1. Ubahlah pernyataan ke dalam berikut ke dalam bentuk Jika p maka q.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. Ubahlah pernyataan ke dalam berikut ke dalam bentuk Jika p maka q."

Transkripsi

1 Diskusi Kelompok (I) Waktu: 100 menit Selasa, 23 September 2008 Pengajar: Hilda Assiyatun, Djoko Suprijanto 1. Ubahlah pernyataan ke dalam berikut ke dalam bentuk Jika p maka q. (a) Mahasiswa perlu membawakan tas dosen untuk mendapat nilai A. (b) Angin dari utara menandakan musim kemarau. (c) Syarat cukup agar garansi komputer berlaku adalah komputer tersebut dibeli kurang dari setahun yang lalu. (d) Kamu dapat mengakses website hanya jika kamu berlangganan internet. 2. Misalkan I(x) dan C(x, y) mendefinisikan pernyataan-pernyataan berikut. I(x) : x mempunyai akses internet, C(x, y) : x dan y chatting di internet, dengan semesta untuk x dan y adalah himpunan semua mahasiswa di kelas matematika diskrit. Tuliskan kembali pernyataan-pernyataan berikut dengan menggunakan kuantor dan simbol di atas. (a) Tidak semua mahasiswa di kelas mempunyai akses internet. (b) Ada mahasiswa di kelas yang mempunyai akses internet tetapi tidak pernah chatting. (c) Setiap mahasiswa di kelas yang mempunyai akses internet sudah pernah chatting dengan sedikitnya seorang teman sekelasnya. (d) Terdapat dua mahasiswa yang belum pernah chatting dengan orang yang sama di kelas. 3. Misalkan x R. Buktikan bahwa terdapat tepat sebuah bilangan n dan ɛ sedemikian sehingga x = n + ɛ, dengan n bilangan bulat dan 0 ɛ < Sebatang coklat berbentuk persegi panjang terdiri atas n persegi (bujursangkar), dengan n 1. Coklat dapat dipotong sepanjang garis vertikal atau horizontal untuk mendapatkan potongan coklat berbentuk persegi panjang yang lebih kecil. Tentukan berapa kali pemotongan harus dilakukan agar kita memperoleh n potong coklat berbentuk persegi kecil.

2 Solusi Diskusi Kelompok (I) Selasa, 23 September (a) Jika mahasiswa mendapat A maka dia (pernah) membawakan tas dosen. (b) Jika angin (bertiup) dari utara maka (sekarang) musim kemarau. (c) Jika komputer dibeli kurang dari satu tahun lalu maka garansinya berlaku. (d) Jika kamu dapat mengakses internet maka kamu berlangganan internet. 2. (a) Terdapat x sehingga I(x). Atau x I(x). (b) Terdapat x sehingga I(x) dan C(x, y) untuk setiap y, (y = x). Atau x I(x) C(x, y), y, (y = x). Atau x y, (y = x), I(x) C(x, y). (c) Jika I(x) maka terdapat y sehingga C(x, y). Atau I(x) = y C(x, y). Atau untuk semua x terdapat y, (y = x, ) sehingga I(x) C(x, y). Atau x, y, (y = x) I(x) C(x, y). (d) Terdapat x dan y sehingga untuk setiap z, (z = x, z = y), (C(x, z) C(y, z)). Atau x, y (C(x, z) C(y, z)), z, (z = x, z = y). Atau x, y C(x, z) C(y, z)), z, (z = x, z = y). 3. Misalkan x R. Pilih n = x, dan pilih ɛ = x n = x x. Jelas bahwa n dan ɛ bernilai tunggal, dimana n bilangan bulat dan 0 ɛ < 1. Diperoleh bahwa ɛ = x n = x x x = n + ɛ. 4. Akan dibuktikan dengan menggunakan induksi kuat. Misalkan proposisi ini P(n), n N adalah: banyaknya pemotongan yang dibutuhkan adalah n 1. Langkah basis: Jika n = 1, jelas bahwa dibutuhkan 0 pemotongan untuk mendapatkan 1 persegi. Jadi P(1) benar. Langkah induktif: Misalkan P( j) benar untuk setiap 1 j k. Akan ditunjukkan P(k + 1) benar. Pandang coklat C yang terdiri dari k + 1 persegi. Asumsikan C memuat sedikitnya 2 kolom, karena k Potong sepanjang salah satu kolom, sehingga diperoleh dua potong coklat, sebut C 1 dan C 2, masingmasing terdiri dari k 1 dan k 2 persegi, dimana k 1 + k 2 = k + 1, dan k 1, k 2 < k + 1. Berdasarkan hipotesis induksi, C i, i = 1, 2, dapat dipecah menjadi k i persegi melalui k i 1 pemotongan. Akibatnya C dapat dipecah menjadi k + 1 persegi melalui 1 + (k 1 1) + (k 2 1) = k 1 + k 2 1 = k pemotongan. Jadi terbukti P(k + 1) benar. Dengan demikian terbukti P(n) benar untuk setiap n N. 2

3 Solusi Diskusi Kelompok II Waktu: 100 menit Selasa, 28 Oktober 2008 Pengajar: Hilda Assiyatun, Djoko Suprijanto 1. Ada 51 rumah di sebuah jalan. Setiap rumah diberi nomor berupa bilangan yang dipilih mulai dari 1000 sampai dengan Tunjukkan bahwa ada dua buah rumah yang nomornya adalah dua bilangan yang berurutan. Jawab: Perhatikan 50 kotak berikut beserta labelnya yang diberikan pada lajur bawah. (1000,1001) (1002,1003) (1004,1005) (1098,1099) Masukkan ke-51 nomor rumah ke dalam kotak yang labelnya memuat nomor tersebut. Perhatikan bahwa setiap kotak hanya bisa diisi oleh paling banyak dua nomor. Karena kotak lebih sedikit dari nomor rumah, berdasarkan PHP, terdapat kotak yang berisi dua nomor rumah, yaitu yang merupakan dua bilangan berurutan. 2. Tentukan banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari (1 juta) yang hasil penjumlahan digit-digitnya kurang dari 16. Jawab: Kita ubah dulu persyaratan bulat positif menjadi bulat nonnegatif. Bilangan yang diinginkan mempunyai paling banyak enam digit. Perhatikan bahwa bilangan yang kurang dari enam digit dapat dituliskan dalam enam digit, dimana digitdigit awalnya adalah 0. Misalkan bilangan tersebut adalah x 1 x 2 x 3 x 4 x 5 x 6, dengan x i bilangan bulat nonnegatif, untuk i = 1, 2,..., 6. Maka banyaknya bilangan bulat nonnegatif yang dicari adalah sama dengan banyaknya solusi bulat nonnegatif dari x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 + x 6 < 16, dengan x i 9. (1) Untuk selanjutnya, setiap varibel yang kita gunakan selalu diasumsikan bilangan bulat nonnegatif. Perhatikan dua pertaksamaan di bawah ini, x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 + x 6 < 16, x i 0. (2) x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 + x 6 < 16, terdapat x i > 9. (3) Banyaknya solusi (1) adalah banyaknya solusi (2) dikurangi banyaknya solusi (3). Pertaksamaan (2) dapat diselesaikan dengan menambahkan variabel baru y yang bernilai bulat positif. x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 + x 6 + y = 16. (4) Definisikan z = y 1. Maka z adalah bilangan bulat nonnegatif.

4 Akibatnya, banyaknya solusi bulat nonnegatif dari (2) adalah sama dengan banyaknya solusi bulat nonnegatif dari x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 + x 6 + (z + 1) = 16 x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 + x 6 + z = 15. (5) Banyaknya solusi bulat nonnegatif dari (2) adalah C(15 + (7 1), 15) = C(21, 15) = C(21, 6) = Untuk pertaksamaan (3), perhatikan bahwa hanya ada tepat satu x i yang boleh bernilai lebih dari 9. Untuk sementara kita misalkan x Maka banyaknya solusi dari (3) sama dengan 6 kali banyaknya solusi dari persamaan di bawah ini (karena x 1 dapat digantikan oleh x i yang lain, i = 2,..., 6.) x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 + x 6 + y = 16, x 1 10, y 1. (6) Dengan cara serupa seperti pada penyelesaian (1), kita peroleh bahwa banyaknya solusi untuk (6) adalah C(5 + (7 1), 5) = C(11, 5) = 462. Jadi banyaknya solusi untuk (3) adalah = Dengan demikian banyaknya solusi untuk (1) adalah C(21, 6) 6C(11, 5) = = Terkait dengan bilangan yang sedang kita cacah, satu solusi dari (1) harus dibuang, yaitu saat x i = 0, untuk semua i, karena solusi ini berpadanan dengan bilangan 0. Jadi banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari (1 juta) yang hasil penjumlahan digit-digitnya kurang dari 16 adalah C(21, 6) 6C(11, 5) 1 = = Catatan: Cara lain untuk menghitung banyaknya solusi bulat nonnegatif dari (2) adalah dengan menambahkan variabel baru y yang bernilai bulat nonnegatif, yang akan menghasilkan C(22, 6) solusi. Kemudian kurangi dengan banyaknya solusi bulat nonnegatif dimana y = 0, yaitu C(21, 5). Jadi banyaknya solusi untuk (2) adalah juga C(22, 6) C(21, 5). 3. Buktikan identitas berikut dengan menggunakan argumentasi kombinatorik: ( ) 2n = n ( ) n ( ) n ( ) n 2. n Jawab: Ruas kiri adalah banyaknya cara memilih n orang dari n pria dan n wanita. Pemilihan ini dapat dilakukan dengan memilih r pria dari n, dilanjutkan dengan memilih n r wanita dari n, dimana r = 0, 1,..., n. Dengan demikian, ( ) ( )( ) ( )( ) ( )( ) ( )( ) 2n n n n n n n n n = n 0 n 1 n 1 2 n 2 n 0 ( )( ) ( )( ) ( )( ) ( )( ) n n n n n n n n = n n ( ) n 2 ( ) n 2 ( ) n 2 = n Kesamaan kedua kita peroleh dari fakta bahwa 2 ( ) ( ) n n =. k n k

