BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR"

Transkripsi

1 BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 6.1 Karakteristik Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Martabak merupakan salah satu jenis makanan yang dapat digolongkan ke dalam makanan selingan/jajanan. Umumnya, martabak dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu martabak manis dan martabak telur. Martabak manis memiliki komposisi antara lain tepung terigu, gula pasir, mentega, dan isi (ketan, kacang, keju, coklat, dan lainnya). Martabak telur memiliki komposisi tepung terigu, telur, minyak, daun bawang, dan isi (daging sapi, daging ayam, sosis, dan lainnya). Pedagang martabak kaki lima adalah orang yang menjalankan usaha martabak yang berada di pinggir jalan dengan menggunakan gerobak yang berjualan dari sore hari hingga malam hari. Jumlah pedagang martabak kaki lima yang diteliti dalam penelitian ini adalah 40 orang. Karakteristik pedagang martabak kaki lima dibagi menjadi karakteristik umum, karakteristik usaha, dan karakteristik berdasarkan pola konsumsi LPG. Karakteristik umum pedagang martabak kaki lima digambarkan oleh jenis kelamin dan umur, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, lama waktu berdagang, dan sumber modal. Karakteristik usaha martabak kaki lima digambarkan oleh penggunaan tepung terigu, jumlah output yang dihasilkan, harga produk rata-rata, dan jumlah tenaga kerja. Karakteristik berdasarkan pola konsumsi LPG digambarkan melalui tempat pembelian LPG, frekuensi pembelian LPG dalam sebulan, dan jumlah penggunaan LPG dalam satu bulan.

2 Karakteristik Umum Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Jenis Kelamin dan Umur Pedagang Martabak Kaki Lima Penelitian yang dilakukan kepada 40 pedagang martabak kaki lima menunjukkan bahwa 40 orang atau 100 persen responden berjenis kelamin lakilaki. Pekerjaan pedagang martabak kaki lima dimulai dengan belanja bahan baku, mempersiapkan adonan, mempersiapkan gerobak, mendorong gerobak ke tempat berdagang, dan harus berdiri selama memasak martabak dan melayani pembeli. Selain itu waktu berdagang yang dimulai dari sore hari hingga malam hari bahkan dini hari mengakibatkan pekerjaan ini cukup berat untuk dikerjakan seorang perempuan. Umur pedagang martabak kaki lima bervariasi mulai dari umur 18 tahun sampai 50 tahun dengan rata-rata umur 30 tahun. Distribusi pedagang martabak kaki lima berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Distribusi Pedagang Martabak Kaki Lima Berdasarkan Umur No Kelompok Umur (tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%) 1. < > Pedagang martabak kaki lima dikelompokkan menjadi tiga kelompok umur. Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang martabak kaki lima yaitu sebesar persen berada pada selang umur antara 25 tahun sampai 35 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usaha martabak kaki lima di Kota Bogor dilakukan oleh pedagang yang berada pada rentang umur produktif untuk bekerja.

3 Tingkat Pendidikan Pedagang Martabak Kaki Lima Tingkat pendidikan formal pedagang martabak kaki lima bermacammacam dimulai dari lulusan Sekolah Dasar (SD) sampai lulusan Diploma (D3). Namun terdapat juga responden pedagang martabak kaki lima yang tidak pernah duduk di bangku sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah terbanyak yaitu sebesar persen adalah lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Distribusi pedagang martabak kaki lima berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17.Distribusi Pedagang Martabak Kaki Lima Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. Tidak sekolah SD SLTP SLTA Diploma Tabel 17 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pedagang martabak kaki lima masih cukup rendah. Tingkat pendidikan yang rendah menjadi salah satu alasan bagi pedagang martabak kaki lima untuk membuka usaha. Pedagang martabak kaki lima tidak memenuhi syarat untuk melamar pekerjaan di perusahaan karena tidak memiliki ijazah dari pendidikan formal yang cukup tinggi. Namun tingkat pendidikan formal yang rendah tidak menjadi halangan untuk membuka usaha demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bagi responden pedagang martabak kaki lima yang merupakan lulusan perguruan tinggi, usaha martabak kaki lima dinilai cukup menguntungkan, dan dapat membuka lapangan pekerjaan walaupun dalam jumlah yang kecil. Beberapa

4 75 alasan responden pedagang martabak kaki lima memilih usaha martabak sebagai usaha yang digeluti adalah karena keahlian yang dimiliki, menjalankan usaha turun temurun, banyaknya permintaan dan karena proses produksi yang mudah Pengalaman Usaha Pedagang Martabak Kaki Lima Kemampuan mengelola usaha dipengaruhi oleh pengalaman setiap individu. Pedagang mempunyai pemahaman yang lebih baik terhadap usaha yang dikelola karena belajar dari pengalaman yang diperoleh dari usaha tersebut. Hasil penelitian menunjukkan pengalaman usaha pedagang martabak kaki lima yang paling lama adalah 31 tahun dan yang paling baru adalah dua tahun. Pengalaman usaha pedagang martabak kaki lima rata-rata adalah 10 tahun. Distribusi pedagang martabak kaki lima berdasarkan pengalaman usaha dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Distribusi Pedagang Martabak Kaki Lima Berdasarkan Pengalaman Usaha No Pengalaman Berusaha Frekuensi (orang) Persentase (%) (tahun) 1 < > Berdasarkan Tabel 18, sebesar persen responden memiliki pengalaman usaha pada selang 5 tahun sampai 10 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden adalah pedagang yang setia terhadap usaha martabak dan menganggap usaha martabak adalah usaha utama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

5 Lama Waktu Berdagang Pedagang Martabak Kaki Lima Lamanya waktu berdagang adalah waktu dari persiapan membuka tempat berjualan, persiapan bahan sampai proses produksi dan penjualan martabak. Distribusi pedagang martabak kaki lima berdasarkan lama waktu berdagang dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Distribusi Pedagang Martabak Kaki Lima Berdasarkan Lama Waktu Berdagang No Lama Waktu Berdagang (jam) Frekuensi (orang) Persentase (%) Berdasarkan Tabel 19, lama waktu berdagang pedagang martabak kaki lima adalah antara tujuh jam hingga 11 jam. Lama waktu berdagang pedagang martabak kaki lima yang paling banyak adalah delapan jam yaitu sebanyak persen. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang martabak kaki lima bekerja sesuai dengan standar normal jam kerja manusia yaitu delapan jam per hari. Pedagang martabak kaki lima memulai berjualan pada sore hari sampai malam hari, bahkan hingga dini hari. Jam kerja ini disesuaikan dengan pembeli yang sebagian besar membeli martabak pada sore atau malam hari, yaitu sehabis pulang bekerja. Pada hari libur atau malam minggu, lama waktu berdagang bertambah karena pembeli yang ramai Sumber Modal Usaha Pedagang Martabak Kaki Lima Modal usaha adalah salah satu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan proses produksi martabak kaki lima. Berdasarkan data yang

6 77 diperoleh, modal yang digunakan pedagang martabak kaki lima berasal dari berbagai sumber yaitu modal sendiri, pinjaman keluarga, dan pinjaman koperasi. Distribusi pedagang martabak kaki lima berdasarkan sumber modal usaha dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Distribusi Pedagang Martabak Kaki Lima Berdasarkan Sumber Modal Usaha No Sumber Modal Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. Modal sendiri Pinjaman Keluarga Pinjaman Koperasi Berdasarkan Tabel 20 jumlah pedagang martabak kaki lima yang bergantung pada modal sendiri adalah 25 orang atau sebesar persen. Pedagang martabak kaki lima memulai usahanya dengan menggunakan modal sendiri karena usaha ini tidak membutuhkan modal awal yang terlalu besar. Di samping itu, penggunaan modal sendiri membuat mereka lebih leluasa dalam menjalankan usaha dan mengembangkannya karena tidak terikat hutang dari pihak lain Karakteristik Usaha Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Usaha Martabak Kaki Lima Berdasarkan Penggunaan Tepung Terigu Jumlah penggunaan tepung terigu masing-masing pedagang martabak kaki lima berbeda-beda. Dalam penelitian ini, penggunaan tepung terigu oleh pedagang martabak kaki lima per bulan dimulai dari 45 kg per bulan sampai 390 kg per bulan. Jumlah rata-rata penggunaan tepung terigu adalah kg per

7 78 bulan. Distribusi pedagang martabak kaki lima berdasarkan penggunaan tepung terigu dalam usahanya dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Distribusi Pedagang Martabak Kaki Lima Berdasarkan Penggunaan Tepung Terigu No Penggunaan Tepung Terigu (kg/bln) Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. < > Tabel 21 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pedagang martabak kaki lima menggunakan tepung terigu kg per bulan yaitu sebesar persen. Semakin besar penggunaan tepung terigu per hari berarti semakin banyak jumlah martabak yang diproduksi Usaha Martabak Kaki Lima Berdasarkan Jumlah Output Jumlah martabak yang dihasilkan pedagang martabak kaki lima bervariasi dimulai dari 900 martabak per bulan hingga martabak per bulan. Jumlah martabak rata-rata yang dihasilkan adalah martabak per bulan. Distribusi pedagang martabak kaki lima berdasarkan jumlah output yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Distribusi Pedagang Martabak Kaki Lima Berdasarkan Jumlah Output No Jumlah Output (martabak/bln) Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. < > Tabel 22 menunjukkan bahwa persen pedagang martabak kaki lima menghasilkan sampai martabak per bulan. Semakin besar jumlah

8 79 output yang dihasilkan akan berpengaruh pada total penerimaan pedagang martabak kaki lima. Jumlah output yang dihasilkan pedagang martabak kaki lima juga berpengaruh pada jumlah pemakaian LPG. Semakin banyak output yang dihasilkan maka jumlah LPG yang digunakan akan semakin banyak Usaha Martabak Kaki Lima Berdasarkan Harga Rata-rata Output Pedagang martabak kaki lima menghasilkan berbagai jenis martabak, baik martabak telur maupun martabak manis. Martabak telur dibedakan berdasarkan jenis telur yang dipakai, telur ayam atau telur bebek, dan banyaknya jumlah telur yang digunakan. Martabak manis dibedakan berdasarkan ukuran dan jenis isinya. Harga martabak ini berbeda-beda tergantung jenis, ukuran, dan bahan-bahan yang digunakan. Harga martabak juga dipengaruhi oleh lokasi berdagang yang strategis atau tidak. Harga rata-rata martabak dalam penelitian ini dimulai dari Rp sampai Rp per martabak. Distribusi pedagang martabak kaki lima berdasarkan harga rata-rata outputnya dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Distribusi Pedagang Martabak Berdasarkan Harga Rata-rata Output No Harga Rata-rata Output (Rp/martabak) Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. < > Tabel 23 menunjukkan bahwa persen atau 34 orang menetapkan harga martabaknya antara Rp sampai Rp per martabak, yang berarti harga martabak yang dihasilkan pedagang martabak kaki lima masih cukup terjangkau. Harga martabak yang dihasilkan berhubungan dengan total

9 80 penerimaan yang diterima pedagang martabak kaki lima. Semakin tinggi harga martabak yang dihasilkan, dengan asumsi faktor lain tetap, maka akan meningkatkan total penerimaan pedagang martabak kaki lima Usaha Martabak Kaki Lima Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Tenaga kerja dalam usaha martabak kaki lima terdiri dari tenaga kerja dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar keluarga. Upah tenaga kerja berkisar antara Rp sampai Rp per bulannya. Distribusi pedagang martabak berdasarkan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Distribusi Pedagang Martabak Kaki Lima Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja No Jumlah Tenaga Kerja (orang) Frekuensi (orang) Persentase (%) Tabel 24 menunjukkan bahwa persen pedagang martabak kaki lima memiliki tenaga kerja 1 orang. Hal ini berarti responden pedagang martabak kaki lima ini berdagang sendiri di lokasi usahanya Karakteristik Pedagang Martabak Kaki Lima Berdasarkan Pola Konsumsi LPG Tempat Pembelian LPG Pedagang Martabak Kaki Lima LPG yang digunakan oleh pedagang martabak kaki lima dalam kegiatan usahanya adalah LPG 3 kg. Pedagang martabak kaki lima bisa membeli isi ulang LPG 3 kg dari berbagai tempat. Distribusi pedagang martabak kaki lima berdasarkan tempat pembelian LPG dapat dilihat pada Tabel 25.

10 81 Tabel 25. Distribusi Pedagang Martabak Kaki Lima Berdasarkan Tempat Pembelian LPG No Tempat Pembelian LPG Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. Agen Pasar Warung Berdasarkan Tabel 25, sebanyak persen pedagang martabak kaki lima membeli isi ulang LPG dari pasar. Pedagang martabak kaki lima membeli dari pasar dengan pertimbangan jarak yang cukup dekat. Beberapa responden pedagang martabak kaki lima memilih membeli dan berlangganan dari agen karena agen tersebut akan mengantarkan langsung isi ulang LPG ke lokasi berdagang, sehingga pedagang tidak perlu mencari dan membeli LPG dari tempat lain, namun pedagang harus bersedia membayar dengan harga yang lebih tinggi Frekuensi Pembelian LPG Pedagang Martabak Kaki Lima Frekuensi pembelian LPG dapat dilihat dari berapa kali pedagang martabak kaki lima melakukan pembelian LPG dalam satu bulan. Distribusi pedagang martabak kaki lima berdasarkan frekuensi pembelian LPG dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Distribusi Pedagang Martabak Kaki Lima Berdasarkan Frekuensi Pembelian LPG No Frekuensi Pembelian LPG (kali/bln) Frekuensi (orang) Persentase (%) Tabel 26 menunjukkan bahwa persen pedagang martabak kaki lima melakukan 13 kali pembelian LPG. Dalam sekali pembelian, sebagian besar

11 82 pedagang martabak kaki lima membeli 1 tabung LPG 3 kg. Semakin tinggi frekuensi pembelian LPG menunjukkan jumlah pemakaian LPG yang semakin banyak Penggunaan LPG oleh Pedagang Martabak Kaki Lima LPG adalah bahan bakar utama dalam kegiatan usaha yang dilakukan pedagang martabak kaki lima. Distribusi pedagang martabak kaki lima berdasarkan jumlah penggunaan LPG dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Distribusi Pedagang Martabak Kaki Lima Berdasarkan Penggunaan LPG No Penggunaan LPG (kg/bln) Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. < > Berdasarkan hasil penelitian, pedagang martabak kaki lima menggunakan LPG rata-rata 36 kg per bulan. Tabel 27 menunjukkan sebanyak persen menggunakan LPG kurang dari 24 kg per bulan, dan persen menggunakan LPG antara 24 sampai 40 kg. Semakin besar penggunaan LPG menunjukkan semakin banyak jumlah output yang dihasilkan. Dengan asumsi faktor lain tetap, maka semakin banyak jumlah output yang dihasilkan akan meningkatkan total penerimaan pedagang martabak kaki lima. 6.2 Karakteristik Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Bogor Warung tenda pecel lele membuka usaha menjelang sore hingga malam hari. Lokasi yang banyak digunakan sebagai tempat beroperasinya adalah pelataran di depan perumahan, perkantoran, atau pusat perdagangan. Warung tenda didirikan menggunakan atap terpal yang terbuat dari plastik anti bocor.

12 83 Warung-warung tenda dalam penelitian ini menyajikan menu pecel lele, pecel ayam, bebek goreng, dan makanan laut (Seafood). Jumlah pedagang warung tenda pecel lele yang diteliti dalam penelitian ini adalah 40 orang. Karakteristik pedagang warung tenda pecel lele dibagi menjadi karakteristik umum, karakteristik usaha, dan karakteristik berdasarkan pola konsumsi LPG. Karakteristik umum pedagang warung tenda pecel lele digambarkan oleh jenis kelamin dan umur, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, lama waktu berdagang, dan sumber modal. Karakteristik usaha warung tenda pecel lele digambarkan oleh penggunaan beras, penggunaan lele, penggunaan ayam, jumlah output yang dihasilkan, harga produk rata-rata, dan jumlah tenaga kerja. Karakteristik berdasarkan pola konsumsi LPG digambarkan melalui tempat pembelian LPG, frekuensi pembelian LPG dalam sebulan, dan jumlah penggunaan LPG dalam satu bulan Karakteristik Umum Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Bogor Jenis Kelamin dan Umur Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Penelitian kepada 40 pedagang warung tenda pecel lele menunjukkan bahwa 39 orang berjenis kelamin laki-laki dan satu orang berjenis kelamin perempuan. Perempuan mengalami kesulitan untuk ikut berdagang dikarenakan waktu berdagang yang dimulai sejak sore hari hingga malam hari, bahkan tidak jarang hingga dini hari. Responden perempuan pada penelitian ini ikut berdagang karena lokasi berdagang yang sangat dekat dengan rumah responden tersebut. Umur pedagang warung tenda pecel lele dari hasil penelitian dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu pedagang usia dibawah 21 tahun,

13 tahun, dan di atas 31 tahun. Pembagian masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Umur No Kelompok Umur (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%) 1. < > Umur responden pedagang warung tenda pecel lele yang paling muda adalah 16 tahun dan yang paling tua adalah 38 tahun. Tabel 28 menunjukkan bahwa kebanyakan pedagang warung tenda pecel lele berada pada selang umur tahun yaitu sebanyak persen. Hal ini menunjukkan bahwa usaha warung tenda pecel lele di Kota Bogor dilakukan oleh pedagang yang berada pada rentang umur produktif untuk bekerja Tingkat Pendidikan Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Tingkat pendidikan formal pedagang warung tenda pecel lele dalam penelitian ini dimulai dari lulusan Sekolah Dasar (SD) sampai lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. SD SLTP SLTA

14 85 Berdasarkan Tabel 29, jumlah terbanyak yaitu sebesar persen adalah lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), persen lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA), dan hanya 2.50 persen sisanya adalah lulusan Sekolah Dasar (SD). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pedagang warung tenda pecel lele sudah cukup tinggi, yang menunjang pengelolaan atau manajemen usaha yang dijalankan Pengalaman Usaha Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Kemampuan mengelola usaha tentu dipengaruhi oleh pengalaman setiap individu. Pedagang mempunyai pemahaman yang lebih baik terhadap usaha yang dikelola karena belajar dari pengalaman yang diperoleh dari usaha tersebut. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan pengalaman usaha dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Pengalaman Usaha No Pengalaman Berusaha (Tahun) Frekuensi (orang) Persentase (%) Hasil penelitian menunjukkan pengalaman usaha pedagang warung tenda pecel lele yang paling lama adalah 17 tahun dan yang paling baru adalah satu tahun. Pengalaman usaha pedagang warung tenda pecel lele rata-rata adalah 8.2 tahun. Berdasarkan Tabel 30 sebesar persen responden memiliki pengalaman usaha pada selang 6 10 tahun, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang warung tenda pecel lele sudah memiliki pengalaman yang cukup

15 86 lama, dan sebagian kecil baru memulai merintis usahanya, atau baru menjalankan usaha turun temurun keluarga Lama Waktu Berdagang Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Lamanya waktu berdagang adalah waktu dari persiapan membuka tempat berjualan, persiapan bahan sampai proses produksi. Hasil penelitian menunjukkan lama waktu berdagang pedagang warung tenda pecel lele adalah antara 7 jam hingga 13 jam. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan lama waktu berdagang dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Lama Waktu Berdagang No Lama Waktu Berdagang (jam) Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. < > Rata-rata lama berdagang pedagang warung tenda pecel lele adalah 8.75 jam. Berdasarkan Tabel 31, persen responden pedagang warung tenda pecel lele berdagang di bawah sembilan jam, yang berarti lama waktu bekerja pedagang warung tenda pecel lele masih sesuai dengan standar normal waktu kerja manusia. Pedagang warung tenda buka setiap hari dari senin hingga minggu mulai dari pukul WIB dan tutup pukul WIB, namun pada hari-hari libur atau hari minggu jumlah pembeli semakin banyak sehingga lama waktu berdagang bertambah hingga pukul WIB.

16 Sumber Modal Usaha Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, modal yang digunakan berasal dari modal sendiri dan pinjaman keluarga. Umumnya pedagang warung tenda pecel lele menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan sumber modal usaha dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Sumber Modal Usaha No Sumber Modal Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. Modal sendiri Pinjaman Keluarga Sumber : Data diolah, 2011 Tabel 32 menunjukkan bahwa jumlah pedagang warung tenda pecel lele yang bergantung pada modal sendiri adalah 36 orang atau sebesar persen. Modal sendiri ini berasal dari tabungan hasil pekerjaan sebelumnya. Modal dari keluarga dekat mudah didapatkan karena tingkat kekeluargaan dan kepercayaan yang tinggi. Modal responden pedagang warung tenda pecel lele tidak ada yang berasal dari pinjaman lembaga keuangan karena para pedagang tidak berani dengan resiko, birokrasi yang sulit dan tidak memiliki agunan atas uang yang dipinjam Karakteristik Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Bogor Usaha Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Penggunaan Beras Jumlah penggunaan beras pada usaha warung tenda pecel lele berbedabeda tergantung pada besarnya usaha atau banyaknya pelanggan tiap harinya. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan penggunaan beras dalam usahanya dapat dilihat pada Tabel 33.

17 88 Tabel 33. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Penggunaan Beras No Penggunaan Beras (kg/bulan) Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. < > Penggunaan beras oleh pedagang warung tenda pecel lele per bulan dimulai dari 120 kg per bulan sampai 960 kg per bulan. Jumlah rata-rata penggunaan beras adalah kg per bulan. Tabel 33 menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu sebesar persen responden menggunakan kg beras per bulan. Hal ini menunjukkan dalam sebulan, cukup banyak porsi masakan yang dihasilkan melihat jumlah beras yang digunakan Usaha Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Penggunaan Lele Jumlah penggunaan lele pada usaha warung tenda pecel lele berbedabeda tergantung pada banyaknya permintaan tiap harinya. Pedagang warung tenda pecel lele menggunakan ikan lele dengan ukuran sedang hingga besar. Dalam setiap 1 kg terdapat delapan hingga sembilan ekor ikan lele. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan penggunaan lele dalam usahanya dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Penggunaan Lele No Penggunaan Lele (kg/bulan) Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. < >

18 89 Penggunaan lele oleh pedagang warung tenda pecel lele per bulan dimulai dari 90 kg per bulan sampai 240 kg per bulan. Jumlah rata-rata penggunaan lele adalah 168 kg per bulan. Tabel 34 menunjukkan bahwa sebesar persen responden menggunakan kg lele dalam satu bulan Usaha Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Penggunaan Ayam Bagian ayam yang digunakan oleh pedagang warung tenda pecel lele untuk membuat pecel ayam adalah bagian dada dan paha ayam, dengan ukuran yang cukup besar. Sebagian besar pedagang warung tenda pecel lele membeli daging ayam yang terdiri dari 7-8 potong dalam satu kilogramnya. Walaupun usaha ini bernama warung tenda pecel lele, namun saat ini produk pecel ayam justru lebih banyak diminati dibandingkan pecel lele. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan penggunaan ayam dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Penggunaan Ayam No Penggunaan Ayam (kg/bulan) Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. < > Penggunaan daging ayam oleh pedagang warung tenda pecel lele per bulan dimulai dari 150 kg per bulan sampai 600 kg per bulan. Jumlah rata-rata penggunaan daging ayam adalah kg per bulan. Tabel 35 menunjukkan bahwa jumlah responden pedagang warung tenda sebagian besar yaitu persen menggunakan ayam antara kg per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam usaha warung tenda pecel lele penggunaan ayam lebih besar daripada penggunaan lele.

19 Usaha Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Jumlah Output Warung tenda pecel lele menghasilkan berbagai produk diantaranya adalah pecel lele, pecel ayam, pecel telur, bebek goreng, dan aneka masakan seafood. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah produk yang dihasilkan pedagang warung tenda pecel lele bervariasi dimulai dari porsi per bulan hingga porsi per bulan. Jumlah masakan yang dihasilkan adalah rata-rata porsi per bulan. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan jumlah output yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Jumlah Output No Jumlah Output (porsi/bln) Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. < > Tabel 36 menunjukkan bahwa kebanyakan atau persen pedagang warung tenda pecel lele menghasilkan sampai porsi per bulan. Banyaknya jumlah output yang dihasilkan berpengaruh pada besarnya total penerimaan pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor Usaha Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Harga Rata-rata Output Warung tenda pecel lele menghasilkan berbagai jenis masakan. Harga setiap masakan ini berbeda-beda tergantung jenis, bahan bakunya, dan lokasi berdagang. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan harga ratarata masakannya dapat dilihat pada Tabel 37.

20 91 Tabel 37. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Harga Rata-rata Output No Harga Rata-rata Output (Rp/porsi) Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. < > Harga rata-rata masakan dalam penelitian ini dimulai dari Rp Rp per porsi. Tabel 37 menunjukkan bahwa persen atau 29 orang menetapkan harga masakannya antara Rp Rp per porsi. Dengan asumsi faktor lain tetap, maka semakin tinggi harga masakan per porsi akan meningkatkan penerimaan pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor Usaha Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Tenaga kerja pada usaha warung tenda pecel lele terdiri dari tenaga kerja dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja No Jumlah Tenaga Kerja (orang) Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. < > Tabel 38 menunjukkan bahwa persen pedagang warung tenda pecel lele memiliki 2-3 orang tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa usaha warung tenda pecel lele ini masih termasuk kelas usaha mikro.

21 Karakteristik Pedagang Warung Tenda Berdasarkan Pola Konsumsi LPG Tempat Pembelian LPG Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Pedagang warung tenda pecel lele mendapatkan isi ulang LPG 3 kg di berbagai tempat, seperti agen, pasar, dan warung. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan tempat pembelian LPG dapat dilihat pada Tabel 39. Tabel 39. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Tempat Pembelian LPG No Tempat Pembelian LPG Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. Agen Pasar Warung Berdasarkan Tabel 39, sebesar persen pedagang warung tenda pecel lele membeli isi ulang LPG dari agen. Alasan para pedagang warung tenda pecel lele membeli ke tempat tersebut adalah karena jarak yang dekat dan mudah dijangkau Frekuensi Pembelian LPG Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Frekuensi pembelian LPG dapat dilihat dari berapa kali pedagang warung tenda pecel lele melakukan pembelian LPG dalam satu bulan. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan frekuensi pembelian LPG terdapat pada Tabel 40. Tabel 40. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Frekuensi Pembelian LPG No Frekuensi Pembelian LPG Frekuensi (orang) Persentase (%) (kali/bulan) 1. < >

22 93 Tabel 40 menunjukkan bahwa persen pedagang warung tenda pecel lele melakukan pembelian LPG lebih dari 28 kali. Dalam setiap pembelian pedagang biasanya membeli satu tabung LPG 3 kg. Frekuensi pembelian ini menunjukkan bahwa hampir setiap hari pedagang warung tenda pecel lele melakukan pembelian isi ulang LPG Penggunaan LPG oleh Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Seperti halnya pedagang martabak kaki lima, LPG adalah bahan bakar utama dalam kegiatan usaha yang dilakukan pedagang warung tenda pecel lele. Distribusi pedagang warung tenda pecel lele berdasarkan jumlah penggunaan LPG dapat dilihat pada Tabel 41. Tabel 41. Distribusi Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Berdasarkan Penggunaan LPG No Penggunaan LPG (kg/bln) Frekuensi (orang) Persentase (%) 1. < > Pedagang warung tenda pecel lele menggunakan LPG rata-rata kg per bulan. Penggunaan LPG yang paling kecil adalah 48 kg, dan yang paling besar adalah 252 kg per bulan. Berdasarkan Tabel 41, sebesar persen menggunakan LPG antara kg per bulan. Semakin banyak LPG yang digunakan menunjukkan semakin banyak output yang dihasilkan.

VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 8.1 Pendapatan Usaha Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Analisis pendapatan usaha bertujuan untuk mengetahui besarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 7.1 Permintaan LPG Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Permintaan LPG pedagang

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah dan Perkembangan Restoran Martabak Air Mancur

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah dan Perkembangan Restoran Martabak Air Mancur V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah dan Perkembangan Restoran Martabak Air Mancur Restoran Martabak Air Mancur (MAM) merupakan konsep restoran yang menyajikan keunikan pengolahan tepung terigu menjadi menu makanan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR

BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR 5.1 Gambaran Umum UPTD Pasar Baru Bogor Penelitian ini dilakukan di UPTD Pasar Baru Bogor, merupakan salah satu dari 7 unit dari pasar yang ada di Kota Bogor.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas responden yang membedakan antara satu responden dengan responden yang lain.. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Cirasa Bakery merupakan usaha pembuatan roti yang didirikan oleh bapak M. Ali yang juga merupakan pemilik usaha tersebut pada tahun 1991. Kemudian

Lebih terperinci

6.1. Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku

6.1. Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku Analisis pendapatan pedagang bakso dilakukan dengan cara menghitung selisih antara penerimaan usaha bakso dengan biaya-biaya usaha bakso yang dikeluarkan. Analisis yang dilakukan adalah dengan cara membandingkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Http ://www.id-wikipedia.com/2009. (27 Juli 2009)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Http ://www.id-wikipedia.com/2009. (27 Juli 2009) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Sate Sop Kambing Sate adalah sejenis makanan yang dibuat dari potongan-potongan daging berupa daging ayam atau daging kambing yang ditusuk dengan lidi atau tusuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Cirasa Bakery merupakan usaha pembuatan roti yang didirikan pada tahun 1991 oleh bapak M. Ali yang juga merupakan pemilik usaha tersebut. Kemudian

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MARTABAK MANIS

MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MARTABAK MANIS VI. MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MARTABAK MANIS Persediaan sangat dipengaruhi oleh permintaan akan produk jadi tersebut yaitu martabak manis. Tingkat persediaan juga berubah-ubah dipengaruhi permintaan

Lebih terperinci

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 105 BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 7.1 Supply Bahan Baku Pangan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Munculnya usaha yang diakibatkan oleh adanya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat berbagai rumah makan dengan ciri khas yang berbeda-beda di

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat berbagai rumah makan dengan ciri khas yang berbeda-beda di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terdapat berbagai rumah makan dengan ciri khas yang berbeda-beda di Yogyakarta. Masing-masing rumah makan menawarkan keunggulan yang berbedabeda kepada pelanggannya.

Lebih terperinci

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR 5.1. Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional Kota Bogor Terdapat tujuh buah pasar tradisional yang dibangun oleh Pemerintah Kota Bogor untuk menunjang perekomomian dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HARGA BERAS TERMURAH TK. ECERAN DI PROVINSI UTAMA s.d PERIODE MG-I JUNI 2017

PERKEMBANGAN HARGA BERAS TERMURAH TK. ECERAN DI PROVINSI UTAMA s.d PERIODE MG-I JUNI 2017 PERKEMBANGAN HARGA BERAS TERMURAH Perkembangan harga Beras Termurah di provinsi utama mengalami kenaikan harga rata-rata sebesar 0,40%. Provinsi Bali (2,87%) dan penurunan harga terendah di Provinsi Banten

Lebih terperinci

INFORMASI HARGA BAHAN POKOK DAN KEBUTUHAN PENTING LAINNYA DI UNIT PASAR TRADISIONAL KOTA SURABAYA MINGGU KE. I (Pertama) BULAN : JANUARI 2016

INFORMASI HARGA BAHAN POKOK DAN KEBUTUHAN PENTING LAINNYA DI UNIT PASAR TRADISIONAL KOTA SURABAYA MINGGU KE. I (Pertama) BULAN : JANUARI 2016 BERAS INFORMASI HARGA BAHAN POKOK DAN KEBUTUHAN PENTING LAINNYA DI UNIT PASAR TRADISIONAL KOTA SURABAYA MINGGU KE. I (Pertama) NO NAMA BAHAN POKOK DAN JENISNYA SATUAN BULAN : JANUARI 2016 Tambahrejo Pucang

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci

INFORMASI HARGA BAHAN POKOK DAN KEBUTUHAN PENTING LAINNYA DI UNIT PASAR TRADISIONAL KOTA SURABAYA MINGGU KE. I (Pertama) BULAN : AGUSTUS 2016

INFORMASI HARGA BAHAN POKOK DAN KEBUTUHAN PENTING LAINNYA DI UNIT PASAR TRADISIONAL KOTA SURABAYA MINGGU KE. I (Pertama) BULAN : AGUSTUS 2016 INFORMASI HARGA BAHAN POKOK DAN KEBUTUHAN PENTING LAINNYA DI UNIT PASAR TRADISIONAL KOTA SURABAYA MINGGU KE. I (Pertama) BULAN : AGUSTUS 2016 NO NAMA BAHAN POKOK DAN JENISNYA SATUAN Tambahrejo Pucang Anom

Lebih terperinci

INFORMASI HARGA BAHAN POKOK DAN KEBUTUHAN PENTING LAINNYA DI UNIT PASAR TRADISIONAL KOTA SURABAYA MINGGU KE. I (Pertama) BULAN : AGUSTUS 2016

INFORMASI HARGA BAHAN POKOK DAN KEBUTUHAN PENTING LAINNYA DI UNIT PASAR TRADISIONAL KOTA SURABAYA MINGGU KE. I (Pertama) BULAN : AGUSTUS 2016 INFORMASI HARGA BAHAN POKOK DAN KEBUTUHAN PENTING LAINNYA DI UNIT PASAR TRADISIONAL KOTA SURABAYA MINGGU KE. I (Pertama) BULAN : AGUSTUS 2016 NO NAMA BAHAN POKOK DAN JENISNYA SATUAN Tambahrejo Pucang Anom

Lebih terperinci

INFORMASI HARGA BAHAN POKOK DAN KEBUTUHAN PENTING LAINNYA DI UNIT PASAR TRADISIONAL KOTA SURABAYA MINGGU KE. I (Pertama) BULAN : AGUSTUS 2016

INFORMASI HARGA BAHAN POKOK DAN KEBUTUHAN PENTING LAINNYA DI UNIT PASAR TRADISIONAL KOTA SURABAYA MINGGU KE. I (Pertama) BULAN : AGUSTUS 2016 INFORMASI HARGA BAHAN POKOK DAN KEBUTUHAN PENTING LAINNYA DI UNIT PASAR TRADISIONAL KOTA SURABAYA MINGGU KE. I (Pertama) BULAN : AGUSTUS 2016 NO NAMA BAHAN POKOK DAN JENISNYA SATUAN Tambahrejo Pucang Anom

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah Bagaimana cara membuat desain tempat bahan memasak yang mudah untuk dijangkau?

BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah Bagaimana cara membuat desain tempat bahan memasak yang mudah untuk dijangkau? BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, banyaknya kuliner makanan yang berkembang di Indonesia. Perpaduan antara kuliner Indonesia dan asing juga mulai bermunculan. Oleh sebab

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS KULINER

PELUANG BISNIS KULINER PELUANG BISNIS KULINER OLEH : Nama : Ferriawan Isnan Ashari NIM : 11.12.5411 Program : Strata- 1 Jurusan : SI Kelompok : G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Sebagai alternatif dalam memperoleh uang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembahasan Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui wawancara dan tanya jawab dipandu dengan daftar pertanyaan pada kuesioner dengan para

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah Perusahaan Pada awalnya CV Mandiri Citra Lestari didirikan pada tahun 1996 oleh Bapak Emat dan isteri Ibu Mala Nurimala dengan nama Argo Lestari yang berkedudukan

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN RESPONDEN Daftar pertanyaan ini disusun untuk pembuatan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan dari Universitas Lampung

DAFTAR PERTANYAAN RESPONDEN Daftar pertanyaan ini disusun untuk pembuatan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan dari Universitas Lampung DAFTAR PERTANYAAN RESPONDEN Daftar pertanyaan ini disusun untuk pembuatan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan dari Universitas Lampung PETUNJUK PENGISIAN 1. Jawablah pertanyaan ini dengan sejujurnya.

Lebih terperinci

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS BERJUALAN MAKANAN ALA GEROBAK. DISUSUN OLEH : Nama : Rizqi Bayu Satrio NIM : Kelas : S1. SI.

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS BERJUALAN MAKANAN ALA GEROBAK. DISUSUN OLEH : Nama : Rizqi Bayu Satrio NIM : Kelas : S1. SI. TUGAS LINGKUNGAN BISNIS BERJUALAN MAKANAN ALA GEROBAK DISUSUN OLEH : Nama : Rizqi Bayu Satrio NIM : 10. 12. 5144 Kelas : S1. SI. 2K STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Karya tulis ini dibuat untuk membantu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian Lampiran 1. Angket Penelitian KATA PENGANTAR Ibu yang terhormat, Pada kesempatan ini perkenankanlah kami meminta bantuan Ibu untuk mengisi angket yang telah kami berikan, angket ini berisi tentang : 1)

Lebih terperinci

I. FAKTOR INTERNAL RESPONDEN

I. FAKTOR INTERNAL RESPONDEN Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Perkenankan kami mengajukan beberapa pertanyaann di bawah ini sebagai bahan untuk melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu. Pengusaha olahan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu. Pengusaha olahan 46 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Usaha Pengolahan Pisang Di Kota Palu Usaha pengolahan pisang merupakan usaha pengolahan kedua terbanyak di Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu.

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Ikan Lele secara Zero Waste menjadi Produk Olahan Kerupuk pada Ponpes Raden Rahmat Sunan Ampel di Kabupaten Jember

Teknologi Pengolahan Ikan Lele secara Zero Waste menjadi Produk Olahan Kerupuk pada Ponpes Raden Rahmat Sunan Ampel di Kabupaten Jember Teknologi Pengolahan Ikan Lele secara Zero Waste menjadi Produk Olahan Kerupuk pada Ponpes Raden Rahmat Sunan Ampel di Kabupaten Jember Linda Ekadewi Widyatami #1, Ardhitya Alam Wiguna #2 # Manajemen Agribisnis

Lebih terperinci

BAB VIII JAJANAN SEBAGAI PENDUKUNG STATUS GIZI. A. Jajanan Sebagai Asupan Makanan Balita

BAB VIII JAJANAN SEBAGAI PENDUKUNG STATUS GIZI. A. Jajanan Sebagai Asupan Makanan Balita BAB VIII JAJANAN SEBAGAI PENDUKUNG STATUS GIZI A. Jajanan Sebagai Asupan Makanan Balita Makanan jajanan menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. permintaan atas penyedia makanan siap saji meningkat, disamping itu faktor

I. PENDAHULUAN. permintaan atas penyedia makanan siap saji meningkat, disamping itu faktor I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan perubahan yang cukup signifikan pada gaya hidup masyarakat. Perubahan ini juga terlihat pada pola konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Industri Rumah Tangga olahan Salak Pondoh. Kegiatan pengolahan Salak Pondoh sudah dilakukan oleh warga masyarakat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Industri Rumah Tangga olahan Salak Pondoh. Kegiatan pengolahan Salak Pondoh sudah dilakukan oleh warga masyarakat V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Industri Rumah Tangga olahan Salak Pondoh Kegiatan pengolahan Salak Pondoh sudah dilakukan oleh warga masyarakat Desa Donokerto selama 10 tahun terakhir. Pengolahan Salak

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HARGA DAN PASOKAN PANGAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE BULAN MARET TAHUN 2015

PERKEMBANGAN HARGA DAN PASOKAN PANGAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE BULAN MARET TAHUN 2015 PERKEMBANGAN HARGA DAN PASOKAN PANGAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE BULAN MARET TAHUN 2015 Berdasarkan pemantauan harga dan pasokan pangan pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat dengan melibatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. DIY adalah salah satu Provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau

IV. GAMBARAN UMUM. DIY adalah salah satu Provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis DIY adalah salah satu Provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. DIY di bagian Selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian

Lebih terperinci

Nama : WENY ANDRIATI NPM : Kelas : 3 EB 18

Nama : WENY ANDRIATI NPM : Kelas : 3 EB 18 ANALISIS PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI PENGENDALI BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI BUTRI CABANG TAMBUN Nama : WENY ANDRIATI NPM : 28210479 Kelas : 3 EB 18 BAB I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENJELASAN UMUM. bahan evaluasi terhadap pembangunan yang dilakukan. Dengan adanya

I. PENJELASAN UMUM. bahan evaluasi terhadap pembangunan yang dilakukan. Dengan adanya I. PENJELASAN UMUM Perencanaan yang akurat sangat diperlukan Pemerintah Daerah untuk bahan evaluasi terhadap pembangunan yang dilakukan. Dengan adanya pergeseran perencanaan pembangunan ke Pemerintah Daerah,

Lebih terperinci

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510 LAMPIRAN 104 105 LAMPIRAN I HUBUNGAN PEMBERIAN MPASI LOKAL, FREKUENSI PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS WAIPARE, KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR Program Studi S1 Ilmu

Lebih terperinci

PERENCANAAN BISNIS WARUNG MINI. Disusun Oleh : Shandy Eksani Putra ( ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI REGULER

PERENCANAAN BISNIS WARUNG MINI. Disusun Oleh : Shandy Eksani Putra ( ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI REGULER PERENCANAAN BISNIS WARUNG MINI Disusun Oleh : Shandy Eksani Putra (09403241002) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI REGULER FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 A. Ringkasan

Lebih terperinci

Nisaa Aqmarina EB10

Nisaa Aqmarina EB10 ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA PERUSAHAAN ROTI LESTARI BOGOR Nisaa Aqmarina 25211190 3EB10 Latar Belakang Masalah Usaha Perencanaan,

Lebih terperinci

PROPOSAL BISNIS CAFE MARTABAK MANIS BANGKA BERKONSEP WIFI & ONLINE

PROPOSAL BISNIS CAFE MARTABAK MANIS BANGKA BERKONSEP WIFI & ONLINE PROPOSAL BISNIS CAFE MARTABAK MANIS BANGKA BERKONSEP WIFI & ONLINE DISUSUN OLEH : PETER MINARDI LUKITO NIM : 201481079 UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2016 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS USAHA MIE AYAM. Oleh : NAMA : YATIMAN KELAS : S1 SI 2C NIM :

PELUANG BISNIS USAHA MIE AYAM. Oleh : NAMA : YATIMAN KELAS : S1 SI 2C NIM : PELUANG BISNIS USAHA MIE AYAM Oleh : NAMA : YATIMAN KELAS : S1 SI 2C NIM : 10.12.4575 STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Karya tulis ini di buat untuk membantu pembaca menentukan suatu peluang bisnis.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini makanan bukan hanya kebutuhan melainkan juga menjadi bagian dari gaya hidup seseorang. Peningkatan minat masyarakat untuk mengunjungi restoran disebabkan oleh

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS : GAGAH PRAYOGI : / S1-SI-2F STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS : GAGAH PRAYOGI : / S1-SI-2F STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS NAMA NIM : GAGAH PRAYOGI : 10.12.4744 / S1-SI-2F STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Menekuni berbagai peluang bisnis di bidang makanan memang menjanjikan untung besar bagi para

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 08/01/64/Th.XX, 3 Januari 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN UTARA SEPTEMBER TAHUN 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk di bawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 58/07/64/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN UTARA MARET TAHUN 2017 R I N G K A S A N Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Utara pada Maret 2017 sebanyak

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN PROFIL USAHA

BAB VI KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN PROFIL USAHA BAB VI KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN PROFIL USAHA 6.1 Karakteristik Responden Responden untuk penelitian ini berjumlah 90 responden yang terdiri dari 30 orang yang bergerak di sektor perdagangan, 30 orang

Lebih terperinci

PROPOSAL BISNIS USAHA KUE BROWNIES COKLAT

PROPOSAL BISNIS USAHA KUE BROWNIES COKLAT PROPOSAL BISNIS USAHA KUE BROWNIES COKLAT 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang Perkembangan pada bidang ekonomi dan teknologi yang begitu pesat di dunia dan masyarakat kita saat ini telah merubah pola

Lebih terperinci

A. Profil Usaha Telur Asin di Kecamatan Brebes

A. Profil Usaha Telur Asin di Kecamatan Brebes II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Usaha Telur Asin di Kecamatan Brebes Usaha telur asin di Brebes cukup meluas hingga terdapat berbagai kualitas telur asin. Masing- masing produsen telur asin di Brebes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada saat ini banyak orang yang ingin membuat acara atau kegiatan secara simpel dan efisien. Contohnya dalam hal penyiapan makanan dan hidangan. Biasanya mereka lebih

Lebih terperinci

HARGA BAHAN PANGAN POKOK DI TINGKAT KONSUMEN

HARGA BAHAN PANGAN POKOK DI TINGKAT KONSUMEN HARGA BAHAN PANGAN POKOK DI TINGKAT KONSUMEN KABUPATEN : Bantul PROVINSI : DI Yogyakarta BULAN/ TAHUN : Januari 2016 1 Gabah GKG Rp/Kg 5,200 5,200 5,200 5,200 5,200 5,000 200 4 2 Beras IR 64 Medium Rp/Kg

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Penugasan. PERUM BULOG. Ketahanan Pangan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 1 Maret 2014 ANALISIS SUMBER MODAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA PEKANBARU. Toti Indrawati dan Indri Yovita

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 1 Maret 2014 ANALISIS SUMBER MODAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA PEKANBARU. Toti Indrawati dan Indri Yovita ANALISIS SUMBER MODAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA PEKANBARU Toti Indrawati dan Indri Yovita Jurusan Ilmu Ekonomi Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kampus Bina Widya Km

Lebih terperinci

RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOMODITAS-KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI PALEMBANG DAN PROSES PEMBENTUKAN HARGANYA

RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOMODITAS-KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI PALEMBANG DAN PROSES PEMBENTUKAN HARGANYA Suplemen 3 RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOMODITAS-KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI PALEMBANG DAN PROSES PEMBENTUKAN HARGANYA Bank Indonesia Palembang bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. gambaran mengenai identitas responden yang telah melakukan pengambilan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. gambaran mengenai identitas responden yang telah melakukan pengambilan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Konsumen Profil konsumen dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden yang telah melakukan pengambilan keputusan pembelian tiwul

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Bakar Minyak dan Gas BBM (bahan bakar minyak) adalah jenis bahan bakar (fuel) yang dihasilkan dari pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis makanan merupakan aspek yang besar untuk mendapatkan. setiap manusia pasti membutuhkan makanan, khususnya makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis makanan merupakan aspek yang besar untuk mendapatkan. setiap manusia pasti membutuhkan makanan, khususnya makanan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis makanan merupakan aspek yang besar untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Bisnis makanan tidak akan ada habisnya, karena setiap manusia pasti membutuhkan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRIMA FRESH MART

VI ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRIMA FRESH MART VI ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRIMA FRESH MART 6.1. Karakteristik Umum Responden Konsumen yang berbelanja di Prima Fresh Mart (PFM) memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan sebagian besar hasil bumi merupakan hasil pertanian dan perkebunan. Hasil bumi tersebut merupakan salah satu faktor penting

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

BAB VI LAPORAN PENELITIAN. A. Gambaran Umum Usaha Telur Keliling Bapak Salim. merupakan hasil produksi sendiri bertempat di samping rumah Bapak Salim

BAB VI LAPORAN PENELITIAN. A. Gambaran Umum Usaha Telur Keliling Bapak Salim. merupakan hasil produksi sendiri bertempat di samping rumah Bapak Salim BAB VI LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Usaha Telur Keliling Bapak Salim Usaha bapak Salim merupakan sebuah usaha yang keliling dengan menggunakan sepeda motor dengan sebuah keranjang untuk menampung

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM KARAKTERISTIK DAN ARAH PERUBAHAN KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA Oleh : Harianto

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS Peluang Bisnis Makanan ala Gerobak ESTU PRIYANGGO AJI 10.11.3920 SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010/2011 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Abstrak Dalam penyusunan karya tulis ilmiah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di pinggir kota Yogyakarta). Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja dipilih dengan

Lebih terperinci

NASI GORENG SEHAT ENAK TENAAANN...

NASI GORENG SEHAT ENAK TENAAANN... Page1 TUGAS PROPOSAL BISNIS E-COMMERCE NASI GORENG SEHAT ENAK TENAAANN... OLEH : DEWI SRI RAHAYU 11120056 4MP S1 Pagi Page2 KATA PENGANTAR Alhamdulillah dan puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia sangat penting untuk mengonsumsi protein yang berasal dari hewani maupun nabati. Protein dapat diperoleh dari susu, kedelai, ikan, kacang polong

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALARAJA

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALARAJA PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALARAJA JL.Rumah Sakit No. 88 DesaTobat Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang KodePos 15610 BERITA ACARA PENJELASAN (AANWIJZING) DOKUMEN PEMILIHAN

Lebih terperinci

LEMBAR ANGKET TANGGAPAN IDE INOVASI PRODUK. Sarjana Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Saya meminta

LEMBAR ANGKET TANGGAPAN IDE INOVASI PRODUK. Sarjana Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Saya meminta LAMPIRAN 68 Lampiran 1 Lembar Angket Scoping LEMBAR ANGKET TANGGAPAN IDE INOVASI PRODUK Dalam rangka penulisan skripsi untuk penyelesaian studi Program Sarjana Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI Pengunjung restoran yang mengkonsumsi menu makanan dan minuman di Restoran Khaspapi memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbedabeda. Latar

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. terlebih dahulu mengetahui data informan yaitu Pemilik Burger Al-barokah (Ibu Sri)

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. terlebih dahulu mengetahui data informan yaitu Pemilik Burger Al-barokah (Ibu Sri) 95 LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Informasi ataupun data yang diperoleh penulis didapat melalui pengamatan langsung dan wawancara terstruktur kepada informan. Wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. malam). Contohnya kue kaktus.jadi, makanan ringan adalah aneka makanan atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. malam). Contohnya kue kaktus.jadi, makanan ringan adalah aneka makanan atau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Makanan ringan atau kudapan (dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan snack) adalah istilah bagi berbagai macam makanan yang tidak termasuk menu hidangan utama (contohnya seperti

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KULINER LONTONG KARI (usaha rumahan)

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KULINER LONTONG KARI (usaha rumahan) KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KULINER LONTONG KARI (usaha rumahan) Nama : BAGUS WIJANARKO Kelas : S1-SI-03 Nim : 11.12.5542 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Karya tulis ini di buat untuk memberi petunjuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake 4.1.1 Sejarah Rumah Makan Waroeng Steak and Shake Rumah Makan Waroeng Steak & Shake didirikan oleh pasangan suami-istri

Lebih terperinci

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN 7. Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha Keberadaan pariwisata memberikan dampak postif bagi pengelola, pengunjung, pedagang,

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 05 /01/32/Th. XVII, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2014 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat pada bulan

Lebih terperinci

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005

Lebih terperinci

KUESIONER ANGGOTA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN

KUESIONER ANGGOTA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN KUESIONER ANGGOTA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN Petunjuk Pengisian Baca dan pahami setiap pernyataan di bawah ini, kemudian pilihlah jawaban yang sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Setiap orang mempunyai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL 2015 INFLASI 0,39 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL 2015 INFLASI 0,39 PERSEN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 29/05/35/Th.XIII, 4 Mei PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL INFLASI 0,39 PERSEN Pada bulan April Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,39 persen. Semua

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR MEI 2014 INFLASI 0,21 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR MEI 2014 INFLASI 0,21 PERSEN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 35/06/35/Th.XII, 2 Juni 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR MEI 2014 INFLASI 0,21 PERSEN Pada bulan Mei 2014 Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,21

Lebih terperinci

Lampiran 1. KUSIONER PEMBELI IKAN LELE UNTUK KONSUMSI PERENCANAAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI DESA SLOGOHIMO, WONOGIRI DITINJAU DARI SEGI KELAYAKAN

Lampiran 1. KUSIONER PEMBELI IKAN LELE UNTUK KONSUMSI PERENCANAAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI DESA SLOGOHIMO, WONOGIRI DITINJAU DARI SEGI KELAYAKAN Lampiran 1. KUSIONER PEMBELI IKAN LELE UNTUK KONSUMSI PERENCANAAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI DESA SLOGOHIMO, WONOGIRI DITINJAU DARI SEGI KELAYAKAN BISNIS Bersama ini saya meminta kesediaan bapak/ibu untuk

Lebih terperinci

Operasi Hitung Pecahan

Operasi Hitung Pecahan Bab Operasi Hitung Pecahan Pernahkah kamu melihat ibumu memotong kue? Berapa bagian potongan kue tersebut? Tiap-tiap potongan kue itu merupakan pecahan dari kue yang ibu potong. Pada pembelajaran kali

Lebih terperinci

BAB II E-WARONG KUBE JASA PKH SEJAHTERA WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA. II ini akan menjelaskan mengenai objek penelitian yaitu e-warong Kube Jasa

BAB II E-WARONG KUBE JASA PKH SEJAHTERA WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA. II ini akan menjelaskan mengenai objek penelitian yaitu e-warong Kube Jasa BAB II E-WARONG KUBE JASA PKH SEJAHTERA WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA Sebagaimana yang telah disampaikan pada bab pendahuluan, maka pada bab II ini akan menjelaskan mengenai objek penelitian yaitu e-warong

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Bapak Kyky Sanjaya merupakan pendiri dari MAM. Kyky Sanjaya berasal dari Bangka, walaupun pendidikannya tidak tamat Sekolah Dasar namun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriftif. Metode deskriftif artinya

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriftif. Metode deskriftif artinya III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriftif. Metode deskriftif artinya metode yang digunakan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

Lebih terperinci

MATRIKS HARGA RATA-RATA KEBUTUHAN POKOK DAN DAN BARANG PENTING/STRATEGI BULAN : Januari Minggu I s/d Minggu IV, Tahun 2009

MATRIKS HARGA RATA-RATA KEBUTUHAN POKOK DAN DAN BARANG PENTING/STRATEGI BULAN : Januari Minggu I s/d Minggu IV, Tahun 2009 MATRIKS HARGA RATA-RATA KEBUTUHAN POKOK DAN DAN BARANG PENTING/STRATEGI BULAN : Januari Minggu I s/d Minggu IV, Tahun 2009 Berdasarkan : Kep.Menperindag RI 522/MPP/Kep/ii/1998 HARGA RATA-RATA No Jenis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI JANUARI 2015 INFLASI 0,11 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI JANUARI 2015 INFLASI 0,11 PERSEN BPS KABUPATEN BANYUWANGI No. 01/Januari/3510/Th.I, 02 Pebruari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI JANUARI 2015 INFLASI 0,11 PERSEN Pada bulan Januari 2015 Banyuwangi mengalami inflasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 1. Kuesioner Penelitian INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl.Kamper Level 5 Wing 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp. (0251)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Konsumen Responden dalam penelitian ini adalah pembeli sayuran segar di Pasar Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. Pengumpulan data

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS DI SUSUN OLEH : NAMA : CORISUS TRISEPTIARAHARJO NIM : 10.11.4059 KELAS : S1 TI 2G SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010 / 2011 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MIE AYAM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dapat menciptakan peluang usaha yang besar. Soto Pak Sipit mulai ramai pengunjung.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dapat menciptakan peluang usaha yang besar. Soto Pak Sipit mulai ramai pengunjung. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Usaha Soto Pak Sipit pertama kali didirikan tahun 2001 oleh Pak Sipit sendiri. Tempat usahanya terletak di jalan Kartini Raya. Hingga saat ini usahanya masih

Lebih terperinci

PELUANG USAHA JAMUR KRIUK

PELUANG USAHA JAMUR KRIUK PELUANG USAHA JAMUR KRIUK Di susun oleh : Nama : Yurdiansyah M Agun Nim : 11.11.5691 Kelas : 11-S1-TI-15 Blog : melodyautomotif@blogspot.com ABSTRAK Peluang bisnis kali ini yang saya buat tentang peluang

Lebih terperinci

Survei Konsumsi Bahan Pokok, 2015

Survei Konsumsi Bahan Pokok, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Konsumsi Bahan Pokok, 2015 ABSTRAKSI Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana terpenuhinya kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia. Hal ini tercermin

Lebih terperinci