TEKNIK MEMBILANG. b T U V W

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEKNIK MEMBILANG. b T U V W"

Transkripsi

1 TEKNIK MEMBILANG Berikut ini teknik-teknik (cara-cara) membilang atau menghitung banyaknya anggota ruang sampel dari suatu eksperimen tanpa harus mendaftar seluruh anggota ruang sampel tersebut. A. Prinsip Perkalian I Perhatikan ilustrasi berikut ini andaikan a 1 c 1 b T U V W c 2 a 2 c 3 H1 = {a 1 a 2 } adalah macam jalur jalan dari kota T ke V H2 = {b} adalah macam jalur jalan dari kota U ke V H3 = {c 1 c 2 c 3 } adalah macam jalur jalan dari kota V ke W Macamnya jalur jalan yang dapat dilewati dari kota T ke kota W melewati kota U dan V adalah S={a 1 bc 1, a 1 bc 1, a 1 bc 1, a 1 bc 1, a 1 bc 1, a 1 bc 1 } = H 1. H 2. H 3 perhatikan bahwa banyaknya jalur yang dimaksudkan adalah n(s) = 5 = = n(h 1 ). n(h 2 ). n(h 3 ). Dengan gambaran tersebut kesimpulan yang diperoleh adalah Jika ada 2 jalur dari kota T ke U 1 jalur dari kota U ke V 3 Jalur dari kota V ke W Maka ada = 6 jalur jalan yang dapat ditempuh dari kota T ke kota W melewati kota U dan V secara umum berlaku prinsip perkalian. 1

2 B. Prinsip Perkalian II Jika adalah banyaknya cara untuk mengambil keputusan adalah banyaknya cara untuk mengambil keputusan adalah banyaknya cara untuk mengambil keputusan Maka ada : adalah banyaknya cara untuk mengambil keputusan cara untuk mengambil semua keputusan. Setelah mengenai prinsip perkalian ini, perhitungan ruang sampel untuk 2 contoh sebelumnya, dapat digambarkan seperti berikut : Dari Obyek Eksperimen * + 1) Membuat nomor undian terdiri dari 3 angka 2) Menyusun bilangan-bilangan terdiri dari 3 angka yang angka-angkanya saling berlainan. Untuk Contoh 1 5 cara 1 5 cara 2 5 cara * S 5 2

3 Perhatikan bahwa : dapat diperoleh dari urutan pertama 5 cara dikalikan urutan kedua 5 cara dan urutan ketiga 5 cara, yakni : Untuk contoh 2 4 cara 3 cara 5 cara = e = e = e 3 H= {1,2,3,4,5} = e = e 59 Diagram = e 60 3 S Perhatikan bahwa : dapat diperoleh dari urutan pertama 5 cara dikalikan urutan kedua 4 cara dan urutan ketiga 3 cara, yakni : Contoh Penggunaan Prinsip Perkalian Lainnya Ada berapa cara kita dapat menyusun bilangan genap terdiri dari 4 angka yang angka-angkanya saling berlainan? Jawab : 3

4 Pada soal tersebut yang dimaksud dengan objek eksperimen adalah * + dan eksperimennya adalah menyusun nomor undian berupa bilangan genap tiga angka yang angka-angkanya saling berlainan. Untuk mempersingkat penjelasan dan mempermudah pemahaman diambil kesempatan bahwa penulisan himpunan seperti { 0, 1, 2, 3 } yang dimaksud adalah sama dengan { 0, 1, 3, 4 }. Jika u 1, u 2, u 3, u 4 berturut-turut menyatakan urutan angka-angka yang mungkin pada urutan pertama, kedua, ketiga, dan keempat maka u 4 yang mungkin adalah angka-angka 0, 2, 4, 6, 8. u 1 u 2 u 3 u Diagram 3 Cara 1 ( dengan penalaran lengkap ). Jika maka untuk menuliskan angka-angka pada ada 9 cara sebab * + ada 8 cara sebab salah satu unsur dari * yang menempati. ada 7 cara sebab 2 unsur diantara * yang menempati dan. + sudah ada + sudah ada Jika maka untuk menuliskan angka-angka pada ada 8 cara sebab * + ada 8 cara sebab salah satu unsur dari * nol sudah ada di + selain 4

5 ada 7 cara sebab unsur dari * + selain nol sudah ada yang menempati dan. Demikian seterusnya. Jika maka untuk menuliskan angka-angka pada ada 8 cara sebab * + ada 8 cara sebab salah satu unsur dari * + selain nol sudah ada di ada 7 cara sebab unsur dari * + selain nol sudah ada yang menempati dan. Demikian seterusnya. Dengan demikian maka : Jika maka angka urutan ke 1 2 dan 3 dapat dipilih dalam cara. Jika maka angka urutan ke 1 2 dan 3 dapat dipilih dalam cara. Jika maka angka urutan ke 1 2 dan 3 dapat dipilih dalam cara. Jika maka angka urutan ke 1 2 dan 3 dapat dipilih dalam cara. Jika maka angka urutan ke 1 2 dan 3 dapat dipilih dalam cara. Kesimpulan : banyaknya cara yang dimaksud Artinya banyaknya cara adalah n (S) cara. cara Cara 2 (cara singkat) Untuk maka angka urutan ke 1 2 dan 3 dapat dipilih dalam 9 x 8 x 7 cara 504 cara. Sedangkan untuk 0 maka angka urutan ke 1 2 dan 3 dapat dipilih dalam 8 x 8 x 7 cara sehingga untuk itu ada 4 x 8 x 8 x cara Total : n (S) 5

6 PERMUTASI DAN KOMBINASI A. Notasi Faktorial Notasi faktorial merupakan materi penunjang yang diperkenalkan pada siswa untuk memudahkan mereka memahami penurunan rumus permutasi dan kombinasi. Contoh yang diberikan misalnya adalah sebagai berikut: Keterangan : dibaca lima faktorial dibaca empat faktorial B. Penurunan Rumus Permutasi Kasus permutasi adalah eksperimen terhadap suatu obyek berupa himpunan H yang menghasilkan ruang sampel dimana titik-titik sampelnya tidak memungkinkan pengulangan elemen-elemen dalam H namun urutan elemen-elemen H pada setiap titik sampelnya diperhatikan. Misalkan ada 3 regu peserta tebak tepat tingkat SMA akan bertanding di babak final yang menyediakan 3 macam kategori hadiah (hadiah I, II, dan III). Ada berapa cara hadiah itu dapat diberikan? Jika regu A, B, dan C adalah obyek-obyek yang dimaksud, maka yang dimaksud sebagai himpunan obyek eksperimennya adalah H = {A, B, C}. Eksperimen yang dimaksud adalah melakukan lomba tebak tepat kepada ketiga regu tersebut. Ruang sampel dari eksperimen itu adalah himpunan semua hasil yang mungkin terjadi. Urutan I II III B C A C B * + B A C C A S C A B B A 6

7 Perhatikan bahwa susunan elemen seperti ABC, ACB, hingga CBA masing-masing disebut permutasi. Selanjutnya diperoleh ruang sampel * + sehingga. Dilihat dari diagramnya, Banyaknya permutasi 3 hadiah dari 3 peserta Apabila pesertanya 3 orang sementara hadiahnya hanya 2 macam (hadiah I dan hadiah II) maka gambaran ruang sampelnya adalah seperti berikut. I II III B A C * + B A C S C A B Diagram 4 Ruang sampel * + sehingga Dilihat dari diagramnya, 3 cara 2 cara banyaknya permutasi 2 hadiah dari 3 peserta 7

8 Dari kedua contoh sederhana tersebut mudah dibayangkan bahwa apabila pesertanya 10 orang sementara hadiahnya 3 macam, maka ruang sampel S mempunyai anggota sebanyak n(urutan I) n(urutan II) n(urutan III) 10 (cara) 9 (cara) 8 (cara) Secara umum menggunakan prinsip perkalian, banyaknya permutasi dari n obyek yang berlainan ada ( ) ( ) sedangkan banyaknya permutasi r obyek yang dipilih dari n obyek yang berlainan ada : ( ) ( ) ( ( )) Dengan begitu banyaknya permutasi r obyek dari n obyek yang berlainan diberikan lambang dengan Dibaca n faktorial dan ( )( ) Contoh 1 Hitunglah: a. b. Jawab a. Dengan penalaran langsung, yaitu,, dan 8

9 Maka, Jika menggunakan rumus, maka : b. Dengan penalaran langsung diperoleh : Contoh 2 Misalkan suatu sayembara memperebutkan 3 hadiah (hadiah I, II, dan III masing-masing sebesar rupiah, rupiah dan rupiah) diikuti oleh 7 orang peserta. Untuk menentukan pemenangnya dilakukan dengan mengacak nomor undiannya. Ada berapa cara hadiah-hadiah itu dapat diberikan? Jawab: Perhatikan bahwa cara undian seperti itu tidak memungkinkan seseorang mendapatkan lebih dari 1 hadiah (pengulangan elemen H dengan n(h) = 8 tidak dimungkinkan). Selain itu jika pemenangnya ABC artinya A dapat hadiah I, B dapat hadiah II, dan C dapat hadiah III, oleh sebab itu jelas hasil seperti dan lain-lain. Kesimpulannya eksperimen seperti itu merupakan kasus permutasi. Maka banyaknya cara adalah 3 faktor C. Penurunan Rumus Kombinasi Perlu diingat bahwa kasus kombinasi adalah eksperimen terhadap suatu obyek berupa himpunan H yang menghasilkan ruang sampel dimana titiktitik sampelnya juga tidak memungkinkan pengulangan elemen-elemen H tetapi urutan elemen H pada setiap titik sampelnya tidak diperhatikan. Misalkan dari 4 bersaudara Ali (A), Budi (B), Cahya (C), dan Doni (D) diundang 2 orang diantaranya untuk rapat keluarga. Ada berapa cara undangan itu dapat dipenuhi? Bagaimana pula jika yang diundang adalah 3 orang dari 4 bersaudara itu? 9

