi TKW) Status Pernikahan (Sekarang) Tingkat Pendidikan x 21 tahun 16 48,5 x > 21 tahun 17 51,5 Total ,0 x 36 tahun 17 51,5 x > 36 tahun 16 48,5 Total ,0 Menikah 22 66,7 Janda 3 9,1 Belum menikah 8 24,2 Total ,0 Menikah 30 90,9 Janda 3 9,1 Belum menikah 0 0,0 Total ,0 Rendah (tidak tamat SD) 5 15,2 Sedang (tamat SD) 17 51,5 Tinggi (tamat SMP dan tamat SMA) 11 33,3 Total , Umur Umur sangat menentukan bagi setiap individu untuk melakukan suatu pekerjaan serta menentukan kedewasaan dalam berpikir dan bertindak. Berkaitan

10 40 dengan program pengiriman TKW ke luar negeri, umur sangat penting mengingat tingginya tingkat kesulitan yang akan dialami TKW pada saat bekerja. Kesulitan tersebut terjadi misalnya dalam sosialisasi antara TKW dengan majikan dan sosialisasi dengan pekerjaan. Kesulitan-kesulitan inilah yang sering dialami oleh para TKW yang bekerja di luar negeri. Kesulitan tersebut terjadi karena adanya perbedaan budaya antara budaya yang ada di kampung halaman TKW sendiri dengan budaya di tempat mereka bekerja. Hubungan antara program pengiriman TKW ke luar negeri dan umur yaitu, pemerintah telah menetapkan persyaratan yaitu minimal berusia 18 tahun atau sesuai permintaan negara tujuan (pasal 39 ayat 2/MEN/2002), dimana umur yang sudah cukup dewasa dan matang dalam bersikap dan semangat kerja yang tinggi. Pada Tabel 8, dapat dilihat rataan pembagian umur responden, yang dibagi menjadi dua golongan umur yaitu umur ketika pertama kali responden melakukan migrasi internasional x 21 tahun dan x > 21 tahun serta umur saat responden saat penelitian ini dilaksanakan yaitu x 36 tahun dan x > 36 tahun. Saat pertama kali bekerja ke luar negeri, sebanyak 48,5 persen responden berada pada rentang umur x 21 tahun dan sebanyak 51,5 persen responden berada pada rentang umur x > 21 tahun. Berdasarkan pengakuan responden, terdapat umur responden yang kurang dari 18 tahun, yaitu termuda berumur 16 tahun ketika pertama kali berangkat menjadi TKW. Hal ini dikarenakan mereka tidak mengetahui secara pasti peraturan yang menetapkan bahwa calon TKW harus berumur 18 tahun ke atas atau sesuai dengan permintaan negara tujuan. Umur responden ketika penelitian ini berlangsung yaitu sebanyak 51,5 persen responden berada pada rentang umur x 36 tahun dan sebanyak 48,5 persen responden berada pada rentang umur x > 36 tahun Status Pernikahan Status pernikahan menentukan derajat kehidupan seseorang di dalam rumah tangga maupun masyarakat. Seorang wanita yang sudah menikah tentu akan berbeda dengan wanita yang belum menikah atau janda. Perbedaan yang sangat mencolok terlihat pada peranan mereka dalam rumah tangga. Seorang wanita yang sudah menikah mempunyai peranan yang komplek yaitu sebagai istri dan ibu rumah tangga. Wanita yang sudah menikah menjadi TKW untuk

