Pola Spatial Persebaran Pusat Perbelanjaan Modern di Surabaya Berdasarkan Probabilitas Kunjungan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pola Spatial Persebaran Pusat Perbelanjaan Modern di Surabaya Berdasarkan Probabilitas Kunjungan"

Transkripsi

1 JURNAL EKNIK POMI Vol. 2, No. 2, (2013) IN: ( Prnt) C-234 Pola patal Persearan Pusat Perelanjaan Modern d uraaya Berdasarkan Proaltas Kunjungan Achmad Mftahur Rozak dan Putu Gde Arastta Program tud Perencanaan Wlayah dan Kota, Fakultas eknk pl dan Perencanaan, Insttut eknolog epuluh Nopemer (I) Jl. Aref Rahman Hakm, uraaya Indonesa e-mal: arastta@gmal.com Astrak uraaya seaga kota esar saat n mula dpenuh dengan pusat perelanjaan modern hngga mencapa leh dar 20 unt. Perkemangannya saat n menyeakan adanya persangan antar pusat perelanjaan satu dengan yang lan. Dengan konds sepert n, dperlukan dentfkas mengena esaran nla proaltas masng-masng pusat perelanjaan terhadap penduduk yang ada d uaraaya. Dalam peneltan n, penentuan proaltas kunjungan ddapatkan dar model Huff. Model n menghtung nla proaltas penduduk yang ada terhadap pusat perelanjaan dengan menggunakan varael jarak dan luas angunan total. Hasl perhtungan terseut kemudan dkomnaskan dengan perkraan jangkauan pelayanan tap pusat perelanjaan sehngga ddapatkan tpolog kecamatan terhadap kemungknan mengunjung seluruh pusat perelanjaan yang ada d uraaya. Ddapatkan ahwa terdapat empat kategor yang masng-masng memlk karakterstk dan varael yang mempengaruhnya. Kategor pertama merupakan 5 kecamatan dengan proaltas rendah dan terjangkau dengan faktor yang erpengaruh adalah luas lanta angunan serta jarak yang dgamarkan oleh jangkauan pelayanan. Kategor kedua merupakan 22 kecamatan dengan proaltas sedang dan terjangkau dengan faktor yang mempengaruh adalah jangkauan pelayanan serta jarak terhadap masng-masng pusat perelanjaan. Kategor tga merupakan 2 kecamatan dengan proaltas tngg dan terjangkau dengan faktor yang erpengaruh adalah luas pusat perelanjaan. edangkan kategor terakhr adalah 2 kecamatan dengan proaltas sedang namun elum terjangkau oleh layanan pusat perelanjaan. P Kata Kunc Perelanjaan Modern, Model Huff, Pola patal. I. PENDAHULUAN ERKEMBANGAN pusat perelanjaan modern merupakan fenomena yang dapat dtemu ak d kota kecl maupun kota esar d Indonesa, yang memlk dampak tertentu terhadap perkemangan suatu kota [1]. Menurut [2], pemangunan pusat perelanjaan modern danggap memerkan dampak