KARAKTERISTIK PERANGKAT TES SELEKSI MANDIRI UNY TAHUN 2010/2011 Oleh : Amat Jaedun, Heri Retnowati dan Badrun Kartowagiran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISTIK PERANGKAT TES SELEKSI MANDIRI UNY TAHUN 2010/2011 Oleh : Amat Jaedun, Heri Retnowati dan Badrun Kartowagiran"

Transkripsi

1 KARAKTERISTIK PERANGKAT TES SELEKSI MANDIRI UNY TAHUN 2010/2011 Oleh : Amat Jaedun, Her Retnowat dan Badrun Kartowagran Abstrak Peneltan n bertujuan untuk: (1) mengetahu karakterstk perangkat tes yang dgunakan dalam seleks masuk UNY yang dtnjau berdasarkan pada teor respons butr, yang melput: daya pembeda, tngkat kesukaran, dan fungs nformas) butr-butr penyusunnya; dan (2) mengetahu besarnya kesalahan pengukuran perangkat tes yang dgunakan dalam seleks masuk UNY berdasarkan teor respons butr. Hasl peneltan n dharapkan dapat djadkan acuan dalam pengembangan perangkat tes seleks yang berkualtas, sehngga obyektf dan adl. Peneltan n merupakan peneltan yang menggunakan pendekatan kuanttatf-deskrptf eksploratf dengan metode peneltan kasus, karena mendeskrpskan karakterstk perangkat tes seleks mandr masuk UNY dan tdak dgeneralsaskan. Data utama yang dgunakan dalam peneltan n berupa jawaban/respons calon mahasswa baru yang mengkut seleks masuk UNY melalu jalur seleks mandr (SM) UNY tahun akademk 2010/2011. Pengumpulan data dlakukan dengan teknk dokumentas, dengan cara mengutp respons calon mahasswa terhadap perangkat tes seleks masuk UNY, melalu jalur seleks mandr. Analss untuk menentukan karakterstk butr perangkat tes seleks mandr UNY dlakukan dengan pendekatan teor respons butr model logstk tga parameter. Hasl peneltan menunjukkan bahwa: (1) Karakterstk perangkat tes seleks masuk UNY dtnjau berdasarkan pada teor respons butr (yang melput: daya pembeda, tngkat kesukaran, dan fungs nformas) butr-butr penyusunnya berada pada kategor bak, untuk perangkat tes bakat akademk (TBA), tes bahasa Inggrs, tes IPA dan tes IPS, dan (2) Kesalahan pengukuran perangkat tes yang dgunakan dalam seleks masuk UNYuntuk perangkat tes bakat akademk (TBA), tes bahasa Inggrs, tes IPA dan tes IPS cukup kecl, sehngga tepat dgunakan untuk mengukur kemampuan calon mahasswa baru UNY. Kata Kunc : Karakterstk Tes SM UNY PENDAHULUAN Terkat dengan keterbatasan kuota peserta ddk yang dapat dbna d Unverstas Neger Yogyakarta, maka perlu dlaksanakan seleks bag calon 1

2 mahasswa yang bermnat menmba lmu d UNY. Agar pelaksanaan seleks tetap berasaskan objektvtas, transparans, akuntabltas dan tdak dskrmnatf, maka dperlukan suatu perangkat tes seleks yang bak. Tes seleks masuk menentukan nasb calon peserta ddk, yatu dterma tdaknya seorang sswa pada suatu lembaga penddkan. Berkatan dengan hal tersebut, maka perangkat tes seleks, yang berupa butr-butr soal seleks, harus berkualtas, harus memlk daya beda yang besar untuk membedakan sswa yang berpotens dan sswa yang kurang berpotens. Selan tu, tes seleks juga harus memlk daya predks, sehngga dapat mempredkskan keberhaslan mahasswa d masa yang akan datang. Kualtas tes n juga berkatan dengan kemampuan tes untuk mengestmas potens yang dmlk sswa, karena tes seleks n dharapkan dapat dgunakan untuk memlh sswa-sswa yang berkualtas. Dengan dplhnya sswa yang berkualtas, maka dharapkan akan dapat dcapa kualtas penddkan yang bak dalam suatu lembaga penddkan. Hal n berkatan dengan pernyataan Begle (1979), bahwa kualtas calon sswa merupakan unsur yang menentukan keberhaslan sswa dalam belajar. Sstem seleks masuk bag calon mahasswa UNY dlakukan bak melalu jalur SNMPTN maupun jalur mandr. Berkatan dengan hal tersebut, maka dperlukan nformas tentang pelaksanaan program seleks masuk UNY, khususnya jalur mandr, sehngga dapat melakukan perbakan kebjakan dalam pelaksanan seleks yang berkualtas. Selan tu, dengan adanya nformas tentang kualtas perangkat tes, akan membantu pengembang perangkat tes untuk dapat memperbak soalsoal tes, sehngga dperoleh perangkat tes yang berkualtas. Dengan adanya perangkat tes yang berkualtas tersebut, maka akan dperoleh calon-calon mahasswa sebaga hasl seleks yang memenuh krtera sepert yang dharapkan. Terkat dengan pelaksanaan seleks yang harus tetap berasaskan objektvtas, transparans, akuntabltas dan tdak dskrmnatf, dperlukan suatu perangkat tes seleks yang adl, yang tdak memhak pada suatu kelompok sswa tertentu. 2

3 Berkatan dengan hal d atas, perlu dlakukan peneltan untuk mengetahu karakterstk perangkat tes seleks masuk UNY melalu jalur mandr untuk menjamn dperolehnya calon mahasswa yang berkualtas dan yang berhak menmba lmu d UNY. Permasalahan peneltan n drumuskan sebaga berkut: 1. Bagamanakah karakterstk perangkat tes yang dgunakan dalam program seleks mandr masuk Unverstas Neger Yogyakarta yang ddasarkan pada teor respons butr (yang melput: daya pembeda, tngkat kesukaran, dan fungs nformas) butr-butr penyusunnya? 2. Seberapa besar kesalahan pengukuran perangkat tes yang dgunakan dalam program seleks masuk UNY yang ddasarkan pada teor respons butr? Teor Respons Butr Pendekatan yang dapat dgunakan untuk menganalss suatu tes selan menggunakan teor tes klask juga dapat dlakukan dengan pendekatan teor respons butr. Pendekatan teor respon butr n memlk kelebhan dbandngkan dengan pendekatan klask. Pendekatan teor tes klask memlk beberapa kelemahan. Keterbatasan pada teor tes klask adalah adanya sfat group dependent dan tem dependent (Hambleton, Swamnathan, & Rogers, 1991: 2-5), juga ndeks daya pembeda, koefsen valdtas, koefsen relabltas skor tes juga tergantung kepada peserta tes yang mengerjakan tes tersebut. Group dependent artnya hasl pengukuran tergantung pada kemampuan kelompok peserta yang mengerjakan tes. Jka tes dujkan kepada kelompok peserta dengan kemampuan tngg, tngkat kesultan butr soal akan rendah. Sebalknya jka tes dujkan kepada kelompok peserta dengan kemampuan rendah, tngkat kesultan butr soal akan tngg. Item dependent artnya hasl pengukuran tergantung pada tes mana yang dujkan. Jka tes yang dujkan mempunya tngkat kesultan tngg, estmas kemampuan peserta tes akan rendah. Sebalknya jka tes yang dujkan mempunya tngkat kesultan rendah, estmas kemampuan peserta tes akan tngg. 3

4 2. Asums-asums teor respons butr Dalam teor respons butr, model matematsnya mempunya makna bahwa probabltas subjek untuk menjawab butr dengan benar tergantung pada kemampuan subjek dan karakterstk butr. In berart bahwa peserta tes dengan kemampuan tngg akan mempunya probabltas menjawab benar lebh besar jka dbandngkan dengan peserta yang mempunya kemampuan rendah. Hambleton & Swamnathan (1985: 16) dan Hambleton, Swamnathan, & Rogers (1991: 9) menyatakan bahwa ada tga asums yang mendasar teor respon butr, yatu undmens, ndependens lokal dan nvarans parameter. Undmens, artnya setap butr tes hanya mengukur satu kemampuan. Contohnya, pada tes prestas belajar bdang stud matematka, butr-butr yang termuat d dalamnya hanya mengukur kemampuan sswa dalam bdang stud matematka saja, bukan bdang yang lannya. Pada praktknya, asums undmens tdak dapat dpenuh secara ketat karena adanya faktor-faktor kogntf, keprbadan dan faktor-faktor pelaksanaan tes, sepert kecemasan, motvas, dan tendens untuk menebak. Oleh karena tu, asums undmens dapat dtunjukkan hanya jka tes mengandung satu saja komponen domnan yang mengukur prestas subjek. Pada teor respons butr, hubungan antara kemampuan peserta dan skor tes yang dcapa dnyatakan dengan kurva yang tdak lnear. Jka faktorfaktor yang mempengaruh prestas konstan, maka respons subjek terhadap pasangan butr yang manapun akan ndependen secara statstk satu sama lan. Konds n dsebut dengan ndependens lokal. Asums ndependens lokal n akan terpenuh apabla jawaban peserta terhadap suatu butr soal tdak mempengaruh jawaban peserta terhadap terhadap butr soal yang lan. Tes untuk memenuh asums ndependens lokal dapat dlakukan dengan membuktkan bahwa peluang dar pola jawaban setap peserta tes sama dengan hasl kal peluang jawaban peserta tes pada setap butr soal. Invarans parameter artnya bahwa karakterstk butr soal tdak tergantung pada dstrbus parameter kemampuan peserta tes dan parameter yang menjad cr peserta tes tdak bergantung dar cr butr soal. Kemampuan seseorang tdak akan berubah hanya karena mengerjakan tes 4

