BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI"

Transkripsi

1 67 BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Proses pendidikan melalui pembelajaran menurut Sudjana (2006) adalah interaksi edukatif antara masukan (input) sarana dengan masukan (input) individu melalui kegiatan pembelajaran. Analisis hubungan dilakukan dengan melakukan uji analisis hubungan silang antara proses pembelajaran dengan masukan (input). Dalam penelitian proses pembelajaran akan dikaji dengan menggunakan peubah kehadiran dan keaktifan. Dari uji hubungan ini terlihat hubungan yang nyata antar satu peubah dengan peubah lainnya. 6.1 Kehadiran dan Faktor yang Mempengaruhinya Hubungan antara Usia dengan Kehadiran Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara usia dengan kehadiran. Untuk melihat hubungan keduanya, maka dilakukan uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan uji statistik Crosstabs- Correlations dengan menggunakan analisis Pearson, antara data ordinal dengan data rasio. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara usia dengan kehadiran. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi (Asymp. Sig.). Jika Asymp. Sig. lebih besar dari α (0,1) maka H0 diterima, artinya tidak terdapat hubungan antar variabel-variabel yang diuji. Untuk lebih jelasnya, hubungan antara usia dengan kehadiran dapat dilihat pada Tabel 3.

2 68 Tabel 5. Persentase Usia dengan Tingkat Kehadiran di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Tingkat Kehadiran Usia Rendah (%) Tinggi (%) Rendah 39,0 50,0 Tinggi 61,0 50,0 (18) (12) Tabel 5 menunjukkan bahwa sebesar 39 persenwarga belajar usia rendah, dalam penelitian ini berumur 20 tahun tahun ke bawah, memiliki tingkat kehadiran yang rendah dan sebesar 61 persen memiliki tingkat kehadiran yang tinggi. Untuk usia dengan kategori tinggi, yaitu berumur 21 tahun ke atas, terdapat 50 persen warga belajar dengan kehadiran rendah dan 50 persen dengan kehadiran tinggi. Angka tersebut menunjukkan kecenderungan yang tidak terlalu berbeda antara usia rendah yang tingkat kehadirannya tinggi dengan usia tinggi dengan tingkat kehadiran yang rendah. Warga belajar yang memiliki usia tinggi yang tingkat kehadirannya tinggi dengan usia tinggi yang memiliki tingkat kehadirannya rendah memiliki jumlah persentasi yang sama yaitu sebesar 50 persen untuk masing-masing kategori. Hal ini disebabkan karena warga belajar dengan usia tinggi sebagian besar sudah memiliki pekerjaan sehingga untuk datang setiap kali ada jadwal pembelajaran di PKBM mereka sudah merasa capek. Oleh karena itu, frekuensi kedatangan warga belajar ini biasanya hanya dua kali dari 4 kali pertemuan setiap minggunya. Hasil uji menunjukkan nilai signifikansi (Asymp. Sig.) untuk hubungan antara usia dengan kehadiran sebesar 0,547. Nilai signifikansi 0,547 menunjukkan nilai yang sangat besar, nilai tersebut lebih besar dari α (0,1) maka H0 tidak dapat

3 69 ditolak sehingga berarti tidak terdapat hubungan antara usia dengan kehadiran. Tidak terdapatnya hubungan nyata antara usia dengan kehadiran dapat disebabkan karena Program Paket C didesain untuk kelompok usia yang beragam mulai dari usia tahun dengan karakteristik yang yang sangat beragam. Sasaran Paket C sendiri dari mulai mereka yang lulus Paket B/SMP/MA, belum menempuh pendidikan SMA/setara, putus SMA/setara, tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri, tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, kondisi geografis, ekonomi, sosial dan hukum, dan keyakinan). Berbagai faktor yang telah disebutkan sebelumnya tersebut menyebabkan aktifitas yang berbeda pula bagi setiap peserta sehingga uji hubungan yang menyatakan faktor umur tidak berhubungan secara nyata dengan kehadiran dapat dipahami Hubungan Antara Jenis kelamin dengan Tingkat Kehadiran Hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kehadiran dilakukan dengan tabulasi silang dan uji korelasi Pearson. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kehadiran. Hubungan antara jenis kelamin dengan kehadiran diperlihatkan dalam Tabel 6. Tabel 6. Persentase Jenis Kelamin dengan Tingkat Kehadiran di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Jenis Kelamin Tingkat Kehadiran Laki-laki (%) Perempuan (%) Rendah 50,0 33,0 Tinggi 50,0 67,0 (18) (12)

4 70 Tabel 6 menunjukkan bahwa laki-laki dengan persentase kehadiran rendah sama dengan yang tingkat kehadirannya tinggi. Sedangkan untuk perempuan, hasil persentase antara yang tingkat kehadirannya tinggi lebih besar daripada yang persentase kehadirannya rendah. Berdasarkan hasil uji Pearson, jenis kelamin tidak berhubungan secara nyata dengan tingkat kehadiran. Hal ini kemungkinan disebabkan karena program Paket C tidak mengklasifikasikan jenis kelamin dalam proses pembelajaran. Tidak ada hari-hari tertentu dalam proses pembelajaran yang mengkhususkan jenis kelamin tertentu untuk hadir pada hari itu sehingga tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kehadiran dapat dipahami. Namun bila dikaji lebih lanjut, dalam hasil tabulasi silang terlihat bahwa persentase warga belajar yang berjenis kelamin perempuan memiliki tingkat kehadiran yang lebih tinggi bila dibadingkan dengan warga belajar berjenis kelamin laki-laki. Hal tersebut terjadi karena kemungkinan adanya kecenderungan untuk warga belajar berjenis kelamin perempuan untuk lebih rajin karena faktorfaktor biologis tetapi hal tersebut tidak berengaruh bila berdasarkan uji analisis statistik Hubungan Antara Sosial Ekonomi dengan Tingkat Kehadiran Hubungan antara keadaan sosial ekonomi dengan tingkat kehadiran dilakukan dengan melakukan tabulasi silang dan uji korelasi Pearson. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang nyata antara keadaan sosial ekonomi dengan tingkat kehadiran. Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sosial ekonomi warga belajar dengan tingkat kehadiran. Diduga bahwa semakin tinggi

5 71 keadaan sosial ekonomi warga belajar maka akan semakin tinggi pula tingkat kehadiran warga belajar dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Hasil tabulasi silang antara keadaan sosial ekonomi dengan tingkat kehadiran disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Persentase Tingkat Sosial Ekonomi dengan Tingkat Kehadiran Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Tingkat Sosial Ekonomi Tingkat Kehadiran Rendah (%) Tinggi (%) Rendah 43,0 44,0 Tinggi 57,0 56,0 (14) (16) Tabel 7 menunjukkan bahwa sebesar untuk warga belajar dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah, 43 persen warga belajar memiliki tingkat kehadiran yang rendah dan 57 persen memiliki tingkat kehadiran yang tinggi. Sedangkan untuk warga belajar dengan keadaan sosial ekonomi tinggi, terdapat 44 persen tingkat kehadiran warga belajar yang rendah dan 56 persen tingkat kehadiran tinggi. Angka persentase di atas menunjukkan bahwa keadaan sosial ekonomi tidak ada hubungannya dengan tingkat kehadiran warga belajar dalam proses pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan hasil uji Pearson yang menunjukkan Asymp. Sig. yang sangat tinggi yaitu sebesar 0,961. Angka Asymp. Sig. tersebut sangat jauh berbeda dengan α yang nilainya 0,1. Nilai tersebut menguatkan H0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara keadaan sosial ekonomi dengan tingkat kehadiran warga belajar dalam proses pembelajaran.

6 72 Hal ini menunjukkan bahwa PKBM Negeri 17 telah menjalankan tugasnya dengan baik, karena tidak membedakan antara keadaan sosial ekonomi rendah maupun keadaan sosial ekonomi tinggi. Seluruh lapisan masyarakat diterima dan diberikan pengajaran yang sama yang dalam prakteknya diserahkan kembali kepada warga belajar untuk rajin dalam setiap pertemuan pembelajaran atau tidak Hubungan Antara Motivasi dengan Tingkat Kehadiran Motivasi berasal dari dua kata motif dan asi (actio). Motif berarti dorongan dan asi berarti usaha sehingga motivasi bermakna usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan dorongan melakukan tindakan (Soedijanto, 1994). Menurut Arden N Frendsen, terdapat beberapa motif yang mendorong orang untuk belajar, diantaranya adalah: sifat ingin tahu, kreatif, keinginan untuk mendapatkan simpati, memperbaiki kegagalan, mendapatkan rasa aman dan ganjaran. Berdasarkan pada beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu penggerak atau dorongan-dorongan yang timbul dalam diri manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasi tingkah lakunya. Hal ini terkait dengan upaya untuk pemenuhan kebutuhan baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan rohani. Tabel 8 menunjukkan persentase warga belajar berdasarkan tingkat motivasi dan tingkat kehadirannya. Tabel 8. Persentase Motivasi dengan Tingkat Kehadiran di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Motivasi Tingkat Kehadiran Rendah (%) Tinggi (%) Rendah 41,7 44,4 Tinggi 58,3 55,6 (12) (18)

7 73 Tabel 8 menunjukkan bahwa sebesar 41,7 persen warga belajar yang memiliki motivasi rendah memiliki tingkat kehadiran yang rendah pula. Sedangkan untuk 58,3 persen warga belajar yang memiliki motivasi rendah memiliki tingkat kehadiran yang tinggi. Untuk warga belajar yang memiliki motivasi tinggi terdapat 44,4 warga belajar yang memiliki tingkat kehadiran yang rendah pula. Sebesar 55,6 persen warga belajar yang memiliki motivasi tinggi memiliki yang memiliki tingkat kehadiran yang tinggi pula. Hal ini terlihat agak ganjil karena orang dengan motivasi yang rendah justru memiliki tingkat kehadiran yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan warga belajar yang memiliki motivasi tinggi. Hal itu bisa saja terjadi karena adanya peraturan pada PKBM Negeri 17 ini yang menyebutkan bahwa jika warga belajar tidak hadir tanpa keterangan selama 4 kali berturut-turut maka warga belajar tersebut akan dikenakan sanksi berupa daftar ulang dengan biaya sebesar 25 ribu Rupiah. Hasil uji Pearson menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Asymp. Sig.) untuk hubungan antara motivasi dengan tingkat kehadiran adalah sebesar 0,880. Nilai tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan α (0,1) maka H0 tidak dapat ditolak. Nilai signifikansi tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara motivasi dengan tingkat kehadiran. walaupun secara teoritis seharusnya terdapat hubungan antara motivasi dengan kehadiran. Secara teoritis, semakin tinggi motivasi yang dimiliki oleh warga belajar maka akan semakin sering warga belajar hadir dalam setiap pertemuan pembelajaran. Namun dalam penelitian ini hal tersebut dibantah dan hasil uji menunjukkan sebaliknya. Penulis memperkirakan bahwa tingginya motivasi warga belajar untuk belajar dan mengikuti pertemuan pembelajaran harus dikesampingkan oleh warga

8 74 belajar karena sebagian besar warga belajar telah bekerja sehingga warga belajar terikat dengan kewajiban untuk lebih dulu menyelesaikan tugas mereka sebagai pekerja. Sehingga, dorongan besar yang dirasakan oleh warga belajar untuk mengikuti pertemuan pembelajaran harus kalah karena adanya kewajiban mereka untuk bekerja Hubungan Antara Tingkat Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kehadiran Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kehadiran dilakukan dengan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kehadiran. Hasil persentase tabulasi silang digambarkan dalam Tabel 9. Tabel 9. Persentase Tingkat Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kehadiran Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Tingkat Dukungan Keluarga Tingkat Kehadiran Rendah (%) Tinggi (%) Rendah 47,0 40,0 Tinggi 53,0 60,0 (15) (15) Tabel 9 menunjukkan bahwa sebesar 47 persen warga belajar dengan tingkat dukungan keluarga rendah memiliki tingkat kehadiran yang tinggi dan 53 persen warga belajar dukungan keluarga rendah memiliki tingkat kehadiran tinggi. Sedangkan untuk 60 persen warga belajar dengan dukungan keluarga yang tinggi memiliki tingkat kehadiran yang tinggi pula. Hal tersebut membuktikan bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat kerajinan warga belajar dalam menghadiri kegiatan

9 75 pembelajaran. Hal tersebut sangat masuk akal terutama mengingat bahwa sebagian besar warga belajar belum menikah sehingga masih di bawah pengawasan orang tua. Walaupun begitu, bagi warga belajar yang telah berkeluarga dukungan keluarga seperti suami dan anak juga merupakan faktor yang dapat menambah semangat mereka untuk menghadiri proses pembelajaran. Walaupun begitu, hasil uji Pearson menunjukkan nilai signifikansi (Asymp. Sig.) sebesar 0,713. Nilai signifikansi tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kehadiran Hubungan antara Tingkat Dukungan Lingkungan Pergaulan dengan Tingkat Kehadiran Uji hubungan antara kehadiran dengan lingkungan pergaulan dilakukan dengan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kehadiran dengan lingkungan pergaulan. Hubungan antara kehadiran dan lingkungan pergaulan tersebut dinyatakan dalam Tabel 10. Tabel 10. Persentase Tingkat Dukungan Lingkungan Pergaulan dengan Tingkat Kehadiran pada PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Dukungan Lingkungan Pergaulan Tingkat Kehadiran Rendah (%) Tinggi (%) Rendah 40,0 47,0 Tinggi 60,0 53,0 (15) (15) Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa sebesar 40 persen warga belajar dengan tingkat dukungan lingkungan pergaulan yang rendah memiliki tingkat kehadiran rendah dan 60 persen warga belajar dengan dukungan pergaulan yang

10 76 rendah memiliki tingkat kehadiran yang tinggi. Untuk warga belajar dengan dukungan pergaulan yang tinggi sebesar 47 persen memiliki tingkat kehadiran yang rendah dan 53 persen memiliki tingkat kehadiran yang tinggi. Angka tersebut menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, khususnya warga belajar di PKBM Negeri 17 Penjaringan, Jakarta ini dukungan pergaulan tidak terlalu berpengaruh terhadap kehadiran warga belajar. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa para warga belajar tidak malu untuk mengakui kepada teman-teman sepergaulannya bahwa mereka sedang belajar di Paket C. Hasil uji dengan menggunakan korelasi Pearson menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Asymp. Sig.) untuk hubungan antara dukungan pergaulan dengan tingkat kehadiran adalah sebesar 0,713. Nilai signifikansi 0,713 menunjukkan tidak adanya hubungan antara dukungan pergaulan dengan tingkat kehadiran secara statistik Hubungan antara Jarak Lokasi Pembelajaran dengan Tingkat Kehadiran Uji hubungan antara lokasi pembelajaran dengan tingkat kehadiran dilakukan dengan menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi statistik Pearson. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara lokasi pembelajaran dengan tingkat kehadiran. Hasil tabulasi silang antara loasi pembelajaran dengan tingkat kehadiran disajikan pada Tabel 11.

11 77 Tabel 11. Persentase Hubungan Lokasi Pembelajaran dengan Tingkat Kehadiran pada PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Tingkat kehadiran Lokasi Pembelajaran Dekat (%) Jauh (%) Rendah 38,0 47,0 Tinggi 62,0 53,0 (13) (17) Tabel 11 menunjukkan bahwa sebesar 38 persen warga belajar dengan anggapan lokasi pembelajaran dekat memiliki tingkat kehadiran yang rendah dan 62 persen warga belajar dengan anggapan lokasi pembelajaran dekat memiliki tingkat kehadiran yang tinggi. Untuk 47 persen warga belajar dengan anggapan lokasi pembelajaran yang ditempuh adalah jauh memiliki tingkat kehadiran yang rendah dan terdapat 53 persen warga belajar yang beranggapan bahwa lokasi pembelajaran jauh memiliki tingkat kehadiran yang tinggi. Angka tersebut memiliki kecenderungan bahwa semakin dekat jarak antara tempat tinggal warga belajar dengan lokasi pembelajaran maka tingkat kehadiran yang dimiliki oleh warga belajar pun akan semakin tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena sebagian besar warga belajar sudah bekerja sehingga jika lokasi pembelajaran jauh dari tempat tinggal mereka, warga belajar akan semakin malas untuk menghadiri proses pembelajaran karena sudah merasa lelah akibat seharian bekerja. Akan tetapi, berdasarkan hasil uji statistik Pearson lokasi pembelajaran dengan tingkat kehadiran tidak memiliki hubungan secara statistik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi (Asymp. Sig.) yang cukup besar yaitu 0,638.

12 Hubungan antara Kualitas Pengajar dengan Tingkat Kehadiran Uji hubungan antara kualitas pengajar dengan tingkat kehadiran akan diuji menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi statistik Pearson. Uji ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan nyata antara kualitas pengajar dengan tingkat kehadiran. Hasil tabulasi silang antara tingkat kualitas pengajar dengan tingkat kehadiran akan disajikan pada Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12. Persentase Kualitas Pengajar dengan Tingkat Kehadiran di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Kualitas Pengajar Kehadiran Rendah (%) Tinggi (%) Rendah 26,7 60,0 Tinggi 73,3 40,0 (15) (15) Tabel 12 menunjukkan bahwa sebesar 73,3 persen warga belajar yang beranggapan kualitas pengajar rendah memiliki tingkat kehadiran yang tinggi sedangkan 60 persen yang menganggap kualitas pengajar tinggi memiliki tingkat kehadiran yang rendah. Angka tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa semakin rendah anggapan tentang kualitas pengajar maka akan semakin tinggi tingkat kehadiran warga belajar dalam proses pembelajaran. Hal ini memang cenderung tidak wajar, dimana yang terjadi pada umumnya adalah semakin tinggi kualitas pengajar maka akan semakin tinggi pula tingkat kehadiran mereka. Kondisi yang tidak biasa ini, bila ditelaah lebih lanjut dapat disebabkan karena anggapan tentang kualitas pengajar yang baik adalah pengajar yang memiliki disiplin tinggi, penguasaan materi yang baik, penampilan yang baik, serta pembawaan mengajar yang baik pula. Anggapan warga belajar tentang pengajar yang baik ini, membuat mereka untuk segan bila tidak dapat hadir secara

13 79 rutin dalam setiap kegiatan pembelajaran karena bertolak belakang dengan kemampuan mereka untuk dapat hadir secara rutin karena tuntutan pekerjaan. oleh karena itu semakin rendah anggapan warga belajar tentang kualitas pengajar maka akan semakin tinggi kehadiran mereka. Hasil uji korelasi statistik Pearson menunjukkan angka signifikansi sebesar 0,065. Angka tersebut menunjukkan angka yang lebih besar daripada α (0,1) sehingga H0 dapat ditolak dan itu berarti terdapat hubungan nyata antara Kualitas Pengajar dengan Tingkat kehadiran warga belajar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas pengajar maka tingkat kehadiran warga belajar dalam proses pembelajaran pun akan semakin tinggi. 6.2 Keaktifan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Hubungan antara Usia dengan Keaktifan Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara usia dengan tingkat keaktifan. Untuk itu, agar dapat melihat hubungan antar keduanya maka dilakukan uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan analisis Pearson. Paket C adalah salah satu program pemerintah yang tidak menggunakan batasan usia kepada siapapun yang ingin mengikutinya. Oleh karena itu, penulis ingin melihat apakah terdapat hubungan yang nyata antara usia dengan tingkat keaktifan yang dimiliki warga belajar. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi (Asymp. Sig.), jika Asymp. Sig. lebih besar dari α (0,1) maka H0 diterima, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabelvariabel yang diuji.

