Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009) 47-53

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009) 47-53"

Transkripsi

1 ISSN: Januar 9 Jurnal Penddkan Fska Indonesa 5 (9) J P F I PECOBAAN OSILASI BANDUL FISIS BENTUK SEDEHANA SEBAGAI TUGAS POYEK PENELITIAN PADA MATEI MOMEN INESIA DI SMA S. Khanafyah* Jurusan Fska, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Unverstas Neger Semarang (Unnes), Semarang, Indonesa, 59 Dterma: Oktober, Dsetuju: November, Dpublkaskan: Januar ABSTAK Percobaan ayunan bandul fss bertujuan untuk menentukan suatu besaran fss, msalnya percepatan gravtas bum atau momen nersa pusat massa suatu benda. Dasar dar percobaan n adalah terjadnya getaran harmons pada benda yang beroslas dengan ampltudo kecl, sehngga mempunya perode yang nlanya tergantung pada besarnya momen nersa. Tga macam percobaan oslas bandul fss dengan bentuk sederhana telah dlakukan, yatu dengan bentuk sembarang, batang tps dan cakram. Hasl percobaan menunjukkan bahwa pada percobaan ayunan bandul fss, grafk antara kuadrat peroda dengan varabel bebas adalah lner. Dengan demkan dapat dbuktkan adanya faktor momen nersa pusat massa yang besarnya tertentu. Dengan demkan percobaan n dapat memperdalam pemahaman tentang momen nersa benda, dan dapat djadkan sebaga mater pengayaan. ABSTACT Physcal oscllaton experments amed to determne a physcal quantty such as gravty acceleraton or centre of mass nerta. The experment based on harmonc vbraton caused by a small ampltude partcle oscllaton, such that the perod depends on ts nerta moment. The experment was done usng three knds of pendulums, such as arbtrary shape, thn rod and dsc. The results show that n physcal oscllaton experment, the graph of free varables of squared perod s lnear. Ths proves the exstence of a centre mass nerta moment factor. Ths experment can be used to deepen the understandng on moment nerta. 9 Jurusan Fska MIPA UNNES, Semarang Keywords: physcal oscllaton; nerta moment; centre mass; nerta moment PENDAHULUAN D dalam kurkulum 4, momen nersa adalah salah satu mater yang dajarkan pada kelas XI semester. Berdasarkan kurkulum 4 tersebut, fungs mata pelajaran fska antara lan adalah mengembangkan kemampuan berfkr analss, nduktf dan deduktf dengan menggunakan konsep dan prnsp fska untuk menjelaskan berbaga perstwa alam dan menyelesakan masalah secara kualtatf maupun kuanttatf (Foster, 6). Salah satu kegatan yang dapat membantu meletakkan fungs mata pelajaran fska tersebut adalah pemberan tugas atau proyek peneltan kepada sswa yang dkerjakan secara berkelompok maupun perseorangan. Berkut n adalah contoh dar pelaksanaan proyek peneltan yang berkatan dengan mater momen nersa, dengan menggunakan peralatan yang sederhana. Implementas pada raket dan base ball menyatakan bahwa besar daya ntrnsk dan kecepatan ayun member kontrbus kuat pada nla momen nersa (Cross & Nathan, 9). Semua benda tegar yang dgantungkan sehngga benda dapat berayun dalam bdang vertkal terhadap * Alamat korespondens Jl. Kendeng IV/8 Semarang Telp.: (4) 844, Moble Phone: E-mal: stkhanafyah@yahoo.com sumbu yang melalu benda tersebut, dnamakan bandul fss. Bandul fss merupakan perluasan dar bandul sederhana, yang hanya terdr dar tal tak bermassa yang dgantung sebuah partkel tunggal. Pada kenyataannya semua benda yang berayun adalah bandul fss (Hallday, 99). Selanjutnya, pada dnosaurus nla momen nersa dtentukan oleh penamplan teropod yang bergantung pada punggung dan ekor sehngga dapat lar cepat (Carrer, et al., ). Peneltan nersa juga dlakukan oleh Moon, et al. () menyatakan bahwa penambahan momen nersa pada leher ular menentukan kecepatan bergerak dan memlk daerah kerja tetap pada temperatur dan frekuens tertentu. Sepert dtunjukkan pada Gambar, yang dplh sebaga bandul fss adalah benda pph dengan bentuk tak beraturan, msal papan trpleks yang dgergaj, kemudan dpasak pada sumbu tanpa gesekan, yang melalu P. Benda dalam poss sembang, jka dalam keadaan pusat massa benda C terletak vertkal d bawah P. Jarak dar pasak ke pusat massa adalah d, momen kelembaman (momen nersa) benda terhadap sumbu yang melalu pasak adalah I dan massa benda adalah M. Jka benda dsmpangkan dar poss sembangnya sebesar sudut, maka tors pemulh dalam keadaan smpangan sudut yang dsebabkan oleh komponen tangensal gaya gravtas adalah Mgd sn ()

2 48 Jurnal Penddkan Fska Indonesa 5 (9) Gambar. Skema analss gaya-gaya yang bekerja pada bandul fss yang berupa benda pph dengan pusat massa Jka smpangan sudut kecl, maka berlaku pendekatan yang sangat bak sn sehngga untuk ampltudo kecl, tors pemulh dapat dtulskan sebaga Mgd d I Jka adalah momen nersa dan... dt adalah percepatan sudut, maka berlaku persamaan gerak d dt I Persamaan (3) adalah persamaan getaran harmons sudut sederhana dengan penyelesaan snt (4) atau cost (5) Besarnya frekuens sudut adalah I Jad perode bandul fss yang beroslas dengan ampltudo kecl adalah I I T Mgd dengan T, I, M, dan g secara berurutan adalah perode, momen nersa, massa benda, percepatan gravtas bum, dan jarak dar pusat massa sampa pasak (P). () (3) (6) (7) Ada hubungan sederhana yang sangat pentng antara momen nersa rotas benda terhadap sembarang sumbu I de-ngan momen nersa rotasnya yang sejajar dengan tu, yang melalu pusat massa benda I pm. Jka M adalah massa benda dan h adalah jarak antara kedua sumbu, maka berlaku hubungan I I pm Mh dengan I adalah momen nersa pusat massa. pm Sementara, penerapan momen nersa pada kegatan lar manusa bergantung pada momen rotas dan gaya yang bekerja pada lengan kak, sehngga dapat bergerak lebh cepat (Lee, et al., ). Suatu benda juga dapat berayun dengan frekuens tertentu jka benda tersebut dalam poss setmbang labl. Pada Gambar (a) sebuah cakram yang dam mendatar pada permukaan horzontal, dbuat berputar oleh gaya F dan F yang bekerja pada tep cakram. Kedua gaya yang sama tersebut jka dkerjakan sedemkan sehngga gars kerjanya melalu pusat cakram, sepert pada Gambar (b) tdak akan menyebabkan cakram berputar. Jad untuk membuat suatu benda dapat berputar, lokas ttk tangkap gaya-gaya adalah pentng. Jarak tegak lurus antara gars kerja sebuah gaya dan sumbu rotas dnamakan lengan/gaya tersebut. Hasl kal sebuah gaya dengan lengannya dnamakan tors. Tors yang dberkan oleh suatu gaya kepada sebuah benda adalah besaran yang mempengaruh kecepatan angular benda tersebut. (8) F F F F Gambar. (a) Skema cakram berputar dsebabkan gaya F dan F, dan (b) Skema cakram tdak berputar dakbatkan kesetmbangan gaya F dan F.

3 S. Khanafyah - Percobaan Oslas Bandul Fss Bentuk Sederhana 49 F m r L Gars Kerja F F t F r m r o Gambar 3. (a) skema analss gaya F yang bekerja pada partkel ke,dan (b) skema analss Gaya F durakan menjad dua komponen, yatu F cossepanjang gars radal r dan F sntegak lurus gars radal. r F Gambar 3.(a) menunjukkan sebuah gaya F yang bekerja pada partkel ke pada sebuah cakram. Lengan gaya n adalah l r sndengan adalah sudut antara gaya F dengan vektor poss r ke ttk tangkap gaya. Tors yang dlakukan gaya F terhadap sumbu O dapat dtuls m r Jka tors untuk semua partkel dalam benda djumlahkan, maka ddapatkan mr () Besaran adalah tors netto yang bekerja pada benda, yang selanjutnya dnyatakan dengan netto Untuk benda tegar, besarnya percepatan angular untuk semua partkel dalam benda adalah sama, sehngga persamaan () dapat dtuls m r (9) () t F m Besaran... r adalah sfat benda terhadap sumbu rotas, yang dnamakan momen nersa I dan drumuskan dalam persamaan () I m r () dengan r adalah jarak partkel ke dengan sumbu rotas. Untuk benda-benda kontnu, sesua dengan persamaan (), momen nersa dapat dtulskan dengan I dm r (3) Sebaga contoh besarnya momen nersa sebuah batang dengan kerapatan seragam terhadap sumbu tegak lurus batang dan melalu salah satu ujungnya adalah... ML momen nersa terhadap sumbu 3 x adalah nol, jka semua massa berada d sumbu x (Tpler, 998). Momen nersa cakram seragam terhadap sumbu yang melewat pusatnya dan tegak lurus bdang cakram adalah M dengan M adalah massa cakram dan adalah jar-jar cakram y L dm = M dx L x dx x Gambar 4. Geometr untuk menyusun ntegral dalam menghtung momen nersa batang unform yang dputar terhadap sebuah sumbu yang tegak lurus batang dan melalu salah satu ujungnya dm d r r Gambar 5. Skema analss gaya-gaya untuk menghtung momen nersa cakram seragam yang berputar terhadap sebuah sumbu tegak lurus bdang cakram (Tpler,998).

4 5 Jurnal Penddkan Fska Indonesa 5 (9) Sebuah bandul fss dengan bentuk sembarang, dgantungkan pada ttk yang bukan merupakan pusat massanya, jka dsmpangkan pada poss setmbangnya, da akan berayun dengan perode sepert dnyatakan pada persamaan (7) Sudah dketahu bahwa momen nersa batang tps terhadap salah satu ujungnya adalah I ML (9) 3 dan jarak antara poros dengan ttk pusat massa adalah d = ½ L, sehngga perode ayunan dapat dnyatakan dengan 8 T L () 3g Dar Persamaan () dapat dnyatakan bahwa jka panjang batang berubah, maka kuadrat perode ayunan juga akan berubah secara lner. Dan besarnya pecepatan gravtas bum dapat dnyatakan dengan persamaan () 8 g 3T L Jka sebuah kepng lngkaran tps dengan jar-jar, dgantungkan pada poros yang terletak pada suatu ttk d atas pusat lngkaran, maka kepng lngkaran akan dam dalam poss stabl. Jka kemudan kepng dsmpangkan dengan sudut kecl, maka kepng tersebut akan beroslas dengan perode sepert dnyatakan dalam persamaan (7). Sudah dketahu bahwa momen nersa pusat massa kepng lngkaran M dan r adalah jarak antara poros sampa pusat massa. Sehngga perode ayunan dapat dtulskan 4 T r g r () Sesua persamaan () dapat dkatakan bahwa jka jarak antara poros sampa pusat massa (r) dubah, maka perode ayunan juga akan berubah. Besarnya percepatan gravtas bum dapat dtuls sebaga 4 g r (3) T r Peneltan n bertujuan untuk memaham konsep momen nersa benda. Selan tu juga untuk menentukan besarnya percepatan gravtas bum, dengan percobaan Poros () ayunan bandul fss bentuk sembarang, dengan percobaan ayunan bandul fss yang berbentuk batang tps dengan panjang bervaras dan dengan ayunan bandul fss bentuk kepng lngkaran tps METODE Alat dan bahan yang dperlukan terdr dar lempeng tps, dengan bentuk dan bahan sembarang, statf, mstar dan stopwatch. Langkah pertama dalam pelaksanaan percobaan adalah menentukan letak pusat massa dengan cara sebaga berkut: Menggantungkan benda pada poros tanpa gesekan pada sembarang ttk. Benda tersebut akan tergantung setmbang dengan pusat massanya tepat d bawah poros Jka dgambarkan gars vertkal dar poros ke bawah, maka pusat massa akan terletak pada suatu ttk pada gars tu, sepert dtunjukkan pada Gambar 6a. Kemudan menggantungkan benda dengan poros ttk lan dan menggambar gars vertkal kedua. Pusat massa akan terletak d ttk potong kedua gars tu, Gambar 6b. Langkah selanjutnya adalah mengukur perode ayunan untuk tap-tap jarak antara poros dengan pusat massa yang berbeda (d). Analss data dlakukan dengan melhat hubungan antara ( d.. d... ) dengan d... T d T pada persamaan (8) yang menyatakan hubungan lner, sehngga perhtungan percepatan gravtas bum dapat dlakukan dengan analss grafk (Lab Fska Dasar FMIPA UGM). Grafk dbuat dengan melukskan pada sumbu x, dan d T d pada sumbu y ( d d ) Dar persamaan (8) 4 d d d T d T g T Dar grafk dperoleh harga koefsen sudut arah 4 tan g Sehngga (4) 4 g (5) tan Alat dan bahan yang dperlukan dalam percobaan adalah batang tps dengan panjang yang bervaras, statf, mstar dan stopwatch. Percobaan dlakukan untuk menentukan perode ayunan pada tap-tap panjang batang yang berbeda. Poros Poros Pusat massa b a Gambar 6. a. Pusat massa terletak pada gars vertkal ke bawah dar poros, dan b. Pusat massa terletak d ttk potong gars vertkal kebawah dar poros dan

5 S. Khanafyah - Percobaan Oslas Bandul Fss Bentuk Sederhana 5 Kemudan analss data dlakukan dengan melhat hubungan antara L (panjang batang) dengan T (kuadrat perode) pada persamaan () yang menyatakan hubungan lner. Dengan demkan untuk perhtungan percepatan gravtas bum dapat dlakukan dengan analss grafk, dengan melukskan panjang batang pada sumbu horzontal dan kuadrat perode pada sumbu vertkal. Dar persamaan () 8 T L 3g Dar grafk dapat dperoleh harga koefsen sudut arah 8 tan 3g sehngga 8 g 3tan Alat dan bahan yang dperlukan adalah kepng lngkaran tps, statf, mstar dan stopwatch. Percobaan dlakukan dengan cara menentukan perode ayunan untuk tap-tap jarak poros dar pusat massa yang bervaras. Analss dlakukan dengan melhat hubungan antara r dengan T (kuadrat perode) pada r persamaan () yang menyatakan hubungan lner. Dengan demkan untuk perhtungan percepatan gravtas bum dapat dlakukan dengan ana-lss grafk, dengan melukskan harga r r pada sumbu horzontal dan kuadrat perode (T ) pada sumbu vertkal. Dar persamaan () T 4 g r r (6) (7) Dengan menganalss grafk, maka harga koefsen sudut arah 4 tan g (8) sehngga 4 g tan Untuk menentukan ralat dgunakan persamaan (3) (Bevngton, 99) tan N (3) Sedangkan dnyatakan dengan persamaan (3) S y a bx (3) N dan N x x (3) Uj kesamaan hasl percobaan dengan harga yang benar, dlakukan dengan uj t, dengan persamaan X t (Montgomery, 984) (33) s n dengan X adalah harga hasl percobaan adalah harga yang benar, s adalah ketdakpastan dan n adalah banyaknya percobaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Dar percobaan ayunan bandul fss bentuk sembarang, dperoleh hubungan antara ( d ) dan persamaan d d T T T d Gambar 7 memperlhatkan bahwa (9) d yang dnyatakan dengan d T 3,959 d d, (34) 4 tan 3,959 g 4 sehngga g m 9,97 / s 3,959 Dar percobaan ayunan bandul fss bentuk batang tps dengan panjang bervaras dperoleh hubungan antara panjang batang (L) dan kuadrat perode (T ) d-nyatakan dengan (35) T,5L,9 Dar Gambar 8 menunjukkan bahwa tan,54 Selsh (kudrat perode x kuadrat jarak),6,4,,,8,6,4, y =3.959x +,,5 -,,5,,5,3,35 d Selsh Kuadrat Jarak Gambar 7. Grafk hubungan antara ( ) dengan d T d pada ayunan bandul fss bentuk sembarang d T

6 5 Jurnal Penddkan Fska Indonesa 5 (9) Kuadrat perode (s) 3,5,5,5 y =,5x +, Panjang batang (cm) Gambar 8. Grafk hubungan antara panjang batang dengan kuadrat perode ayunan pada bandul fss bentuk batang,9,9 y = 3,836x -,3 Kuadrat perode,9,89,88,87 Gambar 9. Grafk hubungan antara harga kepng lngkaran sehngga 8 g 36,8 3tan Dar percobaan ayunan bandul fss bentuk kepng lngkaran tps, dperoleh hubungan antara harga dengan kuadrat perode ayunan (T ) adalah 3,836 T r,3 cm/s (36) r Gambar 9 menunjukkan bahwa tan 3,836,86 sehngga 4 g 3,6 cm/s tan,85,4,6,8,3,3,34,36,38,4,4 r Tga percobaan menghaslkan harga percepatan gravtas bum yang berbeda. Percobaan ayunan bandul fss bentuk sembarang menghaslkan percepatan gravtas sebesar.... g ( 9,97 m,3) / s dan keteltan 97%. Percobaan ayunan bandul fss bentuk batang tps dengan panjang bervaras, menghaslkan percepatan gravtas sebesar g,36 m,6/ s dengan keteltan 98,5 %. Percobaan ayunan bandul fss dengan bentuk kepng lngkaran tps, menghaslkan percepatan gravtas sebesar g,3m,4/ s dengan keteltan 98,6%. Dar data pengukuran yang dlakukan d kota Semarang d daerah Cand, d depan rumah sakt Elzabeth, dperoleh percepatan gravtas sebesar (/^)/r+r r dengan kuadrat perode ayunan (T ) pada bandul fss bentuk r r 9,787 mgal (978,7 cm/s ) (Muhroz dkk, 996). Dar hasl uj t, dengan taraf nyata,5, pengukuran percepatan gravtas dengan percobaan ayunan fss bentuk sembarang, menunjukkan hasl yang sesua dengan harga percepatan gravtas bum yang benar, sedangkan dengan percobaan yang lan, harga percepatan gravtas yang dperoleh tdak sesua dengan yang sebenarnya, dan mempunya sesatan sebesar 5,4% dan 5,94%. Hal n dsebabkan karena adanya gesekan yang terlalu besar antara lubang dengan pasak. Adanya gaya gesek n menyebabkan tors pemulh lebh besar darpada yang dtulskan pada persamaan (). Mgd sn Tetap jka dlhat dar kelneran kurva yang dperoleh (Gambar 7, 8 dan 9), menunjukkan bahwa hubungan antara varable x dengan varable y cukup lner, hal n sesua dengan teor. Sehngga penurunan persamaan yang mengandung besaran momen nersa benda adalah benar. SIMPULAN DAN SAAN Dapat dsmpulkan bahwa percobaan oslas bandul fss dengan benda-benda yang berbentuk sederhana dapat dgunakan untuk tugas proyek peneltan, karena keteltan cukup besar dan sesatan cukup kecl. Berdasarkan hasl percobaan yang telah

7 S. Khanafyah - Percobaan Oslas Bandul Fss Bentuk Sederhana 53 dlakukan, penuls memberkan saran kepada para pengajar fska, bahwa percobaan ayunan bandul fss dapat dkembangkan lebh lanjut untuk tujuan menanamkan konsep momen nersa benda dan pengayaan mater, msal untuk membuktkan persamaan momen nersa dar suatu benda dengan bentuk tertentu. Untuk lebh memaham konsep momen nersa, sebelum melakukan percobaan, sswa dmnta untuk menurunkan persamaan-persamaan yang terkat dengan percobaan tersebut. Untuk mendapatkan hasl percobaan yang lebh bak dar percobaan oslas bandul fss, antara lubang dengan pasak perlu dusahakan agar mempunya gesekan yang sangat kecl msal dengan cara memperhalus lubang. DAFTA PUSTAKA Bevngton, P.., 99. Data educton And Error Analyss For The Physcal Scences. New York: McGraw- Hll Book Company Cross,. & Nathan, A.M. 9. Performance versus moment of nerta of sportng mplements. Sports Technology, (): -9 Carrer, D.., Walter,.M. & Lee, D.V.. Influence of rotatonal nerta on turnng performance of theropod dnosaurs:clues from humans wth ncreased rotatonal nerta. The Journal of Expermental Bology, 4: Davd, H. & obert,. 99. Fska Jld.Terjemahan oleh Pantur Slaban & Erwn Sucpto. Jakarta: Erlangga Foster, B. 6. Terpadu Fska SMA. Jakarta: Erlangga. Lee, D.V, Walter,.M., Deban, S.M., & Carrer, D... Influence of ncreased rotatonal nerta on the turnng performance of humans. The Journal of Expermental Bology, 4: Moon, B.., Hopp, J.J., & Conley, K.E.. Mechancal trade-offs explan how performance ncreases wthout ncreasng cost n rattlesnake talshaker muscle. The Journal of Expermental Bology, 5: Montgomery, D.C Desgn And Analyss Of Experments. New York : John Wlley and Sons Muhroz, Pranoto, S., dan Nasrullah Stud Penentuan Penurunan Permukaan Tanah d Semarang Bagan Bawah. Laporan akhr Peneltan. Fakultas Teknk Spl Unverstas Dponegoro Tpler, P.A Fska untuk Sans dan Teknk Jld. Jakarta: Erlangga

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1 BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mater Pokok : Dnamka Rotas dan Kesembangan Benda Tegar : Pertama dan kedua / 4 x 45 ment : Cermah dan mengerjakan soal A. Kompetens Dasar 2.1 Memformulaskan hubungan antara konsep tors, momentum sudut,

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

Komang Suardika; ;Undiksha; 2010

Komang Suardika; ;Undiksha; 2010 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 PERCOBAAN PESAWAT ATWOOD. Tujuan Percobaan Tujuan dar dlakukannya percobaan n adalah untuk memperlhatkan berlakunya hukum Newton dan menghtung momen nersa katrol.. Landasan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-321) Topk har n Kesetmbangan Statk Syarat Kesetmbangan Pusat Gravtas Kesetmbangan Stabl, Labl dan Netral Kesetmbangan Benda Tegar Kesetmbangan Mekank Benda dkatakan berada dalam kesetmbangan

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

APLIKASI INTEGRAL TENTU

APLIKASI INTEGRAL TENTU APLIKASI INTEGRAL TENTU Aplkas Integral Tentu థ Luas dantara kurva థ Volume benda dalam bdang (dengan metode cakram dan cncn) థ Volume benda putar (dengan metode kult tabung) థ Luas permukaan benda putar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi)

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi) Petunjuk Praktkum Fska Dasar I (Tumbukan Dalam Satu Dmens) Dajukan Untuk Memenuh Tugas Tersruktur Mata ulah Ekspermen Fska Dasar 1 Jurusan Penddkan Fska Oleh : Muhamad Ihsanudn (0602425) JURUSAN PENDIDIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

LAPORAN PERCOBAAN. Bandul Sederhana OLEH : KOMANG SUARDIKA ( )

LAPORAN PERCOBAAN. Bandul Sederhana OLEH : KOMANG SUARDIKA ( ) 1 LAPORAN PERCOBAAN Bandul Sederhana OLEH : KOMANG SUARDIKA (091301034) JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULAS MAEMAIKA DAN ILMU PENGEAHUAN ALAM UNIVERSIAS PENDIDIKAN GANESHA AHUN 010 PERCOBAAN BANDUL SEDERHANA

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI GRAF GIR

DIMENSI PARTISI GRAF GIR Jurnal Matematka UNAND Vol. 1 No. 2 Hal. 21 27 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematka FMIPA UNAND DIMENSI PARTISI GRAF GIR REFINA RIZA Program Stud Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Matematka dbag menjad beberapa kelompok bdang lmu, antara lan analss, aljabar, dan statstka. Ruang barsan merupakan salah satu bagan yang ada d bdang

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR Masduk Jurusan Penddkan Matematka FKIP UMS Abstrak. Penyelesaan persamaan ntegral

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci