ASPEK BIOTEKNIK DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA RAJUNGAN DI PERAIRAN TELUK BANTEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASPEK BIOTEKNIK DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA RAJUNGAN DI PERAIRAN TELUK BANTEN"

Transkripsi

1 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelauan. Vol. 1. No. 2 Mei 2011: ISSN ASPEK BIOTEKNIK DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA RAJUNGAN DI PERAIRAN TELUK BANTEN (BIO-TECHNIQUE ASPECT OF BLUE SWIMMING CRAB RESOURCES UTILIZATION IN BANTEN BAY WATER) Roza Yusfiandayani 1,2, M.P. Sobari 2 Deparemen Pemanfaaan Sumberdaya Perikanan, Fakulas Perikanan dan Ilmu Kelauan, FPIK-IPB, ocha_roza@yahoo.com ABSTRACT Indonesia has he poenial fishery resources of large marine fish. One of he poenial of marine fisheries is small crab (Porunus pelagicus). Small crab is one Crusracea and is exisence almos spread all over he waers of Indonesia. This sudy aimed o: 1) Describe he swimming crab ne consiss of consrucion of fishing gear, mehods of operaion, and produciviy of swimming crab ne, 2) Deermining he influence of resource uilizaion aciviies of small crab on he level of biomass, producion and susainable levels in Banen Bay waers. Daa colleced in his sudy consised of primary daa and secondary daa. Primary daa was obained direcly by researchers wih direc inerviews using a quesionnaire o fishermen in Banen Bay. Secondary daa obained from Fishery Por Beach (PPP) and he Marine Fisheries Deparmen in Karanganu. Research using ime series daa of are processed using Microsof Office Excel. Swimming crab ne consrucion consiss of corporae nes, rope line, floa, floa line, lead sinker, sinker line, floa marking, floa marking line, sone sinker, and sone sinker line. Produciviy of swimming crab ne in 2008 was kg per uni, while in 2010 was 320 kg per uni. Produciviy of swimming crab ne in 2008 of kg per rip and in 2010 of 5.33 kg per rip. Produciviy swimming crab ne operaing coss in 2010 wih kg/rupiah. The number of opimum swimming crab ne o operae in Banen Bay waers is 178 unis. Keywords : bio-echnique aspecs, small crab, swimming crab ne, Banen Bay waers ABSTRAK Perikanan Indonesia mempunyai poensi sumberdaya ikan lau yang besar. Salah sau poensi perikanan lau ersebu adalah rajungan (Porunus pelagicus). Rajungan merupakan salah sau jenis Crusracea yang populer di masyaraka dan keberadaannya hampir ersebar di seluruh Perairan Indonesia. Permasalahan yang biasa erjadi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan adalah permasalahan biologi yaiu dapa menyebabkan penurunan sok sumberdaya ikan dan penurunan penerimaan nelayan. Permasalahan ersebu dapa diaasi dengan salah sau cara yang digunakan oleh para ahli biologi perikanan, yaiu melakukan pengendalian inensias dalam mengeksploiasi sumberdaya rajungan, sehingga dapa dicapai produksi maksimum lesari. Pengusahaan ersebu harus memberikan manfaa ekonomi yang maksimum bagi nelayan. Peneliian ini berujuan unuk : 1) Mendeskripsikan uni penangkapan jaring rajungan yang erdiri aas konsruksi ala angkap, meode pengoperasian, dan produkivias ala angkap jaring rajungan; 2) Menenukan pengaruh akivias pemanfaaan sumberdaya rajungan erhadap ingka biomass, ingka produksi dan susainable di Perairan Teluk Banen. Daa yang dikumpulkan dalam peneliian ini erdiri aas daa primer dan daa sekunder. Daa primer diperoleh langsung oleh penelii dengan melakukan wawancara langsung kepada nelayan menggunakan kuesioner yang elah disiapkan sebelumnya dan melakukan pengamaan mengenai uni penangkapan rajungan di Perairan Teluk Banen. Daa sekunder diperoleh dari Pelabuhan Perikanan Panai (PPP) Karanganu dan Dinas Perikanan Provinsi Banen yang berupa daa ime series dari Tahun Peneliian menggunakan daa ime series Tahun diolah menggunakan Microsof Office Excel. Konsruksi jaring rajungan erdiri aas badan jaring, ali ris, pelampung, ali pelampung, pembera imah, ali pembera, pelampung anda, ali pelampung anda, pembera bau, dan ali pembera bau. Produkivias ala angkap jaring rajungan pada Tahun 2008 sebesar 209,37 kg per uni, sedangkan Tahun 2010 sebesar 320 kg per uni. Produkivias ala angkap jaring rajungan pada Tahun 2008 sebesar 10,72 kg per rip dan Tahun 2010 sebesar 5,33 kg per rip. Produkivias ala angkap jaring rajungan per biaya operasional Tahun 2010 sebesar 0, kg per rupiah. Jumlah uni penangkapan jaring rajungan yang opimum unuk beroperasi di Perairan Teluk Banen adalah sebanyak 178 uni. Kaa kunci: aspek bioeknik, rajungan, perairan Teluk Banen 1 Corresponding auhor 2 Saf pengajar Deparemen Pemanfaaan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelauan, IPB jpkipb@gmail.com

2 I. PENDAHULUAN Perikanan Indonesia mempunyai poensi sumberdaya ikan lau yang besar. Salah sau poensi perikanan lau ersebu adalah rajungan (Porunus pelagicus). Rajungan merupakan salah sau jenis Crusracea yang populer di masyaraka dan keberadaannya hampir ersebar di seluruh Perairan Indonesia. Rajungan di Indonesia sampai saa ini masih merupakan komodias perikanan yang memiliki nilai ekonomis inggi, erbuki dengan nilai jual rajungan yang mencapai Rp per-kg sampai dengan Rp per-kg dibandingkan dengan harga jual ikan pari hanya sekiar Rp3.000 per-kg sampai dengan Rp4.000 per-kg dan ikan cucu hanya sekiar Rp8.000 per-kg sampai dengan Rp9.000 per-kg. Selain iu diungkapkan saa ini perminaan rajungan dari pengusaha resoran sea food luar negeri (eruama Amerika Serika) seiap bulan mencapai 450 on, sehingga rajungan diekspor eruama ke negara Amerika, yaiu mencapai 60% dari oal hasil angkapan rajungan. Rajungan juga diekspor ke berbagai negara dalam benuk segar yaiu ke Singapura dan Jepang, sedangkan yang dalam benuk olahan (dalam kaleng) diekspor ke Belanda. Jumlah produksi rajungan yang didarakan di Pelabuhan Perikanan Panai (PPP) Karanganu pada Tahun 2008, erbanyak diperoleh dari ala angkap jaring rajungan yaiu sebesar 20,309 on aau 73,16% dari oal produksi rajungan, sedangkan dari ala angkap dogol sebesar 7,450 on aau 26,84% dari oal produksi rajungan, dan dari ala angkap payang sebesar 0,921 on aau 0,003% dari oal produksi rajungan. Selain iu, produkivias erbesar juga erjadi pada ala angkap jaring rajungan, yaiu sebesar 10,72 on per rip, sedangkan produkivias ala angkap dogol sebesar 5,51 on per rip dan produkivias ala angkap payang sebesar 0,0034 on per rip. Berdasarkan hal ersebu, ampak bahwa jaring rajungan memiliki jumlah produksi dan produkivias eringgi. Oleh karena iu, dengan ingginya oal produksi rajungan dan ingka produkivias dari ala angkap jaring rajungan ersebu dibuuhkan suau pengelolaan dan invesasi opimal dari ala angkap jaring rajungan guna mendapakan kelesarian sumberdaya rajungan khususnya di PPP Karanganu. Teluk Banen merupakan bagian dari Lau Jawa dan luas wilayah permukaan oalnya 150 km² dan kedalaman raa-raanya 7 m. Selain iu Teluk Banen juga ermasuk ke dalam perairan semi eruup yaiu suau perairan yang menjadi syara aau asumsi dalam analisis bionomi. Salah sau Pelabuhan yang ermasuk dalam wilayah Perairan Teluk Banen adalah Pelabuhan Perikanan Panai (PPP) Karanganu. PPP Karanganu memiliki nilai sejarah yang sanga inggi selain digunakan sebagai kegiaan perikanan juga dapa digunakan sebagai empa pariwisaa. Leak PPP Karanganu yang deka dengan daerah penangkapan (fishing ground) Samudera Hindia, Lau Jawa, Sela Sunda, dan Perairan Lampung akan memudahkan para nelayan unuk melau. Pendugaan sok sumberdaya rajungan dapa dilakukan menggunakan pendekaan model bioeknis. Dalam peneliian ini digunakan iga macam model, selanjunya dilakukan analisis unuk mendapakan model pengelolaan yang paling sesuai dengan kondisi Perairan Teluk Banen. Peneliian ini berujuan unuk mendeskripsikan konsruksi dan produkivias ala angkap jaring rajungan yang beroperasi di Perairan Teluk Banen, sera menenukan jumlah produksi dan upaya angkap opimum yang dapa dilakukan dalam pemanfaaan sumberdaya rajungan di perairan ersebu. II. METODOLOGI Pengumpulan daa di lapangan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Februari Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode deskripif dengan pendekaan meode sudi kasus. Daa primer diperoleh melalui wawancara erhadap 30 orang responden nelayan yang diambil secara purposive. Analisis daa erdiri aas: 1) Analisis eknik Analisis eknik digunakan unuk mengeahui efekivias kegiaan operasi penangkapan rajungan diliha dari aspek-aspek eknik yang melipui 72 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelauan. Vol. 1. No. 2. Mei 2011: 71-80

