BAB VI STRATEGI NAFKAH PEDAGANG MAKANAN
|
|
- Hengki Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI STRATEGI NAFKAH PEDAGANG MAKANAN Usaha berdagang makanan merupakan sektor informal yang selalu dinamis, yang penghasilannya tidak menentu dan siapa saja bisa memasuki sektor tersebut. Hart (1985) menyatakan bahwa pendapatan pada sektor informal didasarkan pada usaha sendiri bukan berdasarkan gaji. Usaha berdagang makanan ini dilakukan dengan memanfaatkan sumber-sumber nafkah. Sumber-sumber nafkah ini menjadi basis nafkah dalam membangun strategi nafkah. Dharmawan (2007) menyatakan bahwa basis nafkah adalah segala aktivitas ekonomi pertanian dan ekonomi non-pertanian, di mana setiap individu atau rumah tangga dapat memanfaatkan peluang nafkah dengan memainkan kombinasi modal-keras (tanah, finansial, dan fisik) dan modal-lembut berupa intelektualitas dan keterampilan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia, untuk menghasilkan sejumlah strategi-penghidupan (livelihoods strategies). Pada usaha berdagang makanan yang memiliki pendapatan yang tidak menentu dan basis nafkah terbatas mengakibatkan pedagang makanan melakukan strategi nafkah. Dharmawan (2007) menyatakan bahwa strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok untuk mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial dan sistem nilai budaya yang berlaku. Kemudian dalam penelitian Iqbal (2004) menjelaskan bahwa strategi nafkah dilakukan melalui pola jaringan keamanan sosial berlapis dilakukan untuk menghadapi beberapa kemungkinan buruk yang menimpa individu atau rumah tangga. Untuk menjelaskan strategi nafkah yang dilakukan oleh pedagang makanan di Jalan Babakan, maka subbab berikut ini menjelaskan secara rinci sistem penghidupan rumah tangga pedagang makanan. Setelah penjelasan sistem penghidupan rumah tangga pedagang makanan, maka disusul dengan penjelasan strategi-strategi nafkah yang dilakukan oleh pedagang makanan di Jalan Babakan. Sistem Penghidupan Rumah Tangga Pedagang Makanan Sistem Usaha Berdagang Makanan Berdasarkan observasi usaha berdagang makanan di Jalan Babakan, menunjukkan bahwa pengelolaan usaha berdagang makanan dengan manajemen usaha yang sederhana dengan cara tradisional. Usaha berdagang makanan ini juga belum terakomodir secara teratur sehingga banyak pedagang makanan yang berdagang di pinggir jalan, trotoar dan bangunan-bangunan yang berada di permukinan padat penduduk. Usaha berdagang makanan yang bertempat di trotoar dan pinggir jalan pada umumnya menjalankan usaha berdagang dengan menggunakan gerobak atau tenda, bertempat di public area seperti trotoar dan pinggir jalan, dan menggunakan air sumur dalam ember. Sementara itu, usaha berdagang yang berada di permukiman padat penduduk pada umumnya menjalankan usaha berdagang di bangunan tembok permanen melalui sewa atau bangunan milik sendiri yang bangunannya bergabung dengan bangunan rumah
2 50 tempat tinggal. Berikut ini terdapat tabel matriks yang menjelaskan lokasi, teknologi, pengadaan bahan baku dan resiko berdagang yang dialami oleh contoh kasus dari responden. Tabel 12. Matriks perbedaan sistem usaha berdagang makanan contoh kasus pedagang makanan di Jalan Babakan, tahun 2012 Contoh kasus Hasil obervasi Ibu EP (28 tahun), tergolong pada jenis usaha yang mempekerjakan pegawai yaitu mempekerjakan suaminya. (1) Detail lokasi Di trotoar depan telkom Babakan. (2) Detail teknologi a) Ketika berdagang Ibu EP meletakkan satu gerobak kayu dorong sewaan di pinggir jalan. Di samping gerobak terdapat tiga ember yang berisi air untuk mencuci piring, mangkok, sendok, dan gelas yang telah digunakan konsumen. Di belakang gerobak yaitu tepatnya di trotoar terdapat juga enam kursi plastik dan satu meja kayu berukuran kurang lebih 60 cm x 2 m. Di atas trotoar tersebut dipasang terpal kurang lebih seluas emam meter persegi untuk mengayomi kursi dan meja. Terpal yang digunakan dalam berdagang tersebut sudah sobek. b) Tidak ada gaji untuk pegawai karena pegawai adalah suami sendiri. (3) Detail pengadaan bahan baku Dengan cara membeli bahan-bahan berdagang pada pedagang langgananya. (4) Detail resiko berdagang Penipuan yang dilakukan oleh konsumen, relokasi atau penggusuran, dan biaya retribusi. Ibu SKS (48 tahun), tergolong pada jenis usaha yang mempekerjakan pegawai yaitu mempekerjakan suaminya dan satu pegawai. (1) Detail lokasi Di bangunan sewa yang terletak di Babakan Tengah. (2) Detail teknologi a) Warung makan ini terkenal dengan tempe mendoannya. Tempe mendoan dibuat oleh Ibu SKS dan pegawainya sendiri setelah warung tutup. Di dalam warung terdapat satu buah etalase ukurannya kurang lebih 1 m x 40 cm, tiga meja berukuran kurang lebih 1,5 m x 60 cm, satu meja berukuran kurang lebih 2 m x 0,5 m, tiga kursi kayu yang berukuran kurang lebih 1 m x 20 cm, dua belas kursi plastik, piring, gelas, teko air, sendok, garpu, kompor, ricecooker, cobek, panci, penggorengan, dan rak piring. Sementara itu, di warung terdapat kran air yang mengalirkan air tampungan dari sumur. b) Pegawai digaji sebesar Rp per bulan dan suami tidak digaji. (3) Detail pengadaan bahan baku Dengan cara pergi ke pasar untuk membeli bumbu masak, kedelai, daun pisang, ayam dan sayur pada satu pedagang langganannya, sedangkan Ibu SKS membeli ikan pada pedagang yang memberi harga termurah. Sementara itu, telur, beras, gas, dan air galon diantarkan oleh toko langganannya. (4) Detail resiko berdagang Banyaknya jenis tarikan dana yang diminta oleh pihak desa seperti uang sampah, pengajian akbar, dan santunan anak yatim.
3 Pada tabel matriks 12 menunjukkan bahwa sistem usaha berdagang makanan yang bertempat di public area berbeda dengan sistem usaha berdagang makanan yang bertempat di area permukiman pada penduduk, walaupun teknologi yang digunakan sama yaitu teknologi yang tergolong sederhana. Berdasarkan observasi, penggunaan teknologi sederhana pada usaha dagang makanan di public area yaitu berupa digunakannya gerobak kayu dorong, air yang ditempatkan pada ember, satu jenis pisau dapur, dan berbelanja di pasar tradisional. Resiko yang dihadapi dalam berdagang makanan di public area berupa penipuan oleh konsumen, relokasi, penggusuran dan uang retribusi. Sementara itu, teknologi yang digunakan oleh pedagang makanan yang berdagang di permukiman padat penduduk Jalan Babakan juga tergolong sederhana. Teknologi sederhana ini ditunjukkan oleh pemakaian air sumur, belanja di pasar tradisional, penggunaan cobek, dan jenis panci masak yang masih biasa. Resiko yang dialami oleh pedagang makanan yang berdagang di permukiman adalah banyaknya penarikan jenis-jenis dana yang dilakukan oleh aparat desa. Berdasarkan tabel matriks 12 juga menunjukkan bahwa walaupun terdapat perbedaan sistem usaha berdagang makanan yang bertempat di public area dan di permukiman padat penduduk, tetapi pada intinya sama yaitu sistem usaha yang mereka kerjakan masih menggunakan teknologi sederhana. Sementara itu, terdapat perbandingan resiko yang dialami oleh pedagang makanan di public area dan di permukiman padat penduduk. Resiko yang dihadapi oleh pedagang makanan di public area adalah penipuan oleh konsumen, relokasi, penggusuran dan uang retribusi. Resiko yang dihadapi oleh pedagang makanan di permukiman padat penduduk adalah banyaknya penarikan jenis-jenis dana yang dilakukan oleh aparat desa dan libur akademik mahasiswa. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa resiko pedagang makanan di public area lebih tinggi dari pada resiko pedagang makanan di permukiman padat penduduk, karena pedagang makanan di public area beresiko terhadap penggusuran sehingga dapat mengakibatkan hilangnya sumber nafkah. Hal ini diperkuat dengan contoh kasus Ibu NAR. Katanya IPB akan menggusur pedagang-pedagang seperti saya Mbak. Ya, saya harus bagaimana jika nanti itu benar-benar terjadi. Saya berfikir bagaimana keadaan saya nanti. Saya mencari makan dari berdagang seperti ini Mbak. Malah akhir-akhir ini pegawai desa semakin menekan pedagang seperti saya dengan alasan katanya pedagang seperti saya itu bisa berjualan berkat pertolongan dari desa. Makanya Mbak pegawai desa mau menaikan uang retribusi dari Rp3500 per hari Rp per hari jika tidak membayar katanya saya disuruh tidak berjualan di sini (NAR, 41 tahun). Contoh kasus Ibu NAR yang merupakan pedagang makanan yang berdagang di trotoar, menunjukkan bahwa Ibu NAR sangat khawatir dengan adanya resiko penggusuran dan naiknya tarif retribusi. Bagi Ibu NAR trotoar adalah sumber nafkah yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi tuntutan kehidupan agar bisa bertahan hidup. Maka dari itu, resiko penggusuran sangat mengancam sumber penghidupannya. Selain itu, terdapat juga ancaman yang datang dari preman dan aparat IPB, hal ini sesuai dengan penuturan Ibu NEN dan Bapak AHS. Dulu ketika saya masih bekerja di warung-warung milik keluarga saya, saya sering melihat preman dan anak buahnya yang makan tanpa membayar. Kemudian untuk mendapatkan tempat berdagang di trotoar maka harus membeli pada orang yang sebelumnya menempati lahan tersebut dan juga harus tetap bayar ke desa serta orang yang berkuasa di situ Mbak, yang biasa disebut preman sanalah. Belum lagi 51
4 52 jika ada isu penggusuran dan relokasi maka pedagang-pedagang yang ada di sana iuran untuk menyuap seorang oknum dari pihak IPB atau desa agar usaha berdagang makanan tidak di bongkar (NEN, 25 tahun). Berdasarkan penuturan Ibu NEN menunjukkan bahwa dalam usaha memperoleh ijin tempat berdagang maka pedagang yang berdagang di trotoar Jalan Babakan harus membayar sejumlah uang kepada pedagang yang sebelumnya menempati trotoar tersebut, kemudian juga harus membayar sejumlah uang pada aparat desa dan preman yang menguasai area tersebut. Selain itu, para preman dan anak buahnya juga memeras para pedagang makanan dengan cara makan makanan dagangan tanpa membayarkan sejumlah uang kepada pedagang makanan. Penggunaan public area seperti trotoar ini sebagai tempat berdagang, sangat rawan terjadi penggusuran atau penertiban. Oleh karena itu, terdapat celah bagi oknum dari beberapa instansi untuk melakukan pemungutan liar. Penuturan Ibu NEN ini diperkuat oleh penuturan Bapak AHS. Penarikan uang retribusi dari para pedagang itu di bawahi oleh dua pihak yaitu pihak desa yang mengambil uang retribusi di auning (pedagang yang berjualan di trotoar dan pinggir jalan) dan pihak IPB yang mengambil uang hak guna usaha dari para pedagang berkios di Babakan Raya. Dulu sekitar dua tahun ada oknum IPB yang juga memungut uang retribusi dari auning, akibatnya para pedagang merasa aman berdagang di auning itu. Pada tahun 2013 ada rencana dari IPB untuk mentata ulang pedagang yang ada di Babakan Raya. Ya, kalau saya sebagai ketua paguyuban pedagang sih mendukung kebijakan yang positif saja dan saya akan memperjuangkan agar tidak ada kapitalisme yang bermodal untuk menguasai kioskios tersebut nantinya. Menurut saya, pihak Bisnis dan Kemitraan IPB cenderung frontal dalam upaya pengusiran para pedagang kaki lima yang berada di trotoar, karena pihak dari IPB ini mengambil kebijakan yang tidak terlebih dulu disosialisasikan kepada para pedagang. Ya, kalau para pedagang diusir nanti bagaimana keadaan keluarga pedagang. Seharusnya, pihak IPB mendekati masyarakat menggunakan hati bukan otak (AHS, ketua paguyuban pedagang di kios Babakan Raya). Berdasarkan penuturan Pak AHS menunjukkan bahwa berdagang di trotoar mempunyai resiko penggusuran dan relokasi yang dilakukan oleh pihak berwenang yaitu IPB. Dari kewenangan IPB ini terdapat oknum IPB yang melakukan penarikan uang retribusi pada pedagang makanan yang berdagang di trotoar Jalan Babakan, sehingga para pedagang makanan merasa aman dari penggusuran atau relokasi. Resiko-resiko yang dihadapi oleh pedagang makanan di Jalan Babakan adalah penipuan oleh konsumen, pemerasan oleh preman, adanya penggusuran atau relokasi, banyaknya penarikan jenis-jenis dana yang dilakukan oleh aparat desa. Atas dasar adanya resiko-resiko tersebut maka rumah tangga pedagang makanan tidak bisa menggantungkan hidupnya pada usaha berdagang makanan, melainkan harus melakukan income diversity berupa adanya pekerjaan sampingan seperti buruh cuci baju, tukang pijit, dan mempekerjakan anggota rumah tangga. Sumber Nafkah Rumah Tangga Pedagang Makanan Ellis (2000) menyatakan bahwa terdapat lima jenis modal yang diidentifikasi sebagai basis sumber nafkah untuk membangun strategi nafkah. Kelima modal tersebut adalah modal alam, fisik, sumber daya manusia, finansial dan sosial. Modal alam mengacu pada sumber daya alam (tanah, air, pohon) yang menghasilkan produk yang digunakan oleh populasi manusia untuk kelangsungan
5 hidup mereka. Modal fisik mengacu pada aset dibawa untuk mengeksistensikan proses produksi ekonomi. Modal manusia mengacu pada tingkat pendidikan dan status kesehatan individu dan populasi. Modal finansial mengacu pada stok uang tunai yang dapat diakses untuk membeli baik barang produksi atau konsumsi, dan akses pada kredit. Modal sosial mengacu pada jaringan sosial dan asosiasi di mana orang berpartisipasi, dan mereka dapat memperoleh dukungan yang memberikan kontribusi untuk mata pencaharian mereka. Sementara itu, Dharmawan (2007) menyatakan bahwa keberadaan struktur sosial-ekonomi sebagai faktor tunggal penentu sebuah strategi nafkah, sehingga sistem nafkah (kumpulan strategi nafkah) merupakan respon adaptif-reaktif masyarakat atas tekanan perubahan struktur ekonomi dan institusional yang membelenggu sistem penghidupan mereka. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa strategi nafkah dibentuk oleh lima basis sumber nafkah (modal alam, fisik, sumberdaya manusia, finansial dan sosial) yang dipengaruhi oleh keberadaan struktur sosial-ekonomi. Setiap sistem penghidupan yang dibangun oleh rumah tangga selalu berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh lima basis nafkah (modal alam, fisik, sumberdaya manusia, finansial dan sosial) yang telah mengalami tekanan akibat perbedaan struktur sosial-ekonomi. Pada Mazhab Bogor, strategi penghidupan dan nafkah pedesaan dibangun selalu menunjuk ke sektor pertanian (dalam arti luas). Dalam posisi sistem nafkah yang denikian, basis nafkah rumahtangga petani adalah segala aktifitas ekonomi pertanian dan ekonomi non-pertanian. Karakteristik sistem penghidupan dan nafkah yang dicirikan oleh bekerjanya dua sektor ekonomi, juga sangat ditentukan oleh sistem sosial-budaya setempat. Terdapat tiga elemen sistem sosial terpenting yang sangat menentukan bentuk strategi nafkah yang dibangun oleh petani kecil dan rumahtangganya. Ketiga elemen tersebut adalah: (1) infrastruktur sosial (setting kelembagaan dan tatanan norma sosial yang berlaku), (2) struktur sosial (setting lapisan sosial, struktur agararia, struktur demografi, pola hubungan pemanfaatan ekosistem lokal, pengetahuan lokal), (3) supra-struktur sosial (setting ideologi, etikamoral ekonomi, dan sistem nilai yang berlaku) (Dhramawan 2007: 179). Berdasarkan beberapa penelitian-penelitian sebelumnya dapat dibandingkan sistem nafkah yang dibangun oleh rumah tangga pedesaan, daerah suburban, dan perkotaan dalam mengeksistensikan kehidupan. Pemilihan lokasi yang berjenjang ini dimaksudkan untuk melihat dampak perbedaan struktur sosial-ekonomi pada sistem nafkah yang dibangun oleh masing-masing rumah tangga pada lokasilokasi tersebut. Berdasarkan tabel matriks 13 menunjukkan bahwa sistem nafkah yang dibangun pada masing-masing rumah tangga di masing-masing lokasi mempunyai perbedaan. Dari lokasi pedesaan, daerah suburban, sampai daerah perkotaan menunjukkan semakin beragam strategi nafkah yang dibangun untuk mempertahankan hidup. Hal ini karena dari lokasi pedesaan, daerah suburban, sampai daerah perkotaan menunjukkan ketersediaan sumber nafkah yang semakin berkurang akibat perbedaan struktur sosial-ekonomi. Berkurangnya sumber nafkah dan tekanan struktur sosial-ekonomi inilah yang kemudian mendorong rumah tangga memanipulasi dan mengoptimalkan sumber nafkah yang bisa diakses. 53
6 54 Tabel 13. Matriks perbandingan strategi nafkah rumah tangga berdasarkan subyek penelitian. Judul Penelitian Sistem nafkah rumah tangga petani kentang di dataran tinggi Dieng 3 Strategi nafkah sektor informal di daerah subburban Strategi nafkah rumah tangga miskin perkotaan 5 Subyek Penelitian Rumah tangga petani kentang Rumah tangga pedagang makan Rumah tangga miskin perkotaan Lokasi Penelitian Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah Jalan Babakan, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Kampung Sawah, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara Strategi Nafkah yang Dibangun (1) strategi intensifikasi lahan pertanian (on farm), (2) strategi mendiversifikasi sumber nafkah (on farm dan non farm) yaitu migrasi dan berdagang. (1) pola nafkah ganda, (2) strategi mengeksploitasi diri, (3) strategi menekan biaya berdagang, (4) strategi pemanfaatan lahan, (5) strategi mempekerjakan anggota keluarga, (6) strategi pembagian kerja, (7) strategi ekspansi usaha, serta (8) strategi berhutang dan pencairan investasi 4. (1) pola nafkah ganda, (2) pemanfaatan kelembagaan ekonomi, (3) pemanfaatan jaringan sosial, (4) nafkah berbasis perdagangan, (5) mengganti jenis makanan, (6) nafkah berbasis rumah kontrakan, (7) nafkah berbasis peluang kerja di sektor industri, (8) berhutang, dan (9) mencairkan aset rumah tangga. Berdasarkan tabel matriks 13, menunjukkan bahwa berkurangnya sumber nafkah dan tekanan struktur sosial-ekonomi yang mendorong rumah tangga memanipulasi dan mengoptimalkan sumber nafkah yang bisa diakses. Basis nafkah rumah tangga pedagang makanan untuk membangun sistem nafkah terdiri dari lima sumber nafkah yaitu modal alam, fisik, sumber daya manusia, finansial dan sosial. Pertama, modal alam berupa pemanfaatan lahan yang digunakan dalam menjalankan usaha berdagang makanan seperti public area, lahan sewa atau lahan miliki sendiri. Kedua, modal fisik berupa wujud fisik bangunan yang digunakan dalam berdagang seperti mendirikan tenda atau bangunan tembok. Ketiga, modal sumber daya manusia berupa pendidikan terakhir yang ditempuh pedagang makanan dan jumlah pegawai yang dipekerjakan dalam menjalankan usaha 3 Sumber: skripsi yang ditulis oleh Turasih pada tahun tahun 2012 yang sudah dianalisis 5 Sumber: skripsi yang ditulis oleh Siti Anis Musyarofah pada tahun 2006
7 berdagang. Keempat, modal finansial berupa uang yang digunakan dalam menjalankan usaha berdagang dalam kurun waktu satu hari, Kelima, modal sosial berupa jumlah mitra kerja yang membantu mengeksistensikan usaha berdagang seperti pemasok bahan, pemodal usaha berdagang dan mitra usaha. Modal sosial ini membantu pedagang makanan ketika mengalami masa sulit secara finansial seperti contoh kasus Ibu NAR (41 tahun) menyatakan bahwa Setelah lebaran, saya mengalami kekurangan modal karena selama satu bulan dagangan tutup, untuk berdagang lagi biasanya saya mengambil dahulu barangbarang keperluan saya di pedagang langganan saya". Sementara itu, terdapat contoh kasus Ibu OY(51 tahun). Berjualan itu hasilnya tidak tentu Neng, tetapi yang jelas penghasilan malam hari itu lebih banyak dari pada siang hari seperti ini. Jika kami kekurangan modal, maka kami berhutang barang belanjaan dari toko dahulu, baru besoknya kami membayar barang belanjaan tersebut, kadang-kadang kami juga mencicil belanjaan tersebut Neng (Ibu Oy, 51 tahun) Berdasarkan penuturan Ibu NAR dan OY menunjukkan bahwa mereka memanfaatkan modal sosial yaitu berupa bantuan pemasok bahan untuk bangkit dari masa sulit dari kekurangan modal finansial. Mereka memilih untuk memanfaatkan modal sosial berupa bantuan dari pemasok bahan karena mereka merupakan pendatang dari luar Kecamatan Dramaga, sehingga mereka tidak bisa meminta bantuan saudara-saudara mereka. Berbeda dengan contoh kasus Pak SHD yang memanfaatkan modal sosial yang berupa bantuan modal dari pemodal usaha, pemodal usaha ini tidak lain adalah saudaranya sendiri. Dulu ketika awal saya mendirikan warung di sini, saya bayar untuk dapat lahan sebesar Rp ke orang yang awalnya berjualan di sini, sedangkan sekarang saya masih ditarik uang kebersihan dan keamanan sebesar Rp 6000,00 per hari pada aparat desa. Saya berdagang bersama istri tetapi istri melayani cabang warung ini yang diberi nama LS. LS terletak di seberang jalan Mbak bahkan sudah punya bangunan tetap walaupun menyewa. Kalau MRS ini ya masih beginilah selalu dibongkar jika jualannya sudah habis, tetapi penghasilan kotor dari MRS lebih banyak daripada LS mbak. Saya dan istri berjualan ini diberi modal oleh kakak saya makanya keuntungannya itu dibagi sama kakak saya (SHD, 31 tahun). Berdasarkan penuturan Pak SHD menunjukkan bahwa modal sosial yang diakses merupakan modal sosial yang dekat dengan dirinya, karena Pak SHD merupakan penduduk asli Babakan Lebak. Tabel 14. Jumlah responden pedagang makanan di Jalan Babakan menurut tingkat sumber nafkah dan strategi nafkah, tahun 2012 Tingkat strategi nafkah Tingkat sumber nafkah Tinggi Sedang Rendah total Rendah (< 6 strategi) Sedang (= 6 strategi) Tinggi (> 6 strategi) Total Berdasarkan tabel 14 menunjukkan bahwa semakin tinggi sumber nafkah yang dimanfaatkan maka semakin beragam strategi nafkah yang dibangun. Hal ini 55
8 56 ditunjukkan pada responden yang memiliki sumber nafkah yang sedang dan tinggi membangun strategi nafkah yang semakin beragam dibanding dengan responden yang memiliki sumber nafkah yang rendah. Hal ini diperkuat dengan contoh kasus dalam matrik 15 menunjukkan bahwa semakin secure modal alam yang dapat diakses maka semakin tinggi tingkat pendapatan; semakin besar modal finansial untuk berdagang maka semakin tinggi tingkat pendapatan; semakin permanen bangunan atau modal fisik yang dimanfaatkan untuk berdagang maka semakin tinggi tingkat pendapatan; semakin banyak pegawai yang dipekerjakan maka semakin tinggi tingkat pendapatan; sementara itu, tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan tingkat pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka belum tentu tingkat pendapatan akan tinggi atau rendah. Tabel 15. Matriks perbandingan sumber nafkah rumah tangga contoh kasus responden pedagang makanan di Jalan Babakan berdasarkan tingkat pendapatan rumah tangga, tahun 2012 Contoh kasus EP OY RSL Modal alam Lahan umum Lahan umum Lahan sewa Modal finansial Rp per hari Rp per hari Rp per hari Sumber nafkah Modal Modal fisik sumberdaya Mendirikan tenda sementara Mendirikan tenda di pinggir jalan secara permanen Mendirikan bangunan tembok permanen manusia (1). Tamat SMA (2). Usaha berdagang dibantu oleh suami (1). Tamat SD (2). Mempekerjakan suami dan anak (1). Tamat perguruan tinggi (2). Mempekerjakan tujuh pegawai Modal sosial empat orang pemasok bahan dua orang pemasok bahan dan satu mitra usaha enam pemasok bahan dan satu mitra usaha Strategi nafkah yang dibangun 1) Pola nafkah ganda 2) Strategi mengeksploitasi diri 3) Strategi menekan biaya berdagang 4) Strategi mempekerjakan anggota keluarga 5) Strategi memanfaatkan lahan umum 6) Strategi ekspansi usaha 7) Strategi berhutang 1) Pola nafkah ganda 2) Strategi mengeksploitasi diri 3) Strategi menekan biaya berdagang 4) Strategi mempekerjakan anggota keluarga 5) Strategi memanfaatkan lahan umum 6) Strategi berhutang 1) Pola nafkah ganda 2) Strategi menekan biaya berdagang 3) Strategi pembagian kerja 4) Strategi ekspansi usaha 5) Strategi berhutang Berdasarkan tabel matriks 15 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan tingkat pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
9 belum tentu tingkat pendapatan akan tinggi atau rendah. Hal ini disebabkan bahwa keterampilan dalam berdagang makanan itu ditentukan dari pengalaman bukan dari pendidikan formal. Hasil ini sejalan dengan penelitian Suwartika (2003) menyatakan bahwa yang terpenting untuk berusaha di sektor informal adalah memiliki pengetahuan dan ketrampilan bukan melalui pendidikan formal akan tetapi melalui pengalaman kerja. Sumber nafkah yang dimanfaatkan dapat mempengaruhi variasi strategi nafkah rumah tangga. Berdasarkan tabel matriks di atas telah menunjukkan bahwa terbatasnya sumber nafkah yang dapat diakses oleh rumah tangga pada masingmasing tingkat pendapatan, mengakibatkan banyaknya variasi strategi nafkah yang dibangun. Banyaknya variasi strategi nafkah ini bertujuan mengoptimalkan sumber nafkah yang bisa mereka akses agar dapat membantu mereka untuk bertahan hidup. Berikut ini tabel matriks strategi nafkah rumah tangga pedagang makanan. Berdasarkan tabel 14 dan tabel matriks 15 menunjukkan bahwa tingkat sumber nafkah yang dapat diakses menentukan banyak strategi yang dibangun oleh rumah tangga. Variasi strategi nafkah yang diterapkan oleh rumah tangga pedagang makanan yang tergolong dalam tingkat pendapatan tinggi bertujuan untuk akumulasi kekayaan, sedangkan Variasi strategi nafkah yang diterapkan oleh rumah tangga pedagang makanan yang tergolong dalam tingkat pendapatan rendah, bertujuan untuk mencapai tingkat keamanan dalam kehidupan secara ekonomi. Hasil ini sejalan dengan penelitian strategi nafkah rumah tangga petani perkebunan rakyat yang dilakukan Mashitoh (2005) yang menyatakan bahwa bentuk strategi nafkah yang dilakukan oleh petani lapisan bawah lebih beragam daripada bentuk strategi nafkah yang diterapkan oleh rumah tangga petani pada lapisan atas. Rumah tangga petani lapisan bawah memiliki keterbatasan dalam penguasaan sumber nafkah sehingga mereka menerapkan kombinasi dari berbagai bentuk strategi nafkah. Perbedaan keberagaman strategi nafkah yang diterapkan oleh rumah tangga petani pada setiap lapisan disebabkan oleh perbedaan keberadaan dimensi strategi nafkah dan sumber nafkah. Berdasarkan tabel 14 menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat sumber nafkah maka semakin beragam strategi nafkah yang dibangun oleh rumah tangga. Beragamnya strategi nafkah yang dibangun oleh rumah tangga yang tergolong pada tingkat pendapatan rendah disebabkan adanya untuk mencapai tingkat keamanan dalam kehidupan secara ekonomi. Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan tabel 14 menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa diduga semakin banyak sumber nafkah yang dimanfaatkan maka semakin banyak bentuk strategi yang dilakukan oleh pekerja sektor informal khususnya pedagang makanan untuk mempertahankan kehidupan, dapat diterima. 57 Alasan Pedagang Makanan Bertahan di Lahan Umum Berdasarkan data primer menunjukkan bahwa dari 35 responden terdapat 17,1% jenis usaha dagang makanannya mempekerjakan diri sendiri dan 82,9% jenis usaha dagang makanannya mempekerjaka pegawai. Sementara itu dalam berdagang, pedagang dapat memanfaatkan lahan milik sendiri, sewa atau public area seperti trotoar dan pinggir jalan. Berikut ini adalah tabel 16 yang
10 58 menunjukkan jumlah dan persentase responden pedagang makanan di Jalan Babakan berdasarkan tenaga kerja dan pemanfaatan lahan berdagang. Tabel 16. Jumlah dan persentase responden pedagang makanan di Jalan Babakan menurut tenaga kerja yang dipekerjakan dan pemanfaatan lahan berdagang, tahun 2012 Tenaga Kerja Pemanfaatan lahan Berdagang Total Milik sendiri Lahan sewa Public area (trotoar dan pinggir jalan) % % % % Mempekerjakan diri sendiri 1 2,8 2 5,7 3 8,6 6 17,1 Mempekerjakan pegawai 3 8, ,6 9 25, ,9 Total 4 11, , , ,0 Berdasarkan tabel 16 menunjukkan bahwa dari 17,1% pedagang makanan yang mempekerjakan diri sendiri terdapat 8,6% pedagang makanan yang memanfaatkan public area. Sementara itu dari 82,9% pedagang makanan yang mempekerjakan pegawai terdapat 25,7% pedagang makanan yang memanfaatkan public area. Dari data pedagang makanan yang memanfaatkan public area tersebut jika dijumlahkan, maka dapat disimpulkan bahwa walaupun hanya terdapat 34,3% pedagang makanan yang memanfaatkan public area, namun baik pedagang makanan yang mempekerjakan diri sendiri atau mempekerjakan pegawai yang memanfaatkan public area tetap bertahan berdagang makanan di public area. Dari kesimpulan tabel 16 maka perlu diketahui alasan mengapa pada pedagang makanan yang mempekerjakan diri sendiri atau mempekerjakan pegawai tetap bertahan berdagang makanan di public area. Tabel 17. Jumlah dan persentase responden pedagang makanan di Jalan Babakan menurut alasan bernafkah dan status penguasaan lahan, tahun 2012 Status Penguasaan Lahan Alasan bernafkah Total Menambah kekayaan Tuntutan hidup % % % Milik sendiri 1 2,8 3 8,6 4 11,4 Lahan sewa 6 17, , ,3 Area publik (trotoar, pinggir jalan) , ,4 Total 7 20, , ,0 Berdasarkan data primer tabel 17 menunjukkan bahwa dari 35 responden yang berdagang makanan terdapat 20% pedagang yang mempunyai alasan ingin menambah kekayaan dan 80% pedagang yang mempunyai alasan adanya tuntutan kehidupan. Tabel 17 menunjukkan jumlah dan persentase responden pedagang makanan di Jalan Babakan menurut alasan bernafkah dan pemanfaatan lahan berdagang.
11 Berdasarkan tabel 17 menunjukkan bahwa dari 34,4% pedagang yang berdagang di area publik yaitu pinggir jalan dan trotoar, terdapat 34,4% pedagang yang mempunyai alasan bertahan berdagang makanan karena adanya tuntutan hidup. Sementara itu, tabel di atas juga menunjukkan bahwa dari 35 responden pedagang makanan di Jalan Babakan, terdapat 80% pedagang makanan yang bertahan berdagang makanan karena adanya tuntutan hidup. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar pedagang makanaan bertahan berdagang makanan karena adanya tuntutan hidup, sedangkan semua pedagang makanan yang berdagang di public area mempunyai alasan tetap bertahan berdagang makanan karena adanya tuntutan hidup. Hasil dari analisis data kuantitaif ini diperkuat dengan contoh kasus Ibu NAR (41 tahun). Katanya IPB akan menggusur pedagang-pedagang seperti saya Mbak. Ya, saya harus bagaimana jika nanti itu benar-benar terjadi. Saya berfikir bagaimana keadaan saya nanti. Saya mencari makan dari berdagang seperti ini Mbak. Malah akhir-akhir ini pegawai desa semakin menekan pedagang seperti saya dengan 59ias59an katanya pedagang seperti saya itu 59ias berjualan berkat pertolongan dari desa. Makanya Mbak pegawai desa mau menaikan uang retribusi dari Rp3500 per hari Rp per hari jika tidak membayar katanya saya disuruh tidak berjualan di sini. Berjualan seperti ini dengan beban menghidupi dua anak yang baru masuk SMK itu sangatlah sulit, makanya Mbak, saya menggadaikan surat rumah dan menjual perhiasan untuk biaya sekolah anak saya dan juga digunakan sebagai modal usaha berdagang. Akibat dari itu, hingga sampai saat ini saya masih harus menyicil Rp per bulan pada penggadaian (NAR, 41 tahun). Contoh kasus Ibu NAR yang merupakan pedagang makanan yang berdagang di trotoar, penuturan Ibu NAR menunjukkan bahwa Ibu NAR masih bertahan berdagang makanan di trotoar walaupun adanya resiko penggusuran, karena adanya tuntutan hidup untuk menafkahi kedua anaknya. Bagi Ibu NAR trotoar adalah sumber nafkah yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi tuntutan kehidupan agar bisa bertahan hidup. Berdasarkan penjelasan tabel 17 di atas maka hipotesis yang menyatakan diduga karena alasan bertahan hidup maka pekerja informal melanjutkan usaha berdagang makanan sekalipun di area publik, dapat diterima. Alasan tuntutan hidup ini dapat diartikan juga sebagai alasan bertahan hidup. Alasan bertahan hidup inilah yang membuat pekerja informal melanjutkan usaha berdagang makanan sekalipun di public area. Berdagang makanan di public area seperti pinggir jalan dan trotoar ini mempunyai banyak resiko seperti penipuan yang dilakukan oleh konsumen, pemerasan oleh preman, adanya penggusuran atau relokasi, dan banyaknya penarikan jenis-jenis dana yang dilakukan oleh aparat desa. Atas dasar adanya resiko-resiko tersebut maka rumah tangga pedagang makanan tidak bisa menggantungkan hidupnya pada usaha berdagang makanan, melainkan harus melakukan income diversity. Income diversity ini dapat diperoleh dengan cara melakukan banyak strategi nafkah seperti buruh cuci baju, tukang pijit, dan mempekerjakan anggota rumah tangga. Contoh kasus Bapak IBR yang melakukan income diversity. Saya berdagang sudah lama Neng, tetapi dulu saya berjualan es, baru kemudian pada tahun 2000 saya mulai jualan soto mie ini. Saya setiap hari berjualan soto mie Neng, tetapi pada bulan puasa saya beralih berjualan es campur. Saya tidak hanya berdagang Neng, tetapi saya juga menjadi tukang pijit panggilan untuk menambah penghasilan. Biasanya saya mendapat panggilan untuk disuruh memijit itu rata-rata dua kali dalam sebulan. Selain itu, istri saya juga bekerja menjadi buruh cuci baju anak-anak kos untuk membantu saya dalam mencari uang. Jika saya mengalami 59
12 60 kekurangan modal untuk berjualan paling caranya mengurangi barang belanja dagangan. Jika dagangan masih sisa biasanya bahan yang masih 60ias digunakan maka besoknya akan dijual lagi (IBR, 72 tahun). Berdasarkan penuturan Bapak IBR menunjukkan bahwa Bapak IBR membangun beragam strategi nafkah agar pendapatan rumah tangganya bisa tercukupi. Income diversity dilakukan oleh Bapak IBR karena pendapatan dari berdagang makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Berikut ini, tabel yang menunjukkan hubungan antara alasan bernafkah dan banyakknya strategi nafkah yang dibangun oleh responden. Tabel 18. Jumlah responden pedagang makanan di Jalan Babakan menurut tingkat alasan bernafkah dan tingkat strategi nafkah, tahun 2012 Tingkat strategi nafkah Tingkat alasan bernafkah Total Tinggi (tuntutan hidup) Rendah (menambah kekayaan) Rendah Sedang Tinggi Total Pada tabel 18 menunjukkan bahwa semakin tinggi alasan bertahan hidup maka semakin beragam strategi nafkah yang dibangun. Hal ini sejalan dengan contoh kasus tabel matriks yang menggambarkan perbandingan alasan bernafkah, pemanfaatan lahan, dan strategi nafkah yang dibangun oleh rumah tangga pedagang makanan di Jalan Babakan. Tabel 19. Matriks perbandingan strategi nafkah contoh kasus rumah tangga responden pedagang makanan di Jalan Babakan, tahun 2012 Contoh kasus RSL NA EP Alasan Benafkah Menambah kekayaan Menambah kekayaan Adanya tuntutan hidup Pemanfaatan Lahan Lahan sewa Lahan milik sendiri Public area Strategi nafkah yang dibangun 1) Pola nafkah ganda 2) Strategi menekan biaya berdagang 3) Strategi pembagian kerja 4) Strategi berhutang 1) Pola nafkah ganda 2) Strategi menekan biaya berdagang 3) Strategi mempekerjakan anggota keluarga 4) Strategi pembagian kerja 5) Strategi ekspansi usaha 6) Strategi berhutang 1) Pola nafkah ganda 2) Strategi mengeksploitasi diri 3) Strategi menekan biaya berdagang 4) Strategi mempekerjakan anggota keluarga 5) Strategi memanfaatkan lahan umum 6) Strategi ekspansi usaha 7) Strategi berhutang
13 Berdasarkan tabel 18 menunjukkan bahwa karena alasan adanya tuntutan kehidupan atau bertahan hidup maka semakin beragam strategi nafkah yang dibangun oleh rumah tangga pedagang makanan di Jalan Babakan. Hal ini disebabkan keterbatasan sumber nafkah yang digunakan sebagai basis nafkah. Keterbatasan sumber nafkah ini memaksa pedagang makanan harus memanipulasi pemanfaatan sumber nafkah yang ada sampai batas maksimal pemanfaatan sebagai basis strategi nafkah. Berdasarkan penjelasan contoh kasus Ibu NAR serta tabel 18 dan 19 di atas maka hipotesis yang menyatakan diduga karena alasan bertahan hidup maka semakin banyak strategi nafkah yang dilakukan oleh pedagang makanan, dapat diterima. Strategi nafkah yang dibangun oleh pedagang makanan terdiri atas: pola nafkah ganda, strategi mengeksploitasi diri, strategi menekan biaya berdagang, strategi pemanfaatan lahan, strategi mempekerjakan anggota keluarga, strategi pembagian kerja, strategi ekspansi usaha, serta strategi berhutang dan mencairkan investasi serta strategi mengamankan usaha bisnis makanan. Strategi nafkah yang dilakukan oleh pedagang makanan dijelaskan secara rinci pada subbab-subbab berikut. 61 Strategi Pola Nafkah Ganda Musyarofah (2006) menyatakan bahwa strategi nafkah pola nafkah ganda dipilih sebagai upaya menambah kekurangan pendapatan dari aktivitas tunggal. Sumber nafkah tunggal ini dianggap tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga diperlukan kombinasi aktivitas nafkah untuk mencapai posisi keuangan paling aman. Rumah tangga pedagang makanan melakukan strategi pola nafkah ganda karena pendapatan berdagang tidak mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari atau pekerjaan menjadi pedagang tidak dapat memberikan pendapatan yang stabil dan aman. Pada kategori tingkat pendapatan rumah tangga rendah pekerjaan berdagang makanan dilakukan dengan cara berdagang menggunakan gerobak atau tenda yang dibongkar setelah dagangannya habis serta melakukan usaha sampingan berupa menjual jamu gendong, tukang pijit, atau menjual es. Pada kategori tingkat pendapatan rumah tangga sedang pekerjaan berdagang makanan dilakukan dengan cara berdagang menggunakan lahan sewa dengan bangunan permanen serta melakukan usaha sampingan menjadi sopir, pegawai IPB, atau menjual pulsa. Sementara itu, pada kategori tingkat pendapatan rumah tangga tinggi pekerjaan berdagang dilakukan dengan cara berdagang menggunakan lahan sendiri atau sewa dengan bangunan permanen serta melakukan usaha sampingan menjadi distributor ayam potong, mendirikan usaha salon, atau menyewakan kamar kos. Pola nafkah ganda yang berlangsung pada rumah tangga pedagang makanan adalah sebagai berikut. Pertama, suami-istri bekerja di sektor informal namun berlainan jenis sektor informal yang diusahakan, contoh kasus Bapak ALK.
14 62 Box 1. Kisah kehidupan kasus Bapak ALK, 49 tahun Bapak ALK merupakan pedagang baso yang tidak taman SD. Bapak ALK ini merupakan pendatang dari Jawa Tengah. Awalnya Bapak ALK merupakan pedagang baso keliling di dalam kampus IPB, tetapi semenjak satu bulan yang lalu Bapak ALK mengelilingkan basonya di luar pinggir Jalan Babakan. Hal ini dilakukan karena Pak ALK tidak boleh lagi berdagang di dalam kampus IPB. Akibat tidak bolehnya, Pak ALK masuk ke dalam kampus IPB untuk berdagang menjadikan pendapatannya menurun. Menurunnya pendapatan yang diperoleh Pak ALK mengharuskannya untuk mengurangi belanjaan bahan berdagang. Sementara itu, istri Pak ALK merupakan penjual jamu gendong keliling yang penghasilan dari berjualan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Pak ALK memiliki dua anak, yang keduanya bekerja di sebuah pabrik garmen. Kedua anaknya tersebut, selalu memberikan uang kepada Pak ALK. Uang tersebut digunakan oleh Pak ALK untuk modal usaha dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan kisah kehidupan Pak ALK, menunjukkan bahwa pola nafkah ganda dilakukan karena pendapatan dari berdagang makanan tidak dapat mencukupi biaya kehidupan. Lokasi tempat Pak ALK berdagang adalah di pinggir-pinggir jalan karena Pak ALK tidak mempunyai modal untuk menyewa lahan dan tidak mempunyai akses untuk berdagang di trotoar pinggir Jalan Babakan. Kurangnya akses untuk berdagang di trotoar pinggir Jalan Babakan karena Pak ALK merupakan pendatang, sehingga Pak ALK tidak mempunyai modal sosial yang memadai. Kedua, suami-istri yang masing-masing bekerja dalam satu sektor informal yaitu berdagang makanan, contoh kasus Bapak SHD. Box 2. Kisah kehidupan kasus Bapak SHD, 31 tahun. Bapak SHD, merupakan pedagang makanan lulusan SMP yang berasal dari Desa Babakan Lebak, Dramaga. Pak SHD merupakan penduduk lokal yang masih mempunyai sawah. Sawah ini merupakan warisan dari orang tua yang belum dibagi dengan saudaranya, sehingga dalam proses pengelolaannya dilakukan bergantian. Awalnya sebelum menjadi pedagang selama tujuh tahun Pak SHD bekerja di kantin IPB. Kemudian selama empat tahun Pak SHD menjadi penjaga penyewaan komik di Babakan Raya, tetapi karena usaha penyewaan komik ditutup maka Pak SHD berdagang makanan. Pak SHD berdagang makanan karena ajakan teman dan dukungan modal dari kakaknya. Usaha berdagang makanan yang diusahakan oleh Pak SHD dikelola juga oleh istrinya, karena Pak SHD membuka dua usaha makanan di dua lokasi yang berbeda yaitu lahan sewa dan trotoar. Walaupun usaha makanan yang diusahan pada kedua lokasi tersebut sama, tetapi pendapatan dari dua lokasi tersebut berbeda. Pendapatan warung yang terletak di lahan trotoar jalan lebih banyak dari pada lahan sewa. Jika Pak SHD mengalami kekurangan modal maka Pak SHD meminjam uang pada saudaranya. Warung MRS yang ditempati Pak SHD terletak di trotoar Jalan Babakan. MRS ini buka mulai jam Wib. Pak SHD mendapatkan lokasi berdagang di trotoar Jalan Babakan karena mendapat ijin dari aparat desa dan memberi uang pada pedagang yang sebelunya berdagang di lokasi tersebut. Hal ini sesuai penuturan Pak SHD yang menyatakan bahwa, Dulu ketika awal saya mendirikan warung di sini, saya membayar Rp kepada orang yang awalnya berjualan di sini, sedangkan sekarang saya masih ditarik uang kebersihan dan keamanan sebesar Rp 6000,00 per hari oleh aparat desa.
15 Berdasarkan kisah kehidupan kasus Bapak SHD, pola nafkah ganda dilakukan karena sumber nafkah yang dapat diakses dan dimanfaatkan adalah lahan sewa dan trotoar pinggir Jalan Babakan. Selain itu, pola nafkah ganda ini bertujuan untuk menekan biaya berdagang yaitu dengan mempekerjakan istrinya, sehingga rumah tangga Bapak SHD dapat memperoleh pendapatan berdagang yang lebih banyak. Ketiga, suami-istri bekerja di sektor yang berlainan yaitu antara sektor informal dan formal, contoh kasus Ibu RSL. Box 3. Kisah kehidupan kasus Ibu RSL, 35 tahun Ibu RSL merupakan pedagang makanan lulusan IPB. Ibu RSL ini pendatang dari Tasikmalaya, dia berdagang sejak masih duduk di bangku perkuliahan. Awalnya usaha berdagang makanan dikelola oleh Ibu RSL dan beberapa temannya, karena teman-temannya sudah menikah maka hanya Ibu RSL yang bertahan mengelola usaha makanan tersebut. Dalam menjalankan usaha berdagang, Ibu RSL mempekerjakan tujuh orang pegawai yaitu empat orang bertugas memasak dan tiga orang bertugas melayani konsumen. Ibu RSL menjalankan usaha berdagang menggunakan modal Rp per hari. Jika mengalami kekurangan modal, biasanya Ibu RSL meminjam uang dari bank, karena suami Ibu RSL bekerja di Bank. Berdasarkan kisah kehidupan kasus Ibu RSL menunjukkan bahwa Ibu RSL melakukan pola nafkah ganda karena sejak awal Ibu RSL telah berdagang makanan. walaupun Ibu RSL pendatang seperti Pak ALK, tetapi pola nafkah ganda yang dilakukan Ibu RSL didukung oleh pendidikan yang tinggi dari dirinya, sementara itu suaminya juga lulusan perguruan tinggi sehingga memungkinkan dapat mengakses pekerjaan formal. Selain itu, Ibu RSL juga dapat mengakses hutang pada bank karena suami Ibu RSL merupakan pegawai bank. Tabel 20. Matriks perbandingan strategi nafkah ganda yang dilakukan contoh kasus responden pedagang makanan di Jalan Babakan, tahun Contoh kasus Strategi nafkah Alokasi sumber daya SHD (sedang) ALK (rendah) RSL (tinggi) pola nafkah ganda dengan bentuk suami-istri yang masingmasing bekerja sebagai pedagang makanan Pola nafkah ganda dengan bentuk suami-istri bekerja di sektor informal namun berlainan jenis sektor informal yang diusahakan Pola nafkah ganda dengan bentuk suami-istri bekerja di sektor yang berlainan yaitu antara sektor informal dan formal Suami: berdagang makanan istri: berdagang makanan Suami: berdagang baso Istri: berdagang jamu gendong Suami: bekerja di bank Istri: berdagang makanan Strategi menghadapi krisis Hutang kepada saudara Mengurangi barang belanjaan Hutang ke bank
16 64 Berdasarkan ketiga bentuk strategi nafkah pola nafkah ganda tersebut menunjukkan perbedaan akses untuk mendapatkan pekerjaan formal antara rumah tangga pedagang makanan yang tergolong pada tingkat pendapatan rendah, sedang dan tinggi. Rumah tangga yang tergolong pada tingkat pendapatan rendah, dan sedang mempunyai keterbatasan untuk melakukan usaha di luar sektor informal, sehingga pola nafkah ganda dilakukan tetap berada di jenis-jenis sektor informal. Sementara itu, rumah tangga yang tergolong pada tingkat pendapatan tinggi dapat mengakses sektor-sektor formal sehingga pola nafkah ganda dilakukan di sektor formal. Sementara itu, dari ketiga contoh kasus tersebut menunjukkan bahwa mereka membangun strategi nafkah pola nafkah ganda karena adanya tuntutan kehidupan, walaupun melalui aktivitas nafkah dan proses menjadi pekerja sektor informal yang berbeda-beda. Strategi Mengeksploitasi Diri Strategi mengeksploitasi diri merupakan strategi yang dilakukan pedagang makanan melalui pemerasan tenaga dari tubuh agar pendapatan yang mereka peroleh bertambah. Strategi mengeksploitasi diri ini dilakukan dengan cara memaksimalkan waktu produksi dan mengurangi waktu reproduksi. Tabel 21 menunjukkan waktu yang digunakan untuk berdagang para pedagang makanan di Jalan Babakan. Tabel 21. Frekuensi dan persentase waktu produksi yang dilakukan pedagang makanan di Jalan Babakan, tahun 2012 Waktu Produksi Frekuensi Persentase Dua puluh empat jam nonstop 2 5,7 Pagi-malam ( ) 17 48,6 Pagi-siang ( ) 5 14,3 Siang-malam ( ) 4 11,4 Pagi saja ( ) 3 8,6 Malam saja ( ) 4 11,4 Total ,0 Berdasarkan tabel 21 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 54,3% pedagang mengeksploitasi diri mereka dengan cara berdagang pada dua puluh empat jam nonstop (5,7%) dan berdagang pada pagi-malam (48,6%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pedagang makanan yang mengeksploitasi diri mereka lebih banyak dari pada pedagang makanan yang tidak mengeksploitasi diri. Strategi mengeksploitasi diri ini diiringi dengan pengaturan waktu reproduksi. Pengaturan waktu reproduksi ini dilakukan dengan cara mengurangi waktu tidur, tidur secara bergantian atau tidur pada malam hari. Strategi mengeksploitasi diri ini dilakukan oleh rumah tangga pedagang makanan di Jalan Babakan untuk mendapatkan pendapatan maksimal.
17 Tabel 22. Jumlah responden pedagang makanan di Jalan Babakan menurut tingkat pendapatan dan waktu produksi, tahun 2012 Waktu produksi Tingkat pendapatan rendah sedang tinggi Total Dua puluh empat jam nonstop Pagi-malam ( ) Pagi-siang ( ) Siang-malam ( ) Pagi saja ( ) Malam saja ( ) Total Berdasarkan tabel 22 menunjukkan bahwa rumah tangga pedagang makanan yang melakukan strategi mengeksploitasi diri adalah kategori tingkat pendapatan rumah tangga rendah, sedang dan tinggi. Para pedagang makanan yang memilih strategi ini karena ingin mendapatkan pendapatan berdagang yang maksimal. Meskipun begitu, pada rumah tangga yang tergolong tingkat pendapatan rendah mempunyai alasan adanya desakan ekonomi yaitu adanya basis nafkahnya sangat lemah seperti tidak adanya lahan, rendahnya pendidikan formal, kurangnya modal finansial, dan lemahnya modal sosial. Akibat dari ini, maka satu-satu yang sumber nafkah yang bisa dimanipulasi secara maksimal adalah tenaga diri sendiri dan anggota rumah tangga. Contoh kasus Ibu IMS (28 tahun). Box 4. Kasus kehidupan Ibu IMS, 28 tahun Ibu IMS merupakan pedagang makanan lulusan SMP, dia merupakan pendatang dari Sumedang. Sebelum berdagang, Ibu IMS membantu orang tuanya berdagang makanan. warung yang digunakan berdagang Ibu IMS ini merupakan warung yang disewa oleh orang tuanya. Tetapi warung tersebut dikelola oleh Ibu IMS selam enam bulan, kemudian enam bulan selanjutnya dikelola oleh orang tuanya. Dapat dikatakan bahwa proses pengelolaan warung makanan Ibu IMS dikelola secara bergantian. Jika masa mengelola Ibu IMS habis, maka Ibu IMS pulang ke kampung. Di kampung Ibu IMS bekerja sebagai penjual pulsa karena Ibu IMS tidak mempunyai sawah untuk menggantungkan hidupnya. Ibu IMS berdagang bersama suaminya. Dalam berdagang makanan Ibu IMS dan suaminya saling bekerja sama, karena warung ini buka dari jam Wib. Ibu IMS memilih untuk berdagang pada pukul Wib karena ingin mendapatkan banyak konsumen. Sementara itu, kerja sama yang dilakukan Ibu IMS dan suaminya ini berbentuk pengaturan pergantian waktu tidur. Jika kekurangan modal maka Ibu IMS berhutang pada pedagang langganan tempat dia berbelanja bahan baku untuk warungnya. 65 Berdasarkan kisah kehidupan Ibu IMS, menunjukkan bahwa Ibu IMS mengeksploitasi tenaga diri sendiri dan anggota rumah tangga bertujuan untuk
18 66 mendapatkan banyak konsumen, di mana konsumen akan banyak berdatangan pada malam hari sehingga pendapatan pada malam hari lebih tinggi pada pagi atau siang. Selain itu, Ibu IMS melakukan eksploitasi diri karena sumber nafkah yang dimanfaatkan terbatas yaitu terbatasnya jangka waktu untuk mengelola warung makan dan ketika di kampung halaman Ibu IMS juga tidak mempunyai sawah untuk menggantungkan hidupnya Strategi Menekan Biaya Berdagang Terbatasnya modal yang digunakan oleh pedagang makanan membuat para pedagang melakukan strategi untuk menekan biaya berdagang. Penekanan biaya berdagang ini dimaksudkan agar biaya yang dikeluarkan untuk berdagang menjadi berkurang. Berikut ini tabel sebaran tempat tinggal responden pedagang makanan di Jalan Babakan. Berdasarkan tabel 23 di bawah ini menunjukkan bahwa dari 35 responden terdapat 28,6% pedagang makanan yang tinggal di Babakan Tengah; 22,9% pedagang makanan yang tinggal di Babakan Raya; 11,4% pedagang makanan yang tinggal di Babakan Lebak; dan 8,6% pedagang makanan yang tinggal di Babakan Lio. Sementara itu 28,5% pedagang makanan yang tinggal di sekitar Kecamatan Dramaga. Lokasi Babakan Raya, Babakan Lebak, Babakan Lio dan Babakan Tengah merupakan lokasi yang dilewati oleh Jalan Babakan, sehingga wajar jika dua lokasi ini banyak dipilih pedagang makanan untuk digunakan sebagai tempat tinggal, dengan bertempat tinggal antara dua lokasi tersebut maka antara tempat tinggal dan tempat berdagang berjarak dekat. Kedekatan jarak antara tempat tinggal dan tempat berdagang memberikan keuntungan yaitu biaya transporatasi bisa ditekan. Tabel 23. Sebaran tempat tinggal responden pedagang makan di Jalan Babakan, tahun 2012 Alamat Tempat Tinggal Frekuensi Persentase Babakan Lebak 4 11,4 Babakan Lio 3 8,6 Babakan Raya 8 22,9 Babakan Tengah 10 28,6 Bubulak 1 2,9 Ciampea 1 2,9 Cibanteng 4 11,4 Cilebut 1 2,9 Ciomas 1 2,9 Laladon 1 2,9 Pasar Anyar 1 2,9 Total ,0 Penekanan biaya berdagang yang dilakukan sebagai berikut. Pertama, pedagang menekan biaya transportasi yaitu dengan cara tinggal di tempat yang dekat dengan tempat berdagang. Pedagang makanan di Jalan Babakan berasal dari kota-kota yang jauh dari tempat mereka berdagang. Oleh karena itu, mereka berstrategi mendekatkan tempat tinggal mereka dengan tempat usaha mereka. Berdasarkan tabel 21 di bawah ini menunjukkan bahwa 28,6% pedagang makanan
BAB V STRUKTUR NAFKAH RUMAH TANGGA PEDAGANG MAKANAN
33 BAB V STRUKTUR NAFKAH RUMAH TANGGA PEDAGANG MAKANAN Struktur pendapatan adalah komposisi pendapatan rumah tangga dari berbagai aktifitas nafkah yang dilakukan oleh seluruh anggota rumah tangga. Struktur
Lebih terperinciBAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL
25 BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL Umur dan Tingkat Pendidikan Responden Data primer di lapangan menunjukkan bahwa dari 35 responden pedagang makanan di Jalan Babakan, umur rata-rata
Lebih terperinciBAB VII PENGELOLAAN SURPLUS PENDAPATAN PEKERJA SEKTOR INFORMAL
79 BAB VII PENGELOLAAN SURPLUS PENDAPATAN PEKERJA SEKTOR INFORMAL Ellis (2000) menyatakan investasi dilakukan dalam rangka meningkatkan prospek kehidupan masa depan yang dijelaskan sebagai strategi aset
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan
Lebih terperinciBAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian
28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu
Lebih terperinciBAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA
105 BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 7.1 Supply Bahan Baku Pangan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Munculnya usaha yang diakibatkan oleh adanya kegiatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dapat menciptakan peluang usaha yang besar. Soto Pak Sipit mulai ramai pengunjung.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Usaha Soto Pak Sipit pertama kali didirikan tahun 2001 oleh Pak Sipit sendiri. Tempat usahanya terletak di jalan Kartini Raya. Hingga saat ini usahanya masih
Lebih terperinciARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D
ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: SULISTIANTO L2D 306 023 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar denah lokasi penelitian
Lampiran 90 91 Lampiran 1. Gambar denah lokasi penelitian Sumber: http: //maps.google.co.id/maps Gambar 12. Peta Jalan Babakan Lampiran 2. Kerangka sampling Tabel 32. Kerangka sampling berdasarkan nama
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini meliputi teknik penjelasan tentang jenis penelitian; jenis data, lokasi dan waktu penelitian; kerangka sampling, pemilihan responden dan informan; teknik pengumpulan
Lebih terperinciBAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR
BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 6.1 Karakteristik Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Martabak merupakan salah satu jenis makanan yang
Lebih terperinciBAB VI PEMANFAATAN REMITAN
49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan
Lebih terperinciBAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG
BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG Rumahtangga di Indonesia terbagi ke dalam dua tipe, yaitu rumahtangga yang dikepalai pria (RTKP) dan rumahtangga yang dikepalai
Lebih terperinciIV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA
31 IV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA 4.1. Pengeluaran dan Konsumsi Rumahtangga Kemiskinan tidak terlepas dari masalah tingkat pendapatan yang masih rendah dan hal ini umumnya terjadi di wilayah pedesaan Distribusi
Lebih terperinciLINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS
LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS DI SUSUN OLEH : NAMA : CORISUS TRISEPTIARAHARJO NIM : 10.11.4059 KELAS : S1 TI 2G SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010 / 2011 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MIE AYAM
Lebih terperinciLampiran 1 Peta Lokasi Kabupaten Sukabumi
LAMPIRAN 97 Lampiran 1 Peta Lokasi Kabupaten Sukabumi 95 96 Lampiran 2 Indepth Interview KASUS 1 Suami di-phk, Istri pun Menjadi TKW Dulu hidup kami serba berkecukupan Neng, kenang Bapak A (43 tahun) di
Lebih terperinciVI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH
59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN
BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN
BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DESA
27 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 4.1 Desa Cikarawang 4.1.1 Kondisi Demografis Desa Cikarawang merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan terdiri dari 7 RW. Sebelah
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR
BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR
BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR 5.1 Gambaran Umum UPTD Pasar Baru Bogor Penelitian ini dilakukan di UPTD Pasar Baru Bogor, merupakan salah satu dari 7 unit dari pasar yang ada di Kota Bogor.
Lebih terperinciBAB VII PENERAPAN RAGAM STRATEGI NAFKAH
59 BAB VII PENERAPAN RAGAM STRATEGI NAFKAH Bab strategi nafkah ini berisi materi mengenai hasil analisis dari bentukbentuk penerapan strategi nafkah dan pemanfaatan livelihood studies dalam penerapan strategi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Tanah dan Fungsinya Sejak adanya kehidupan di dunia ini, tanah merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi makhluk hidup. Tanah merupakan salah satu bagian
Lebih terperinciTUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS
TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS Bisnis Makanan Tradisional Semakin Diburu Pasar Zakki Mubaraq 10.11.3992 SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010/2011 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Dataran Tinggi Dieng kurang lebih berada di ketinggian 2093 meter dari permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan. Wilayah Dieng masuk ke
Lebih terperinciKARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS RUMAH MAKAN. Mannasye Arundika
KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS RUMAH MAKAN Mannasye Arundika 11.12.6062 JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Setiap orang
Lebih terperincitempat sebelumnya anda bekerja? Apabila ada apa saja?
PANDUAN WAWANCARA 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : 3. Umur : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Alamat Rumah : 6. Agama : 7. Suku : 8. Jabatan : 9. Jumlah Anggota Keluarga : A. Data Dasar 1. Sebelum anda di PHK,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK RESPONDEN
18 KARAKTERISTIK RESPONDEN Bab ini menjelaskan mengenai karakteristik lansia yang menjadi responden. Adapun data karakteristik yang dimaksud meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan,
Lebih terperinciUSAHA RUMAH MAKAN. bisnis rumah makan, Sebelum anda menginvestasikan. waktu anda untuk belajar tentang
Tugas lingkungan bisnis Nama : Vicky Niyanda Libriyanto NIM : 10.12.4419 Kelas : S1-SI-2A USAHA RUMAH MAKAN Rumah makan dapat diartikan sebagai suatu tempat yang menyediakan atau menjual makanan untuk
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI ASPEK ASPEK USAHA
BAB II DESKRIPSI ASPEK ASPEK USAHA A. Deskripsi Umum Usaha Untuk melayani kebutuhan manusia yang tak lepas dari rutinitas yang harus dilakukan yaitu makan karena dengan makan bias mengembalikan energi
Lebih terperinciPELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)
PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 39 Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Peluang bekerja dan berusaha adalah
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pondok Gede. Kelurahan Jatimakmur terletak pada ketinggian 11 meter dari
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kelurahan Jatimakmur 4.1.1. Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan Kelurahan Jatimakmur merupakan salah satu kelurahan dari kecamatan Pondok Gede. Kelurahan
Lebih terperinciBAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH 2.1 Permasalahan Keluarga Berbicara tentang permasalahan keluarga, setiap keluarga pastilah memiliki permasalahan tersendiri dalam membina rumah tangga. Tidak
Lebih terperinciBAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN
50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tantangan pembangunan di Indonesia saat ini adalah mengatasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan pembangunan di Indonesia saat ini adalah mengatasi pengangguran dan kesempatan-kesempatan kerja. Di Indonesia meningkatnya proses modernisasi yang
Lebih terperinciLampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI
LAMPIRAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI A. Identitas Responden 1. Nama :... 2. Umur :. 3. Dusun/RT/RW
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN MASYARAKAT PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN LIVELIHOOD
IDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN MASYARAKAT PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN LIVELIHOOD (SUL) (Studi Kasus : Kelurahan Tamansari, Bandung) Jenis : Tugas Akhir Tahun : 2006
Lebih terperinciLampiran 1 Produk dan Harga yang disediakan di Kawasan Wisata Gunung Andong makanan dan Minuman No Nama Barang harga Rp 1 Soto ayam
Lampiran 1 Produk dan Harga yang disediakan di Kawasan Wisata Gunung Andong makanan dan Minuman No Nama Barang harga 1 Soto ayam 5.000 4.000 2 Nasi rames 3 segala macam gorengan 4 rolade 500 5 tahu isi
Lebih terperinciDampak Kenaikan Harga BBM bagi Golongan Termiskin di Dua Desa
Dampak Kenaikan Harga BBM bagi Golongan Termiskin di Dua Desa Arief Budiman * PADA akhirnya, harga BBM dinaikkan juga pada tanggal 12 Januari 1984. banyak orang kemudian berkomentar, bahwa kenaikan ini
Lebih terperinciPengaruh Strategi Pencarian Nafkah dan Sistem Penghidupan Masyarakat Desa dalam Rangka Adaptasi. Oleh: Nabiela Rizki Alifa I
Pengaruh Strategi Pencarian Nafkah dan Sistem Penghidupan Masyarakat Desa dalam Rangka Adaptasi Oleh: Nabiela Rizki Alifa I34110099 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI
Lebih terperinciBAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL
BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai kriteria dan indikator kinerja yang diperlukan untuk dapat mendeskripsikan kondisi
Lebih terperinciDOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG
DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang
Lebih terperinciBaru dapat 1,5 kilogram kotor, kata Tarsin dalam bahasa Jawa, akhir Maret lalu.
Tarsin (70) kelelahan. Matanya menatap lesu. Memegang ember berisi lhem, atau sisa tetes getah karet alam, ia duduk di bawah pohon karet di area perkebunan PT Perkebunan Nusantara XIX di Sedandang, Pageruyung,
Lebih terperinciBAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI
BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI 5.1 Strategi Nafkah Petani Petani di Desa Curug melakukan pilihan terhadap strategi nafkah yang berbeda-beda untuk menghidupi keluarganya.
Lebih terperinciPERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) DENGAN METODE FULL COSTING
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) DENGAN METODE FULL COSTING (Kasus Pada Baso Urat Gatot Kaca) Karangan Ilmiah yang Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Akuntansi Biaya Oleh Hasan Sunarto
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Persentase responden berdasarkan kelompok umur
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Masyarakat Desa Hutan Gambaran mengenai karakteristik masyarakat sekitar hutan di Desa Buniwangi dilakukan dengan metode wawancara terhadap responden. Jumlah responden
Lebih terperinciBAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM
34 BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM 5.1 Perempuan Pekerja Putting Out System Pekerja perempuan yang bekerja dengan POS di Desa Jabon Mekar ada sebanyak 75 orang. Pekerja perempuan
Lebih terperinciBUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a.
Lebih terperinciTUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS
TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS Peluang Bisnis Makanan ala Gerobak ESTU PRIYANGGO AJI 10.11.3920 SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010/2011 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Abstrak Dalam penyusunan karya tulis ilmiah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender
Lebih terperinciBAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK
BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK 4.1 Lama Tinggal Pada umumnya, penduduk bertempat tinggal di suatu daerah mulai dari lahir sampai dewasa. Akan tetapi ada juga penduduk yang tinggal dari lahir sampai setelah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Gambaran Kelurahan Cikaret Kelurahan Cikaret merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kelurahan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:
50 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data wawancara langsung kepada responden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelatihan tenaga kerja. Keterlibatan SDM dalam pembangunan tidak hanya, pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) saat ini diarahkan untuk mengubah SDM menjadi tenaga kerja yang profesional sehingga SDM dapat dimanfaatkan secara optimal dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa dengan semakin banyaknya
Lebih terperinciAbstraksi. Dalam karya ilmiah ini akan di terangkan tentang peluangpeluang bisnis di area kampus, bagaimana memulai usaha di
Abstraksi Dalam karya ilmiah ini akan di terangkan tentang peluangpeluang bisnis di area kampus, bagaimana memulai usaha di lingkungan kampus. Dan dalam karya ilmiah ini diharapkan maha siswa dapat berpikir
Lebih terperinciKUESIONER DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
LAMPIRAN 59 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR KEBIASAAN SARAPAN, AKTIVITAS FISIK, DAN STATUS GIZI MAHASISWA MAYOR ILMU
Lebih terperinciIV. DESA BABAKAN DALAM KONTEKS LINGKAR KAMPUS IPB DARMAGA
IV. DESA BABAKAN DALAM KONTEKS LINGKAR KAMPUS IPB DARMAGA Gambaran Umum Desa Babakan adalah satu diantara 14 desa yang ditetapkan oleh IPB sebagai bagian dari Wilayah Lingkar Kampus (WLK) IPB Darmaga.
Lebih terperinciUSAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH
23 USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH Gambaran Usaha Kaki Lima di Sekitar Kebun Raya Bogor (KRB) Menjadi wirausahawan merupakan salah satu sumber pendapatan yang menjanjikan dan
Lebih terperinciKARYA ILMIAH PELUANG BISNIS : GAGAH PRAYOGI : / S1-SI-2F STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA
KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS NAMA NIM : GAGAH PRAYOGI : 10.12.4744 / S1-SI-2F STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Menekuni berbagai peluang bisnis di bidang makanan memang menjanjikan untung besar bagi para
Lebih terperinciBAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL
31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong
Lebih terperinci1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.
37 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang menjabarkan pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi dan kemampuan suatu daerah tersebut.
Lebih terperinciTUGAS LINGKUNGAN BISNIS BERJUALAN MAKANAN ALA GEROBAK. DISUSUN OLEH : Nama : Rizqi Bayu Satrio NIM : Kelas : S1. SI.
TUGAS LINGKUNGAN BISNIS BERJUALAN MAKANAN ALA GEROBAK DISUSUN OLEH : Nama : Rizqi Bayu Satrio NIM : 10. 12. 5144 Kelas : S1. SI. 2K STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Karya tulis ini dibuat untuk membantu
Lebih terperinciPeluang Bisnis Rumah Makan
Peluang Bisnis Rumah Makan TUGAS LINGKUNGAN BISNIS Disusun oleh : Nama : Nur sandi Nim : 10.11.4079 Kelas : 2 H Alamat Blog : http://penghijauankembali.blogspot.com JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ( S1 TI )
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah
Lebih terperinciPekerjaan. Bab 4. Peta Konsep. Kata Kunci. Jenis pekerjaan Barang Jasa Semangat kerja. Pekerjaan yang Menghasilkan Barang. Pekerjaan.
Bab 4 Pekerjaan Peta Konsep Pekerjaan Pekerjaan yang Menghasilkan Barang Jenis-Jenis Pekerjaan Mencakup tentang Mencakup tentang Pekerjaan yang Menghasilkan Jasa Semangat Kerja Terdiri atas Alasan Orang
Lebih terperinciPenggusuran dan Reproduksi Kemiskinan
Penggusuran dan Reproduksi Kemiskinan Nuri Ikawati Peneliti IDEAS (Indonesia Development and Islamic Studies) Masifnya penggusuran paksa terhadap kampung dan pemukiman liar di Jakarta dalam tiga tahun
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan
Lebih terperinciVIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR
VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 8.1 Pendapatan Usaha Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Analisis pendapatan usaha bertujuan untuk mengetahui besarnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten
Lebih terperinci(Damanik dan Sasongko. 2003). dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q
II. TINJAUAN PUSTAKA Setiap pedagang berusaha untuk memaksimalkan laba usaha dagangnya. Untuk mencapai hal tersebut maka pedagang perlu menambah modal untuk memperbanyak jenis maupun jumlah dagangannya.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Metodologi penelitian ini menguraikan tahapan penelitian yang dilakukan dalam studi ini. Penggunaan metode yang tepat, terutama dalam tahapan pengumpulan dan pengolahan data,
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN
BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN 7.1. Hubungan Karakteristik Nelayan dengan Strategi Sosial 7.1.1. Hubungan Usia dengan Strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan salah satu kekayaan agraria yang memiliki banyak manfaat bagi manusia. Sumberdaya lahan memang merupakan aset yang tidak ternilai harganya. Setiap
Lebih terperinciANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN
45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai
Lebih terperinciKAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DIAN HERYANI L2D 002 393 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang
Lebih terperinciPENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka. Taman Nasional
5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Taman Nasional Menurut UU No. 5 Tahun 1990 Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.
Lebih terperinciBAB III DASAR HUKUM DAN IMPLEMENTASI EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI PASAR TEBET BARAT DAN PASAR TEBET TIMUR
BAB III DASAR HUKUM DAN IMPLEMENTASI EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI PASAR TEBET BARAT DAN PASAR TEBET TIMUR Ekstensifikasi adalah upaya mencari wajib pajak yang bersembunyi. Upaya ini dilakukan
Lebih terperinciANALISIS HASIL PENELITIAN
69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan
Lebih terperinciLaki-laki Papua dan partisipasi dalam pengasuhan anak
Laki-laki Papua dan partisipasi dalam pengasuhan anak Oleh: Rini Hanifa* Ada apa dengan perempuan? Berbicara mengenai gender in value chain dapat dimulai dengan mengajukan pertanyaan Ada apa dengan perempuan?,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanian dan Petani Pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyediaan kebutuhan pangan melainkan sumber kehidupan.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Pemulung diidentikkan dengan sampah, dimana ada sampah disana ada
102 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pemulung diidentikkan dengan sampah, dimana ada sampah disana ada pemulung. Pemulung pada dasarnya mencari barang-barang bekas yang bisa mereka jual kembali seperti sampah
Lebih terperinciBAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN
89 BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN 7.1 Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Karimunjawa telah menyadari terjadinya perubahan ekologis di kawasan Karimunjawa. Berbagai macam bentuk perubahan yang terjadi pada
Lebih terperinciLAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KOMERSIALISASI BUBUR IKAN ASAP BUBUR INSAP USAHA MENGEMBANGKAN BUBUR KHAS INDONESIA BERNILAI GIZI TINGGI BIDANG KEGIATAN : PKM Kewirausahaan Diusulkan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah dan Perkembangan Restoran Martabak Air Mancur
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah dan Perkembangan Restoran Martabak Air Mancur Restoran Martabak Air Mancur (MAM) merupakan konsep restoran yang menyajikan keunikan pengolahan tepung terigu menjadi menu makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh sebab itu manusia tersebut menyatu pada struktur masyarakat guna mencapai tujuan yang di cita-citakan.
Lebih terperinciANALISIS WISATA TERHADAP KRISIS EKOLOGI
31 ANALISIS WISATA TERHADAP KRISIS EKOLOGI Bab ini akan membahas mengenai bagaimana kondisi krisis ekologi akibat adanya wisata di kawasan wisata air Situ Gede yang meliputi degradasi lingkungan (kondisi
Lebih terperinciBAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR
BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR 5.1 Tingkat Keinginan Pindah Penduduk di Daerah Longsor Pola keinginan pindah penduduk dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi
Lebih terperinciOleh: Elfrida Situmorang
23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok
Lebih terperinciTINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN
65 VII. TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN 7.1 Akses dan Kontrol Peserta Perempuan Program Terhadap Sumberdaya Tingkat keberdayaan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan program PNPM Mandiri
Lebih terperinciBAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)
58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan
Lebih terperinci