11 41 membantu suaminya mencari nafkah, sedangkan wanita yang belum menikah atau janda, menjadi TKW untuk membantu perekonomian keluarganya. Dari sisi tanggung jawab, wanita yang sudah menikah memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibanding wanita yang belum menikah, karena harus meninggalkan suami dan anaknya. Hal ini kemudian akan berdampak pada kehidupan rumah tangganya dan perkembangan anaknya, untuk itu status pernikahan berpengaruh pada keputusan migran untuk bekerja atau tidak. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 8 terlihat bahwa 66,7 persen responden berstatus menikah. Hal ini menunjukkan adanya suatu keterkaitan responden terhadap suami dan anaknya, namun di sisi lain pernikahan juga memungkinkan responden untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan membiayai pendidikan sekolah anak. Kebutuhan tersebut dirasakan lebih tinggi dibanding ketika belum menikah, sehingga hal tersebut mendorong responden untuk melakukan pemenuhan kebutuhan hidupnya, dengan membantu suami ataupun sebagai pencari nafkah utama karena suami tidak bekerja. Sebanyak 24,3 persen responden belum menikah ketika pertama kali melakukan migrasi internasional, hal ini dikarenakan keinginan responden untuk membantu perekonomian keluarga, mencari pasangan hidup, atau sekedar mencari pengalaman dan menabung untuk masa depan. Tingginya wanita berstatus menikah yang menjadi TKW menunjukkan tuntutan wanita untuk bekerja sebagai pencari nafkah membantu suami dan ketidakpuasan terhadap penghasilan suami. Ketika dilakukannya penelitian ini, sebanyak 90,9 persen responden sudah menikah dan sebanyak 9,1 persen responden yang berstatus janda. Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap responden, diketahui bahwa terjadi pergantian status pernikahan responden selama pengalamannya menjadi TKW. Sebanyak 2 orang responden yang menikah dengan orang di tempatnya bekerja, namun kemudian bercerai. Hal ini dialami oleh NH (31 tahun) dan EU (41 tahun). NH bekerja di Hongkong dan menikah dengan orang di tempatnya bekerja, namun mengalami perceraian, dan dari hasil pernikahannya ia mendapatkan seorang putra. Setelah mengalami perceraian, ia tetap bekerja sebagai TKW dan tidak menikah kembali. Lain halnya dengan EU, ia bekerja di Malaysia dan kemudian menikah dengan orang di tempatnya bekerja dan mendapatkan seorang putri dari

12 42 pernikahannya, namun mengalami perceraian. Sekembalinya ke daerah asal, ia menikah lagi dengan orang Indonesia dan saat ini masih menetap di daerah asal. Kisah perceraian juga dialami oleh AL (31 tahun). Sepulangnya menjadi TKW, ia menikah dengan orang Indonesia, namun tak berapa lama pernikahannya, ia bercerai. Beberapa bulan kemudian ia memutuskan untuk bekerja kembali menjadi TKW. Status pernikahan memang merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keputusan responden untuk menjadi TKW kembali, namun hal ini juga dipengaruhi oleh individu itu sendiri. Ketika ia masih merasa mampu untuk membantu suaminya, maka ia memutuskan untuk pergi kembali, namun beberapa responden juga mengaku lelah bekerja sebagai TKW dan memutuskan untuk fokus mengurus keluarga Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan suatu variabel yang berpengaruh dalam dunia kerja. Pendidikan TKW merupakan modal utama dalam menghadapi dunia pasar kerja, terutama dunia pasar internasional. Memasuki pasar kerja internasional diperlukan kemampuan berbahasa misalnya mampu menguasai bahasa Inggris, bahasa Arab, dan bahasa lain yang dibutuhkan di tempat kerja, untuk itu kemampuan membaca dan menulis bagi calon TKW sangat diperlukan. Pada Tabel 8, menunjukkan kualitas TKW di Desa Pusakajaya dilihat dari tingkat pendidikan formal TKW relatif masih rendah. Dari 33 responden, sebanyak 15,2 persen TKW yang tidak menamatkan pendidikan di tingkat dasar (tingkat pendidikan rendah), sebanyak 51,5 persen responden menamatkan pendidikan tingkat dasar (tingkat pendidikan sedang), kemudian sebanyak 30,3 persen responden berhasil menamatkan pendidikan tingkat SMP dan hanya sebanyak 3,03 persen responden berhasil menamatkan pendidikan di tingkat SMA (tingkat pendidikan tinggi). Beberapa responden mengaku belum lancar berbicara dalam bahasa asing ketika berangkat ke negara tujuan. Berikut pernyataan salah seorang responden:

