BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB"

Transkripsi

1 BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya responden diajak ke sawah dan diajarkan bertani, baik oleh orangtua, teman, kerabat atau lainnya. Proses sosialisasi yang berlangsung dihubungkan dengan nilai-nilai budaya sehingga melalui nilai-nilai yang disosialisasikan akan diketahui apakah pekerjaan pada sektor pertanian mampu mewujudkan status sosial yang merupakan perwujudan nilai budaya Batak Toba. Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dikategorikan menjadi (a) tinggi, apabila responden pernah diajak ke sawah dan diajarkan bertani, (b) sedang, apabila pernah diajak ke sawah dan (c) rendah, apabila tidak pernah diajak ke sawah dan diajarkan tentang pertanian. Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dikatakan rendah (skor antara sampai 6). Dari 6 responden penelitian, sebesar 44,34 persen mahasiswa IPB suku Batak Toba Angkatan 4 memiliki tingkat sosialisasi nilai kerja pertanian yang dikategorikan rendah yang artinya mahasiswa tersebut tidak diajak ke sawah atau lahan pertanian dan diajarkan bertani oleh agen sosialisasi. Rendahnya tingkat sosialisasi pekerjaan dikalangan mahasiswa IPB etnis Batak Toba dengan alasan tidak memiliki lahan dan sudah tinggal di kota yang jauh dari keberadaan sawah. Selain itu para orangtua telah memberikan kebebasan kepada anak-anaknya mengenai pekerjaan yang mereka inginkan sesuai dengan keterampilan dan minat. Distribusi jumlah dan persentase responden menurut proses sosialisasi nilai kerja pertanian secara singkat dan jelas tergambar pada Tabel 6.

2 Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian, 8 Proses Sosialisasi Jumlah Persentase Rendah 47 44,34 Sedang 4 38,68 Tinggi 8 6,98 Responden yang mengalami proses sosialisasi nilai kerja pertanian sedang (skor 7 sampai ) sebesar 38,68 persen. Sedangkan, responden yang mengalami proses sosialisasi nilai kerja pertanian tinggi (skor sampai 7) lebih rendah dibandingkan responden yang mengalami proses sosialisasi nilai kerja pertanian sedang atau tinggi yaitu 6,98 persen. Diduga, proses sosialisasi nilai kerja pertanian tinggi akan memiliki nilai kerja yang baik. Sosialisasi nilai kerja pertanian ini dikatakan tinggi karena mereka mendapat pengalaman serta pengetahuan tentang pertanian dari orangtua atau keluarga serta kerabat dan juga lingkungan serta ditambah setelah kuliah di IPB. Meskipun bukan dari keluarga petani, mereka yang berada di lingkungan pertanian kadang kala diajak oleh tetangga-tetangga atau teman untuk membantu di sawah terutama pada musim penanaman dan panen. Bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan atau jauh dari lingkungan pertanian, mengenal pertanian ketika mereka pulang ke kampung halaman tempat kakek-nenek mereka berada dan tentunya setelah kuliah di IPB.

3 Kasus Responden Menurut Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian, 8 Kasus : RS merupakan mahasiswa yang berasal dari daerah perkotaan yang jauh dari lingkungan pertanian namun kakek dan neneknya merupakan petani. Kedua orangtuanya merupakan lulusan sarjana dan berprofesi sebagai dosen dan guru. RH menyatakan bahwa dia tidak pernah diajak atau diajarkan tentang bertani oleh kedua orangtua namun pada saat pulang kampung sering diajak oleh kakek dan nenek di kampung ke sawahnya bahkan diajari tentang bertani. Menurutnya pekerjaan bertani itu sangat sulit dan melelahkan namun kalau tidak ada generasi yang mau jadi petani bagaimana memenuhi kebutuhan pangan negeri ini. Pekerjaan bertani itu akan sangat bagus apabila menerapkan ilmu terutama yang kuliah di fakultas pertanian. Mereka seharusnya mampu mengembangkan pertanian. Pertanian sebenarnya bukan pekerjaan yang tidak bagus, sebagai generasi muda yang berpendidikan sudah layak menciptakan inovasi baru tentang cara bertani sehingga pertanian tidak dipandang sebagai pekerjaan yang buruk lagi. Kasus : MP adalah mahasiswa fakultas pertanian yang berasal dari daerah Tapanuli. Kedua orangtua memiliki lahan pertanian yang dikelola sendiri sehingga ketika berada di rumah sering diajak dan diajar tentang bertani. Menurutnya pertanian itu unik tapi memang melelahkan. Setelah saya kuliah, dunia pertanian itu lebih terasa dan menyenangkan. Pertanian itu tidak seburuk anggapan orang-orang selama ini. Ini merupakan tugas kita sebagai generasi muda untuk membangun pertanian yang lebih baik dengan metode baru yang tentunya dengan teknologi ramah lingkungan. Kasus 3 : DH tinggal di perkotaan dengan orangtua bekerja sebagai pengusaha. DH sejak dini selalu dipesankan orangtua agar meneruskan pekerjaan orangtuanya. Ia beranggapan bahwa sebenarnya tidak terlalu berminat jadi pengusaha. Ia juga tidak pernah diajak apalagi untuk diajarkan bertani. Pertanian baginya suatu pekerjaan yang sulit sehingga dibutuhkan tenaga baik fisik atau pikiran dan lainnya. Kasus 4 : YS memiliki orangtua baik ayah atau ibu bekerja sebagai PNS. Ia juga tidak pernah diajak dan diajar tentang bertani karena tempat tinggal mereka yang jauh dari lingkungan pertanian dan juga tidak memiliki lahan pertanian. Orangtuanya sejak dini menyampaikan bahwa pekerjaan sebagai PNS sudah cukup terutama bagi perempuan. 5. Hubungan Karakteristik Orangtua Dengan Proses Sosialisasi 5.. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Proses Sosialisasi Tingkat pendidikan merupakan salah satu pembentuk kualitas sumberdaya manusia. Berdasarkan Tabel 7, diperoleh bahwa tingkat pendidikan orangtua responden dengan proses sosialisasi berbanding terbalik yaitu semakin tinggi pendidikan orangtua maka proses sosialisasi nilai kerja pertanian semakin rendah dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan orangtua maka semakin tinggi proses sosialisasi nilai kerja pertanian. Ayah responden yang berpendidikan

4 rendah memiliki proses sosialisasi nilai kerja pertanian yang rendah. Demikian halnya dengan ibu responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung memiliki proses sosialisasi nilai kerja pertanian yang rendah. Besarnya persentase ayah responden berpendidikan rendah yang memiliki proses sosialisasi nilai kerja pertanian rendah karena ayah responden menganggap bahwa pekerjaan bukanlah suatu yang harus dipaksakan dan cenderung akan meninggalkan pertanian apabila memiliki pendidikan yang tinggi. Ayah responden yang menyekolahkan anaknya setinggi mungkin adalah kewajiban dari orangtua namun dalam memilih pekerjaan anak bukanlah suatu keharusan dari orangtua tetapi dengan pendidikan yang semakin tinggi mereka cenderung akan menghindari pekerjaan pertanian. Seorang ayah berharap dengan pendidikan yang diraih anaknya kelak akan menjadi bekal bagi anaknya untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan minat ataupun dengan pendidikannya. Ibu memilih memberi kebebasan kepada anaknya untuk menjalankan bidang yang disukai. Hanya saja, orangtua baik ayah dan ibu tetap mengarahkan namun untuk keputusan akhir berada di tangan si anak. Responden menyatakan bahwa pendidikan orangtua yang tergolong tinggi mengakibatkan orangtua semakin berpikir secara demokrasi, dimana responden diberi kebebasan untuk menentukan bidang yang diinginkan. Tetapi, orangtua memberi kebebasan kepada anak karena orangtua memandang anaknya sudah mampu mempertimbangkan yang mana bidang lebih baik dan sesuai dengan usaha, baik materi dan non-materi yang dikeluarkan untuk menyelesaikan selama masa pendidikan. Hubungan tingkat pendidikan dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian tergambar secara singkat dan jelas pada Tabel 7.

5 Tabel 7. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian Menurut Tingkat Pendidikan Orangtua Responden, 8 Tingkat Proses Sosialisasi Total Pendidikan Rendah Sedang Tinggi N % N % N % N % Ayah Rendah Sedang Tinggi 9 7 5, 35,8 5, , 43,4 33,3 7,8 3, Ibu Rendah Sedang Tinggi 7 8 5, 3,7 56, , 3, 6 5, 9,, Orangtua responden mengharapkan anaknya kelak lebih tinggi pendidikannya dan secara tidak langsung menginginkan anaknya untuk memiliki pekerjaan yang lebih tinggi dari orangtua. Hal ini seperti yang disampaikan oleh ST yang bekerja sebagai wiraswasta. Pendidikan terkahir ayahnya adalah SMA dan ibu lulusan SPG : Orangtua berpikir maju, namun demikian mereka selalu dengan halus mengharapkan saya jauh lebih baik dari mereka. Menurut orangtua saya, dengan bekal pendidikan yang saya dapat sekarang ini tentunya akan membuka jalan yang lebih baik dibanding dengan mereka yang hanya lulusan SMA atau SPG. Orangtua saya menasehatkan bahwa tidak ada pekerjaan yang buruk. Berhubung keluarga saya tidak memiliki lahan bertani dan bukan petani, orangtua tidak menyinggung nilai kerja pertanian. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian dapat diketahui melalui perhitungan alat analisis chi-square yang diperoleh hasil bahwa pendidikan orangtua (ayah) tidak terdapat hubungan dengan proses sosialisasi. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan uji chi-square dimana nilai chi-square lebih rendah dengan chi-square tabel yaitu nilai chi square hitung sebesar 3,578 dan nilai chi square tabel sebesar 9,488. Nilai chi

6 square hitung lebih kecil dari chi-square tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan ayah berhubungan tidak nyata dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian. Sedangkan, berdasarkan hasil perhitungan statisik chi-square tingkat pendidikan ibu memiliki nilai chi-square hitung sebesar 9,98 dan nilai chi-square tabelnya 9,488. Dari hasil tersebut nilai chi-square hitung lebih besar dari chi-square tabel artinya tingkat pendidikan ibu berhubungan dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian. 5.. Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Dengan Proses Sosialisasi Untuk mengetahui adanya tidaknya hubungan antara pendapatan orangtua dengan proses sosialisasi diuji dengan tabulasi silang serta uji statistik chi-square. Tingkat pendapatan orangtua dibagi dalam dua bagian yaitu tingkat pendapatan ayah dan tingkat pendapatan ibu. Berdasarkan hasil tabulasi silang seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8, diketahui bahwa semakin tinggi pendapatan orangtua cenderung akan memiliki proses sosialisasi yang rendah. Berdasarkan pengujian chi-square diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan ayah ataupun tingkat pendapatan ibu dengan proses sosialisasi. Hubungan tingkat pendapatan dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian secara singkat dan jelas tergambar pada Tabel 8.

7 Tabel 8. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian Menurut Tingkat Pendapatan Orangtua Responden, 8 Tingkat Pendapatan Proses Sosialisasi Total Rendah Sedang Tinggi N % N % N % N % Ayah Tidak memiliki pendapatan Rendah Sedang Tinggi ,9 39,3 53,6 66, , 39,3 3, 33, ,,3 4,3, Ibu Tidak memiliki pendapatan Rendah Sedang Tinggi 5 45,7 4, 55,6, , 4, 33,3, 8 9 7,4 7,6., Dari hasil uji chi-square pada tingkat pendapatan ayah terhadap proses sosialisasi diperoleh nilai chi-square sebesar 4,9 dan chi-square tabel sebesar,59. Dengan demikian, tingkat pendapatan orangtua berhubungan tidak nyata dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian. Semakin tinggi pendapatan orangtua maka cenderung memiliki melakukan proses sosialisasi nilai kerja pertanian rendah. Mengingat orangtua responden yang bekerja sebagai petani hanya sebagian kecil sehingga pendapatan yang diterima dari pekerjaan di nonpertanian dirasa lebih baik. Oleh karena itu, sosialisasi nilai kerja yang diberikan pun cenderung disesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan yaitu nilai kerja non-pertanian (Lampiran ). Namun pada saat dilakukan diskusi kelompok, diperoleh informasi yang berbeda dengan hasil pengujian statistik. Berdasarkan pernyataan responden, besar kecilnya pendapatan orangtua mereka memang menjadikan suatu pertimbangan untuk memilih pekerjaan Responden yang ikut serta dalam diskusi menyatakan orangtua tidak memaksakan bagi anaknya untuk mencari pekerjaan tertentu tetapi menyarankan agar mereka mencari pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan. Memang tidak dipungkiri bahwa setiap orang

8 akan mengupayakan pekerjaan dengan pendapatan yang tinggi seperti yang disampaikan oleh WS yang kedua orangtuanya bekerja sebagai wiraswasta kedua orangtua selalu menganjurkan kalau saya nanti harus memperoleh penghasilan yang lebih baik dari mereka karena mereka mengatakan memang dengan pekerjaan sekarang mereka mampu membiayai keluarga tetapi sekarang keadaannya berbeda. Kedua orangtua saya dulu hanya lulusan SMA sedangkan sekarang saya sudah kuliah penghasilannya pun hendaknya lebih baik dari orangtua. Berbicara tentang pertanian, orangtua menganggap bahwa pekerjaan sebagai petani tidak buruk tergantung bagaimana kita mengelolanya karena kebetulan tempat tinggal saya merupakan lingkungan pertanian. Memang keluarga tidak memiliki lahan, tapi saya sering diajak ke lahan pertanian tetangga dan kerabat bahkan sayapun ikut belajar bertani, Selanjutnya dengan uji chi-square untuk melihat hubungan tingkat pendapatan ibu dengan proses sosilisasi diperoleh nilai chi square hitung sebesar,773 lebih kecil dari chi-square tabel yaitu 9,488. Hal ini berarti tingkat pendapatan ibu berhubungan tidak nyata dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian Hubungan Jenis Pekerjaan Orangtua dengan Proses Sosialisasi Berdasarkan jenis pekerjaan orangtua baik ayah dan ibu responden diketahui bahwa mayoritas pekerjaan ayah dan ibu adalah sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil). Bila dihubungkan antara jenis pekerjaan dengan proses sosialisasi seperti yang ditunjukkan Tabel 9 diperoleh hasil bahwa pekerjaaan sebagai PNS memiliki proses sosialisasi yang rendah. Para responden menyatakan bahwa jenis pekerjaan dikatakan baik atau buruk apabila mampu memenuhi kebutuhan seharihari dan bekal masa depan melalui tabungan. Dengan demikian dalam penelitian ini pekerjaan tidak dikategorikan secara bertingkat hanya dikelompokkan saja.

9 Hubungan jenis pekerjaan orangtua dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian secara singkat dan jelas tergambar pada Tabel 9. Tabel 9. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian Menurut Jenis Pekerjaan Orangtua Responden, 8 Jenis Pekerjaan Proses Sosialisasi Total Rendah Sedang Tinggi N % N % N % N % Ayah Petani Non-Petani Tidak Bekerja Meninggal 45 46, , 33, ,5 66, Ibu Petani Non-Petani Tidak Bekerja Meninggal ,57 66, ,6 33,3 7 6,83 3 Berdasarkan perhitungan uji chi-square maka diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan proses sosialisasi. Dilihat dari nilai chi-squarenya, maka akan diketahui ada tidaknya hubungan jenis pekerjaan ayah dengan proses sosialisasi. Berdasarkan perhitungan maka chi-square hitung sebesar 7,58 lebih kecil dari chi-square tabel yaitu,59 yang artinya jenis pekerjaan ayah berhubungan tidak nyata dengan proses sosialiasi nilai kerja pertanian. Demikian ibu, diperoleh chi square hitung 7,35 lebih kecil dari chisquare tabel yaitu,59 artinya jenis pekerjaan ibu berhubungan tidak nyata dengan proses sosialiasi nilai kerja pertanian. Namun, pada saat dilakukan diskusi dengan responden diperoleh informasi orangtua dengan jenis pekerjaan yang memiliki nilai sosial yang baik serta secara ekonomi menguntungkan cenderung akan menyampaikan kepada anaknya untuk mencari bidang pekerjaan yang sama dan sangat diharapkan apabila mampu

10 mencari jenis pekerjaan yang secara sosial baik dan ekonomi menguntungkan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh YS : orangtua saya selalu mengingatkan kalau sudah lulus,baiknya mencari pekerjaan yang mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan paling tidak dapat menutupi kebutuhan sendiri dan bila sudah berumahtangga jangan hanya bisanya meminta uang dari suami. Ungkapan jadi PNS sudah cukup untuk perempuan, jangan mencari pekerjaan yang tinggi-tinggi karena suatu saat dapat menimbulkan kecemburuan dari pasangan. Selain itu, orangtua saya juga menyampaikan, saat berumahtangga suamilah yang bertanggungjawab atas kebutuhan keluarga dan istri membantu meringankan tanggungjawab tersebut Hal ini jelas tampak dari hasil tabulasi silang bahwa ayah yang bekerja sebagai petani hanya satu orang sehingga dan hasil proses sosialisasinya tergolong sedang yaitu anaknya diajak ke sawah namun tidak diajarkan bertani. Responden yang memiliki ibu sebagai petani hanya dua orang, ternyata hasil proses sosialisasi adalah satu orang mangalami proses sosialisasi nilai kerja pertanian rendah dan satu orang mengalami proses sosialisasi nilai kerja pertanian sedang. Dengan demikian, orangtua yang pekerjaannya sebagai petani cenderung kurang memberikan sosialisasi nilai kerjanya karena menurut orangtua pekerjaan sebagai non-petani lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Orangtua yang pekerjaannya bukan petani tentu cenderung tidak mensosialisasi nilai kerja pertanian karena pekerjaannya bukanlah petani sehingga untuk memberikan sosialisasi nilai kerja pertanian tidak berlangsung Hubungan Kepemilikan Lahan Orangtua dengan Proses Sosialisasi Lahan merupakan memiliki nilai ekonomis sekaligus nilai sosial. Berdasarkan hasil survei diperoleh bahwa orangtua responden yang memiliki

11 lahan cenderung melakukan sosialisasi nilai kerja pertanian. Kepemilikan lahan oleh orangtua secara keseluruhan digunakan untuk usaha pertanian sehingga mempermudah anaknya untuk mendapatkan sosialisasi nilai kerja pertanian. Namun, bagi responden yang memiliki lahan tidak selalu mendapat sosialisasi nilai kerja pertanian. Responden dengan orangtua memiliki lahan sebanyak 45,5 persen memiliki proses sosialisasi nilai kerja pertanian sedang karena orangtua memberi kebebasan kepada anak untuk menekuni pekerjaan tertentu dan anak lebih disarankan untuk mengikuti jenjang pendidikan yang tinggi sehingga kelak anak tersebut mampu keluar dari pertanian. Kepemilikan lahan baiknya digunakan sebagai tabungan atau jaminan hari tua saja karena lahan tidak akan barang yang tidak akan musnah. Dari hasil diskusi dengan responden yang berasal dari keluarga petani sekaligus memiliki lahan menyatakan bahwa orangtua saya tidak pernah menyuruh saya untuk bertani tetapi sebagai anak saya berusaha meringankan beban orangtua dengan cara membantunya bertani walaupun tidak disuruh. Hubungan kepemilikan lahan orangtua dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian secara singkat dan jelas tergambar pada Tabel. Tabel. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian Menurut Kepemilikan Lahan Orangtua Responden, 8 Kepemilikan Lahan Proses Sosialisasi Total Rendah Sedang Tinggi N % N % N % N % Memiliki Lahan ,5 7,3 44 Tidak Memiliki Lahan 35 56,5 33,9 6 9,7 6 Selain itu, dari beberapa responden yang orangtuanya memiliki lahan telah membayar pekerja untuk mengelola lahannya, disewakan kepada keluarga dekat dan orang lain dan ada juga yang tidak dikelola, seperti yang ditunjukkan dari hasil tabulasi silang bahwa orangtua yang tidak memiliki lahan dengan proses

12 sosialisasi nilai kerja rendah sebanyak 56,6 persen. Dari hasil tabulasi silang, juga diperoleh informasi bahwa bagi responden dengan orangtua yang tidak memiliki lahan ternyata juga cenderung memiliki sosialisai yang rendah. Hal ini karena para agen sosialisasi khususnya orangtua yang secara keseluruhan telah memberi kebebasan kepada anak apalagi jika tidak mempunyai lahan sehingga tidak ada alasan bagi orangtua khususnya untuk mensosialisasikan pekerjaan pertanian kepada anaknya. Seperti yang dikemukakan oleh YH : orangtua tidak punya lahan, jadi saya tidak perlu ke sawah/ladang atau belajar bertani?. Melalui hasil uji analisis statistik chi-square terbukti bahwa kepemilikan lahan berhubungan nyata dengan proses sosialisasi. Nilai chi square hitung sebesar,57 lebih besar dari nilai chi-square tabel yaitu 5,99 yang artinya lahan hubungan nyata dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian Hubungan Domisili Orangtua Dengan Proses Sosialisasi Masyarakat Batak berasal dari daerah Tapanuli. Dulu daerah Tapanuli merupakan kawasan yang hidup dengan bertani. Batak Toba adalah salah satu sub etnis Batak Toba yang senang dengan merantau. Keinginan yang besar untuk merantau mencari penghidupan yang layak inilah yang terjadi hingga tak jarang para pemuda lebih senang dengan gaya hidup di kota dan meninggalkan pertanian. Keengganan para pemuda untuk bekerja di sektor pertanian terjadi juga pada generasi Batak Toba. Kehidupan kota yang jauh dari pertanian seringkali dianggap sebagai gaya hidup modern. Hubungan domisili orangtua dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian secara singkat dan jelas tergambar pada Tabel.

13 Tabel. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian Menurut Domisili Orangtua Responden, 8 Domisili Proses Sosialisasi Total Rendah Sedang Tinggi N % N % N % N % Tapanuli 34,5 5 43, 3,4 58 Luar Tapanuli 7 56,3 6 33, 5,4 48 Berdasarkan uji chi-square terbukti bahwa domisili berhubungan nyata dengan proses sosialisasi pekerjaan pertanian. Hal ini berarti semakin jauh domisili dari daerah Tapanuli atau non-tapanuli maka proses sosialisasinya pun rendah. Hal ini juga terbukti dari pernyatan responden PS : tempat tinggal saya dekat dengan lahan-lahan pertanian, jadi seandainyapun punya orangtua saya tidak punya lahan saya masih bisa ke sawah dan belajar bertani kepada saudara atau teman Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa di daerah Tapanuli sebagian besar bermukim dengan saudara-saudara sedarah. Masyarakat Batak yang kental dengan sistem kekerabatannya memungkinkan terjadi proses sosialisasi pekerjaan, misalnya ketika membantu pada saat pengolahan, pemanenan atau lainnya. Berdasarkan perhitungan statistik chi-square maka diperoleh nilai chi-square hitung diperoleh informasi bahwa terdapat hubungan antara domisili dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian. 5.3 Resume Berdasarkan hasil pengujian statistik maka diperoleh bahwa tingkat pendidikan, tingkat pendapatan orangtua berhubungan tidak nyata dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian. Karakteristik orangtua yang berhubungan dengan proses sosilisasi adalah kepemilikan lahan dan domisili. Hal ini menunjukkan

14 bahwa kepemilikan lahan sebagai modal dalam pertanian akan mendorong orangtua untuk mengajarkan tentang bertani dan domisili dengan suasana pertanian menjadi salah satu alasan orangtua atau agen sosialisasi untuk mensosialisasikan tentang pekerjaan pertanian. Secara singkat Tabel menggambarkan hasil uji statistik antara karakteristik orangtua dengan proses sosialisasi nilai kerja pertanian. Tabel. Hasil Pengujian Chi-square Karakteristik Orangtua Responden dengan Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian, 8 Karakteristik Orangtua Proses Sosialisasi Hasil Kecenderungan Tingkat Pendidikan Ayah Tingkat Pendidikan Ibu Berhubungan Tidak Nyata Berhubungan Tidak Nyata Negatif Negatif Tingkat Pendapatan Ayah Tingkat Pendapatan Ibu Berhubungan Tidak Nyata Berhubungan Tidak Nyata Negatif Negatif Kepemilikan Lahan Berhubungan Nyata Positif Domisili Berhubungan Nyata Positif

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) Oleh: Rianti TM Marbun A14204006 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011 59 BAB VII HUBUNGAN PENGARUH TINGKAT PENGUASAAN LAHAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI 7.1 Hubungan Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Pendapatan Pertanian Penguasaan lahan merupakan

Lebih terperinci

Jumlah % 1 < Jumlah Jlh % jlh %

Jumlah % 1 < Jumlah Jlh % jlh % Jumlah Keseluruhan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah % 1 laki-laki 14918 50 2 Perempuan 14971 50 Jumlah 29889 100 Jumlah Responden Berdasarkan Usia Usia Jlh % 1 < 20 70 47 2 20-39

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya

Lebih terperinci

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Konsumen Responden dalam penelitian ini adalah pembeli sayuran segar di Pasar Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. Pengumpulan data

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Keripik Buah Segmentasi pasar adalah pembagian suatu pasar menjadi kelompokkelompok pembeli yang berbeda sesuai dengan kebutuhan karakteristik

Lebih terperinci

BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER Persepsi mahasiswa peserta Mata Kuliah Gender dan Pembangunan terhadap kesadaran gender yaitu pandangan mahasiswa yang telah mengikuti Mata Kuliah Gender

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT 41 BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT Responden dalam penelitian ini adalah petani anggota Gapoktan Jaya Tani yang berasal dari tiga kelompok tani

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN AGEN SOSIALISASI YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN AGEN SOSIALISASI YANG MEMPENGARUHINYA 82 BAB VI PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN AGEN SOSIALISASI YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Identitas Gender Mahasiswa Sub-bab ini bertujuan menjawab salah satu tujuan penelitian, yaitu untuk mengidentifikasi identitas

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK MIGRAN DAN KEHIDUPAN AWAL DI BOGOR

BAB V FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK MIGRAN DAN KEHIDUPAN AWAL DI BOGOR 38 BAB V FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK MIGRAN DAN KEHIDUPAN AWAL DI BOGOR 5.1 Faktor Pendorong Migrasi Faktor pendorong migrasi adalah faktor dari daerah asal yang menjadi pertimbangan responden untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS

BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS 86 BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai hubungan perilaku konsumsi dengan sikap terhadap singkong, jagung, dan ubi.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif adalah penelitian penjajagan yang sering dilakukan sebagai langkah pertama untuk penelitian yang lebih

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB V PROFIL GENDER DAN AGEN SOSIALISASI MAHASISWA TPB TAHUN AJARAN 2007/2008. Komposisi mahasiswa TPB IPB menurut jenis kelamin disajikan pada

BAB V PROFIL GENDER DAN AGEN SOSIALISASI MAHASISWA TPB TAHUN AJARAN 2007/2008. Komposisi mahasiswa TPB IPB menurut jenis kelamin disajikan pada 68 BAB V PROFIL GENDER DAN AGEN SOSIALISASI MAHASISWA TPB TAHUN AJARAN 2007/2008 5.1 Karakteristik Individu 5.1.1 Jenis Kelamin Komposisi mahasiswa TPB IPB menurut jenis kelamin disajikan pada Tabel 7.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat fertilitas yang tinggi yang

I. PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat fertilitas yang tinggi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan merupakan masalah umum yang dimiliki oleh setiap negara di dunia ini. Secara umum masalah kependudukan di berbagai negara dapat dibedakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini: 50 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data wawancara langsung kepada responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik tanah yang muncul sering sekali terjadi karena adanya masalah dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 143 144 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 145 146 Lampiran 3 Pengukuran Variabel Penelitian untuk Jawaban Pengetahuan No. Pernyataan Betul Salah Pengetahuan tentang keluarga sistem matrilineal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Tilote sebagai salah satu pelayanan dasar dan terdepan di Kecamatan Tilango memberikan pelayanan rawat jaan dan rawat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Mina Padi 1. Umur Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan berfikir petani dalam melaksanakan usaha taninya, hal tersebut juga berkaitan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami 114 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami dibawah tangan pada masyarakat batak toba di Kota Bandar Lampung saat ini, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui wawancara dan observasi, mengenai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen RM Wong Solo yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penerimaan per bulan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR 69 Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR Feryanto W. K. 1 1 Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

BAB VII MOTIVASI BERPERANSERTA PESERTA POSDAYA PADA POSDAYA

BAB VII MOTIVASI BERPERANSERTA PESERTA POSDAYA PADA POSDAYA BAB VII MOTIVASI BERPERANSERTA PESERTA POSDAYA PADA POSDAYA 7.1 Gambaran Peserta Posdaya Dalam Posdaya berperanserta responden terdiri dari motivasi merencanakan, motivasi melaksanakan, dan motivasi mengevaluasi

Lebih terperinci

PROSES MIGRASI ORANG MADURA

PROSES MIGRASI ORANG MADURA 29 PROSES MIGRASI ORANG MADURA Migrasi Berantai Migran Madura Etnis Madura dikenal sebagai salah satu etnis yang memiliki budaya migrasi, selain etnis Bugis, Batak dan Minangkabau (Mantra 1992). Terdapat

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 29 DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI Deskripsi Karakteristik Individu Petani Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa umur petani anggota

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB V PEMBAHASAN MASALAH BAB V PEMBAHASAN MASALAH A. PEMBAHASAN Setiap manusia memiliki impian untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Tetapi ketika sudah menikah banyak dari pasangan suami istri yang memilih tinggal bersama

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL Pada bab berikut ini akan dibahas mengenai hasil yang didapatkan setelah melakukan pengumpulan data dan analisis dari hasil. Dalam sub bab ini akan dijabarkan terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO

BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO A. Lingkungan Keluarga BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO Dokter Soedarso adalah seorang Pejuang kemerdekaan di Kalimantan Barat pada masa penjajahan Kolonial Belanda. Dokter Soedarso sebenarnya bukan

Lebih terperinci

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN Dewi Sartika Panjaitan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Dinamika Personal Growth periode anak anak dewasa muda pada individu yang mengalami masa perkembangan

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kompetensi komunikasi berikutnya yang memiliki peranan penting dalam menciptakan komunikasi yang efektif adalah pengetahuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 85 KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa fakultas Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian mengenai kemampuan penyesuaian sosial dari mahasiswa angkatan 2005. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah merupakan Rumah Sakit

Lebih terperinci

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT )

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) Dewifebrina 1 Dra. Fachrina,M.Si 2 Erningsih,S.Sos 3 Program

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden A. Umur Kisaran umur responden yakni perempuan pada Kasus LMDH Jati Agung III ini adalah 25-64 tahun dengan rata-rata umur 35,5 tahun. Distribusi

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI Hubungan antara karakteristik peserta produk pembiayaan BMT Swadaya Pribumi dan dalam

Lebih terperinci

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH 7. 1 Faktor Internal 7.1.1 Hubungan Usia dengan Penilaian Anak Jalanan terhadap Pelayanan Rumah Usia

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian

Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian Kata Pengantar Puji Syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah swt, atas kehendaknya-lah penulisan makalah ini dalam tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Faktor-Faktor Yang berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Kebijakan Optimalisasi dan Pemeliharaan JITUT 5.1.1 Umur (X 1 ) Berdasarkan hasil penelitian terhadap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake 4.1.1 Sejarah Rumah Makan Waroeng Steak and Shake Rumah Makan Waroeng Steak & Shake didirikan oleh pasangan suami-istri

Lebih terperinci

KUESIONER. Identifikasi Responden Nama : Jenis kelamin : Usia : Nama sekolah : Jurusan :

KUESIONER. Identifikasi Responden Nama : Jenis kelamin : Usia : Nama sekolah : Jurusan : KUESIONER Kuesioner ini ditujukan untuk memenuhi tugas penelitian dengan judul Gaya Hidup dan Pemilihan Bimbingan Belajar. Sehubungan dengan itu kami memohon kesediaan saudara/i, untuk mengisi kuesioner

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv v viii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 9 1.3. Tujuan dan Kegunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung unsur investasi, yakni pada tahapan-tahapan pendidikan anak, maka

BAB I PENDAHULUAN. mengandung unsur investasi, yakni pada tahapan-tahapan pendidikan anak, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asuransi pendidikan merupakan salah satu jenis asuransi jiwa yang mengandung unsur investasi, yakni pada tahapan-tahapan pendidikan anak, maka ada sejumlah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Responden pada penelitian ini adalah peternak yang berdiam di Desa Dompu, Moyo Mekar dan Desa Sepakat Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana utama yang dapat mengembangkan kemampuan dan potensi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara administratif, Desa Kuning Gading dan Desa Rantau Ikil termasuk dalam wilayah Kecamatan Pelepat Ilir dan Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo,

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 49 BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN Profil relawan PNPM-MP Kelurahan Situ Gede dalam penelitian ini akan dilihat dari dua faktor yaitu faktor internal dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Informan I Nama : Manimbul Hutauruk Tanggal Wawancara : 31 Januari 2015 Tempat : Rumah Bapak Manimbul Hutauruk Waktu : Pukul 13.00 WIB 1. Berapa lama anda tinggal di Desa Hutauruk?

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Determinan unmet..., Muhammad Isa, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Determinan unmet..., Muhammad Isa, FE UI, Universitas Indonesia 1 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian total unmet need di Indonesia menggunakan data SDKI tahun 2007 dengan sampel penelitiannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pengertian umum, pendapatan adalah hasil pencaharian usaha. Budiono

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pengertian umum, pendapatan adalah hasil pencaharian usaha. Budiono II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Pendapatan Petani 1. Pengertian Pendapatan Dalam pengertian umum, pendapatan adalah hasil pencaharian usaha. Budiono (1992 : 180) mengemukan bahwa pendapatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua manusia yang ada di dunia ini pasti memiliki kebudayaan tersendiri. Keduanya tidak mungkin dipisahkan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor unggulan yang berkontribusi sebesar 15,3 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2009. Pertimbangan lain yang menguatkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 57 BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Persepsi Relawan terhadap PNPM-MP Persepsi responden dalam penelitian ini akan dilihat dari tiga aspek yaitu persepsi terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Gandus terletak di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Kecamatan Gandus merupakan salah satu kawasan agropolitan di mana

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 1. Kuesioner Lampiran 1 Kuesioner Petunjuk Pengisian: Data-data yang Saudara isi ini akan digunakan untuk penelitian dalam bidang kebahasaan, untuk itu Saudara dimohon mengisi semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Kebun Bunga termasuk dalam wilayah Kecamatan Banjarmasin Timur dengan luas wilayah 94 Ha yang terdiri dari 34 RT, orbitasi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Data Umum Hasil Penelitian a. Profil Desa 1) Demografi Desa Caruban mempunyai jumlah penduduk 4.927 Jiwa. Tabel 4.1 Statistik penduduk

Lebih terperinci

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 39 Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Peluang bekerja dan berusaha adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang terletak di pulau Sumatera, tepatnya berada di ujung Pulau Sumatera yang merupakan pintu masuk pendatang dari pulau

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 45 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM 6.1 Kelemahan Sumber Daya Manusia Dari hasil survei dapat digambarkan karakteristik responden sebagai berikut : anggota kelompok tani hutan (KTH)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal dengan berbagai macam penyebab yang berbeda. Tidak ada ibu rumah tangga yang menginginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah yang diinginkan, tergantung dari keluarga

Lebih terperinci

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau Oleh Ibas.boyz@yahoo.com Bastari 1), Kusai 2) dan Firman Nugroho 2) Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP ANAK PEREMPUAN YANG MELANJUTKAN PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI

BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP ANAK PEREMPUAN YANG MELANJUTKAN PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP ANAK PEREMPUAN YANG MELANJUTKAN PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI A. Analisis Pendidikan Anak Perempuan di Desa Sidorejo Warungasem Batang. Pendidikan anak perempuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Pasar Induk Kramat Jati didirikan pada 28 Desember 1973, diremajakan pada tanggal 01 Maret 2003 s/d 31 Desember

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng Kecamatan Cakung Kotamadya Jakarta Timur Propinsi DKI Jakarta yang berusia 15 tahun

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG DITELITI

BAB II KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG DITELITI 30 BAB II KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG DITELITI Pada bab ini, peneliti menguraikan karakteristik-karakteristik responden penelitian. Dimana, karakteristik- karakteristik ini tidak hanya memberi gambaran

Lebih terperinci

BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR

BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR 5.1 Tingkat Keinginan Pindah Penduduk di Daerah Longsor Pola keinginan pindah penduduk dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub sektor perikanan dan pendapatan di luar sub sektor perikanan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Indonesia dengan sasaran pembukaan lapangan kerja.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Indonesia dengan sasaran pembukaan lapangan kerja. 11 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang usaha pembelian buah kelapa sawit ini terletak di Desa Tapung Jaya Kecamatan Tandun Kabupaten Rokan Hulu. Desa Tapung Jaya

Lebih terperinci

Lampiran 1 Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian Hubungan antar variabel penelitian

Lampiran 1 Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian Hubungan antar variabel penelitian LAMPIRAN 83 84 85 Lampiran 1 Uji korelasi Pearson hubungan antar variabel penelitian Hubungan antar variabel penelitian V. X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X1 1 X2-1.406 ** X3 -.133 -.171

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor informal di Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung yaitu yang melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK 4.1 Lama Tinggal Pada umumnya, penduduk bertempat tinggal di suatu daerah mulai dari lahir sampai dewasa. Akan tetapi ada juga penduduk yang tinggal dari lahir sampai setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam

Lebih terperinci