10 Dari permasalahan tersebut yang dimaksud dengan obyek eksperimennya adalah H = {A, B, C, D} sedangkan eksperimennya adalah mengundang hadir dalam rapat keluarga sebanyak 2 orang wakilnya. Sesudah itu eksperimennya diganti mengundang hadir dalam rapat keluarga sebanyak 3 orang wakilnya. Ruang sampel dari masing-masing eksperimen itu adalah himpunan dari semua hasil yang mungkin terjadi pada eksperimen itu. Penalaran selengkapnya adalah seperti berikut. No Obyek Eksperimen Cara Eksperimen Hasil-hasil yang Mungkin mengundang 2 orang wakilnya untuk rapat 1. * + keluarga 2. * + mengundang 3 orang wakilnya untuk rapat keluarga Rangkaian hasil-hasil eksperimen yang mungkin terjadi seperti misalnya AB, AC, AD pada contoh 1 di atas disebut kombinasi 2 elemen dari 4 elemen. Sedangkan ABC, ABD, ACD, BCD pada contoh 2 disebut kombinasi 3 elemen dari 4 elemen. Banyaknya kombinasi adalah banyaknya semua rangkaian elemen-elemen dalam H yang mungkin terjadi dalam eksperimen itu. Banyaknya kombinasi 2 elemen dari 4 elemen yang tersedia dilambangkan dengan atau atau. /. Dari kedua contoh itu diperoleh dan Selanjutnya dalam hubungannya dengan permutasi dan penggunaan notasi faktorial penurunan rumusnya dilakukan seperti berikut. 10

11 Untuk (kombinasi 2 dari 4) Macam Kombinasi Jika Elemen-elemen Kombinasi itu dipermutasikan Banyaknya Permutasi 2 faktor Untuk (kombinasi 3 dari 4) Macam Kombinasi Jika Elemen-elemen Kombinasi itu dipermutasikan ABC, ACB, BAC, BCA, CAB, CBA ABD, ADB, BAD, BDA, DAB, DBA ACD, ADC, CAD, CDA, DAC, DCA BCD, BDC, CBD, CDB, DBC, DCB Banyaknya Permutasi 3 faktor Perhatikan bahwa Dengan pemikiran yang sama, ternyata secara umum berlaku bahwa : Contoh : Dalam suatu arisan masih ada 12 orang yang belum mendapatkan hadiah. Sementara itu dalam setiap pertemuan arisan ditetapkan 4 peserta berhak mendapat hadiah masing-masing sebesar Rp ,00. Jika diadakan undian, ada berapa cara hadiah arisan itu dapat diberikan? 11

12 Jawab : Perhatikan bahwa dengan aturan undian seperti itu tidak mungkin seseorang untuk mendapatkan hadiah lebih dari satu kali (pengulangan elemen H dengan tidak dimungkinkan). Karena hadiahnya sama bagi para pemenang maka jika pemenangnya ABCD maka A, B, C, dan D masing-masing akan menerima hadiah yang sama (yakni sebesar Rp ,00), itu berarti hasil seperti dan lain-lain. Artinya urutan pemenang tidak diperhatikan, sehingga eksperimen seperti itu merupakan kasus kombinasi. Maka banyaknya cara adalah D. Segitiga Pascal Segitiga Pascal ialah segitiga yang dibentuk oleh bilangan-bilangan yang bersesuaian dengan koefisien-koefisien pangkat bulat non negatif dari suatu suku dua Perhatikan bahwa...dan seterusnya... Koefisien-koefisien pangkat bulat non negatif dari seperti dan seterusnya hingga untuk dan seterusnya itulah yang kemudian membentuk pola bilangan yang terkenal dengan nama segitiga Pascal, suatu penghormatan kepada matematikawan Perancis bernama Blaise Pascal yang hidup pada tahun Dengan memperhatikan nilai koefisiennya saja untuk pangkat bulat nonnegatif dari nol hingga lima akan diperoleh segitiga Pascal seperti yang ditunjukkan berikut. 12

13 Dengan adanya kesesuaian itu maka perhitungan-perhitungan kombinasi yang hanya melibatkan bilangan-bilangan kecil langsung dapat dilakukan berdasarkan kesesuaiannya dengan bilangan yang ada pada segitiga Pascal. Contoh Jawab: 13

14 PIGEONHOLE PRINCIPLE (Prinsip Sarang Merpati) Teorema : Jika merpati ditempatkan dalam sarang dengan, maka paling sedikit ada satu sarang yang berisi dua atau lebih merpati. Bukti : Burung merpati diberi nomor dari 1 sampai n dan sarangnya diberi nomor dari 1 sampai m. Sekarang masukan merpati nomor satu ke sarang nomor satu, merpati nomor 2 ke sarang nomor 2, dan seterusnya hingga merpati nomor n ke sarang nomor m sehingga tersisa ( ) merpati yang belum mendapat sarang. Oleh karena itu, pasti ada paling tidak satu sarang yang memuat dua atau lebih merpati. Jika dikaitkan dengan fungsi : Suatu fungsi dari satu himpunan berhingga ke suatu himpunan berhingga yang lebih kecil tidak mungkin menjadi fungsi satu-satu. Ada sekurang-kurangnya dua elemen dalam domain yang mempunyai image yang sama dalam kodomain. Contoh 1. Diantara delapan orang, pasti ada dua orang yang lahir pada hari yang sama. Bukti : Nama hari ada 7, nyatakan delapan orang dengan simbol. dan definisikan suatu fungsi A dari himpunan orang ke himpunan tujuh hari seperti di tunjukan dalam diagram berikut: Orang (merpati) A Hari (sarang) Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu 14

15 Jadi, terdapat sekurang-kurangnya dua panah yang mengarah pada hari yang sama. Oleh karena itu sekurang-kurangnya terdapat dua orang yang dilahirkan pada hari yang sama. 2. Dari delapan bilangan asli yang pertama, ada 4 pasang yang jumlahnya sembilan, tentukan : a. Buktikan. b. Bagaimana bila lima bilangan dipilih secara sembarang dari delapan bilangan asli tersebut. Ada berapa pasang yang jumlahnya sembilan dan ada berapa bilangan yang jumlahnya sembilan. Penyelesaian : a. Bukti : Jadi TERBUKTI. b. Jawaban : Kesimpulan : Dari lima bilangan asli dipilih akan membentuk minimal 1 pasang yang berjumlah sembilan dan maksimal 2 pasang yang berjumlah sembilan, apabila terbentuk 1 pasang maka ada dua bilangan dan apabila terbentuk 2 pasang maka ada empat bilangan. 3. Misalkan terdapat banyak bola merah, bola putih, dan bola biru di dalam sebuah kotak. Berapa paling sedikit jumlah bola yang diambil dari kotak (tanpa melihat ke dalam kotak) untuk menjamin bahwa sepasang bola yang berwarna sama terambil. Penyelesaian : 15

16 Jika setiap warna dianggap sebagai sarang merpati, maka n = 3. Karena itu, jika orang mengambil paling sedikit n + 1 = 4 bola (merpati), maka dapat dipastikan sepasang bola yang berwarna sama ikut terambil. Jika hanya diambil 3 buah, maka ada kemungkinan ketiga bola itu berbeda warna satu sama lain. Jadi 4 buah bola adalah jumlah minimum yang harus diambil dari dalam kotak untuk menjamin terambil sepasang bola yang berwarna sama. 4. Misalkan sebuah turnamen basket diikuti oleh n buah tim yang dalam hal ini setiap tim bertanding dengan setiap tim lainnya dan setiap tim menang paling sedikit satu kali. Tunjukkan bahwa paling sedikit ada 2 tim yang mempunyai jumlah kemenangan yang sama. Penyelesaian : Jumlah kemenangan setiap tim paling sedikit 1 kali dan paling banyak kali. Angka berkorespondensi dengan buah sarang merpati untuk menampung n ekor merpati (tim basket). Jadi, paling sedikit ada 2 tim basket yang mempunyai jumlah kemenangan sama. 5. Dalam sekumpulan n orang di mana setiap orang minimal kenal dengan satu orang di kelompok tersebut, terdapat dua orang yang memiliki banyaknya kenalan di kelompok tersebut yang sama. (Contoh: ada dua orang yang samasama memiliki 20 kenalan dalam kelompok tersebut) Penyelesaian : Dalam kasus ini jelas bahwa banyaknya kenalan sebagai sarang merpati dan banyaknya orang sebagai merpati. Sekarang kita buktikan bahwa sarang lebih sedikit daripada merpatinya. Setiap orang minimal kenal dengan satu orang, maka banyaknya kenalan yang mungkin adalah 1 kenalan, 2 kenalan, 3 kenalan, dan seterusnya sampai kenalan. Sehingga ada kemungkinan banyaknya kenalan pada orang di dalam kelompok tersebut. Karena ada orang, maka jelas bahwa pasti terdapat dua orang yang memiliki banyak kenalan yang sama. 16