13 43 sewaktu diberangkatkan sama PT itu, saya belum terlalu lancar ngomongnya, kan nanti juga lama-lama di sana bisa. Kayak majikan ngomong sambil nunjuk itu apa, kan nanti lama-lama kita belajar dari situ. Saya satu bulan di PT kan tetep belajar juga (ME, 31 tahun). Sekembalinya menjadi TKW, tidak ada satu pun TKW yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka lebih memilih menginvestasikan uangnya dalam bentuk lain atau menyekolahkan anak atau adik mereka. Secara tidak langsung, bekerja menjadi TKW membawa pengalaman yang berbeda bagi mereka. Dengan belajar sedikit demi sedikit mereka mampu menguasai bahasa asing di tempat mereka bekerja. Hal ini seperti yang dituturkan oleh seorang responden: di tempat saya bekerja di Taiwan itu ada bahasa lokalnya, kalau mereka berbicara dengan keluarganya, mereka menggunakan bahasa lokal yang tidak saya mengerti, tapi karena sering mendengar, lama-lama saya belajar dan menjadi tau (LN, 29 tahun) Jenis Pekerjaan Suami/Kepala Keluarga Jenis pekerjaan kepala keluarga adalah pekerjaan yang dilakukan kepala keluarga dalam upaya menghasilkan uang atau barang guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rata-rata pekerjaan kepala keluarga adalah sebagai buruh tani. Data mengenai pekerjaan kepala keluarga TKW dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah dan Persentase Keluarga TKW Menurut Pekerjaan Kepala Keluarga, Desa Pusakajaya Tahun 2011 Pekerjaan Kepala Keluarga Jumlah Persentase (%) Formal (satpam, pegawai koperasi, guru) 4 12,1 Buruh tani/bangunan 9 27,3 Pedagang/Wiraswasta 6 18,2 Jasa (Ojeg/becak) 5 15,2 Supir 4 12,1 Petani 3 9,1 Lain-lain 2 6,1 Jumlah ,0

14 44 Dari 33 responden, sebanyak 27,3 persen kepala keluarga TKW bekerja sebagai buruh tani/buruh bangunan, 18,2 persen sebagai pedagang/wiraswasta, 12,1 persen sebagai supir, 12,1 persen lainnya bekerja dengan upah tetap sebagai satpam, guru, dan pegawai koperasi, dan 9,1 persen bekerja sebagai petani. Selain pekerjaan pokok ada beberapa kepala keluarga TKW yang mempunyai pekerjaan sampingan atau pekerjaan ganda yaitu di bidang jasa dan buruh bangunan Status Ekonomi Keluarga Status ekonomi keluarga dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh keluarga dalam waktu satu bulan. Tabel 10 menunjukkan bahwa rumah tangga responden yang memiliki penghasilan tinggi yaitu Rp Rp sebesar 15,2 persen responden, sedangkan yang rumah tangga responden yang memiliki penghasilan sedang yaitu Rp <x<Rp sebanyak 48,5 persen responden, dan rumah tangga yang memiliki penghasilan rendah yaitu Rp Rp sebanyak 36,4 persen responden. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan rumah tangga responden yang memiliki penghasilan sedang dan rendah. Tabel 10 Pendapatan Sekarang Rumah tangga Migran Desa Pusakajaya Tahun 2011 Pendapatan Rumah tangga Jumlah Persentase (%) Rendah 12 36,4 Sedang 16 48,5 Tinggi 5 15,2 Total , Jumlah Tanggungan Ekonomi Keluarga Jumlah tanggungan ekonomi keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang secara ekonomis masih menjadi tanggungan keluarga. Dalam penelitian ini, jumlah tanggungan ekonomi keluarga dilihat dari banyaknya jumlah anak yang masih sekolah dan memerlukan biaya pendidikan. Rata-rata jumlah tanggungan ekonomi keluarga TKW berdasar jumlah anak yang masih sekolah adalah dua

