BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Partkel Elementer Partkel elementer secara gars besar dapat dbedakan berdasarkan nla spnnya atau berdasarkan nteraks yang mempengaruh. Berdasarkan perbedaan nla spnnya partkel dbedakan menjad partkel fermon (spn pecahan) dan partkel boson (spn bulat), sedangkan berdasarkan nteraks yang mempengaruh partkel dbedakan partkel hadron, yang dpengaruh nteraks kuat, nteraks lemah dan nteraks elektromagnetk, sedangkan partkel lepton dpengaruh oleh nteraks lemah dan nteraks elektromagnetk... Fermon dan Boson Suatu partkel dkatakan boson denttas jka memlk spn blangan bulat dan fungs fungs gelombang dar kedua partkel tdak berubah ketka salng bertukaran, sepert berkut n ψ ψ, demkan juga suatu partkel dkatakan sebaga fermon denttas jka memlk spn setengah blangan bulat dan fungs fungs gelombang dar kedua gelombang berubah ketka salng bertukaran sepert berkut n ψ ψ. Berkut n fungs gelombang yang dwakl ψ yang menggambarkan sfat denttas kesmetran partkel. Fermon denttas ψ (,) - ψ (,) antsmetrs (.) Boson denttas ψ (,) ψ (,) smetrs (.)

2 Fungs gelombang total dar pasangan partkel yang tdak bermuatan dapat drumuskan sebaga berkut: ψ α( ruang) β ( spn) (.) α( ruang) ψ ( r, θ, ϕ) α( ruang) ψ ( r, θ, ϕ) X ( r) Y X ( r) m l ( θ, φ) (l )( l m)! Pl 4π ( l m)! m (cosθ ) e mφ (.4) Dengan α menggambarkan gerakan orbtal partkel mengtar partkel lannya dan α dapat drumuskan sebaga fungs harmonk bola yang drumuskan sebaga berkut: α ( θ, φ) (.5) m Y l Dengan θ dan φ adalah koordnat bola. Perubahan koordnat ruang antara partkel satu dengan partkel lannya (tanpa memperhatkan faktor spn) adalah sebaga berkut: θ π θ φ φ π (.6) Akan menghaslkan persamaan : m α( ruang ) ψ ( r, θ, φ) X ( r) ( θ, φ) (.7) Y l (l )( l m)! α( ruang ) ) 4π ( l m)! l m mφ ψ ( r, θ, φ) X ( r) ( ) Pl (cosθ e (.8) Pada persamaan (.4) akbat faktor rotas, maka akan terdapat faktor pengal (-) l yang dperlhatkan pada persamaan (.8), jka l bernla genap maka α bersfat smetrs dan sebalknya jka nla l bernla ganjl maka α bersfat antsmetrs. Demkan juga dengan fungs spn β akan bersfat smetrs jka spn paralel dan bersfat antsmetrs jka spn antparalel. Jka dhubungkan dengan persamaan (.) maka untuk boson

3 denttas harus memenuh α dan β bersfat smetrs atau antsmetrs sedangkan pada fermon denttas α bersfat smetrs dan β bersfat antsmetrs atau sebalknya. Jka kedua partkel memlk muatan, maka pers (.) menjad : ψ α (ruang) β (spn) γ (muatan) (.9) Maka untuk boson denttas harus memlk γ antsmetrs dan untuk fermon denttas maka γ harus smetrs. Umumnya mater tersusun atas fermon dan boson, lepton dan kuark juga baron termasuk dalam keluarga fermon sedangkan pada keluarga boson terdapat partkel meson serta foton.. Lepton dan Hadron. Dalam fska partkel, jka dtnjau dar nteraks yang mempengaruhnya maka partkel elementer dbedakan menjad dua bagan yatu lepton dan hadron. Lepton berasal dar kata Yunan yang berart partkel rngan atau zarah rngan. Lepton memlk keluarga sebaga berkut : e - (elektron) dan ν e (neutrno elektron), µ (muon) dan ν µ (neutrno muon), τ (tau) dan ν τ (neutrno tau). Semua lepton memlk nla spn ½. Untuk lepton yang memlk muatan yatu ± e, sedangkan lepton netral atau lepton yang bermuatan, dsebut neutrno yang memlk massa yang sangat kecl sekal. Lepton yang bermuatan memlk dua nteraks yakn nteraks lemah dan nteraks elektromagnetk, sedangkan neutrno hanya memlk satu nteraks yatu nteraks lemah. Berkut adalah tabel mengena keluarga lepton