5 4. Sebuah uang logam dilempar sebanyak lima kali. Berapakah peluang sedikitnya dua gambar muncul jika diketahui pada lemparan pertama yang muncul adalah angka? Jawab: Misalkan saat uang logam ditos lima kali E adalah kejadian sedikitnya dua gambar muncul dan F adalah kejadian lemparan pertama adalah angka. Maka kejadian sedikitnya dua gambar muncul, diketahui angka muncul pada lemparan pertama dapat dinyatakan sebagai kejadian (E F). Jika S adalah ruang sampel maka S = 2 5 = 32, sedangkan Jadi P(E) = = Akibatnya P(E F) = E = 2 5 C(5, 0) C(5, 1) = = 26, F = 2 4 = 16, E F = 2 4 C(4, 0) C(4, 1) = = , P(F) = 32 = , dan P(E F) = 32. P(E F) P(F) = 11/32 1/2 =

6 Solusi Diskusi Kelompok III Waktu: 100 menit Selasa, 18 November 2008 Pengajar: Hilda Assiyatun, Djoko Suprijanto 1. Misalkan a n, n 0, menyatakan banyaknya barisan biner dengan panjang n yang memiliki dua suku 0 berturutan. Buktikan bahwa barisan {a n } n 0 memenuhi relasi rekuren a n = a n 1 + a n n 2, untuk n 2, dengan a 0 = a 1 = 0. (Petunjuk: perhatikan dua suku terakhir.) Jawab: Misalkan barisan biner dengan panjang n, n 0, yang memiliki dua suku 0 berturutan kita sebut sebagai barisan biner-00. Barisan biner-00, dengan panjang n, n 2, dapat dibedakan menjadi 4 jenis, berdasarkan dua suku terakhirnya, yaitu berakhiran 01, 11, 10, atau 00. Perhatikan bahwa: dua jenis yang pertama, berakhiran 01 dan 11, dapat dibangun dari barisan biner-00 dengan panjang n 1, dengan cara menambahkan suku terakhir 1, jenis yang berakhiran 10 dapat diperoleh dari barisan biner-00 dengan panjang n 2, dengan cara menambahkan dua suku terakhir 10, jenis yang berakhiran 00 didapat dari semua barisan biner dengan panjang n 2 dengan cara menambahkan dua suku terakhir 00. Dari uraian diatas jelas bahwa, dimana a 0 = a 1 = Tentukan solusi dari relasi rekuren a n = a n 1 + a n n 2, untuk n 2, a n = 2a n 1 + 3a n n, untuk n 2, dengan a 0 = 0, a 1 = 2. Jawab: Persamaan karakteristik untuk bentuk homogen relasi diatas adalah r 2 2r 3 = 0 (r 3)(r + 1) = 0. Jadi solusi umum bentuk homogen adalah a (h) n = A3 n + B( 1) n. (1) Karena 3 adalah akar dari persamaan karakteristik dengan multiplisitas 1, maka kita misalkan solusi khusus mempunyai bentuk a (p) n = αn3 n. Substitusikan bentuk ini ke dalam relasi rekuren, didapat, αn3 n = 2α(n 1)3 n 1 + 3α(n 2)3 n n αn3 n = 2 3 α(n 1)3n α(n 2)3n + 3 n.

7 Dengan menyamakan suku-suku sejenis kita peroleh ( 2 αn3 n = 3 α + 1 ) 3 α n3 n, dan 0 = ( 23 α 23 ) α n. Dari persamaan terakhir didapat α = 3 4. Jadi a (p) n = 3 4 n3n. (2) Dari (1) dan (2) diperoleh solusi umum relasi rekuren adalah a n = a (h) n Dari syarat awal kita dapatkan + a (p) n = A3 n + B( 1) n n3n. a 0 = A + B = 0 a 1 = 3A B = 2. Dengan menyelesaikan sistem persamaan diatas kita peroleh A = 1 16 dan B = Jadi a n = n ( 1)n n3n. 3. (a) Berikan sebuah interpretasi kombinatorik untuk koefisien x n dari fungsi pembangkit (x + x 2 + x ) k. Jawab: Koefisien x n adalah banyaknya cara mendistribusikan n objek ke dalam k kotak, dimana masing-masing kotak menerima sedikitnya 1 objek. Atau, koefisien x n adalah banyaknya solusi bilangan bulat persamaan x 1 + x x k = n, dengan x i 1. (b) Dengan menggunakan interpretasi pada bagian (a), tentukan koefisien tersebut. Jawab: Banyaknya solusi sama dengan banyaknya cara menempatkan k 1 pembatas diantara n 1 celah yang memisahkan n buah bintang. Jadi koefisien x n adalah C(n 1, k 1). Atau dengan mendefinisikan y i = x i 1, x 1 + x x k = n (y 1 + 1) + (y 2 + 1) + + (y k + 1) = n y 1 + y y k = n k, y i 0. Banyaknya solusi bilangan bulat untuk persamaan terakhir (koefisien x n ) adalah C(n k + (k 1), k 1) = C(n 1, k 1). 2

8 4. Diberikan relasi rekuren a n = a n 1 + 1, n 1, a 0 = 0. Buktikan bahwa fungsi pembangkit untuk barisan {a n } n 0 adalah G(x) = x (1 x) 2. Jawab: Misalkan fungsi pembangkit untuk {a n } n 0 adalah G(x) = n 0 a n x n. Dengan menggunakan relasi rekuren dan 1 1 x = n 0 x n, didapat a n = a n 1 + 1, n 1 a n x n = n 1 n 1 G(x) a 0 = x n 1 G(x) = x r 0 a n 1 x n + x n n 1 a n 1 x n 1 + x x n 1 n 1 a r x r + x x r r 0 G(x) = xg(x) + x 1 x G(x)(1 x) = x 1 x G(x) = x (1 x) 2. 3

9 Solusi Diskusi Kelompok (IV) Waktu: 100 menit Selasa, 9 Desember 2008 Pengajar: Hilda Assiyatun, Djoko Suprijanto 1. Hitunglah banyaknya cara mendistribusikan 8 buah bola berbeda ke dalam 3 buah kotak berbeda sedemikian sehingga setiap kotak terisi sedikitnya oleh 1 buah bola. Jawab: Setiap cara mendistribusikan bola ke dalam kotak seperti dalam soal berkorespondensi 1-1 dengan sebuah pemetaan pada (surjektif) dari himpunan A ke himpunan B, dimana A = 8 dan B = 3. Dengan demikian banyaknya cara mendistribusikan 8 buah bola berbeda ke dalam 3 buah kotak berbeda sedemikian sehingga setiap kotak terisi sedikitnya oleh 1 buah bola adalah sama dengan banyaknya pemetaan surjektif dari A ke B. Misalkan B = {1, 2, 3}, dan misalkan pula N(i) adalah banyaknya pemetaan tak surjektif dari A ke B dimana i B tidak mempunyai pasangan di A. Definisikan pula N(i, j), i = j, serta N(i, j, k), i = j = k, dengan cara serupa. Maka berdasarkan PIE, banyaknya pemetaan tak surjektif dari A ke B adalah N(1) + N(2) + N(3) N(1, 2) N(1, 3) N(2, 3) + N(1, 2, 3) = = 3(2 8 1). Banyaknya pemetaan surjektif dari A ke B sama dengan banyaknya pemetaan dari A ke B dikurangi banyaknya pemetaan tak surjektif dari A ke B. Jadi banyaknya surjektif dari A ke B adalah 3 8 3(2 8 1) = Dengan demikian banyaknya cara mendistribusikan 8 buah bola berbeda ke dalam 3 buah kotak berbeda sedemikian sehingga setiap kotak terisi sedikitnya oleh 1 buah bola adalah Misalkan A = ( 3, 3] R. Definisikan relasi pada A sebagai berikut: a b a = b. (a) Buktikan bahwa merupakan relasi ekivalen. Jawab: Jelas bahwa a = a, untuk setiap a A. Jadi a a, untuk setiap a A. Jadi refleksif. a b a = b b = a b a. Jadi simetris. Misalkan a b dan b c. Maka a = b dan b = c. Akibatnya a = c, atau a c. Jadi transitif. Karena bersifat refleksif, simetris, dan transitif, maka adalah relasi ekivalen. (b) Tentukan kelas ekivalen dari relasi. Jawab: Definisikan [i] = {a A a i}, untuk i = 2, 1, 0, 1, 2, 3. Maka [i] = {a A i 1 < a i}. Perhatikan bahwa ( 3, 3] = ( 3, 2] ( 2, 1] ( 1, 0] (0, 1] (1, 2] (2, 3] = [ 2] [ 1] [0] [1] [2] [3]. Jadi kelas ekivalen dari adalah [ 2], [ 1], [0], [1], [2], dan [3].

10 3. Daftarkan semua pasangan terurut dari poset yang diberikan oleh Diagram Hasse di bawah ini Jawab: Misalkan R adalah poset yang diberikan oleh diagram Hasse di atas. Maka R = {(a, a), (b, b), (c, c), (d, d), (e, e), (a, b), (b, c), (b, d), (d, e), (a, c), (a, d), (a, e), (b, e)}. 4. Misalkan R adalah relasi pada R yang didefinisikan sebagai (x, y) R xy 0. Periksa apakah R bersifat refleksif, simetris, anti-simetris, dan transitif. Jawab: Karena x 2 = xx 0, untuk setiap x R, maka (x, y) R. Jadi R refleksif. Karena xy 0 yx 0, untuk setiap x, y R, maka (x, y) R = (y, x) R. Jadi R simetris. Perhatikan bahwa 2 5 = Jadi (2, 5), (5, 2) R, tetapi 2 = 5. Jadi R tidak antisimetris. Perhatikan bahwa xy 0 jika dan hanya jika x dan y bertanda sama, atau salah satu dari x dan y sama dengan nol. Karena 5 0 = 0, maka ( 5, 0) R. Dengan alasan serupa (0, 3) R. Tetapi, ( 5, 3) / R. Jadi R tidak transitif. 2

11 Tes I Kamis, 25 September 2008 Waktu: 90 menit Pengajar: Hilda Assiyatun, Djoko Suprijanto 1. Kesimpulan apa yang dapat diambil dari pernyataan-pernyataan berikut ini? Berikan penjelasan untuk jawaban anda. (a) Jika saya main bola, maka saya akan deman keesokan harinya. Saya mandi dengan air hangat jika saya demam. Hari ini saya tidak mandi air hangat. (b) Setiap mahasiswa mempunyai akses internet. Hani tidak mempunyai akses internet. Magi mempunyai akses internet. 2. Buktikanlah pernyataan berikut ini. n ganjil 5n + 6 ganjil. 3. Untuk n bilangan bulat tak-negatif yang mana saja berlaku pertaksamaan 2n n? Buktikan! 4. Berikan definisi rekursif untuk barisan {a n }, n = 1, 2, 3,..., berikut ini. (a) a n = 5n. (b) a n = n(n + 1).

12 Solusi Tes I Kamis, 25 September 2008 Waktu: 90 menit Pengajar: Hilda Assiyatun, Djoko Suprijanto 1. (a) Diketahui a Saya main bola = saya demam keesokan harinya b Saya demam = saya mandi air hangat Hari ini saya tidak mandi air hangat. Berdasarkan kontrapositif implikasi [b], maka saya tidak demam. Akibatnya, berdasarkan kontrapositif implikasi [a], saya tidak main bola. Jadi kesimpulannya: kemarin saya tidak main bola. (b) Pernyataan Setiap mahasiswa mempunyai akses internet setara dengan implikasi x mahasiswa = x mempunyai akses internet. Hani tidak punya akses internet. Berdasarkan kontrapositif implikasi di atas, maka Hani bukan mahasiswa. Tidak ada yang bisa disimpulkan tentang Magi, dia bisa jadi mahasiswa, bisa juga bukan. 2. Akan ditunjukkan bahwa = n ganjil 5n + 6 ganjil. Misalkan n ganjil. Maka 5n ganjil (hasilkali dua bilangan ganjil adalah ganjil). Akibatnya 5n + 6 ganjil (hasiltambah bilangan genap dan bilangan ganjil adalah ganjil). 2

13 = Akan dibuktikan dengan metode kontradiksi. Andaikan n genap. Maka 5n genap (hasilkali bilangan ganjil dan bilangan genap adalah genap). Akibatnya 5n + 6 genap (hasiltambah dua bilangan genap adalah genap). Kontradiksi dengan diketahui 5n + 6 ganjil. 3. Akan dibuktikan dengan induksi lemah bahwa 2n n, n Z, n 4. Misalkan proposisi ini P(n), n Z, n 4 adalah: 2n n. Langkah basis: Jika n = 4, diperoleh 2(4) + 3 < < 16 Jadi P(4) benar. Langkah induktif: Misalkan P(k) benar untuk k 4. Akan ditunjukkan P(k + 1) benar. 2(k + 1) + 3 = (2k + 3) k k + 2 k = 2 k+1. Perhatikan bahwa ketaksamaan pertama didapat dengan menggunakan hipotesis induksi, sedangkan ketaksamaan kedua didapat dari hubungan 2 2 k, k 4. Jadi terbukti P(k + 1) benar. Dengan demikian terbukti P(n) benar untuk setiap n Z, n (a) a n = 5n, n = 1, 2,.... Beberapa suku pertama dari barisan ini adalah 5, 10, 15, Definisikan bentuk rekursif sebagai berikut: a 1 = 5, a n+1 = a n + 5, n = 1, 2, 3,... (b) a n = n(n + 1), n = 1, 2,.... Beberapa suku pertama dari barisan ini adalah 2, 6, 12, 20, Perhatikan bahwa selisih antara dua sukunya membentuk barisan 4, 6, 8,.... Definisikan bentuk rekursif sebagai berikut: a 1 = 2, a n+1 = a n + 2(n + 1), n = 1, 2, 3,... 3

14 Solusi Tes II Kamis, 30 Oktober 2008 Waktu: 100 menit Pengajar: Hilda Assiyatun, Djoko Suprijanto 1. (a) Tunjukkan bahwa jika enam bilangan dipilih dari 10 bilangan asli pertama, maka pasti terdapat dua bilangan yang hasil penjumlahannya 11. (b) Apakah kesimpulan di atas tetap benar jika dipilih lima bilangan? Jelaskan! Jawab: (a) Perhatikan 5 kotak berikut beserta labelnya yang diberikan pada lajur bawah. (1,10) (2,9) (3,8) (4,7) (5,6) Masukkan keenam bilangan yang dipilih ke dalam kotak yang labelnya memuat bilangan tersebut. Perhatikan bahwa setiap kotak hanya bisa diisi oleh paling banyak dua bilangan. Karena kotak lebih sedikit dari bilangan yang dipilih, berdasarkan PHP, terdapat kotak yang berisi dua bilangan, yaitu yang hasil tambahnya sama dengan 11. (b) Jika hanya dipilih 5 bilangan, kesimpulan ini tidak selalu benar. Contohnya jika yang dipilih adalah 1, 2, 4, 5, dan Pada sebaris kursi yang terdiri dari 10 kursi duduk empat orang. Setiap orang dari mereka tidak mau duduk bersebelahan dengan yang lainnya. Berapa banyaknya cara memilih kursi untuk keempat orang ini. (Petunjuk: perhatikan kursi yang tidak ditempati.) Jawab: Perhatikan 10 4 = 6 kursi yang kosong. Maka 4 kursi yang terisi bisa memilih tempat dari 7 celah diantara kursi-kursi kusong, termasuk di kedua ujung (lihat gambar). Jadi banyaknya cara memilih keempat kursi adalah C(7, 4) = C(7, 3) = Tentukan banyaknya solusi bulat tak-negatif dari persamaan Jawab: Kita bagi menjadi 3 kasus. x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 = 10, dengan x 1 2. (1) Jika x 1 = 0, maka persamaan di (1) menjadi x 2 + x 3 + x 4 + x 5 = 10, dengan banyaknya solusi bulat nonnegatif C(10 + (4 1), 3) = C(13, 3) = 286.

15 Jika x 1 = 1, maka persamaan di (1) menjadi x 2 + x 3 + x 4 + x 5 = 9, dengan banyaknya solusi bulat nonnegatif C(9 + (4 1), 3) = C(12, 3) = 220. Jika x 1 = 2, maka persamaan di (1) menjadi x 2 + x 3 + x 4 + x 5 = 8, dengan banyaknya solusi bulat nonnegatif C(8 + (4 1), 3) = C(11, 3) = 165. Dengan demikian banyaknya solusi bulat nonnegatif dari (1) adalah C(13, 3) + C(12, 3) + C(11, 3) = 671. Cara lain adalah dengan menghitung terlebih dulu banyaknya solusi bulat nonnegatif dari persamaan di (1), yaitu C(10 + (5 1), 4) = C(14, 4) = Kemudian kurangi dengan banyaknya solusi bulat nonnegatif dari x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 = 10, dengan x 1 3. (2) Untuk menghitung solusi dari (2), definisikan y = x 1 3. Maka x 1 + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 = 10, dengan x 1 3 (y + 3) + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 = 10, dengan y bulat nonnegatif. Persamaan terakhir ini mempunyai solusi sebanyak C(7 + (5 1), 4) = C(11, 4) = 330 Jadi banyaknya solusi bulat nonnegatif dari (1) adalah C(14, 4) C(11, 4) = Misalkan S = {1, 2,..., 20} dan T S dengan T = 4. Berapakah peluang bahwa T terdiri dari dua bilangan genap dan dua bilangan ganjil. Jawab: Misalkan S adalah ruang sampel dari pengambilan subhimpunan T beranggota 4 dari S. Maka S = C(20, 4). Misalkan E adalah kejadian T yang terambil memuat dua bilangan genap dan dua bilangan ganjil. Maka E = C(10, 2)C(10, 2). Maka p(e) = E (C(10, 2))2 = S C(20, 4) = =

16 Solusi Tes III Kamis, 20 November 2008 Waktu: 100 menit Pengajar: Hilda Assiyatun, Djoko Suprijanto 1. Berikan sebuah relasi rekuren untuk banyaknya cara untuk menutup suatu papan persegipanjang berukuran 2 n dengan menggunakan papan-papan kecil yang berukuran 1 2 dan 2 2, dengan n 0. Berikan argumentasi untuk jawaban anda. Jawab: Cara menutup papan berukuran 2 n, n 2, dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan potongan terakhir yang digunakan dan posisinya, yaitu 1 buah papan ukuran 1 2 dipasang horisontal, menutupi luas 2 1, atau 2 papan ukuran 1 2 dipasang vertikal, menutupi luas 2 2, atau 1 papan ukuran 2 2, menutupi luas 2 2. Dengan begitu, banyaknya jenis pertama adalah a n 1, sedangkan yang jenis kedua dan ketiga, masing-masing, adalah a n 2. Diperoleh relasi rekuren 2. Diberikan relasi rekuren a n = a n 1 + 2a n 2, n 2, dengan a 0 = a 1 = 1. a n = 8a n 2 16a n 4 + F(n). (a) Berikan solusi umum untuk bentuk homogen relasi di atas. Jawab: Persamaan karakteristik untuk bentuk homogen adalah r 4 8r = 0 (r 2 4) 2 = 0 (r 2) 2 (r + 2) 2 = 0. Karena terdapat dua akar berbeda, masing-masing dengan multiplisitas 2, maka solusi umum bentuk homogen adalah a (h) n = (A 0 + A 1 n)2 n + (B 0 + B 1 n)( 2) n. (b) Berikan bentuk umum untuk solusi khusus relasi di atas jika F(n) = n2 n. Jawab: Karena 2 adalah akar persamaan karakteristik dengan multiplisitas 2, maka bentuk umum solusi khusus adalah a (p) n = n 2 (C 0 + C 1 n)2 n.

17 3. (a) Tentukan fungsi pembangkit untuk barisan {a k } k 0, dimana a k adalah banyaknya solusi bilangan bulat dari x 1 + x 2 + x 3 = k, dengan x 1 3, 2 x 2 4, 0 x 3 5. Jawab: Fungsi pembangkit untuk masalah diatas adalah G(x) = (x 3 + x )(x 2 + x 3 + x 4 )(1 + x + x 2 + x 3 + x 4 + x 5 ). (b) Dengan menggunakan hasil bagian (a), tentukan a 7. Jawab: a 7 adalah koefisien x 7 di G. Karena x 7 = x n 1x n 2x n 3, dimana x n i diambil dari faktor ke-i di G, maka nilai yang mungkin untuk (n 1, n 2, n 3 ) adalah (3, 2, 2); (3, 3, 1); (3, 4, 0); (4, 2, 1); (4, 3, 0); (5, 2, 0). Jadi a 7 = Tentukan koefisien x 10 dari fungsi pembangkit x 2 (1 2x) 2. Jawab: Menurut Teorema Binomial Diperluas, 1 (1 2x) 2 = (1 2x) 2 = k=0 ( ) 2 ( 2) k x k, k dimana Jadi Akibatnya, ( ) 2 = k ( 2) ( 3) ( (k + 1)) k! 1 (1 2x) 2 = (1 2x) 2 = k=0 = (k + 1)( 1) k. (k + 1)2 k x k. x 2 (1 2x) 2 = x2 k=0 (k + 1)2 k x k = k=0 Dengan demikian koefisien x 10 adalah = 576. (k + 1)2 k x k+2. 2

18 Solusi Tes IV Kamis, 11 Desember 2008 Waktu: 100 menit Pengajar: Hilda Assiyatun, Djoko Suprijanto 1. Tentukan banyaknya permutasi dari 0, 1, 2,..., 9 yang diawali dengan digit 987, atau memuat digit 45 pada posisi ke-5 dan ke-6, atau diakhiri oleh digit 123. Jawab: Misalkan A adalah himpunan permutasi dari 0, 1, 2,..., 9 yang diawali dengan digit 987, B adalah himpunan permutasi dari 0, 1, 2,..., 9 yang memuat digit 45 pada posisi ke-5 dan ke-6, C adalah himpunan permutasi dari 0, 1, 2,..., 9 yang diakhiri oleh digit 123. Berdasarkan PIE, A B C = A + B + C A B A C B C + A B C = 7! + 8! + 7! 5! 4! 5! + 2! = Jadi banyaknya permutasi dari 0, 1, 2,..., 9 yang diawali dengan digit 987, atau memuat digit 45 pada posisi ke-5 dan ke-6, atau diakhiri oleh digit 123 adalah Misalkan R adalah relasi pada A = {1, 2, 3, 4} dengan R = {(1, 1), (1, 2), (2, 4)}. Tentukan suatu relasi ekivalen R pada A yang memuat R. Jawab: Agar R refleksif maka R {(i, i) i A}. Karena (1, 2), (2, 4) R, maka haruslah (1, 4) R agar R transitif. Agar R simetris maka R {(2, 1), (4, 2), (4, 1)}. Jadi R = {(1,1), (2, 2), (3, 3), (4, 4), (1,2), (2,4), (1, 4), (2, 1), (4, 2), (4, 1)}. 3. Misalkan relasi R pada himpunan A direpresentasikan oleh matriks Periksa apakah R suatu urutan parsial. Jika bukan urutan parsial tunjukkan sifatsifat apa saja yang gagal dipenuhi oleh R.

19 Jawab: Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan namakan matriks representasi di atas sebagai M R = [m i j ]. Karena m ii = 1, untuk semua i, ini berarti (x, x) R, untuk setiap x R. Jadi R refleksif. Perhatikan bahwa m 13 = m 31 = 1. Ini berarti (1, 3), (3, 1) R, tetapi jelas 1 = 3. Jadi R tidak antisimetris. Perhatikan bahwa m 13 = m 34 = 1, sedangkan m 14 = 0. Ini berarti (1, 3), (3, 4) R, tetapi (1, 4) / R. Jadi R tidak transitif. Dengan demikian R bukan urutan parsial. 4. Diberikan diagram Hasse berikut. (a) Tentukan elemen minimal dan elemen maksimal. Jawab: Misalkan S = {a, b, c, d, e, f, g, h, i, }, dan poset (S, ) direpresentasikan oleh Diagram Hasse di atas. Karena tidak terdapat x S, sehingga x a maka a adalah elemen minimal. Dengan alasan serupa b adalah juga elemen minimal. Karena tidak terdapat x S, sehingga i x maka i adalah elemen maksimal. Jadi elemen minimal adalah a dan b, sedangkan elemen maksimal adalah i. (b) Tentukan semua batas atas untuk {c, d, f }. Jawab: Misalkan A = {x S c x d x f x}. Maka A = {g, h, i}. Jadi batas atas untuk {c, d, f } adalah g, h, dan i. (c) Tentukan batas atas terkecil untuk {c, d, f }, jika ada. Jawab: Karena tidak terdapat y A sehingga y x, untuk setiap x A, maka {c, d, f } tidak mempunyai batas atas terkecil. (d) Tentukan batas bawah terbesar untuk {c, d, f }, jika ada. Jawab: Misalkan B = {x S x c x d x f }. Maka B = {b}. Karena b adalah satu-satunya batas bawah untuk {c, d, f } maka b adalah sekaligus batas bawah terbesar untuk {c, d, f }. (e) Tentukan sebuah rantai terpanjang yang diawali oleh a. Jawab: Perhatikan bahwa a e f g i, dan a e f h i. Jadi rantai terpanjang yang diawali oleh a adalah a, e, f, g, i atau a, e, f, h, i.

Perluasan permutasi dan kombinasi

Perluasan permutasi dan kombinasi Perluasan permutasi dan kombinasi Permutasi dengan pengulangan Kombinasi dengan pengulangan Permutasi dengan obyek yang tidak dapat dibedakan Distribusi obyek ke dalam kotak Permutasi dengan pengulangan

Lebih terperinci

RELASI BINER. 1. Hasil Kali Cartes

RELASI BINER. 1. Hasil Kali Cartes RELASI BINER 1. Hasil Kali Cartes Definisi: Misalkan A dan B adalah himpunan-himpunan tak kosong. Hasil kali Cartes dari A dan B yang dilambangkan A x B adalah himpunan A x B = {(x, y) x є A, y є B} Contoh

Lebih terperinci

CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION

CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION 5.1 MATHEMATICAL INDUCTION Jumlah n Bilangan Ganjil Positif 1 = 1 1 + 3 = 4 1 + 3 + 5 = 9 1 + 3 + 5 + 7 = 16 1 + 3 + 5 + 7 + 9 = 25 Tebakan: Jumlah dari n bilangan ganjil

Lebih terperinci

CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION

CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION CHAPTER 5 INDUCTION AND RECURSION 5.1 MATHEMATICAL INDUCTION Jumlah n Bilangan Ganjil Positif 1 = 1 1 + 3 = 4 1 + 3 + 5 = 9 1 + 3 + 5 + 7 = 16 1 + 3 + 5 + 7 + 9 = 25 Tebakan: Jumlah dari n bilangan ganjil

Lebih terperinci

STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH (PROBLEM SOLVING STRATEGIES) EDDY HERMANTO

STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH (PROBLEM SOLVING STRATEGIES) EDDY HERMANTO STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH (PROBLEM SOLVING STRATEGIES) EDDY HERMANTO Strategi Penyelesaian Masalah Beberapa Strategi Penyelesaian Masalah : 1. Membuat daftar Yang Teratur 2. Memisalkan Dengan Suatu

Lebih terperinci

6.3 PERMUTATIONS AND COMBINATIONS

6.3 PERMUTATIONS AND COMBINATIONS 6.3 PERMUTATIONS AND COMBINATIONS Pengaturan dengan urutan Sering kali kita perlu menghitung banyaknya cara pengaturan obyek tertentu dengan memperhatikan urutan maupun tanpa memperhatikan urutan. Contoh

Lebih terperinci

5.3 RECURSIVE DEFINITIONS AND STRUCTURAL INDUCTION

5.3 RECURSIVE DEFINITIONS AND STRUCTURAL INDUCTION 5.3 RECURSIVE DEFINITIONS AND STRUCTURAL INDUCTION Rekursif Ada kalanya kita mengalami kesulitan untuk mendefinisikan suatu obyek secara eksplisit. Mungkin lebih mudah untuk mendefinisikan obyek tersebut

Lebih terperinci

BAHAN AJAR TEORI BILANGAN. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

BAHAN AJAR TEORI BILANGAN. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN BAHAN AJAR TEORI BILANGAN DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN. 0212088701 PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO 2015 KATA PENGANTAR ب

Lebih terperinci

PENGANTAR TOPOLOGI. Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si EDISI PERTAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015

PENGANTAR TOPOLOGI. Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si EDISI PERTAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015 PENGANTAR TOPOLOGI EDISI PERTAMA Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015 by Matematika Sains 2012 UIN SGD, Copyright 2015 BAB 0. HIMPUNAN, RELASI, FUNGSI,

Lebih terperinci

INDUKSI MATEMATIS Drs. C. Jacob, M.Pd Pengantar Apakah suatu formula untuk jumlah dari n bilangan bulat positif ganjil

INDUKSI MATEMATIS Drs. C. Jacob, M.Pd Pengantar Apakah suatu formula untuk jumlah dari n bilangan bulat positif ganjil INDUKSI MATEMATIS Drs. C. Jacob, M.Pd Email: cjacob@upi.edu 3. Pengantar Apakah suatu formula untuk jumlah dari n bilangan bulat positif ganjil pertama? Jumlah dari n bilangan bulat ganjil positif pertama

Lebih terperinci

PERTEMUAN Relasi dan Fungsi

PERTEMUAN Relasi dan Fungsi 4-1 PERTEMUAN 4 Nama Mata Kuliah : Matematika Diskrit (3 SKS) Nama Dosen Pengampu : Dr. Suparman E-mail : matdis@netcourrier.com HP : 081328201198 Judul Pokok Bahasan Tujuan Pembelajaran : 4. Relasi dan

Lebih terperinci

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat menggunakan operasi pada himpunan untuk memecahkan masalah dan mengidentifikasi suatu himpunan

Lebih terperinci

Contoh-contoh soal induksi matematika

Contoh-contoh soal induksi matematika Contoh-contoh soal induksi matematika Buktikan bahwa 2 n > n + 20 untuk setiap bilangan bulat n 5. (i) Basis induksi : Untuk n = 5, kita peroleh 2 5 > 5 + 20 adalah suatu pernyataan yang benar. (ii) Langkah

Lebih terperinci

6 Sistem Persamaan Linear

6 Sistem Persamaan Linear 6 Sistem Persamaan Linear Pada bab, kita diminta untuk mencari suatu nilai x yang memenuhi persamaan f(x) = 0. Pada bab ini, masalah tersebut diperumum dengan mencari x = (x, x,..., x n ) yang secara sekaligus

Lebih terperinci

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA K1 Kelas X matematika PEMINATAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami bentuk-bentuk persamaan

Lebih terperinci

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Himpunan dan Fungsi Dr Rizky Rosjanuardi P PENDAHULUAN ada modul ini dibahas konsep himpunan dan fungsi Pada Kegiatan Belajar 1 dibahas konsep-konsep dasar dan sifat dari himpunan, sedangkan pada

Lebih terperinci

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351)

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351) II. SISTEM BILANGAN RIIL Handout Analisis Riil I (PAM 351) Sifat Aljabar (Aksioma Lapangan) dari Bilangan Riil Bagian ini akan membicarakan struktur aljabar bilangan riil dengan terlebih dahulu memberikan

Lebih terperinci

Daftar Isi 5. DERET ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. Dosen FMIPA - ITB September 26, 2011

Daftar Isi 5. DERET ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. Dosen FMIPA - ITB   September 26, 2011 (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. September 26, 2011 Diberikan sejumlah terhingga bilangan a 1,..., a N, kita dapat menghitung jumlah a 1 + + a N. Namun,

Lebih terperinci

Selamat Datang. MA 2151 Matematika Diskrit. Semester I 2008/2009

Selamat Datang. MA 2151 Matematika Diskrit. Semester I 2008/2009 Selamat Datang di MA 2151 Matematika Diskrit Semester I 2008/2009 Hilda Assiyatun & Djoko Suprijanto 1 Referensi Pustaka Kenneth H. Rosen, Discrete Mathematics and its Applications, 5 th edition. On the

Lebih terperinci

5.3 RECURSIVE DEFINITIONS AND STRUCTURAL INDUCTION

5.3 RECURSIVE DEFINITIONS AND STRUCTURAL INDUCTION 5.3 RECURSIVE DEFINITIONS AND STRUCTURAL INDUCTION Rekursif Ada kalanya kita mengalami kesulitan untuk mendefinisikan suatu obyek secara eksplisit. Mungkin lebih mudah untuk mendefinisikan obyek tersebut

Lebih terperinci

Mendeskripsikan Himpunan

Mendeskripsikan Himpunan BASIC STRUCTURE 2.1 SETS Himpunan Himpunan adalah koleksi tak terurut dari obyek, yang disebut anggota himpunan Notasi. a A : a adalah anggota himpunan A a A : a bukan anggota himpunan A Contoh 1. Himpunan

Lebih terperinci

Matriks. Contoh matriks simetri. Matriks zero-one (0/1) adalah matriks yang setiap elemennya hanya bernilai 0 atau 1. Contoh matriks 0/1:

Matriks. Contoh matriks simetri. Matriks zero-one (0/1) adalah matriks yang setiap elemennya hanya bernilai 0 atau 1. Contoh matriks 0/1: MATRIKS & RELASI Matriks Matriks adalah adalah susunan skalar elemenelemen dalam bentuk baris dan kolom. Matriks A yang berukuran dari m baris dan n kolom (m n) adalah: A = a a M a 2 m a a a 2 22 M m 2

Lebih terperinci

CHAPTER 8. Advanced Counting Techniques

CHAPTER 8. Advanced Counting Techniques CHAPTER 8 Advanced Counting Techniques Banyak problem counting yang tidak dapat dipecahkan dengan menggunakan hanya aturan dasar, kombinasi, permutasi, dan aturan sarang merpati. Misalnya: Ada berapa banyak

Lebih terperinci

DEFINISI Kombinatorial adalah cabang matematika untuk menghitung jumlah penyusunan objek-objek tanpa harus mengenumerasi semua kemungkinan susunannya.

DEFINISI Kombinatorial adalah cabang matematika untuk menghitung jumlah penyusunan objek-objek tanpa harus mengenumerasi semua kemungkinan susunannya. KOMBINATORIAL DEFINISI Kombinatorial adalah cabang matematika untuk menghitung jumlah penyusunan objek-objek tanpa harus mengenumerasi semua kemungkinan susunannya. ENUMERASI Sebuah sandi-lewat (password)

Lebih terperinci

DEFINISI Kombinatorial adalah cabang matematika untuk menghitung jumlah penyusunan objek-objek tanpa harus mengenumerasi semua kemungkinan susunannya.

DEFINISI Kombinatorial adalah cabang matematika untuk menghitung jumlah penyusunan objek-objek tanpa harus mengenumerasi semua kemungkinan susunannya. KOMBINATORIAL DEFINISI Kombinatorial adalah cabang matematika untuk menghitung jumlah penyusunan objek-objek tanpa harus mengenumerasi semua kemungkinan susunannya. ENUMERASI Sebuah sandi-lewat (password)

Lebih terperinci

Aljabar Linier Lanjut. Kuliah 1

Aljabar Linier Lanjut. Kuliah 1 Aljabar Linier Lanjut Kuliah 1 Materi Kuliah (Review) Multiset Matriks Polinomial Relasi Ekivalensi Kardinal Aritmatika 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 2 Multiset Definisi Misalkan S himpunan

Lebih terperinci

LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT. Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA.

LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT. Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA. LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA PONDOK CINA, MARET 2004 0 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I STRUKTUR ALJABAR...

Lebih terperinci

KOMBINATORIKA. Berapa banyak cara menyusun sebuah bilangan yang terdiri dari empat buah angka yang tidak mengandung angka yang berulang?

