PENGGUNAAN LINEAR PROGRAMMING DALAM PENENTUAN WILAYAH PEMASARAN BERAS DI KALIMANTAN TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN LINEAR PROGRAMMING DALAM PENENTUAN WILAYAH PEMASARAN BERAS DI KALIMANTAN TIMUR"

Transkripsi

1 EPP.Vol.4.No.1.27: PENGGUNAAN LINEAR PROGRAMMING DALAM PENENTUAN WILAYAH PEMASARAN BERAS DI KALIMANTAN TIMUR (Utilization Linear Prograing to Estiate Rice Marketing Area at East Kaliantan) Karini Progra Studi Ekonoi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawaran, Saarinda Telp : (541) ; Eail: kar_ini@telko.net ABSTRACT Province of East Kaliantan has 13 regency/unicipality which widely spread at whole territory. Soe regency/unicipality are area and the others are slack area. Sellers have soe choice of rice arketing area fro rice production area. Cost of transportation is ain of consideration in decide rice distribution because influence of distribution area. Linear prograing is ethod that used to arrange of distribution fro production area to deand area which allocation. The ai of this research was to use linear prograing in estiation rice arketing area include all regency/unicipality in East Kaliantan. This research was held fro April to October 26 at Saarinda, Province of East Kaliantan. Secondary data used in this research. Estiation of rice allocation that ust be distribution based on transportation odel. Method to estiate of rice arketing area in East Kaliantan with arranged rank of regency/unicipality based on rice allocation. The result of this research showed that linear prograing can used to estiate rice arketing area in East Kaliantan based on rice allocation. Kata kunci: linear prograing, arketing area, allocation. PENDAHULUAN Kaliantan Tiur eiliki potensi suberdaya ala dan anusia yang berperan dala pebangunan nasional. Data Biro Pusat Statistik enunjukkan bahwa pada tahun 23, luas wilayah Kaliantan Tiur adalah k 2 dengan julah penduduk jiwa. Propinsi Kaliantan Tiur terdiri dari 13 kabupaten/kota yang tersebar di seluruh wilayah. Beberapa daerah apu eproduksi beras dala julah besar elebihi kebutuhan penduduk daerah tersebut sedangkan kabupaten/kota lain eproduksi beras tetapi hasil produksinya lebih kecil dari julah kebutuhan beras asyarakat daerah tersebut. Pada tahun 23 tingkat produksi beras Kabupaten Kutai dan Pasir Utara adalah ,55 ton dan 2249,45 ton, produksi beras di kedua kabupaten ini elebihi kebutuhan beras penduduknya (63.96 ton dan ton), sedangkan Kota Balikpapan dan Saarinda hanya enghasilkan 172 ton dan ton di ana kebutuhan beras (57.33 ton dan ton) lebih kecil dari produksi yang dihasilkan (Badan Pusat Statistik Kaliantan Tiur, 23). Cara yang dapat dilakukan untuk engatasi ketidakseibangan produksi dan kebutuhan beras adalah dengan elakukan proses distribusi. Distribusi beras dilakukan untuk easarkan beras hasil produksi suatu kabupaten/kota ke konsuen di daerah tersebut dan distribusi dapat dilakukan pula untuk easarkan kelebihan beras ke kabupaten/kota lain yang ada disekitarnya. Para lebaga peasaran dihadapkan pada beberapa pilihan wilayah tujuan peasaran beras dari beberapa wilayah suber produksi beras. Biaya transfortasi enjadi bahan pertibangan utaa dala proses pengabilan keputusan tentang distribusi beras karena akan epengaruhi wilayah distribusi. Metode transfortasi erupakan suatu etode yang digunakan untuk engatur distribusi dari suber-suber yang enyediakan produk yang saa ke tepat-tepat yang ebutuhkan secara. produk harus diatur sedeikian rupa karena terdapat perbedaan biaya-biaya alokasi dari satu suber ke tepattepat tujuan berbeda-beda dan dari beberapa suber ke suatu tepat tujuan juga berbedabeda. Salah satu etode transfortasi adalah dengan enggunakan linear prograing. Linear prograing adalah suatu odel uu yang dapat digunakan dala peecahan asalah pengalokasian suber-suber yang terbatas secara. Penelitian ini bertujuan untuk enggunakan linear prograing dala penentuan wilayah peasaran beras yang eliputi seluruh kabupaten/kota yang ada di Kaliantan Tiur.

2 Penggunaan Linear Prograing dala Penentuan Wilayah Peasaran Beras di Kaliantan Tiur (Karini) 33 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sapai dengan Oktober 26 dengan lokasi di Saarinda, Provinsi Kaliantan Tiur. Data yang digunakan dala penelitian ini eliputi data sekunder. Penentuan wilayah tujuan peasaran beras ditentukan elalui tahapan kegiatan analisis data sebagai berikut: 1. Pebuatan tabel transfortasi (Tabel 1). Ka pasitas -rinda Balikpapan... Malinau Kebutuhan X aa C aa X ba C ba X a C a B a V a X ab C ab X bb C bb X b C b B b V b Tabel 1. Tabel transfortasi. Suber Saa -rinda Balikpapan Saa Malinau. X a C a X b C b X C B V A a U a A b U b A U 2. Perhitungan biaya pengangkutan. Ruus biaya pengangkutan adalah: C = Q. P di ana: C = biaya pengangkutan ; Q = julah beras yang diangkut ; P = biaya transfortasi ; 3. Perhitungan kapasitas produksi beras setiap kabupaten/kota. Kapasitas produksi beras setiap kabupaten/kota dihitung enggunakan ruus: U = P x 65% di ana: U P = kapasitas produksi ; = produksi padi ladang dan padi sawah ; 65%= faktor konversi untuk erubah produksi padi dala bentuk kering giling enjadi beras (Badan Pusat Statistik Kaliantan Tiur, 23). 4. Perhitungan kebutuhan beras setiap kabupaten/kota. Ruus untuk enghitung kebutuhan beras adalah: KB = JP x 133 kg di ana: KB = kebutuhan beras ; JP = julah penduduk (jiwa); 133 kg = kebutuhan beras per orang per tahun enurut BPS. 5. Pebuatan odel ateatis linear prograing. Menurut Subagyo dkk (2), odel peruusan asalah transfortasi Peruusan asalah kalau kebutuhan lebih besar dari kapasitas. Fungsi tujuan: Miniukan Z n Batasan-batasan : n (1) j 1 i 1 j 1 C ij X X ij A i (i= a,b ) (2) X ij i 1 B j (j=a,b,,n) (3) X ij > di ana: i = noor suber dari suber a, b ; j = noor tepat tujuan ulai ke a,b, n; X ij =banyak barang yang dikirkan dari suber i ke tepat tujuan i; C ij = ongkos angkut setiap satuan dari i ke j; Batasan 1 = batasan kapasitas tersedianya barang dari setiap suber; Batasan 2 = batasan kebutuhan di tepattepat tujuan; Batasan 3 = batasan tidak negatif. 6. Penentuan alokasi beras yang. Penentuan alokasi dilakukan dengan eecahkan persoalan odel ateatis linear prograing di atas. 7. Penentuan wilayah peasaran beras di Kaliantan Tiur. Wilayah peasaran beras di Kaliantan Tiur ditentukan dengan cara enyusun rangking wilayah kabupaten/kota berdasarkan tingkat alokasi beras yang. Kabupaten/kota yang enduduki rangking teratas adalah wilayah peasaran beras yang lebih utaa dibandingkan dengan kabupaten/kota yang enduduki peringkat dibawahnya. ij

3 EPP.Vol.4.No.1.27: HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini diasusikan pedagang besar eiliki 13 keungkinan daerah suber beras dan 13 daerah tujuan peasaran sehingga terdapat 169 keungkinan/kobinasi biaya. Fungsi tujuan diruuskan untuk encari dan enghitung biaya transfortasi yang paling kecil dari berbagai keungkinan yang ada. Usaha untuk einiisasi biaya transfortasi enghadapi berbagai kendala. Pada penelitian ini kegiatan peasaran beras dari satu kabupaten/kota ke kabupaten/kota lain enghadapi 27 kendala dan 1 kendala non negative. Kendala kapasitas produksi beras berjulah 13 buah dan 1 buah kendala duy. Kendala kebutuhan beras penduduk diruuskan dala 13 odel persaaan ateatis. Fungsi kendala duy diperlukan untuk enyeibangkan kapasitas produksi dan kebutuhan beras oleh penduduk. Model ateatis dan kendala dala penelitian ini adalah: Miniisasi5Xan+163Xao+2Xap+375Xaq+163Xar+1Xas+2 Xat+5Xau+875Xav+163Xaw+225Xax+3Xay+25Xaz+82 Xbn+5Xbo+7Xbp+212Xbq+245Xbr+182Xbs+282Xbt+582Xbu+9 55Xbv+1145Xbw+2332Xbx+382Xby+2582Xbz+1Xcn+4Xco+ 35Xcp+175Xcq+263Xcr+2Xcs+3Xct+6Xcu+975Xcv+1163 Xcw+235Xcx+31Xcy+26Xcz+188Xdn+16Xdo+88Xdp+4X dq+351xdr+288xds+388xdt+688xdu+163xdv+1251xdw+2438x dx+3188xdy+2588xdz+82xen+123xeo+132xep+176xeq+5xer+ 163Xes+1Xet+582Xeu+713Xev+91Xew+288Xex+2838Xey+2 238Xez+5Xfn+91Xfo+1Xfp+144Xfq+82Xfr+35Xfs+3Xft+6 Xfu+975Xfv+1163Xfw+235Xfx+31Xfy+25Xfz+1Xgn+14 1Xgo+15Xgp+194Xgq+5Xgr+15Xgs+4Xgt+6Xgu+775Xgv+ 963Xgw+215Xgx+29Xgy+23Xgz+25Xhn+291Xho+3Xhp +344Xhq+291Xhr+3Xhs+3Xht+25Xhu+1125Xhv+1313Xhw+2 5Xhx+325Xhy+265Xhz+438Xin+479Xio+488Xip+532Xiq+35 7Xir+488Xis+388Xit+938Xiu+25Xiv+188Xiw+1375Xix+2125Xiy+ 1525Xiz+532Xjn+573Xjo+582Xjp+626Xjq+545Xjr+582Xjs+576Xj t+132xju+188xjv+4xjw+1563xjx+1937xjy+1437xjz+1813xkn +1976Xko+213Xkp+2188Xkq+1732Xkr+1863Xks+1763Xkt+2313 Xku+1375Xkv+1563Xkw+65Xkx+15Xky+125Xkz+2563Xln+2 726Xlo+2763Xlp+2938Xlq+24Xlr+2463Xls+2363Xlt+263Xlu+ 2125Xlv+2Xlw+75Xlx+5Xly+5Xlz+1963Xn+24Xo+ 213Xp+257Xq+1882Xr+213Xs+1913Xt+2463Xu+1 525Xv+1437Xw+125Xx+5Xy+85Xz+X1n+X1o+X 1p+X1q+X1r+X1s+X1t+X1u+X1v+X1w+X1x+X1y+X 1z Kendala Xan+Xao+Xap+Xaq+Xar+Xas+Xat+Xau+Xav+Xaw+Xax+Xay+Xa z=16588 Xbn+Xbo+Xbp+Xbq+Xbr+Xbs+Xbt+Xbu+Xbv+Xbw+Xbx+Xby+ Xbz=9815 Xcn+Xco+Xcp+Xcq+Xcr+Xcs+Xct+Xcu+Xcv+Xcw+Xcx+Xcy+Xc z= Xdn+Xdo+Xdp+Xdq+Xdr+Xds+Xdt+Xdu+Xdv+Xdw+Xdx+Xdy+ Xdz= Xen+Xeo+Xep+Xeq+Xer+Xes+Xet+Xeu+Xev+Xew+Xex+Xey+Xe z=38675 Xfn+Xfo+Xfp+Xfq+Xfr+Xfs+Xft+Xfu+Xfv+Xfw+Xfx+Xfy+Xfz= Xgn+Xgo+Xgp+Xgq+Xgr+Xgs+Xgt+Xgu+Xgv+Xgw+Xgx+Xgy+ Xgz=26195 Xhn+Xho+Xhp+Xhq+Xhr+Xhs+Xht+Xhu+Xhv+Xhw+Xhx+Xhy+ Xhz= Xin+Xio+Xip+Xiq+Xir+Xis+Xit+Xiu+Xiv+Xiw+Xix+Xiy+Xiz= Xjn+Xjo+Xjp+Xjq+Xjr+Xjs+Xjt+Xju+Xjv+Xjw+Xjx+Xjy+Xjz= Xkn+Xko+Xkp+Xkq+Xkr+Xks+Xkt+Xku+Xkv+Xkw+Xkx+Xky+ Xkz= Xln+Xlo+Xlp+Xlq+Xlr+Xls+Xlt+Xlu+Xlv+Xlw+Xlx+Xly+Xlz= Xn+Xo+Xp+Xq+Xr+Xs+Xt+Xu+Xv+Xw+Xx +Xy+Xz= X1n+X1o+X1p+X1q+X1r+X1s+X1t+X1u+X1v+X1w+X1x+X1y+ X1z= Xan+Xbn+Xcn+Xdn+Xen+Xfn+Xgn+Xhn+Xin+Xjn+Xkn+Xln+X n+x1n<= Xao+Xbo+Xco+Xdo+Xeo+Xfo+Xgo+Xho+Xio+Xjo+Xko+Xlo+X o+x1o<= Xap+Xbp+Xcp+Xdp+Xep+Xfp+Xgp+Xhp+Xip+Xjp+Xkp+Xlp+X p+x1p<= Xaq+Xbq+Xcq+Xdq+Xeq+Xfq+Xgq+Xhq+Xiq+Xjq+Xkq+Xlq+X q+x1q<= Xar+Xbr+Xcr+Xdr+Xer+Xfr+Xgr+Xhr+Xir+Xjr+Xkr+Xlr+Xr+X 1r<= Xas+Xbs+Xcs+Xds+Xes+Xfs+Xgs+Xhs+Xis+Xjs+Xks+Xls+Xs+ X1s<= Xat+Xbt+Xct+Xdt+Xet+Xft+Xgt+Xht+Xit+Xjt+Xkt+Xlt+Xt+X1t <= Xau+Xbu+Xcu+Xdu+Xeu+Xfu+Xgu+Xhu+Xiu+Xju+Xku+Xlu+X u+x1u<= Xav+Xbv+Xcv+Xdv+Xev+Xfv+Xgv+Xhv+Xiv+Xjv+Xkv+Xlv+X v+x1v<= Xaw+Xbw+Xcw+Xdw+Xew+Xfw+Xgw+Xhw+Xiw+Xjw+Xkw+Xl w+xw+x1w<= Xax+Xbx+Xcx+Xdx+Xex+Xfx+Xgx+Xhx+Xix+Xjx+Xkx+Xlx+X x+x1x<= Xay+Xby+Xcy+Xdy+Xey+Xfy+Xgy+Xhy+Xiy+Xjy+Xky+Xly+X y+x1y<= Xaz+Xbz+Xcz+Xdz+Xez+Xfz+Xgz+Xhz+Xiz+Xjz+Xkz+Xlz+Xz +X1z<= Xij > Biaya transfortasi iniu untuk peasaran beras dari dan ke seluruh kabupaten/kota adalah Rp , dengan tingkat alokasi beras seperti tercantu pada Tabel beras yang adalah julah beras di ana biaya transfortasi yang harus dikeluarkan untuk endistribusikan beras tersebut adalah iniu. Jika julah beras yang dialokasikan elebihi kurang dari alokasi aka biaya transfortasi enjadi lebih besar dari Rp ,. Kota Saarinda Pada kasus pengangkutan beras dari Kota Saarinda ke kabupaten/kota lain di Kaliantan Tiur, biaya transfortasi yang harus dikeluarkan untuk kegiatan pengangkutan beras di Kota Saarinda berkisar Rp 5,/kg. Data pada Tabel 2 enunjukkan bahwa biaya transfortasi iniu dikeluarkan jika seluruh beras hasil produksi Kota Saarinda dipasarkan di Kota Saarinda itu sendiri. beras dari Kota Saarinda dengan tujuan Kota Saarinda adalah sebesar kg sedangkan untuk daerah tujuan peasaran yang lain adalah kg. Wilayah peasaran beras hasil produksi Kota Saarinda adalah di kota itu sendiri. Nilai reduced cost nilai produk arginal () adalah tabahan biaya transfortasi akibat tabahan julah beras yang diangkut. Data pada Tabel 2 enunjukkan nilai untuk pengangkutan beras dari Kota

4 Penggunaan Linear Prograing dala Penentuan Wilayah Peasaran Beras di Kaliantan Tiur (Karini) 35 Saarinda ke Kota Saarinda adalah berarti terjadi penabahan biaya transfortasi sebesar Rp, akibat adanya penabahan julah beras yang diangkut, dengan kata lain alokasi beras sudah (tidak perlu ditabah lagi) karena jika ditabah julah beras yang diangkut aka terjadi pertabahan biaya justru akan terjadi kerugian. Nilai yang lain bukan dan positif yang berarti akan terjadi peningkatan biaya jika terjadi penabahan julah beras yang diangkut. Selaa biaya transfortasi berada di antara selang yaitu batas atas (koefisien saat ini + allowable increase = 5+65 = 15) dan batas bawah (koefisien saat ini + allowable decrease = 5-tanpa batas), aka alokasi tidak berubah yaitu julah beras yang dialokasi dari Kota Saarinda ke Kota Saarinda adalah kg dan ke kabupaten/kota lain kg tetap dapat dilakukan sehingga biaya transfortasi iniu Tabel 2. Peubah pengabilan keputusan di ana suber beras dari Kota Saarinda. Saarinda TB Balikpapan TB TB 123 Pasir TB 346 Bontang TB 81 Kutai 65 1 TB 65 Kutai Tiur TB 128 Kutai Barat TB 675 Berau TB Bulungan TB Tarakan TB Nunukan TB Malinau TB Kapasitas Kebutuhan Keterangan: = allowable increase, = allowable decrease, = nilai kanan, = harga bayangan, = Nilai slack enunjukkan julah beras yang tidak dialokasikan tidak didistribusikan. Hasil analisis enunjukkan nilai slack kapasitas dan kebutuhan adalah berarti seluruh beras hasil produksi diangkut untuk dipasarkan di dala Kota Saarinda, tidak ada yang tersisa (Tabel 2). Seluruh beras hasil produksi penduduk setepat lebih kecil dari kebutuhan beras penduduk sehingga lebih baik seluruh beras hasil produksi dipasarkan di dala Kota Saarinda untuk eenuhi kebutuhan lokal. Di saping itu karena biaya transfortasi yang lebih rendah dibandingkan harus easarkan ke daerah lain di ana biaya transfortasi lebih tinggi. Dual prices/harga bayangan/shadow prices/nilai produk arginal untuk kegiatan disposal yaitu perubahan nilai (pada kasus ini adalah biaya) akibat perubahan persediaan/kapasitas/suberdaya/satu unit nilai sisi kanan fungsi kendala (). Harga bayangan dari tiap suber/kendala enunjukkan berapa harga per unit (aksiu) yang bersedia dibayar untuk enaikkan alokasi suber tersebut. Harga bayangan dari tiap kendala saa dengan ibalan dari tiap slack/ variable yang sesuai. Bila kenaikan kenaikan suberdaya elebihi batas tertentu aka keungkinan akan enjadi infeasible elanggar batasan Xi>. Nilai harga bayangan kapasitas produksi beras enunjukkan bahwa bila slack kapasitas beras (julah beras hasil produksi Kota Saarinda yang tidak dialokasikan) dala ini kg dinaikkan 1 kg, aka (biaya transfortasi = Rp ,) akan turun sebesar Rp 82, (karena julah beras yang dialokasikan akan berkurang). Tetapi, naiknya slack kapasitas beras dengan 1 kg berarti engurangi julah alokasi beras (penjulahan seluruh beras yang harus didistribusikan dari Kota Saarinda ke seluruh kabupaten/kota di Kaliantan Tiur) yang harus dipasarkan dari dan dala Kota Saarinda dari kg enjadi kg, sehingga bila alokasi beras berkurang 1 kg, aka biaya transfortasi turun sebesar Rp 82,, dari Rp , enjadi Rp , (Tabel 2). Artinya guna endapatkan tabahan kapasitas produksi beras, aka Kota Saarinda harus au ebayar aksiu sebesar Rp 82,/kg beras, jika lebih dari 82, aka peerintah Kota Saarinda rugi. Nilai harga bayangan kebutuhan beras enunjukkan jika slack kebutuhan beras dala ini kg (seluruh kebutuhan beras dapat dipenuhi baik dari hasil produksi Kota Saarinda sendiri aupun beras yang berasal dari luar daerah/kabupaten/kota lain duy) dinaikkan dari kg enjadi 1 kg (berarti ada tabahan kebutuhan beras yang harus dipenuhi dari hasil produksi Kota Saarinda hasil produksi kabupaten/kota lain), aka (biaya transfortasi = Rp ,) akan naik

5 EPP.Vol.4.No.1.27: sebesar Rp 32,. Naiknya slack kebutuhan beras dengan 1 kg berarti eningkatkan julah alokasi beras (penjulahan seluruh beras yang harus didistribusikan dari Kota Saarinda ke seluruh kabupaten/kota di Kaliantan Tiur) yang harus dipasarkan dari dan dala Kota Saarinda dari kg enjadi kg, sehingga bila alokasi beras bertabah 1 kg, aka biaya transfortasi naik sebesar Rp 32,, dari Rp , enjadi Rp , (Tabel 2). Harga bayangan eainkan suatu peranan penting dala proses pengabilan keputusan baik bagi peerintah, produsen, lebaga peasaran aupun perusahaan angkutan. Jika ada pihak yang ingin eningkatkan kapasitas produksi beras di Kota Saarinda aka pihak tersebut harus enghitung biaya peningkatan kapasitas produksi tidak boleh lebih dari harga bayangan. Jika elebihi harga bayangan aka peningkatan kapasitas produksi tidak eiliki arti apa-apa. Usaha engatasi rendahnya produksi beras di Kota Saarinda dapat dilakukan antara lain dengan elalui kegiatan intensifikasi tetapi biaya kegiatan tersebut tidak boleh lebih dari Rp 82,/kg. Usaha eenuhi kebutuhan beras yang terus eningkat akibat pertabahan julah penduduk dapat dilakukan eningkatkan pasokan beras dari luar daerah tetapi biaya untuk elakukan usaha tersebut tidak boleh dari Rp 32,/kg. Selang perubahan kapasitas produksi beras adalah kg sapai dengan ( Artinya peningkatan penurunan tingkat kapasitas produksi selaa berada pada selang tersebut tidak akan enyebabkan perubahan biaya transfortasi iniu, alokasi dan wilayah peasaran beras. Selang perubahan kebutuhan beras adalah ( sapai dengan ( Artinya peningkatan penurunan tingkat kebutuhan beras selaa berada pada selang tersebut tidak akan enyebabkan perubahan biaya transfortasi iniu, alokasi dan wilayah peasaran beras. Kota Balikpapan Produsen aupun lebaga peasaran beras dapat enetapkan bahwa Kota Balikpapan adalah wilayah peasaran yang potensial untuk beras hasil produksi petani setepat. Seluruh hasil produksi beras (98.15 dapat disalurkan untuk eenuhi kebutuhan penduduk setepat, karena terdapatnya selisih yang sangat besar antara kebutuhan dan keapuan produksi beras yang ada. Biaya transfortasi yang harus dikeluarkan untuk engangkut kg beras dala Kota Balikpapan adalah Rp , (Tabel 3). Kabupaten Hasil analisis data enunjukkan bahwa Kabupaten adalah wilayah tujuan peasaran beras dari Kabupaten Pasir. Beras yang ada di Kabupaten Paser Utara diasusikan adalah beras hasil produksi petani setepat dan beras yang berasal dari Kabupaten Pasir. Wilayah peasaran beras yang potensial untuk beras yang ada di Kabupaten adalah daerah itu sendiri (alokasi dan Kota Balikpapan ( (Tabel 4). Dengan alokasi tersebut aka seluruh beras disalurkan untuk eenuhi kebutuhan penduduk setepat dan sebagaian kebutuhan penduduk Kota Balikpapan. Tabel 3. Peubah pengabilan keputusan di ana suber beras dari Kota Balikpapan. Saarinda TB 64 Balikpapan TB 25 7 TB 25 Pasir TB 215 Bontang TB 195 Kutai TB 179 Kutai Tiur TB 242 Kutai Barat TB 789 Berau TB Bulungan TB Tarakan TB Nunukan Tanpa batas Malinau TB Kapasitas Kebutuhan TB Keterangan: = allowable increase, = allowable decrease, = nilai kanan, = harga bayangan, = Kabupaten Pasir Kabupaten Pasir erupakan daerah beras diana kelebihan hasil produksi beras daerah tersebut adalah sebesar kg (Tabel 5). Kabupaten Pasir bukan daerah tujuan peasaran beras dari daerah lain, bahkan daerah ini erupakan peasok beras bagi Kabupaten. Kabupaten Pasir dan Penaa adalah wilayah peasaran

6 Penggunaan Linear Prograing dala Penentuan Wilayah Peasaran Beras di Kaliantan Tiur (Karini) 37 beras yang potensial bagi hasil produksi petani setepat. Julah alokasi beras untuk kebutuhan penduduk lokal adalah kg sedangkan untuk kebutuhan Kabupaten adalah sebesar kg. Kota Bontang Wilayah peasaran bagi beras hasil produksi petani setepat adalah Kota Bontang sendiri. beras hasil produksi yang digunakan untuk konsusi penduduk setepat sebesar kg (Tabel 6). Daerah Bontang erupakan daerah defisit beras, daerah ini tidak apu eenuhi kebutuhan beras penduduk setepat dari hasil produksinya, sehingga tidak ungkin enyalurkan beras hasil produksi ke luar daerah karena peluang pasar yang besar ada di kota itu sendiri. Tabel 4. Peubah pengabilan keputusan di. Saarinda 92 1 TB 92 Balikpapan Pasir TB 188 Bontang TB 223 Kutai 27 2 TB 27 Kutai Tiur 27 3 TB 27 Kutai Barat TB 817 Berau TB Bulungan TB 1.63 Tarakan TB 2.31 Nunukan TB 3.76 Malinau TB Kapasitas Kebutuhan Keterangan: = allowable increase, = allowable decrease, = nilai kanan, = harga bayangan, = Kabupaten Kutai Daerah yang engalai tingkat produksi beras tertinggi di Kaliantan Tiur adalah Kabupaten Kutai diana kelebihan beras pada tahun 24 sebesar kg. Kelebihan beras ini eungkinkan daerah tersebut untuk easarkan hasil produksinya ke daerah lain yang terdekat antara Kabupaten Kutai sendiri, yaitu Kota Saarinda dan Bontang. Hasil analisis data enunjukkan bahwa biaya transfortasi iniu dikeluarkan jika beras yang dipasarkan ke Kota Saarinda adalah sebanyak kg dan ke Kota Bontang kg dan di wilayah Kabupaten Kutai sendiri adalah sebesar kg (Tabel 7). Tabel 5. Peubah pengabilan keputusan di Pasir. Saarinda TB 127 Balikpapan TB Pasir TB 88 Bontang TB 258 Kutai TB 242 Kutai Tiur TB 35 Kutai Barat TB 852 Berau TB 1.32 Bulungan TB Tarakan TB Nunukan TB Malinau TB 3.61 Kapasitas Kebutuhan Keterangan: = allowable increase, = allowable decrease, = nilai kanan, = harga bayangan, = Tabel 6. Peubah pengabilan keputusan di ana suber beras dari Kota Bontang. Saarinda TB 64 Balikpapan TB TB 87 Pasir TB 179 Bontang TB Kutai TB 16 Kutai Tiur 6 1 TB 6 Kutai Barat TB 789 Berau TB 995 Bulungan TB Tarakan TB 2.38 Nunukan TB Malinau TB 3.33 Kapasitas Kebutuhan Keterangan: = allowable increase, = allowable decrease, = nilai kanan, = harga bayangan, = Wilayah peasaran utaa adalah wilayah Kutai itu sendiri. Biaya transfortasi

7 EPP.Vol.4.No.1.27: saat ini seluruhnya berada di atas batas biaya terendah nilai produk arginal. Dengan deikian biaya transfortasi yang ada saat ini asih lebih tinggi dibandingkan batas terendah yang asih eungkinkan biaya transfortasi iniu. Tabel 7. Peubah pengabilan keputusan di Kutai. Saarinda Balikpapan 9 91 TB TB 23 Pasir TB 115 Bontang Kutai TB 876 Kutai Tiur TB 228 Kutai Barat TB 775 Berau TB 1225 Bulungan TB 1561 Tarakan TB 2268 Nunukan TB 3718 Malinau TB 3533 Kapasitas Kebutuhan Keterangan: = allowable increase, = allowable decrease, = nilai kanan, = harga bayangan, = Kabupaten Kutai Tiur Wilayah Kabupaten Kutai Tiur adalah daerah beras di ana kg hasil produksi beras elebihi kebutuhan penduduk setepat. Pada tahun 24 produksi beras daerah ini kg dan perintaan beras sebesar kg. Hasil analisis data enunjukkan wilayah peasaran beras yang potensial untuk produksi beras dari Kabupaten Kutai Tiur adalah daerah itu sendiri dengan alokasi kg dan Kota Bontang dengan alokasi sebesar kg (Tabel 8). Kota Bontang adalah wilayah tujuan peasaran beras hasil produksi Kutai Tiur karena perintaan beras yangs nagat tinggi di Kota Bontang. Perintaan beras ini erupakan peluang pasar yang harus dianfaatkan oleh para lebaga peasaran. Wilayah kedua Kabupaten sangat berdekatan dan biaya transfortasi antar kedua daerah ini lebih urah dibandingkan dengan biaya transfortasi ke kabupaten/kota lain. Tabel 8. Peubah pengabilan keputusan di Kutai Tiur. Saarinda 82 1 TB 82 Balikpapan TB TB 15 Pasir TB 197 Bontang Kutai TB 147 Kutai Tiur TB 692 Kutai Barat 87 6 TB 87 Berau TB 1.57 Bulungan TB Tarakan TB 2.1 Nunukan TB 3.55 Malinau TB Kapasitas Kebutuhan Keterangan: = allowable increase, = allowable decrease, = nilai kanan, = harga bayangan, = Kabupaten Kutai Barat Hasil analisis data enunjukkan wilayah peasaran yang potensial untuk beras hasil produksi daerah Kabupaten Kutai Barat adalah daerah itu sendiri dan Kota Saarinda. Julah beras yang dialokasikan untuk Kabupaten Kutai Barat adalah kg (Tabel 9). Julah ini saa dengan kebutuhan beras penduduk daerah tersebut, sehingga dengan alokasi yang deikian daerah Kutai Barat dapat dikatakan sebagai daerah swasebada beras sedangkan sisa produksi sebesar kg dapat dijual ke Saarinda. Kabupaten Berau Kabupaten Berau erupakan daerah defisit beras diana pada tahun 24 terdapat kekurangan beras sebesar kg. Kebutuhan beras adalah sebesar kg sedangkan kapasitas produksi adalah sebesar kg. Kekurangan beras tersebut dipenuhi dari pasokan beras yang berasal dari Kabupaten Bulungan ( Kabupaten Berau erupakan daerah tujuan peasaran beras dari Kabupaten Bulungan. Wilayah peasaran beras yang potensial bagi beras hasil produksi Kabupaten Bulungan dan Berau adalah Kabupaten Bulungan sendiri dan Kota Bontang. Julah alokasi untuk peasaran beras dala Kabupaten Berau adalah kg sedangkan dari Kabupaten Berau

8 Penggunaan Linear Prograing dala Penentuan Wilayah Peasaran Beras di Kaliantan Tiur (Karini) 39 ke Kota Bontang adalah kg (Tabel 1). Tabel 9. Peubah pengabilan keputusan di Kutai Barat. Saarinda Balikpapan TB TB 23 Pasir TB 115 Bontang Kutai 65 3 TB 65 Kutai Tiur 28 3 TB 28 Kutai Barat TB 244 Berau TB Bulungan TB Tarakan TB Nunukan TB Malinau TB Kapasitas Kebutuhan Keterangan: = allowable increase, = allowable decrease, = nilai kanan, = harga bayangan, = Kabupaten Bulungan Kabupaten Bulungan adalah daerah yang engalai beras di ana kelebihan hasil produksi yang tidak dianfaatkan untuk kebutuhan penduduk lokal adalah sebesar kg. Wilayah peasaran utaa bagi hasil produksi petani lokal adalah Kabupaten Bulungan dan Berau. Julah alokasi beras untuk peasaran dala wilayah Kabupaten Bulungan adalah sebesar kg dengan biaya transfortasi sebesar Rp ,. Julah alokasi beras dari Kabupaten Bulungan ke Berau adalah kg dengan biaya transfortasi sebesar Rp , (Tabel 11). Kota Tarakan Kota Tarakan tidak eiliki wilayah peasaan beras hasil produksi lokal akan tetapi enjadi wilayah tujuan peasaran beras bagi Kabupaten Nunukan dan dari propinsi lain. Kota Tarakan tidak eiliki kapasitas produksi beras sehingga tidak ada hasil produksi lokal yang dapat dipasarkan ke daerah lain. Kota Tarakan eneria pasokan beras dari daerah lain (luar propinsi) ( dan dari Kabupaten Nunukan ( Hasil analisis data enunjukkan tidak ada alokasi beras dari daerah Tarakan ke seluruh kabupaten/kota di Kaliantan Tiur (Tabel 12). Tabel 1. Peubah pengabilan keputusan di Berau. Saarinda TB 113 Balikpapan TB TB 136 Pasir TB 228 Bontang Kutai TB 178 Kutai Tiur TB 41 Kutai Barat TB 838 Berau Bulungan TB 311 Tarakan TB 118 Nunukan TB 2468 Malinau TB 2283 Kapasitas Kebutuhan Keterangan: = allowable increase, = allowable decrease, = nilai kanan, = harga bayangan, = Kabupaten Nunukan Wilayah peasaran yang potensial bagi beras hasil produksi Kabupaten Nunukan adalah Kota Tarakan diikuti dengan Kabupaten Nunukan sendiri (Tabel 13). Hasil analisis epertibangkan bahwa beras yang berada di daerah Kabupaten Nunukan diasusikan erupakan beras hasil produksi daerah Kabupaten Nunukan sendiri dan beras dari Kabupaten Malinau ( Biaya transfortasi tercapai jika beras yang dipasarkan dari Kabupaten Nunukan ke Kota Tarakan adalah kg (biaya transfortasi Rp 75,/ sedangkan beras yang dialokasikan untuk daerah Kabupaten Nunukan sendiri sebesar kg (biaya transfortasi Rp 5,/. Kabupaten Malinau Wilayah peasaran yang potensial untuk beras hasil produksi Kabupaten Malinau adalah Kabupaten Nunukan dan Malinau. Hasil analisis data enunjukkan dengan kapasitas produksi dan kebutuhan beras yang ada pada setiap kabupaten/kota aka peasaran beras dengan biaya iniu akan tercapai antara lain jika beras hasil produksi Kabupaten Malinau yang

