PENENTUAN PARAMETER DESAIN RODA BESI BERSIRIP MELALUI PENGUKURAN TAHANAN PENETRASI TANAH DI SAWAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN PARAMETER DESAIN RODA BESI BERSIRIP MELALUI PENGUKURAN TAHANAN PENETRASI TANAH DI SAWAH"

Transkripsi

1 AGRITECH, Vol. 34, No. 4, November 4 PENENTUAN PARAMETER DESAIN RODA BESI BERSIRIP MELALUI PENGUKURAN TAHANAN PENETRASI TANAH DI SAWAH Determining Parameter of Lug Wheel Deign by Meaurement of Soil Penetration Reitance in Paddy Field Taufik Rizaldi, Wawan Hermawan, Tineke Mandang, Setyo Pertiwi Pacaarjana Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian Intitut Pertanian Bogor Jl. Lingkar Akademik, Kampu IPB Darmaga, Bogor 668 Departemen Teknik Mein dan Bioitem Intitut Pertanian Bogor Jl. Lingkar Akademik, Kampu IPB Darmaga, Bogor taufikrizaldi_tp@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediki parameter deain roda bei beririp yang euai melalui pengukuran tahanan penetrai tanah ecara langung di lahan awah. Lokai penelitian berada pada lahan awah di Dea Situ Gede Bogor, Jawa Barat. Penetrometer dengan ukuran plat 5 cm x cm digunakan untuk menekan tanah ampai kedalaman cm dengan kemiringan udut tekan o, 75 o, 6 o, 45 o dan 3 o. Data dianalii dengan metode regrei linier untuk memperoleh hubungan antara gaya penekanan dan kedalaman penekanan untuk tiap udut penekanan yang berbeda. Dengan menggunakan peramaan gaya yang dihailkan oleh irip aktif roda yang menyentuh tanah dan peramaan regrei linier yang dihailkan maka dapat diprediki deain roda bei beririp untuk traktor roda dua (yanmar TF85 MLY-di. Traktor diaumikan beroperai pada inkage 5 cm ehingga deain yang dipilih adalah deain di mana gaya reaki yang dihailkan mampu mengatai beban yang diberikan oleh traktor dan implemen erta penggunaan bahan kontruki yang paling minimum. Hail perhitungan merekomendaikan jumlah irip, udut irip 45 o, lebar irip cm, panjang irip 35 cm, diameter luar roda 84 cm adalah deain roda bei beririp yang optimum. Kata kunci: Roda bei beririp, gaya reaki, penetrometer, parameter deain ABSTRACT The objective of thi tudy wa to predict the deign parameter of lugged wheel that fit through the oil penetration reitance meaurement directly in paddy field. Location of the tudy wa on paddy field in the village Situ Gede Bogor, Wet Java. Penetrometer with a plate ize of 5 cm x cm i ued to pre the oil to a depth of cm with inclination pre angle of o, 75 o, 6 o, 45 o and 3 o. Data were analyzed by linear regreion method to obtain the relationhip between the preure force and depth preeure for each different inclination of preure angle. By uing the equation of force generated by active lug wheel were touching the oil and the reulting linear regreion equation to predict the lugged wheel deign for two-wheeled tractor (Yanmar TF85 MLY-in. Tractor aumed to be operating at 5 cm inkage o that the elected deign i a deign in which the reulting reaction force able to reit the load upplied by the tractor and implement and ued the mot minimum contruction material. The reult of the calculation recommended number of lug, 45 o angle of lug, width of lug cm, length of lug 35 cm, outer diameter wheel 84 cm i the lugged wheel deign optimum. Keyword: Lug wheel, force reaction, penetrometer, parameter deign 473

2 AGRITECH, Vol. 34, No. 4, November 4 PENDAHULUAN Kadar air lahan awah untuk padi biaanya angat tinggi dan terkadang kendaraan haru dioperaikan pada permukaan yang jenuh dan berair ehingga lalu linta di permukaan angat ulit. Tanah yang angat lunak ini alah atu umber terbear dari ulitnya mekaniai pada budidaya padi di awah. Di luar banyaknya alat bantu traki yang dicoba untuk meningkatkan pergerakan kendaraan off-road elama budidaya di lahan baah, roda bei beririp telah terbukti menjadi alah atu yang terbaik untuk uatu lingkungan kerja. Plat irip terbuka roda bei beririp ering digunakan pada tanaman padi lahan baah karena daya pengapungan dan trakinya yang tinggi, juga harganya murah, mudah untuk dipabrikai, dan bia dibuat jauh lebih lebar dari ban konvenional dalam rangka memenuhi peryaratan tertentu (Salokhe dkk. 9. Watyotha dan Salokhe ( menyatakan bahwa untuk meningkatkan bearnya traki, yang perlu diperhatikan dari variai parameter diain untuk roda beririp adalah udut irip, jarak irip, ukuran irip, bentuk irip dan mekanime irip. Pada daarnya proe perancangan roda bei beririp haru memperhatikan dan memaukkan faktor kondii tanah pada awah dan kontruki dari traktor yang digunakan ebagai daar untuk menentukan deain roda bei beririp yang dihailkan. Tenaga tarik yang dihailkan merupakan akumulai dari reaki tanah terhadap irip-irip roda yang aktif bekerja dalam tanah. Gaya reaki tanah yang dihailkan haru mampu mengatai beban horizontal (draft dan tahanan gelinding roda dan beban vertikal (bobot traktor. Interaki kedua faktor ini angatlah diperlukan untuk imulai deain roda bei beririp (Hermawan,. Liljedahl, dkk. 989 menyatakan bahwa traki adalah penggunaan (interaki tenaga penggerak yang dihailkan oleh roda, track dan peralatan traki yang lain dengan tanah. Roda merupakan peralatan traki yang dipertimbangkan, ketika roda bekerja di ata tanah, tanah tertekan dengan tujuan untuk memperoleh tenaga yang cukup untuk menghailkan gaya traktif yang tinggi pada roda. Penekanan dihailkan oleh pergerakan relatif antara roda dan tanah. Bearnya gaya tarik makimum menurut Liljedahl dkk.,989 ditunjukkan oleh peramaan: F Ac W tan... Dimana F adalah gaya tarik makimum (N, A adalah lua bidang kontak (m, c adalah kohei tanah (N/m, W adalah beban dinami roda (N dan ϕ adalah udut geek dalam ( o. Dari peramaan diata dapat dilihat bahwa gaya tarik makimum berbanding luru dengan beban dan lua bidang kontak roda dengan tanah ehingga emakin bear beban dan lua bidang kontak roda dengan tanah maka gaya tarik makimum juga akan emakin bear. Hettiaratchi dkk. 966 mempertimbangkan item irip-tanah yang ditunjukkan pada Gambar berikut. Gambar. Diagram gaya dari item irip-tanah dalam teori keruakan horizontal (Hettiaratchi dkk., 966 Gaya tanah per unit lebar irip (P dapat ditentukan dengan peramaan ebagai berikut: P = P γ + P + P + P... c a q Di mana P γ, P c, P a, dan P q adalah komponen dari P karena berat tanah, kohei, adhei dan menambah nilai q ecara berturut. Pada gambar, γ adalah berat peifik tanah, z adalah kedalaman ujung irip dari permukaan tanah (kedalaman potongan, c adalah kohei tanah, c a adalah adhei antara irip-tanah dan q adalah penambahan per unit lebar irip. Hermawan, 998 menyatakan bahwa ada penambahan gaya per unit lebar R a yang terjadi epanjang permukaan irip dan K adalah udut rake. Pada Gambar di ata untuk memprediki bear gaya tanah per unit lebar irip (P memerlukan beberapa parameter karakteritik tanah yang haru diukur atau diketahui yang memungkinkan akan menghabikan waktu dan biaya yang lebih bear. Sebagai alternatif, penetrometer plat dapat digunakan untuk memperoleh data tahanan penetrai tanah per unit lebar irip (P ecara langung di lahan pada kedalaman dan udut penekanan tertentu. Penetrometer plat dianggap lebih efektif karena nilai parameter karakteritik tanah pada Gambar untuk menghailkan nilai P dapat tergantikan. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data tahanan penetrai tanah ecara langung di lahan awah yang elanjutnya dianalii untuk memprediki parameter deain roda bei beririp yang euai untuk lahan awah terebut dengan memperhatikan jeni traktor dan implemen yang digunakan. METODE PENELITIAN Pengukuran tahanan penetrai tanah terhadap plat dilakukan pada lahan awah di daerah Dea Situ Gede 474

3 AGRITECH, Vol. 34, No. 4, November 4 Bogor, Jawa Barat. Lokai penelitian yang dipilih adalah lahan dengan kedalaman lumpur di ata cm. Pengambilan data kontruki traktor roda dua dilakukan di Laboratorium lapangan Siwadhi Soepardjo Leukopo IPB, Bogor. Analiai penentuan parameter rancangan roda bei beririp dilakukan di Departemen Teknik Mein dan Bioitem, IPB Bogor. Pengukuran nilai tahanan penetrai tanah dilakukan dengan menggunakan penetrometer yang pada ujungnya dipaang plat. Plat yang digunakan memiliki ukuran cm x 5 cm. Ukuran ini digunakan dengan mempertimbangkan perbandingan ukuran panjang dan lebar irip pada roda bei beririp konvenional yaitu rata-rata ebear 4:. Dengan perbandingan ukuran terebut pergerakan traktor aat beroperai dilahan lebih tabil. Sudut tekanan (α dapat diatur dengan bantuan penyangga yang dipaang pada penetrometer. Pengukuran tanah dilakukan pada dua papoii yaitu bagian tanah yang beba dari jerami. Plat dipaang pada penetrometer, kemudian dilakukan pengaturan udut tekan pada penyangga penetrometer. Sudut tekanan yang digunakan mulai dari 3 o 45 o, 6 o, 75 o dan o dengan kedalaman penekanan 5 cm, cm, 5 cm dan cm. Selanjutnya diukur dan dicatat data yang ditunjukkan pada penetrometer. Hal ini dilakukan dengan tiga kali ulangan untuk etiap ukuran irip dan udut yang digunakan. Plat penekan Pengatur udut tekan Tanah awah Penetrometer Dudukan penahan Gambar. Pengukuran tahanan penetrai tanah terhadap penekanan plat Kemudian data dianalii untuk memperoleh hubungan antara gaya penekanan dan kedalaman penekanan untuk tiap udut penekanan yang berbeda. Hubungan yang diperoleh dibuat dalam peramaan regrei pada tiap udut penekanan. Peramaan ini dijadikan daar untuk melakukan perancangan roda bei beririp dalam penentuan ukuran irip (panjang dan lebar, jumlah irip dan diameter roda. Penentuan Diameter Roda Diameter roda makimum dipengaruhi oleh ruang beba pada traktor yang dibatai oleh lengan engkol mein dan implemen yang ditarik. Gambar 3. Skema penentuan ukuran roda (Hermawan dalam Cebro, 6 Berdaarkan Gambar 3 di ata, Hermawan dalam Cebro (6 menyatakan ukuran minimum jari-jari luar roda dapat ditentukan dengan menggunakan peramaan : R = H + H... 3 w t c + Di mana R w adalah jari-jari luar roda, H t adalah jari-jari gear box, H z adalah ground clearance dan adalah inkage. Diameter roda D r haru ditentukan berdaarkan diameter luar roda, tinggi irip dan poiinya terhadap rim. Diameter rim dapat ditentukan dengan peramaan berikut: D = D G... 4 r w t Di mana D w adalah diameter luar roda, G t adalah jarak ujung irip dengan rim (Hermawan dalam Cebro, 6. Penentuan Ukuran Sirip Roda Bearnya gaya akumulai reaki tanah yang dihailkan irip ditentukan oleh ukuran irip, jumlah irip yang aktif bekerja di dalam tanah, diameter erta inkage roda. Bearnya gaya terebut haru mampu untuk mengatai beban yang diberikan pada roda yang dipengaruhi oleh bobot traktor (beban vertikal dan draft implemen (beban horizontal. Hermawan dlam Cebro (6 menyatakan bahwa agar traktor bia bergerak, haru memperhatikan peryaratan berikut: gaya reaki tanah vertikal (F v haru lebih bear dari n etengah berat total traktor atau F v,5w t ; gaya reaki tanah i= horizontal (F h haru lebih bear dari penjumlahan etengah beban drawbar (F d dan gaya tahanan guling roda (F rr = W t x n C rr atau F h ( Fd + Fr. Sehingga reultan gaya reaki tanah pada i= irip (F r = (F h + F v.5. Sirip aktif didefiniikan ebagai irip yang mauk ke dalam tanah aat roda beroperai. Banyaknya irip aktif ini angat menentukan bearnya gaya angkat dan G t 475