KOMBINATORIKA. Berapa banyak cara menyusun sebuah bilangan yang terdiri dari empat buah angka yang tidak mengandung angka yang berulang? P a g e 1 KOMBINATORIKA Beberapa prinsip penting dalam menyelesaikan masalah kombinatorika yaitu permutasi dan kombinasi, prinsip inklusi-eksklusi, koefisien binomial, prinsip sarang merpati (pigeon hole

Lebih terperinci

MA5032 ANALISIS REAL

MA5032 ANALISIS REAL (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. August 16, 2011 Pada bab ini anda diasumsikan telah mengenal dengan cukup baik bilangan asli, bilangan bulat, dan bilangan

Lebih terperinci

Pengantar Analisis Real

Pengantar Analisis Real Modul Pengantar Analisis Real Dr Endang Cahya, MA, MSi P PENDAHULUAN ada Modul ini disajikan beberapa topik pengantar mata kuliah Analisis Real, yang terbagi dalam beberapa kegiatan belajar yang harus

Lebih terperinci

INF-104 Matematika Diskrit

INF-104 Matematika Diskrit Teori Bilangan Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah April 13, 2013 Metode pembuktian untuk pernyataan perihal bilangan bulat adalah induksi matematik. Induksi matematik merupakan teknik pembuktian yang baku

Lebih terperinci

BAB I TEORI KETERBAGIAN DALAM BILANGAN BULAT

BAB I TEORI KETERBAGIAN DALAM BILANGAN BULAT BAB I TEORI KETERBAGIAN DALAM BILANGAN BULAT. Pendahuluan Well-Ordering Principle Jika S himpunan bagian dari himpunan bilangan bulat positif yang tidak kosong, maka S memiliki sebuah unsur terkecil. Unsur

Lebih terperinci

PERANAN INDUKSI MATEMATIKA DALAM PEMBUKTIAN MATEMATIKA

PERANAN INDUKSI MATEMATIKA DALAM PEMBUKTIAN MATEMATIKA PERANAN INDUKSI MATEMATIKA DALAM PEMBUKTIAN MATEMATIKA Riani Rilanda NIM : 13505051 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung e-mail : if15051@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Kombinatorial. Pendahuluan. Definisi. Kaidah Dasar Menghitung. Sesi 04-05

Kombinatorial. Pendahuluan. Definisi. Kaidah Dasar Menghitung. Sesi 04-05 Pendahuluan Kombinatorial Sesi 04-05 Sebuah sandi-lewat (password) panjangnya 6 sampai 8 karakter. Karakter boleh berupa huruf atau angka. Berapa banyak kemungkinan sandi-lewat yang dapat dibuat? abcdef

Lebih terperinci

Induksi Matematika. Metode pembuktian untuk pernyataan perihal bilangan bulat adalah induksi matematik.

Induksi Matematika. Metode pembuktian untuk pernyataan perihal bilangan bulat adalah induksi matematik. Induksi Matematika Metode pembuktian untuk pernyataan perihal bilangan bulat adalah induksi matematik. Misalkan p(n) adalah pernyataan yang menyatakan: Jumlah bilangan bulat positif dari 1 sampai n adalah

Lebih terperinci

Matematika Diskrit 1

Matematika Diskrit 1 Dr. Ahmad Sabri Universitas Gunadarma Pendahuluan Apakah Matematika Diskrit itu? Matematika diskrit adalah kajian terhadap objek/struktur matematis, di mana objek-objek tersebut diasosiasikan sebagai nilai-nilai

Lebih terperinci

MA3051 Pengantar Teori Graf. Semester /2014 Pengajar: Hilda Assiyatun

MA3051 Pengantar Teori Graf. Semester /2014 Pengajar: Hilda Assiyatun MA3051 Pengantar Teori Graf Semester 1 2013/2014 Pengajar: Hilda Assiyatun Bab 1: Graf dan subgraf Graf G : tripel terurut VG, E G, ψ G ) V G himpunan titik (vertex) E G himpunan sisi (edge) ψ G fungsi

Lebih terperinci

8/29/2014. Kode MK/ Nama MK. Matematika Diskrit 2 8/29/2014

8/29/2014. Kode MK/ Nama MK. Matematika Diskrit 2 8/29/2014 Kode MK/ Nama MK Matematika Diskrit 1 8/29/2014 2 8/29/2014 1 Cakupan Himpunan, Relasi dan fungsi Kombinatorial Teori graf Pohon (Tree) dan pewarnaan graf 3 8/29/2014 3 KOMBINATORIAL Tujuan 1.Mahasiswa

Lebih terperinci

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu II KONSEP DASAR GRUP Suatu cabang matematika yang mempelajari struktur aljabar dinamakan aljabar abstrak abstract algebra Sistem aljabar algebraic system terdiri dari suatu himpunan obyek satu atau lebih

Lebih terperinci

4. Pencacahan. Pengantar. Aturan penjumlahan (sum rule) Aturan penjumlahan Yang Diperumum. Aturan Perkalian (Product Rule)

4. Pencacahan. Pengantar. Aturan penjumlahan (sum rule) Aturan penjumlahan Yang Diperumum. Aturan Perkalian (Product Rule) 4. Pencacahan Pengantar Pencacahan (counting) adalah bagian dari matematika kombinatorial. Matematika kombinatorial berkaitan dengan pengaturan sekumpulan objek. Pencacahan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

SILABUS MATEMATIKA KEMENTERIAN

SILABUS MATEMATIKA KEMENTERIAN SILABUS OLIMPIADE MATEMATIKA INTERNASIONAL UNTUK SELEKSI OLIMPIADE SAINS NASIONAL TINGKAT KABUPATEN/KOTA, PROVINSI, DAN NASIONAL MATEMATIKA KEMENTERIAN Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat

Lebih terperinci

MATEMATIKA DISKRIT BAB 2 RELASI

MATEMATIKA DISKRIT BAB 2 RELASI BAB 2 RELASI Kalau kita mempunyai himpunan A ={Edi, Tini, Ali, Diah} dan himpunan B = {Jakarta, Bandung, Surabaya}, kemudian misalnya Edi bertempat tinggal di Bandung, Tini di Surabaya, Ali di Jakarta,

Lebih terperinci

KALKULUS (Relasi) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

KALKULUS (Relasi) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. KALKULUS (Relasi) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. Relasi Relasi biner R antara himpunan A dan B adalah himpunan bagian dari A B. Notasi: R (A B). a R b adalah notasi untuk (a, b) R, yang

Lebih terperinci

RELASI FUNGSI. (Kajian tentang karakteristik, operasi, representasi fungsi)

RELASI FUNGSI. (Kajian tentang karakteristik, operasi, representasi fungsi) Outline RELASI DAN FUNGSI (Kajian tentang karakteristik, operasi, representasi fungsi) Drs., M.App.Sc PS. Pendidikan Matematika FKIP PS. Sistem Informasi University of Jember Indonesia Jember, 2009 Outline

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

Kombinatorial. Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diskrit Oleh: Rinaldi Munir. Program Studi Teknik Informatika ITB

Kombinatorial. Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diskrit Oleh: Rinaldi Munir. Program Studi Teknik Informatika ITB Kombinatorial Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diskrit Oleh: Rinaldi Munir Program Studi Teknik Informatika ITB 1 Pendahuluan Sebuah kata-sandi (password) panjangnya 6 sampai 8 karakter. Karakter boleh berupa

Lebih terperinci

1 INDUKSI MATEMATIKA

1 INDUKSI MATEMATIKA 1 INDUKSI MATEMATIKA Induksi Matematis Induksi matematis merupakan teknik pembuktian yang baku di dalam matematika. Melalui induksi matematis maka dapat mengurangi langkah-langkah pembuktian bahwa semua

Lebih terperinci

Pertemuan 14. Kombinatorial

Pertemuan 14. Kombinatorial Pertemuan 14 Kombinatorial 1 Pendahuluan Sebuah kata-sandi (password) panjangnya 6 sampai 8 karakter. Karakter boleh berupa huruf atau angka. Berapa banyak kemungkinan kata-sandi yang dapat dibuat? abcdef

Lebih terperinci

KOMBINATORIAL STRUKTUR DISKRIT K-1. Program Studi Teknik Komputer Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

KOMBINATORIAL STRUKTUR DISKRIT K-1. Program Studi Teknik Komputer Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia. STRUKTUR DISKRIT K-1 KOMBINATORIAL Program Studi Teknik Komputer Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia Suryadi MT Struktur Diskrit 1 Pendahuluan Sebuah password panjangnya 6 sampai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan permasalahan, seperti definisi dan teorema yang dijadikan landasan dalam penelitian ini. 2.1 Graf Graf

Lebih terperinci

Metode pembuktian untuk proposisi yang berkaitan dengan bilangan bulat adalah induksi matematik.