9 EPP.Vol.4.No.1.27: dipasarkan ke Kabupaten Nunukan adalah sebesar kg (biaya transfortasi Rp ,) dan beras yang dipasarkan dala daerah Kabupaten Malinau sendiri adalah kg (Rp ,) (Tabel 14). Tabel 11. Peubah pengabilan keputusan di Bulungan. Saarinda TB 44 Balikpapan TB TB 67 Pasir TB 159 Bontang TB 25 Kutai TB 19 Kutai Tiur TB 66 Kutai Barat TB 769 Berau Bulungan TB 534 Tarakan TB 1.43 Nunukan TB Malinau TB 2.32 Kapasitas Kebutuhan Keterangan: = allowable increase, = allowable decrease, = nilai kanan, = harga bayangan, = Tabel 12. Peubah pengabilan keputusan di ana suber beras dari Kota Tarakan. Saarinda TB Balikpapan TB TB 2.18 Pasir TB Bontang TB Kutai TB 1.91 Kutai Tiur TB Kutai Barat TB 2.57 Berau TB 1.77 Bulungan TB 2.43 Tarakan TB 65 Nunukan TB 2.2 Malinau TB Kapasitas Kebutuhan Keterangan: = allowable increase, = allowable decrease, = nilai kanan, = harga bayangan, = Duy Variabel duy ini ditetapkan untuk enunjukkan berapa besar kekurangan kapasitas produksi yang dapat dipenuhi dari luar propinsi. untuk Kota Balikpapan adalah kg, Bontang sebesar kg dan Tarakan sebesar kg (Tabel 15). Tabel 13. Peubah pengabilan keputusan di Nunukan. Saarinda TB Balikpapan TB TB 2.18 Pasir TB Bontang TB 1.65 Kutai TB 1.76 Kutai Tiur TB Kutai Barat TB 1.57 Berau TB 1.77 Bulungan TB 1.73 Tarakan Nunukan Malinau TB 865 Kapasitas Kebutuhan Keterangan: = allowable increase, = allowable decrease, = nilai kanan, = harga bayangan, = Hasil penelitian enunjukkan bahwa linear prograing dapat digunakan untuk enentukan wilayah peasaran beras di Kaliantan Tiur. Beberapa hal penting yang perlu endapat perhatian sehubungan dengan hal tersebut adalah: a. Fungsi tujuan Fungsa tujuan yang telah ditetapkan bertujuan untuk einiukan biaya transfortasi. Hal ini sesuai dengan tujuan para lebaga peasaran di ana biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan transfortasi iniu. Biaya transfortasi ternyata ebatasi pasar target yang akan dipertibangkan oleh lebaga peasaran. Wilayah peasaran yang potensial ternyata adalah wilayah di ana biaya transfortasi dari suber beras ke lokasi tersebut paling kecil dibandingkan dengan alternatif biaya transfortasi ke daerah lain.

10 Penggunaan Linear Prograing dala Penentuan Wilayah Peasaran Beras di Kaliantan Tiur (Karini) 41 Tabel 14. Peubah pengabilan keputusan di Malinau. Saarinda TB 795 Balikpapan TB TB 818 Pasir TB 91 Bontang TB 682 Kutai TB 86 Kutai Tiur TB 723 Kutai Barat TB 1.52 Berau TB 657 Bulungan TB 717 Tarakan TB 5 Nunukan Malinau TB Kapasitas Kebutuhan Keterangan: = allowable increase, = allowable decrease, = nilai kanan, = harga bayangan, = Tabel 15. Peubah pengabilan keputusan untuk duy. Saarinda 32 TB 32 Balikpapan TB 5 Pasir 53 TB 53 Bontang Kutai 47 TB 47 Kutai Tiur 1 TB 1 Kutai Barat 257 TB 257 Berau 332 TB 332 Bulungan 48 TB 48 Tarakan Nunukan 7 TB 7 Malinau TB Kapasitas Kebutuhan Keterangan: = allowable increase, = allowable decrease, = nilai kanan, = harga bayangan, = b. Fungsi kendala Penggunaan linear prograing ensyaratkan kendala kapasitas dan kebutuhan beras. Penyelesaian linear prograing ini terlalu baik untuk terjadi dala dunia nyata karena tidak ada kapasitas produksi yang tidak digunakan dan tidak ada kebutuhan beras yang tidak dipenuhi. Penelitian ini encantukan seluruh kabupaten/kota adalah suber beras dan tujuan beras sehingga wilayah peasaran utaa untuk beras hasil produksi dialokasikan untuk kebutuhan setepat dulu baru keudian didistribusikan ke daerah lain. Kapasitas produksi yang lebih kecil dari kebutuhan beras enyebabkan suber beras dan tujuan peasaran adalah saa. c. Penyelesaian Penyelesaian diteukan pada langkah kerja ke 34. Penyelesaian sebelu langkah kerja terakhir perlu dipertibangkan jika penyelesaian ini tidak eberikan jawaban euaskan bagi pengguna linear prograing. d. Hasil perhitungan enunjukkan tidak seua kabupaten/kota enjadi wilayah peasaran beras yang potensial bagi beras hasil produksi suatu kabupaten/kota. Penggunaan linear prograing ini ternyata ebatasi wilayah peasaran para lebaga peasaran, padahal pada kenyataannya para lebaga peasaran eiliki obilitas yang tinggi sehingga eungkinkan easarkan beras ke seluruh kabupaten/kota. Hasil analisis linear prograing tidak endistribusikan beras ke seluruh kabupaten/kota hanya bertujuan untuk einiukan biaya transfortasi sehingga alokasi untuk sebagian besar kabupaten.kota adalah kg. Jika para lebaga peasaran ingin engetahui proses pendistribusian tetapi bukan alokasi yang enghasilkan biaya transfortasi iniu aka dapat epertibangkan langkah sebelu penyelesaian diperoleh. e. Nilai produk arginal Nilai produk arginal dala penelitian ini eiliki ruang jawab adalah tanpa batas sedeikian rupa hingga dapat bertabah secara tidak terbatas. Kasus ini terlalu baik untuk bisa terjadi dala praktek. Keungkinan yang enyebabkan hal ini terjadi adalah adanya kesaaan suber beras dan tujuan peasaran beras. f. Kelebihan linear prograing dapat enunjukkan berapa kapasitas produksi dan kebutuhan beras yang tidak didistribusikan. Pada penelitian ini tidak ada kapasitas produksi dan kebutuhan beras yang tidak dipenuhi, untuk perasalahan

11 EPP.Vol.4.No.1.27: yang lain inforasi ini sangat berguna karena enentukan berapa julah kendala yang tidak perlu dianfaatkan. g. Harga bayangan. Biaya yang dikeluarkan peerintah, swasta aupun produsen dala upaya peningkatan kapasitas produksi (isal intenfisikasi dan ekstensifikasi dan lain-lain) tidak boleh elebihi harga bayangan kapasitas produksi. Biaya yang dikeluarkan peerintah dala upaya eenuhi kebutuhan beras (isalnya perbaikan sarana transfortasi) suatu kabupaten/kota tidak boleh elebihi harga bayangan kebutuhan beras. h. Selang perubahan kebutuhan beras. Selaa kebutuhan beras berada pada selang perubahan kebutuhan beras aka setiap perubahan tingkat kebutuhan beras (isalnya karena peningkatan julah penduduk) tidak enyebabkan terjadinya perubahan wilayah peasaran beras/alokasi. Iplikasinya adalah penentuan wilayah peasaran berdasarkan hasil studi ini tetap dapat digunakan selaa fluktuasi kebutuhan beras berada pada selang yang ada, jika tidak perlu analisis ulang. i. Selang perubahan kapasitas beras. Selaa kapasitas beras berada pada selang perubahan kapasitas beras aka setiap perubahan kapasitas beras (isalnya karena intensifikasi terjadi peningkatan julah produksi) tidak enyebabkan terjadinya perubahan alokasi wilayah peasaran yang ditentukan tetap. Iplikasinya adalah peerintah harus berupaya agar fluktuasi keapuan produksi beras dan kebutuhan beras asyarakat hendaknya berada pada selang nilai kanan jika ingin dicapai biaya transfortasi iniu dengan kondisi biaya transfortasi saat penelitian. (98.15 dan Bontang ( Wilayah peasaran (alokasi ) utaa untuk beras hasil produksi dari Kabupaten/Kota :(1) ke Balikpapan ( dan ( ; (2) Pasir ke Paser Utara ( dan Pasir ( ; (3) Kutai ke Saarinda ( , Bontang ( dan Kutai ( ; (4) Kutai Tiur ke Bontang ( dan Kutai Tiur ( ; (5) Kutai Barat ke Saarinda ( dan Kutai Barat ( ; (6) Berau ke Bontang ( dan Berau ( ; (7) Bulungan ke Berau ( dan Bulungan ( ; (8) Nunukan ke Tarakan ( dan Nunukan ( ; (9) Malinau ke Nunukan ( dan Malinau ( Biaya transfortasi yang dikeluarkan untuk alokasi tersebut adalah Rp ,, di ana biaya tersebut adalah biaya transfortasi yang paling iniu dari seluruh keungkinan peluang peasaran beras dari dan ke seluruh kabupaten/kota di Kaliantan Tiur. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 23. Kaliantan Tiur dala angka. Badan Pusat Statistik, Saarinda. Subagyo P, Asri M dan Handoko DHT. 2. Dasar-dasar operations research. BPFE Yogyakarta. KESIMPULAN Linear prograing dapat digunakan untuk enentukan wilayah peasaran beras di Kaliantan Tiur, di ana penentuan wilayah peasaran beras berdasarkan tingkat alokasi. Setiap kabupaten/kota ungkin enjadi wilayah peasaran beras, akan tetapi sebaiknya peasaran beras dilakukan ke wilayah peasaran beras yang utaa agar kegiatan peasaran enjadi efektif dan efisien (biaya transfortasi iniu). Wilayah peasaran beras (alokasi ) utaa yang sesuai dengan wilayah suber beras adalah Kota Saarinda ( , Balikpapan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

Model Produksi dan Distribusi Energi

Model Produksi dan Distribusi Energi Model Produksi dan Distribusi Energi Yayat Priyatna Jurusan Mateatika FMIPA UNPAD Jl. Raya Jatinangor Bdg Sd K 11 E ail : yatpriyatna@yahoo.co Abstrak Salah satu tujuan utaa proses produksi dan distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upah bagi para pekerja erupakan faktor penting karena erupakan suber untuk ebiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang berpendidikan upah erupakan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Tirta Ala Seesta. Perusahaan tersebut berlokasi di Desa Ciburayut, Kecaatan Cigobong, Kabupaten Bogor. Peilihan objek

Lebih terperinci

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah Konferensi Nasional Siste & Inforatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Penerapan Metode Sipleks Untuk Optialisasi Produksi Pada UKM Gerabah Ni Luh Gede Pivin Suwirayanti STMIK STIKOM Bali Jl. Raya

Lebih terperinci

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA Juli Biantoro 1, Didit Purnoo 2 1,2 Fakultas Ekonoi dan Bisnis, Universitas Muhaadiyah Surakarta dp274@us.ac.id Abstrak Ketahanan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan 2 III. KERANGKA PEMIKIRAN Proses produksi di bidang pertanian secara uu erupakan kegiatan dala enciptakan dan enabah utilitas barang atau jasa dengan eanfaatkan lahan, tenaga kerja, sarana produksi (bibit,

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian 39 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini terasuk tipe penelitian dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dipergunakan untuk enggabarkan tentang

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) Adapun sejarah Badan Pusat Statistik di Indonesia terjadi epat asa peerintah di Indonesia, antara lain : 1. Masa Peerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaan i iii I PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN 11 Latar Belakang 1 12 Fungsi Pengawas dan Peeriksa 2 13 Pengawasan 2 14 Peeriksaan 3 II PEMERIKSAAN ISIAN DAFTAR VIMK14-L2

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap

Lebih terperinci

APLIKASI INTEGER LINEAR PROGRAMMING UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PEMINDAHAN BARANG DI PT RST

APLIKASI INTEGER LINEAR PROGRAMMING UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PEMINDAHAN BARANG DI PT RST APLIKASI INTEGER LINEAR PROGRAMMING UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PEMINDAHAN BARANG DI PT RST Andry Budian Sutanto dan Abdullah Shahab Progra Studi Magter Manajeen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopeber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penulis melakukan penelitian serta pengambilan data-data pada lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. penulis melakukan penelitian serta pengambilan data-data pada lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Guna eperoleh data-data yang dibutuhkan dala penelitian ini, penulis elakukan penelitian serta pengabilan data-data pada lokasi penelitian. Penelitian ini

Lebih terperinci

BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK

BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK KATA PENGANTAR Buku 3 ini erupakan seri buku pedoan yang disusun dala rangka Survei Industri Mikro dan Kecil 2013 (VIMK13) Buku ini euat pedoan bagi

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS Jurnal Mateatika UNAND Vol. 5 No. 3 Hal. 85 91 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS FERDY NOVRI

Lebih terperinci

Penentuan Jumlah, Lokasi dan Cakupan Distribusi Gudang Produk Air Minum Dalam Kemasan Jenis Gelas (Studi Kasus di PT. Dzakiya Tirta Utama)

Penentuan Jumlah, Lokasi dan Cakupan Distribusi Gudang Produk Air Minum Dalam Kemasan Jenis Gelas (Studi Kasus di PT. Dzakiya Tirta Utama) Perfora (2005) Vol. 4, No.2: 52-63 Penentuan Julah, Lokasi dan Cakupan Distribusi Gudang Produk Air Minu Dala Keasan Jenis Gelas (Studi Kasus di PT. Dzakiya Tirta Utaa) Dyan Parardyo S, Yuniaristanto,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keywords: Economic Quantity Production, Nasution, A.H, Perencanaan dan Pengendalian Persediaan. ABSTRACT

ABSTRAK. Keywords: Economic Quantity Production, Nasution, A.H, Perencanaan dan Pengendalian Persediaan. ABSTRACT PERECANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY MULTI ITEM DI CV. FAJAR TEKNIK SEJAHTERA Dio Kharisa Putra, Rusindiyanto dan Budi Santoso

Lebih terperinci

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016 ISSN 0853 4403 WAHANA Volue 67, Noer 2, Deseber 206 PERBANDINGAN LATIHAN BOLA DIGANTUNG DAN BOLA DILAMBUNGKAN TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK MULA DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA PUTRA KELAS X-IS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI Bayu Surya Dara T, Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD., Istiar, ST. MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Kristal no.12/april/1995 1 MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Di dala ateatika anda pasti sudah pernah berhadapan dengan sebuah siste persaaan linier. Cacah persaaan yang berada di dala siste

Lebih terperinci

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA Babang Purwanggono, Andre Sugiyono Progra Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesipulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan sebelunya dapat disipulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Tidak ada perbedaan peahaan antara Kontraktor, Regulator

Lebih terperinci

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 )

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 ) BAB IV BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelunya bahwa dala engonstruksi field GF(3 ) diperoleh dari perluasan field 3 dengan eilih polinoial priitif berderajat atas 3 yang dala hal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK14 Triwulanan

KATA PENGANTAR. Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK14 Triwulanan KATA PENGANTAR Buku 1 ini erupakan seri Buku Pedoan yang disusun dala rangka Survei Industri Mikro dan Kecil (VIMK) yang akan dilaksanakan tiap triwulan pada tahun 2014 Buku ini euat pedoan bagi para Pipinan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hitam di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong

Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hitam di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Print) D-37 Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hita di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong Qulsu Dwi Anggraini, Haryono, Diaz

Lebih terperinci

BUKU 3 : PEDOMAN PENGAWAS / PEMERIKSA

BUKU 3 : PEDOMAN PENGAWAS / PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK BUKU 3 : PEDOMAN PENGAWAS / PEMERIKSA SURVEI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL TAHUNAN T A H U N 2 0 1 5 (VIMK15 TAHUNAN) Pedoan Teknis Pipinan BPS Provinsi, Kabupaten/Kota VIMK15 Tahunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kartu Prabayar IM3 PT Indosat (Indonesia Satellite Coorporation) adalah salah satu perusahaan penyelenggara jasa telekounikasi internasional yang terkeuka di Indonesia. Selain

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menibang

Lebih terperinci

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb Perbandingan Bilangan Doinasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Cob Reni Uilasari 1) 1) Jurusan Teknik Inforatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhaadiyah Jeber Eail : 1) reniuilasari@gailco ABSTRAK

Lebih terperinci

BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK

BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK BAB I PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN 11 Latar Belakang Keberhasilan suatu kegiatan survei tidak terlepas dari tanggung jawab, fungsi dan peran seluruh

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

Penyelesaian Algortima Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Problem (CSP) Satu Dimensi

Penyelesaian Algortima Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Problem (CSP) Satu Dimensi Penyelesaian Algortia Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Proble (CSP) Satu Diensi Putra BJ Bangun, Sisca Octarina, Rika Apriani Jurusan Mateatika Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA HEURISTIK RAJENDRAN UNTUK PENJADUALAN PRODUKSI JENIS FLOW SHOP

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA HEURISTIK RAJENDRAN UNTUK PENJADUALAN PRODUKSI JENIS FLOW SHOP PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA HEURISTIK RAJENDRAN UNTUK PERJADUALAN PRODUKSI JENIS FLOW SHOP (Didik Wahyudi) PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA HEURISTIK RAJENDRAN

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 6 BAB II METODOLOGI PENELITIAN.1 Waktu dan Tepat Penelitian Gabar Peta kawasan hutan KPH Madiun Peru perhutani Unit II Jati. Pengabilan data penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sapai dengan bulan

Lebih terperinci

SISTEM RESI GUDANG SOLUSI BAGI PETANI

SISTEM RESI GUDANG SOLUSI BAGI PETANI SISTEM RESI GUDANG SOLUSI AGI PETANI Noviarina Purnai Putri Siste Resi Gudang ulai di kenal di Indonesia sejak 5 tahun terakhir. Sebelu uncul Undang- Undang no 9 Tahun 2006 Tentang Siste Resi Gudang banyak

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG )

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) Siti Munawaroh, S.Ko Abstrak: Koperasi Aanah Sejahtera erupakan

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan

Lebih terperinci

CLASSIFIER BERDASAR TEORI BAYES. Pertemuan 4 KLASIFIKASI & PENGENALAN POLA

CLASSIFIER BERDASAR TEORI BAYES. Pertemuan 4 KLASIFIKASI & PENGENALAN POLA CLASSIFIER BERDASAR TEORI BAYES Perteuan 4 KLASIFIKASI & PENGENALAN POLA Miniu distance classifiers elakukan klasifikasi berdasarkan jarak terpendek. Ada dua jenis yang dibahas:. The Euclidean Distance

Lebih terperinci

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real.

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real. 0 RUANG SAMPEL Kita akan eperoleh ruang sapel, jika kita elakukan suatu eksperien atau percobaan. Eksperien disini erupakan eksperien acak. Misalnya kita elakukan suatu eksperien yang diulang beberapa

Lebih terperinci

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul Kriptografi Visual Menggunakan Algorita Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gabar Sapul Yusuf Rahatullah Progra Studi Teknik Inforatika Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia 13512040@std.stei.itb.a.id

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA DENPASAR NOMOR : 16 / PDAM / KPTS / 2018 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA DENPASAR NOMOR : 16 / PDAM / KPTS / 2018 TENTANG KEPUTUSAN DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA DENPASAR NOMOR : 16 / PDAM / KPTS / 2018 TENTANG KETENTUAN BIAYA PENGATURAN PELAYANAN PELANGGAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA DENPASAR DIREKSI

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE () DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 05 Desen pebibing:

Lebih terperinci

Dampak Pembangunan SMPN 3 Blitar Terhadap Kinerja Lalu Lintas Sekitarnya

Dampak Pembangunan SMPN 3 Blitar Terhadap Kinerja Lalu Lintas Sekitarnya Dapak Pebangunan SMPN 3 Blitar Terhadap Kinerja Lalu Lintas Sekitarnya Miftachul Huda 1), Dwi Muryanto 2) 1) Teknik Sipil, Teknik, Universitas Muhaadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya, 60113 Eail:

Lebih terperinci

Penentuan Akar-Akar Sistem Persamaan Tak Linier dengan Kombinasi Differential Evolution dan Clustering

Penentuan Akar-Akar Sistem Persamaan Tak Linier dengan Kombinasi Differential Evolution dan Clustering Jurnal Kubik, Volue No. ISSN : 338-0896 Penentuan Akar-Akar Siste Persaaan Tak Linier dengan Kobinasi Differential Evolution dan Clustering Jaaliatul Badriyah Jurusan Mateatika, Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Vol. 2, 2017 Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Widiarti 1*, Rifa Raha Pertiwi 2, & Agus Sutrisno 3 Jurusan Mateatika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

matematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s

matematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s i K- ateatika K e l a s XI PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA Tujuan Peelajaran Setelah epelajari ateri ini, kau diharapkan eiliki keapuan erikut.. Menguasai konsep peagian suku anyak dengan etode Horner..

Lebih terperinci

ANALISIS GEOMETRIK TIKUNGAN PADANGLUHONG PASIR PENGARAIAN. ARBAIYAH 1 Pada Lumba 2, Khairul Fahmi 3

ANALISIS GEOMETRIK TIKUNGAN PADANGLUHONG PASIR PENGARAIAN. ARBAIYAH 1 Pada Lumba 2, Khairul Fahmi 3 ANALISIS GEOMETRIK TIKUNGAN PADANGLUHONG PASIR PENGARAIAN ARBAIYAH 1 Pada Luba 2, Khairul Fahi 3 e-ail : arbaiyah90@yail.co ABSTRAK Berdasarkan survey penelitian dahulu pada tikungan Padangluhong yang

Lebih terperinci

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP)

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Huku II Newton Untuk SMA kelas X (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Lisensi Dokuen: Copyright 008 009 GuruMuda.Co Seluruh dokuen di GuruMuda.Co dapat digunakan dan disebarkan secara bebas untuk

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu 6 Siulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Sith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu Neilcy Tjahja Mooniarsih Progra Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka 5 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Definisi Penjadwalan Penjadwalan adalah kegiatan pengalokasian suber-suber atau esin-esin yang ada untuk enjalankan sekupulan tugas dala jangka waktu tertentu. (Baker,1974).

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM BASIS DATA

MAKALAH SISTEM BASIS DATA MAKALAH SISTEM BASIS DATA (Entity Relationship Diagra (ERD) Reservasi Hotel) Disusun Oleh : Yulius Dona Hipa (16101055) Agustina Dau (15101635) Arsenia Weni (16101648) PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMARIKA

Lebih terperinci

Pertemuan ke-3 Persamaan Non-Linier: Metode ½ Interval (Bisection) 27 September 2012

Pertemuan ke-3 Persamaan Non-Linier: Metode ½ Interval (Bisection) 27 September 2012 Perteuan ke-3 Persaaan Non-Linier: Metode ½ Interval (Bisection) 7 Septeber 01 Analisa Terapan Terapan:: Metode Nuerik Dr.Eng. Agus S. Muntohar Metode Bisection Dasar Teorea: Suatu persaaan ()0, diana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

JSIKA Vol. 5, No. 5. Tahun 2016 ISSN X

JSIKA Vol. 5, No. 5. Tahun 2016 ISSN X SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET TI PADA KEMENTERIAN AGAMA KOTA PROBOLINGGO Zulfikar Rahan 1) Arifin Puji Widodo 2) Anjik Sukaaji 3) S1 / Jurusan Siste Inforasi Institut Bisnis dan Inforatika STIKOM Surabaya

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIMENSI SALURAN DRAINASE KAWASAN PABRIK PT. SINAR ALAM PERMAI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN

PERENCANAAN DIMENSI SALURAN DRAINASE KAWASAN PABRIK PT. SINAR ALAM PERMAI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN PERENCANAAN DIMENSI SALURAN DRAINASE KAWASAN PABRIK PT. SINAR ALAM PERMAI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN Mega Gusti Heka Student, Civil Engineering Departent, University of Sriwijaya, Palebang 30227,

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU PERMINTAAN UANG KAS DI INDONESIA 1990.II IV

ANALISIS PERILAKU PERMINTAAN UANG KAS DI INDONESIA 1990.II IV ANALISIS PERILAKU PERMINTAAN UANG KAS DI INDONESIA 1990.II. 2005.IV Anang Yuniarto Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga Birgitta Dian Saraswati Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga One of the

Lebih terperinci

PEMILIHAN KRITERIA DALAM PEMBUATAN KARTU KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP

PEMILIHAN KRITERIA DALAM PEMBUATAN KARTU KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP E-Jurnal Mateatika Vol. 3, No. Januari 204, 25-32 ISSN: 2303-75 PEMILIHAN KRITERIA DALAM PEMBUATAN KARTU KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP JOKO HADI APRIANTO, G. K. GANDHIADI 2, DESAK PUTU EKA

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU Warsito (warsito@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRAT A function f ( x) ( is bounded and continuous in (, ), so the iproper integral of rational

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Penentuan Interval Waktu Perawatan Optiu Dan Analisis Perbandingan Finansial Koponen Auxiliary (Studi Kasus : Siste Gas Turbin PLTGU PT PJB UP Gresik) Anisa

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM 25 PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Budi Hartono Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Chaldun, Jl. Raya Serang Cilegon K.5, Serang Banten. Telp. 254-82357 / Fax. 254-82358

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR BAB V PERENCANAAN STRUKTUR 5.1. TINJAUAN UMUM Dala perencanaan suatu bangunan pantai harus ditetapkan terlebih dahulu paraeter-paraeter yang berperan dalan perhitungan struktur. Paraeterparaeter tersebut

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN NAMA PRAKTIKAN : Raadhan Bestari T. Barlian GRUP PRAKTIKAN : Grup Pagi (08.00-11.00) KELOMPOK : 2 HARI/TGL. PRAKTIKUM : Kais, 17

Lebih terperinci

(R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE

(R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE (R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE Giat Sudrajat Saruda, 2 Septiadi Padadisastra, 3 I Gede Nyoan Mindra Jaya Mahasiswa

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN LINTASAN TIPE U- LINE ASSEMBLY PADA PERAKITAN POMPA AIR

KESEIMBANGAN LINTASAN TIPE U- LINE ASSEMBLY PADA PERAKITAN POMPA AIR Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Juni 2009, pp. 4-50 ISSN 4-2485 KESEIMBANGAN LINTASAN TIPE U- LINE ASSEMBLY PADA PERAKITAN POMPA AIR Pratikto, Tanti Octavia 2 Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Uu Transforator erupakan suatu alat listrik yang engubah tegangan arus bolak balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain elalui suatu gandengan agnet dan berdasarkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

Research Consortium OPPINET, Institut Teknologi Bandung

Research Consortium OPPINET, Institut Teknologi Bandung IATMI 006-TS-9 PROSIDING, Siosiu Nasional & Kongres IX Ikatan Ahli Teknik Perinyakan Indonesia (IATMI) 006 Hotel The Ritz Carlton Jakarta, 5-7 Noveber 006 APLIKASI NILAI EFISIENSI ALIRAN DAN METODE SEQUENTIAL

Lebih terperinci

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL)

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Media Elektrika, ol. 8, No. 1, Juni 015 ISSN 1979-7451 PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Adhi Kusantoro, ST, MT [1] Ir.Agus Nuwolo,

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

PENENTUAN PRODUKSI OPTIMAL USAHATANI JAGUNG, CABAI DAN KACANG PANJANG DENGAN PENDEKATAN MAKSIMISASI KEUNTUNGAN

PENENTUAN PRODUKSI OPTIMAL USAHATANI JAGUNG, CABAI DAN KACANG PANJANG DENGAN PENDEKATAN MAKSIMISASI KEUNTUNGAN Produksi Optimal Usahatani Jagung, Cabai dan Kacang Panjang (Tetty Wijayanti) 1 PENENTUAN PRODUKSI OPTIMAL USAHATANI JAGUNG, CABAI DAN KACANG PANJANG DENGAN PENDEKATAN MAKSIMISASI KEUNTUNGAN (The Determination

Lebih terperinci

PEMILIHAN PERINGKAT TERBAIK FESTIVAL KOOR MENGGUNAKAN METODE TOPSIS

PEMILIHAN PERINGKAT TERBAIK FESTIVAL KOOR MENGGUNAKAN METODE TOPSIS Seinar Nasional Teknologi Inforasi dan Kounikasi 01 (SENTIKA 01 ISSN: 089-981 Yogyakarta, 8 Maret 01 PEMILIHAN PERINGKAT TERBAIK FESTIAL KOOR MENGGUNAKAN METODE TOPSIS Sauel Manurung 1 1Progra Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah engikuti ateri ini diharapkan ahasiswa eiliki kopetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelobang dan gelobang-penuh satu fasa dan tiga fasa Menguasai

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 Peran Pendidikan, Sains, dan Teknologi untuk Mengebangkan Budaya Iliah dan Inovasi terbarukan dala endukung Sustainable Developent Goals (SDGs) 2030 ANALISIS INTENSITAS MEDAN MAGNET EXTREMELY LOW FREQUENCY

Lebih terperinci

Alternatif jawaban soal uraian

Alternatif jawaban soal uraian Lapiran Alternatif jawaan soal uraian. Lukislah garis ang elalui pangkal koordinat O(0,0) dan epunai gradien erikut ini! a. -. ) Noor poin a a) Alternatif pertaa langkah pengerjaan pertaa Persaaan garis

Lebih terperinci

Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus

Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus Riset PenggunaanMedia Manik-Manik* Maan Abdurahan SR HayatinNufus Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Keapuan Belajar Mateatika Anak Tunagrahita Maan Abdurahan SR Hayatin Nufus Universitas

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN TEKNIS RINCI

BAB V PERENCANAAN TEKNIS RINCI BAB V PERENCANAAN TEKNIS RINCI 5. PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN 5.. Perhitungan Diensi Saluran Tersier Saluran tersier tidak direncanakan sebagai jalur navigasi sehingga perhitungan diensi untuk salutan

Lebih terperinci

Solusi Treefy Tryout OSK 2018

Solusi Treefy Tryout OSK 2018 Solusi Treefy Tryout OSK 218 Bagian 1a Misalkan ketika kelereng encapai detektor bawah untuk pertaa kalinya, kecepatan subu vertikalnya adalah v 1y. Maka syarat agar kelereng encapai titik tertinggi (ketika

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

Volume 17, Nomor 2, Hal Juli Desember 2015

Volume 17, Nomor 2, Hal Juli Desember 2015 Volue 17, Noor 2, Hal. 111-120 Juli Deseber 2015 ISSN:0852-8349 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA MIND MAP TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KERINCI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Efriana

Lebih terperinci

KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC

KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC1-12706 Denny M. E Soedjono (1), Joko Sarsetiyanto (2), Dedy Zulhidayat Noor (3), Davit Priabodo 4) 1),2),3),4) Progra Studi D3 Teknik Mesin

Lebih terperinci

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI Laila Istiani R. Heri Soelistyo Utoo 2, 2 Progra Studi Mateatika Jurusan Mateatika FMIPA

Lebih terperinci

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dala bidang konstruksi sifat aterial yang dapat terdefleksi erupakan suatu hal yantg sangat enakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi aka struktur yang dibangun

Lebih terperinci

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude 9/0/0 Perhitungan Tahanan Kapal dengan etode Froude Froude enganggap bahwa tahanan suatu kapal atau odel dapat dipisahkan ke dala dua bagian: () tahanan gesek dan () tahanan sisa. Tahanan sisa ini disebabkan

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GLOMBANG LKTROMAGNTIK Contoh. Hubungan dan B dari gelobang bidang elektroagnetik Suatu gelobang bidang elektroagnetik sinusoidal dengan frekuensi 5 MHz berjalan di angkasa dala arah X, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

EVALUASI PERKEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN DI KAWASAN SEKITAR BANTARAN DAS DAYANAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT

EVALUASI PERKEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN DI KAWASAN SEKITAR BANTARAN DAS DAYANAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT EVALUASI PERKEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN DI KAWASAN SEKITAR BANTARAN DAS DAYANAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT Nining G Paputungan 1 Fella Warouw, ST, M.Eng, Ph.D 2, Rayond Ch. Taroreh, ST, MT 3 1 Masiswa S1

Lebih terperinci