4 AGRITECH, Vol. 34, No. 4, November 4 gaya tarik yang dihailkan oleh roda. Gaya-gaya yang bekerja pada irip aktif dapat dilihat pada Gambar 4 berikut: F r F h F h F r F r Fv F v Gambar 4. Gaya-gaya yang bekerja pada irip aktif (Hermawan dalam Cebro 6 Gambar 4 di ata menunjukkan kondii roda pada aat beroperai. Pada aat roda berinteraki dengan tanah pada kedalaman inkage ( tertentu, ada beberapa irip aktif yang bereaki untuk menghailkan gaya. Berdaarkan irip aktif terebut, maka reultan gaya yang bekerja pada maing-maing irip (F r, gaya reaki tanah vertikal (F v dan gaya reaki tanah horizontal (F h dapat ditentukan dengan peramaan berikut: F r = i = j a j= F v = F r F h = F r A T p coα inα Di mana A adalah lua irip (cm, T p adalah tahanan penekanan (kg/cm yang dapat ditentukan dengan peramaan regrei yang dibentuk dari etiap udut penekanan dengan kedalaman dan udut penekanan yang berbeda erta α adalah udut ( o yang dibentuk oleh irip terhadap tanah (Hermawan dalam Cebro, 6. Pada aat irip akan meninggalkan tanah, maka udut irip terhadap tanah > o. Untuk kondii ini, maka gaya yang bekerja pada irip dapat dilihat pada gambar 5 berikut. F r Gambar 5. Sketa udut irip terhadap tanah pada α > o (Hermawan dalam Cebro, 6 Dari gambar 5 di ata dapat dilihat bahwa gaya horizontal (F h ebear nol ehingga tidak menghailkan tori edangkan gaya vertikal (F v yang bekerja pada irip merupakan gaya yang diakibatkan oleh tekanan tanah yang berada di ata irip ehingga bear F v merupakan bearnya volume tanah yang berada di ata irip. Volume tanah dapat ditentukan dengan peramaan berikut: V t L co( P... 8 Di mana V t adalah volume tanah (cm3, P adalah panjang irip, L adalah lebar irip, α adalah udut yang dibentuk oleh irip terhadap tanah ( o. Berdaarkan jumlah irip aktif dan udut yang dibentuk oleh irip terhadap tanah pada etiap pergerakan irip, maka dapat dihitung akumulai gaya tarik dan total gaya angkat roda pada kondii tanah awah (Hermawan dalam Cebro, 6. Penentuan Jumlah Sirip Berdaarkan Gambar 4 di ata, bearnya udut juring roda yang bekerja di permukaan tanah dapat dihitung dengan peramaan berikut: jr Co ( R R r... 9 r Di mana θ jr adalah udut yang dibentuk oleh perpotongan permukaan tanah dan lingkaran roda, R r adalah jari-jari luar roda, adalah inkage (Hermawan dalam Cebro, 6. Berdaarkan nilai udut juring di ata, maka jumlah irip aktif dapat ditentukan dengan peramaan: jr J a J Di mana J a adalah jumlah irip aktif dan J adalah jumlah irip (Hermawan dalam Cebro, 6. Penentuan Bear Sinkage dan Sudut Sirip terhadap Tanah dari Sirip Aktif Menurut Hermawan dalam Cebro (6, bear udut yang dibentuk oleh irip terhadap umbu horizontal (θ dapat ditentukan ebagai berikut: a Jika jumlah irip aktif berjumlah empat (J a = 4 maka udut yang terbentuk terhadap umbu horizontal ebear:

5 AGRITECH, Vol. 34, No. 4, November 4 b Jika jumlah irip aktif berjumlah lima (J a = 5 maka udut yang terbentuk terhadap umbu horizontal ebear: b Untuk jumlah irip genap HASIL DAN PEMBAHASAN... Sedangkan udut yang dibentuk oleh etiap irip ke-n terhadap tanah dapat ditentukan dengan peramaan: n n... 3 Di mana θ n adalah bear udut yang dibentuk oleh irip terhadap umbu horizontal ke-n, θ adalah udut antar irip dan λ adalah udut irip (Hermawan dalam Cebro, 6. Menurut Hermawan dalam Cebro (6, bear ketenggelaman etiap irip aktif ( dapat ditentukan dengan peramaan yang dapat dibedakan berdaarkan jumlah irip ganjil dan jumlah irip genap ebagai berikut: a Untuk jumlah irip ganjil n =... 4 co n n... 5 Sifat fiik tanah awah yang digunakan pada aat dilakukan pengukuran gaya tahanan penetrai tanah terhadap plat dapat dilihat pada Tabel berikut. co n n co 3 n 3 n 3 n n n 3 n n n 3 co( co( co( Tabel. Sifat tanah awah pada percobaan Tekanan (kg/cm Tekanan (kg/cm Ditribui ukuran partikel (% Poroita (% Kadar air (%,3 y =,8x +,8 R² =,9877, 5, Kedalaman (a,4,3, Liat Debu Pair Dari Tabel di ata dapat ditentukan bahwa tektur tanah pada lokai penelitian adalah ilty clay loam. Hail pengukuran tahanan tanah awah terhadap penekanan plat menunjukkan bahwa emakin dalam plat mauk ke dalam tanah maka emakin bear gaya tahanan penetrai tanah terhadap plat. Hail ini dapat dilihat pada Gambar 5-9 berikut menunjukkan rata-rata hubungan kedalaman tanah terhadap tahanan tanah dengan penekanan plat pada udut o, 75 o, 6 o, 45 o dan 3 o. y =,4x +,77 R² =, Kedalaman (c Tekanan (kg/cm,4,3, Tekanan (kg/cm Tekanan (kg/cm,4,3, y =,9x +,883 R² =, Kedalaman (b,4,3, y =,3x +, R² =,8434 y =,66x + 5 R² =, Kedalaman (e Kedalaman (d Gambar 6. Tekanan plat pada udut tekan o, 75o, 6o, 45o, 3o (a, b, c, d, e dengan kadar air tanah 7.85% Dari Gambar 6 di ata menunjukkan bahwa tahanan penetrai tanah yang cenderung meningkat pada kedalaman plat 5- cm pada etiap udut penekanan plat. Traktor yang dipilih ebagai penggerak utama adalah dari jeni yanmar TF85 MLY-di. Data traktor yang akan digunakan untuk perhitungan parameter deain roda bei beririp eperti pada Tabel berikut. 477

6 AGRITECH, Vol. 34, No. 4, November 4 Tabel. Data traktor jeni yanmar TF85 MLY-di Parameter Berat total (Wt Ground clearance (Hc Sinkage ( Jari-jari daar gear box (Ht Jarak lengan engkol ke poro roda Data 5 kg 5 cm cm.5 cm 49 cm Jarak antara badan traktor dengan permukaan tanah (Hc ditentukan ebear 5 cm dengan tujuan agar pada aat beroperai badan traktor tidak akan menyentuh tanah ehingga tidak menghambat pergerakan traktor. Sedangkan kedalaman roda mauk kedalam tanah ( ditentukan ebear cm dengan tujuan agar pada aat beroperai kemungkinan roda dapat mauk kedalam tanah bia mencapai cm. Hal ini bia terjadi diebabkan oleh permukaan lapian kera tanah awah yang tidak rata. Untuk menentukan diameter makimum roda haru memperhatikan jarak lengan engkol ke poro roda dan juga ruang kepalan tangan untuk memegang engkol agar beba bergerak (diaumikan 5 cm. Sehingga jari-jari makimum roda (R max = 49 cm 5 cm = 44 cm, dan diameter makimum roda (D max = 44 cm x = 88 cm. Jari-jari roda minimum (R w dapat ditentukan ebagai berikut, R w = H t + H c + =.5 cm + 5 cm + cm = 36.5 cm dan diameter minimumnya (D min = 36.5 cm x = 73 cm. Dengan demikian, ukuran diameter roda yang dirancang berada dalam elang 73 cm ampai 88 cm. Analii penentuan jumlah irip dan ukuran irip menggunakan peramaan gaya reaki tanah terhadap irip yang aktif. Akumulai gaya yang dihailkan haru mampu mengatai berat traktor (W t dan implemen (F d yang dibawa erta gaya tahanan gelinding roda (C rr agar traktor dapat beroperai. Pada lahan awah dengan tanah liat berlumpur maka C rr ebear. (Oida, 99. Implemen yang akan ditarik adalah bajak ingkal dengan berat ebear kg. Akumulai gaya reaki tanah vertikal (F v yang dihailkan irip aktif untuk atu roda tidak boleh kurang dari.5wt =.5 x 5 kg = 5.5 kgf. Akumulai gaya reaki tanah horizontal (F h yang dihailkan irip aktif tidak boleh kurang dari F rr = W t x C rr = 5 kg x. = 5. kgf, F h =.5 x ( kg + 5. kg = 35. kgf atau F h 35. kgf (F h N dan F v 5.5 kgf (F v 3.6 N. Perhitungan prediki parameter deain roda bei beririp dapat dilakukan menggunakan peramaan 5-5 di ata dengan aumi bahwa roda bei beririp pada aat beroperai berada pada kedalaman 5 cm (inkage 5 cm. Hail perhitungan akumulai gaya yang dihailkan oleh irip aktif roda untuk dapat mengatai beban erta beberapa alternatif parameter deain roda yang dihailkan dilihat pada Tabel 3 berikut. Alaan pemilihan deain roda bei beririp yang terbaik dipengaruhi oleh dua apek yaitu deain yang diperoleh menghailkan gaya vertikal dan gaya horizontal yang dapat mengatai beban dari traktor dan implemen yang ditarik dan penggunaan bahan kontruki yang paling mnimum. Dari beberapa alternatif pilihan deain roda bei beririp, dapat dipilih beberapa deain yang memiliki gaya horizontal yang terbear eperti pada Tabel 4 berikut. Tabel 3. Prediki parameter deain roda Diameter roda Jumlah irip Sudut irip Panjang irip Lebar irip Total lua irip (cm Fv (kgf Fh (kgf

7 AGRITECH, Vol. 34, No. 4, November 4 Tabel 4. Alternatif deain roda yang terbaik Diameter roda Jumlah irip Sudut irip Panjang irip Lebar irip Total lua irip (cm Fv (kgf Fh (kgf Untuk menentukan deain paling optimum yang perlu diperhatikan adalah nilai gaya horizontal yang dihailkan haru paling bear. Semakin bear gaya horizontal maka nilai lip akan emakin kecil ehingga traki yang dihailkan akan emakin bear. Ciptohadijoyo 993 menyatakan bahwa nilai traki yang tinggi akan dapat meningkatkan nilai koefiien traki dan efiieni traki dari traktor pertanian terebut, ehingga ecara tekni maupun ekonomi penggunaannya akan lebih menguntungkan. Dari alternatif pilihan deain pada Tabel 4 di ata, deain roda yang optimum adalah roda dengan diameter luar roda 84 cm, jumlah irip, udut irip 45 o, panjang irip 35 cm dan lebar irip cm. Gaya vertikal yang dihailkan oleh roda ebear 6. kgf edangkan gaya vertikal yang diberikan oleh traktor kepada roda ebear 5.5 kgf. Demikian juga dengan beban horizontal yang dihailkan oleh roda ebear 54.4 kgf edangkan beban horizontal yang akan ditarik oleh roda ebear 35. kgf. Dengan demikian deain roda ini dapat dipilih dengan alaan bahwa gaya vertikal yang dihailkan dapat mengatai beban traktor dan gaya horizontal dapat mengatai beban untuk menarik bajak ingkal. Selanjutnya pemilihan deain dengan penggunaan bahan kontruki yang paling minimum dilakukan yaitu dengan menentukan lua irip yang minimum. Dari alternatif pilihan deain pada Tabel 4 di ata, deain roda yang memiliki total lua irip yang paling kecil adalah deain roda dengan diameter luar roda 84 cm, jumlah irip, udut irip 4 o, panjang irip 3 cm dan lebar irip cm yaitu ebear 37 cm Dengan aumi bahwa ukuran diameter rim dan tebal irip adalah ama untuk etiap alternatif ukuran deain yang diperoleh. Menurut Sakai 998, roda bei beririp yang digunakan di lahan awah memiliki irip yang lebih lebar dan jumlahnya lebih edikit dibanding dengan roda bei beririp untuk lahan kering. Karena jarak irip-irip lebih lebar, atau jarak ujung irip lebih panjang, dan jumlah iri-irip lebih edikit, maka angat efektif untuk mencegah bongkah-bongkah tanah menempel atau terperangkap di antara irip. KESIMPULAN. Data pengukuran gaya reaki tanah terhadap plat dengan menggunakan penetrometer di awah dapat digunakan untuk mendeain roda bei beririp.. Berdaarkan hail perhitungan, untuk meningkatkan efiieni traki maka deain roda yang direkomendaikan untuk digunakan pada lahan awah di Dea Situ Gede Bogor, Jawa Barat adalah jumlah irip, udut irip 45 o, lebar irip cm, panjang irip 35 cm, diameter luar roda 84 cm. 3. Deain roda yang dipilih mempertimbangkan gaya reaki yang dihailkan roda dapat mengatai beban vertikal dan beban horizontal erta penggunaan bahan yang minimum. 4. Berdaarkan hail perhitungan, deain roda yang direkomendaikan adalah valid jika digunakan pada lahan awah pada tektur tanah ilty clay loam dengan kadar air 7.85%. DAFTAR PUSTAKA Ciptohadijoyo, S Upaya peningkatan traki pada traktor. Agritech : 6-6. Hermawan, H., Yamazaki, M. dan Oida, H Experimental analyi of oil reaction on a lug of a movable lug wheel. Journal of Terramechanic 35(: Hermawan, W. (. Aplikai pengukuran tahanan tanah terhadap penekanan plat dalam penentuan parameter deain roda bei beririp untuk lahan awah. Proiding Seminar Naional Perhimpunan Teknik Pertanian Indoneia. Halaman Hettiaratchi, D.R.P., Witney, B.D. dan Reece, R The calculation of paiv preure in two-dimenional oil failure. Journal of Agricultural Engineering Reearch (: Liljedahl, J.B., Turnquit, P.K., Smith, D.W. dan Hoki, M Tractor and Their Power Unit. Van Notrand 479

8 AGRITECH, Vol. 34, No. 4, November 4 Reinhold 5 Fifth Avenue New York, New York 3. Oida, A. 99. Terramechanic. Departemen of Agricultural Engineering Faculty of Agriculture Kyoto Univerity. Kyoto, 66- Japan. Sakai, J., Sitompul, R.G., Sembiring, E.N., Setiawan, R.P.A., Suatawa, I.N. dan Mandang, T Traktor -Roda. Laboraorium Alat dan Mein Budidaya Pertanian. Juruan Teknik Pertanian. Fakulta Teknologi Pertanian. Intitut Pertanian Bogor, Bogor. Salokhe, V.M., Manzoor, S., Gee-Clough, D. 9. Pull and Lift Force Acting on Single Cage Wheel Lug. Journal of Terramechanic 7: Watyotha dan Salokhe, V.M. (. Pull, lift and ide force characteritic of cage wheel with oppoing circumferential lug. Soil and Tillage Reearch 6(:

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lebar Jalan Rel Lebar jalan rel adalah jarak minimum kedua ii kepala rel yang diukur pada 0-14 mm dibawah permukaan terata rel. Berdaarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

Lebih terperinci

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya. MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru

Lebih terperinci

ISSN No Vol.23, No.2, OKtober 2009

ISSN No Vol.23, No.2, OKtober 2009 ISSN No. 0216-3365 Vol.23, No.2, OKtober 2009 Jurnal Keteknikan Pertanian merupakan publikasi resmi Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA) yang didirikan 10 Agustus 1968 di Bogor, berkiprah dalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibaha mengenai perancangan dan realiai dari kripi meliputi gambaran alat, cara kerja ytem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara kerja

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikai pada Laboratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Tondy Zulfadly Ritonga, Syamul Amien Konentrai Teknik

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI

PENAKSIR VARIANSI POPULASI YANG EFISIEN PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI PENAKIR VARIANI POPLAI YANG EFIIEN PADA AMPLING ACAK EDERHANA MENGGNAKAN KOEFIIEN REGREI Neneng Gutiana Rutam Efendi Harion Mahaiwa Program Matematika Doen Juruan Matematika Fakulta Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE)

PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE) Abtrak MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE) Anton Suila L2F 399366 Juruan Teknik Elektro Fakulta Teknik Univeita Diponegoro Sermarang 2004

Lebih terperinci

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI TOPIK: ENERGI DN TRNSFER ENERGI SOL-SOL KONSEP: 1 Ketika ebuah partikel berotai (berputar terhadap uatu umbu putar tertentu) dalam uatu lingkaran, ebuah gaya bekerja padanya mengarah menuju puat rotai.

Lebih terperinci

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L F108 Simulai Springback pada Laer Beam dan Rotary Draw untuk Pipa AISI 304L Adnan Syadidan, Ma Irfan P. Hidayat, dan Wikan Jatimurti Departemen Teknik Material, Fakulta Teknologi Indutri, Intitut Teknologi

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG TUNGGAL MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA SONDIR

PERHITUNGAN KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG TUNGGAL MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA SONDIR PERHITUNGAN KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG TUNGGAL MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA SONDIR R.Harya Dananjaya H I 1) ; Noegroho Djarwanti 2) ; R.A. Dinati Purnomo P S 3) 1),2) Doen Pembimbing Skripi 3)

Lebih terperinci

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi Bola Nirgeekan: Analii Hukum Keletarian Pua pada Peritiwa Tumbukan Dua Dimeni Akhmad Yuuf 1,a), Toni Ku Indratno 2,b) 1,2 Laboratorium Teknologi Pembelajaran Sain, Fakulta Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS Chairul Muhari Doen Juruan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Email : ch_muhari@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK TANAH DAN STABILITAS LERENG FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LANCANG KUNING

ANALISIS KARAKTERISTIK TANAH DAN STABILITAS LERENG FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LANCANG KUNING Jurnal Teknik Sipil Siklu, Vol. 2, No. 2, Oktober 2016 ANALISIS KARAKTERISTIK TANAH DAN STABILITAS LERENG FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LANCANG KUNING Zainuri Program Studi Teknik Sipil Univerita Lancang

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

Lentur Pada Balok Persegi

Lentur Pada Balok Persegi Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah Kode SKS : Peranangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Lentur Pada Balok Peregi Pertemuan 4,5,6,7 Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Sub Pokok

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga Sudaryatno Sudirham Analii Keadaan Mantap angkaian Sitem Tenaga ii BAB 4 Motor Ainkron 4.. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah a atu jeni

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA.1. Secara Umum Motor-motor pada daarnya digunakan ebagai umber beban untuk menjalankan alat-alat tertentu atau membantu manuia dalam menjalankan pekejaannya ehari-hari,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TUNING PARAMETER KONTROLER PD MENGGUNAKAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC

PERBANDINGAN TUNING PARAMETER KONTROLER PD MENGGUNAKAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC , Inovtek, Volume 6, Nomor, April 26, hlm. - 5 PERBANDINGAN TUNING PARAMETER ONTROLER PD MENGGUNAAN METODE TRIAL AND ERROR DENGAN ANALISA GAIN PADA MOTOR SERVO AC Abdul Hadi PoliteknikNegeriBengkali Jl.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham Motor Ainkron Oleh: Sudaryatno Sudirham. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah atu jeni yang banyak dipakai adalah motor ainkron atau motor

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik TEKNOLOGI BETON Sifat Fiik dan Mekanik Beton, ejak dulu dikenal ebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduki ecara lokal, relatif kaku, dan ekonomi. Agar menghailkan

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR ANALSS SMULAS SARNG MOOR NDUKS ROOR SANGKAR DENGAN AUORANSFORMAOR Aprido Silalahi, Riwan Dinzi Konentrai eknik Energi Litrik, Departemen eknik Elektro Fakulta eknik Univerita Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya

Lebih terperinci

ANALISA NUMERIK GERAKAN DAN KEKUATAN KAPAL AKIBAT BEBAN SLAMMING PADA KAPAL PERANG TIPE CORVETTE

ANALISA NUMERIK GERAKAN DAN KEKUATAN KAPAL AKIBAT BEBAN SLAMMING PADA KAPAL PERANG TIPE CORVETTE ANALISA NUMERIK GERAKAN DAN KEKUATAN KAPAL AKIBAT BEBAN SLAMMING PADA KAPAL PERANG TIPE CORVETTE Teguh Putranto 1, Arie Sulietyono 1,) Juruan Teknik Perkapalan, Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Email

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS PENGARUH PERAWAAN KOMPRESOR DENGAN MEODE CHEMICAL WASH ERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS URBIN GAS dan KARAKERISIK ALIRAN ISENROPIK PADA URBIN IMPULS GE MS 600B di PERAMINA UP III PLAJU Imail hamrin, Rahmadi

Lebih terperinci

TORTUOSITAS PADA MODEL 3D BATUAN BERPORI

TORTUOSITAS PADA MODEL 3D BATUAN BERPORI TORTUOSITAS PADA MODEL 3D BATUAN BERPORI Firmanyah 1*), Selly Feranie 1, Fourier D.E. Latief 2, Prana F. L. Tobing 1 1 Laboratorium Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antarika Juruan Pendidikan Fiika FPMIPA UPI,

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI

ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI Nanang Endriatno Staf Pengajar Program Studi Teknik Mein Fakulta Teknik Univerita Halu Oleo, Kendari

Lebih terperinci

Kinerja Roda Besi Bersirip Gerak Dengan Mekanisme Sirip Berpegas

Kinerja Roda Besi Bersirip Gerak Dengan Mekanisme Sirip Berpegas Technical Paper Kinerja Roda Besi Bersirip Gerak Dengan Mekanisme Sirip Berpegas Performance of a movable lug wheel with spring mechanism Wawan Hermawan 1 Abstract Two sets of movable lug wheel with spring

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Perenanaan Geometrik Jalan Perenanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perenanaan jalan yang difokukan pada perenanaan bentuk fiik jalan ehingga dihailkan jalan yang dapat

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI

BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI 3.1 UMUM Parameter yang digunakan dalam mengukur tingkat penyaluran/penyampaian tenaga litrik dari penyedia tenaga litrik ke konumen adalah efiieni, efiieni yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Doen Riet Operaional rogram Studi Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia ertamakali dipublikaikan pada tahun 909 oleh Agner Kraup Erlang yang mengamati maalah kepadatan penggunaan telepon

Lebih terperinci

STEP RESPONS MOTOR DC BY USING COMPRESSION SIGNAL METHOD

STEP RESPONS MOTOR DC BY USING COMPRESSION SIGNAL METHOD STEP RESPONS MOTOR DC BY USING COMPRESSION SIGNAL METHOD Satrio Dewanto Computer Engineering Department, Faculty of Engineering, Binu Univerity Jl.K.H.Syahdan no 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 dewanto@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo, Departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TRAKTOR TANGAN Traktor tangan (hand tractor) merupakan sumber penggerak dari implemen (peralatan) pertanian. Traktor tangan ini digerakkan oleh motor penggerak dengan daya yang

Lebih terperinci

TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON. Sebuah bola karet dijatuhkan ke atas lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bola itu memantul?

TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON. Sebuah bola karet dijatuhkan ke atas lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bola itu memantul? SOAL-SOAL KONSEP TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON Sebuah bla karet dijatuhkan ke ata lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bla itu memantul? Mlekul-mlekul pada lantai melawan/menlak bla aat menumbuk lantai dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian quai experimental. Deain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah kondii alami dengan kepadatan rendah hingga edang cenderung mengalami deformai yang bear bila dilintai beban berulang kendaraan. Untuk itu, dibutuhkan uatu truktur

Lebih terperinci

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG

BAB VII PERENCANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG GROUP BAB VII PERENANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG 7. Perenanaan Balok Induk Portal Melintang Perenanaan balok induk meliputi perhitungan tulangan utama, tulangan geer/ engkang, tulangan badan, dan

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA) STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA BAB MOTOR NDUKS SATU HASA.. KONSTRUKS MOTOR NDUKS SATU HASA Kontruki motor induki atu phaa hampir ama dengan motor induki phaa banyak, yaitu terdiri dari dua bagian utama yaitu tator dan rotor. Keduanya

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Konsep Letak Kedudukan Akar

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Konsep Letak Kedudukan Akar Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI Konep Letak Kedudukan Akar Konep ketabilan, dapat dijelakan melalui pandangan ebuah kerucut lingkaran yang diletakkan tegak diata bidang datar. Bila kerucut

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB Jurnal Reaki (Journal of Science and Technology) Juruan Teknik imia oliteknik Negeri Lhokeumawe Vol.6 No.11, Juni 008 SSN 1693-48X ERANCANGAN SSTEM ENGENDAL D DENGAN BANTUAN METODE SMULAS SOFTWARE MATLAB

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

Analisis Tegangan dan Regangan

Analisis Tegangan dan Regangan Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Analii Tegangan dan Regangan Pertemuan 1, 13 Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip TIU : Mahaiwa dapat menganalii

Lebih terperinci

4 Analisis Struktur Dermaga Eksisting

4 Analisis Struktur Dermaga Eksisting Bab 4 4 Analii Struktur Dermaga Ekiting Penanganan Keruakan Dermaga Studi Kau Dermaga A I Pelabuhan Palembang 4.1 Umum Anali truktur dermaga ekiting dengan menggunakan perangkat lunak Structural Analyi

Lebih terperinci

SIMULASI KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PROGRAM MATLAB

SIMULASI KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PROGRAM MATLAB 36 SIULASI KAAKTEISTIK OTO INDUKSI TIGA FASA BEBASIS POGA ATLAB Yandri Juruan Teknik Elektro, Fakulta Teknik Univerita Tanjungpura E-mail : yandri_4@yahoo.co.id Abtract otor uki angat lazim digunakan pada

Lebih terperinci

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice NLISIS PENGONTROL TEGNGN TIG FS TERKENDLI PENUH DENGN BEBN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNKN PROGRM PSpice Heber Charli Wibiono Lumban Batu, Syamul mien Konentrai Teknik Energi Litrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar Kompeteni Daar Dengan kata lain uaha yang dilakukan Fatur ama dengan nol. Menganalii konep energi, uaha, hubungan uaha dan perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyeleaikan permaalahan gerak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konep Daar Beton Bertulang Beton bertulang adalah beton ang ditulangi dengan lua dan jumlah tulangan ang tidak kurang dari nilai minimum, ang diaratkan dengan atau tanpa

Lebih terperinci

3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH

3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH Penetapan Berat Volume Tanah 25 3. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH Fahmuddin Agu, Rahmah Dewi Yutika, dan Umi Haryati 1. PENDAHULUAN Berat volume tanah merupakan alah atu ifat fiik tanah yang paling ering

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN

SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN Sitem Pengendali Aru Start Motor Induki Phaa Tiga dengan Variai Beban SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN Oleh : Yunita, ) Hendro Tjahjono ) ) Teknik Elektro UMSB

Lebih terperinci

Analisis Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa

Analisis Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa ELEKTRIKA Volume 01, Nomor 01, September 017 ISSN: 597-796 Analii Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induki 3 Faa Bambang Prio Hartono dan Eko Nurcahyo Program Teknik Litrik Diploma

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

PENGARUH DURASI SERANGAN GELOMBANG TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN LAPIS LINDUNG PEMECAH GELOMBANG. Ida Bagus Agung

PENGARUH DURASI SERANGAN GELOMBANG TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN LAPIS LINDUNG PEMECAH GELOMBANG. Ida Bagus Agung PENGARU DURASI SERANGAN GELOMBANG TERADAP TINGKAT KERUSAKAN LAPIS LINDUNG PEMECA GELOMBANG Ida Bagu Agung Fakulta Teknik, Univerita Sarjanawiyata Tamaniwa Email: idabaguagung @ yahoo.com ABSTRACT thi reearch

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian ini dilakanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kela VII emeter genap Tahun Pelajaran 0/0, SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung memiliki jumlah

