V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Transkripsi

1 V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan jarak dari ibukota kurang lebih 6 kilometer. Kota Bogor memiliki luas wilayah sebesar Ha yang terdiri dari enam kecamatan dengan 68 kelurahan. Hasil registrasi penduduk akhir tahun 27 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak jiwa, dengan kepadatan rata-rata 7 jiwa/ha. Kedudukan topografi Kota Bogor di tengah-tengah wilayah kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan ibukota Negara merupakan potensi yang strategis untuk pertumbuhan kegiatan ekonomi dan pemukiman. Adanya Kebun Raya Bogor merupakan tempat wisata serta kedudukan Kota Bogor diantara jalur tujuan Puncak (Cianjur) juga merupakan potensi strategis bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang mendominasi karena merupakan salah satu sektor yang menyediakan lapangan pekerjaan utama bagi penduduk Kota Bogor. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan penyumbang terbesar PDRB Kota Bogor yaitu sebesar 3,4 persen dari total PDRB (BPS, 28). Sektor perdagangan, hotel dan restoran mencakup kegiatan subsektor perdagangan yang merupakan gabungan dari usaha sektor formal dan non formal Sejarah dan Perkembangan Usaha Bakso Bakso adalah makanan berupa bola daging, bakso merupakan produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang dilumatkan, dicampur dengan bahan-bahan lain, dibentuk bulatan-bulatan dan direbus. Bakso pada mulanya hanya dikenal dan dijual didaerah pemukiman orang Cina dan dijual di restoranrestoran Cina. Namun akhir-akhir ini setelah tahun 198, bakso mulai berkembang dan mulai popular di masyarakat selain di kota besar juga kota kecil, terutama di pelosok dan daerah wisata. Bakso dapat dijumpai di restoran mewah, hotel berbintang, warung makan sederhana, pedagang kaki lima, dan pedagang keliling. Konsumen berasal dari golongan elit sampai golongan berpenghasilan

2 rendah. Kondisi tersebut membuka peluang untuk bergerak dalam usaha bakso,baik yang bergerak dalam skala usaha kecil, tradisional maupun menengah bahkan skala besar. Usaha kecil, tradisional dan informal merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam perekonomian masyarakat khususnya di daerah kotamadya Bogor. Kegiatan usaha di sektor ini mempunyai partisipasi dalam membuka lapangan kerja baru, meningkatkan produktivitas dan pemerataan pendapatan bagi masyarakat. Pedagang bakso sapi adalah salah satu bentuk usaha yang bersifat informal dan tradisional. Kajian mengenai kehidupan usaha bakso merupakan tinjauan kondisi dan situasi usaha yang bergerak dalam sektor informal, yang mencerminkan adanya keterikatan dan keterkaitan potensi dan aktivitas usaha sektor informal yang berlangsung secara dinamis. Usaha bakso sapi sudah lama dikenal masyarakat luas khususnya konsumen bakso. Pedagang bakso dalam melakukan aktivitas usahanya beroperasi di daerah-daerah yang dianggap strategis dan ramai dikunjungi konsumen. Daerah kotamadya Bogor yang ramai dijadikan berjualan pedagang bakso antara lain, terminal merdeka, sekitar lokasi taman topi, kawasan perdagangan warung jambu, sukasari, pasar baru bogor, ciawi dan beberapa daerah terminal lainnya serta daerah wisata dan pemukiman penduduk Karakteristik Usaha Bakso Sapi Karakteristik usaha bakso sapi di Kota Bogor dibedakan berdasarkan lokasi, investasi, populasi, produksi, pemasaran dan tenaga kerja. 1) Lokasi Lokasi usaha bakso di Kota Bogor di daerah yang dianggap strategis. Untuk pedagang bakso keliling mereka menyatakan tidak memiliki lokasi mangkal. Jika mereka berjualan mangkal ada beberapa hal yang perlu dihadapi yakni petugas serta kemungkinan-kemungkinan lain yang dihadapi oleh pedagang keliling. Alasan lain juga yaitu lebih bebas dalam berusaha dan tidak terikat dengan segala macam hal yang berkaitan dengan aturan. Selain itu alasan keterbatasan modal juga dikatakan oleh pedagang bakso keliling, dengan modal yang awalnya sangat sedikit sehingga mereka memilih untuk memulai

3 usaha bakso dengan berkeliling. Kemudian setelah beberapa tahun kemudian usaha yang awalnya dirintis secara berkeliling kemudian dapat berkembang dengan perubahan cara berjualan menjadi mangkal. Pemilihan lokasi jualan pada pedagang bakso keliling biasanya tidak mengadakan diskusi atau membuat kesepakatan dengan pedagang keliling lainnya. masing-masing pedagang bebas menentukan lokasi jualannya. Pedagang bakso keliling biasanya berjualan dimulai dari pukul 11. wib sampai selesai biasanya pukul 18. wib. Bagi pedagang bakso mangkal di Kota Bogor lokasi yang dipilih bermacam-macam, ada yang bertempat di pinggir jalan raya, di depan toko, di dekat parkiran mall, dan di sekitar trotoar, di depan rumah sendiri dan ada yang menyewa tempat khusus untuk berjualan bakso. Para pedagang bakso memilih tempat berjualan kebanyakan di daerah yang ramai. Alasan pedagang bakso menjual bakso secara mangkal karena sudah tersedianya tempat usaha dikarenakan usaha ini sudah turun temurun dari keluarga serta dulunya pedagang bakso mangkal ini juga memiliki latar belakang sebagai pedagang bakso keliling. Selain itu jika melakukan penjualan bakso secara mangkal lebih ringan dibandingkan dengan pedagang bakso keliling. Bagi pedagang yang memiliki latar belakang sebagai penjual bakso secara keliling, pengalaman tersebut merupakan langkah awal untuk merintis usaha yang kemudian dapat mengembangkan usahanya sehingga menjadi pedagang bakso mangkal. Jam jualan lebih lama dibandingkan dengan pedagang bakso keliling. Pedagang bakso mangkal berjualan lebih pagi dibandingkan dengan pedagang keliling, pukul 9. wib hingga pukul 22. wib. 2) Investasi Menurut Wirahadikusumah dalam Wahyudin (1993) mengemukakan bahwa untuk melakukan kegiatan di sektor informal tidak dibutuhkan persyaratan yang ketat seperti keahlian, tingkat pendidikan, permodalan dan sebagainya seperti yang berlaku untuk jalur formal, yang penting memiliki kemauan dan sedikit keterampilan praktis, maka masyarakat dapat memulai usaha sektor informal. rupiah bukan berarti tidak perlu, tetapi dengan adanya hubungan kekeluargaan atau pinjaman, maka usaha ini bisa dilaksanakan. Modal awal yang diperlukan untuk mendirikan usaha bakso bagi pedagang

4 bakso mangkal berkisar antara Rp 2.. hingga Rp 7.. sedangkan modal awal yang dibutuhkan oleh pedagang keliling berkisar antara Rp 1.8. hingga Rp 5... Besarnya modal disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masing-masing pedagang bakso. Kemudian modal harian juga memiliki perbedaan untuk menjalankan usaha dari masing-masing pedagang. Sumber dana dan permodalan pada saat memulai usaha, pada pedagang bakso lebih banyak menggunakan modal sendiri yang berasal dari modal pribadi maupun pinjaman dari kerabat atau keluarga sendiri. Usaha dagang bakso yang dijalankan pedagang mangkal sebagian besar menggunakan modal sendiri (73 %), dan sebagian lagi modal awal usaha berasal dari tabungan dan simpanan keluarga pedagang (2 %). Penggunaan modal sendiri ini menjadikan pedagang lebih leluasa mengembangkan usaha tanpa ada ikatan hutang dari pihak luar disamping itu untuk memulai usaha tersebut juga tidak memerlukan modal yang terlalu besar. Ada beberapa pedagang mangkal yang menggunakan modal pinjaman dan sistem bagi hasil dengan penanam modal (7 %). Biasanya peminjam modal merupakan anggota keluarga atau kerabat terdekat pedagang bakso.sedangkan usaha dagang bakso yang dijalankan pedagang keliling sebagian besar menggunakan modal sendiri (6 %), dan sebagian lagi modal awal usaha berasal dari tabungan dan simpanan keluarga pedagang (4 %). Adanya hubungan kekeluargaan maka usaha bisa dilaksanakan. Berdasarkan gambaran tersebut, dapat dikatakan bahwa lembaga perbankan belum begitu dikenal atau belum berperan di dalam kegiatan usaha pedagang bakso di Kota Bogor. Keadaan ini juga karena kegiatan usaha di sektor informal lainnya dianggap tidak mempunyai kejelasan usaha dan tidak mempunyai kemampuan untuk menjaminkan barang atau sesuatu terbatas, dan berbagai kelemahan lainnya sehingga menambah ketidakpastian, serta beratnya resiko yang harus ditanggung oleh pihak bank jika mereka beroperasi di lingkungan pedagang bakso. Usaha dagang bakso merupakan pekerjaan pokok sehari-hari yang dijalankan untuk menghidupi diri dan keluarga. Pekerjaan sebagai pedagang bakso mangkal biasanya dilakukan setelah mempunyai pengalaman berdagang bakso keliling. Pedagang bakso mangkal rata-rata berasal dari

5 keturunan pedagang bakso juga sehingga pekerjaan ini dilakukan secara turun temurun. Proses belajar membuat bakso diperoleh dari keluarga yang juga pedagang bakso. Cara berjualan juga masih tradisional menggunakan gerobak dan tenda walaupun telah memiliki tempat mangkal semi permanen bahkan yang sudah permanen. Pedagang bakso mangkal umumnya juga menggunakan gerobak untuk berjualan dilokasi mangkalnya. Pedagang bakso sapi mangkal yang telah sukses biasanya memiliki kios atau gerobak lebih dari satu. Tetapi rata-rata pedagang hanya memiliki satu kios untuk berjualan. 3) Produksi Aktivitas produksi dan operasi yang dilakukan oleh pedagang bakso yang diamati adalah mengolah bahan baku menjadi produk yang dikonsumsi oleh konsumen. Dalam menjalankan produksi tersebut pedagang membutuhkan bahan baku yang dibeli langsung dari pemasok. Bahan baku yang digunakan dalam usaha ini ada yang bersifat perishable atau mudah rusak, selalu dipasok setiap hari agar bahan baku tetap terjaga kesegarannya. Pedagang bakso langsung melakukan pembelian bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan untuk jualan, pembelian bahan-bahan dikukan pagi hari, dari pukul 5. wib hingga 6. wib pada pagi hari. Proses memproduksi bahan baku hingga menjadi produk yang siap untuk dijual membutuhkan waktu rata-rata 2 jam, yakni dimulai dari pukul 6. pagi hari hingga pukul 8. wib. Dalam proses pengolahan bahan baku menjadi produk yang akan siap dijual terhadap konsumen masih menggunakan proses yang manual serta tidak menggunakan alat yang modern. Memproduksi bahan-bahan yang ada masih secara tradisional dengan menggunakan alat-alat dapur yang sederhana (93%) sedangkan yang sudah melakukan produksi dengan bantuan alat modern masih sedikit (3%). Kapasitas produksi yangt dihasilkan dalam usaha bagi pedagang bakso mangkal rata-rata sebesar 5,3 kilogram per hari sedangkan bagi pedagang bakso keliling sebesar 1,5 kilogram perhari. 4) Pemasaran Pedagang bakso melakukan pemasaran produk hanya dengan proses yang sederhana tanpa ada melakukan promosi besar-besaran seperti lazimnya

6 dilakukan oleh perusahaan pada umumnya. Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong permintaan. Pedagang bakso hanya mengandalkan informasi yang disebarkan dari mulut ke mulut dan hasil rekomendasi dari pelanggan yang sudah pernah mengkonsumsi dan kemudian menyebarkan informasi tersebut kepada rekan maupun teman serta keluarga. Promosi dari mulut ke mulut tidak dapat menjangkau wilayah yang luas dan tidak terlalu efektif. Distribusi yang dilakukan oleh pedagang bakso menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan untuk membuat produk bakso tersedia dan dapat diperoleh konsumen sasaran. Distribusi produk ini merupakan distribusi langsung kepada konsumen yang mendatangi tempat penjualan produk. Konsumen mendatangi langsung tempat pedagang menjual bakso tanpa melalui perantara pemasaran kerena produk ini ditujukan kepada konsumen perorangan. Akses yang mudah bagi konsumen merupakan keunggulan tersendiri bagi pedagang dalam distribusinya. Aksesibilitas yang baik memudahkan konsumen mencari dan menjangkau tempat penjualan sehingga distribusi produk kepada konsumen dapat berjalan dengan lancar sehingga pedagang bakso dalam menjalankan usahanya memilih wilayah atau lokasi yang strategis untuk melakukan penjualan bakso tersebut. dari 3 responden yang ada semua memilih tempat usaha atau lokasi yang digunakan untuk berjualan bakso ditempat yang stretegis (1%). Hal ini dengan pertimbangan agar konsumen yang akan membeli mudah untuk menjangkaunya. Harga yang berlaku pada usaha ini dimulai dengan harga terndah Rp 5. per porsi hingga Rp 12. per porsi. Harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa. Penetapan harga untuk produk yang dihasilkan oleh pedagang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain rata-rata harga produk sejenis dan biaya yang dikeluarkan dalam melakukan produksi. Keputusan penetapan harga sepenuhnya dilakukan oleh pedagang bakso, harga bersaig dengan kualitas produk yang unggul memrupakan kekuatan yang dimiliki oleh beberapa pedagang. Jika terjadi kenaikan harga bahan baku di pasar maka pedagang menetapkan tidak akan langsung menaikkan harga produk. Kenaikan harga produk akan dihindari selama kenaikan harga bahan baku tidak terlalu besar.

7 Kenaikan harga produk disesuaikan dengan peningkatan kualitas produk dan pelayanan. Keunggulan dalam kualitas, keunikan produk dan rasa yang dimiliki merupakan salah satu keunggulan yang menjadi sesuatu yang sulit untuk disaingi oleh pedagang lain. Kualitas produk dilihat dari bahan baku yang digunakan, penyajian yang dilakukan dan atribut yang ada pada produk tersebut seperti warna, rasa, bentuk dan lain-lain. Bahan baku yang digunakan oleh pedagang mangkal merupakan bahan baku dengan kualitas pilihan dan pengawasan terhadap bahan baku dilakukan dari awal pembelian bahan baku, pengolahan hingga penjualannya, sedangkan untuk pedagang keliling kualitas bahan baku tidak terlalu penting untuk diperhatikan karena keterbatasannya. 5) Tenaga Kerja Sebagian besar pedagang mangkal bekerja lebih dari 1 jam perhari dengan memakai tenaga kerja tetap atau bulanan. upah yang diberikan kepada tenaga kerja luar keluarga berkisar antara Rp 4.,- sampai dengan Rp 1.. perbulannya, sesuai dengan jenis pekerjaan dan jam kerja yang dilakukan. Pedagang keliling menggunakan tenaga kerja sendiri atau tenaga kerja keluarga dalam melakukan aktivitas usahanya. Tenaga kerja keluarga memperoleh imbalan tunai yang tidak tetap dan disesuaikan dengan tingkat pendapatan pedagang setiap satu bulan. Pedagang bakso sapi keliling hanya memiliki satu tempat usaha yaitu gerobak dorong, dan mulai berjualan lebih siang daripada pedagang bakso sapi yang mangkal. Pedagang bakso sapi mangkal mulai berjualan sekitar jam 9. wib pagi sampai dengan jam 21. wib malam hari. Pedagang bakso keliling mengandalkan profesi pedagang keliling sebagai pekerjaan utama, walaupun ada sebagian pedagang yang melakukan aktifitas usaha sebagai usaha sambilan. Cara pedagang belajar membuat bakso sebagian besar belajar dari teman sejawat yang berprofesi sebagai pedagang bakso, dari keluarga dan coba-coba. Tidak ada spesialisasi atau pembagian kerja dalam usaha ini jika pedagang mangkal., tetapi dalam melakukan pekerjaan selalu mencerminkan adanya pola interaksi yang terbuka. Namun masih tetap dalam jangkauan atau pengawasan pemilik sebagai pimpinan. Keluarga sering terlibat dalam proses pembuatan barang dagangan. Keterlibatan tersebut dimaksudkan untuk memberikan pelajaran

8 kepada keluarga ataupun anak-anaknya tentang pekerjaan orang tuanya serta member bekal pengetahuan dan keterampilan serta sikap berusaha. Hal tersebut bukan berarti bahwa anak-anaknya kelak akan harus menjadi pedagang lagi, justru sebagian besar mereka mengharapkan memperoleh pekerjaan yang lebih baik, lebih bermanfaat bagi diri dan hidupnya dan tidak sama seperti mereka saat ini. Pelayanan terhadap konsumen merupakan interaksi antara pedagang dengan pembeli ini merupakan kekuatan tersendiri bagi para pedagang bakso. Keterbatasan sumberdaya bagi pedagang bakso telah merupakan hal yang sangat umum. Keterbatasan tersebut bukan sematamata dalam hal dana, peralatan fisik namun juga dalam hal informasi. Keterbatasan dalam informasi disini adalah kurangnya wawasan yang dimiliki guna membekali gambaran tentang kegiatan usaha yang akan dilakukan. Dalam kegiatan usaha bakso di Kota Bogor yang dilakukan terkesan asal jalam dan belum sampai pada tingkat pembeli merasa puas Karakteristik Pribadi pedagang bakso yang diamati adalah pedagang bakso mangkal (menetap/kios) dan pedagang bakso keliling. Karakteristik pribadi pedagang bakso yang diamati meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan yang dimiliki, asal daerah pedagang bakso, jumlah tanggungan dan lama usaha Jenis Kelamin Pedagang bakso sapi yang mangkal di Kota Bogor umumnya adalah lakilaki yaitu sebanyak 87 persen atau 13 orang responden walaupun usaha yang dilakukan juga dibantu oleh istri dan anggota pedagang lainnya. Pedagang bakso sapi yang berjenis kelamin perempuan hanya 2 orang (13%) saja dari total responden pedagang bakso sapi mangkal yang ada, sebab pedagang bakso wanita jarang sekali ditemui di lapang. Sedangkan pedagang bakso sapi yang keliling di Kota Bogor umumnya adalah laki-laki yaitu sebanyak 1 persen. Pedagang bakso keliling dilakukan oleh kaum laki-laki walaupun kaum perempuan juga berperan dalam memproduksi bakso tetapi ini dikerjakan di rumah. Hal tersebut dikarenakan cara penjualan bakso tersebut dengan cara berkeliling dan mendorong gerobak dengan jarak yang cukup luas. Hasil tabulasi dapat dilihat pada Tabel 5.

9 Tabel 5. Sebaran Pedagang Bakso di Kota Bogor Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Tahun 29. Jenis Kelamin Pedagang Bakso Mangkal Pedagang Bakso Keliling 15 1 a. Laki-laki b. Perempuan Umur Umur responden berkisar antara 2 tahun sampai 6 tahun. terbanyak adalah yang masuk pada kisaran umur 3 sampai 45 tahun, yaitu sebanyak 9 orang (6%) dari 15 responden yang ada pada responden pedagang bakso yang mangkal. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang bakso umumnya berusia produktif. Sedangkan pedagang bakso keliling umumnya berusia lebih muda dibandingkan dengan pedagang bakso mangkal yaitu berkisar antara 2 sampai 4 tahun. Jika di kategorikan berdasarkan cirri khas perkembangan karier menurut Hurlock maka para pedagang bakso masuk ke kriteria usia dewasa awal. Dimana masa tersebut sangat terkait dengan tugas dan perkembangan dalam hal membentuk keluarga dan pekerjaan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pedagang keliling merupakan pedagang yang baru mulai belajar berdagang bakso. Ketika seseorang masuk dalam usia dewasa awal, ia memiliki tugas pokok, yaitu memilih bidang usaha yang cocok dengan bakat, minat dan faktor psikologis yang dimilikinya sehingga kesehatan mental dan fisiknya tetap terjaga. Hasil tabulasi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sebaran Pedagang Bakso di Kota Bogor Berdasarkan Umur Pada Tahun 29. Umur (Tahun) a. < 2 b. 2-3 c d. > 45 Pedagang Bakso Mangkal Pedagang Bakso Keliling

10 Tingkat Pendidikan Dilihat dari segi pendidikan formalnya, sebagian besar pedagang bakso sapi mangkal adalah tamatan SMP (53%). Pendidikan tertinggi adalah tamatan SMA sebanyak 4%. Sedangkan pedagang bakso keliling memiliki pendidikan Sekolah Dasar sebanyak 27% dan Sekolah Menengah Pertama 4%. Pendidikan tertinggi adalah tamatan SMP sebanyak 4%. Pedagang bakso tidak memerlukan pendidikan khusus untuk melakukan usaha karena pekerjaan tersebut akan dilakukan dengan belajar dengan sendirinya, baik proses produksi maupun kegiatan pemasaran yang mereka jalankan. Semua responden tidak pernah mengikuti pendidikan non formal dan semua pedagang bakso mangkal sudah berkeluarga, memulai usaha dagang bakso sejak usia muda sehingga setelah berkeluarga usaha ini dijadikan mata pencaharian pokok. Hasil tabulasi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran Pedagang Bakso di Kota Bogor Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Tahun 29. Tingkat Pendidikan Pedagang Bakso Mangkal Pedagang Bakso Keliling a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMA Tanggungan Keluarga tanggungan keluarga responden dapat dibagi dalam tiga kelompok yakni <3 orang, 3 sampai 5 orang dan > 5 orang. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga pedagang bakso sapi mangkal berkisar antara 3 sampai 5 orang (54%) yang terdiri dari sepasang suami isteri dan sejumlah anak. Sedangkan jumlah tanggungan keluarga para pedagang bakso keliling rata-rata dibawah tiga orang yaitu sebanyak 12 responden (8%), Hal tersebut terkait dengan pelaku usaha ini masih cenderung berusia muda. tanggungan pelaku usaha bakso dapat dilihat pada Tabel 8.

11 Tabel 8. Sebaran Pedagang Bakso Berdasarkan Tanggungan Keluarga Pada Tahun 29. Tanggungan Keluarga <3 3 5 > 5 Pedagang Bakso Mangkal Pedagang Bakso Keliling Pengalaman Usaha responden Pengalaman usaha responden sebagai pedagang bakso sapi mangkal berkisar antara satu sampai tiga puluh tahun. Sebagian besar responden mempunyai pengalaman usaha berkisar antara -5 tahun yaitu sebanyak 6 responden (4%). Sedangkan pengalaman usaha responden sebagai pedagang bakso sapi keliling lebih sedikit disbanding dengan pelaku usaha bakso mangkal. Pengalaman usaha bakso keliling yang telah dijalankannya berkisar dari 1-5 tahun yaitu sebanyak 1 responden (67%). Data sebaran responden pelaku usaha bakso berdasarkan lama usaha yang dijalankan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran Pedagang Bakso di Kota Bogor Berdasarkan Lama Usaha Pada Tahun 29. Lama Usaha ( Tahun) a. 5 b. 6 1 c d e. > 2 Pedagang Bakso Mangkal Pedagang Bakso Keliling Asal Daerah Pedagang bakso sapi mangkal umumnya berasal dari daerah Jawa Tengah (6%). Sebagian besar pedagang bakso keliling yang ditemui di Kotamadya Bogor berasal dari daerah sekitar Bogor (6%). Usaha dagang bakso yang mereka jalankan merupakan pekerjaan pokok karena sulitnya memperoleh lapangan kerja di daerah perkotaan, walaupun para pedagang bakso tersebut harus bersaing

12 dengan pedagang bakso sapi dari luar daerah bogor yang sama-sama berprofesi sebagai pedagang bakso. Beberapa pedagang mengemukakan bahwa kegiatan di sektor ini tidak memiliki persyaratan yang ketat seperti keahlian, tingkat pendidikan, dan sebagainya seperti yang berlaku untuk jalur formal, yang penting memiliki kemauan dan sedikit keterampilan praktis, maka pelaku usaha tersebut dapat memulai usaha ini.sebaran responden pedagang bakso keliling berdasarkan asal daerah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Sebaran Pedagang Bakso di Kota Bogor Berdasarkan Asal Daerah Pada Tahun 29. Asal Daerah Pedagang Bakso Mangkal Pedagang Bakso Keliling a. Jawa Barat b. Jawa Tengah c. Jawa Timur VI HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi perlahan-lahan telah mengubah gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 6.1 Karakteristik Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Martabak merupakan salah satu jenis makanan yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang terpenting setelah udara dan air, serta merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang harus segera terpenuhi untuk mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa lepas dari sektor informal. Keberadaan sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang sedang

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan terhadap pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling di Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang berpotensi untuk dijadikan objek pariwisata. Perkembangan industri pariwisata Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI Pengunjung restoran yang mengkonsumsi menu makanan dan minuman di Restoran Khaspapi memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbedabeda. Latar

Lebih terperinci

VI. ANALISIS LINGKUNGAN DAN PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SATE SOP KAMBING

VI. ANALISIS LINGKUNGAN DAN PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SATE SOP KAMBING VI. ANALISIS LINGKUNGAN DAN PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SATE SOP KAMBING 6.1 Analisis Lingkungan Usaha Kecil Menengah Sate Sop Kambing Usaha kecil menengah mempunyai peran yang strategis dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development, diartikan sebagai pembangunan yang tidak ada henti-hentinya dengan tingkat hidup generasi yang akan datang tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori UKM Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi,

I. PENDAHULUAN. Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi, baik di sektor pertanian/usahatani maupun di luar sektor pertanian. Tanpa salah satu faktor produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk suatu negara merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi atau peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi. Penduduk tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS DI SUSUN OLEH : NAMA : CORISUS TRISEPTIARAHARJO NIM : 10.11.4059 KELAS : S1 TI 2G SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010 / 2011 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MIE AYAM

Lebih terperinci

6.1. Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku

6.1. Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku Analisis pendapatan pedagang bakso dilakukan dengan cara menghitung selisih antara penerimaan usaha bakso dengan biaya-biaya usaha bakso yang dikeluarkan. Analisis yang dilakukan adalah dengan cara membandingkan

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS Keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian jasa dilakukan dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik. Berbagai jenis pekerjaan dijalani untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik. Berbagai jenis pekerjaan dijalani untuk memenuhi kebutuhan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya ekonomi adalah sebagai dasar pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran. Semua itu juga berlaku dalam keluarga, ekonomi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk makanan yang dijual di pusat-pusat penjualan produk makanan.

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk makanan yang dijual di pusat-pusat penjualan produk makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan bervariasi saat ini sudah semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya produk-produk

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR 6.1 Karakteristik Pengunjung Karakteristik pengunjung dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, lokasi dan tempat tinggal, status

Lebih terperinci

USAHA RUMAH MAKAN. bisnis rumah makan, Sebelum anda menginvestasikan. waktu anda untuk belajar tentang

USAHA RUMAH MAKAN. bisnis rumah makan, Sebelum anda menginvestasikan. waktu anda untuk belajar tentang Tugas lingkungan bisnis Nama : Vicky Niyanda Libriyanto NIM : 10.12.4419 Kelas : S1-SI-2A USAHA RUMAH MAKAN Rumah makan dapat diartikan sebagai suatu tempat yang menyediakan atau menjual makanan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Di pasar kita dapat berbelanja sayuran, daging, sembako, bumbu dapur, buahbuahan, pakaian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ina Kristiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ina Kristiani, 2013 Ina Kristiani, 2013 ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS PADA BAKSO LOTUS JEMBAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan atau pangan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar dan suatu kebutuhan primer manusia untuk mempertahankan hidupnya. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung saat ini merupakan salah satu kota metropolitan sekaligus menjadi Ibu Kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung memiliki jumlah penduduk 2.481.469 jiwa yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR

BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR 5.1 Gambaran Umum UPTD Pasar Baru Bogor Penelitian ini dilakukan di UPTD Pasar Baru Bogor, merupakan salah satu dari 7 unit dari pasar yang ada di Kota Bogor.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia tua merupakan waktu bagi seseorang untuk bersantai dan menikmati sisa kehidupannya, tetapi tidak di sebagian besar negara berkembang seperti di Indonesia. Mereka

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG Pengunjung yang berwisata di TRKWC memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda-beda. Latar belakang atau karakteristik

Lebih terperinci

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR 5.1. Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional Kota Bogor Terdapat tujuh buah pasar tradisional yang dibangun oleh Pemerintah Kota Bogor untuk menunjang perekomomian dan memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Perekonomian di Kota Medan tahun 2000 didominasi oleh kegiatan perdagangan, hotel dan restoran sebesar 35,02 persen, yang disusul oleh sektor industri pengolahan sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alternatif yang sering dilakukan adalah dengan membuat suatu bisnis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Alternatif yang sering dilakukan adalah dengan membuat suatu bisnis yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, semakin banyak lulusan perguruan tinggi baik Sarjana maupun Diploma. Sedangkan penyediaan tenaga kerja tidak sepenuhnya dapat menampung

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK 4.1. Letak Geografis, Kependudukan dan Kondisi Perekonomian Kabupaten Demak Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kondisi Geofisik 1. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya I. PENDAHULUAN 1.l. Latar Belakang Masalah Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya seiring dengan bergesernya gaya

Lebih terperinci

melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya yang ada.

melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI ADAPTASI PEDAGANG KECIL DI PASAR KOGA KELURAHAN SIDODADI KECAMATAN KEDATON BANDAR LAMPUNG

BAB IV STRATEGI ADAPTASI PEDAGANG KECIL DI PASAR KOGA KELURAHAN SIDODADI KECAMATAN KEDATON BANDAR LAMPUNG BAB IV STRATEGI ADAPTASI PEDAGANG KECIL DI PASAR KOGA KELURAHAN SIDODADI KECAMATAN KEDATON BANDAR LAMPUNG Pedagang kecil Pasar Koga adalah salah satu usaha dalam perdagangan, pedagang kecil adalah orang

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan, 31 IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan suatu kebutuhan primer setiap manusia untuk mempertahankan hidupnya. Makanan selalu dibutuhkan manusia untuk dikonsumsi setiap hari, sehingga sebagian

Lebih terperinci

BISNIS RUMAH MAKAN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Muhamad Amirudin Fauzi / S1TI2M

BISNIS RUMAH MAKAN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Muhamad Amirudin Fauzi / S1TI2M BISNIS RUMAH MAKAN Oleh : Muhamad Amirudin Fauzi 10.11.4479 / S1TI2M STMIK AMIKOM YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan dan keinginan serta nilai kualitas jasa sangat ditentukan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di Indonesia. Indonesia

I. PENDAHULUAN. permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di Indonesia. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di Indonesia. Indonesia merupakan negara berkembang

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis 27 BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis Desa Pasawahan merupakan salah satu dari tiga belas desa yang ada di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Bagian Utara berbatasan dengan Desa Kutajaya, bagian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran (rumah makan) merupakan lapangan usaha yang sangat berperan terhadap perekonomian Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang sedang berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan gerakan ekonomi yang sesuai dengan amanat pasal 33 UUD 1945 ayat 1 yang berbunyi bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN RESPONDEN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN RESPONDEN 39 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN RESPONDEN 4.1 Lokasi UMKM Restotan Bumbu Wangi merupakan salah satu unit usaha mikro kecil dan menengah yang terletak di wilayah lingkar kampus Institut Pertanian

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Utara setelah Medan. Karena letak Kota

BAB I PENDAHULUAN. Kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Utara setelah Medan. Karena letak Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Pematangsiantar adalah satu Kota di Provinsi Sumatera Utara dan Kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Utara setelah Medan. Karena letak Kota Pematangsiantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikunjungi serta memiliki fasilitas yang memadai untuk bersantai bersama

BAB I PENDAHULUAN. dikunjungi serta memiliki fasilitas yang memadai untuk bersantai bersama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin padatnya jadwal kegiatan masyarakat di Kota Medan membuat masyarakat membutuhkan tempat makan yang memiliki akses yang mudah untuk dikunjungi serta memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan hasil alam, kondisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan tabel gambaran umum responden pada penelitian ini: Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan tabel gambaran umum responden pada penelitian ini: Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Responden Gambaran umum responden penelitian ini yaitu meliputi: usia, jenis kelamin, lama usaha dan pendidikan terakhir. Berikut adalah tabel yang akan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya seiring dengan bergesernya gaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI PEDAGANG TERHADAP PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR

BAB VI PERSEPSI PEDAGANG TERHADAP PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR 68 BAB VI PERSEPSI PEDAGANG TERHADAP PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR Dalam melakukan pengelolaan pasar tradisional di Kota Bogor, PD. Pasar Pakuan Jaya harus meningkatkan kinerja, mengetahui dan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit) kepada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Kota Bandung terletak di antara 107 36 bujur timur dan 6 55 lintang selatan. Secara topografi, Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 m

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan yang perlu diberdayakan karena selain sebagai sumber penerimaan daerah kota Bogor serta pengembangan dan pelestarian seni

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang terutama di Indonesia, Pertumbuhan angkatan kerja saat ini lebih

I. PENDAHULUAN. berkembang terutama di Indonesia, Pertumbuhan angkatan kerja saat ini lebih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan penting pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan pekerjaan yang cukup untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja. Bagi negara berkembang terutama

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia merupakan salah satu kelompok usaha yang paling banyak jumlahnya. UMKM dapat membantu mempercepat

Lebih terperinci

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 105 BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 7.1 Supply Bahan Baku Pangan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Munculnya usaha yang diakibatkan oleh adanya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan yang sangat penting di dalam penyerapan tenaga kerja di perdesaan. Hal ini dikarenakan sebagian besar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai penyedia dan pemenuh kebutuhan pangan di Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan perekonomian nasional. Sektor pertanian

Lebih terperinci