KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR"

Transkripsi

1 31 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh orang tersebut. Status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan kepemilikan, kemampuan dalam keberhasilan menjalankan usaha serta pencapaian pemenuhan kebutuhan (Ardi 2012). Kondisi sosial ekonomi rumah tangga yang dimaksud dalam penelitian ini di antaranya adalah jumlah tanggungan, jenis usaha perikanan, curahan waktu, pendapatan, dan pengeluaran Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan dalam rumah tangga responden dilihat sebagai besarnya beban dalam penafkahan. Sesuai Undang-undang PPh No. 35 Tahun 2008 tentang PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak), jumlah tanggungan dalam setiap anggota keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, maksimal tiga orang. Jumlah tanggungan kurang dari tiga orang maka bebannya rendah. Jumlah tanggungan sama dengan tiga orang maka bebannya sedang. Jumlah tanggungan lebih dari tiga orang maka bebannya tinggi. Tabel 12 Persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan dalam rumah tangga di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Jumlah tanggungan Nelayan (%) Pengolah hasil perikanan (%) Pembudidaya ikan (%) Total (%) Rendah (< 3 orang) Sedang (= 3 orang) Tinggi (> 3 orang) Total (%) Hasil pengambilan data menunjukkan bahwa rumah tangga di Desa Tanjung Pasir mengalami pengelompokan beban tanggungan yang cukup merata. Persentase terbanyak dialami oleh rumah tangga dengan tanggungan tinggi sebesar 42 persen. Anggota rumah tangga di dalamnya memiliki banyak anak dan beberapa responden tidak hanya satu keluarga dalam satu rumah tangga. Rumah tangga dengan tanggungan sedang cenderung hanya memiliki dua orang anak (28 persen). Rumah tangga dengan tanggungan rendah sebesar 33 persen yang cenderung merupakan pasangan muda ataupun hanya tinggal pasangan tua saja. Jika dilihat dari setiap jenis usaha perikanan, rumah tangga pengolah hasil perikanan dan sebagian rumah tangga pembudidaya memang memiliki jumlah tanggungan yang tinggi (50 persen dan 40 persen). Sedangkan untuk rumah

2 32 tangga nelayan dan sebagian rumah tangga pembudidaya ikan, jumlah tanggungan cenderung rendah (40 persen). Berdasarkan data yang ada dan hasil wawancara mendalam, penyebab jumlah tanggungan yang tinggi karena masih adanya pandangan konservatif bahwa banyak anak banyak rezeki, namun tidak diimbangi dengan pendapatan yang diperoleh. Jenis Usaha Perikanan Usaha perikanan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir adalah (1) nelayan, baik harian maupun mingguan; (2) pengolah hasil perikanan, merupakan kelompok Batari (Bandeng Tanpa Duri) yang dikelola oleh ibu-ibu dan cukup sering mengadakan kegiatan pengolahan dalam setahun; serta (3) pembudidaya ikan, yang pelakunya melakukan kegiatan dengan sewa tambak atau penggarap. Tabel 13 Persentase responden berdasarkan jenis usaha perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Jenis usaha perikanan Perempuan (%) Laki-laki (%) Total (%) Nelayan Pengolah hasil perikanan Pembudidaya ikan Total (%) Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa mayoritas rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir menggantungkan hidupnya sebagai nelayan dimana seluruh pelakunya adalah laki-laki (56 persen). Dalam usaha pengolahan ikan, seluruh pelaku usahanya adalah perempuan (22 persen). Sedangkan dalam pembudidayaan ikan, seluruh pelaku usahanya adalah laki-laki (22 persen). Dapat disimpulkan bahwa jenis kegiatan penangkapan dan budidaya dilakukan hanya oleh laki-laki, sedangkan pengolahan oleh perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan di Desa Tanjung Pasir enggan melakukan kegiatan melaut dan lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah. Selain itu alasan kekuatan fisik yang tidak sepadan dengan laki-laki, membuat perempuan dalam rumah tangga perikanan di desa ini memutuskan untuk melakukan kegiatan rumah tangga saja. Curahan Waktu Menurut Teori Analisis Harvard, kegiatan dalam rumah tangga dibagi menjadi kegiatan reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan. Setiap bidang kegiatan harus idealnya mengalami pembagian waktu yang seimbang. Kegiatan sosial kemasyarakatan tidak disertakan dalam penghitungan dan hanya sebagai data pendukung saja. Curahan waktu dalam kegiatan reproduktif dan produktif dilihat sebagai inti dari kegiatan keseharian setiap individu. Tabel 14 menunjukkan bahwa curahan waktu perempuan dalam kehidupan sehari-hari cenderung berlebihan. Waktu yang berlebihan ini artinya adanya ketimpangan dalam pembagian waktu antara kegiatan reproduktif dan produktif. Kegiatan yang dilakukan biasanya adalah mengurus rumah, anak, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Curahan waktu sedang bagi perempuan sebesar 40 persen

3 33 disebabkan kegiatan pencarian nafkah yang dilakukan melalui pembukaan usaha dilakukan seiring dengan kegiatan reproduktif seperti mengurus anak, membersihkan rumah, dan sebagainya. Hampir semua perempuan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir berjualan gado-gado, dan biasanya dilakukan ketika siang hari atau menjelang akhir pekan, yaitu hari Sabtu dan Minggu. Beberapa usaha lain yang dilakukan adalah berjualan kue keliling, membuka warung, dan sebagainya. Curahan waktu bagi laki-laki dalam rumah tangga perikanan dinyatakan 100 persen berlebih. Hal ini disebabkan laki-laki semuanya mencari nafkah, dan dalam hal ini di bidang perikanan. Waktu yang digunakan dalam sehari habis untuk melaut dan ketika berada di rumah cenderung tidak ikut melakukan kegiatan reproduktif. Tabel 14 Persentase responden berdasarkan curahan waktu perempuan dan laki-laki di sektor publik dan domestik di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Perempuan Laki-laki No. Curahan Waktu % % 1. Sedang Berlebihan Total Berikut ini adalah diagram kegiatan dalam aspek reproduktif, produktif, dan sosial-kemasyarakatan. Pembagian waktu yang dilakukan berdasarkan waktu bagi 45 rumah tangga perikanan (25 rumah tangga nelayan, 10 rumah tangga pengolah, dan 10 rumah tangga pembudidaya) untuk melihat perbedaan waktu dan kegiatan yang dilakukan oleh istri/perempuan dan suami/laki-laki dalam sehari (24 jam). Dilakukan pengambilan satu sampel dari masing-masing jenis rumah tangga perikanan Keterangan: Mengasuh anak Mencuci dan menyetrika pakaian Memasak Membersihkan lantai Mengaji Melaut Bersosialisasi dengan tetangga Persiapan untuk melaut Istirahat Gambar 2 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga nelayan

4 34 Keterangan: Mengasuh anak Mencuci dan menyetrika pakaian Memasak Membersihkan lantai Mengaji Mencari nafkah utama (di luar bidang perikanan) Bersosialisasi dengan tetangga Perjalanan menuju tempat kerja Istirahat Mencari nafkah tambahan Gambar 3 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga pengolah hasil perikanan Keterangan: Mengasuh anak Mencuci dan menyetrika pakaian Memasak Membersihkan lantai Mengaji Mengurus tambak Bersosialisasi dengan tetangga Istirahat Mencari nafkah tambahan Gambar 4 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga pembudidaya ikan Berdasarkan hasil ketiga diagram (Gambar 2-4), terlihat bahwa dalam setiap jenis rumah tangga perikanan, masih adanya ketimpangan dalam pembagian waktu antara suami dan istri. Hal ini disebabkan suami hanya fokus terhadap pencarian nafkah tanpa melakukan banyak kegiatan reproduktif. Sedangkan istri, dalam satu hari lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan reproduktif dan juga beberapa istri dalam rumah tangga yang melakukan usaha. Masih terjadinya ketimpangan antar aspek sehingga adanya ketidakseimbangan curah waktu antara aspek reproduktif, produktif, dan sosial-kemasyarakatan baik suami maupun istri dalam rumah tangga perikanan. Berikut ini tabel yang

5 35 menjelaskan masing-masing kegiatan dalam bidang reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan dalam rumah tangga perikanan. Tabel 15 Curahan waktu responden dalam bidang reproduktif dan sosial kemasyarakatan berdasarkan jenis kelamin di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Reproduktif Curahan waktu (jam) P L Memasak Mencuci dan menyetrika baju Membersihkan lantai Mengurus anak Total (jam) Sosial-kemasyarakatan Curahan waktu (jam) P L Pengajian Arisan Kerja bakti Total (jam) Tabel 15 merupakan bermacam aktivitas yang dilakukan dalam bidang reproduktif dan sosial kemasyarakatan oleh perempuan dan laki-laki. Mayoritas dalam ruamh tangga masing-masing jenis usaha perikanan terjadi pembagian tugas yang serupa. Oleh karena itu dilakukan generalisasi dalam tabel. Curahan waktu dalam bidang produktif dan sosial kemasyarakatan cenderung lebih banyak dilakukan oleh perempuan dalam rumah tangga perikanan. Mayoritas laki-laki lebih banyak menghabiskan waktu untuk pencarian nafkah, khususnya dalam hal ini di laut/tambak. Oleh karena itu, perempuan memiliki peran yang lebih besar dalam mengurus rumah dan anak dalam kesehariannya. Terjadi perbedaan pembagian peran/aktivitas di bidang produktif dalam setiap jenis usaha perikanan yang dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16 Curahan waktu responden dalam bidang produktif berdasarkan jenis kelamin di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Produktif Nelayan (jam) Pengolah hasil perikanan (jam) Pembudidaya ikan (jam) Total (jam) P L P L P L P L Mencari nafkah utama Membuka usaha Mengikuti pelatihan Total (jam) Total curahan waktu perempuan dalam aktivitas produktif cenderung lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini dapat disebabkan oleh desakan ekonomi dalam rumah tangga yang mengharuskan adanya upaya penambahan pendapatan

6 36 sehingga perempuan cenderung mengurus rumah dan anak diiringi dengan membuka usaha kecil-kecil di rumahnya seperti warung, penjualan makanan ringan, serta minuman sachet. Jika dilihat dari jenis aktivitas yang dilakukan, dalam kegiatan pencarian nafkah, curahan waktu laki-laki cenderung lebih besar. Sedangkan untuk kegiatan membuka usaha dan mengikuti pelatihan, curahan waktu perempuan cenderung lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan pencarian nafkah, laki-laki lebih mendominasi dibandingkan perempuan. Akses untuk melaut maupun mengurus tambak dipandang lebih layak jika dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan untuk kegiatan membuka usaha dan kegiatan pelatihan, perempuan cenderung mendapatkan akses yang lebih besar dalam kehidupan bermasyarakat. Pendapatan Pendapatan adalah nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu (Syamrilaode 2010). Pendapatan dalam rumah tangga sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian adalah pendapatan total dari kegiatan perikanan dan non perikanan oleh seluruh anggota dalam rumah tangga. Berdasarkan UMR Kabupaten Tangerang 2012, nilai rataratanya adalah Rp Diambil nilai tengah dari rata-rata tersebut untuk keperluan pengkategorian pendapatan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir. Tabel 17 Persentase responden berdasarkan pendapatan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Pengolah hasil Pembudidaya Nelayan (%) No. Pendapatan perikanan (%) ikan (%) Total (%) P L P L P L P L 1. Rendah Sedang Tinggi Total (%) Disimpulkan bahwa hampir seluruh rumah tangga, bahkan jika dilihat berdasarkan jenis usaha perikanan, Desa tanjung Pasir tergolong berpendapatan tinggi (87 persen). Hal ini tidak sesuai dengan fakta yang ada dalam lokasi penelitian yang memperlihatkan bahwa keadaan ekonomi masyarakat Desa Tanjung Pasir tergolong cukup rendah. Kemungkinan besarnya pendapatan karena dilakukan kumulatif antara pendapatan yang harian dihitung menjadi bulanan, dan pendapatan yang mingguan juga dihitung menjadi bulanan. Perhitungan pendapatan yang didapat akan rendah apabila dihubungkan dengan pengeluaran. Jika dilihat berdasarkan setiap jenis usaha perikanan terpilah jenis kelamin, partisipasi perempuan sudah cukup banyak dalam upaya pencarian nafkah (40 persen, 70 persen, dan 50 persen). Pendapatan nelayan yang rendah dibantu perekonomiannya oleh perempuan meskipun hasil yang didapat relatif rendah (24 persen). Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapatnya rumah tangga nelayan yang sangat miskin di Desa Tanjung Pasir. Pendapatan pengolah hasil perikanan

7 37 tergolong rendah (60 persen) karena kegiatan tidak dilakukan secara rutin dan hanya ketika ada pemesanan saja. Pendapatan tambahan yang rendah, mayoritas didapat dari hasil berjualan gado-gado yang dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu setiap minggunya. Sedangkan dalam rumah tangga pembudidaya ikan, partisipasi perempuan lebih tinggi dalam pencarian nafkah, meskipun pendapatan yang dihasilkan rendah (50 persen). Terlihat bahwa dalam setiap rumah tangga, masih rendahnya pendapatan yang dihasilkan oleh perempuan (44 persen) dibandingkan tingginya pendapatan laki-laki (87 persen) dalam rumah tangga perikanan. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya akses dalam pencarian nafkah bagi perempuan. Masih banyaknya rumah tangga dimana jika hanya mengandalkan pendapatan laki-laki/suami saja, kebutuhan belum tentu dapat tercukupi semuanya. Pengeluaran Pengeluaran adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam periode tertenu untuk memenuhi kebutuhan (AIM 2009). Penghitungan dilakukan berdasarkan pengeluaran dalam rumah tangga, baik untuk keperluan kegiatan perikanan maupun non perikanan (kebutuhan rumah tangga dan anak). Pengkategorian merujuk pada UMR Kabupaten Tangerang, seperti yang telah dilakukan untuk penghitungan dalam variabel pendapatan. Tabel 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pengeluaran di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 No. Pengeluaran Nelayan (%) Pengolah hasil Pembudidaya perikanan (%) ikan Total 1. Rendah Sedang Tinggi Total (%) Disimpulkan bahwa pengeluaran rumah tangga perikanan (nelayan, pengolah, dan pembudidaya) di Desa Tanjung Pasir tergolong tinggi (66 persen). Pengeluaran yang besar diakibatkan perlunya modal yang besar dalam sekali melaut atau mengurus tambak. Usaha penangkapan, membutuhkan biaya yang besar dalam umpan, kail, BBM, dan bekal sehari-hari selama meluat. Dalam usaha pengolahan pun demikian, dibutuhkan sekitar 50 kilo bandeng dalam pembuatannya untuk sekali pemesanan. Dalam usaha pembudidayaan, baik benih, pakan, maupun vitamin cukup besar biayanya. Ditambah dengan masing-masing rumah tangga perikanan memiliki jumlah tanggungan yang mayoritas tinggi, menyebabkan adanya pengeluaran rumah tangga yang cukup besar. Pendapatan yang tinggi nyatanya diiringi juga dengan pengeluaran yang tinggi, misalnya biaya hidup selama di laut dengan berhutang ke warung, bahan bakar mesin, dan keperluan lainnya. Oleh karena itu, berikut ini (Tabel 19) merupakan data pendapatan bersih rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir.

8 38 Tabel 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan bersih di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 No. Tingkat Pendapatan Bersih Σ % 1. Pendapatan rendah (< Rp ) Pendapatan sedang (Rp Rp ) Pendapatan tinggi (> Rp ) Total Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan bersih di Desa Tanjung Pasir, khususnya dalam rumah tangga perikanan masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan pendapatan yang tinggi diiringi pula dengan pengeluaran yang tinggi. Beberapa rumah tangga menyadari bahwa perlu adanya pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari...dagang gini ya saya kepengen sendiri aja daripada ga ngapangapain di rumah. Kalo cuma nunggu dari si bapak aja ya kurang. Duit bisa dipake buat anak, makan, macem-macem. Lumayan kalo lagi untung ya sehari bisa dapet Rp Ibu Badlah, 30 tahun. Tidak semua perempuan dalam rumah tangga perikanan berinisiatif dalam melakukan usaha pencarian nafkah tambahan. Masih melekatnya stereotipe yang menganggap bahwa kewajiban perempuan adalah mengurus rumah dan anak. Tidak adanya larangan dari suami untuk bekerja membantu dalam perekonomian rumah tangga, namun tidak banyak yang melakukan pancarian nafkah tambahan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 39 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pembagian peran/aktivitas yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 45 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG Gender Role in Fisheries s Household in Tanjung Pasir Village, Teluknaga Subdistrict, Tangerang

Lebih terperinci

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG Gender Role in Fisheries s Household in Tanjung Pasir Village, Teluknaga Subdistrict, Tangerang

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi

Lebih terperinci

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI 6.1 Peran (Pembagian Kerja) dalam Rumahtangga Peserta Peran atau pembagian kerja tidak hanya terdapat dalam

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden A. Umur Kisaran umur responden yakni perempuan pada Kasus LMDH Jati Agung III ini adalah 25-64 tahun dengan rata-rata umur 35,5 tahun. Distribusi

Lebih terperinci

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG SITI MAULINA NURYANI KARNAEN

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG SITI MAULINA NURYANI KARNAEN PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG SITI MAULINA NURYANI KARNAEN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai Penelitian tentang Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai ini dilakukan oleh Hendry Sitorus (2003). Dalam penelitian ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa ringkasan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya akan dikemukakan sintesis dari keseluruhan

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL 31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PRODUKTIF WANITA NELAYAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Lembar Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat)

KONTRIBUSI EKONOMI PRODUKTIF WANITA NELAYAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Lembar Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat) KONTRIBUSI EKONOMI PRODUKTIF WANITA NELAYAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Lembar Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat) ROHMIATI AMINI Universitas Nahdlatul Wathan Mataram e-mail:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN Rumahtangga adalah basis unit kegiatan produksi dan konsumsi dimana anggota rumahtangga merupakan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

BAB IX KESIMPULAN. bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai

BAB IX KESIMPULAN. bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai 163 BAB IX KESIMPULAN 9.1. Kesimpulan Status laki-laki dan perempuan dalam keluarga berkaitan dengan bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai mengenai status anak laki-laki

Lebih terperinci

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 39 Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Peluang bekerja dan berusaha adalah

Lebih terperinci

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN 34 BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN Marginalisasi perempuan dalam dunia kerja merupakan hal yang sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, adanya industrialisasi

Lebih terperinci

BAB 14 INSTRUMEN PENELITIAN STUDI KELUARGA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 14 INSTRUMEN PENELITIAN STUDI KELUARGA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 14 INSTRUMEN PENELITIAN STUDI KELUARGA Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati Instrumen Penelitian Kehidupan Keluarga Variabel: Identitas Keluarga Nama Pekerjaan Umur (tahun) Pendidikan Suami IBU Nama

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN : Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: 127-136 ISSN : 2088-3137 KONTRIBUSI EKONOMI PRODUKTIF WANITA NELAYAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI PANGANDARAN, KABUPATEN CIAMIS Trie

Lebih terperinci

BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM

BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM 34 BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM 5.1 Perempuan Pekerja Putting Out System Pekerja perempuan yang bekerja dengan POS di Desa Jabon Mekar ada sebanyak 75 orang. Pekerja perempuan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Isu tentang peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional dewasa ini menjadi semakin penting dan menarik. Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan. BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK Bab ini akan membahas tentang temuan data yang telah dipaparkan sebelumnya dengan analisis teori pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK 4.1. Letak Geografis, Kependudukan dan Kondisi Perekonomian Kabupaten Demak Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak penduduk dengan berbagai macam ragam mata pencaharian. Dimana mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk dapat memperoleh taraf hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu indikator dari pemberdayaan masyarakat adalah kemampuan dan kebebasan untuk membuat pilihan yang terbaik dalam menentukan atau memperbaiki kehidupannya.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 143 144 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 145 146 Lampiran 3 Pengukuran Variabel Penelitian untuk Jawaban Pengetahuan No. Pernyataan Betul Salah Pengetahuan tentang keluarga sistem matrilineal

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA 5 PENDEKATAN TEORETIS Bab ini menjelaskan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan definisi operasional. Subbab tinjauan pustaka berisi bahan pustaka yang dirujuk berasal dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang pariwisata, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pembangunan, pengusahaan obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas laut seluas 64,85% dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas laut seluas 64,85% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan luas laut seluas 64,85% dari luas wilayah Indonesia atau 3.544.743,9 km² (Kementerian Kelauatan dan Perikanan, 2011). Dengan

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN. batasan wilayah sebelah Utara Desa Blorok, sebelah Selatan Desa Kedungsuren,

BAB III HASIL PENELITIAN. batasan wilayah sebelah Utara Desa Blorok, sebelah Selatan Desa Kedungsuren, BAB III HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Sumur Di nama kondisi umum masyarakat Desa Sumur Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal sebagai berikut: Kondisi mengenai luas wilayah Desa Sumur 241.250 Ha. Dimana

Lebih terperinci

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN 65 VII. TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN 7.1 Akses dan Kontrol Peserta Perempuan Program Terhadap Sumberdaya Tingkat keberdayaan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan program PNPM Mandiri

Lebih terperinci

DEFINISI OPERASIONAL

DEFINISI OPERASIONAL 18 DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut: 1. Tingkat pendidikan yaitu pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden pada saat penelitian berlangsung.

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA

BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA 5.1 Pendahuluan Fenomena konflik pekerjaan keluarga atau work-family conflict ini juga semakin menarik untuk diteliti mengingat banyaknya dampak negatif yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gender Gender menggambarkan peran laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan biologis, melainkan oleh

Lebih terperinci

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) DONA WAHYUNING LAILY Dosen Agrobisnis Perikanan ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penghasilan

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN PROFIL USAHA

BAB VI KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN PROFIL USAHA BAB VI KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN PROFIL USAHA 6.1 Karakteristik Responden Responden untuk penelitian ini berjumlah 90 responden yang terdiri dari 30 orang yang bergerak di sektor perdagangan, 30 orang

Lebih terperinci

BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN

BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN 102 BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN Terdapat empat variabel perubahan ekonomi responden nelayan non pariwisata dengan nelayan pariwisata dianalisis hubungannya

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO 38 BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO A. Kondisi umum masyarakat nelayan ( kondisi geografis ) 1. Keadaan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan Pantai Wisata Tanjung Pasir, terletak di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.

Lebih terperinci

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/ PROFIL USAHA ISTRI NELAYAN MANGGOPOH PALAK GADANG PADANG PARIAMAN Oleh: Hasan Basri Nasution Peneliti Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta Jl. Sumatera Ulak Karang Padang Abstrak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa masyarakat di Desa Sikumpul dalam pola sosialisasi telah mampu menerapkan kesetaraan gender dengan cukup baik di beberapa aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian perempuan merupakan suatu kajian yang sangat menarik perhatian. Hal ini terbukti banyak penelitian tentang kaum perempuan. Perempuan merupakan hal penting

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

PERANAN WANITA DALAM USAHA INDUSTRI MAKANAN KHAS MELAYU RIAU

PERANAN WANITA DALAM USAHA INDUSTRI MAKANAN KHAS MELAYU RIAU 113 PERANAN WANITA DALAM USAHA INDUSTRI MAKANAN KHAS MELAYU RIAU Nina Purwani dan Rosnita Fakultas Pertanian Universitas Riau, Pekanbaru E-mail: nina.pw26@gmail.com Abstract: The purpose of this research

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL 25 BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL Umur dan Tingkat Pendidikan Responden Data primer di lapangan menunjukkan bahwa dari 35 responden pedagang makanan di Jalan Babakan, umur rata-rata

Lebih terperinci

WIFE CONTRIBUTION TO FISHERMAN HOUSEHOLD INCOME IN MERANTI BUNTING VILLAGE MERBAU DISTRICT MERANTI ISLAND REGENCY RIAU PROVINCE

WIFE CONTRIBUTION TO FISHERMAN HOUSEHOLD INCOME IN MERANTI BUNTING VILLAGE MERBAU DISTRICT MERANTI ISLAND REGENCY RIAU PROVINCE WIFE CONTRIBUTION TO FISHERMAN HOUSEHOLD INCOME IN MERANTI BUNTING VILLAGE MERBAU DISTRICT MERANTI ISLAND REGENCY RIAU PROVINCE By Eka Nur Cahyati 1) Lamun Bathara 2) Darwis 3) Email : Ekanurcahyati37@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 48 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI Bab berikut menganalisis pengaruh antara variabel ketimpangan gender dengan strategi bertahan hidup pada rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja adalah dua hal yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk menjadi potensi terjaminnya ketersediaan

Lebih terperinci

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini: 50 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data wawancara langsung kepada responden

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PERAN GENDER DALAM RUMAHTANGGA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN GENDER UNTUK BEKERJA DI LUAR USAHATANI KELUARGA

VI. ANALISIS PERAN GENDER DALAM RUMAHTANGGA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN GENDER UNTUK BEKERJA DI LUAR USAHATANI KELUARGA VI. ANALISIS PERAN GENDER DALAM RUMAHTANGGA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN GENDER UNTUK BEKERJA DI LUAR USAHATANI KELUARGA Dalam bagian ini akan dipaparkan mengenai hasil analisis peran

Lebih terperinci

INTEGRASI GENDER DALAM PENGEMBANGAN POTENSI KEMITRAAN YANG BERBASIS KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PESISIR REMBANG. Ngadenan Anik Nurhidayati

INTEGRASI GENDER DALAM PENGEMBANGAN POTENSI KEMITRAAN YANG BERBASIS KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PESISIR REMBANG. Ngadenan Anik Nurhidayati INTEGRASI GENDER DALAM PENGEMBANGAN POTENSI KEMITRAAN YANG BERBASIS KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PESISIR REMBANG Ngadenan Anik Nurhidayati anh.angjel@gmail.com Program Studi Manajemen, STIE YPPI Rembang ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 31 Ideologi Gender Ideologi gender adalah suatu pemikiran yang dianut oleh masyarakat yang mempengaruhi WKRT (Wanita Kepala Rumah Tangga)

Lebih terperinci

BAB VII RELASI GENDER DALAM PEMBAGIAN KERJA

BAB VII RELASI GENDER DALAM PEMBAGIAN KERJA BAB VII RELASI GENDER DALAM PEMBAGIAN KERJA 7.1. Relasi Gender dalam Pembagian Kerja Relasi gender, mempersoalkan posisi perempuan dan laki-laki dalam pembagian sumberdaya dan tanggung jawab, manfaat,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB Tingkat perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB dianalisis dengan

Lebih terperinci

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN. profesi pendidikan dokter gigi UMY angkatan 2011 di Rumah Sakit Gigi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN. profesi pendidikan dokter gigi UMY angkatan 2011 di Rumah Sakit Gigi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tingkat pengetahuan komunikasi terapeutik mahasiswa profesi pendidikan dokter gigi UMY angkatan 2011 di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 26 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden 5.1.1. Umur Karakteristik internal dari suatu individu salah satunya adalah umur. Dimana umur dapat mempengaruhi fungsi dan fisikologis individu

Lebih terperinci

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN JAWA TENGAH TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN JAWA TENGAH TAHUN 2014 No. 79/12/33/Th. VIII, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN JAWA TENGAH TAHUN 2014 JUMLAH BIAYA PER HEKTAR USAHA BUDIDAYA BANDENG, UDANG WINDU DAN GURAME DI ATAS 3 JUTA RUPIAH JUMLAH BIAYA

Lebih terperinci

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO Setya Prihatiningtyas Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia pada umumnya memposisikan perempuan sebagai pekerja domestik, mempunyai tugas untuk mengurus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf). kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf). kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah angkatan kerja Indonesia berjumlah 107,7 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, yang bekerja sebagai buruh sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.. Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan di daerah pesisir Teluk Palabuhanratu yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tercapainya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tercapainya pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dengan statusnya sebagai negara berkembang selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Untuk membantu usahanya dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng

BAB I PENDAHULUAN. Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng nok, wuwung maupun genteng biasa bahkan genteng glasir. Pada tahu 1980an pabrik genteng mengalami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran Oleh: Wagiran (Anggota Pokja Gender bidang Pendidikan Provinsi DIY, Dosen FT Universitas Negeri Yogyakarta), maswa_giran@yahoo.com GENDER BERMASALAH? salah satu jenis

Lebih terperinci