PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)"

Transkripsi

1 PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 39 Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Peluang bekerja dan berusaha adalah kesempatan bagi seseorang untuk memperoleh pekerjaan dan melakukan usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup pokoknya untuk membina kesejahteraan rumah tangganya agar lebih baik dari keadaan sebelumnya. Peluang bekerja dan berusaha WKRT diukur dengan alat ukur, yaitu usaha mencari pekerjaan, faktor pendukung berusaha, kesulitan pinjaman, dan jenis pekerjaan. Jumlah dan persentasenya jika seluruh alat ukur dihitung maka dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan peluang bekerja dan berusaha di Desa Peluang bekerja dan berusaha Jumlah Persentase Secara umum peluang bekerja dan berusaha pada WKRT di Desa Cihideung Udik tergolong sulit. Tabel 7 menunjukkan bahwa peluang bekerja dan berusaha mayoritas responden tergolong sulit, yaitu sejumlah 34 responden (82.9%), dan tergolong mudah, yaitu sejumlah 7 responden (7.%). Salah satu alat ukur untuk melihat peluang bekerja dan berusaha responden adalah dengan melihat usaha mencari pekerjaan. Keadaan menjadi WKRT tentunya memaksa mereka untuk mencari nafkah dalam menghidupi kebutuhan rumah tangga, namun tidak seluruh responden memiliki pengalaman bekerja sebelum menjadi WKRT. Usaha dalam mencari pekerjaan dibagi menjadi dua kategori, yaitu sulit dan mudah, seperti dalam Tabel 8. Tabel 8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usaha mencari pekerjaan di Desa Usaha mencari pekerjaan Jumlah Persentase Secara umum, hasil persentase kategori sulit dan mudah dalam usaha mencari pekerjaan tidak terlalu jauh berbeda. Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa mayoritas responden tergolong mudah dalam usaha mencari pekerjaan (58.5%). Usaha dalam mencari pekerjaan responden tergolong mudah karena responden memperoleh pekerjaan yang tidak terlalu membutuhkan keterampilan tinggi dan cenderung jenis pekerjaan nonformal, seperti dalam Tabel 20.

2 40 Faktor pendukung berusaha dibagi menjadi dua kategori, yaitu sulit dan mudah, seperti Tabel 9. Faktor pendukung berusaha dilihat dari kesulitan modal, waktu bekerja, persaingan, sosialisasi dengan pekerja lain, dan lokasi. Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan faktor pendukung berusaha di Desa Faktor pendukung berusaha Jumlah Persentase Mayoritas responden dalam faktor pendukung berusaha termasuk dalam kategori sulit, yaitu sejumlah 63.4% dari keseluruhan responden. Responden mengalami kesulitan dalam hal modal, waktu bekerja yang menyita keseluruhan waktu responden, banyak saingan dengan pekerja lainnya, sulit dalam bersosialisasi, dan lokasi bekerja yang termasuk jauh dari rumah. Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh responden dapat dibagi menjadi dua kategori, kategori pertama adalah nonformal, dan kategori kedua adalah formal, seperti Tabel 20. Jenis pekerjaan nonformal artinya tidak memiliki peraturan yang jelas dan tertulis seperti pekerjaan formal. Hasil penelitian menunjukkan, mayoritas responden termasuk ke dalam jenis pekerjaan nonformal sebesar 75.6% lebih besar dibandingkan responden yang memiliki jenis pekerjaan formal, yaitu 24.4%. Tabel 20 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Jenis pekerjaan Jumlah Persentase Nonformal Formal Pekerjaan responden di Desa Cihideung Udik beragam. Berdasarkan data di lapang, pekerjaan yang dimiliki responden dapat diklasifikasikan, yaitu buruh cuci, buruh konveksi, buruh pabrik, buruh tani, cleaning service, pedagang, pegawai kantin, pengusaha, PRT (Pembantu Rumah Tangga), SPG (Sales Promotion Girl). Pekerjaan yang paling banyak adalah pedagang, yaitu 2 reponden. Pekerjaan sebagai pedagang ini seluruhnya pedagang kecil yang berdagang, seperti nasi uduk, gorengan, sayur, jajanan anak, mie ayam, gadogado. Lalu jenis pekerjaan sebagai PRT (Pembantu Rumah Tangga) terbanyak setelah pedagang, yaitu 0 responden. Hal tersebut karena di sekitar RW 03, RW 06, dan RW 08 terdapat banyak perumahan sehingga beberapa WKRT mencari nafkah disana. Data yang lebih terperinci dapat dilihat pada Tabel 2. Pekerjaan yang dimiliki oleh responden menghasilkan upah yang beragam pula. Jenis upah responden dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, kategori pertama adalah memiliki upah pasti, dan kategori kedua adalah memiliki upah tidak pasti, seperti Tabel 22. Hasil penelitian di lapang menunjukkan, mayoritas responden memiliki upah yang tidak pasti sejumlah 6% dibandingkan dengan responden yang memiliki upah pasti sebesar 39%.

3 Tabel 2 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pekerjaan di Desa Pekerjaan Jumlah Persentase Buruh cuci Buruh konveksi Buruh pabrik Buruh tani Cleaning service Pedagang Pegawai kantin Pengusaha PRT (Pembantu Rumah Tangga) SPG (Sales Promotion Girl) Tabel 22 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis upah di Desa Jenis upah Jumlah Persentase Memiliki upah pasti Memiliki upah tidak pasti Total 4 00 Berdasarkan hasil penelitian di lapang, responden mudah memperoleh pekerjaan karena pekerjaan yang dapat mereka akses adalah pekerjaan yang mudah dan tidak terlalu banyak persyaratan maupun aturan tertulis, seperti berdagang makanan di depan rumah, usaha kecil-kecilan, menjadi PRT (Pembantu Rumah Tangga), buruh cuci, dan buruh tani, seperti Tabel 2. Pekerjaan tersebut tentunya tidak perlu waktu lama dalam memperolehnya, dan responden sepakat mereka bekerja apapun asal halal dan dapat memperoleh penghasilan meskipun upah yang diperolehnya tidak pasti, seperti Tabel 22. Hal ini juga tidak terlepas dari dukungan keluarga dan teman responden yang telah bekerja dalam mencari pekerjaan sehingga hanya perlu menunggu waktu sekitar seminggu atau dua minggu langsung mendapatkan pekerjaan tanpa proses yang sulit. Sementara responden yang tidak tahu harus bekerja apa akan berdagang di depan rumahnya bahkan ada yang berkeliling di sekitar rumah tanpa harus lama menentukan jenis pekerjaan apa yang cocok dilakukan. Jenis pekerjaan tidak menjadi masalah bagi mereka, hanya pengalaman bekerja sewaktu masih ada suami yang menjadi perbedaan pada masing-masing responden. Penuturan beberapa responden mengenai kesulitan bekerja: Saya cuma bisa nangis cari uang, palingan dikasi saudara terus pas disini ade saya bantu cari kerja. Saya mah yang penting kerja bisa hidupin keluarga, pas waktu itu juga nunggu dulu mau masuk ke pabrik. Kalo ade saya ga bantu bilang ke bosnya ga bakalan deh saya bisa masuk (Em 42 tahun). Saya baru kerja setelah ditinggal suami, dulu mah perjuangan banget sampe akhirnya saya bisa buka usaha rias penganten. Saya pernah kerja di konveksi sebentar (5-6 bulan), jualan makanan, buruh cuci, sales kosmetik, sales yakult, yang 4

4 42 penting tuh anak bisa jajan neng. Terus sampe akhirnya ada yang minta dandanin, saya belajar sendiri dari majalah-majalah wanita tentang cara rias..(nr 50 tahun). Saya sering nangis gatau mau kerja apa, pernah nguli di sawah tapi kan ga tentu dapet uangnya, terus sampe saya nanya-nanya temen ada kerjaan nggak, akhirnya saya ditawarin buat nyuci di rumah dosen. Saya tuh yang penting dapet duit dari kerja..(rn 44 tahun). Peluang bekerja dan berusaha WKRT juga diukur dengan melihat seberapa sulit WKRT memperoleh pinjaman. Secara umum kesulitan mencari pekerjaan tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa separuh jumlah responden (5.2%) mengalami kesulitan dalam mencari pinjaman, sedangkan kurang dari separuhnya (48.8%) tidak terlalu mengalami kesulitan dalam mencari pinjaman, seperti Tabel 23. Tabel 23 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kesulitan mencari pinjaman di Desa Kesulitan mencari pinjaman Jumlah Persentase Pada Tabel 23 memperlihatkan bahwa jumlah responden yang menyatakan sulit dalam mencari pinjaman tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang mudah dalam mencari pinjaman. Responden yang mengalami kesulitan dalam memperoleh pinjaman karena tidak mau meminjam ke orang-orang sekitar bahkan tidak pernah sama sekali. Responden juga menyatakan takut untuk meminjam ke orang sekitar karena takut tidak bisa membayar dan menjadi bahan pembicaraan masyarakat. Sementara itu, responden yang tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh pinjaman karena meminjam dengan saudara, teman, bahkan meminjam ke tempat mereka bekerja. Hal ini didukung dengan pernyataan beberapa responden: Kalo minjem-minjem uang saya ama sodara aja, soalnya orang lain mah ga percaya nanti malah jadi omongan. Ya kalo kepepet waktu itu anak mau beli sepatu, ya saya minjem di bank keliling (Mr 42 tahun). Kalo butuh apa-apa kayak pas mau lebaran, saya tinggal pinjem aja ke pabrik, ga susah jadi nanti uang tiap bulan saya tinggal dipotong aja. Saya ga berani kalo minjem ke yang lain, nanti takut ga kebayar (Is 42 tahun). Sebagian besar responden yang diwawancarai menyatakan tidak pernah meminjam ke lembaga formal, seperti bank, koperasi, dan pegadaian. Namun, hanya ada tiga responden yang menyatakan pernah meminjam ke lembaga formal. Responden pertama, yaitu Ibu Aa (48 tahun) pernah meminjam ke bank dan menjadi anggota koperasi karena beliau memiliki usaha di bidang perdagangan di Jakarta. Mendiang suami beliau termasuk tokoh agama di kampungnya, dan dikenal sebagai orang kaya di kampungnya. Responden kedua, yaitu Ibu Et (40 tahun) pernah meminjam ke bank untuk menggadaikan SK. Mendiang suaminya adalah PNS dan memiliki dana pensiunan sehingga beliau termasuk keluarga yang kaya dan terpandang di kampungnya. Responden ketiga, yaitu Ibu Nr (50

5 tahun) yang pernah meminjam ke bank dan pegadaian. Berdasarkan wawancara mendalam dengan beliau, beliau mengalami kesulitan ketika meminjam ke bank untuk modal usaha rias pengantinnya. Beliau mengatakan karena usahanya masih baru dan belum menjanjikan sehingga agak kesulitan, lalu beliau juga mengatakan harus membuktikan statusnya sebagai Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) dengan menunjukkan surat keterangan kematian mendiang suaminya. 43 Hubungan Ideologi Gender dengan Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Ideologi gender memperlihatkan bahwa suatu pemikiran masyarakat mengenai perbedaan akses dan kontrol antara pria dan wanita menjadi pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku. Hal tersebut tergambarkan dari hasil penelitian terhadap responden bahwa mayoritas responden (73.2%) termasuk tidak sadar gender, dan sisanya kurang dari setengah termasuk sadar gender (26.8%). Sementara itu, mayoritas peluang bekerja dan berusaha responden (82.9%) termasuk sulit lebih besar persentasenya dibandingkan yang termasuk mudah (7.%). Ideologi gender tersebut akan dilihat pengaruhnya terhadap peluang bekerja dan berusaha dari responden dengan tabulasi silang, pada Tabel 24. Tabel 24 Jumlah dan persentase responden berdasarkan hubungan ideologi gender dengan peluang bekerja dan berusaha di Desa Cihideung Udik tahun 202 Peluang bekerja dan Ideologi gender berusaha Tidak sadar gender Sadar gender Jumlah Persentase Jumlah Persentase Total Pada Tabel 24, memperlihatkan bahwa peluang bekerja dan berusaha responden yang sulit lebih besar persentasenya (83.3%) pada ideologi gender yang termasuk tidak sadar gender. Lalu peluang bekerja dan berusaha responden yang mudah lebih besar persentasenya (8.2%) pada ideologi yang termasuk sadar gender. Secara umum, responden termasuk ke dalam kategori ideologi gender yang tidak sadar gender. Hal ini berarti terdapat hubungan antara ideologi gender dengan peluang bekerja dan berusaha. Ideologi gender memiliki hubungan yang cukup kuat jika dilihat dari hasil tabulasi silang di mana peluang bekerja dan berusaha responden menjadi sulit. Konstruksi sosial budaya yang ada di masyarakat masih memiliki pengaruh kuat dalam hal membeda-bedakan akses dan kontrol antara pria dan wanita. Dalam hal ini, posisi WKRT yang berjenis kelamin wanita dipersulit dengan adanya ideologi gender tersebut. Pembagian peran yang berdasarkan jenis kelamin dan tidak berdasarkan kemampuan menyebabkan ketidakadilan gender terutama bagi WKRT yang harus berperan ganda dalam rumah tangganya. Hal tersebut turut mempersulit WKRT dalam mengakses pekerjaan dan usaha yang menghasilkan upah tinggi.

6 44 Banyaknya responden yang menganut ideologi tidak sadar gender tergolong kuat terlihat dari keputusan bekerja, jabatan dalam bekerja, lokasi bekerja, waktu bekerja, jenis pekerjaan yang dapat dilakukan, dan beban ganda yang harus dilakukan. Ideologi yang mengharuskan wanita bekerja pada kegiatan domestik, yaitu rumah tangga mempengaruhi keputusan mereka dalam bekerja. Ideologi yang dianut responden terpaksa diabaikan karena status yang mengharuskan mereka bekerja. Ideologi tersebut juga mengakibatkan mereka hanya bisa mengakses pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan tinggi, jenis pekerjaan yang nonformal dengan upah yang rendah. Hal ini mempengaruhi peluang bekerja dan berusaha responden sebagai Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) yang akhirnya menjadi sulit. Hubungan Karakteristik dengan Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Karakteristik yang melekat pada WKRT menggambarkan WKRT secara keseluruhan. Karakteristik WKRT dilihat berdasarkan usia, lamanya menjadi WKRT, dan tanggungan anak. Usia mayoritas responden termasuk tua (80.5%); mayoritas responden berdasarkan lamanya menjadi WKRT berada pada kategori baru ( 4 tahun) sejumlah 92.7%; dan tanggungan anak kategori sedikit ( 3 anak) sejumlah 78%. Sementara itu, mayoritas peluang bekerja dan berusaha responden (82.9%) termasuk sulit lebih besar persentasenya dibandingkan yang termasuk mudah (7.%). Karakteristik tersebut akan dilihat pengaruhnya terhadap peluang bekerja dan berusaha dari responden dengan tabulasi silang, pada Tabel 25, 26, dan 27. Tabel 25 Jumlah dan persentase berdasarkan hubungan karakteristik usia responden dengan peluang bekerja dan berusaha responden di Desa Peluang bekerja dan Karakterisik usia berusaha Tua Muda Jumlah Persentase Jumlah Persentase Total Pada Tabel 25 menunjukkan bahwa peluang bekerja dan berusaha responden yang termasuk sulit lebih besar persentasenya (87.5%) pada karakteristik usia yang termasuk tua. Lalu peluang bekerja dan berusaha responden yang termasuk mudah lebih besar persentasenya (8.2%) pada karakteristik usia yang termasuk muda. Hal ini berarti ada hubungan antara karakteristik usia dengan peluang bekerja dan berusaha responden. Usia responden yang termasuk tua akan mengalami kesulitan memperoleh peluang bekerja dan berusaha di masyarakat. Usia yang semakin tua menjadikan mereka semakin terbatas dalam bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Responden yang bekerja dalam usia yang termasuk tua seringkali

7 karena tuntutan ekonomi yang mendasarinya dan tidak ada anggota rumah tangga lainnya yang dapat diandalkan. Tabel 26 Jumlah dan persentase berdasarkan hubungan karakteristik lamanya menjadi WKRT responden dengan peluang bekerja dan berusaha responden di Desa Peluang bekerja dan Karakterisik lamanya menjadi WKRT berusaha Baru Lama Jumlah Persentase Jumlah Persentase Total Pada Tabel 26 menunjukkan bahwa peluang bekerja dan berusaha yang termasuk sulit lebih besar persentasenya (00%) pada karakteristik lamanya menjadi WKRT yang termasuk lama. Lalu peluang bekerja dan berusaha yang termasuk mudah lebih besar persentasenya (8.4%) pada karakteristik lamanya menjadi WKRT yang termasuk baru. Hal ini berarti tidak menunjukkan adanya hubungan antara karakteristik lamanya menjadi WKRT dengan peluang bekerja dan berusaha. Namun, terdapat kecenderungan bahwa karakteristik lamanya menjadi WKRT responden mayoritas termasuk baru jumlahnya besar persentasenya pada peluang bekerja dan berusaha (8.6%) sejumlah 3 responden. Mayoritas responden baru bekerja setelah menjadi WKRT sehingga memiliki kesulitan dalam berusaha dan bekerja. Responden yang telah lama menjadi WKRT rata-rata sudah mulai memiliki pengalaman dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Tabel 27 Jumlah dan persentase berdasarkan hubungan karakteristik tanggungan anak dengan peluang bekerja dan berusaha responden di Desa Peluang bekerja dan Karakterisik tanggungan anak berusaha Banyak Sedikit Jumlah Persentase Jumlah Persentase Total Pada Tabel 27 menunjukkan bahwa peluang bekerja dan berusaha yang termasuk sulit lebih besar persentasenya (84.4%) pada karakteristik tanggungan anak yang termasuk sedikit. Lalu peluang bekerja dan berusaha yang termasuk mudah lebih besar persentasenya (22.2%) pada karakteristik tanggungan anak yang termasuk banyak. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara karakteristik tanggungan anak dengan peluang bekerja dan berusaha. Namun, terdapat kecenderungan antara keduanya. Mayoritas responden yang memiliki tanggungan anak sedikit rata-rata masih memiliki anak yang sebagian besar masih sekolah dan belum bekerja, sedangkan mayoritas responden yang memiliki anak banyak rata-rata anaknya sudah berusia dewasa dan sudah berumah tangga sendiri sehingga tidak terlalu menjadi beban bagi responden. 45

8 46 Hubungan Peluang Bekerja dan Berusaha dengan Tingkat Upah Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Pengakuan yang minim dari masyarakat bahkan konstruksi sosial di masyarakat (yang menempatkan wanita di sektor domestik) menghambat kegiatan wanita sebagai kepala rumah tangga yang pada akhirnya mempersulit mereka dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian mengenai peluang bekerja dan berusaha mayoritas responden (82.9%) termasuk sulit lebih besar persentasenya dibandingkan yang termasuk mudah (7.%) Adanya ketidakadilan gender sehingga mempersulit responden sebagai Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) dalam memperoleh pekerjaan yang berupah tinggi, kesulitan dalam faktor pendukung berusaha, jenis pekerjaan yang dapat diakses tergolong nonformal, kesulitan memperoleh pinjaman. Hal tersebut akan mempengaruhi tingkat upah yang diperoleh WKRT menjadi rendah seperti pada Tabel 28. Upah rata-rata keseluruhan responden adalah sebesar Rp Hal tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu kategori pertama termasuk tinggi, yaitu di atas rata-rata dan kategori kedua termasuk rendah, yaitu di bawah rata-rata, seperti Tabel 28. Upah responden memiliki sebaran yang beragam, mulai dari yang terkecil sebesar Rp hingga yang terbesar sebesar Rp Mayoritas responden berupah di bawah rata-rata atau kurang dari sama dengan Rp sejumlah 28 responden atau sebesar 68.3%, sedangkan sisanya berupah di atas rata-rata sejumlah 3 responden atau sebesar 3.7%. Tabel 28 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat upah di Desa Tingkat upah Jumlah Persentase Tinggi (> Rp ) Rendah ( Rp ) Hubungan peluang bekerja dan berusaha terhadap tingkat upah dianalisis dengan tabulasi silang. Pada Tabel 29 akan dijelaskan tabulasi silang mengenai hubungan peluang bekerja dan berusaha dengan tingkat upah. Terlihat bahwa tingkat upah yang tergolong rendah lebih besar persentasenya (85.7%) pada peluang bekerja dan berusaha yang tergolong mudah, sedangkan tingkat upah tinggi lebih besar persentasenya (35.3%) pada peluang bekerja dan berusaha yang termasuk sulit. Hal ini menunjukkan bahwa antara peluang bekerja dan berusaha tidak terdapat hubungan dalam menentukan tingkat upah. Akan tetapi, terdapat kecenderungan bahwa peluang bekerja dan berusaha responden mayoritas sulit dan tingkat upahnya rendah, yaitu 22 responden. Keberagaman pekerjaan yang dimiliki responden terkait dengan tingkat upahnya. Setelah dilakukan penelitian, pada Tabel 28 mayoritas responden (68.3%) tergolong memiliki upah rendah, yaitu dibawah rata-rata upah keseluruhan responden atau kurang dari sama dengan Rp Rendahnya upah responden tidak terlepas dari pekerjaan yang mudah dan tidak memerlukan keterampilan tinggi. Pekerjaan-pekerjaan yang

9 dimiliki responden (Tabel 2 dan 22 halaman 43) juga sebagian besar (6%) tidak pasti, meskipun kondisinya seperti itu mereka tetap menjalani pekerjaannya dengan landasan faktor ekonomi. Tabel 29 Jumlah dan persentase berdasarkan hubungan peluang bekerja dan berusaha dengan tingkat upah responden di Desa Cihideung Udik tahun 202 Tingkat upah Peluang bekerja dan berusaha Jumlah Persentase Jumlah Persentase Rendah Tinggi Total Kenyataan di lapang menunjukkan bahwa wanita belum mampu menggunakan hak-hak ekonominya karena tidak memiliki akses dan kontrol terhadap sumber daya pembangunan yang berakar pada persoalan ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender. Salah satunya terlihat dari keterbatasan meraih peluang bekerja dan berusaha yang pada akhirnya mendorong timbulnya perbedaan dalam memperoleh upah dan peluang bekerja dan berusaha. Tenaga kerja WKRT ini berada di pasar sekunder, yaitu kurang terampil, berupah rendah, dan kondisi kerja yang kurang baik. Menurut Hubeis (200) alasan mereka bekerja di pasar sekunder karena kemajuan bekerja wanita yang dinilai rendah, secara sosial wanita berbeda dengan pria, komitmen yang rendah dan tanggung jawab yang terfokus dengan pekerjaan domestik, dinilai sebagai makhluk yang tidak terlalu berambisi untuk mendapatkan upah tinggi, dan solidaritas rendah. WKRT yang menjadi responden seluruhnya bekerja dan masih memiliki anak usia sekolah hingga setara SMA/sederajat. Responden bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, dan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap rumah tangganya termasuk dalam hal pendidikan anak. Pendidikan anak penting terutama dalam hal pertumbuhan dan perkembangannya. Namun, dalam mendukung pendidikan anak yang berkualitas diperlukan biaya yang besar. Sementara itu, mayoritas peluang bekerja dan berusaha responden termasuk sulit dengan tingkat upah yang rendah. Tingkat keberhasilan pendidikan anak responden mayoritas tidak berhasil (58.5%) dengan melihat anak yang berhenti dipertengahan sekolah sebelum lulus, anak yang tidak melanjutkan sekolah setelah lulus, dan masuknya ke sekolah unggulan. LP3ES (998) menyatakan bahwa salah satu pengeluaran yang menyita sumber ekonomi rumah tangga adalah biaya pendidikan anak. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian Rianingsih (2005), yang menyatakan bahwa penghasilan WKRT yang tergolong minim menjadi salah satu faktor terhadap keberhasilan pendidikan anak Semua responden memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka, tidak saja bagi anak laki-laki tetapi juga anak perempuan. Namun, karena tingkat upah mereka yang relatif rendah, seringkali terpaksa harus mengorbankan pendidikan anak. Meskipun sudah ada bantuan dari pemerintah melalui dana BOS (Biaya Operasional Sekolah), namun biaya berupa seragam, buku, dan keperluan sekolah lainnya masih membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dalam membiayai pendidikan anak-anak sebagian dari mereka berusaha 47

10 48 mengatasi sendiri, sedang sebagian lainnya mendapat bantuan dari orang lain, seperti anak, saudara kandung atau ipar. Usaha yang dilakukan responden sebagai WKRT sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak. Terdapat perbedaan pada responden yang sangat mengusahakan untuk pendidikan anak sehingga mereka bekerja keras untuk memenuhi pendidikan anak sedangkan responden yang kurang mengusahakan hanya pasrah karena memiliki upah rendah. Keberhasilan pendidikan anak juga tidak terlepas dari kemauan anak untuk bersekolah. Ikhtisar a. Secara umum peluang bekerja dan berusaha pada WKRT di Desa Cihideung Udik tergolong sulit. Jika dilihat dari alat ukurnya, mayoritas responden tergolong mudah dalam usaha mencari pekerjaan, berdasarkan faktor pendukung berusaha termasuk dalam kategori sulit, berdasarkan jenis pekerjaan termasuk nonformal, dan berdasarkan kesulitan pinjaman termasuk sulit. b. Hubungan ideologi gender terhadap peluang bekerja dan berusaha dianalisis dengan tabulasi silang. Terdapat hubungan antara ideologi gender dengan peluang bekerja dan berusaha. Terlihat dari peluang bekerja dan berusaha responden yang sulit lebih besar persentasenya pada ideologi gender yang termasuk tidak sadar gender. Lalu peluang bekerja dan berusaha responden yang mudah lebih besar persentasenya pada ideologi yang termasuk sadar gender. c. Hubungan karakteristik usia responden terhadap peluang bekerja dan berusaha dianalisis dengan tabulasi silang. Terdapat hubungan antara karakteristik usia dengan peluang bekerja dan berusaha responden. Terlihat dari peluang bekerja dan berusaha responden yang termasuk sulit lebih besar persentasenya pada karakteristik usia yang termasuk tua. Lalu peluang bekerja dan berusaha responden yang termasuk mudah lebih besar persentasenya pada karakteristik usia yang termasuk muda. d. Hubungan karakteristik lamanya menjadi WKRT responden terhadap peluang bekerja dan berusaha dianalisis dengan tabulasi silang. Tidak terdapat hubungan antara karakteristik lamanya menjadi WKRT dengan peluang bekerja dan berusaha. Namun, terdapat kecenderungan bahwa karakteristik lamanya menjadi WKRT responden mayoritas termasuk baru jumlahnya besar persentasenya pada peluang bekerja dan berusaha sejumlah 3 responden. e. Hubungan karakteristik tanggungan anak responden terhadap peluang bekerja dan berusaha dianalisis dengan tabulasi silang.tidak terdapat hubungan antara karakteristik tanggungan anak dengan peluang bekerja dan berusaha. Namun, terdapat kecenderungan antara keduanya. Mayoritas responden yang memiliki tanggungan anak sedikit rata-rata masih memiliki anak yang sebagian besar masih sekolah dan belum bekerja, sedangkan mayoritas responden yang memiliki anak banyak rata-rata anaknya sudah berusia dewasa dan sudah berumah tangga sendiri sehingga tidak terlalu menjadi beban bagi responden. f. Hubungan peluang bekerja dan berusaha terhadap tingkat upah dianalisis dengan tabulasi silang. Terlihat bahwa tingkat upah yang tergolong rendah

11 lebih besar persentasenya pada peluang bekerja dan berusaha yang tergolong mudah, sedangkan tingkat upah tinggi lebih besar persentasenya pada peluang bekerja dan berusaha yang termasuk sulit. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara peluang bekerja dan berusaha tidak terdapat hubungan dalam menentukan tingkat upah. Akan tetapi, terdapat kecenderungan bahwa peluang bekerja dan berusaha responden mayoritas sulit dan tingkat upahnya rendah, yaitu sebanyak 22 responden. 49

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 31 Ideologi Gender Ideologi gender adalah suatu pemikiran yang dianut oleh masyarakat yang mempengaruhi WKRT (Wanita Kepala Rumah Tangga)

Lebih terperinci

BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG

BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG Rumahtangga di Indonesia terbagi ke dalam dua tipe, yaitu rumahtangga yang dikepalai pria (RTKP) dan rumahtangga yang dikepalai

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA 5 PENDEKATAN TEORETIS Bab ini menjelaskan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan definisi operasional. Subbab tinjauan pustaka berisi bahan pustaka yang dirujuk berasal dari beberapa

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INFORMAN. wawancara dengan para ayam kampus maka profil informan dari narasumber

BAB II PROFIL INFORMAN. wawancara dengan para ayam kampus maka profil informan dari narasumber BAB II PROFIL INFORMAN Setelah dilakukan penelitian melalui teknik dokumentasi, observasi, dan wawancara dengan para ayam kampus maka profil informan dari narasumber akan dijelaskan sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 52 BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Kontribusi Perempuan dalam Ekonomi Keluarga Pekerjaan dengan POS dianggap sebagai pekerjaan rumah tangga atau

Lebih terperinci

BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM

BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM 34 BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM 5.1 Perempuan Pekerja Putting Out System Pekerja perempuan yang bekerja dengan POS di Desa Jabon Mekar ada sebanyak 75 orang. Pekerja perempuan

Lebih terperinci

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH 23 USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH Gambaran Usaha Kaki Lima di Sekitar Kebun Raya Bogor (KRB) Menjadi wirausahawan merupakan salah satu sumber pendapatan yang menjanjikan dan

Lebih terperinci

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 48 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI Bab berikut menganalisis pengaruh antara variabel ketimpangan gender dengan strategi bertahan hidup pada rumah

Lebih terperinci

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA Tingkat kesejahteraan dalam CV TKB dianalisis dengan analisis gender. Alat analisis gender

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Tongkol Dalam menyalurkan KUR kepada debitur, ada beberapa tahap atau prosedur yang harus dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah daripada kaum laki-laki masih dapat kita jumpai saat ini. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang telah dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB VII CERITA AKHIR PENDAMPINGAN. kuncinya yakni dibutuhkan kerjasama dan saling tolong-menolong antara satu

BAB VII CERITA AKHIR PENDAMPINGAN. kuncinya yakni dibutuhkan kerjasama dan saling tolong-menolong antara satu 82 BAB VII CERITA AKHIR PENDAMPINGAN Di dalam setiap perjalanan pasti semua menghadapi suatu permasalahan dan dalam sebuah kehidupan semua akan selalu ada rintangan yang harus benarbenar kita lewati. Dan

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL 31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong

Lebih terperinci

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR 54 BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR 6.1 Karakteristik Responden Penelitian ini memiliki responden sebanyak 30 orang, jumlah ini didapatkan dari banyaknya aparatur Desa Bantarjati, dari mulai anggota

Lebih terperinci

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR 31 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi

Lebih terperinci

BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER Persepsi mahasiswa peserta Mata Kuliah Gender dan Pembangunan terhadap kesadaran gender yaitu pandangan mahasiswa yang telah mengikuti Mata Kuliah Gender

Lebih terperinci

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI 46 REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI Kesejahteraan Petani Reforma agraria merupakan suatu alat untuk menyejahterakan rakyat. Akan tetapi, tidak serta merta begitu saja kesejahteraan

Lebih terperinci

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA WANITA KEPALA RUMAH TANGGA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH DI DESA CIHIDEUNG UDIK KABUPATEN BOGOR

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA WANITA KEPALA RUMAH TANGGA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH DI DESA CIHIDEUNG UDIK KABUPATEN BOGOR PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA WANITA KEPALA RUMAH TANGGA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH DI DESA CIHIDEUNG UDIK KABUPATEN BOGOR FEMY AMALIA ARIZI PUTRI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BALUMBANG JAYA

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BALUMBANG JAYA BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BALUMBANG JAYA 4.1 Keadaan Umum Kelurahan Balumbang Jaya Dalam subbab ini, dipaparkan tiga kelompok karakteristik Kelurahan Balumbang Jaya. Karakteristik tersebut dilihat

Lebih terperinci

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SEKUNDER DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SEKUNDER DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SEKUNDER DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER 7.1 Hubungan Antara Tempat Tinggal dan Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender Berdasarkan tempat tinggal hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL 25 BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL Umur dan Tingkat Pendidikan Responden Data primer di lapangan menunjukkan bahwa dari 35 responden pedagang makanan di Jalan Babakan, umur rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan

Lebih terperinci

BAB VI KONFLIK PERAN WANITA BEKERJA

BAB VI KONFLIK PERAN WANITA BEKERJA BAB VI KONFLIK PERAN WANITA BEKERJA 6.1 Konflik Peran Konflik peran ganda merupakan kesulitan-kesulitan yang dirasakan dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan peran yang berbeda secara bersamaan. Konflik

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RESPONDEN

KARAKTERISTIK RESPONDEN 18 KARAKTERISTIK RESPONDEN Bab ini menjelaskan mengenai karakteristik lansia yang menjadi responden. Adapun data karakteristik yang dimaksud meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN 45 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN Efektivitas media komunikasi cyber extension dalam diseminasi informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI

BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI 37 BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI Kondisi kerja pekerja CV. Mekar Plastik merupakan perlakuan perusahaan kepada pekerja, baik laki maupun perempuan yang meliputi pembagian kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terdapat perusahaan rokok (duniaindustri.com, 2015). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dan terdapat perusahaan rokok (duniaindustri.com, 2015). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara pengkonsumsi rokok terbesar di dunia, dan terdapat 1.664 perusahaan rokok (duniaindustri.com, 2015). Menurut penuturan salah

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB Tingkat perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB dianalisis dengan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT 41 BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT Responden dalam penelitian ini adalah petani anggota Gapoktan Jaya Tani yang berasal dari tiga kelompok tani

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci. Data kuantitatif diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, dan analisis

Lebih terperinci

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011 59 BAB VII HUBUNGAN PENGARUH TINGKAT PENGUASAAN LAHAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI 7.1 Hubungan Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Pendapatan Pertanian Penguasaan lahan merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM AGROPOLITAN

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM AGROPOLITAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM AGROPOLITAN Partisipasi masyarakat dalam program agropolitan ditentukan oleh karakteristik responden. Bab ini membahas karakteristik partisipan yang dijadikan sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN 45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan modal utama pembangunan masyarakat nasional Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan terpenting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 54 BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 5.1 Faktor Individu Sesuai dengan pemaparan pada metodologi, yang menjadi responden pada penelitian ini adalah warga belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dimuka bumi ini harus senantiasa berusaha dalam mempertahankan hidupnya. Manusia dibekali otak untuk berpikir bagaimana cara mempertahankan hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 39 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pembagian peran/aktivitas yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Kabupaten Sukabumi

Lampiran 1 Peta Lokasi Kabupaten Sukabumi LAMPIRAN 97 Lampiran 1 Peta Lokasi Kabupaten Sukabumi 95 96 Lampiran 2 Indepth Interview KASUS 1 Suami di-phk, Istri pun Menjadi TKW Dulu hidup kami serba berkecukupan Neng, kenang Bapak A (43 tahun) di

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 45 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 6.1. Faktor Individu Responden Penelitian Faktor individu dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan. BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK Bab ini akan membahas tentang temuan data yang telah dipaparkan sebelumnya dengan analisis teori pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Letak dan Keadaan Fisik

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Letak dan Keadaan Fisik 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Letak dan Keadaan Fisik BAB IV GAMBARAN UMUM Desa Gunung Menyan merupakan desa pemekaran dari Desa Cimayang pada tahun 1983 yang terletak di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pondok Gede. Kelurahan Jatimakmur terletak pada ketinggian 11 meter dari

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pondok Gede. Kelurahan Jatimakmur terletak pada ketinggian 11 meter dari BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kelurahan Jatimakmur 4.1.1. Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan Kelurahan Jatimakmur merupakan salah satu kelurahan dari kecamatan Pondok Gede. Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembicaraan tentang gender sudah semakin merebak. Konsep gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan

BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan 51 BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Harga pasaran yang

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Uraian :... Uraian : Mengikuti diklat atau pelatihan akuntansi zakat (PSAK 109) : Uraian :...

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Uraian :... Uraian : Mengikuti diklat atau pelatihan akuntansi zakat (PSAK 109) : Uraian :... LAMPIRAN DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA A. Latar Belakang Pendidikan 1. Pendidikan terakhir : Cukup 2. Latar belakang pendidikan : Cukup 3. Mengikuti diklat atau pelatihan akuntansi zakat (PSAK 109) : Cukup

Lebih terperinci

BAB VII PROSES PENCITRAAN DAN CITRA PERUSAHAAN

BAB VII PROSES PENCITRAAN DAN CITRA PERUSAHAAN 68 BAB VII PROSES PENCITRAAN DAN CITRA PERUSAHAAN 7.1 Proses Pencitraan Citra merupakan kesan terhadap suatu obyek yang terbentuk dari pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang sesuatu. Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng Kecamatan Cakung Kotamadya Jakarta Timur Propinsi DKI Jakarta yang berusia 15 tahun

Lebih terperinci

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA 63 BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA Fenomena mobilitas penduduk perempuan ke luar desa sebenarnya bukanlah merupakan suatu fenomena yang dianggap tabu oleh penduduk Desa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat Perempuan bekerja bukan lagi pemandangan langka. Ada yang bergaji tinggi sebagaimana karyawan kantoran yang berbekal titel, ada pula pegawai rendahan

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA : Hj. Cucu Zainabun Yusuf, S.Pd.,M.Pd : Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mancak 1. Menurut ibu BK itu apa? Jawab: BK itu tempat untuk mengatasi permasalahan dari siswa-siswi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai institusi sosial terkecil, merupakan fondasi dan investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi

Lebih terperinci

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri. INT. CLASSROOM - DAY Suasana kelas yang bising akan obrolan murid terhenti oleh sahutan guru yang mendatangi mereka dan membawa seorang murid yang berdiri di depan pintu kelas. GURU Anak-anak, hari ini

Lebih terperinci

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN 34 BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN Marginalisasi perempuan dalam dunia kerja merupakan hal yang sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, adanya industrialisasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa masyarakat di Desa Sikumpul dalam pola sosialisasi telah mampu menerapkan kesetaraan gender dengan cukup baik di beberapa aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai Penelitian tentang Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai ini dilakukan oleh Hendry Sitorus (2003). Dalam penelitian ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI 6.1 Peran (Pembagian Kerja) dalam Rumahtangga Peserta Peran atau pembagian kerja tidak hanya terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS MARKET RESEARCH UNEJ

ANALISIS MARKET RESEARCH UNEJ 1. Kegiatan selama liburan Bantu orang tua:3 Ya, kalo aku sih ya diem aja dirumah soalnya dirumah juga kan ada ibu punya took jadi bisa bantu-bantu (D,P,Aktif, Jalan-jalan:5 Kalo traveling, mungkin naik

Lebih terperinci

BAB IV ORGANISASI DAN KARAKTERISTIK ANGGOTA KOWAR SMP NEGERI 7 BEKASI

BAB IV ORGANISASI DAN KARAKTERISTIK ANGGOTA KOWAR SMP NEGERI 7 BEKASI BAB IV ORGANISASI DAN KARAKTERISTIK ANGGOTA KOWAR SMP NEGERI 7 BEKASI Bab ini akan menjelaskan mengenai analisis organisasi KOWAR yang dilihat dari sejarah dan perkembangan KOWAR, jumlah perempuan dan

Lebih terperinci

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI DESA CIARUTEUN ILIR

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI DESA CIARUTEUN ILIR 39 SIKAP MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI DESA CIARUTEUN ILIR Sikap masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Globalisasi dan kemajuan teknologi adalah hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Globalisasi dan kemajuan teknologi adalah hal yang tidak dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi dan kemajuan teknologi adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Karena globalisasi ditandai dengan mudahnya koneksi kemanapun dan siapapun. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 27 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 4.1 Desa Cikarawang 4.1.1 Kondisi Demografis Desa Cikarawang merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan terdiri dari 7 RW. Sebelah

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Letak geografis yang penulis ambil sebagai obyek pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian perempuan merupakan suatu kajian yang sangat menarik perhatian. Hal ini terbukti banyak penelitian tentang kaum perempuan. Perempuan merupakan hal penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali mempunyai perjalanan yang tidak diharapkan sesuai dengan perkembangan zaman. Tumbuh

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Gambaran Elemen Man, Material, Method, Money pada Sistem Keselamatan Bersepeda Universitas Indonesia Tahun 2009

PEDOMAN WAWANCARA. Gambaran Elemen Man, Material, Method, Money pada Sistem Keselamatan Bersepeda Universitas Indonesia Tahun 2009 . Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA Gambaran Elemen Man, Material, Method, Money pada Sistem Keselamatan Bersepeda Universitas Indonesia Tahun 2009 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 45 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok adalah perilaku membakar dedaunan (tembakau) yang dilinting atau diletakkan pada pipa kecil lalu menghisapnya melalui mulut dan dilakukan secara berulang-ulang

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 16 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Profil Desa Ngargomulyo Kondisi umum Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, kabupaten Magelang merupakan salah satu desa penyangga dalam wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan sistem informasinya memberikan banyak dampak positif bagi kalangan yang jeli membaca

Lebih terperinci

Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN

Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai

Lebih terperinci

BAB VI PERMASALAHAN YANG DI HADAPI

BAB VI PERMASALAHAN YANG DI HADAPI BAB VI PERMASALAHAN YANG DI HADAPI 6.1 Usaha di Bidang Garment Dalam memutuskan untuk membuat suatu usaha, seseorang harus mampu menentukan atau memilih usaha apa yang akan dia jalani. Seseorang itu harus

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN 7.1. Hubungan Karakteristik Nelayan dengan Strategi Sosial 7.1.1. Hubungan Usia dengan Strategi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 143 144 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 145 146 Lampiran 3 Pengukuran Variabel Penelitian untuk Jawaban Pengetahuan No. Pernyataan Betul Salah Pengetahuan tentang keluarga sistem matrilineal

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA 48 BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA Bab ini menjelaskan dan menganalisa hubungan antara faktor internal (meliputi ; jenis kelamin, pendidikan, umur dan status sosial) dan faktor

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan

Lebih terperinci