Perhitungan Struktur Elektronik Graphene dan Carbon Nanotube

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perhitungan Struktur Elektronik Graphene dan Carbon Nanotube"

Transkripsi

1 Bab 3 Perhitungan Struktur Elektronik Graphene dan Carbon Nanotube 31 Metode Penentuan Hubungan Dispersi Perangkat matriks Hamiltonian dan fungsi basis yang diberikan sebelumnya kini akan dimanfaatkan untuk membangun konsep pita energi atau kurva dispersi pada zat padat yang merupakan salah satu komponen struktur elektronik suatu material Perumusan dilakukan dengan cara generalisasi penentuan kurva dispersi untuk sistem rantai atomik satu dimensi menuju struktur zat padat yang lebih besar (bulk) Misalkan digunakan bentuk persamaan Schrödinger tak bergantung waktu dalam bentuk matriks, E(ψ) = [H](ψ), dan model rantai seperti pada gambar 31 Jika di N 1 N Gambar 31 Rantai atomik satu dimensi asumsikan hanya satu orbital yang digunakan sebagai basis per titik atom dan irisan antaratom diabaikan, maka akan diperoleh matriks Hamiltonian berukuran N N yang diagonal: H = diag (E 0 E 0 E 0 ) Jika atom-atom dibawa saling mendekat dan terjadi irisan antaratom, maka tetangga terdekat dari elemen diagonal matriks Hamiltonian di atas jadi tidak nol, seperti yang sudah dihitung untuk atom hidrogen (ilustrasi irisan pada gambar 21 dan 32) Untuk sistem rantai atomik 1D yang memperhitungkan irisan antaratom (antarfungsi 11

2 31 METODE PENENTUAN HUBUNGAN DISPERSI 12 1s fungsi gelombang beririsan 1s Gambar 32 Irisan dua fungsi gelombang yang bertetangga pada rantai atomik gelombang), Hamiltonian dinyatakan sebagai E 0 E ss E ss E 0 E ss 0 0 H = 0 E ss E Ess E ss E 0 Ditambah dengan syarat periodisitas, elemen off-diagonal dari matriks Hamiltonian tersebut juga tidak lagi nol, melainkan sama dengan komponen irisan E ss Dengan demikian, persamaan matriks lengkap yang perlu dipecahkan dalam sistem rantai atomik 1D ini adalah ψ 1 E 0 E ss E ss ψ 1 ψ 2 E ss E 0 0 Ess 0 ψ 2 E = 0 Ess 0 0 ψ n 0 0 E (31) ss 0 ψ n 0 E ss 0 E0 E ss ψ N E ss E ss E 0 ψ N Bentuk matriks Hamiltonian seperti itu dipilih karena untuk setiap baris pers (31) berlaku Eψ n = E ss ψ n 1 + E 0 ψ n + E ss ψ n+1 (32) Persamaan tersebut dapat diselesaikan secara analitik dengan tebakan ψ n = ψ 0 e inφ : E = E ss ψ n 1 ψ n + E 0 + E ss ψ n+1 ψ n = E ss e iφ + E 0 + E ss e +iφ = E 0 + 2E ss cos φ Akan tetapi, dalam bentuk yang terakhir ini φ memberikan tak hingga banyaknya nilai E yang kontinu Harus ada batasan yang diterapkan pada φ agar nilai eigen yang diperoleh dari matriks Hamiltonian awal bisa berjumlah tertentu (seperti ukuran matriksnya yang juga tertentu)

3 31 METODE PENENTUAN HUBUNGAN DISPERSI 13 Untuk mengakomodasi keperluan tersebut, rentang φ harus dibatasi dan nilainya didiskretisasi Pertama, yang membatasi rentang φ adalah pemberlakuan syarat ψ n = ψ 0 e in(φ+2π) = φ 0 e inφ, (33) φ dan (φ + 2π) memberikan fungsi gelombang yang sama dan rentang tinjauan bisa terbatas pada setiap daerah φ yang berukuran 2π (di sini dipilih π φ π karena simetri yang memudahkan analisis) Kedua, meskipun sudah dibatasi, nilai eigen masih bisa tak hingga banyaknya karena sifat kontinu dari φ Oleh karena itu, diberlakukan diskretisasi untuk zat padat yang periodik: yang berarti ψ n+1 = ψ 0 e in(n+1)φ = ψ 1, (34) e inφ = 1 Nφ = 2πα φ = α 2π N, dengan α adalah bilangan bulat Jika jarak antartitik kisi adalah a, maka φ dapat dituliskan sebagai φ α = k α a = α 2π N (35) Rantai atomik satu dimensi ini sebenarnya lebih realisitis jika digambarkan dengan dua atom per titik kisi Perubahan struktur semacam dari awalnya seperti gambar 31 menuju 33 dikenal sebagai distorsi Peierl [9] Di sini tidak akan dibahas detail tentang fenomena tersebut, melainkan akan ditunjukkan bagaimana cara memperoleh struktur pita energi untuk zat padat yang setiap titik kisi (atau sel satuannya) mengandung lebih dari satu orbital basis 1 1' 2 2' 3 3' N N' Gambar 33 Rantai atomik satu dimensi yang memiliki dua atom per titik kisi Perbedaan struktur ini akan mengubah bentuk Hamiltonian sebelumnya dengan beberapa modifikasi Misalkan orbital basis yang digunakan tetap 1 buah per atom, maka akan ada 2 orbital per titik kisi Persamaan Schrödinger berubah menjadi E ψ 1 ψ 1 ψ N ψ N E 0 E ss E ss E ss E 0 E ss = E ss E 0 E ss ψ 1 ψ 1 ψ N ψ N, (36)

4 31 METODE PENENTUAN HUBUNGAN DISPERSI 14 dengan E ss E ss Oleh karena ada dua fungsi ψ n dan ψ n dalam sebuah vektor kolom, diperlukan trik untuk mengembalikannya seperti bentuk standar yang periodik, yaitu dengan mengumpulkan keduanya pada matriks baru φ n Dengan perlakuan ini, persamaan Schrödinger (36) dapat dituliskan φ 1 H 11 H 12 φ 1 φ 2 H 21 H 22 H 23 φ 2 E = H 32 H, (37) 33 dengan dan φ N [ ] [ ] [ ] E0 E ss Ess H nm =, H n,n+1 =, H n,n 1 =, E ss E 0 E ss {φ n } = { ψn Untuk setiap baris persamaan matriks, dapat dituliskan yang dapat diselesaikan dengan tebakan Substitusikan tebakan tersebut menghasilkan ψ n } Eφ n = H nn φ n + H n,n 1 φ n 1 + H n,n+1 φ n+1, (38) φ N φ n = φ 0 e ikna (39) Eφ 0 = H nn φ 0 + H n,n 1 e ika φ 0 + H n,n+1 e ika φ 0, [ ] E 0 E ss + E E{φ 0 } = sse ika {φ 0 } E ss + E sse ika E 0 Nilai eigen kemudian dapat ditentukan dengan menyelesaikan persamaan sekuler (determinan): yang hasilnya E 0 E E ss + E sse ika E ss + E sse ika E 0 = 0, E = E 0 ± E 2 ss + E 2 ss + 2E ss E ss cos(ka) (310) Plot grafik dari pers (310) ditunjukkan pada gambar 34, yang merupakan suatu kurva hubungan dispersi, yaitu hubungan energi terhadap bilangan gelombang yang diizinkan muncul Dua cabang kurva yang diperoleh berkaitan dengan apa yang disebut sebagai pita valensi dan pita konduksi

5 31 METODE PENENTUAN HUBUNGAN DISPERSI 15 Gambar 34 Hubungan dispersi untuk rantai atomik satu dimensi dengan dua atom per titik kisi Generalisasi Prosedur Prosedur perhitungan struktur energi untuk rantai atomik dapat diperluas untuk sembarang zat padat periodik dengan sembarang jumlah fungsi basis per titik kisi (atau sel satuan) Tinjau sebuah sel satuan n yang terkait dengan sel satuan tetangganya m oleh matriks [H nm ] berukuran (b b), dengan b adalah jumlah fungsi basis per sel satuan Persamaan matriks keseluruhan dapat dituliskan [H nm ]{φ m } = E{φ n }, (311) m dengan {φ m } merupakan sebuah vektor kolom berukuran (b 1) yang menyatakan fungsi gelombang pada sel satuan m Himpunan persamaan ini dapat diselesaikan dengan tebakan {φ m } = {φ 0 }e i k r m, (312) asalkan pers (311) identik untuk setiap sel satuan n Ini dapat dianggap sebagai suatu bentuk modifikasi diskret dari teorema Bloch yang mensyaratkan fungsi gelombang di setiap titik kisi periodik agar tampak sama dipandang dari sudut manapun Teori tersebut merupakan konsekuensi dari periodisitas kisi dan menjamin ketika tebakan disubstitusikan pada pers (311) akan diperoleh E{φ 0 } = [h( k)]{φ 0 } (313)

6 32 KURVA DISPERSI GRAPHENE 16 dengan [h( k)] = m [H nm ]e i k ( r m r n) (314) yang tidak tergantung pada sel satuan mana yang digunakan untuk mengevaluasi jumlahan pada persamaan di atas Struktur pita kemudian dapat ditentukan dengan menemukan dulu nilai-nilai eigen dari matriks [h( k)] berukuran (b b) untuk setiap nilai k Akan ditemui sebanyak b cabang pada kurva dispersi, masing-masing untuk setiap nilai eigen 32 Kurva Dispersi Graphene Graphene merupakan lapisan 2D yang menyusun kristal karbon grafit Atom-atom karbon pada graphene tersusun secara heksagonal Struktur heksagonal ini tampak tidak terlalu periodik, atom-atom yang berdekatan tidak memiliki lingkungan tetangga yang identik Tetapi jika dua atom yang bersebelahan dalam jarak a 0 dijadikan sebagai sebuah sel satuan, maka kisi dari sel satuan tersebut bersifat periodik dan masing-masing memiliki lingkungan yang identik (gambar 35) Setiap titik dalam kisi periodik yang dibentuk oleh sel-sel satuan dapat dideskripsikan oleh himpunan bilangan bulat (m, n) dengan rumusan (lihat gambar 36): R = m a 1 + n a 2, (315a) a 1 = aˆx + bŷ a 2 = aˆx bŷ, (315b) a = 3a 0 3a0 dan b = (315c) 2 2 Untuk kisi resiprok, titik-titik kisi pada bidang k x k y diberikan oleh K = M b 1 + N b 2, b1 = 2π( a 2 ẑ) a 1 ( a 2 ẑ = π a ˆx + π b ŷ, b2 = 2π(ẑ a 1) a 2 (ẑ a 1 ) = π a ˆx π b ŷ (316a) (316b) (316c) y x sel satuan a 0 Gambar 35 Sketsa graphene: sel satuan dipilih terdiri dari dua atom karbon

7 32 KURVA DISPERSI GRAPHENE 17 a 1 a, b 0,2 /3b /a, /3b b 1 a 2 /a, /3b b 2 a, b Gambar 36 Kisi nyata dan kisi resiprok yang berkaitan pada graphene Sumbu x dan y seperti yang didefinisikan pada gambar 35 Daerah yang diarsir merupakan zona Brillouin Dengan menggunakan vektor-vektor basis tersebut dapat dibangun zona Brillouin seperti pada gambar (36) Untuk nilai k tertentu, energi eigen dapat dihitung berdasarkan pers (313) dan (314) Ukuran matriks [h( k)] bergantung pada jumlah fungsi basis per sel satuan Jika digunakan empat orbital sesuai elektron valensi karbon (2s, 2p x, 2p y, 2p z ) sebagai fungsi basis, maka ada delapan fungsi basis dalam satu sel satuan (yang mengandung dua atom karbon) Dengan demikian, untuk setiap nilai k akan diperoleh delapan nilai eigen Akan tetapi, keadaan energi 2s, 2p x, 2p y tidak terkait sama sekali dengan keadaan 2p z karena tidak ada irisan fungsi gelombang antarkeadaan tersebut, yaitu u s,px,p y Ĥu pz = 0 (317) Ini artinya keadaan valensi dan konduksi pada graphene dapat dijelaskan dengan baik cukup dengan menggunakan satu orbital (2p z ) per atom karbon Matriks [h( k)] yang dibutuhkan akan berukuran (2 2) karena satu sel satuan mengandung dua atom Matriks tersebut merupakan jumlahan seluruh Hamiltonian yang terkait interaksi dengan tetangganya dan juga dalam sel satuan itu sendiri Elemen matriks merupakan integral irisan antarfungsi gelombang Misalkan nilainya sebesar t untuk atom-atom karbon yang bertetangga dan 0 untuk lainnya (karena tidak ada irisan), maka [ ] [ [h( E0 t 0 te i ] [ k a 1 0 te i ] k a 2 k)] = + + t E [ ] [ ] te i k a 1 0 te i k a 2 0 [ ] [h( E0 h 0 k)] =, (318) h 0 E 0

8 33 KLASIFIKASI NANOMATERIAL 18 3 E t k y a 0 k x a Gambar 37 Hubungan dispersi pada graphene dengan h 0 = t(1 + e i k a 1 + e i k a 2 ) = t(1 + 2e ikxa cos(k y b) Nilai eigen kemudian dapat ditentukan dari persamaan sekuler (determinan) yang hasilnya E = E 0 ± h 0 = E 0 ± t [ cos 2 (k y b) + 4 cos(k x a) cos(k y b) ] 1/2 (319) Visualisasi rumusan E graphene ini ditunjukkan pada gambar 37, dengan E 0 = 0 33 Klasifikasi Nanomaterial Tingkat-tingkat energi E b ( k) yang diizinkan pada suatu zat padat periodik terkait dengan vektor gelombang k, dengan jumlah cabang sebanyak b sesuai dengan jumlah fungsi basis yang dipilih per sel satuan Hasil tersebut berdasarkan pada asumsi syarat batas periodik di semua arah sehingga periodisitas fungsi gelombang tetap berlaku meskipun pada daerah ujung material Oleh karena ukuran material yang besar (bulk), maka asumsi itu dapat berlaku dan sifat-sifat elektronik material dapat sesuai dengan apa yang diperoleh dari eksperimen Beberapa fenomena menarik akhirnya sering teramati pada struktur nanomaterial, yang dapat dianggap sebagai perbatasan antara orde atom/molekul dan zat padat bulk Material dalam orde nanometer biasanya disusun oleh sekitar seratusan atom Sistem seperti ini sering dirujuk sebagai sistem mesoskopik atau sistem berdimensi rendah Untuk kebanyakan nanomaterial, diagram E k konvensional masih belum cukup untuk

9 33 KLASIFIKASI NANOMATERIAL 19 menjelaskan seluruh sifat elektroniknya Pada bagian ini akan dibahas bagaimana suatu struktur zat padat bulk yang direduksi menjadi sistem berdimensi rendah membawa pada konsep subpita yang menunjukkan beberapa perbedaan kualitatif maupun eksperimental antara zat padat makroskopik dan mesoskopik Nanomaterial dapat diklasifikasikan menurut aspek pengurungan gerak pembawa muatan atau ukuran derajat kebebasannya Pada zat padat homogen bulk, elektron bisa bebas bergerak dalam tiga arah koordinat kartesian dan tingkat-tingkat energinya dapat dinyatakan sebagai E b (k x, k y, k z ), indeks b berkaitan dengan pita-pita yang berbeda Jika sekarang salah satu dimensi zat padat tersebut dibatasi, misalnya arah k z menjadi ukuran panjang yang cukup kecil, L z, maka akan diperoleh struktur quantum well Nilai k z dipaksa untuk berbentuk diskret dengan syarat batas seperti sumur potensial: k z = n zπ L z (n z bilangan bulat) (320) Misalkan hubungan dispersi E b ( k) pada daerah tertentu dapat diaproksimasi oleh hubungan parabolik dengan massa efektif m : E( k) E c + 2 (k 2 x + k 2 y + k 2 z) 2m, (321) nilai E c dan m c ditentukan dari pencocokan Kedua parameter ini masing-masing merupakan ujung pita konduksi dan massa efektif yang dapat ditentukan untuk berbagai macam semikonduktor konvensional Terkait dengan pembatasan gerak pada quantum well, hubungan dispersi zat padat bulk tersebut berubah menjadi E nz (k x, k y ) E c + n 2 zɛ z + 2 (k 2 x + k 2 y) 2m, (322a) ɛ z = 2 π 2 2m L 2 (322b) z Langkah pembatasan gerak ini dapat dilanjutkan menuju struktur dalam dimensi yang lebih rendah, yaitu membentuk quantum wire: dan bisa juga menjadi quantum dot: E ny,n z (k x ) E c + n 2 yɛ y + n 2 zɛ z + 2 k 2 x 2m, (323a) ɛ y = 2 π 2 2m L 2, (323b) y E nx,n y,n z E c + 2 π 2 2m ( ) n 2 x L 2 + n2 y x L 2 + n2 z y L 2 (324) z Struktur quantum dot sering disebut juga sebagai atom buatan (artificial atoms)

10 34 STRUKTUR CARBON NANOTUBE 20 Zat padat biasa Quantum well Quantum wire Quantum dot Gambar 38 Struktur zat padat bulk, quantum well, wire, dan dot 34 Struktur Carbon Nanotube Carbon nanotube (CNT) dapat dibentuk dari penggulungan lembaran graphene Oleh karena itu, sifat-sifatnya merupakan turunan dari sifat-sifat graphene, ditambah munculnya beberapa fenomena luar biasa sebagai akibat kuantisasi ruang dari 2D menuju 1D Artinya dari segi struktur, CNT termasuk ke dalam jenis quantum wire dari quantum well dalam bentuk graphene Peninjauan kembali struktur elektronik graphene akan sangat membantu dalam perumusan sifat elektronik CNT Tingkat-tingkat energi graphene (seperti yang dijelaskan di bagian sebelumnya) dapat ditentukan dengan mencari nilai eigen dari matriks yang menghasilkan [ ] h( E0 h 0 k) =, h 0 E 0 [ ] h 0 = t 1 + 2e ikxa cos(k y b), E = E 0 ± h 0 = E 0 ± t [ cos 2 (k y b) + 4 cos(k x a) cos(k y b) ] 1/2 Oleh karena setiap tingkat-tingkat energi simetris di sekitar E 0 = 0, maka seluruh keadaan dengan E < 0 akan terisi penuh, sedangkan seluruh keadaan dengan E > 0 akan kosong, atau bisa dikatakan tingkat energi Fermi berada pada E 0 = 0 Pada bidang k x k y, titik-titik dengan E 0 = 0 merupakan daerah tempat berlakunya h 0 ( k) = 0, yaitu (k x a, k y b) = (0, 2π/3), ( π, +π/3), (+π, +π/3) (325) (k x a, k y b) = (0, +2π/3), ( π, π/3), (+π, π/3) (326) Keenamnya tidak lain merupakan titik-titik sudut zona Brillouin Graphene seperti pada gambar 36 Titik-titik tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok yang masingmasing beranggotakan tiga titik setara yang berperan dalam proses konduksi muatan

11 34 STRUKTUR CARBON NANOTUBE 21 k y k y k x k x Gambar 39 Translasi titik zona Brillouin pada graphene yang berperan dalam konduksi Setiap titik dalam masing-masing kelompok memiliki kontribusi 1/3 terhadap konduksi Supaya lebih mudah dalam peninjauan penggulungan graphene menjadi CNT, maka tiga titik pada masing-masing kelompok digabungkan dalam dua titik (k x a, k y b) = (0, ±2π/3) seperti ditunjukkan gambar 39 Begitu graphene digulung menjadi CNT, nilai-nilai k yang diizinkan akan tergantung pada syarat periodik di bagian kelilingnya Jika didefinisikan vektor keliling (chiral): c h = m a 1 + n a 2 = a(m + n)ˆx + b(m n)ŷ (327) yang menghubungkan dua titik yang setara pada bidang x y ketika digulung, maka syarat batas periodik yang berlaku adalah k ch = k c c h = k x a(m + n) + k y b(m n) = 2πν (328) Syarat batas tersebut menyatakan garis-garis sejajar yang masing-masing berkaitan dengan bilangan bulat berbeda ν (gambar 310) Garis-garis tersebut menunjukkan keberadaan subpita pada CNT Jika digambarkan kurva dispersi pada sepanjang garis sejajar, maka akan diperoleh hubungan E ν (k) masing-masing satu macam kurva untuk setiap subpita ν Dari syarat (328) inilah bagaimana jumlah subpita dipengaruhi oleh dimensi (ukuran) CNT Jika CNT memiliki keliling yang sangat besar, maka jumlah subpita pada zona Brillouin jadi cukup banyak Sebagai akibatnya sifat nanotube demikian tidak ada bedanya dengan graphite biasa yang diagram energinya membentuk pita murni Tetapi jika keliling CNT cukup kecil, keberadaan subpita akan sangat signifikan mempengaruhi sifat elektronik CNT Hubungan dispersi yang dihasilkan apakah akan menunjukkan celah energi (semikonduktor) atau tidak (logam) tergantung pada keberadaan garis-garis subpita yang dapat melewati salah satu titik konduksi (k x a, k y b) = (0, ±2π/3) Persyaratan m dan n agar menjadi seperti logam dapat dihitung dari (328), yaitu agar garis

12 34 STRUKTUR CARBON NANOTUBE 22 0, 2 / 3b k y k x k c c h =2 0, 2 / 3b kontur energi (konstan) Gambar 310 Garis-garis sejajar sebagai subpita pada CNT subpita melewati k x a = 0, k y b = 2π/3 (tidak ada celah energi), maka (m n)/3 = ν (329) ν merupakan bilangan bulat, sehingga CNT seperti logam akan terjadi jika (m n) merupakan kelipatan tiga Selain yang demikian, sifat CNT yang muncul adalah semikonduktor Misalkan ditinjau dua contoh yang spesifik, yaitu zigzag-cnt dan armchair-cnt Untuk tipe zigzag-cnt, vektor c h = 2bmŷ, syarat batas periodik mengakibatkan nilainilai k yang diizinkan jadi terletak sejajar dengan sumbu-k x (berarti koordinat k y yang ditentukan), yaitu k y 2bm = 2πν k y = 2πν 2mb = 2π 3ν 3b 2m, (330) dengan 2bm sebagai besar keliling CNT Demikian pula tipe armchair-cnt, vektor c h = 2amˆx, syarat batas mengakibatkan nilai k yang diizinkan jadi terletak sejajar dengan sumbu-k x, yaitu koordinat k y : k x 2am = 2πν k x = 2πν 2ma (331) Meskipun rumusan (330) dan (331) bentuknya serupa, tetapi perbedaan mendasar jelas tampak dari ada atau tidaknya posisi k x dan k y agar terjadi konduksi Titik konduksi zona Brillouin ada di koordinat bilangan gelombang (k x a, k y b) = (0, ±2π/3) Artinya, armchair-cnt bersifat seperti logam untuk berapapun nilai m karena subpita dengan ν = 0 selalu melewati titik konduksi tersebut Sedangkan zigzag-cnt bisa bersifat seperti logam maupun semikonduktor tergantung pada nilai m, yaitu jika m (dalam kasus ini) merupakan kelipatan tiga berarti sifatnya logam

13 34 STRUKTUR CARBON NANOTUBE 23 Gambar 311 Aproksimasi kurva dispersi energi untuk CNT sebagai fungsi k y b sepanjang garis k x a = 0 (sumbu CNT) Dua kurva yang dibandingkan masing-masing berasal dari pers (319) dan (335) Konduksi listrik ditentukan oleh ketersediaan keadaan energi di sekitar tingkat Fermi Pendekatan yang sangat berguna untuk menjelaskannya adalah uraian Taylor untuk plot E k di sekitar E = 0 Caranya yaitu dengan menerapkan uraian tersebut untuk h 0 ( k) = t[1 + 2e ikxa cos(k y b)] pada daerah (k x a, k y b) = (0, ±2π/3) yang celah energinya nol (h 0 = 0 untuk titik tersebut) Selesaikan: [ ] ( h0 h 0 k x + k y 2π ) [ h0 k x 3b k y dengan h 0 = k x h 0 = k y sehingga dapat dituliskan k xa=0,k yb=±2π/3 [ ] 2iate ikxa cos(k y b) ], (332) k xa=0,k yb=±2π/3 = iat = i3a 0t/2, k xa=0,k yb=±2π/3 [ ] 2bte ikya sin(k y b) = ±bt 3 = ±3a 0 t/2, k xa=0,k yb=±2π/3 h 0 ( k) = i 3a 0t 2 (k x iβ y ) (333) β y k y 2π 3 Hubungan dispersi energi yang terkait (seperti pers (319)) dapat dituliskan E( k) = ± h 0 = ± 3ta 0 2 (334) k 2 x + β 2 y (335) Rumusan dispersi energi hasil penyederhanaan ini cukup cocok pada rentang energi yang cukup luas (gambar 311) Dengan menggunakan aproksimasi Taylor, kontur energi konstan akan berbentuk lingkaran dan isotropik di sekitar pusat masing-masing titik

14 34 STRUKTUR CARBON NANOTUBE 24 konduksi, (0, ±2π/3b) Menariknya, hasil ini menunjukkan bahwa vektor gelombang yang searah dengan sumbu CNT bernilai kontinu, asalkan CNT tersebut diasumsikan memiliki panjang tak hingga Untuk CNT nyata yang panjangnya terbatas, nilai vektor gelombang yang terkuantisasi bisa juga muncul seperti untuk vektor gelombang yang searah dengan lingkaran keliling CNT Lebar celah energi untuk CNT semikonduktor bergantung pada tipenya yang spesifik Yang pasti, selama (m n) bukan kelipatan angka tiga, maka celah energi tidak bernilai nol Rumusan untuk lebar celah energi cukup mudah diturunkan jika ditinjau tipe zigzag-cnt Dari pers (330), (334), dan (335), dapat dituliskan E(k x ) = ± 3ta 0 2 k 2 x + [ ( )] 2π 3ν 2 3b 2m 1, (336) sehingga celah energi untuk suatu subpita ν dapat dinyatakan sebagai selisih antara energi cabang (+) dan ( ) pada k x = 0: ( 2π E g,ν = 3ta 0 ν 2m 2mb 3 ) (337) Rumusan terakhir ini memiliki sebuah nilai minimum nol berkaitan dengan ν = 2m/3 Tetapi jika m bukan kelipatan tiga maka nilai minimum (ν 2m/3) sama dengan 1/3 Ini artinya nilai terkecil celah energi diberikan oleh E g = 2π 2mb ta 0 = 2ta 0 D, (338) D adalah diameter CNT dalam nm, dan πd keliling CNT yang sama dengan 2mb Jika dibandingkan dengan penjelasan teoretik terdahulu [6], maka hasil ini menunjukkan kesesuaian yang sempurna Lebar celah energi suatu CNT hanya berubah terhadap ukuran diameter CNT

15 34 STRUKTUR CARBON NANOTUBE 25 Gambar 312 Dua subpita terendah pada zigzag-cnt dengan m = 45 Tidak adanya celah energi menunjukkan sifat yang seperti logam Gambar 313 Dua subpita terendah pada zigzag-cnt dengan m = 44 Keberadaan celah energi menunjukkan sifatnya yang semikonduktor

Simulasi Struktur Energi Elektronik Atom, Molekul, dan Nanomaterial dengan Metode Ikatan Terkuat

Simulasi Struktur Energi Elektronik Atom, Molekul, dan Nanomaterial dengan Metode Ikatan Terkuat Simulasi Struktur Energi Elektronik Atom, Molekul, dan Nanomaterial dengan Metode Ikatan Terkuat Ahmad Ridwan Tresna Nugraha (NIM: 10204001), Pembimbing: Sukirno, Ph.D KK FisMatEl, Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

Kuliah Karbon Nanotube

Kuliah Karbon Nanotube Kuliah Karbon Nanotube Hasdeo Tohoku University Purpose 1 Persiapan skripsi Theoretical Condensed Matter 2 Dosen pembimbing: Dosen UB + R. Saito (wacana) 3 Target: Simple tight binding + Fortran 4 Problem:

Lebih terperinci

Bab 6. Elektron Dalam Zat Padat (Teori Pita Energi)

Bab 6. Elektron Dalam Zat Padat (Teori Pita Energi) Bab 6 Elektron Dalam Zat Padat (Teori Pita Energi) Teori Pita Energi Untuk Zat Padat (Model Untuk Teori Pita Energi) Berdasarkan daya hantar listrik, zat padat dibedakan menjadi tiga jenis : Logam dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Anda harus dapat

PENDAHULUAN Anda harus dapat PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Teori Pita Energi yang mencakup : asal mula celah energi, model elektron hampir bebas, model Kronig-Penney, dan persamaan sentral. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

FONON I : GETARAN KRISTAL

FONON I : GETARAN KRISTAL MAKALAH FONON I : GETARAN KRISTAL Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat Disusun Oleh: Nisa Isma Khaerani ( 3215096525 ) Dio Sudiarto ( 3215096529 ) Arif Setiyanto ( 3215096537

Lebih terperinci

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s) DAFTAR SIMBOL n κ α R μ m χ m c v F L q E B v F Ω ħ ω p K s k f α, β s-s V χ (0) : indeks bias : koefisien ekstinsi : koefisien absorpsi : reflektivitas : permeabilitas magnetik : suseptibilitas magnetik

Lebih terperinci

4. Buku teks: Introduction to solid state physics, Charles Kittel, John Willey & Sons, Inc.

4. Buku teks: Introduction to solid state physics, Charles Kittel, John Willey & Sons, Inc. Pengantar. Target: mahasiswa undergraduate menjelang tingkat akhir atau mahasiswa graduate tanpa latar belakang fisika zat padat. 2. Penjelasan Mata kuliah: tujuan perkuliahan ini adalah untuk memberikan

Lebih terperinci

2016 PEMODELAN ARUS TEROBOSAN PADA TRANSISTOR DWIKUTUB N-P-N ARMCHAIR GRAPHENE NANORIBBON (AGNR) MENGGUNAKAN METODE MATRIKS TRANSFER

2016 PEMODELAN ARUS TEROBOSAN PADA TRANSISTOR DWIKUTUB N-P-N ARMCHAIR GRAPHENE NANORIBBON (AGNR) MENGGUNAKAN METODE MATRIKS TRANSFER BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat-alat elektronik sudah menjadi pelengkap kehidupan manusia. Di dalamnya terdapat berbagai macam divais elektronik yang tersusun sehingga memiliki fungsinya tersendiri.

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Fisika Zat Padat Pendahuluan halaman 1 dari 9 GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) MATA KULIAH : FISIKA ZAT PADAT PENDAHULUAN KODE/BOBOT : PAF 225 / 2 SKS DESKRIPSI SINGKAT : Dalam pembelajaran iniakan

Lebih terperinci

Mengenal Sifat Material. Teori Pita Energi

Mengenal Sifat Material. Teori Pita Energi Mengenal Sifat Material Teori Pita Energi Ulas Ulang Kuantisasi Energi Planck : energi photon (partikel) bilangan bulat frekuensi gelombang cahaya h = 6,63 10-34 joule-sec De Broglie : Elektron sbg gelombang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup:

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup: PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup: kristal semikonduktor intrinsik dan kristal semikonduktor ekstrinsik. Oleh karena itu, sebelum mempelajari modul

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI- UNDIP GBPP 10.09.04 PAF 219 Revisi ke - Tanggal 13 September 2013 Dikaji Ulang Oleh Ketua Program Studi Fisika Dikendalikan Oleh GPM

Lebih terperinci

Metode Alternatif Perhitungan Struktur Elektronik Graphene dan Carbon Nanotube dengan Matriks Hamiltonian dalam Uraian Fungsi Basis

Metode Alternatif Perhitungan Struktur Elektronik Graphene dan Carbon Nanotube dengan Matriks Hamiltonian dalam Uraian Fungsi Basis Metode Alternatif Perhitungan Struktur Elektronik Graphene dan Carbon Nanotube dengan Matriks Hamiltonian dalam Uraian Fungsi Basis Laporan Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan pendidikan

Lebih terperinci

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Kuantum Dosen Pengampu: Drs. Ngurah Made Darma Putra, M.Si., PhD Disusun oleh kelompok 8:.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2.

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2. BAB II DASAR TEORI A. Kemagnetan Bahan Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2: Diagram pengelompokan bahan magnet (Stancil &

Lebih terperinci

KB 2. Nilai Energi Celah. Model ini menjelaskan tingkah laku elektron dalam sebuah energi potensial yang

KB 2. Nilai Energi Celah. Model ini menjelaskan tingkah laku elektron dalam sebuah energi potensial yang KB. Nilai Energi Celah 1. Model Kronig-Penney Model ini menjelaskan tingkah laku elektron dalam sebuah energi potensial yang periodik, dengan menganggap energi potensial periodik itu merupakan deretan

Lebih terperinci

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai

Lebih terperinci

TUGAS 4 FISIKA ZAT PADAT. Penurunan Rumus Amplitudo Hamburan. Oleh : Aldo Nofrianto ( /2014 ) Pendidikan Fisika A. Dosen Pengampu Mata kuliah

TUGAS 4 FISIKA ZAT PADAT. Penurunan Rumus Amplitudo Hamburan. Oleh : Aldo Nofrianto ( /2014 ) Pendidikan Fisika A. Dosen Pengampu Mata kuliah TUGAS 4 FISIKA ZAT PADAT Penurunan Rumus Amplitudo Hamburan Oleh : Aldo Nofrianto ( 14033047/2014 ) Pendidikan Fisika A Dosen Pengampu Mata kuliah Drs. Hufri, M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

tak-hingga. Lebar sumur adalah 4 angstrom. Berapakah simpangan gelombang elektron

tak-hingga. Lebar sumur adalah 4 angstrom. Berapakah simpangan gelombang elektron Tes Formatif 1 Petunjuk: Jawablah semua soal di bawah ini pada lembar jawaban yang disediakan! =============================================================== 1. Sebuah elektron ditempatkan dalam sebuah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron PENDAHUUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron bebas dalam satu dimensi dan elektron bebas dalam tiga dimensi. Oleh karena itu, sebelum mempelajari modul

Lebih terperinci

PERUBAHAN SIFAT MELALUI STRUKTUR ATOM

PERUBAHAN SIFAT MELALUI STRUKTUR ATOM PERUBAHAN SIFAT MELALUI STRUKTUR ATOM 1.1 STRUKTUR ATOM Setiap atom terdiri dari inti yang sangat kecil yang terdiri dari proton dan neutron, dan di kelilingi oleh elektron yang bergerak. Elektron dan

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

MODUL 1 KULIAH SEMIKONDUKTOR

MODUL 1 KULIAH SEMIKONDUKTOR MODUL 1 KULIAH SMIKONDUKTOR I.1. LOGAM, ISOLATOR dan SMIKONDUKTOR. Suatu bahan zat padat apabila dikaitkan dengan kemampuannya dalam menghantarkan arus listrik, maka bahan zat padat dibedakan menjadi tiga

Lebih terperinci

a. Lattice Constant = a 4r = 2a 2 a = 4 R = 2 2 R = 2,8284 x 0,143 nm = 0,4045 nm 2

a. Lattice Constant = a 4r = 2a 2 a = 4 R = 2 2 R = 2,8284 x 0,143 nm = 0,4045 nm 2 SOUSI UJIAN TENGAH SEMESTER E-32 MATERIA TEKNIK EEKTRO Semester I 23/24, Selasa 2 Nopember 22 Waktu : 7: 9: (2menit)- Closed Book SEKOAH TEKNIK EEKTRO DAN INFORMATIKA - INSTITUT TEKNOOGI BANDUNG Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensial Coulomb untuk Partikel yang Bergerak Dalam bab ini, akan dikemukakan teori-teori yang mendukung penyelesaian pembahasan pengaruh koreksi relativistik potensial Coulomb

Lebih terperinci

Kerapatan atom struktur kristal bisa dicari dengan persamaan:

Kerapatan atom struktur kristal bisa dicari dengan persamaan: Faktor penumpukan atom untuk sel satuan HCP adalah sama dengan sel satuan FCC. Logam yang mempunyai struktur kristal ini antara lain: cadmium, magnesium, titanium dan seng. KERAPATAN ATOM Kerapatan atom

Lebih terperinci

MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI

MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI edy wiyono 2004 PENDAHULUAN Pada umumnya atom tunggal tidak memiliki konfigurasi elektron yang stabil seperti gas mulia, maka atom atom

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. [1] R. Martin, Electronic Structure, Cambridge University Press, Cambridge, 2004.

Daftar Pustaka. [1] R. Martin, Electronic Structure, Cambridge University Press, Cambridge, 2004. Daftar Pustaka [1] R. Martin, Electronic Structure, Cambridge University Press, Cambridge, 2004. [2] C. Kittel, Introduction to Solid-State Physics, 8th edition, Wiley, New Jersey, 2005. [3] J. Giles,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mereduksi dimensi konduktor sampai mendekati ukuran beberapa atom saja memicu lahirnya teknologi berbasis skala nanometer. Komponen elektronik yang berukuran

Lebih terperinci

T 19 Kerapatan Keadaan pada Struktur Nano Berbentuk Sumur Nano, Kawat Nano dan Titik Nano

T 19 Kerapatan Keadaan pada Struktur Nano Berbentuk Sumur Nano, Kawat Nano dan Titik Nano T 19 Kerapatan Keadaan pada Struktur Nano Berbentuk Sumur Nano, Kawat Nano dan Titik Nano Ratno Nuryadi Pusat Teknologi Material, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) BPPT Gedung II Lt. 22.

Lebih terperinci

Kuliah 07 Persamaan Diferensial Ordinari Problem Kondisi Batas (PDOPKB)

Kuliah 07 Persamaan Diferensial Ordinari Problem Kondisi Batas (PDOPKB) Kuliah 07 Persamaan Diferensial Ordinari Problem Kondisi Batas (PDOPKB) Persamaan diferensial satu variabel bebas (ordinari) orde dua disebut juga sebagai Problem Kondisi Batas. Hal ini disebabkan persamaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA

MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA A. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa memahami konsep tingkat tenaga dan pita tenaga untuk menerangkan perbedaan daya hantar listrik.. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford.

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford. 1 BAB FISIKA ATOM Perkembangan teori atom Model Atom Dalton 1. Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dibagi-bagi 2. Atom-atom suatu unsur semuanya serupa dan tidak dapat berubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SiO 2 memiliki sifat isolator yang baik dengan energi gapnya mencapai 9 ev,

BAB I PENDAHULUAN. SiO 2 memiliki sifat isolator yang baik dengan energi gapnya mencapai 9 ev, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Graphene adalah material yang tersusun atas atom karbon dengan susunan kisi hexagonal dengan ketebalan satu atom. Graphene yang disusun dalam bentuk 3 dimensi, dimana

Lebih terperinci

POK O O K K O - K P - OK O O K K O K MAT A ERI R FISIKA KUANTUM

POK O O K K O - K P - OK O O K K O K MAT A ERI R FISIKA KUANTUM POKOK-POKOK MATERI FISIKA KUANTUM PENDAHULUAN Dalam Kurikulum Program S-1 Pendidikan Fisika dan S-1 Fisika, hampir sebagian besar digunakan untuk menelaah alam mikro (= alam lelembutan micro-world): Fisika

Lebih terperinci

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG 1. KOORDINAT CARTESIUS DALAM RUANG DIMENSI TIGA SISTEM TANGAN KANAN SISTEM TANGAN KIRI RUMUS JARAK,,,, 16 Contoh : Carilah jarak antara titik,, dan,,. Solusi :, Persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Intan adalah salah satu jenis perhiasan yang harganya relatif mahal. Intan merupakan kristal yang tersusun atas unsur karbon (C). Intan berdasarkan proses pembentukannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan 61 Pada Matematika Dasar I telah dipelajari integral tertentu b f ( x) dx yang dapat didefinisikan, apabila f

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graphene merupakan susunan atom-atom karbon monolayer dua dimensi yang membentuk struktur kristal heksagonal menyerupai sarang lebah. Graphene memiliki sifat

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh:

II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh: 5 II LANDASAN TEORI 2.1 Keterkontrolan Untuk mengetahui persoalan sistem kontrol mungkin tidak ada, jika sistem yang ditinjau tidak terkontrol. Walaupun sebagian besar sistem terkontrol ada, akan tetapi

Lebih terperinci

PARTIKEL DALAM BOX. Bentuk umum persamaan orde dua adalah: ay" + b Y' + cy = 0

PARTIKEL DALAM BOX. Bentuk umum persamaan orde dua adalah: ay + b Y' + cy = 0 1 PARTIKEL DALAM BOX Elektron dalam atom dan molekul dapat dibayangkan mirip partikel dalam box. daerah di dalam box tempat partikel tersebut bergerak berpotensial nol, sedang daerah diluar box berpotensial

Lebih terperinci

Bagian 2 Matriks dan Determinan

Bagian 2 Matriks dan Determinan Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika

Lebih terperinci

E 2 E 1. E 3s r 2 r 1. energi. Jarak antar atom

E 2 E 1. E 3s r 2 r 1. energi. Jarak antar atom Teori Pita Zat Padat Atom Na : Nomor atomnya 11, punya 1 elektron valensi, menempati kulit 3s (energinya E 3s ) Saat 2 atom Na didekatkan (Na A dan Na B), elektron valensi A akan berinteraksi dengan elektron

Lebih terperinci

ENERGETIKA KESTABILAN INTI. Sulistyani, M.Si.

ENERGETIKA KESTABILAN INTI. Sulistyani, M.Si. ENERGETIKA KESTABILAN INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id PENDAHULUAN Apakah inti yang stabil itu? Apakah inti yang tidak stabil? Bagaimana menyatakan kestabilan U-238 berdasarkan reaksi

Lebih terperinci

Struktur Atom. Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang

Struktur Atom. Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran proton (bermuatan positif) dan neutron

Lebih terperinci

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Interferensi Cahaya Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 1 / 39 Contoh gejala interferensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penelitian dalam fisika material mampat mengenai semikonduktor yang difokuskan untuk aplikasi dalam bentuk divais spintronik, dimana spin elektron

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang digunakan sebagai landasan pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan beberapa kajian matematika,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam kehidupan, polusi yang ada di sungai disebabkan oleh limbah dari pabrikpabrik dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk

Lebih terperinci

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi titik berat, dan momentum sudut pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan sehari-hari.benda tegar (statis dan Indikator Pencapaian Kompetensi: 3.1.1

Lebih terperinci

BAB III. KECEPATAN GRUP DAN RAPAT KEADAAN BAB IV. SUHU KRITIS...52 BAB VI. DAFTAR PUSTAKA...61

BAB III. KECEPATAN GRUP DAN RAPAT KEADAAN BAB IV. SUHU KRITIS...52 BAB VI. DAFTAR PUSTAKA...61 DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN...i HALAMAN PERSEMBAHAN...ii PRAKATA...iii DAFTAR ISI...v DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR SINGKATAN...xi DAFTAR LAMBANG...xii INTISARI...xiv ABSTRACT...xv BABI. PENDAHULUAN...16

Lebih terperinci

BAB IV OSILATOR HARMONIS

BAB IV OSILATOR HARMONIS Tinjauan Secara Mekanika Klasik BAB IV OSILATOR HARMONIS Osilator harmonis terjadi manakala sebuah partikel ditarik oleh gaya yang besarnya sebanding dengan perpindahan posisi partikel tersebut. F () =

Lebih terperinci

MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL

MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL Disusun Oleh: Kelompok 3 1. Zuhrotul Ainy (2411 100 019) 2. Evita Wahyundari (2411 100 031) 3. Dhira Gunawan (2411 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena optik dapat mendeskripsikan sifat medium dalam interaksinya dengan gelombang elekromagnetik. Hal tersebut ditentukan oleh beberapa parameter optik, yaitu indeks

Lebih terperinci

MATEMATIKA DASAR 16. Jika maka Jawab : E 17. Diketahui premis-premis sebagai berikut : 1) Jika maka 2) atau Jika adalah peubah pada himpunan bilangan real, nilai yang memenuhi agar kesimpulan dari kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini mengalami peralihan dari teknologi mikro (microtechnology) ke generasi yang lebih kecil yang dikenal

Lebih terperinci

9. Teori Aproksimasi

9. Teori Aproksimasi 44 Hendra Gunawan 9 Teori Aproksimasi Mulai bab ini tema kita adalah aproksimasi fungsi dan interpolasi Diberikan sebuah fungsi f, baik secara utuh ataupun hanya beberapilai di titik-titik tertentu saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa bahan penting dalam peralatan elektronik adalah semikonduktor. Kegunaan semikonduktor dalam bidang elektronik antara lain adalah sebagai transistor,

Lebih terperinci

FT UNIVERSITAS SURABAYA VARIABEL KOMPLEKS SUGATA PIKATAN. Bab V Aplikasi

FT UNIVERSITAS SURABAYA VARIABEL KOMPLEKS SUGATA PIKATAN. Bab V Aplikasi Bab V Aplikasi Selain aplikasi yang sudah diperkenalkan di bab I, teori variabel kompleks masih memiliki banyak ragam aplikasi lainnya. Beberapa di antaranya akan dibahas di dalam bab ini. Perhitungan

Lebih terperinci

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Karakterisasi XRD. Pengukuran 11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII 1. Tumbukan dan peluruhan partikel relativistik Bagian A. Proton dan antiproton Sebuah antiproton dengan energi kinetik = 1,00 GeV menabrak proton

Lebih terperinci

MAKALAH PITA ENERGI. Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna ( ) Rombel 1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor

MAKALAH PITA ENERGI. Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna ( ) Rombel 1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor MAKALAH PITA ENERGI Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna (4211412011) Rombel 1 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

C. y = 2x - 10 D. y = 2x + 10

C. y = 2x - 10 D. y = 2x + 10 1. Diantara himpunan berikut yang merupakan himpunan kosong adalah... A. { bilangan cacah antara 19 dan 20 } B. { bilangan genap yang habis dibagi bilangan ganjil } C. { bilangan kelipatan 3 yang bukan

Lebih terperinci

BAB 4 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN. 3.2 Peralatan

BAB 4 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN. 3.2 Peralatan 4 3.2 Peralatan..(9) dimana,, dan.(10) substitusi persamaan (10) ke persamaan (9) maka diperoleh persamaan gelombang soliton DNA model PBD...(11) agar persamaan (11) dapat dipecahkan sehingga harus diterapkan

Lebih terperinci

Minggu ke II. Dua isomer hidrokarbon dengan rumus molekul C 4 H 10 disajikan pada Gambar 2.1. H H H H C C C C H H H H H H H H. Gambar 2.

Minggu ke II. Dua isomer hidrokarbon dengan rumus molekul C 4 H 10 disajikan pada Gambar 2.1. H H H H C C C C H H H H H H H H. Gambar 2. Minggu ke II Dua isomer hidrokarbon dengan rumus molekul C disajikan pada Gambar.. Gambar. Dalam bahasa teori graf kedua graf ini tidak isomorfik. Dengan perkataan lain bahasa teori graf bagi persoalan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa Analisis biplot merupakan suatu upaya untuk memberikan peragaan grafik dari matriks data dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebelum pembahasan mengenai irisan bidang datar dengan tabung lingkaran tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. A. Matriks Matriks adalah himpunan skalar (bilangan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI TEORITIS SEMIKONDUTOR SILICON NANOTUBE ARMCHAIR MENGGUNAKAN METODE DFT

KARAKTERISASI TEORITIS SEMIKONDUTOR SILICON NANOTUBE ARMCHAIR MENGGUNAKAN METODE DFT KARAKTERISASI TEORITIS SEMIKONDUTOR SILICON NANOTUBE ARMCHAIR MENGGUNAKAN METODE DFT (THEORETICAL CHARACTERIZATION OF ARMCHAIR SILICON NANOTUBE BASED DFT METHOD) Rieska Amilia* dan I Gusti Made Sanjaya

Lebih terperinci

Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya.

Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran proton (bermuatan positif) dan neutron

Lebih terperinci

BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya

BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya 1 BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya Perhatikan persamaan Schrodinger satu dimensi bebas waktu yaitu: d + V (x) ( x) E( x) m dx d ( x) m + (E V(x) ) ( x) 0 dx (3-1) (-4) Suku-suku

Lebih terperinci

BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n 1. FUNGSI DUA PEUBAH ATAU LEBIH fungsi bernilai riil dari peubah riil, fungsi bernilai vektor dari peubah riil Fungsi bernilai riil dari dua peubah riil yakni, fungsi

Lebih terperinci

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Getaran atom dalam zat padat dapat disebabkan oleh gelombang yang merambat pada Kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digelombang yang digunakan dan dibandingkan

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan Semester II, 2016/2017 15 Maret 2017 Kuliah yang Lalu 10.1-2 Parabola, Elips, dan Hiperbola 10.4 Persamaan Parametrik Kurva di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1

Lebih terperinci

Analisis Numerik Resonansi Tunneling Pada Sruktur Lapis Tiga GaAs / Al x Ga 1-x As Menggunakan Algoritma Numerov.

Analisis Numerik Resonansi Tunneling Pada Sruktur Lapis Tiga GaAs / Al x Ga 1-x As Menggunakan Algoritma Numerov. Analisis Numerik Resonansi Tunneling Pada Sruktur Lapis Tiga GaAs / Al x Ga 1-x As Menggunakan Algoritma Numerov. Yonathan Sapan, Paulus Lobo Gareso, Eko Juarlin Program studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA-UNHAS

Lebih terperinci

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam Elektron Bebas Beberapa teori tentang panas jenis zat padat yang telah dibahas dapat dengan baik menjelaskan sifat-sfat panas jenis zat padat yang tergolong non logam, akan tetapi untuk golongan logam

Lebih terperinci

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika 14.1 APLIKASI INTEGRAL A. Usaha Dan Energi Hampir semua ilmu mekanika ditemukan oleh Issac newton kecuali konsep energi. Energi dapat muncul dalam berbagai

Lebih terperinci

SIMAK UI Fisika

SIMAK UI Fisika SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN

PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN Maksud dan tujuan kuliah ini adalah memberikan dasar-dasar dari fenomena radiaktivitas serta sumber radioaktif Diharapkan agar dengan pengetahuan dasar ini kita akan mempunyai

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. analitik dengan metode variabel terpisah. Selanjutnya penyelesaian analitik dari

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. analitik dengan metode variabel terpisah. Selanjutnya penyelesaian analitik dari BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas penurunan model persamaan panas dimensi satu. Setelah itu akan ditentukan penyelesaian persamaan panas dimensi satu secara analitik dengan metode

Lebih terperinci

Pertemuan Minggu ke Keterdiferensialan 2. Derivatif berarah dan gradien 3. Aturan rantai

Pertemuan Minggu ke Keterdiferensialan 2. Derivatif berarah dan gradien 3. Aturan rantai Pertemuan Minggu ke-10 1. Keterdiferensialan 2. Derivatif berarah dan gradien 3. Aturan rantai 1. Keterdiferensialan Pada fungsi satu peubah, keterdiferensialan f di x berarti keujudan derivatif f (x).

Lebih terperinci

Struktur Molekul:Teori Orbital Molekul

Struktur Molekul:Teori Orbital Molekul Kimia Fisik III, Struktur Molekul:, Dr. Parsaoran Siahaan, November/Desember 2014, 1 Pokok Bahasan 3 Struktur Molekul:Teori Orbital Molekul Oleh: Dr. Parsaoran Siahaan Pendahuluan: motivasi/review pokok

Lebih terperinci

Matematika Semester IV

Matematika Semester IV F U N G S I KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan perbedaan konsep relasi dan fungsi Menerapkan konsep fungsi linear Menggambar fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi trigonometri

Lebih terperinci

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review)

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review) I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde (Review) November 0 () I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde (Review) November 0 / 6 Teori Umum Bentuk umum sistem persamaan diferensial linier orde satu

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Aritmatika Interval

Sudaryatno Sudirham. Aritmatika Interval Sudaryatno Sudirham Aritmatika Interval Kata Pengantar Dalam praktik rekayasa dijumpai operasi matematika yang melibatkan bilangan-bilangan dalam interval. Dalam keadaan demikian kita dihadapkan pada operasi-operasi

Lebih terperinci

MEDAN LISTRIK. Oleh Muatan Kontinu. (Kawat Lurus, Cincin, Pelat)

MEDAN LISTRIK. Oleh Muatan Kontinu. (Kawat Lurus, Cincin, Pelat) MDAN LISTRIK Oleh Muatan Kontinu (Kawat Lurus, Cincin, Pelat) FISIKA A Semester Genap 6/7 Program Studi S Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom Medan listrik akibat muatan kontinu Muatan listrik kontinu

Lebih terperinci

KB.2 Fisika Molekul. Hal ini berarti bahwa rapat peluang untuk menemukan kedua konfigurasi tersebut di atas adalah sama, yaitu:

KB.2 Fisika Molekul. Hal ini berarti bahwa rapat peluang untuk menemukan kedua konfigurasi tersebut di atas adalah sama, yaitu: KB.2 Fisika Molekul 2.1 Prinsip Pauli. Konsep fungsi gelombang-fungsi gelombang simetri dan antisimetri berlaku untuk sistem yang mengandung partikel-partikel identik. Ada perbedaan yang fundamental antara

Lebih terperinci

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN Pada bab 1 ini akan dibahas definisi kode, khususnya kode linier atas dan pencacah bobot Hammingnya. Di samping itu, akan dijelaskanan invarian, ring invarian dan

Lebih terperinci

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang ingkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang Perhatikan fungsi z = f(x, y) pada = {(x, y) : a x b, c y d} Bentuk partisi P atas daerah berupa n buah persegipanjang

Lebih terperinci

Difraksi. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Difraksi. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Difraksi Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Difraksi 1 / 38 Gejala Difraksi Materi 1 Gejala Difraksi

Lebih terperinci

TUGAS KOMPUTASI SISTEM FISIS 2015/2016. Pendahuluan. Identitas Tugas. Disusun oleh : Latar Belakang. Tujuan

TUGAS KOMPUTASI SISTEM FISIS 2015/2016. Pendahuluan. Identitas Tugas. Disusun oleh : Latar Belakang. Tujuan TUGAS KOMPUTASI SISTEM FISIS 2015/2016 Identitas Tugas Program Mencari Titik Nol/Titik Potong Dari Suatu Sistem 27 Oktober 2015 Disusun oleh : Zulfikar Lazuardi Maulana (10212034) Ridho Muhammad Akbar

Lebih terperinci

Oleh : Rahayu Dwi Harnum ( )

Oleh : Rahayu Dwi Harnum ( ) LAPORAN PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA II SPEKTRUM ATOM SODIUM Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Eksperimen Fisika II Dosen Pengampu : Drs. Parlindungan Sinaga, M.Si Oleh : Rahayu Dwi Harnum

Lebih terperinci

dengan vektor tersebut, namun nilai skalarnya satu. Artinya

dengan vektor tersebut, namun nilai skalarnya satu. Artinya 1. Pendahuluan Penggunaan besaran vektor dalam kehidupan sehari-hari sangat penting mengingat aplikasi besaran vektor yang luas. Mulai dari prinsip gaya, hingga bidang teknik dalam memahami konsep medan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Analisis Komponen Utama 211 Pengantar Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari tulisan Karl Pearson pada tahun 1901 untuk peubah non-stokastik Analisis

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 8-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 8-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudiram ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 8- Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 8 Teori Pita Energi Tentang Padatan Setela mempelajari bagaimana atom

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Linear Definisi 2.1.1 Matriks Matriks A adalah susunan persegi panjang yang terdiri dari skalar-skalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk berikut: [ ] Definisi 2.1.2

Lebih terperinci

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas Teori Relativitas Mirza Satriawan December 7, 2010 Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus Quiz 1 Tuliskan perumusan kelestarian jumlah partikel dengan memakai vektor-4 fluks jumlah partikel. 2 Tuliskan

Lebih terperinci