Metode pembuktian untuk proposisi yang berkaitan dengan bilangan bulat adalah induksi matematik. Induksi Matematika Metode pembuktian untuk proposisi yang berkaitan dengan bilangan bulat adalah induksi matematik. Contoh: 1. Buktikan bahwa jumlah n bilangan bilangan bulat positif pertama adalah n(n

Lebih terperinci

Kombinatorial. Matematika Deskrit. Sirait, MT 1

Kombinatorial. Matematika Deskrit. Sirait, MT 1 Kombinatorial Matematika Deskrit By @Ir.Hasanuddin Sirait, MT 1 Pendahuluan Sebuah sandi-lewat (password) panjangnya 6 sampai 8 karakter. Karakter boleh berupa huruf atau angka. Berapa banyak kemungkinan

Lebih terperinci

Diktat Kuliah. Oleh:

Diktat Kuliah. Oleh: Diktat Kuliah TEORI GRUP Oleh: Dr. Adi Setiawan UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015 Kata Pengantar Aljabar abstrak atau struktur aljabar merupakan suatu mata kuliah yang menjadi kurikulum nasional

Lebih terperinci

2 BARISAN BILANGAN REAL

2 BARISAN BILANGAN REAL 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah menengah barisan diperkenalkan sebagai kumpulan bilangan yang disusun menurut "pola" tertentu, misalnya barisan aritmatika dan barisan geometri. Biasanya barisan dan

Lebih terperinci

Combinatorics dan Counting

Combinatorics dan Counting CHAPTER 6 COUNTING Combinatorics dan Counting Kombinatorik Ilmu yang mempelajari pengaturan obyek Bagian penting dari Matematika Diskrit Mulai dipelajari di abad 17 Enumerasi Penghitungan obyek dengan

Lebih terperinci

Matematika Diskret. Mahmud Imrona Rian Febrian Umbara RELASI. Pemodelan dan Simulasi

Matematika Diskret. Mahmud Imrona Rian Febrian Umbara RELASI. Pemodelan dan Simulasi Matematika Diskret Mahmud Imrona Rian Febrian Umbara Pemodelan dan Simulasi RELASI 1 9/26/2017 Hasil Kali Kartesian Hasil kali kartesian antara himpunan A dan himpunan B, ditulis AxB adalah semua pasangan

Lebih terperinci

Suku Banyak. A. Pengertian Suku Banyak B. Menentukan Nilai Suku Banyak C. Pembagian Suku Banyak D. Teorema Sisa E. Teorema Faktor

Suku Banyak. A. Pengertian Suku Banyak B. Menentukan Nilai Suku Banyak C. Pembagian Suku Banyak D. Teorema Sisa E. Teorema Faktor Bab 5 Sumber: www.in.gr Setelah mempelajari bab ini, Anda harus mampu menggunakan konsep, sifat, dan aturan fungsi komposisi dalam pemecahan masalah; menggunakan konsep, sifat, dan aturan fungsi invers

Lebih terperinci

KALKULUS (Relasi Ekivalen) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

KALKULUS (Relasi Ekivalen) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. KALKULUS (Relasi Ekivalen) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. Relasi Ekivalen Relasi ekivalen digunakan untuk merelasikan obyek-obyek yang memiliki kemiripan dalam suatu hal tertentu. Definisi.

Lebih terperinci

SOAL-JAWAB MATEMATIKA PENCACAHAN

SOAL-JAWAB MATEMATIKA PENCACAHAN SOAL-JAWAB MATEMATIKA PENCACAHAN Soal 1 Tersedia angka-angka 1, 2, 3, 7, 8, 9. a) Dari angka-angka tersebut disusun bilangan terdiri dari tiga angka berbeda. Berapa banyaknya bilangan yang dapat disusun?

Lebih terperinci

Relasi dan Fungsi. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Relasi Fungsi Daerah asal (domain) Daerah kawan (kodomain) Daerah hasil (range)

Relasi dan Fungsi. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Relasi Fungsi Daerah asal (domain) Daerah kawan (kodomain) Daerah hasil (range) Bab Relasi dan Fungsi A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR Kompetensi Dasar Setelah mengikuti pembelajaran ini siswa mampu: 1. Memiliki motivasi internal, kemampuan bekerjasama, konsisten, sikap

Lebih terperinci

2 BILANGAN PRIMA. 2.1 Teorema Fundamental Aritmatika

2 BILANGAN PRIMA. 2.1 Teorema Fundamental Aritmatika Bilangan prima telah dikenal sejak sekolah dasar, yaitu bilangan yang tidak mempunyai faktor selain dari 1 dan dirinya sendiri. Bilangan prima memegang peranan penting karena pada dasarnya konsep apapun

Lebih terperinci

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Nasional Tutur Widodo

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Nasional Tutur Widodo Tutur Widodo OSN Matematika SMA 01 Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 01 Seleksi Tingkat Nasional Tutur Widodo 1. Diketahui bangun persegi panjang berukuran 4 6 dengan beberapa ruas garis, seperti pada

Lebih terperinci

Kode MK/ Nama MK. Cakupan 8/29/2014. Himpunan, Relasi dan fungsi Kombinatorial. Teori graf. Pohon (Tree) dan pewarnaan graf. Matematika Diskrit

Kode MK/ Nama MK. Cakupan 8/29/2014. Himpunan, Relasi dan fungsi Kombinatorial. Teori graf. Pohon (Tree) dan pewarnaan graf. Matematika Diskrit 8/29/24 Kode MK/ Nama MK Matematika Diskrit 8/29/24 Cakupan Himpunan, Relasi dan fungsi Kombinatorial Teori graf Pohon (Tree) dan pewarnaan graf 2 8/29/24 8/29/24 Relasi dan Fungsi Tujuan Mahasiswa memahami

Lebih terperinci

Oleh : Winda Aprianti

Oleh : Winda Aprianti Oleh : Winda Aprianti Relasi Definisi Relasi Relasi antara himpunan A dan himpunan B merupakan himpunan yang berisi pasangan terurut yang mengikuti aturan tertentu (relasi biner). Relasi biner R antara

Lebih terperinci

22 Matematika Diskrit

22 Matematika Diskrit .. Relasi Ekivalen Definisi : Sebuah relasi pada sebuah himpunan A disebut relasi ekivalen jika dan hanya jika relasi tersebut bersifat refleksif, simetris dan transitif. Dua elemen yang dihubungkan dengan

Lebih terperinci

Produk Cartesius Relasi Relasi Khusus RELASI

Produk Cartesius Relasi Relasi Khusus RELASI Produk Cartesius Relasi Relasi Khusus RELASI Jika A dan B masing-masing menyatkan himpunan yang tidak kosong, maka produk Cartesius himpunan A dan B adalah himpunan semua pasangan terutut (x,y) dengan

Lebih terperinci

Pendahuluan. abcdef aaaade a123fr. erhtgahn yutresik ????

Pendahuluan. abcdef aaaade a123fr. erhtgahn yutresik ???? Kombinatorial 1 Percobaan! Melampar dadu! Berapa saja angka yang muncul? Memilih 4 wakil dari kelas ini! Berapa kemungkinan perwakilan yang dapat dibentuk? Menyusun 5 huruf dari a,b,c,d,e, tidak boleh

Lebih terperinci

EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN

EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN 1 EKSPLORASI BILANGAN Fokus eksplorasi bilangan ini adalah mencari pola dari masalah yang disajikan. Mencari pola merupakan bagian penting dari pemecahan masalah

Lebih terperinci

Matriks. Contoh matriks simetri. Matriks zero-one (0/1) adalah matriks yang setiap elemennya hanya bernilai 0 atau 1. Contoh matriks 0/1:

Matriks. Contoh matriks simetri. Matriks zero-one (0/1) adalah matriks yang setiap elemennya hanya bernilai 0 atau 1. Contoh matriks 0/1: MATRIKS & RELASI Matriks Matriks adalah adalah susunan skalar elemenelemen dalam bentuk baris dan kolom. Matriks A yang berukuran dari m baris dan n kolom (m n) adalah: A a a a 2 m a a a 2 22 m2 a a a

Lebih terperinci

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. September 12, 2011 Teorema 11 pada Bab 3 memberi kita cara untuk menyelidiki kekonvergenan sebuah barisan tanpa harus mengetahui

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI 1 HIMPUNAN BILANGAN. Dosen : Fitri Yulianti, SP. MSi

MATEMATIKA EKONOMI 1 HIMPUNAN BILANGAN. Dosen : Fitri Yulianti, SP. MSi MATEMATIKA EKONOMI 1 HIMPUNAN BILANGAN Dosen : Fitri Yulianti, SP. MSi Skema Himpunan Kompleks Real Rasional Bulat Cacah Asli Genap Ganjil Prima Komposit Nol Bulat Negatif Pecahan Irasional Imajiner Pengertian

Lebih terperinci

KALKULUS (Relasi Ekivalen) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

KALKULUS (Relasi Ekivalen) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. KALKULUS (Relasi Ekivalen) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. Relasi Ekivalen Relasi ekivalen digunakan untuk merelasikan obyek-obyek yang memiliki kemiripan dalam suatu hal tertentu. Definisi.

Lebih terperinci

BAB 2 RELASI. 1. Produk Cartesian

BAB 2 RELASI. 1. Produk Cartesian BAB 2 RELASI 1. Produk Cartesian Notasi-notasi yang digunakan dari produk cartesian : (a, b) pasangan terurut dari elemen a dan b; (a 1, a 2,, a n ) n-tuple dari elemen-elemen a 1,, a n ; A x B = {(a,

Lebih terperinci

Matematika Teknik INVERS MATRIKS

Matematika Teknik INVERS MATRIKS INVERS MATRIKS Dalam menentukan solusi suatu SPL selama ini kita dihadapkan kepada bentuk matriks diperbesar dari SPL. Cara lain yang akan dikenalkan disini adalah dengan melakukan OBE pada matriks koefisien

Lebih terperinci

MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 9-10 METODE KONTRADIKSI & METODE KONTRAPOSISI (c) Hendra Gunawan (2015) 2 Metode Pembuktian Lainnya Pada bab-bab sebelumnya kita telah

Lebih terperinci

KONGRUENSI PADA SUBHIMPUNAN BILANGAN BULAT

KONGRUENSI PADA SUBHIMPUNAN BILANGAN BULAT KONGRUENSI PADA SUBHIMPUNAN BILANGAN BULAT Paridjo Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pancasakti Tegal muhparidjo@gmail.com Abstrak Himpunan bilangan bulat dilambangkan dengan sistem bilangan Real

Lebih terperinci

9.1 RELATIONS AND THEIR PROPERTIES

9.1 RELATIONS AND THEIR PROPERTIES CHAPTER 9 RELATION 9. RELATIONS AND THEIR PROPERTIES 2 Relasi Hubungan antar anggota himpunan direpresentasikan dengan menggunakan struktur yang disebut relasi. Untuk mendeskripsikan relasi antar anggota

Lebih terperinci

Induksi Matematik Program Studi Teknik Informatika STEI - ITB

Induksi Matematik Program Studi Teknik Informatika STEI - ITB Induksi Matematik Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diskrit Oleh: Rinaldi Munir Program Studi Teknik Informatika STEI - ITB 1 Metode pembuktian untuk proposisi yang berkaitan dengan bilangan bulat adalah

Lebih terperinci

TEKNIK MEMBILANG. b T U V W

TEKNIK MEMBILANG. b T U V W TEKNIK MEMBILANG Berikut ini teknik-teknik (cara-cara) membilang atau menghitung banyaknya anggota ruang sampel dari suatu eksperimen tanpa harus mendaftar seluruh anggota ruang sampel tersebut. A. Prinsip

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUKTIAN. (Yus Mochamad Cholily)

TEKNIK PEMBUKTIAN. (Yus Mochamad Cholily) TEKNIK PEMBUKTIAN (Yus Mochamad Cholily) Pembuktian merupakan aktifitas yang tidak bisa dipisahkan dengan Matematika. Hal ini disebabkan produk matematika pada umumnya berbentuk teorema yang harus dibuktikan

Lebih terperinci

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 01 MATEMATIKA SMA/MA PETUNJUK UNTUK PESERTA: 1. Tes terdiri dari dua bagian. Tes bagian pertama terdiri dari 0 soal isian singkat dan tes

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2014

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2014 SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2014 Waktu : 210 Menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT

Lebih terperinci

PEWARNAAN GRAF: POLINOMIAL KROMATIK DAN TEOREMA INVERSI MOBIUS

PEWARNAAN GRAF: POLINOMIAL KROMATIK DAN TEOREMA INVERSI MOBIUS PEWARNAAN GRAF: POLINOMIAL KROMATIK DAN TEOREMA INVERSI MOBIUS Nurul Miftahul Jannah, Dr. Agung Lukito, M.S. Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 009 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 00 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL BAGIAN PERTAMA Disusun oleh : Solusi Olimpiade Matematika Tk Provinsi 009 Bagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bilangan Bulat Bilangan Bulat merupakan bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga negatif dari bilangan

Lebih terperinci

BAB II KETERBAGIAN. 1. Mahasiswa bisa memahami pengertian keterbagian. 2. Mahasiswa bisa mengidentifikasi bilangan prima

BAB II KETERBAGIAN. 1. Mahasiswa bisa memahami pengertian keterbagian. 2. Mahasiswa bisa mengidentifikasi bilangan prima BAB II KETERBAGIAN 2.1 Pendahuluan Pada pertemuan minggu ke-3, dan 4 ini dibahas konsep keterbagian, algoritma pembagian dan bilangan prima pada bilangan bulat. Relasi keterbagian pada himpunan semua bilangan

Lebih terperinci

Logika Matematika. Logika Matematika. Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah. September 26, 2012

Logika Matematika. Logika Matematika. Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah. September 26, 2012 Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah September 26, 2012 Cara menentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk dengan menggunakan tabel kebenaran, yaitu dengan membagi beberapa bagian (kolom). Nilai kebenarannya

Lebih terperinci

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Provinsi. Tutur Widodo. Bagian Pertama : Soal Isian Singkat

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Provinsi. Tutur Widodo. Bagian Pertama : Soal Isian Singkat Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 013 Seleksi Tingkat Provinsi Tutur Widodo Bagian Pertama : Soal Isian Singkat 1. Diberikan tiga lingkaran dengan radius r =, yang saling bersinggungan. Total luas dari

Lebih terperinci

Mendeskripsikan Himpunan

Mendeskripsikan Himpunan BASIC STRUCTURE 2.1 SETS Himpunan Himpunan adalah koleksi tak terurut dari obyek, yang disebut anggota himpunan Notasi. a A : a adalah anggota himpunan A a A : a bukan anggota himpunan A Contoh 1. Himpunan

Lebih terperinci

SOLUSI OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI TAHUN 2004

SOLUSI OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI TAHUN 2004 SOLUSI OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI TAHUN 004 A. ISIAN SINGKAT. Setiap muka sebuah kubus diberi bilangan seperti pada gambar. Kemudian setiap titik sudut diberi bilangan yang merupakan hasil penjumlahan

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS PREVIEW KALKULUS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu: menyebutkan konsep-konsep utama dalam kalkulus dan contoh masalah-masalah yang memotivasi konsep tersebut; menjelaskan menyebutkan konsep-konsep

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT

MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT Penulis : Nelly Indriani Widiastuti S.Si., M.T. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 011 6 INDUKSI MATEMATIKA JUMLAH PERTEMUAN

Lebih terperinci

Pertemuan Ke 2 SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST.,MT

Pertemuan Ke 2 SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST.,MT Pertemuan Ke SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST,MT Pendahuluan Suatu sistem persamaan linier (atau himpunan persaman linier simultan) adalah satu set persamaan dari sejumlah unsur yang tak diketahui

Lebih terperinci

Relasi & Fungsi. Kuliah Matematika Diskrit 20 April Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

Relasi & Fungsi. Kuliah Matematika Diskrit 20 April Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada Relasi & Fungsi Kuliah Matematika Diskrit 20 April 2006 Hasil Kali Kartesian Misalkan A dan B adalah himpunan-himpunan. Hasil kali Kartesian A dengan B (simbol: A x B) adalah himpunan semua pasangan berurutan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN INDUKSI MATEMATIKA Di dalam Matematika, sebuah pernyataan atau argumen dan bahkan sebuah rumus sekalipun tidak hanya sekedar dibaca.

PENDAHULUAN INDUKSI MATEMATIKA Di dalam Matematika, sebuah pernyataan atau argumen dan bahkan sebuah rumus sekalipun tidak hanya sekedar dibaca. PENDAHULUAN INDUKSI MATEMATIKA Di dalam Matematika, sebuah pernyataan atau argumen dan bahkan sebuah rumus sekalipun tidak hanya sekedar dibaca. Karena hampir semua rumus dan hukum yang berlaku tidak tercipta

Lebih terperinci

Bundel Soal. Elektroteknik. Semester 3 Tahun 2013/2014. tambahan Matematika Diskrit (ET 2012)

Bundel Soal. Elektroteknik. Semester 3 Tahun 2013/2014. tambahan Matematika Diskrit (ET 2012) Tim Penyusun Bundel Soal Elektroteknik Semester 3 Kementerian Kesejahteraan Anggota Kementerian Kewirausahaan Bundel Soal Elektroteknik Semester 3 Tahun 2013/2014 tambahan Matematika Diskrit (ET 2012)

Lebih terperinci

Relasi Rekursi. Matematika Informatika 4. Onggo

Relasi Rekursi. Matematika Informatika 4. Onggo Relasi Rekursi Matematika Informatika 4 Onggo Wiryawan @OnggoWr Definisi Definisi 1 Suatu relasi rekursi untuk sebuah barisan {a n } merupakan sebuah rumus untuk menyatakan a n ke dalam satu atau lebih

Lebih terperinci

HIMPUNAN MAHASISWA MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKIP UTARA UNIT III BULAKSUMUR P.O.

HIMPUNAN MAHASISWA MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKIP UTARA UNIT III BULAKSUMUR P.O. HIMPUNAN MAHASISWA MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKIP UTARA UNIT III BULAKSUMUR P.O. BOX BLS 2 YOGYAKARTA5528 lmnas@ugm.ac.id http://lmnas.fmipa.ugm.ac.id

Lebih terperinci

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan BAGIAN KEDUA Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan 51 52 Hendra Gunawan Pengantar Analisis Real 53 6. FUNGSI 6.1 Fungsi dan Grafiknya Konsep fungsi telah dipelajari oleh Gottfried Wilhelm von Leibniz

Lebih terperinci

Pembahasan OSN SMP Tingkat Nasional Tahun 2013 Bidang Matematika Oleh Tutur Widodo

Pembahasan OSN SMP Tingkat Nasional Tahun 2013 Bidang Matematika Oleh Tutur Widodo Pembahasan OSN SMP Tingkat Nasional Tahun 01 Bidang Matematika Oleh Tutur Widodo 1. Diketahui f adalah suatu fungsi sehingga f(x) + f Carilah nilai x yang memenuhi f(x) = f( x). ( ) 1 x = x untuk setiap

Lebih terperinci