17 INDUKSI MATEMATIKA Induksi matematika adalah metode yang dipakai untuk membuktikan pernyataan-pernyataan yang berlaku untuk semua bilangan bulat positif. Prinsip induksi matematika berbunyi : Misalkan P(n) adalah bilangan bulat positif dan kita ingin membuktikan bahwa P(n) benar untuk semua bilangan bulat positif n.untuk membuktikannya kita hanya perlu menunjukan bahwa : 1. P(1) benar 2. P(n) benar, maka P(n+1) juga benar untuk setiap n 1. sehingga P(n) benar untuk semua bilangan bulat positif n. Contoh : 1. Gunakan prinsip induksi matematika untuk membuktikan bahwa jumlah n buah bilangan ganjil positif pertama adalah : Penyelesaian : Misalkan P(n) menyatakan jumlah n buah bilangan ganjil positif pertama adalah Akan dibuktikan untuk benar, yaitu kita peroleh karena jumlah satu buah bilangan ganjil positif pertama adalah 1. Misalkan benar, perhatikan bahwa: Jadi kita dapat asumsikan bahwa: adalah benar. Akan dibuktikan bahwa juga benar, yaitu : hal ini dapat kita tunjukan sebagai berikut: Ruas kiri Ruas kanan, - 17

18 2. Buktikan bahwa untuk setiap bilangan bulat positif! Bukti : Langkah 1 Akan diperlihatkan pernyataan benar untuk, untuk maka :. Langkah Induksi Akan ditunjukkan pernyataan benar untuk setiap bilangan bulat, apabila pernyataan benar untuk maka pernyataan benar untuk. Jika diasumsikan pernyataan benar, maka ( ) Karena kedua langkah induksi telah terpenuhi maka untuk setiap bilangan positif berlaku bahwa : 3. Buktikan bahwa banyak buah bilangan bulat positif ganjil pertama adalah Bukti : Misalkan merupakan pernyataan yang menyatakan bahwa jumlah buah bilangan bulat positif ganjil pertama adalah maka : Langkah 1 Untuk maka maka benar, karena banyak buah bilangan ganjil positif pertama adalah Langkah Induksi Untuk 18

19 Andaikan untuk pernyataan benar, maka akan ditunjukkan bahwa :, yaitu *+ 19

20 FORMULA DISKRIT BAGIAN 01 Secara umum untuk menentukan fungsi pembangkit dari suatu fungsi adalah menggunakan konsep Deret Taylor disekitar, secara umum, yaitu : Jika diekspansikan menjadi: Contoh : 1. Tentukan fungsi pembangkit dari... Jadi fungsi pembangkitnya adalah : 2. Tentukan fungsi pembangkit dari... 20

21 Jadi fungsi pembangkitnya adalah : Kesimpulan dari kedua contoh diatas adalah : 21

22 FORMULA DISKRIT BAGIAN 02 Contoh : 1. Tentukan fungsi pembangkit dari... Jadi fungsi pembangkitnya adalah : 2. Tentukan fungsi pembangkit dari... 22

23 Jadi fungsi pembangkitnya adalah : Kesimpulan dari kedua contoh diatas adalah : 23

24 FORMULA DISKRIT BAGIAN 03 Secara umum untuk menentukan fungsi pembangkit dari adalah menggunakan konsep Deret Taylor disekitar, dirumuskan sebagai berikut : Jika di ekspansikan menjadi: Dengan menggunakan konsep di atas, selanjutnya kita akan menentukan fungsi pembangkit dari, dengan teorema Binomilia. Berikut adalah langkah-langkahnya :. /. / {. /. /. /. /. / Menentukan fungsi pembangkit dari. / 24

25 Kesimpulan :. /. / Contoh soal : Tentukan fungsi pembangkit dari Penyelesaian:. /. /. /. /. / 25

26 FORMULA DISKRIT BAGIAN 04 Secara umum untuk menentukan fungsi pembangkit dari. / adalah menggunakan konsep Deret Taylor disekitar berikut : dirumuskan sebagai Jika di ekspansikan menjadi: Dengan menggunakan konsep di atas, selanjutnya kita akan menentukan fungsi pembangkit dari. /. Berdasarkan formula diperoleh :. / Maka diperoleh :. / Kesimpulan :. / Contoh Soal : 1. Tentukan fungsi pembangkit dari. / Penyelesaian :. / 26

27 2. Tentukan fungsi pembangkit dari. / Penyelesaian :. / 27

28 FORMULA DISKRIT BAGIAN 05 Secara umum untuk menentukan fungsi pembangkit dari adalah menggunakan konsep Deret Taylor disekitar dirumuskan sebagai berikut : Apabila kita ekspansi Deret Taylor di atas, dapat diuraikan menjadi sebuah deret sebagai berikut : Dengan menggunakan konsep di atas, selanjutnya kita akan menentukan fungsi pembangkit dari. Berdasarkan formula diperoleh : Maka diperoleh : Kesimpulan : Contoh Soal : Tentukan fungsi pembangkit dari Penyelesaian : 28

29 29

30 FORMULA DISKRIT BAGIAN 06 Secara umum untuk menentukan fungsi pembangkit dari adalah menggunakan konsep Deret Taylor disekitar dirumuskan sebagai berikut : Jika di ekspansikan menjadi: Dengan menggunakan konsep di atas, selanjutnya kita akan menentukan fungsi pembangkit dari. Berdasarkan formula diperoleh : Maka diperoleh : Kesimpulan : Contoh Soal : Tentukan fungsi pembangkit dari Penyelesaian : 30

31 FORMULA DISKRIT BAGIAN 07 Dengan konsep Deret Taylor di dapat fungsi pembangkit dari bentuk umum : Contoh : Cari fungsi pembangkit dari : Penyelesaian : ( ) 31

32 BARISAN DARI SUATU FUNGSI PEMBANGKIT BIASA DAN FUNGSI PEMBANGKIT EKSPONENSIAL Misal adalah suatu barisan. Fungsi pembangkit biasa dari didefinisikan sebagai berikut : Fungsi pembangkit eksponensial dari didefinisikan sebagai berikut : Simpulan : 1. Barisan dari suatu Fungsi Pembangkit Biasa adalah : 2. Barisan dari suatu Fungsi Pembangkit Eksponensial adalah : Contoh : 1. Carilah barisan dari fungsi pembangkit biasa (FPB) dari : Penyelesaian : 32

33 Misal : { Jadi barisannya adalah * + 2. Carilah barisan dari fungsi pembangkit biasa (FPB) Penyelesaian :. /. / 33

34 Misal :. / { Jadi barisannya adalah * + 3. adalah fungsi pembangkit biasa dari. Tentukan a. Fungsi Pembangkit Biasa Dengan Maka untuk Berdasarkan definisi fungsi pembangkit biasa (FPB), maka diperoleh 34

35 b. Definisi FPB: maka untuk ( ) Berdasarkan definisi FPB, maka diperoleh c. Definisi FPB: Maka untuk 35

36 d. Definisi FPB: Maka untuk e.. / 36

37 f.. / 4. Carilah nilai jika p(x) merupakan FPE barisan a. Definisi FPE: Maka untuk Maka Diperoleh b. 37

38 ( ) ( ) c. 5. Misal adalah fungsi pembangkit biasa dari barisan. Tentukan. Penyelesaian : 38

39 Misal, Jelas bahwa ( ) adalah fungsi pembangkit biasa dari barisan adalah FPB dari barisan sehingga diperoleh Dengan demikian atau 2 39

40 FUNGSI PEMBANGKIT EKSPONENSIAL DARI SUATU BARISAN Misal : adalah suatu barisan. Fungsi pembangkit eksponensial dari didefinisikan sebagai berikut : Misalnya, Adalah fungsi pembangkit eksponensial dari barisan Simpulan : Fungsi Pembangkit Eksponensial (FPE) dari suatu barisan adalah : Contoh : 1. Tulis fungsi pembangkit eksponensial dari barisan Penyelesaian : 2. Tulis fungsi pembangkit eksponensial (FPE) dari barisan : Penyelesaian : 40

41 * + * + * + * + 3. Tulis fungsi pembangkit eksponensial dari barisan berikut a. b. 41

42 c. Untuk Maka untuk 42

43 FUNGSI PEMBANGKIT BIASA (FPB) DARI SUATU BARISAN Misal : adalah suatu barisan. Fungsi pembangkit biasa dari didefinisikan sebagai berikut : Misalnya, Adalah fungsi pembangkit biasa dari barisan. / Simpulan : Fungsi Pembangkit Biasa (FPB) dari barisan adalah Contoh : 1. Tulis fungsi pembangkit biasa (FPB) dari barisan Jadi fungsi pembangkit biasa (FPB) dari barisan adalah: 2. Tulis fungsi pembangkit biasa (FPB) dari barisan 43

44 Jadi fungsi pembangkit biasa (FPB) dari barisan adalah: 3. Tulis fungsi pembangkit biasa dari barisan-barisan berikut. a. (0,0,0,1,1,1,1,...) b.. / ) c.. / 44

45 ( ) d.. / e. 45

46 FUNGSI PEMBANGKIT BIASA UNTUK KOMBINASI DAN FUNGSI PEMBANGKIT BIASA DARI PENEMPATAN OBJEK IDENTIK KE KOTAK BERBEDA Ada tiga jenis huruf akan dibuat 4 huruf yang berasal dari huruf-huruf dengan syarat : Huruf a Terpilih paling banyak 2 Huruf b Terpilih paling banyak 3 Huruf c Terpilih paling banyak 1 Kemungkinan yang terjadi : { } Dapatkah cara ini diselesaikan dengan fungsi pembangkit? Kemungkinan : a. Tidak terambil b. Terambil sekali c. Terambil dua kali Fungsi pembangkit : 46

47 Koefisien menunjukkan banyaknya cara yang mungkin dalam menyusun n huruf, jika dan, maka : Fungsi pembangkit untuk adalah Dimana : ( ) Catatan : Fungsi pembangkit menentukan banyaknya cara memilih k obyek dari P tipe obyek 1. Tidak diperkenankan pengulangan. / Banyaknya cara memilih. /. / 2. Diperkenankan pengulangan. / Banyaknya cara memilih. /. / 47

48 Contoh soal : 1. Tentukan fungsi pembangkit untuk banyaknya cara memilih r obyek dari n obyek dimana pengulangan tidak diperkenankan. Jawaban : Terdapat n obyek, karena pengulangan tidak diperkenankan maka tiap obyek dapat dipilih 0 atau 1 kali saja. Sehingga fungsi pembangkit yang diminta adalah :. / 2. Dengan beberapa cara 60 obyek yang identik dapat ditempatkan didalam 4 sel (kotak) yang berbeda sedemikian sehingga setiap kotak mendapat paling sedikit satu obyek. Jawaban : Karena ada 4 kotak dan tiap kotak mendapat paling sedikit satu obyek, maka fungsi pembangkit untuk permasalahan ini adalah :. /. / Jadi banyaknya cara memilih 60 obyek yang identik dalam 4 kotak yang berbeda sedemikian sehingga tiap kotak mendapat paling sedikit satu obyek :. /. / 48

49 FUNGSI PEMBANGKIT EKSPONENSIAL UNTUK PERMUTASI Ada tiga jenis huruf akan dibuat kata sandi yang terdiri dari 4 huruf yang berasal dari huruf-huruf dengan syarat : Huruf a Terpilih paling banyak 2 kali Huruf b Terpilih paling banyak 2 kali Huruf c Terpilih paling banyak 1 kali Kemungkinan yang terjadi : * + * + * + Total ada : Dapatkah cara ini diselesaikan dengan fungsi pembangkit? a. Terpilih paling banyak 2 kali b. Terpilih paling banyak 2 kali c. Terpilih paling banyak1 kali A. Dengan FPB Banyaknya cara yang dimaksud ditunjukkan oleh koefisien. Sedangkan yang diharapkan 30 cara. Jadi, permasalahan diatas diselesaikan dengan FPB tidak cocok. dalam 49

50 B. Dengan FPE * + * + * + * + * Koefisien Sehingga, * + Jadi, koefisien dalam adalah : Kesimpulan : Dengan demikian FPE digunakan untuk menyelesaikan permasalahan PERMUTASI 50

51 Contoh soal : 1. Tentukan banyaknya kata sandi dengan panjang k yang dapat dibentuk dari huruf-huruf pembentuk kata DISKRIT Jawaban : DISKRIT 6 huruf yang berlaku * + * + * + * + * + * + * + Jadi koefisiennya adalah 51

52 PRINSIP INKLUSI - EKSKLUSI Misalkan A dan B adalah sembarang himpunan, maka : A banyaknya elemen pada A B banyaknya elemen pada B banyaknya elemen pada Prinsip Inklusi Eksklusi dinyatakan dalam bentuk : Contoh soal : 1. Dalam sebuah kelas terdapat 25 mahasiswa menyukai matematika diskrit, 13 mahasiswa menyukai aljabar linier dan 8 diantaranya menyukai keduaduanya. Berapa mahasiswa terdapat dalam kelas tersebut : Jawab : A 25 B 13 8 Maka : Jadi, terdapat 30 orang mahasiswa dalam kelas tersebut. 2. Berapa banyak bilangan bulat positif yang tidak melampaui 1000 yang habis dibagi oleh 7 atau 11? Jawab : Misalkan P himpunan bilangan bulat positif tidak melampaui 1000 yang habis dibagi 7 dan Q himpunan bilangan bulat positif tidak melampaui 1000 yang habis dibagi 11. Dengan demikian adalah himpunan bilangan bulat positif tidak melampaui 1000 yang habis dibagi 7 atau habis dibagi 11, dan P Q himpunan bilangan bulat positif tidak melampaui 1000 yang habis dibagi 7 dan habis dibagi

53 Jadi, terdapat 220 bilangan bulat positif tidak melampaui 1000 yang habis dibagi 7 atau habis dibagi 11. Ilustrasi dari penghitungan tesebut dapat dilihat pada diagram di bawah ini. P Q 3. Dalam sebuah program studi pendidikan matematika yang terdiri atas 350 mahasiswa, terdapat 175 mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan 225 mahasiswa yang mengambil mata kuliah analisis kompleks, dan 50 mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan analisis kompleks. Ada berapa mahasiswa di dalam perkuliahan itu jika setiap mahasiswa mengambil mata kuliah persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya? Jawab : Misalkan A adalah banyaknya mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan B menyatakan mahasiswa yang mengambil mata kuliah analisis kompleks. Maka merupakan himpunan mahasiswa yang mengambil kedua mata kuliah tersebut. Banyaknya mahasiswa di dalam kelas itu yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya adalah 53

54 . Ini berarti, terdapat 350 mahasiswa di dalam kelas yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya. Karena banyaknya siswa keseluruhan di dalam kelas tersebut adalah 350 mahasiswa, artinya tidak terdapat mahasiswa yang tidak memilih salah satu dari kedua konsentrasi itu. Perhatikan diilustrasi berikut. A B S 54

Pertemuan 4. Permutasi

Pertemuan 4. Permutasi Pertemuan 4 Permutasi Faktorial Faktorial dinotasikan atau dilambangkan dengan n! (dibaca n faktorial). n! adalah hasil perkalian semua bilangan asli dari 1 sampai n, sehingga didefinisikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

PELUANG. A Aturan Pengisian Tempat. B Permutasi

PELUANG. A Aturan Pengisian Tempat. B Permutasi PELUANG KAIDAH PENCACAHAN kaidah pencacahan didefinisikan sebagai suatu cara atau aturan untuk menghitung semua kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu percobaan tertentu. Ada beberapa metode pencacahan,

Lebih terperinci

PELUANG. Jika seluruhnya ada banyak kegiatan, dan masing-masing berturut-turut dapat dilakukan dalam

PELUANG. Jika seluruhnya ada banyak kegiatan, dan masing-masing berturut-turut dapat dilakukan dalam PELUANG Prinsip Perkalian Bila suatu kegiatan dapat dilakukan dalam n 1 cara yang berbeda, dan kegiatan yang lain dapat dilakukan dalam n 2 cara yang berbeda, maka seluruh peristiwa tersebut dapat dikerjakan

Lebih terperinci

C. Tujuan Dengan memahami rumusan masalah yang ada di atas, mahasiswa dapat menggunakan dan mengaplikasikan kombinatorial dalam kehidupan nyata.

C. Tujuan Dengan memahami rumusan masalah yang ada di atas, mahasiswa dapat menggunakan dan mengaplikasikan kombinatorial dalam kehidupan nyata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Misalkan nomor plat mobil di negara X terdiri atas 5 angka angka diikuti dengan 2 huruf. Angka pertama tidak boleh 0. Berapa banyak nomor plat mobil yang dapat dibuat?

Lebih terperinci

KOMBINATORIK. Disampaikan dalam kegiatan: PEMBEKALAN OSN-2010 SMP STELA DUCE I YOGYAKARTA

KOMBINATORIK. Disampaikan dalam kegiatan: PEMBEKALAN OSN-2010 SMP STELA DUCE I YOGYAKARTA KOMBINATORIK Disampaikan dalam kegiatan: PEMBEKALAN OSN-2010 SMP STELA DUCE I YOGYAKARTA Oleh: Murdanu Dosen Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta SEKOLAH MENENGAH PERTAMA STELA

Lebih terperinci

MAKALAH M A T E M A T I K A

MAKALAH M A T E M A T I K A MAKALAH M A T E M A T I K A PELUANG DISUSUN OLEH EDI MICHAEL ANTONIUS XII.TSM GURU PEMBIMBING LUNGGUH SOLIHIN, S.Pd SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SETIH SETIO 1 MUARA BUNGO T.A 2016/2017 0 KATA PENGANTAR Pertama

Lebih terperinci

PELUANG. P n,r, P r TEKNIK MENGHITUNG: PERKALIAN TEKNIK MENGHITUNG: PERMUTASI TEKNIK MENGHITUNG: PERKALIAN. P n,r =n n 1 n 2 n r 1 = n! n r!

PELUANG. P n,r, P r TEKNIK MENGHITUNG: PERKALIAN TEKNIK MENGHITUNG: PERMUTASI TEKNIK MENGHITUNG: PERKALIAN. P n,r =n n 1 n 2 n r 1 = n! n r! PELUANG TEKNIK MENGHITUNG: PERKALIAN Bab pembelajaran: 1. Teknik Menghitung a. Perkalian b. Permutasi c. Kombinasi 2. Peluang a. Dasar Peluang b. Peluang Bersyarat c. Kebebasan Oleh Ridha Ferdhiana, M.Sc

Lebih terperinci

n objek berlainan 1

n objek berlainan  1 ilihatur dan Gabungan rinsip pendaraban Jika ada 2 jenis makanan (,Q) dan 3 jenis minuman (J,K,L), berapakah cara memilih 1 jenis makanan dan 1 jenis minuman? Jika memilih 2 benda, dan ada m cara memilih

Lebih terperinci

Combinatorics. Aturan Jumlah. Teknik Menghitung (Kombinatorik) Contoh

Combinatorics. Aturan Jumlah. Teknik Menghitung (Kombinatorik) Contoh Combinatorics Teknik Menghitung (Kombinatorik) Penjumlahan Perkalian Kombinasi Adalah cabang dari matematika diskrit tentang cara mengetahui ukuran himpunan terbatas tanpa harus melakukan perhitungan setiap

Lebih terperinci

4. Pencacahan. Pengantar. Aturan penjumlahan (sum rule) Aturan penjumlahan Yang Diperumum. Aturan Perkalian (Product Rule)

4. Pencacahan. Pengantar. Aturan penjumlahan (sum rule) Aturan penjumlahan Yang Diperumum. Aturan Perkalian (Product Rule) 4. Pencacahan Pengantar Pencacahan (counting) adalah bagian dari matematika kombinatorial. Matematika kombinatorial berkaitan dengan pengaturan sekumpulan objek. Pencacahan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMA Kelas/Semester : XI IPS/ 1 Alokasi waktu : 2 x 45 menit

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMA Kelas/Semester : XI IPS/ 1 Alokasi waktu : 2 x 45 menit RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMA Kelas/Semester : XI IPS/ 1 Alokasi waktu : 2 x 45 menit I. Standar Kompetensi 1.1 Menggunakan aturan statistika,

Lebih terperinci

PRINSIP INKLUSI DAN EKSKLUSI

PRINSIP INKLUSI DAN EKSKLUSI PRINSIP INKLUSI DAN EKSKLUSI Misalkan A dan B sembarang himpunan. Penjumlahan A + B menghitung banyaknya elemen A yang tidak terdapat dalam B dan banyaknya elemen B yang tidak terdapat dalam A tepat satu

Lebih terperinci

Konsep Dasar Peluang. Modul 1

Konsep Dasar Peluang. Modul 1 Modul Konsep Dasar Peluang Dra. Kusrini, M. Pd. M odul ini berisi 3 Kegiatan Belajar. Dalam Kegiatan Belajar Anda akan mempelajari Konsep Himpunan dan Pencacahan, dalam Kegiatan Belajar 2 Anda akan mempelajari

Lebih terperinci

Bab 3. Permutasi dan Kombinasi

Bab 3. Permutasi dan Kombinasi Bab 3. Permutasi dan Kombinasi Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi masalah pengaturan suatu obyek yang terdiri dari beberapa unsur, baik yang disusun dengan mempertimbangkan urutan sesuai

Lebih terperinci

Permutasi dan Kombinasi

Permutasi dan Kombinasi Permutasi dan Kombinasi Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi masalah pengaturan suatu obyek yang terdiri dari beberapa unsur, baik yang disusun dengan mempertimbangkan urutan sesuai dengan

Lebih terperinci

PELUANG Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika

PELUANG Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika PELUANG Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 00 di PPPG Matematika Oleh: Drs. MARSUDI RAHARJO, M.Sc.Ed. Widyaiswara PPPG Matematika Yogyakarta

Lebih terperinci

Contoh. Teknik Menghitungdan Kombinatorial. Contoh. Combinatorics

Contoh. Teknik Menghitungdan Kombinatorial. Contoh. Combinatorics Contoh Teknik Menghitungdan Kombinatorial Berapa banyak pelat nomor bisa dibuat dengan mengunakan 3 huruf dan 3 angka? Berapa banyak pelat nomor bisa dibuat dengan menggunakan 3 huruf dan 3 angka tapi

Lebih terperinci

KOMBINATORIKA. Berapa banyak cara menyusun sebuah bilangan yang terdiri dari empat buah angka yang tidak mengandung angka yang berulang?

KOMBINATORIKA. Berapa banyak cara menyusun sebuah bilangan yang terdiri dari empat buah angka yang tidak mengandung angka yang berulang? P a g e 1 KOMBINATORIKA Beberapa prinsip penting dalam menyelesaikan masalah kombinatorika yaitu permutasi dan kombinasi, prinsip inklusi-eksklusi, koefisien binomial, prinsip sarang merpati (pigeon hole

Lebih terperinci

Kombinatorika Muhammad Saiful Jumat, 27 Januari 2017 ComLabs C, SMA Negeri 2 Bandung

Kombinatorika Muhammad Saiful Jumat, 27 Januari 2017 ComLabs C, SMA Negeri 2 Bandung Kombinatorika Muhammad Saiful Islam muhammad@saiful.web.id @saifulwebid Jumat, 27 Januari 2017 ComLabs C, SMA Negeri 2 Bandung Referensi Lecture slide by Julio Adisantoso, http://julio.staff.ipb.ac.id/files/2014/02/slide-02-

Lebih terperinci

Pembahasan OSN SMP Tingkat Nasional Tahun 2012 Bidang Matematika

Pembahasan OSN SMP Tingkat Nasional Tahun 2012 Bidang Matematika Tutur Widodo Pembahasan OSN SMP Tahun 01 Pembahasan OSN SMP Tingkat Nasional Tahun 01 Bidang Matematika Hari Kedua Pontianak, 1 Juli 01 1. Pada suatu hari, seorang peneliti menempatkan dua kelompok spesies

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PROBABILITAS OLEH : RIANDY SYARIF

KONSEP DASAR PROBABILITAS OLEH : RIANDY SYARIF KONSEP DASAR PROBABILITAS OLEH : RIANDY SYARIF Definisi Probabilitas adalah suatu ukuran tentang kemungkinan suatu peristiwa (event) akan terjadi dimasa mendatang. Probabilitas dinyatakan antara 0 s/d

Lebih terperinci

BEBERAPA PRINSIP-PRINSIP LOGIKA SMTS 1101 / 3SKS

BEBERAPA PRINSIP-PRINSIP LOGIKA SMTS 1101 / 3SKS BEBERAPA PRINSIP-PRINSIP LOGIKA SMTS 1101 / 3SKS LOGIKA MATEMATIKA Disusun Oleh : Dra. Noeryanti, M.Si 5 Dra. Noeryanti, M.Si DAFTAR ISI Cover pokok bahasan... 5 Daftar isi... 53 Judul Pokok Bahasan...

Lebih terperinci

Permutasi dan Kombinasi Peluang Diskrit

Permutasi dan Kombinasi Peluang Diskrit dan Kombinasi Peluang Diskrit Pengantar Permutasi -Faktorial Misalkan n adalah bilangan bulat positif. Besaran n faktorial (n!) didefinisikan sebagai hasil kali semua bilangan bulat antara n hingga 1.

Lebih terperinci

Combinatorics dan Counting

Combinatorics dan Counting CHAPTER 6 COUNTING Combinatorics dan Counting Kombinatorik Ilmu yang mempelajari pengaturan obyek Bagian penting dari Matematika Diskrit Mulai dipelajari di abad 17 Enumerasi Penghitungan obyek dengan

Lebih terperinci

PELUANG. n cara yang berbeda. Contoh 1: Ali mempunyai 2 celana dan 3 baju yang berbeda. Berapa stelan celana dan baju berbeda yang dipunyai Ali?

PELUANG. n cara yang berbeda. Contoh 1: Ali mempunyai 2 celana dan 3 baju yang berbeda. Berapa stelan celana dan baju berbeda yang dipunyai Ali? -1- PELUANG 1. KAIDAH PENCACAHAN 1.1 Aturan Pengisian Tempat Jika beberapa peristiwa dapat terjadi dengan n1, n2, n3,... cara yang berbeda, maka keseluruhan peristiwa itu dapat terjadi dengan n n......

Lebih terperinci

Kombinatorial. Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diskrit Oleh: Rinaldi Munir. Program Studi Teknik Informatika ITB

Kombinatorial. Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diskrit Oleh: Rinaldi Munir. Program Studi Teknik Informatika ITB Kombinatorial Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diskrit Oleh: Rinaldi Munir Program Studi Teknik Informatika ITB 1 Pendahuluan Sebuah kata-sandi (password) panjangnya 6 sampai 8 karakter. Karakter boleh berupa

Lebih terperinci

Pertemuan 14. Kombinatorial

Pertemuan 14. Kombinatorial Pertemuan 14 Kombinatorial 1 Pendahuluan Sebuah kata-sandi (password) panjangnya 6 sampai 8 karakter. Karakter boleh berupa huruf atau angka. Berapa banyak kemungkinan kata-sandi yang dapat dibuat? abcdef

Lebih terperinci

Modul ini adalah modul ke-9 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini

Modul ini adalah modul ke-9 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini PENDAHULUAN Modul ini adalah modul ke-9 dalam mata kuliah. Isi modul ini membahas tentang peluang. Modul ini terdiri dari 2 kegiatan belajar. Pada kegiatan belajar 1 akan dibahas mengenai peluang 1. Terakhir,

Lebih terperinci

PELUANG. Dengan diagram pohon diperoleh:

PELUANG. Dengan diagram pohon diperoleh: PELUANG A. Kaidah Pencacahan Kaidah pencacahan adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan menentukan banyaknya cara suatu percobaan dapat terjadi. Menentukan banyakya cara suatu percobaan dapat terjadi dilakukan

Lebih terperinci

WORKSHOP PEMBIMBINGAN OLIMPIADE MATEMATIKA & SAINS BIDANG MATEMATIKA SMP

WORKSHOP PEMBIMBINGAN OLIMPIADE MATEMATIKA & SAINS BIDANG MATEMATIKA SMP WORKSHOP PEMBIMBINGAN OLIMPIADE MATEMATIKA & SAINS BIDANG MATEMATIKA SMP Ilham Rizkianto FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Ilham_rizkianto@uny.ac.id Wonosari, 9 Mei 2014 MASALAH KOMBINATORIK Mengecoh,

Lebih terperinci

Unit 5 PELUANG. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan

Unit 5 PELUANG. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan Unit 5 PELUANG lara Ika Sari Budhayanti Pendahuluan P ada unit lima ini kita akan membahas peluang. Peluang merupakan salah satu cabang matematika yang mempelajari cara menghitung tingkat keyakinan seseorang

Lebih terperinci

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-25

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-25 LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-5 Babak Penyisihan Tingkat SMP Minggu, 9 November 04 HIMPUNAN MAHASISWA MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKIP UTARA UNIT III

Lebih terperinci

Gugus dan Kombinatorika

Gugus dan Kombinatorika Bab 1 Gugus dan Kombinatorika 1.1 Gugus Gugus, atau juga disebut himpunan adalah kumpulan objek. Objek dalam sebuah himpunan disebut anggota atau unsur. Penulisan himpunan dapat dilakukan dengan dua cara,

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA BAGIAN PERTAMA

KUMPULAN SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA BAGIAN PERTAMA KUMPULAN SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA BAGIAN PERTAMA KUMPULAN SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA Bagian Pertama Disusun Oleh Raja Octovin P. D APRIL 2008 SMA NEGERI 1 PEKANBARU Jl. Sulthan Syarif Qasim 159 Pekanbaru

Lebih terperinci

Pembahasan OSK Tahun 2011 Tingkat SMP Bidang Matematika

Pembahasan OSK Tahun 2011 Tingkat SMP Bidang Matematika Pembahasan OSK Tahun 011 Tingkat SMP Bidang Matematika Bagian A : Pilihan Ganda 1. Nilai dari a. 113 b. c. 91 73 1 8! 9! + 3 adalah... d. e. 71 4 Jawaban : c 1 8! 9! + 3 = 10 9 10 + 3 = 73. Menggunakan

Lebih terperinci

matematika DISTRIBUSI VARIABEL ACAK DAN DISTRIBUSI BINOMIAL K e l a s A. Penarikan Sampel dari Suatu Populasi Kurikulum 2013 Tujuan Pembelajaran

matematika DISTRIBUSI VARIABEL ACAK DAN DISTRIBUSI BINOMIAL K e l a s A. Penarikan Sampel dari Suatu Populasi Kurikulum 2013 Tujuan Pembelajaran Kurikulum 20 matematika K e l a s XI DISTRIBUSI VARIABEL ACAK DAN DISTRIBUSI BINOMIAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami perbedaan

Lebih terperinci

MAT. 10. Irisan Kerucut

MAT. 10. Irisan Kerucut MAT. 0. Irisan Kerucut i Kode MAT.07 Peluang BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Notasi dan Ordo Matriks Lengkapilah isian berikut! Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital, misalnya: A. PENGERTIAN MATRIKS 1) Tabel

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2007 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA Prestasi itu diraih bukan didapat!!!

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2007 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 007 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 008 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL Bidang Matematika Bagian Pertama Disusun oleh : Solusi Olimpiade Matematika

Lebih terperinci

SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2008 MATEMATIKA SMA BAGIAN PERTAMA

SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2008 MATEMATIKA SMA BAGIAN PERTAMA SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2008 MATEMATIKA SMA BAGIAN PERTAMA PETUNJUK UNTUK PESERTA: 1. Tes bagian pertama ini terdiri dari 20 soal. 2. Waktu yang disediakan adalah

Lebih terperinci

Soal Babak Penyisihan 7 th OMITS SOAL PILIHAN GANDA

Soal Babak Penyisihan 7 th OMITS SOAL PILIHAN GANDA Soal Babak Penyisihan 7 th OMITS SOAL PILIHAN GANDA 1) Sebuah barisan baru diperoleh dari barisan bilangan bulat positif 1, 2, 3, 4, dengan menghilangkan bilangan kuadrat yang ada di dalam barisan tersebut.

Lebih terperinci

5.Permutasi dan Kombinasi

5.Permutasi dan Kombinasi 5.Permutasi dan Kombinasi Prinsip Perkalian : Jika sebuah aktivitas bisa dibentuk dalam t langkah berurutan dan langkah 1 bisa dilakukan dalam n1 cara; langkah kedua bisa dilakukan dalam n2 cara;.; langkah

Lebih terperinci

OSN MATEMATIKA SMA Hari 1 Soal 1. Buktikan bahwa untuk sebarang bilangan asli a dan b, bilangan. n = F P B(a, b) + KP K(a, b) a b

OSN MATEMATIKA SMA Hari 1 Soal 1. Buktikan bahwa untuk sebarang bilangan asli a dan b, bilangan. n = F P B(a, b) + KP K(a, b) a b OSN MATEMATIKA SMA Hari 1 Soal 1. Buktikan bahwa untuk sebarang bilangan asli a dan b, bilangan adalah bilangan bulat genap tak negatif. n = F P B(a, b + KP K(a, b a b Solusi. Misalkan d = F P B(a, b,

Lebih terperinci

BAB 3 Teori Probabilitas

BAB 3 Teori Probabilitas BAB 3 Teori Probabilitas A. HIMPUNAN a. Penulisan Hipunan Cara Pendaftaran Cara Pencirian 1) A = {a,i,u,e,o} 1) A = {X: x huruf vokal } 2) B = {1,2,3,4,5} menghasilkan data diskrit 2) B = {X: 1 x 2} menghasilkan

Lebih terperinci

1. Sebuah bangun pejal terbuat dari dua kubus bersisi 1 dan 3 meter. Berapa luas bangun tersebut dalam m 2? A) 56 B) 58 C) 59 D) 60

1. Sebuah bangun pejal terbuat dari dua kubus bersisi 1 dan 3 meter. Berapa luas bangun tersebut dalam m 2? A) 56 B) 58 C) 59 D) 60 1. Sebuah bangun pejal terbuat dari dua kubus bersisi 1 dan 3 meter. Berapa luas bangun tersebut dalam m 2? A) 56 B) 58 C) 59 D) 60 2. Sebuah botol dengan volume liter, diisi air hingga volumenya. Berapa

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2014

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2014 SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2014 Waktu : 210 Menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA Bagian Pertama

KUMPULAN SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA Bagian Pertama KUMPULAN SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA Bagian Pertama Disusun Oleh Raja Octovin P D 00 SOAL PILIHAN APRIL 008 SMA NEGERI PEKANBARU Jl Sulthan Syarif Qasim 59 Pekanbaru Bank Soal Matematika Bank Soal Matematika

Lebih terperinci

LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT. Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA.

LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT. Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA. LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA PONDOK CINA, MARET 2004 0 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I STRUKTUR ALJABAR...

Lebih terperinci

PELATIHAN OLIMPIADE MATEMATIKA

PELATIHAN OLIMPIADE MATEMATIKA MATERI PELATIHAN OLIMPIADE MATEMATIKA SMA N 7 PURWOREJO 26-28 FEBRUARI 2008 DI HOTEL PAKEMSARI SLEMAN DISUSUN OLEH : HIMMAWATI PUJI LESTARI, M.Si JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 014 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL BAGIAN PERTAMA Disusun oleh : Solusi Olimpiade Matematika Tk Provinsi 013

Lebih terperinci

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 2012

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 2012 Tutur Widodo Pembahasan OSK Matematika SMA 01 Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 01 Oleh Tutur Widodo 1. Banyaknya bilangan bulat n yang memenuhi (n 1(n 3(n 5(n 013 = n(n + (n

Lebih terperinci

II. KONSEP DASAR PELUANG

II. KONSEP DASAR PELUANG II. KONSEP DASAR PELUANG Teori Peluang memberikan cara pengukuran kuantitatif tentang kemungkinan munculnya suatu kejadian tertentu dalam suatu percobaan/peristiwa. Untuk dapat menghitung peluang lebih

Lebih terperinci

BAB MATRIKS. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

BAB MATRIKS. Tujuan Pembelajaran. Pengantar BAB II MATRIKS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi bab ini, Anda diharapkan dapat: 1. menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks untuk menunjukkan bahwa suatu matriks persegi merupakan invers

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM OLMIPA UB 2013 BIDANG MATEMATIKA

PETUNJUK UMUM OLMIPA UB 2013 BIDANG MATEMATIKA PETUNJUK UMUM OLMIPA UB 2013 BIDANG MATEMATIKA 1. Sebelum mengerjakan soal, telitilah dahulu jumlah dan nomor halaman yang terdapat pada naskah soal. Pada naskah soal ini terdiri dari 30 soal pilihan ganda

Lebih terperinci

Bab 11 PELUANG. Contoh : 5! = = 120

Bab 11 PELUANG. Contoh : 5! = = 120 PELUANG Bab 11 1. Faktorial Faktorial adalah perkalian bilangan asli berurutan Hasil perkalian dari n bilangan asli pertama yang terurut dikatakan sebagai n faktorial (n!) n! n( n 1)( n 2)...3.2.1 5! =

Lebih terperinci

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun Oleh Tutur Widodo. (n 1)(n 3)(n 5)(n 2013) = n(n + 2)(n + 4)(n )

Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun Oleh Tutur Widodo. (n 1)(n 3)(n 5)(n 2013) = n(n + 2)(n + 4)(n ) Pembahasan Olimpiade Matematika SMA Tingkat Kabupaten Tahun 01 Oleh Tutur Widodo 1. Banyaknya bilangan bulat n yang memenuhi adalah... (n 1)(n 3)(n 5)(n 013) = n(n + )(n + )(n + 01) Jawaban : 0 ( tidak

Lebih terperinci

MATERI KULIAH STATISTIKA I PROBABLITAS. (Nuryanto, ST., MT)

MATERI KULIAH STATISTIKA I PROBABLITAS. (Nuryanto, ST., MT) MATERI KULIAH STATISTIKA I PROBABLITAS (Nuryanto, ST., MT) Pendahuluan Percobaan : proses yang menghasilkan data Ruang Contoh (S) : hasil percobaan himpunan yang memuat semua kemungkinan Kejadian = Event

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL OSP MATEMATIKA SMP PEMBINAAN GURU OLIMPIADE DISUSUN: DODDY FERYANTO

KUMPULAN SOAL OSP MATEMATIKA SMP PEMBINAAN GURU OLIMPIADE DISUSUN: DODDY FERYANTO KUMPULAN SOAL OSP MATEMATIKA SMP PEMBINAAN GURU OLIMPIADE DISUSUN: DODDY FERYANTO DIURUTKAN BERDASARKAN TAHUN DAN DIKUMPULKAN BERDASARKAN TOPIK MATERI BILANGAN 2011 1. Jika x adalah jumlah 99 bilangan

Lebih terperinci

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 01 MATEMATIKA SMA/MA PETUNJUK UNTUK PESERTA: 1. Tes terdiri dari dua bagian. Tes bagian pertama terdiri dari 0 soal isian singkat dan tes

Lebih terperinci

Pencacahan. Learning is not child's play, we cannot learn without pain. Aristotle. Matema(ka Komputasi - Pencacahan. Agi Putra Kharisma, ST., MT.

Pencacahan. Learning is not child's play, we cannot learn without pain. Aristotle. Matema(ka Komputasi - Pencacahan. Agi Putra Kharisma, ST., MT. Pencacahan Learning is not child's play, we cannot learn without pain. Aristotle 1 Berapakah jumlah bilangan bulat dari 5 sampai 12? Jawaban: 8 m n 5 6 7 8 9 10 11 12 m m+1 m+2 m+3 m+4 m+5 m+6 m+7 1 2

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA

LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA Latihan 1 1. A. NOTASI SIGMA 1. Pengertian Notasi Sigma Misalkan jumlah n suku pertama deret aritmatika adalah S n = U 1 + U 2 + U 3 + + U

Lebih terperinci

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Provinsi. Tutur Widodo. Bagian Pertama : Soal Isian Singkat

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Provinsi. Tutur Widodo. Bagian Pertama : Soal Isian Singkat Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 013 Seleksi Tingkat Provinsi Tutur Widodo Bagian Pertama : Soal Isian Singkat 1. Diberikan tiga lingkaran dengan radius r =, yang saling bersinggungan. Total luas dari

Lebih terperinci

Nama:... Kelas/Kelompok :... Tanggal:... Pola Bilangan Genap dan Bilangan Ganjil

Nama:... Kelas/Kelompok :... Tanggal:... Pola Bilangan Genap dan Bilangan Ganjil 6.1 61 Nama:... Kelas/Kelompok :... Tanggal:... Pola Bilangan Genap dan Bilangan Ganjil 1. Sebelum kita belajar lebih jauh, untuk mendalami pola bilangan lakukan kegiatan berikut ini. Bahan : Satu lembar

Lebih terperinci

Learning Outcomes Pencacahan Permutasi Kombinasi Sebaran Bola dalam Keranjang Kesimpulan. Kombinatorika. Julio Adisantoso.

Learning Outcomes Pencacahan Permutasi Kombinasi Sebaran Bola dalam Keranjang Kesimpulan. Kombinatorika. Julio Adisantoso. 11 Pebruari 2014 Learning Outcome Mahasiswa dapat memahami pentingnya teknik counting problem dalam Ilmu Hitung Peluang Mahasiswa mengetahui dan memahami teknik kombinatorika Mahasiswa dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB V BILANGAN BULAT

BAB V BILANGAN BULAT BAB V BILANGAN BULAT PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibicarakan sistem bilangan bulat, yang akan dimulai dengan memperluas sistem bilangan cacah dengan menggunakan sifat-sifat baru tanpa menghilangkan

Lebih terperinci

PELUANG. Permutasi dengan beberapa elemen yang sama: Dari n obyek terdapat n

PELUANG. Permutasi dengan beberapa elemen yang sama: Dari n obyek terdapat n PELUANG Bab 11 1. Faktorial Faktorial adalah perkalian bilangan asli berurutan Hasil perkalian dari n bilangan asli pertama yang terurut dikatakan sebagai n faktorial (n!) n! n( n 1)( n 2)...3.2.1 5! =

Lebih terperinci

Probabilitas = Peluang

Probabilitas = Peluang 1. Pendahuluan Probabilitas = Peluang Percobaan : proses yang menghasilkan data Ruang Contoh (S) : himpunan yang memuat semua kemungkinan hasil percobaan Kejadian = Event : himpunan bagian dari ruang contoh

Lebih terperinci

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 MATEMATIKA SMA/MA PETUNJUK UNTUK PESERTA: 1. Tes terdiri dari dua bagian. Tes bagian pertama terdiri dari 20 soal isian singkat dan

Lebih terperinci

HIMPUNAN Adri Priadana ilkomadri.com

HIMPUNAN Adri Priadana ilkomadri.com HIMPUNAN Adri Priadana ilkomadri.com Definisi Set atau Himpunan adalah bentuk dasar matematika yang paling banyak digunakan di teknik informatika Salah satu topik yang diturunkan dari Himpunan adalah Class

Lebih terperinci

Pelatihan-osn.com Konsultan Olimpiade Sains Nasional contact person : ALJABAR

Pelatihan-osn.com Konsultan Olimpiade Sains Nasional  contact person : ALJABAR ALJABAR 1. Diberikan a 4 + a 3 + a 2 + a + 1 = 0. Tentukan a 2000 + a 2010 + 1. 2. Diberikan sistem persamaan 2010(x y) + 2011(y z) + 2012(z x) = 0 2010 2 (x y) + 2011 2 (y z) + 2012 2 (z x) = 2011 Tentukan

Lebih terperinci

BAB V BARISAN DAN DERET BILANGAN

BAB V BARISAN DAN DERET BILANGAN BAB V BARISAN DAN DERET BILANGAN Peta Konsep Barisan dan Deret Bilangan mempelajari Pola bilangan Barisan bilangan Deret bilangan jenis jenis Aritmatika Geometri Aritmatika Geometri mempelajari Sifat Rumus

Lebih terperinci

KOMBINATORIKA DAN PELUANG. Jika n adalah bilangan asli, maka n factorial, ditulis n! diartikan sebagai

KOMBINATORIKA DAN PELUANG. Jika n adalah bilangan asli, maka n factorial, ditulis n! diartikan sebagai KOMBINATORIKA DAN PELUANG Faktorial Jika n adalah bilangan asli, maka n factorial, ditulis n! diartikan sebagai n(n-1)(n-2).3.2.1 dan didefinisikan 0!=1 Permutasi Permutasi dari n unsur adalah banyaknya

Lebih terperinci

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 MATEMATIKA SMA/MA PETUNJUK UNTUK PESERTA: 1. Tes terdiri dari dua bagian. Tes bagian pertama terdiri dari 20 soal isian singkat dan

Lebih terperinci

1. Kompetisi ISPO diselenggarakan rutin setiap tahun sejak Maka pada 2006, adalah penyelenggaraan yang ke- A) 15 B) 16 C) 17 D) 13

1. Kompetisi ISPO diselenggarakan rutin setiap tahun sejak Maka pada 2006, adalah penyelenggaraan yang ke- A) 15 B) 16 C) 17 D) 13 1. Kompetisi ISPO diselenggarakan rutin setiap tahun sejak 1991. Maka pada 2006, adalah penyelenggaraan yang ke- A) 15 B) 16 C) 17 D) 13 2. A) 0 B) 106 C) 114 D) 126 3. Titik O terletak di tengah bidang

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5. Teori Himpunan

PERTEMUAN 5. Teori Himpunan PERTEMUAN 5 Teori Himpunan Teori Himpunan Definisi 7: Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang terdfinisi dengan jelas Penyajian Himpunan 1. Enumerasi Enumerasi artinya menuliskan semua elemen (anggota)

Lebih terperinci

Pembahasan Soal Final Kompetisi Matematika Pasiad ( KMP ) VIII Tahun 2012 Tingkat SMP

Pembahasan Soal Final Kompetisi Matematika Pasiad ( KMP ) VIII Tahun 2012 Tingkat SMP Pembahasan Soal Final Kompetisi Matematika Pasiad ( KMP ) VIII Tahun 01 Tingkat SMP Oleh Tutur Widodo I. Soal Pilihan Ganda (Cara Penilaian : Benar = 1 poin, Kosong = 0, Salah = 0.5 poin) 1. Terdapat berapa

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN TRAINING OF TRAINER OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SRANDAKAN BANTUL. Oleh :

MATERI PELATIHAN TRAINING OF TRAINER OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SRANDAKAN BANTUL. Oleh : MATERI PELATIHAN TRAINING OF TRAINER OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SRANDAKAN BANTUL Oleh : Musthofa, M.Sc Nikenasih Binatari, M.Si FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMUPENGETAHUAN

Lebih terperinci

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-25

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-25 LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-25 Babak Penyisihan Tingkat SMA Minggu, 9 November 20 HIMPUNAN MAHASISWA MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKIP UTARA UNIT III

Lebih terperinci

4. Sebuah toko perlengkapan olahraga menyebarkan brosur sebagai berikut :

4. Sebuah toko perlengkapan olahraga menyebarkan brosur sebagai berikut : 1. Jika 3x2006 = 2005+2007+a, maka a sama dengan A) 2003 B) 2004 C) 2005 D) 2006 2. Berapa angka terbesar yang mungkin didapat dari kombinasi susunan enam kartu angka di bawah ini? A) 6 475 413 092 B)

Lebih terperinci

HIMPUNAN MAHASISWA MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKIP UTARA UNIT III BULAKSUMUR P.O.

HIMPUNAN MAHASISWA MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKIP UTARA UNIT III BULAKSUMUR P.O. HIMPUNAN MAHASISWA MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKIP UTARA UNIT III BULAKSUMUR P.O. BOX BLS 2 YOGYAKARTA5528 lmnas@ugm.ac.id http://lmnas.fmipa.ugm.ac.id

Lebih terperinci

3. Kuadrat dari hasil penjumlahan angka 5 dan 6, dikurangi hasil perkalian kedua angka tersebut

3. Kuadrat dari hasil penjumlahan angka 5 dan 6, dikurangi hasil perkalian kedua angka tersebut 1. Pada sisi kanan dan kiri sebuah jalan raya terdapat perumahan. Rumah-rumah yang terdapat di sisi kiri jalan dinomori berurutan dengan nomor ganjil dari angka 1 sampai 39. Rumah-rumah di sebelah kanan

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 009 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 00 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL BAGIAN PERTAMA Disusun oleh : Solusi Olimpiade Matematika Tk Provinsi 009 Bagian

Lebih terperinci

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 MATEMATIKA SMA/MA PETUNJUK UNTUK PESERTA: 1. Tes terdiri dari dua bagian. Tes bagian pertama terdiri dari 20 soal isian singkat dan

Lebih terperinci

Jikax (2 x) = 57, maka jumlah semua bilangan bulat x yang memenuhi adalah A. -5 B. -1 C. 0 D. 1 E. 5

Jikax (2 x) = 57, maka jumlah semua bilangan bulat x yang memenuhi adalah A. -5 B. -1 C. 0 D. 1 E. 5 Soal Babak Penyisihan OMITS 011 BAGIAN I. PILIHAN GANDA 1. Hasil kali sebarang bilangan rasional dengan sebarang bilangan irasional selalu merupakan anggota dari himpunan bilangan A. Bulat B. Asli C. Rasional

Lebih terperinci

MAKALAH MATEMATIKA SEKOLAH 2 ATURAN PERKALIAN DAN PERMUTASI

MAKALAH MATEMATIKA SEKOLAH 2 ATURAN PERKALIAN DAN PERMUTASI MAKALAH MATEMATIKA SEKOLAH 2 ATURAN PERKALIAN DAN PERMUTASI Oleh: Anggota Kelompok 2 : 1. Alfia Anggraeni Putri (12030174021) 2. Lusi Rahmawati (12030 174208) 3. Rahma Anggraeni (12030 174226) 4. Raka

Lebih terperinci

Pembahasan Soal OSK SMA 2018 OLIMPIADE SAINS KABUPATEN/KOTA SMA OSK Matematika SMA. (Olimpiade Sains Kabupaten/Kota Matematika SMA)

Pembahasan Soal OSK SMA 2018 OLIMPIADE SAINS KABUPATEN/KOTA SMA OSK Matematika SMA. (Olimpiade Sains Kabupaten/Kota Matematika SMA) Pembahasan Soal OSK SMA 018 OLIMPIADE SAINS KABUPATEN/KOTA SMA 018 OSK Matematika SMA (Olimpiade Sains Kabupaten/Kota Matematika SMA) Disusun oleh: Pak Anang Pembahasan Soal OSK SMA 018 OLIMPIADE SAINS

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2009

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2009 SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2009 Bidang Matematika Bagian Pertama Waktu : 90 Menit DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SOLUSI SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL SMP SELEKSI TINGKAT PROPINSI TAHUN 2015 BIDANG MATEMATIKA

SOLUSI SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL SMP SELEKSI TINGKAT PROPINSI TAHUN 2015 BIDANG MATEMATIKA SOLUSI SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL SMP SELEKSI TINGKAT PROPINSI TAHUN 015 BIDANG MATEMATIKA BAGIAN A: SOAL ISIAN SINGKAT 1. Banyak faktor persekutuan dari 1515 dan 530 yang merupakan bilangan genap positip

Lebih terperinci

Percobaan : proses yang menghasilkan data Ruang Contoh (S) : himpunan yang memuat semua kemungkinan hasil percobaan

Percobaan : proses yang menghasilkan data Ruang Contoh (S) : himpunan yang memuat semua kemungkinan hasil percobaan Probabilitas = Peluang (Bagian I) 1. Pendahuluan Percobaan : proses yang menghasilkan data Ruang Contoh (S) : himpunan yang memuat semua kemungkinan hasil percobaan Comment [sls1]: Page: 1 Misal : a. Ruang

Lebih terperinci

Bab 6. Barisan dan Deret. Standar Kompetensi

Bab 6. Barisan dan Deret. Standar Kompetensi Bab 6 Barisan dan Deret Standar Kompetensi Memahami sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar serta penggunaannya dalam memecahkan masalah sederhana Kompetensi Dasar 6.1 Menentukan pola barisan bilangan

Lebih terperinci

Perluasan permutasi dan kombinasi

Perluasan permutasi dan kombinasi Perluasan permutasi dan kombinasi Permutasi dengan pengulangan Kombinasi dengan pengulangan Permutasi dengan obyek yang tidak dapat dibedakan Distribusi obyek ke dalam kotak Permutasi dengan pengulangan

Lebih terperinci

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 MATEMATIKA SMA/MA PETUNJUK UNTUK PESERTA: 1. Tes terdiri dari dua bagian. Tes bagian pertama terdiri dari 20 soal isian singkat dan

Lebih terperinci

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-27

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-27 LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-27 Babak Penyisihan Tingkat SMP Minggu, 0 Oktober 2016 HIMPUNAN MAHASISWA MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKIP UTARA UNIT

Lebih terperinci

PERMUTASI & KOMBINASI

PERMUTASI & KOMBINASI MODUL MATEMATIKA 11.1.4 PERMUTASI & KOMBINASI KELAS : XI BAHASA SEMESTER : I (SATU) Disusun Oleh : Drs. Pundjul Prijono Nip. 19580117.198101.1.003 http://vidyagata.word press.com/ PEMERINTAH KOTA MALANG

Lebih terperinci

- Yadi Nurhayadi - M O D U L S T A T I S T I K A BAB 1 PELUANG

- Yadi Nurhayadi - M O D U L S T A T I S T I K A BAB 1 PELUANG - - M O D U L S T A T I S T I K A BAB 1 PELUANG Ilmu Statistika sering disebut sebagai ilmu peluang. Statistika bertanggung jawab atas banyak hal. Di setiap negara, lembaga yang sejenis dengan Biro Pusat

Lebih terperinci

Latihan Ujian 2012 Matematika

Latihan Ujian 2012 Matematika Latihan Ujian 2012 Matematika Hari/Tanggal : Minggu, 19 Februari 2012 Waktu : 120 menit Jumlah Soal : 60 soal Petunjuk Tulis nomor peserta dan nama Anda di tempat yang disediakan pada Lembar Jawaban. Materi

Lebih terperinci

PREDIKSI UN MATEMATIKA SMP

PREDIKSI UN MATEMATIKA SMP [Type text] MGMP MATEMATIKA SMPN SATU ATAP KAB. MALANG PREDIKSI UN MATEMATIKA SMP Sesuai kisi-kisi UN 0 plus Marsudi Prahoro 0 [Type text] Page M G M P M A T S A T A P M A L A N G. W O R D P R E S S. C

Lebih terperinci

Contoh-contoh soal induksi matematika

Contoh-contoh soal induksi matematika Contoh-contoh soal induksi matematika Buktikan bahwa 2 n > n + 20 untuk setiap bilangan bulat n 5. (i) Basis induksi : Untuk n = 5, kita peroleh 2 5 > 5 + 20 adalah suatu pernyataan yang benar. (ii) Langkah

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Notasi dan Ordo Matriks Lengkapilah isian berikut! Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital, misalnya: A. PENGERTIAN MATRIKS 1) Tabel

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI 2012 OLEH :SAIFUL ARIF, S.Pd (SMP NEGERI 2 MALANG)

PEMBAHASAN SOAL OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI 2012 OLEH :SAIFUL ARIF, S.Pd (SMP NEGERI 2 MALANG) PEMBAHASAN SOAL OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI 0 OLEH :SAIFUL ARIF, S.Pd (SMP NEGERI MALANG) PEMBAHASAN SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL SMP A. ISIAN SINGKAT SELEKSI TINGKAT PROPINSI TAHUN 0 BIDANG STUDI

Lebih terperinci