BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB
|
|
- Sudomo Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya responden diajak ke sawah dan diajarkan bertani, baik oleh orangtua, teman, kerabat atau lainnya. Proses sosialisasi yang berlangsung dihubungkan dengan nilai-nilai budaya sehingga melalui nilai-nilai yang disosialisasikan akan diketahui apakah pekerjaan pada sektor pertanian mampu mewujudkan status sosial yang merupakan perwujudan nilai budaya Batak Toba. Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dikategorikan menjadi (a) tinggi, apabila responden pernah diajak ke sawah dan diajarkan bertani, (b) sedang, apabila pernah diajak ke sawah dan (c) rendah, apabila tidak pernah diajak ke sawah dan diajarkan tentang pertanian. Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dikatakan rendah (skor antara sampai 6). Dari 6 responden penelitian, sebesar 44,34 persen mahasiswa IPB suku Batak Toba Angkatan 4 memiliki tingkat sosialisasi nilai kerja pertanian yang dikategorikan rendah yang artinya mahasiswa tersebut tidak diajak ke sawah atau lahan pertanian dan diajarkan bertani oleh agen sosialisasi. Rendahnya tingkat sosialisasi pekerjaan dikalangan mahasiswa IPB etnis Batak Toba dengan alasan tidak memiliki lahan dan sudah tinggal di kota yang jauh dari keberadaan sawah. Selain itu para orangtua telah memberikan kebebasan kepada anak-anaknya mengenai pekerjaan yang mereka inginkan sesuai dengan keterampilan dan minat. Distribusi jumlah dan persentase responden menurut proses sosialisasi nilai kerja pertanian secara singkat dan jelas tergambar pada Tabel 6.
2 Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian, 8 Proses Sosialisasi Jumlah Persentase Rendah 47 44,34 Sedang 4 38,68 Tinggi 8 6,98 Responden yang mengalami proses sosialisasi nilai kerja pertanian sedang (skor 7 sampai ) sebesar 38,68 persen. Sedangkan, responden yang mengalami proses sosialisasi nilai kerja pertanian tinggi (skor sampai 7) lebih rendah dibandingkan responden yang mengalami proses sosialisasi nilai kerja pertanian sedang atau tinggi yaitu 6,98 persen. Diduga, proses sosialisasi nilai kerja pertanian tinggi akan memiliki nilai kerja yang baik. Sosialisasi nilai kerja pertanian ini dikatakan tinggi karena mereka mendapat pengalaman serta pengetahuan tentang pertanian dari orangtua atau keluarga serta kerabat dan juga lingkungan serta ditambah setelah kuliah di IPB. Meskipun bukan dari keluarga petani, mereka yang berada di lingkungan pertanian kadang kala diajak oleh tetangga-tetangga atau teman untuk membantu di sawah terutama pada musim penanaman dan panen. Bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan atau jauh dari lingkungan pertanian, mengenal pertanian ketika mereka pulang ke kampung halaman tempat kakek-nenek mereka berada dan tentunya setelah kuliah di IPB.
3 Kasus Responden Menurut Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian, 8 Kasus : RS merupakan mahasiswa yang berasal dari daerah perkotaan yang jauh dari lingkungan pertanian namun kakek dan neneknya merupakan petani. Kedua orangtuanya merupakan lulusan sarjana dan berprofesi sebagai dosen dan guru. RH menyatakan bahwa dia tidak pernah diajak atau diajarkan tentang bertani oleh kedua orangtua namun pada saat pulang kampung sering diajak oleh kakek dan nenek di kampung ke sawahnya bahkan diajari tentang bertani. Menurutnya pekerjaan bertani itu sangat sulit dan melelahkan namun kalau tidak ada generasi yang mau jadi petani bagaimana memenuhi kebutuhan pangan negeri ini. Pekerjaan bertani itu akan sangat bagus apabila menerapkan ilmu terutama yang kuliah di fakultas pertanian. Mereka seharusnya mampu mengembangkan pertanian. Pertanian sebenarnya bukan pekerjaan yang tidak bagus, sebagai generasi muda yang berpendidikan sudah layak menciptakan inovasi baru tentang cara bertani sehingga pertanian tidak dipandang sebagai pekerjaan yang buruk lagi. Kasus : MP adalah mahasiswa fakultas pertanian yang berasal dari daerah Tapanuli. Kedua orangtua memiliki lahan pertanian yang dikelola sendiri sehingga ketika berada di rumah sering diajak dan diajar tentang bertani. Menurutnya pertanian itu unik tapi memang melelahkan. Setelah saya kuliah, dunia pertanian itu lebih terasa dan menyenangkan. Pertanian itu tidak seburuk anggapan orang-orang selama ini. Ini merupakan tugas kita sebagai generasi muda untuk membangun pertanian yang lebih baik dengan metode baru yang tentunya dengan teknologi ramah lingkungan. Kasus 3 : DH tinggal di perkotaan dengan orangtua bekerja sebagai pengusaha. DH sejak dini selalu dipesankan orangtua agar meneruskan pekerjaan orangtuanya. Ia beranggapan bahwa sebenarnya tidak terlalu berminat jadi pengusaha. Ia juga tidak pernah diajak apalagi untuk diajarkan bertani. Pertanian baginya suatu pekerjaan yang sulit sehingga dibutuhkan tenaga baik fisik atau pikiran dan lainnya. Kasus 4 : YS memiliki orangtua baik ayah atau ibu bekerja sebagai PNS. Ia juga tidak pernah diajak dan diajar tentang bertani karena tempat tinggal mereka yang jauh dari lingkungan pertanian dan juga tidak memiliki lahan pertanian. Orangtuanya sejak dini menyampaikan bahwa pekerjaan sebagai PNS sudah cukup terutama bagi perempuan. 5. Hubungan Karakteristik Orangtua Dengan Proses Sosialisasi 5.. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Proses Sosialisasi Tingkat pendidikan merupakan salah satu pembentuk kualitas sumberdaya manusia. Berdasarkan Tabel 7, diperoleh bahwa tingkat pendidikan orangtua responden dengan proses sosialisasi berbanding terbalik yaitu semakin tinggi pendidikan orangtua maka proses sosialisasi nilai kerja pertanian semakin rendah dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan orangtua maka semakin tinggi proses sosialisasi nilai kerja pertanian. Ayah responden yang berpendidikan
4 rendah memiliki proses sosialisasi nilai kerja pertanian yang rendah. Demikian halnya dengan ibu responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung memiliki proses sosialisasi nilai kerja pertanian yang rendah. Besarnya persentase ayah responden berpendidikan rendah yang memiliki proses sosialisasi nilai kerja pertanian rendah karena ayah responden menganggap bahwa pekerjaan bukanlah suatu yang harus dipaksakan dan cenderung akan meninggalkan pertanian apabila memiliki pendidikan yang tinggi. Ayah responden yang menyekolahkan anaknya setinggi mungkin adalah kewajiban dari orangtua namun dalam memilih pekerjaan anak bukanlah suatu keharusan dari orangtua tetapi dengan pendidikan yang semakin tinggi mereka cenderung akan menghindari pekerjaan pertanian. Seorang ayah berharap dengan pendidikan yang diraih anaknya kelak akan menjadi bekal bagi anaknya untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan minat ataupun dengan pendidikannya. Ibu memilih memberi kebebasan kepada anaknya untuk menjalankan bidang yang disukai. Hanya saja, orangtua baik ayah dan ibu tetap mengarahkan namun untuk keputusan akhir berada di tangan si anak. Responden menyatakan bahwa pendidikan orangtua yang tergolong tinggi mengakibatkan orangtua semakin berpikir secara demokrasi, dimana responden diberi kebebasan untuk menentukan bidang yang diinginkan. Tetapi, orangtua memberi kebebasan kepada anak karena orangtua memandang anaknya sudah mampu mempertimbangkan yang mana bidang lebih baik dan sesuai dengan usaha, baik materi dan non-materi yang dikeluarkan untuk menyelesaikan selama masa pendidikan. Hubungan tingkat pendidikan dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian tergambar secara singkat dan jelas pada Tabel 7.
5 Tabel 7. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian Menurut Tingkat Pendidikan Orangtua Responden, 8 Tingkat Proses Sosialisasi Total Pendidikan Rendah Sedang Tinggi N % N % N % N % Ayah Rendah Sedang Tinggi 9 7 5, 35,8 5, , 43,4 33,3 7,8 3, Ibu Rendah Sedang Tinggi 7 8 5, 3,7 56, , 3, 6 5, 9,, Orangtua responden mengharapkan anaknya kelak lebih tinggi pendidikannya dan secara tidak langsung menginginkan anaknya untuk memiliki pekerjaan yang lebih tinggi dari orangtua. Hal ini seperti yang disampaikan oleh ST yang bekerja sebagai wiraswasta. Pendidikan terkahir ayahnya adalah SMA dan ibu lulusan SPG : Orangtua berpikir maju, namun demikian mereka selalu dengan halus mengharapkan saya jauh lebih baik dari mereka. Menurut orangtua saya, dengan bekal pendidikan yang saya dapat sekarang ini tentunya akan membuka jalan yang lebih baik dibanding dengan mereka yang hanya lulusan SMA atau SPG. Orangtua saya menasehatkan bahwa tidak ada pekerjaan yang buruk. Berhubung keluarga saya tidak memiliki lahan bertani dan bukan petani, orangtua tidak menyinggung nilai kerja pertanian. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian dapat diketahui melalui perhitungan alat analisis chi-square yang diperoleh hasil bahwa pendidikan orangtua (ayah) tidak terdapat hubungan dengan proses sosialisasi. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan uji chi-square dimana nilai chi-square lebih rendah dengan chi-square tabel yaitu nilai chi square hitung sebesar 3,578 dan nilai chi square tabel sebesar 9,488. Nilai chi
6 square hitung lebih kecil dari chi-square tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan ayah berhubungan tidak nyata dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian. Sedangkan, berdasarkan hasil perhitungan statisik chi-square tingkat pendidikan ibu memiliki nilai chi-square hitung sebesar 9,98 dan nilai chi-square tabelnya 9,488. Dari hasil tersebut nilai chi-square hitung lebih besar dari chi-square tabel artinya tingkat pendidikan ibu berhubungan dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian. 5.. Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Dengan Proses Sosialisasi Untuk mengetahui adanya tidaknya hubungan antara pendapatan orangtua dengan proses sosialisasi diuji dengan tabulasi silang serta uji statistik chi-square. Tingkat pendapatan orangtua dibagi dalam dua bagian yaitu tingkat pendapatan ayah dan tingkat pendapatan ibu. Berdasarkan hasil tabulasi silang seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8, diketahui bahwa semakin tinggi pendapatan orangtua cenderung akan memiliki proses sosialisasi yang rendah. Berdasarkan pengujian chi-square diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan ayah ataupun tingkat pendapatan ibu dengan proses sosialisasi. Hubungan tingkat pendapatan dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian secara singkat dan jelas tergambar pada Tabel 8.
7 Tabel 8. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian Menurut Tingkat Pendapatan Orangtua Responden, 8 Tingkat Pendapatan Proses Sosialisasi Total Rendah Sedang Tinggi N % N % N % N % Ayah Tidak memiliki pendapatan Rendah Sedang Tinggi ,9 39,3 53,6 66, , 39,3 3, 33, ,,3 4,3, Ibu Tidak memiliki pendapatan Rendah Sedang Tinggi 5 45,7 4, 55,6, , 4, 33,3, 8 9 7,4 7,6., Dari hasil uji chi-square pada tingkat pendapatan ayah terhadap proses sosialisasi diperoleh nilai chi-square sebesar 4,9 dan chi-square tabel sebesar,59. Dengan demikian, tingkat pendapatan orangtua berhubungan tidak nyata dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian. Semakin tinggi pendapatan orangtua maka cenderung memiliki melakukan proses sosialisasi nilai kerja pertanian rendah. Mengingat orangtua responden yang bekerja sebagai petani hanya sebagian kecil sehingga pendapatan yang diterima dari pekerjaan di nonpertanian dirasa lebih baik. Oleh karena itu, sosialisasi nilai kerja yang diberikan pun cenderung disesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan yaitu nilai kerja non-pertanian (Lampiran ). Namun pada saat dilakukan diskusi kelompok, diperoleh informasi yang berbeda dengan hasil pengujian statistik. Berdasarkan pernyataan responden, besar kecilnya pendapatan orangtua mereka memang menjadikan suatu pertimbangan untuk memilih pekerjaan Responden yang ikut serta dalam diskusi menyatakan orangtua tidak memaksakan bagi anaknya untuk mencari pekerjaan tertentu tetapi menyarankan agar mereka mencari pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan. Memang tidak dipungkiri bahwa setiap orang
8 akan mengupayakan pekerjaan dengan pendapatan yang tinggi seperti yang disampaikan oleh WS yang kedua orangtuanya bekerja sebagai wiraswasta kedua orangtua selalu menganjurkan kalau saya nanti harus memperoleh penghasilan yang lebih baik dari mereka karena mereka mengatakan memang dengan pekerjaan sekarang mereka mampu membiayai keluarga tetapi sekarang keadaannya berbeda. Kedua orangtua saya dulu hanya lulusan SMA sedangkan sekarang saya sudah kuliah penghasilannya pun hendaknya lebih baik dari orangtua. Berbicara tentang pertanian, orangtua menganggap bahwa pekerjaan sebagai petani tidak buruk tergantung bagaimana kita mengelolanya karena kebetulan tempat tinggal saya merupakan lingkungan pertanian. Memang keluarga tidak memiliki lahan, tapi saya sering diajak ke lahan pertanian tetangga dan kerabat bahkan sayapun ikut belajar bertani, Selanjutnya dengan uji chi-square untuk melihat hubungan tingkat pendapatan ibu dengan proses sosilisasi diperoleh nilai chi square hitung sebesar,773 lebih kecil dari chi-square tabel yaitu 9,488. Hal ini berarti tingkat pendapatan ibu berhubungan tidak nyata dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian Hubungan Jenis Pekerjaan Orangtua dengan Proses Sosialisasi Berdasarkan jenis pekerjaan orangtua baik ayah dan ibu responden diketahui bahwa mayoritas pekerjaan ayah dan ibu adalah sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil). Bila dihubungkan antara jenis pekerjaan dengan proses sosialisasi seperti yang ditunjukkan Tabel 9 diperoleh hasil bahwa pekerjaaan sebagai PNS memiliki proses sosialisasi yang rendah. Para responden menyatakan bahwa jenis pekerjaan dikatakan baik atau buruk apabila mampu memenuhi kebutuhan seharihari dan bekal masa depan melalui tabungan. Dengan demikian dalam penelitian ini pekerjaan tidak dikategorikan secara bertingkat hanya dikelompokkan saja.
9 Hubungan jenis pekerjaan orangtua dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian secara singkat dan jelas tergambar pada Tabel 9. Tabel 9. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian Menurut Jenis Pekerjaan Orangtua Responden, 8 Jenis Pekerjaan Proses Sosialisasi Total Rendah Sedang Tinggi N % N % N % N % Ayah Petani Non-Petani Tidak Bekerja Meninggal 45 46, , 33, ,5 66, Ibu Petani Non-Petani Tidak Bekerja Meninggal ,57 66, ,6 33,3 7 6,83 3 Berdasarkan perhitungan uji chi-square maka diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan proses sosialisasi. Dilihat dari nilai chi-squarenya, maka akan diketahui ada tidaknya hubungan jenis pekerjaan ayah dengan proses sosialisasi. Berdasarkan perhitungan maka chi-square hitung sebesar 7,58 lebih kecil dari chi-square tabel yaitu,59 yang artinya jenis pekerjaan ayah berhubungan tidak nyata dengan proses sosialiasi nilai kerja pertanian. Demikian ibu, diperoleh chi square hitung 7,35 lebih kecil dari chisquare tabel yaitu,59 artinya jenis pekerjaan ibu berhubungan tidak nyata dengan proses sosialiasi nilai kerja pertanian. Namun, pada saat dilakukan diskusi dengan responden diperoleh informasi orangtua dengan jenis pekerjaan yang memiliki nilai sosial yang baik serta secara ekonomi menguntungkan cenderung akan menyampaikan kepada anaknya untuk mencari bidang pekerjaan yang sama dan sangat diharapkan apabila mampu
10 mencari jenis pekerjaan yang secara sosial baik dan ekonomi menguntungkan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh YS : orangtua saya selalu mengingatkan kalau sudah lulus,baiknya mencari pekerjaan yang mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan paling tidak dapat menutupi kebutuhan sendiri dan bila sudah berumahtangga jangan hanya bisanya meminta uang dari suami. Ungkapan jadi PNS sudah cukup untuk perempuan, jangan mencari pekerjaan yang tinggi-tinggi karena suatu saat dapat menimbulkan kecemburuan dari pasangan. Selain itu, orangtua saya juga menyampaikan, saat berumahtangga suamilah yang bertanggungjawab atas kebutuhan keluarga dan istri membantu meringankan tanggungjawab tersebut Hal ini jelas tampak dari hasil tabulasi silang bahwa ayah yang bekerja sebagai petani hanya satu orang sehingga dan hasil proses sosialisasinya tergolong sedang yaitu anaknya diajak ke sawah namun tidak diajarkan bertani. Responden yang memiliki ibu sebagai petani hanya dua orang, ternyata hasil proses sosialisasi adalah satu orang mangalami proses sosialisasi nilai kerja pertanian rendah dan satu orang mengalami proses sosialisasi nilai kerja pertanian sedang. Dengan demikian, orangtua yang pekerjaannya sebagai petani cenderung kurang memberikan sosialisasi nilai kerjanya karena menurut orangtua pekerjaan sebagai non-petani lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Orangtua yang pekerjaannya bukan petani tentu cenderung tidak mensosialisasi nilai kerja pertanian karena pekerjaannya bukanlah petani sehingga untuk memberikan sosialisasi nilai kerja pertanian tidak berlangsung Hubungan Kepemilikan Lahan Orangtua dengan Proses Sosialisasi Lahan merupakan memiliki nilai ekonomis sekaligus nilai sosial. Berdasarkan hasil survei diperoleh bahwa orangtua responden yang memiliki
11 lahan cenderung melakukan sosialisasi nilai kerja pertanian. Kepemilikan lahan oleh orangtua secara keseluruhan digunakan untuk usaha pertanian sehingga mempermudah anaknya untuk mendapatkan sosialisasi nilai kerja pertanian. Namun, bagi responden yang memiliki lahan tidak selalu mendapat sosialisasi nilai kerja pertanian. Responden dengan orangtua memiliki lahan sebanyak 45,5 persen memiliki proses sosialisasi nilai kerja pertanian sedang karena orangtua memberi kebebasan kepada anak untuk menekuni pekerjaan tertentu dan anak lebih disarankan untuk mengikuti jenjang pendidikan yang tinggi sehingga kelak anak tersebut mampu keluar dari pertanian. Kepemilikan lahan baiknya digunakan sebagai tabungan atau jaminan hari tua saja karena lahan tidak akan barang yang tidak akan musnah. Dari hasil diskusi dengan responden yang berasal dari keluarga petani sekaligus memiliki lahan menyatakan bahwa orangtua saya tidak pernah menyuruh saya untuk bertani tetapi sebagai anak saya berusaha meringankan beban orangtua dengan cara membantunya bertani walaupun tidak disuruh. Hubungan kepemilikan lahan orangtua dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian secara singkat dan jelas tergambar pada Tabel. Tabel. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian Menurut Kepemilikan Lahan Orangtua Responden, 8 Kepemilikan Lahan Proses Sosialisasi Total Rendah Sedang Tinggi N % N % N % N % Memiliki Lahan ,5 7,3 44 Tidak Memiliki Lahan 35 56,5 33,9 6 9,7 6 Selain itu, dari beberapa responden yang orangtuanya memiliki lahan telah membayar pekerja untuk mengelola lahannya, disewakan kepada keluarga dekat dan orang lain dan ada juga yang tidak dikelola, seperti yang ditunjukkan dari hasil tabulasi silang bahwa orangtua yang tidak memiliki lahan dengan proses
12 sosialisasi nilai kerja rendah sebanyak 56,6 persen. Dari hasil tabulasi silang, juga diperoleh informasi bahwa bagi responden dengan orangtua yang tidak memiliki lahan ternyata juga cenderung memiliki sosialisai yang rendah. Hal ini karena para agen sosialisasi khususnya orangtua yang secara keseluruhan telah memberi kebebasan kepada anak apalagi jika tidak mempunyai lahan sehingga tidak ada alasan bagi orangtua khususnya untuk mensosialisasikan pekerjaan pertanian kepada anaknya. Seperti yang dikemukakan oleh YH : orangtua tidak punya lahan, jadi saya tidak perlu ke sawah/ladang atau belajar bertani?. Melalui hasil uji analisis statistik chi-square terbukti bahwa kepemilikan lahan berhubungan nyata dengan proses sosialisasi. Nilai chi square hitung sebesar,57 lebih besar dari nilai chi-square tabel yaitu 5,99 yang artinya lahan hubungan nyata dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian Hubungan Domisili Orangtua Dengan Proses Sosialisasi Masyarakat Batak berasal dari daerah Tapanuli. Dulu daerah Tapanuli merupakan kawasan yang hidup dengan bertani. Batak Toba adalah salah satu sub etnis Batak Toba yang senang dengan merantau. Keinginan yang besar untuk merantau mencari penghidupan yang layak inilah yang terjadi hingga tak jarang para pemuda lebih senang dengan gaya hidup di kota dan meninggalkan pertanian. Keengganan para pemuda untuk bekerja di sektor pertanian terjadi juga pada generasi Batak Toba. Kehidupan kota yang jauh dari pertanian seringkali dianggap sebagai gaya hidup modern. Hubungan domisili orangtua dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian secara singkat dan jelas tergambar pada Tabel.
13 Tabel. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian Menurut Domisili Orangtua Responden, 8 Domisili Proses Sosialisasi Total Rendah Sedang Tinggi N % N % N % N % Tapanuli 34,5 5 43, 3,4 58 Luar Tapanuli 7 56,3 6 33, 5,4 48 Berdasarkan uji chi-square terbukti bahwa domisili berhubungan nyata dengan proses sosialisasi pekerjaan pertanian. Hal ini berarti semakin jauh domisili dari daerah Tapanuli atau non-tapanuli maka proses sosialisasinya pun rendah. Hal ini juga terbukti dari pernyatan responden PS : tempat tinggal saya dekat dengan lahan-lahan pertanian, jadi seandainyapun punya orangtua saya tidak punya lahan saya masih bisa ke sawah dan belajar bertani kepada saudara atau teman Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa di daerah Tapanuli sebagian besar bermukim dengan saudara-saudara sedarah. Masyarakat Batak yang kental dengan sistem kekerabatannya memungkinkan terjadi proses sosialisasi pekerjaan, misalnya ketika membantu pada saat pengolahan, pemanenan atau lainnya. Berdasarkan perhitungan statistik chi-square maka diperoleh nilai chi-square hitung diperoleh informasi bahwa terdapat hubungan antara domisili dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian. 5.3 Resume Berdasarkan hasil pengujian statistik maka diperoleh bahwa tingkat pendidikan, tingkat pendapatan orangtua berhubungan tidak nyata dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian. Karakteristik orangtua yang berhubungan dengan proses sosilisasi adalah kepemilikan lahan dan domisili. Hal ini menunjukkan
14 bahwa kepemilikan lahan sebagai modal dalam pertanian akan mendorong orangtua untuk mengajarkan tentang bertani dan domisili dengan suasana pertanian menjadi salah satu alasan orangtua atau agen sosialisasi untuk mensosialisasikan tentang pekerjaan pertanian. Secara singkat Tabel menggambarkan hasil uji statistik antara karakteristik orangtua dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian. Tabel. Hasil Pengujian Chi-square Karakteristik Orangtua Responden dengan Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian, 8 Karakteristik Orangtua Proses Sosialisasi Hasil Kecenderungan Tingkat Pendidikan Ayah Tingkat Pendidikan Ibu Berhubungan Tidak Nyata Berhubungan Tidak Nyata Negatif Negatif Tingkat Pendapatan Ayah Tingkat Pendapatan Ibu Berhubungan Tidak Nyata Berhubungan Tidak Nyata Negatif Negatif Kepemilikan Lahan Berhubungan Nyata Positif Domisili Berhubungan Nyata Positif
NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)
NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) Oleh: Rianti TM Marbun A14204006 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN
BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)
Lebih terperinciTabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011
59 BAB VII HUBUNGAN PENGARUH TINGKAT PENGUASAAN LAHAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI 7.1 Hubungan Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Pendapatan Pertanian Penguasaan lahan merupakan
Lebih terperinciJumlah % 1 < Jumlah Jlh % jlh %
Jumlah Keseluruhan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah % 1 laki-laki 14918 50 2 Perempuan 14971 50 Jumlah 29889 100 Jumlah Responden Berdasarkan Usia Usia Jlh % 1 < 20 70 47 2 20-39
Lebih terperinciSIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN
55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung
Lebih terperinciBAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK
48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya
Lebih terperinciBAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen)
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Konsumen Responden dalam penelitian ini adalah pembeli sayuran segar di Pasar Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. Pengumpulan data
Lebih terperinciV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Keripik Buah Segmentasi pasar adalah pembagian suatu pasar menjadi kelompokkelompok pembeli yang berbeda sesuai dengan kebutuhan karakteristik
Lebih terperinciBAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER
BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER Persepsi mahasiswa peserta Mata Kuliah Gender dan Pembangunan terhadap kesadaran gender yaitu pandangan mahasiswa yang telah mengikuti Mata Kuliah Gender
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR
BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,
Lebih terperinciBAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT
41 BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT Responden dalam penelitian ini adalah petani anggota Gapoktan Jaya Tani yang berasal dari tiga kelompok tani
Lebih terperinciBAB VI PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN AGEN SOSIALISASI YANG MEMPENGARUHINYA
82 BAB VI PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN AGEN SOSIALISASI YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Identitas Gender Mahasiswa Sub-bab ini bertujuan menjawab salah satu tujuan penelitian, yaitu untuk mengidentifikasi identitas
Lebih terperinciBAB V FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK MIGRAN DAN KEHIDUPAN AWAL DI BOGOR
38 BAB V FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK MIGRAN DAN KEHIDUPAN AWAL DI BOGOR 5.1 Faktor Pendorong Migrasi Faktor pendorong migrasi adalah faktor dari daerah asal yang menjadi pertimbangan responden untuk melakukan
Lebih terperinciBAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS
86 BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai hubungan perilaku konsumsi dengan sikap terhadap singkong, jagung, dan ubi.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif adalah penelitian penjajagan yang sering dilakukan sebagai langkah pertama untuk penelitian yang lebih
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati
Lebih terperinciBAB V PROFIL GENDER DAN AGEN SOSIALISASI MAHASISWA TPB TAHUN AJARAN 2007/2008. Komposisi mahasiswa TPB IPB menurut jenis kelamin disajikan pada
68 BAB V PROFIL GENDER DAN AGEN SOSIALISASI MAHASISWA TPB TAHUN AJARAN 2007/2008 5.1 Karakteristik Individu 5.1.1 Jenis Kelamin Komposisi mahasiswa TPB IPB menurut jenis kelamin disajikan pada Tabel 7.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat fertilitas yang tinggi yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan merupakan masalah umum yang dimiliki oleh setiap negara di dunia ini. Secara umum masalah kependudukan di berbagai negara dapat dibedakan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:
50 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data wawancara langsung kepada responden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik tanah yang muncul sering sekali terjadi karena adanya masalah dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )
BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah
Lebih terperinciLampiran 1 Peta Lokasi Penelitian
LAMPIRAN 143 144 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 145 146 Lampiran 3 Pengukuran Variabel Penelitian untuk Jawaban Pengetahuan No. Pernyataan Betul Salah Pengetahuan tentang keluarga sistem matrilineal
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Tilote sebagai salah satu pelayanan dasar dan terdepan di Kecamatan Tilango memberikan pelayanan rawat jaan dan rawat
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Mina Padi 1. Umur Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan berfikir petani dalam melaksanakan usaha taninya, hal tersebut juga berkaitan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami
114 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami dibawah tangan pada masyarakat batak toba di Kota Bandar Lampung saat ini, maka dapat disimpulkan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG
24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas
Lebih terperinciBAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG
BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui wawancara dan observasi, mengenai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen RM Wong Solo yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penerimaan per bulan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh
25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih
Lebih terperinciResensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR
69 Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR Feryanto W. K. 1 1 Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Lebih terperinciBAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU
BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut
Lebih terperinciBAB VII MOTIVASI BERPERANSERTA PESERTA POSDAYA PADA POSDAYA
BAB VII MOTIVASI BERPERANSERTA PESERTA POSDAYA PADA POSDAYA 7.1 Gambaran Peserta Posdaya Dalam Posdaya berperanserta responden terdiri dari motivasi merencanakan, motivasi melaksanakan, dan motivasi mengevaluasi
Lebih terperinciPROSES MIGRASI ORANG MADURA
29 PROSES MIGRASI ORANG MADURA Migrasi Berantai Migran Madura Etnis Madura dikenal sebagai salah satu etnis yang memiliki budaya migrasi, selain etnis Bugis, Batak dan Minangkabau (Mantra 1992). Terdapat
Lebih terperinciDESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI
29 DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI Deskripsi Karakteristik Individu Petani Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa umur petani anggota
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten
BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN MASALAH
BAB V PEMBAHASAN MASALAH A. PEMBAHASAN Setiap manusia memiliki impian untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Tetapi ketika sudah menikah banyak dari pasangan suami istri yang memilih tinggal bersama
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL Pada bab berikut ini akan dibahas mengenai hasil yang didapatkan setelah melakukan pengumpulan data dan analisis dari hasil. Dalam sub bab ini akan dijabarkan terlebih dahulu
Lebih terperinciBAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO
A. Lingkungan Keluarga BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO Dokter Soedarso adalah seorang Pejuang kemerdekaan di Kalimantan Barat pada masa penjajahan Kolonial Belanda. Dokter Soedarso sebenarnya bukan
Lebih terperinciPOLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN
POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN Dewi Sartika Panjaitan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Dinamika Personal Growth periode anak anak dewasa muda pada individu yang mengalami masa perkembangan
Lebih terperinciBAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS
BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kompetensi komunikasi berikutnya yang memiliki peranan penting dalam menciptakan komunikasi yang efektif adalah pengetahuan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN 85 KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa fakultas Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian mengenai kemampuan penyesuaian sosial dari mahasiswa angkatan 2005. Oleh karena itu,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah merupakan Rumah Sakit
Lebih terperinciSOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT )
SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) Dewifebrina 1 Dra. Fachrina,M.Si 2 Erningsih,S.Sos 3 Program
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden A. Umur Kisaran umur responden yakni perempuan pada Kasus LMDH Jati Agung III ini adalah 25-64 tahun dengan rata-rata umur 35,5 tahun. Distribusi
Lebih terperinciBAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI
BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI Hubungan antara karakteristik peserta produk pembiayaan BMT Swadaya Pribumi dan dalam
Lebih terperinciBAB VI PEMANFAATAN REMITAN
49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan
Lebih terperinciBAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH
BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH 7. 1 Faktor Internal 7.1.1 Hubungan Usia dengan Penilaian Anak Jalanan terhadap Pelayanan Rumah Usia
Lebih terperinciBAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN
50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian
Lebih terperinciPemuda Kurang Minat Dalam Pertanian
Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian Kata Pengantar Puji Syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah swt, atas kehendaknya-lah penulisan makalah ini dalam tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dapat diselesaikan.
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Faktor-Faktor Yang berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Kebijakan Optimalisasi dan Pemeliharaan JITUT 5.1.1 Umur (X 1 ) Berdasarkan hasil penelitian terhadap
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake
31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake 4.1.1 Sejarah Rumah Makan Waroeng Steak and Shake Rumah Makan Waroeng Steak & Shake didirikan oleh pasangan suami-istri
Lebih terperinciKUESIONER. Identifikasi Responden Nama : Jenis kelamin : Usia : Nama sekolah : Jurusan :
KUESIONER Kuesioner ini ditujukan untuk memenuhi tugas penelitian dengan judul Gaya Hidup dan Pemilihan Bimbingan Belajar. Sehubungan dengan itu kami memohon kesediaan saudara/i, untuk mengisi kuesioner
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv v viii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 9 1.3. Tujuan dan Kegunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung unsur investasi, yakni pada tahapan-tahapan pendidikan anak, maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asuransi pendidikan merupakan salah satu jenis asuransi jiwa yang mengandung unsur investasi, yakni pada tahapan-tahapan pendidikan anak, maka ada sejumlah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Responden pada penelitian ini adalah peternak yang berdiam di Desa Dompu, Moyo Mekar dan Desa Sepakat Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat dengan karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana utama yang dapat mengembangkan kemampuan dan potensi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara administratif, Desa Kuning Gading dan Desa Rantau Ikil termasuk dalam wilayah Kecamatan Pelepat Ilir dan Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo,
Lebih terperinciBAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN
49 BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN Profil relawan PNPM-MP Kelurahan Situ Gede dalam penelitian ini akan dilihat dari dua faktor yaitu faktor internal dan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Informan I Nama : Manimbul Hutauruk Tanggal Wawancara : 31 Januari 2015 Tempat : Rumah Bapak Manimbul Hutauruk Waktu : Pukul 13.00 WIB 1. Berapa lama anda tinggal di Desa Hutauruk?
Lebih terperinciBAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Determinan unmet..., Muhammad Isa, FE UI, Universitas Indonesia
1 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian total unmet need di Indonesia menggunakan data SDKI tahun 2007 dengan sampel penelitiannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pengertian umum, pendapatan adalah hasil pencaharian usaha. Budiono
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Pendapatan Petani 1. Pengertian Pendapatan Dalam pengertian umum, pendapatan adalah hasil pencaharian usaha. Budiono (1992 : 180) mengemukan bahwa pendapatan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua manusia yang ada di dunia ini pasti memiliki kebudayaan tersendiri. Keduanya tidak mungkin dipisahkan,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor unggulan yang berkontribusi sebesar 15,3 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2009. Pertimbangan lain yang menguatkan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN
BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status
Lebih terperinciBAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
57 BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Persepsi Relawan terhadap PNPM-MP Persepsi responden dalam penelitian ini akan dilihat dari tiga aspek yaitu persepsi terhadap pelaksanaan
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
41 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Gandus terletak di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Kecamatan Gandus merupakan salah satu kawasan agropolitan di mana
Lebih terperinciLampiran 1. Kuesioner
Lampiran 1 Kuesioner Petunjuk Pengisian: Data-data yang Saudara isi ini akan digunakan untuk penelitian dalam bidang kebahasaan, untuk itu Saudara dimohon mengisi semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.
Lebih terperinciBAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Kebun Bunga termasuk dalam wilayah Kecamatan Banjarmasin Timur dengan luas wilayah 94 Ha yang terdiri dari 34 RT, orbitasi,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Data Umum Hasil Penelitian a. Profil Desa 1) Demografi Desa Caruban mempunyai jumlah penduduk 4.927 Jiwa. Tabel 4.1 Statistik penduduk
Lebih terperinciPELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)
PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 39 Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Peluang bekerja dan berusaha adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang terletak di pulau Sumatera, tepatnya berada di ujung Pulau Sumatera yang merupakan pintu masuk pendatang dari pulau
Lebih terperinciHUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN
45 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM
BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM 6.1 Kelemahan Sumber Daya Manusia Dari hasil survei dapat digambarkan karakteristik responden sebagai berikut : anggota kelompok tani hutan (KTH)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal dengan berbagai macam penyebab yang berbeda. Tidak ada ibu rumah tangga yang menginginkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah yang diinginkan, tergantung dari keluarga
Lebih terperinciPersepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh
Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau Oleh Ibas.boyz@yahoo.com Bastari 1), Kusai 2) dan Firman Nugroho 2) Fakultas Perikanan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP ANAK PEREMPUAN YANG MELANJUTKAN PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI
BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP ANAK PEREMPUAN YANG MELANJUTKAN PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI A. Analisis Pendidikan Anak Perempuan di Desa Sidorejo Warungasem Batang. Pendidikan anak perempuan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Pasar Induk Kramat Jati didirikan pada 28 Desember 1973, diremajakan pada tanggal 01 Maret 2003 s/d 31 Desember
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng Kecamatan Cakung Kotamadya Jakarta Timur Propinsi DKI Jakarta yang berusia 15 tahun
Lebih terperinciBAB II KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG DITELITI
30 BAB II KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG DITELITI Pada bab ini, peneliti menguraikan karakteristik-karakteristik responden penelitian. Dimana, karakteristik- karakteristik ini tidak hanya memberi gambaran
Lebih terperinciBAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR
BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR 5.1 Tingkat Keinginan Pindah Penduduk di Daerah Longsor Pola keinginan pindah penduduk dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi
Lebih terperinciBAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN
BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu
Lebih terperinciVIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub
VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub sektor perikanan dan pendapatan di luar sub sektor perikanan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Indonesia dengan sasaran pembukaan lapangan kerja.
11 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang usaha pembelian buah kelapa sawit ini terletak di Desa Tapung Jaya Kecamatan Tandun Kabupaten Rokan Hulu. Desa Tapung Jaya
Lebih terperinciLampiran 1 Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian Hubungan antar variabel penelitian
LAMPIRAN 83 84 85 Lampiran 1 Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian Hubungan antar variabel penelitian V. X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X1 1 X2-1.406 ** X3 -.133 -.171
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor informal di Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung yaitu yang melakukan pekerjaan
Lebih terperinciBAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK
BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK 4.1 Lama Tinggal Pada umumnya, penduduk bertempat tinggal di suatu daerah mulai dari lahir sampai dewasa. Akan tetapi ada juga penduduk yang tinggal dari lahir sampai setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam
Lebih terperinci