Lebih terperinci

ANALISA VARIASI BENTUK BILGE KEELS SEBAGAI ALAT PASIF UNTUK MEREDAM GERAK ROTASI DARI STRUKTUR PONTOON

ANALISA VARIASI BENTUK BILGE KEELS SEBAGAI ALAT PASIF UNTUK MEREDAM GERAK ROTASI DARI STRUKTUR PONTOON ANALISA VARIASI BENTUK BILGE KEELS SEBAGAI ALAT PASIF UNTUK MEREDAM GERAK ROTASI DARI STRUKTUR PONTOON Emma Patricia Bangun 1, Chien Ming Wang 2 1 Departemen Teknik Sipil, Univerita Sumatera Utara, Jl.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena ingin mengetahui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena ingin mengetahui 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena ingin mengetahui perbedaan hail belajar matematika iwa menggunakan trategi team teaching dan trategi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH)

RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROIRO (PLTM) Fifi ety Sholihah, Ir. Joke Pratilatiaro, MT. Mahaiwa Juruan Teknik Elektro Indutri, PENS-ITS, Surabaya,Indoneia, e-mail: pipipiteru@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (AC) yang paling luas

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (AC) yang paling luas BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA. Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

PERANCANGAN BEBAN DORONG PADA BOX UNDERPASS. Sulardi 1 Sigit Dwi Prasetyo 2

PERANCANGAN BEBAN DORONG PADA BOX UNDERPASS. Sulardi 1 Sigit Dwi Prasetyo 2 PERNCNGN BEBN DORONG PD BOX UNDERPSS Sulardi 1 Sigit Dwi Praeto 1, Juruan Teknik Sipil, Fakulta Teknik Sipil & Perencanaan, Univerita Gunadarma 1, Jalan ke Kelapa Dua Kampu G Univerita Gunadarma Depok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian

Lebih terperinci

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?

Lebih terperinci

PERANCANGAN BEBAN DORONG PADA BOX UNDERPASS

PERANCANGAN BEBAN DORONG PADA BOX UNDERPASS PERNCNGN BEBN DORONG PD BOX UNDERPSS 1 Sigit Dwi Praeto Email: igitdepe@gmail.com JuruanTeknikSipil, FakultaTeknikSipildanPerencanaan UniveritaGunadarma, Jakarta Sulardi Email: lardiardi@ahoo.com : ardi@atff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR. Oleh: GINA AGUSTINA F

SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR. Oleh: GINA AGUSTINA F SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR Oleh: GINA AGUSTINA F14102037 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR DESAIN RODA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN. i SAMPUL DALAM... ii PRASYARAT GELAR. iii LEMBAR PERSETUJUAN.. iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI.. v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii RINGKASAN. ix

Lebih terperinci

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT

BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT BAB VII. EVAPORATOR DASAR PERANCANGAN ALAT Ukuran utama kinerja evaporator adalah kapaita dan ekonomi. Kapaita didefiniikan ebagai jumlah olvent yang mampu diuapkan per atuan lua per atuan Waktu. Sedangkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK Yenny Nurchaanah 1*, Muhammad Ujianto 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakulta Teknik, Univerita

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Prosedur Plot Tempat Kedudukan Akar

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Prosedur Plot Tempat Kedudukan Akar Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI Proedur Plot Tempat Kedudukan Akar Sub Pokok Bahaan Anda akan belajar. Proedur plot Letak Kedudukan Akar. Proedur plot dengan bantuan Matlab Pengantar.

Lebih terperinci

ANALISA HASIL UJI RANGKAIAN PENGENDALI SCR UNTUK CATU DAYA NITRIDASI PLASMA DOUBLE CHAMBER

ANALISA HASIL UJI RANGKAIAN PENGENDALI SCR UNTUK CATU DAYA NITRIDASI PLASMA DOUBLE CHAMBER ISSN 4-349 Volume 3, Januari 202 ANALISA HASIL UJI RANGKAIAN PENGENDALI SCR UNTUK CATU DAYA NITRIDASI PLASMA DOUBLE CHAMBER Saefurrochman dan Suprapto Puat Teknologi Akelerator dan Proe Bahan-BATAN, Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA. beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan

BAB III PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA. beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan BAB III PAAMETE DAN TOSI MOTO INDUKSI TIGA FASA 3.1. Parameter Motor Induki Tiga Faa Parameter rangkaian ekivalen dapat dicari dengan melakukan pengukuran pada percobaan tahanan DC, percobaan beban nol,

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 791-800 Online di: http://ejournal-1.undip.ac.id/index.php/gauian ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH

Lebih terperinci

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan Evaluai Hail Pelakanaan Teknologi Modifikai Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analii Data Curah Hujan Budi Haroyo 1, Untung Haryanto 1, Tri Handoko Seto 1, Sunu Tikno 1, Tukiyat 1, Samul Bahri 1 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DAN TORSI PADA MOTOR INDUKSI

ANALISIS DAYA DAN TORSI PADA MOTOR INDUKSI SEMINAR NASIONAL V YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 009 ISSN 978-076 ANALISIS DAYA DAN TORSI PADA MOTOR INDUKSI SUYAMTO Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Naional Jl. Babarari Kotak Po 60 YKBB

Lebih terperinci

Simulasi dan Deteksi Hubung Singkat Impedansi Tinggi pada Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Urutan Negatif

Simulasi dan Deteksi Hubung Singkat Impedansi Tinggi pada Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Urutan Negatif Simulai dan Deteki Hubung Singkat Impedani Tinggi pada Stator Motor Induki Menggunakan Aru Urutan Negatif Muhammad Amirul Arif 0900040. Doen Pembimbing :. Dima Anton Afani, ST., MT., Ph. D.. I G. N. Satriyadi

Lebih terperinci

ANALISA KEANDALAN TERHADAP PENURUNAN PADA PONDASI JALUR

ANALISA KEANDALAN TERHADAP PENURUNAN PADA PONDASI JALUR Analia Keandalan terhadap enurunan pada ondai Jalur ANALIA KANDALAN TRHADA NURUNAN ADA ONDAI JALUR Juruan Teknik ipil UU Abtrak: erencanaan ecara tradiional dari pondai jalur (trip footing) untuk tanah

Lebih terperinci