4 Tabel. Muatan dan Massa Lepton Lepton Muatan (e) Massa (MeV/c ) e - -,59989 ±,4 ν < -5 e µ - 5,65869 ±,9 ν <,7 µ τ - 776,99 ±,9 ν <8, τ Tdak sepert lepton, hadron mengalam tga nteraks yakn nteraks kuat, nteraks lemah dan juga mengalam nteraks elektromagnetk. Keluarga dar hadron terdr atas meson dan baron. Meson merupakan partkel yang tersusun dar pasangan kuark dan antkuark, anggota dar meson sendr terdr dar meson bermuatan dan ± meson netral atau bermuatan yatu antara lan partkel pon bermuatan ( π -meson) dan pon netral ( π -meson), partkel kaon ( ± K -meson dan K -meson), serta partkel η -meson yang bermuatan. Sedangkan baron merupakan partkel yang tersusun dar tga buah kuark, anggota dar baron yatu nukleon yang terdr atas proton dan neutron. Baron yang lebh besar dar neutron dsebut hperon dan semuanya tak mantap dengan waktu peluruhan kurang dar -9 detk. Empat kelas hperon yatu Λ (lamda), Σ (sgma), Ξ (ks) dan Ω (omega), berbaga hperon dapat meluruh dengan berbaga cara, tetap hasl akhr selalu memuat proton dan neutron.. Kuark Flavour Pembentuk Baron Nukleon terdr atas proton dan neutron, sedangkan ant nukleon terdr atas antproton dan antneutron. Hperon pada awalnya ddefnskan sebaga partkel yang lebh berat dar nukleon. Bagamanapun juga sepert kta ketahu defns n tdak sepenuhnya benar dan harus memenuh syarat bahwa hperon memlk blangan baron (B), sedangkan anthperon memlk blangan baron -, sepert halnya nukleon, hperon juga merupakan fermon yang mempunya nla spn pecahan.

5 Meson ddefnskan sebaga partkel yang dpengaruh nteraks kuat dan mempunya nla blangan baron, meson termasuk keluarga boson yang mempunya spn bulat. Partkel yang dpengaruh nteraks kuat secara kolektf dkenal sebaga hadron... Baron Dalam fska partkel, baron termasuk keluarga partkel subatomk, anggota baron yatu proton dan neutron (secara kolektf keduanya dsebut nukleon), serta sejumlah partkel tdak stabl, yang lebh berat dsebut hperon. Istlah "baron" berasal dar bahasa Yunan barys, yang berart "berat", karena partkel n lebh berat darpada kelompok partkel yang lan. Baron merupakan bagan dar fermon bernteraks kuat - yatu, partkel yang mengalam gaya nuklr kuat dan djelaskan oleh statstk Ferm- Drac, yang berlaku untuk semua partkel mematuh prnsp larangan Paul. Hal n kontras dengan boson, yang tdak mematuh prnsp larangan Paul. Baron, bersama dengan meson, merupakan keluarga partkel hadron, yang tersusun kombnas kuark. Partkel baron terdr dar tga kuark (qqq), sedangkan meson adalah partkel boson yang terdr dar kuark dan antkuark. Selan nukleon (proton dan neutron), anggota lan dar keluarga baron adalah partkel delta (Δ), partkel lambda (Λ), partkel sgma (Σ), partkel Ks (Ξ) dan partkel omega (Ω). Partkel delta dan resonansnya (Δ, Δ, Δ, Δ - ) terdr dar kombnas kuark atas dan kuark bawah, dan meluruh menjad partkel pon serta proton atau neutron. Partkel lambda (Λ, Λ ) tersusun atas satu kuark atas, satu kuark bawah serta kuark pesona atau kuark aneh, pengamatan keberadaan kuark aneh dtemukan pertama kal pada partkel lambda netral. Partkel sgma (Σ, Σ, Σ - ) tersusun atas satu kuark aneh dan kombnas kuark atas dan kuark bawah. Partkel sgma netral memlk komposs kuark yang sama dengan partkel lambda netral (terdr atas kuark atas, kuark bawah, dan kuark aneh, uds ), dan begtu waktu peluruhannya jauh lebh cepat darpada Σ (uus) atau Σ - (dds). Partkel Ks (Ξ, Ξ - ), terdr atas komposs dua kuark aneh dan kuark atas atau kuark bawah. Netral ks, Ξ (ssu), meluruh menjad lambda netral dan pon netral, yang akan meluruh menjad sebuah elektron dan sebuah postron, akan salng memusnahkan, sehngga tampak bahwa hasl peluruhan ks

6 adalah sebuah lambda yang memancarkan snar gamma. Partkel omega mnus (Ω - ) terdr dar tga quark aneh (sss), penemuan partkel n telah dpredks terlebh dahulu keberadaannya oleh Gell-Mann yang hasl ekspermennya hampr sama dengan perhtungan yang dpredkskan... Kuark Kuark merupakan partkel fundamental yang memlk spn ½, membangun partkel yang mengambl tempat pada nteraks kuat yang dsebut hadron. Baron dan meson merupakan bagan dar hadron, meson tersusun atas kuark dan ant kuark ( q q) sedangkan baron tersusun atas tga kuark (qqq). Kuark memlk beberapa varas atau cta rasa (flavour) yatu antara lan kuark atas (up quark, u), kuark bawah (down quark, d), kuark aneh (strange quark, s), kuark pesona (charm quark, c), kuark dasar (bottom quark, b), dan kuark puncak (top quark, t). Masng-masng kuark tersebut memlk massa yang berbeda yatu massa kuark atas dan bawah (m u m d ) MeV/c, massa kuark aneh 5 MeV/c, massa kuark pesona adalah 5 MeV/c sedangkan untuk kuark dasar adalah sektar 48 MeV/c serta untuk kuark puncak 5 GeV/c. Model kuark yang dsusun oleh Gell-mann dengan menngunakan SU() yang melbatkan tga buah kuark yatu kuark atas, kuark bawah dan kuark aneh. Pada baron dengan kombnas ketga kuark n akan menghaslkan sepuluh (decuplet) partkel baron yakn pada spn / dan menghaslkan delapan (octet) partkel baron pada spn ½, yang tersusun secara smetr. Selanjutnya dengan dtemukannya kuark pesona pada tahun 974, maka model kuark n menggunakan grup Le SU(4), terdapat beberapa partkel yang dhaslkan dengan kombnas kuark n, dantaranya adalah η c yang dbentuk dar kombnas kuark pesona dan antkuark pesona ( c c) yang memlk massa sektar 98 MeV/c. Penemuan kuark pesona n adalah generas kedua. Generas pertama sebelumnya adalah kuark atas dan kuark bawah. Generas ketga kuark adalah kuark dasar (b) dan kuark puncak (t). Kuark dasar lebh dulu dtemukan oleh kelompok Fermlab melalu ekspermen yang dhaslkan melelu reaks :

7 ρ N µ µ X (.) Dengan ρ adalah meson rho, µ adalah muon postf, µ adalah moun negatf, dan X adalah partkel resonans yang dperkrakan sebaga pasangan kuark dasar dan antkuark dasar, N sendr adalah nt platna. Kuark puncak dtemukan pada tahun 995 juga oleh kelompok Fermlab. Model keenam kuark n dbahas dengan menggunakan Grup Le SU(6)... Partkel K-Meson Partkel K-meson (kaon) terbag atas dua bagan yakn kaon netral dan kaon bermuatan. Kaon bermuatan memlk massa sektar 494 MeV/c dan waktu peluruhan, x 8 detk dapat meluruh dengan beberapa cara. Kaon netral memlk massa lebh besar dar kaon bermuatan yakn sektar 498 MeV. Berkut n beberapa model peluruhan partkel kaon postf yang dsusun berdasarkan urutan terbesar peluang tercptanya hasl peluruhan tersebut, yakn: K µ υ µ π π π π π π e π υ µ υ µ π π π e (.) Untuk partkel kaon netral memlk reaks peluruhan sebaga berkut: _ K π π (.)..4 Λ - Hperon Penemuan Λ - Hperon pertama kal dketahu melalu reaks peluruhan: Λ p π (.)

8 Dar reaks datas dapat dlhat bahwa reaks tersebut menghslkan proton dan pon negatf, sedangkan massanya dapat dhtung dar persamaan berkut : ( ) ( ) Ρ Ρ E (.4) p E π p π Dengan E dan P adalah total energ dan momentum partkel, massa yang dperoleh dar reaks tersebut yatu (5,6 ±,5) MeV/c. Waktu peluruhan yang ddapat dar ekspermen tersebut yatu (,6 ±,) x - detk. Dalam keadaan bebas partkel n juga dapat dperoleh dar reaks berkut: Λ nπ (.5) Reaks peluruhan n ddapat dengan mendeteks pasangan pon netral dengan snar gamma. Selan tu partkel Λ dapat dperoleh melalu reaks Λ nγ (.6) Dengan energ snar gamma antara sampa 4 MeV...5 ± Σ - hperon Partkel n pertama kal djelaskan dar hasl observas dalam emuls nuklr pada snar kosmk yang mendentfkas massa sektar MeV/c. Model peluruhan yang basa dgunakan yatu : Σ Σ Σ nπ pπ (.7) nπ

9 Pada keadaan n, model peluruhan n melput lepton dan snar gamma yang banyak terjad pada frekuens sangat rendah, contoh model peluruhannya adalah: ` Σ pγ ne υ e nµ υ nπ γ Λe υ µ e (.8) Sedangkan untuk hperon sgma negatf yatu: Σ ne υ e µ nµ υ Λe υ (.9) e nπ γ Perbedaan massa antara partkel hperon sgma postf dengan hperon sgma negatf relatf kecl. Massa kedua partkel yatu: m m Σ Σ (89,5 ±,6) MeV / c (97,4 ±,5) MeV / c Sedangkan waktu peluruhan kedua partkel n yatu: Σ (,8 ±,) x - detk Σ (,65 ±,) x - detk...6 Σ - hperon Menurut Gell-Mann dan Nshjma, peluruhan partkel sgma netral n dperoleh dar reaks berkut n :

10 Σ Λγ (.) Peluruhan pada partkel sgma netral n prosesnya dmungknkan melalu nteraks elektromagnetk, dar hasl ekspermen dperoleh waktu peluruhan sektar -5 detk, sedangkan massa partkel yang dperoleh yatu 9 MeV/c mendekat massa partkel sgma negatf...7 Ξ - hperon Partkel n akan meluruh menjad pon negatf dan Λ - hperon, reaks peluruhannya adalah sebaga berkut: Ξ Λπ (.) Massa partkel Ks negatf n adalah (, ±,) MeV/c, sedangkan waktu peluruhannya adalah (,64 ±,6) x - detk...8 Ξ - hperon Partkel sgma netral dperoleh dar reaks peluruhan sebaga berkut: Ξ Λπ (.) Sepert halnya partkel ks negatf, partkel ks netral juga menghaslkan pon netral dan Λ - hperon. Partkel ks netral dperoleh dar produks melalu reaks berkut: K p Ξ K (.) Massa partkel ks netral yang dperoleh dar hasl ekspermen yakn (4,9 ±,6) MeV/c dan waktu peluruhannya adalah (,9 ±,) x - detk

11 ..9 Ω -hperon Partkel n dpredks kehadrannya oleh Gell-Mann berdasarkan kesmetran grup Le SU() pada partkel baron, massa yang dpredks oleh Gell-Mann yatu 67 MeV/c. Model peluruhan berdasarkan ekspermen yatu dhaslkan reaks sepert berkut n: Ω Ξ π Ξ π ΛK (.4) Partkel omega negatf n merupakan hasl dar reaks berkut: K p Ω K K (.5) Dar hasl ekspermen massa yang dperoleh tdak terlalu jauh meleset dar yang dperkrakan oleh Gell-Mann yatu (67,45 ±,) MeV/c, sedangkan waktu peluruhannya adalah (,89 ±,7) x - detk.. Tpe Interaks Dalam lmu fska dkenal empat macam nteraks yatu: nteraks kuat, nteraks lemah dan nteraks elektromagnetk serta nteraks gravtas. Gaya tark menark antara dua massa dkenal dengan nteraks gravtas, sedangkan gaya yang dpengaruh oleh suatu muatan lstrk dalam medan elektromagnetk dkenal sebaga nteraks elektromagnetk. Interaks lemah terjad pada peluruhan yang dalam oleh peluruhan beta, sedangkan gaya yang mengkat nukleon dan proton dalam nt dsebut gaya nt yang menyebabkan terjadnya peluruhan alpa, nteraks n dkenal juga dengan nteraks kuat.

12 Dalam fska partkel nteraks gravtas dapat dabakan hal n karena nteraks n tdak memlk efek yang cukup berpengaruh yang dsebabkan karena konstanta koplng nteraks gravtas 4,6 x -4, sehngga sangat kecl apabla dbandngkan dengan konstanta sturuktur halus (α ) yang tak berdmens, harga α dberkan sebaga berkut: e α (.6) 4π c 7,6 Konstanta struktur halus dhaslkan pada nteraks kuat antara foton dan partkel bermuatan. Interaks elektromagnetk bekerja pada partkel bermuatan, nteraks n akan menghaslkan gaya tark-menark dan tolak-menolak. Proses dasar nteraks elektromagnetk dberkan sebaga berkut: e e γ, terjad pada saat elektron datang pada ttk puncak akan memancarkan suatu foton. Ampltudo pada proses nteraks sebandng dengan muatan elektron, tepatnya α, dengan α adalah konstanta struktur halus. Muatan lstrk pada pada proses nteraks elektromagnetk, yatu kuat medan memankan peranan pada nteraks kuat. Pada nteraks lemah mempunya peranan pada peluruhan partkel msalnya pada peluruhan beta, peluruhan muon dan peluruhan pon. Proses dasar nteras lemah yatu: n p e υ yang mempunya jarak -8 meter. Pada nteraks kuat mempunya peranan pada nteraks antar nt atom. Gaunge boson pada nteraks kuat dsebut gluon, sama sepert kuark yang membawa warna muatan, gluon dapat bernteraks dantara kuark. Koplng dasar dar nteraks kuat adalah muatan elektron dan gluon, konstanta koplngnya yatu Dengan g s α 4π s α s, (.7)

13 Konstanta koplng kuat sektar kal dar konstanta struktur halus. Interaks kuat terjad datas -5 meter. Jka terjad nteraks maka akan ada ddapat partkel perantara. Berkut n adalah tabel perbandngan keempat nteraks tersebut. Tabel. Perbandngan Empat Tpe nteraks Partkel perantara Tpe nteraks Sumber Massa (GeV/c ) Muatan Jarak (m) G Gravtas Massa γ Elektromagnetk Muatan lstrk G Kuat ± W Lemah Z Lemah Muatan warna Muatan lemah Muatan lemah -5 8,4 ± -8 9, Teor Grup Teor grup adalah suatu cabang dalam fska yang mempelajar tentang smetr. Smetr adalah sfat alam yang ada dalam fska. Sfat smetr yang dmlk suatu sstem fska dapat dketahu dar nvarant tdaknya Lagrangan dan Hamltonan terhadap suatu transformas. Ketka transformas yang dgunakan membentuk suatu grup, maka akan lebh menguntungkan mempelajar sstem tersebut dengan menggunakan teor grup.

14 .4. Defns Grup Suatu hmpunan G dar transformas g akan membentuk suatu grup, apabla memenuh ketentuan sebaga berkut:. Terdapat relas tertutup (closure) g G, g G (.8) g g g G (.9). Terdapat relas asosatf, untuk semua g, g g G, ( g g g ) g g ( g ) (.). Memlk elemen denttas e, yang juga anggota dar grup tu sendr ge eg g (.) 4. Memlk elemen nvers g - yang juga merupakan anggota dar grup tu sendr gg g g e (.) Sfat komutatf bukanlah suatu keharusan dalam grup, tap apabla ada suatu grup yang memlk sfat komutatf dengan ab ba (dengan a,b merupakan elemen dar grup) maka grup tersebut adalah abelan, sedangkan grup yang memenuh persyaratan sampa 4 dsebut grup abstrak..4. Grup Le Grup kontnu memankan peranan pentng dalam fska, mereka memlk elemen grup yang tak berhngga, berbeda dengan grup terbatas (fnte grup).

15 Grup yang memlk elemen tak hngga dbag menjad dua jens : dskrt dan kontnu. Pada jens dskrt elemen grupnya dapat dhtung. Sedangkan pada kontnu elemen grupnya tdak bsa dhtung. Untuk dapat memaham jens kontnu, maka perlu dhubungklan dengan grup dskrt, karena aljabarnya dketahu dengan bak adalah grup dskrt. Untuk keperluan tersebut maka dperkenalkan konsep ruang abstrak (grup manfold), dmana setap ttk a berhubungan tepat dengan satu elemen grup g a. a g a (.) Atau dapat dkatakan bahwa perkalan ph dar ruang abstrak, dengan: g g g akan mendefnskan suatu fungs c a b c φ( a; b) (.4) Dengan nla a, b, c,... memlk nla dskrt Suatu grup kontnu dmana elemen-elemen grupnya dapat dlabelkan sebaga suatu kumpulan parameter real terhngga yang secara kontnu bervaras maka tersebut adalah grup Le. Ide dasar dar Shopus Le adalah dengan menganggap suatu transformas terhngga dapat dar suatu urutan transformas yang tak berhngga. Karena adanya transformas dengan tetangga terdekat, maka grup kontnu dapat dpelajar secara keseluruhan dapat dlakukan dengan menggunakan transformas nftesmal, dmana struktur dar seluruh grup dapat dtentukan dengan mempelajar struktur lokal dekat elemen denttas. Maka dapat dtulskan x f ( x ; a) dan x f (x;) (.5)

16 Jka terdapat suatu transformas x dx f ( x ; a da) (.6) Dperkenalkan suatu parameter transformas dtulskan a maka persamaan datas dapat x dx f ( x; a) (.7) Kemudan dapat dtulskan persamaan f ( x; a) dx a a a (.8) Akan dperkenalkan suatu notas baru f ( x; a) u ( x) (.9) a a Maka kta dapat penulsan persamaan (.8) dengan dx u ) ( x a (.4).4. Generator Generator adalah suatu elemen yang sangat pentng dar grup Le. Msalnya terdapat suatu fungs F dar koordnat x x dx akan mengubah F menjad x, yang memlk transformas nfntesmal df F F dx a u a X F (.4) x x

17 Dengan X x u (.4) Parameter nlah yang dsebut dengan operator nfntesmal atau generator dar transformas grup. Generator dar grup memenuh relas komutas sebaga berkut: τ [ X κ X δ ] cκδ X τ, (.4) Dengan τ c κδ adalah struktur konstan dar grup..4.4 Isospn Isospn adalah sebuah aproksmas dar grup Le SU() yang berguna untuk mengdentfkas proton dan neutron. Jka proton dan neutron dgambarkan sebaga dua keadaan bebas dar partkel yang sama, hal tu lazm dalam menggambarkan dua bentuk komponen vektor, spn up dan spn down dar sebuah sstem spn ½, sepert terlhat pada keadaan dbawah n: p, n (.44) Lebh lanjut dapat dlhat bagan yang luas dar smetr yang sangat berguna untuk menggolongkan keluarga partkel, sebaga berkut n: p I, I, n I, I (.45) Dalam kerangka model kuark, gambaran fundamental dar smetr sospn cocok untuk kuark atas dan kuark bawah, sepert berkut n:

18 u,, d, (.46).4.5 Grup Le SU() Bentuk yang palng sederhana dar aljabar Le non-abelan terdr dar tga generator yatu τ k, dengan k,, dengan hubungan komutas sebaga berkut: [ τ, τ ] τ [ τ, τ ] τ [ τ, τ ] τ (.47) (.48) (.5) Generator SU() adalah ½ dar matrks Paul k, sehngga berlaku hubungan : τ k k (.5) dengan ; Generator generator tersebut juga mengambl peranan dalam SU().4.6 Grup Le SU() Dengan dtemukannya jens kuark ketga yang dkenal dengan kuark aneh (strange quark, s), maka untuk menjelaskan konsep yang mempergunakan tga kuark dperlukan suatu landasan matemats yatu Grup Le SU() yang memlk 8 generator.

19 Dengan mengkut kadah sepert pada SU() maka dapat dperoleh sebaga berkut:, Y I u (.5), Y I s (.5), Y I d (.54).4.7. Generator SU() Generator SU() adalah sebaga berkut: ; u d ud λ ; ) ( du ud λ ; d d uu λ ; 4 u s us λ ; ) ( 5 su us λ ; 6 d s d s λ ; ) ( 7 sd d s λ ) ( 8 d d ss uu λ

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR. Misalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformasi linear f L ( V, F )

BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR. Misalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformasi linear f L ( V, F ) 28 BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR III.1 Ruang Dual Defns III.1.2: Ruang Dual [10] Msalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformas lnear f L ( V, F ) dkatakan fungsonal lnear (atau

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 33-40, April 2001, ISSN : KLASIFIKASI INTERAKSI GELOMBANG PERMUKAAN BERTIPE DUA SOLITON

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 33-40, April 2001, ISSN : KLASIFIKASI INTERAKSI GELOMBANG PERMUKAAN BERTIPE DUA SOLITON JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No., 33-40, Aprl 00, ISSN : 40-858 KLASIFIKASI INTERAKSI GELOMBANG PERMUKAAN BERTIPE DUA SOLITON Sutmn dan Agus Rusgyono Jurusan Matematka FMIPA UNDIP Abstrak Pada

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

Grup, Simetri dan Hukum Kekekalan

Grup, Simetri dan Hukum Kekekalan 5 Grup, Smetr dan Hukum Kekekalan Setelah mempelaar bab 5, mahasswa dharapkan dapat:. Mendefnskan grup. Memaham operas-operas grup. Memaham sfat-sfat grup unter U(N) dan SU(N) 4. Memaham dagram bobot quark

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381 Bab 1 Ruang Vektor Defns Msalkan F adalah feld, yang elemen-elemennya dnyatakansebaga skalar. Ruang vektor atas F adalah hmpunan tak kosong V, yang elemen-elemennya merupakan vektor, bersama dengan dua

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

Review Thermodinamika

Review Thermodinamika Revew hermodnamka Hubungan hermodnamka dan Mekanka tatstk hermodnamka: deskrps fenomenologs tentang sfatsfat fss sstem makroskopk dalam kesetmbangan. Phenomenologs : mendasarkan pada pengamatan emprs terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Pendahuluan. 2.2 Pengukuran Data Kondisi

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Pendahuluan. 2.2 Pengukuran Data Kondisi BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendahuluan Model penurunan nla konds jembatan yang akan destmas mengatkan data penurunan konds jembatan dengan beberapa varabel kontnu yang mempengaruh penurunan kondsnya. Data

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

UKURAN GEJALA PUSAT &

UKURAN GEJALA PUSAT & UKURAN GEJALA PUSAT & UKURAN LETAK UKURAN GEJALA PUSAT & LETAK Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengena suatu populas atau sampel Ukuran yang merupakan wakl kumpulan data mengena populas atau sampel

Lebih terperinci

Perumusan Ensembel Mekanika Statistik Kuantum. Part-2

Perumusan Ensembel Mekanika Statistik Kuantum. Part-2 Perumusan Ensembel Mekanka Statstk Kuantum Part-2 Menghtung Banyak Status Keadaan Asums : partkel tak punya spn (spnless!)-> apa konsekuensnya? Karena TAK ADA INTERAKSI maka tngkat-tngkat energy yg bsa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

BAB III SKEMA NUMERIK

BAB III SKEMA NUMERIK BAB III SKEMA NUMERIK Pada bab n, akan dbahas penusunan skema numerk dengan menggunakan metoda beda hngga Forward-Tme dan Centre-Space. Pertama kta elaskan operator beda hngga dan memberkan beberapa sfatna,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai ring embedding dan faktorisasi. tunggal pada ring komutatif tanpa elemen kesatuan.

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai ring embedding dan faktorisasi. tunggal pada ring komutatif tanpa elemen kesatuan. BAB III PEMBAHASAN Pada bab n akan dbahas mengena rng embeddng dan faktorsas tunggal pada rng komutatf tanpa elemen kesatuan. A. Rng Embeddng Defns 3.1 (Malk et al. 1997: 318 Suatu rng R dkatakan embedded

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak JURAL MATEMATIKA DA KOMUTER Vol. 6. o., 86-96, Agustus 3, ISS : 4-858 MECERMATI BERBAGAI JEIS ERMASALAHA DALAM ROGRAM LIIER KABUR Mohammad Askn Jurusan Matematka FMIA UES Abstrak Konsep baru tentang hmpunan

Lebih terperinci

I. PENGANTAR STATISTIKA

I. PENGANTAR STATISTIKA 1 I. PENGANTAR STATISTIKA 1.1 Jens-jens Statstk Secara umum, lmu statstka dapat terbag menjad dua jens, yatu: 1. Statstka Deskrptf. Statstka Inferensal Dalam sub bab n akan djelaskan mengena pengertan

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Matematka dbag menjad beberapa kelompok bdang lmu, antara lan analss, aljabar, dan statstka. Ruang barsan merupakan salah satu bagan yang ada d bdang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

TEORI KESALAHAN (GALAT)

TEORI KESALAHAN (GALAT) TEORI KESALAHAN GALAT Penyelesaan numerk dar suatu persamaan matematk hanya memberkan nla perkraan yang mendekat nla eksak yang benar dar penyelesaan analts. Berart dalam penyelesaan numerk tersebut terdapat

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER LANJUT

ALJABAR LINIER LANJUT ALABAR LINIER LANUT Ruang Bars dan Ruang Kolom suatu Matrks Msalkan A adalah matrks mnatas lapangan F. Bars pada matrks A merentang subruang F n dsebut ruang bars A, dnotaskan dengan rs(a) dan kolom pada

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA A-3 Dan Aresta Yuwanngsh 1 1 Mahasswa S Matematka UGM dan.aresta17@yahoo.com Abstrak Dberkan R merupakan rng dengan elemen satuan, M R-modul kanan, dan R S End

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2 1. D bawah n adalah pernyataan mengena pengukuran : 1. mengukur adalah membandngkan besaran yang dukur dengan besaran sejens yang dtetapkan sebaga satuan 2. dalam setap pengukuran selalu ada kesalahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

MINGGU KE- V: UKURAN PENYEBARAN

MINGGU KE- V: UKURAN PENYEBARAN MINGGU KE- V: UKURAN PENYEBARAN Tujuan Instruksonal Umum :. Mahasswa mampu memaham apa yang dmaksud dengan ukuran penyebaran. Mahasswa mampu memaham berbaga pengukuran untuk mencar nla ukuran penyebaran

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

Bab 3. Teori Comonotonic. 3.1 Pengurutan Variabel Acak

Bab 3. Teori Comonotonic. 3.1 Pengurutan Variabel Acak Bab 3 Teor Comonotonc Pada bab n konsep teor comonotonc akan dpaparkan dar awal dan berakhr pada konsep teor n untuk jumlah dar peubah - peubah acak 1. Setelah tu untuk membantu pemahaman akan dberkan

Lebih terperinci

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi)

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi) Petunjuk Praktkum Fska Dasar I (Tumbukan Dalam Satu Dmens) Dajukan Untuk Memenuh Tugas Tersruktur Mata ulah Ekspermen Fska Dasar 1 Jurusan Penddkan Fska Oleh : Muhamad Ihsanudn (0602425) JURUSAN PENDIDIAN

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci