BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Informasi yang Dimiliki Masyarakat Migran Di Permukiman Liar Mengenai Adanya Fasilitas Kesehatan Gratis Atau Bersubsidi Salah satu program pemerintah untuk menunjang kesehatan masyarakatnya adalah dengan memberikan subsidi dibidang kesehatan. Program tersebut memiliki berbagai macam nama antara lain adalah Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) yang dulunya lebih dikenal dengan Askes, Gakin (Kartu Keluarga Miskin) dan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu). Ketiganya memiliki fungsi untuk membantu meringankan beban yang harus ditanggung oleh keluarga miskin termasuk dalam bidang kesehatan. Akan tetapi besarnya bantuan yang akan diterima oleh masyarakat pemilik kartu tersebut berbeda antara pemilik kartu yang satu dengan yang lainnya. Untuk pemilik kartu Jaskesmas dan SKTM pemilik hanya akan mendapat keringanan biaya sebesar tertentu sedangkan untuk pemilik kartu Gakin pemilik akan bebas dari biaya. Fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pemerintah dalam bentuk kartu kesehatan tidak sepenuhnya dapat dirasakan oleh masyarakat miskin kebanyakan, termasuk di permukiman liar di Kelurahan Lenteng Agung. Di lokasi penelitian sebagian besar penghuninya tidak mengetahui mengenai bantuan penyediaan fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi yang diberikan oleh pemerintah dalam bentuk kartu yang dapat digunakan saat melakukan pengobatan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 19 orang responden atau sebesar 63,3 persen dari jumlah responden yang tidak tahu atau belum pernah mendengar mengenai

2 63 adanya program bantuan penyediaan fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi seperti Jamkesmas, Gakin dan SKTM. Banyak responden yang kurang mengetahui mengenai fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi yang diberikan oleh pemerintah. Biasanya responden hanya sekedar tahu atau pernah mendengar mengenai program bantuan penyediaan fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi. Dengan demikian responden belum sampai pada tahap mengetahui dengan apa yang dimaskudkan oleh masing-masing program atau proses memperoleh kartu tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 7: Tabel 7. Jumlah Responden Menurut Informasi Mengenai Fasilitas Kesehatan Gratis atau Bersubsidi, di Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Juli 2009 Mengetahui atau pernah Jumlah Persen mendengar Ya 11 36,7 Tidak 19 63,3 Total ,0 Kurangnya informasi responden mengenai adanya bantuan dari pemerintah tersebut dikarenakan tidak adanya sosialisasi yang dilakukan oleh aparat desa baik dari pihak kelurahan atau kecamatan dan dari RT atau RW. Responden merasa bahwa mereka dikucilkan dari lingkungan sekitar. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak pernah mengetahui atau mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah salah satunya adalah dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang sedang hangat dibicarakan. Ketidaktahuan mereka bahkan membuat persepsi tersendiri terhadap munculnya penyelewengan yang dilakukan oleh pihak atas. Hal tersebut seperti yang dikutip dari salah seorang responden:

3 64 kita mah orang kecil jadi mana pernah kita tahu mengenai bantuan-bantuan begitu. Biasanya yang dapet bantuan-bantuan kaya gitu cuma orang-orang yang deket sama RT. Contohnya BLT kemaren. Kita disini mana ada yang dapat. Yang dapat ya saudara-saudara RT sama orang-orang yang dekat dengan RT (Bapak Swn, 40 tahun). Persepsi warga tersebut tidak sepenuhnya benar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Hdn selaku Ketua RT 016, warganya memang tidak ada yang mendapatkan bantuan kesehatan gratis atau bersubsidi dari pemerintah. Walaupun sudah mengajukan data warganya yang kurang mampu tetapi menurut pihak yang berwenang bahwa warga di RT tersebut tidak ada yang berhak menerima bantuan tersebut karena tidak memenuhi syarat. Menurut Pak Hdn, beliau akan memproses sesuai dengan prosedur yang berlaku jika warganya ingin membuat kartu pelayanan kesehatan tersebut. Tentu saja warganya yang ingin membuat kartu pelayanan kesehatan tersebut harus menyiapkan persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dimana salah satunya adalah kepemilikan kartu identitas atau KTP di kelurahan tempat mereka tinggal yaitu Kelurahan Lenteng Agung. Akan tetapi seperti yang diketahui bahwa sebagian besar migran yang ada di permukiman liar hanya memiliki KTP daerah asal mereka dan tidak memiliki KTP DKI Jakarta. Berdasarkan hasil temuan di lapangan juga ditemukan perbedaan prosedur memperoleh kartu kesehatan gratis atau bersubsidi antara DKI Jakarta dengan daerah lain di wilayah Indonesia. Responden yang memiliki kartu Jamkesmas dari daerah asalnya mengungkapkan bahwa semua prosedur diurus oleh aparatur desa setempat sehingga responden tersebut hanya tinggal menerima kartu Jamkesmas tersebut. Responden yang ingin membuat kartu kesehatan di wilayah DKI Jakarta

4 65 harus mengurus prosedur pembuatan sendiri. Banyak responden yang tidak mengetahui hal tersebut sehingga responden tersebut hanya menunggu mendapatkan bantuan kesehatan tersebut tanpa melakukan usaha membuat kartu kesehatan Keterkaitan Antara Pengetahuan Responden dan Aksesnya Terhadap Kartu Pelayanan Kesehatan Gratis atau Bersubsidi Pengetahuan mengenai adanya bantuan terhadap penyediaan fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi yang dimiliki responden tidak sebanding dengan kepemilikian kartu pelayanan kesehatan yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa tidak semua responden yang mengetahui mengenai adanya bantuan kesehatan tersebut memiliki kartu pelayanan kesehatan seperti Jamkesmas, Gakin atau SKTM. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa akses responden terhadap akses fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi berbeda-beda antara responden yang satu dengan yang lainnya. Merujuk pada definisi operasional pada bab sebelumnya maka akses responden terhadap fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi digolongkan menjadi lemah, sedang dan kuat. Responden dikatakan memiliki akses yang lemah jika responden sama sekali tidak memiliki kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Akses sedang jika responden memiliki satu atau dua buah kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Akses yang dikatakan kuat jika responden memiliki ketiga kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi dalam hal ini adalah Jamkesmas, Gakin dan SKTM. Kurangnya informasi yang dimiliki responden mengenai bantuan kesehatan berupa kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi dari

5 66 pemerintah, responden dipermukiman liar juga banyak yang tidak mengerti mengenai kartu dan manfaat dari kartu pelayanan kesehatan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pengetahuan dan Askesnya Terhadap Kartu Pelayanan Kesehatan Gratis atau Bersubsidi, di Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Juli 2009 Akses Responden Terhadap Kartu Pelayanan Pengetahuan Responden Kesehatan Gratis atau Bersubsidi Total Persen Lemah Persen Sedang Persen Kuat Persen Baik 2 40, , ,00 Kurang Baik 24 96,00 1 4, ,00 Total 26 86, , ,00 Tabel 8 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki akses yang lemah terhadap kepemilikan kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Responden yang memiliki akses lemah terdiri dari 26 orang responden (86,67%). Responden yang memiliki akses sedang hanya terdiri dari empat orang dimana masing-masing hanya memiliki satu kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Pada penelitian ini tidak ditemukan responden yang memiliki kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi sebanyak tiga kartu atau lebih. Dengan demikian tidak ada responden yang memiliki akses yang kuat dalam memanfaatkan bantuan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah. Kurangnya akses yang dimiliki oleh responden dikarenakan responden kurang mengetahui betul mengenai kartu pelayanan kesehatan termasuk cara membuatnya.

6 67 Tabel 8 juga menunjukkan bahwa dari lima orang responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai bantuan kesehatan gratis atau bersubsidi dimana dua orang diantaranya tidak memiliki kartu pelayanan kesehatan, dua orang memiliki kartu Jamkesmas dan satu orang memiliki SKTM. Dua orang yang memiliki kartu Jamkesmas adalah pasangan ibu dan anak dimana anaknya telah memiliki rumah tangga sendiri. Pasangan ibu dan anak tersebut adalah Ibu Srw (41 tahun) dan Tnt (27 tahun). Mereka mendapatkan kartu Jamkesmas dari kecamatan tempat mereka berasal yaitu didaerah Tegal. Untuk mendapatkannya pun mereka tidak harus repot-repot karena menurut Ibu Srw mereka hanya tinggal menerima kartu tersebut dari kecamatan yang telah melakukan pendataan berdasarkan Kartu Keluarga (KK) yang ada di kecamatan tersebut. Ibu Srw sudah pernah menggunakan kartu tersebut di kampung halamannya sedangkan di Jakarta belum pernah digunakan karena tidak tahu kartu tersebut dapat digunakan juga di Jakarta atau tidak. Pada saat Ibu Srw sakit beliau selalu pulang ke kampung halamannya. Berbeda dengan ibunya, Tnt lebih memilih berobat di Jakarta tanpa harus mengandalkan kartu Jamkesmas tersebut. Jika Tnt sakit ia lebih memilih berobat ke dokter dengan menggunakan uangnya sendiri. Penghuni permukiman liar yang memiliki SKTM adalah Ibu Yni (25 tahun). Beliau membuat surat keterangan tersebut saat anaknya sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Untuk memperoleh keringanan biaya Ibu Yni berusaha membuat SKTM untuk membantunya meringankan biaya pengobatan. Akan tetapi, selama proses pembuatan SKTM tersebut Ibu Yni merasa mengalami kendala terutama saat harus berurusan dengan pihak puskesmas. Setelah semua persyaratan seperti surat keterangan dari RT dan RW sudah lengkap Ibu Yni harus

7 68 menyerahkan semua persyaratan ke Dinkesos disertai dengan foto copy Kartu C1 yang diperoleh dari puskesmas. Akan tetapi ketika Ibu Yni membuat Kartu C1 beliau mengalami kendala yaitu proses yang lama dan terkesan diacuhkan juga dirasakan oleh Ibu Yni. Beliau merasa tidak dilayani dengan baik. Bahkan sampai saat ini beliau belum juga memperoleh kartu tersebut. Ibu Yni akhirnya memutuskan untuk berusaha membayar seluruh biaya pengobatan anaknya walaupun ia harus meminjam kepada tetangga atau kerabat karena ia merasa sudah tidak dapat menunggu lebih lama lagi. Tabel 8 menjelaskan bahwa dari 25 orang jumlah responden yang kurang memiliki pengetahuan mengenai bantuan kesehatan gratis atau bersubsidi yang diberikan oleh pemerintah, terdapat satu orang responden yang memiliki jaminan kesehatan berupa Jamsostek. Pak Erw (25 tahun) mendapatkan Jamsostek tersebut dari tempat istrinya bekerja di sebuah perusahaan konveksi. Sisanya, 24 orang responden tidak memiliki kartu pelayanan kesehatan seperti Jamkesmas, Gakin dan SKTM. Selain itu responden tersebut juga sama sekali tidak mengetahui mengenai kartu pelayanan kesehatan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Responden tersebut tidak hanya tidak mengetahui mengenai kartu pelayanan kesehatan tersebut tetapi responden bahkan tidak mengetahui bahwa pemerintah telah menyediakan bantuan kesehatan untuk warga miskin. Tabel 8 juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan akses terhadap fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi (p<0,05). Besarnya nilai p adalah 0,001 sedangkan nilai koefisien kontingensi yang diperoleh 0,523. Artinya ada hubungan yang cukup berarti antara pengetahuan

8 69 yang dimiliki responden dengan akses mereka terhadap fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi. Sosialisasi yang kurang dilakukan oleh aparat desa juga menjadi salah satu penyebab ketidaktahuan warganya mengenai adanya bantuan kesehatan gratis atau bersubsidi dari pemerintah. Diharapkan agar aparat desa mau turun langsung ke lapang guna memberitahukan bahwa pemerintah telah memberikan bantuan untuk membantu warga miskin dalam bidang kesehatan Kendala Dalam Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan Gratis Atau Bersubsidi Serta Keterkaitannya dengan Akses Responden Terhadap Kartu Pelayanan Kesehatan Gratis atau Bersubsidi Selain kurangnya pengetahuan responden terhadap adanya bantuan fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi terdapat faktor lain yang mempengaruhi responden dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi tersebut. Dalam hal ini penelitian ditujukan juga untuk melihat pengaruh tingkat pendidikan dan pendapatan yang dimiliki oleh responden dengan aksesnya terhadap kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi Tingkat Pendidikan Responden Kepemilikan kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden. Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak memiliki kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Paling banyak ditunjukkan oleh responden yang hanya tamat SD/Sederajat sebanyak 14 orang responden. Kedua adalah responden yang tidak menyelesaikan pendidikan di tingkat SD/Sederajat dengan jumlah

9 70 tujuh orang responden kemudian responden yang tamat SMP/Sederajat dengan jumlah lima orang responden. Tabel 9. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir dan Aksesnya Terhadap Kartu Pelayanan Kesehatan Gratis atau Bersubsidi, di Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Juli 2009 Pendidikan Akses Responden Terhadap Kartu Pelayanan Total Persen Terakhir Responden Kesehatan Gratis atau Bersubsidi Lemah Persen Sedang Persen Kuat Persen Tidak Sekolah , ,00 Tidak Tamat SD/Sederajat Tamat SD/Sederajat Tamat SMP/Sederajat Tamat SMA/Sederajat 7 100, , , , , , , , ,00 Total 26 86, , ,00 Tabel 9 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan sebab akibat antara pendidikan terakhir yang dimiliki responden dengan kepemilikan terhadap kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi tidak selalu memiliki kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Seluruh responden yang menyelesaikan sekolah sampai SMA memiliki kartu kesehatan. Enam orang responden yang menyelesaikan pendidikan SMP hanya satu orang yang memiliki kartu kesehatan. Ada juga responden yang tidak mengenyam bangku sekolah tetapi responden tersebut memiliki kartu Jamkesmas.

10 71 Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan akses terhadap fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil uji rank spearman yang telah dilakukan dimana nilai P sebesar 0,128 (P>0,05) dengan nilai koefisien korelasi 0,284. Akan tetapi dalam pengolahan data tersebut terjadi missing cells dimana terdapat kolom yang kosong di dalam tabel dimana seharusnya hal tersebut tidak ada. Salah satu responden yang dapat dijadikan bukti bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap akses responden terhadap fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi adalah Ibu Srw (41 tahun) dimana beliau tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Akan tetapi beliau memiliki Jamkesmas. Pengaruh yang berlawanan ditunjukkan oleh responden yang tamat SMA/Sederajat dimana kedua responden yang telah tamat SMA/Sederajat tersebut memiliki Jamkesmas dan SKTM Pendapatan Responden Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan responden tidak mampu memiliki kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Responden yang tidak memiliki KTP setempat harus mengurusnya terlebih dahulu. Berdasarkan pembahasan sebelumnya diketahui bahwa untuk mengurus KTP baru seorang responden harus mengeluarkan uang sebesar Rp ,00 sampai Rp ,00. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Bapak Swn (40 tahun), tarif tersebut merupakan tarif resmi yang diberikan oleh pihak kecamatan. Menurut petugas kelurahan penetapan tarif tersebut

11 72 tergantung dengan surat keterangan daerah asal yang dibawa oleh responden. Pembayaran tersebut juga dilakukan di kecamatan dan bukan di kelurahan. Tentu saja hal tersebut cukup memberatkan responden yang sebagian besar penghasilannya di bawah Rp ,00 dimana uang tersebut masih harus dibagi-bagi untuk berbagai keperluan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Biaya yang harus dikeluarkan selama memproses kartu tersebut merupakan kendala lain dari seseorang untuk dapat memperoleh kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Biaya administrasi yang harus dikeluarkan selama proses pembuatan kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi tidak terlalu besar. Akan tetapi ongkos transportasi yang harus dikeluarkan selama proses berlangsung yang menjadi beban berat untuk responden. Seperti yang dikatakan oleh informan: banyak orang yang malas ngurusnya. Jangankan mereka, bapak aja suka malas kalau harus pergi ke kecamatan. Harus naik angkot dulu. Udah gitu angkotnya ngga nyampe kecamatan jadi masih harus disambung dengan ojeg. Jadi biaya transportasinya jadi mahal. Gimana kalau harus ngurus-ngurus Jamkesmas atau Gakin yang harus ke Sudin Kesehatan juga (Bapak Hdn, 50 tahun). Berdasarkan data pada Tabel 10 dibawah ini menunjukkan bahwa memang sebagian besar responden memiliki pendapatan per bulan di bawah Rp ,00. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa responden dengan pendapatan perbulan di bawah Rp ,00 terdiri dari 21 orang responden dan terdapat sembilan orang responden dengan pendapatan perbulan sebesar Rp ,00-Rp ,00. Tentu saja dengan penghasilan tersebut responden merasa berat jika harus mengeluarkan biaya lagi untuk mengurus kartu-

12 73 kartu tersebut. Responden tentunya lebih memilih untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari terlebih dahulu. Tabel 10. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan Individu Per bulan dan Aksesnya Terhadap Kartu Pelayanan Kesehatan Gratis atau Bersubsidi, di Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Juli 2009 Pendapatan Akses Responden Terhadap Kartu Pelayanan Total Persen Responden Per Bulan Kesehatan Gratis atau Bersubsidi Lemah Persen Sedang Persen Kuat Persen Rendah 18 85, , ,00 Sedang 8 88, , ,00 Tinggi Total 26 86, , ,00 Berdasarkan Tabel 10 maka dapat diketahui bahwa pendapatan yang dimiliki responden cukup berpengaruh dengan akses responden terhadap kepemilikan kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah responden dengan pendapatan rendah dimana sebagian besar atau sebanyak 18 orang responden (85,71%) memiliki akses yang lemah terhadap pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Dengan demikian semakin rendah pendapatan yang dimiliki responden maka semakin lemah aksesnya terhadap fasilitas pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Jika dilakukan uji menggunakan rank spearman maka dapat dilihat bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan dengan akses terhadap fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi (p>0,05). Nilai p adalah 0,822 dengan nilai koefisien korelasinya adalah 0,043. Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyak diantara responden dan keluarganya yang tidak memiliki kartu pelayanan kesehatan gratis

13 74 atau bersubsidi. Jumlah yang sama di tunjukkan oleh responden yang tidak memiliki kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi jika dilihat dari pendapatan perbulan responden yaitu sebanyak 26 orang responden atau sebesar 86,67 persen. Hasil uji rank spearman yang telah dilakukan memang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan yang diperoleh responden dengan aksesnya terhadap kepemilikan kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada responden tidak dapat dipungkiri bahwa ekonomi menjadi alasan mendasar responden tidak membuat kartu pelayanan kesehatan tersebut Faktor-faktor Lainnya Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas terdapat faktor lainnya yang juga mempengaruhi responden dalam mengakses fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi yang telah disediakan oleh pemerintah. Faktor tersebut antara lain adalah pengetahuan responden mengenai cara memperoleh kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Kurangnya informasi yang dimiliki oleh responden mengenai cara memperoleh kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi membuat responden kurang dapat mengaksesnya. Beberapa responden yang diwawancarai mengakui jika ia mengetahui cara membuatnya maka ia ingin membuat kartu pelayanan kesehatan tersebut. Bahkan responden tersebut tidak canggung untuk bertanya mengenai pembuatan kartu pelayanan kesehatan tersebut.

14 75 Tabel 11. Jumlah Responden Menurut Pengetahuan Cara Memperoleh Kartu Pelayanan Kesehatan Gratis atau Bersubsidi, di Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Juli 2009 Mengetahui Cara Jumlah Persen Memperoleh Kartu Ya 4 13,3 Tidak 26 86,7 Total ,0 Berdasarkan Tabel 11 maka diketahui bahwa hanya terdapat empat orang responden (13,3%) yang mengetahui cara memperoleh kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Jumlah responden yang tidak mengetahui bagaimana cara memperoleh kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi lebih besar yaitu sebanyak 26 orang (86,7%). Responden yang tidak mengetahui cara memperoleh kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi selalu menganggap bahwa bantuan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah tersebut dapat diperoleh secara langsung. Maksudnya adalah bahwa responden hanya tinggal menerima bantuan tersebut tanpa adanya usaha untuk memperolehnya. Responden tersebut tidak mengetahui bahwa sebenarnya individu terkait harus mengurusnya secara langsung ke Sudin Kesehatan Jakarta Selatan. Akan lebih baik jika terdapat pihak dari kelurahan setempat yang turun langsung ke lapang dan menyatu dengan masyarakat untuk mensosialisasikan adanya bantuan kartu pelayanan kesehatan secara gratis atau bersubsidi. Berdasarkan data yang diperoleh menggunakan kuesioner yang dilakukan terhadap 30 orang responden diketahui bahwa sebanyak 100,0 persen mengatakan bahwa tidak pernah ada petugas yang datang untuk menjelaskan mengenai

15 76 bantuan kartu pelayanan kesehatan secara gratis atau bersubsidi. Dengan demikian tidak adanya sosialisasi mengenai bantuan kesehatan gratis atau bersubsidi sangat berpengaruh besar terhadap pengetahuan responden mengenai bantuan tersebut. Sebanyak setengah responden atau sebesar 15 orang (50%) mengetahui mengenai bantuan tersebut dari desas desus yang ada disekeliling responden antara lain adalah tetangga. Jumlah yang cukup banyak juga ditunjukkan oleh sembilan orang responden (30,0%) yang baru mengetahui mengenai Jamkesmas, Gakin dan SKTM dari peneliti. Responden yang mengetahuinya dari keluarga dan teman memiliki jumlah yang sama yaitu sebanyak tiga orang responden yaitu tiga orang (10,0%). petugas kelurahan ngga pernah ada yang datang buat ngasih tahu. Saya mah pernah denger-denger aja dari tetangga (Bapak Adm, 30 tahun) Faktor lain yang menjadi kendala dalam membuat kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi adalah kebutuhan responden. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden diperoleh jawaban bahwa responden belum merasa perlu memiliki kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi tersebut. Responden merasa penyakit yang biasanya dialami masih tidak terlalu berat dan masih bisa disembuhkan dengan menggunakan obat-obatan warung atau dibiarkan. Dengan demikian responden merasa tidak perlu sampai pergi ke dokter di puskesmas atau rumah sakit. Responden yang memutuskan menggunakan jasa dokter di puskesmas atau rumah sakit, biasanya responden menggunakan uang miliknya sendiri untuk berobat. Pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh setiap responden untuk berobat

16 77 berbeda satu sama lainnya. Contohnya adalah Ibu Ttn (32 tahun), beliau harus mengeluarkan uang sebesar Rp ,00 saat beliau harus dirawat di rumah sakit saat mengalami dehidrasi yang dapat membahayakan kandungannya. Berbeda lagi dengan Bapak Hdy (50 tahun) yang harus mengeluarkan uang sekitar Rp ,00 sampai Rp ,00 setiap kali beliau harus memeriksa matanya yang sakit akibat bakteri ke rumah sakit. Biaya tersebut belum termasuk biaya obat tetes mata yang harus dibelinya setiap obat tersebut habis dimana harga obat tetes mata tersebut sekitar Rp ,00. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh responden yang memanfaatkan layanan puskesmas berbeda dengan responden yang memanfaatkan pelayanan di rumah sakit. Walaupun tidak sedikit responden yang mengatakan bahwa pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter di puskesmas masih kurang. Menurut Ibu Its (36 tahun), kadang-kadang saat beliau ke puskesmas beliau tidak diperiksa oleh dokter yang sedang bertugas. Ibu Its hanya ditanya mengenai gejala yang dirasakan kemudian dokter mendiagnosa penyakit yang dialami dan memberikan resep obat. Saat datang ke puskesmas yang bersangkutan peneliti mencoba melihat proses pemeriksaan yang dilakukan dokter. Dokter hanya melakukan pemeriksaan menggunakan alat stetoscope. Pasien yang berobat pun hanya berada beberapa detik atau tidak lebih dari dua menit di dalam ruangan. Alasan responden lebih memilih pelayanan di puskesmas karena biayanya lebih murah dengan biaya pendaftaran hanya sebesar Rp 2.000,00 dan biaya obat yang hanya sekitar Rp ,00 sampai Rp ,00.

17 Status Kependudukan Responden Terkait dengan status tanah yang responden tempati di mana tanah tersebut bersifat ilegal maka dibahas pula mengenai status kependudukan yang dimiliki oleh responden selaku penghuni di wilayah tersebut. Selain itu, status kependudukan responden juga dikaitkan dengan akses responden dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi yang disediakan oleh pemerintah. Pada penelitian kali ini peneliti ingin melihat mengenai keterkaitan kedua variabel tersebut. Tabel 12 adalah tabel yang membahas mengenai kepemilikan serta masa berlakunya Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dimiliki oleh responden, baik KTP DKI Jakarta maupun KTP daerah asal migran. Tabel 12. Jumlah Responden Menurut Kepemilikan KTP dan Masa Berlaku KTP, di Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Juli 2009 Memiliki KTP Jumlah Persen Ya 26 86,7 Masih berlaku 23 88,5 Tidak Berlaku 3 11,5 Tidak 4 13,3 Total ,0 Berdasarkan Tabel 12 maka bapat diketahui bahwa dari 30 orang responden terdapat 26 orang responden (86,7 persen) dan 23 orang responden (88,5 persen) dari responden yang memiliki KTP tersebut KTP masih berlaku. Tiga orang responden (11,5 persen) yang memiliki KTP tetapi masa berlakunya telah habis. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan maka diketahui alasan responden yang tidak memilih untuk tidak membuat KTP DKI Jakarta

18 79 adalah dikarenakan prosedur yang berbelit-belit. Prosedur berbelit-belit yang dimaksudkan adalah banyaknya kelengkapan yang harus dipenuhi oleh responden sebagai syarat pembuatan KTP. Responden malas mengurus surat-surat keterangan yang akan digunakan untuk permohonan pembuatan KTP baru. Jika responden hendak mengurus permohonan pembuatan KTP responden harus mempersiapkan surat keterangan dari kelurahan tempat responden berasal. Migran yang datang ke Jakarta sebagian besar tidak membuat surat keterangan pindah. Hal tersebut dikarenakan migran tidak berniat untuk pindah ke Jakarta. Biasanya responden hanya berniat pindah sementara untuk bekerja dan akan pulang jika uang yang dimiliki dirasa sudah cukup. Selain membuat surat keterangan dari kelurahan tempat responden berasal, responden juga harus membuat surat keterangan kelakuan baik dari polisi. Setelah itu responden harus membuat surat keterangan pelapor pendatang baru dan surat keputusan calon penduduk dari luar Jakarta. Selain harus mengurus surat-surat ditempat yang berbeda-beda, dalam proses pembuatan surat-surat tersebut responden juga setidaknya harus mengeluarkan uang jasa yang dianggap cukup memberatkan responden. Prosedur tersebut dianggap cukup merepotkan responden dimana responden menganggap lebih baik waktu tersebut dapat dimanfaatkan untuk bekerja. KTP yang banyak dimiliki merupakan KTP daerah responden masingmasing berasal. Terkadang responden tidak sempat pulang ke daerah asalnya terlalu lama terlebih lagi hanya untuk mengurus KTP. Responden berfikir jika terlalu lama meninggalkan pekerjaannya di Jakarta maka ia tidak dapat mencari

19 80 uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Alasan responden memilih untuk tidak membuat KTP DKI Jakarta adalah proses pembuatan KTP dan ekonomi. Selain seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa responden malas untuk mengurus surat-surat dari daerah asal yang diperlukan untuk membuat KTP DKI Jakarta selain itu responden juga merasa berat dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat KTP. Bapak Hdy (50 tahun) yang merasa tidak terlalu perlu memperpanjang KTP yang dimilikinya. Selain karena alasan yang telah disebutkan diatas beliau juga menganggap bahwa KTP yang ia miliki tidak akan bermasalah. Jika ia mendapat masalah akibat KTP tersebut ia dapat dengan mudah memprosesnya karena banyak sanak saudaranya yang tinggal dikampung memiliki jabatan yang penting di kelurahan setempat. Kekuasaan yang dimiliki oleh sanak saudara Pak Hdy tersebut dimanfaatkan oleh Pak Hdy jika beliau mendapatkan masalah yang berkaitan dengan status Pak Hdy yang tidak jelas. Menurut Pak Hdy jika nantinya ia mendapat masalah karena KTP yang dimilikinya sudah tidak berlaku, beliau bisa meminta tolong kepada kerabatnya tersebut untuk membuat surat keterangan atau apa pun untuk membantunya terlepas dari masalah. Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat empat orang responden (13,3 persen) tidak memiliki KTP. Akan tetapi alasan yang dikemukakan oleh responden yang tidak memiliki KTP bukan karena mereka menganggap KTP tidak penting. Melainkan karena biaya besar yang harus dikeluarkan serta proses pembuatan KTP yang lama sehingga responden malas mengurusnya apalagi kalau sampai harus menyita waktu kerja mereka. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang responden:

20 81 bikin KTP baru ngga cukup uang sedikit. KTP baru bikinnya mahal. Sengganya uang Rp ,00 sampai Rp ,00 pasti keluar. Kalau buat saya mah sayang uang segitu cuma buat bikin KTP mending juga buat makan. Belum lagi bikinnya lama. (Ibu Ttn, 32 tahun) Penelitian ini hendak dilihat pula keterkaitan antara warga yang tinggal di permukiman liar yang memiliki KTP DKI Jakarta dan yang tidak memiliki KTP DKI Jakarta dengan aksesnya terhadap kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Guna melihat hubungan yang terjadi tersebut maka dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan Tabel 13 maka dapat diketahui bahwa sebanyak 17 orang responden (56,7 persen) masih memiliki KTP daerah asal, enam orang responden (20,0 persen) sudah memiliki KTP di tempat tinggalnya sekarang, dua orang responden (6,7 persen) memiliki KTP dari tempat tinggal responden yang dulu sebelum responden tersebut memutuskan untuk tinggal di permukiman liar. Sebagian besar dari responden yang telah memiliki KTP di tempat tinggal sebelumnya lebih memilih untuk memperpanjang KTPnya terus walaupun sudah tidak tinggal di wilayah tersebut. Hal tersebut dikarenakan proses memperpanjang KTP yang tidak memerlukan waktu lama dan dengan biaya yang masih dapat dijangkau jika dibandingkan harus membuat KTP baru. Biasanya tempat tinggal awal responden tidak jauh dengan tempat tinggalnya sekarang.

21 82 Tabel 13. Jumlah Responden Menurut Dimana KTP Terdaftar Terhadap Kepemilikan Kartu Pelayanan Kesehatan, di Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Juli 2009 Akses Responden Terhadap Kartu Pelayanan Kesehatan KTP Terdaftar Gratis atau Bersubsidi Total Persen Lemah Persen Sedang Persen Kuat Persen Daerah Asal 14 82, , ,00 DKI Jakarta 5 83, , ,00 Tempat Tinggal Sebelumnya Daerah Asal dan DKI Jakarta Tidak Memiliki KTP 2 100, , , , , ,00 Total 26 86, , ,00 Warga yang memiliki status resmi adalah mereka yang memiliki KTP DKI Jakarta. Berdasarkan data pada Tabel 13 maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara status kependudukan dengan akses terhadap fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi. Akan tetapi tidak semua responden yang memiliki KTP DKI Jakarta memiliki kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Hanya satu orang (16,67%) yang memiliki kartu pelayanan kesehatan gratis atau

22 83 bersubsidi. Lima orang lainnya atau sebesar 83,33 persen tidak memiliki kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Tabel 13 juga menjelaskan bahwa sebanyak tiga orang responden yang memiliki kartu pelayanan kesehatan gratis tidak memiliki KTP DKI Jakarta dan hanya memiliki KTP daerah asalnya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa ketiga responden tersebut memiliki kartu pelayanan kesehatan tersebut dari kecamatan daerah asal mereka. Kartu tersebut terdaftar di wilayah asal responden dan bukan di wilayah DKI Jakarta. Dengan kata lain tidak ada responden yang tidak memiliki KTP DKI Jakarta mendapatkan kartu pelayanan kesehatannya di DKI Jakarta. KTP merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki responden jika ingin memiliki kartu pelayanan kesehatan. Tentunya responden tidak dapat sembarangan mendaftarkan kartu pelayanan kesehatan yang dimilikinya. Responden tidak dapat mengajukan persyaratan pembuatan kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi di wilayah DKI Jakarta jika KTP yang dimiliki responden terdaftar di daerah asal. Hanya masyarakat yang memiliki KTP DKI Jakarta yang dapat membuat surat pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi di wilayah DKI Jakarta. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh pemilik kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi dengan masa berlaku KTP yang masih aktif. Responden dengan masa berlaku KTP yang sudah tidak aktif lagi tidak memiliki kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepemilikan dan masa aktif KTP berpengaruh terhadap kepemilikan kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi yang diberikan oleh pemerintah.

23 Ikhtisar Pemerintah memiliki program yang bertujuan untuk menunjang kesehatan masyarakatnya. Program tersebut memiliki berbagai macam nama antara lain adalah Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) yang dulunya lebih dikenal dengan Askes, Gakin (Kartu Keluarga Miskin) dan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu). Ketiganya memiliki fungsi untuk membantu meringankan beban yang harus ditanggung oleh keluarga miskin termasuk dalam bidang kesehatan. Fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pemerintah dalam bentuk kartu kesehatan tidak sepenuhnya dapat dirasakan oleh masyarakat miskin kebanyakan, termasuk di permukiman liar di Kelurahan Lenteng Agung. Kurangnya pengetahuan penghuni di permukiman liar mengenai adanya bantuan dari pemerintah menjadi salah satu faktor rendahnya akses terhadap fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi. Disebabkan antara lain tidak adanya sosialisasi yang dilakukan oleh aparat desa baik dari pihak kelurahan atau kecamatan dan dari RT atau RW. Berdasarkan hasil uji dapat diketahui bahwa ada hubungan yang cukup berarti antara pengetahuan dengan akses terhadap fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi (p<0,05). Nilai koefisien kontingensi yang diperoleh 0,523. Hasil uji juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan akses terhadap fasilitas kesehatan gratis atau bersubsidi. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai (P>0,05) dengan nilai koefisien korelasi 0,284. Faktor ekonomi merupakan faktor dasar yang menyebabkan responden tidak mampu memiliki kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Selain itu status kependudukan juga menjadi syarat mutlak dalam memperoleh kartu

24 85 pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi tersebut. Responden yang tidak memiliki KTP DKI Jakarta tidak mungkin memiliki kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi yang terdaftar di wilayah DKI Jakarta. Responden yang tidak memiliki KTP DKI Jakarta tetapi memiliki kartu pelayanan kesehatan, biasanya kartu tersebut terdaftar di daerah asal responden.

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN 4.1. Lokasi dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kelurahan Lenteng Agung memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep pembangunan yang berkembang disekitar kita antara lain konsep

BAB I PENDAHULUAN. Konsep pembangunan yang berkembang disekitar kita antara lain konsep BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep pembangunan yang berkembang disekitar kita antara lain konsep pembangunan yang bertujuan untuk pertumbuhan ekonomi dan konsep pembangunan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi dalam usaha mewujudkan suatu tingkat kehidupan masyarakat secara optimal. Setiap orang mempunyai

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN Pada bab sebelumnya sudah dipaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PKH di Desa Petir, baik itu faktor internal

Lebih terperinci

PANDUAN PENGAJUAN PERMOHONAN PRODEO DI PENGADILAN NEGERI

PANDUAN PENGAJUAN PERMOHONAN PRODEO DI PENGADILAN NEGERI PANDUAN PENGAJUAN PERMOHONAN PRODEO DI PENGADILAN NEGERI Apa itu Prodeo? Proses berperkara di pengadilan secara cuma-cuma (gratis). Siapa yang berhak berperkara secara Prodeo? Orang yang dapat berperkara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era pembangunan global ini tidak bisa dipisahkan dengan arah pembangunan kesehatan nasional, dimana salah satu strategi yang dikembangkan adalah pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan hajat hidup orang banyak itu harus atau

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan hajat hidup orang banyak itu harus atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa Negara wajib melayani setiap warga Negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012 BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 34 2012 SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 51.A TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN

Lebih terperinci

: Sekretaris Daerah Kota Medan

: Sekretaris Daerah Kota Medan Informan : Sekretaris Daerah Kota Medan 1. Database peserta Jamkesmas 2011 masih mengacu pada data makro BPS Tahun 2008, dan ditetapkan by name by address oleh Bupati/Walikota. Dengan demikian masih banyak

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam penelitian ini adalah orang-orang yang telah dipilih menjadi sampel

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam penelitian ini adalah orang-orang yang telah dipilih menjadi sampel 45 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Sebelum hasil penelitian ini dijelaskan lebih lanjut terlebih dahulu peneliti akan menjabarkan identitas dari responden. Adapun yang menjadi

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT KUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT A. Identitas Responden a) Nama anak :... b) Nama Ibu : c) Umur Ibu : d) Pendidikan terakhir Ibu : e) Pekerjaan

Lebih terperinci

SOSIAL AUDIT SUMARNI B JUFRI

SOSIAL AUDIT SUMARNI B JUFRI SOSIAL AUDIT SUMARNI B JUFRI Tahapan Audit 1. Batasan dan Ruang Lingkup Audit. 2. Identifikasi Para Pihak. 3. Pembentukan Komite Auditor. 4. Metode Penggalian Data. 5. Analisis Data. 6. Penyimpulan dan

Lebih terperinci

: Permohonan Wawancara. Cirebon, Juli Kepada Yth. Bapak/Ibu

: Permohonan Wawancara. Cirebon, Juli Kepada Yth. Bapak/Ibu Permohonan Wawancara Cirebon, Juli 2010 Hal : Permohonan Wawancara Kepada Yth. Bapak/Ibu Dengan hormat, Dalam rangka penulisan Karya Tulis Ilmiah Program Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 119 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 119 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 119 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN SANTUNAN KEMATIAN BAGI KELUARGA YANG MEMILIKI KARTU MENUJU SEJAHTERA (KMS) KOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2005 NOMOR : 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI WARGA MISKIN KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI WARGA MISKIN KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI WARGA MISKIN KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN SUBSIDI PELAYANAN KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2011 BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2005 NOMOR : 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DANGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi telah mengambil peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, salah satu perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang paling mutakhir adalah

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 114 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 114 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 114 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN KEMATIAN BAGI PEMEGANG KARTU TANDA PENDUDUK WARGA NEGARA INDONESIA (KTP WNI) DAN KARTU IDENTITAS ANAK WARGA

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN TESIS KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS KECAMATAN GAMBIR JAKARTA PUSAT

KUESIONER PENELITIAN TESIS KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS KECAMATAN GAMBIR JAKARTA PUSAT KUESIONER PENELITIAN TESIS KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS KECAMATAN GAMBIR JAKARTA PUSAT Ext/B Data Responden Petunjuk pengisian : Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban berbentuk pilihan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME TEKNIS PELAYANAN DI KELURAHAN DAN KECAMATAN KOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME TEKNIS PELAYANAN DI KELURAHAN DAN KECAMATAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME TEKNIS PELAYANAN DI KELURAHAN DAN KECAMATAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 28 TAHUN 2002 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN SANTUNAN KEMATIAN BAGI KELUARGA YANG MEMILIKI KARTU MENUJU SEJAHTERA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN MISKIN UNTUK PELAYANAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 99 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 99 TAHUN 2010 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 99 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN KEMATIAN BAGI PEMEGANG KARTU TANDA PENDUDUK WARGA NEGARA INDONESIA (KTP WNI) DAN KARTU IDENTITAS ANAK WARGA

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN UANG DUKA BAGI WARGA TIDAK MAMPU KOTA TEGAL TAHUN ANGGARAN 2010

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN UANG DUKA BAGI WARGA TIDAK MAMPU KOTA TEGAL TAHUN ANGGARAN 2010 WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN UANG DUKA BAGI WARGA TIDAK MAMPU KOTA TEGAL TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang :

Lebih terperinci

KUESIONER JUDUL : AKUNTABILITAS PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT PADA PROGRAM BPJS KESEHATAN DALAM MELAYANI PERSALINAN

KUESIONER JUDUL : AKUNTABILITAS PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT PADA PROGRAM BPJS KESEHATAN DALAM MELAYANI PERSALINAN KUESIONER JUDUL : AKUNTABILITAS PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT PADA PROGRAM BPJS KESEHATAN DALAM MELAYANI PERSALINAN ( Studi Kasus Di Puskesmas Batangtoru Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan

Lebih terperinci

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI DESA CIARUTEUN ILIR

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI DESA CIARUTEUN ILIR 39 SIKAP MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI DESA CIARUTEUN ILIR Sikap masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa

Lebih terperinci

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 45 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 6.1. Faktor Individu Responden Penelitian Faktor individu dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA RUMAH KOS

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA RUMAH KOS 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : BUPATI BANYUWANGI, a. bahwa guna

Lebih terperinci

Nomor 163 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2009 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 163 TAHUN 2009 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 143 TAHUN 2009

Nomor 163 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2009 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 163 TAHUN 2009 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 143 TAHUN 2009 Nomor 163 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2009 1 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 163 TAHUN 2009 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 143 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN KEMATIAN BAGI PEMEGANG KARTU

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Permohonan Pindah Penduduk Antar Propinsi/Kabupaten

Standar Pelayanan Permohonan Pindah Penduduk Antar Propinsi/Kabupaten Standar Pelayanan Permohonan Pindah Penduduk Antar Propinsi/Kabupaten Undang-Undang Republik Indonesi Nomor 24 Tahun 2013 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Administrasi Kependudukan 1 Persyaratan

Lebih terperinci

Warga Kalijodo Keluhkan Lambatnya Proses Pemindahan. Ke Rusunawa Marunda

Warga Kalijodo Keluhkan Lambatnya Proses Pemindahan. Ke Rusunawa Marunda Warga Kalijodo Keluhkan Lambatnya Proses Pemindahan Ke Rusunawa Marunda Selasa, 23 Februari 2016 12:33 Kawasan Kalijodo, Jakarta, Jumat (19/2). Pemprov DKI telah melakukan sosialisasi sebelum melakukan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Migrasi dan Faktor-faktor yang Menyebabkan Migrasi di Indonesia Migrasi merupakan salah satu istilah yang biasa dipakai dalam menyatakan perpindahan

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS JASA PELAYANAN DAN TARIF TERHADAP PENDAPATAN PADA PUSKESMAS TAMBAKREJO SURABAYA

PENGARUH KUALITAS JASA PELAYANAN DAN TARIF TERHADAP PENDAPATAN PADA PUSKESMAS TAMBAKREJO SURABAYA PENGARUH KUALITAS JASA PELAYANAN DAN TARIF TERHADAP PENDAPATAN PADA PUSKESMAS TAMBAKREJO SURABAYA SKRIPSI Diajukan oleh : Pepy Nifala 0613010125/FE/EA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN MISKIN UNTUK PELAYANAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN MISKIN UNTUK PELAYANAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN MISKIN UNTUK PELAYANAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemberian otonomi yang diberikan seluas-luasnya kepada daerah membuat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemberian otonomi yang diberikan seluas-luasnya kepada daerah membuat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian otonomi yang diberikan seluas-luasnya kepada daerah membuat daerah mempunyai kewenangan untuk mengurus dan mengatur seluruh urusan rumah tangga daerahnya sendiri.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN TERHADAP PELAYANAN PRIMA DI PUSKESMAS TOMUAN KECAMATAN SIANTAR TIMUR KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2012 Keterangan / Petunjuk Pengisian Pertanyaan dijawab

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 86 Lampiran 1. Pedoman wawancara Pedoman wawancara saat penelitian Di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan Daftar pertanyaan wawancara kepada keluarga pasien Data singkat informan Nama : Jenis Kelamin : Tanggal

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 5 SERI E NOMOR SERI 4 PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 5 SERI E NOMOR SERI 4 PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 5 SERI E NOMOR SERI 4 PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG SUBSIDI PELAYANAN KESEHATAN ( KARTU SEHAT AMUNTAI ) BAGI SELURUH

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

7. Penghasilan per bulan : a. < Rp b. > Rp PENGETAHUAN

7. Penghasilan per bulan : a. < Rp b. > Rp PENGETAHUAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) TERHADAP CAKUPAN ANGKA KESEMBUHAN PENDERITA TBC PARU BTA (+) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LARANGAN KOTA CIREBON TAHUN 2008 IDENTITAS

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian. Gambaran Perilaku Pencarian Pengobatan Pada. Masyarakat Dusun V Desa Patumbak. Kabupaten Deli Serdang.

Kuesioner Penelitian. Gambaran Perilaku Pencarian Pengobatan Pada. Masyarakat Dusun V Desa Patumbak. Kabupaten Deli Serdang. Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Pencarian Pengobatan Pada Masyarakat Dusun V Desa Patumbak Kabupaten Deli Serdang 2013 Nama Responden : 1. Faktor Internal Responden A. Umur 1. Berapakah umur anda?

Lebih terperinci

BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT

BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT 94 BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT 7.1 Kelembagaan Antar Pemulung Kelembagaan yang terdapat diantara pemulung pada satu lapak ini dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB V PENGETAHUAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT MISKIN DALAM PEMANFAATAN KARTU JAMKESMAS

BAB V PENGETAHUAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT MISKIN DALAM PEMANFAATAN KARTU JAMKESMAS 61 BAB V PENGETAHUAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT MISKIN DALAM PEMANFAATAN KARTU JAMKESMAS Hasil wawancara mendalam (indepth interview) dengan informan yang telah dikumpulkan dan diolah secara sistematis serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah sistem merupakan bagian dari administrasi pemerintahan dan. administrasi Negara dalam memberikan jaminan kepastian hukum dan

I. PENDAHULUAN. sebuah sistem merupakan bagian dari administrasi pemerintahan dan. administrasi Negara dalam memberikan jaminan kepastian hukum dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Registrasi atau pencatatan penduduk sangat penting dalam upaya menertibkan administrasi kependudukan. Pembangunan administrasi kependudukan sebagai sebuah sistem

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel 31 METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi penelitian di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lokasi ini dipilih secara purposif (sengaja). Adapun pertimbangan memilih

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORM CONSENT)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORM CONSENT) LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORM CONSENT) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan ODHA Dalam Menjalani Terapi Antiretroviral di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan Tahun 2012

Lebih terperinci

Kelompok VII D-IV Bidan Pendidik FK. USU

Kelompok VII D-IV Bidan Pendidik FK. USU Kelompok VII D-IV Bidan Pendidik FK. USU BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah langkah terpentingt untuk meningkatkan daya saing usaha Indonesia di sektor

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 1. Kuesioner Lampiran 1 Kuesioner Petunjuk Pengisian: Data-data yang Saudara isi ini akan digunakan untuk penelitian dalam bidang kebahasaan, untuk itu Saudara dimohon mengisi semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

PERILAKU KOMUNIKASI, PERSEPSI DAN ADOPSI PROGRAM PENGGUNAAN KOMPOR DAN TABUNG GAS TIGA KILOGRAM IBU RUMAH TANGGA DI JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN

PERILAKU KOMUNIKASI, PERSEPSI DAN ADOPSI PROGRAM PENGGUNAAN KOMPOR DAN TABUNG GAS TIGA KILOGRAM IBU RUMAH TANGGA DI JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN 62 L A M P I R A N 63 Lampiran 1. Kuesioner penelitian PERILAKU KOMUNIKASI, PERSEPSI DAN ADOPSI PROGRAM PENGGUNAAN KOMPOR DAN TABUNG GAS TIGA KILOGRAM IBU RUMAH TANGGA DI JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN KUESIONER

Lebih terperinci

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG Riptek, Vol.2, No.2, Tahun 2008, Hal.: 1 6 STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Unisbank Semarang Abstrak Kemiskinan sampai saat ini masih menjadi

Lebih terperinci

Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010. PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM PELAKSANAAN KEBIJAKAN LAYANAN KESEHATAN GRATIS DI KOTA METRO Lampiran 1 1. Karakteristik Informan Nama : Pendidikan : Lama Jabatan : 2. Pelaksanaan Kebijakan Pelayanan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS YURIDIS TERHADAP PROSES BERACARA PERKARA PRODEO DI PENGADILAN AGAMA JOMBANG

BAB VI ANALISIS YURIDIS TERHADAP PROSES BERACARA PERKARA PRODEO DI PENGADILAN AGAMA JOMBANG BAB VI ANALISIS YURIDIS TERHADAP PROSES BERACARA PERKARA PRODEO DI PENGADILAN AGAMA JOMBANG A. Analisis Terhadap Proses Beracara Prodeo di Pengadilan Agama Jombang Beracara secara cuma-cuma atau yang lebih

Lebih terperinci

Satuan Kerja : KECAMATAN BANCAK

Satuan Kerja : KECAMATAN BANCAK Satuan Kerja : KECAMATAN BANCAK Jenis Pelayanan : 1. Kartu Keluarga (KK) No Komponen Uraian 1 Dasar Hukum 1 Perda Kab. Semarang No. 7 Tahun 2009 ttg Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan 2 Perda Kab.

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Kuesioner Penelitian HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ONAN HASANG KECAMATAN PAHAE JULU TAPANULI UTARA TAHUN 2013 1. KARAKTERISTIKRESPONDEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2008 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan dampak kenaikan harga BBM dengan memberikan subsidi langsung bagi

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan dampak kenaikan harga BBM dengan memberikan subsidi langsung bagi B O KS RIN G KA S A N EKS EKU TIF S U RV EI EF EKTIV ITA S B A N TU A N L A N G S U N G TU N A I (B L T) D I KO TA S EM A RA N G Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Admninistrasi

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Admninistrasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Admninistrasi Kependudukan disebutkan bahwa penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat

Lebih terperinci

Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Karyawan PT. Gelatik Supra cabang Kota Medan DAFTAR KUESIONER (ANGKET)

Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Karyawan PT. Gelatik Supra cabang Kota Medan DAFTAR KUESIONER (ANGKET) Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Karyawan PT. Gelatik Supra cabang Kota Medan DAFTAR KUESIONER (ANGKET) Petunjuk pengisian: 1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan seluruh pilihan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN UANG DUKA BAGI KELUARGA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN UANG DUKA BAGI KELUARGA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN UANG DUKA BAGI KELUARGA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL GAWI SABARATAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL TERHADAP

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 36 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 36 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 36 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 245 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BANTUAN PENGOBATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BANJARNEGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Administrasi kependudukan di Indonesia merupakan hal yang sangat berperan dalam pembangunan, dimana dari sistem administrasi penduduk tersebut dapat diketahui tentang

Lebih terperinci

TINJAUAN PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT TK IV SLAMET RIYADI SURAKARTA

TINJAUAN PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT TK IV SLAMET RIYADI SURAKARTA TINJAUAN PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT TK IV. 04. 04. 04 SLAMET RIYADI SURAKARTA Puji Retnowati, Antik Pujihastuti, Rohmadi, APIKES Mitra Husada Karanganyar apikesmitra@yahoo.co.id

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA Form : I Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus Di - K U D U S Dengan hormat, yang bertanda tangan di bawah ini,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN MISKIN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN MISKIN SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini: 50 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data wawancara langsung kepada responden

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin tinggi peran stakeholders dalam penyelenggaraan program agropolitan di Desa Karacak maka semakin

Lebih terperinci

Jaminan Kesehatan, Sebenarnya Investasi Kesehatan untuk Siapa?: Sebuah Kajian dari Segi Demand

Jaminan Kesehatan, Sebenarnya Investasi Kesehatan untuk Siapa?: Sebuah Kajian dari Segi Demand Jaminan Kesehatan, Sebenarnya Investasi Kesehatan untuk Siapa?: Sebuah Kajian dari Segi Demand Nurul Jannatul Firdausi, Faisal Mansur, Harumanto Sapardi, Tiara Martias, Digna Purwaningrum, Siwi Padmawati

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER. Alamat : Pengasuh / keluarga terdekat:

LAMPIRAN KUESIONER. Alamat : Pengasuh / keluarga terdekat: LAMPIRAN KUESIONER Nama : Umur : Alamat : No telp: Pengasuh / keluarga terdekat: Masuk RSI tanggal : Masuk ICU RSI tanggal : No rekam medis : Kelas ICU : A. DATA DASAR Kode A1 Jenis kelamin 1 pria 2 wanita

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 41 TAHUN 2017 TENTANG MEKANISME PENYELENGGARAAN JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 69 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 69 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI LUAR JAMINAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 79 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PELAPORAN KEMATIAN DAN PENYEBAB KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 3 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 03 TAHUN 20152014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Tinggi : memiliki kartu ASKES, berobat di puskesmas atau mempuyai dokter pribadi. 2. Rendah : tidak memiliki ASKES, berobat di dukun. 14. Tingkat Kepemilikan aset adalah jumlah barang berharga yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN JAMKESDA DI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI PUSKESMAS YANG BERADA DALAM LINGKUP PEMBINAAN DINAS KESEHATAN KOTA BANJAR

MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN JAMKESDA DI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI PUSKESMAS YANG BERADA DALAM LINGKUP PEMBINAAN DINAS KESEHATAN KOTA BANJAR MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN JAMKESDA DI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI PUSKESMAS YANG BERADA DALAM LINGKUP PEMBINAAN DINAS KESEHATAN KOTA BANJAR Felix Kasim, Cynthia Winarto, May Ira Sopha BAGIAN

Lebih terperinci

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 52 BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Kontribusi Perempuan dalam Ekonomi Keluarga Pekerjaan dengan POS dianggap sebagai pekerjaan rumah tangga atau

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN UANG DUKA BAGI WARGA TIDAK MAMPU KOTA TEGAL TAHUN ANGGARAN 2014

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN UANG DUKA BAGI WARGA TIDAK MAMPU KOTA TEGAL TAHUN ANGGARAN 2014 SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN UANG DUKA BAGI WARGA TIDAK MAMPU KOTA TEGAL TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji implementasi dari kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji implementasi dari kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji implementasi dari kebijakan program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta yang dilihat dari sisi keadilan. Dimana kebijakan

Lebih terperinci

Pendataan Penerima KJP 2016 Tahap 2

Pendataan Penerima KJP 2016 Tahap 2 Pendataan Penerima KJP 2016 Tahap 2 Pengumuman dan Target Pendataan Tahun 2016 Tahap 2 : 1. Untuk semua siswa calon penerima KJP Tahun 2016 Tahap 2 harus dilakukan visitasi terlebih dahulu dan diinput

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, baik oleh keluarga, kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 2. METODOLOGI

1. PENDAHULUAN 2. METODOLOGI 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2005 BPS mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk melaksanakan Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk 2005 (PSE 05), implementasi sebenarnya adalah pendataan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kelurahan Kapuk merupakan suatu wilayah dimana mengacu pada dokumen Direktori RW Kumuh 2011 dalam Evaluasi RW Kumuh di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011 adalah

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk menggali informasi dari informan adalah : 1. Bisakah ibu menceritakan bagaimana ibu

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN RESPONDEN Daftar pertanyaan ini disusun untuk pembuatan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan dari Universitas Lampung

DAFTAR PERTANYAAN RESPONDEN Daftar pertanyaan ini disusun untuk pembuatan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan dari Universitas Lampung DAFTAR PERTANYAAN RESPONDEN Daftar pertanyaan ini disusun untuk pembuatan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan dari Universitas Lampung PETUNJUK PENGISIAN 1. Jawablah pertanyaan ini dengan sejujurnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011). 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang kesehatan merupakan salah satu indikator utama dari berkembangnya kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah geografis tertentu.kesejahteraan masyarakat di

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITAN. 1. Umur :.th 1) : Dewasa dini 2) : Dewasa madya 3). >60 : Dewasa lanjut. 2). 5 : sedikit

KUESIONER PENELITAN. 1. Umur :.th 1) : Dewasa dini 2) : Dewasa madya 3). >60 : Dewasa lanjut. 2). 5 : sedikit LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITAN Judul: Pengaruh Sosiodemografi, Sosiopsikologis dan Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Puskesmas oleh Masyarakat Raja Maligas Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun.

Lebih terperinci

Narasumber : Dadan Abdul Kohar Jabatan : Kepala Seksi Perizinan Bangunan di Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok Waktu : 21 Mei 2008, jam 09.

Narasumber : Dadan Abdul Kohar Jabatan : Kepala Seksi Perizinan Bangunan di Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok Waktu : 21 Mei 2008, jam 09. Narasumber : Dadan Abdul Kohar Jabatan : Kepala Seksi Perizinan Bangunan di Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok Waktu : 21 Mei 2008, jam 09.00 WIB Bagaimana proses identifikasi wajib retribusi Izin

Lebih terperinci