3 ISSN konsruksi, meode penangkapan, produkivias, komposisi hasil angkapan, musim, dan daerah penangkapan rajungan. 2) Analisis bioeknik Analisis bioeknik digunakan unuk meliha hubungan parameer biologi seperi r, q, dan K. Esimasi parameer biologi menggunakan 3 model esimasi, yaiu Schnue, CYP, dan W-H. Analisis bio-eknik menggunakan pendekaan model Schnue, CYP dan W- H. Berdasarkan hasil perhiungan dari keiga model ersebu, selanjunya dienukan model yang paling serasi dengan kondisi Perairan Teluk Banen. Analisis bioeknis dilakukan unuk menggambarkan ingka produkivias dari upaya penangkapan (effor) dan menduga poensi sumberdaya rajungan. CPUE aau hasil angkapan per upaya penangkapan digunakan sebagai indeks kelimpahan sumberdaya perikanan. Nilai ini diperoleh dari menggunakan rumus Gulland JA (1983): Keerangan: CPUEi = hasil angkapan per upaya penangkapan rajungan pada ahun ke-i (on per rip) cachi = hasil angkapan rajungan pada ahun ke-i (on) effori = upaya penangkapan rajungan pada ahun ke-i (rip) Analisis bio-eknis didekai menggunakan meode surplus produksi dari Schaefer MB (1954) diacu dalam (Sobari MP, Diniah, Widiasui 2008; dan Clark e al. 1992). Hasil angkapan maksimum lesari dilakukan dengan cara menganalisis hubungan anara upaya penangkapan (E) dengan hasil angkapan per upaya penangkapan (CPUE) menggunakan persamaan : 2 q K h qke E r 2 (1)... keerangan: h = hasil angkapan rajungan (on) E = ingka upaya penangkapan rajungan (rip) r = laju perumbuhan inrinsik rajungan (on) q = koefisien daya angkap (on) Aspek Bioeknik Dalam Pemanfaaan Sumberdaya Rajungan... (YUSFIANDAYANI, dan SOBARI) 73 K = daya dukung lingkungan (on) Perolehan nilai r, q dan K dilakukan menggunakan eknik CYP (Clark, Yoshimoo dan Pooley), W-H (Waler- Hiborn) dan Algorima Fox, dengan cara meregresikan persamaan : a) Meode esimasi CYP 2r 2 r q ln ln. ln U q K U 1 1 E E 1 2 r 2 r 2 r...(2) Disederhanakan menggunakan Ordinary Les Square (OLS): ln 1...(3) U lnu E E 1 sehingga nilai r, q dan K dari persamaan (3) dapa diperoleh dengan rumus q 2 r r... (4) K... (5) a2r 2r e...(6) q b) Meode esimasi W-H (Waler- Hiborn) U U y 1 1 r r U Kq qe... (7) aau...(8) U E sehingga nilai r,q dan K dari persamaan (8) dapa diperoleh menggunakan rumus r q r K q c) Meode esimasi Algorima Fox 2 h q K qk E E r...(9) CPUE E Dengan nilai x, y dan z :

4 Dengan demikian nilai r, q dan K dari persamaan (9) dapa diperoleh menggunakan rumus: x y q ln z K 2 Kq r Keerangan : U = hasil angkapan per upaya penangkapan E = ingka upaya penangkapan α = nilai inersep β = slope aau kemiringan dari garis regresi a = nilai inersep b = slope aau kemiringan dari garis regresi r = laju perumbuhan alami q = koefisien penangkapan K = daya dukung lingkungan (carrying capaciy) Berdasarkan rumusan di aas, maka kondisi pengelolaan sumberdaya rajungan di Perairan Teluk Banen secara opimal saik dapa dihiung dengan menggunakan rumus seperi yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pola pengelolaan sumberdaya rajungan pada model opimal saik Variabel Biomassa (x) Cach (h) Effor (E) Sumber : Clark e al. (1992), Fauzi A (2006) Kondisi MSY r.k 4 r 2q K 2 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisis Teknik Konsruksi ala angkap jaring rajungan erdiri aas badan jaring, ali ris, pelampung, ali pelampung, pembera imah, ali pembera, pelampung anda, ali pelampung anda, pembera bau, dan ali pembera bau (Gambar 1). Badan jaring yang erdapa di PPP Karanganu erbua dari benang PA Monofilamen berwarna puih ransparan, berdiameer 0,3 mm dan memiliki benuk maa jaring (mesh size) segi empa berukuran 4 inchi. Dimensi panjang jaring erdiri aas 5 piece dengan panjang per piece memiliki ukuran 200 m, sehingga ukuran panjang oal jaring rajungan sebesar m. Lebar jaring sebesar 0,75 m. Panjang ali ris aas dan ali ris bawah adalah sebesar m, dengan diameer 0,3 cm dan berbahan PE Mulifilamen. Jumlah pelampung yang digunakan dalam sau piece sebanyak 70 buah, dengan jarak anar pelampungnya sebesar 1,5 m. Jumlah oal pembera unuk sau piece menggunakan 15 kg, dengan jarak anar pembera sebesar 20 cm. Pelampung anda erdiri aas 2 buah dan erbua dari bahan syrofoam berbenuk persegi panjang berukuran 20 cm 10 cm 30 cm. Pembera ambahan erdiri aas 2 buah bau kali dengan bera masingmasing sebesar 3,5 kg. Bau pembera dililikan dengan ali yang digunakan sebagai ali pelampung anda, ali yang diperlukan unuk melilikan bau pembera sebesar 5 m. Bau ersebu dipasang pada perengahan ali pelampung anda. 74 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelauan. Vol. 1. No. 2. Mei 2011: 71-80

5 ISSN Gambar 1. Konsruksi jaring rajungan Kapal jaring rajungan di PPP Karanganu memiliki dimensi panjang oal (L OA) sebesar 9,5 m, lebar (B) 2,2 m, dan draf (d) 0,8 meer. Bahan uama penyusun kapal adalah kayu jai. Tonase kapal jaring rajungan berkisar anara 1 GT dan ermasuk jenis kapal moor empel dengan enaga penggerak 20 PK. Mesin penggerak ersebu beripe ouboard engine. Nelayan jaring rajungan diklasifikasikan menjadi dua, yaiu nelayan pemilik (sau orang) dan nelayan penyewa (iga orang). Nelayan penyewa kapal yang dimaksud adalah nelayan yang iku menumpang pada kapal jaring rajungan dengan membayar biaya sewa berupa iuran solar dan komisi hasil angkapan per kg. Jaring rajungan merupakan ala angkap yang pengoperasiannya dilakukan secara one day fishing. Penurunan sau jaring dilakukan selama sekiar 5 meni oleh 4 orang nelayan. Proses seing diawali dengan menurunkan pelampung anda, bau pembera, badan jaring piece perama sampai dengan piece erakhir, dilanjukan bau pembera, dan pelampung anda. Jaring rajungan yang erpasang di perairan akan berbenuk melengkung. Lama drifing unuk iap jaring adalah sekiar 3 jam. Proses hauling dilaksanakan dengan uruan yang sama dengan proses seing. Pengangkaan sau jaring dilakukan selama sekiar 30 meni oleh 4 orang nelayan. Pelepasan hasil angkapan dari jaring rajungan dan penyorirannya dilakukan sesaa langsung seelah sampai di dara umumnya dilakukan di halaman rumah masing-masing. Daerah penangkapan jaring rajungan berada di Perairan Teluk Banen, epanya di Pulau Tunda dan Rancang Bangun dan Uji Kinerja Drafer Buoy... (IQBAL, JAYA, dan PURBA) 75

6 Pulau Pamuyan. Lama waku unuk mencapai fishing ground di Pulau Tunda adalah sekiar 1 jam hingga 1 jam 30 meni dengan jarak empuh sekiar 4 mil, sedangkan waku empuh unuk mencapai fishing ground di Pulau Pamuyan adalah sekiar 30 meni dengan jarak empuh sekiar 1,5 mil. Musim puncak rajungan erjadi pada bulan Januari - Februari. Persenase rajungan erbesar pada bulan Januari sebesar 4,99 % dari oal hasil angkapan sebesar 396,365 on dan bulan Februari sebesar 4,93 % dari oal hasil angkapan sebesar 272,042 on. Hasil angkapan uama jaring rajungan adalah rajungan jenis swimming crab (Porunnus pelagicus). Produkivias ala angkap dihiung berdasarkan daa sekunder Tahun 2008 dan daa primer Tahun Produkivias per uni daa sekunder sebesar 209,37 kg per uni, sedangkan produkivias per uni daa primer sebesar 320 kg per uni. Produkivias per rip daa sekunder sebesar 10,72 kg per rip, sedangkan produkivias per rip daa primer sebesar 5,33 kg per rip. Produkivias per biaya operasional pada daa primer sebesar 0, kg per Rupiah, sedangkan produkivias per biaya operasional pada daa sekunder Tahun 2008 idak dapa diperoleh karena biaya operasional hanya dapa diperoleh dari hasil peneliian selama 5 hari Analisis Bioeknik Produksi rajungan pada Tahun menunjukkan ren yang menurun dengan persamaan y= -4,919x dan produksi raa-raa sebesar 47,69 on (Gambar 2). Produksi eringgi erjadi pada Tahun 2004 sebesar 108,91 on, sedangkan produksi erendah erjadi pada Tahun 2006 sebesar 7,99 on. Upaya penangkapan pada Tahun menunjukkan ren yang menurun dengan persamaan y= -185,7x (Gambar 3). Upaya penangkapan eringgi erjadi pada Tahun 2003 sebesar rip, sedangkan upaya penangkapan erendah erjadi pada Tahun 2006 sebesar 601 rip. Nilai CPUE uni penangkapan rajungan Tahun menunjukkan ren yang menurun (Gambar 4). Nilai CPUE eringgi erjadi pada Tahun 2007 sebesar 0,0349 on per rip, sedangkan nilai CPUE erendah erjadi pada Tahun 2008 sebesar 0,0107 on per rip. Hubungan anara CPUE dan effor sumberdaya rajungan digambarkan dalam persamaan y = (Gambar 5). Kondisi ini berari bahwa semakin inggi effor maka semakin inggi CPUE. Hasil esimasi parameer biologi sumberdaya rajungan berdasarkan Model Schnue, CYP, dan Fox dapa diliha pada Tabel 2. Hasil esimasi dari keiga parameer biologi (r, q, dan K) ersebu digunakan unuk menghiung nilai sok ikan (x), produksi opimal (h), dan effor opimal pada kondisi Maximum Susainable Yield (MSY). Hasil perhiungan sok ikan (x), produksi opimal (h) dan effor opimal pada kondisi opimal MSY dengan menggunakan model esimasi W-H, CYP, dan Schnue disajikan pada Tabel 3. Gambar 2. Perkembangan produksi sumberdaya rajungan di PPP Karanganu Tahun Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelauan. Vol. 1. No. 2. Mei 2011: 71-80

7 ISSN Gambar 3. Perkembangan upaya penangkapan sumberdaya rajungan di PPP Karanganu Tahun Gambar 4. Perkembangan CPUE sumberdaya rajungan di PPP Karanganu Tahun Gambar 5. Hubungan CPUE dan effor sumberdaya rajungan di PPP Karanganu Tahun Tabel 2. Hasil esimasi parameer biologi Model Parameer Biologi Esimasi r q K (Ton per ahun) (Ton per rip) (Ton per ahun) Schnue 0,7978 0, ,72 CYP 0,2535 0, ,09 W-H 1,8744 0, ,91 Sumber: Daa diolah dari Saiik PPP Karanganu Rancang Bangun dan Uji Kinerja Drafer Buoy... (IQBAL, JAYA, dan PURBA) 77

8 Tabel 3. Hasil esimasi parameer x, h, dan E pada kondisi MSY Model Kondisi Opimal MSY Esimasi x h E (on ) (on ) (rip) Schnue 200,36 79, CYP 3.499,54 443, W-H 3.164, , Akual - 47, Sumber: Daa diolah Berdasarkan hasil analisis parameer biologi dari keiga model yaiu Schnue, CYP, dan W-H, maka dapa dikeahui bahwa ingka produksi dan upaya penangkapan (effor) yang paling mendekai dengan keadaan akual aau keadaan sebenarnya di lapangan yaiu Model Schnue. Hasil esimasi produksi lesari sumberdaya rajungan seiap ahunnya selama periode dengan menggunakan model Schnue, CYP, dan W-H disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 2, 3, dan 4 dari keiga model, yaiu Schnue, CYP, dan W-H maka dapa dikeahui model yang cocok digunakan di Perairan Teluk Banen yaiu Model Schnue. Sehingga dapa diarik kesimpulan bahwa model yang cocok unuk menganalisis kondisi sumberdaya rajungan di Perairan Teluk Banen, khususnya di perairan sekiar PPP Karanganu adalah dengan Model Schnue. Analisis degradasi sumberdaya rajungan di perairan Teluk Banen dilakukan unuk mengeahui berapa besar koefisien laju degradasi yang erjadi akiba akivias penangkapan ikan, seperi ampak dalam Gambar 6. Berdasarkan Gambar 6 dikeahui bahwa model esimasi yang layak digunakan unuk PPP Karanganu adalah model Schnue. Tabel 4. Hasil esimasi produksi lesari berdasarkan esimasi Schnue, CYP, dan W-H Schnue CYP W-H Tahun Produksi Produksi Produksi Akual Lesari Lesari Lesari (on) (on) (on) (on) ,59-125,15 44,67 51, ,42-231,62 46,79 35, , ,99 70,06 50, , ,67 101,26 102, , ,69 88,04 108, ,79 441,10 19,40 17, ,17 397,46 14,23 7, ,19 435,31 23,86 35, ,63-127,41 44,72 20,31 Raa2 52, ,07 50,34 47,69 Sumber: Daa diolah dari Saisik PPP Karanganu Tahun Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelauan. Vol. 1. No. 2. Mei 2011: 71-80

9 ISSN a. Model Schnue b. Model CYP c. Model W-H Gambar 6. Laju degradasi sumberdaya rajungan opimal di perairan Teluk Banen IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan 1) Konsruksi ala angkap jaring rajungan di Perairan Teluk Banen, khususnya di perairan sekiar PPP Karanganu erdiri aas badan jaring, ali ris, pelampung, ali pelampung, pembera imah, ali pembera, pelampung anda, ali pelampung anda, pembera bau, dan ali pembera bau. Kapal jaring rajungan di PPP Karanganu berdimensi panjang oal (L OA) 9,5 m, lebar (B) 2,2 m, dan draf (d) 0,8 meer. Produkivias ala angkap jaring rajungan per uni pada Tahun 2008 sebesar 209,37 kg per uni sedangkan Tahun 2010 sebesar 320 kg per uni. Produkivias ala angkap jaring rajungan per rip pada Tahun 2008 sebesar 10,72 kg per rip dan Tahun 2010 sebesar 5,33 kg per rip. Produkivias ala angkap jaring rajungan per biaya operasional Tahun 2010 sebesar 0, kg per Rupiah. 2) Model esimasi pengelolaan dan pemanfaaan yang cocok dierapkan di Perairan Teluk Banen, khususnya di perairan sekiar PPP Karanganu adalah model esimasi Schnue. Pada kondisi akual diperoleh h sebesar 47,69 on per ahun dan effor sebesar rip per ahun. Pada kondisi OA diperoleh ( ) sebesar 0,02 on per ahun, h sebesar 0,02 on per ahun dan effor sebesar rip per ahun. Pada kondisi MEY diperoleh ( ) sebesar 200,37 on per ahun, h sebesar 79,92 on per ahun dan effor sebesar rip per ahun. Pada kondisi MSY diperoleh ingka biomass ( ) sebesar 200,36 on per ahun, h sebesar 79,92 on per ahun dan effor sebesar rip per ahun. Hasil perhiungan pada periode menunjukkan bahwa pemanfaaan sumberdaya rajungan di Perairan Teluk Banen dapa dikaegorikan belum erdegradasi dan belum mengalami biological overfishing Saran Hasil perhiungan yang elah dilakukan menunjukkan bahwa pemanfaaan sumberdaya rajungan di Perairan Teluk Banen belum mengalami kondisi biological overfishing, namun dengan menurunnya produksi rajungan, maka disarankan eap dilakukan konrol erhadap jumlah uni dan effor jaring rajungan. Selanjunya disarankan Rancang Bangun dan Uji Kinerja Drafer Buoy... (IQBAL, JAYA, dan PURBA) 79

10 unuk melakukan kajian lebih lanju enang laju depresiasi sumberdaya rajungan melalui pendekaan bionomi. DAFTAR PUSTAKA Kumar M., Ferguson G., Xiao Y., Hooper G, dan Venema S Sudies on Reproducive Biology and Disribuion of The Blue Swimmer Crab (Porunus pelagicus) in Souh Ausralian Waers. SARDI Research Repor Series No. 47. Souh Ausralia. Ausralia. Hal 10. Marasuganda S Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan Jaring Insang (Gillne). Bogor: Deparemen Pemanfaaan Sumberdaya Perikanan, Fakulas Perikanan dan Ilmu Kelauan, Insiu Peranian Bogor. 144 hal. Miskiya Aspek Bio-Teknik Jaring Rajungan di Karanganu Kabupaen Serang, Provinsi Banen [Skripsi]. Bogor: Fakulas Perikanan dan Ilmu Kelauan, Insiu Peranian Bogor. Hal Moosa MK dan S Juwana Kepiing Suku Porunidae dari perairan Indonesia (Decapoda, Branchyura). Jakara: Pusa Peneliian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengeahuan Indonesia. 75 hal. Nonji A Lau Nusanara. Jakara : Djambaan. 372 hal. [PPP] Pelabuhan Perikanan Panai Karanganu Laporan Tahunan Saisik PPPK Serang: Pelabuhan Perikanan Panai Karanganu. 244 hal. Sparre P dan SC Venema Inroduksi Pengkajian Sok Ikan Tropis. Buku I. Tim Pusa Peneliian dan Pengembangan Perikanan, Penerjemah. Jakara: Pusa Peneliian dan Pengembangan Perikanan, Badan Peneliian, dan Pengembangan Peranian. (Berdasarkan Kerjasama dengan Organisasi Pangan dan Peranian Perserikaan Bangsa- Bangsa). Terjemahan dari: Inroducion o Tropical Fish Sok Assesmen. Par 1, Manual. 438 hal. Sephenson W and B Campbell The Ausralian Porunids (Crusacea; Porunidae). II. The Genus Porunus, Ausralia. P Susano e al Pedomen Teknis Teknologi Perbenihan Rajungan (Porunus pelagicus). Jakara: Pusa Rise Perikanan Budidaya, Badan Rise Kelauan dan Perikanan. Deparemen Kelauan dan Perikanan. 19 hal. Thomson JM Fish of The Ocean And Shore. London: Collins Sydney. 208 hal. Undang-Undang Nomor 31 ahun 2004 enang Perikanan. Jakara: CV Eko Jaya. 215 hal. Widodo J dan Suadi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Lau. Yogyakara: Gadjah Mada Universiy Press. 252 hal. Sobari MP dan Muzakir Kajian Ekonomi Pemanfaaan Sumberdaya Ikan Teri di Kabupaen Agam, Provinsi Sumaera Bara. Jurnal Ilmiah Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap. Vol XVIII No.3: Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelauan. Vol. 1. No. 2. Mei 2011: 71-80

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data III METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada Bulan Mare sampai dengan Bulan April 007. Lokasi peneliian berada di Pelabuhan Perikanan Nusanara Pemangka Kabupaen Sambas, Provinsi Kalimanan

Lebih terperinci

ASPEK BIOTEKNIK DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN TERI DI PERAIRAN PALABUHANRATU KABUPATEN SUKABUMI

ASPEK BIOTEKNIK DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN TERI DI PERAIRAN PALABUHANRATU KABUPATEN SUKABUMI ASPEK BIOTEKNIK DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN TERI DI PERAIRAN PALABUHANRATU KABUPATEN SUKABUMI (Bio-Technique Aspec of Anchovy Resources Uilizaion in Palabuhanrau Waer Sukabumi Disric) Diniah 1, Moch.

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort 3 METODE PENELITIAN 3. Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Agusus sampai Sepember 2008. Tempa yang dadikan obyek peneliian adalah Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN)

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat 23 3 METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada bulan Mei 200 sampai Mei 20. Pengambilan daa dilakukan di Perairan Selaan Prigi dan Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN) Prigi, Trenggalek, Jawa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 29 III. KERANGKA PEMIKIRAN Dalam usaha unuk memenuhi kebuuhan hidupnya manusia berupaya mengeksploiasi sumberdaya alam yang ada di sekiarnya. Keerganungan manusia erhadap sumberdaya alam elah erjadi sejak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGATURAN PERIKANAN LEMURU BERDASARKAN MEKANISME SUPPLY DAN DEMAND DI SELAT BALI

OPTIMALISASI PENGATURAN PERIKANAN LEMURU BERDASARKAN MEKANISME SUPPLY DAN DEMAND DI SELAT BALI J. Bijak dan Rise Sosek KP. Vol.4 No.1, 2009 1 OPTIMALISASI PENGATURAN PERIKANAN LEMURU BERDASARKAN MEKANISME SUPPLY DAN DEMAND DI SELAT BALI Yesi Dewia Sari¹, Sonny Koeshendrajana¹ dan Benny Osa Nababan²

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian berjudul Model Pengelolaan Perikanan Pelagis secara Berkelanjuan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur ini dilakukan di PPN Prigi, Kabupaen Trenggalek,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waku dan Tempa Peneliian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009 di Laboraorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakulur, Deparemen Budidaya Perairan, FPIK-IPB.

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT Agus Purwoko Absrak Peneliian ini berujuan unuk unuk mengkaji dampak yang

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, berempa di Laboraorium Perikanan Program Sudi Budidaya Perairan Fakulas Peranian Universias Lampung.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn : Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PERAMALAN VOLUME PENGGUNAAN AIR BERSIH DENGAN METODE WINTERS EPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENENTUKAN VOLUME

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 25 III METODOLOGI PENELITIAN 3 Kerangka Pendekaan Sudi Penerapan kebijakan pemasangan rumpon sebagai ala banu penangkapan ikan yang dilaksanakan pada aun 2002, ela meruba pola sebgian nelayan dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

Alokasi Optimum Sumberdaya Perikanan di Perairan Teluk Palabuhanratu : Sumberdaya Ikan Demersal

Alokasi Optimum Sumberdaya Perikanan di Perairan Teluk Palabuhanratu : Sumberdaya Ikan Demersal Alokasi Opimum Sumberdaya Perikanan di Perairan Teluk Palabuhanrau : Sumberdaya Ikan Demersal YUDI WAHYUDIN 1, TRIDOYO KUSUMASTANTO 2, dan MOCH. PRIHATNA SOBARI 3 1. Divisi Kebijakan Pembangunan dan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Model Peneliian Dalam menganalisa efekifias kebijakan pemerinah, maka model yang digunakan dalam skripsi ini adalah model yang diurunkan dari eori kekuaan monopoli,

Lebih terperinci