E-MODUL BERORIENTASI PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN STATISTIK INFERENSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "E-MODUL BERORIENTASI PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN STATISTIK INFERENSIAL"

Transkripsi

1 529 E-MODUL BERORIENTASI PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN STATISTIK INFERENSIAL I Wayan Wdana Jurusan Penddkan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Penddkan Unverstas Penddkan Ganesha emal: wayan_wdana@yahoo.co.d ABSTRAK Tujuan peneltan n adalah mengembangkan e-modul statstk nferensal berorentas pemecahan masalah, mengetahu kefektfan penggunaan e-modul dalam menngkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpkr krts mahasswa serta mengetahu tanggapan mahasswa terhadap penggunaan e-modul dalam perkulahan statstk nferensal. Peneltan n dlaksanakan d Jurusan Penddkan Guru Sekolah Dasar Unverstas Penddkan Ganesha. Peneltan n dlaksanakan menggunakan rancangan peneltan pengembangan dengan mengadops model Plomp yang melput beberapa fase yatu: 1) fase nvestgas awal; 2) fase desgn/perancangan; 3) fase realsas/konstruks; 4) fase tes, evaluas dan revs; dan 5) fase mplementas. Hasl Peneltan menunjukkan: 1) E-modul yang telah dkembangkan termasuk kategor berkualtas bak, 2) penggunaan e-modul dalam pembelajaran statstk nferensal dapat menngkatkan Hasl belajar statstk Inferensal dan kemampuan berpkr krts mahasswa, 3) tanggapan mahasswa terhadap penggunaan e- modul dalam perkulahan adalah sangat postf. Kata Kunc: e-modul, kemampuan berpkr krts, pemecahan masalah PENDAHULUAN Kemajuan teknolog nformas berdampak pada pengembangan lmu pengetahuan secara terus menerus, termasuk ddalamnya pengembangan lmu pengetahuan dbdang statstk. Pengetahuan lama akan terus mengalam perkembangan sehngga pengetahuan tu sendr menjad dnams mengkut perkembangan hdup manusa dsegala bdang, bak dbdang penddkan, sosal, ekonom, poltk, maupun sans dan teknolog. Bahkan sekarang n pengembangan lmu pengetahuan statstk menjad refrens, pendukung, dan memperkaya lmu pengetahuan lannya secara unversal. Hampr setap dspln lmu membutuhkan perangkat statstk, dan hampr setap har kta tdak akan lepas dar kebutuhan terhadap datadata statstk. Dalam kehdupan sehar-har, tdak dapat dupungkr bahwa kta serng menjumpa nformas-nformas statstk bak yang dsajkan lewat meda elektronk maupun lewat meda cetak. Informas-nformas tersebut dsajkan dalam bentuk angka-angka, tabel, atau grafs. Msalnya: sajan nformas tentang laju pertumbuhan penduduk, hasl poolng tentang cara pemlhan presden, keadaan penduduk prasejahtera, pengangguran sarjana, dan sajan persentase dana pembangunan yang dkorups pejabat. Contoh tersebut merupakan beberapa contoh kecl dar sekan banyak hal lannya yang berkatan dengan pemanfaatan statstk. Jad dapat dkatakan bahwa statstk memlk peran pentng dan sudah menjad bagan dalam kehdupan manusa modern. Oleh sebab tu pemahaman terhadap statstk menjad sangat dperlukan sebaga pendukung Sumber Daya Manusa (SDM) yang bsa bersang d pangsa pasar.

2 530 Pembelajaran statstk menjad salah satu pembelajaran wajb dperguruan tngg dalam bentuk mata kulah statstk deskrptf dan statstk nferensal terutama mahasswa jurusan S1, S2, dan S3. Mata kulah n dharapkan dapat membantu mahasswa menangan nformas yang bersfat kuanttatf. Sebaga calon lmuwan, mahasswa dharapkan memlk kemampuan dalam menggunakan pendekatan lmah dalam memecahkan masalah. Msalnya dalam peneltan akadems sepert yang dterapkan dalam penulsan skrps merupakan salah satu kegatan kelmuan dmana permasalahan yang ada dpecahkan dengan melalu penggunaan pendekatan lmah. Dalam memecahkan permasalahan peneltan, statstk dapat berperan sebaga alat bantu yang dapat dgunakan untuk menangan data kuanttatf yang dperoleh dalam peneltan. Dengan kata lan, melalu analss statstk, dapat dgambarkan stuas, konds, atau fakta yang dtelt dan sekalgus dapat dperoleh suatu kesmpulan yang masuk akal. Hal n senada dengan pendapatnya Sudjono (2012) yang menyatakan bahwa dengan menggunakan statstk sebaga alat bantu, maka berlandaskan pada data eksak tu kta dapat menark kesmpulan secara logs, mengambl keputusan secara tepat dan mantap, serta dapat memperkrakan atau meramalkan hal-hal yang mungkn terjad d masa mendatang, dan langkah kongkret apa yang kemungknan perlu dlakukan oleh seorang penddk. Begtu pentngnya pemahaman statstk dalam pengembangan kelmuan dan kehdupan sehar-har, maka mata kulah statstk seharusnya menjad salah satu mata kulah yang menyenangkan dan dgemar oleh mahasswa. Untuk tujuan tu, pemerntah menerbtkan Peraturan Pemerntah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasonal Penddkan. Ruang lngkup standar nasonal penddkan melput: standar s, standar proses, standar kompetens lulusan, standar penddk dan tenaga kependdkan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembayaan dan standar asesmen penddkan. Selanjutnya dsebutkan bahwa standar nasonal penddkan berfungs sebaga dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penddkan dalam rangka mewujudkan penddkan nasonal yang bermutu. Standar nasonal penddkan bertujuan menjamn mutu penddkan nasonal dalam rangka mencerdaskan kehdupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. D ss lan, Teknolog nformas dan komunkas (TIK), memlk potens yang sangat besar sebaga sarana atau alat untuk mengembangkan keteramplan tersebut dalam proses pembelajaran. Mac Knnon (dalam Muderawan, 2011) menyatakan bahwa teknolog akan membantu mengembangkan semua jens keteramplan berpkr mula dar tngkat yang palng mendasar hngga tngkat kemampuan berpkr krts. Oleh karena tu, dalam penddkan modern, dosen dtuntut untuk mampu mengntegraskan TIK dalam proses pembelajaran. TIK seharusnya tdak hanya djadkan objek yang harus dpelajar atau memposskan mahasswa sebaga orang yang belajar TIK namun apa yang seharusnya terjad adalah dalam proses pembelajaran harus menggunakan TIK sehngga mahasswa sekalgus belajar TIK d sana ( learnng wth or trhough ICT). Serng dengan pesatnya perkembangan TIK terutama nternet maka peluang penerapan e-learnng sangat besar. Purwanngsh & Pujanto (2009) menyatakan pemanfaatan e-learnng d LPTK merupakan hal yang urgen karena dapat menularkan dan melath para calon penddk untuk cakap menggunakan teknolog dalam pembelajaran. Nurchal (2010) juga menyatakan bahwa pemanfaatan komputer dalam pembelajaran dapat memberkan

3 531 pengalaman belajar yang banyak dan varatf, menngkatkan motvas belajar serta mengembangkan keteramplan TIK (Teknolog Informas dan Komputer) mahasswa. Keteramplan TIK yang dperoleh n tentunya akan sangat bermanfaat ketka mereka bekerja dan dalam kehdupannya nant. Terkadang untuk menjad guru yang profesonal, kemampuan kogns saja tdak cukup, pentng juga dlengkap dengan keteramplan-keteramplan tertentu msalnya d bdang TIK. Apalag saat n mash sedkt guru yang mampu memanfaatkan komputer dalam pembelajarannya (Sucta, 2010). Banyak keuntungan yang dapat dpetk melalu penerapan e-learnng, dua dantaranya yang utama adalah menngkatkan efektvtas dan fleksbltas pembelajaran (Surjono, 2009; Praherdhono, 2011; Gozal & Bllan, 2011; Mertasar, 2011; Santosa, 2011). Melalu e- learnng pembelajaran dapat dlakukan kapan saja dan dmana saja, tdak terkat ruang dan waktu. Walaupun banyak manfaat yang dperoleh dengan menggunakan e-learnng namun persentase penggunaannya mash rendah, proses belajar mengajar d perguruan tngg d Indonesa mash ddomnas dengan tatap muka (Gozal & Bllan, 2011). Saat n Undksha telah memlk dua portal e-learnng. Portal pertama dkembangkan sendr oleh Unt Pusat Komputer Undksha dan satunya lag dkembangkan dengan berbass Moodle. Kedua portal n telah dkembangkan untuk tfe e-learnng terpadu yatu memungknkan dosen untuk mengunggah mater hypermeda dan hperteks, absens, evaluas, forum dskus dan perpustakaan dgtal. Dengan telah dmlknya portal e-learnng dan ddukung besarnya kapastas bandwdh nternet yang ada yatu hngga 50 MB maka pengembangan e-learnng Undksha merupakan suatu potens yang besar. Namun pemanfaatannya belum optmal bahkan dapat dkatakan mash mnm (Candasa, 2009). Lebh lanjut, berdasarkan penelusuran awal pada kedua portal yang ada, dar 478 dosen Undksha, persentase dosen pengguna e-learnng aktf yang ada mash kurang dar 10%. Hal n mash jauh dar harapan mengngat dalam Renstra Undksha ngn dcapa 90 orang dosen (19%) aktf menerapkan e-learnng dalam perkulahan. Berdasarkan pengalaman penelt sebaga pengampu mata kulah statstk nferensal tahun akademk 2011/2012 dan 2012/2013, perkulahan telah menerapkan e-learnng dalam tngkat yang palng sederhana yatu sebaga tempat mengunggah mater dan tugas perkulahan, bla dbaratkan pemanfaatannya mash layaknya loker vrtual. Dan tentunya dalam hal n, manfaat e-learnng belum dperoleh secara optmal padahal fasltas untuk tu ada. Oleh karenanya, penelt ngn mengoptmalkan pemanfaatan seluruh tool yang ada d portal e-learnng dan mensubttus sebagan pembelajaran konvensonal (tatap muka) dengan pembelajaran onlne yang selanjutnya dkenal dengan blended learnng atau hybrd learnng dengan tujuan sehngga kualtas perkulahan menngkat. Menurut Galvn (2011; 261) Blended learnng course s an effectve way to teach the skll and promote an evdence-based approach to practce n ths area. Hasl peneltan Manger (2011) merekomendaskan agar pembelajaran mengkolaboraskan antara tatap muka dan onlne karena sangat cocok dengan kecenderungan budaya belajar d perguruan tngg. Dalam merancang suatu perkulahan dengan blended learnng ada ungkapan repot d awal, enak berkutnya, maksud dar ungkapan tersebut adalah yang terpentng dalam penerapan blended learnng adalah penyapan perangkat pembelajaran guna mendukung keberlangsungan dan kelancaran pembelajaran selanjutnya sehngga blended learnng dapat

4 532 menngkatkan kualtas bukan malah lebh rendah kualtasnya dbandngkan perkulahan tatap muka. Mengngat pada penerapan blended learnng menuntut kemandran mahasswa dalam belajar, maka pengembangan perangkat pembelajaran yang dprortaskan adalah e-modul (elektronk-modul). E-modul merupakan suatu modul berbass TIK, kelebhannya dbandngkan dengan modul cetak adalah sfatnya yang nteraktf memudahkan dalam navgas, memungknkan menamplkan/memuat gambar, audo, vdeo dan anmas serta dlengkap tes/kus formatf yang memungknkan umpan balk otomats dengan segera. Mertasar (2010) menambahkan bahwa penggunaan modul web dan pembelajaran bermeda akan menjamn kontrol mahasswa, fleksbltas, bebas konteks dan juga relatve bebas konvens sosal. E-modul yang akan dkembangakan dalam peneltan n dsusun menggunakan software exe. Sofware n merupakan freeware yang dapat dunduh pada yang dkembangkan oleh Sand Brtan etc (2004) dan ddukung oleh CORE Educaton. Beberapa keunggulan penggunaaan software n dantaranya: 1) mudah dgunakan, tamplan sangat user frendly dan tanpa membutuhkan penguasaan bahasa pemrograman tertentu dalam penggunaannya, 2) terdapat -devce sepert java applet dan kus onlne sehngga memungknkan memasukkan aplkas java dan kus/tes onlne dengan balkan yang bersfat segera dan 3) adanya mode nsert text berbentuk latex sehngga memudahkan dalam pembuatan equaton matematka. E-modul yang dkembangkan berorentas pemecahan masalah. Hal n untuk menjawab permasalahan yang penelt temu selama mengampu perkulahan dua tahun sebelumnya yatu rendahnya kemampuan berpkr krts mahasswa. Kemampuan berpkr krts adalah keteramplan mengdentfkas fakta yang relevan, mengenal keterbatasan, asums-asums atau kekhususan yang berkatan dengan prosedur yang dgunakan, dan menentukan jawaban yang rasonal (Krulck dan Rudnck, 1996). Dar analss hasl ujan tengah semester mahasswa pada perkulahan statstk nferensal tahun akademk 2011/2012, sebagan besar mahasswa gagal dalam menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan berpkr krts. Berdasarkan koreks terhadap jawaban yang dberkan mahasswa dperoleh sebaran sebaga berkut : ada 20% mahasswa mengosongkan lembar jawaban, 40% memberkan jawab tanpa alasan, 30% mahasswa memberkan jawaban tap alasan mash kelru, dan hanya ada 10% yang mampu menjawab dengan sempurna. Hal n mengndkaskan bahwa mahasswa gagal membedakan antara nformas, alasan, dan tuntutan-tuntutan yang relevan dengan yang tdak relevan dan berart bahwa kemampuan berpkr krts mahasswa mash rendah. Hasl evaluas menemukan kelemahan mahasswa terletak dalam hal: 1) membuat model matematka/statstk dar masalah yang dberkan; 2) memlh dan menetapkan strateg untuk menyelesakan masalah; 3) sebagan besar hanya mampu melakukan perhtungan secara mekans tetap belum mampu menjelaskan atau mengnterpretaskan hasl; 4) menjelaskan gambar atau grafk ke dalam bahasa tulsan; dan 5) membaca dengan pemahaman suatu representas yang dberkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan mahasswa dalam pemecahan masalah dan komunkas matematsnya mash kurang. Penggunaan e-modul berorentas pemecahan masalah akan menuntun mahasswa untuk mencar pemecahan masalah secara mandr dan hal n akan memberkan suatu pengalaman konkret dalam pemecahan masalah sehngga menumbuhkan dan melath keteramplan berpkr tngkat tngg termasuk kemampuan berpkr krts. Hal n sesua

5 533 dengan pendapat Shadq (2012) menyatakan bahwa salah satu upaya yang dlakukan untuk mengembangkan kemampuan berpkr krts sebaga tuntutan era global adalah membasakan peserta ddk melakukan pemecahan masalah bukan saja dakhr pembelajaran tetap d awal pembelajaran dengan menjadkan pemecahan masalah sebaga suatu pendekatan pembelajaran matematka. Pendapat n dperkuat juga oleh Tranto (2009) yang menyatakan bahwa Pengajaran berdasarkan masalah meupakan pendekatan yang efektf untuk pengajaran proses berpkr tngkat tngg termasuk ddalamnya kemampuan berpkr krts. Hasl peneltan terdahulu Suarsana & Parwat (2007) juga menunjukkan bahwa pengembangan modul berorentas penalaran dan pemecahan masalah berhasl mengembangkan kemampuan berpkr krts dan kreatf mahasswa. Berdasarkan uraan d atas maka tujuan umum dar peneltan n adalah mengembangkan e-modul berorentas pemecahan masalah yang merupakan salah satu konten pendukung dalam pembelajaran onlne. Secara khusus peneltan n dtujukan untuk mendeskrpskan kualtas modul yang telah dkembangkan, mengetahu efektftas e-modul dalam upaya menngkatkan kemampuan berpkr krts mahasswa serta mengetahu tanggapan mahasswa terhadap penggunaan e-modul dalam perkulahan statstk nferensal. METODE Peneltan n adalah peneltan pengembangan, karena dalam pelaksanaannya mengembangkan bahan ajar berupa e-modul berorentas pemecahan masalah untuk menngkatkan hasl belajar dan kemampuan berpkr krts mahasswa. E-modul dkembangkan dengan menggunakan perangkat lunak exe dengan merujuk pada model pengembangan Plomp. Menurut Plomp (1997), pelaksanaan pengembangan melput beberapa fase sepert: 1) fase nvestgas awal; 2) fase desgn/perancangan; 3) fase realsas/konstruks; 4) fase tes, evaluas dan revs; dan 5) fase mplementas. Subjek peneltan n adalah mahasswa yang memprogram kulah statstk nferensal semester ganjl tahun akademk 2015/2016 d kelas A sebanyak 34 orang. Data yang dkumpulkan dalam peneltan n melput: data kualtas modul, data kemampuan berpkr krts dan data tanggapan mahasswa terhadap pelaksanaan perkulahan menggunakan e-modul. Instrumen pengumpul data yang dgunakan dalam peneltan n adalah: draft modul beserta nstrumen penlaannya, tes kemampuan berpkr krts, angket tanggapan, dan catatan lapangan. Kualtas modul dtentukan berdasarkan hasl valdas yang dlakukan oleh para pakar. Ada 4 komponen yang dvaldas yatu dar seg s, desan pembelajaran, tamplan vsual dan pemanfaatan software pendukung. Kualtas modul dtentukan oleh gabungan skor dar keempat komponen tersebut. Total skor maksmum adalah 70. Krtera nla dberkan sebaga berkut.

6 534 Tabel 1. Krter Konvers Nla Modul Nla Kategor Kualtas E-Modul Kurang Cukup Bak Sangat Bak (Kemendknas, 2010) Kemampuan berpkr krts dan tanggapan mahasswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan e-modul danalss menggunakan statstk deskrptf yatu menggunakan skor rata-rata secara klaskal. Adapun skor yang dperoleh dkonvers menggunakan pedoman d bawah n. Tabel 2. Krtera Konvers Skor Motvas Belajar dan Tanggapan Mahasswa Kategor Rentangan Skor Kemampuan berpkr krts Tanggapan X P M 1, 5SD Sangat Tngg Sangat postf M 1,5 SD X P M 0, 5SD Tngg Postf M 0,5SD X P M 0, 5SD Sedang Sedang M 0,5SD X P M 1, 5SD Rendah Negatf M 1, 5SD X Sangat Rendah Sangat negatf HASIL DAN PEMBAHASAN P Secara rngkas hasl peneltan n dapat drangkum sebaga berkut. Tabel 3 Rngkasan Hasl Peneltan Tujuan Peneltan Mengembangkan e-modul Menngkatkan kemampuan berpkr krts mahasswa Mendeskrpskan tanggapan mahasswa Metode Pencapaan Prosedur pengembangan e-modul menggunakan model pengembangan Plomp Melaksanakan perkulahan statstk nferensal dengan menggunakan e-modul Pemberan angket Indkator Keberhaslan Kualtas modul mnmal berada pada kategor bak Kemampuan berpkr krts mahasswa mnmal berada pada kategor tngg Tanggapan mahasswa terhadap pelaksanaan perkulahan mnmal berada pada kategor postf Hasl e-modul statstk nferensal yang dkembangkan berkualtas bak Kemampuan berpkr krts mahasswa berada pada kategor tngg Tanggapan mahasswa berada pada kategor sangat postf

7 535 Secara lebh rnc hasl-hasl peneltan d atas durakan sebaga berkut. a. Kualtas E-modul Valdas e-modul melbatkan 2 orang ahl yatu ahl I adalah ahl d bdang statstk yang akan menla komponen s dan desan pembelajaran dan ahl II adalah ahl d bdang meda pembelajaran yang menla komponen tamplan dan pemanfaatan software pada e- modul. Adapun hasl penlaan ahl pada masng-masng komponen adalah sebaga berkut. Tabel 4. Hasl Penlaan E-modul per Komponen Komponen Penlaan Skor Maksmal Skor Persentase Is ,6% Desan pembelajaran ,8% Tamplan vsual ,4% Pemanfaatan software ,7% Total ,5% Total skor yang dperoleh adalah 53 dengan skor maksmum adalah 70. Bla skor n dkonvers ke skala 100 dperoleh nla e-modul adalah 75,5. Berdasarkan krtera yang dtetapkan maka dapat dsmpulkan e-modul berada pada kategor bak. Ada beberapa kelebhan dan kelemahan yang dtemukan pada prototype n yatu sebaga berkut. Kelebhannya: (1) cakupan mater yang eksploratf yatu mendorong mahasswa untuk mencar nformas sebanyak-banyaknya dar berbaga sumber, (2) novatf yatu memunculkan hal-hal baru dalam pendekatan penyajan suatu konsep, (3) dlengkapnya modul dengan lathan/tes/smulas yang bersfat nteraktf dan dapat memberkan umpan balk dengan segera, (4) dlengkapnya modul dengan navgas yang memudahkan pembaca menelusur s modul dengan cepat, (5) telah ada nteraktvtas walaupun hanya pada butr soal, dan (6) telah menggunakan beberapa software pendukung. Sedangkan kelemahannya: (1) kurang lengkapnya cakupan mater sehngga e-modul n tdak tepat djadkan bahan ajar utama tetap lebh tepat sebaga suplemen mater, (2) mater tdak lengkap, belum ada aperseps dan pengayaan, (3) tdak dlengkapnya e-modul dengan contoh-contoh soal, (4) baru menggunakan meda gambar saja belum dlengkap anmas, dan (5) nteraktvtas yang dlakukan mahasswa belum dsmpan dalam database. Pada bagan akhr dar nstrumen evaluas, kedua ahl dmnta untuk memberkan rekomendas akhr dar meda yang dnla. Kedua ahl menyatakan bahwa e-modul n mash perlu dperbak lag dan agar meda n layak sebaga bahan ajar utama maka harus dlakukan perbakan-perbakan terutama melengkap uraan mater dan menambahkan beberapa contohcontoh soal. a. Kemampuan berpkr krts dan Tanggapan Mahasswa Ujcoba dlakukan untuk Bab 4 ANAVA. Perkulahan dlakukan selama 3 kal tatap muka dengan suplemen pembelajaran onlne. Setelah pembahasan Bab 4 selesa, dadakan tes untuk mengukur kemampuan berpkr krts mahasswa. Tes terdr dar 5 butr soal yang dsusun mengacu pada 5 ndkator kemampuan berpkr krts yang telah dtetapkan sebelumnya. Adapun perolehan skor mahasswa adalah sebaga berkut.

8 536 Tabel 5. Ukuran Data Skor Tes Kemampuan berpkr krts Persamaan dan fungs Kuadrat Ukuran Data Nla Rata-rata 27,6 Standar Devas 11,3 Skor Maksmum 40 Skor Mnmum 15 Skor Maksmum Ideal 50 Berdasarkan krtera yang dtetapkan maka rata-rata kemampuan berpkr krts mahasswa berada pada kategor sedang. Ada beberapa temuan pentng terkat uj coba e-modul dalam perkulahan statstk nferensal yatu: (1) Awalnya mahasswa menghadap kendala tekns dalam pembelajaran onlne msalnya lupa user dan password pada saat mendaftar d awal, belum mengenal dengan bak ftur-ftur yang dsedakan, dan tdak bsa berpartspas dalam forum dan tes formatf onlne, dan (2) Partspas mahasswa dalam forum dskus onlne mash rendah. Beberapa perbakan dlakukan untuk lebh mengoptmalkan penggunaan e-modul dalam pembelajaran statstk nferensal yatu: (1) Mengntegraskan permasalahan yang dberkan pada modul menjad bahan dskus pada forum, (2) Mengasumskan mahasswa danggap hadr dalam kelas onlne jka telah mendownload mater, berpartspas d forum dskus dan mengerjakan kus onlne, dan (3) Memberkan skor pada mahasswa bukan hanya pada yang kut kus tetap juga bag yang berpartspas dalam kegatan forum dskus yang dsedakan. Berdasarkan perbakan tersebut selanjutnya perkulahan statstk nferensal untuk Bab 5 ANCOVA kembal menggunakan e-modul berorentas pemecahan masalah. Pertemuan tatap muka dlakukan sebanyak 3 kal dengan suplemen pembelajaran onlne. Setelah pembahasan Bab 5 rampung, kembal dadakan tes kemampuan berpkr krts yang terdr dar 5 tem soal. Adapun perolehan skor mahasswa adalah sebaga berkut. Tabel 6. Ukuran Data Skor Tes Kemampuan berpkr krts Suku Banyak Ukuran Data Nla Rata-rata 31,4 Standar Devas 10,6 Skor Maksmum 44 Skor Mnmum 20 Skor Maksmum Ideal 50 Berdasarkan krtera yang dtetapkan maka rata-rata kemampuan berpkr krts mahasswa berada pada kategor tngg. Selanjutnya tanggapan mahasswa terhadap penggunaan e-modul dalam perkulahan statstk nferensal dukur dengan menggunakan angket dan dperoleh hasl sebaga berkut. Tabel 7. Ukuran Data Tanggapan Mahasswa

9 537 Ukuran Data Nla Rata-rata 36 Standar Devas 8,4 Skor Maksmum 46 Skor Mnmum 34 Skor Maksmum Ideal 50 Berdasarkan krtera yang dtetapkan maka rata-rata tanggapan mahasswa terhadap penggunaan e-modul berada pada kategor sangat postf. PEMBAHASAN Pengembangan e-modul berorentas pemecahan masalah membutuhkan berbaga tahapan mula dar fase nvestgas awal, fase perancangan, fase realsas/konstruks, fase tes/evaluas dan revs serta fase mplementas. Pada nvestgas awal, terdentfkas dua permasalahan utama yang perlu dperhatkan dan mendapat penanganan dalam pembelajaran antara lan: pemanfaatan e-learnng yang belum optmal dan rendahnya kemampuan berpkr krts mahasswa. Berdasarkan kajan dlakukan drancanglah langkah pemecahan berupa pengembangan e-modul berorentas pemecahan masalah. Selanjutnya pada tahap desgn/perancangan model dlakukan desan e-modul dan juga nstrumen peneltan pendukungnya sepert lembar penlaan modul, tes kemampuan berpkr krts dan angket tanggapan mahasswa. Secara gars-gars besar komponen e-modul melput: (1) kompetens dasar dan ndkator sebaga sasaran belajar, (2) uraan mater yang drancang agar mahasswa melakukan kegatan pemecahan masalah untuk menemukan konsep yang dpelajar, bagan n dlengkap juga dengan gambar, anmas dan smulas yang pada modul cetak tdak memungknkan untuk tu, (3) contoh soal, (4) rangkuman, (5) smulas tes formatf dan (6) umpan balk yang bersfat segera yatu otomats setelah mahasswa menyelesakan tes formatf dan (7) daftar pustaka. Pada tahap realsas, modul dan nstrument peneltan dsusun berdasarkan desan yang telah dbuat sehngga dhaslkan prototype produk. Setelah prototype e-modul dhaslkan, dlakukan penlaan oleh ahl d bdangnya. Dar hasl penlaan terungkap beberapa kelebhan dan kelemahan yang ada pada e-modul yang dkembangkan n. Secara keseluruhan e-modul yang dhaslkan telah berkualtas bak. Hal n berart e-modul yang dhaslkan telah memenuh aspek kelayakan bak dar seg s, desan pembelajaran, tamplan vsual dan pemanfaatan software pendukung. Keempat komponen tersebut merupakan komponen utama yang mest dperhatkan dalam pengembangan bahan ajar berbass TIK (Kemendknas, 2010). Menndaklanjut hasl valdas dar masng-masng ahl selanjutnya dadakan perbakan d antaranya sebaga berkut. (1) uraan mater dbuat lebh lengkap dan detal dengan melengkapnya dengan aperseps, contoh soal dan pengayaan, dan (2) perbanyak jumlah dan varas penggunaan meda sepert gambar, anmas atau vdeo. Agar e-modul yang dhaslkan bsa berkualtas dan cukup vald dgunakan maka memerlukan beberapa kal uj coba. Dalam peneltan n, hal n belum bsa dlakukan sepenuhnya karena waktu yang tdak memungknkan. Ujcoba yang dlakukan adalah uj coba

10 538 secara terpaka pada perkulahan statstk nferensal d kelas A pada semester ganjl tahun akademk 2015/2016 yatu dengan jumlah mahasswa 34 orang. Dlhat dar kemampuan berpkr krts mahasswa pada uj coba sklus 1, tergolong sedang, berart belum sesua dengan harapan. Berdasarkan hasl pengamatan, hal n terjad karena dalam mengkut perkulahan, utamanya perkulahan onlne banyak mahasswa mengalam kendala tekns dan belum tahu ftur-ftur yang terseda dalam portal elearnng yang dalam hal n dgunakan learnng management system (LMS) moodle. Banyak mahasswa belum berpartspas dalam forum dskus onlne yang dsedakan. Mereka mendownload e-modul yang dberkan tanpa berbag tanggapan terhadap s dar e-modul. Dalam konteks n, e-modul belum dmanfaatkan atau dekploras secara optmal oleh mahasswa. Upaya pemecahan yang dtempuh terkat dengan masalah n adalah mensosalsaskan ftur-ftur moodle yang bsa dkelola mahasswa, mengntegraskan permasalahan yang dberkan pada modul menjad bahan dskus pada forum, menetapkan bahwa mahasswa danggap hadr d kelas onlne jka telah mendownload mater, berpartspas d forum dskus dan mengerjakan kus onlne, serta memberkan skor pada mahasswa bukan hanya pada yang kut kus tetap juga bag yang berpartspas dalam kegatan forum dskus yang dsedakan. Dengan perbakan tersebut kembal dadakan uj coba sklus 2 untuk topk Suku Banyak. Hasl tes kemampuan berpkr krts menunjukkan terjad penngkatan bak secara kuanttas maupun kualtas yatu dar rata-rata 27,6 (sedang) menjad 31,4 (tngg). Hasl n telah memenuh ndkator keberhaslan yang dtetapkan. Beberapa hal yang dyakn berperan besar dalam pencapaan penngkatan n adalah hal-hal berkut. Pertama, e-modul dsusun menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang mengarahkan mahasswa untuk melakukan pemecahan masalah. Hal n secara langsung akan melath mahasswa berpkr krts. Hasl n menegaskan kembal apa yang telah dperleh pada peneltan sebelumnya yang menunjukkan bahwa penggunaan modul berorentas penalaran dan pemecahan masalah berhasl mengembangkan kemampuan berpkr krts dan kreatf mahasswa. Hal senada dungkapkan oleh Tranto (2009) yang menyatakan bahwa Pengajaran berdasarkan masalah meupakan pendekatan yang efektf untuk pengajaran proses berpkr tngkat tngg termasuk ddalamnya kemampuan berpkr krts. Kedua, lngkungan belajar onlne yang memungknkan mahasswa mengekploras nformas dar berbaga sumber dengan cepat dan mudah. Hal n akan mendorong mahasswa belajar untuk krts dan selektf dalam memlh nformas yang ada sesua permasalahan yang dberkan. Mahasswa dapat mengontrol pembelajarannya sendr, mereka bebas menentukan cara belajarnya sendr. Mertasar (2010) menambahkan bahwa penggunaan modul web dan pembelajaran bermeda akan menjamn kontrol mahasswa, fleksbltas, bebas konteks dan juga relatve bebas konvens sosal. Hasl n menegaskan apa yang dungkapkan Mac Knnon (dalam Muderawan, 2011) yang menyatakan bahwa teknolog akan membantu mengembangkan semua jens keteramplan berpkr mula dar tngkat yang palng mendasar hngga tngkat kemampuan berpkr krts.. Ketga, adanya forum dskus onlne yang mendorong semua mahasswa berpendapat sehngga mereka terlath untuk menanggap atau mengkrts pendapat teman

11 539 mereka yang kurang sesua dengan pemahaman mereka. Kesempatan bertanya dan menanggap d forum dskus onlne sangat terbuka lebar dan luas sehngga mendorong terbentuknya komuntas belajar. Sunarto (2011) menyatakan bahwa keberadaan komuntas belajar akan membawa dampak pada penngkatan kualtas dan kedalaman berpkr serta mendorong proses nkur. Keduanya akan berdampak langsung pada penngkatan kemampuan berpkr krts. Tanggapan mahasswa terhadap perkulahan menggunakan e-modul yang dkembangkan adalah sangat postf. Hal n menandakan mereka sudah dapat menkmat cara belajar yang dterapkan dengan tdak merasakan sebaga suatu beban. D awal memang meraka merasa agak kesultan mengkut perkulahan sebab sebagan dar mereka belum pernah belajar dalam lngkungan onlne, tetap setelah berjalan beberapa pertemuan mereka mula menyenangnya dan telah tumbuh kemandran dalam belajar. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasl peneltan dan pembahasan dapat dsmpulkan beberapa hal sebaga berkut: (1) Modul yang dsusun telah berkualtas bak dan mash perlu dsempurnakan lag. (2) Melalu penggunaan e-modul berorentas pemecahan masalah, kemampuan berpkr krts mahasswa mengalam penngkatan dar rata-rata 27,6 (sedang) pada sklus I menjad 31,4 (tngg) pada sklus II. (3) Tanggapan mahasswa terhadap pelaksanaan perkulahan menggunakan e-modul berorentas pemecahan masalah adalah sangat postf. Beberapa saran yang dapat dsampakan dalam hal n adalah sebaga berkut. (1) Penggunaan e-modul dalam pembelajaran memerlukan persapan yang matang terutama dalam penyapan lngkungan belajar onlne dan pengelolaan nteraks dengan mahasswa sehngga keberadaannya dapat menngkatkan kualtas perkulahan dan bukan sebalknya. (2) Perlu peneltan lebh lanjut terutama untuk melhat dampak penerapan pembelajaran berbantuan e-modul berorentas pemecahan masalah terhadap berbaga komponen kualtas pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Anas Sudjono Pengantar Statstk Penddkan. Jakarta: PT Raja Grafndo Persada. Candasa. I.M Optmalsas Portal E-learnng Undksha sebaga Komplemen Perkulahan Konvensonal. Makalah dsajkan pada workshop yang dselenggarakan oleh LP3 Undksha tanggal 5 Desember Chaeruman, Uwes E-Learnng dalam Penddkan Jarak Jauh. Jakarta : Kemendknas Galvn, B A Blended Learnng Course Teachng Informaton Lteracy For Substance Use Preventon Work Journal of nformaton Lteracy. Volume 5 ssue 1. Hal Gozal, F. & Bllon Lo Pemanfaatan Teknolog Open Source dalam Pengembangan Proses Belajar Jarak Jauh d Perguruan Tngg. Makalah dsajkan dalam Semnar Nasonal Optmalsas Pemanfaatan Aplkas TIdalam Duna Penddkan. Jurusan Penddkan Teknk Informaska. Sngaraja. 20 September 2011 Kemendknas Panduan Pengembangan Bahan Ajar Berbass TIK. Jakarta : Drjen Manajemen Penddkan dasar dan Menengah Muderawan, I.W Perkembangan Teknolog Informas dan Komunkasdan Aplkasnya dalam Pembelajaran. Makalah dsajkan dalam Semnar Nasonal

12 540 Optmalsas Pemanfaatan Aplkas TIdalam Duna Penddkan. Jurusan Penddkan Teknk Informaska. Sngaraja. 20 September exelearnng.org Nurchal Pengaruh Meda Pembelajaran Berbass Teknolog Informas dalam Pembelajaran Kma Terhadap Penngkatan Hasl Belajar Mahasswa. Jurnal Penddkan dan Kebudayaan. Volume 16. Halaman Peraturan Pemerntah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasonal Penddkan, BAB II Pasal 4. Plomp, T Educatonal and Tranng Sstem Desgn. Enschede: Unversty of Twente Purwanngsh, D dan Pujanto Blended Cooperatve E-learnng sebaga sarana Penddkan Penunjang Learnng Communty makalah dsampakan dalam semnar nasonal UNY dengan tema Peranan ICT dalam Pembelajaran. Yogyakarta, 25 Jul Santosa, P.I Model Konseptual Pemanfaatan teor Flow dalam E-learnng. Makalah dsajkan dalam Semnar Nasonal Optmalsas Pemanfaatan Aplkas TIdalam Duna Penddkan. Jurusan Penddkan Teknk Informaska. Sngaraja. 20 September 2011 Shadq, F Pentngnya pemecahan Masalah. Terseda pada (dakses tanggal 10 Januar 2012) Suarsana, I. M. & N Nyoman Parwat Pengembangan Modul Teor Blangan Berorentas Penalaran Dan Pemecahan Masalah untuk Mengembangkan Kompetens Berpkr Tngkat Tngg Mahasswa. Laporan Peneltan (tdak dterbtkan). Jurusan Penddkan Matematka, Undksha Sucta, I N Pemetaan Kompetens Guru Matematka. Majalah Saraswat. Eds II. Halaman Sunarto Komuntas Pembelajaran. Terseda d 8 Nopember 2012). Surjono, H.D., Pengantar E-learnng dan Penyapan Mater Pembelajaran. Puskom UNY Tranto Mendesan Model Pembelajaran Inovatf-Progresf. Jakarta : Kencana Prenada Meda Group

PENGEMBANGAN E-MODUL BERORIENTASI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA

PENGEMBANGAN E-MODUL BERORIENTASI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA ENGEMBANGAN E-MODUL BERORIENTASI EMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMILAN BERIKIR KRITIS MAHASISWA I M. Suarsana, G.A. Mahayukt Jurusan enddkan Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu engetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN :

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : Jurnal Bakt Saraswat Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : 2088-2149 PEMANFAATAN PROGRAM APLIKASI MAPLE SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS I MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM Aula Rahmatka Dew, Wdjanto, Dw Haryoto Unverstas Neger Malang e-mal:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Model Pengembangan Peneltan n merupakan jens peneltan pengembangan yang dkenal dengan stlah Research and Development ( R& D ). Menurut Sukmadnata (2005:164), peneltan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Peneltan n adalah peneltan pengembangan yang berorentas pada pembuatan meda dan pengembangan meda pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana. Meda Ajar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

Pengembangan Media Permainan Kartu Gambar Dengan Teknik Think Pair Share Pada Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar Di Palopo

Pengembangan Media Permainan Kartu Gambar Dengan Teknik Think Pair Share Pada Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar Di Palopo Jurnal Publkas Penddkan http://ojs.unm.ac.d/ndex.php/pubpend Volume 7 Nomor 3, Oktober 2017 p-issn 2088-2092 e-issn 2548-6721 Submtted : 19/09/2017 Revewed : 28/09/2017 Accepted : 09/10/2017 Publshed :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Buku Pedoman Akademik (Standar Kompetensi Lulusan & Standar Isi Pembelajaran)

Buku Pedoman Akademik (Standar Kompetensi Lulusan & Standar Isi Pembelajaran) Buku Pedoman Akademk (Standar Kompetens Lulusan & Standar Is Pembelajaran) dsampakan Tatk Suryan tatk@perbanas.ac.d Catatan: Sebagan sldes dambl dar sldes yang dproduks oleh Tm Belmawa Dkt Buku Pedoman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT KELAS VII D SMP NEGERI 7 JEMBER TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI Yuwta Srmela 1 Fazr Zuzano 1 Nnwat 1 1 Jurusan Penddkan Matematka dan IPA,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN METODE MATEMATIKA SISWA KELAS X DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN METODE MATEMATIKA SISWA KELAS X DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD Pengembangan Perangkat Pembelajaran... (Prawda Estnngtyas) 1 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DAN METODE MATEMATIKA SISWA KELAS X DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD DEVELOPMENT

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA Putu Suarnt Novantar Program Stud Penddkan Matematka, Fakultas

Lebih terperinci

ISSN Oleh : I Made Suarsana Staf Pengajar pada Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA - Undiksha ABSTRAK

ISSN Oleh : I Made Suarsana Staf Pengajar pada Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA - Undiksha ABSTRAK ISSN 1829-5282 151 EMANFAATAN ROGRAM ALIKASI MALE SEBAGAI UAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN RESTASI BELAJAR MAHASISWA ADA ERKULIAHAN ALJABAR LINEAR I Oleh : I Made Suarsana Staf engajar pada Jurusan enddkan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB Putr Har Ikhtarn ), Bety Nurltasar 2), Hafdz Alda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh 44 BAB III METODE PENELITIAAN A. Jens Peneltaan Jens peneltaan n adalah peneltan kuanttatf, karena data yang dperoleh berupa data kuanttatf. Dsampng tu jens peneltan n adalah peneltaan ekspermen, karena

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERGAMBAR YANG DILENGKAPI PETA KONSEP PADA MATERI SISTEM REGULASI UNTUK SMA ABSTRACT

PENGEMBANGAN MODUL BERGAMBAR YANG DILENGKAPI PETA KONSEP PADA MATERI SISTEM REGULASI UNTUK SMA ABSTRACT PENGEMBANGAN MODUL BERGAMBAR YANG DILENGKAPI PETA KONSEP PADA MATERI SISTEM REGULASI UNTUK SMA Oleh: Ftr Yent, Helendra, Sska Nerta Program Stud Penddkan Bolog, (STKIP) PGRI Sekolah Tngg Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko, dkk. Komparas Hasl Belajar Sswa... 99 KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KTSP PADA SD DI KECAMATAN DETUKELI KABUPATEN ENDE

KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KTSP PADA SD DI KECAMATAN DETUKELI KABUPATEN ENDE Kemampuan Guru Mengmplementaskan KTSP... Ferdnandus Etuasus Dole, Udk Bud Wbowo 147 KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KTSP PADA SD DI KECAMATAN DETUKELI KABUPATEN ENDE TEACHERS ABILITY TO IMPLEMENT THE

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERANGKAT TES SELEKSI MANDIRI UNY TAHUN 2010/2011 Oleh : Amat Jaedun, Heri Retnowati dan Badrun Kartowagiran

KARAKTERISTIK PERANGKAT TES SELEKSI MANDIRI UNY TAHUN 2010/2011 Oleh : Amat Jaedun, Heri Retnowati dan Badrun Kartowagiran KARAKTERISTIK PERANGKAT TES SELEKSI MANDIRI UNY TAHUN 2010/2011 Oleh : Amat Jaedun, Her Retnowat dan Badrun Kartowagran Abstrak Peneltan n bertujuan untuk: (1) mengetahu karakterstk perangkat tes yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MAZE ALFABET UNTUK MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI KELAS 1 SD

PENGEMBANGAN MAZE ALFABET UNTUK MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI KELAS 1 SD PENGEMBANGAN MAZE ALFABET UNTUK MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI KELAS 1 SD ARTIKEL JURNAL Dajukan kepada Fakultas Ilmu Penddkan Unverstas Neger Yogyakarta untuk Memenuh Sebagan Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadap era globalsas yang penuh tantangan, aparatur negara dtuntut untuk dapat memberkan pelayanan yang berorentas pada kebutuhan masyarakat dalam pemberan pelayanan

Lebih terperinci

BAIQ NURHIDAYAH Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

BAIQ NURHIDAYAH Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) BERBASIS METODE RESITASI DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII.1 SMPN 1 PRAYA BARAT PADA MATERI POKOK KUBUS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah quasi eksperimen, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah quasi eksperimen, dimana A. Jens dan Desan Peneltan BAB III METODE PENELITIAN Jens peneltan yang dlaksanakan adalah quas ekspermen, dmana kelompok kontrol tdak dapat berfungs sepenuhnya untuk mengontrol varabel-varabel luar yang

Lebih terperinci

Ida Mariati Hutabarat Jurusan Matematika FMIPA Universitas Cenderawasih. Abstrak

Ida Mariati Hutabarat Jurusan Matematika FMIPA Universitas Cenderawasih. Abstrak Analss Butr Soal dengan Teor Tes Klask... (Ida Marat Hutabarat) ANALISIS BUTIR SOAL DENGAN TEORI TES KLASIK (CLASSICAL TEST THEORY) DAN TEORI RESPONS BUTIR (ITEM RESPONSE THEORY) (Stud Kasus: Soal Ujan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan BAB III METODE PENELITIAN Peneltan n adalah peneltan yang berorentas pada pembuatan modul pembelajaran dengan mengembangkan model pembelajaran kooperatf dengan tpe TGT (Team Game

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER Saftr Daruyan

Lebih terperinci