14 80 Tabel 13. Persentase Usia dengan Keaktifan Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Keaktifan Usia Rendah (%) Tinggi (%) Rendah 38,9 41,7 Tinggi 61,1 58,3 (18) (12) Tabel 13 menunjukkan sebesar 61,1 persen warga belajar yang memiliki usia yang tinggi memiliki tingkat keaktifan yang rendah. Sebesar 38,9 persen warga belajar dengan usia rendah memiliki keaktifan yang rendah pula. Untuk warga belajar dengan usia tinggi dan tingkat keaktifan yang tingkat keaktifannya tinggi terdapat sebanyak 58,3 persen. Dan terdapat sebanyak 41,7 persen warga belajar dengan usia tinggi yang memiliki tingkat keaktifan yang rendah. Persentase tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara warga belajar dengan usia tinggi yang memiliki tingkat keaktifan tinggi dengan warga belajar usia rendah yang memiliki tingkat keaktifan yang tinggi ataupun sebaliknya. Hasil uji menunjukkan, nilai signifikansi untuk hubungan antara usia dengan tingkat keaktifan adalah 0,879. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan tingkat keaktifan warga belajar. Nilai signifikansi yang lebih besar daripada α (0,1) menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan tingkat keaktifan ditolak Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Keaktifan Hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat keaktifan akan diuji menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi Pearson. Uji ini dilakukan untuk

15 81 mengetahui ada tidaknya hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat keaktifan warga belajar. Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin dengan tingkat keaktifan. Yaitu, bahwa kemungkinan adanya kecenderungan jenis kelamin tertentu untuk lebih aktif. Hasil tabulasi silang akan disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Persentase Jenis Kelamin dengan Keaktifan Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Keaktifan Jenis Kelamin Laki-laki (%) Perempuan (%) Rendah 38,9 41,7 Tinggi 61,1 58,3 (18) (12) Tabel 14 menunjukkan bahwa sebesar 38,9 persen warga belajar laki-laki memiliki keaktifan yang rendah dan sebesar 41,7 persen warga belajar perempuan memiliki keaktifan yang rendah pula. Pada tingkat keaktifan tinggi, terdapat sebanyak 61,1 persen warga belajar laki-laki dan 58,3 persen warga belajar perempuan. Angka tersebut menunjukkan bahwa untuk variabel jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan memiliki keaktifan yang sama-sama tinggi. Dari tabel silang tersebut terlihat bahwa jenis kelamin tidak ada pengaruhnya terhadap keaktifan warga belajar dalam bertanya atau proaktif untuk setiap kegiatan yang ada hubungannya dengan peningkatan kualitas pengetahuan akademis mereka. Hal tersebut diperkuat oleh hasil uji korelasi Pearson yang menunjukkan angka Asymp. Sig. sebesar 0,879 yang berarti bahwa secara statistik tidak terhadap hubungan antara jenis kelamin dengan usia karena nilainya yang jauh di atas α (0,1). Hasil uji menunjukkan bahwa kondisi pada Paket C di PKBM Negeri 17 Penjaringan, Jakarta dapat dikatakan telah cukup memiliki kesadaran akan

16 82 pendidikan sehingga tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang jika terjadi mungkin saja akan menyebabkan adanya isu gender Hubungan antara Sosial Ekonomi dengan Tingkat Keaktifan Hipotesis awal untuk variabel ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara keadaan sosial ekonomi dengan keaktifan warga belajar. Untuk menguji hipotesis ini akan dilakukan tabulasi silang dan uji korelasi Pearson. Tabel 15 akan memuat hasil tabulasi silang. Tabel 15. Persentase Sosial Ekonomi dengan Tingkat Keaktifan Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Keaktifan Sosial Ekonomi Rendah (%) Tinggi (%) Rendah 42,9 37,5 Tinggi 57,1 62,5 (14) (16) Berdasarkan hasil penelitian ini, umumnya kategori sosial ekonomi warga belajar adalah dari keluarga menengah ke bawah dan keluarga kurang mampu yang telah bekerja atau memiliki penghasilan sendiri sehingga kategori tinggi didominasi oleh warga belajar yang telah bekerja, sedangkan kategori rendah adalah warga belajar yang belum bekerja. Pengkategorian ini didapatkan dari hasil jumlah rata-rata pendapatan mereka sebulan. Warga belajar yang pendapatannya berada di bawah rata-rata akan masuk ke dalam kategori rendah dan warga belajar yang memiliki pendapatan di atas rata-rata akan masuk ke dalam kategori tinggi. Pada Tabel 15 di atas, terdapat sebanyak 42,9 persen warga belajar dengan sosial ekonomi rendah memiliki keaktifan yang juga rendah dan sebesar 37,5 persen warga belajar dengan keaktifan rendah yang memiliki keadaan sosial

17 83 ekonomi tinggi. Terdapat 57,1 persen warga belajar dengan keadaan sosial ekonomi rendah namun memiliki keaktifan yang tinggi dan sebesar 62,5 persen warga belajar dengan keadaan sosial ekonomi tinggi yang memiliki keaktifan yang tinggi pula. Hasil uji menunjukkan, nilai signifikansi untuk hubungan antara sosial ekonomi dengan keaktifan adalah 0,765. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara sosial ekonomi dengan keaktifan warga belajar. Nilai signifikansi yang menunjuk pada angka 0,765 menunjukkan angka yang lebih besar daripada α (0,1) sehingga hal ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara dua variabel yang diuji. Haryati (2007) menyatakan bahwa variabel sosial ekonomi memiliki hubungan sangat nyata dan negatif terhadap keefektifan total. Keefektifan total dalam penelitian Haryati (2007) tersebut adalah gabungan skor dari variabel pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pada penelitian tersebut, faktor sosial ekonomi sangat berhubungan nyata dengan keterampilan. Jadi dikatakan bahwa dengan semakin tingginya status sosial, keefektifannya justru semakin rendah. dengan kata lain, responden yang berlatar belakang status sosial tinggi tidak cocok sebagai peserta Paket B. Penelitian Haryati (2007) tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara keadaan sosial ekonomi dengan tingkat keaktifan Hubungan antara Motivasi dengan Tingkat Keaktifan Hubungan antara Motivasi dan Keaktifan akan diukur dengan menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi Pearson. Uji ini dilakukan untuk

18 84 melihat apakah terdapat hubungan yang nyata antara motivasi dengan keaktifan warga belajar. Hasil tabulasi silang untuk variabel motivasi dengan keaktifan akan disajikan pada Tabel 16 di bawah ini. Tabel 16. Persentase Motivasi dengan Tingkat Keaktifan Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Keaktifan Motivasi Rendah (%) Tinggi (%) Rendah 66,7 22,2 Tinggi 33,3 77,8 (12) (18) Tabel 16 di atas menunjukkan bahwa 66,7 persen warga belajar dengan motivasi rendah memiliki keaktifan yang rendah pula sedangkan sebanyak 77,8 persen warga belajar dengan motivasi tinggi memiliki keaktifan yang tinggi pula. Persentase tersebut menunjukkan adanya kecenderungan bahwa semakin tinggi motivasi yang dimiliki oleh warga belajar maka akan semakin tinggi pula keaktifannya. Motivasi tinggi yang dimiliki oleh warga belajar akan membuat warga belajar akan semakin bersemangat untuk mengikuti pembelajaran, sehingga dengan sendirinya warga belajar akan semakin proaktif untuk bertanya, dan berusaha untuk mencari tahu tentang hal-hal yang mendukung kemajuan akademis mereka. Hasil uji menunjukkan nilai signifikansi (Asymp. Sig) untuk hubungan antara motivasi dengan keaktifan adalah sebesar 0,015. Hal ini berarti terdapat hubungan yang nyata antara motivasi dengan keaktifan. Nilai signifikansi sebesar 0,015 merupakan nilai yang signifikan, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi yang dimiliki oleh warga belajar maka akan semakin tinggi pula kekatifan warga belajar dalam mengerjakan tugas dan bertanya pada guru.

19 85 Terdapatnya hubungan yang nyata antara motivasi dengan keaktifan berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryati (2007) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan pembelajaran Paket B setara SLTP. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pada kasus pada Paket B di PKBM Citra Pakuan Bogor, motivasi tidak memiliki hubungan nyata dengan keefektifan pembelajaran. Haryati (2007) mengatakan bahwa tidak terdapatnya hubungan antara motivasi dengan keefektifan disebabkan karena program Paket B adalah satu-satunya alternatif pendidikan di jalur pendidikan nonformal yang diselenggarakan setara SLTP, sehingga warga belajar yang tidak dapat masuk pada jalur pendidikan formal mendapatkan peluang untuk terus melanjutkan sekolah dan mendapat peluang untuk mendapatkan ijasah untuk bekal mencari kerja Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Keaktifan Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara dukungan keluarga dengan keaktifan warga belajar. Untuk mengukur hubungan tersebut maka penulis menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi Pearson. Uji ini dilakukan untuk melihat apakah memang terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap keaktifan warga belajar. Hasil tabulasi silang akan ditunjukkan pada Tabel 17 di bawah ini. Tabel 17. Persentase Dukungan Keluarga dengan Keaktifan Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Keaktifan Dukungan Keluarga Rendah (%) Tinggi (%) Rendah 60,0 20,0 Tinggi 40,0 80,0 (15) (15)

20 86 Tabel 17 di atas menunjukkan bahwa sebesar 60 persen warga belajar dengan dukungan keluarga yang rendah cenderung memiliki keaktifan yang rendah pula, dan sebanyak 80 persen warga belajar yang memiliki dukungan keluarga yang tinggi memiliki keaktifan yang tinggi pula. Dukungan keluarga yang tinggi menambah semangat warga belajar untuk belajar lebih baik sehingga mempengaruhi peningkatan keaktifan warga belajar dalam pembelajaran. Hasil uji menunjukkan nilai signifikansi (Asymp. Sig.) untuk hubungan antara dukungan keluarga dengan keaktifan warga belajar adalah 0,025. Hal ini berarti terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan keaktifan warga belajar. Nilai signifikansi sebesar 0,025 merupakan nilai yang signifikan karena berada di bawah α (0,1) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan yang diberikan keluarga terhadap warga belajar maka akan semakin tinggi pula keaktifan warga belajar dalam mengikuti pembelajaran. Hubungan yang signifikan ini menguatkan hipotesis awal yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara dukungan keluarga dengan keaktifan. Dukungan keluarga merupakan faktor pendukung yang sangat dibutuhkan oleh warga belajar yang sedang mengikuti pendidikan baik di pendidikan maupun nonformal. Oleh karena itu, dorongan keluarga akan menambah semangat belajar yang baik pada warga belajar Hubungan antara Dukungan Lingkungan Pergaulan dengan Keaktifan Hubungan antara lingkungan pergaulan dengan keaktifan akan diuji dengan menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi statistik Pearson. Uji hubungan ini dilakukan untuk menguji hipotesis awal yang menyatakan bahwa

21 87 terdapat hubungan yang nyata antara lingkungan pergaulan dengan keaktifan. Tabulasi silang akan disajikan pada Tabel 18 di bawah ini. Tabel 18. Persentase Tingkat Dukungan Lingkungan Pergaulan dengan Keaktifan Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Keaktifan Dukungan Lingkungan Pergaulan Rendah (%) Tinggi (%) Rendah 46,7 33,3 Tinggi 53,3 66,7 (15) (15) Berdasarkan hasil pada Tabel 18 di atas, dapat dilihat bahwa sebesar 46,7 persen warga belajar yang memiliki dukungan dari lingkungan pergaulannya rendah memiliki keaktifan yang rendah pula dan sebesar 66,7 persen warga belajar dengan dukungan lingkungan pergaulan tinggi memiliki keaktifan yang tinggi pula. Hasil uji menunjukkan nilai signifkansi untuk hubungan antara dukungan pergaulan lingkungan dengan keaktifan adalah 0,456. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara dukungan lingkungan pergaulan dengan keaktifan. Nilai signifikansi sebesar 0,456 merupakan nilai yang lebih besar dari α (0,1) sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan yang nyata antara dukungan lingkungan pergaulan dengan keaktifan. Dukungan dari lingkungan pergaulan yang diidentifikasi adalah bagaimana tanggapan teman-teman warga belajar tentang keikutsertaan para warga belajar dalam Paket C, dan apakah yang diperbuat oleh para teman dan lingkungan tempat warga belajar bergaul ketika mereka mengetahui keikutsertaan para warga belajar di Paket C. Jawaban yang beragam membuat kesimpulan akhir

22 88 bahwa sebanyak 50 persen lingkungan para warga belajar kurang mendukung keikutsertaan warga belajar pada Paket C Hubungan antara Lokasi Pembelajaran dengan Keaktifan Hipotesis awal yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara lokasi pembelajaran dengan keaktifan akan diuji menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi Pearson. Hasil tabulasi silang untuk menguji dua variabel di atas akan disajikan pada Tabel 19 di bawah ini. Tabel 19. Persentase Jarak Lokasi Pembelajaran dengan Tingkat Keaktifan Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Keaktifan Lokasi Pembelajaran Dekat (%) Jauh (%) Rendah 30,8 47,0 Tinggi 69,2 53,0 (13) (17) Berdasarkan hasil pada Tabel 19 di atas, terdapat sebanyak 69,2 persen warga belajar dengan lokasi belajar dekat memiliki keaktifan yang tinggi dan sebanyak 47 persen warga belajar dengan lokasi pembelajaran jauh memiliki keaktifan yang tinggi. lokasi pembelajaran adalah jarak yang harus ditempuh oleh warga belajar untuk dapat sampai ke lokasi pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar warga belajar bertempat tinggal di daerah sekitar Paket C didirikan, namun para warga belajar datang ke tempat pembelajaran Paket C bukan dari rumah melainkan dari tempat mereka bekerja sehingga jarak yang mereka tempuh berbeda jika mereka berangkat dari rumah ke tempat pembelajaran Paket C.

23 89 Hasil uji korelasi menunjukkan angka signifikansi 0,367. Nilai signifikansi sebesar 0,367 tersebut menunjukkan nilai yang lebih besar daripada α (0,1). Hal itu berarti tidak terdapat hubungan yang nyata secara statistik antara lokasi pembelajaran dengan keaktifan. Pengelola Paket C memang memprioritaskan warga belajar tidak mampu yang bertempat tinggal disekitar lokasi pembelajaran, walaupun tidak menutup kesempatan bagi yang bertempat tinggal jauh dari lokasi, agar tidak terlalu memberatkan warga belajar kurang mampu dalam hal biaya transport yang harus dikeluarkan. Lokasi pembelajaran bukan merupakan hal yang berhubungan dengan keaktifan warga belajar. Baik bagi mereka yang menganggap lokasi pembelajaran Paket C jauh atau dekat sama-sama memiliki keaktifan yang cukup tinggi Hubungan antara Kualitas Pengajar dengan Keaktifan Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan secara nyata antara kualitas pengajar dengan keaktifan. Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan tabulasi silang dan uji korelasi Pearson. Hasil tabulasi silang akan disajikan pada Tabel 20 di bawah ini. Tabel 20. Persentase Kualitas Pengajar dengan Tingkat Keaktifan Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011 Kualitas Pengajar Keaktifan Rendah (%) Tinggi (%) Rendah 60,0 20,0 Tinggi 40,0 80,0 (15) (15)

24 90 Berdasarkan pada Tabel 20 di atas, terdapat sebanyak 60 persen warga belajar yang menganggap kualitas pengajar rendah memiliki keaktifan yang rendah pula, dan sebanyak 80 persen warga belajar yang memiliki anggapan kualitas pengajar tinggi memiliki keaktifan yang tinggi pula. Uji korelasi Pearson juga menunjukkan angka signifikansi (Asymp. Sig. ) sebesar 0,025. Angka signifikansi sebesar 0,025 tersebut merupakan angka yang signifikan sehingga diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara kualitas pengajar dengan keaktifan warga belajar. Terdapatnya hubungan antara dua variabel tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi anggapan warga belajar terhadap kualitas tutor atau pengajarnya, maka akan semakin tinggi pula keaktifan mereka dalam mengerjakan tugas, bertanya, dan menjawab pertanyaan yang diberikan. Pendidik dalam Paket C memang diharapkan memiliki kompetensi profesional yang baik agar dapat mengarahkan warga belajar untuk selalu bersemangat dalam mengikuti setiap kegiatan pembelajaran.

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 91 BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Hubungan Antara Tingkat Kehadiran dengan Sikap Terhadap Keberlanjutan Pendidikan Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 54 BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 5.1 Faktor Individu Sesuai dengan pemaparan pada metodologi, yang menjadi responden pada penelitian ini adalah warga belajar

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Program Kejar Paket B memiliki sasaran untuk memberikan pendidikan bagi siswa lulus SD dan sederajat yang tidak melanjutkan ke SLTP, serta siswa putus

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI Hubungan antara karakteristik peserta produk pembiayaan BMT Swadaya Pribumi dan dalam

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri

BAB 4 ANALISIS HASIL. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri BAB 4 ANALISIS HASIL Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi profil responden, bagian kedua adalah hasil dan pembahasan penelitian.

Lebih terperinci

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA Tingkat kesejahteraan dalam CV TKB dianalisis dengan analisis gender. Alat analisis gender

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Alat ukur Locus of Control. Saya sangat percaya bahwa :

LAMPIRAN 1 Alat ukur Locus of Control. Saya sangat percaya bahwa : LAMPIRAN 1 Alat ukur Locus of Control Saya sangat percaya bahwa : 1. a. Anak-anak akan terlibat dalam kesukaran bila orang tua mereka terlalu banyak memberi hukuman. b. Banyaknya kesukaran yang dihadapi

Lebih terperinci

PENILAIAN TERHADAP PELAYANAN YAYASAN DHARMA BHAKTI ASTRA DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

PENILAIAN TERHADAP PELAYANAN YAYASAN DHARMA BHAKTI ASTRA DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN 43 PENILAIAN TERHADAP PELAYANAN YAYASAN DHARMA BHAKTI ASTRA DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Penilaian terhadap Pelayanan Yayasan Dharma Bhakti Astra Penilaian terhadap pelayanan Yayasan Dharma Bhakti Astra,

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB Tingkat perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB dianalisis dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Bogor yang merupakan kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bidang pendidikan dilakukan guna memperluas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bidang pendidikan dilakukan guna memperluas 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan bidang pendidikan dilakukan guna memperluas kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat, juga guna meningkatkan mutu dan relevansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Program Kejar Paket B setara SLTP mulai dirintis sejak tahun 1989,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Program Kejar Paket B setara SLTP mulai dirintis sejak tahun 1989, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program Kejar Paket B setara SLTP mulai dirintis sejak tahun 1989, dan dilaksanakan secara nasional sejak tahun 1994, dari periode ini dapat dilihat proses

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI 9.1 Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi dalam Pemenuhan Kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis Gender Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi pada penelitian ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN 45 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN Efektivitas media komunikasi cyber extension dalam diseminasi informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia dalam memperoleh bekal dalam kehidupan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei deskriptif

Lebih terperinci

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen)

Lebih terperinci

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA 63 V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA Bab berikut membahas struktur pasar tenaga kerja yang ada di Indonesia. Tampak bahwa sebagian besar tenaga kerja Indonesia terserap di sektor jasa. Sektor jasa

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1 1 BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakterisitik Responden Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar sebanyak 100 orang yang penulis temui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani karet dengan perilaku menabung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena dapat mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia, berkarakter produktif dan berdaya

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Hipotesis pertama adalah adanya dugaan bahwa variabel peran. pendampingan tutor secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang

BAB 6 PEMBAHASAN. Hipotesis pertama adalah adanya dugaan bahwa variabel peran. pendampingan tutor secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang 89 BAB 6 PEMBAHASAN Hipotesis pertama adalah adanya dugaan bahwa variabel peran pendampingan tutor secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan motivasi belajar warga

Lebih terperinci

PENYAJIAN DATA DUA VARIABEL ATAU LEBIH. Disiapkan untuk Materi Perkuliahan Statistik Sosial Program Sarjana Departemen Ilmu Administrasi

PENYAJIAN DATA DUA VARIABEL ATAU LEBIH. Disiapkan untuk Materi Perkuliahan Statistik Sosial Program Sarjana Departemen Ilmu Administrasi + PENYAJIAN DATA DUA VARIABEL ATAU LEBIH Disiapkan untuk Materi Perkuliahan Statistik Sosial Program Sarjana Departemen Ilmu Administrasi + 2 Tabel Silang Kekuatan Hubungan Dua variabel Nilai pengamatan

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Penelitian... B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian...

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Penelitian... B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN...... LEMBAR PERYATAAN.... MOTTO.... ABSTRAK.... KATA PENGANTAR.... DAFTAR RIWAYAT HIDUP..... UCAPAN TERIMA KASIH....... DAFTAR ISI.... DAFTAR TABEL.... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. setiap kelas yang ikut dalam penelitian ini. kategori kelas di SMK Ki Hajar

BAB 4 ANALISIS HASIL. setiap kelas yang ikut dalam penelitian ini. kategori kelas di SMK Ki Hajar BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Profil Responden 4.1.1. Kelas Kategori kelas ini dilakukan untuk mengetahui jumlah kelas dan siswa dari setiap kelas yang ikut dalam penelitian ini. kategori kelas di SMK Ki Hajar

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL Pada bab berikut ini akan dibahas mengenai hasil yang didapatkan setelah melakukan pengumpulan data dan analisis dari hasil. Dalam sub bab ini akan dijabarkan terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor informal di Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung yaitu yang melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan jaminan pencapaian hak dalam masyarakat, sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi peningkatan kualitas kehidupan dan

Lebih terperinci

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 48 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI Bab berikut menganalisis pengaruh antara variabel ketimpangan gender dengan strategi bertahan hidup pada rumah

Lebih terperinci

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian 43 4. ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisis data dan interpretasi hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada bagian pertama bab ini, akan diuraikan gambaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION 69 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION Aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension adalah peluang memanfaatkan media komunikasi cyber

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. berasal dari jawaban responden terhadap daftar pernyataan yang dituangkan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. berasal dari jawaban responden terhadap daftar pernyataan yang dituangkan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Responden Dalam bab IV disajikan analisis terhadap data yang diperoleh selama penelitian. Data yang terkumpul merupakan data primer, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR 54 BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR 6.1 Karakteristik Responden Penelitian ini memiliki responden sebanyak 30 orang, jumlah ini didapatkan dari banyaknya aparatur Desa Bantarjati, dari mulai anggota

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pengambilan Contoh 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai perilaku penggunaan internet ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey. Penelitian ini dilakukan di Institut Pertanian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Pemillihan tempat dilakukan dengan cara pupossive, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian manusia. Hal ini meliputi proses dalam mengenal jati dirinya, eksistensinya untuk

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. 2 Klaten. Try Out ini dimaksud untuk mengetahui adanya item-item yang. tidak memenuhi validitas dan realibilitas.

BAB III PENYAJIAN DATA. 2 Klaten. Try Out ini dimaksud untuk mengetahui adanya item-item yang. tidak memenuhi validitas dan realibilitas. BAB III PENYAJIAN DATA A. Hasil Uji Coba Angket Sebelum angket digunakan sebagai instrumen penelitian, terlebih dahulu dilakukan try out ( uji coba ) kepada 30 responden di SMP Negeri 2 Klaten. Try Out

Lebih terperinci

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki BAB V KARAKTERISTIK, TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN RESPONDEN, DAN EKUITAS MEREK 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga berhubungan dengan tingkat pengetahuan,

Lebih terperinci

Studi Penyelenggaraan Pendidikan Non Formal Dalam Era Otonomi Daerah (Pedoman Wawancara untuk Warga Belajar)

Studi Penyelenggaraan Pendidikan Non Formal Dalam Era Otonomi Daerah (Pedoman Wawancara untuk Warga Belajar) INSTRUMEN Studi Penyelenggaraan Pendidikan Non Formal Dalam Era Otonomi Daerah (Pedoman Wawancara untuk Warga Belajar) PETUNJUK PENGISIAN 1. Instrumen ini untuk menjaring data mengenai Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan Negara. Perekembangan ilmu teknologi menglobal begitu cepat menuntut untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Seiring dengan jumlah yang dari tahun ke tahun kian bertambah besar dan

BAB V HASIL PENELITIAN. Seiring dengan jumlah yang dari tahun ke tahun kian bertambah besar dan BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Gresik Seiring dengan jumlah yang dari tahun ke tahun kian bertambah besar dan berdasarkan atas mayoritas jumlah penduduk di Indonesia yang memeluk agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dewasa ini, maka banyak terjadi perubahan diberbagi aspek kehidupan. Demikian pula dengan

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) Faktor yang berpotensi berhubungan dengan Kompetensi remaja dalam mengikuti Program Kreativitas

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. Penelitian ini meneliti tentang pengaruh yang signifikan antara variabel

BAB III PENYAJIAN DATA. Penelitian ini meneliti tentang pengaruh yang signifikan antara variabel BAB III PENYAJIAN DATA A. Pengenalan Penelitian ini meneliti tentang pengaruh yang signifikan antara variabel iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan. Lokasi penelitian ini di Kisel berada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul Analisis Konsumsi Beras Merah (Oryza nivara) dengan Pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB).

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.. Gambaran Umum Proses Penelitian Pengumpulan data dilakukan pada distributor MLM di Malang, mengingat sulitnya menemui responden, maka hampir setiap ada pertemuan group meeting

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Sebelum dilakukannya penelitian, peneliti terlebih dahulu menyusun proposal penelitian dan mencari alat ukur yang sesuai yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI

BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan kompetensi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng Kecamatan Cakung Kotamadya Jakarta Timur Propinsi DKI Jakarta yang berusia 15 tahun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT PERSETUJUAN

LAMPIRAN SURAT PERSETUJUAN A. Informed Consent LAMPIRAN SURAT PERSETUJUAN Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Menyatakan bahwa : 1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu menganai penelitian : HUBUNGAN KOMUNIKASI

Lebih terperinci

5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA

5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA 33 5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA 5.1. Gambaran Responden Untuk mendapatkan gambaran subyek, dilakukan penghitungan distribusi frekuensi berdasarkan data responden yang terdapat pada bagian akhir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden 1. Berdasarkan umur Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur No. Umur Frekuensi Prosentase (%) 1. 12-23 bulan 23 44,2 2. 24-35 bulan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden 4.1.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin Seluruh responden penelitian di Kantor Konsultan Pajak HB&P adalah laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai objek penelitian oleh peneliti adalah konsumen yang sudah menggunakan sepatu Converse. Peneliti memilih

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT 41 BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT Responden dalam penelitian ini adalah petani anggota Gapoktan Jaya Tani yang berasal dari tiga kelompok tani

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian pendidikan, hasil belajar menjadi isu yang memiliki daya tarik untuk diteliti. Hasil belajar yang menjadi soroton dari semua jenjang sekolah

Lebih terperinci

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan interpretasinya. Pembahasan dalam bab 4 ini meliputi gambaran umum responden, ada tidaknya hubungan antara sikap terhadap

Lebih terperinci

ABSTRAK McClelland (1953) Ken & Kate Back (1982)

ABSTRAK McClelland (1953) Ken & Kate Back (1982) ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara motif berprestasi dan perilaku asertif pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2002 Universitas X Bandung. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel 38 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai Agustus 2009 pada dua basis pemeliharaan yang berbeda yakni: basis lahan sawah dan lahan persawahan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR 6.1 Karakteristik Pengunjung Karakteristik pengunjung dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, lokasi dan tempat tinggal, status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan masyarakat adalah melalui pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan unsur yang paling vital dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi merupakan tempat atau unit analisa yang dijadikan sebagai tempat pelaksana penelitian atau tempat pengumpulan data

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Singkat Ma had Sunan Ampel Al- Aly Terlampir 2. Visi, Misi dan Tujuan Ma had Terlampir B. Hasil Analisa Data Analisa data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Responden Responden terdiri dari 200 orang dan merupakan mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran rentang usia responden

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Desain Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Desain Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Bogor, dengan sasaran adalah masyarakat Aceh yang ada di Bogor. Pengumpulan data dilakukan selama 3 bulan yakni, April - Juni

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penulis. Universitas Kristen Maranatha

KATA PENGANTAR. Penulis. Universitas Kristen Maranatha KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi tugas akhir, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai Hubungan Antara Konsep Diri dengan Dukungan Orang Tua pada Siswa Kelas II SMU X Lampung yang sedang

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Pada bagian hasil penelitan ini memuat deskripsi hasil penelitian meliputi

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Pada bagian hasil penelitan ini memuat deskripsi hasil penelitian meliputi 40 41 BAB 5 HASIL PENELITIAN Pada bagian hasil penelitan ini memuat deskripsi hasil penelitian meliputi letak dan luas geografis kota Surabaya, keadaan demografis,. Lalu dipaparkan juga hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY)

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY) BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY) 5.1 Karakteristik Karakteristik pendengar merupakan salah satu faktor yang diduga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi responden disini akan menganalisa identitas para konsumen yang menjadi sampel dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan seseorang karena melalui pendidikan, seseorang dapat memiliki karir yang baik dan memiliki kemampuan. Dalam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pertanyaan pertanyaan pada kuesioner tersebut. Uji tersebut dilakukan pada

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pertanyaan pertanyaan pada kuesioner tersebut. Uji tersebut dilakukan pada BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data dan Pembahasan 4.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum kuesioner disebarkan ke responden, dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap pertanyaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. dilakukan adalah persiapan penelitian, di antaranya:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. dilakukan adalah persiapan penelitian, di antaranya: 70 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum mengadakan studi penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian,

Lebih terperinci

5. ANALISIS HASIL PENELITIAN

5. ANALISIS HASIL PENELITIAN 5. ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bagian ini akan menguraikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Jawaban dari permasalahan penelitian diperoleh berdasarkan hasil pengolahan 55 data hasil Tes Kreativitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Karakteristik Rumah Tangga Responden

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Karakteristik Rumah Tangga Responden BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Analisisis Deskriptif 4.1.1. Data Karakteristik Rumah Tangga Responden Dari hasil penyebaran kuisioner didapat data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan tingkat kreativitas pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan tingkat kreativitas pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan rehabilitasi okupasi terapi dengan tingkat kreativitas pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah menjalani usia pernikahan selama 5 tahun pertama yang berjumlah 100 responden. Pada

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL

BAB 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL BAB 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL Dalam bab ini akan disajikan gambaran umum penelitian, hasil uji validitas dan reliabilitas, statistik deskriptif tiap variabel, pengujian hipotesa dan pembahasan data.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara

BAB IV PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara BAB IV PENUTUP Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara variabel tingkat pengetahuan mengenai interior Jawa terhadap variabel citra corporate identity Mirota Batik, dimana

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan IPK dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3. Tabel 4.1

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan IPK dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3. Tabel 4.1 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra yang menjadi anggota lembaga kemahasiswaan periode 2012/2013 berjumlah 49 orang mahasiswa. Deskripsi subjek

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan di 6 sekolah yang terdiri dari SMA dan SMK negeri dan swasta di Kota Bogor.

Lebih terperinci

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN SERENGAN Devi Pramita Sari APIKES Citra Medika Surakarta ABSTRAK Pasangan Usia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Magelang terletak di tengah-tengah Kabupaten Magelang,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Magelang terletak di tengah-tengah Kabupaten Magelang, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Kota Magelang terletak di tengah-tengah Kabupaten Magelang, wilayah provinsi Jawa Tengah dan memiliki posisi strategis karena berada di tengah-tengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, karena pendidikan merupakan suatu proses untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini zaman semakin berkembang pesat, hal ini ditandai dengan adanya globalisasi. Globalisasi berarti tiap negara bebas untuk mengembangkan usaha di negara

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Profil Subjek Penelitian Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus University angkatan 2011 dan angkatan 2012 dengan hasil yang mengisi 124 orang.

Lebih terperinci

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi 47 BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian serta interpretasi dari hasil penelitian tersebut. Akan dijabarkan gambaran umum responden dan hasil dari analisa

Lebih terperinci

ANALISIS KORESPONDENSI UNTUK MENGETAHUI EFEKTIVITAS IKLAN PROVIDER TELEPON SELULER DI MEDIA TELEVISI

ANALISIS KORESPONDENSI UNTUK MENGETAHUI EFEKTIVITAS IKLAN PROVIDER TELEPON SELULER DI MEDIA TELEVISI ANALISIS KORESPONDENSI UNTUK MENGETAHUI EFEKTIVITAS IKLAN PROVIDER TELEPON SELULER DI MEDIA TELEVISI Maya Evayani Gurning 1308 030 013 Dosen Pembimbing : Dra. Destri Susilaningrum, M.Si LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK 6.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan, Tingkat Kepedulian, dan Ekuitas Merek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. Suatu bangsa melalui pendidikan dapat melestarikan dan mengembangkan berbagai

Lebih terperinci

SPSS Psikologi. Bulek_niyaFn

SPSS Psikologi. Bulek_niyaFn SPSS Psikologi Bulek_niyaFn Silabus SPSS - PSIKOLOGI Penginputan Data Variabel Tipe Label Variabel Value Label NAMA String Nama karyawan GENDER Numeric Jenis Kelamin 1= Laki-laki 2= Perempuan GOLONGAN

Lebih terperinci