BAB II LANDASAN TEORI. 1. Sistem Koordinat dalam Dimensi Dua. disebut absis. Sedangkan sumbu yang tegak adalah sumbu y dan disebut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. 1. Sistem Koordinat dalam Dimensi Dua. disebut absis. Sedangkan sumbu yang tegak adalah sumbu y dan disebut"

Transkripsi

1 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Koordinat 1. Sistem Koordinat dalam Dimensi Dua a. Sistem Koordinat Kartesius Sistem koordinat ini mempunyai sepasang sumbu yang berpotongan tegak lurus. Sumbu yang mendatar adalah sumbu x dan disebut absis. Sedangkan sumbu yang tegak adalah sumbu y dan disebut ordinat. Kedua sumbu berpotongan pada sebuah titik yang disebut titik pangkal. y 0 x Gambar 2.1 : Sistem Koordinat Kartesius Sumbu x dan sumbu y membagi bidang datar menjadi 4 bagian atau daerah yang dinamakan kuadran, yaitu : Kuadran I : di atas sumbu x dan di sebelah kanan sumbu y. Kuadran II : di atas sumbu x dan di sebelah kiri sumbu y. Kuadran III : di bawah sumbu x dan di sebelah kiri sumbu y. Kuadran IV : di bawah sumbu x dan di sebelah kanan sumbu y. 6

2 7 Untuk lebih jelasnya bisa diamati pada gambar 2.2 di bawah ini. y Kuadran II Kuadran III Kuadran I Kuadran IV x Gambar 2.2 : Kedudukan Kuadran Dengan demikian setiap titik dalam bidang ditentukan oleh sepasang bilangan, yang pertama menunjukkan absis dan yang kedua menunjukkan ordinat. Notasi titik biasanya ditulis dengan huruf kapital. Misal sebuah titik P yang berabsis x o dan berordinat y o ditulis P(x o, y o ), yang dapat digambarkan sebagai berikut : y y o P (x o, y o ) x o x Gambar 2.3 : Letak Suatu Titik b. Sistem Koordinat Kutub Dalam koordinat kutub, sebuah titik ditentukan oleh sebuah jarak dan sebuah sudut. Lebih jelasnya pada gambar 2.4 berikut, A (r, θ) O r θ x Gambar 2.4 : Sistem Koordinat Kutub

3 8 Keterangan : r : panjang ruas garis OA. r 0. θ : sudut yang dibentuk oleh garis OA terhadap sumbu dengan 0 α < 180. O : titik kutub atau titik asal. Ox : poros atau sumbu kutub. (Kusdiono, 1995:105) c. Hubungan koordinat kartesius dengan koordinat kutub Misalkan sumbu kutub berimpit dengan sumbu x posisi sistem koordinat kartesius. Koordinat kutub (r, θ) sebuah titik P dan koordinat kartesius (x, y) titik itu dihubungkan oleh persamaan: x = r cos θ, r 2 = x 2 + y 2 y = r sin θ tan θ = x y Persamaan di atas diperoleh dari gambar 2.5 berikut, y r P O θ x x Gambar 2.5 : Hubungan Koordinat Kartesius dengan Koordinat Kutub d. Konsep Lingkaran Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap sebuah titik tertentu (Siswanto, 2005: 161). Jarak yang sama disebut dengan jari-jari lingkaran dan titik tertentu disebut dengan

4 9 pusat lingkaran. Pada Gambar 2.6 ditampilkan tempat kedudukan titiktitik P, Q, R dan S yang membentuk lingkaran. Jari-jari lingkaran dinyatakan dengan r dan pusat lingkaran dinyatakan dengan titik O. R S r r r Q O r P Selain jari-jari dan pusat lingkaran juga terdapat sudut. Sudut tersebut dapat diukur dengan satuan derajat dan radian. 1) Satuan Derajat Gambar 2.6 : Lingkaran yang Berpusat di O dengan Jari Jari r Derajat disebut juga satuan sudut sexagesimal, yaitu keliling lingkaran dibagi dengan 360 bagian yang sama. Tiap bagian disebut 1 derajat. Dengan demikian satu putaran penuh yaitu 360 derajat. Simbol yang menyatakan derajat adalah... 1 putaran penuh = keliling lingkaran = putaran penuh = keliling lingkaran = Setiap derajat dibagi dalam 60 menit dan setiap menit dibagi lagi dalam 60 detik. Simbol menit adalah... ' dan simbol detik... ".

5 10 Contoh dalam penulisannya, 15 menit ditulis : 15' 20 detik ditulis : 20" 1 = 60' = 3600" (Negoro, 1982:492) 2) Satuan Radian Perhatikan gambar berikut ini, D F B O A C E Gambar 2.7 : Tiga Lingkaran yang Kosentrasi di Titik O Nilai perbandingan dari Gambar 2.7 adalah sebagai berikut: panjang busur AB jari jari OA panjang busur CD jari jari OC panjang busur EF OF Nilai perbandingan tersebut merupakan satuan radian sudut AOB atau sudut COD atau sudut EOF. Jadi, ukuran radian = panjang busur panjang jari-jari

6 11 P r O 1 rad r r Q P r O r r 1 1 R Q r P r r O r Q R r S r ( i ) ( ii ) ( iii ) Gambar 2.8 : Tiga Lingkaran dengan Radian yang Berbeda - beda Dari gambar 2.8 (i) menunjukkan besar sudut 1 radian, yaitu sudut pusat juring di hadapan busur yang panjangnya 1 r. Besar POQ = 1 rad. Gambar 2.8 (ii) panjang busur PQR = 2 r, maka besar POR = 2 rad. Gambar 2.8 (iii) besar POS = 3 rad. Dari contoh diatas dapat dinyatakan bahwa: 1 radian = 2 radian = 3 radian = panjang busur1r 1r panjang busur 2r 1r panjang busur 3r 1r 3) Hubungan antara Radian dengan Derajat Telah diketahui bahwa panjang busur 1 r pada keliling lingkaran membentuk sudut 1 radian di pusat lingkaran. Keliling lingkaran 2 r, berarti keliling lingkaran (2r) membentuk sudut

7 12 2 radian di pusat lingkaran. Sedangkan sudut pusat lingkaran 360, maka hubungan antara radian dan derajat adalah : 2 rad = 360 rad = 180 Dari rad = 180, didapat: rad = 57, , ' 45" Dari 180 = rad, didapat: 3,14 1 = rad rad 0, 017 rad Jadi, rad = rad 57, ' 45" 1 = 0,017 rad e. Luasan dan Pusat pada Bidang-Bidang Datar Sederhana Dalam hal ini titik berat adalah pusat luasan. Di bawah ini cara menentukan pusat luasan dari beberapa bangun datar 1) Bangun Persegi Persegi adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat buah rusuk yang sama panjang dan memiliki empat sudut yang kesemuanya adalah sudut siku-siku (Anonim, 2010). Letak titik berat persegi adalah pada titik potong antara kedua diagonalnya (Kanginan, 2005:136), yang dapat digambarkan sebagai berikut:

8 13 C B y p P P O x p P A Titik pusat P(x p,y p ) Gambar 2.9 : Titik Berat Persegi x p = P = 2 1 OA = 2 1 BC 1 1 y p = P = OC = AB 2 2 Dengan OA = AB = BC = OC dan luas persegi OABC sama dengan (OA) 2 = (AB) 2 = (BC) 2 = (OC) 2 2) Bangun Persegi Panjang Persegi panjang adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar dengan pasangannya, dan memiliki empat buah sudut yang kesemuanya adalah sudut siku-siku (Anonim, 2009). Letak titik berat persegi panjang adalah pada titik potong antara kedua diagonalnya (Kanginan, 2005 : 135), yang dapat digambar sebagai berikut : C B P P y p O x p P A Gambar 2.10 : Titik Berat Persegi Panjang

9 14 OA // CB dan OC // AB AB OA dan OC CB Titik pusat P(x p,y p ) Jarak OP = x p = 2 1 OA = 2 1 BC 1 1 Jarak OP = y p = OC = AB 2 2 Luas bangun OABC = OA x AB 3) Bangun Segitiga Sama Sisi Bangun segitiga sama sisi yaitu segitiga yang ketiga sisinya sama panjang dan sudutnya sama besar yaitu 60º (Anonim, 2010). Letak titik berat adalah perpotongan garis berat, yang dapat digambarkan sebagai berikut, y B y p x p P O B A x Gambar 2.11 : Titik Berat Segitiga Sama Sisi Segitiga OAB sama sisi, OA = AB = OB Sudut AOB = sudut OBA = sudut BAO = 60º Pusat segitiga P (x p, y p ) Jarak x p = 2 1 OA

10 15 Jarak y p = 3 1 BB = 3 1 (OA) sin 60º Luas segitiga OAB = alas xtinggi 2 4) Bangun Segitiga Tidak Beraturan = 2 1 (OA) 2 sin 60º Segitiga sembarang atau segitiga tidak beraturan adalah segitiga yang panjang ketiga sisinya berbeda dan besar masing masing sudutnya berbeda (Anonim, 2010). Letak titik berat adalah pada perpotongan garis berat, dan untuk tinggi segitiga = BB = h, maka tinggi titik berat (y p ) adalah 3 1 h (Kanginan, 2005 : 136). y B h P y p O x p P P B A x Gambar 2.12 : Titik Berat Segitiga Tidak Beraturan Segitiga OAB tidak beraturan, Panjang OP = x p Panjang OP = y p B proyeksi titik B pada sumbu x BB tinggi segitiga OAB 1 1 Luas segitiga OAB = alas x tinggi = x OA x BB 2 2

11 16 5) Pusat Luasan Bidang Tidak Beraturan A 2 y 2 y 1 A 1 A y n A n x 1 x 2 x n Gambar 2.13 : Pusat Luasan Bangun Sembarang Bangun sebarang dapat diurai dalam luas-luasan kecil, misalkan A 1, A 2,,A n. Masing-masing dengan pusat C 1 (x 1,y 1 ), C 2 (x 2,y 2 ),, C n (x n,y n ). Maka pusat luasan dapat dirumuskan, x y P P A1 x1 A2 x2... An x A A... A 1 2 A1 y1 A2 y2... An y A A... A 1 2. Sistem Koordinat Dalam Dimensi Tiga 2 n n n n = = n i1 n n i1 i1 n i1 A x i i A A i i A y i i (Kanginan, 2005:135) a. Sistem Koordinat Kartesius Koordinat kartesius di ruang dimensi tiga mempunyai tiga sumbu yang masing-masing saling tegak lurus (Isnaini, 1985:178). Ketiga sumbu tersebut antara lain :

12 17 1) sumbu x yang biasa disebut absis, 2) sumbu y yang biasa disebut dengan ordinat, 3) sumbu z yang biasa disebut dengan aplikat. Ketiga sumbu tersebut bersama-sama membentuk sistem koordinat yang orthogonal xyz. Sumbu-sumbu tersebut terbagi atas sumbu x positif dan negatif. Sumbu y positif dan negatif. Sumbu z positif dan negatif. Sedangkan titik potong ketiga sumbu tersebut dinamakan titik nol, ditulis dengan 0, atau biasa disebut titik awal sistem koordinat. Lebih jelasnya pada gambar 2.14 berikut ini, z + x - y - 0 y + x + z - Gambar 2.14 : Kedudukan Koordinat Dalam sistem koordinat kartesius di ruang dimensi tiga, titik P dinyatakan oleh rangkap tiga terurut (x, y, z), seperti Gambar 2.15 di bawah ini : z P (x, y, z) y x Gambar 2.15 : Koordinat Kartesius Sebuah Titik

13 18 Sistem koordinat akan membagi ruang dalam 8 bagian atau disebut oktan, hingga titik P (x, y, z) dapat berada pada salah satu bagian ruang tersebut (Isnaini, 1985 : 179). Kedelapan bagian ruang tersebut yaitu : Oktan I Oktan II Oktan III Oktan IV Oktan V Oktan VI Oktan VII Oktan VIII : x, y, z positif : x negatif, y dan z positif : x dan y negatif, z positif : y negatif, x dan z positif : x dan y positif, z negatif : x dan z negatif, y positif : x, y, z negatif : y dan z negatif, x positif b. Sistem Koordinat Bola Koordinat bola adalah perumusan koordinat kutub ke ruang berdimensi tiga (Nababan, 1991:268). Sistem koordinat bola berguna untuk masalah-masalah geometri dan fisika tertentu yang melibatkan suatu pusat simetri. Di dalam koordinat bola terdapat suatu bidang kutub dan suatu sumbu z yang tegak lurus pada bidang kutub tersebut, dengan titik asal sumbu z berimpit dengan titik kutub dari bidang kutub tersebut. Suatu titik tertentu dalam koordinat bola dinyatakan oleh rangkap tiga terurut (ρ, θ, ), dimana ρ = OP adalah jarak dari titik asal ke P, θ adalah ukuran sudut kutub dari proyeksi P pada bidang kutub, dan adalah

14 19 sudut antara sumbu z positif dan ruas garis OP. Titik asal mempunyai representasi koordinat bola (ρ, θ, ), dimana θ dan dapat mengambil sebarang nilai. Jika titik P(ρ, θ, ), bukan titik asal, maka ρ > 0 dan 0 π; = 0. Jika P pada bagian positif sumbu z dan = π, jika titik P pada bagian negatif sumbu z. Lebih jelasnya dapat diamati pada gambar 2.16 berikut, z ρ P (ρ, θ, ) O θ y x Gambar 2.16 : Sistem Koordinat Bola (Nababan, 1991 : 270) Manfaat utama sistem koordinat bola dalam soal-soal yang memuat suatu simetri terhadap sebuah titik dan titik asal ditempatkan pada titik ini. Contohnya, bola yang berpusat di titik asal dan berjari-jari c mempunyai persamaan yang sederhana ρ = c. Grafik persamaan θ = c adalah setengah bidang vertikal. Persamaan = c menyatakan setengah kerucut dengan sumbu z sebagai sumbunya. (Stewart, 2003: )

15 20 c. Tinggi Rata Rata Luasan (A n, h n ) (A 1, h 1) (A 2, h 2) Gambar 2.17 : Tinggi Rata Rata Luasan Dalam penentuan rumus untuk mencari tinggi rata rata analog dengan penentuan pusat pada suatu bangun sembarang. Maka tinggi rata-rata (h rr ) dirumuskan sebagai berikut, h rr n i1 n i1 A h i A i i A1 h1 A2h2... An hn A A... A 1 2 n 3. Transformasi Koordinat z x z O θ r ρ y P(x,y,z) (ρ, θ, ) y x Q(r, θ,0) Gambar 2.18 : Hubungan Sistem Koordinat Bola dengan Kartesius

16 21 Dengan menempatkan suatu sistem koordinat bola dan suatu sistem koordinat kartesius bersama-sama seperti terlihat dalam gambar 2.18 di atas, diperoleh hubungan antara koordinat bola dan koordinat kartesius sebagai berikut, x = OQ cos θ ; y = OQ sin θ ; z = QP Karena OQ = ρ sin dan QP = ρ cos, persamaan ini menjadi : x = ρ sin cos θ y = ρ sin sin θ z = ρ cos Dengan mengkuadratkan setiap persamaan dan menjumlahkannya diperoleh x 2 + y 2 + z 2 = ρ 2 sin 2 cos 2 θ + ρ 2 sin 2 sin 2 θ + ρ 2 cos 2 x 2 + y 2 + z 2 = ρ 2 sin 2 (cos 2 θ + sin 2 θ) + ρ 2 cos 2 x 2 + y 2 + z 2 = ρ 2 (sin 2 + cos 2 ) x 2 + y 2 + z 2 = ρ 2 (Nababan, 1991 : 272) B. Bola Bumi 1. Fisik bumi Dalam bidang pengukuran dan pemetaan bumi, dikenal bidang geoid yang merupakan bentuk bumi dalam pengertian fisik. Geoid adalah bidang nivo (level surface) atau bidang ekuipotensial gaya berat yang terletak pada ketinggian muka air rata-rata. Arah gaya berat di setiap titik

17 22 pada geoid adalah tegak lurus. Karena arah-arah gaya berat menuju pusat bumi, bidang geoid merupakan permukaan tertutup yang melingkupi bumi dan bentuknya tidak teratur. Secara teoritis, permukaan geoid pada umumnya tidak berhimpit dengan muka air laut rata-rata, karena penyimpangannya relatif kecil, maka secara praktis, geoid berhimpit dengan muka air laut rata-rata. (Handoko, 2004:6) 2. Bumi sebagai bola a. Posisi tempat di muka bumi Posisi tempat di muka bumi biasanya dinyatakan dalam satuan astronomi yaitu derajat, menit, dan detik. Hubungan koordinat geografi dan jarak di bumi ditentukan oleh lokasinya di permukaan bumi. Disepanjang ekuator dan meridian, 1 o adalah 111,11 km, diasumsikan bahwa keliling bumi adalah km (Kraak, 2007:71). Bentuk bumi adalah bulat ibarat seperti bola oleh karena itu bumi sering disebut dengan bola bumi. Pada bola langit, bumi adalah sebagai titik pusatnya. Diameter rata-rata dari bulatan bumi adalah km sehingga jari-jari rata-ratanya 6371 km (Anonim, 2010). Diameter ini adalah sebagai khatulistiwa bumi. Beberapa istilah yang terdapat pada bola bumi untuk mengetahui letak suatu titik di permukaan bumi :

18 23 1) Lingkaran ekuator Lingkaran ekuator yaitu lingkaran yang membagi dua sama besar bola bumi menjadi bagian utara dan selatan. U B Lingkaran Ekuator T 2) Lingkaran lintang Lingkaran lintang yaitu lingkaran-lingkaran yang sejajar dengan lingkaran ekuator. U S Gambar 2.19 : Lingkaran Ekuator B Lingkaran Ekuator T S Gambar 2.20 : Lingkaran Lintang 3) Lintang tempat Lintang tempat yaitu jarak antara suatu tempat ke ekuator. Lintang biasanya dinotasikan dengan abjad Yunani (phi). Bagi

19 24 tempat-tempat di sebelah utara ekuator, lintang tempat dihitung positif. Sedangkan bagi tempat-tempat yang berada di sebelah selatan ekuator dihitung negatif. Tempat-tempat yang terlalui ekuator, lintang tempatnya nol. Nilai maksimum koordinat lintang tempat adalah 90 yaitu terletak di kutub-kutub bumi. Lintang tempat titik Kutub Utara yaitu 90, sedangkan Kutub Selatan yaitu -90. Garis lintang di sebelah utara lingkaran ekuator disebut Lintang Utara (LU) dan garis lintang di sebelah selatan lingkaran ekuator disebut Lintang Selatan (LS). 4) Lingkaran bujur Lingkaran bujur yaitu lingkaran-lingkaran besar yang melalui titik-titik kutub dan memotong ekuator tegak lurus. Lingkaran bujur yang melalui Greenwich Inggris disebut bujur nol sebagai standar untuk menentukan waktu di seluruh dunia. Waktu Greenwich dikenal dengan singkatan GMT atau Greenwich Mean Time. Selisih waktu antara setiap 15 garis bujur adalah satu jam. Sehingga selisih waktu setiap, 1 = 15 1 x 60 menit = 4 menit U Greenwich B Lingkaran T S Gambar 2.21: Lingkaran Bujur

20 25 5) Bujur Tempat Bujur tempat yaitu jarak suatu tempat ke lingkaran bujur yang melalui kota Greenwich. Bujur biasanya dinotasikan dengan abjad Yunani lamda (λ). Bujur tempat menggambarkan lokasi sebuah tempat di timur atau barat bumi dari sebuah garis utara-selatan yang disebut Meridian Utama. Tempat-tempat yang berada di sebelah barat Greenwich, bujur tempatnya disebut Bujur Barat (BB) sedangkan bagi tempat-tempat yang berada di sebelah timur Greenwich, bujur tempatnya disebut Bujur Timur (BT). Istilah Bujur Barat dan Bujur Timur tidak dijumpai dalam bahasa Inggris, istilah tersebut hanya ditemui dalam bahasa Indonesia. 6) Ketinggian Tempat Ketinggian adalah elevasi suatu objek dari suatu tingkat yang diketahui atau datum. Datum yang biasa digunakan adalah permukaan laut. Di Amerika Serikat dan Britania Raya, ketinggian biasa diukur dalam satuan kaki, sedangkan di seluruh bagian dunia lain, ketinggian diukur dengan satuan meter. Diketahui bahwa 1 kaki sama dengan 12 inci dan 1 inci sama dengan 2,54 cm. Titik tertinggi di permukaan bumi adalah gunung Everest setinggi meter. (Anonim, 2010) Ketinggian suatu tempat sangat mempengaruhi suhu. Semakin tinggi tempat dari permukaan laut, suhu udara semakin

21 26 rendah. Pada umumnya suhu udara turun 0,6 C setiap naik 100 meter dari permukaan laut. (Hadisumarno, 1987:44) b. Peta Secara etimologis, peta (Map) berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti tutup meja (table cloth). Peta dipandang sebagai penutup permukaan bumi, baik sebagian bumi yang terdiri dari berbagai kenampakan geografi di atasnya. Secara istilah peta adalah bola bumi yang dipaksa menjadi dataran atau representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi (Anonim, 2010). Dengan kata lain, peta adalah gambaran permukaan bumi di atas bidang datar dalam ukuran diperkecil yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara visual atau matematis yang menyajikan informasi tentang bumi (Mahyu, 2010). Gambar pembuatan peta dari bentuk bola (globe) ke bidang datar atau peta (Sutama, 14). Gambar 2.22 : Pembuatan Peta dari Bentuk Bola ke Bidang Datar Syarat-syarat peta: peta harus rapi dan bersih, peta tidak boleh membingungkan, peta harus mudah dipahami, peta harus memberikan

22 27 gambaran yang sebenarnya (Anonim, 2010). Fungsi peta antara lain: menyeleksi data, memperlihatkan ukuran, menunjukkan lokasi relatif, memperlihatkan bentuk (Anonim, 2010). Di Indonesia lembaga yang berwenang membuat peta dasar Indonesia yaitu BAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional). Menggunakan datum geodetik nasional Indonesia dalam membuat peta rupa bumi Indonesia. c. Skala Skala peta adalah merupakan perbandingan jarak antara dua titik di peta dengan jarak yang bersangkutan di permukaan bumi (jarak mendatar) (Handoko, 2004:7). Dengan kata lain, skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan jarak sebenarnya dengan jarak pada peta (Anonim, 2002). Secara matematika dapat ditulis: Skala = jarak sebenarnya jarak dalam peta Cara menentukan skala pada peta yang belum berskala : 1) Membandingkan dua jarak tempat di peta dengan jarak kedua tempat di lapangan. 2) Membandingkan dengan peta lain yang luasnya sama dan telah diketahui skalanya. 3) Membandingkan kenampakan-kenampakan dalam peta yang sudah pasti ukurannya. (Anonim, 2003)

23 28 Terdapat beberapa cara untuk menyatakan skala peta, beberapa cara yang umum tersebut antara lain : 1) Dengan menuliskan hubungan antara jarak di peta dengan jarak di muka bumi dalam bentuk persamaan. Misalnya 1 cm = 100 m, hal ini berarti bahwa 1 cm di peta sesuai dengan 100 m di lapangan atau di permukaan bumi (jarak mendatar). Tipe skala ini disebut skala teknis (Engineer s Scale). 2) Dengan menuliskan angka perbandingan. Misalnya 1 : 5000, hal ini mempunyai arti jika 1 cm di peta akan sama dengan 5000 cm di lapangan. Tipe skala ini disebut skala numeris (Numerical Scale). 3) Dengan menuliskan skala grafis. Suatu garis lurus dibagi ke dalam bagian-bagian yang sama, misalnya tiap bagian panjangnya 1 cm. Pada setiap ujung bagian garis dituliskan angka jarak yang sebenarnya, misal 1 km. Gambar 2.23 : Skala Grafis Ini berarti bahwa 1 cm di peta sesuai dengan 1 km dilapangan. Tipe skala ini di sebut skala grafis (Graphical Scale). Pada hakekatnya besar kecilnya skala suatu peta akan mencerminkan ketelitian serta banyaknya informasi yang disajikan. Misalnya kita mengukur jarak antara dua titik pada peta skala 1:5000 dan 1:20.000, kesalahannya 0,1 mm. Hal ini berarti, pada peta skala

24 29 1:5000 memberikan kesalahan sebesar 0,1 x 5000 mm = 500 mm = 0,5 meter sedangkan pada skala 1: memberikan kesalahan jarak 0,1 x = 2 meter. Sedangkan informasi yang diberikan peta skala besar akan menginformasikan secara lebih lengkap dan mendetail dibandingkan dengan peta skala kecil. (Handoko, 2004:7 ; 8) 3. Kabupaten Banyumas Wilayah Kabupaten Banyumas terletak di sebelah barat daya dan merupakan bagian dari Propinsi Jawa Tengah. Terletak di antara garis bujur timur sampai dan di antara garis lintang selatan sampai yang berarti berada di belahan selatan garis khatulistiwa. Batas-batas Kabupaten Banyumas adalah : a Sebelah Utara : Gunung Slamet, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang. b Sebelah Selatan c Sebelah Barat d Sebelah Timur : Kabupaten Cilacap : Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes : Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 km2 atau setara dengan ,56 ha, dengan keadaan wilayah antara daratan dan pegunungan dengan struktur pegunungan terdiri dari sebagian lembah Sungai Serayu untuk tanah pertanian, sebagian dataran tinggi untuk

25 30 pemukiman dan pekarangan, dan sebagian pegunungan untuk perkebunan dan hutan tropis terletak di lereng Gunung Slamet sebelah selatan. Bumi dan kekayaan Kabupaten Banyumas masih tergolong potensial karena terdapat pegunungan Slamet dengan ketinggian puncak dari permukaan air laut sekitar m dan masih aktif. Keadaan cuaca dan iklim di Kabupaten Banyumas karena tergolong di belahan selatan khatulistiwa masih memiliki iklim tropis basah. Demikian Juga karena terletak di antara lereng pegunungan jauh dari garis pantai atau lautan maka pengaruh angin laut tidak begitu tampak, namun dengan adanya dataran rendah yang seimbang dengan pantai selatan angin hampir nampak bersimpangan antara pegunungan dengan lembah dengan tekanan rata-rata antara mbs, dengan suhu udara berkisar antara 21,4 C - 30,9 C. (Anonim, 2010) C. Pusat Wilayah dan Tinggi Rata Rata 1. Pusat Pemerintahan dan Pusat Wilayah Pusat pemerintahan merupakan kompleks perkantoran pemerintah yang dilengkapi dengan hunian terbatas untuk rumah-rumah dinas pejabat (Sarwono, 2008). Contohnya Jakarta sebagai pusat pemerintahan Indonesia, kantor bupati sebagai pusat pemerintahan daerah dan kantor kecamatan sebagai pusat pemerintahan kecamatan. Sedangkan, pusat wilayah merupakan koordinat rata-rata di titik wilayah tertentu.

26 31 2. Penentuan Lintang dan Bujur Standar Berdasarkan Hasil Pengukuran Badan Hisab dan Rukyat a. Hasil Pengukuran Badan Hisab dan Rukyat Adapun data lintang dan bujur 6 tempat hasil penelitian Badan Hisab dan Ruhyat adalah sebagai berikut: 1) Desa Cingebul Rt/ Rw : 03/ 01, Kecamatan Lumbir Desa tersebut merupakan batas paling barat Kabupaten Banyumas. Desa tersebut berada pada posisi: p (lintang pusat) = 108º 53 29,1 λ p (bujur pusat) = -7º 27 20,9 h p (tinggi pusat) = 48 m 2) Desa Losari, Kecamatan Rawalo Desa tersebut berada pada posisi p = 109º 08 46,8 λ p = -7º 34 43,9 h p = 28 m 3) Desa Kemutug Lor Rt/ Rw : 05/ 04 Kecamatan Baturraden Desa tersebut merupakan batas paling utara Kabupaten Banyumas. Desa tersebut berada pada posisi: p = 109º 13 52,2 λ p = -7º 18 47,7 h p = 660 m

27 32 4) Masjid Agung Baitussalam Alun Alun Purwokerto p =109º 13 41,8 λ p = -7º 25 29,2 h p = 95 m 5) Grumbul Kedung Sampang desa Nusadadi Rt/ Rw : 03/ 01 Kecamatan Sumpiuh Desa tersebut merupakan batas paling selatan Kabupaten Banyumas. Desa tersebut berada pada posisi: p = 109º 23 06,1 λ p = -7º 39 31,3 h p = 46 m 6) Desa Buniayu, Kecamatan Tambak Desa tersebut merupakan batas paling timur Kabupaten Banyumas. Desa tersebut berada pada posisi: p = 109º 26 42,4 λ p = -7º 37 15,4 h p = 46 m b. Penentuan Lintang dan Bujur Standar Kabupaten Banyumas Skala = jarak sebenarnya jarak dalam peta k = t = λj λi Xj Xi j i Yj Yi

28 33 dengan: k = skala horisontal t λ i, λ j i, j X i, X j Y i, Y j = skala vertikal = bujur tempat = lintang tempat = absis tempat dalam peta = ordinat tempat dalam peta Langkah-langkah dalam menentukan lintang dan bujur standar Kabupaten Banyumas sebagai berikut : 1) Menghitung Skala Horisontal Rata Rata (k rr ) Rumus : k = = jarak bujur tempat jarak absis peta λj λi Xj Xi Δλ = ΔX k rr = n 1 k k n 1 Δλ ΔX n n Tabel 2.1 Data Bujur No. Posisi Bujur Absis 1. Cingebul ,1 3 mm 2. Losari ,8 523 mm 3. Kemutug Lor ,2 551 mm 4. Masjid Baitussalam Purwokerto ,8 570 mm 5. Kedung Sampang ,2 928 mm 6. Buniayu ,4 994 m

29 34 Tabel 2.2 Perhitungan Jumlah Bujur dalam Derajat No. Kode j - i λ j - λ i Δ λ n , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,3 15 n 1 n n 1 Δ λ n 328'54'' 00'12534"

30 35 Tabel 2.3 Perhitungan Jumlah Bujur dalam Peta No. Kode j i X j X i ΔX n (mm) k 15 n 1 rr 15 n 1 x n n 00'12534" = 2,025206"/mm = 2,02 "/mm 6189 mm 2) Menghitung Skala Vertikal Rata rata (t rr ) Rumus: t = Jarak l int ang tempat Jarak ordinat peta j i ji Yi Δ = ΔY t rr = k n 1 k n 1 Δ ΔY n n

31 36 Tabel 2.4 Data Lintang No. Posisi Lintang Ordinat 1. Kedung Sampang ,3 1 mm 2. Buniayu ,4 74 mm 3. Losari ,9 109 mm 4. Cingebul ,9 181 mm 5. Masjid Baitussalam Purwokerto ,2 359 mm 6. Kemutug Lor ,7 543 mm Tabel 2.5 Perhitungan Jumlah Lintang dalam Derajat No. Kode j - i j - i Δλn , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,5 15 n 1 Δ n ,66 15 n 1 Δn 0138' 483,66" 00'8763,66"

32 37 Tabel 2.6 Perhitungan Jumlah Lintang dalam Peta No. Kode Y j Y j i i ΔYn n 1 Δ 3637 Y n 15 Δn n 1 t rr 15 ΔY n n 1 00'8763,66" = 2, "/mm = 2,41 "/mm 3637 mm 3) Menghitung Bujur Standar (Sumbu Y) Sumbu Y absis X = 0 λ 0 =? k = λj λi = Xj Xi λj λ 0 Xj 0 apabila k = k rr, maka k rr X j = λ j λ 0 λ 0 λ j k rr X j

33 38 Daerah yang dipergunakan dalam menghitung bujur standar yaitu Cingebul, dengan alasan bahwa Cingebul adalah daerah yang paling dekat dengan sumbu Y. Kasus Cingebul : λ j = ' 29,1" X j k rr = 3 mm = 2,02"/mm sehingga, λ 0 = ' 29,1" (2,02"/mm x 3 mm) = ' 29,10" 6,06" λ 0 = ' 23,04" Jadi bujur standar (sumbu Y) adalah ' 23,04" 4) Menghitung Lintang Standar (Sumbu X) Sumbu X ordinat Y = 0 0 =? t = j i = Yj Yi j 0 Yj 0 apabila t = t rr, maka t rr Y j = j 0 0 j t rr Y j Daerah yang dipergunakan dalam menghitung bujur standar yaitu Sampang, dengan alasan bahwa Sampang adalah daerah yang paling dekat dengan sumbu X. Kasus Sampang Nusadadi : j = -7 39' 31,3" Y j t rr = 1 mm = 2,41"/mm

34 39 sehingga, 0 = -7 39' 31,3" (2,41"/mm x 1 mm) 0 = -7 39' 33,71" Jadi lintang standar (sumbu X) adalah -7 39' 33,71" (Meita, 2008:76-84) D. Program Matlab 1. Pengertian Matlab Matlab (matrix laboratory) merupakan program interaktif untuk melakukan perhitungan-perhitungan yang meliputi numerik ketehnikan, komputasi simbol, visualisasi, grafis, analisa data matematis, statistika, simulasi dan pemodelan. Matlab merupakan perangkat lunak (softwere) yang canggih, cukup lengkap dan bahasa pemprograman Matlab jauh lebih hebat dan lebih mudah dari bahasa pemprograman yang lain seperti Basic, Pascal, Delphi maupun C++. Matlab juga menyediakan sekelompok penyelesaian masalah untuk problem-problem khusus, yaitu yang disebut toolbox. Sebagai contoh versi mahasiswa, Matlab ini menyediakan Control System Toolbox, Signal Prosesing Toolbox, dan Simbolix Math Toolbox bahkan dapat membuat toolbox sendiri. Pemberian perintah dalam matlab, dalam pengetikan hurufnya membedakan antara huruf besar dan huruf kecil.

35 40 Macam-macam window dalam Matlab, antara lain : a. Command Windows Command windows muncul pada saat pertama kali membuka program Matlab. Dalam window ini dapat melaksanakan akses ke command Matlab, mengetik ekspresi Matlab, mengakses help window, dan sebagainya. Command window juga dapat mengakses barisan perintah yang telah ditulis pada baris prompt sekarang (dan di atasnya lagi) menggunakan tanda panah ke atas atau ke bawah. Untuk menyimpan perintah-perintah yang telah ditulis dan output yang telah ditampilkan di layar commad window, dapat dengan memanfaatkan command diary. Dalam command ini, perintah perintah yang diberikan selalu disimpan antara sesi sesi Matlab sehingga dapat memilih, mengeksekusi dan meneruskan sekelompok perintah dari pekerjaan sebelumnya. b. Windows M File Fungsi-fungsi yang berguna dalam M-file, antara lain : menampilkan hasil tanpa menampilkan nama variabel mengatur jendela command dalam penampilakan kembali perintah yang sedang dikerjakan meminta pemakai untuk memberikan input berhenti sampai pemakai menekan sembarang tombol

36 41 berhenti sampai ada penekanan tombol mouse atau tombol keyboard membersihkan jendela command menghapus variabel dan fungsi dari memori % memberikan komentar atau keterangan pada perintah mmatlab, (tanda koma) menampilkan hasil ; (titik koma) mencegah penampilan hasil c. Grafik Window Grafik window secara otomatis dibuka untuk menampilkan suatu grafik yang dibuat dengan Matlab. Penggambaran grafik ini dinamakan fplot. Fungsi tersebut mencari nilai-nilai fungsi yang akan digambar secara teliti dan meyakinkan dan diekspresikan dalam bentuk grafik hasil. d. Help Window dan Demo Window Pada window ini memuat petunjuk dan perintah-perintah yang dimiliki Matlab. Adapun, daftar command yang ditampilkan merupakan semua command Matlab standar dan semua toolbox yang di-instal dalam Matlab. Toolbox adalah suatu kumpulan M-file yang dibuat untuk analisis statistik, numerik dan lain-lain. 2. Operator Matlab Di bawah ini merupakan daftar operator dan karakter khusus pada Matlab, setiap operator mempunyai fungsi masing-masing.

37 42 Tabel 2.7 Operator Aritmatik Fungsi Operator Keterangan + Penjumlahan - Pengurangan * Perkalian array.* mengalikan matriks elemen ke elemen ^ pemangkatan matrik \ pembagian kiri / pembagian kanan Tabel 2.8 Operator Rasional Fungsi Operator Keteranagan = = sama dengan ~= tidak sama dengan < kurang dari > lebih dari <= kurang dari atau sama dengan >= lebih dari atau sama dengan Variabel dengan arti khusus pada Matlab : (Hanselman, 2001: ) menampilkan matrik atau teks mencari indek posisi elemen tak nol nilai 3, tak berhingga indeks terakhir Fungsi matematika dasar : membulatkan bilangan ke bilangan bulat menuju nol. menghitung nilai modulus (sisa pembagian bilangan bulat) menghitung akar pangkat dua dari suatu bilangan (Peranginangin, 2006:23-26)

38 43 3. Struktur Kontrol Program Dalam matlab terdapat beberapa pernyataan pengendali untuk melakukan operasi yang menghasilkan nilai, antara lain : a. Perintah if end, if else end, if elseif else end Perintah if digunakan untuk mengambil keputusan instruksi yang harus dieksekusi berikutnya tergantung apakah ekspresi bernilai true atau false. Sintaksnya : Bentuk I Keterangan : ekspresi adalah pernyataan yang bernilai logika true atau false. instruksi1, instruksi2,, instruksin merupakan instruksi yang akan dilaksanakan apabila bernilai true. Bentuk II Keterangan : ekspresi adalah pernyataan yang bernilai logika true atau false. blok statement1 merupakan instruksi yang akan dilaksanakan apabila ekspresi bernilai true. blok statement2 merupakan instruksi yang akan dilaksanakan apabila ekspresi bernilai false.

39 44 Bentuk III Keterangan : ekspresi adalah pernyataan yang bernilai logika true atau false. blok satement1 merupakan instruksi yang dilaksanakan apabila ekspresi1 bernilai true. blok statement2 merupakan instruksi yang akan dilaksanakan apabila ekspresi2 bernilai true. blok statement N merupakan instruksi yang akan dilaksanakan apabila ekspresin bernilai true. blok statement merupakan instruksi yang akan dilaksanakan apabila ekspresi1, ekspresi2, hingga ekspresin bernilai false. b. Perintah for Perintah for digunakan untuk mengulang blok instruksi sebanyak jumlah tertentu. Sintaksnya : Keterangan : indeks adalah variabel yang digunakan untuk menampung jumlah perulangan yang akan dilakukan. awal adalah nilai mulai perulangan dilakukan. langkah adalah nilai pertambahan atau pengurangan yang dimulai dari nilai awal hingga nilai akhir. Default adalah nilai pertambahan sebesar 1. akhir adalah nilai berhenti perulangan dilakukan. blok instruksi adalah perintah-perintah yang akan dikerjakan selama perulangan.

APLIKASI SISTEM KOORDINAT BOLA DALAM PENENTUAN PUSAT DAN TINGGI RATA RATA WILAYAH KECAMATAN SE KABUPATEN BANYUMAS DENGAN BANTUAN PROGRAM MATLAB

APLIKASI SISTEM KOORDINAT BOLA DALAM PENENTUAN PUSAT DAN TINGGI RATA RATA WILAYAH KECAMATAN SE KABUPATEN BANYUMAS DENGAN BANTUAN PROGRAM MATLAB 1 APLIKASI SISTEM KOORDINAT BOLA DALAM PENENTUAN PUSAT DAN TINGGI RATA RATA WILAYAH KECAMATAN SE KABUPATEN BANYUMAS DENGAN BANTUAN PROGRAM MATLAB SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6 Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA SD Kelas 4, 5, 6 1 Matematika A. Operasi Hitung Bilangan... 3 B. Bilangan Ribuan... 5 C. Perkalian dan Pembagian Bilangan... 6 D. Kelipatan dan Faktor

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penulis. Raizal Dzil Wafa M.

KATA PENGANTAR. Penulis. Raizal Dzil Wafa M. i KATA PENGANTAR Buku ini dibuat untuk memudahkan siapa saja yang ingin belajar MATLAB terutama bagi yang baru mengenal MATLAB. Buku ini sangat cocok untuk pemula terutama untuk pelajar yang sedang menempuh

Lebih terperinci

C. y = 2x - 10 D. y = 2x + 10

C. y = 2x - 10 D. y = 2x + 10 1. Diantara himpunan berikut yang merupakan himpunan kosong adalah... A. { bilangan cacah antara 19 dan 20 } B. { bilangan genap yang habis dibagi bilangan ganjil } C. { bilangan kelipatan 3 yang bukan

Lebih terperinci

MAKALAH SEGITIGA BOLA. disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi. Program Studi Pendidikan Fisika. oleh. 1. Dyah Larasati ( )

MAKALAH SEGITIGA BOLA. disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi. Program Studi Pendidikan Fisika. oleh. 1. Dyah Larasati ( ) MAKALAH SEGITIGA BOLA disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi Program Studi Pendidikan Fisika oleh 1. Dyah Larasati (4201412042) 2. Lina Kurniawati (4201412091) 3. Qonia Kisbata Rodiya (4201412116)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebelum pembahasan mengenai irisan bidang datar dengan tabung lingkaran tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. A. Matriks Matriks adalah himpunan skalar (bilangan

Lebih terperinci

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8 . Turunan dari f ( ) = + + (E) 7 + +. Turunan dari y = ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( + ) ( + ) ( ) ( + ) (E) ( ) ( + ) 7 5 (E) 9 5 9 7 0. Jika f ( ) = maka f () = 8 (E) 8. Jika f () = 5 maka f (0) +

Lebih terperinci

Matematika Semester IV

Matematika Semester IV F U N G S I KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan perbedaan konsep relasi dan fungsi Menerapkan konsep fungsi linear Menggambar fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi trigonometri

Lebih terperinci

MODUL I PENGENALAN MATLAB

MODUL I PENGENALAN MATLAB MODUL I PENGENALAN MATLAB 1. Apa Matlab itu? Matlab merupakan bahasa pemrograman dengan kemampuan tinggi dalam bidang komputasi. Matlab memiliki kemampuan mengintegrasikan komputasi, visualisasi, dan pemrograman.

Lebih terperinci

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus 31/03/2015 8:34 Susunan Lapisan Bumi Inside eartth Datum geodetik atau referensi permukaan atau georeferensi adalah parameter sebagai acuan untuk mendefinisikan

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV 104) PERTEMUAN 2 : SISTEM SATUAN, ARAH DAN MENENTUKAN POSISI DALAM SURVEYING

SURVEYING (CIV 104) PERTEMUAN 2 : SISTEM SATUAN, ARAH DAN MENENTUKAN POSISI DALAM SURVEYING SURVEYING (CIV 104) PERTEMUAN 2 : SISTEM SATUAN, ARAH DAN MENENTUKAN POSISI DALAM SURVEYING UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Sistem satuan

Lebih terperinci

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI D. GEOMETRI 1. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta diklat memahami dan dapat menjelaskan unsur-unsur geometri, hubungan titik, garis dan bidang; sudut; melukis bangun geometri; segibanyak;

Lebih terperinci

Dari gambar jaring-jaring kubus di atas bujur sangkar nomor 6 sebagai alas, yang menjadi tutup kubus adalah bujur sangkar... A. 1

Dari gambar jaring-jaring kubus di atas bujur sangkar nomor 6 sebagai alas, yang menjadi tutup kubus adalah bujur sangkar... A. 1 1. Diketahui : A = { m, a, d, i, u, n } dan B = { m, e, n, a, d, o } Diagram Venn dari kedua himpunan di atas adalah... D. A B = {m, n, a, d} 2. Jika P = bilangan prima yang kurang dari Q = bilangan ganjil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi

PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi Plane Surveying Kelas pengukuran di mana permukaan bumi dianggap sebagai bidang datar, artinya adanya faktor kelengkungan

Lebih terperinci

GEOMETRI ANALITIK BIDANG DAN RUANG. sofyan mahfudy-iain Mataram

GEOMETRI ANALITIK BIDANG DAN RUANG. sofyan mahfudy-iain Mataram GEOMETRI ANALITIK BIDANG DAN RUANG PERKENALAN Nama : Sofyan Mahfudy Tempat tgl lahir : Pacitan, 29 Maret 1985 Status : Menikah Pendidikan : Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

Matematika Proyek Perintis I Tahun 1979

Matematika Proyek Perintis I Tahun 1979 Matematika Proyek Perintis I Tahun 979 MA-79-0 Irisan himpunan : A = { x x < } dan himpunan B = { x < x < 8 } ialah himpunan A. { x x < 8 } { x x < } { x < x < 8 } { x < x < } { x < x } MA-79-0 Apabila

Lebih terperinci

VEKTOR. 45 O x PENDAHULUAN PETA KONSEP. Vektor di R 2. Vektor di R 3. Perkalian Skalar Dua Vektor. Proyeksi Ortogonal suatu Vektor pada Vektor Lain

VEKTOR. 45 O x PENDAHULUAN PETA KONSEP. Vektor di R 2. Vektor di R 3. Perkalian Skalar Dua Vektor. Proyeksi Ortogonal suatu Vektor pada Vektor Lain VEKTOR y PENDAHULUAN PETA KONSEP a Vektor di R 2 Vektor di R 3 Perkalian Skalar Dua Vektor o 45 O x Proyeksi Ortogonal suatu Vektor pada Vektor Lain Soal-Soal PENDAHULUAN Dalam ilmu pengetahuan kita sering

Lebih terperinci

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1986 Matematika

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1986 Matematika Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 986 Matematika EBTANAS-SMP-86-0 Himpunan faktor persekutuan dari dan 0 {,,, 6} {,, 6} {, } {6} EBTANAS-SMP-86-0 Bilangan 0,0000 jika ditulis dalam bentuk baku.0

Lebih terperinci

Kelompok : SMK Tingkat : XII ( Duabelas ) Bidang Keahlian : Ti, Kes, Sos Hari/Tanggal : Prog. Keahlian : Ti, Kes, Sos W a k t u : 0

Kelompok : SMK Tingkat : XII ( Duabelas ) Bidang Keahlian : Ti, Kes, Sos Hari/Tanggal : Prog. Keahlian : Ti, Kes, Sos W a k t u : 0 Kelompok : SMK Tingkat : XII ( Duabelas ) Bidang Keahlian : Ti, Kes, Sos Hari/Tanggal : Prog. Keahlian : Ti, Kes, Sos W a k t u : 0 PETUNJUK UMUM :. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban Komputer

Lebih terperinci

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB A. Gerak Semu Benda Langit Bumi kita berputar seperti gasing. Ketika Bumi berputar pada sumbu putarnya maka hal ini dinamakan

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan 1.1 Latar elakang Geometri datar, merupakan studi tentang titik, garis, sudut, dan bangun-bangun geometri yang terletak pada sebuah bidang datar. erbagai mekanisme peralatan dalam kehidupan

Lebih terperinci

Sumber:

Sumber: Transformasi angun Datar Geometri transformasi adalah teori ang menunjukkan bagaimana bangun-bangun berubah kedudukan dan ukuranna menurut aturan tertentu. Contoh transformasi matematis ang paling umum

Lebih terperinci

PREDIKSI SOAL UAN MATEMATIKA 2009 KELOMPOK TEKNIK

PREDIKSI SOAL UAN MATEMATIKA 2009 KELOMPOK TEKNIK PREDIKSI SOAL UAN MATEMATIKA 2009 KELOMPOK TEKNIK 1. Jarak kota P dan kota R pada sebuah peta adalah 20 cm. Jika skala pada peta tersebut 1:2.500.000, maka jarak sebenarnya dua kota tersebut adalah. A.

Lebih terperinci

Bab 3. Persamaan Garis Lurus. Standar Kompetensi. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.

Bab 3. Persamaan Garis Lurus. Standar Kompetensi. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus. Bab 3 Persamaan Garis Lurus Standar Kompetensi Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus. Kompetensi Dasar 1.4 Menentukan gradien, persamaan dan grafik garis lurus 3.1 Pengertian

Lebih terperinci

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor BAB 1 BESARAN VEKTOR TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan definisi vektor, dan representasinya dalam sistem koordinat cartesius 2. Menjumlahan vektor secara grafis dan matematis 3. Melakukan perkalian vektor

Lebih terperinci

METODE NUMERIK Modul I

METODE NUMERIK Modul I LABORATORIUM KOMPUTASIONAL FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS YARSI METODE NUMERIK Modul I a. Estimasi waktu: 100 menit b. Tujuan Istruksional Khusus: Mahasiswa dapat menggunakan Mathlab dengan baik

Lebih terperinci

Menemukan Dalil Pythagoras

Menemukan Dalil Pythagoras Dalil Pythagoras Menemukan Dalil Pythagoras 1. Perhatikan gambar di bawah ini. Segitiga ABC adalah sebuah segitiga siku-siku di B dengan sisi miring AC. Jika setiap petak luasnya 1 satuan, tentukan luas

Lebih terperinci

II. TINJUAN PUSTAKA. lim f(x) = L berarti bahwa bilamana x dekat tetapi sebelah kiri c 0 maka f(x)

II. TINJUAN PUSTAKA. lim f(x) = L berarti bahwa bilamana x dekat tetapi sebelah kiri c 0 maka f(x) II. TINJUAN PUSTAKA 2.1. Limit Definisi lim f(x) = L, dan mengatakan limit f (x) ketika x mendekati a sama dengan L, jika dapat dibuat nilai f (x) sebarang yang dekat dengan L dengan cara mengambil nilai

Lebih terperinci

Lingkaran. A. Persamaan Lingkaran B. Persamaan Garis Singgung Lingkaran

Lingkaran. A. Persamaan Lingkaran B. Persamaan Garis Singgung Lingkaran Bab Sumber: www.panebiancod.com Setelah mempelajari bab ini, Anda harus mampu merumuskan persamaan lingkaran dan menggunakannya dalam pemecahan masalah; menentukan persamaan garis singgung pada lingkaran

Lebih terperinci

Jikax (2 x) = 57, maka jumlah semua bilangan bulat x yang memenuhi adalah A. -5 B. -1 C. 0 D. 1 E. 5

Jikax (2 x) = 57, maka jumlah semua bilangan bulat x yang memenuhi adalah A. -5 B. -1 C. 0 D. 1 E. 5 Soal Babak Penyisihan OMITS 011 BAGIAN I. PILIHAN GANDA 1. Hasil kali sebarang bilangan rasional dengan sebarang bilangan irasional selalu merupakan anggota dari himpunan bilangan A. Bulat B. Asli C. Rasional

Lebih terperinci

matematika K-13 PERSAMAAN GARIS LURUS K e l a s

matematika K-13 PERSAMAAN GARIS LURUS K e l a s K- matematika K e l a s XI PERSAMAAN GARIS LURUS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami pengertian garis, garis pada koordinat Cartesius,

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI JAWA TENGAH 2010 BIDANG MATEMATIKA TEKNOLOGI

OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI JAWA TENGAH 2010 BIDANG MATEMATIKA TEKNOLOGI OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI JAWA TENGAH 2010 BIDANG MATEMATIKA TEKNOLOGI SESI III (ISIAN SINGKAT DAN ESSAY) WAKTU : 180 MENIT ============================================================

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008

Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008 Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008. Diketahui premis premis : () Jika hari hujan, maka udara dingin. (2) Jika udara dingin, maka ibu memakai baju hangat. (3) Ibu tidak memakai baju hangat

Lebih terperinci

Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor

Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor Besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai saja. Contoh :

Lebih terperinci

1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala

1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala 1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala 2. Berikut ini ciri-ciri peta, kecuali... a. Berjudul c. bermata angin b. berskala d. bersampul

Lebih terperinci

Simulasi Penentuan Sudut Arah Kiblat dengan Metode Segitiga Bola Menggunakan Bahasa Pemrograman GUI MatLab R2009

Simulasi Penentuan Sudut Arah Kiblat dengan Metode Segitiga Bola Menggunakan Bahasa Pemrograman GUI MatLab R2009 Kaunia, Vol. IX, No. 2, Oktober 2013 Simulasi Penentuan Sudut Arah Kiblat dengan Metode Segitiga Bola Menggunakan Bahasa Pemrograman GUI MatLab R2009 Asih Melati, Dwi Rohayati, Tatik Juwariyah State Islamic

Lebih terperinci

MODUL 1 SISTEM KOORDINAT KARTESIUS

MODUL 1 SISTEM KOORDINAT KARTESIUS MODUL 1 SISTEM KOORDINAT KARTESIUS MODUL 1 SISTEM KOORDINAT KARTESIUS Dalam matematika, sistem koordinat kartesius digunakan untuk menentukan tiap titik dalam bidang dengan menggunakan dua bilangan yang

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 Sistem Koordinat Parameter SistemKoordinat Koordinat Kartesian Koordinat Polar Sistem Koordinat

Lebih terperinci

HUBUNGAN SATUAN PANJANG DENGAN DERAJAT

HUBUNGAN SATUAN PANJANG DENGAN DERAJAT GEOMETRI BIDANG Pada bab ini akan dibahas bentuk-bentuk bidang dalam ruang dimensi dua, keliling serta luasan dari bidang tersebut, bentuk ini banyak kaitannya dengan kegiatan ekonomi (bisnis dan manajemen)

Lebih terperinci

MIMIN RIHOTIMAWATI TRIGONOMETRI

MIMIN RIHOTIMAWATI TRIGONOMETRI MIMIN RIHOTIMAWATI TRIGONOMETRI Fungsi Trigonometri Sin α = Sisi. didepan. sudut Hipotenusa a c Cos α = Sisi. terdekat. sudut Hipotenusa b c Tan α = Sisi. didepan. sudut Sisi. yang. berdeka tan a b Sinus

Lebih terperinci

MATEMATIKA DASAR TAHUN 1987

MATEMATIKA DASAR TAHUN 1987 MATEMATIKA DASAR TAHUN 987 MD-87-0 Garis singgung pada kurva y di titik potong nya dengan sumbu yang absisnya positif mempunyai gradien 0 MD-87-0 Titik potong garis y + dengan parabola y + ialah P (5,

Lebih terperinci

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara,

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH

LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL MATEMATIKA WAKTU : 0 menit DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PETUNJUK UMUM 1. Periksa dan bacalah soal-soal sebelum menjawab.. Jawaban dikerjakan pada lembar

Lebih terperinci

Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY SISTEM-SISTEM KOORDINAT Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY Sistem Koordinat Kartesian Dalam sistem koordinat Kartesian, terdapat tiga sumbu koordinat yaitu sumbu x, y, dan z. Suatu titik

Lebih terperinci

MATEMATIKA. Sesi VEKTOR 2 CONTOH SOAL A. DEFINISI PERKALIAN TITIK

MATEMATIKA. Sesi VEKTOR 2 CONTOH SOAL A. DEFINISI PERKALIAN TITIK MATEMATIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN Sesi NGAN VEKTOR A. DEFINISI PERKALIAN TITIK Misal a a a a dan b b b b dua vektor di R. Perkalian titik dari a dan b, dinotasikan a badalah a b ab + ab + ab

Lebih terperinci

matematika WAJIB Kelas X SUDUT Kurikulum 2013 A. Definisi Sudut

matematika WAJIB Kelas X SUDUT Kurikulum 2013 A. Definisi Sudut Kurikulum 20 Kelas X matematika WAJIB SUDUT Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami definisi sudut. 2. Memahami sudut kterminal.. Memahami

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN KUADRAT DAN FUNGSI KUADRAT

BAB II PERSAMAAN KUADRAT DAN FUNGSI KUADRAT BAB II PERSAMAAN KUADRAT DAN FUNGSI KUADRAT 1. Menentukan koefisien persamaan kuadrat 2. Jenis-jenis akar persamaan kuadrat 3. Menyusun persamaan kuadrat yang akarnya diketahui 4. Fungsi kuadrat dan grafiknya

Lebih terperinci

MODUL 1 SISTEM KOORDINAT KARTESIUS

MODUL 1 SISTEM KOORDINAT KARTESIUS 1 MODUL 1 SISTEM KOORDINAT KARTESIUS Dalam matematika, sistem koordinat kartesius digunakan untuk menentukan tiap titik dalam bidang dengan menggunakan dua bilangan yang biasa disebut koordinat x (absis)

Lebih terperinci

Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus

Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus Modul 1 Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus Drs. Sukirman, M.Pd. D alam Modul Pertama ini, kita akan membahas tentang Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis

Lebih terperinci

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( ) TATA KOORDINAT BENDA LANGIT Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah (4201412051) 2. Winda Yulia Sari (4201412094) 3. Yoga Pratama (42014120) 1 bintang-bintang nampak beredar dilangit karena bumi berotasi. Jika

Lebih terperinci

MATEMATIKA EBTANAS TAHUN 1993

MATEMATIKA EBTANAS TAHUN 1993 MATEMATIKA EBTANAS TAHUN 99 EBT-SMP-9-0 Ditentukan A = {v, o, k, a, l} ; B = {a, i, u, e, o} Diagram yang menyatakan hal tersebut di atas A. B. v o u v o i a k u k l I l a e v o u v o u a k a k l e l i

Lebih terperinci

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a Soal - Soal UM UGM. Soal Matematika Dasar UM UGM 00. Jika x = 3 maka + 3 log 4 x =... a. b. c. d. e.. Jika x+y log = a dan x y log 8 = b dengan 0 < y < x maka 4 log (x y ) =... a. a + 3b ab b. a + b ab

Lebih terperinci

TRY OUT MATEMATIKA PAKET 2A TAHUN 2010

TRY OUT MATEMATIKA PAKET 2A TAHUN 2010 TRY OUT MATEMATIKA PAKET A TAHUN 00. Diketahui premis premis () Jika hari hujan terus menerus maka masyarakat kawasan Kaligawe gelisah atau mudah sakit. () Hujan terus menerus. Ingkaran kesimpulan premis

Lebih terperinci

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. PEMBERIAN UKURAN ANGKA UKUR Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. ANGKA UKUR Jika angka ukur ditempatkan

Lebih terperinci

2. Untuk interval 0 < x < 360, nilai x yang nantinya akan memenuhi persamaan trigonometri cos x 2 sin x = 2 3 cos adalah

2. Untuk interval 0 < x < 360, nilai x yang nantinya akan memenuhi persamaan trigonometri cos x 2 sin x = 2 3 cos adalah Soal Babak Semifinal OMITS 007. Hubungan antara a dan b agar fungsi f x = a sin x + b cos x mempunyai nilai stasioner di x = π adalah a. a = b b. a = b d. a = b e. a = b a = b. Untuk interval 0 < x < 60,

Lebih terperinci

D. 18 anak Kunci : C Penyelesaian : Gambarkan dalam bentuk diagram Venn seperti gambar di bawah ini :

D. 18 anak Kunci : C Penyelesaian : Gambarkan dalam bentuk diagram Venn seperti gambar di bawah ini : 1. Dalam suatu kelas terdapat 25 anak gemar melukis, 21 anak gemar menyanyi, serta 14 anak gemar melukis dan menyanyi, maka jumlah siswa dalam kelas tersebut adalah... A. 60 anak C. 32 anak B. 46 anak

Lebih terperinci

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1985 Matematika

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1985 Matematika Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 98 Matematika EBTANAS-SMP-8- Jika A = {,, 8,, 4}, B = {,,,,, } dengan himpunan semesta C = (c c bilangan cacah }, maka himpunan {., 4, 6, 9,,, } =... A' B' (A

Lebih terperinci

Jika persegi panjang ABCD di atas diketahui OA = 26 cm, maka panjang BO adalah... A. 78 cm. C. 26 cm B. 52 cm. D. 13 cm Kunci : C Penyelesaian :

Jika persegi panjang ABCD di atas diketahui OA = 26 cm, maka panjang BO adalah... A. 78 cm. C. 26 cm B. 52 cm. D. 13 cm Kunci : C Penyelesaian : 1. Jika persegi panjang ABCD di atas diketahui OA = 26 cm, maka panjang BO adalah... A. 78 cm C. 26 cm B. 52 cm D. 13 cm 2. Gambar disamping adalah persegi panjang. Salah satu sifat persegi panjang adalah

Lebih terperinci

5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA

5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA 5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA Tata koordinat yang kita kenal umumnya adalah jenis Kartesian (Cartesius) yang memakai sumbu X dan Y. Namun dalam astronomi, koordinat ini tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor BAB 1 BESARAN VEKTOR Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan definisi vektor, dan representasinya dalam sistem koordinat cartesius 2. Menjumlahkan vektor secara grafis dan dengan vektor komponen 3. Melakukan

Lebih terperinci

Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN

Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Bilangan Real S PENDAHULUAN Drs. Soemoenar emesta pembicaraan Kalkulus adalah himpunan bilangan real. Jadi jika akan belajar kalkulus harus paham terlebih dahulu tentang bilangan real. Bagaimanakah

Lebih terperinci

MATEMATIKA EBTANAS TAHUN 2002

MATEMATIKA EBTANAS TAHUN 2002 MATEMATIKA EBTANAS TAHUN UAN-SMP-- Notasi pembentukan himpunan dari B = {, 4, 9} adalah A. B = { kuadrat tiga bilangan asli yang pertama} B = { bilangan tersusun yang kurang dari } C. B = { kelipatan bilangan

Lebih terperinci

Pesawat Terbang. gaya angkat. gaya berat

Pesawat Terbang. gaya angkat. gaya berat Sumber: www.staralliance.com Pesawat Terbang Terbayangkah kalian dengan teknologi pesawat terbang? Alat transportasi ini diciptakan dengan teknologi yang canggih. Salah satunya adalah saat merancang konstruksi

Lebih terperinci

MATEMATIKA EBTANAS TAHUN 1992

MATEMATIKA EBTANAS TAHUN 1992 MATEMATIKA EBTANAS TAHUN 99 EBT-SMP-9-0 Diketahui: A = {m, a, d, i, u, n} dan B = {m, a, n, a, d, o} Diagram Venn dari kedua himpunan di atas A. m a d o a m o i e e I d u a a u n e m i d o m i d a u n

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 Sistem Koordinat Parameter SistemKoordinat Koordinat Kartesian Koordinat Polar Sistem Koordinat Geosentrik Sistem Koordinat Toposentrik Sistem Koordinat

Lebih terperinci

Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR.

Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR. Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS Materi : Konstruksi-konstruksi dasar. Garis-garis lengkung. Gambar proyeksi. Gambar pandangan tunggal. Proyeksi ortogonal (gambar pandangan majemuk). 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI

Lebih terperinci

Aplikasi Geogebra dalam Pembelajaran Geometri Bidang

Aplikasi Geogebra dalam Pembelajaran Geometri Bidang Aplikasi Geogebra dalam Pembelajaran Geometri Bidang Dendy Suprihady /13514070 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) TEKNIS PENGUKURAN DAN PEMETAAN KOTA Surabaya, 9 24 Agustus 2004 Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT

Lebih terperinci

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber: Kinematika Gerak B a b B a b 1 KINEMATIKA GERAK Sumber: www.jatim.go.id Jika kalian belajar fisika maka kalian akan sering mempelajari tentang gerak. Fenomena tentang gerak memang sangat menarik. Coba

Lebih terperinci

SUDUT DAN GARIS GARIS SEJAJAR

SUDUT DAN GARIS GARIS SEJAJAR SUDUT DAN GARIS GARIS SEJAJAR Seorang pemain sepak bola dari club tranmere, dave challinor, memegang rekor dunia untuk pelemparan bola terjauh dengan jarak 46,34 m. Untuk mencapai jarak lemparan maksimum,

Lebih terperinci

BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI

BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI Geoid dan ellipsoida merupakan bidang 2 yang sangat penting didalam Geodesi. Karena masing 2 bidang tersebut merupakan bentuk bumi dalam pengertian fisik dan dalarn pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 VOLUME DAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

BAB 2 VOLUME DAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG BAB 2 VOLUME DAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG A. TABUNG Tabung adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua lingkaran yang berhadapan, sejajar, dan kongruen serta titik-titik pada keliling lingkaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Titik, Garis, dan Bidang Pada geometri, tepatnya pada sistem aksioma, terdapat istilah tak terdefinisi. Istilah tak terdefinisi adalah istilah dasar yang digunakan dalam membangun

Lebih terperinci

Matematika Teknik Dasar-2 2 Bilangan Kompleks - 1. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

Matematika Teknik Dasar-2 2 Bilangan Kompleks - 1. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Matematika Teknik Dasar-2 2 Bilangan Kompleks - 1 Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Simbol j Penyelesaian dari sebuah persamaan kuadratik ax 2 + bx rumus x = b± b2

Lebih terperinci

SOAL&PEMBAHASAN MATEMATIKATKDSAINTEK SBMPTN. yos3prens.wordpres.com

SOAL&PEMBAHASAN MATEMATIKATKDSAINTEK SBMPTN. yos3prens.wordpres.com SOAL&PEMBAHASAN MATEMATIKATKDSAINTEK SBMPTN 05 yosprens.wordpres.com SOAL DAN PEMBAHASAN MATA UJI MATEMATIKA TKD SAINTEK SBMPTN 05 Berikut ini 5 soal mata uji matematika beserta pembahasannya yang diujikan

Lebih terperinci

Home : tedyagungc.wordpress.com

Home : tedyagungc.wordpress.com Email : tedyagungc@gmail.com Home : tedyagungc.wordpress.com Subagyo 2003, Permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang tidak beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik

Lebih terperinci

DALIL PYTHAGORAS DAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI

DALIL PYTHAGORAS DAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI DALIL PYTHAGORAS DAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI Segitiga 1. Beberapa sifat yang berlaku pada segitiga adalah : Jumlah sudut-sudut sembarang segitiga adalah 180 0 Pada segitiga ABC berlaku AC = BC B = A

Lebih terperinci

LINGKARAN. A. PERSAMAAN LINGKARAN B. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN

LINGKARAN. A. PERSAMAAN LINGKARAN B. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN LINGKARAN. A. PERSAMAAN LINGKARAN B. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN 4 ia nc o3 D.c om Bab r: w be Su m. pa ww ne b Lingkaran Setelah mempelajari bab ini, Anda harus mampu merumuskan persamaan lingkaran

Lebih terperinci

SUSUNAN KOORDINAT BAGIAN-1. Oleh: Fitria Khasanah, M. Pd

SUSUNAN KOORDINAT BAGIAN-1. Oleh: Fitria Khasanah, M. Pd SUSUNAN KOORDINAT BAGIAN-1 Oleh: Fitria Khasanah, M. Pd Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta 2010 Letak Suatu Titik pada Garis Lurus O g

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBERIAN KODE NOMOR URUT WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI

TATA CARA PEMBERIAN KODE NOMOR URUT WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI LAMPIRAN Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-28/PJ/2011 tentang : Tata Cara Pemberian Kode Nomor Urut Wilayah Kerja Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi I. PENDAHULUAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

GEOMETRI ANALITIK PERTEMUAN2: GARIS LURUS PADA BIDANG KOORDINAT. sofyan mahfudy-iain Mataram 1

GEOMETRI ANALITIK PERTEMUAN2: GARIS LURUS PADA BIDANG KOORDINAT. sofyan mahfudy-iain Mataram 1 GEOMETRI ANALITIK PERTEMUAN2: GARIS LURUS PADA BIDANG KOORDINAT sofyan mahfudy-iain Mataram 1 Sasaran kuliah hari ini 1. Mahasiwa dapat menjelaskan konsep kemiringan garis/gradien 2. Mahasiswa dapat menentukan

Lebih terperinci

OLIMPIADE MATEMATIKA SLTP TINGKAT KABUPATEN KOTA 2006

OLIMPIADE MATEMATIKA SLTP TINGKAT KABUPATEN KOTA 2006 OLIMPIADE MATEMATIKA SLTP TINGKAT KABUPATEN KOTA 00 SOAL PILIHAN GANDA. Jumlah dua bilangan bulat yang berbeda adalah. Jika hasil bagi kedua bilangan tersebut adalah juga bilangan bulat, maka salah satu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013 BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013 A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Theodolit Dalam Buku Ephemeris Hisab Rukyat 2013 Konsep penentuan

Lebih terperinci

Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2009/2010

Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2009/2010 Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2009/2010 1. Hasil dari 576 + 712 376 =... A. 348 B. 912 C. 1.288 D. 1.652 BAB I Bilangan Penjumlahan dan pengurangan derajatnya sama, pengerjaannya

Lebih terperinci

FUNGSI. Riri Irawati, M.Kom 3 sks

FUNGSI. Riri Irawati, M.Kom 3 sks FUNGSI Riri Irawati, M.Kom 3 sks Agenda 1. Sistem Koordinat Kartesius. Garis Lurus 3. Grafik persamaan Tujuan Agar mahasiswa dapat : Menggunakan sistem koordinat untuk menentukan titik-titik dan kurva-kurva.

Lebih terperinci

(D) 2 x < 2 atau x > 2 (E) x > Kurva y = naik pada

(D) 2 x < 2 atau x > 2 (E) x > Kurva y = naik pada f =, maka fungsi f naik + 1 pada selang (A), 0 (D), 1. Jika ( ) (B) 0, (E) (C),,. Persamaan garis singgung kurva lurus + = 0 adalah (A) + = 0 (B) + = 0 (C) + + = 0 (D) + = 0 (E) + + = 0 = ang sejajar dengasn

Lebih terperinci

Meridian Greenwich. Bujur

Meridian Greenwich. Bujur 5. TATA KOORDINAT Dalam astronomi, amatlah penting untuk memetakan posisi bintang atau benda langit lainnya, dan menerapkan system koordinat untuk membakukan posisi tersebut. Prinsip dasarnya sama dengan

Lebih terperinci

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam MAKALAH GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata geometri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ukuran bumi. Maksudnya mencakup segala sesuatu

Lebih terperinci

PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA

PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA Proyeksi Peta dan Skala Peta 1. Pengertian Proyeksi peta ialah cara pemindahan lintang/ bujur yang terdapat pada lengkung permukaan bumi ke bidang datar. Ada beberapa ketentuan

Lebih terperinci

kombinasi antara aljabar dan geometri. Dengan membuat korespondensi antara

kombinasi antara aljabar dan geometri. Dengan membuat korespondensi antara Sistem Koordinat Cartesius.. Geometri Analitik Geometri analitik adalah suatu cabang ilmu matematika yang merupakan kombinasi antara aljabar dan geometri. Dengan membuat korespondensi antara persamaan

Lebih terperinci

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian.

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian. Glosarium A Akar pangkat dua : akar pangkat dua suatu bilangan adalah mencari bilangan dari bilangan itu, dan jika bilangan pokok itu dipangkatkan dua akan sama dengan bilangan semula; akar kuadrat. Asosiatif

Lebih terperinci

Matematika ITB Tahun 1975

Matematika ITB Tahun 1975 Matematika ITB Taun 975 ITB-75-0 + 5 6 tidak tau ITB-75-0 Nilai-nilai yang memenui ketidaksamaan kuadrat 5 7 0 atau atau 0 < ITB-75-0 Persamaan garis yang melalui A(,) dan tegak lurus garis + y = 0 + y

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Kuliah Bab II FUNGSI

Ringkasan Materi Kuliah Bab II FUNGSI Ringkasan Materi Kuliah Bab II FUNGSI. FUNGSI REAL, FUNGSI ALJABAR, DAN FUNGSI TRIGONOMETRI. TOPIK-TOPIK YANG BERKAITAN DENGAN FUNGSI.3 FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS. FUNGSI REAL, FUNGSI ALJABAR,

Lebih terperinci

SOAL-SOAL LATIHAN TURUNAN FUNGSI SPMB

SOAL-SOAL LATIHAN TURUNAN FUNGSI SPMB SOL-SOL LTIHN TURUNN FUNGSI SPM 00-007. SPM Matematika asar Regional I 00 Kode 0 Garis singgung kurva di titik potongnya dengan sumbu yang absisnya postif y mempunyai gradien.. 9 8 7. SPM Matematika asar

Lebih terperinci

Bab ini memperkenalkan mengenai proyeksi silinder secara umum dan macam proyeksi silinder yang dipakai di Indonesia.

Bab ini memperkenalkan mengenai proyeksi silinder secara umum dan macam proyeksi silinder yang dipakai di Indonesia. BAB 7 PENDAHULUAN Diskripsi singkat : Proyeksi Silinder bila bidang proyeksinya adalah silinder, artinya semua titik di atas permukaan bumi diproyeksikan pada bidang silinder yang kemudian didatarkan.

Lebih terperinci

360 putaran. Ukuran sudut yang lebih kecil dari derajat adalah menit ( ) dan detik ( )

360 putaran. Ukuran sudut yang lebih kecil dari derajat adalah menit ( ) dan detik ( ) BB 7 GRIS DN SUDUT. SUDUT 1. Pengertian Sudut Sudut dibentuk dari dua sinar yang titik pangkalnya berimpit. Sinar digambarkan berupa garis lurus yang di ujungnya tanda panah dan di pangkalnya tanda titik.

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI BIDANG MATEMATIKA Waktu : 210 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak 4 Lingkaran 4.1. Persamaan Lingkaran Bentuk Baku. Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak tetap dari suatu titik tetap. Titik tetap dari lingkaran disebut pusat lingkaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Apakah Maple itu? Maple adalah suatu program interaktif yang mengintegrasikan kemampuan komputasi baik numerik ataupun simbolik, visualisasi (grafik) dan pemrograman.

Lebih terperinci