postf ag kota terutama jka dlhat dar sudut pandang ekonom, juga danggap erkontrus ag perkemangan kota, namun eerapa dampak negatf juga dhaslkan dar pemangunan n sepert kemacetan lalu lntas. uraaya, seaga kota teresar kedua d Indonesa setelah Jakarta mula dpadat pusat perelanjaan modern, saat n mencapa 20 unt pusat perelanjaan modern. ayangnya, pemangunan n tdak erart mengndkaskan pertumuhan perekonoman Kota uraaya serta penngkatan daya el masyarakat, namun leh kepada kelatahan nvestor [3]. Peneltan seelumnya mengena faktor penentuan lokas hypermarket yang termasuk pusat perelanjaan modern [4] mengatakan ada eerapa faktor yang mempengaruh penentuan lokasnya d Kota uraaya dantaranya aksesltas, cakupan pasar (market sze), ketersedaan lahan, serta ketersedaan jarngan dan daya lstrk. Pendekatan yang ada dalam penentuan lokas perdagangan sepert model Chrstaller, Weer, serta Losch drasa elum sepenuhnya sesua untuk dterapkan d Kota uraaya. Pendekatan terhadap proaltas atau kemungknan masyarakat untuk mengunjung pusat perelanjaan saat n kurang dperhatkan. alah satu model yang dapat menggamarkan nla proaltas n adalah model Huff. Model n dapat menggamarkan nla proaltas masyarakat d suatu daerah dlhat dar varael jarak serta luasan pusat perelanjaan yang ada. Dar penerapan model Huff pada peneltan n akan ddapatkan nla proaltas pada tap kecamatan d uraaya terhadap seluruh pusat perelanjaan yang ada d Kota uraaya. II. MEODE PENELIIAN A. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data n dmaksudkan untuk mendapatkan data-data nput dalam tahapan analss. erdapat dua metode pada peneltan n, pertama pengumpulan data prmer melalu oservas atau pengamatan langsung dan pengumpulan data sekunder atau nventarsas data dar eraga sumer. B. Metode Analss Data Peneltan n mempunya tujuan untuk mengetahu pola spatal persearan pusat perelanjaan modern d uraaya erdasarkan proaltas kunjungan. Dar tujuan terseut terdapat tga sasaran pada peneltan n. etelah data-data dperoleh maka dlakukan pengolahan data pada tap sasaran sesua dengan teknk analsa masng-masng. Pertama, mencar pola persearan lokas pusat perelanjaan modern d uraaya erdasarkan proaltas kunjungan dgunakan teknk analsa permodelan Huff. Dalam analsa n dlakukan perandngan antara luas pusat perelanjaan modern dengan jarak dar suatu daerah ke masng-masng pusat perelanjaan modern. Dar hasl perhtungan analsa n ddapatkan nla proaltas masng-masng daerah terseut.

2 JURNAL EKNIK POMI Vol. 2, No. 2, (2013) IN: ( Prnt) C-235 j j1 P (1) j2 j3... Keterangan : P = proaltas penduduk yang tnggal d daerah I = luas pusat perelanjaan = jarak antara daerah I ke pusat perelanjaan j = luas pusat perelanjaan d daerah I j = jarak antara daerah I ke masng-masng pusat perelanjaan = eksponensal ernla 2 Dar data yang telah dperoleh dhtung melalu rumus terseut sehngga ddapatkan proaltas dar masng-masng kecamatan d uraaya terhadap seluruh pusat perelanjaan yang ada. Data n nantnya akan dolah dengan dengan software open source Arc GI Kedua, mengdentfkas persearan pusat perelanjaan modern d uraaya erdasarkan jangkauan pelayanan menggunakan analsa ufferng erdasarkan jangkauan pelayanan. eknk analsa ufferng dgunakan untuk mengetahu jangkauan pelayanan dalam entuk spasal sehngga dapat dketahu wlayah yang termasuk dalam jangkauan pelayanan pusat perelanjaan modern ataupun wlayah dluar jangkauan pelayanan. Penentuan luas jangkauan (range) dhtung dar jumlah maksmal penduduk yang terlayan dag kepadatan penduduk uraaya tap km 2 yakn 8462 jwa/km 2. Dar hasl perhtungan ddapatkan ahwa untuk kategor pusat perelanjaan regonal mempunya luas jangkauan maksmal 42,27 km2 (radus 3,9 km) sedangkan untuk kategor pusat perelanjaan dstrk mempunya luas jangkauan maksmal 17,72 km2 (radus 2,37 km). erakhr, dalam merumuskan tpolog persearan pusat perelanjaan modern d uraaya erdasarkan proaltas kunjungan dan jangkauan pelayanan dlakukan overlay dar analsa model Huff untuk melhat nla proaaltas tap kecamatan serta analsa ufferng erdasarkan jangkauan pelayanan. Dar hasl overlay n ddeskrpskan secara kualtatf dengan melhat karakterstk pada tap kecamatan terseut sehngga dperoleh tpolog pada masng-masng kecamatan d uraaya. (2) proaltas penduduk masng-masng kecamatan terhadap tap pusat perelanjaan yang ada d uraaya. etelah ddapatkan seluruh nla proaltas masng-masng kecamatan terhadap seluruh pusat perelanjaan yang ada kemudan dlakukan overlay antar nla terseut. Dalam hal n menggunakan software Arc.GI Hasl overlay menunjukkan ahwa dar 31 kecamatan yang ada 5 kecamatan dengan nla proaltas total rendah yatu mokerto, Mulyorejo, Wonokromo, Dukuh Paks, dan Kecamatan Gayungan. edangkan kecamatan dengan nla proaltas sedang terdapat 24 kecamatan serta 2 kecamatan dengan nla proaltas palng tngg terhadap seluruh pusat perelanjaan modern yang ada d uraaya yakn kecamatan Rungkut dan kecamatan Gunung Anyar. Hasl n menunjukkan ahwa keeradaan dar pusat perelanjaan terseut mempengaruh kemungknan masyarakat untuk erkunjung. Persangan n asanya ddasar pada jarak serta luasan dar pusat perelanjaan tu sendr yang mempengaruh anyaknya toko dan arang yang djual d tempat terseut. Dengan lokas pusat perelanjaan yang salng erdekatan pada akhrnya akan mempengaruh masyarakat untuk erkunjung. Bsa dlhat ahwa dengan adanya jarak antar pusat perelanjaan yang terlang dekat maka masyarakat enggan untuk memlh pusat perelanjaan lan yang leh jauh sepert pada 5 kecamatan dengan nla proaltas rendah. Pada 5 kecamatan terseut terdapat 11 pusat perelanjaan dar total 22 pusat peelanjaan yang ada d uraaya. Dapat dketahu ahwa persangan antar 11 pusat perelanjaan yang ada sangat kompettf sehngga kemungknan masyarakat cenderung tngg terhadap 11 pusat perelanjaan terseut serta sealknya, proaltas mereka rendah terhadap seluruh pusat perelanjaan yang ada d uraaya. Kecamatan Rungkut dan kecamatan Gunung Anyar mempunya nla proaltas erkunjung palng tngg terhadap seluruh pusat perelanjaan yang ada, hal n dpengaruh oleh lokas pusat perelanjaan yang ada d sektar 2 kecamatan terseut tngkat persangannya kecl. Pada kecamatan dengan nla proaltas yang rendah terseut menjadkan adanya pusat perelanjaan yang domnan pada kecamatan terseut. Kecamatan Buutan dengan BG Juncton, kecamatan Mulyorejo dengan East Coast Center dan Galaxy Mall, kecamatan Wonokromo dengan Royal Plaza, Darmo rade Center, uraaya own quare, dan Carefour Ngagel, kecamatan mokerto dengan IC Mega III. HAIL DAN PEMBAHAAN A. Analsa Permodelan Huff Dar permtungan model Huff n.ddapatkan nla

3 JURNAL EKNIK POMI Vol. 2, No. 2, (2013) IN: ( Prnt) C-236 Gamar. 1. Hasl Overlay Nla Proaltas ap Kecamatan (Analsa Moderl Huff) Gamar. 2. Peta Analsa Bufferng Berdasarkan Jangkauan Pelayanan ael 1. Matrkulas tpolog pusat perelanjaan modern erdasarkan proaltas knjungan dan jangkauan pelayanan Rendah edang ngg erjangkau Kategor 1 (5 kecamatan) Kategor 2 (22 kecamatan) Kategor 3 (2 kecamatan) Belum terjangkau umer: Analsa Penuls - Kategor 4 (2 kecamatan) Grosr, serta kecamatan Dukuh Paks yang ddomnas oleh Cputra World uraaya serta Golden Cty Mall. Kecamatan dengan nla proaltas sedang pada umumnya mempunya jarak yang relatf sedang terhadap pusat perelanjaan sektar dengan luas yang cukup untuk menjangkau kecamatan terseut. Meskpun pada kecamatan terseut sudah terdapat pusat perelanjaan tetap tdak egtu mendomnas terhadap keseluruhan pusat perelanjaan yang ada. Hal n dapat dpengaruh oleh faktor jarak maupun luas pusat perelanjaan tu sendr terhadap seluruh pusat perelanjaan yang ada. B. Analsa Bufferng Berdasarkan Jangkauan Pelayanan Jangkauan pelayanan pada masng-masng pusat - perelanjaan n ddasarkan pada luasan masng-masng pusat perelanjaan yang ada. Berdasarkan luasannya jangkauan pelayanan n dedakan menjad dua yatu pusat perelanjaan skala dstrk (17,72 km2 atau radus 2,37 km), dan regonal (42,27 km2 atau radus 3,9 km). Berdasarkan hasl dentfkas dar total luas pusat perelanjaan dketahu ada 3 pusat perelanjaan skala dstrk dan 19 pusat perelanjaan skala regonal. Dar total seluruh pusat perelanjaan yang ada la dlhat dar jangkauan pelayanannya elum semua memenuh hngga seluruh Kota uraaya. Beerapa kecamatan yang ada elum terjangkau oleh pusat perelanjaan terdekat yatu kecamatan Pakal dan Benowo. elan tu kecamatan Karang Plang, Bulak, serta Asemrowo hanya mempunya jangkauan cukup kecl atau hanya seagan dar wlayah kecamatan terseut. Hal n mengndkaskan ahwa pemerataan lokas pusat perelanjaan modern n elum sepenuhnya menjangkau area Kota uraaya. ealknya, pada eerapa lokas pusat perelanjaan mempunya jangkauan pelayanan yang salng erhmptan dengan pusat perelanjaan yang lan. Lokas terseut terkonsentras pada kecamatan Genteng, Wonokromo, dan pada eerapa lokas pusat perelanjaan lannya. Hal n mempengaruh masyarakat dalam hal pemlhan lokas erelanja. epert yang dgamarkan pada hasl analsa seelumnya kecamatan terseut mempunya nla proaltas sedang, ahkan pada kecamatan Wonokromo mempunya nla proaltas rendah. C. polog Persearan Pusat Perelanjaan Modern d uraaya Berdasarkan Proaltas Kunjungan dan Jangkauan Pelayanan Dar dentfkas hasl analsa permodelan Huff dan jangkauan pelayanan masng-masng pusat perelanjaan dapat dketahu tpolog persearannya saat n erdasarkan dua analsa terseut. Perandngan antara permodelan Huff serta ufferng erdasarkan jangkauan pelayanan masng-masng pusat perelanjaan dgunakan untuk mengetahu tpolog tap kecamatan terhadap pusat perelanjaan d uraaya. erdapat 4 entuk tpolog yang dar hasl komparas analsa d atas. Masng-masng mempunya krtera yang ereda. Leh jelasnya dapat dlhat pada tael 1 erkut. Kategor 1 Kategor n memlk nla proaltas rendah dengan jangkauan pelayanan merata antar pusat perelanjaan. erdapat 5 kecamatan yang termasuk dalam kategor n yakn kecamatan Dukuh Paks, Wonokromo, Buutan, mokerto, dan kecamatan mulyorejo. Dengan jarak yang deal antara pusat perelanjaan yang ada d daerah n (tdak terlalu dekat) menjadkan kemungknan masyarakat d daerah terseut untuk erkunjung akan cenderung rendah terhadap pusat perelanjaan d uraaya secara keseluruhan. eanyak 50% lokas pusat perelanjaan d seluruh uraaya erada pada kecamatan kategor n. Dengan persearan lokas sepert n akan leh menuntut masng-masng pusat perelanjaan agar

4 JURNAL EKNIK POMI Vol. 2, No. 2, (2013) IN: ( Prnt) C-237 leh kompettf dalam menark mnat pengunjung. Dar 5 kecamatan yang termasuk kategor n pada tap masng-masng kecamatan memlk pusat perelanjaan yang domnan. otal luas 11 pusat perelanjaan yang ada pada kategor n mencapa 56% dar total luas pusat peralanjaan d uraaya. Menurut rencana tata ruang yang ada pada daerah n ddomnas oleh kawasan perdagangan dan jasa sehngga alokas pusat perelanjaan yang ada darahkan sesua dengan rencana yang ada. Keeradaan pusat perelanjaan modern d kategor n saat n dapat dkatakan sesua dengan arahan dar rencana yang ada. ehngga dapat dketahu pada kategor n faktor yang mempengaruh kategor n adalah faktor luas serta jarak dalam hal n jangkauan pelayanan. Kategor 2 Merupakan kecamatan dengan nla proaltas sedang dan terjangkau oleh pusat perelanjaan yang ada. erdapat 22 kecamatan serta 10 pusat perelanjaan yang termasuk dalam kategor n. Pada daerah n masng-masng pusat perelanjaan yang erada dalam kategor n tdak mendomnas (dalam hal jarak maupun luas) dalam menark masyarakat untuk erkunjung. Jarak terhadap keseluruhan pusat perelanjaan yang ada dar masng-masng kecamatan relatf sama (tdak terlalu jauh). esua dengan rencana tata ruang yang ada ahwa pada 22 kecamatan n dalokaskan untuk permukman, perdagangan dan jasa, serta kawasan ndustr. Melhat dar persearan pusat perelanjaan yang ada saat n mash terdapat eerapa lokas yang dapat dkemangkan seaga tempat pusat perelanjaan modern sepert kawasan seg delapan. Dar seg jangkauan pelayanan adanya pusat perelanjaan yang salng erhmpt menyeakan proaltas terhadap pusat perelanjaan yang ada semakn tngg karena kemudahan dalam menjangkau lokas terseut. Hal n dseakan karena persearan yang cukup merata untuk 22 kecamatan yang ada. ehngga dapat dketahu pada kategor n faktor yang mempengaruh kategor n adalah jangkauan pelayanan serta jarak terhadap keseluruhan pusat perelanjaan yang ada. Kategor 3 Kategor n merupakan daerah dengan proaltas kunjungan tngg terhadap seluruh pusat perelanjaan d uraaya. erdapat 2 kecamatan yang termasuk dalam kategor n yakn kecamatan Rungkut dan kecamatan Gunung Anyar. Pada dua kecamatan n hanya terdapat 1 pusat perelanjaan yakn Carefour Rungkut., namun hal n tdak menjadkan Carefour Rungkut leh domnan dandngkan dengan tempat-tempat yang lan. Hal n Gamar. 3. polog Persearan Pusat Perelanjaan Modern Berdasarkan Proaltas Kunjungan dkarenakan luas dar Carefour Rungkut yang cukup kecl dandngkan dengan tempat yang lan. Pada akhrnya meskpun d dua kecamatan n sudah terjangkau oleh pelayanan Carefour Rungkut namun elum dapat menark masyarakat yang tnggal d kecamatan terseut. Meskpun jarak kecamatan Rungkut dan Gunung Anyar relatf jauh terhadap pusat perelanjaan yang lan namun hal n tdak terlalu mempengaruh masyarakat d dua kecamatan n untuk erelanja d seluruh pusat perelanjaan yang ada d uraaya. Rencana penggunaan lahan yang ada pada kategor n dperuntukkan seaga permukman, kawasan ndustr, serta kawasan perdagangan dan jasa. Pengemangan pusat perelanjaan modern pada kategor n mash sangat dmungknkan melhat dar alokas ruang perdagangan dan jasa, sehngga nantnya akan meruah proaltas penduduk d dua kecamatan n. aat n dua kecamatan n mempunya nla proaltas tngg leh dseakan pada kurang optmalnya pengalokasan ataupun penempatan lokas pusat perelanjaan modern yang ada terutama untuk dua kecamatan n. Namun, pada dua kecamatan n memang tdak terlalu darahkan untuk dkemangkan untuk perdagangan dan jasa yang memuat konsentras penduduk untuk mengunjung pusat perelanjaan yang ada hanya terpaku pada dua kecamatan n. Dapat dketahu pada kategor n faktor yang mempengaruh kategor n adalah luas dar pusat perelanjaan yang ada. Kategor 4 Kategor n merupakan daerah dengan nla proaltas sedang namun elum terjangkau oleh jangkauan pelayanan pusat perelanjaan yang ada. erdapat dua kecamatan yang termasuk dalam kategor n yakn kecamatan Pakal dan Benowo. Rencana penggunaan lahan perdagangan dan jasa pada dua kecamatan n mengarah pada kecamatan Benowo. Hal n terkat dengan rencana pengemangan kawasan pelauhan teluk lamong. Optmalsas terhadap rencana pengemangan kawasan perdagangan dan jasa pada daerah n sa dkatakan sesua dengan rencana yang ada karena kawasan perdagangan dan jasa pada dua kecamatan n leh darahkan pada pengemangan pelauhan teluk lamong. Hal

5 JURNAL EKNIK POMI Vol. 2, No. 2, (2013) IN: ( Prnt) C-238 n memungknkan penduduk yang ada darahkan untuk mengunjung pusat perelanjaan terdekat. Pada daerah n meskpun tdak terjangkau oleh jangkauan pelayanan pusat perelanjaan yang ada namun proaltas kunjungan terhadap seluruh pusat perelanjaan yang ada sedang. Hal n mengndkaskan ahwa terdapat pusat perelanjaan d sektar kecamatan terseut yang mendomnas (dalam hal n luas) yakn Pakuwon rade Center dan Lenmarc, leh jauh lag Golden Cty Mall serta Jematan Merah Plaza. Dengan luas yang cukup pada akhrnya masyarakat d dua kecamatan n mempunya tngkat proaltas sedang meskpun tdak terjangkau. Pusat perelanjaan terdekat dar dua kecamatan n sudah mampu menark mnat masyarakat d kecamatan n. ehngga dapat dketahu pada kategor n faktor yang mempengaruh kategor n adalah luas dar pusat perelanjaan yang ada. ektarnya (tud Kasus Pada Pusat Perelanjaan Java Paragon), Magster eknk Pemangunan Wlayah dan Kota, Unverstas Dponegoro emarang. [4] Fauz, Indra Nur Kelatahan Maraknya Bsns Mall d uraaya. 7f73da0df ea&jens=e4da37fce2345d a318d 5 dakses pada tanggal 08 Oktoer 2012 IV. KEIMPULAN Berdasarkan hasl analsa dan pemahasan yang telah dlakukan, peneltan n menghaslkan kesmpulan seaga erkut: 1) polog yang dhaslkan dar perhtungan model Huff serta analsa jangkauan pelayanan menghaslkan 4 kategor yatu kecamatan dengan proaltas rendah dan terjangkau, proaltas sedang dan terjangkau, proaltas tngg dan terjangkau, serta proaltas sedang dan tdak terjangkau. 2) Pada kategor 1 faktor yang domnan adalah luas total angunan serta jarak tap pusat perelanjaan dalam hal n erpengaruh terhadap hmptan jangkauan pelayanan. Pada kategor 2 faktor yang erpengaruh adalah jangkauan pelayanan serta jarak terhadap keseluruhan pusat perelanjaan yang ada. Pada kategor 3 dan 4 faktor yang mempengaruh adalah luas dar pusat perelanjaan yang ada namun pada dua kategor n faktor n salng ertolak elakang. Pusat perelanjaan terdekat dengan kecamatan pada kategor 3 mempunya luas angunan yang palng kecl sedangkan pusat perelanjaan terdekat dengan kecamatan kategor 4 mempunya luas yang cukup esar. UCAPAN ERIMA KAIH erma kash saya ucapkan kepada seluruh phak yang telah memantu, dosen serta karyawan Program tud Perencanaan Wlayah dan Kota sehngga peneltan n dapat terselesakan. DAFAR PUAKA [1] Ishnanto, O. (2010). Mal urga anpa tuhan ruang tanpa waktu. Jarng Pena. [2] Aula, Belnda Ulfa ugas Akhr : Faktor-Faktor Pertmangan Dalam Penentuan Lokas Hypermarket D uraaya, Perencanaan Wlayah dan Kota, Insttut eknolog epuluh Nopemer uraaya [3] Haryono, Paulus ess : Dampak Kehadran Pusat Perelanjaan erhadap Kegatan Perdagangan Dan Jasa D

Pola Spatial Persebaran Pusat Perbelanjaan Modern Di Surabaya Berdasarkan Probabilitas Kunjungan

Pola Spatial Persebaran Pusat Perbelanjaan Modern Di Surabaya Berdasarkan Probabilitas Kunjungan JURNAL EKNIK POMI Vol. 2, No. 1, (2013) IN: 2337-3539 (2301-9271 Prnt) 1 Pola patal Persearan Pusat Perelanjaan Modern D uraaya Berdasarkan Proaltas Kunjungan Achmad Mftahur Rozak dan Putu Gde Arastta

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET 3. Sejarah dan Kegatan Operasonal Perusahaan 8 3.. Sejarah Perkemangan Kantor Perwaklan Bank Indonesa Wlayah I (Sumut & Aceh) 8 3. Struktur Organsas dan Deskrps Tugas Kantor

Lebih terperinci

menyelesaikan permasalahan dalan penulisan.

menyelesaikan permasalahan dalan penulisan. BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM Ba n mengurakan proses pengolahan data dengan program yang akan dgunakan yatu SPSS yang memantu dalam menyelesakan permasalahan dalan penulsan. BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi diperkenalkan oleh seorang yang bernama Francis Gulton dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi diperkenalkan oleh seorang yang bernama Francis Gulton dalam BAB LANDASAN TEORI Pengertan Regres Istlah regres dperkenalkan oleh seorang yang ernama Francs Gulton dalam makalah erjudul Regresson Towerd Medacraty n Heredtary Stature Menurut hasl peneltan elau, meskpun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumer daya kelautan dan perkanan adalah salah satu sumer daya alamyang merupakan aset negara dan dapat memerkan sumangan yang erharga ag keseahteraan suatu angsa termasuk

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

POLA SPATIAL PERSEBARAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI SURABAYA BERDASARKAN PROBABILITAS KUNJUNGAN

POLA SPATIAL PERSEBARAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI SURABAYA BERDASARKAN PROBABILITAS KUNJUNGAN POLA SPATIAL PERSEBARAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI SURABAYA BERDASARKAN PROBABILITAS KUNJUNGAN Achmad Miftahur Rozak 3609 100 052 Pembimbing Putu Gde Ariastita ST. MT Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB LANDASAN TEORI Unverstas Sumatera Utara . Pengertan Regres Istlah regres pertama kal dperkenalkan oleh Francs Galtom. Menurut Galtom, analss regres erkenaan dengan stud ketergantungan dar satu varael

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan seaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (8 9). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, ang selanjutna dnamakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN REGRESI LINIER NON PARAMETRIK DENGAN METODE THEIL S

PENYELESAIAN PERSAMAAN REGRESI LINIER NON PARAMETRIK DENGAN METODE THEIL S LPPM Polteknk Bengkals PENELESAIAN PERSAMAAN REGRESI LINIER NON PARAMERIK DENGAN MEODE HEIL S Darsono Staff pengaar Program Stud eknolog Informas Jl. Batn alam Sunga Alam Bengkals darsono@poleng.ac.d Astrak

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI USAHATANI TOMAT (SOLANUM LYCOPERSICUM MILL) DI KABUPATEN JEMBER

PRODUKTIVITAS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI USAHATANI TOMAT (SOLANUM LYCOPERSICUM MILL) DI KABUPATEN JEMBER PRODUKTIVITAS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI USAHATANI TOMAT (SOLANUM LYCOPERSICUM MILL) DI KABUPATEN JEMBER Bagus Rangga Sta dan Syamsul Had Alumn Fakultas Pertanan, Unverstas Muhammadyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobn (HB) atau proten pembawa oksgen dalam sel darah merah berada d bawah normal,anema dalam kehamlan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

b. Tentukan eigenket-eigenket dari sistem tersebut sebagai kombinasi linier dari 1 dan 2

b. Tentukan eigenket-eigenket dari sistem tersebut sebagai kombinasi linier dari 1 dan 2 Solus UTS Mekanka Kuantum Program Stud S Fska Tanggal ujan: 6 Oktoer 7 Dosen: Muhammad Azz Majd, Ph.D. Assten: Ahmad Syahron, S.S. Soal Hamltonan seuah sstem -keadaan two states system dnyatakan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK Nelson ulstono Teknk Mesn Unverstas Islam Malang 015 MENGANALIA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER UNTUK MENINGKATKAN PRODUKI DI PT. EMEN GREIK (PERERO).Tbk PABRIK TUBAN Nelson ulstono, Teknk Mesn, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Sebagai Upaya Prediksi Perkembangan Lahan Pertaniandi Kabupaten Lamongan

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Sebagai Upaya Prediksi Perkembangan Lahan Pertaniandi Kabupaten Lamongan JRNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No., (014) ISSN: 337-3539 (301-971 Prnt) C-119 Faktor - Faktor yang Mempengaruh Alh Fungs Lahan Pertanan Sebaga paya Predks Perkembangan Lahan Pertanand Kabupaten Lamongan Mersa

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

BAB VI PROYEKSI PENDUDUK DAN FASILITAS

BAB VI PROYEKSI PENDUDUK DAN FASILITAS c^ %> -*»Y««I LAPORAN KJAS AKHIR BAB VI PROYEKSI PENDUDUK DAN FASILITAS Pembuatan rencana sstem penyaluran ar buangan ddasarkan pada asas kebutuhan sesua dengan adanva skala prortas dan sejalan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a UKURAN SAMPEL Prof. Dr. H. Almasd Syahza, SE., MP Emal: asyahza@yahoo.co.d Webste: http://almasd. almasd.staff. staff.unr.ac.d Penelt Senor Unverstas Rau Penentuan Sampel Peneltan lmah hampr selalu hanya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.. Lokas Peneltan Peneltan n mengambl lokas d Kabupaten Lebak. Pertmbangan pemlhan lokas n adalah karena Kabupaten Lebak adalah salah kabupaten yang memsahkan dr pada tahun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

Percobaan Faktor Tunggal (RAL, RAKL, RBSL)

Percobaan Faktor Tunggal (RAL, RAKL, RBSL) Percoaan Faktor Tunggal RAL, RAKL, RBSL Faktor Tunggal Dalam RAKL Rancangan Acak Kelompok Lengkap Karakterstk Rancangan Perlakuan yang dcoakan merupakan taraftaraf dar satu faktor tertentu Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci