Simulasi Struktur Energi Elektronik Atom, Molekul, dan Nanomaterial dengan Metode Ikatan Terkuat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Simulasi Struktur Energi Elektronik Atom, Molekul, dan Nanomaterial dengan Metode Ikatan Terkuat"

Transkripsi

1 Simulasi Struktur Energi Elektronik Atom, Molekul, dan Nanomaterial dengan Metode Ikatan Terkuat Ahmad Ridwan Tresna Nugraha (NIM: ), Pembimbing: Sukirno, Ph.D KK FisMatEl, Institut Teknologi Bandung ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

2 Daftar Isi 1 Pendahuluan 2 Persamaan Schrödinger dalam Matriks 3 Metode SCF untuk Atom 4 Ikatan pada Molekul 5 Konsep Fungsi Basis 6 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Graphene dan Semikonduktor Struktur Nanomaterial 7 Simpulan ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

3 Pendahuluan Sistematika 1 Pendahuluan 2 Persamaan Schrödinger dalam Matriks 3 Metode SCF untuk Atom 4 Ikatan pada Molekul 5 Konsep Fungsi Basis 6 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Graphene dan Semikonduktor Struktur Nanomaterial 7 Simpulan ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

4 Pendahuluan Latar Belakang dan Motivasi Penentuan struktur elektronik merupakan kajian yang paling penting dalam bidang fisika material. Sifat-sifat fisis material tingkat-tingkat energi yang diizinkan. Kendala penentuan struktur elektronik: kerumitan perhitungan seiring banyaknya elektron yang terlibat pemecahan persamaan Schrödinger untuk banyak partikel. Dibutuhkan beberapa aproksimasi untuk menyederhanakan persamaan Schrödinger sesuai dengan sistem elektron tertentu. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

5 Pendahuluan Latar Belakang dan Motivasi Penentuan struktur elektronik merupakan kajian yang paling penting dalam bidang fisika material. Sifat-sifat fisis material tingkat-tingkat energi yang diizinkan. Kendala penentuan struktur elektronik: kerumitan perhitungan seiring banyaknya elektron yang terlibat pemecahan persamaan Schrödinger untuk banyak partikel. Dibutuhkan beberapa aproksimasi untuk menyederhanakan persamaan Schrödinger sesuai dengan sistem elektron tertentu. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

6 Pendahuluan Latar Belakang dan Motivasi Penentuan struktur elektronik merupakan kajian yang paling penting dalam bidang fisika material. Sifat-sifat fisis material tingkat-tingkat energi yang diizinkan. Kendala penentuan struktur elektronik: kerumitan perhitungan seiring banyaknya elektron yang terlibat pemecahan persamaan Schrödinger untuk banyak partikel. Dibutuhkan beberapa aproksimasi untuk menyederhanakan persamaan Schrödinger sesuai dengan sistem elektron tertentu. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

7 Pendahuluan Latar Belakang dan Motivasi Penentuan struktur elektronik merupakan kajian yang paling penting dalam bidang fisika material. Sifat-sifat fisis material tingkat-tingkat energi yang diizinkan. Kendala penentuan struktur elektronik: kerumitan perhitungan seiring banyaknya elektron yang terlibat pemecahan persamaan Schrödinger untuk banyak partikel. Dibutuhkan beberapa aproksimasi untuk menyederhanakan persamaan Schrödinger sesuai dengan sistem elektron tertentu. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

8 Pendahuluan Metode dan Objek Perhitungan Perangkat Matematik + Komputasi: Trik komputasi persamaan matriks :: Matriks Hamiltonian Aproksimasi Beda Hingga :: Self-Consistent Field :: Pemilihan Fungsi Basis Objek yang diamati: Atom: Hidrogen dan Helium Molekul: Gas Hidrogen (H 2 ) Struktur Bulk : Rantai Atomik, Graphene, Galium Arsenida Nanomaterial: Carbon Nanotube ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

9 Pendahuluan Metode dan Objek Perhitungan Perangkat Matematik + Komputasi: Trik komputasi persamaan matriks :: Matriks Hamiltonian Aproksimasi Beda Hingga :: Self-Consistent Field :: Pemilihan Fungsi Basis Objek yang diamati: Atom: Hidrogen dan Helium Molekul: Gas Hidrogen (H 2 ) Struktur Bulk : Rantai Atomik, Graphene, Galium Arsenida Nanomaterial: Carbon Nanotube ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

10 Pendahuluan Metode dan Objek Perhitungan Perangkat Matematik + Komputasi: Trik komputasi persamaan matriks :: Matriks Hamiltonian Aproksimasi Beda Hingga :: Self-Consistent Field :: Pemilihan Fungsi Basis Objek yang diamati: Atom: Hidrogen dan Helium Molekul: Gas Hidrogen (H 2 ) Struktur Bulk : Rantai Atomik, Graphene, Galium Arsenida Nanomaterial: Carbon Nanotube ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

11 Pendahuluan Metode dan Objek Perhitungan Perangkat Matematik + Komputasi: Trik komputasi persamaan matriks :: Matriks Hamiltonian Aproksimasi Beda Hingga :: Self-Consistent Field :: Pemilihan Fungsi Basis Objek yang diamati: Atom: Hidrogen dan Helium Molekul: Gas Hidrogen (H 2 ) Struktur Bulk : Rantai Atomik, Graphene, Galium Arsenida Nanomaterial: Carbon Nanotube ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

12 Pendahuluan Model Atom Klasik Spektrum energi: Panaskan gas atom-atom bersifat seperti hidrogen spektrum energi diskret dapat teramati h Pola emisi foton: hν = E 0 Z 2 ( 1 n 2 1 m 2 ), n dan m bilangan bulat; E n = Persamaan Schrödinger satu partikel: Ψ( r, t) i = 2 t 2m 2 Ψ( r, t) + U( r)ψ( r, t) ( Z 2 n 2 ) E 0 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

13 Pendahuluan Model Atom Klasik Spektrum energi: Panaskan gas atom-atom bersifat seperti hidrogen spektrum energi diskret dapat teramati h Pola emisi foton: hν = E 0 Z 2 ( 1 n 2 1 m 2 ), n dan m bilangan bulat; E n = Persamaan Schrödinger satu partikel: Ψ( r, t) i = 2 t 2m 2 Ψ( r, t) + U( r)ψ( r, t) ( Z 2 n 2 ) E 0 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

14 Pendahuluan Model Atom Klasik Spektrum energi: Panaskan gas atom-atom bersifat seperti hidrogen spektrum energi diskret dapat teramati h Pola emisi foton: hν = E 0 Z 2 ( 1 n 2 1 m 2 ), n dan m bilangan bulat; E n = Persamaan Schrödinger satu partikel: Ψ( r, t) i = 2 t 2m 2 Ψ( r, t) + U( r)ψ( r, t) ( Z 2 n 2 ) E 0 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

15 Pendahuluan Model Atom Klasik Energi diskret untuk atom hidrogen (abaikan gerak inti masif): maka tebakan solusinya: U( r) = Ze2 4πɛ 0 r Ψ( r, t) = e ient/ φ nlm ( r) Ze ( Z 2 E n = n 2 ( n 2 r n = Z ) a 0 ) E 0 a 0 = 4πɛ 0 2 /(me 2 ) 0, 053 nm ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

16 Pendahuluan Pentingnya Metode Numerik Solusi analitik pers. Schrödinger lebih banyak yang sulit ditentukan meski hanya 1 partikel yang ditinjau. Semakin banyak elektron yang terlibat, perhitungan akan semakin rumit karena interaksi elektron-elektron Bentuk fungsi potensial menyulitkan pemecahan persamaan diferensial. Besaran yang selanjutnya perlu dihitung: Tingkat energi dasar (ground state) + struktur pita energi Kerapatan elektron :: konsekuensi postulat probabilitas Born n(x, t) = i Ψ i Ψ i. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

17 Pendahuluan Pentingnya Metode Numerik Solusi analitik pers. Schrödinger lebih banyak yang sulit ditentukan meski hanya 1 partikel yang ditinjau. Semakin banyak elektron yang terlibat, perhitungan akan semakin rumit karena interaksi elektron-elektron Bentuk fungsi potensial menyulitkan pemecahan persamaan diferensial. Besaran yang selanjutnya perlu dihitung: Tingkat energi dasar (ground state) + struktur pita energi Kerapatan elektron :: konsekuensi postulat probabilitas Born n(x, t) = i Ψ i Ψ i. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

18 Pendahuluan Pentingnya Metode Numerik Solusi analitik pers. Schrödinger lebih banyak yang sulit ditentukan meski hanya 1 partikel yang ditinjau. Semakin banyak elektron yang terlibat, perhitungan akan semakin rumit karena interaksi elektron-elektron Bentuk fungsi potensial menyulitkan pemecahan persamaan diferensial. Besaran yang selanjutnya perlu dihitung: Tingkat energi dasar (ground state) + struktur pita energi Kerapatan elektron :: konsekuensi postulat probabilitas Born n(x, t) = i Ψ i Ψ i. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

19 Pendahuluan Pentingnya Metode Numerik Solusi analitik pers. Schrödinger lebih banyak yang sulit ditentukan meski hanya 1 partikel yang ditinjau. Semakin banyak elektron yang terlibat, perhitungan akan semakin rumit karena interaksi elektron-elektron Bentuk fungsi potensial menyulitkan pemecahan persamaan diferensial. Besaran yang selanjutnya perlu dihitung: Tingkat energi dasar (ground state) + struktur pita energi Kerapatan elektron :: konsekuensi postulat probabilitas Born n(x, t) = i Ψ i Ψ i. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

20 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Sistematika 1 Pendahuluan 2 Persamaan Schrödinger dalam Matriks 3 Metode SCF untuk Atom 4 Ikatan pada Molekul 5 Konsep Fungsi Basis 6 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Graphene dan Semikonduktor Struktur Nanomaterial 7 Simpulan ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

21 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Kerangka Matriks Hamiltonian Notasi Matriks Kunci utama pemecahan pers. Schrödinger secara numerik. Definisikan Ĥ 2 2m 2 + U( r): i Ψ( r, t) = ĤΨ( r, t) t Nyatakan Ψ( r, t) sebagai vektor (matriks) kolom {ψ(t)}, sehingga i d dt [ ] T [ ] T ψ 1 ψ 2... = [H] ψ 1 ψ 2... Konversi ke bentuk matriks dilakukan dengan menggunakan kisi (sejumlah titik) diskret Beda hingga (finite difference) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

22 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Kerangka Matriks Hamiltonian Notasi Matriks Kunci utama pemecahan pers. Schrödinger secara numerik. Definisikan Ĥ 2 2m 2 + U( r): i Ψ( r, t) = ĤΨ( r, t) t Nyatakan Ψ( r, t) sebagai vektor (matriks) kolom {ψ(t)}, sehingga i d dt [ ] T [ ] T ψ 1 ψ 2... = [H] ψ 1 ψ 2... Konversi ke bentuk matriks dilakukan dengan menggunakan kisi (sejumlah titik) diskret Beda hingga (finite difference) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

23 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Kerangka Matriks Hamiltonian Notasi Matriks Kunci utama pemecahan pers. Schrödinger secara numerik. Definisikan Ĥ 2 2m 2 + U( r): i Ψ( r, t) = ĤΨ( r, t) t Nyatakan Ψ( r, t) sebagai vektor (matriks) kolom {ψ(t)}, sehingga i d dt [ ] T [ ] T ψ 1 ψ 2... = [H] ψ 1 ψ 2... Konversi ke bentuk matriks dilakukan dengan menggunakan kisi (sejumlah titik) diskret Beda hingga (finite difference) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

24 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Kerangka Matriks Hamiltonian Notasi Matriks Kunci utama pemecahan pers. Schrödinger secara numerik. Definisikan Ĥ 2 2m 2 + U( r): i Ψ( r, t) = ĤΨ( r, t) t Nyatakan Ψ( r, t) sebagai vektor (matriks) kolom {ψ(t)}, sehingga i d dt [ ] T [ ] T ψ 1 ψ 2... = [H] ψ 1 ψ 2... Konversi ke bentuk matriks dilakukan dengan menggunakan kisi (sejumlah titik) diskret Beda hingga (finite difference) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

25 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Beda Hingga Tinjau sistem 1D: x n = na n a n 1 n n 1... N x Operasi turunan kedua: (bagian dari suku kinetik) [ 2 ] Ψ x 2 = 1 x=x n a 2 [Ψ(x n+1) 2Ψ(x n ) + Ψ(x n 1 )] Potensial: [U(x)Ψ(x)] x=xn = U(x n )Ψ(x n ) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

26 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Beda Hingga Tinjau sistem 1D: x n = na n a n 1 n n 1... N x Operasi turunan kedua: (bagian dari suku kinetik) [ 2 ] Ψ x 2 = 1 x=x n a 2 [Ψ(x n+1) 2Ψ(x n ) + Ψ(x n 1 )] Potensial: [U(x)Ψ(x)] x=xn = U(x n )Ψ(x n ) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

27 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Beda Hingga Tinjau sistem 1D: x n = na n a n 1 n n 1... N x Operasi turunan kedua: (bagian dari suku kinetik) [ 2 ] Ψ x 2 = 1 x=x n a 2 [Ψ(x n+1) 2Ψ(x n ) + Ψ(x n 1 )] Potensial: [U(x)Ψ(x)] x=xn = U(x n )Ψ(x n ) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

28 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Beda Hingga Misalkan 2 /2ma 2 = τ 0 dan U n = U(x n ), maka persamaan Schrödinger untuk ψ n : i dψ n dt = [Ĥψ] x=x n = (U n + 2τ 0 ) τ 0 ψ n 1 τ 0 ψ n+1 = [ ] (Un + 2τ 0 )δ n,m τ 0 δ n,m+1 τ 0 δ n,m 1 ψm m Bentuk matriks lengkap: dengan i d {ψ(t)} = [H]{ψ(t)} dt H n,m = [U n + 2τ 0 ]δ n,m τ 0 δ n,m+1 τ 0 δ n,m 1 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

29 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Beda Hingga Misalkan 2 /2ma 2 = τ 0 dan U n = U(x n ), maka persamaan Schrödinger untuk ψ n : i dψ n dt = [Ĥψ] x=x n = (U n + 2τ 0 ) τ 0 ψ n 1 τ 0 ψ n+1 = [ ] (Un + 2τ 0 )δ n,m τ 0 δ n,m+1 τ 0 δ n,m 1 ψm m Bentuk matriks lengkap: dengan i d {ψ(t)} = [H]{ψ(t)} dt H n,m = [U n + 2τ 0 ]δ n,m τ 0 δ n,m+1 τ 0 δ n,m 1 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

30 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Beda Hingga Lebih eksplisit: ψ 1 2τ 0 + U 1 τ ψ 1 ψ 2 τ 0 2τ 0 + U 2 τ ψ i d.. 0 τ dt ψ = n ψ. n τ0. ψ N τ 0 2τ 0 + U N ψ N Reduksi parameter waktu: [H]{α} = E α {α}; {ψ(t)} = α E α nilai eigen dari [H] c α e ieαt/ {α} ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

31 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Beda Hingga Lebih eksplisit: ψ 1 2τ 0 + U 1 τ ψ 1 ψ 2 τ 0 2τ 0 + U 2 τ ψ i d.. 0 τ dt ψ = n ψ. n τ0. ψ N τ 0 2τ 0 + U N ψ N Reduksi parameter waktu: [H]{α} = E α {α}; {ψ(t)} = α E α nilai eigen dari [H] c α e ieαt/ {α} ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

32 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Beda Hingga untuk 3D Bagian yang membedakan sistem 1D, 2D, dan 3D adalah elemen diagonal pada matriks [H]. Secara umum, elemen diagonal [H] adalah potensial U( r) yang dievaluasi pada titik kisi tertentu ditambah dengan τ 0 kali banyaknya titik tetangga terdekat. Jumlah titik-titik tetangga: dua untuk 1D, empat untuk 2D, enam untuk 3D. Separasi variabel supaya ukuran matriks 2D/3D tetap sama dengan sistem 1D. Ψ( r) = X(x)Y(y)Z(z) U( r) = U x (x) + U y (y) + U z (z) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

33 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Beda Hingga untuk 3D Bagian yang membedakan sistem 1D, 2D, dan 3D adalah elemen diagonal pada matriks [H]. Secara umum, elemen diagonal [H] adalah potensial U( r) yang dievaluasi pada titik kisi tertentu ditambah dengan τ 0 kali banyaknya titik tetangga terdekat. Jumlah titik-titik tetangga: dua untuk 1D, empat untuk 2D, enam untuk 3D. Separasi variabel supaya ukuran matriks 2D/3D tetap sama dengan sistem 1D. Ψ( r) = X(x)Y(y)Z(z) U( r) = U x (x) + U y (y) + U z (z) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

34 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Beda Hingga untuk 3D Bagian yang membedakan sistem 1D, 2D, dan 3D adalah elemen diagonal pada matriks [H]. Secara umum, elemen diagonal [H] adalah potensial U( r) yang dievaluasi pada titik kisi tertentu ditambah dengan τ 0 kali banyaknya titik tetangga terdekat. Jumlah titik-titik tetangga: dua untuk 1D, empat untuk 2D, enam untuk 3D. Separasi variabel supaya ukuran matriks 2D/3D tetap sama dengan sistem 1D. Ψ( r) = X(x)Y(y)Z(z) U( r) = U x (x) + U y (y) + U z (z) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

35 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Beda Hingga untuk 3D Bagian yang membedakan sistem 1D, 2D, dan 3D adalah elemen diagonal pada matriks [H]. Secara umum, elemen diagonal [H] adalah potensial U( r) yang dievaluasi pada titik kisi tertentu ditambah dengan τ 0 kali banyaknya titik tetangga terdekat. Jumlah titik-titik tetangga: dua untuk 1D, empat untuk 2D, enam untuk 3D. Separasi variabel supaya ukuran matriks 2D/3D tetap sama dengan sistem 1D. Ψ( r) = X(x)Y(y)Z(z) U( r) = U x (x) + U y (y) + U z (z) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

36 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Beda Hingga untuk 3D Setiap fungsi X(x), Y(y), dan Z(z) merupakan solusi dari persamaan Schrödinger 1D yang saling bebas: E x X(x) = E y Y(y) = E z Z(z) = dan energi total: [ 2 d 2 ] 2m dx 2 + U x(x) X(x), d 2 ] 2m dy 2 + U y(y) Y(y), d 2 ] 2m dz 2 + U z(x) Z(z) [ 2 [ 2 E = E x + E y + E z ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

37 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Potensial Simetri Bola Fungsi gelombang lengkap: Ψ( r) = Ψ(r, θ, φ) = f (r) r Ym l (θ, φ) Solusi f (r) diperoleh dari penyelesaian persamaan Schrödinger radial yang ternyata tereduksi menjadi bentuk 1D: Ef (r) = [ 2 d 2 ] l(l + 1) 2 + 2m dr2 2mr 2 + U(r) f (r) l = 0: keadaan s (sharp), l = 1: keadaan p (principal), dan seterusnya Fungsi Yl m (θ, φ) adalah fungsi harmonik sferis: Y0(θ, 0 φ) = 4π ; Y0 1(θ, φ) = 4π ; Y±1 1 (θ, φ) = ± 8π sin θ [ e ±iφ] ;... ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

38 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Potensial Simetri Bola Fungsi gelombang lengkap: Ψ( r) = Ψ(r, θ, φ) = f (r) r Ym l (θ, φ) Solusi f (r) diperoleh dari penyelesaian persamaan Schrödinger radial yang ternyata tereduksi menjadi bentuk 1D: Ef (r) = [ 2 d 2 ] l(l + 1) 2 + 2m dr2 2mr 2 + U(r) f (r) l = 0: keadaan s (sharp), l = 1: keadaan p (principal), dan seterusnya Fungsi Yl m (θ, φ) adalah fungsi harmonik sferis: Y0(θ, 0 φ) = 4π ; Y0 1(θ, φ) = 4π ; Y±1 1 (θ, φ) = ± 8π sin θ [ e ±iφ] ;... ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

39 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Potensial Simetri Bola Fungsi gelombang lengkap: Ψ( r) = Ψ(r, θ, φ) = f (r) r Ym l (θ, φ) Solusi f (r) diperoleh dari penyelesaian persamaan Schrödinger radial yang ternyata tereduksi menjadi bentuk 1D: Ef (r) = [ 2 d 2 ] l(l + 1) 2 + 2m dr2 2mr 2 + U(r) f (r) l = 0: keadaan s (sharp), l = 1: keadaan p (principal), dan seterusnya Fungsi Yl m (θ, φ) adalah fungsi harmonik sferis: Y0(θ, 0 φ) = 4π ; Y0 1(θ, φ) = 4π ; Y±1 1 (θ, φ) = ± 8π sin θ [ e ±iφ] ;... ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

40 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Potensial Simetri Bola Normalisasi: 0 π r=0 θ=0 f (r) 2 dr = 1; 2π Ψ 2 r 2 sin θ drdθdφ = 1 φ=0 π θ=0 2π φ=0 Y m l 2 sin θdθdφ = 1 f (r) disimpulkan sebagai fungsi distribusi probabilitas radial, sehingga f (r) 2 dr merupakan probabilitas untuk menemukan elektron dalam volume antara r dan (r + dr). Hasil numerik dengan jarak antartitik kisi a harus dibandingkan dengan nilai analitik f (r) 2 a. Untuk tingkat 1s dan 2s, hasil analitiknya adalah f 1s (r) 2 = 4 a 3 e 2r/a 0 ; 0 f 2s (r) 2 = r2 8a 3 0 [ 2 r a 0 ] 2 e r/a 0 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

41 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Potensial Simetri Bola Normalisasi: 0 π r=0 θ=0 f (r) 2 dr = 1; 2π Ψ 2 r 2 sin θ drdθdφ = 1 φ=0 π θ=0 2π φ=0 Y m l 2 sin θdθdφ = 1 f (r) disimpulkan sebagai fungsi distribusi probabilitas radial, sehingga f (r) 2 dr merupakan probabilitas untuk menemukan elektron dalam volume antara r dan (r + dr). Hasil numerik dengan jarak antartitik kisi a harus dibandingkan dengan nilai analitik f (r) 2 a. Untuk tingkat 1s dan 2s, hasil analitiknya adalah f 1s (r) 2 = 4 a 3 e 2r/a 0 ; 0 f 2s (r) 2 = r2 8a 3 0 [ 2 r a 0 ] 2 e r/a 0 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

42 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Potensial Simetri Bola Normalisasi: 0 π r=0 θ=0 f (r) 2 dr = 1; 2π Ψ 2 r 2 sin θ drdθdφ = 1 φ=0 π θ=0 2π φ=0 Y m l 2 sin θdθdφ = 1 f (r) disimpulkan sebagai fungsi distribusi probabilitas radial, sehingga f (r) 2 dr merupakan probabilitas untuk menemukan elektron dalam volume antara r dan (r + dr). Hasil numerik dengan jarak antartitik kisi a harus dibandingkan dengan nilai analitik f (r) 2 a. Untuk tingkat 1s dan 2s, hasil analitiknya adalah f 1s (r) 2 = 4 a 3 e 2r/a 0 ; 0 f 2s (r) 2 = r2 8a 3 0 [ 2 r a 0 ] 2 e r/a 0 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

43 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Potensial Simetri Bola Normalisasi: 0 π r=0 θ=0 f (r) 2 dr = 1; 2π Ψ 2 r 2 sin θ drdθdφ = 1 φ=0 π θ=0 2π φ=0 Y m l 2 sin θdθdφ = 1 f (r) disimpulkan sebagai fungsi distribusi probabilitas radial, sehingga f (r) 2 dr merupakan probabilitas untuk menemukan elektron dalam volume antara r dan (r + dr). Hasil numerik dengan jarak antartitik kisi a harus dibandingkan dengan nilai analitik f (r) 2 a. Untuk tingkat 1s dan 2s, hasil analitiknya adalah f 1s (r) 2 = 4 a 3 e 2r/a 0 ; 0 f 2s (r) 2 = r2 8a 3 0 [ 2 r a 0 ] 2 e r/a 0 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

44 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Pembenaran: Potensial Simetri Bola Tingkat 1s. Energi eigen numerik: E = 13, 56 ev. Kisi: N = 100, a = 0, m. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

45 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Pembenaran: Potensial Simetri Bola Tingkat 2s. Energi eigen numerik: 2, 96 ev. Kisi: a = 0, m. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

46 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Pembenaran: Potensial Simetri Bola Tingkat 1s. Energi eigen numerik: E = 13, 56 ev. Kisi: N = 100, a = 0, m. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

47 Persamaan Schrödinger dalam Matriks Pembenaran: Potensial Simetri Bola Tingkat 2s. Energi eigen numerik: 2, 96 ev. Kisi: a = 0, m. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

48 Metode SCF untuk Atom Sistematika 1 Pendahuluan 2 Persamaan Schrödinger dalam Matriks 3 Metode SCF untuk Atom 4 Ikatan pada Molekul 5 Konsep Fungsi Basis 6 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Graphene dan Semikonduktor Struktur Nanomaterial 7 Simpulan ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

49 Metode SCF untuk Atom Hidrogen versus Helium Berdasarkan rumus tingkat energi atom hidrogen, sebuah elektron yang berada pada tingkat 1s memiliki energi ionisasi E = 13, 6 ev pada tingkat 2s ionisasinya E = 3, 4 ev. Energi sebesar itu dapat diukur dari proses emisi optik dibalik menjadi pengukuran energi ionisasi. Bagaimana dengan Helium (atau atom-atom lain yang berelektron banyak)? ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

50 Metode SCF untuk Atom Hidrogen versus Helium Berdasarkan rumus tingkat energi atom hidrogen, sebuah elektron yang berada pada tingkat 1s memiliki energi ionisasi E = 13, 6 ev pada tingkat 2s ionisasinya E = 3, 4 ev. Energi sebesar itu dapat diukur dari proses emisi optik dibalik menjadi pengukuran energi ionisasi. foton 1s 2p Bagaimana dengan Helium (atau atom-atom lain yang berelektron banyak)? ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

51 Metode SCF untuk Atom Hidrogen versus Helium Berdasarkan rumus tingkat energi atom hidrogen, sebuah elektron yang berada pada tingkat 1s memiliki energi ionisasi E = 13, 6 ev pada tingkat 2s ionisasinya E = 3, 4 ev. Energi sebesar itu dapat diukur dari proses emisi optik dibalik menjadi pengukuran energi ionisasi. foton 1s 2p Bagaimana dengan Helium (atau atom-atom lain yang berelektron banyak)? ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

52 Metode SCF untuk Atom Hidrogen versus Helium Atom Helium Helium dengan model klasik: E = 2 2 (13, 6 ev) = 54, 4 ev. Akan tetapi, hasil eksperimen (ionisasi pertama): E 24, 8 ev E = 54, 4 ev muncul di ionisasi kedua, He + (hν = +24, 8 ev) He + + e He + (hν = He , 4 ev) H 2+ + e Model klasik belum menyertakan interaksi elektron-elektron. Koreksi bentuk potensial (untuk segala macam atom): U( r) = U inti ( r) + U scf ( r) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

53 Metode SCF untuk Atom Hidrogen versus Helium Atom Helium Helium dengan model klasik: E = 2 2 (13, 6 ev) = 54, 4 ev. Akan tetapi, hasil eksperimen (ionisasi pertama): E 24, 8 ev E = 54, 4 ev muncul di ionisasi kedua, He + (hν = +24, 8 ev) He + + e He + (hν = He , 4 ev) H 2+ + e Model klasik belum menyertakan interaksi elektron-elektron. Koreksi bentuk potensial (untuk segala macam atom): U( r) = U inti ( r) + U scf ( r) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

54 Metode SCF untuk Atom Hidrogen versus Helium Atom Helium Helium dengan model klasik: E = 2 2 (13, 6 ev) = 54, 4 ev. Akan tetapi, hasil eksperimen (ionisasi pertama): E 24, 8 ev E = 54, 4 ev muncul di ionisasi kedua, He + (hν = +24, 8 ev) He + + e He + (hν = He , 4 ev) H 2+ + e Model klasik belum menyertakan interaksi elektron-elektron. Koreksi bentuk potensial (untuk segala macam atom): U( r) = U inti ( r) + U scf ( r) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

55 Metode SCF untuk Atom Hidrogen versus Helium Atom Helium Helium dengan model klasik: E = 2 2 (13, 6 ev) = 54, 4 ev. Akan tetapi, hasil eksperimen (ionisasi pertama): E 24, 8 ev E = 54, 4 ev muncul di ionisasi kedua, He + (hν = +24, 8 ev) He + + e He + (hν = He , 4 ev) H 2+ + e Model klasik belum menyertakan interaksi elektron-elektron. Koreksi bentuk potensial (untuk segala macam atom): U( r) = U inti ( r) + U scf ( r) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

56 Metode SCF untuk Atom Hidrogen versus Helium Atom Helium Helium dengan model klasik: E = 2 2 (13, 6 ev) = 54, 4 ev. Akan tetapi, hasil eksperimen (ionisasi pertama): E 24, 8 ev E = 54, 4 ev muncul di ionisasi kedua, He + (hν = +24, 8 ev) He + + e He + (hν = He , 4 ev) H 2+ + e Model klasik belum menyertakan interaksi elektron-elektron. Koreksi bentuk potensial (untuk segala macam atom): U( r) = U inti ( r) + U scf ( r) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

57 Metode SCF untuk Atom Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree Persamaan Schrödinger radial: Ef (r) = d 2 ] 2m dr l(l + 1) 2mr 2 Ze2 4πɛ 0 r + U scf(r) f (r) [ 2 Self-consistent field menurut Hartree: 2 U scf ( r) = e2 ɛ 0 n( r) atau U scf ( r) = n,l,m e2 4πɛ 0 n( r )d r r r Dalam koordinat bola, jumlah elektron total menjadi N e = r 2 sin θdθdφdr f n (r) 2 r Yl m 2 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

58 Metode SCF untuk Atom Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree Persamaan Schrödinger radial: Ef (r) = d 2 ] 2m dr l(l + 1) 2mr 2 Ze2 4πɛ 0 r + U scf(r) f (r) [ 2 Self-consistent field menurut Hartree: 2 U scf ( r) = e2 ɛ 0 n( r) atau U scf ( r) = n,l,m e2 4πɛ 0 n( r )d r r r Dalam koordinat bola, jumlah elektron total menjadi N e = r 2 sin θdθdφdr f n (r) 2 r Yl m 2 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

59 Metode SCF untuk Atom Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree Persamaan Schrödinger radial: Ef (r) = d 2 ] 2m dr l(l + 1) 2mr 2 Ze2 4πɛ 0 r + U scf(r) f (r) [ 2 Self-consistent field menurut Hartree: 2 U scf ( r) = e2 ɛ 0 n( r) atau U scf ( r) = n,l,m e2 4πɛ 0 n( r )d r r r Dalam koordinat bola, jumlah elektron total menjadi N e = r 2 sin θdθdφdr f n (r) 2 r Yl m 2 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

60 Metode SCF untuk Atom Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree Y m l ternormalisasi, sehingga N e = σ(r)dr dengan σ(r) = f n (r) 2 n,l,m Jumlahkan pada seluruh keadaan energi yang terisi: n( r) = ψ α ( r) 2 = f n (r) 2 r Yl m (θ, φ) 2 α n,l,m Besaran σ(r) memberikan informasi seberapa banyak muatan terdistribusi di kulit yang berada pada jarak tertentu dari inti ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

61 Metode SCF untuk Atom Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree Y m l ternormalisasi, sehingga N e = σ(r)dr dengan σ(r) = f n (r) 2 n,l,m Jumlahkan pada seluruh keadaan energi yang terisi: n( r) = ψ α ( r) 2 = f n (r) 2 r Yl m (θ, φ) 2 α n,l,m Besaran σ(r) memberikan informasi seberapa banyak muatan terdistribusi di kulit yang berada pada jarak tertentu dari inti ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

62 Metode SCF untuk Atom Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree Y m l ternormalisasi, sehingga N e = σ(r)dr dengan σ(r) = f n (r) 2 n,l,m Jumlahkan pada seluruh keadaan energi yang terisi: n( r) = ψ α ( r) 2 = f n (r) 2 r Yl m (θ, φ) 2 α n,l,m Besaran σ(r) memberikan informasi seberapa banyak muatan terdistribusi di kulit yang berada pada jarak tertentu dari inti ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

63 Metode SCF untuk Atom Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree Perhitungan integral pada N e : bagi dua daerah r luar r r dalam (a) (a) Kulit muatan berjarak r dari pusat. (b) Ruang bola dibagi menjadi dua daerah, dalam dan luar. Kontribusi pada potensial SCF: U scf (r) = Z 1 [ e 2 r σ(r )dr + e2 Z 4πɛ 0 r 4πɛ 0 0 (b) r σ(r )dr ] r ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

64 Metode SCF untuk Atom Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree Perhitungan integral pada N e : bagi dua daerah r luar r r dalam (a) (a) Kulit muatan berjarak r dari pusat. (b) Ruang bola dibagi menjadi dua daerah, dalam dan luar. Kontribusi pada potensial SCF: U scf (r) = Z 1 [ e 2 r σ(r )dr + e2 Z 4πɛ 0 r 4πɛ 0 0 (b) r σ(r )dr ] r ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

65 Metode SCF untuk Atom Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree AWAL Tebak U scf (misalnya nol) Hitung U scf pendekatan Hartree Pecahkan persamaan Schrödinger: dapatkan nilai eigen dan fungsi eigen Belum Konvergen Periksa Konvergensi Hitung kerapatan n r Sudah Konvergen AKHIR ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

66 Metode SCF untuk Atom Terapan SCF pada Helium Perbandingan potensial inti dan potensial SCF untuk atom helium. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

67 Metode SCF untuk Atom Terapan SCF pada Helium Distribusi probabilitas radial untuk keadaan 1s atom helium dan hidrogen. Energi eigen numerik untuk helium: E = 24, 73 ev ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

68 Ikatan pada Molekul Sistematika 1 Pendahuluan 2 Persamaan Schrödinger dalam Matriks 3 Metode SCF untuk Atom 4 Ikatan pada Molekul 5 Konsep Fungsi Basis 6 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Graphene dan Semikonduktor Struktur Nanomaterial 7 Simpulan ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

69 Ikatan pada Molekul Ikatan Ionik Pedoman konfigurasi elektron: Pers. Schrödinger dan Prinsip larangan Pauli Ikatan ionik biasanya dibentuk antara atom pada bagian kiri tabel periodik (misalnya Na) dengan atom pada bagian kanan tabel periodik (misalnya Cl) elektronegativitas ekstrem. Konfigurasi NaCl: Elektron valensi pada atom Na: 3s, energi 5 ev. Elektron valensi pada atom Cl: 3s (energi 29, 2 ev) dan 3p (energi 13, 8 ev) Elektron atom Na memiliki energi lebih tinggi turun tingkat dalam proses pembentukan ikatan. Hasilnya: Keadaan 3s atom Na tidak terisi elektron. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

70 Ikatan pada Molekul Ikatan Ionik Pedoman konfigurasi elektron: Pers. Schrödinger dan Prinsip larangan Pauli Ikatan ionik biasanya dibentuk antara atom pada bagian kiri tabel periodik (misalnya Na) dengan atom pada bagian kanan tabel periodik (misalnya Cl) elektronegativitas ekstrem. Konfigurasi NaCl: Elektron valensi pada atom Na: 3s, energi 5 ev. Elektron valensi pada atom Cl: 3s (energi 29, 2 ev) dan 3p (energi 13, 8 ev) Elektron atom Na memiliki energi lebih tinggi turun tingkat dalam proses pembentukan ikatan. Hasilnya: Keadaan 3s atom Na tidak terisi elektron. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

71 Ikatan pada Molekul Ikatan Ionik Pedoman konfigurasi elektron: Pers. Schrödinger dan Prinsip larangan Pauli Ikatan ionik biasanya dibentuk antara atom pada bagian kiri tabel periodik (misalnya Na) dengan atom pada bagian kanan tabel periodik (misalnya Cl) elektronegativitas ekstrem. Konfigurasi NaCl: Elektron valensi pada atom Na: 3s, energi 5 ev. Elektron valensi pada atom Cl: 3s (energi 29, 2 ev) dan 3p (energi 13, 8 ev) Elektron atom Na memiliki energi lebih tinggi turun tingkat dalam proses pembentukan ikatan. Hasilnya: Keadaan 3s atom Na tidak terisi elektron. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

72 Ikatan pada Molekul Ikatan Ionik Pedoman konfigurasi elektron: Pers. Schrödinger dan Prinsip larangan Pauli Ikatan ionik biasanya dibentuk antara atom pada bagian kiri tabel periodik (misalnya Na) dengan atom pada bagian kanan tabel periodik (misalnya Cl) elektronegativitas ekstrem. Konfigurasi NaCl: Elektron valensi pada atom Na: 3s, energi 5 ev. Elektron valensi pada atom Cl: 3s (energi 29, 2 ev) dan 3p (energi 13, 8 ev) Elektron atom Na memiliki energi lebih tinggi turun tingkat dalam proses pembentukan ikatan. Hasilnya: Keadaan 3s atom Na tidak terisi elektron. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

73 Ikatan pada Molekul Ikatan Kovalen Gas Hidrogen Argumen penurunan tingkat tidak berlaku untuk molekul dengan atom penyusun yang elektronegatifnya sama. menghasilkan ikatan kovalen. Contoh: H 2. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

74 Ikatan pada Molekul Ikatan Kovalen Gas Hidrogen Argumen penurunan tingkat tidak berlaku untuk molekul dengan atom penyusun yang elektronegatifnya sama. menghasilkan ikatan kovalen. Contoh: H 2. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

75 Ikatan pada Molekul Ikatan Kovalen Gas Hidrogen Argumen penurunan tingkat tidak berlaku untuk molekul dengan atom penyusun yang elektronegatifnya sama. menghasilkan ikatan kovalen. Contoh: H 2. Pembentukan molekul H 2. H H H H E 0 1s 1s E 0 E A E 0 = 13,6 ev E B ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

76 Konsep Fungsi Basis Sistematika 1 Pendahuluan 2 Persamaan Schrödinger dalam Matriks 3 Metode SCF untuk Atom 4 Ikatan pada Molekul 5 Konsep Fungsi Basis 6 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Graphene dan Semikonduktor Struktur Nanomaterial 7 Simpulan ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

77 Konsep Fungsi Basis Formalisme Persamaan Schrödinger tak bergantung waktu, dalam bentuk persamaan nilai eigen: ĤΦ α = E α Φ α Fungsi gelombang Φ α dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari himpunan fungsi basis {u m }: Φ α ( r) = M c m u m ( r) m=1 atau dalam matriks: Φ( r) {c 1 c c M } T Pemilihan basis yang tepat dapat mereduksi ukuran matriks Hamiltonian [H] dan waktu komputasi secara signifikan. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

78 Konsep Fungsi Basis Formalisme Persamaan Schrödinger tak bergantung waktu, dalam bentuk persamaan nilai eigen: ĤΦ α = E α Φ α Fungsi gelombang Φ α dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari himpunan fungsi basis {u m }: Φ α ( r) = M c m u m ( r) m=1 atau dalam matriks: Φ( r) {c 1 c c M } T Pemilihan basis yang tepat dapat mereduksi ukuran matriks Hamiltonian [H] dan waktu komputasi secara signifikan. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

79 Konsep Fungsi Basis Formalisme Persamaan Schrödinger tak bergantung waktu, dalam bentuk persamaan nilai eigen: ĤΦ α = E α Φ α Fungsi gelombang Φ α dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari himpunan fungsi basis {u m }: Φ α ( r) = M c m u m ( r) m=1 atau dalam matriks: Φ( r) {c 1 c c M } T Pemilihan basis yang tepat dapat mereduksi ukuran matriks Hamiltonian [H] dan waktu komputasi secara signifikan. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

80 Konsep Fungsi Basis Formalisme Substitusikan ekspansi Φ α ke dalam persamaan Schrödinger: Ĥ m c m u m ( r) = E m c m u m ( r) Kalikan dengan u n( r) dan integrasi kedua ruas untuk seluruh r: [ u n( r) Ĥ ] [ c m u m ( r) d r = u n( r) E ] c m u m ( r) d r m m H nm c m = E S nm c m m m dengan u n( r)ĥu m( r)d r = H nm, u n( r)u m ( r)d r = S nm. Persamaan Schrödinger matriks dalam fungsi basis: [H]{φ} = E[S]{φ} ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

81 Konsep Fungsi Basis Formalisme Substitusikan ekspansi Φ α ke dalam persamaan Schrödinger: Ĥ m c m u m ( r) = E m c m u m ( r) Kalikan dengan u n( r) dan integrasi kedua ruas untuk seluruh r: [ u n( r) Ĥ ] [ c m u m ( r) d r = u n( r) E ] c m u m ( r) d r m m H nm c m = E S nm c m m m dengan u n( r)ĥu m( r)d r = H nm, u n( r)u m ( r)d r = S nm. Persamaan Schrödinger matriks dalam fungsi basis: [H]{φ} = E[S]{φ} ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

82 Konsep Fungsi Basis Formalisme Substitusikan ekspansi Φ α ke dalam persamaan Schrödinger: Ĥ m c m u m ( r) = E m c m u m ( r) Kalikan dengan u n( r) dan integrasi kedua ruas untuk seluruh r: [ u n( r) Ĥ ] [ c m u m ( r) d r = u n( r) E ] c m u m ( r) d r m m H nm c m = E S nm c m m m dengan u n( r)ĥu m( r)d r = H nm, u n( r)u m ( r)d r = S nm. Persamaan Schrödinger matriks dalam fungsi basis: [H]{φ} = E[S]{φ} ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

83 Konsep Fungsi Basis Aplikasi pada H 2 u N r u N ' r + + U N R U N ' Pemilihan fungsi basis untuk molekul hidrogen. Ditunjukkan pula sketsa potensial akibat dua inti positif. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

84 Konsep Fungsi Basis Aplikasi pada H 2 Kerapatan elektron di sumbu yang menghubungkan dua atom hidrogen dalam molekul. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

85 Konsep Fungsi Basis Energi Ikat Gas Hidrogen Beberapa energi yang terlibat dalam pembentukan molekul gas hidrogen. Energi ikat sebuah molekul H 2 diestimasi dari 2(E B0 E 0 ) + U NN + U ee. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

86 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Sistematika 1 Pendahuluan 2 Persamaan Schrödinger dalam Matriks 3 Metode SCF untuk Atom 4 Ikatan pada Molekul 5 Konsep Fungsi Basis 6 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Graphene dan Semikonduktor Struktur Nanomaterial 7 Simpulan ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

87 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Alur Perhitungan Perangkat Matematik + Komputasi: Trik komputasi persamaan matriks :: Matriks Hamiltonian Aproksimasi Beda Hingga :: Self-Consistent Field :: Pemilihan Fungsi Basis Objek yang diamati: Atom: Hidrogen dan Helium Molekul: Gas Hidrogen (H 2 ) Struktur Bulk : Rantai Atomik, Graphene, Galium Arsenida Nanomaterial: Carbon Nanotube ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

88 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Alur Perhitungan Perangkat Matematik + Komputasi: Trik komputasi persamaan matriks :: Matriks Hamiltonian Aproksimasi Beda Hingga :: Self-Consistent Field :: Pemilihan Fungsi Basis Objek yang diamati: Atom: Hidrogen dan Helium Molekul: Gas Hidrogen (H 2 ) Struktur Bulk : Rantai Atomik, Graphene, Galium Arsenida Nanomaterial: Carbon Nanotube ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

89 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Alur Perhitungan Perangkat Matematik + Komputasi: Trik komputasi persamaan matriks :: Matriks Hamiltonian Aproksimasi Beda Hingga :: Self-Consistent Field :: Pemilihan Fungsi Basis Objek yang diamati: Atom: Hidrogen dan Helium Molekul: Gas Hidrogen (H 2 ) Struktur Bulk : Rantai Atomik, Graphene, Galium Arsenida Nanomaterial: Carbon Nanotube ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

90 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Alur Perhitungan Perangkat Matematik + Komputasi: Trik komputasi persamaan matriks :: Matriks Hamiltonian Aproksimasi Beda Hingga :: Self-Consistent Field :: Pemilihan Fungsi Basis Objek yang diamati: Atom: Hidrogen dan Helium Molekul: Gas Hidrogen (H 2 ) Struktur Bulk : Rantai Atomik, Graphene, Galium Arsenida Nanomaterial: Carbon Nanotube ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

91 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Prinsip Dasar: Rantai Atomik 1D Pemodelan zat padat: periodisitas fungsi gelombang Rantai atomik satu dimensi dengan satu atom per titik kisi: Jika irisan fungsi gelombang antaratom diabaikan: H = diag (E 0 E 0... E 0 ). Jika atom-atom dibawa saling mendekat dan terjadi irisan antaratom, maka tetangga terdekat dari elemen diagonal matriks Hamiltonian tidak lagi bernilai nol. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

92 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Prinsip Dasar: Rantai Atomik 1D Pemodelan zat padat: periodisitas fungsi gelombang Rantai atomik satu dimensi dengan satu atom per titik kisi: N 1 N Jika irisan fungsi gelombang antaratom diabaikan: H = diag (E 0 E 0... E 0 ). Jika atom-atom dibawa saling mendekat dan terjadi irisan antaratom, maka tetangga terdekat dari elemen diagonal matriks Hamiltonian tidak lagi bernilai nol. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

93 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Prinsip Dasar: Rantai Atomik 1D Pemodelan zat padat: periodisitas fungsi gelombang Rantai atomik satu dimensi dengan satu atom per titik kisi: N 1 N Jika irisan fungsi gelombang antaratom diabaikan: H = diag (E 0 E 0... E 0 ). Jika atom-atom dibawa saling mendekat dan terjadi irisan antaratom, maka tetangga terdekat dari elemen diagonal matriks Hamiltonian tidak lagi bernilai nol. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

94 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Prinsip Dasar: Rantai Atomik 1D Pemodelan zat padat: periodisitas fungsi gelombang Rantai atomik satu dimensi dengan satu atom per titik kisi: N 1 N Jika irisan fungsi gelombang antaratom diabaikan: H = diag (E 0 E 0... E 0 ). Jika atom-atom dibawa saling mendekat dan terjadi irisan antaratom, maka tetangga terdekat dari elemen diagonal matriks Hamiltonian tidak lagi bernilai nol. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

95 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Prinsip Dasar: Rantai Atomik 1D Irisan dua fungsi gelombang yang bertetangga pada rantai atomik: 1s fungsi gelombang beririsan 1s Matriks Hamiltonian: E 0 E ss E ss E 0 E ss 0 0. H = 0 E ss E Ess E ss E 0 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

96 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Prinsip Dasar: Rantai Atomik 1D Irisan dua fungsi gelombang yang bertetangga pada rantai atomik: 1s fungsi gelombang beririsan 1s Matriks Hamiltonian: E 0 E ss E ss E 0 E ss 0 0. H = 0 E ss E Ess E ss E 0 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

97 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Prinsip Dasar: Rantai Atomik 1D Ditambah syarat periodisitas: ψ E 1 0 E ss E ss ψ 2. ψ 1 E ss E Ess 0 E ψ 2.. Ess 0 0 ψ = n. 0 0 E ss 0 ψ n.. 0 E ss 0.. E0 E ss. ψ N E ss E ss E ψ 0 N Untuk setiap baris matriks berlaku: Eψ n = E ss ψ n 1 + E 0 ψ n + E ss ψ n+1 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

98 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Prinsip Dasar: Rantai Atomik 1D Ditambah syarat periodisitas: ψ E 1 0 E ss E ss ψ 2. ψ 1 E ss E Ess 0 E ψ 2.. Ess 0 0 ψ = n. 0 0 E ss 0 ψ n.. 0 E ss 0.. E0 E ss. ψ N E ss E ss E ψ 0 N Untuk setiap baris matriks berlaku: Eψ n = E ss ψ n 1 + E 0 ψ n + E ss ψ n+1 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

99 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Solusi Rantai 1D Tebak: ψ n = ψ 0 e inφ, sehingga ψ n 1 ψ n+1 E = E ss + E 0 + E ss = E ss e iφ + E 0 + E ss e +iφ ψ n ψ n = E 0 + 2E ss cos φ. Beri batasan E terkait dengan jumlah nilai eigen yang berhingga, tidak kontinu. Batasi rentang φ dan diskretisasi nilainya: ψ n = ψ 0 e in(φ+2π) = ψ 0 e inφ ; ψ n+1 = ψ 0 e in(n+1)φ = ψ 1 e inφ = 1 Nφ = 2πα φ = α 2π N Jika jarak antartitik kisi a, maka: φ α = k α a = α 2π N ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

100 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Solusi Rantai 1D Tebak: ψ n = ψ 0 e inφ, sehingga ψ n 1 ψ n+1 E = E ss + E 0 + E ss = E ss e iφ + E 0 + E ss e +iφ ψ n ψ n = E 0 + 2E ss cos φ. Beri batasan E terkait dengan jumlah nilai eigen yang berhingga, tidak kontinu. Batasi rentang φ dan diskretisasi nilainya: ψ n = ψ 0 e in(φ+2π) = ψ 0 e inφ ; ψ n+1 = ψ 0 e in(n+1)φ = ψ 1 e inφ = 1 Nφ = 2πα φ = α 2π N Jika jarak antartitik kisi a, maka: φ α = k α a = α 2π N ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

101 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Solusi Rantai 1D Tebak: ψ n = ψ 0 e inφ, sehingga ψ n 1 ψ n+1 E = E ss + E 0 + E ss = E ss e iφ + E 0 + E ss e +iφ ψ n ψ n = E 0 + 2E ss cos φ. Beri batasan E terkait dengan jumlah nilai eigen yang berhingga, tidak kontinu. Batasi rentang φ dan diskretisasi nilainya: ψ n = ψ 0 e in(φ+2π) = ψ 0 e inφ ; ψ n+1 = ψ 0 e in(n+1)φ = ψ 1 e inφ = 1 Nφ = 2πα φ = α 2π N Jika jarak antartitik kisi a, maka: φ α = k α a = α 2π N ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

102 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Solusi Rantai 1D Tebak: ψ n = ψ 0 e inφ, sehingga ψ n 1 ψ n+1 E = E ss + E 0 + E ss = E ss e iφ + E 0 + E ss e +iφ ψ n ψ n = E 0 + 2E ss cos φ. Beri batasan E terkait dengan jumlah nilai eigen yang berhingga, tidak kontinu. Batasi rentang φ dan diskretisasi nilainya: ψ n = ψ 0 e in(φ+2π) = ψ 0 e inφ ; ψ n+1 = ψ 0 e in(n+1)φ = ψ 1 e inφ = 1 Nφ = 2πα φ = α 2π N Jika jarak antartitik kisi a, maka: φ α = k α a = α 2π N ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

103 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Struktur Dua Atom per Titik Kisi Distorsi Peirl mengubah bentuk 1 atom (orbital) per titik kisi menjadi 2 atom (orbital) per titik kisi ' 2 2' 3 3' N N' Pers. matriks: E ψ 1 ψ 1. ψ N ψ N E 0 E ss E ss E ss E 0 E ss = E. ss E E ss ψ 1 ψ 1. ψ N ψ N ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

104 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Struktur Dua Atom per Titik Kisi Distorsi Peirl mengubah bentuk 1 atom (orbital) per titik kisi menjadi 2 atom (orbital) per titik kisi ' 2 2' 3 3' N N' Pers. matriks: E ψ 1 ψ 1. ψ N ψ N E 0 E ss E ss E ss E 0 E ss = E. ss E E ss ψ 1 ψ 1. ψ N ψ N ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

105 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Struktur Dua Atom per Titik Kisi Triks solusi {φ n } = φ N { ψ n ψ n } φ 1 H 11 H 12 φ 1 φ E 2. = H 21 H 22 H 23 φ. H 32 H dengan [ ] [ ] [ ] E 0 E ss E ss H nm =, H n,n+1 = E ss E 0 E, H n,n 1 = ss φ N ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

106 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Solusi Dua Orbital Rantai Atom Untuk setiap baris persamaan matriks, dapat dituliskan Eφ n = H nn φ n + H n,n 1 φ n 1 + H n,n+1 φ n+1 Tebak solusi: φ n = φ 0 e ikna Substitusikan: Eφ 0 = H nn φ 0 + H n,n 1 e ika φ 0 + H n,n+1 e ika φ 0, menghasilkan [ ] E 0 E ss + E E{φ 0 } = sse ika E ss + E sse ika {φ 0 }. E 0 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

107 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Solusi Dua Orbital Rantai Atom Untuk setiap baris persamaan matriks, dapat dituliskan Eφ n = H nn φ n + H n,n 1 φ n 1 + H n,n+1 φ n+1 Tebak solusi: φ n = φ 0 e ikna Substitusikan: Eφ 0 = H nn φ 0 + H n,n 1 e ika φ 0 + H n,n+1 e ika φ 0, menghasilkan [ ] E 0 E ss + E E{φ 0 } = sse ika E ss + E sse ika {φ 0 }. E 0 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

108 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Solusi Dua Orbital Rantai Atom Untuk setiap baris persamaan matriks, dapat dituliskan Eφ n = H nn φ n + H n,n 1 φ n 1 + H n,n+1 φ n+1 Tebak solusi: φ n = φ 0 e ikna Substitusikan: Eφ 0 = H nn φ 0 + H n,n 1 e ika φ 0 + H n,n+1 e ika φ 0, menghasilkan [ ] E 0 E ss + E E{φ 0 } = sse ika E ss + E sse ika {φ 0 }. E 0 ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

109 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Solusi Dua Orbital Rantai Atom Tentukan nilai eigen: E 0 E E ss + E sse ika E ss + E sse ika E 0 = 0 Hasilnya: E = E 0 ± E 2 ss + E 2 ss + 2E ss E ss cos(ka) Muncul dua cabang kurva yang berkaitan dengan jumlah basis (orbital atom) yang dipilih per titik kisi. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

110 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Solusi Dua Orbital Rantai Atom Tentukan nilai eigen: E 0 E E ss + E sse ika E ss + E sse ika E 0 = 0 Hasilnya: E = E 0 ± E 2 ss + E 2 ss + 2E ss E ss cos(ka) Muncul dua cabang kurva yang berkaitan dengan jumlah basis (orbital atom) yang dipilih per titik kisi. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

111 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Solusi Dua Orbital Rantai Atom Tentukan nilai eigen: E 0 E E ss + E sse ika E ss + E sse ika E 0 = 0 Hasilnya: E = E 0 ± E 2 ss + E 2 ss + 2E ss E ss cos(ka) Muncul dua cabang kurva yang berkaitan dengan jumlah basis (orbital atom) yang dipilih per titik kisi. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

112 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Hubungan Dispersi Hubungan dispersi untuk rantai atomik satu dimensi dengan dua atom per titik kisi. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

113 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Generalisasi Prosedur Prosedur perhitungan struktur energi untuk rantai atomik dapat diperluas untuk sembarang zat padat periodik dengan sembarang jumlah fungsi basis per titik kisi (atau sel satuan) Tinjau sebuah sel satuan n yang terkait dengan sel satuan tetangganya m oleh matriks [H nm ] berukuran (b b), dengan b adalah jumlah fungsi basis per sel satuan: [H nm ]{φ m } = E{φ n } Tebakan solusi: {φ m } = {φ 0 }e i k r m sehingga m E{φ 0 } = [h( k)]{φ 0 }; [h( k)] = m [H nm ]e i k ( r m r n) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

114 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Generalisasi Prosedur Prosedur perhitungan struktur energi untuk rantai atomik dapat diperluas untuk sembarang zat padat periodik dengan sembarang jumlah fungsi basis per titik kisi (atau sel satuan) Tinjau sebuah sel satuan n yang terkait dengan sel satuan tetangganya m oleh matriks [H nm ] berukuran (b b), dengan b adalah jumlah fungsi basis per sel satuan: [H nm ]{φ m } = E{φ n } Tebakan solusi: {φ m } = {φ 0 }e i k r m sehingga m E{φ 0 } = [h( k)]{φ 0 }; [h( k)] = m [H nm ]e i k ( r m r n) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

115 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D Generalisasi Prosedur Prosedur perhitungan struktur energi untuk rantai atomik dapat diperluas untuk sembarang zat padat periodik dengan sembarang jumlah fungsi basis per titik kisi (atau sel satuan) Tinjau sebuah sel satuan n yang terkait dengan sel satuan tetangganya m oleh matriks [H nm ] berukuran (b b), dengan b adalah jumlah fungsi basis per sel satuan: [H nm ]{φ m } = E{φ n } Tebakan solusi: {φ m } = {φ 0 }e i k r m sehingga m E{φ 0 } = [h( k)]{φ 0 }; [h( k)] = m [H nm ]e i k ( r m r n) ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

116 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Graphene dan Semikonduktor Geometri Graphene y x sel satuan a 0 Sketsa graphene: sel satuan dipilih terdiri dari dua atom karbon. R = m a 1 + n a 2 a 1 = aˆx + bŷ a 2 = aˆx bŷ a = 3a 0 2 dan b = 3a0 2. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

117 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Graphene dan Semikonduktor Geometri Graphene Kisi nyata dan kisi resiprok graphene. a 1 a, b 0,2 /3b b 1 /a, /3b a 2 a, b /a, /3b b 2 Vektor kisi resiprok K = M b 1 + N b 2 b1 = 2π( a 2 ẑ) a 1 ( a 2 ẑ = π a ˆx+π b ŷ; b2 = 2π(ẑ a 1) a 2 (ẑ a 1 ) = π a ˆx π b ŷ. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

118 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Graphene dan Semikonduktor Perhitungan Dispersi Graphene Ukuran matriks [h( k)] bergantung pada jumlah fungsi basis per sel satuan. Cukup gunakan orbital p z untuk graphene ini: [ ] [ ] [ ] [h( E 0 t 0 te i k a 1 0 te i k a 2 k)] = + + t E [ ] [ ] te i k a 1 0 te i k a 2 0 [ ] [h( E 0 h 0 k)] = h 0 E 0 dengan h 0 = t(1 + e i k a 1 + e i k a 2 ) = t(1 + 2e ikxa cos(k y b). ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

119 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Graphene dan Semikonduktor Perhitungan Dispersi Graphene Ukuran matriks [h( k)] bergantung pada jumlah fungsi basis per sel satuan. Cukup gunakan orbital p z untuk graphene ini: [ ] [ ] [ ] [h( E 0 t 0 te i k a 1 0 te i k a 2 k)] = + + t E [ ] [ ] te i k a 1 0 te i k a 2 0 [ ] [h( E 0 h 0 k)] = h 0 E 0 dengan h 0 = t(1 + e i k a 1 + e i k a 2 ) = t(1 + 2e ikxa cos(k y b). ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

120 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Graphene dan Semikonduktor Perhitungan Dispersi Graphene Ukuran matriks [h( k)] bergantung pada jumlah fungsi basis per sel satuan. Cukup gunakan orbital p z untuk graphene ini: [ ] [ ] [ ] [h( E 0 t 0 te i k a 1 0 te i k a 2 k)] = + + t E [ ] [ ] te i k a 1 0 te i k a 2 0 [ ] [h( E 0 h 0 k)] = h 0 E 0 dengan h 0 = t(1 + e i k a 1 + e i k a 2 ) = t(1 + 2e ikxa cos(k y b). ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

121 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Graphene dan Semikonduktor Kurva Dispersi (Surface) untuk Graphene E = E 0 ± h 0 = E 0 ± t [ cos 2 (k y b) + 4 cos(k x a) cos(k y b) ] 1/2 3 2 E 1 t k y a k x a ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

122 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Graphene dan Semikonduktor Semikonduktor Zat Padat a y x Penampang dua dimensi dari kisi fcc. Setiap titik ditempati oleh satu macam atom. Dua kisi yang sama kemudian dapat membentuk struktur intan jika dipisahkan oleh seperempat jarak diagonal ruang. ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

123 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Graphene dan Semikonduktor Galium Arsenida Struktur Zincblende ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

124 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Graphene dan Semikonduktor Galium Arsenida Plot E( k) galium arsenida untuk setiap nilai k dalam rentang Γ X dan Γ L. Daerah Γ X terbentang pada k = 0 2π a ˆx (digambarkan di sumbu horizontal positif), sedangkan Γ L pada k = 0 π a (ˆx + ŷ + ẑ) (sumbu horizontal negatif). Celah energi: 1, 41 ev ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

125 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Struktur Nanomaterial Quantum Well, Wire, dan Dot Zat padat biasa Quantum well Quantum wire Quantum dot Struktur Bulk: Aproksimasi parabolik, E( k) E c + 2 (kx 2 + ky 2 + kz) 2 2m Quantum well: k z = nzπ L z (n z bilangan bulat) E nz (k x, k y ) E c + n 2 zɛ z + 2 (k 2 x + k 2 y) 2m ɛ z = 2 π 2 2m L 2 z ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

126 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Struktur Nanomaterial Quantum Well, Wire, dan Dot Quantum wire: E ny,n z (k x ) E c + n 2 yɛ y + n 2 zɛ z + 2 k 2 x 2m ɛ y = 2 π 2 2m L 2 y Quantum dot: E nx,n y,n z E c + 2 π 2 2m ( ) n 2 x L 2 + n2 y x L 2 + n2 z y L 2 z ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

127 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Struktur Nanomaterial Ketersediaan Keadaan Energi pada Graphene Carbon Nanotube penggulungan graphene 3 2 E 1 t k y a k x a ART Nugraha (ITB) Simulasi Struktur Energi Elektronik 25 Juni / 70

Perhitungan Struktur Elektronik Graphene dan Carbon Nanotube

Perhitungan Struktur Elektronik Graphene dan Carbon Nanotube Bab 3 Perhitungan Struktur Elektronik Graphene dan Carbon Nanotube 31 Metode Penentuan Hubungan Dispersi Perangkat matriks Hamiltonian dan fungsi basis yang diberikan sebelumnya kini akan dimanfaatkan

Lebih terperinci

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D Keadaan Stasioner Pada pembahasan sebelumnya mengenai fungsi gelombang, telah dijelaskan bahwa potensial dalam persamaan

Lebih terperinci

Mekanika Kuantum dalam Koordinat Bola dan Atom Hidrogen

Mekanika Kuantum dalam Koordinat Bola dan Atom Hidrogen Mekanika Kuantum dalam Koordinat Bola dan Atom Hidrogen David J. Griffiths diterjemahkan dari Introduction to Quantum Mechanics Edisi 2) physics.translation@gmail.com Persamaan Schrödinger dalam Koordinat

Lebih terperinci

Kuliah Karbon Nanotube

Kuliah Karbon Nanotube Kuliah Karbon Nanotube Hasdeo Tohoku University Purpose 1 Persiapan skripsi Theoretical Condensed Matter 2 Dosen pembimbing: Dosen UB + R. Saito (wacana) 3 Target: Simple tight binding + Fortran 4 Problem:

Lebih terperinci

BAB IV OSILATOR HARMONIS

BAB IV OSILATOR HARMONIS Tinjauan Secara Mekanika Klasik BAB IV OSILATOR HARMONIS Osilator harmonis terjadi manakala sebuah partikel ditarik oleh gaya yang besarnya sebanding dengan perpindahan posisi partikel tersebut. F () =

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Anda harus dapat

PENDAHULUAN Anda harus dapat PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Teori Pita Energi yang mencakup : asal mula celah energi, model elektron hampir bebas, model Kronig-Penney, dan persamaan sentral. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

Struktur Molekul:Teori Orbital Molekul

Struktur Molekul:Teori Orbital Molekul Kimia Fisik III, Struktur Molekul:, Dr. Parsaoran Siahaan, November/Desember 2014, 1 Pokok Bahasan 3 Struktur Molekul:Teori Orbital Molekul Oleh: Dr. Parsaoran Siahaan Pendahuluan: motivasi/review pokok

Lebih terperinci

PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI

PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI Atom terdiri dari inti atom yang dikelilingi oleh elektron-elektron, di mana elektron valensinya bebas bergerak di antara pusat-pusat ion. Elektron valensi geraknya

Lebih terperinci

KB.2 Fisika Molekul. Hal ini berarti bahwa rapat peluang untuk menemukan kedua konfigurasi tersebut di atas adalah sama, yaitu:

KB.2 Fisika Molekul. Hal ini berarti bahwa rapat peluang untuk menemukan kedua konfigurasi tersebut di atas adalah sama, yaitu: KB.2 Fisika Molekul 2.1 Prinsip Pauli. Konsep fungsi gelombang-fungsi gelombang simetri dan antisimetri berlaku untuk sistem yang mengandung partikel-partikel identik. Ada perbedaan yang fundamental antara

Lebih terperinci

BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya

BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya 1 BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya Perhatikan persamaan Schrodinger satu dimensi bebas waktu yaitu: d + V (x) ( x) E( x) m dx d ( x) m + (E V(x) ) ( x) 0 dx (3-1) (-4) Suku-suku

Lebih terperinci

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis Bab 2 Persaaan Schrödinger dala Matriks dan Uraian Fungsi Basis 2.1 Matriks Hailtonian dan Fungsi Basis Tingkat-tingkat energi yang diizinkan untuk sebuah elektron dala pengaruh operator Hailtonian Ĥ dapat

Lebih terperinci

FONON I : GETARAN KRISTAL

FONON I : GETARAN KRISTAL MAKALAH FONON I : GETARAN KRISTAL Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat Disusun Oleh: Nisa Isma Khaerani ( 3215096525 ) Dio Sudiarto ( 3215096529 ) Arif Setiyanto ( 3215096537

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron PENDAHUUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron bebas dalam satu dimensi dan elektron bebas dalam tiga dimensi. Oleh karena itu, sebelum mempelajari modul

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA. RATNAWATI, S.Pd

IKATAN KIMIA. RATNAWATI, S.Pd IKATAN KIMIA RATNAWATI, S.Pd Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat: Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya Menggambarkan susunan elektron

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford.

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford. 1 BAB FISIKA ATOM Perkembangan teori atom Model Atom Dalton 1. Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dibagi-bagi 2. Atom-atom suatu unsur semuanya serupa dan tidak dapat berubah

Lebih terperinci

Apa itu Atom? Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)

Apa itu Atom? Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre, Indonesian Institute of Sciences (LIPI) Apa itu Atom? Miftachul Hadi Applied Mathematics for Biophysics Group Physics Research Centre, Indonesian Institute of Sciences (LIPI) Kompleks Puspiptek, Serpong, Tangerang 15314, Banten, Indonesia E-mail:

Lebih terperinci

a. Lattice Constant = a 4r = 2a 2 a = 4 R = 2 2 R = 2,8284 x 0,143 nm = 0,4045 nm 2

a. Lattice Constant = a 4r = 2a 2 a = 4 R = 2 2 R = 2,8284 x 0,143 nm = 0,4045 nm 2 SOUSI UJIAN TENGAH SEMESTER E-32 MATERIA TEKNIK EEKTRO Semester I 23/24, Selasa 2 Nopember 22 Waktu : 7: 9: (2menit)- Closed Book SEKOAH TEKNIK EEKTRO DAN INFORMATIKA - INSTITUT TEKNOOGI BANDUNG Dosen

Lebih terperinci

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Sifat sifat zat padat bergantung pada: Jenis atom penyusunnya Struktur materialnya Berdasarkan struktur

Lebih terperinci

U = Energi potensial. R = Jarak antara atom

U = Energi potensial. R = Jarak antara atom IKATAN KRISTAL Zat padat merupakan zat yang memiliki struktur yang stabil Kestabilan sruktur zat padat disebabkan oleh adanya interaksi antara atom membentuk suatu ikatan kristal Sebagai contoh: Kristal

Lebih terperinci

model atom mekanika kuantum

model atom mekanika kuantum 06/05/014 FISIKA MODERN Pertemuan ke-11 NURUN NAYIROH, M.Si Werner heinsberg (1901-1976), Louis de Broglie (189-1987), dan Erwin Schrödinger (1887-1961) merupakan para ilmuwan yang menyumbang berkembangnya

Lebih terperinci

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Kuantum Dosen Pengampu: Drs. Ngurah Made Darma Putra, M.Si., PhD Disusun oleh kelompok 8:.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.4. Hipotesis 1. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki perbedaan mulai kisaran energi 0.3 sampai 1.0. 2. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki kesamaan pada kisaran energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Beda Hingga Metode perbedaan beda hingga adalah metode yang sangat popular. Pada intinya metode ini mengubah masalah Persamaan Differensial Biasa (PDB) nilai batas dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensial Coulomb untuk Partikel yang Bergerak Dalam bab ini, akan dikemukakan teori-teori yang mendukung penyelesaian pembahasan pengaruh koreksi relativistik potensial Coulomb

Lebih terperinci

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s) DAFTAR SIMBOL n κ α R μ m χ m c v F L q E B v F Ω ħ ω p K s k f α, β s-s V χ (0) : indeks bias : koefisien ekstinsi : koefisien absorpsi : reflektivitas : permeabilitas magnetik : suseptibilitas magnetik

Lebih terperinci

MEKANIKA KUANTUM DALAM TIGA DIMENSI

MEKANIKA KUANTUM DALAM TIGA DIMENSI MEKANIKA KUANTUM DALAM TIGA DIMENSI Sebelumnya telah dibahas mengenai penerapan Persamaan Schrödinger dalam meninjau sistem kuantum satu dimensi untuk memperoleh fungsi gelombang serta energi dari sistem.

Lebih terperinci

POK O O K K O - K P - OK O O K K O K MAT A ERI R FISIKA KUANTUM

POK O O K K O - K P - OK O O K K O K MAT A ERI R FISIKA KUANTUM POKOK-POKOK MATERI FISIKA KUANTUM PENDAHULUAN Dalam Kurikulum Program S-1 Pendidikan Fisika dan S-1 Fisika, hampir sebagian besar digunakan untuk menelaah alam mikro (= alam lelembutan micro-world): Fisika

Lebih terperinci

PARTIKEL DALAM BOX. Bentuk umum persamaan orde dua adalah: ay" + b Y' + cy = 0

PARTIKEL DALAM BOX. Bentuk umum persamaan orde dua adalah: ay + b Y' + cy = 0 1 PARTIKEL DALAM BOX Elektron dalam atom dan molekul dapat dibayangkan mirip partikel dalam box. daerah di dalam box tempat partikel tersebut bergerak berpotensial nol, sedang daerah diluar box berpotensial

Lebih terperinci

Bab 1 ZAT PADAT IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL

Bab 1 ZAT PADAT IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL Bab 1 ZAT PADAT IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL Kekristalan Zat Padat Zat padat dapat dibedakan menjadi: Kristal yaitu bila atom atau molekul penyusun tersusun dalam bentuk pengulangan kontinu untuk rentang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur atom Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran

Lebih terperinci

MODEL-MODEL IKATAN KIMIA

MODEL-MODEL IKATAN KIMIA MODEL-MODEL IKATAN KIMIA Sifat Atom dan Ikatan Kimia Suatu partikel baik berupa ion bermuatan, inti atom dan elektron diantara mereka, akan membentuk ikatan kimia karena akan menurunkan energi potensial

Lebih terperinci

Bab 6. Elektron Dalam Zat Padat (Teori Pita Energi)

Bab 6. Elektron Dalam Zat Padat (Teori Pita Energi) Bab 6 Elektron Dalam Zat Padat (Teori Pita Energi) Teori Pita Energi Untuk Zat Padat (Model Untuk Teori Pita Energi) Berdasarkan daya hantar listrik, zat padat dibedakan menjadi tiga jenis : Logam dan

Lebih terperinci

Fungsi Gelombang Radial dan Tingkat Energi Atom Hidrogen

Fungsi Gelombang Radial dan Tingkat Energi Atom Hidrogen Fungsi Gelombang adial dan Tingkat Energi Atom Hidrogen z -e (r, Bilangan kuantum r atom hidrogenik Ze y x Fungsi gelombang atom hidrogenik bergantung pada tiga bilangan kuantum: nlm nl Principal quantum

Lebih terperinci

4 Metoda untuk sistem atom banyak dan penerapannya

4 Metoda untuk sistem atom banyak dan penerapannya 4 Metoda untuk sistem atom banyak dan penerapannya Jika atom adalah sebuah bola yang padat, mereka tidak dapat berikatan satu dengan yang lainnya. tom yang sebenarnya dapat membuat ikatan kimia dan mereka

Lebih terperinci

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar

Lebih terperinci

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L)

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L) DERET FOURIER Bila f adalah fungsi periodic yang berperioda p, maka f adalah fungsi periodic. Berperiode n, dimana n adalah bilangan asli positif (+). Untuk setiap bilangan asli positif fungsi yang didefinisikan

Lebih terperinci

FUNGSI GELOMBANG. Persamaan Schrödinger

FUNGSI GELOMBANG. Persamaan Schrödinger Persamaan Schrödinger FUNGSI GELOMBANG Kuantitas yang diperlukan dalam mekanika kuantum adalah fungsi gelombang partikel Ψ. Jika Ψ diketahui maka informasi mengenai kedudukan, momentum, momentum sudut,

Lebih terperinci

MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA

MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA A. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa memahami konsep tingkat tenaga dan pita tenaga untuk menerangkan perbedaan daya hantar listrik.. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (1-1)

BAB I PENDAHULUAN (1-1) BAB I PENDAHULUAN Penelitian tentang analisis system fisis vibrasi molekuler yang berada dalam pengaruh medan potensial Lenard-Jones atau dikenal pula dengan potensial 6-2 sudah dilakukan. Kajian tentang

Lebih terperinci

BAGIAN 1 PITA ENERGI DALAM ZAT PADAT

BAGIAN 1 PITA ENERGI DALAM ZAT PADAT 1.1. Partikel bermuatan BAGIAN 1 PITA ENERGI DALAM ZAT PADAT - Muatan elektron : -1,6 x 10-19 C - Massa elektron : 9,11 x 10-31 kg - Jumlah elektron dalam setiap Coulomb sekitar 6 x 10 18 buah (resiprokal

Lebih terperinci

I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu

I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu 1 Muatan Listrik Contoh klassik: Penggaris digosok-gosok pada kain kering tarik-menarik dengan

Lebih terperinci

tak-hingga. Lebar sumur adalah 4 angstrom. Berapakah simpangan gelombang elektron

tak-hingga. Lebar sumur adalah 4 angstrom. Berapakah simpangan gelombang elektron Tes Formatif 1 Petunjuk: Jawablah semua soal di bawah ini pada lembar jawaban yang disediakan! =============================================================== 1. Sebuah elektron ditempatkan dalam sebuah

Lebih terperinci

Ikatan dan Isomeri. Prof. Dr. Jumina Robby Noor Cahyono, S.Si., M.Sc.

Ikatan dan Isomeri. Prof. Dr. Jumina Robby Noor Cahyono, S.Si., M.Sc. Ikatan dan Isomeri Prof. Dr. Jumina Robby Noor Cahyono, S.Si., M.Sc. Susunan Elektron dalam Atom Mulai dikenalkan oleh Rutherford: Atom terdiri atas inti yg kecil & padat dan dikelilingi oleh elektron-elektron

Lebih terperinci

VI. Teori Kinetika Gas

VI. Teori Kinetika Gas VI. Teori Kinetika Gas 6.1. Pendahuluan dan Asumsi Dasar Subyek termodinamika berkaitan dengan kesimpulan yang dapat ditarik dari hukum-hukum eksperimen tertentu, dan memanfaatkan kesimpulan ini untuk

Lebih terperinci

BAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan.

BAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan. BAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan. Kriteria apa saa yang dapat digunakan untuk menentukan properti

Lebih terperinci

2. Deskripsi Statistik Sistem Partikel

2. Deskripsi Statistik Sistem Partikel . Deskripsi Statistik Sistem Partikel Formulasi statistik Interaksi antara sistem makroskopis.1. Formulasi Statistik Dalam menganalisis suatu sistem, kombinasikan: ide tentang statistik pengetahuan hukum-hukum

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2.

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2. BAB II DASAR TEORI A. Kemagnetan Bahan Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2: Diagram pengelompokan bahan magnet (Stancil &

Lebih terperinci

KB 2. Nilai Energi Celah. Model ini menjelaskan tingkah laku elektron dalam sebuah energi potensial yang

KB 2. Nilai Energi Celah. Model ini menjelaskan tingkah laku elektron dalam sebuah energi potensial yang KB. Nilai Energi Celah 1. Model Kronig-Penney Model ini menjelaskan tingkah laku elektron dalam sebuah energi potensial yang periodik, dengan menganggap energi potensial periodik itu merupakan deretan

Lebih terperinci

Chap 7. Gas Fermi Ideal

Chap 7. Gas Fermi Ideal Chap 7. Gas Fermi Ideal Gas Fermi pada Ground State Distribusi Fermi Dirac pada kondisi Ground State (T 0) memiliki perilaku: n p = e β ε p μ +1 1 ε p < μ 1 0 jika ε p > μ Hasil ini berarti: Seluruh level

Lebih terperinci

ATOM BERELEKTRON BANYAK

ATOM BERELEKTRON BANYAK ATOM BERELEKTRON BANYAK A. MODEL ATOM BOHR * Keunggulan Dapat menjelaskan adanya : 1. Kestabilan atom. Spektrum garis pada atom hidrogen (deret Lyman, Balmer, Paschen, Brackett, Pfund) * Kelemahan Tidak

Lebih terperinci

MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI

MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI edy wiyono 2004 PENDAHULUAN Pada umumnya atom tunggal tidak memiliki konfigurasi elektron yang stabil seperti gas mulia, maka atom atom

Lebih terperinci

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA Benda = Materi = bahan Wujud benda : 1) Padat 2) Cair 3) Gas Benda Padat 1. Mekanis kuat (tegar), sukar berubah bentuk, keras 2. Titik leleh tinggi 3. Sebagian konduktor

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN KAJIAN KOMPUTASI KUANTISASI SEMIKLASIK VIBRASI MOLEKULER SISTEM DIBAWAH PENGARUH POTENSIAL LENNARD-JONES (POTENSIAL 12-6)

LAPORAN PENELITIAN KAJIAN KOMPUTASI KUANTISASI SEMIKLASIK VIBRASI MOLEKULER SISTEM DIBAWAH PENGARUH POTENSIAL LENNARD-JONES (POTENSIAL 12-6) LAPORAN PENELITIAN KAJIAN KOMPUTASI KUANTISASI SEMIKLASIK VIBRASI MOLEKULER SISTEM DIBAWAH PENGARUH POTENSIAL LENNARD-JONES (POTENSIAL 1-6) Oleh : Warsono, M.Si Supahar, M.Si Supardi, M.Si FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Intan adalah salah satu jenis perhiasan yang harganya relatif mahal. Intan merupakan kristal yang tersusun atas unsur karbon (C). Intan berdasarkan proses pembentukannya

Lebih terperinci

= (2) Persamaan (2) adalah persamaan diferensial orde dua dengan akar-akar bilangan kompleks yang berlainan, solusinya adalah () =sin+cos (3)

= (2) Persamaan (2) adalah persamaan diferensial orde dua dengan akar-akar bilangan kompleks yang berlainan, solusinya adalah () =sin+cos (3) 2. Osilator Harmonik Pada mekanika klasik, salah satu bentuk osilator harmonik adalah sistem pegas massa, yaitu suatu beban bermassa m yang terikat pada salah satu ujung pegas dengan konstanta pegas k.

Lebih terperinci

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Komponen Materi Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Pengamatan ke Arah Pandangan Atomik Materi Konservasi Massa Komposisi Tetap Perbandingan Berganda Teori Atom Dalton Bagaimana Teori Dalton Menjelaskan Hukum

Lebih terperinci

Listrik Statik. Agus Suroso

Listrik Statik. Agus Suroso Listrik Statik Agus Suroso Muatan Listrik Ada dua macam: positif dan negatif. Sejenis tolak menolak, beda jenis tarik menarik. Muatan fundamental e =, 60 0 9 Coulomb. Atau, C = 6,5 0 8 e. Atom = proton

Lebih terperinci

SIFAT SIFAT ATOM DAN TABEL BERKALA

SIFAT SIFAT ATOM DAN TABEL BERKALA SIFAT SIFAT ATOM DAN TABEL BERKALA 1. Hukum Berkala dan Tabel Berkala SIFAT SIFAT HUKUM BERKALA Sifat - sifat hukum berkala melibatkan sifat yang di kenal sebagai volume atom yang dimana bobot atom suatu

Lebih terperinci

ANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor

ANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor ANALISIS VEKTOR Aljabar Vektor Operasi vektor Besaran yang memiliki nilai dan arah disebut dengan vektor. Contohnya adalah perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, dan momentum. Sementara itu, besaran

Lebih terperinci

Sifat-Sifat Umum Unsur Dra. Sri Wardhani, M.Si. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya

Sifat-Sifat Umum Unsur Dra. Sri Wardhani, M.Si. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Sifat-Sifat Umum Unsur Dra. Sri Wardhani, M.Si. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Pada akhir abad 18 dan awal abad 19 beberapa unsur telah ditemukan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Persamaan Schrödinger Persamaan Schrödinger merupakan fungsi gelombang yang digunakan untuk memberikan informasi tentang perilaku gelombang dari partikel. Suatu persamaan differensial

Lebih terperinci

APLIKASI BASIS L 2 LAGUERRE PADA INTERAKSI TOLAK MENOLAK ANTARA ATOM TARGET HIDROGEN DAN POSITRON. Ade S. Dwitama

APLIKASI BASIS L 2 LAGUERRE PADA INTERAKSI TOLAK MENOLAK ANTARA ATOM TARGET HIDROGEN DAN POSITRON. Ade S. Dwitama APLIKASI BASIS L 2 LAGUERRE PADA INTERAKSI TOLAK MENOLAK ANTARA ATOM TARGET HIDROGEN DAN POSITRON Ade S. Dwitama PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Austrian-Indonesian i Centre (AIC) for Computational ti lchemistry, Jurusan Kimia i. KIMIA KOMPUTASI Konsep Perhitungan Mekanika Kuantum 2 (Basis Set)

Austrian-Indonesian i Centre (AIC) for Computational ti lchemistry, Jurusan Kimia i. KIMIA KOMPUTASI Konsep Perhitungan Mekanika Kuantum 2 (Basis Set) Austrian Indonesian Centre (AIC) for Computational Chemistry Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KIMIA KOMPUTASI Konsep Perhitungan Mekanika Kuantum 2 (Basis Set) Drs. Iqmal Tahir, M.Si.

Lebih terperinci

Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya.

Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran proton (bermuatan positif) dan neutron

Lebih terperinci

MODUL 05 SPEKTRUM ATOM

MODUL 05 SPEKTRUM ATOM MODUL 05 SPEKTRUM ATOM dari DUA ELEKTRON : He, Hg Indah Darapuspa, Rizky Budiman,Tisa I Ariani, Taffy Ukhtia P, Dimas M Nur 10211008, 10211004, 1021354, 10213074, 10213089 Program Studi Fisika, Institut

Lebih terperinci

TEORI ORBITAL MOLEKUL

TEORI ORBITAL MOLEKUL Tugas Kelompok Mata Kuliah Kimia Anorganik TEORI ORBITAL MOLEKUL KELOMPOK V B EZZAR FITRIYANI ANWAR SAID ST. HUMAERAH SYARIF 12B160 12B160 12B16037 PROGRAM PASCASARJANA JURUSAN KIMIA UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD. BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET Hani Nurbiantoro Santosa, PhD hanisantosa@gmail.com 2 BAB 1 PENDAHULUAN Atom, Interaksi Fundamental, Syarat Matematika, Syarat Fisika, Muatan Listrik, Gaya Listrik, Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan energi (energy state) dari sebuah sistem potensial sumur berhingga. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. keadaan energi (energy state) dari sebuah sistem potensial sumur berhingga. Diantara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Ada beberapa metode numerik yang dapat diimplementasikan untuk mengkaji keadaan energi (energy state) dari sebuah sistem potensial sumur berhingga. Diantara metode-metode

Lebih terperinci

Struktur Atom dan Sistem Periodik

Struktur Atom dan Sistem Periodik Modul 1 Struktur Atom dan Sistem Periodik Drs. Ucu Cahyana, M.Si. M PENDAHULUAN odul Kimia Anorganik I merupakan suatu seri yang terdiri atas 9 modul. Dalam Modul 1 3, Anda akan mempelajari teori dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Atom Pion Atom pion sama seperti atom hidrogen hanya elektron nya diganti menjadi sebuah pion negatif. Partikel ini telah diteliti sekitar empat puluh tahun yang lalu, tetapi

Lebih terperinci

FT UNIVERSITAS SURABAYA VARIABEL KOMPLEKS SUGATA PIKATAN. Bab V Aplikasi

FT UNIVERSITAS SURABAYA VARIABEL KOMPLEKS SUGATA PIKATAN. Bab V Aplikasi Bab V Aplikasi Selain aplikasi yang sudah diperkenalkan di bab I, teori variabel kompleks masih memiliki banyak ragam aplikasi lainnya. Beberapa di antaranya akan dibahas di dalam bab ini. Perhitungan

Lebih terperinci

SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN. 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa

SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN. 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa diobservasi analog dengan foton. Panjang gelombang khas dari kebanyakan partikel

Lebih terperinci

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut : 1.1 Pengertian Persamaan Differensial Banyak sekali masalah terapan (dalam ilmu teknik, ilmu fisika, biologi, kimia, sosial, dan lain-lain), yang telah dirumuskan dengan model matematika dalam bentuk persamaan

Lebih terperinci

MATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga

MATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga MATERI PERKULIAHAN 3. Potensial Tangga Tinjau suatu partikel bermassa m, bergerak dari kiri ke kanan pada suatu daerah dengan potensial berbentuk tangga, seperti pada Gambar 1. Pada daerah < potensialnya

Lebih terperinci

BAB II A. KONSEP ATOM

BAB II A. KONSEP ATOM BAB II STRUKTURR DAN IKATAN ATOM BAB II STRUKTURR DAN IKATAN ATOM A. KONSEP ATOM Semua material tersusun oleh atom atom. Setiap atom terdiri dari inti atom(nukleus) dan elektron seperti ditunjukkann pada

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh:

II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh: 5 II LANDASAN TEORI 2.1 Keterkontrolan Untuk mengetahui persoalan sistem kontrol mungkin tidak ada, jika sistem yang ditinjau tidak terkontrol. Walaupun sebagian besar sistem terkontrol ada, akan tetapi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Hubungan antara koordinat kartesian dengan koordinat silinder:

LAMPIRAN. Hubungan antara koordinat kartesian dengan koordinat silinder: LAMPIRAN A.TRANSFORMASI KOORDINAT 1. Koordinat silinder Hubungan antara koordinat kartesian dengan koordinat silinder: Vector kedudukan adalah Jadi, kuadrat elemen panjang busur adalah: Maka: Misalkan

Lebih terperinci

PROPOSAL TUGAS AKHIR PENGARUH JUMLAH SUKU FOURIER PADA PENDEKATAN POLAR UNTUK SISTEM GEOMETRI KARTESIAN OLEH : IRMA ISLAMIYAH

PROPOSAL TUGAS AKHIR PENGARUH JUMLAH SUKU FOURIER PADA PENDEKATAN POLAR UNTUK SISTEM GEOMETRI KARTESIAN OLEH : IRMA ISLAMIYAH PROPOSAL TUGAS AKHIR PENGARUH JUMLAH SUKU FOURIER PADA PENDEKATAN POLAR UNTUK SISTEM GEOMETRI KARTESIAN OLEH : IRMA ISLAMIYAH 1105 100 056 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup:

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup: PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup: kristal semikonduktor intrinsik dan kristal semikonduktor ekstrinsik. Oleh karena itu, sebelum mempelajari modul

Lebih terperinci

Bab V Ikatan Kimia. B. Struktur Lewis Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit terluarnya. Gambaran terjadinya

Bab V Ikatan Kimia. B. Struktur Lewis Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit terluarnya. Gambaran terjadinya Bab V Ikatan Kimia Sebagian besar unsur yang ada di alam mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi (berikatan) dengan unsur lain. Hal itu dilakukan karena unsur tersebut ingin mencapai kestabilan. Cara

Lebih terperinci

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Getaran atom dalam zat padat dapat disebabkan oleh gelombang yang merambat pada Kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digelombang yang digunakan dan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 2 STRUKTUR ATOM PERKEMBANGAN TEORI ATOM

BAB 2 STRUKTUR ATOM PERKEMBANGAN TEORI ATOM BAB 2 STRUKTUR ATOM PARTIKEL MATERI Bagian terkecil dari materi disebut partikel. Beberapa pendapat tentang partikel materi :. Menurut Democritus, pembagian materi bersifat diskontinyu ( jika suatu materi

Lebih terperinci

BAB 3 IKATAN KRISTAL. 3.1 Macam-Macam Ikatan Kristal

BAB 3 IKATAN KRISTAL. 3.1 Macam-Macam Ikatan Kristal BAB 3 IKATAN KRISTAL Zat padat berdasarkan susunan atomnya dapat diklasifikasikan atas kristal dan amorf. Sebuah kristal mempunyai susunan atom yang teratur sehingga dapat berbentuk kubus, tetragonal atau

Lebih terperinci

ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN

ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika Vol. 0, No. 02 (207) 28 33 Departemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN LIU KIN MEN *, SETIANTO, BAMBANG

Lebih terperinci

PROJEK 2 PENCARIAN ENERGI TERIKAT SISTEM DI BAWAH PENGARUH POTENSIAL SUMUR BERHINGGA

PROJEK 2 PENCARIAN ENERGI TERIKAT SISTEM DI BAWAH PENGARUH POTENSIAL SUMUR BERHINGGA PROJEK PENCARIAN ENERGI TERIKAT SISTEM DI BAWAH PENGARUH POTENSIAL SUMUR BERHINGGA A. PENDAHULUAN Ada beberapa metode numerik yang dapat diimplementasikan untuk mengkaji keadaan energi terikat (bonding

Lebih terperinci

BAB 4 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN. 3.2 Peralatan

BAB 4 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN. 3.2 Peralatan 4 3.2 Peralatan..(9) dimana,, dan.(10) substitusi persamaan (10) ke persamaan (9) maka diperoleh persamaan gelombang soliton DNA model PBD...(11) agar persamaan (11) dapat dipecahkan sehingga harus diterapkan

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA BAB 3. Pada pelajaran bab tiga ini akan dipelajari tentang ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam.

IKATAN KIMIA BAB 3. Pada pelajaran bab tiga ini akan dipelajari tentang ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam. BAB 3 IKATAN KIMIA Gambar 3.1 Kisi Kristal Senyawa NaCl. Sumber: amparan Dunia Ilmu Time life Pada pelajaran bab tiga ini akan dipelajari tentang ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam. Ikatan Kimia

Lebih terperinci

Chap 7a Aplikasi Distribusi. Fermi Dirac (part-1)

Chap 7a Aplikasi Distribusi. Fermi Dirac (part-1) Chap 7a Aplikasi Distribusi Fermi Dirac (part-1) Teori Bintang Katai Putih Apakah bintang Katai Putih Bintang yg warnanya pudar/pucat krn hanya memancarkan sedikit cahaya krn supply hidrogennya sudah tinggal

Lebih terperinci

Chap. 8 Gas Bose Ideal

Chap. 8 Gas Bose Ideal Chap. 8 Gas Bose Ideal Model: Gas Foton Foton adalah Boson yg tunduk kepada distribusi BE. Model: Foton memiliki frekuensi ω, rest mass=0, spin 1ħ Energi E=ħω dan potensial kimia =0 Momentum p = ħ k, dengan

Lebih terperinci

Ze r. sin. Operator Hamiltonian untuk atom polielektron dengan x elektron: (spin-orbit coupling diabaikan): Ze r

Ze r. sin. Operator Hamiltonian untuk atom polielektron dengan x elektron: (spin-orbit coupling diabaikan): Ze r ˆ H E Operator Hamiltonian untuk atom hidrogen: H 1-elektron Operator Hamiltonian untuk atom polielektron dengan x elektron: (spin-orbit coupling diabaikan): H x-elektron Persamaan Schrödinger untuk atom

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI THOMAS-FERMI UNTUK MENENTUKAN PROFIL KERAPATAN DAN ENERGI ATOM HIDROGEN, ATOM LITIUM, DAN MOLEKUL!!

APLIKASI TEORI THOMAS-FERMI UNTUK MENENTUKAN PROFIL KERAPATAN DAN ENERGI ATOM HIDROGEN, ATOM LITIUM, DAN MOLEKUL!! APLIKASI TEORI THOMAS-FERMI UNTUK MENENTUKAN PROFIL KERAPATAN DAN ENERGI ATOM HIDROGEN, ATOM LITIUM, DAN MOLEKUL 1 Renny Anwariyati, Irfan Wan Nendra, Wipsar Sunu Brams Dwandaru Laboratorium Fisika Teori

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

Mengenal Sifat Material. Teori Pita Energi

Mengenal Sifat Material. Teori Pita Energi Mengenal Sifat Material Teori Pita Energi Ulas Ulang Kuantisasi Energi Planck : energi photon (partikel) bilangan bulat frekuensi gelombang cahaya h = 6,63 10-34 joule-sec De Broglie : Elektron sbg gelombang

Lebih terperinci

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang ingkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang Perhatikan fungsi z = f(x, y) pada = {(x, y) : a x b, c y d} Bentuk partisi P atas daerah berupa n buah persegipanjang

Lebih terperinci

Bab I Teori Atom Bohr dan Mekanika Kuantum

Bab I Teori Atom Bohr dan Mekanika Kuantum Bab I Teori Atom Bohr dan Mekanika Kuantum Model atom Rutherford Model atom Schrodinger Model atom Bohr Sumber: Encarta Encclopedia, 005 Teori atom berkembang mulai dari teori atom Rutherford, Bohr, sampai

Lebih terperinci

STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK Kimia SMK KELAS X SEMESTER 1 SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO

STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK Kimia SMK KELAS X SEMESTER 1 SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK Kimia SMK KELAS X SEMESTER 1 SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO SK DAN KD Standar Kompetensi Mengidentifikasi struktur atom dan sifat-sifat periodik pada tabel periodik unsur Kompetensi

Lebih terperinci

Fungsi Gamma. Pengantar Matematika Teknik Kimia. Muthia Elma

Fungsi Gamma. Pengantar Matematika Teknik Kimia. Muthia Elma Fungsi Gamma Pengantar Matematika Teknik Kimia Muthia Elma Fungsi Gamma Defenisi Merupakan salah satu fungsi khusus yang biasanya disajikan dalam pembahasan kalkulus tingkat lanjut Dalam aplikasinya fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung dan memperkuat tujuan penelitian. Landasan teori yang dimaksud

Lebih terperinci

FUNGSI GELOMBANG DAN RAPAT PROBABILITAS PARTIKEL BEBAS 1D DENGAN MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICOLSON

FUNGSI GELOMBANG DAN RAPAT PROBABILITAS PARTIKEL BEBAS 1D DENGAN MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICOLSON FUNGSI GELOMBANG DAN RAPAT PROBABILITAS PARTIKEL BEBAS 1D DENGAN MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICOLSON Rif ati Dina Handayani 1 ) Abstract: Suatu partikel yang bergerak dengan momentum p, menurut hipotesa

Lebih terperinci

16 Mei 2017 Waktu: 120 menit

16 Mei 2017 Waktu: 120 menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) Tingkat Nasional Bidang Fisika: FISIKA MODERN & MEKANIKA KUANTUM (Tes 4) 16 Mei 2017 Waktu: 120 menit Petunjuk

Lebih terperinci