15 45 orang. Pada Tabel 11 terlihat bahwa 63,6 persen keluarga TKW mempunyai jumlah tanggungan ekonomi keluarga kurang dari dua orang dan 36,4 persen lainnya mempunyai jumlah tanggungan ekonomi keluarga lebih dari sama dengan dua. Tabel 11 Jumlah dan Persentase Keluarga TKW Menurut Jumlah Tanggungan Ekonomi Keluarga, Desa Pusakajaya Tahun 2011 Tanggungan Ekonomi Keluarga Jumlah Persentase (%) < , ,4 Jumlah ,0 5.4 Lama Waktu Bekerja Menjadi TKW dan Negara Tujuan Berdasarkan Karakteristik Responden Karakteristik responden akan menentukan kecenderungan negara tujuan yang dipilih migran. Tabel 12 menjelaskan pengalaman negara tujuan migran berdasarkan karakteritik responden saat pertama kali menjadi TKW. Responden yang berangkat pertama kali menjadi TKW dengan umur x 21 cenderung memiliki pengalaman bernegara yang lebih banyak, yaitu mereka pernah menjadi TKW di negara Timur Tengah (Arab Saudi, Bahrein, Qatar), Asia Timur (Hongkong, Taiwan), atau Malaysia. Sebanyak 100 persen responden dari 3 orang yang pernah mempunyai pengalaman bernegara ke Timur Tengah dan Asia Timur, semuanya berusia x 21. Di usia yang tergolong muda ini pula yaitu x 21, responden cenderung memilih negara tujuan Asia Timur yaitu sebanyak 60 persen responden. Dibandingkan responden yang berusia x > 21 tahun, mereka cenderung memilih negara Timur Tengah sebanyak 60 persen dan Asia Timur sebanyak 40 persen. Responden yang memilih negara Timur Tengah sebagai negara tujuannya, sebanyak 72 persen berstatus menikah, 4 persen berstatus janda, dan 24 persen belum menikah. Responden yang memiliki pengalaman bernegara ke Timur Tengah dan Asia Timur, sebanyak 66,7 persen berstatus menikah pula, sedangkan untuk responden yang memilih negara tujuan Asia Timur, sebanyak 40 persen berstatus menikah, 40 persen

16 46 janda, dan 20 persen belum menikah. Hal ini membuktikan bahwa wanita yang bekerja sebagai TKW di luar negeri, didominasi oleh wanita yang berstatus menikah. Responden yang memilih negara tujuan Timur Tengah, sebanyak 16 persen memiliki tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD), sebanyak 64 persen memiliki tingkat pendidikan sedang (tamat SD), dan sebanyak 20 persen memiliki tingkat pendidikan tinggi (tamat SMP dan tamat SMA). Sedangkan responden yang memilih negara tujuan Asia Timur dan Campuran, didominasi oleh responden yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yaitu sebanyak 80 persen responden dengan tingkat pendidikan tinggi (tamat SMP dan tamat SMA), memilih negara tujuan ke Asia Timur dan sebanyak 66,7 persen responden dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki pengalaman bernegara ke negara Timur Tengah dan Asia Timur. Tabel 12 Pengalaman Negara Tujuan Migran Berdasarkan Karakteristik Responden Saat Pertama Kali Menjadi TKW, Desa Pusakajaya, Recall Tahun 2011 Karakteristik Responden Umur Status Pernikahan Tingkat Pendidikan Timur Tengah % Negara Tujuan Asia % Timur Campuran % Total % x ,0 3 60, , ,5 x > ,0 2 40, ,5 Total , , , ,0 Menikah 18 72,0 2 40,0 2 66, ,7 Janda 1 4,0 2 40, ,1 Belum Menikah 6 24,0 1 20,0 1 33,3 8 24,2 Total , , , ,0 Rendah 4 16, ,3 5 15,2 Sedang 16 64,0 1 20, ,5 Tinggi 5 20,0 4 80,0 2 66, ,3 Total , , , ,0 Berdasarkan karakteristik pribadi responden dan dibandingkan dengan lama waktu bekerja menjadi TKW, terlihat bahwa responden dengan usia x 21 sebanyak 44,4 persen bekerja dengan lama waktu x 5 dan sebanyak 53,3 persen responden bekerja dengan lama waktu x > 5. Responden dengan usia x > 21 sebanyak 55,6 persen bekerja dengan lama waktu x 5 dan sebanyak 46,7 persen responden