5 yang berbeda tngkat kesultannya dan parameter butr tes tdak akan berubah hanya karena dujkan pada kelompok peserta tes yang berbeda tngkat kemampuannya. 3. Model Logstk Tga Parameter Ada tga model logstk dalam teor respons butr, yatu model logstk satu parameter, model logstk dua parameter, dan model logstk tga parameter. Perbedaan dar ketga model tersebut terletak pada banyaknya parameter yang dgunakan dalam menggambarkan karakterstk butr dalam model yang dgunakan. Parameter-parameter yang dgunakan tersebut adalah ndeks kesukaran, ndeks daya beda butr dan ndeks tebakan semu (pseudoguessng). Dengan adanya ndeks tebakan semu pada model logstk tga parameter, memungknkan subjek yang memlk kemampuan rendah mempunya peluang untuk menjawab butr soal dengan benar. Secara matemats, model logstk tga parameter dnyatakan sebaga berkut (Hambleton, Swamnathan, & Rogers, 1991: 17). Keterangan : P ( ) a b c P ( ) = c + (1-c ) : tngkat kemampuan peserta tes Da ( b ) e Da ( ) 1 b e. (14) : probabltas peserta tes yang memlk kemampuan dapat menjawab butr dengan benar : ndeks daya pembeda : ndeks kesukaran butr ke- : ndeks tebakan semu butr ke- e : blangan natural yang nlanya mendekat 2,718 n : banyaknya butr dalam tes D : faktor penskalaan yang harganya 1,7. Nla kemampuan peserta ( ) terletak d antara 3 dan +3, sesua dengan daerah asal dstrbus normal. Pernyataan n merupakan asums yang mendasar besar nla b. Secara teorets, nla b terletak d dan +. Suatu butr dkatakan bak jka nla n berksar antara 2 dan +2 (Hambleton 5

6 & Swamnathan, 1985: 107). Jka nla b mendekat 2, maka ndeks kesukaran butr sangat rendah, sedangkan jka nla b mendekat +2 maka ndeks kesukaran butr sangat tngg untuk suatu kelompok peserta tes. Peluang menjawab benar pada saat kemampuan peserta tes sangat rendah dlambangkan dengan c, yang dsebut dengan tebakan semu (pseudoguessng). Parameter n merupakan suatu kemungknan asmtot bawah yang tdak nol (nonzero lower asymtote) pada kurva karakterstk butr (ICC). Parameter n menggambarkan probabltas peserta dengan kemampuan rendah menjawab dengan benar pada suatu butr yang mempunya ndeks kesukaran yang tdak sesua dengan kemampuan peserta tersebut. Besarnya harga c dasumskan lebh kecl darpada nla yang akan dhaslkan jka peserta tes menebak secara acak jawaban pada suatu butr. 4. Fungs Informas Butr dan Tes Fungs nformas butr (tem nformaton functons) merupakan suatu metode untuk menjelaskan kekuatan suatu butr pada perangkat soal dan menyatakan kekuatan atau sumbangan butr soal dalam mengungkap kemampuan laten (latent trat) yang dukur dengan tes tersebut. Dengan fungs nformas butr dketahu butr mana yang cocok dengan model sehngga membantu dalam seleks butr soal. Secara matemats, fungs nformas butr ddefnskan sebaga berkut. keterangan : ' I P ( ) ( ) = 2 (15) P ( ) Q ( ) : 1,2,3,,n I ( ) : fungs nformas butr ke- P ( ) : peluang peserta dengan kemampuan menjawab benar butr P' ( ) : turunan fungs P ( ) terhadap Q ( ) : peluang peserta dengan kemampuan menjawab salah butr Fungs nformas butr untuk model logstk tga parameter dnyatakan oleh Brnbaum (Hambleton & Swamnathan, 1985: 107) dalam persamaan berkut. 6

7 I ( ) = Keterangan : 2 2,89a (1 c ) ( c exp( Da ( b )) 1 exp( Da ( b ) 2..(16) I ( ) : fungs nformas butr : tngkat kemampuan subjek a : parameter daya beda dar butr ke- b : parameter ndeks kesukaran butr ke- c : ndeks tebakan semu (pseudoguessng) butr ke- e : blangan natural yang nlanya mendekat 2,718 Berdasarkan persamaan fungs nformas d atas, maka fungs nformas memenuh sfat: (1) pada respons butr model logstk, fungs nformas butr mendekat maksmal ketka nla b mendekat. Pada model logstk tga parameter nla maksmal dcapa ketka terletak sedkt d atas b dan ndeks tebakan semu butr menurun; (2) fungs nformas secara keseluruhan menngkat jka parameter daya beda menngkat. Fungs nformas tes merupakan jumlah dar fungs nformas butrbutr tes tersebut (Hambleton & Swamnathan, 1985: 94). Berkatan dengan hal n, nla fungs nformas perangkat tes akan tngg jka butr-butr penyusun tes mempunya fungs nformas yang tngg pula. Fungs nformas perangkat tes (I( )) secara matemats dapat ddefnskan sebaga berkut. n I ( ) = I ( ).. (17) 1 Nla-nla ndeks parameter butr dan kemampuan peserta merupakan hasl estmas. Karena merupakan hasl estmas, maka kebenarannya bersfat probablstk dan tdak terlepaskan dengan kesalahan pengukuran. Dalam teor respons butr, kesalahan pengukuran standar (Standard Error of Measurement, SEM) berkatan erat dengan fungs nformas. Fungs nformas dengan SEM mempunya hubungan yang berbandng terbalk kuadratk, semakn besar fungs nformas maka SEM semakn kecl atau sebalknya (Hambleton, Swamnathan, & Rogers, 1991, 94). Jka nla fungs nformas dnyatakan dengan I ( ) dan nla estmas SEM dnyatakan 7

8 dengan SEM ( ), maka hubungan keduanya, menurut Swamnathan, & Rogers (1991 : 94) dnyatakan dengan Hambleton, SEM 1 (^) (18) I( ) METODE PENELITIAN Peneltan n merupakan peneltan yang menggunakan pendekatan kuanttatf-deskrptf eksploratf dengan metode peneltan kasus, karena mendeskrpskan karakterstk perangkat tes seleks mandr masuk UNY dan tdak untuk dgeneralsaskan. Data utama yang dgunakan dalam peneltan n berupa jawaban/respons calon mahasswa baru yang mengkut seleks masuk UNY melalu jalur seleks mandr (SM) UNY tahun akademk 2010/2011. Pengumpulan data dlakukan dengan teknk dokumentas, dengan cara mengutp respons calon mahasswa terhadap perangkat tes seleks masuk UNY melalu jalur seleks mandr. Analss untuk menentukan karakterstk butr perangkat tes seleks mandr UNY dlakukan dengan pendekatan teor respons butr model logstk tga parameter. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ujan masuk UNY tahun akademk 2011/2012 melalu jalur seleks mandr (SM-UNY), melput: tes bakat akademk (TBA), tes bahasa Inggrs, tes kemampuan IPA, dan atau tes kemampuan IPS. Tes bakat akademk (TBA), dan tes bahasa Inggrs, merupakan tes kemampuan dasar yang wajb dtempuh bak oleh mahasswa yang memlh program stud kelompok IPA maupun IPS. Tes kemampuan IPA, wajb dtempuh oleh calon mahasswa yang memlh program stud kelompok IPA, sedangkan tes kemampuan IPS wajb dtempuh oleh calon mahasswa yang memlh program stud kelompok IPS. Untuk mengetahu kualtas butr masng-masng perangkat tes tersebut, maka perlu dlakukan analss. Analss butr tes yang dlakukan 8

9 melput analss tngkat kesukaran dan daya beda dengan pendekatan teor respon butr. Analss tngkat kesukaran dlakukan untuk mengetahu tngkat kesukaran butr soal tertentu. Analss daya beda dlakukan untuk mengetahu keberfungsan butr soal dalam membedakan kelompok dalam aspek yang dukur sesua dengan perbedaan pada kelompok tersebut. Dengan kata lan, analss daya beda bertujuan untuk melhat kemampuan butr soal membedakan peserta tes yang berkemampuan tngg dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Menurut Hambleton & Swamnathan (1985:36), suatu butr soal dkatakan bak jka nla daya beda berada pada nterval (0, dan 2) dan dengan tngkat kesukaran butr berada pada nterval (+2, dan -2). Jka tngkat kesukaran butr berada d bawah - 2, maka butr soal tersebut dkategorkan sukar dan jka tngkat kesukarannya berada d atas +2 butr soal tersebut dkategorkan soal yang mudah. Tngkat kesukaran butr soal berkatan erat dengan ndeks daya bedanya. Butr-butr soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar, akan memlk daya beda yang rendah, sedangkan butr-butr soal yang memlk tngkat kesukaran sedang, akan memlk daya beda yang bak (tngg). 1. Tes Bakat Akademk a. Tngkat Kesukaran Butr Perangkat tes bakat akademk Seleks Mandr masuk UNY tahun 2011 terdr atas 130 butr soal. Berdasar hasl analss dengan program Blog fase I, butr nomor 112 dan 126 dnyatakan d-drop. Hal n dkarenakan kedua butr tersebut memlk korelas bseral kurang dar - 0,15. Hasl analss dengan pendekatan teor respon butr dengan menggunakan program Blog fase II terhadap 128 butr soal terssa menunjukkan bahwa dar 128 butr yang danalss dengan program BILOG pada fase dua, terdapat 10 butr yang terkategor sukar, 75 butr yang terkategor sedang, dan 43 butr yang terkategor mudah. Secara rata-rata, tngkat kesukaran perangkat tes bakat akademk seleks mandr masuk UNY tahun 2011 adalah sebesar 2,303 (soal terkategor mudah), karena memlk tngkat kesukaran rata-rata > +2), dengan standar devas sebesar 5,375. 9

10 b. Daya pembeda Hasl analss daya pembeda dengan pendekatan teor respon butr dengan menggunakan program Blog fase kedua menunjukkan bahwa dar 128 butr yang danalss, seluruhnya terkategor bak, yatu memlk ndeks daya beda antara 0 dan +2. Hal n berart bahwa semua butr tes bakat akademk tersebut mampu membedakan testee yang berkemampuan tngg dengan testee yang berkemampuan rendah. Adapun rata-rata daya beda butr soal tes bakat akademk adalah sebesar 0,396 dengan standar devas sebesar 0,277. Berdasarkan hasl analss butr terhadap perangkat tes bakat akademk, dapat dsmpulkan bahwa perangkat tes bakat akademk yang telah dsusun memlk kualtas yang bak, karena memlk ndeks kesukaran butr yang sedang, dengan ndeks daya beda yang bak. 2. Tes Kemampuan Bahasa Inggrs a. Tngkat kesukaran butr Perangkat tes kemampuan bahasa Inggrs Seleks Mandr masuk UNY tahun 2011 terdr atas 35 butr. Hasl analss mengena tngkat kesukaran butr soal menunjukkan bahwa dar 35 butr tes kemampuan bahasa Inggrs yang danalss dengan program Blog fase dua, terdapat 19 butr yang terkategor mudah, 16 butr terkategor sedang, dan tdak ada butr soal yang terkategor sukar. Secara rata-rata tngkat kesukaran perangkat tes bahasa Inggrs seleks mandr Masuk UNY tahun 2011 adalah sebesar 4,715 (soal terkategor mudah, karena memlk ndeks kesukaran > +2), dengan standar devas sebesar 5,393. b. Daya Pembeda Hasl analss daya pembeda butr soal pada perangkat tes kemampuan bahasa Inggrs Seleks Mandr Masuk UNY tahun 2011 dengan pendekatan teor respon butr program Blog fase kedua menunjukkan bahwa dar 35 butr soal tes kemampuan bahasa Inggrs yang telah dsusun seluruhnya terkategor bak, karena memlk ndeks daya pembeda antara 0 dan +2. Hal 10

11 n berart bahwa seluruh butr tes kemampuan bahasa Inggrs mampu membedakan antara testee yang berkemampuan tngg dengan testee yang berkemampuan rendah. Rata-rata daya beda butr soal adalah sebesar 0,326 dengan standar devas sebesar 0,235. Berdasarkan hasl analss butr terhadap perangkat tes kemampuan bahasa Inggrs d atas, dapat dsmpulkan bahwa perangkat tes kemampuan bahasa Inggrs yang telah dsusun memlk kualtas yang bak, karena memlk ndeks kesukaran butr yang sedang, dengan ndeks daya beda yang bak pula. 3. Tes Kemampuan IPA a. Tngkat kesukaran butr Perangkat tes kemampuan IPA Ujan Masuk UNY melalu jalur Seleks Mandr tahun 2011 terdr atas 40 butr. Informas mengena tngkat kesukaran butr soal menunjukkan bahwa dar 40 butr soal tes kemampuan IPA yang danalss, 1 butr (yatu butr nomor 21) terkategor sukar, 19 butr terkategor sedang, dan 20 butr terkategor mudah. Rata-rata tngkat kesukaran perangkat tes kemampuan IPA Ujan Masuk UNY melalu jalur Seleks Mandr tahun 2011 adalah sebesar 2,076 (soal terkategor mudah, karena memlk tngkat kesukaran > +2) dengan standar devas sebesar 1,829. b. Daya pembeda Hasl analss daya pembeda butr soal terhadap perangkat tes kemampuan IPA Ujan Masuk UNY tahun 2011 melalu jalur Seleks Mandr dengan pendekatan teor respon butr program Blog fase kedua menunjukkan bahwa dar 40 butr tes kemampuan IPA Ujan masuk UNY melalu jalur Seleks Mandr, seluruhnya terkategor bak, karena memlk ndeks daya beda antara 0 dan +2. Hal n berart bahwa semua butr soal tes kemampuan IPA tersebut mampu membedakan testee yang berkemampuan tngg dengan testee yang berkemampuan rendah. Adapun rata-rata daya 11

12 beda butr soal kemampuan IPA adalah sebesar 0,312 dengan standar devas sebesar 0,180. Berdasarkan hasl analss butr terhadap perangkat tes kemampuan IPA d atas, dapat dsmpulkan bahwa perangkat tes kemampuan IPA yang telah dsusun memlk kualtas yang bak, karena memlk ndeks kesukaran butr yang sedang, dengan ndeks daya beda yang bak pula. 4. Tes Kemampuan IPS a. Tngkat kesukaran butr Perangkat tes kemampuan IPS Ujan Masuk UNY tahun 2011 melalu jalur Seleks Mandr terdr atas 38 butr soal. Berdasar hasl analss dengan program Blog fase I, terdapat 6 butr (butr no 5,9,17,22,25,27) yang ddrop. Hal n dkarenakan keenam butr tersebut memlk korelas bseral kurang dar - 0,15. Dar sebanyak 32 butr yang terssa selanjutnya danalss dengan program Blog fase II. Informas mengena tngkat kesukaran butr soal menunjukkan bahwa dar 32 butr soal kemampuan IPS yang danalss dengan program Blog fase II, terdapat 2 butr (butr nomor 7, 36) yang terkategor sukar, 17 butr terkategor sedang, dan 13 butr yang terkategor mudah. Rata-rata tngkat kesukaran perangkat butr tes kemampuan IPS Ujan masuk UNY 2011 melalu jalur Seleks mandr adalah sebesar 1,699 (terkategor sedang), dengan standar devas sebesar 3,037. b. Daya pembeda Hasl analss daya pembeda butr soal terhadap perangkat tes kemampuan IPS Ujan Masuk UNY tahun 2011 melalu jalur Seleks Mandr dengan pendekatan teor respon butr program Blog fase kedua menunjukkan bahwa dar 32 butr tes kemampuan IPS Ujan masuk UNY tahun 2011, seluruhnya terkategor bak, karena memlk ndeks daya beda antara 0 dan +2. Hal n berart bahwa semua butr soal kemampuan IPS tersebut mampu membedakan testee yang berkemampuan tngg dengan testee yang berkemampuan rendah. Adapun rata-rata daya beda butr soal adalah sebesar 0,284 dengan standar devas sebesar 0,

13 Berdasarkan hasl analss butr terhadap perangkat tes kemampuan IPS d atas, dapat dsmpulkan bahwa perangkat tes kemampuan IPS yang telah dsusun memlk kualtas yang bak, karena memlk ndeks kesukaran butr yang sedang, dengan ndeks daya beda yang bak pula. 5. Fungs Informas Butr Fungs nformas butr (tem nformaton functons) merupakan suatu metode untuk menjelaskan kekuatan suatu butr pada perangkat tes, dan menyatakan kekuatan atau sumbangan butr tes dalam mengungkap kemampuan laten (latent trat) yang dukur dengan tes tersebut. Dengan fungs nformas butr akan dketahu butr mana yang cocok dengan model sehngga membantu dalam seleks butr soal. Fungs nformas tes merupakan jumlah dar fungs nformas butrbutr tes tersebut (Hambleton & Swamnathan, 1985: 94). Berkatan dengan hal tersebut, maka nla fungs nformas perangkat tes akan tngg jka butrbutr penyusun tes mempunya fungs nformas yang tngg pula. Berdasarkan analss data, dperoleh bahwa nla fungs nformas tes kemampuan Bahasa Inggrs adalah sebesar 23,11 yang nlanya akan maksmum pada skala kemampuan sektar 0 dengan kesalahan pengukuran sebesar 0,208. Berdasarkan grafk d halaman berkut dapat dperoleh pula bahwa perpotongan antara kurva nla fungs nformas (NFI) dan kesalahan pengukuran (SEM) pada skala kemampuan adalah berksar antara - 3,0 dan 3,0. Hal n menunjukkan bahwa tes kemampuan Bahasa Inggrs yang dgunakan pada seleks mandr UNY dapat dpergunakan untuk untuk mengukur calon dengan rentang kemampuan (-3,0 ; 3,0), sehngga cukup layak untuk dgunakan. Hasl selengkapnya dsajkan pada Gambar

14 25 Bahasa Inggrs 20 Nla NFI SEM Gambar 4.1. Nla Fungs Informas Tes Kemampuan Bahasa Inggrs Hal yang hampr sama terjad untuk tes bakat akademk (TBA). Berdasarkan analss data, dperoleh bahwa nla maksmum fungs nformas tes bakat akademk (TBA) adalah sebesar 70,611 pada skala kemampuan sektar 0 dengan kesalahan pengukuran sebesar 0,119. Berdasarkan grafk dapat dperoleh pula bahwa perpotongan antara kurva nla fungs nformas (NFI) dan kesalahan pengukuran (SEM) pada skala kemampuan berksar antara - 3,9 dan 3,8. Hal n menunjukkan bahwa tes bakat akademk dapat dpergunakan untuk untuk mengukur calon dengan rentang kemampuan (-3,9 ; 3,8), sehngga cukup layak untuk dgunakan untuk mengukur semua kemampuan. Hasl selengkapnya dsajkan pada Gambar 4.2. Untuk tes kemampuan IPA, nla nformas maksmum adalah sebesar 26,171 pada skala kemampuan sektar 0 dan kesalahan pengukuran sebesar 0,195. Berdasarkan grafk dapat dperoleh pula bahwa perpotongan antara kurva nla fungs nformas (NFI) dan kesalahan pengukuran (SEM) pada skala kemampuan berksar antara -2,75 dan 2,75. Hal n menunjukkan bahwa tes kemampuan IPA dapat dpergunakan untuk mengukur calon dengan rentang kemampuan sektar (-2,75, 2,75). Hasl analss untuk tes kemampuan IPA dsajkan pada Gambar

15 Axs Ttle Tes Bakat Akademk SEM NFI Gambar 4.2. Nla Fungs Informas Tes Bakat Akademk 30 IPA Nla NFI SEM Gambar 4.3. Nla Fungs Informas Tes Kemampuan IPA Namun, hal yang berbeda terjad pada perangkat tes kemampuan IPS. Nla nformas maksmum IPS adalah sebesar 16,033 pada skala kemampuan sektar 1,75. Kesalahan pengukuran perangkat tes kemampuan IPS n adalah sebesar 0,250. Perangkat tes kemampuan IPS akan berfungs dengan bak 15

16 untuk mengukur calon mahasswa dengan kemampuan lebh dar -1,5. Hasl selengkapnya dsajkan pada Gambar 4.4. IPS Nla NFI SEM Gambar 4.4. Nla Fungs Informas Tes Kemampuan IPS Mencermat tngkat kesultan dan daya pembeda butr dalam perangkat tes sebagamana dpaparkan d atas, maka semua butr dkategorkan sebaga butr tes seleks mandr UNY termasuk butr-butr tes yang bak. Hal n menunjukkan bahwa butr-butr tersebut dapat membedakan calon mahasswa yang kemampuannya tngg dan mahasswa yang kemampuannya rendah. Kenyataan n membawa mplkas bahwa calon mahasswa yang terplh merupakan calon mahasswa yang memang benarbenar berhak dan layak untuk dterma d Unverstas Neger Yogyakarta. Dengan melhat hasl nla fungs nfomas d atas, maka bak untuk Tes Bakat Akademk, Tes kemampuan Bahasa Inggrs, dan tes kemampuan IPA, dapat dperoleh bahwa perangkat tes yang dgunakan untuk seleks masuk UNY dapat dgunakan untuk mengukur potens kemampuan calon mahasswa dalam belajar d perguruan tngg untuk calon mahasswa dengan kemampuan sedang. Hal n sesua dengan karakterstk mahasswa UNY. Untuk perangkat tes IPS terjad hal yang sedkt berbeda. Dalam hal n, perangkat tes kemampuan IPS dapat dgunakan untuk mengetahu kemampuan calon dengan kategor kemampuan menengah ke atas. 16

17 Dtnjau dar kesalahan pengukurannya, maka perangkat tes masuk UNY melalu jalur seleks mandr merupakan perangkat tes dengan kesalahan pengukuran standar yang cukup kecl, bak untuk Tes Bakat Akademk, tes kemampuan Bahasa Inggrs, tes kemampuan IPA maupun tes kemampuan IPS. Hal n mengndkaskan bahwa perangkat tes yang telah dkembangkan dapat secara tepat dgunakan untuk mengestmas kemampuan calon mahasswa, dan dapat memlh calon-calon mahasswa yang benar-benar berhak dan layak dterma d UNY. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan sebagamana dsajkan d atas, dapat dambl kesmpulan sebaga berkut: 1. Karakterstk perangkat tes seleks masuk UNY dtnjau berdasarkan pada teor respons butr (yang melput: daya pembeda, tngkat kesukaran, dan fungs nformas) butr-butr penyusunnya berada pada kategor bak, bak untuk perangkat tes bakat akademk (TBA), tes kemampuan Bahasa Inggrs, tes kemampuan IPA maupun tes kemampuan IPS. 2. Kesalahan pengukuran pada perangkat tes yang dgunakan dalam seleks masuk UNY melalu jalur seleks mandr untuk perangkat tes bakat akademk (TBA), tes kemampuan Bahasa Inggrs, tes kemampuan IPA dan tes kemampuan IPS adalah cukup kecl, sehngga tepat dgunakan untuk mengukur kemampuan calon mahasswa baru UNY. DAFTAR PUSTAKA Allen, M. J. & Yen, W. M. (1979). Introducton to measurement theory. Monterey, CA: Brooks/Cole Publshng Company. Amercan Educatonal Research Assocaton, Amercan Psychologcal Assocaton, and Natonal Councl on Measurement n Educaton. (1999). Standards for educatonal and psychologcal testng. Washngton, DC: Amercan Psychologcal Assocaton. Baker, F.B. (2001) The basc of tem response theory. Dambl dar pada tanggal 4 September

18 Czek, G.J., Rosenberg, S.L. & Koons, H.H. (2008). Source of valdty evdence for educatonal and psychologcal test. Educatonal and Psychologcal Measurement, Vol. 68, pp Frsbe, D. A. (2005). Measurement 101: Some fundamentals revsted. Educatonal Measurement: Issues and Practce, Vol. 24(3), Hambleton, R.K., Swamnathan, H., & Rogers, H.J. (1991). Fundamental of tem response theory. Newbury Park, CA: Sage Publcaton Inc. Hambleton, R.K. & Swamnathan, H. (1985). Item response theory. Boston, MA: Kluwer Inc. Huln, C.L., Drasgow, F. & Parsons, C.K. (1983). Item response theory : Applcaton to psychologcal measurement. Homewood, IL: Dow Jones- Irwn. Mehrens, W.A. & Lehmann, I.J. (1973). Measurement and evaluaton n educaton and psychology. New York: Hold, Rnehart and Wston, Inc. Messck, S. (1989). Valdty. Dalam R. L. Lnn (Ed.), Educatonal measurement (3rd ed., pp ). New York: Macmllan. Walpole, R.E., Mers, R.H., Myers, S.L. et al Probablty and statstcs for engneers and scentsts. Upper Saddle Rver, NJ: Prentce Hall. 18

Devi Dwi Kurniawan Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 1. PENDAHULUAN

Devi Dwi Kurniawan Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 1. PENDAHULUAN ANALISIS KUALITAS SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI RESPON BUTIR Dev Dw Kurnawan Mahasswa Program Pascasarjana Unverstas Neger Yogyakarta devdwkurnawan@gmal.com ABSTRAK. Stud n bertujuan

Lebih terperinci

Analisis Butir Soal dengan Pendekatan Teori Tes Klasik dan Teori Respons Butir

Analisis Butir Soal dengan Pendekatan Teori Tes Klasik dan Teori Respons Butir Analss Butr Soal dengan Pendekatan Teor Tes Klask dan Teor Respons Butr Untuk mendapatkan nstrumen berkualtas tngg, selan dlakukan analss secara teor (telaah butr berdasarkan aspek s, konstruks, dan bahasa)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

Ida Mariati Hutabarat Jurusan Matematika FMIPA Universitas Cenderawasih. Abstrak

Ida Mariati Hutabarat Jurusan Matematika FMIPA Universitas Cenderawasih. Abstrak Analss Butr Soal dengan Teor Tes Klask... (Ida Marat Hutabarat) ANALISIS BUTIR SOAL DENGAN TEORI TES KLASIK (CLASSICAL TEST THEORY) DAN TEORI RESPONS BUTIR (ITEM RESPONSE THEORY) (Stud Kasus: Soal Ujan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan lapangan kuanttatf yang bersfat korelasonal. Peneltan lapangan merupakan suatu peneltan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

KEBERFUNGSIAN BUTIR DIFERENSIAL ULANGAN KENAIKAN KELAS VIII PELAJARAN MATEMATIKA SMP DI KABUPATEN SLEMAN

KEBERFUNGSIAN BUTIR DIFERENSIAL ULANGAN KENAIKAN KELAS VIII PELAJARAN MATEMATIKA SMP DI KABUPATEN SLEMAN 182 Jurnal Evaluas Penddkan KEBERFUNGSIAN BUTIR DIFERENSIAL ULANGAN KENAIKAN KELAS VIII PELAJARAN MATEMATIKA SMP DI KABUPATEN SLEMAN Sugeng Wnarno, Badrun Kartowagran, LPMP D.I. Yogyakarta, Unverstas Neger

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER Saftr Daruyan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Peneltan Penuls melaksanakan peneltan terlebh dahulu membuat surat zn peneltan yang dtujukan pada SMK Neger 1 Cmah, dengan waktu pelaksanaan peneltan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Lokas peneltan adalah d kampus Jurusan Penddkan Teknk Spl FPTK UPI yang beralamat d Jl. Dr. Setabud No. 07 Bandung, 40154. 3. Metode Peneltan Metode peneltan

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

I. PENGANTAR STATISTIKA

I. PENGANTAR STATISTIKA 1 I. PENGANTAR STATISTIKA 1.1 Jens-jens Statstk Secara umum, lmu statstka dapat terbag menjad dua jens, yatu: 1. Statstka Deskrptf. Statstka Inferensal Dalam sub bab n akan djelaskan mengena pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menjelaskan secara operasional mengenai penelitian yang akan dilaksanakan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menjelaskan secara operasional mengenai penelitian yang akan dilaksanakan. 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Defns Operasonal Defns operasonal merupakan penjelasan maksud dar stlah yang menjelaskan secara operasonal mengena peneltan yang akan dlaksanakan. Defns operasonal n

Lebih terperinci

PROGRAM PENELITIAN PENDIDIKAN DAN KELEMBAGAAN ISLAM 2010

PROGRAM PENELITIAN PENDIDIKAN DAN KELEMBAGAAN ISLAM 2010 (52-kol-10-220) PROGRAM PENELITIAN PENDIDIKAN DAN KELEMBAGAAN ISLAM 2010 Pengembangan Software Computerzed Adaptve Testng (CAT) Berbass Tngkat Kesukaran, Daya Beda Dan Tngkat Menebak (Guessng) Menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan prosedur atau cara yang ditempuh dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan prosedur atau cara yang ditempuh dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan prosedur atau cara yang dtempuh dalam mencapa suatu tujuan peneltan. Tujuan peneltan yang akan dlakukan adalah untuk mengetahu perbandngan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Adapun tujuan dar peneltan n adalah:. Untuk mengetahu pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learnng pada mater pokok kalor kelas VII d MTs Nurul Itthad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode 34 BAB III METODE PENELITIAN A Metode yang Dgunakan Metode peneltan merupakan suatu pendekatan yang dgunakan untuk mencar jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dbahas Metode peneltan juga dapat

Lebih terperinci

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a UKURAN SAMPEL Prof. Dr. H. Almasd Syahza, SE., MP Emal: asyahza@yahoo.co.d Webste: http://almasd. almasd.staff. staff.unr.ac.d Penelt Senor Unverstas Rau Penentuan Sampel Peneltan lmah hampr selalu hanya

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada sswa kelas XI d SMA Neger Gorontalo, Kota Gorontalo waktu peneltan dlaksanakan d mula pada bulan Oktober 03 sampa bulan Desember

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko, dkk. Komparas Hasl Belajar Sswa... 99 KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadap era globalsas yang penuh tantangan, aparatur negara dtuntut untuk dapat memberkan pelayanan yang berorentas pada kebutuhan masyarakat dalam pemberan pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat, Subek, Waktu dan Jens Peneltan Pada bagan n akan dbahas tentang tempat peneltan, waktu peneltan dar perencanaan sampa penulsan hasl peneltan, serta ens peneltan n.

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci