BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA"

Transkripsi

1 BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu rumahtangga, orang tua anak, istri dari suami dan peran sebagai pekerja yang mencari nafkah. Beban ganda diukur berdasarkan total waktu yang dilakukan wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor untuk mengerjakan pekerjaan domestik dan publik. Tabel 6 akan menggambarkan jumlah dan persentase responden berdasarkan beban kerja dilihat dari pekerjaan domestik dan publik. Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Beban Kerja Dilihat dari Pekerjaan Domestik dan Publik di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun Beban Ganda Kerja Domestik Kerja Publik n (Persentase) n (Persentase) Tinggi 23 (59) 35 (90) Rendah 16 (41) 4 (10) Total 39 (100) 39 (100) Data dalam Tabel 6 menggambarkan bahwa sebagian besar responden berada dalam kategori tinggi, baik dalam kerja domestik yang terdiri dari 23 orang (59 persen) responden, maupun kerja publik yang terdiri dari 35 orang (90 persen). Secara keseluruhan beban ganda dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Beban Ganda di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun Beban Ganda Jumlah (orang) Persentase (%) Tinggi Rendah Total Sebagian besar 23 orang (59 persen) wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor memiliki beban ganda dalam kategori tinggi (lebih dari 15 jam perhari). Dengan waktu kerja sebanyak itu berarti dalam sehari para responden mempunyai sisa waktu kurang dari 10 jam perhari yang bisa diisi dengan kegiatan-kegiatan lainnya seperti mandi, ibadah dan lain-lain sehingga waktu istirahat mereka tinggal sedikit. Sementara itu 41 persen atau sebanyak 16

2 responden lainnya berada dalam kategori beban ganda rendah (total waktu kerja publik dan domestik 1-15 jam perhari). Selain mempunyai tanggung jawab pada pekerjaan dan keluarga, responden juga mempunyai tanggung jawab lainnya yakni terhadap orang tua baik berupa tanggung jawab moril, dana, maupun kesehatan orang tua. Dalam menjalankan beban ganda responden merasa terdapat beberapa kesulitan yang mereka rasakan, diantaranya ialah rasa lelah setelah pulang bekerja, waktu yang terbatas untuk mengerjakan pekerjaan rumah, terbatasnya waktu untuk mengasuh anak terutama pada saat anak sakit. Kesulitan-kesulitan ini seringkali menimbulkan stress dalam diri responden, sehingga responden mengatasi masalah-masalah tersebut dengan cara mengurangi beban kerja rumahtangga dengan bantuan orang-orang yang membantu pekerjaan domestik, tidak jarang pula responden mengambil cuti apabila anak sedang sakit untuk merawat maupun membawanya ke dokter, selain itu refreshing dilakukan responden untuk mengatasi rasa lelah dan stress bila sudah menumpuk. Hal ini di dukung dengan pernyataan FS (35 tahun):...kesulitan mah pasti ada, apalagi kalau di kantor lagi ada masalah terus di rumah kerjaan numpuk haduuh capeknya bukan main. Ditambah lagi kalo anak sakit pikiran stres saya jadinya Ideologi Gender yang Berubah Peran wanita dalam dunia kerja, tidak lepas dari referensi nilai atau norma yang melingkupinya dalam interaksi sosial, sehingga menjadi pedoman dalam bersikap atas perilakunya. Ideologi yang tertanam dalam diri seseorang akan melekat sangat kuat, karena tertanam sejak masa kanak-kanak sehingga mempengaruhi keputusan serta perilaku dalam hidup. Hal ini didukung oleh pernyataan Widanti (2005) bahwa ideologi gender yang disebabkan oleh struktur serta sifat manusia, pria dan wanita yang dibentuk sejak masa kanak-kanak menjadi kekuatan aktif tenaga materiil manusia juga menyebabkan pengklasifikasian secara universal antara pria dan wanita. Pengklasifikasian ini membagi peran kerja wanita dan pria dalam dua sektor yang berbeda. Menurut Saptari dkk (1997) pembagian kerja seksual ialah pembagian kerja yang didasarkan atas jenis kelamin, dimana wanita bertanggung

3 jawab atas pekerjaan rumahtangga, sedangkan pria bertanggung jawab atas pekerjaan nafkah. Sementara keadaan yang terjadi di Kelurahan Menteng Bogor adalah ideologi gender yang masih menempatkan wanita hanya sebagai ibu rumahtangga saja sudah mulai mencair. Hal ini dapat dilihat dari pandangan dari wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor tentang ideologi gender terhadap kerja yang digambarkan pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden terhadap Ideologi Gender di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun Jawaban No Pernyataan Setuju Tidak Setuju (n) Persen (n) Persen 1. Wanita adalah pekerja rumah Wanita tidak boleh bekerja di luar rumah Pria adalah pencari nafkah Pekerjaan wanita ialah di dalam rumah, mengurus keluarga dan anak Wanita tidak kuat dalam menghadapi persaingan dunia kerja Wanita hanya dapat melakukan pekerjaan yang ringan Wanita memiliki kemampuan bekerja yang kurang baik Wanita yang bekerja di luar rumah bukanlah seorang istri yang baik Wanita boleh bekerja di luar rumah, namun harus dengan izin suami Wanita tidak seharusnya membantu suami bekerja 10. untuk mencari nafkah Pria tidak boleh mengerjakan pekerjaan domestik 11. (membereskan rumah, memasak, mengurus anak) Posisi tertinggi dalam pekerjaan sebaiknya 12. dipegang oleh pria Keterangan: Setuju : Persepsi mengenai stereotipe negatif yang dianut responden mengenai wanita bekerja, ideologi gender kuat dianut Tidak Setuju : Persepsi positif yang dianut responden mengenai wanita bekerja, ideologi gender tidak kuat dianut Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa responden (wanita yang telah menikah dan bekerja) di Kelurahan Menteng Bogor, kurang menganut ideologi gender mengenai persepsi negatif terhadap wanita bekerja. Responden kurang menganut ideologi yang mencakup ketimpangan peran dalam pekerjaan wanita, serta stereotipe tentang wanita ke dalam wilayah domestik.

4 Hal ini dapat dilihat berdasarkan data pada Tabel 8 dari dua belas pernyataan yang diajukan kepada responden, dimana pernyataan-pernyataan tersebut menggambarkan persepsi negatif yang dianut responden mengenai wanita bekerja. Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa lebih banyak jumlah responden yang tidak setuju dengan berbagai pernyataan yang tidak membolehkan wanita bekerja mencari nafkah, yakni terdapat 10 pernyataan dipilih oleh lebih dari 50 persen responden yang tidak disetujui oleh responden. Secara umum wanita sudah meninggalkan tradisi gender yang melarang wanita untuk bekerja publik. Salah satu contoh yang cukup nyata ialah seluruh responden, yakni 39 orang (100 persen) tidak setuju dengan pernyataan wanita tidak kuat dalam menghadapi persaingan dunia kerja. Selain itu juga hal ini ditemukan pada pernyataan wanita memiliki kemampuan bekerja yang kurang baik yang tidak disetujui oleh seluruh responden. Sementara itu 2 pernyataan lain (dipilih oleh kurang dari 50) tidak disetujui oleh responden. Hasil tersebut menandakan bahwa para responden tidak terlalu menganut ideologi gender mengenai stereotipe negatif pada wanita yang bekerja. Melemahnya stereotipe yang tertanam pada wanita, akan memotivasi para wanita untuk bekerja lebih bebas, sehingga wanita juga mampu untuk mengerjakan pekerjaan publik yang selama ini lebih banyak dikerjakan oleh pria. Seseorang dikatakan ideologi gender kuat apabila responden masih menganggap bahwa wanita seharusnya tidak boleh bekerja di luar rumah. Seseorang dikatakan ideologi gender lemah apabila responden sudah menyetujui bahwa wanita boleh bekerja di luar rumah. Hasil yang didapatkan berdasarkan penelitian dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pandangan Wanita Bekerja Terhadap Ideologi Gender di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun Ideologi Gender Jumlah (orang) Persentase (%) Kuat 4 10 Lemah Total Data pada Tabel 9 menggambarkan bahwa sebagian besar responden 35 wanita menikah yang bekerja (90 persen) di Kelurahan Menteng Bogor lemah ideologi gendernya, yang berarti membolehkan wanita bekerja mencari nafkah.

5 Sementara itu ada 4 orang lainnya (10 persen) responden yang termasuk dalam kategori ideologi gender kuat, berarti hanya 10 persen responden yang menganggap wanita tidak boleh bekerja di luar rumah. Hasil tersebut menyatakan bahwa pandangan mengenai ideologi gender yang mencakup ketimpangan peran dalam pekerjaan wanita, serta stereotipe tentang wanita ke dalam wilayah privat (domestik) sudah tidak dianut lagi oleh sebagian besar wanita pekerja di Kelurahan Menteng. Sebagian besar (90 persen) wanita pekerja di sana mendukung kegiatan wanita dalam sektor publik, hal ini juga didukung oleh suami dan anggota keluarga mereka. Hasil penelitian yang menyatakan lebih besar jumlah responden yang kurang menganut ideologi gender, tidak menandakan bahwa nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat hilang. Melemahnya ideologi gender hanya terjadi pada taraf wanita untuk memperoleh kesempatan bekerja, belum sepenuhnya ideologi gender tersebut melemah, nampak bahwa tetap ada norma yang mendasar (esensial) yang berlaku dalam keluarga, hal ini didukung oleh pernyataan pada Tabel 8 (halaman 34), nomor 4 dan 9. Pernyataan tersebut ialah Pekerjaan wanita ialah di dalam rumah, mengurus keluarga dan anak (Tabel 8, halaman 34, nomor 4) disetujui oleh 41 persen responden. Sementara itu pernyataan Wanita boleh bekerja di luar rumah, namun harus dengan izin suami (Tabel 8, halaman 34, nomor 9) disetujui oleh 100 persen responden. Kedua pernyataan tersebut merupakan pernyataan mendasar yang memiliki nilai kuat dalam ideologi gender dan kedua pernyataan ini banyak disetujui oleh sebagian besar reponden. Hasil tersebut menggambarkan bahwa terdapat nilai-nilai gender yang masih dipegang erat oleh responden, nilai yang tercermin dari pernyataan 4 dan 9 ialah wanita boleh bekerja publik serta mempunyai kesempatan yang luas untuk berkarier namun wanita belum bisa meninggalkan kewajiban untuk mengerjakan maupun bertanggung jawab terhadap pekerjaan domestiknya. Banyaknya aktivitas dan kegiatan seorang wanita dalam peran publik tidak menjadi suatu permasalahan selama wanita tersebut bekerja dengan baik dan tidak menyalahi aturan serta norma yang berlaku di masyarakat. Selain itu tuntutan ekonomi yang semakin mendesak memaksa wanita untuk turut turun dalam sektor publik, sehingga wanita harus melawan ideologi yang selama ini

6 membebani wanita hanya dengan tugas domestik saja serta wanita yang bekerja dianggap menyalahi norma. Makin majunya pendidikan mengakibatkan semakin banyak wanita yang berpotensi untuk kerja di sektor publik. Hal ini mengakibatkan wanita memiliki keinginan yang besar untuk aktualisasi diri dan mengaplikasikan ilmu yang telah dimiliki sehingga norma ideologi gender tentang wanita kerja yang seharunya bekerja domestik saja diabaikan. 5.3 Hubungan Ideologi Gender Terhadap Beban Ganda Hubungan antara ideologi gender dengan beban ganda dianalisis dengan menggunakan tabulasi silang dan uji Rank Spearman. Tabel 10 adalah penjelasan tabulasi silang hubungan ideologi gender terhadap beban ganda: Tabel 10. Jumlah dan Presentase Berdasarkan Hubungan Ideologi Gender terhadap Beban Ganda Responden di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun Beban Ganda Kuat n (persentase) Ideologi Gender Lemah n (persentase) Total Tinggi 3 (75) 20 (57) 23 (59) Rendah 1 (25) 15 (43) 16 (41) Total 4 (100) 35 (100) 39 (100) Keterangan: p-value: 0,504 Taraf nyata (: 0,2) Koefisien korelasi: 0,11 Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 10 diketahui bahwa beban ganda yang tinggi ada 23 orang, jumlah ini lebih besar dari beban ganda rendah yakni 16 orang. Secara proporsional wanita dengan beban ganda tinggi lebih besar yang memiliki ideologi gender kuat yakni 75 persen, apabila dibandingkan dengan wanita dengan beban ganda tinggi yang memiliki ideologi gender lemah yakni hanya 57 persen. Pada beban ganda rendah lebih besar proporsi wanita yang berada pada ideologi gender lemah yakni 43 persen, dibandingkan dengan wanita beban ganda rendah yang memiliki ideologi gender lemah yakni 25 persen. Pada hipotesis awal dinyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara ideologi gender dengan beban ganda, semakin kuat ideologi gender, maka beban ganda akan semakin tinggi. Meskipun tabulasi silang pada Tabel 10 menggambarkan ada kecenderungan data makin tinggi beban ganda, makin kuat ideologi gender wanita kerja. Beban ganda tinggi dipunyai oleh 75 persen wanita

7 dengan ideologi gender kuat dan hanya 57 persen dimiliki oleh wanita dengan ideologi gender lemah, namun demikian berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman diketahui bahwa p-value (0,504) lebih besar dari nilai, maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ideologi gender dan beban ganda. Hal ini menandakan bahwa hipotesis awal tidak terbukti Hubungan ideologi gender dengan beban ganda tidak nyata dikarenakan oleh melemahnya ideologi gender yang dianut para wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor hanya sebatas memberi kesempatan wanita untuk bekerja saja, belum sampai merubah status wanita terhadap kerja rumahtangga. Hal ini dibuktikan oleh terdapat pernyataan yang sangat mendasar (esensial) yang hampir disetujui oleh sebagian besar responden. Diantaranya ialah pernyataan nomor 4 dari tabel 8 halaman 34 berbunyi Pekerjaan wanita ialah di dalam rumah, mengurus keluarga dan anak pernyataan ini disetujui oleh 41 persen responden sementara 59 persen responden lainnya tidak menyetujui pernyataan tersebut, jumlah perbedaan antara responden yang setuju dan tidak setuju tidak terlalu besar, hal ini menandakan bahwa masih terdapat ideologi gender yang mendasar pada sebagian (41 persen) wanita yang mengangap pekerjaan di dalam rumah, mengurus keluarga dan anak ialah tugas seorang wanita. Hal ini sesuai oleh pernyataan responden, yakni UL (23 Tahun):...seharusnya yang namanya istri itu kerjanya di rumah aja, udah kodratnya dari dulu begitu mba. Saya juga kalo nggak terpaksa nggak bakal mau kerja di luar rumah, tapi mau gimana lagi biar susu anak kebeli terpaksa saya kerja juga... Sementara itu pernyataan nomor 9 disetujui seluruh responden 39 orang (100 persen) yang memandang Wanita boleh bekerja di luar rumah, namun harus dengan izin suami (Tabel 8, halaman 34, nomor 9). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa menurut mereka wanita dapat bekerja dengan izin suami, artinya seluruh responden menganut bahwa suami masih memegang suatu wewenang untuk menentukan istrinya bekerja atau tidak. Hal ini didukung dengan pernyataan SN (32 tahun):...walau bagaimana pun juga yang namanya suami kan kepala rumahtangga, jadi kalo mau kerja atau dinas keluar harus minta izin dulu ke suami, yaaah saling menghormati aja lah...

8 Pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan bahwa baik pada ideologi gender kuat maupun rendah, lebih banyak yang tersebar dalam kategori beban ganda tinggi, yakni ideologi gender kuat 75 persen dengan beban ganda tinggi, serta ideologi gender lemah 57 persen dengan beban ganda tinggi. Data tersebut menunjukkan bahwa walaupun wanita yang kurang menganut ideologi gender sudah banyak, namun bukan berarti ia tidak punya beban ganda yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh perubahan ideologi gender yang terjadi hanya sebatas pria memberi kesempatan kerja wanita, tidak menjadikan wanita terbebas dari beban kerja domestiknya. Wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor mempunyai ideologi gender yang rendah, mereka telah dapat menerima seorang wanita untuk bekerja di luar rumah, posisi wanita dalam pekerjaan yang lebih tinggi dari pria juga sudah dapat diterima. Wanita juga telah diakui memiliki kemampuan dapat bersaing dengan pria dalam dunia kerja. Ideologi gender yang telah longgar mengakibatkan wanita lebih leluasa melakukan kerja publik, namun bukan berarti wanita dapat terlepas dari tugas domestik. Tuntutan wanita untuk bekerja dalam sektor domestik masih tetap ada, wanita boleh bekerja di luar asalkan tugas domestik juga selesai dengan baik. Beban ganda yang dipikul oleh wanitapun masih ada, karena seusai pulang bekerja wanita masih harus mengerjakan beberapa pekerjaan rumahtangga. Hal inilah yang menjadikan mengapa wanita yang sudah melemah ideologi gendernya masih memiliki beban ganda yang tinggi. 5.4 Dukungan Bagi Wanita Bekerja Selain faktor dari dalam terdapat pula faktor dari luar yang mempengaruhi wanita bekerja. Faktor dari luar ialah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peran ganda yang timbul dari luar diri responden. Faktor dari luar yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah dukungan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik dan dukungan dari suami terhadap pekerjaanpekerjaan yang dilakukan istri, hal ini akan dijelaskan pada Tabel 11.

9 Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Dukungan dari Luar Terhadap Istri di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun Dukungan dari Luar Jumlah (orang) Persentase (%) Tinggi Rendah 3 8 Total Sebagian besar responden mendapatkan dukungan dari luar yang tinggi hal ini dibuktikan dengan besarnya persentase dukungan dari luar pada kategori tinggi sebesar 92 persen atau 36 orang, sementara itu dukungan dari luar pada kategori rendah dialami oleh 3 responden (8 persen). Tingginya dukungan dari luar baik dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik maupun suami merupakan dukungan penting bagi wanita untuk memutuskan dirinya agar bekerja mencari nafkah Dukungan dari Orang-Orang yang Membantu Pekerjaan Domestik Salah satu peran pendukung dari luar berasal dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik rumahtangga. Bantuan tersebut dapat diperoleh dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik baik dari pembantu rumahtangga bayaran, orang tua, suami maupun anak, saudara, tetangga atau kerabat. Dukungan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik dilihat dari total waktu kerja domestik dan banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang yang membantu pekerjaan domestik. Berdasarkan hasil penelitian, wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng mendapat dukungan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik dalam kategori tinggi. Hal ini dapat terlihat dari jenis pekerjaan maupun jam kerja yang dilakukan oleh terhadap pekerjaan domestik. Hasil yang diperoleh dari penelitian disajikan pada tabel 12.

10 Tabel 12. Jumlah dan Persentase Berdasarkan Dukungan Orang-Orang yang Membantu Pekerjaan Domestik Terhadap Istri Dilihat dari Jenis Pekerjaan dan Jam Kerja di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun Dukungan dari orang-orang yang Jenis Pekerjaan Jam kerja membantu pekerjaan domestik n (Persentase) n (Persentase) Tinggi 20 (51) 23 (59) Rendah 19 (49) 16 (41) Total 39 (100) 39 (100) Sebagian besar responden 20 orang (51 persen) termasuk dalam kategori tinggi dalam jenis pekerjaan yang dilakukan orang-orang yang membantu pekerjaan domestik. Pekerjaan tersebut diantaranya ialah mengasuh anak, mencuci dan setrika baju, membersihkan rumah, menyapu dan mengepel, memasak, serta merapikan rumah dan halamannya. Rata-rata wanita bekerja di Kelurahan Menteng Bogor membutuhkan bantuan terhadap pekerjaan domestik untuk dua jenis pekerjaan rumah, jenis pekerjaan yang paling banyak membutuhkan bantuan ialah mengasuh anak dan mencuci baju. Para responden merasa membutuhkan bantuan untuk mengasuh anak selama mereka sedang bekerja, orang yang paling dipercayai untuk melakukan tugas ini ialah orangtua ataupun babysitter. Sementara itu mencuci dan setrika baju tidak sanggup dilakukan oleh sebagian responden, terutama bagi keluarga yang mempunyai banyak anggota sebab tidak ada waktu untuk mengerjakan pekerjaan tersebut setelah bekerja. Berdasarkan jam kerja yang dilakukan oleh orang-orang yang membantu pekerjaan domestik, sebagian besar yakni 23 orang (59 persen) responden berada dalam kategori tinggi. Kategori tinggi menandakan bahwa orang-orang yang membantu pekerjaan domestik melakukan pekerjaan rumahtangga lebih dari tujuh jam sehari. Jumlah waktu ini dapat meringankan tugas yang harus dilakukan seorang wanita. Secara keseluruhan total dukungan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Total Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Dukungan Orang-Orang yang Membantu Pekerjaan Domestik Terhadap Istri di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun Dukungan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik Jumlah (orang) Persentase (%) Tinggi Rendah Total

11 Sebagian besar responden yakni 27 orang (69 persen) mendapat dukungan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik dalam kategori tinggi, sisa 12 orang lainnya (31 persen) termasuk dalam kategori rendah. Sebagian besar responden yakni 32 orang (82 persen) menggunakan bantuan dari orang lain untuk mengerjakan tugas domestiknya, baik dari keluarga, kerabat, maupun orang-orang yang membantu pekerjaan domestik rumah tangga. Alasannya ialah untuk meringankan pekerjaan rumahtangga maupun mengurus anak. Terdapat pula sembilan orang (23 persen) responden yang menggunakan orang-orang yang membantu pekerjaan domestik sebanyak dua orang, satu orang untuk mengurus rumahtangga dan satu orang lagi untuk mengasuh anak selama ibu bekerja. Hal ini disebabkan oleh, anak yang mereka miliki masih balita sehingga memerlukan perhatian lebih besar. Namun bagi rumahtangga yang memiliki anak berusia remaja hingga dewasa hanya memiliki satu orang yang mengurus rumahtangga, karena anak dalam usia tersebut sudah bisa merawat dirinya sendiri serta dapat diajak bekerja sama dalam mengerjakan tugas rumahtangga. Responden yang menggunakan bantuan orang untuk pekerjaan domestik merasa lebih tenang saat sedang bekerja, karena sebagian tugasnya telah dikerjakan oleh orang yang membantu pekerjaan domestik. Namun tidak sepenuhnya responden percaya penuh pada orang-orang yang membantu pekerjaan domestik terutama orang-orang yang membantu pekerjaan domestik yang baru dikenal, untuk mengatasi hal tersebut responden melakukan pemantauan ke rumah secara berkala atau titip pemantauan pada kerabat. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh UTM (52 tahun):...sebenernya sih nggak percaya penuh apalagi kalo orang-orang yang membantu pekerjaan domestik baru, tapi saya cek aja lewat telpon beberapa jam sekali, soalnya kalo nggak ada orang-orang yang membantu pekerjaan domestik saya jadi pusing mba, di kantor sudah capek dengan tugas kantor, di rumah ditambah lagi harus masak, nyuci dll. Kalo ada orang-orang yang membantu pekerjaan domestik jadi tenang saya, semuanya beres kerja juga jadi enak... Sementara itu terdapat 7 orang (18 persen) responden yang tidak menggunakan jasa orang lain yang membantu pekerjaan domestik untuk meringankan pekerjaan domestiknya, kategori ini termasuk dalam kategori dukungan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik yang rendah. Hal

12 ini dikarenakan oleh kesanggupan mereka dalam mengerjakan semua tugas domestik, maupun keterbatasan dana untuk mempekerjakan orang-orang yang membantu pekerjaan domestik honorer. Selain itu terdapat pula rumahtangga yang memiliki anak berusia dewasa sehingga tidak menggunakan jasa orang-orang yang membantu pekerjaan domestik karena anak sudah dapat bekerjasama dalam pekerjaan rumahtangga. Walaupun beban kerja yang dipikul menjadi lebih banyak dan kelelahan fisik menjadi semakin berat, namun responden yang tidak menggunakan jasa orang lain tetap menjalankan tugas domestik dan tugas publik dengan baik. Namun masih terdapat beberapa pekerjaan rumah yang tidak bisa mereka kerjakan dengan maksimal yakni memasak dan membersihkan rumah karena keterbatasan waktu yang mereka miliki. Kiat yang mereka lakukan untuk mengatasi kekurangan tersebut ialah dengan pembagian waktu yang lebih baik lagi, ataupun membeli makanan jadi dari luar Dukungan dari Suami Dukungan suami adalah dukungan yang dapat mempengaruhi peran ganda wanita. Dukungan ini berpengaruh terhadap karier seorang istri sebab secara psikologis dukungan dari suami dapat membangkitkan psikologis seorang istri sehingga berpengaruh terhadap kinerjanya. Berdasarkan penelitian Wahyuningsih, dkk (1998) suami perlu meningkatkan pengertian dan dukungan agar istri dapat mengerjakan pekerjaan domestik dan publik dengan baik. Dalam penelitian ini dukungan dari suami dibagi menjadi 2 kategori yakni rendah dan tinggi. Dukungan ini diukur dengan 12 pertanyaan tentang dukungan suami terhadap istri. Dukungan dari suami dikatakan tinggi apabila suami sangat mendukung karier dan pekerjaan istrinya dengan memberikan izin bekerja, berkarier serta mau bekerjasama untuk menyelesaikan pekerjaan rumahtangga. Dukungan dari suami dikatakan rendah apabila suami kurang mendukung terhadap karier dan pekerjaan istrinya, dengan tidak memberikan izin bekerja, berkarier serta tidak mau bekerjasama untuk menyelesaikan pekerjaan rumahtangga. Jumlah dan persentase responden berdasarkan dukungan dari suami terhadap istri di Kelurahan Menteng Bogor disajikan dalam Tabel 14.

13 Tabel 14. Jumlah dan persentase responden berdasarkan dukungan dari suami terhadap istri di Kelurahan Menteng Bogor, tahun Dukungan dari Suami Jumlah (orang) Persentase (%) Tinggi Rendah 3 8 Total Berdasarkan Tabel 14 sangat jelas terlihat bahwa sebagian besar responden 36 orang (92 persen) mendapat dukungan suami yang tinggi. Para suami mendukung dalam hal moril maupun turut membantu pekerjaan rumahtangga. Suami tidak merasa terganggu apabila istri bekerja di luar rumah karena beberapa alasan. Alasan utama yang dikemukakan 13 orang (33 persen) responden ialah suami percaya penuh pada istri dapat melaksanakan dua kewajibannya dengan baik. Selain itu suami mendukung istri bekerja di luar rumah karena hasil yang diperoleh oleh istri juga dapat turut meningkatkan perekonomian keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini dikemukakan oleh 13 orang (33 persen) responden lainnya. Disamping itu suami mereka menganggap bahwa bekerja tidak akan mengganggu tugas sebagai ibu rumahtangga. Walaupun dukungan suami terhadap istri cukup besar, namun bagi 9 orang responden (23 persen) terdapat situasi-situasi tertentu dimana suami kurang mendukung istri, yakni pada saat istri harus mengikuti dinas, pelatihan, ataupun rapat di luar kota. Apabila terdapat masalah tersebut solusi yang dilakukan 19 orang (49 persen) responden untuk mengatasi masalah ialah dengan memberi pengertian dan menjelaskan acara yang akan diikuti kepada suami. Selain memberi dukungan moril suami juga turut membantu pekerjaan istri walaupun jumlah bantuannya tidak begitu besar, bantuan yang paling banyak dilakukan suami menurut 20 orang responden (51 persen) antara lain membersihkan rumah. Selain itu terdapat 8 orang (21 persen) responden yang mendapat bantuan dari suami untuk mengasuh anak. Seluruh suami responden (100 persen) juga turut memberikan pengertian kepada anak-anak bahwa ibunya ialah seorang karyawati.

14 5.5 Hubungan Dukungan dari Luar terhadap Beban Ganda Hubungan antara dukungan dari luar dengan beban ganda dianalisis dengan menggunakan tabulasi silang dan uji Rank Spearman. Tabel 15 akan menjelaskan hasil tabulasi silang dukungan dari luar dan beban ganda. Tabel 15. Jumlah dan Presentase Dukungan dari Luar Terhadap Beban Ganda Responden di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun Dukungan dari Luar Beban Ganda Tinggi n (persentase) Rendah n (persentase) Total Tinggi 20 (56) 3 (100) 23 (59) Rendah 16 (44) 0 (0) 16 (41) Total 36 (100) 3 (100) 39 (100) Keterangan: p-value: 0,140 Taraf nyata (: 0,2) Koefisien korelasi: -0,241 Hasil penelitian menyatakan bahwa secara proporsional sebagian besar wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor yang mempunyai beban ganda tinggi lebih banyak mendapatkan dukungan dari luar rendah yakni 100 persen, apabila dibandingkan dengan wanita dengan beban ganda tinggi yang mendapatkan dukungan dari luar tinggi yakni hanya 56 persen. Demikian halnya dengan wanita yang mempunyai beban ganda rendah lebih banyak yang mendapatkan dukungan dari luar tinggi, yakni 44 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan semakin tinggi dukungan dari luar, beban ganda makin rendah. Hasil ini dibuktikan oleh hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa korelasi antara dukungan dari luar dan peran ganda nyata, berdasarkan dari nilai p-value (0,140) yang lebih kecil dari alpha (0.2). Arah hubungan dukungan dari luar dengan beban ganda negatif sesuai dengan koefisien korelasi (- 0,241), hal ini menandakan bahwa semakin tinggi dukungan dari luar maka beban ganda makin rendah. Dengan demikian hipotesis awal yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara beban ganda dan dukungan dari luar, semakin tinggi dukungan dari luar, maka beban ganda seseorang akan semakin rendah terbukti. Sementara itu baik pada dukungan dari luar tinggi, maupun rendah lebih banyak jumlah yang tersebar dalam kategori beban ganda tinggi. Hal ini menandakan bahwa walaupun dukungan dari luar cukup tinggi (92 persen), para wanita menikah yang bekerja tetap tidak diringankan oleh bantuan tersebut,

15 nampak dari masih banyaknya beban wanita bekerja yang masih tinggi (59 persen). Seharusnya semakin banyak responden yang mendapatkan dukungan tinggi, semakin banyak responden yang diringankan beban kerjanya. Besarnya dukungan dari luar yang besar terhadap wanita dapat meringankan sebagian beban kerja wanita secara fisik maupun psikis. Dalam penelitian ini beban ganda diukur dari jam kerja publik dan domestik. Mungkin saja dukungan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik maupun suami mengurangi jam kerja yang seharusnya dilakukan wanita. Berdasarkan hasil penelitian jam kerja yang dilakukan oleh orang-orang yang membantu pekerjaan domestik (Tabel 12 halaman 41), sebagian besar yakni 23 orang (59 persen) responden berada dalam kategori tinggi. Kategori tinggi menandakan bahwa orang-orang yang membantu pekerjaan domestik melakukan pekerjaan rumahtangga sebanyak lebih dari tujuh jam sehari. Rata-rata wanita mendapatkan keringanan tugas domestik sebanyak 7 jam perhari. Adanya orang-orang yang membantu pekerjaan domestik bukan berarti wanita tidak mempunyai beban ganda sama sekali. Adanya bantuan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik bukan berarti wanita dapat terlepas dari tugas domestik, karena masih terdapat esensi ideologi gender yang belum dilepas sepenuhnya bahwa wanita masih harus bekerja rumahtangga. Orang-orang yang membantu pekerjaan domestik banyak mengerjakan pekerjaan rumahtangga sewaktu wanita sedang kerja publik, seusai pulang bekerja wanita masih harus mengerjakan beberapa pekerjaan rumahtangga walaupun tidak begitu berat. Dukungan dari suami lebih bersifat dukungan moril terhadap wanita, walaupun ada beberapa pekerjaan yang dibantu oleh suami selama istrinya mengerjakan pekerjaan lain namun kontribusinya belum begitu besar. Hal ini mengakibatkan beban ganda yang dipikul oleh wanita masih cukup besar, seperti yang diungkapkan MRT (34 tahun)...orang-orang yang membantu pekerjaan domestik saya mah kerjanya pulang pergi mba kan rumahnya deket, pas saya lagi ngantor dia nyuci baju, ngasuh anak, sama beberes rumah, sekalian jagain rumah. Tapi setelah saya pulang kantor, dia juga pulang ke rumahnya, jadi saya masih harus masak sama jagain anak setelah pulang kantor. Lumayan lah jadi nggak terlalu capek, rumah udah rapih...

16 Pernyataan MRT menggambarkan walaupun sudah ada peran orangorang yang membantu pekerjaan domestik yang menggantikan pekerjaan rumahtangga, namun masih terdapat esensi ideologi gender yang menuntut seorang wanita bahwa masih memiliki tugas utama yakni mengurus rumahtangga. 5.6 Ikhtisar Ideologi gender sebagian besar (90%) wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor ialah rendah. Ideologi Gender yang telah melemah hanya setaraf wanita boleh bekerja publik di luar rumah, masih terdapat esensi penting dalam ideologi gender yang mengakibatkan beban wanita tidak berubah, yakni tetap memiliki tanggung jawab pada kerja domestik. Dukungan dari luar yang terdapat pada sebagian besar (92%) wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor ialah tinggi, namun dukungan ini belum mengurangi beban ganda wanita. Hal ini karena ideologi gender yang telah melemah hanya setaraf pada wanita boleh bekerja publik di luar rumah, di sisi lain masih terdapat esensi penting dalam ideologi gender yang masih dianut wanita kerja yang mengakibatkan beban kerja wanita tidak berubah, yakni tetap memiliki tanggung jawab tinggi pada kerja domestik. Beban ganda yang dipikul oleh wanita masih ada, karena seusai pulang bekerja wanita masih harus mengerjakan beberapa pekerjaan rumahtangga. Hal inilah yang menjadikan mengapa wanita yang sudah melemah ideologi gendernya masih memiliki peran ganda yang tinggi.

BAB VI KONFLIK PERAN WANITA BEKERJA

BAB VI KONFLIK PERAN WANITA BEKERJA BAB VI KONFLIK PERAN WANITA BEKERJA 6.1 Konflik Peran Konflik peran ganda merupakan kesulitan-kesulitan yang dirasakan dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan peran yang berbeda secara bersamaan. Konflik

Lebih terperinci

BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM

BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM 34 BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM 5.1 Perempuan Pekerja Putting Out System Pekerja perempuan yang bekerja dengan POS di Desa Jabon Mekar ada sebanyak 75 orang. Pekerja perempuan

Lebih terperinci

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI 6.1 Peran (Pembagian Kerja) dalam Rumahtangga Peserta Peran atau pembagian kerja tidak hanya terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) PALUPI CIPTONINGRUM I34050807 SKRIPSI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 52 BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Kontribusi Perempuan dalam Ekonomi Keluarga Pekerjaan dengan POS dianggap sebagai pekerjaan rumah tangga atau

Lebih terperinci

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 39 Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Peluang bekerja dan berusaha adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT 6.1 Pendahuluan Fenomena work-family conflict ini juga semakin menarik untuk diteliti mengingat banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan, baik terhadap wanita dan

Lebih terperinci

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 31 Ideologi Gender Ideologi gender adalah suatu pemikiran yang dianut oleh masyarakat yang mempengaruhi WKRT (Wanita Kepala Rumah Tangga)

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 39 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pembagian peran/aktivitas yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

#### Selamat Mengerjakan ####

#### Selamat Mengerjakan #### Pekerjaan Istri = Bekerja / Tidak Bekerja Apa pekerjaan Istri Anda? = Berapa jam perhari Istri bekerja = Usia Anak =...Tahun Pembantu Rumah Tangga = Punya / Tidak Punya (Lingkari Salah Satu) Dengan hormat,

Lebih terperinci

BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI

BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI 37 BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI Kondisi kerja pekerja CV. Mekar Plastik merupakan perlakuan perusahaan kepada pekerja, baik laki maupun perempuan yang meliputi pembagian kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga terpaksa menganggur. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga terpaksa menganggur. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, jumlah pengangguran meningkat sehingga berimbas pada peningkatan jumlah penduduk miskin. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui BAB IV KESIMPULAN 4.1 Simpulan Hasil Analisis Novel Kinanti karya Margareth Widhy Pratiwi merekam fenomenafenomena atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui novelnya yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah, mengurus, mendidik, dan mengasuh anak.

BAB I PENDAHULUAN. rumah, mengurus, mendidik, dan mengasuh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, keluarga mempunyai dua sosok penanggung jawab dalam segala hal yang berkaitan dengan keberlangsungan rumah tangga. Sosok ayah sebagai kepala

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) PALUPI CIPTONINGRUM I34050807 SKRIPSI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR 31 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan pada perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Posisi atau

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden A. Umur Kisaran umur responden yakni perempuan pada Kasus LMDH Jati Agung III ini adalah 25-64 tahun dengan rata-rata umur 35,5 tahun. Distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci

Lebih terperinci

BAB VII CARA MENGHADAPI MASALAH WORK FAMILY CONFLICT. Walaupun berbagai dampak yang muncul akibat dari masalah work family

BAB VII CARA MENGHADAPI MASALAH WORK FAMILY CONFLICT. Walaupun berbagai dampak yang muncul akibat dari masalah work family BAB VII CARA MENGHADAPI MASALAH WORK FAMILY CONFLICT 7.1 Pendahuluan Walaupun berbagai dampak yang muncul akibat dari masalah work family conflict dirasakan oleh narasumber akibat bentroknya dua kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA

BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA 5.1 Pendahuluan Fenomena konflik pekerjaan keluarga atau work-family conflict ini juga semakin menarik untuk diteliti mengingat banyaknya dampak negatif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB Tingkat perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB dianalisis dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.

Lebih terperinci

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA Tingkat kesejahteraan dalam CV TKB dianalisis dengan analisis gender. Alat analisis gender

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian di lapangan, masih memiliki keinginan untuk membina rumah-tangga dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian di lapangan, masih memiliki keinginan untuk membina rumah-tangga dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Wanita pengusung sisingaan sebagaimana data yang telah diperoleh

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A Data Kasar A-1 DATA KASAR SIKAP TERHADAP POLIGAMI A-2 DATA KASAR KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Data Kasar SIKAP TERHADAP POLIGAMI LAMPIRAN A-2 Data Kasar KESADARAN KESETARAAN

Lebih terperinci

BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER Persepsi mahasiswa peserta Mata Kuliah Gender dan Pembangunan terhadap kesadaran gender yaitu pandangan mahasiswa yang telah mengikuti Mata Kuliah Gender

Lebih terperinci

Pekerjaan Suami : Bekerja / Tidak Bekerja Pendidikan Anak : SD / SMP Pembantu Rumah Tangga : Punya / Tidak Punya (Lingkari pilihan Anda)

Pekerjaan Suami : Bekerja / Tidak Bekerja Pendidikan Anak : SD / SMP Pembantu Rumah Tangga : Punya / Tidak Punya (Lingkari pilihan Anda) Pekerjaan Suami : Bekerja / Tidak Bekerja Pendidikan Anak : SD / SMP Pembantu Rumah Tangga : Punya / Tidak Punya (Lingkari pilihan Anda) Dengan hormat, Disela-sela kesibukan Anda, perkenankanlah saya mohon

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Empty Nest 1. Definisi Empty Nest Salah satu fase perkembangan yang akan terlewati sejalan dengan proses pertambahan usia adalah middle age atau biasa disebut dewasa madya, terentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian perempuan merupakan suatu kajian yang sangat menarik perhatian. Hal ini terbukti banyak penelitian tentang kaum perempuan. Perempuan merupakan hal penting

Lebih terperinci

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati PERLINDUNGAN ANAK Anak UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak: Seseorang yang belum berusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng

BAB I PENDAHULUAN. Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng nok, wuwung maupun genteng biasa bahkan genteng glasir. Pada tahu 1980an pabrik genteng mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keduanya merupakan peran bagi pria, sementara bagi wanita akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. keduanya merupakan peran bagi pria, sementara bagi wanita akan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan pekerjaan dan keluarga menjadi bagian yang akan dilalui oleh setiap individu dalam hidupnya. Memilih keduanya atau menjalani salah satu saja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan baik itu secara biologis

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin tinggi peran stakeholders dalam penyelenggaraan program agropolitan di Desa Karacak maka semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan. BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK Bab ini akan membahas tentang temuan data yang telah dipaparkan sebelumnya dengan analisis teori pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tujuan yang ingin dicapai oleh anak dapat terwujud. Motivasi anak dalam meraih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tujuan yang ingin dicapai oleh anak dapat terwujud. Motivasi anak dalam meraih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi anak dalam meraih prestasi di sekolah sangat penting, sehingga tujuan yang ingin dicapai oleh anak dapat terwujud. Motivasi anak dalam meraih prestasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bidang-bidang pekerjaan yang sebelumnya jarang diminati oleh wanita.

BAB I PENDAHULUAN. pada bidang-bidang pekerjaan yang sebelumnya jarang diminati oleh wanita. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Abad 20 merupakan titik tolak dimana wanita mulai mengambil posisi dan peranan yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan yaitu di dunia kerja khususnya pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR Kuesioner Gaya Pengasuhan No. Item Spearman Diterima / Ditolak 1 0,304 Diterima 2 0,274 Ditolak 3 0,312 Diterima 4 0,398 Diterima 5 0,430 Diterima 6

Lebih terperinci

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG Oleh : Dra. Sofi Sufiarti. A ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat banyak harga-harga kebutuhan rumah tangga, angkutan umum dan biaya rumah sakit semakin mahal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dididik, dan dibesarkan sehingga seringkali anak memiliki arti penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dididik, dan dibesarkan sehingga seringkali anak memiliki arti penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah terindah dan tak ternilai yang diberikan Tuhan kepada para orangtua. Tuhan menitipkan anak kepada orangtua untuk dijaga, dididik, dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 45 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

Hasil Dokumentasi Penelitian Bulan Juni Dan Juli 2008

Hasil Dokumentasi Penelitian Bulan Juni Dan Juli 2008 Hasil Dokumentasi Penelitian Bulan Juni Dan Juli 2008 Foto Perkebunan Sawit Milik PT.Socfindo Indonesia Yang Berada Di Daerah Mata Pao,Kabupaten Sergei Tempat Para Buruh/Karyawan Bekerja Yang Melaksanakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya saing dalam dunia usaha. Hal ini merupakan suatu proses kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. daya saing dalam dunia usaha. Hal ini merupakan suatu proses kegiatan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekonomi abad ke dua puluh satu, ditandai dengan globalisasi ekonomi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia serta menuntut adanya efisiensi dan daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak yang ditimbulkan dari perubahan tersebut

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan yang bekerja di luar rumah sepertinya tidak jauh berbeda. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. perempuan yang bekerja di luar rumah sepertinya tidak jauh berbeda. Berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak zaman dahulu hingga kini, persoalan yang dihadapi oleh kaum perempuan yang bekerja di luar rumah sepertinya tidak jauh berbeda. Berbagai hambatan dan

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan bagian yang peranannya sangat penting di. masyarakat untuk menumbuh kembangkan proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan bagian yang peranannya sangat penting di. masyarakat untuk menumbuh kembangkan proses pertumbuhan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan bagian yang peranannya sangat penting di masyarakat untuk menumbuh kembangkan proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak di dalam keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita dari masyarakat dan pengusaha pun semakin tinggi. Di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. wanita dari masyarakat dan pengusaha pun semakin tinggi. Di Amerika Serikat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sudah banyak wanita yang bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing dan di berbagai macam perusahaan. Permintaan untuk karyawan wanita dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai yang cukup dominan dalam kultur berbagai bangsa menyatakan bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam masyarakat peran

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Informasi yang Dimiliki Masyarakat Migran Di Permukiman Liar Mengenai Adanya Fasilitas Kesehatan Gratis Atau Bersubsidi Salah satu program pemerintah untuk menunjang kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan jaman, saat ini banyak wanita yang mengenyam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan jaman, saat ini banyak wanita yang mengenyam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan jaman, saat ini banyak wanita yang mengenyam pendidikan tinggi. Dengan demikian, lebih banyak wanita/istri yang bekerja di luar rumah,

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM

BAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM BAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM 7.1 Pemanfaatan Dana Pinjaman SPP PNPM yang Didapatkan oleh Responden di Desa Gunung

Lebih terperinci

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI 46 REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI Kesejahteraan Petani Reforma agraria merupakan suatu alat untuk menyejahterakan rakyat. Akan tetapi, tidak serta merta begitu saja kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan single parent adalah perempuan yang telah bercerai dengan pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi, membimbing, dan merawat

Lebih terperinci

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran Oleh: Wagiran (Anggota Pokja Gender bidang Pendidikan Provinsi DIY, Dosen FT Universitas Negeri Yogyakarta), maswa_giran@yahoo.com GENDER BERMASALAH? salah satu jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

Puji Hastuti F

Puji Hastuti F HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA WANITA KARIER DENGAN SIKAP KERJA NEGATIF ABSTRAKSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana S-1 Psikologi Oleh : Puji Hastuti F 100

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian jenis deskriptif bertujuan menggambarkan dan memaparkan secara tepat tanggung jawab suami pada keluarga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut : 1. Hasil analisis korelasi

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini berupaya menjawab masalah konflik peran pada Ibu bekerja yang baru pertama kali memiliki anak dan cara mereka mengatasinya. Dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kasih sayang. Melainkan anak juga sebagai pemenuh kebutuhan biologis

BAB I PENDAHULUAN. dan kasih sayang. Melainkan anak juga sebagai pemenuh kebutuhan biologis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan ikatan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, individu dituntut

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Temuan penelitian model keseimbangan kerja-keluarga ini membuktikan kesesuaian antara konsep teoritis yang dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

COPING STRESS PADA WANITA YANG MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

COPING STRESS PADA WANITA YANG MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 COPING STRESS PADA WANITA YANG MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Sendy Puspitasari F 100 040 029 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa masyarakat di Desa Sikumpul dalam pola sosialisasi telah mampu menerapkan kesetaraan gender dengan cukup baik di beberapa aspek kehidupan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perekonomian keluarga, mengisi waktu luang daripada menganggur,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perekonomian keluarga, mengisi waktu luang daripada menganggur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini banyak wanita yang bekerja baik di perusahaan ataupun usaha lokal. Motivasinya pun beragam ada yang bekerja demi membantu perekonomian keluarga,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. 1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SEKUNDER DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SEKUNDER DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SEKUNDER DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER 7.1 Hubungan Antara Tempat Tinggal dan Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender Berdasarkan tempat tinggal hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk

BAB I PENDAHULUAN. makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, sebagaimana juga yang terjadi di seluruh penjuru dunia, makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk menyambung nafkah dan

Lebih terperinci

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER OLEH WAYAN SUDARTA Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan peranan (hak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai Penelitian tentang Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai ini dilakukan oleh Hendry Sitorus (2003). Dalam penelitian ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI 9.1 Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi dalam Pemenuhan Kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis Gender Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai

Lebih terperinci

Bagaimana sih caranya supaya pembantu rumah

Bagaimana sih caranya supaya pembantu rumah KRISIS ASISTEN RUMAH TANGGA Bagaimana sih caranya supaya pembantu rumah tangga atau saya lebih suka menyebutnya asisten rumah tangga (ART) bisa betah bekerja? Dua tahun terakhir semenjak saya membuka usaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A Skala Penelitian A-1 SKALA SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA A-2 SKALA KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Skala SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA LAMPIRAN A-2 Skala KESADARAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Program Kesejahteraan Karyawan pada PT Pos Indonesia (Persero) Menentukan program kesejahteraan karyawan dalam suatu perusahaan bukanlah suatu hal yang mudah,

Lebih terperinci

PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I

PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: ARTANTO RIDHO LAKSONO F 100

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci