BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL"

Transkripsi

1 25 BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL Umur dan Tingkat Pendidikan Responden Data primer di lapangan menunjukkan bahwa dari 35 responden pedagang makanan di Jalan Babakan, umur rata-rata pekerja sektor informal khususnya pedagang makanan di Jalan Babakan adalah 40 tahun dengan kisaran umur antara 22 sampai 74 tahun, yang sebagian besar berumur 30 tahun ke atas. Sementara itu, tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini dikategorikan menjadi lima, yaitu: kategori sangat rendah (tidak tamat SD/sederajat), rendah (tamat SD/sederajat), sedang (tamat SMP/sederajat), tinggi (tamat SMA/sederajat), dan sangat tinggi (tamat perguruan tinggi). Dari jumlah responden sebanyak 35 pedagang makanan, maka pada gambar 5 menunjukkan persentase tingkat pendidikan pedagang makanan di Jalan Babakan. 35% 30% 31.40% 25% 22.90% 20% 17.10% 17.10% 15% 10% 11.40% 5% 0% tidak tamat SD/sederajat tamat SD/sederajat tamat SMP/sederajat tamat SMA/sederajat tamat perguruan tinggi Gambar 5. Tingkat pendidikan responden pedagang makanan di Jalan Babakan, tahun 2012 Berdasarkan gambar 5, menunjukkan bahwa dari 35 responden pedagang makanan yang berdagang di Jalan Babakan terdapat 31,4% tamat SD/sederajat; 22,9% tamat SMA/sederajat; 17,1% tamat perguruan tinggi/sederajat; 17,1% tamat SMP/sederajat; dan 11,4% tidak tamat SD/sederajat. Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan akhir pedagang makanan tergolong dalam tingkat pendidikan rendah lebih banyak dari pada pendidikan akhir pedagang makanan yang tergolong dalam tingkat pendidikan tinggi. Hal ini diperkuat dengan penelitian Suwartika (2003) yang menyatakan bahwa tenaga kerja sektor informal mempunyai tingkat pendidikan formal rendah lebih besar dibandingkan dengan tingkat pendidikan formal tinggi. Meskipun begitu, hasil penelitian Iqbal (2004) yang menyatakan bahwa faktor pendorong tumbuh kembangnya sektor informal adalah adanya tingkat pendidikan dan keahlian yang

2 26 terbatas tidak dapat dibenarkan karena sektor informal ini juga menampung pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi dan sangat tinggi. Rendahnya tingkat pendidikan akhir yang ditempuh oleh pekerja sektor informal ini disebabkan keadaan ekonomi rumah tangga yang kurang mencukupi kehidupan masing-masing anggota rumah tangga. Sebagai contoh Mbak FTH (22 tahun) salah satu responden yang tidak dapat melanjutkan sekolah sampai jenjang perguruan tinggi. Bapak saya merupakan buruh tani Mbak, oleh karena itu, saya tidak sekolah sampai jenjang pendidikan tinggi. Saya bisa berjualan ini karena ajakan kakak. Awalnya saya membantu kakak di warung ini, kemudian akhirnya warung ini diberikan kepada saya. Sebelum berdagang, saya sempat bekerja di pabrik garmen selama hampir satu tahun Mbak (FTH, 22 tahun). Penuturan Mbak FTH (22 tahun) menunjukkan bahwa ketidakmampuan orang tuanya untuk membiayainya menempuh jenjang pendidikan yang tinggi mengakibatkan dirinya masuk ke dunia kerja, sampai akhirnya masuk sebagai pedagang makanan di sektor informal. Sektor informal khususnya berdagang makanan ini membutuhkan keterampilan. Keterampilan ini didapatkan dengan cara magang sebelum mendirikan usaha berdagang makanan. Sebagai contoh kasus Ibu NEN (25 tahun) dan Bapak UL, 28 tahun. Ketika saya duduk di bangku SMA, saya ikut bekerja tante di Bara. Setelah itu, saya bekerja di warung makan milik anak tante selama dua tahun. Baru setelah menikah saya mendirikan warung ini bersama kakak, yang mempunyai warung juga di Bara. Setelah saya melahirkan dan anak saya berumur 2,5 tahun barulah saya mengelola warung ini sendiri (NEN, 25 tahun). Awalnya saya ke sini diajak oleh kakak ipar saya. Saya dulu membantu berdagang nasi goreng kakak ipar saya karena kakak ipar saya mempunyai empat warung nasi goreng. Sekarang warung nasi gorengnya sudah berkurang dua, mungkin saja karena banyak saingan. Sebelum ke sini, saya sempat merantau ke Jakarta Selatan, di sana saya berjualan ayam bakar selama dua tahun. Kemudian, saya pindah ke Jakarta Utara untuk berjualan ikan selama dua setengah tahun (UL, 28 tahun). Penuturan dari Mbak FTH (22 tahun) menunjukkan bahwa pendidikan rendah menjadikannya sebagai pekerja di sektor informal, sedangkan pernyataan Ibu NEN (25 tahun) dan Bapak UL (28 tahun) menunjukkan bahwa keterampilan melalui magang menjadikan mereka bisa memasuki sektor informal yaitu sebagai pedagang makanan. Hal ini sejalan dengan penelitian Suwartika (2003) yang menyatakan bahwa sektor informal ini mudah dimasuki oleh orang-orang yang hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang didapat melalui pengalaman kerja bukan melalui pendidikan formal. Sektor informal ini merupakan solusi bagi masalah kemiskinan dan pengangguran. Selain itu, terdapat juga pekerja sektor informal yang tergolong dalam pendidikan sangat tinggi. Walaupun pendidikan sangat tinggi ini memungkinkan mereka untuk bekerja di sektor formal tetapi mereka memilih untuk menjadi pekerja sektor informal karena mereka mempunyai prinsip kehidupan dan jiwa entrepreneur. Contoh kasus Pak STN (29 tahun) dan Pak RA (29 tahun) merupakan lulusan perguruan tinggi tetapi memilih untuk menjadi pekerja sektor informal. Sebelum berdagang soto ini, saya dulu adalah karyawan sebuah perusahaan Jepang yang sudah bekerja selama lima tahun tetapi karena cara kerja perusahaan Jepang ini kurang cocok dengan idealogi yang saya miliki, maka saya mengundurkan diri

3 dari perusahaan tersebut. Setelah saya mendengar cerita sukses dari beberapa tetangga saya di bidang wirausaha, maka saya mencoba berdagang soto ini. Ya, usaha pertama saya ini merupakan wahana untuk belajar. Belum tentu toh Mbak usaha pertama merupakan jalan sukses di masa depan, siapa tahu akan sukses di bidang lain gitu lo maksudnya. Tapi Alhamdulillah saya sudah bisa mengekspansi soto ini ke Cikarang. Soto yang di Cikarang dikelola oleh adik saya. Soto yang di Cikarang baru berdiri seminggu jadi belum diketahui omset penjualannya Mbak (STN, 29 tahun). Dulu sebelum mendirikan usaha ini, selama tujuh tahun saya merupakan karyawan even organiser sebuah perusahaan dan juga bekerja sebagai kontraktor. Setelah saya menikah, saya mengundurkan diri dan kemudian saya mendirikan usaha ini. Ya, usaha ini saya buka dengan misi mengurangi pengangguran pada tingkat pendidikan SMP karena karyawan yang saya pekerjakan rata-rata adalah lulusan SMP (RA, 29 tahun). Berdasarkan penuturan Pak STN (29 tahun) dan Pak RA (29 tahun) menunjukkan bahwa pada pekerja sektor informal yang tergolong pada tingkat pendidikan sangat tinggi, memilih untuk masuk ke dalam usaha sektor informal khususnya usaha berdagang makanan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1) prinsip dan idealisme individu, (2) motivasi eksternal dari cerita sukses teman yang berusaha di sektor informal, dan (3) adanya jiwa entrepreneur. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sektor informal dapat dimasuki oleh semua golongan umur dan tingkat pendidikan. Syarat yang dibutuhkan dalam memasuki sektor informal adalah pengetahuan dan keterampilan yang berasal dari pengalaman kerja. 27 Jenis Kelamin Responden Berdasarkan data primer di lapangan menunjukkan bahwa pedagang makanan yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada yang berjenis kelamin laki-laki. Data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Frekuensi dan persentase responden pedagang makanan di Jalan Babakan berdasarkan jenis kelamin, tahun 2012 Jenis Kelamin Frekuensi Persentase laki-laki 17 48,6 perempuan 18 51,4 Total ,0 Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa dari 35 responden terdapat 51,4% pedagang makanan berjenis kelamin perempuan dan 48,6% pedagang makanan berjenis kelamin laki-laki. Hal itu dapat diartikan bahwa pekerja sektor informal khususnya pedagang makanan banyak dilakukan oleh perempuan. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian mengenai strategi nafkah rumah tangga nelayan oleh Iqbal (2004) yang menyatakan bahwa sektor informal dan perdagangan kecil, biasanya banyak ditekuni oleh para wanita. Contoh kasus Ibu NAR (41 tahun) dan Ibu SYH (47 tahun). Saya semula merupakan ibu rumah tangga, tetapi untuk membantu suami maka saya berdagang nasi kuning ini. Setelah suami saya di-phk, akhirnya dia juga ikut

4 28 berjualan nasi kuning. Suami saya berjualan nasi kuning di pinggir jalan dekat dealer honda Cibanteng. Setelah saya selesai berjualan, biasanya saya masih harus mengerjakan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga seperti mencuci baju, masak, dan bersih-bersih rumah (NAR, 41 tahun). Dahulu suami saya merupakan sopir angkot maka untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Saya pun bekerja sebagai buruh masak di suatu kosan kemudian karena tidak tahan dengan tingkah laku mahasiswi yang kos, akhirnya saya meminta ijin ke lurah untuk berdagang gado-gado menggunakan tenda, kemudian akhirnya dibuatkan kios oleh IPB. Suami saya kadang-kadang membantu usaha berdagang makanan, ketika tidak ada orang yang memintanya menjadi sopir. Sekarang mah jasa suami saya jarang digunakan atau disewa orang, oleh karena itu, suami saya membantu usaha warung ini (SYH, 47 tahun). Berdasarkan penuturan Ibu NAR (41 tahun) dan SYH (47 tahun) menunjukkan bahwa perempuan yang berusaha di sektor informal sebagai pedagang makanan berusaha membantu suami untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Hal ini menunjukkan adanya pola nafkah ganda. Pekerjaan perempuan pada dua contoh kasus Ibu NAR dan SYH menunjukkan bahwa perempuan memilih pekerjaan yang dekat dengan kegiatan rumah seperti memasak. Maka dari itu, wajar jika jumlah pedagang makanan yang berjenis kelamin perempuan lebih besar dari pada laki-laki. Selain itu, penuturan tersebut menunjukkan bahwa perempuan mempunyai peran ganda yaitu menjadi ibu rumah tangga dan pedagang makanan di sektor informal. Pekerjaan perempuan ini hanya dianggap sebagai pekerjaan untuk membantu suami padahal berdasarkan data primer, Ibu NAR (41 tahun) dan Ibu SYH (47 tahun) memiliki penghasilan lebih tinggi di banding dengan penghasilan suaminya. Status Perkawinan Responden Status perkawinan menunjukkan banyaknya tanggungan dalam suatu rumah tangga. Jika berstatus sudah kawin maka jumlah yang ditanggung untuk dinafkahi lebih banyak dari pada berstatus belum kawin. Berdasarkan data primer di lapangan menunjukkan bahwa dari 35 responden terdapat 85,7% pekerja sektor informal sebagai pedagang makanan berstatus sudah kawin dan 14,3% pekerja sektor informal sebagai pedagang makanan berstatus belum kawin. Tabel 4. Frekuensi dan persentase responden pedagang makanan di Jalan Babakan berdasarkan status perkawinan, tahun 2012 Status Perkawinan Frekuensi Persentase kawin 30 85,7 belum kawin 5 14,3 Total ,0 Berdasarkan tabel 4, menunjukkan bahwa pedagang makanan di Jalan Babakan yang berstatus sudah kawin lebih banyak dari pada yang berstatus belum kawin. Status perkawinan ini mempunyai nilai pada sektor informal khususnya usaha berdagang makanan, dengan sudah berstatus kawin maka dalam mengerjakan usaha makanan dapat melibatkan dua individu yang diikat dengan tali perkawinan. Pelibatan berdasarkan status perkawinan ini didasarkan atas kerja

5 sama dan komplementer (saling melengkapi). Contoh Ibu YAT (30 tahun) dan Ibu EP (28 tahun). Saya biasanya pergi ke pasar dua hari sekali, kemudian ketika selesai ke pasar saya langsung masak untuk dagangan mie ayam. Setelah selesai masak biasanya gerobak sudah saya letakkan di pinggir jalan depan gang ini. Kemudian, biasanya nanti setelah dhuhur suami saya mengelilingkan gerobak mie ayam sampai malam (YAT, 30 tahun). Saya sudah berjualan soto mie selama dua tahun, sebelum jualan soto mie, dahulu saya pernah ikut adik saya berjualan soto di Citereup, sedangkan suami saya berdagang sayur di pasar Ciampea. Setelah adik saya bangkrut, maka ilmunya saya gunakan untuk berdagang soto mie ini bersama suami saya. Selain berdagang soto mie ini, saya juga memasok Baslok ke dua warung dan jika ada acara hiburan di desa maka saya pun berdagang Baslok. Saya dan suami saya saling bekerja sama saja misalnya jika seperti ini saya jaga soto mie maka suami saya di rumah sedang membuat Baslok untuk saya jual nanti di acara hiburan desa. Saya yang menjualkan Baslok tersebut karena suami saya malu jika berjualan Baslok. Lalu ada juga satu karyawan yang kos di dekat rumah saya, tetapi kos makannya di tempat saya yaitu dua kali makan dalam sehari dengan menu makanan yang sama seperti yang keluarga saya makan, sehingga saya hanya menarifnya tiga ratus ribu rupiah per bulan (EP, 28 tahun). Penuturan Ibu YAT (30 tahun) dan Ibu EP (28 tahun) menunjukkan bahwa adanya kerja sama dan saling melengkapi dalam hubungan suami-istri untuk menjalankan usaha berdagang makanan, tetapi proporsi kontribusi dalam usaha berdagang yang dilakukan Ibu YAT yaitu lebih pada kegiatan memasak dan ke pasar sedangkan suaminya lebih berkontribusi pada kegiatan produksi yaitu menjalankan usaha berdagang makanan tersebut. Berbeda dengan contoh kasus Ibu EP, Ibu EP lebih mendominasi dalam kegiatan produksi yaitu berjualan sedangkan suami Ibu EP lebih mendominasi dalam kegiatan memasak. Perbedaan ini disebabkan oleh tingkat rasa gengsi dari internal individu. Berdasarkan data tersebut juga menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan seimbang dalam bekerja sebagai pedagang makanan di sektor informal. 29 Daerah Asal Responden Berdasarkan data primer di lapangan menunjukkan bahwa dari 35 responden terdapat 34,3% pedagang makanan merupakan penduduk asli Kecamatan Dramaga, 65,7% pedagang makanan merupakan penduduk yang berasal dari luar Kecamatan Dramaga. Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan secara umum bahwa pedagang yang bukan berasal dari Kecamatan Dramaga merupakan pedagang yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa pedagang yang berdagang di Jalan Babakan lebih banyak berasal di luar Kecamatan Dramaga. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang makanan yang berdagang di Jalan Babakan merupakan pendatang. Hal ini diperkuat dengan pernyataan informan yang tinggal di sekitar Jalan Babakan dan Kepala Desa Babakan Raya. Dahulu Babakan Raya teh tidak seramai ini. Dahulu, di sekitar Babakan Raya ini masih berupa hutan karet dan masih adem. Pada sekitar warkop mah masih ramai oleh konsumen mahasiswa bahkan sampai antri karena sekitar 1994

6 30 pedagang makanan masih jarang ada. Babakan raya yang biasa disebut Bara ini mulai ramai oleh pedagang gerobak itu pada tahun 1998 kemudian pada tahun 2000 IPB membangun kios-kios yang berada di pinggir trotoar jalan (SND, 42 tahun). Awalnya yang berdagang di sekitar sini itu adalah penduduk asli sini, tetapi seiring waktu berjalan menjadi banyak pendatang. Sebelum tahun 1997 ketika kepala desanya masih Pak END, memperbolehkan keberadaan pedagang kaki lima. Kemudian setelah tahun 1997, yang mana pada saat itu saya sudah menjadi kepala desa maka saya meneruskan kebijakan yang dibuat oleh Pak END. Eh gara-gara hal itu pihak desa banyak memperoleh teguran dari IPB (Pak YYT, Kepala Desa Babakan Raya) Berdasarkan penuturan Pak SND dan Pak YYT menunjukkan bahwa perubahan waktu serta kebijakan yang diterapkan oleh kepala Desa Babakan dan IPB mengakibatkan masuknya pendatang dari luar Kecamatan Dramaga untuk bergadang makanan di Jalan Babakan. Tabel 5. Sebaran daerah asal responden pedagang makanan di Jalan Babakan tahun 2012 Daerah Asal Frekuensi Persentase Bangkalan 1 2,9 Banten 1 2,9 Brebes 2 5,7 Cianjur 1 2,9 Dramaga 12 34,3 Garut 1 2,9 Indramayu 1 2,9 Kebumen 1 2,9 Klaten 1 2,9 Lampung 1 2,9 Madura 1 2,9 Medan 1 2,9 Padang 1 2,9 Pemalang 1 2,9 Purwokerto 1 2,9 Rembang 1 2,9 Solo 2 5,7 Subang 1 2,9 Sumedang 3 8,6 Tasik 1 2,9 Total ,0 Selain itu, diperkuat juga dengan hasil penelitian Tan (2006) yang menyatakan bahwa: Keberadaan IPB juga membawa adanya program pengembangan masyarakat yang diselenggarakan oleh Lembaga pengabdian Masyarakat (LPM). Program ini berlangsung pada tahun 2000, wujud program ini adalah menyediakan kios sebanyak 70 buah di jalan Babakan Raya dengan sejumlah ketentuan. Kios-kios

7 tersebut pada awalnya disewakan pada orang-orang lokal. Namun tiga tahun kemudian kios-kios tersebut beralih tangan kepada pedagang pendatang. Para pedagang pribumi mengalihkan hak pakai kios tersebut kepada orang lain karena usaha mereka tidak maju atau tidak mampu bersaing dengan pendatang (Tan, 2006: 75). Berdasarkan hasil penelitian Tan (2006), data primer, penuturan Pak SND seorang warga Desa Babakan dan Pak YYT seorang kepala Desa Babakan Raya menunjukkan bahwa pedagang makanan yang berdagang di Jalan Babakan sebagian besar adalah orang-orang pendatang dari berbagai daerah sekitar Jalan Babakan. 31 Ikhtisar Umur rata-rata pekerja sektor informal khususnya pedagang makanan di Jalan Babakan adalah 40 tahun dengan kisaran umur antara 22 sampai 74 tahun, yang sebagian besar berumur 30 tahun ke atas. Sementara itu, Tingkat pendidikan akhir pedagang makanan tergolong dalam tingkat pendidikan rendah lebih banyak dari pada pendidikan akhir pedagang makanan yang tergolong dalam tingkat pendidikan tinggi. Meskipun begitu, hasil penelitian Iqbal (2004) yang menyatakan bahwa faktor pendorong tumbuh kembangnya sektor informal adalah adanya tingkat pendidikan dan keahlian yang terbatas tidak dapat dibenarkan karena sektor informal ini juga menampung pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi dan sangat tinggi. Sektor informal dapat dimasuki oleh semua golongan umur dan tingkat pendidikan. Syarat yang dibutuhkan dalam memasuki sektor informal adalah pengetahuan dan keterampilan yang berasal dari pengalaman kerja. Sementara itu, jumlah pedagang makanan berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada pedagang makanan berjenis kelamin laki-laki. Perempuan yang berusaha di sektor informal sebagai pedagang makanan berusaha membantu suami untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Hal ini menunjukkan adanya pola nafkah ganda. Pedagang makanan di Jalan Babakan yang bersatatus sudah kawin lebih banyak dari pada yang berstatus belum kawin. Status perkawinan ini mempunyai nilai pada sektor informal khususnya usaha berdagang makanan, di mana dengan sudah berstatus kawin maka dalam mengerjakan usaha makanan dapat melibatkan dua individu yang diikat dengan tali perkawinan. Pelibatan berdasarkan status perkawinan ini didasarkan atas kerja sama dan komplementer (saling melengkapi). Sementara itu, laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan seimbang dalam bekerja di sektor informal. Pedagang makanan di Jalan Babakan lebih banyak berasal di luar Kecamatan Dramaga. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang makanan yang berdagang di Jalan Babakan merupakan pendatang. Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah responden yang berstatus sudah kawin lebih tinggi daripada pedagang makanan yang berstatus belum kawin, karena umur rata-rata pedagang makanan adalah 40 tahun. Sementara itu, pedagang makanan yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada pedagang makanan yang berjenis kelamin laki-laki, karena aktifitas dapur merupakan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh perempuan. Pandangan ini merupakan pandangan yang dibentuk oleh kebudayaan Indonesia.

BAB V STRUKTUR NAFKAH RUMAH TANGGA PEDAGANG MAKANAN

BAB V STRUKTUR NAFKAH RUMAH TANGGA PEDAGANG MAKANAN 33 BAB V STRUKTUR NAFKAH RUMAH TANGGA PEDAGANG MAKANAN Struktur pendapatan adalah komposisi pendapatan rumah tangga dari berbagai aktifitas nafkah yang dilakukan oleh seluruh anggota rumah tangga. Struktur

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH PEDAGANG MAKANAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH PEDAGANG MAKANAN BAB VI STRATEGI NAFKAH PEDAGANG MAKANAN Usaha berdagang makanan merupakan sektor informal yang selalu dinamis, yang penghasilannya tidak menentu dan siapa saja bisa memasuki sektor tersebut. Hart (1985)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar denah lokasi penelitian

Lampiran 1. Gambar denah lokasi penelitian Lampiran 90 91 Lampiran 1. Gambar denah lokasi penelitian Sumber: http: //maps.google.co.id/maps Gambar 12. Peta Jalan Babakan Lampiran 2. Kerangka sampling Tabel 32. Kerangka sampling berdasarkan nama

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN KUNCI

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN KUNCI PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN KUNCI Pemilik Rumah Makan A. Biodata Informan 1. Nama : Marnita 2. Umur : 36 tahun 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Status : Sudah Menikah 5. Daerah Asal : Pariaman 6. Alamat

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 No. 16/07/33/16/Th.I, 16 Juli 2017 STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 Pemuda adalah bagian dari penduduk usia produktif yaitu berumur 16-30 tahun. Jumlah pemuda di Kabupaten Blora adalah 167.881 jiwa atau

Lebih terperinci

BAB VII PENGELOLAAN SURPLUS PENDAPATAN PEKERJA SEKTOR INFORMAL

BAB VII PENGELOLAAN SURPLUS PENDAPATAN PEKERJA SEKTOR INFORMAL 79 BAB VII PENGELOLAAN SURPLUS PENDAPATAN PEKERJA SEKTOR INFORMAL Ellis (2000) menyatakan investasi dilakukan dalam rangka meningkatkan prospek kehidupan masa depan yang dijelaskan sebagai strategi aset

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng Kecamatan Cakung Kotamadya Jakarta Timur Propinsi DKI Jakarta yang berusia 15 tahun

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL 31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 27 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 4.1 Desa Cikarawang 4.1.1 Kondisi Demografis Desa Cikarawang merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan terdiri dari 7 RW. Sebelah

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 39 Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Peluang bekerja dan berusaha adalah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya

Lebih terperinci

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH 23 USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH Gambaran Usaha Kaki Lima di Sekitar Kebun Raya Bogor (KRB) Menjadi wirausahawan merupakan salah satu sumber pendapatan yang menjanjikan dan

Lebih terperinci

BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG

BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG Rumahtangga di Indonesia terbagi ke dalam dua tipe, yaitu rumahtangga yang dikepalai pria (RTKP) dan rumahtangga yang dikepalai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

Laki-laki Perempuan Jumlah

Laki-laki Perempuan Jumlah 30 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KELOMPOK 5.1 Karakteristik Responden Pada bagian ini diuraikan karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Analisis Faktor-faktor yang

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Analisis Faktor-faktor yang Lampiran-1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Saya yang bertandatangan Anggita Fahrina Nasution dengan NIM. 091101024 adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2014 BPS KABUPATEN SEKADAU No.03/12/6109/Th. I, 3 Desember 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2014 SEBESAR 0,31 PERSEN Hasil Survei Angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dapat menciptakan peluang usaha yang besar. Soto Pak Sipit mulai ramai pengunjung.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dapat menciptakan peluang usaha yang besar. Soto Pak Sipit mulai ramai pengunjung. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Usaha Soto Pak Sipit pertama kali didirikan tahun 2001 oleh Pak Sipit sendiri. Tempat usahanya terletak di jalan Kartini Raya. Hingga saat ini usahanya masih

Lebih terperinci

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 6.1 Karakteristik Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Martabak merupakan salah satu jenis makanan yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015

KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SEKADAU No.06/11/6109/Th. II, 17 November 2016 KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 SEBESAR 2,97 PERSEN Persentase angkatan

Lebih terperinci

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 105 BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 7.1 Supply Bahan Baku Pangan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Munculnya usaha yang diakibatkan oleh adanya kegiatan

Lebih terperinci

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI 6.1 Peran (Pembagian Kerja) dalam Rumahtangga Peserta Peran atau pembagian kerja tidak hanya terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa lepas dari sektor informal. Keberadaan sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang sedang

Lebih terperinci

Jumlah % 1 < Jumlah Jlh % jlh %

Jumlah % 1 < Jumlah Jlh % jlh % Jumlah Keseluruhan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah % 1 laki-laki 14918 50 2 Perempuan 14971 50 Jumlah 29889 100 Jumlah Responden Berdasarkan Usia Usia Jlh % 1 < 20 70 47 2 20-39

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan. BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK Bab ini akan membahas tentang temuan data yang telah dipaparkan sebelumnya dengan analisis teori pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 No. 64/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Agustus 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 29 DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI Deskripsi Karakteristik Individu Petani Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa umur petani anggota

Lebih terperinci

Desa Ngijo yang berjumlah 87 responden. a. Umur dan Jenis Kelamin Responden. (41,38 persen). Umur responden adalah sebagai berikut:

Desa Ngijo yang berjumlah 87 responden. a. Umur dan Jenis Kelamin Responden. (41,38 persen). Umur responden adalah sebagai berikut: 74 1. Karakteristik Responden Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Penjual Jasa yang berada di sekitar tempat pariwisata Sondokoro Desa Ngijo yang berjumlah responden. a. Umur dan Jenis

Lebih terperinci

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Informasi yang Dimiliki Masyarakat Migran Di Permukiman Liar Mengenai Adanya Fasilitas Kesehatan Gratis Atau Bersubsidi Salah satu program pemerintah untuk menunjang kesehatan

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. terlebih dahulu mengetahui data informan yaitu Pemilik Burger Al-barokah (Ibu Sri)

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. terlebih dahulu mengetahui data informan yaitu Pemilik Burger Al-barokah (Ibu Sri) 95 LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Informasi ataupun data yang diperoleh penulis didapat melalui pengamatan langsung dan wawancara terstruktur kepada informan. Wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai pemenuhan hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai pemenuhan hak-hak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia secara berkelanjutan melakukan pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai pemenuhan hak-hak manusia yang tertuang

Lebih terperinci

No. 03/05/81/Th.XVIII, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU 2017 Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Maluku pada Februari 2017 mencapai 769.108 orang, bertambah sebanyak 35.771 orang dibanding angkatan

Lebih terperinci

IV. DESA BABAKAN DALAM KONTEKS LINGKAR KAMPUS IPB DARMAGA

IV. DESA BABAKAN DALAM KONTEKS LINGKAR KAMPUS IPB DARMAGA IV. DESA BABAKAN DALAM KONTEKS LINGKAR KAMPUS IPB DARMAGA Gambaran Umum Desa Babakan adalah satu diantara 14 desa yang ditetapkan oleh IPB sebagai bagian dari Wilayah Lingkar Kampus (WLK) IPB Darmaga.

Lebih terperinci

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR 31 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei No. 67/11/82/Th XIV, 05 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) mencapai 773,18 ribu orang. Naik

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum responden beras organik SAE diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN 4.1 Jenis Kelamin Responden Responden dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu laki-laki dan perempuan. Responden yang didapatkan terdiri dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya seiring dengan bergesernya gaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 17 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pengaruh pola penggunaan jejaring sosial terhadap motivasi dan alokasi waktu belajar siswa SMPN 1 Dramaga, menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN 1.1.Profil Keluarga dampingan Keluarga dampingan merupakan salah satu program yang diusung oleh KKN-PPM (Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat)

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 67 BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Proses pendidikan melalui pembelajaran menurut Sudjana (2006) adalah interaksi edukatif antara masukan (input) sarana dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Di pasar kita dapat berbelanja sayuran, daging, sembako, bumbu dapur, buahbuahan, pakaian,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci. Data kuantitatif diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, dan analisis

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN RESPONDEN Daftar pertanyaan ini disusun untuk pembuatan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan dari Universitas Lampung

DAFTAR PERTANYAAN RESPONDEN Daftar pertanyaan ini disusun untuk pembuatan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan dari Universitas Lampung DAFTAR PERTANYAAN RESPONDEN Daftar pertanyaan ini disusun untuk pembuatan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan dari Universitas Lampung PETUNJUK PENGISIAN 1. Jawablah pertanyaan ini dengan sejujurnya.

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA 63 V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA Bab berikut membahas struktur pasar tenaga kerja yang ada di Indonesia. Tampak bahwa sebagian besar tenaga kerja Indonesia terserap di sektor jasa. Sektor jasa

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB V PEMBAHASAN MASALAH BAB V PEMBAHASAN MASALAH A. PEMBAHASAN Setiap manusia memiliki impian untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Tetapi ketika sudah menikah banyak dari pasangan suami istri yang memilih tinggal bersama

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 66/11/16/Th. XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Kelurahan Sail Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di bawah kecamatan, dalam konteks merupakan wilayah kerja lurah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Letak geografis Kabupaten Landak adalah 109 40 48 BT - 110 04 BT dan 00

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,83 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perkebunan teh PTPN VIII Ciater Subang merupakan perkebunan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perkebunan teh PTPN VIII Ciater Subang merupakan perkebunan yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perkebunan teh PTPN VIII Ciater Subang merupakan perkebunan yang tetap bertahan dari zaman kolonial Belanda sampai tahun 1990, bahkan sampai sekarang. Keberadaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan BPS (2010), jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,5 juta orang. Pada Maret 2009, jumlah penduduk miskin sebesar 32,5 juta orang, sedangkan

Lebih terperinci

PROSES MIGRASI ORANG MADURA

PROSES MIGRASI ORANG MADURA 29 PROSES MIGRASI ORANG MADURA Migrasi Berantai Migran Madura Etnis Madura dikenal sebagai salah satu etnis yang memiliki budaya migrasi, selain etnis Bugis, Batak dan Minangkabau (Mantra 1992). Terdapat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 No.28/05/63/Th XVI/07 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2012 sebesar 1,887 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,55

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 25/05/32/Th. XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,66 PERSEN Tingkat partisipasi angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 No.29/05/63/Th XVII/06 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2013 sebesar 1.937.493 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,65

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.70 /11/33/Th.VIII, 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2014 yang sebesar

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017 Keadaan Ketenagakerjaan di DKI Jakarta Februari 2017 No. 27/05/31/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di DKI Jakarta pada Februari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.25 /05/TH.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,39 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh pada Februari 2017 mencapai 2,330

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran umum partisipan I

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran umum partisipan I BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran umum partisipan I Partisipan I yang dikenal dengan RP I berusia 27 tahun. Pendidikan terakhir RP I adalah statra I. Saat ini

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN Hari/Tanggal :... Nomor Responden : Nama Responden : Alamat Responden : Nomor Telepon/HP :

KUESIONER PENELITIAN Hari/Tanggal :... Nomor Responden : Nama Responden : Alamat Responden : Nomor Telepon/HP : LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Level 5 Wing 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp.

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017 No. 79/11/33/Th. XI, 06 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR 5.1. Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional Kota Bogor Terdapat tujuh buah pasar tradisional yang dibangun oleh Pemerintah Kota Bogor untuk menunjang perekomomian dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BALUMBANG JAYA

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BALUMBANG JAYA BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BALUMBANG JAYA 4.1 Keadaan Umum Kelurahan Balumbang Jaya Dalam subbab ini, dipaparkan tiga kelompok karakteristik Kelurahan Balumbang Jaya. Karakteristik tersebut dilihat

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

BAB II PENGALAMAN KOMUNIKASI PADA HUBUNGAN PERNIKAHAN DENGAN PRIA YANG BERUSIA LEBIH MUDA DALAM BUDAYA PATRIARKI

BAB II PENGALAMAN KOMUNIKASI PADA HUBUNGAN PERNIKAHAN DENGAN PRIA YANG BERUSIA LEBIH MUDA DALAM BUDAYA PATRIARKI BAB II PENGALAMAN KOMUNIKASI PADA HUBUNGAN PERNIKAHAN DENGAN PRIA YANG BERUSIA LEBIH MUDA DALAM BUDAYA PATRIARKI Pada bab ini, peneliti menjelaskan pola komunikasi pada hubungan pernikahan dengan pria

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peran wanita berbeda bagi setiap masyarakat (Hutajulu, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peran wanita berbeda bagi setiap masyarakat (Hutajulu, 2004). BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Perilaku keluarga dan peran serta setiap individu anggota keluarga akan membantu kita untuk mengerti

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR

BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR 5.1 Gambaran Umum UPTD Pasar Baru Bogor Penelitian ini dilakukan di UPTD Pasar Baru Bogor, merupakan salah satu dari 7 unit dari pasar yang ada di Kota Bogor.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Kasus Per Kasus Selama di lapangan peneliti memperoleh enam kasus perempuan yang bekerja, yang akan dipaparkan dalam deskripsi kasus

Lebih terperinci

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 31 Ideologi Gender Ideologi gender adalah suatu pemikiran yang dianut oleh masyarakat yang mempengaruhi WKRT (Wanita Kepala Rumah Tangga)

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG KRISIS EKONOMI PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN KASUS PEMBUNUHAN KEKERASAN PADA ANAK KASUS PENJUALAN BAYI KOMUNIKASI SUAMI DAN ISTRI

LATAR BELAKANG KRISIS EKONOMI PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN KASUS PEMBUNUHAN KEKERASAN PADA ANAK KASUS PENJUALAN BAYI KOMUNIKASI SUAMI DAN ISTRI TINGKAT KETAHANAN MENTAL IBU MUDA KELUARGA MISKIN PERKOTAAN DALAM MENGHADAPI KESULITAN EKONOMI (Studi Kasus Di Kota Bandung dan Indramayu) OLEH ANNE HAFINA NANDANG RUSMANA AHMAD YANI LATAR BELAKANG KRISIS

Lebih terperinci