17 47 bekerja dengan lama waktu x > 5. Hal ini berarti semakin tua umur responden, tidak menentukan bahwa semakin lama pengalaman waktu ia bekerja. Status pernikahan, menikah atau tidak menikah juga tidak menentukan bahwa seseorang akan lebih lama dalam pengalaman waktu bekerjanya. Responden yang menjadi TKW mayoritas berstatus menikah sebesar 72,2 persen dengan lama waktu bekerja x 5 tahun dan sebesar 60,0 persen responden berstatus menikah dengan lama waktu bekerja x > 5 tahun. Responden yang bekerja dengan lama waktu x 5 tahun sebesar 50,0 persen memiliki tingkat pendidikan sedang (tamat SD) dan sebesar 38,9 persen responden berpendidikan tinggi (tamat SMP dan tamat SMA). Responden yang bekerja dengan lama waktu x > 5 tahun sebesar 53,3 persen memiliki tingkat pendidikan sedang (tamat SD) dan sebesar 26,7 persen responden memiliki pendidikan tinggi. Lama waktu bekerja migran berdasarkan karakteristik responden saat pertama kali menjadi TKW dijelakan dalam Tabel 13. Tabel 13 Lama Waktu Bekerja Migran Berdasarkan Karakteristik Responden Saat Pertama Kali Menjadi TKW, Desa Pusakajaya, Recall Tahun 2011 Karakteristik Responden Umur Status Pernikahan Tingkat Pendidikan Lama Waktu x 5 % x > 5 % Total % x ,4 8 53, ,5 x > ,6 7 46, ,5 Total , , ,0 Menikah 13 72,2 9 60, ,7 Janda 2 11,1 1 6,7 3 9,1 Belum Menikah 3 16,7 5 33,3 8 24,2 Total , , ,0 Rendah 2 11,1 3 20,0 5 15,2 Sedang 9 50,0 8 53, ,5 Tinggi 7 38,9 4 26, ,3 Total , , ,0 5.5 Ikhtisar Bab V Faktor- faktor di daerah asal, daerah tujuan, karakteristik individu, dan karakteristik keluarga merupakan hal-hal yang dipertimbangkan perempuan di Desa Pusakajaya dalam melakukan migrasi internasional tenaga kerja. Faktorfaktor di daerah asal yang ditemukan di Desa Pusakajaya adalah faktor

18 48 kemiskinan yang disebabkan rendahnya ketersediaan lapangan pekerjaan bagi perempuan maupun laki-laki di Desa Pusakajaya, rendahnya upah bekerja, dan semakin sempitnya lahan pertanian. Terjadi perubahan sumber penghidupan di Desa Pusakajaya, masyarakat yang awal mulanya bertani kini mulai beralih pada sektor di luar pertanian yang dinilai lebih menghasilkan. Adapun faktor di daerah tujuan yang menjadi alasan perempuan menjadi TKW adalah tersedianya lapangan pekerjaan dengan upah yang tinggi dan dapat melaksanakan ibadah haji/umroh. Responden dalam penelitian ini kebanyakan adalah wanita yang berstatus menikah dengan pendidikan sedang (tamat SD) yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Responden yang berumur lebih muda yaitu x 21 cenderung memilih negara tujuan Asia Timur dan memiliki lama waktu bekerja lebih lama dari pada responden yang berumur x > 21 tahun ketika pertama kali berangkat menjadi TKW.

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1.Konsep dan Teori Mobilitas Penduduk Istilah umum bagi gerak penduduk dalam demografi adalah population mobility atau secara lebih khusus territorial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nova Windasari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nova Windasari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan sektor penting yang berfungsi bagi pemenuhan kebutuhan manusia yang kian hari kian bertambah. Pertanian adalah seluruh kegiatan manusia dalam

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORETIS

BAB II PENDEKATAN TEORETIS BAB II PENDEKATAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Migrasi Internasional dan Faktor yang Mempengaruhinya Hasil studi mengenai migrasi yang dilakukan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) oleh Puslitbang

Lebih terperinci

MIGRASI INTERNASIONAL PEREMPUAN DESA DAN PEMANFAATAN REMITAN DI DESA PUSAKAJAYA, KECAMATAN PUSAKAJAYA, KABUPATEN SUBANG, PROVINSI JAWA BARAT

MIGRASI INTERNASIONAL PEREMPUAN DESA DAN PEMANFAATAN REMITAN DI DESA PUSAKAJAYA, KECAMATAN PUSAKAJAYA, KABUPATEN SUBANG, PROVINSI JAWA BARAT ABSTRACT ISSN : 1978-4333, Vol. 05, No. 03 MIGRASI INTERNASIONAL PEREMPUAN DESA DAN PEMANFAATAN REMITAN DI DESA PUSAKAJAYA, KECAMATAN PUSAKAJAYA, KABUPATEN SUBANG, PROVINSI JAWA BARAT Women International

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

MIGRASI INTERNASIONAL DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI KELUARGA MIGRAN DI DESA SERAH, KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR PENDAHULUAN

MIGRASI INTERNASIONAL DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI KELUARGA MIGRAN DI DESA SERAH, KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR PENDAHULUAN P R O S I D I N G 429 MIGRASI INTERNASIONAL DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI KELUARGA MIGRAN DI DESA SERAH, KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR 1) Dian Retno Intan, 2) Yayuk Yuliati 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Tidak terkecuali di Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA

BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA 41 BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA Setelah dibahas mengenai karakteristik pribadi responden dalam bab sebelumnya, dalam bab ini akan dibahas menganai faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi merupakan fenomena penting pada era globalisasi. Perempuan Indonesia perdesaan terutama kalangan menengah ke bawah hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA 63 BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA Fenomena mobilitas penduduk perempuan ke luar desa sebenarnya bukanlah merupakan suatu fenomena yang dianggap tabu oleh penduduk Desa

Lebih terperinci

2015 DAMPAK IBU BEKERJA SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI LUAR NEGERI TERHADAP BERUBAHNYA FUNGSI DAN PERAN ANGGOTA KELUARGA

2015 DAMPAK IBU BEKERJA SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI LUAR NEGERI TERHADAP BERUBAHNYA FUNGSI DAN PERAN ANGGOTA KELUARGA 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sulitnya memperoleh lapangan kerja saat ini menimbulkan berbagai dampak mulai dari pengangguran, kemiskinan, hilangnya rasa percaya diri, dan stres. Bahkan

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB III PERCERAIAN DI KALANGAN EKS TKI DI DESA GENUK WATU KECAMATAN NGORO KABUPATEN JOMBANG

BAB III PERCERAIAN DI KALANGAN EKS TKI DI DESA GENUK WATU KECAMATAN NGORO KABUPATEN JOMBANG BAB III PERCERAIAN DI KALANGAN EKS TKI DI DESA GENUK WATU KECAMATAN NGORO KABUPATEN JOMBANG A. Diskripsi Keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Desa Genuk Watu Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang 1. Keagamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, yang memiliki berbagai latar belakang dan penyebab. Bahkan, di beberapa negara menunjukkan

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan kemampuan menciptakan lapangan kerja sebagai

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Keterbatasan kesempatan kerja di Indonesia secara umum membuat beberapa kelompok sosial dan masyarakat terpinggirkan karena minimnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP *Eliza Umami Universitas Negeri Malang Jl Semarang no. 5 Malang E-mail: elizaumami_lgeo2010@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Teori Kuznet pembangunan di Negara sedang berkembang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahap awal pembangunan namun disertai dengan timbulnya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RESPONDEN

KARAKTERISTIK RESPONDEN 18 KARAKTERISTIK RESPONDEN Bab ini menjelaskan mengenai karakteristik lansia yang menjadi responden. Adapun data karakteristik yang dimaksud meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian sudah seharusnya mendapat prioritas dalam kebijaksanaan strategis pembangunan di Indonesia. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, sektor pertanian di Indonesia,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI 5.1 Strategi Nafkah Petani Petani di Desa Curug melakukan pilihan terhadap strategi nafkah yang berbeda-beda untuk menghidupi keluarganya.

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH 23 USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH Gambaran Usaha Kaki Lima di Sekitar Kebun Raya Bogor (KRB) Menjadi wirausahawan merupakan salah satu sumber pendapatan yang menjanjikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mencari kehidupan di negeri orang sebenarnya merupakan alternatif terakhir bagi seseorang, kecuali di sekitar tempat kediamannya tidak terdapat kesempatan kerja.

Lebih terperinci

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI 46 REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI Kesejahteraan Petani Reforma agraria merupakan suatu alat untuk menyejahterakan rakyat. Akan tetapi, tidak serta merta begitu saja kesejahteraan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL KELUARGA BURUH MIGRAN DENGAN PERTAMBAHAN ASSET RUMAH TANGGA

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL KELUARGA BURUH MIGRAN DENGAN PERTAMBAHAN ASSET RUMAH TANGGA HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL KELUARGA BURUH MIGRAN DENGAN PERTAMBAHAN ASSET RUMAH TANGGA RELATIONSHIP BETWEEN INTERNAL FACTORS OF MIGRANT LABOUR FAMILY WITH HOUSEHOLDS ASSETS ADDED Lia Mutiara Setia

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. menjadi pemicu berbagai masalah, baik masalah dibidang ekonomi maupun

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. menjadi pemicu berbagai masalah, baik masalah dibidang ekonomi maupun BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 KESIMPULAN Jumlah penduduk yang besar merupakan modal dasar pembangunan akan menjadi kenyataan apabila pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk, selain itu

Lebih terperinci

Dampak Pembangunan Industri Terhadap Diversifikasi Mata Pencaharian, Interaki Sosial dan Nilai Pendidikan Pada Masyarakat Perdesaan.

Dampak Pembangunan Industri Terhadap Diversifikasi Mata Pencaharian, Interaki Sosial dan Nilai Pendidikan Pada Masyarakat Perdesaan. Dampak Pembangunan Industri Terhadap Diversifikasi Mata Pencaharian, Interaki Sosial dan Nilai Pendidikan Pada Masyarakat Perdesaan. Daftar Kuesioner Bapak/Ibu yang terhormat, Pertanyaan yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK 4.1 Lama Tinggal Pada umumnya, penduduk bertempat tinggal di suatu daerah mulai dari lahir sampai dewasa. Akan tetapi ada juga penduduk yang tinggal dari lahir sampai setelah

Lebih terperinci

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR 31 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. 1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi

Lebih terperinci

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 31 Ideologi Gender Ideologi gender adalah suatu pemikiran yang dianut oleh masyarakat yang mempengaruhi WKRT (Wanita Kepala Rumah Tangga)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangankomunikasi-transportasi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangankomunikasi-transportasi 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Ekonomi Geografi ekonomi adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur aktivitas keruangan ekonomi sehingga titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara dan memiliki peringkat keempat dengan jumlah penduduk terbesar setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Desa Mekarjaya merupakan salah satu dari 13 (tiga belas desa) yang berada di Kecamatan Bungbulang. Kecamatan Bungbulang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara berkembang menjadi negara maju. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu dampak dari adanya krisis ekonomi adalah melonjaknya angka pengangguran. Belum pulihnya perekonomian dan timpangnya perkembangan suatu wilayah

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Negara (AKAN)

Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Antar kerja antar Negara (AKAN) juga tidak kalah penting untuk dianalisis mengingat kontribusi pekerja kategori ini yang umumnya dikenal dengan TKI terhadap perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL 25 BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL Umur dan Tingkat Pendidikan Responden Data primer di lapangan menunjukkan bahwa dari 35 responden pedagang makanan di Jalan Babakan, umur rata-rata

Lebih terperinci

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 39 Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Peluang bekerja dan berusaha adalah

Lebih terperinci

BAB III DATA HASIL PENELITIAN DI DESA ARJOWILANGUN KECAMATAN KALIPARE KABUPATEN MALANG

BAB III DATA HASIL PENELITIAN DI DESA ARJOWILANGUN KECAMATAN KALIPARE KABUPATEN MALANG BAB III DATA HASIL PENELITIAN DI DESA ARJOWILANGUN KECAMATAN KALIPARE KABUPATEN MALANG A. Gambaran Umum Desa Arjowilangun 1. Letak Geografis Desa Arjowilangun merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi 131 V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. Migrasi Internal Migrasi merupakan salah satu faktor dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan bukti bahwa pemerintah belum mampu mengatasi masalah pengangguran di dalam negeri. Fenomena ini tampil sebagai solusi

Lebih terperinci

Baru dapat 1,5 kilogram kotor, kata Tarsin dalam bahasa Jawa, akhir Maret lalu.

Baru dapat 1,5 kilogram kotor, kata Tarsin dalam bahasa Jawa, akhir Maret lalu. Tarsin (70) kelelahan. Matanya menatap lesu. Memegang ember berisi lhem, atau sisa tetes getah karet alam, ia duduk di bawah pohon karet di area perkebunan PT Perkebunan Nusantara XIX di Sedandang, Pageruyung,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tebel silang memperoleh kesimpulan bahwa 1) Aktivitas usaha luar tani di

TINJAUAN PUSTAKA. tebel silang memperoleh kesimpulan bahwa 1) Aktivitas usaha luar tani di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Yanti (2004) dalam penelitiannya yang menggunakan tabel frekwensi dan tebel silang memperoleh kesimpulan bahwa 1) Aktivitas usaha luar tani di Limbang Weton

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 38 BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 5.1 Pola Pemilikan Lahan Lahan merupakan faktor utama bagi masyarakat pedesaan terutama yang menggantungkan hidupnya dari bidang pertanian. Pada masyarakat pedesaan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

BAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT 50 BAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT A. Dampak Bidang Sosial Adanya pabrik teh hitam Kaligua telah membawa dampak pada mata pencaharian masyarakat Pandansari dan sekitarnya, baik dampak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia banyak industri

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia banyak industri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dari dulu sampai sekarang tetap saja menjadi negara berkembang. Adanya pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mengubah orientasi pembangunan

Lebih terperinci

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan 300 VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan peramalan tentang dampak kebijakan migrasi terhadap pasar kerja dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989. V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil dan Kelembagaan UBH-KPWN Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan 77 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Kecamatan Bumi Waras 1. Keadaan Umum Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012,

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah garis kemiskinan. Hal ini terjadi karena pertumbuhan penduduk yang dialami oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Letak dan Keadaan Fisik

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Letak dan Keadaan Fisik 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Letak dan Keadaan Fisik BAB IV GAMBARAN UMUM Desa Gunung Menyan merupakan desa pemekaran dari Desa Cimayang pada tahun 1983 yang terletak di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN 45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) 1. Pengertian Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988 tentang Antar Kerja Antar Negara yang dimaksud dengan tenaga kerja Indonesia

Lebih terperinci

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian 31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan. BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK Bab ini akan membahas tentang temuan data yang telah dipaparkan sebelumnya dengan analisis teori pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia adalah perempuan abad modern ini. Cita-cita para aktifis gerakan feminisme telah terwujud menjadi sosok-sosok perempuan tangguh yang

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT 41 BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT Responden dalam penelitian ini adalah petani anggota Gapoktan Jaya Tani yang berasal dari tiga kelompok tani

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanian dan Petani Pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyediaan kebutuhan pangan melainkan sumber kehidupan.

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang dibahas dalam penelitian antara lain mencakup (1) pengertian migrasi;

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG KRISIS EKONOMI PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN KASUS PEMBUNUHAN KEKERASAN PADA ANAK KASUS PENJUALAN BAYI KOMUNIKASI SUAMI DAN ISTRI

LATAR BELAKANG KRISIS EKONOMI PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN KASUS PEMBUNUHAN KEKERASAN PADA ANAK KASUS PENJUALAN BAYI KOMUNIKASI SUAMI DAN ISTRI TINGKAT KETAHANAN MENTAL IBU MUDA KELUARGA MISKIN PERKOTAAN DALAM MENGHADAPI KESULITAN EKONOMI (Studi Kasus Di Kota Bandung dan Indramayu) OLEH ANNE HAFINA NANDANG RUSMANA AHMAD YANI LATAR BELAKANG KRISIS

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA 5 PENDEKATAN TEORETIS Bab ini menjelaskan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan definisi operasional. Subbab tinjauan pustaka berisi bahan pustaka yang dirujuk berasal dari beberapa

Lebih terperinci

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh K. Yunitha Aprillia Ida Bagus Made Astawa, I Gede Astra Wesnawa *) Jurusan Pendidikan Geografi,Undiksha Singaraja

Lebih terperinci

Boks 1 Hasil Survei Nasional Pola Remitansi TKI di Nusa Tenggara Barat

Boks 1 Hasil Survei Nasional Pola Remitansi TKI di Nusa Tenggara Barat Boks 1 Hasil Survei Nasional Pola Remitansi TKI di Nusa Tenggara Barat Latar Belakang Tenaga Kerja Indonesia terus memberikan sumbangan yang signifikan dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN 7.1. Hubungan Karakteristik Nelayan dengan Strategi Sosial 7.1.1. Hubungan Usia dengan Strategi

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG

BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG Bab ini mendeskripsikan profil rumahtangga peserta PNPM MP di Desa Kemang yang di survei

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci